BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada Negara yang dipungut berdasarkan
peraturan perundang-undangan tanpa imbalan jasa secara langsung untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional. Pembangunan nasional
adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual, salah satu penerimaan Negara
yang sangat penting untuk membiayai pembangunan itu adalah pajak, disamping
minyak dan gas bumi karena penerimaan Negara dari sektor pajak tiap tahun terus
meningkat.
Reformasi perpajakan nasional (tax reform) tahun 1984 bertujuan untuk meningkatkan penerimaan Negara dari sector pajak. Undang-undang pajak baru
menganut self assessment system yaitu suatu sistem pemungutan pajak dengan memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungka
membayar dan melaporkan sendiri pajak terhutang, sedangkan fiskus hanya
mengawasi dan melayani wajib pajak, dengan mengubah sistem pemungutan tersebut
diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melunasi kewajiban
BAB 1 PENDAHULUAN
Indonesia sekarang ini memuntut Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk selalu
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap wajib pajak.
Semenjak dilakukan reformasi pajak (tax reform) hampir tiga dasawarsa lalu, sektor pajak telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam penerimaan negara.
Melalui berbagai kebijakan yang mengikuti reformasi pajak, diberlakukan sistem
menghitung pajak sendiri (self assessment system) yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak, sampai dengan sunset policy, memperlihatkan bahwa pajak dan wajib pajak mempunyai peran yang menentukan. Negara harus bertindak sebagai bapak
yang baik. Undang-Undang Pajak pada hakikatnya merupakan ketentuan hukum
administrasi, yakni mengatur kewenangan negara untuk memungut pajak
Pajak merupakan sarana yang digunakan pemerintah untuk memperoleh dana
dari rakyat. Hasil penerimaan pajak tersebut untuk mengisi anggaran negara sekaligus
membiayai keperluan belanja Negara. Pajak dibedakan menjadi dua fungsi yaitu
fungsi budgetair (sumber penerimaan negara) dan fungsi regulerend (mengatur). Fungsibudgetairartinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sedangkan fungsi
regulerend artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan – tujuan tertentu
di luar bidang keuangan. Dari fungsi ini pada dasarnya pemerintah ingin kembali
menegaskan peranan penting pajak baik sebagai alat penerimaan negara seperti yang
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam rangka upaya peningkatan penerimaan pajak, pemerintah melakukan
perubahan mendasar dengan dikeluarkannya UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan merubah sistem pemungutan pajak yang
digunakan di Indonesia yaitu digunakannya self assessment system yang menggantikan official assessment system. Kedua sistem ini memiliki perbedaan dalam mekanisme dan sudut pandang terhadap wajib pajak. Padaofficial assessment system, petugas pajak berkewajiban menetapkan berapa besar sesungguhnya pajak yang terutang oleh wajib pajak, sedangkan padaself assessment system, wajib pajak berkewajiban, menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri
jumlah pajak yang terutang. Walaupun berbeda, kedua sistem penetapan pajak
tersebut dalam praktiknya tetap memerlukan pengawasan dari pihak pemerintah
dalam bentuk pemeriksaan untuk menguji kepatuhan wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Salah satu bentuk pengawasan tersebut adalah melalui pemeriksaan. Yang
dimaksud dengan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perapajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan dilaksanakan oleh
pemeriksa pajak. Pemeriksa pajak adalah pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan
BAB 1 PENDAHULUAN
pemeriksaan, undang-undang juga membatasi kewenangan tersebut agar jangan
sampai pemeriksaan tersenut dilakukan secara sewnang-wenang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak,
yaitu:
1. Kebijakan Umum Pemeriksaan Pajak : SE-01/PJ.7/2006 tanggal 15 Maret 2006.
2. Tata Cara Pemeriksaan Pajak, yang diatur dalam:
2.1.Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 545/KMK.04/2000 tanggal 7 Desember
2006.
2.2.Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-123/PJ./2006 tanggal 15
agustus 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan.
2.3.Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-19/PJ./2006 tentang
Penataan Ulang Fungsi Pemeriksaan Pajak tanggal 12 september 2006.
2.4.Berita Acara tidak memberikan tanggapan/ berita.
Pada prinsipnya pemeriksaan pajak dapat dilakukan terhadap semua wajib
pajak, namun karena keterbatsan sumber daya manusia atau tenaga kerja pemeriksa
di DJP, maka pemeriksaan tidak dapat dilakukan terhadap semua wajib pajak.
Pemeriksaan hanya akan dilakukan terutama terhadap wajib pajak yang SPT-nya
menyatakan lebih bayar karena hal ini telah diatur dalam UU KUP. Disamping itu
pemeriksaan juga dilakukan terhadap wajib pajak tertentu dan wajib pajak yang
tingkat kepatuhannnya dianggap rendah. Pada masa yang akan datang, dengan kuasa
BAB 1 PENDAHULUAN
kepada wajib pajak yang tingkat kepatuhannya rendah tersebut atau wajib pajak yang
memenuhi kriteria tertentu.
Kerja Praktek adalah metode latihan operasional dimana penulis dilatih
secara langsung untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan
etika pekerjaan, sikap, tugas, tanggung jawab serta kesempatan untuk menerapkan
ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan secara khusus, selain itu penulis
juga ingin mengetahui seberapa besar kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Kemudian itu, penulis juga ingin mengetahui kinerja
Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Majalaya dalam melakukan pemeriksaan
pajak untuk tujuan lain. Dari semua permasalahan tersebut penulis tertarik untuk
melakukan Kerja Praktek dengan judul “TINJAUAN ATAS PROSEDUR PEMERIKSAAN UNTUK TUJUAN LAIN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MAJALAYA”.
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek 1.2.1. Maksud Kerja Praktek
Mengumpulkan data dan informasi terkait dengan prosedur pemeriksaan
untuk tujuan lain pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.
BAB 1 PENDAHULUAN
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi saat melakukan pemeriksaan pajak
untuk tujuan lain.
3. Untuk mengetahui Prosedur Pemeriksaan untuk Tujuan lain dalam
melaksanakan Pemeriksaan Lapangan.
1.3 Kegunaan Hasil Kerja Praktek
Informasi – informasi yang berhasil dikumpulkan selama kerja praktek ini
baik yang diperoleh dari perusahaan maupun literatur, diharapkan akan memberikan
manfaat bagi penulis, bagi perusahaan, serta bagi pihak lainnya.
1. Bagi Penulis :
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan perbandingan yang dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta menjadi informasi yang
memadai tentang prosedur pemeriksaan untuk tujuan lain yang bergerak di
bagian pemeriksaan.
2. Bagi Perusahaan :
Dapat dijadikan masukan dan bahan untuk mengevaluasi bagi pengembangan
perusahaan dan sumbangan bagi bagian pemeriksaan KPP Pratama Majalaya
dalam menetapkan prosedur pemeriksaan untuk Tujuan Lain.
3. Bagi Pihak Lainnya :
Dapat menjadi tambahan referensi dan tambahan informasi tentang prosedur
BAB 1 PENDAHULUAN
1.4 Metode Kerja Praktek
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan informasi sebagai
materi pendukung dalam penyusunan laporan ini adalah menggunakan metode
deskriptif, yaitu metode yang digunakan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasikan dan menganalisis data. Artinya penelitian yang
bertujuan untuk memaparkan, menggambarkan keadaan riil terutama dengan masalah
yang dibahas, kemudian dianalisis untuk ditarik kesimpulan.
Adapun teknik dalam pengumpulan data dan informasi sebagai materi
pendukung dalam penyajian laporan ini adalah :
1. Studi Kepustakaan (library research)
Studi Kepustakaan (library research) yaitu merupakan suatu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti dan
menelaah berbagai macam bahan bacaan yang ada di perpustakaan, baik buku –
buku, diktat dan bahan – bahan lain yang ditulis dan disusun oleh beberapa
Penulis yang erat hubungannya dengan masalah yang dibahas. Juga catatan –
catatan pribadi yang pernah didapat selama mengikuti perkuliahan.
2. Studi Lapangan (Field Research)
Studi Lapangan (Field Research) yaitu merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian. Penelitian yang
BAB 1 PENDAHULUAN
Penulis melakukan pengamatan secara langsung, mempelajari, dan melakukan
pencatatan secara sistematis terhadap kegiatan – kegiatan mengenai masalah
yang akan Penulis bahas.
b. Wawancara (Interview)
Penulis melakukan kegiatan pengumpulan data dengan cara tanya – jawab
sepihak dengan para pegawai atau petugas yang bertanggung jawab dengan
perusahaan tersebut dan dikerjakan dengan sistematik dengan berlandaskan
kepada tujuan penelitian.
