• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerbangan (KKOP) Pangkalan Udara TNI AU Iswahyud

VEGETASI ASL

Kegiatan pengamanan hutan dilakukan oleh polisi hutan yang berwenang untuk:

a. melakukan kegiatan dan tindakan dibidang kehutanan yang bersifat preventif dan represif;

b. mengadakan patroli di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya;

c. memeriksa surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan hasil hutan di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya;

d. menerima laporan tentang telah terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan dan kehutanan; e. mencari keterangan dan barang bukti terjadinya

tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan ;

f. dalam hal tertangkap tangan, berwenang menangkap dan menahan tersangka beserta barang bukti dan dalam waktu yang secepatnya menyerahkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk ditindak lanjuti sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

g. membuat dan menandatangani laporan tentang terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.

5

5..44..22

PPEENNGGEELLOOLLAAAANNKKAAWWAASSAANNPPEERRUUNNTTUUKKAANN

H

HUUTTAANN

RRAAKKYYAATT

Saat ini sebagian besar hutan di Kabupaten Pacitan merupakan hutan rakyat, yaitu seluas 65.951 Ha. Dalam UU No. 41/1999, hutan rakyat dimaksudkan sebagai hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik. Hutan rakyat pada saat ini memiliki fungsi sebagai hutan produksi dengan jumlah produksi sebesar 222.462,50 m3 pada tahun 2008.

Hutan rakyat ini terletak di kawasan yang seharusnya memiliki fungsi lindung, dilihat dari kemiringan lahan yang lebih dari 40% bahkan lebih dari 60%, kemudian dilihat pula dari struktur tanahnya yang berupa litosol dan redzina yang merupakan lapisan yang rentan dan memiliki tingkat erosi yang tinggi.

Arahan pengelolaan kawasan peruntukan hutan rakyat yang sudah ada antara lain:

1) Kegiatan budidaya yang telah ada sebelumnya, baik berupa bangunan, budidaya pertanian, hutan rakyat, dsb, bila terpaksa harus dipertahankan keberadaannya dan harus diupayakan agar kegiatan tersebut tidak

mengganggu atau diminimalkan gangguannya terhadap fungsi lindung.

2) Penebangan hasil hutan dilakukan secara terbatas/bertahap.

3) Pada lahan yang saat ini sudah digunakan sebagai kegiatan pertanian dan perkebunan, dapat menggunakan Sistem Parak. Sistem Parak merupakan sistem pengelolaan hutan dengan menanami kebun pepohonan campuran yang terletak di lereng-lereng di antara desa dan kawasan hutan. Parak memiliki keanekaragaman spesies dan kerapatan pohon yang tinggi serta dapat menghasilkan hasil hutan yang beragam untuk dijual maupun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

4) Teknik penanaman harus mengikuti kaidah konservasi tanah, yaitu penanaman dilakukan sejajar kontur agar tidak menyebabkan tingkat erosi yang tinggi.

5) Agar hutan mendapat perlindungan, maka perlu adanya kegiatan sosialisasi/penyuluhan fungsi perlindungan hutan, pembuatan ilaran api, pemeliharaan sekat bakar, pengadaan sarana pemadam kebakaran, pengaturan penggembalaan ternak dalam hutan, pengambilan rumput dan makanan ternak lainnya serta serasah dari dalam kawasan hutan.

5

5..44..33

PPEENNGGEELLOOLLAAAANNKKAAWWAASSAANN

PPEERRUUNNTTUUKKAANN

P

PEERRTTAANNIIAANN

Pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten Pacitan diarahkan melalui pendekatan pembangunan sistem dan usaha agribisnis. Pembangunan sistem agribisnis dapat diartikan sebagai cara pandang dengan menekankan kepada tiga hal, yaitu Pertama, melalui pembangunan agribisnis, pendekatan pembangunan pertanian ditingkatkan dari pendekatan produksi ke pendekatan yang berdasarkan bisnis. Dengan orientasi kepada bisnis, maka pembangunan usaha bisnis yang berdaya saing dan berkelanjutan menjadi dasar pertimbangan utama. Kedua,

dalam pembangunan agribisnis pembangunan pertanian bukan semata pembangunan sektoral namun juga terkait/ditentukan oleh agroindustri hilir, agroindustri hulu dan lembaga jasa penunjang. Dan Ketiga, pembangunan pertanian bukan sebagai pembangunan parsial pengembangan komoditas, melainkan sangat terkait dengan pembangunan wilayah, khususnya pedesaan yang berkaitan erat dengan upaya-upaya peningkatan pendapatan masyarakat pertanian.

