• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5.4 Usahatani Ikan Mas di Waduk Cirata

Usaha pembesaran ikan di Waduk Cirata sudah dimulai sejak tahun 1988, yaitu semenjak dilakukannya proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Kegiatan pembesaran ikan merupakan kegiatan sampingan dari fungsi Waduk Cirata sebagai PLTA. Para pembudidaya mengusahakan beberapa komoditas ikan antara lain ikan mas, nila, gurame, bawal dan patin. Ikan mas merupakan komoditas unggulan pembudidaya ikan di Waduk Cirata, karena harga jualnya yang relatif stabil dan waktu pembesarannya yang lebih singkat dibandingkan dengan ikan jenis lain.

Pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata tidak dapat memproduksi benih sendiri karena kondisi keramba jaring apung yang tidak memungkinkan untuk melakukan proses pembenihan. Pembudidaya memperoleh

kolam apabila pembudidaya melakukan pemesanan. Pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata umumnya menggunakan benih ikan yang berasal dari wilayah Cianjur, Bandung dan Subang. Benih yang disukai oleh pembudidaya adalah benih yang berasal dari Bandung, karena benih yang berasal dari Cianjur kurang sesuai dengan kondisi Waduk Cirata.

Kualitas benih yang baik dapat dilihat dari pergerakannya saat diberi pakan. Benih yang baik akan bergerak dengan cepat apabila pembudidaya datang dan memberikan pakan, serta bergerak cepat apabila ada rangsangan. Apabila benih berpencar dan pergerakannya lambat maka benih kualitasnya kurang baik dan akan menyebabkan menurunnya hasil produksi. Namun pembudidaya tidak dapat menentukan benih yang diberikan oleh supplier dan terkadang supplier mencampurkan benih dari beberapa daerah dalam satu kantong benih.

Selain benih, pengadaan input produksi lainnya seperti pakan dan obat- obatan diperoleh dengan mudah oleh pembudidaya. Pakan ikan diperoleh dari supplier yang ada di sekitar Waduk Cirata. Pembudidaya hanya memesan pakan dengan jumlah yang telah ditentukan, kemudian suplier akan mengirimkan sampai ke kolam milik pembudidaya. Pada umumnya pakan yang dipilih oleh pembudidaya adalah pakan yang melayang di dalam air. Pakan jenis melayang ini lebih disukai karena apabila menggunakan pakan jenis tenggelam maka pakan akan lebih cepat tenggelam sebelum sempat dihabiskan oleh ikan sehingga banyak pakan yang terbuang. Sedangkan pakan jenis terapung akan mudah terbawa oleh angin keluar kolam pada saat ditebarkan oleh pembudidaya sehingga penggunaannya kurang efisien. Untuk harga pakan sendiri tergantung pada kemampuan pembudidaya dalam menawar harga pakan.

Obat-obatan dapat diperoleh pembudidaya dari toko-toko di sekitar Waduk Cirata yang menyediakan berbagai macam kelengkapan budidaya ikan. Penggunaan obat-obatan harus sesuai dengan dosis yang telah ditentukan, tergantung jumlah benih yang ditebar. Pemberian obat-obatan hanya satu kali untuk satu musim tanam, yaitu pada saat umur ikan satu minggu di kolam pembudidaya.

Pemberian obat-obatan pada awal pembesaran disebabkan obat-obatan berfungsi untuk mencegah terserangnya ikan oleh penyakit. Menurut

pembudidaya responden apabila ikan telah terserang penyakit kemudian diberikan obat-obatan maka penyakit tersebut akan lebih cepat menyebar pada ikan lain. Tindakan pembudidaya apabila ada ikan yang terserang penyakit adalah mengambil ikan yang diduga terkena penyakit menggunakan serok dan membuangnya.

Budidaya pembesaran ikan mas menggunakan keramba jaring apung dimulai dengan memasukkan benih ikan ke dalam KJA. Benih tersebut diberi pakan pelet konsentrat dua sampai tiga kali sehari pada pagi, siang dan sore hari tergantung target yang diharapkan oleh pembudidaya. Obat-obatan diberikan pada saat ikan berumur satu minggu, yaitu dengan cara dilarutkan dengan air sesuai dosis aturan yang telah ditetapkan. Untuk proses pemanenan pembudidaya hanya tinggal menarik ujung jaring menggunakan bambu yang diletakkan di bawah jaring yang akan di panen lalu ditarik kepermukaan setelah itu didorong atau digeser ke sisi dimana ikan akan di timbang dan dikemas.