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Penulis melaksanakan Kerja Praktek ini di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
yang berlokasi di Jl. Peta no. 7 Bandung, sedangkan waktu mengerjakan laporan
kerja praktek yang dilakukan terhitung mulai tanggal 6 juli 2011 s.d. Desember
BAB 1 PENDAHULUAN
Tabel 1.1
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Majalaya
Sejarah pajak mula-mula berasal dari Negara Perancis pada zaman
pemerintahan Napoleon Bonaparte, yang pada zamannya beliau terkenal dengan nama “Cope Napoleon”. Pada masa itu Negara Belanda dijajah oleh Negara Perancis. Sistem pajak yang diterapkan Perancis kepada Belanda diterapkan pula oleh Belanda
kepada Indonesia pada saat Belanda menjajah Indonesia, yang ada saat itu dikenal
dengan “Oor Logs-Overgangs Blasting” (Pajak Penghasilan).
Pemungutan pajak ini oleh pemerintah Belanda dilaksanakan oleh sutu badan
yaitu “Deinspetie van Vinancian”, yang kemudian diganti nama menjadi “Zeinenbu” oleh pemerintah Jepang pada tanggal 15 Maret 1942. Lima bulan kemudian, 15
Agustus 1942, nama tersebut diganti menjadi “Kantor Inspeksi Keuangan” dan
berkantor di Gedung Concordia (sekarang Gedung Merdeka) di Jalan Asia Afrika.
Di zaman masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak Pratama
dinamakan Kantor Belasting dan kemudian berubah menjadi Kantor Inspeksi
Keuangan (setelah merdeka), kemudian berubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak yang
induk organisasinya Direktorat Jendral Pajak, Departemen Keuangan Republik
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tanggal 23
Maret 1988 Nomor Kep-276/KMK.01/1988, struktur organisasi dan tata kerja
Direktorat Jenderal pajak dirombak dan berubah nama menjadi Kantor Pelayanan
Pajak (KPP). Dengan demikian pesatnya perkembangan wilayah, maka dipandang
perlu adanya pembagian wilayah kerja agar dapat dimaksimalkan penerimaan Negara
dari sektor pajak.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak. Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksa dan Penyidikan Pajak serta Kantor
Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan.
Kantor pelayanan pajak pratama majalaya mulai di bentuk sesuai dengan
peraturan menteri keuangan Nomor : 55/PMK.01/2007 Tanggal 31 Mei 2007 tentang
perubahan atas menteri keuamgan Nomor : 132/PMK.01/2006 tentang organisasi dan
tata kerja instansi vertical direktorat jemdral pajak,keputusan direktur jendral pajak
Nomor : KEP-112/PJ.2007 Tanggal 09 agustus 2007 tentang penerapan organisasi,
tata kerja,dan saat mulai beroperasinya KPP pratama di lingkungan kanwil DJP jawa
barat 1.
Dan sesuai dengan surat eadaranDan sesuai dengan surat edaran direktur
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
wilayah KPP cimahi yang merupakan peleburan dari tiga kantor yaitu kantor
pemeriksa bandung satu,kantor pemeriksa bandung dua dan KP.PBB.B bandung dua.
Dengan jumlah pegawaisebanyak 86 orang sesuai dengan keputusan direktur
jendral pajak,tentang mutasi di lingkungan kanwil jawa barat 1 nomor :
KEP-273/274/275/PJ.01/UP.53/2007 tanggal 11 oktober 2007 yaitu mutasi
pelaksana,account refresentative,pembubaran kordinator pelaksana dan pejabat eselon IV. KPP pratama majalaya terdiri dari 1 kepala kantor dan 9 seksi :
Kepala kantor 1 pegawai
Sub. Bagian umum 9 pegawai
Seksi pelayanan 22 pegawai
Seksi PDI 9 pegawai
Seksi waskon I 7 pegawai
Seksi waskon II 9 pegawai
Seksi waskon III 8 pegawai
Seksi pemeriksaan 3 pegawai
Seksi penagihan 6 pegawai
Seksi ekstensifikasi 6 pegawai
Fungsional 6 pegawai
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Majalaya
Yang dimaksud dengan struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang
mewujudkan pola tetap dari hubungan-hubungan diantara bidang kerja, namun orang
mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam sisitem kerja sama.
KPP Pratama Majalaya dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan
Pajak yang terdiri atas sub bagian Tata Usaha dan beberapa seksi yang dipimpin oleh
masing-masing kepala seksi.
Namun setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2006 s.d 2008 Kantor
Pelayanan Pajak Pratama yang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan maka
KantorPelayananPajakPratama terbagi menjadi beberapa seksi yaitu:
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.3 Uraian Tugas KPP Pratama Majalaya
Suatu organisasi untuk mencapai tujuannya, maka diperlukan uraian tugas
yang jelas dan teratur. Uraian tugas adalah yang menjelaskan jenis pekerjaan yang
harus dilakukan oleh setiap pegawai/setiap pemegang posisi untuk mencapai tujuan
organiasasi, berikut adalah uraian tugas beserta fungsi dan peran masing – masing
unit pada KPP Pratama Majalaya :
1. Kepala Kantor
Kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkordinasikan
pelaksanaan, penyuluhan,pelayanan,dan pengawasan WP di bidang Pajak
Penghasilan,Pajak Tidak Langsung berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Sub. Bagian Umum
Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan Tata Usaha,
Kepegawaian,Keuangan dan Rumah Tangga.
3. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi ekstensifikasi perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan
potensi perpajakan,pendataan objek dan subjek pajak,pembentukan dan
pemuktahiran basis data objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (Seksi PDI)
Seksi PDI mempunyai tugas melakukan urusan pengolahan data dan
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan
produk hokum perpajakan,pengadministrasian dokumen dan berkas
perpajakan,penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan,serta penerimaan
surat lainnya,penyuluhan perpajakan,pelaksanaan registrasi WP,serta
melakukan kerja sama perpajakan.
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi pengawasan dan konsultasi I,Seksi pengawasan dan konsultasi II,Seksi
pengawasan dan konsultasi III,seksi pengawasan dan konsultasi
IV,masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban
perpajakan.
7. Seksi Pemeriksaan
Seksi pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana
pemeriksaan,pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan,penerbitan dan
penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi perpajakan
lainnya.
8. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang
pajak,penundaan dan angsuran tunggakan pajak,penagihan aktif,usulan
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional
masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan. Setiap kelompok tersebut
dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala
Kantor Wilayah dan Kepala KPP Pratama yang bersangkutan. Adapun jumlah
jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban
kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2.4 Kegiatan KPP Pratama Majalaya
Tujuan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya memberikan
pelayanan publik dengan baik kepada Wajib Pajak dengan memenuhi semua
kebutuhan Wajib Pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan prosedurnya dan tata kerja organisasi
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya, yang terdiri dari aspek-aspek
kegiatan antara lain :
1. Pelayanan terhadap WP dalam melaksanakan kewajiban perpajakan melalui
prosedur yang mudah dan sistematis.
2. Melakukan kegiatan operasional perpajakan di bidang pengolahan data
informasi, tata usaha perpajakan, pelayanan, penagihan, pengawasan dan
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3. Kegiatan pengawasan dan verifikasi atas pajak penghasilan maupun pajak
pertambahan nilai dan penerapan sanksi administrasi perpajakan dengan
mencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lain dlam
rangka pengawasan pemenuhan kewajiban perpajakan. Juga melakukan
kegiatan penatausahaan dan lampirannya termasuk kebenaran penulisan dan
perhitungan yang bersifat formal, pemantauan dan penyusunan laporan
pembayaran masa PPh, PPN, PBB, BPHTB dan pajak tidak langsung lainnya.
4. Mengadakan kegiatan penyuluhan pajak kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan WP dalam melaksanakan dan
BAB III
PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek
Penulis melaksanakan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Majalaya Bandung, penulis ditempatkan pada Bidang Pemeriksaan, dalam
pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek tersebut penulis diberikan pengarahan dan
bimbingan mengenai kegiatan bidang Pemeriksaan sehari-hari.