Pembangunan pertanian dalam kerangka system agribisnis merupakan suatu rangkaian dan keterkaitan dari: (1) Sub agribisnis hulu (up stre a m a g rib usine ss) yaitu seluruh kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi bagi pertanian primer (usahatani), yang dapat berupa pupuk, benih, pestisida, infrastruktur, saprodi; (2) Sub agribisnis usahatani (o n- fa rm a g rib usine ss) atau pertanian primer, yaitu kegiatan yang menggunakan sarana produksi untuk menghasilkan komoditas pertanian primer, yang dapat berupa petani, kelompok tani, budidaya. (3) Sub agribisnis hilir (do wn-stre a m a g rib usine ss) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik bentuk produk antara (inte rme dia te p ro duc t) maupun bentuk produk akhir (finishe d p ro duc t), yang dapat berupa agroindustri, pemasaran; dan (4) Sub jasa penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga sub agribisnis di atas, yang dapat berupa KUD, perbankan, pendidikan dan pelatihan.

Pengembangan usaha agribisnis merupakan upaya meningkatkan kuantitas, kualitas menajemen, dan kemampuan untuk melakukan usaha secara mandiri, dan memanfaatkan peluang pasar dari pelaku agribisnis. Pelaku utama agribisnis adalah petani dan dunia usaha meliputi usaha rumah-tangga, usaha kelompok, koperasi, usaha menengah, maupun usaha besar. Pelaku agribisnis tersebut merancang, merekayasa dan melakukan kegiatan agribisnis itu sendiri mulai dari identifikasi pasar yang kemudian diterjemahkan kedalam proses produksi. Pemerintah memberikan fasilitas dan mendorong berkembangnya usaha- usaha agribisnis tersebut.

Kawasan Peruntukan pertanian menyebar di berbagai tempat di Kabupaten Pacitan, dengan pusat pengembangan potensi pertanian di Kecamatan Nawangan dan Kecamatan Bandar. Kegiatan pertanian di Kabupaten Pacitan terbagi atas tiga jenis kegiatan pertanian, yaitu

tanaman pangan dan holtikultura, peternakan dan perkebunan.

1. Kawasan Tanaman Pangan dan Holtikultura, Buah- buahan, dan Bio Farmaka

Kawasan budidaya tanaman pangan dan holtikultura dikelompokkan menjadi: kelompok palawija, kelompok hortikultura/sayuran, kelompok pertanian padi sawah, kelompok buah-buahan, dan kelompok bio farmaka. Kawasan pengembangan palawija berada di lahan dataran rendah dengan kemiringan <15%. Sedangkan kawasan pengembangan tanaman sayuran berada di lahan dataran tinggi dengan kemiringan <15% dan berhawa sejuk. Kawasan budidaya pertanian padi sawah berada di dataran datar sampai berombak, yang memilki sumber air mencukupi. Kelompok buah-buahan dan bio farmaka dikembangkan sesuai dengan kemampuan lahan.

a. Adapun arahan Pengembangan Tanaman Palawija adalah sebagai berikut:

Palawija dikembangkan sebagai tanaman tumpangsari dengan tanaman perkebunan (dibawah kelapa dan cengkih).

Palawija dikembangkan untuk meningkatkan Indek Pertanaman (IP) di lahan sawah irigasi dan tadah hujan.

b. Arahan Pengembangan Tanaman Sayuran:

Tanaman sayuran terdiri atas bawang daun, kentang, wortel, tomat dan kacang merah

Tanaman sayuran dikembangkan sebagai tanaman pokok di dataran tinggi.