Proses pemanenan biasanya dilakukan oleh pihak tengkulak yang datang ke kolam pembudidaya dan disaksikan oleh pembudidaya. Proses pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat pemberat jaring, kemudian kedua ujung jaring ditarik perlahan sehingga jaring mulai terangkat dan ikan mengumpul pada satu sisi. Selanjutnya pembudidaya hanya hingga mengambilnya menggunakan serok. Setelah itu ikan ditimbang untuk mengetahui hasil produksi pembudidaya.

Proses pemanenan dilakukan pada malam hari. Hal ini bertujuan agar ikan dapat dijual di pasar pada pagi harinya. Ikan yang dipanen mengalami proses penyortiran, namun proses pengemasan dan penyortiran dilakukan oleh pihak tengkulak. Dengan demikian pembudidaya tidak mengeluarkan biaya pengemasan dan penyortiran. Pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata menjual hasil panennya dengan harga kiloan yang telah disepakati sebelumnya. Sistem pembayaran yang digunakan adalah pembayaran tunai dan dibayarkan paling lama dua hari setelah proses pemanenan, sedangkan untuk pasarnya sendiri menjadi urusan tengkulak.

Pembesaran ikan mas di Waduk Cirata tidak tergantung pada musim. Pembudidaya pembesaran ikan mas di Waduk Cirata dapat melakukan usahatani

pada musim hujan maupun musim kemarau. Pada musim hujan debit air menjadi naik dan nafsu makan ikan meningkat, namun pada musim hujan kemungkinan terjadiup-wellingsangat besar. Pada musim kemarau debit air menurun dan sinar matahari dapat masuk ke air, sehingga menurunkan kemungkinan terkena penyakit.

Pada penelitian ini, umumnya alasan pembudidaya melakukan usaha pembesaran ikan mas adalah karena keuntungan dari budidaya ikan mas lebih menjanjikan. Ikan mas memiliki harga jual yang relatif stabil dan masa tanamnya lebih singkat dibandingkan ikan jenis lain, sehingga perputaran uang lebih cepat. Namun pada saat penelitian dilakukan harga jual ikan mas sedang turun, yaitu Rp 13.000 - Rp 14.000 sehingga banyak pembudidaya yang mengeluh karena mengalami kerugian. Harga yang berlaku saat ini mengalami kenikan sebesar Rp 1000 menjadi Rp 15.000, sedangkan untuk harga normal adalah sebesar Rp 16.0000 – Rp 17.000. Penurunan harga ikan mas pada periode ini disebabkan melimpahnya ikan laut di pasar, sehingga harga ikan laut menjadi turun dan konsumen lebih memilih untuk mengkonsumsi ikan laut dari pada ikan air tawar, khususnya ikan mas. Daftar harga ikan mas dari bulan Juli 2009 sampai Juli 2010 dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Harga Ikan Mas dari Bulan Juli Tahun 2009 sampai Juli Tahun 2010 di Waduk Cirata Bulan Harga (Rp) Juli 2009 18.000 Agustus 2009 18.000 September 2009 17.500 Oktober 2009 17.000 November 2009 17.500 Desember 2009 16.500 Januari 2010 15.000 Febuari 2010 14.000 Maret 2010 13.500 April 2010 14.000 Mei 2010 15.500 Juni 2010 16.000 Juli 2010 18.000

VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PEMBESARAN IKAN MAS

7.1 Analisis Fungsi Produksi

Model fungsi produksi yang digunakan untuk menduga fungsi produksi dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Faktor produksi (variable independen) yang diduga berpengaruh dalam usaha pembesaran ikan mas adalah jumlah jaring apung (X1), benih (X2), Pakan (X3), Obat-obatan (X4), lama produksi (X5) dan tenaga kerja (X6). Variabel dependenya adalah produksi ikan mas (Y). Pengujian terhadap ketepatan model fungsi produksi dengan melihat koefisien determinasi (R2), F-hitung, T-hitung maupun P-value dari masing-masing parameter dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi Cobb- Douglas Variabel Koefisien Regresi Simpangan Baku Koefisien

T hitung P-Value VIF

Konstanta -0,3805 0,4386 -0,87 0,386 Ln Jumlah Jaring Apung 0,0404 0,03327 1,22 0,225 1,3 Ln Benih 0,4284 0,0859 4,98 0,000 5,3 Ln Pakan 0,4014 0,0386 10,40 0,000 1,6 Ln Obat-obatan 0,2816 0,1012 2,78 0,006 4,6 Ln Lama produksi 0,0610 0,1067 0,57 0,567 1,4 Ln Tenaga Kerja 0,0748 0,0428 1,75 0,082 1,5 R-Sq = 70,5% R-Sd (adj) = 69,9% F-Hitung = 9,72