3.1.1 Pengertian Prosedur
Suatu kegiatan perusahaan untuk melaksanakan dan untuk mencapai
tujuannya memiliki tatacara kerja untuk melaksanakan pekerjaan yang memiliki pola
kerja tetap yang sudah ditentukan suatu perusahaaan. Dengan memiliki prosedur yang
jelas, maka setiap perusahaan tersebut akan dengan mudah mencapai tujuan dari
target usahanya.
Definisi prosedur menurutArdiyos( 2004:734 ), yaitu :
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
Sedangkan pengertian prosedur menurutMulyadi( 2001:5 ), yaitu :
“Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang
dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara
seragam transaksi perusahaan yang jadi berulang-ulang”.
Berdasarkan kedua definisi diatas prosedur dapat diartikan suatu kegiatan
yang melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk
menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi
berulang-ulang.
3.1.2 Pengertian Pemeriksaan Pajak
Pengertian Pemeriksaan pajak menurutMardiasmo(2003:30) yaitu :
“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakannya atau terhadap wajib pajak yang meminta kelebihan pembayaran pajak”.
Pengertian pemeriksaan pajak dalam keputusan Menteri keuangan
No.545/KMK 04/2000 tanggal 22 Desember 2000 olehSiti Kurnia Rahayu:
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
MenurutMardiasmo(2003:32) yaitu :
“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,mengumpulkan,mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.
Berdasarkan ketiga definisi di atas, pemeriksaan pajak ialah kegiatan untuk
mencari,mengumpulkan,mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan undang-undang pajak.
3.1.3. Pemeriksaan untuk Tujuan Lain
3.1.3.1. Pengertian Pemeriksaan untuk Tujuan Lain
Pemeriksaan untuk Tujuan Lain adalah pemeriksaan yang dilakukan dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan selain
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, dan dengan
demikian pada prinsipnya tidak dimaksudkan untuk menerbitkan surat ketetapan
pajak atau Surat Tagihan Pajak. Proses Pemeriksaan pajak untuk tujuan lain sangat
penting dalam hal penghapusan NPWP,pencabutan pengukuhan PKP dan penagihan
pajak.
Sehubungan dengan penyempurnaan Kebijakan Pemeriksaan Pajak dan
merujuk pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK.04/2000 tanggal 22
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
langkah pelaksanaan dan tertib administrasi Pemeriksaan untuk Tujuan Lain dengan
ini disampaikan kebijakan Pemeriksaan untuk Tujuan Lain sebagai berikut :
1. Pemeriksaan untuk Tujuan Lain adalah pemeriksaan yang dilakukan dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan selain
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan WP, dan dengan
demikian pada prinsipnya tidak dimaksudkan untuk menerbitkan surat ketetapan
pajak atau surat tagihan pajak.
2. Pemeriksaan untuk Tujuan Lain harus dilakukan melalui Pemeriksaan Sederhana.
3. Pemeriksaan untuk Tujuan Lain dilaksanakan setelah diterbitkan Lembar
Penugasan Pemeriksaan (LP2) atau telah diotorisasikan (dilimpahkan) untuk
diterbitkan, kecuali untuk pemeriksaan dalam rangka pemberian NPWP secara
jabatan.
4. Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) untuk Tujuan Lain harus diterbitkan
paling lambat 3 (tiga) hari sejak tanggal surat penugasan atau instruksi
pemeriksaan dengan menggunakan format sebagaimana terdapat pada Lampiran
1.
5. Pemeriksaan untuk Tujuan Lain harus diselesaikan dalam jangka waktu 4 (empat)
minggu sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan disampaikan kepada Wajib
Pajak.
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
7. Hasil pemeriksaan dirumuskan dalam suatu Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP)
dan harus mengungkapkan tercapai atau tidaknya tujuan pemeriksaan sesuai
dengan penyebab dilakukannya pemeriksaan.
8. Dalam hal ditemukan adanya data sehubungan dengan pelaksanaan kewajiban
perpajakan untuk tahun pajak berjalan dan atau tahun pajak sebelumnya,
sepanjang belum daluwarsa, di luar sasaran penugasan pemeriksaan, data tersebut
dapat diusulkan untuk diperiksa melalui prosedur Pemeriksaan Khusus.
9. Kode Pemeriksaan untuk Tujuan Lain terdapat pada Lampiran 10.
Pemeriksaan untuk Tujuan Lain dapat dilakukan dalam rangka:
1) Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak (PKP) secara jabatan;
2) Penghapusan NPWP dan atau pencabutan pengukuhan PKP;
3) Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
4) Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN);
5) Penagihan pajak;
Keberatan;
6) Penyusunan norma penghitungan penghasilan neto;
7) Pertukaran informasi dengan negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda (P3B); dan
8) Tujuan lain selain yang tersebut dalam angka 1 s.d. angka 8.
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
pajak. Tidak semua pemeriksa pajak dapat melakukan pemeriksaan pajak. Mereka
yang melakukan pemeriksaan pajak telah dibekali dengan pendidikan berkaitan
dengan tata cara pemeriksaan dan pendidikan terkait dengan materi undang-undang
pajak yang berkaitan dengan obyek yang akan diperiksa.
Konsep pemeriksaan terhadap WP berkaitan dengan undang-undang
perpajakan tentunya berbeda dengan konsep pemeriksaan menurut auditing atau
akuntansi umunya. Konsep pemeriksaan menurut auditing atau akuntansi dalam dunia
usaha lazimnya dikenal dalam rangka pemeriksaan keuangan. Objek pemeriksaan
yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan.
Sedangkan konsep pemeriksaan pajak menurut undang-undang perpajakan
merupakan salah satu hak yang dimiliki fiskus dengan tujuan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban pembayaran pajak dan untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan undang-undang pajak. Jadi konsep pemeriksaan
pajak tidak selalu berkaitan dengan persoalan kebenaran pembayaran pajak yang
telah dilakukan oleh WP. Pemeriksaan pajak untuk tujuan lain salah satu pilar fungsi
penghapusan NPWP, sedangkan pilar lainnya adalah pencabutan pengukuhan PKP
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
3.1.3.2. Pelaksanaan Pemeriksaan Dalam Rangka Penghapusan NPWP/Pencabutan PKP
Dalam rangka penyeragaman pelaksanaan pemeriksaan atas penghapusan
NPWP/Pencabutan PKP sebagaimana diatur dalam peraturan Dierektur Jenderal
Pajak Nomor KEP-161/PJ/2001 tentang jangka waktu pendaftaran dan pelaporan
kegiatan usaha, Tata cara pendaftaran dan penghapusan NPWP, serta pengukuhan
dan pencabutan pengukuhan PKP, Surat edaran Dierektur Jenderal Pajak Nomor
SE-03/PJ.7/2005 tentang kebijakan pemeriksaan rutin dan surat edaran Direktur Jenderal
Pajak Nomor SE-07/PJ.7/2005 tentang kebijakan pemeriksaan tujuan lain dan untuk
memberikan kepastian hukum kepada WP, dengan ini ditegaskan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan dalam rangka penghapusan NPWP/Pencabutan PKP dapat dilakukan
berdasarkan:
a. Permohonan wajib pajak atau kuasanya; atau
b. Hasil analisis data dan penelitian terhadap administrasi perpajakan oleh
petugas pajak.
2. Pemeriksaan dalam rangka penghapusan NPWP/pencabutan PKP dapat dilakukan
melalui:
a. Pemeriksaan rutin; atau
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
3. Penghapusan NPWP/pencabutan PKP didahului dengan pemeriksaan rutin dalam
hal:
a. Wajib pajak badan atau BUT yang melakukan penggabungan atau peleburan
usaha;
b. Wajib pajak badan atau BUT dilikuidasi,termasuk kerjasama Operasi atau
Joint Operations yang telah berakhir masa kerjasama operasinya;
c. Wajib orang pribadi akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.
4. Dalam hal penghapusan NPWP/Pencabutan PKP dilakukan melalui pemeriksaan
rutin, pemeriksaan tersebut dilakukan untuk tahun pajak saat dilakukan
penggabungan, likuidasi, atau saat akan meninggalkan Indonesia untuk
selama-lamanya, namun dapat diperluas ke tahun-tahun sebelumnya sepanjang terdapat
potensi penerimaan dan belum pernah dilakukan pemeriksaan. Perluasan
pemeriksaan ke tahun-tahun sebelumnya dilakukan dengan prosedur pemeriksaan
khusus.
