• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Mengenai Pemalsuan Faktur (Invoice) Pengiriman Barang Sebagai Dokumen Elektronik Pada Situs Jual Beli Di Internet Dihubungkan Dengan Pasal 263 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Hukum Mengenai Pemalsuan Faktur (Invoice) Pengiriman Barang Sebagai Dokumen Elektronik Pada Situs Jual Beli Di Internet Dihubungkan Dengan Pasal 263 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan T"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

vi

TINJAUAN HUKUM MENGENAI PEMALSUAN FAKTUR (INVOICE) PENGIRIMAN BARANG SEBAGAI DOKUMEN ELEKTRONIK PADA SITUS

JUAL BELI DI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 263 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR

11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Oleh:

Yudha Permana Putra

ABSTRAK

Perkembangan teknologi yang semakin maju menimbulkan begitu banyaknya teknologi yang dapat memudahkan aktivitas manusia. Manusia dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang ditimbulkan oleh batas-batas jarak, ruang dan waktu dengan teknologi. Perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan dunia menjadi tanpa batas dan menyebabkan perubahan sosial yang secara signifikan berlangsung sangat cepat. Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua, karena selain memberikan kontribusi bagi kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum. Internet dipandang sebagai media yang memberikan informasi dengan biaya yang rendah atau ekonomis, sehingga memudahkan setiap orang untuk melakukan transaksi jual beli di internet. Secara umum e-commerce dapat didefinisikan sebagai sistem perdagangan yang menggunakan mekanisme elektronik yang ada di jaringan internet. Ada beberapa hal yang terkait di dalam suatu transaksi elektronik. Salah satunya adalah melampirkan faktur (invoice) dokumen bukti pengiriman barang yang di ubah menjadi dokumen elektronik. Salah satu syarat dilampirkannya faktur (invoice) dokumen bukti pengiriman barang adalah sebagai bukti bahwa barang yang diperjanjikan pada transaksi jual beli sudah dikirim kepada pembeli atau sebagai alat untuk mencairkan uang hasil penjualan dan juga pengambilan barang. Permasalahan yang dibahas yaitu Apa akibat hukum dari tindak pidana pemalsuan faktur (inovice) pengiriman barang sebagai dokumen elektroknik pada situs jual beli di internet dan Tindakan hukum apa yang dapat diberikan kepada pelaku pemalsuan faktur (invoice) pengiriman barang sebagai dokumen elektronik.

Penelitian dalam skripsi ini dilakukan secara deskritif analistis, dengan pendekatan yuridis normatif. Data yang dihasilkan dianalisis penulis secara yuridis kualitatif, yaitu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan agar tidak saling bertentangan, tetap mempertahankan hirarki peraturan perundang-undangan dan terciptanya kepastian hukum.

(2)

vii

LEGAL VIEW OF CONCERNING COUNTERFEITING FAKTUR (INVOICE) OF SHIPMENT REGARDING TO ARTICLE 263 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG NUMBER 11/2008 ABOUT

INFORMATION AND ELECTRONIC TRANSACTION

By:

Yudha Permana Putra

ABSTRACT

The development of increasingly advanced technology that caused so many technologies that can facilitate human activity. Humans can overcome the difficulties posed by the boundaries of distance, time and space technology. The development of information technology has caused the world to be without limit and cause significant social changes took place very quickly.Information technology is now a double-edged sword, because in addition contribute to the welfare, progress and human civilization as well be an effective means against the law. Internet is seen as a medium that provides information on low-cost or economical, making it easier for everyone to perform transactions on the Internet. In general e-commerce can be defined as a trading system that uses existing electronic mechanisms in the Internet network. There are some things related in an electronic transaction. One is to attach the invoice (invoice) document evidence of shipping goods in a change to electronic documents. One of the requirements in the attached invoice (invoice) document is proof of delivery as proof that the goods on sale and purchase agreement has been sent to the buyer or as a means to disburse money from the sale and also making the goods. Issue to be discussed is what the legal consequences of criminal counterfeiting invoices (inovice) as shipments of electronic documents on buying and selling sites on the Internet and what legal action can be given to perpetrators of fraudulent invoices (invoices), shipping goods as electronic documents. Research done in this paper analytical descriptive, normative juridical approach. Authots analyzed the data produced by judicial qualitative, wich considering legislation in order not to contradict each other, while maintanining the hierarchy of legislation and the creation of legal certainty.

(3)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara hukum yang salah satu tujuan pembangunannya adalah mensejahtrakan kehidupan bangsa untuk terciptanya kemakmuran bagi rakyat Indonesia menjadi salah satu hal yang sangat penting. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Oleh karena itu, pembangunan nasional pada dewasa ini lebih di pusatkan pada pembangunan di bidang ilmu pengetahuan dan salah satunya dengan penerapan sistem teknolgi dan infromasi.

Selanjutnya pembangunan dalam bidang hukum, diarahkan untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, mengatur permasalahan yang berkaitan dengan ekonomi.1 Hal tersebut diarahkan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya tindak pidana di bidang teknologi dan informasi serta mampu menangani dan menyelesaikan

1

(4)

2

permasalahan dengan kasus-kasus yang terkait dengan teknologi dan informasi. Dengan demikian keterlibatan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak lepas dari pembangunan nasional. Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi perhatian utama di negara-negara maju termasuk juga Negara Indonesia dalam menjawab permasalahan pembangunan bangsa dan meningkatkan pertumbungan ekonomi. Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi di Negara Indonesia pada saat ini diarahkan pada peningkatan kualitas penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mendukung transformasi perekonomian nasional menuju perekonomian pada keunggulan kompetitif.2

Pada zaman sekarang ini penggunaan media elektronik sangatlah dibutuhkan dan sangat bermanfaat di berbagai kebutuhan sehari-hari manusia. Penggunaan media elektronik telah merubah dan memberikan manfaat yang sangat besar diberbagai bidang. Salah satunya dalam bidang bisnis, khususnya sistem jual beli dengan menggunakan interconnection network (internet), sehingga mempermudah jual beli yang semula dilakukan secara tradisional dengan cara bertatap muka atau secara langsung bertemunya pembeli dan penjual menjadi transaksi elektronik dengan internet. Dengan demikian, melalui media teknologi dan informasi para pelaku bisnis dapat melakukan berbagai macam transaksi dengan menggunakan media internettersebut.

Namu dengan adanya kemajuan teknologi, tidak menutup kemungkinan terjadinya tindak kejahatan dibidang transaksi elektronik. Semakin tingginya suatu teknologi maka akan semakin tinggi pula tingkat

2

(5)

3

dan jenis kejahatan yang muncul. Kejahatan dalam dunia internet sering disebut juga kejahatan dunia cyber (Cyber Crime) adalah segala macam penggunaan jaringan komputer untuk tujuan kriminal dan atau kriminal berteknolgoi tinggi dengan menyalahgunakan kemudahan teknologi digital.3

Salah satu tindak pidana di bidang jual beli melalui internet tesebut adalah dengan adanya pemalsuan dokumen bukti pengiriman barang yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua, karena selain memberikan kontribusi bagi kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum.4 Hal ini disebabkan kemudahan dalam bertansaksi melalui internet, maka tindak kejahatan yang terjadi semakin canggih dengan berbagai modus yang baru dan belum pernah ada sebelumnya. Berkembangnya jenis-jenis kejahatan tersebut mengharuskan sistem hukum dan aparatur penegak hukum harus lebih maju dibandingkan dengan kejahatan yang ada sekarang.

Hukum dan teknologi berkembang secara bersamaan, namun tidak dapat dipungkiri pada kenyataannya bahwa hukum berjalan lebih lambat dibandingkan dengan perkembangan teknologi yang selalu berubah dengan cepat. Ketidakseimbangan antara hukum dan teknologi ini ternyata dapat menyebabkan timbul perbuatan yang melanggar hukum seperti kejahatan dengan memanfaatkan media internet.5 Pada saat ini, kemajuan teknologi telah membuat jual beli barang dapat dilakukan dengan mudah melalui internet. Salah satunya transaksi jual beli melalui internet yang terdapat di

3

Ade Maman Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hlm 168.