Pengembangan tanaman sayuran harus disertai dengan tindakan konservasi tanah dan air.

Pengembangan tanaman sayuran secara berangsur dikembangkan kearah sistem pertanian organik .

Perlu adanya pasar dan laboratorium ekolabeling. Perlu dikombinasikan dengan usaha peternakan, sehingga limbahnya dapat didayagunakan secara imbal balik.

c. Arah Pengembangan Tanaman Padi Sawah: Debit air perlu diatur secara teratur.

Perlu menjaga sumber air untuk menjaga kelangsungan irigasi.

Mengendalikan alih fungsi lahan irigasi dengan mengarahkan pembangunan permukiman kearah lahan kering, sehingga ada lahan irigasi permanen (sawah status S1).

Sedangkan arahan untuk seluruh jenis tanaman pertanian adalah pengembangan pertanian dilakukan pada lahan- lahan saat ini dan lahan-lahan yang sesuai untuk dikembangkan pertanian sekaligus diupayakan menunjang pengembangan kegiatan pariwisata. Maksud dari lahan saat ini adalah lahan-lahan yang sudah diusahakan sebagai lahan kegiatan pertanian, termasuk yang berada di kawasan sempadan sungai. Sementara yang dimaksud dengan “lahan yang sesuai untuk dikembangkan pertanian” adalah lahan-lahan yang kandungan kimiawi dan struktur tanahnya dinyatakan sesuai bagi pengembangan kegiatan pertanian.

Dengan memperhatikan arahan yang akan dituju, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

Perlunya pengaturan pemupukan yang ramah lingkungan, terutama bagi lahan-lahan pertanian yang berada di kawasan sempadan sungai

Bagi kegiatan pertanian di perbatasan atau di dalam kawasan lindung, pengembangannya dilakukan terbatas dengan tidak mengubah fungsi lindungnya. Arti terbatas disini adalah bahwa luasan yang diusahakan saat ini tidak dapat diperluas.

Pengembangan pertanian di kawasan sempadan sungai (bibir sungai) khususnya dapat dilakukan dengan menggunakan pengairan yang terkontrol pada satu sistem irigasi dan penggunaan pestisida yang terkontrol

Pengembangan paket wisata pertanian (a g ro -to urism) dengan memanfaatkan kegiatan tani sebagai obyek wisata yang dapat dinikmati oleh para wisatawan, misalnya:

o Kegiatan panen o Kegiatan persemaian o Kegiatan pemerahan susu 2. Kawasan Peruntukan Peternakan

Kawasan budidaya peternakan dikelompokkan menjadi dua kawasan pengembangan, yaitu kawasan pengembangan ternak kerbau dan kawasan pengembangan ternak sapi, kambing, dan domba. Kawasan peternakan merupakan kawasan yang

diperuntukkan bagi kegiatan peternakan. Untuk meningkatkan produksi peternakan, maka kegiatan peternakan yang dikembangkan di Kabupaten Pacitan perlu dilakukan dengan teknologi tinggi. Teknologi tinggi ini juga akan menyebabkan tidak adanya bau dan limbah dari kegiatan perternakan yang dapat mengganggu lingkungan setempat. Untuk meningkatkan produksi peternakan yang di kelola oleh masyarakat, perlu diupayakan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan dan instansi terkait melalui penyediaan fasilitas dan prasarana penunjang kegiatan ini, pemberiaan bantuan modal usaha secara bergulir, pemberdayaan sumber daya peternak/para petugas melalui pembinaan dan penyuluhan, serta mendorong terbentuknya pola kemitraan antara para peternak dengan peternak besar/swasta, terutama dalam hal pengembangan teknologi peternakan, penyediaan/pengembangan bibit unggul dan bantuan pemasaran.