5. Tim pemeriksa harus mencantumkan pajak yang masih harus dibayar dan
membuat usulan tentang penghapusan NPWP/pencabutan PKP dalam laporan
pemeriksaan pajak hasil pemeriksaan rutin (Bab kesimpulan dan usul pemeriksa).
6. Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka penghapusan NPWP/pencabutan
PKP dilakukan antara lain dalam hal:
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
c. Pegawai Negeri Sipil/TNI/POLRI pensiun dan tidak lagi memenuhi
syarat sebagai wajib pajak;
d. Karyawan yang tidak memiliki usaha atau pekerjaan bebas dan tidak lagi
memenuhi syarat sebagai wajib pajak yaitu yang penghasilannya dibawah
PTKP;
e. Bendahara Pemerintah/Bendahara Proyek yang tidak lagi memenuhi
syarat sebagai wajib pajak karena yang bersangkutan sudah tidak lagi
ditunjuk menjadi bendahara;
f. Telah meninggalkan Indonesia untuk selamanya.
6.2. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai subjek pajak sudah
selesai dibagi;
6.3. Wajib pajak yang memiliki lebih dari 1 NPWP untuk menentukan NPWP
yang dapat digunakan sebagai sarana administrative pemenuhan pelaksanaan
hak dan kewajiban perpajakan.
7. Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka penghapusan NPWP/Pencabutan
PKP atas wajib pajak sebagaimana dimaksud pada angka 6 dapat dilakukan
dengan pemeriksaan sederhana kantor.
8. Mengingat pemeriksaan tujuan lain pada prinsipnya dimaksudkan untuk
memberikan pelayanan kepada wajib pajak, bagi KPP yang telah menerapkan
sistem administrasi perpajakan modern, maka pemeriksaan dalam rangka
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
pegawai selain pejabat fungsional pemeriksa pajak yang memeiliki keahlian
dibidang pemeriksaan yang ditunjuk oleh kepala kantor.
9. Tatacara pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka penghapusan
NPWP/Pencabutan PKP tetap dilakukan dengan berpedoman pada surat edaran
Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-07/PJ.7/2005 tentang kebijakan pemeriksaan
tujuan lain
10. Berdasarkan laporan pemeriksaan pajak, tim pemeriksa harus mengirimkan
usulan penghapusan NPWP/pencabutan PKP kepada kepala KPP,Kepala Seksi
TUP atau Kepala Seksi Pelayanan dengan menggunakan format sebagaimana
terdapat pada lampiran 1.
3.1.3.3 . Pemeriksaan Dalam Rangka Penagihan Pajak
Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian usulan pemeriksaan dalam
rangka penagihan pajak. Pemeriksaan untuk tujuan penagihan pajak adalah
pemeriksaan yang dilakukan untuk memperoleh data, keterangan dan bukti yang
berkaitan dengan :
1) Harta Wajib Pajak/ Penanggung Pajak yang dimiliki pada
tahun berjalan
2) Proses timbulnya tunggakan pajak berdasarkan LP, KKP dan
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
Dasar Hukumnya adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa s.t.d.t.d Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000.
Pihak yang Terkait dengan penagihan pajak adalah :
1. Kepala Seksi Penagihan
2. Pelaksana Seksi Penagihan
3. Seksi Pemeriksaan
Prosedur pemeriksa pajak melakukan pemeriksaan ialah sebagai berikut :
1. Pelaksana seksi penagihan meneliti data 100 Wajib Pajak Penunggak Pajak
terbesar yang ada dalam system atau pun berkas fisik.
2. Apabila ditemukan data Penunggak Pajak yang tidak tersedia data mengenai harta
objek sita atau tersedia data harta objek sita namun jumlahnya tidak mencukupi
untuk pelunasan tunggakan pajak yang dimiliki maka diinventarisir untuk dibuat
daftar Penunggak Pajak yang akan diusulkan untuk dilakukanDelinquency Audit. 3. Pelaksana membuat konsep Nota Dinas dari Kepala Seksi Penagihan kepada
Kepala Seksi Pemeriksaan tentang Usulan Pemeriksaan Untuk Penagihan Pajak
(Delinquency Audit) disertai dengan lampiran Daftar Penunggak Pajak yang akan diusulkan untuk diperiksa.
4. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan menandatangani Nota Dinas Usulan
Pemeriksaan Untuk Penagihan Pajak (Delinquency Audit) kemudian menyerahkannya kembali ke Pelaksana Seksi Penagihan. Dalam hal Kepala Seksi
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
5. Pelaksana Penagihan mengarsipkan dan mengirimkan Nota Dinas Usulan
Pemeriksaan Untuk Penagihan Pajak (Delinquency Audit) kepada Seksi Pemeriksaan sebagai dasar untuk proses pembuatan Surat Usulan Pemeriksaan ke
Kanwil.
6. Proses selesai.
3.1.3.4. Prosedur Pemeriksaan untuk Tujuan Lain
Langkah pertama dalam tata cara pemeriksaan untuk tujuan lain yaitu
memeriksa daftar nominatif wajib pajak. Berikut langkah-langkah daftar nominatif
wajib pajak :
1. Daftar nominatif Wajib Pajak yang akan diperiksa untuk tujuan lain
sebagaimana dimaksud dalam angka Romawi II angka 1 (satu), dan 2 (dua) dibuat
oleh Kepala KPP dan dikirim kepada Kepala Kanwil DJP tanpa tindasan kepada
Direktur P4 dengan menggunakan formulir Daftar Nominatif Wajib Pajak sesuai
dengan contoh pada Lampiran 12 dan Lampiran 12.1
2. Daftar Nominatif yang disampaikan oleh Kepala KPP kepada Kepala Kanwil
DJP atasannya harus dilengkapi dengan data atau informasi pendukung sesuai
dengan tujuan dilakukannya pemeriksaan.
3. Dalam hal Pemeriksaan untuk Tujuan Lain mencakup lokasi Wajib Pajak di
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
Kepala KPP yang bersangkutan dengan menggunakan formulir sebagaimana
terdapat pada Lampiran 11.
Langkah kedua dalam pemeriksaan untuk tujuan lain adalah penugasan dan
instruksi pemeriksaan. Berikut langkah-langkah penugasan dan instruksi
pemeriksaan:
1. Berdasarkan Daftar Nominatif Wajib Pajak yang akan diperiksa, Kepala
Kanwil DJP membuat Surat Penugasan Pemeriksaan dan mengirimkannya
kepada UP3 di wilayahnya yang ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan
dengan menggunakan formulir sesuai dengan contoh pada Lampiran 13 dan
Lampiran 13.1
2. Berdasarkan tujuan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam angka
Romawi II angka 3 (tiga) sampai dengan angka 8 (delapan), Kepala Kanwil
DJP atau Direktur P4 membuat Instruksi Pemeriksaan dan mengirimkannya
kepada UP3 yang ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan paling lambat 3
(tiga) hari sejak surat permohonan Wajib Pajak atau surat permintaan bantuan
melakukan pemeriksaan diterima, dengan menggunakan formulir sesuai
dengan contoh pada Lampiran 14.
Surat Edaran ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan dengan
diterbitkannya Surat Edaran ini maka Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor: SE- 06/PJ.7/2003 tanggal 28 Oktober 2003 tentang Pemeriksaan
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
tanggal 6 Agustus 2004 tentang Pemeriksaan Sederhana Lapangan Dalam Rangka
Ekstensifikasi Wajib Pajak dinyatakan tidak berlaku.
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Adapun teknis pelaksanaan kerja praktek adalah :
1. Mendapatkan penjelasan umum tentang pemeriksaan dan struktur organisasi KPP
Pratama Majalaya. Informasi dan penjelasan singkat mengenai sejarah
perusahaan. Informasi dan penjelasan tersebut diperoleh dari Bidang
Pemeriksaan.