4

Ahmad M. Ramli, Cyber Law dan Haki: Dalam Sistem Hukum Indonesia, Rafika Aditama, Bandung, 2004, hlm 1.

5

(6)

4

dalam suatu situs atau Forum Jual Beli yang terdapat pada situs http://www.kaskus.us yang ada di Indonesia. Dengan perkataraan lain, internet dipandang sebagai media yang memberikan informasi dengan biaya yang rendah atau ekonomis, sehingga memudahkan setiap orang untuk melakukan transaksi elektronik jual beli melalui internet (E-Commerce).

Keuntungan jual beli melalui internet ini lebih menjanjikan dari pada bertransaksi secara tradisional. Definisi Internet itu sendiri menurut Reno V adalah:

The Internet definition is simply described as follows: an international network of computers that provide a wide variety of communication and information retrieval methodes to all those with access to internet. This includes electronics mail, automatic mailinglist services, news group, chat rooms, the world wide web (yang secara keseluruhan membentuk suatu medium yang disebut cyber space).6

Melalui internet proses transaksi dapat dilakukan lebih cepat, dimana proses pembelian hingga pembayaran dapat dilakukan dimana saja selama masih terjangkau oleh fasilitas internet. Pada salah satu situs jual beli melalui internet yaitu Forum Jual Beli Kaskus.us, pembayaran untuk jual beli barang dilakukan melalui pihak ketiga yang dalam hal ini dibuat oleh pihak dari kaskus.us yaitu Rekening Bersama. Forum Jual Beli tersebut mengharuskan para pihak dalam hal ini adalah penjual barang, untuk melampirkan dokumen pengiriman barang atau faktur (invoice) kepada kaskus.us.

Faktur (invoice) atau Commercial Invoice merupakan dokumen akunting utama yang menjelaskan transaksi komersial antara pembeli dan penjual.7 Faktur (invoice) dikirimkan atau dilampirkan pada situs jual beli

6

Ade Maman Suherman, Op.Cit, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global 7

(7)

5

kaskus.us oleh penjual jika barang tersebut telah dikirim kepada pembeli, dokumen pengiriman barang tersebut dikirimkan dengan melampirkan hasil pindai (scan) yang diperoleh dengan menggunakan alat pemindai (scanner) dari dokumen pengiriman barang tersebut. Pemindai atau scanner merupakan suatu alat yang digunakan untuk memindai suatu bentuk maupun sifat benda, seperti dokumen, foto, gelombang, suhu dan lain-lain dan hasil pemindaian itu pada umumnya akan dikirim dan dirubah ke dalam komputer sebagai data digital.8

Berdasarkan uraian singkat di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian dengan mengambil judul : TINJAUAN HUKUM

MENGENAI PEMALSUAN FAKTUR (INVOICE) PENGIRIMAN BARANG

SEBAGAI DOKUMEN ELEKTRONIK PADA SITUS JUAL BELI DI

INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 263 KITAB

UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG-UNDANG-UNDANG NOMOR 11

TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas, maka pemasalahan yang akan timbul adalah sebagai berikut:

1. Apakah akibat hukum dari tindak pidana pemalsuan faktur (inovice) pengiriman barang sebagai dokumen elektroknik pada situs jual beli di internet?

8

(8)

6

2. Tindakan hukum apakah yang dapat diberikan kepada pelaku pemalsuan faktur (invoice) pengiriman barang sebagai dokumen elektronik?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dari yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kekuatan hukum atas dokumen bukti pengiriman barang yang dijadikan dokumen elektronik pada transaksi elektronik ( e-commerce) pada situs jual beli di internet.

2. Untuk mengetahui tindakan hukum apa yang dapat diberikan kepada pelaku pemalsuan dokumen elektronik berupa faktur (invoice) dokumen pengiriman barang?

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah : 1. Secara teoritis

Untuk mengetahui seberapa besar dampak kemajuan teknologi terhadap kegiatan transaksi jual beli melalui internet.

2. Secara Praktis

(9)

7

E. Kerangka Pemikiran

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea kedua menyebutkan bahwa:

dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur .

Makna yang tersirat dari kata adil dan makmur dalam alinea kedua tersebut merupakan keadilan yang diperuntukkan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Selain itu juga pelaksaan tujuan negara yang diamanatkan dalam alinea keempat pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa:

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, .

(10)

8

setiap pengguna internet, yang dalam hal ini adalah pengguna transaksi jual beli melalui internet.

Berdasarkan pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, dinyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Berdasarkan hal tersebut, hukum tidak boleh tertinggal dalam proses pembangunan yang berkesinambungan yang menghendaki adanya konsepsi hukum yang mendorong pembangunan sebagai cerminan dari tujuan hukum modern.

Sebagaimana dipahami bahwa tujuan hukum pada dasarnya adalah memberikan kesejahtraan bagi masyarakat, sebagaimana dalam teori Bentham yang menjelaskan The Great happiness for the greates number 9 yaitu kebahagian sebesar-besarnya untuk masyarakat sebanyak-banyaknya. Berdasarkan teori tersebut Negara Indonesia harus melindungi setiap warga Indonesia terutama mereka yang melakukan transaksi jual beli di internet.

Transaksi jual beli di internet atau sering disebut commerce. E-commerce adalah sistem perdagangan yang menggunakan mekanisme elektronik yang ada di jaringan internet. E-commerce merupakan warna baru dalam dunia perdagangan, dimana kegiatan perdagangan tersebut dilakukan secara elektronik dan on-line10. Berbagai pembaharuan atau kemajuan dari teknologi yang berhasil diciptakan sepanjang sejarah kehidupan manusia, termasuk inovasi e-commerce telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia.

9

Otje Salman S & Anthon F. Susanto, Teori Hukum (Mengingat, mengumpulkan, dan membuka kembali), Bandung: Refika Aditama, 2004, hlm 156.

10

(11)

9

Perkembangan yang sangat pesat dari sistem perdagangan elektronik, antara lain disebabkan oleh:11

1. Proses transaksi yang singkat

Perubahan sistem transaksi tradisional ke sistem elektronik akan mempercepat proses transaksi tradisional. Proses-proses dalam sistem transaksi tradisional seperti pembuatan nota, kuitansi, faktur dan sebagainya tidak dilakukan secara manual dan dapat dilakukan scara otomatis oleh sistem.

2. Menjangkau lebih banyak pelanggan

Sebagai sistem yang berada di dalam jaringan global internet, e-commerce memiliki kemampuan untuk menjangkau lebih banyak pelanggan.

3. Mendorong daya cipta penyedia jasa

E-commerce mendorong daya cipta dari pihak penjual untuk menciptakan informasi dan promosi secara inovatif serta secara cepat melakukan up-date data secara berkesinambungan

4. Biaya operasional lebih murah.

E-commerce dapat menekan biaya operasional (operational cost) karena dapat dilakukan dengan biaya murah dan efektif dalam penyebaran informasi.

5. Meningkatkan kepuasan pelanggan

E-commerce dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dengan pelayanan yang cepat dan mudah.

11

(12)

10

Berdasarkan hal di atas, setiap ciptaan manusia tidak ada yang sempurna. Pada kenyataannya dalam melakukan transaksi jual beli melalui internet atau e-commerce memliki beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan e-commerce dapat dikelompokan kedalam kelemahan yang bersifat teknis dan non teknis:12

1. Kelemahan Teknis

a. Kurang terjaminnya keamanan dan reliabilitas sistem, termasuk keamanan dan relibilitas standar dan protokol-protokol komunikasi; b. Kurang memadainya sumber daya manusia dalam bidang

telekomunikasi dan bandwidth telekomunikasi;

c. Sangat sulit untuk mengintegrasikan atau memadukan antara internet dan perangkat lunak e-commerce dengan beberapa aplikasi dan database yang sudah ada;

d. Vendor (pedagang elektronik) memerlukan web server dan prasarana yang lain, disamping juga memerlukan server jaringan;

e. Beberapa perangkat lunak e-commerce tertentu tidak sesuai untuk beberapa jenis perangkat keras tertentu.