Untuk menjaga kelestarian kawasan lindung di Kabupaten Pacitan, pengembangan kawasan peternakan di Kabupaten Pacitan sebaiknya dibuat dengan luasan yang tidak terlalu besar dengan luasan maksimal 100 Ha. Selain itu untuk menjaga lingkungan agar tetap higienis, peternak wajib menyediakan pengolahan limbah buangan untuk di tre a tme nt sesuai ambang batas minimum yang dapat ditolerir. Dengan demikian keberadaan peternakan ini tidak mengganggu lingkungan sekitarnya, terutama bagi masyarakat secara luas. Apabila kewajiban ini tidak dapat dipenuhi oleh para peternak, perlu adanya pengenaan sanksi berupa denda yang tinggi atau dihentikan kegiatan usahanya.

3. Kawasan Peruntukan Perkebunan

Kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pertanian tanaman tahunan/perkebunan dengan jenis komoditi utama berupa hasil perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan pangsa pasar yang baik. Agar jenis tanaman ini mempunyai nilai ekonomis tinggi perlu dilakukan upaya penguasaan teknologi perkebunan, baik melalui pelatihan, bimbingan atau studi banding. Untuk itu diperlukan peran aktif Pemerintah terutama dalam membangun tempat pelatihan bagi para petani guna meningkatkan kemampuan untuk menguasai teknologi pertanian.

Untuk meningkatkan nilai jual hasil tani di Kabupaten Pacitan seperti melinjo, kemiri, sukun, nangka dan tanaman lainnya, perlu adanya pengembangan industri pengolahan dan industri kemasan hasil perkebunan. Kawasan budidaya perkebunan dikembangkan di seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan. Arahan pengembangan kawasan perkebunan adalah sebagai berikut:

Pemilihan jenis komoditi disesuaikan dengan agroekosistem (kesesuaian lahan).

Komoditi yang dikembangkan berorientasi pasar. Manajemen pengelolaan bersifat agribisnis.

5

5..44..44

PPEENNGGEELLOOLLAAAANNKKAAWWAASSAANNPPEERRUUNNTTUUKKAANN

P

PEERRIIKKAANNAANN

Wilayah Pesisir Kabupaten Pacitan tersebar di 7 kecamatan. Panjang Pantai di Kabupaten Pacitan 70,709 km, membentang dari Kecamatan Sudimoro hingga Kecamatan Donorojo. Wilayah pesisir diarahkan kepada pengembangan kegiatan budidaya air payau dan perikanan tangkap. Di wilayah yang dialiri aliran sungai, diarahkan untuk pengembangan perikanan budidaya, yaitu untuk budidaya ikan air tawar.

Komoditas air payau yang dikembangkan adalah udang vanname dan bandeng, sedangkan untuk budidaya air tawar dikembangkan budidaya lele, nila, tombro, tawes dan gurami. Untuk budidaya air laut di Kabupaten Pacitan dikembangkan rumput laut. Komoditi perikanan tangkap yang menonjol adalah tuna/baby tuna, cakalang, tongkol, dorang, kembung, tengiri, layur, kakap, pari, cucut, runang, lemuru, tiga waja, manyung, kuwe, petek, rebon, julung dan teri.

Memperhatikan arah pengembangan diatas terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

Upaya peningkatan produksi perikanan tangkap hendaknya didukung dengan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia nelayan, peningkatan teknologi penangkapan ikan serta penguatan modal usaha. Akses pasar yang lebih memberikan peluang bagi nelayan dan pengusaha perikanan di Kabupaten Pacitan seyogyanya menjadi salah satu prioritas dalam pengembangan usaha perikanan tangkap. Demikian pula aspek pengelolaan hasil produksi,

sehingga masyarakat nelayan mempunyai peluang untuk memperoleh nilai tambah dari hasil produksinya. Pengawasan dan pengendalian dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan perlu mendapat perhatian semua pihak, mengingat sumberdaya ikan bukan merupakan sumberdaya yang tidak dapat habis. Pengawasan terhadap aktivitas penangkapan ikan yang menggunakan teknik dan alat yang dapat merusak ekosistem perairan hendaknya ditingkatkan, sebagai upaya untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan dan biota lainnya sehingga tetap lestari.

Untuk kegiatan perikanan yang berdekatan dengan lokasi obyek wisata dapat dikembangkan sebagai paket wisata yang dapat dikembangkan sebagai paket wisata perikanan (fisheries tourism) dengan memanfaatkan kegiatan meliputi: pembibitan ikan, penen ikan, pemberian pakan, penambahan jumlah ikan dan pemancingan.