Berdasarkan data Tabel 15, maka model fungsi produksi Ikan mas dapat diduga dengan persamaan berikut :

Ln Y = -0,3805 + 0,0404 ln X1+ 0,4284 ln X2+ 0,4014 ln X3+ 0,2816 ln X4+

0,0610 ln X5+ 0,0748 ln X6

Hasil pendugaan model menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) didapat sebesar 70,5 persen, dengan nilai koefisien terkorelasi (R2 adj) sebesar 69,9 persen. Nilai R2tersebut berarti bahwa 70,5 persen variasi produksi ikan mas dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh faktor banyak kolam, benih,

pakan, obat-obatan, lama produksi dan tenaga kerja. Sedangkan 29,5 persen sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.

Berdasarkan hasil pendugaan terlihat bahwa uji F signifikan pada selang kepercayaan 95 persen. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor produksi secara bersama-sama mempengaruhi produksi ikan mas. Pengaruh faktor produksi secara parsial untuk model ini dilihat dari nilai P-Value, dimana terdapat lima variable bebas yang berpengaruh nyata (signifikan) terhadap produksi ikan mas, yaitu jumlah jaring apung, benih, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja pada selang kepercayaan 95 persen. Setelah melakukan pendugaan dan pengujian terhadap fungsi produksi, tahap selanjutnya adalah pemeriksaan asumsi OLS (Ordinary Least Square) dengan melihat nilai multikolinearitas.

Multikoliearitas merupakan suatu pelanggaran asumsi OLS dimana terdapat hubungan yang linear antara variable bebas yang satu dengan yang lain. Pelanggaran asumsi OLS ini membuat nilai T-hitung dari variable bebas menjadi kecil sehingga variable tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap variable dependen. Multikolinearitas terjadi ketika VIF lebih besar dari 10 ( VIF > 10). Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada model.

Banyak Jaring Apung (X1)

Banyak jaring apung berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas, dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,0404. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan satu persen banyak kolam maka akan diikuti peningkatan jumlah produksi ikan mas sebesar 0,0404 persen (cateris paribus). Penambahan banyaknya kolam tidak mudah dilakukan oleh pembudidaya, karena semakin banyak jumlah yang dimiliki maka modal yang diperlukan semakin besar.

Badan Pengawas Waduk Cirata (BPWC) saat ini sedang mengurangi jumlah keramba jaring apung di Waduk Cirata dan tidak memberikan izin untuk penambahan kolam baru. Hal ini disebabkan daya tampung waduk Cirata terhadap keramba jaring apung sudah melampaui batas, sehingga pemanfaatannya tidak optimal dan dapat merusak lingkungan waduk Cirata sendiri. Ukuran KJA yang digunakan oleh pembudidaya ikan di Waduk Cirata seluruhnya sama, yaitu 7m x

7m x 3m. Sedangkan kepemilikan jumlah KJA tiap pembudidaya berbeda tergantung modal yang dimilikinya.

Keramba jaring apung di Waduk Cirata memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pencemaran waduk Cirata. Salah satu dampaknya adalah banyaknya sampah sterofoam bekas pelampung keramba jaring apung yang mengambang di waduk Cirata. Uji statistik menunjukkan bahwa banyaknya kolam berpengaruh nyata terhadap produksi ikan mas.

Benih (X2)

Benih berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas, dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,4284. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan benih satu persen maka akan diikuti peningkatan jumlah produksi ikan mas sebesar 0,4284 persen (cateris paribus). Pembudidaya ikan mas di Waduk Cirata memperoleh benih dari Supplier yang sudah biasa memasok benih ikan kepada pembudidaya. Penambahan benih dapat dilakukan pembudidaya dengan mudah karena harganya masih terjangkau oleh pembudidaya. Selain itu, pasokan benih ikan mas masih dapat terpenuhi oleh daerah yang menjadi pemasok benih, yaitu daerah Cianjur, Bandung dan Subang. Benih yang baik menurut pembudidaya adalah benih yang berasal dari daerah Subang dan Bandung. Kualitas benih yang baik dapat dilihat dari pergerakannya saat diberi pakan.