2. Kelemahan Non Teknis a. Biaya dan justifikasi; b. Keamanan dan privasi;

c. Kurangnya kepercayaan dan penolakan oleh sebagian pengguna; d. Faktor-faktor penghambat lainnya.

12

(13)

11

Bedasarkan hal di atas, salah satu kelemahan dalam e-commerce adalah dapat dipalsukannya beberapa dokumen-dokumen elektronik seperti faktur (invoice) pengiriman barang. pemalsuan merupakan suatu hal yang dilarang baik oleh agama dan juga oleh negara. Pemalsuan merupakan suatu tindak pidana, tindak pidana adalah suatu perbuatan atau tindakan yang terlarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang. Sifat tindak pidana adalah sifat melanggar hukum (onrechmatigheid).13

Tindak pidana pemalsuan merupakan suatu perbuatan melanggar hak orang lain. Pemalsuan merupakan suatu kejahatan yang diatur dalam buku II tentang Kejahatan Bab XII Pasal 263 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang menegaskan hal sebagai berikut:

Pasal 236 ayat (1) KUHP

Barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perutangan atau yang dapat membebaskan daripada utang atau yang dapat menjadi bukti tentang sesuatu hal, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat-surat itu seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, jikalau pemakaian surat itu dapat mendatangkan kerugian, maka karena memalsukan surat, dipidana penjara selama-lamanya enam tahun.

Tindak pidana pemalsuan dalam bentuk pokok sebagaimana diatur dalam pasal 263 KUHP terdiri dari 2 (dua) unsur, yaitu unsur subjektif dan unsur objektif. Rumusan pasal 263 KUHP ayat 1 terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:

13

(14)

12

1. Unsur subjektif :

a. Barangsiapa, yaitu orang perorangan atau badan hukum sebagai subjek hukum;

b. Dengan maksud atau untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai seolah-olah isinya benar atau tidak dipalsu, dalam hal ini yaitu adanya kesengajaan atau niat dari pelaku tindak pidana pemalsuan.

2. Unsur objektif :

a. Membuat surat palsu, yaitu membuat yang isinya bukan semestinya (tidak benar), atau membuat surat sedemikian rupa, sehingga menunjukan asal surat itu yang tidak benar.

b. Memalsukan surat, yaitu mengubah surat demikian rupa, sehingga isinya menjadi lain dari isi yang asli atau sehingga surat itu menjadi lain dari pada yang asli.

Pasal 263 ayat (2) KUHP

Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa dengan sengaja memakai surat yang isinya tidak benar atau yang dipalsu, seolah-olah benar dan tidak dipalsu, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian.

(15)

13

1. Unsur subjektif yaitu barang siapa dengan sengaja;

2. Unsur objektif yaitu memakai surat palsu atau yang dipalsukan, pemalsuan surat tersebut dapat menimbulkan kerugian.14

Unsur subjektif pada pasal 263 ayat 1 KUHP yaitu dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu artinya adanya niat dari pelaku untuk melakukan perbuatan memakai atau menggunakan surat palsu atau surat dipalsukan. Unsur objektif yaitu barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan suatu hak yang dapat menimbulkan suatu perikatan, yaitu menimbukan pembebasan utang, yang diperuntukan sebagai bukti daripada sesuatu hal artinya subjek atau orang yang memenuhi unsur-unsur dengan melakukan atau menggunakan perbuatan palsu atau memalsu dan menimbulkan adanya perikatan hukum dan menimbulkan kerugian. Unsur subjektif dan unsur objektif pada pasal 263 ayat 2 KUHP yaitu dengan sengaja serta memakai surat palsu atau yang dipalsukan, pemakaian surat terseut dapat menimbulkan kerugian artinya adaya unsur kesengajaan baik memakai surat palsu atau dipalsu maupun pemakaian itu menimbulkan kerugian.15

Dengan demikian tampak bahwa pemalsuan faktur (invoice) dokumen bukti pengiriman barang dapat menimbulkan kerugian pada pihak tertentu. Hingga saat ini, meskipun Indonesia sudah memiliki Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik hal tersebut belum sepenuhnya dapat menutupi kekosongan hukum karena

14

Adami Chazawi, Kejahatan Mengenai Pemalsuan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm 98.

15

(16)

14

belum adanya undang-undang khusus yang mengatur tentang cyber crime atau kejahatan di dunia cyber ini. Hal ini dikarenakan Kemajuan dari teknologi bukan hanya memberikan dampak baik, tetapi juga dampak buruk dengan bermunculannya tindak pidana baru yang dilakukan pada dunia cyber dan hal tersebut seharusnya di imbangi dengan peraturan-peraturan di bidang kejahatan cyber agar dapat terciptanya konsep negara hukum yang sebenar-benarnya di Negara Indonesia ini.

F. Metode Penelitian

1. Spesifikasi penelitian

Spesifikasi penelitian yang dilakukan adalah secara deskriptif analitis, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara melukiskan dan menggambarkan fakta-fakta baik data sekunder bahan hukum primer berupa peraturan perundang undangan seperti Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, data sekunder bahan hukum sekunder berupa doktrin atau pendapat para ahli juga Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Teknologi dan Infromasi dan data sekunder bahan hukum tersier berupa data yang didapat melalui majalah dan artikel yang berhubungan dengan kegiatan transaksi melalui internet. 2. Metode Pendekatan

(17)

15

kata-kata atau tata kalimat yang digunakan pembuat undang-undang dalam peraturan perundang-undangan tertentu, selain itu dilakukan juga penafsiran sistermatis yaitu penafsiran yang dilakukan dengan cara menghubungkan kata-kata dalam suatu pasal dengan kata-kata dalam pasal lain, baik dalam peraturan yang sama maupun antara berbagai macam peraturan perundang-undangan. Selain itu juga penulis melakukan penelitian terhadap bahan hukum non undang-undang.

3. Tahap Penelitian

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan dengan mencari data sekunder berupa: 1) Bahan hukum primer yaitu peraturan perundang undangan, antara

lain:

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik

Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (WTO) 2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum berupa doktrin atau

pendapat para ahli hukum terkemuka dan juga Rancangan Undang-Undang berupa, yaitu Rancangan Undang-Undang Tindak Pindana Teknologi dan Infromasi.

(18)

16

b. Studi lapangan (Field Research)

Penelitian dilakukan dengan mengunjungi tempat kegiatan secara on-line sebagai data primer untuk melengkapi data sekunder.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelaahan data yang diperoleh dari perundang-undangan, buku-buku teks, hasil penelitian, majalah, artikel dan lain-lain, serta wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dan mengunjungi situs internet yang berhubungan dengan kegiatan transaksi melalui internet.

5. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara yuridis kualitatif, yaitu peraturan perundang-undangan tidak boleh saling bertentangan, memperhatikan hirarki peraturan perundang-undangan dan berbicara tentang kepastian hukum, bahwa perundang-undangan yang berlaku benar-benar dilakukan oleh para pihak penegak hukum. Disamping itu, berdasarkan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman, digunakan pula hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. 6. Lokasi Penalitian

Lokasi penelitian dilakukan di: a. Perpustakaan

Perpustakaan Jawa Barat, Jl. Soekarno Hatta No. 629, Bandung; Perpusatakan Universitas Komputer Indonesia, Jl. Dipatiukur No.112, Bandung;

(19)

17

Perpustakaan Universitas Padjajaran, Jl. Dipatiukur No.35, Bandung. b. Situs-situs

http://hukumonline.com; http://inlawnesia.net; http://kamushukum.com; http://kaskus.us;

(20)

18

BAB II

ASPEK HUKUM TERHADAP DOKUMEN PENGIRIMAN

BARANG DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI INTERNET

A. Aspek-aspek Hukum Transaksi Jual Beli Di Internet

Transaksi jual beli di Indonesia diatur di dalam Buku III Burgerlijk Wetboek (BW) mengenai perikatan. Berdasarkan Pasal 1313 BW, suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau lebih dimana orang-orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Suatu hal dalam perjanjian biasanya bersifat konkrit sehingga dapat melahirkan adanya suatu perikatan antara pihak-pihak yang berjanji tersebut. Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut.16 Dengan demikian, pada suatu perikatan terdapat paling sedikit dua subjek hukum.