Untuk menjaga ekosistem laut, maka perlu adanya pelarangan penangkapan ikan laut dengan bahan peledak, potas, serta alat tangkap pukat harimau.

5

5..44..55

PPEENNGGEELLOOLLAAAANNKKAAWWAASSAANN

PPEERRUUNNTTUUKKAANN

P

PEERRTTAAMMBBAANNGGAANN

Potensi tambang di Kabupaten Pacitan terdiri atas bahan tambang dan galian klasifikasi A, klasifikasi B dan Kalsifikasi C yang tersebar di 85% wilayah Kabupaten Pacitan. Namun potensi ini tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, karena kondisi fisik Pacitan yang tidak memungkinkan. Berdasarkan hal tersebut maka arahan pengelolaan potensi pertambangan adalah sebagai berikut:

Penetapan Wilayah Pertambangan (WP) yang meliputi Wilayah Usaha Pertambangan (WUP); Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR); dan Wilayah Pencadangan Negara (WPN).

Agar perkembangan kawasan pertambangan tidak merusak lingkungan, kegiatan ini perlu diawasi secara ketat perkembangannya dan dibuat aturan yang mengharuskan para investor ini untuk menguruk bekas galiannya agar tidak meninggalkan lubang-lubang bekas galian yang dapat menimbulkan dampak negatif/kerusakan terhadap lingkungan.

Arahan jenis tambang yang dikembangkan di Kabupaten Pacitan adalah yang mempunyai nilai ekonomis dan diterima pasar.

Sejumlah bahan tambang telah dieksplorasi oleh beberapa pihak. Bahan galian atau sumber daya mineral yang telah dieksplorasi pada tahun 2007 adalah batu bara di Kecamatan Tulakan seluas 0,56 ha; mangan di Kecamatan Tegalombo 2 KP ( 0,54 ha dan 1,2 ha ) dan di Kecamatan Bandar 2 KP ( 3,06 ha dan 2,74 ha); emas di Kecamatan Nawangan seluas 5.612 ha; batu gamping di Kecamatan Pringkuku sebanyak 2 SIPD (1,87 dan 0,5 ha); bentonit di Kecamatan Pringkuku, Desa Pelem sebanyak 4 SIPD (49,375 ha,0,72 ha,0,77 ha, dan 1,45 ha) dan Desa Tamanasri 1 SIPD (0,92 ha); zeloit di Kecamatan Bandar 1 SIPD (0,32 ha); lempung di Kecamatan Tegalombo sebanyak 1 SIPD (0,04 ha); feldspar di Kecamatan Arjosari 1 SIPD (0,45 ha) dan di Kecamatan Tulakan 1 SIPD (0,10 ha), batuan breksi di Kecamatan Nawangan Desa Jetis Lor 4 SIPD (0,27 ha,1,60ha,0,38 ha,0,5 ha), di Desa Nawangan 1 SIPD (1,69 ha), di Desa Tokawi 2 SIPD (0,93 ha dan 2,42 ha), di Kecamatan Pacitan 2 SIPD (0,51 ha dan 1,40 ha), di Kecamatan Bandar 1 SIPD (0,67 ha); dasit, basalt, andesit, dan granit di Kecamatan Pacitan sebanyak 1 SIPD (0,87 ha) dan di Kecamatan Tegalombo 1 SIPD (1,23 ha); serta sirtu di aliran sungai Grindulu Kecamatan Pacitan 15 SIPD (9,02 ha) dan Kecamatan Arjosari 9 SIPD (8,405 ha), di aliran sungai Lorok Kecamatan Ngadirojo 2 SIPD (1,10 ha) dan Kecamatan Kebonagung 1 SIPD (0,27 ha). Pemegang ijin pertambangan tersebut wajib melaksanakan reklamasi pada kawasan hutan bekas areal pertambangan sesuai dengan tahapan kegiatan pertambangan.