2. Perkenalan dengan staf dan pegawai KPP Pratama Majalaya.
3. Melakukan pencatatan agenda surat masuk.
4. Melakukan pencatatan agenda surat keluar.
5. Mencatat buku register pengawasan SPT lebih bayar tahun 2011.
6. Mencatat buku register surat penugasan tahun 2011.
7. Menginput data surat keluar.
8. Mencatat data rumah berkas.
9. Menginput data laporan bulanan.
10. Menginput data agenda surat keluar.
11. Mencatat buku register LPP.
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
15. Menginput data SP2 tujuan lain.
16. Menginput data SP3 tujuan lain.
17. Menginput data surat tugas
18. Menginput data SP2.2011 by SIDJP.
19. Fotocopy document.
20. Mencatat surat pengantar WP.
21. Mencatat peminjaman berkas data.
22. Merapihkan dokumen peminjaman berkas data.
23. Dinas ke luar.
24. Menginput data surat tugas.
3.3 Pembahasan dan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek 3.3.1. Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
3.3.1.1. Tujuan Pemeriksaan Pajak untuk Tujuan Lain
Pemeriksaan untuk Tujuan Lain dapat dilakukan dalam rangka:
1. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak (PKP) secara jabatan;
2. Penghapusan NPWP dan atau pencabutan pengukuhan PKP;
3. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
4. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
6. Keberatan;
7. Penyusunan norma penghitungan penghasilan neto;
8. Pertukaran informasi dengan negara mitra Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda (P3B); dan
9. Tujuan lain selain yang tersebut dalam angka 1 s.d. angka 8.
Berikut ini adalah uraian tujuan untuk pemeriksaan untuk tujuan lain :
a. Pemeriksaan Dalam Rangka Pemberian NPWP dan atau Pengukuhan PKP Secara
Jabatan
1. Pemeriksaan dalam rangka pemberian NPWP dan atau pengukuhan PKP
secara jabatan dilakukan apabila setelah 14 hari sejak tanggal pengiriman
surat pemberitahuan untuk mendaftarkan diri :
1.1. Wajib Pajak tidak menanggapi surat pemberitahuan;
1.2. Surat pemberitahuan kembali pos :
1.2.1. Wajib Pajak menanggapi surat pemberitahuan dengan
menyatakan tidak wajib mempunyai NPWP dan atau belum
memenuhi syarat untuk dikukuhkan sebagai PKP; atau
1.2.2. Wajib Pajak menanggapi dengan menyatakan sudah memiliki
NPWP dan atau telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi
berdasarkan Master File DJP ternyata tidak terdaftar atau
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
2. Pemeriksaan terbatas pada penentuan terpenuhinya syarat-syarat pemberian
NPWP dan atau pengukuhan PKP serta penghitungan besarnya angsuran PPh
Pasal 25, dan dengan demikian peminjaman buku dan atau dokumen Wajib
Pajak dilakukan sepanjang diperlukan untuk penghitungan besarnya angsuran
tersebut. Apabila ada kewajiban perpajakan lainnya, kepada Wajib Pajak
diminta untuk memenuhinya sesuai dengan peraturan perundang undangan
yang berlaku.
b. Pemeriksaan Dalam Rangka Penghapusan NPWP dan atau Pencabutan
Pengukuhan PKP
1. Pemeriksaan dalam rangka penghapusan NPWP dan atau pencabutan
pengukuhan PKP hanya dilakukan terhadap :
1.1.Wajib Pajak orang pribadi yang tidak memiliki usaha atau pekerjaan bebas
yang mengajukan permohonan penghapusan NPWP karena tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak :
1.1.1. PKP yang mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan PKP
karena tidak lagi memenuhi syarat sebagai PKP;
1.1.2. Wajib Pajak yang menyalahgunakan NPWP dan atau PKP; atau
1.1.3. Wajib Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) NPWP untuk
menentukan NPWP yang dapat digunakan sebagai sarana
administratif pemenuhan pelaksanaan hak dan kewajiban
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
2. Terhadap Wajib Pajak yang melakukan penggabungan, pemekaran,
pengambilalihan usaha, likuidasi, penutupan atau pembubaran usaha, atau
akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya, tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dalam rangka penghapusan NPWP dan atau pencabutan
pengukuhan PKP karena terhadap Wajib Pajak dimaksud dilakukan
pemeriksaan rutin.
3. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan diketahui bahwa Wajib Pajak diduga
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan, agar tidak terjadi kerugian
Negara dan masyarakat yang lebih besar dan berkelanjutan, tim pemeriksa
dapat mengusulkan untuk mencabut pengukuhan PKP atas nama Wajib Pajak
dimaksud.
4. LPP hasil pemeriksaan rutin sebagaimana dimaksud dalam angka 2 dan LPP
hasil pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan sebagaimana dimaksud angka 3 (tiga) di atas merupakan dasar
pengusulan penghapusan NPWP dan atau pencabutan pengukuhan PKP.
c. Pemeriksaan Dalam Rangka Penentuan Wajib Pajak Berlokasi Di Daerah
Terpencil
1. Pemeriksaan dalam rangka penentuan bahwa Wajib Pajak berlokasi di daerah
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
2. LPP dikirim langsung kepada Kepala Kanwil DJP tempat Wajib Pajak
mengajukan permohonan penetapan daerah terpencil paling lambat 1 (satu)
hari sejak tanggal LPP.
d. Pemeriksaan Dalam Rangka Penentuan Satu atau Lebih Tempat Terutang PPN
1. Pemeriksaan dalam rangka penentuan 1 (satu) atau lebih tempat terutang PPN
dilakukan apabila ada permohonan tertulis dari PKP kepada Kepala Kantor
Wilayah DJP yang membawahi KPP tempat pemusatan PPN.
2. Pemeriksaan dilaksanakan baik oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) calon
tempat pemusatan PPN terutang berada maupun KPP tempat melakukan
kegiatan penyerahan barang kena pajak berada.
3. Dalam hal permohonan PKP berupa penambahan tempat penyerahan barang
kena pajak, pemeriksaan hanya dilakukan oleh KPP tempat penyerahan
barang kena pajak dimaksud.
4. Pemeriksaan terbatas pada pemeriksaan atas kegiatan PKP dan dokumen
pendukungnya untuk memastikan terpenuhinya syarat-syarat pemusatan PPN
terutang.
4.1. bagi PKP selain PKP Pedagang Eceran :
4.1.1. Tempat melakukan kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP) yang dipusatkan tidak melakukan kegiatan penjualan
maupun pembelian. Semua kegiatan penjualan dan pembelian
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
4.1.2. Fungsi tempat kegiatan penyerahan yang dipusatkan hanya
menyimpan dan menyerahkan BKP tersebut kepada pembeli atas
perintah tempat pemusatan PPN; dan
4.1.3. Tempat kegiatan penyerahan yang dipusatkan tidak membuat
Faktur Pajak maupun Faktur Penjualan. Semua Faktur Pajak dan
Faktur Penjualan hanya diterbitkan oleh tempat pemusatan PPN
terutang.
4.2. bagi PKP Pedagang Eceran :
4.2.1. Kegiatan dan administrasi pembelian untuk jaringan penjualan
yang tersebar di berbagai tempat dalam satu kota yang terdapat
lebih dari satu KPP, dipusatkan pada salah satu jaringan
penjualan tempat pemusatan PPN yang dimohonkan di kota
tersebut; dan
4.2.2. PKP Pedagang Eceran tersebut tidak memilih Nilai Lain sebagai
Dasar Pengenaan Pajak dalam menghitung pajak terutang.
5. LPP dikirim langsung kepada Kepala Kanwil DJP tempat PKP mengajukan
permohonan penetapan 1 (satu) atau lebih tempat terutang PPN paling lambat
1 (satu) hari sejak tanggal LPP dengan tindasan kepada Kepala KPP tempat
PKP terdaftar dan Kepala Kanwil DJP yang dimintai bantuan untuk
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
e. Pemeriksaan Dalam Rangka Penagihan Pajak
1. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak dilakukan untuk memperoleh
data, keterangan dan bukti yang berkaitan dengan:
1.1. Harta yang dimiliki Wajib Pajak/Penanggung Pajak dalam tahun
berjalan;
1.2. Proses timbulnya tunggakan pajak berdasarkan LPP, KKP dan atau
Berita Acara Hasil Pemeriksaan;
1.3. Kegiatan penagihan aktif yang dilakukan; dan
1.4. Upaya hukum dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak.
2. Ketentuan tentang prosedur dan pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka
penagihan pajak sepanjang tidak diatur dalam Surat Edaran ini tetap merujuk
pada Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-08/PJ.75/2002 tanggal
17 Juli 2002 tentang Pemeriksaan untuk Tujuan Penagihan Pajak
(Delinquency Audit).
f. Pemeriksaan Dalam Rangka Keberatan
1. Pemeriksaan dalam rangka keberatan dapat dilakukan apabila ada permintaan
bantuan melakukan pemeriksaan dari Kepala unit DJP yang memroses
keberatan Wajib Pajak kepada Kepala Kanwil DJP atau Direktur P4 berkaitan
dengan penyelesaian keberatan yang diajukan Wajib Pajak dan atau PKP.
2. Permintaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 (satu) diajukan kepada
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
hasil pemeriksaan KPP atau Karikpa di lingkungan Kanwil DJP yang
bersangkutan.
3. Permintaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 (satu) diajukan kepada
Direktur P4 dalam hal surat ketetapan pajak diterbitkan berdasarkan hasil
pemeriksaan Fungsional Kanwil DJP atau Kantor Pusat.
4. Permintaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 (satu) diajukan paling
lambat 3 (tiga) bulan sebelum saat jatuh tempo penyelesaian keberatan dan
sebelum keputusan keberatan diterbitkan dengan menggunakan format yang
terdapat pada Lampiran 11.
5. Permintaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 (satu) hanya dapat diajukan
apabila diperlukan pengecekan lapangan karena perbedaan pendapat antara
Wajib Pajak dan pihak DJP sehubungan dengan fakta dan data serta
penerapan peraturan perundang-undangan perpajakan.
6. Pemeriksaan terbatas pada obyek sengketa yaitu hal-hal yang menjadi
perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan DJP termasuk perbedaan
pendapat berkaitan dengan penerapan suatu peraturan perundang-undangan
perpajakan.
7. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam LPP dan harus mengungkapkan
pendapat tim pemeriksa tentang hal-hal yang disengketakan, namun tidak
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
8. Hasil pemeriksaan hanya bersifat sebagai bahan pembanding (second opinion) dan tidak mengikat baik Wajib Pajak maupun pihak DJP yang memroses
keberatan Wajib Pajak.
g. Pemeriksaan Dalam Rangka Pengumpulan Bahan Guna Penyusunan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto
1. Pemeriksaan ini dapat dilakukan apabila ada instruksi dari Direktur P4
berdasarkan permintaan atau rekomendasi dari Ketua Tim Penyusunan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto yang dibentuk berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak. Namun apabila data untuk penyusunan norma
dimaksud sudah ada dan tersedia dalam jumlah yang cukup dari LPP yang
sudah ada, permintaan dapat tidak dilakukan.
2. Instruksi untuk melakukan pemeriksaan dikirimkan langsung kepada Kepala
UP3 yang ditunjuk oleh Direktur P4 dengan tindasan kepada Ketua Tim
Penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
3. LPP dibuat tanpa disertai penerbitan nota penghitungan pajak dan dikirimkan
langsung kepada Ketua Tim Penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto dengan tindasan kepada Direktur P4.
4. Dengan pertimbangan dan alasan tertentu Direktur P4 dapat menginstruksikan
untuk menerbitkan skp berdasarkan LPP sebagaimana dimaksud pada angka 3
(tiga). Untuk keperluan penerbitan skp, nota penghitungan harus diterbitkan
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
h. Pemeriksaan Dalam Rangka Pertukaran Informasi Dengan Negara Mitra P3B
1) Pemeriksaan ini dilakukan apabila ada instruksi dari Direktur P4 sehubungan
dengan adanya permintaan informasi dari negara mitra P3B terkait dengan
Wajib Pajak tertentu dan memerlukan pemeriksaan pajak
2) LPP dibuat tanpa disertai penerbitan nota penghitungan pajak dan dikirimkan
kepada Direktur P4 untuk ditindaklanjuti dalam rangka memenuhi permintaan
informasi dari negara mitra P3B.
3) Apabila berdasarkan pemeriksaan diketahui terdapat perbedaan informasi atau
data yang menyangkut pemenuhan kewajiban perpajakan, sebelum diusulkan
untuk dilakukan pemeriksaan agar dilakukan himbauan lebih dulu kepada
Wajib Pajak yang bersangkutan.
3.3.1.2. Kendala yang dihadapi saat melakukan Pemeriksaan Pajak untuk Tujuan Lain
Masalah yang sering timbul dalam pemeriksaan untuk tujuan lain adalah
sebagai berikut :
1. Dalam pemeriksaan sederhana lapangan biasanya wajib pajak sulit ditemui oleh
pemeriksa karena wajib pajak tidak ada ditempat, disebabkan karena waktu
pemeriksaan dilakukan pada saat jam kerja. Demikian juga halnya wajib pajak
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
2. Jumlah pemeriksa yang terbatas dibanding dengan jumlah wajib pajak badan yang
terdaftar dan efektif memasukkan SPT serta terbatasnya sarana penunjang dalam
melaksanakan pemeriksaan.
3. Kurang lengkapnya data yang diperoleh dari sumber data. Data yang diperoleh
tidak lengkap identitasnya, baik berupa nama subjek pajak, maupun alamatnya.
Akibatnya surat himbauan yang telah dikirim kembali dari kantor pos. Surat
himbauan yang telah dikirim dari kantor pos oleh kantor pelayanan pajak tidak
mendapat respon dari wajib pajak atau surat himbauan direspon tidak wajar.
4. Wajib pajak tidak memenuhi surat panggilan yang dikirimkan oleh Kepala Kantor
Pelayanan Pajak dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan pajak.
5. Wajib pajak tidak memberikan/mengijinkan untuk memberikan pinjaman berupa
buku-buku,catatan-catatan, dokumen-dokumen yang dibutuhkan oleh Tim
Pemeriksa Pajak.
3.3.1.3. Prosedur Pemeriksaan untuk Tujuan lain dalam melaksanakan Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan Lapangan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dilakukan oleh Pemeriksa Pajak
di Unit Pelaksana Pemeriksaan, yaitu Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak, atau Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan. Pemeriksaan
perundang-BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
undangan perpajakan dilakukan oleh Pemeriksa Pajak yang tergabung dalam suatu
tim Pemeriksa Pajak berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan.
Susunan tim Pemeriksa Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari seorang supervisor, seorang ketua tim, dan seorang atau beberapa anggota tim.
Surat Perintah Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) diterbitkan
untuk satu atau beberapa Masa Pajak dalam suatu Bagian Tahun Pajak atau Tahun
Pajak yang sama atau untuk satu Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak terhadap satu
Wajib Pajak.
Prosedur Pemeriksaan untuk Tujuan Lain dalam melaksanakan Pemeriksaan
Lapangan :
1. Pemeriksa Pajak wajib memperlihatkan Surat Perintah Pemeriksaan dan Tanda
Pengenal Pemeriksa Pajak, kepada Wajib Pajak yang diperiksa.
2. Apabila susunan tim Pemeriksa Pajak perlu diubah, Kepala Unit Pelaksana
Pemeriksaan tidak perlu memperbarui Surat Perintah Pemeriksaan tetapi harus
menerbitkan Surat Tugas.
3. Pemeriksa Pajak wajib memberitahukan kepada Wajib Pajak mengenai akan
dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan.
4. Dalam hal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan secara
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
4.1. Wakil atau kuasa dari Wajib Pajak;
4.2. Pihak yang mewakili Wajib Pajak, yaitu;
4.2.1. Pegawai atau pihak lain yang menurut tim Pemeriksa Pajak dapat
mewakili Wajib Pajak, dalam hal Pemeriksaan dilakukan terhadap
Wajib Pajak badan; atau
4.2.2. Anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak atau pihak lain
yang menurut tim Pemeriksa Pajak dapat mewakili Wajib Pajak,
dalam hal Pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak orang pribadi.
5. Pemeriksaan lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat)
bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan
disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga
yang telah dewasa dari Wajib Pajak, sampai dengan tanggal Laporan Hasil
Pemeriksaan.
6. Jenis buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara
elektronik serta keterangan lain yang dipinjam dalam Pemeriksaan Lapangan
untuk tujuan lain harus disesuaikan dengan tujuan Pemeriksaan.
7. Buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik
serta keterangan lain yang diperlukan dan diperoleh/ditemukan pada saat
pelaksanaan Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak, dipinjam pada saat itu juga dan
Pemeriksa Pajak membuat Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan,
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
8. Dalam hal buku, catatan, dan/atau dokumen yang dipinjam berupa fotokopi
dan/atau berupa data yang dikelola secara elektronik, Wajib Pajak harus membuat
Surat Pernyataan bahwa fotokopi dan/atau data yang dikelola secara elektronik
yang dipinjamkan kepada Pemeriksa Pajak adalah sesuai dengan aslinya.