Selanjutnya, menurut ketentuan Pasal 1233 BW perikatan bersumber dari perjanjian dan undang-undang. Adapun sumber-sumber hukum perikatan adalah berdasarkan adanya perjanjian antara pihak-pihak yang telah membuat dan terikat dengan perjanjian tersebut seperti yang dijelaskan didalam Pasal 1313 BW.17 Perjanjian tersebut menjadi undang-undang bagi mereka yang membuat atau yang disebut dengan asas Pacta Sun Servanda.

16

Riduan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, PT. Alumni, Bandung, 2004, hal. 199

17

(21)

19

Selain perjanjian, sumber perikatan juga berasal dari undang-undang. dalam perjanjian terdapat asas-asas penting yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang akan membuat serta mengikatkan dirinya terhadap suatu perjanjian. Asas hukum bukan merupakan hukum konkrit, melainkan pikiran dasar yang umum dan abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan konkrit yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif. Asas hukum dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam peraturan konkrit tersebut.

Salah satu asas yang terdapat didalam Pasal 1338 BW yaitu asas kebebasan berkontrak yang mengatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dengan perkataan lain, hal ini dikatan sebagai sistem terbuka yang artinya bahwa dalam membuat perjanjian ini para pihak diperkenankan untuk menentukan isi dari perjanjian dan sebagai undang-undang bagi mereka sendiri, dengan batasan yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan ketentuan undang-undang, ketertiban umum, dan norma kesusilaan.18

Sebagaimana yang di sebutkan di atas, meskipun bentuk perikatan mengandung sifat terbuka tetapi tidak boleh bertentangan dengan ketentuan undang-undang tentang syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur di dalam Pasal 1320 BW. Syarat sahnya sebuah perjanjian adalah sebagai berikut:

(22)

20

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

Kata sepakat tidak boleh disebabkan adanya kealpaan mengenai hakekat barang yang menjadi pokok persetujuan atau kealpaan mengenai diri pihak lawannya dalam persetujuan yang dibuat terutama mengingat dirinya orang tersebut; adanya paksaan dimana seseorang melakukan perbuatan karena suatu ancaman sebagaimana diatur di dalam Pasal 1324 BW, adanya penipuan yang tidak hanya mengenai kebohongan tetapi juga adanya tipu muslihat sebagai mana diatur di dalam Pasal 1328 BW. Terhadap perjanjian yang dibuat atas dasar sepakat berdasarkan alasan-alasan tersebut, dapat diajukan pembatalan.

2. Cakap untuk membuat perikatan;

Pasal 1330 BW menentukan yang tidak cakap untuk membuat perikatan: a. Orang-orang yang belum dewasa, dalam hal dewasa ini ada

beberapa patokan ukurang seseorang dianggap dewasa. Menurut BW, orang dikatakan masih di bawah umur apabila orang tersebut belum mencapai usia 21 (dua puluh satu) tahun, kecuali kalau orang tersebut sudah menikah19. Sedangkan di dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dewasa adalah seseorang yang telah berusia 21(dua puluh satu) tahun. Berbeda dengan Pasal 39 Undang-Undang Nomor 30 tentang Jabatan Notaris, ukuran mengenai dewasa seseorang adalah 18 (delapan belas) tahun atau yang sudah menikah.

b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan. Pengampuan diatur dalam buku I KUHPerdata. Pengampuan adalah keadaan di mana

19

(23)

21

seseorang karena sifat-sifat pribadinya dianggap tidak cakap atau tidak di dalam segala hal cakap untuk bertindak di dalam lalu lintas hukum, karena dianggap tidak cakap maka guna menjamin dan melindungi hak-haknya, hukum memperkenan seseorang untuk dapat bertindak sebagai wakil dari orang yang berada dibawah pengampuan.

Adapun syarat-syarat seseorang berada dibawah pengampuan adalah sebagaimana diatur dan dimaksud Pasal 433 BW :

"Setiap orang dewasa, yang selalu berada dalam keadaan dungu, gila atau mata gelap, harus ditempatkan di bawah pengampuan, sekalipun ia kadang-kadang cakap menggunakan pikirannya. Seorang dewasa boleh juga ditempatkan di bawah pengampuan karena keborosan

Berdasarkan ketentuan Pasal 433 di atas jelas dan tegas, kondisi sakit jiwa, permanen atau tidak, merupakan hal yang mutlak seseorang dapat ditempatkan dibawah pengampuan. Namun demikian, orang yang suka berfoya-foya pun dapat dimintakan pengampuan.

(24)

22

3. Suatu hal tertentu;

Perjanjian harus menentukan jenis objek yang diperjanjikan. Jika tidak, maka perjanjian itu batal demi hukum. Pasal 1332 BW menentukan hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan yang dapat menjadi obyek perjanjian, dan berdasarkan Pasal 1334 BW barang-barang yang baru akan ada di kemudian hari dapat menjadi obyek perjanjian kecuali jika dilarang oleh undang-undang secara tegas.

4. Suatu sebab atau klausa yang halal.

Sahnya klausa dari suatu persetujuan ditentukan pada saat perjanjian dibuat. Perjanjian tanpa klausa yang halal adalah batal demi hukum, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. Syarat pertama dan kedua menyangkut subyek, sedangkan syarat ketiga dan keempat mengenai obyek. Terdapatnya cacat kehendak (keliru, paksaan, penipuan) atau tidak cakap untuk membuat perikatan, mengenai subyek mengakibatkan perjanjian dapat dibatalkan. Sementara apabila syarat ketiga dan keempat mengenai obyek tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum.

(25)

23

perjanjian, maka dapat diwakili oleh orang tua atau walinya sedangkan orang yang cacat mental dapat diwakili oleh pengampu atau kuratornya.20

Suatu hal tertentu berhubungan dengan objek perjanjian, maksudnya bahwa objek perjanjian itu harus jelas, dapat ditentukan dan diperhitungkan jenis dan jumlahnya, diperkenankan oleh undang-undang serta mungkin untuk dilakukan para pihak. Suatu sebab yang halal, berarti perjanjian termaksud harus dilakukan berdasarkan itikad baik. Berdasarkan Pasal 1335 BW, suatu perjanjian tanpa sebab tidak mempunyai kekuatan. Sebab dalam hal ini adalah tujuan dibuatnya sebuah perjanjian.21

Asas konsensualisme berhubungan dengan saat lahirnya suatu perjanjian yang mengandung arti bahwa perjanjian itu terjadi sejak saat tercapainya kata sepakat antara pihak-pihak mengenai pokok perjanjian. Arti asas konensualisme adalah pada dasarnya perjanjian dan kerikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak deitk tercapainya kesepakatan.22 Mengenai saat terjadinya kesepakatan dalam suatu perjanjian, yaitu antara lain:23

a. Utingstheorietheorie (teori saat melahirkan kemauan)

Menurut teori ini perjanjian terjadi apabila atas penawaran telah dilahirkan kemauan menemerimanya dari pihak lain. Kemauan ini dapat dikatakan telah dilahirkan pada waktu pihak lain mulai menulis surat penerimaan. b. Verzendtheorietheorie (teori saat mengirim surat penerima)

Menurut teori ini perjanjian terjadi pada saat surat penerimaan dikirimkan sampai di alamat si penawar.