Setiap pengajuan ijin pertambangan yang rencana kegiatannya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan wajib melengkapi dengan AMDAL atau UKL- UPL yang direkomendasi instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup.

5

5..44..66

PPEENNGGEELLOOLLAAAANNKKAAWWAASSAANNPPEERRUUNNTTUUKKAANN

I

INNDDUUSSTTRRII

Kawasan peruntukan industri merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang diperuntukan bagi kegiatan

industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan.

Sebagian besar jenis industri yang ada di Kabupaten Pacitan merupakan industri kecil. Kegiatan industri yang prospektif dikembangkan hingga tahun 2028 adalah jenis industri yang mendukung perkembangan potensi daerah, yaitu industri yang menudukung kegiatan pertanian, pariwisata, perikanan dan pengolahan hasil galian di Kabupaten Pacitan. Industri yang dikembangkan ini harus dapat memanfaatkan secara optimal sumber daya manusia, alam, dan sumber daya teknologi.

Untuk mewujudkan tertib ruang dalam pengembangan kegiatan industri di Kabupaten Pacitan, perizinan investasi industri harus diarahkan ke kawasan peruntukan industri yang telah ditetapkan. Sedangkan lokasi industri yang sudah ada dan berada di luar kawasan peruntukan industri yang telah ditetapkan dan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Pacitan, terutama yang terindikasi dan/atau berpotensi mencemari lingkungan harus dipindahkan secara bertahap ke kawasan peruntukan industri yang sudah di tetapkan dalam tata ruang Kabupaten Pacitan ini. Langkah ini perlu diambil untuk memudahkan kontrol dan pengawasan, menghindari terjadinya konflik kepentingan dengan

lingkungan sekitarnya, mengurangi tingkat pencemaran yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitarnya, serta untuk menjaga tingkat kenyamanan dan keindahan Kabupatan Pacitan.

Industri yang diperkirakan akan berdampak pada lingkungan, harus menggunakan teknologi yang ramah lingkungan sehingga limbah industri yang dihasilkan memenuhi baku mutu lingkungan yang berlaku. Kualitas lingkungan sekitar industri tersebut harus tetap dapat terjaga dan melengkapi usaha dengan dokumen/formulir studi lingkungan yang direkomendasi instansi yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup, yaitu AMDAL atau UKL-UPL.

Agar kegiatan industri yang akan dikembangkan ini dapat memberi manfaat terhadap masyarakat setempat serta berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dilakukan upaya pemberdayaan dan peningkatan ketrampilan bagi masyarakat setempat yang berminat bekerja di sektor ini, meningkatkan produktivitas tenaga kerja serta usaha untuk meningkatkan penguasaan teknologi, baik melalui transfer teknologi atau melalui peningkatan kemampuan terhadap teknologi yang digunakan. Selain itu, untuk menunjang pengembangan kegiatan industri perlu pula ditunjang kelengkapan sarana dan prasarana pendukungnya, seperti peningkatan aksessibilitas yang baik, serta suplai air, listrik dan telekomunikasi yang memadai.

5

5..44..77

PPEENNGGEELLOOLLAAAANNKKAAWWAASSAANNPPEERRUUNNTTUUKKAANN

P

PAARRIIWWIISSAATTAA

Kegiatan pariwisata yang akan dikembangkan di Kabupaten Pacitan dititikberatkan pada kegiatan wisata budaya, wisata alam dan wisata bahari, dengan ta rg e t ma rke t tidak hanya penduduk Kabupaten Pacitan dan sekitarnya saja tetapi juga untuk menarik minat wisatawan manca negara berkunjung di kabupaten ini. Agar pariwisata dapat berkembang, maka rencana pengembangan kegiatan pariwisata diarahkan pada pengembangan pusat-pusat informasi obyek wisata,

maksimalisasi daya tarik panorama alam dan melestarikan bangunan bersejarah dengan melibatkan peran aktif masyarakat setempat.

Arahan-arahan sebagaimana tersebut di atas dapat diwujudkan dengan memperhatikan beberapa hal, seperti:

Pengembangan produk kepariwisataan Kabupaten Pacitan melalui strategi pengembangan tematik kepariwisataan terpadu dalam satu kesatuan Kawasan Pengembangan Pariwisata.