Benih yang baik akan bergerak dengan cepat apabila pembudidaya datang dan memberikan pakan serta bergerak cepat apabila ada rangsangan. Apabila benih berpencar dan pergerakannya lambat maka benih kualitasnya kurang baik dan akan menyebabkan menurunnya hasil produksi. Umumnya pembudidaya tidak memiliki jumlah standar benih yang ditanamkan oleh pembudidaya pada kolam masing-masing. Dasar penggunaan jumlah benih per kolam masing-masing pembudidaya adalah pengalaman pembesaran sebelumnya. Uji statistik menunjukkan bahwa benih berpengaruh secara nyata di lapangan terhadap produksi ikan mas.Pada kondisi di lapangan yang sebenarnya penambahan jumlah benih akam berpengaruh pada hasil produksi.

Pakan (X3)

Pakan berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,4014. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan pakan sebesar satu persen maka akan diikuti dengan peningkatan produksi ikan mas sebesar 0,4014 persen (cateris paribus). Penentuan jumlah pakan yang diberikan oleh pembudidaya tergantung pada target bobot ikan pada saat di panen.

Penambahan pakan dapat dilakukan oleh pembudidaya karena pembudidaya mendapatkan pakan dengan sistem hutang dimana pakan yang diambil dibayarkan setelah panen kepadasupplier. Namun, ada juga pembudidaya yang menjual hasil panennya kepada supplier pakan yang merangkap sebagai “Bandar” ( orang yang membeli seluruh hasil produksi ikan mas dari pembudidaya), sehingga pembudidaya dapat dengan mudah untuk menambah pakan. Uji statistik menunjukkan bahwa pakan berpengaruh secara nyata di lapangan terhadap produksi ikan mas. Penambahan jumlah pakan yang diberikan berpengaruh pada hasil produksi ikan mas di lapangan sesuai dengan hasil uji statistik.

Obat-obatan (X4)

Obat-obatan berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,2816. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan obat-obatan sebesar satu persen maka akan diikuti dengan peningkatan produksi ikan mas sebesar 0,2816 persen (cateris paribus). Penambahan obat-obatan tidak dapat dilakukan begitu saja oleh pembudidaya. Hal ini disebabkan untuk penggunaan obat-obatan telah ada dosis tertentu yang telah ditetapkan sesuai dengan jumlah benih yang ditebar.

Obat-obatan diberikan pada saat benih baru berumur seminggu di dalam kolam sebelum ikan terkena penyakit, karena pemberian obat-obatan setelah ikan terkena penyakit tidak akan berpengaruh pada kesehatan ikan. Uji statistik menunjukkan bahwa obat-obatan berpengaruh secara nyata terhadap produksi ikan mas, artinya apabila obat-obatan ditambahkan maka berpengaruh pada hasil produksi di lapangan.

Lama Produksi (X5)

Lama produksi berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,0610. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan lama produksi sebesar satu persen maka akan diikuti dengan peningkatan produksi ikan mas sebesar 0,0610 persen (cateris paribus). Lama produksi disesuaikan dengan target bobot ikan yang diinginkan oleh pembudidaya saat panen. Lama produksi ikan mas pada umunya berkisar antara 90– 120 hari, namun ada juga pembudidaya yang memanen ikannya saat berumur 60 hari. Hal ini dilakukan karena pembudidaya merasa apabila lama produksi ditambah maka pembudidaya merasa akan mengalami kerugian. Umumnya lama produksi sesuai dengan pengalaman pembudidaya pada produksi sebelumnya.

Uji statistik menunjukkan bahwa lama produksi berpengaruh secara tidak nyata terhadap produksi ikan mas. Dengan demikian, walaupun lama produksi ditambahkan maka tidak terlalu berpengaruh pada hasil produksi di lapangan.

Tenaga Kerja (X6)

Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap produksi ikan mas dimana nilai koefisien regresinya sebesar 0,0748. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar satu persen, maka akan diikuti dengan peningkatan produksi ikan mas sebesar 0,0748 persen (cateris paribus). Pada umumnya pembudidaya di waduk Cirata bekerja sendiri tanpa menggunakan tenaga kerja untuk jumlah kolam dibawah 10 buah. Hal ini disebabkan kegiatan dalam proses pembesaran ikan mas di Waduk Cirata tidak begitu berat dan pembudidaya merasa sanggup untuk mengerjakannya sendiri. Selain itu, alasan pembudidaya dengan jumlah kolam di bawah 10 buah adalah mengurangi biaya tenaga kerja sehingga pendapatannya lebih besar. Uji statistik menunjukkan bahwa tenaga kerja berpengaruh secara nyata terhadap produksi ikan mas, artinya apabila tenaga kerja ditambahkan maka akan berpengaruh pada hasil produksi di lapangan.

Dokumen terkait