20 Opcit

, Ridwan Syahrani, hlm. 217. 21

Ibid, hlm. 218. 22

Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 1987, hm. 15. 23

(26)

24

c. Vernemingstheorietheorie (teori saat menerima surat penerimaan) Menurut teori ini perjanjian terjadi pada saat menerima surat penerima sampai di alamat si penawar.

d. Ontvangstheorietheorie (teori saat mengetahui surat penerimaan)

Menurut teori ini perjanjian baru terjadi, apabila si penawar telah membuka dan membaca surat penerimaan itu.

Pasal 1338 ayat (1) BW yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Artinya bahwa kedua belah pihak wajib mentaati dan melaksanakan perjanjian yang telah disepakati sebagaimana mentaati undang-undang. Hal ini disebut sebagai asas paca sunt servanda yang menyatakan bahwa perjanjian tidak dapat ditarik kembali tanpa persetujuan dari pihak lain, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 ayat (2) BW yaitu suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.

Selanjutnya, menurut Pasal 1338 ayat (3) BW yang menyebutkan bahwa setiap perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Dalam pasal ini mengandung adanya azas itikad baik yang menyebutkan bahwa setiap orang harus berlandaskan atau atas dasar itikad baik kepada orag lain dalam melakukan perjanjian. Maksud dari asas itikad baik tersebut adalah bahwa cara menjalankan seuatu perjanjian tidak boleh bertentangan dengan kepatutan dan keadilan.24

24

(27)

25

Asas Personalitas/ Kepribadian berhubungan dengan subjek yang terikat dalam suatu perjanjian. Asas kepribadian diatur dalam pasal 1340 ayat (1) BW yang menyatakan bahwa suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya. Pernyataan ini mengandung arti bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Asas Personalitas/ Kepribadian berhubungan dengan subjek yang terikat dalam suatu perjanjian. Ketentuan mengenai hal ini ada pengecualiannya, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1337 BW yaitu, dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat semacam itu. Pasal ini memberi pengertian bahwa seseorang dapat mengadakan perjanjian untuk kepentingan pihak ketiga dengan suatu syarat yang telah ditentukan. Sedangkan dalam Pasal 1338 BW, tidak hanya mengatur perjanjian untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yang memperoleh hak dari padanya.

Keberadaan asas seperti yang telah dijelaskan di atas tidaklah berdiri sendiri. Asas kebebasan berkontrak harus dilihat dalam kerangka unsur-unsur dari suatu perjanjian. Ilmu hukum mengajarkan bahwa setiap perjanjian memiliki unsur-unsur, yaitu:25

1. Unsur esentialia, sebagai unsur pokok yang wajib ada dalam perjanjian, seperti identitas para pihak yang harus dicantumkan dalam suatu perjanjian, termasuk perjanjian yang dilakukan jual beli secara elektronik

25

(28)

26

2. Unsur naturalia, merupakan unsur yang dianggap ada dalam perjanjian walaupun tidak dituangkan secara tegas dalam perjanjian, seperti itikad baik dari masing-masing pihak dalam perjanjian.

3. Unsur accedentialia, yaitu unsur tambahan yang diberikan oleh para pihak dalam perjanjian, seperti klausula tambahan yang berbunyi barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan .

Pasal 1338 ayat (1) BW, yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.26 Dari Pasal ini dapat disimpulkan adanya asas kebebasan berkontrak, akan tetapi kebebasan ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa, sehingga para pihak yang membuat perjanjian harus menaati hukum yang sifatnya memaksa. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang. Suatu perjanjian tidak diperbolehkan membawa kerugian kepada pihak ketiga.

Dalam suatu perjanjian memungkinkan untuk adanya berakhirnya suatu perjanjian sebelum tujuan dari perjanjian atau yang diperjanjikan tercapai. Perjanjian dapat berakhir karena:

1. Ditentukan oleh para pihak berlaku untuk waktu tertentu; 2. Undang-undang menentukan batas berlakunya perjanjian;

26

(29)

3. Para pihak atau undang-undang menentukan bahwa dengan terjadinya peristiwa tertentu maka persetujuan akan hapus;

Peristiwa tertentu yang dimaksud adalah keadaan memaksa (overmacht) yang diatur dalam Pasal 1244 BW dan 1245 BW. Keadaan memaksa adalah suatu keadaan dimana debitur tidak dapat melakukan prestasinya kepada kreditur yang disebabkan adanya kejadian yang berada di luar kekuasaannya. Keadaan memaksa dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :

a. Keadaan memaksa absolut adalah suatu keadaan di mana debitur sama sekali tidak dapat memenuhi perutangannya kepada kreditur, oleh karena adanya gempa bumi, banjir bandang, dan adanya lahar (force majeur). Akibat keadaan memaksa absolut (force majeur) adalah debitur tidak perlu membayar ganti rugi (Pasal 1244 KUH Perdata) dan kreditur tidak berhak atas pemenuhan prestasi, tetapi sekaligus demi hukum bebas dari kewajibannya untuk menyerahkan kontra prestasi, kecuali untuk yang disebut dalam Pasal 1460 KUH Perdata.

(30)

28

4. Pernyataan menghentikan persetujuan (opzegging) yang dapat dilakukan oleh kedua belah pihak atau oleh salah satu pihak pada perjanjian yang bersifat sementara misalnya perjanjian kerja;

5. Putusan hakim;

6. Tujuan perjanjian telah tercapai;

7. Dengan persetujuan para pihak (herroeping).

Saat ini transaksi jual beli dapat dilakukan secara elektronik melalui media internet. Salah satu manfaat yang dirasakan oleh manusia pada saat ini adalah dengan adanya transaksi jual beli melalui internet atau transaksi elektronik (e-commerce). Proses jual beli dapat dilakukan dengan menghubungkan jaringan komputer mencakup hampir disemua negara. Dalam hal ini, dengan di ratifikasi GATT/ WTO, berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1994 tentang pengesahan Agreemen Establishing The World Trade Organitation, maka menurut World Trade Organization (WTO), cakupan e-commerce meliputi bidang produksi, distribusi, pemasaran, penjualan, dan pengiriman barang atau jasa melalui cara elektronik.27

Selanjutnya, berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, disebutkan bahwa transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer atau media elektronik lainnya. Pada transaksi jual beli melalui internet, para pihak yang terkait dalam transaksi jual beli melalui interntet tersebut melakukan perjanjian yang dituangkan kedalam sebuah kontrak dalam bentuk elektronik. Sesuai

27

(31)

29

ketentuan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, kontrak elektronik yaitu perjanjian yang dimuat dalam dokumen elektronik atau media elektronik lainnya.

Pada transaksi jual beli melalui internet tersebut, para pihak yang terkait di dalamnya adalah sama dengan kegiatan transaksi jual beli pada umumnya. Dalam transaksi jual beli melalui internet, perbedaan yang paling mendasar dalam transaksi jual beli tersebut adalah tidak bertemunya atau tidak bertatap mukanya antara pembeli dan penjual dan keterkaitan beberapa pihak sebagai penunjang transaksi melalui internet tersebut. Dalam transaksi jual beli melalui internet, pihak-pihak yang terkait antara lain28:

1. Penjual atau merchant atau pengusaha yang menawarkan sebuah produk melalui internet sebagai pelaku usaha;

2. Pembeli atau konsumen yaitu setiap orang yang tidak dilarang oleh undang-undang, yang menerima penawaran dari penjual atau pelaku usaha dan berkeinginan untuk melakukan transaksi jual beli produk yang ditawarkan oleh penjual/ pelaku usaha/ merchant.

3. Bank sebagai pihak penyalur dana dari pembeli atau konsumen kepada penjual atau pelaku usaha/ merchant, karena pada transaksi jual beli secara elektronik, penjual dan pembeli tidak berhadapan langsung, sebab mereka berada pada lokasi yang berbeda sehingga pembayaran dapat dilakukan melalui perantara dalam hal ini bank;

4. Provider sebagai penyedia jasa layanan akses internet.

28

(32)

30

Itikad baik dalam sebuah transaksi jual beli melalui internet, tidak lepas dari asas-asas dalam jual beli pada umumnya. Asas yang penting dalam transaksi jual beli adalah adanya itikad baik dari para pelaku transaksi jual beli tersebut. Sama halnya dengan transaksi jual beli melalui internet seperti yang tercantum dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu para pihak yang melakukan transaksi elektronik wajib beriktikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran Informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik selama transaksi berlangsung.