Pengembangan produk kepariwisataan mengacu pada pendekatan koridor wisata terpadu lintas batas wilayah (b o rde rle ss to urism).

Pengembangan kepariwisataan Kabupaten Pacitan berbasis wisata alam dan wisata budaya melalui pengembangan paket-paket wisata yang kreatif dan inovatif.

Kegiatan wisata yang berada di kawasan lindung dapat dipertahankan dan tetap ditingkatkan kualitas pelayanannya untuk wisatawan/pengunjung dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan tetap menjaga kebersihan lingkungan di sekitarnya.

Obyek wisata alam sebaiknya membatasi jumlah bangunan dan dikonsentrasikan pada lokasi yang sesuai Untuk kegiatan wisata sejarah, bangunan bersejarah yang ada dipertahankan dengan:

o Mengembalikan fungsinya sebagai bangunan

bersejarah dan obyek wisata.

o Merenovasi bangunan yang sudah tua dan rusak o Mempertahankan dan menambah nuansa budaya

di lingkungan sekitar obyek wisata bersejarah.

o Penataan fisik lingkungan di sekitar obyek wisata

bersejarah, dengan fokus pada obyek wisata tersebut.

o Jika bangunan bersejarah di pinggir jalan, sebaiknya

disediakan lahan parkir dan tempat beristirahat yang cukup, sehingga tidak mengganggu lalu lintas. Kawasan karst yang merupakan salah satu kawasan yang

dapat dimanfaatkan sebagai obyek pariwisata, perlu dikembangkan potensinya, dilestarikan dan mendapatkan perlindungan agar tidak mengakibatkan bencana untuk wilayah disekitarnya. Untuk itu diperlukan beberapa kebijakan pembangunan di kawasan kars, diantaranya adalah perlindungan kawasan hutan lindung, pengembangan daerah tangkapan mata air dan sungai bawah tanah, pengelolaan sempadan pantai, pengelolaan sempadan mata air dan pengelolaan gua.

5

5..44..88

PPEENNGGEELLOOLLAAAANNKKAAWWAASSAANNPPEERRUUNNTTUUKKAANN

P

PEERRMMUUKKIIMMAANN

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan Permukiman, Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Kawasan permukiman merupakan kawasan yang dimanfaatkan untuk tempat tinggal dan kegiatan masyarakatnya. Pada prinsipnya pengembangan permukiman dapat dialokasikan pada lahan yang kurang produktif dan memiliki kemiringan lereng dibawah 15%. Direncanakan pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Pacitan yang saat ini mengikuti pola jalan dan diprediksikan akan terus berkembang seperti itu. Pengembangan kegiatan permukiman harus dibarengi dengan pelengkapan sarana dan prasarana.

Pola pengembangan kegiatan permukiman ini harus saling terintegrasi antara permukiman baru yang akan dikembangkan dengan permukiman penduduk yang sudah ada, sehingga tercipta keserasian dan dapat dihindari tumbuhnya kerawanan sosial akibat adanya kesenjangan. Khusus untuk pengembangan kawasan permukiman di lokasi yang saat ini berlokasi di daerah yang rawan terhadap bencana, diarahkan pada permukiman dengan perumahan berkepadatan rendah.

Setiap pusat permukiman (yang mengarah menjadi kota) diarahkan untuk mampu berfungsi sebagai pusat wilayah belakangnya, terutama dalam kegiatan perdagangan dan pemasaran bagi produk-produk yang dihasilkan oleh hutan lindung disamping memberikan pelayanan sosial dan jasa.

Kecamatan yang berfungsi sebagai pusat permukiman yang skala luas adalah Kecamatan Pacitan. Arahan fungsi kota/pusat permukiman yang mengarah menjadi status kota untuk Kecamatan Pacitan dalam kurun waktu 20 tahun (Th. 2028) tidak saja ditetapkan oleh kecenderungan perkembangan fungsi kota tetapi ditentukan berdasarkan

Dokumen terkait