9. Dalam hal untuk mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan
peralatan dan/atau keahlian khusus, Pemeriksa Pajak dapat meminta bantuan
kepada Wajib Pajak untuk menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya
Wajib Pajak.
10. Dalam hal Wajib Pajak telah meminjamkan seluruh buku, catatan, dan/atau
dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain
yang diminta, Pemeriksa Pajak harus membuat Berita Acara Pemenuhan Seluruh
Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen Berita Acara Tidak Dipenuhinya
Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen.
11. Berdasarkan Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan atau Berita Acara
Penolakan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, permohonan
Wajib Pajak tidak dapat diproses atau dipertimbangkan dalam hal Pemeriksaan
Lapangan untuk tujuan lain dilakukan dalam rangka:
a. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
b. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
diberi Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak secara jabatan dalam hal Pemeriksaan Lapangan untuk tujuan lain
dilakukan dalam rangka:
a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan; dan/atau
b. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.
13. Berdasarkan Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan atau Berita Acara
Penolakan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, permohonan
Wajib Pajak tidak dikabulkan dalam hal Pemeriksaan Lapangan untuk tujuan lain
dilakukan dalam rangka:
a. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak; dan/atau
b. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
14. Pemeriksa Pajak melalui Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan, dapat meminta
keterangan dan/atau bukti yang berkaitan dengan Pemeriksaan yang sedang
dilakukan terhadap Wajib Pajak kepada pihak ketiga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 Undang-Undang KUP secara tertulis dengan menggunakan Surat
Permintaan Keterangan atau Bukti.
15. Apabila permintaan keterangan dan/atau bukti sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak dipenuhi berdasarkan Berita Acara Tidak Dipenuhinya Permintaan
Keterangan atau Bukti dari Pihak Ketiga, pihak ketiga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 Undang-Undang KUP dapat dipidana sesuai dengan ketentuan
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
16. Setiap prosedur Pemeriksaan Lapangan yang ditempuh, pengujian yang
dilakukan, bukti dan keterangan yang dikumpulkan serta simpulan yang diambil
sehubungan dengan fakta dan data yang ditemukan dalam Pemeriksaan Lapangan
untuk tujuan lain, harus dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan.
17. Laporan Hasil Pemeriksaan harus disusun berdasarkan Kertas Kerja Pemeriksaan
yang telah ditelaah oleh supervisor.
18. Laporan Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan
sebagai dasar untuk melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan tertentu yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan.
3.3.2. Pembahasan Pelaksanaan Kerja Praktek
3.3.2.1 Tujuan Pemeriksaan Pajak untuk Tujuan Lain
Penulis akan membahas tentang tujuan pemeriksaan pajak untuk tujuan lain.
Pemeriksaan pajak untuk tujuan lain dilakukan terhadap semua wajib pajak, baik WP
orang pribadi maupun WP badan. Penulis ingin membahas lebih rinci tentang tujuan
pemeriksaan pajak untuk tujuan lain. Pertama penulis akan membahas tentang
Pemberian NPWP secara jabatan, setelah 14 hari pengiriman surat pemberitahuan,
maka pemberian NPWP dan pengukuhan PKP secara jabatan bisa untuk
mendaftarkan diri. Apabila ada kewajiban perpajakan lainnya, kepada WP diminta
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
tidak memiliki usaha atau pekerjaan bebas. Apabila WP yang akan meninggalkan
Indonesia untuk selamanya tidak perlu dilakukan pemeriksaan karena WP tersebut
sudah dilakukan pemeriksaan rutin. Bila berdasarkan hasil pemeriksaan dalam rangka
menguji kepatuhan pajak diketahui bahwa WP melakukan tindak pidana, maka tim
pemeriksa pajak bisa mengusulkan untuk mencabut pengukuhan PKP atas WP
tersebut.
Hal ketiga yang akan dibahas adalah tentang pemeriksaan dalam rangka
penentuan WP berlokasi di daerah terpencil, harus ada permohonan tertulis dari WP
untuk penetapan lokasi usaha WP sebagai daerah terpencil. Penulis langsung akan
membahas tentang hal keempat, yaitu tentang pemeriksaan dalam rangka penentuan
satu atau lebih tempat terutang PPN, untuk pemeriksaan ini diharuskan ada
permohonan tertulis dari PKP kepada kepala kantor wilayah DJP. Ada dua jenis PKP
dalam pemeriksaan ini yaitu PKP selain PKP pedagang eceran dan PKP pedagang
eceran.
Yang kelima penulis membahas tentang pemeriksaan dalam rangka
penagihan pajak, pemeriksaan penagihan pajak dilakukan hanya untuk memperoleh
keterangan, data dan bukti. Bukti ini berkaitan dengan harta yang dimiliki WP,
penagihan aktif yang dilakukan, dan upaya hokum dari WP. Pembahasan selanjutnya
tentang pemeriksaan dalam rangka keberatan, keberatan dilakukan bila pemeriksa
pajak yang meminjam data atau dokumen,dokumen tersebut tidak kembali dengan
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
bahan pembanding dan tidak mengikat baik WP dan pihak DJP yang memproses
keberatan WP.
Pembahasan ke-6 yaitu tentang pemeriksaan dalam rangka pengumpulan
bahan guna penyusunan norma penghitungan penghasilan netto, berdasarkan
permintaan dari ketua tim penyusunan norma penghitungan penghasilan netto akan
dilakukan, jika data untuk penyusunan norma sudah ada dan tersedia dalam jumlah
yang cukup dari LPP, maka permintaan tidak dapat dilakukan. Nota penghitungan
harus diterbitkan berdasar prosedur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pembahasan terakhir yang akan dibahas adalah pemeriksaan dalam rangka
pertukaran informasi dengan Negara mitra P3B, sehubungan dengan adanya
permintaan informasi dari Negara mitra P3B yang terkait dengan WP tertentu dan
memerlukan pemeriksaan pajak, jika pemeriksaan diketahui terdapat perbedaan
informasi yang menyangkut pemenuhan kewajiban perpajakan, sebelum diusulkan
pemeriksaan agar dilakukan himbauan lebih dulu kepada WP.
3.3.2.2. Upaya untuk menghadapi kendala dalam Pemeriksaan untuk Tujuan Lain
Upaya yang dilakukan Pemeriksa pajak dalam menghadapi kendala-kendala
dalam pemeriksaan untuk tujuan lain yaitu :
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
2. Pada masing-masing KPP seharusnya menambah anggota pemeriksa pajak,agar
sebanding dengan jumlah WP yang terdaftar di KPP.
3. Data yang diperoleh dari sumber data harus lengkap identitasnya,agar surat
himbauan yang telah dikirim dari kantor pos oleh KPP mendapat respon dari WP
atau surat himbauan direspon dengan baik.
4. Surat panggilan yang dikirimkan oleh Kepala Kantor KPP dalam rangka
pelaksanaan pemeriksaan pajak harus dipenuhi oleh WP.
5. Apabila WP tidak memberikan ijin untuk memberikan pinjaman berupa catatan
dan dokumen yang dibutuhkan oleh Tim Pemeriksa Pajak, maka Pemeriksa Pajak
berhak membuat berita acara pemeriksaan.
3.3.2.3. Prosedur Pemeriksaan untuk Tujuan lain dalam melaksanakan Pemeriksaan Lapangan
Di dalam pembahasan ini, penulis akan membahas tentang hasil dari
prosedur pemeriksaan untuk tujuan lain dalam melaksanakan Pemeriksaan lapangan.
Yang pertama akan dibahas adalah tentang tanda pengenal pemeriksa pajak, tanda
pengenal pemeriksa pajak wajib diperlihatkan kepada WP karena dengan adanya
tanda pengenal tersebut pemeriksa pajak diakui oleh Dirjen Pajak, jadi WP pasti
percaya bahwa itu pemeriksa pajak bila ada tanda pengenalnya.
Dalam pemeriksaan sederhana lapangan biasanya wajib pajak sulit ditemui
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
pindah alamat tanpa diketahui alamat barunya oleh pemeriksa, dalam hal tidak
melapor pada lurah setempat sehingga pemeriksaan terhambat. Oleh sebab itu
pemeriksa pajak wajib memberitahukan kepada WP mengenai akan dilakukannya
pemeriksaan lapangan dengan menggunakan surat pemberitahuan pemeriksaan
lapangan.