(33)

perlindungan dari negara dari pembeli yang memiliki itikad tidak baik dalam transaksi jual beli melalui internet ini.

Menurut Pasal 9 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, pelaku usaha yang menawarkan produk melalui Sistem Elektronik harus menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan. Yang dimaksud dengan "informasi yang lengkap dan benar" meliputi:

1. Informasi yang memuat identitas serta status subjek hukum dan kompetensinya, baik sebagai produsen, pemasok, penyelenggara maupun perantara;

2. Informasi lain yang menjelaskan hal tertentu yang menjadi syarat sahnya perjanjian serta menjelaskan barang dan/ atau jasa yang ditawarkan, seperti nama, alamat, dan deskripsi barang/ jasa.

Pada transaksi jual beli melalui internet, para pihak biasanya akan terikat dengan kesepakatan mengenai pembayaran dan pengiriman barang yang diperjanjikan. Oleh karena dalam mekanisme pembayaran, biasanya akan melibatkan pihak bank sebagai penyedia jasa pembayaran.

(34)

32

pihak yang terkait seringkali mempercayakan pihak ketiga sebagai agen elektronik. Dalam pembayaran secara elektronik terdapat 2 (dua) hal yang sangat penting, yatu mengenai keamanan dan kerahasiaan29.

Dengan demikian, pembeli atau konsumen mempunyai kewajiban untuk membayar harga barang yang diperjual belikan sesuai dengan perjanjian yang telah dilakukan dan disepakti oleh pembeli dan penjual sebelumnya. Dalam transaksi jual beli melalui internet, pembeli wajib mengisi data diri dengan lengkap untuk proses pengiriman barang yang dilakukan penjual barang dikarenakan perbedaan tempat antara penjual dan pembeli. Selain kewajiban tersebut, pembeli juga mempunyai hak atas informasi atau kondisi barang yang diperjual belikan oleh penjual dengan sebenar-benarnya agar dan perlindungan konsumen yang diberikan oleh negara bilamana penjual beritikad tidak baik dalam transaksi jual beli melalui internet ini.

Pertanggungjawaban atas akibat dalam pelaksanaan transaksi elektronik harus dilihat dari kewenangan yang diberikan kepada agen oleh para pihak untuk melakukan transaksi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik bahwa pengirim atau penerima dapat melakukan transaksi elektronik sendiri, melalui pihak yang dikuasakan olehnya, atau melalui agen elektronik. Dalam ayat (2) angka 1 menyatakan apabila transaksi dilakukan sendiri, maka orang yang melakukan transaksi yang menanggung akibat hukumnya. Pasal 21 ayat (2) angka 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan apabila transaksi dilakukan oleh pihak ketiga dengan pemberian

29

(35)

kuasa, maka yang bertanggung jawab jatuh kepada pihak yang memberi kuasa. Namun apabila transaksi dilakukan melalui agen elektronik, maka tanggung jawab menjadi tanggung jawab penyelenggara agen elektronik mengenai hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 21 ayat (2) angka 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Provider atau penyedia jasa internet ini, berfungsi sebagai penyedia jasa internet dalam transaksi jual beli melalui internet sehingga penjual dan pembeli ataupun pihak bank dapat terhubung dimanapun dalam 24 jam, sehingga dapat tercipta proses transaksi jual beli yang baik. Dalam transaksi jual beli melalui internet sekarang ini, biasanya penjual bekerja sama dengan provider atau penyedia jasa internet untuk melakukan penjualan suatu barang ataupun melakukan penawaran atau iklan kepada calon pembeli yang menggunakan jasa internet yang diberikan oleh provider tersebut.

(36)

34

pihak juga memiliki kewenangan untuk menentukan cara dalam penyelesaian sengketa, baik melalui pengadilan atau melalui metode penyelesaian sengketa alternatif.

Pada beberapa kontrak elektronik yang dibuat dalam proses jual beli di internet, diharuskan adanya tanda tangan elektronik atau tanda tangan digital (digitas signature). Tanda tangan elektronik adalah tanda tangan yang dibuat secara elektronik yang befungsi sama dengan tanda tangan biasa pada dokumen kertas biasa.30 Sedangkan menurut Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, tanda tangan elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi.

Pasal 19 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan bahwa para pihak yang melakukan transaksi elektronik harus menggunakan sistem elektronik yang disepakati. Dengan demikian, sebelum melakukan transaksi elektronik, maka para pihak menyepakati sistem elektronik yang akan digunakan untuk melakukan transaksi. Sementara itu, kecuali ditentukan lain oleh para pihak, transaksi elektronik terjadi pada saat penawaran transaksi yang dikirim pengirim telah diterima dan disetujui oleh penerima sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Oleh karena itu, transaksi elektronik baru terjadi apabila adanya penawaran yang dikirimkan kepada penerima dan adanya

30

(37)

persetujuan untuk menerima penawaran setelah penawaran diterima secara elektronik, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) yang menyatakan bahwa persetujuan atas penawaran transaksi elektronik harus dilakukan dengan pernyataan penerimaan secara elektronik.

Disamping itu, pada transaksi jual beli secara elektronik, seorang penjual atau pelaku usaha yang menawarkan suatu produk melalui media elektronik wajib menyediakan informasi secara lengkap da benar berkaitan dengan syarat-syarat kontrak, produsen dan produk yang ditawarkan. Ketentuan termaksud telah ditegaskan dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, sehingga tidak ada alasan bagi pelaku usaha dalam hal ini penjual untuk tidak beritikad baik dalam menawarkan serta menjual produk-produknya itu. Hal ini sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang menegaskan kewajiban-kewajiban pelaku usahan dalam hal ini penjual syang menawarkan dan menjual suatu produk, yaitu:

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar, jujur dan tidak diskriminatif;

(38)

36

5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/ atau mencoba barang dan/ atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan atau garansi atas barang yang dibuat dan/ atau yang diperdagangkan;

6. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/ atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/ atau jasa yang diperdagangkan;

7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian.

Sementara itu, berdasarkan ketentuan pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen diatur pula mengenai beberapa perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha/ penjual, antara lain pelaku usaha/ penjual dilarang memproduksi dan/ atau memperdagangkan barang dan/ atau jasa yang:

1. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan;

2. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;

3. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;

(39)

5. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/ atau jasa tersebut;

6. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label,etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/ atau jasa tersebut;

7. tidak mencantumkan tanggal daluwarasa atau jangka waktu penggunaan/ pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;

8. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal sebagaimana pernyataan halan yang dicantumkan dalam label;

9. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/ isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang atau dibuat;

10. tidak mencantumkan informasi dan atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(40)

38

B. Ruang Lingkup Dokumen Pengiriman Barang Dalam Transaksi Jual Beli

Di Internet

Hubungan para pihak dalam transaksi jual beli melalui internet, lebih didasarkan pada asas kepercayaan diantara kedua belah pihak. Pihak penjual (seller) harus percaya bahwa pihak pembeli (buyer) memiliki itikad baik untuk melakukan pembayaran tepat pada waktunya. Sementara itu, pihak pembeli harus percaya bahwa jumlah dan kualitas barang yang diterimanya nanti akan sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Namun rasa saling percaya belum sepenuhnya menjamin bahwa masing-masing pihak akan menepati kewajibannya sebagaimana yang diharapkan untuk menjamin terlaksananya pembayaran tepat pada waktunya. Dalam hal ini, biasanya pihak penjual akan menghubungi sebuah lembaga keuangan dalam hal ini adalah bank.

Pada proses jual beli melalui internet, terdapat beberapa persoalan yang harus dipenuhi agar terciptanya proses jual beli yang baik. Jarak antara penjual pembeli yang berjauhan menjadi faktor utama yang tidak memungkinkan bertemunya penjual dan pembeli secara langsung. Barang yang diperjual belikan tidak dapat dilihat secara langsung kondisinya. Dalam hal kondisi barang yang diperjual belikan melalui internet, pelaku jual beli yaitu penjual dan pembeli yang akan bertransaksi tidak bisa secara langsung bertemu sehingga pembeli tidak bisa secara langsung melihat barang dan kondisi barang yang akan dibelinya.

(41)

39

berjauhan. Dengan adanya permasalahan ini, proses pembelian dari penjual oleh pembeli dilakukan melalui internet dan barang dagang yang diperjual belikan dikirim melalui perusahaan jasa pengiriman barang, seperti TIKI Jalur Nugraha Ekakurir, dan DHL Express. Pengiriman barang dagang tersebut disebut juga sebagai pengangkutan. Fungsi dari pengangkutan itu sendiri adalah memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna atau nilai.31

Dalam perdagangan dikenal berbagai macam cara dalam melakukan pengangkutan dalam proses pengiriman barang, yaitu:

1. Pengangkutan melalui jalur darat; 2. Pengangkutan melalui jalur laut; 3. Pengangkutan melalui jalur udara.

Di samping itu, dalam proses pengangkutan barang dagang tersebut, terdapat beberapa dokumen atau surat-surat dalam melakukan pengiriman. Dokumen-dokumen tersebut dapat digolongkan dalam bebera jenis sebagai berikut:32

1. Dokumen Pedahuluan

Yaitu, suatu dokumen yang dibuat sebelum kontrak jual beli ditandatangani. Adapun bentuk dokumentasi pendahuluan dapat dilakukan dengan konfirmasi melalui telephone.

31

Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia;Buku III, Djambatan, Jakarta 2003 32

(42)

40

2. Dokumen Pokok

Dokumen pokok adalah kontrak jual beli itu sendiri, baik yang secara tertulis seperti dalam perdagangangan konvensional ataupun melalui kontrak elektronik dalam perdagangan jual beli melalui intenet.

3. Dokumen Tambahan

Keberadaan dokumen tambahan disebabkan karena adanya perbedaan tempat penjual dengan pembeli berjauhan sehingga diperlukan dokumen.

Dalam proses transaksi jual beli melalui internet, dokumen pengiriman barang khususnya dokumen tambahan merupakan alat atau dokumen yang sangat penting karena dalam transaksi jual beli melalui internet pembeli dan penjual tidak secara langsung bertatap muka. Dengan adanya kendala tersebut, maka barang yang diperjualbelikan harus dikirimkan melalui jasa pengangkutan barang. Dalam pengiriman barang melalui jasa pengangkutan pengiriman terdapat dokumen-dokumen lainnya yang merupakan bagian dari perjanjian:33

1. Letter of Credit (L/C), yaitu suatu surat yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan nasabah yang dalam hal ini adalah penjual dan ditujukan kepada pembeli, atau sebaliknya. L/C digunakan sebagai sarana untuk memudahkan pelunasan pembayaran transaksi jual beli yang penjual dan pembelinya berjauhan.

2. Commercial Invoice, yakni berisikan penjelasan tentang barang yang dikirim.

3. Dokumen Transportasi, yang biasanya terdiri dari:

33

(43)

a. Bill of Leading, yaitu suatu dokumen yang bertanggal, dalam mana pengangkut menerangkan telah menerima barang tertentu untuk diangkutnya ke suatu tempat tujuan tertentu dan menyerahkan barang dimaksud kepada orang tertentu, begitu pula menerangkan tentang syarat-syarat penyerahan barangnnya;

b. Good Receipt, yaitu suatu bukti tanda terima barang dari pihak yang mengangkut barang, yang diterbitkan dan ditandantangi oleh pihak pengangkut tersebut;

c. Mate s Receipt, merupakan suatu keterangan yang diterbitkan oleh perusahaan pelayaran dan ditandatangani oleh kapten kapal. Isinya menyatakan bahwa barang (dengan spesifikasinya) telah dimuat dalam kapal;

d. Air Waybill, dikumen ini dipergunakan jika pengangkutan dilakukan lewat udara;

e. Road/ railway Transport Document, dokumen ini dikeluarkan oleh perusahaan angkutan darat atau kereta api, jika barang dikirim lewat darat atau kereta api;

f. Draft atau wesel, merupakan suatu surat perintah bayar sejumlah uang tertentu tanpa syarat kepada pihak tertetu seperti disebutkan dalam draft tersebut;

g. Dokumen Asuransi, dokumen ini dikirim jika barang yang dikirim diasuransikan;

(44)

42

Seperti halnya dokumen pengiriman atau kontrak pada umumnya. Di dalam bill of leading, terdapat beberapa pihak yang terkait di dalamnya, yaitu : 1. Pengirim, yaitu pihak yang mengirimkan barang, bisa penjual atau pihak

lainnya;

2. Pengangkut, yaitu perushaan pengangkut yang mengangkut barang dan yang menerbitkan dokumen pengangkutan;

3. Penerima barang, yaitu pihak yang berhak menerima barang yang disebutkan dalam Bill of Leading,yaitu pembeli.

Invoice yang dibuat dalam transaksi perdagangan adalah Commercial Invoice, kegunaan commercial invoice meruapakan keterangan mengenai barang-barang serta indikasi harga dan syarat-syarat dalam transakasi bersangkutan. Kegunaan dari commercial invoice adalah untuk meneliti apakah barang-barang yang sebenarnya telah dikirim dengan harga yang disetujui.

Proses transaksi jual beli yang melakukan pengiriman barang untuk mengantarkan barang yang diperjual belikan oleh penjual kepada pembeli sesuai dalam prosedur dan ketentuan dalam pengirimannya. Pada transaksi jual beli melalui internet, tidak menutup kemungkinan penjualan tersebut dilakukan bukan hanya dengan berbeda wilayah dalam satu negara, tetapi dimungkinkan adanya jual beli antar negara, sekalipun transaksi jual beli itu dilakukan oleh perorangan dan transaksi jual beli antara negara itu memiliki prosedur dalam pengiriman.

(45)

Adapun prosedur yang biasanya dilakukan dalam jual beli yang dilakukan antara dua negara yang berbeda adalah sebagai berikut:

1. Korespondensi;

Penjual mengadakan korespondensi dengan pembeli di luar negeri untuk menawarkan dan negosiasi komoditi, dalam hal ini harus dicantumkan jenis barang, kualitas, kuantitas, syarat-syarat pengiriman.

2. Pembuatan kontrak dagang;

Apabila pembeli menyetujui penawaran yang diajukan oleh penjual, maka para pihak membuat dan menandatangani kontrak dagang dengan dicantumkannya hal-hal yang disepakati bersama.

3. Jenis pembayaran;

Setelah ditandatangani kontrak dagang maka biasanya pembeli membuka L/C melalui bank koresponden di negaranya dan mengirimkan L/C tersebut ke Bank Devisa yang ditunjuk, kemudian Bank Devisa di negara eksportir kemudian Bank Devisa yang ditunjuk.

4. Pengiriman Barang;

Proses pengiriman barang dalam jual beli yang dilakukan antara dua negara yang berbeda, dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Mempersiapkan barang;

b. Mempersiapkan dokumen barang, packing list, Commercial invoice, Sertifikat mutu barang/ standar mutu;

c. Mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang ( PEB ); d. Pemesanan ruang kapal;

(46)

44

g. Surat Keterangan Asal ( SKA) jika diperlukan; h. Proses pengiriman barang kepada pembeli.

Setelah seluruh prosedur pengiriman barang dilakukan seluruhnya sesuai dengan yang telah disepakati, maka apabila barang sudah dikapalkan untuk dikirimkan, pihak pembeli dapat mencairkan pembayaran pada bank dengan menyerahkan bukti dokumen-dokumen.