Dalam pemeriksaan lapangan untuk tujuan lain catatan dan dokumen/buku,
termasuk data elektronik serta keterangan lain yang dipinjam harus disesuaikan
dengan tujuan pemeriksaan. Pemeriksa pajak harus membuat bukti peminjaman dan
pengembalian buku, catatan dan dokumen. Dalam hal mengakses data electronic
memerlukan keahlian khusus, pemeriksa pajak dapat meminta bantuan kepada WP
untuk menyediakan tenaga atau peralatan atas biaya WP.
Pada setiap prosedur pemeriksaan lapangan yang ditempuh, pengujian yang
dilakukan, bukti dan keterangan yang dikumpulkan serta kesimpulan yang diambil
sehubungan dengan fakta dan data yang ditemukan dalam pemeriksaan lapangan
untuk tujuan lain, harus dituangkan dalam kertas kerja pemeriksaan. Laporan Hasil
Pemeriksaan (LPP) disusun berdasarkan kertas kerja pemeriksaan yang telah
dikoreksi oleh supervisor. LPP digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tertentu yang berkaitan dengan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
KesimpulanDari hasil pembahasan kerja praktek tersebut dan setelah penulis memahami
dan mempelajari serta menguraikan tentang tinjauan atas tatacara pelaksanaan
pemeriksaan untuk tujuan lain pada KPP Pratama Majalaya maka penulis mencoba
menyimpulkan beberapa hasil kegiatan Kuliah Kerja Praktek yang dilakukan di KPP
Pratama Majalaya yaitu :
1. Tujuan pemeriksaan untuk tujuan lain dapat dilakukan dalam rangka pemberian
NPWP, pengukuhan PKP secara jabatan, penghapusan NPWP, pencabutan
pengukuhan PKP, penentuan WP berlokasi di daerah terpencil, penentuan satu
atau lebih tentang PPN, penagihan pajak, keberatan, penyusunan norma
perhitungan penghasilan netto dan pertukaran informasi dengan Negara mitra
P3B. Semua pemeriksaan untuk tujuan lain sudah ada peraturannya
masing-masing.
2. Kendala-kendala dalam melaksanakan Pemeriksaan untuk tujuan lain yaitu wajib
pajak sulit ditemui di tempatnya, jumlah pemeriksa yang terbatas, kurang
lengkapnya data yang diperoleh, WP tidak memenuhi panggilan dari Kepala
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
kendala yang dihadapi oleh karena itu sudah diupayakan seoptimal mungkin
untuk menghadapi kendala-kendala tersebut.
3. Dalam pemeriksaan untuk tujuan lain dalam melaksanakan pemeriksaan
lapangan, pemeriksa pajak diwajibkan memiliki tanda pengenal pajak dan juga
bila pemeriksa pajak akan melakukan pemeriksaan lapangan wajib memberitahu
WP dengan menggunakan surat pemberitahuan pemeriksaan lapangan, bila
pemeriksa pajak meminjam buku atau dokumen harus disesuaikan dengan tujuan
pemeriksaan dan pemeriksa pajak harus membuat bukti peminjaman buku dan
dokumen. Setiap prosedur pemeriksaan harus dituangkan dalam kertas kerja
pemeriksaan dan harus membuat laporan hasil pemeriksaan, LPP disusun
berdasarkan kertas kerja yang telah ditelaah oleh supervisor.
4.2 Saran
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memberikan saran untuk perlunya
penyesuaian banyaknya pemeriksa dengan yang diperiksa sehingga dalam
pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan data yang akurat dan
benar sesuai dengan data yang benar-benar diperlukan dalam pemeriksaan, atas data
yang tidak lengkap identitas dan alamatnya diminta kejelasannya kepada pihak yang
memberikan data tersebut. Dalam hal ini dituntut kesadaran sepenuhnya dari pihak
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
pengenal pajak, agar WP percaya bahwa pemeriksa pajak ini bukan pemeriks pajak
gadungan/penipu. Apabila pemeriksa pajak meminjam buku dan dokumen
diwajibkan membuat bukti peminjaman buku dan dokumen, agar buku dan dokumen
TINJAUAN ATAS PROSEDUR PEMERIKSAAN UNTUK TUJUAN LAIN
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MAJALAYA
Laporan Kerja Praktek
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek
Studi S1 Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh :
Egit Sanjaya
21108009
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyos. 2004.Kamus Besar Akuntansi.Jakarta : Citra Harta Prima.
Djuanda Gustian & Irwansyah Lubis. (2001). Pelaporan Pajak Penghasilan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK.04/2000 tanggal 22 Desember 2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan untuk Tujuan Lain.
Lumbantoruan Sophar. (1996). Akuntansi Pajak. Jakarta : Gramedia Widia Saran Indonesia.
Mulyadi. 2001.Sistem Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat .
Siti Kurnia Rahayu. (2009).Perpajakan Indonesia Konsep & Aspek Formal. Yogjakarta : Graha Ilmu.
Waluyo & Wiranto B. Ilyas. (2000). Perpajakan Indonesia Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Empat.
70
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Egit Sanjaya
Tempat Tanggal Lahir : Subang, 7 Mei 1990
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Panji no. 11 RT.18/04 Kel Cigadung,Subang
DATA PENDIDIKAN
TK YOS SUDARSO SUBANG 1995 - 1996
SDN YOS SUDARSO SUBANG 1996 - 2002
SLTP YOS SUDARSO SUBANG 2002 - 2005
SMA PGRI 1 SUBANG 2005 - 2008
Sampai sekarang ini masih tercatat sebagai mahasiswa di UNIVERSITAS
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa. Doa dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan yang maha pencipta,
beserta seluruh keluarganya, sahabatnya, dan akhirnya kepada kita semua selaku
keturunannya hingga akhir zaman nanti.
Atas rahmat dan karunia-Nya, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan
Kuliah Kerja Praktek. Kuliah Kerja Praktek ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu syarat skripsi Strata 1 Program Studi Akuntansi dalam menempuh
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Dimana judul
Kuliah Kerja praktek yang diambil, yaitu: “Tinjauan Atas Prosedur
Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Majalaya”.
Untuk itu Penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar –
besarnya kepada Papa dan Mama yang selalu memberikan doa dengan penuh
kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada hentinya,
mendorong dan selalu memberi semangat Penulis untuk menyelesaikan laporan
Kerja praktek ini.
Dalam kesempatan ini pula Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak/Ibu :
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M. Sc., selaku Rektor Universitas
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra. SE. M. Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Ibu Sri Dewi Anggadini, SE. M. Si., selaku Ketua Program Studi
Akuntansi yang telah meluangkan waktu guna membimbing,
mengarahkan, dan memberikan petunjuk demi selesainya Laporan
Kuliah Kerja Praktek ini.
4. Ibu Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak., selaku dosen pembimbing, terima
kasih penulis ucapkan yang telah meluangkan waktunya guna
membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk demi selesainya
Laporan Kerja Praktek ini.
5. Staff kesekretariatan Program Studi Akuntansi ( Teh Dona dan Teh
Senny) makasih banyak untuk pelayanan dan informasinya.
6. SeluruhStaff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali Penulis
dengan pengetahuan.
7. Bapak Riduan SE., selaku Kepala Seksi di Bidang Pemeriksaan KPP
Pratama Majalaya yang telah memberikan kesempatan bagi Penulis
untuk melakukan Kerja Praktek.
8. Bapak Budiman Sianturi, selaku staff di Bidang Pemeriksaan KPP
Pratama Majalaya yang telah memberikan kesempatan dan semangat
bagi penulis untuk melakukan Kerja Praktek.
9. Untuk teman-temanku yang satu tempat kerja praktek,,Heni dan Evi
10. Untuk seseorang yang sangat special di hati (Anggi Cahyaningsih)
penulis, penulis menugucapkan terima kasih telah memberi semangat
dan mendukung penulis menyelesaikan laporan kerja praktek ini
11. Untuk sahabat – sahabatku, Qq, Windy, Giska, Ridwan, Yupi, Dickie,
Susan, Reni, Jeje, dan Rahmat terimakasih atas dukungan dan
bantuannya.
12. Semua teman – teman kelas 4ak1 terimakasih atas dukungan dan
bantuannya.
13. Seluruh pihak yang membantu penyelesaian laporan ini yang tidak
dapat Penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Tuhan membalas jasa semua pihak yang telah membantu Penulis
dalam pe