Selanjutnya, untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang meliputi kegiatan penerimaan, penyimpanan, sortasi, pengepakan, penandaan pengukuran, penimbangan, pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen angkutan, klaim asuransi atas pengiriman barang serta penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya berkenan dengan pengiriman barang-barang tersebut sampai dengan diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya. Oleh karena itu, dokumen merupakan salah satu bagian dari usaha freight forwarding yang sangat penting. Sementara itu pengertian jasa freight forwarding pernah didefinisikan dalam PER-178/PJ/2006 yang kemudian dicabut dengan terbitnya PER-70/PJ/2007, yaitu mengacu pada Keputusan Menteri Perhubungan No. KM/10 Tahun 1988 tentang Jasa Pengurusan Transportasi. Berdasarkan Surat Keputusan Mentri Perhubungan tersebut, yang dimaksud dengan Jasa Freight Forwarding adalah:

(47)

45

tersebut sampai dengan diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya.

Secara umum, freight forwarding documentations dapat di bagi kedalam 2 (dua) jenis, yaitu dokumen-dokumen yang kita terima dari pembeli dan dokumen-dokumen yang kita terbitkan untuk pembeli. Dokumen-dokumen yang diterima dari pembeli ada 2 (dua) macam, yaitu:

1. FIATA Forwarding Instructions FFI atau Shipper s Instructions.

Customer menerbitkan dokumen ini kepada forwarder, sehingga timbul hubungan kontraktual antara forwarder dengan customer untuk mengatur pengangkutan dari point A ke point B. Customer diharapkan untuk dapat melengkapi semua data yang diperlukan sehubungan dengan rencana pengiriman barang miliknya, termasuk dokumen-dokumen pendukung lainnya, yang dibutuhkan.

2. FIATA SDT Shipper s Declaration of Dangerous Goods.

Customer wajib mengisi, menandatangani dan mengembalikan dokumen pengiriman ini kepada freight forwarder yang ditunjuknya untuk melaksanakan pengiriman barang.

Sedangkan dokumen-dokumen yang diterbitkan untuk pembeli ada 5 (lima) macam, yaitu:

1. FIATA FCR Forwarder s Certificate of Receipt;

(48)

46

menerima dan mengirimkan barang-barang kepada pihak yang dikehendaki oleh consignee.

2. FIATA FCT Forwarder s Certificate of Transport;

Dengan menerbitkan FCT kepada pengirim barang, forwarder dianggap bertanggungjawab untuk mengirimkan barang-barang ke tujuan melalui agen yang di tunjuk olehnya dan forwarder dianggap bertanggungjawab atas pengiriman barang-barang ke tujuan, melalui agen yang ditunjuk olehnya, kepada pemegang dokumen sesuai dengan kondisi-kondisi yang tercantum dalam FCT.

3. FBL Negotiable FIATA Combined Transport Bill of Lading;

FBL merupakan dokumen lanjutan (Through Document) yang dipergunakan oleh Internasional Freight Forwarder yang bertindak sebagai Multimodal Transport Operator (MTO) dan dengan menerbitkan FBL, maka forwarder bertanggungjawab tidak hanya terhadap pelaksanaan kontrak angkutan barang saja, dan penyerahan barang ditempat tujuan tetapi juga terhadap tindakan dan kesalahan dari carrier dan pihak ketiga lainnya yang terkait.

4. FWR FIATA Warchouse Reccipt;

(49)

47

sesuai dengan hukum nasional yang berlaku, maka FIATA FWR tidak perlu dipergunakan lagi di negara tersebut.

5. House Bill of Lading/House Airway Bill.

Apabila freight forwarder bertidak sebagai carrier dengan melakukan cargo consolidation atau groupage dengan angkutan laut atau angkutan udara, maka freight forwarder tersebut menerbitkan Bill of Lading tersebut sendiri kepada masing-masing shipper.

Disamping itu, apabila dalam suatu proses jual beli melalui internet mempunyai kendala dalam jarak antara penjual dan pembeli, maka penyerahan suatu barang yang telah di perjanjikan tuntuk pada syarat-syarat tertentu. Syarat dalam proses penyerahan barang harus disepakati oleh pihak pembeli dan penjual karena menyangkut tentang biaya pengangkutan atau pengiriman barang yang diperjanjikan dan risiko atas barang tersbeut pada saat proses pengangkutan atau pengiriman dari pihak penjual kepada pihak pembeli. Syarat penyerahan suatu barang yang lazim digunakan dalam jual beli di Indonesia yang diatur di dalam Incoterms 2000 (International Trade of Commercials Terminologies) yaitu:34

1. EXW (Ex Works) atau nama tempat;

Syarat ini menyebutkan bahwa penjual menyerahkan barang di tempat penjual. Dalam hal ini, dokumen pengeriman belum di tentukan atas risiko dan biaya-biaya terkait dengan pengambilan barang tersebut di tempat penjual menjadi tanggungjawab pembeli.

34

(50)

48

2. FCA (Free Carrier);

Syarat ini menyebutkan bahwa penjual menyerahkan barang-barang kepada perusahaan angkutan yang di tunjuk oleh pembeli di tempat yang telah di tentukan. Dalam hal ini, dokumen pengiriman di kerjaan oleh pihak penjual, risiko dan biaya-biaya bagi pihak penjual hanya sampi pada saat penyerahan barang kepada perusahaan angkutan, selebihnya menjadi tanggung jawab pembeli.

3. FAS (Free Alongside Ship);

Dalam hal ini, penjual menyerahkan barang di samping kapal bersandar pada pelabuhan pengapalan yang ditentukan. Pembeli bertanggungjawab atas segala risiko dan biaya-biaya sejak barang diserahkan oleh penjual di samping kapal dan dokumen-dokumen pengiriman di kerjakan oleh pihak penjual.

4. FOB (Free on Board);

Syarat ini menyebutkan bahwa penjual melakukan penyerahan barang di atas kapal yang berada di pelabuhan pengapalan dan sejak dari penyerahan tersebut pembeli bertanggung jawab atas risiko atas barang dan biaya-biaya yang terjadi. Semua dokumen dan biaya-biaya yang berkaitan dengan pengiriman merupakan tanggungjawab penjual.

5. CFR (Cost dan Frieght);

(51)

49

6. CIF (Cost Insurance and Freight);

Syart pada CIF sama dengan CFR, hanya saja penjual wajib menutup asuransi angku

Referensi

Dokumen terkait

Studi kelayakan usaha diartikan sebagai suatu pengkajian sistematis dari suatu gagasan atau rencana usaha, Baik usaha baru maupun usaha yang sudah ada, dari berbagai aspek

Perilaku moralis Indonesia yang membiarkan lautnya dieksplorasi serta fakta bahwa laut Indonesia memiliki potensi sedemikian besar dinilai telah membuat Amerika Serikat

(1) Ruang lingkup perjanjian ini adalah PIHAK KEDUA akan melakukan pelayanan medis dan atau pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan lingkup kredensial yang

Sebab selain menyediakan lapangan kerja, juga diharapkan akan timbul kegiatan lain yang nantinya akan lebih bermanfaat bagi masyarakat (misalnya adanya warung di sekitar

Penggunaan pembenah tanah telah nyata meningkatkan kualitas tanah di lahan pasir pantai.Penggunaan grumusol dan Lumpur, pupuk kandang dan blotong memberikan pengaruh

Dari banyak penelitian yang ada seperti penelitian rukmono budi utomo dalam penelitiannya berjudul Model Regresi Persentase Keuntungan Perusahaan Manufaktur Ditinjau

Penelitian ini penting dilakukan karena adanya wacana 2019 ganti presiden berawal dari penggunaan media sosial yang kian menyemarakkan aktivitas politik masyarakat sehingga

Kecenderungan untuk menafsirkan dogmatika agama (scripture) secara rigit dan literalis seperti dilakukan oleh kaum fundamentalis Protestan itu, ternyata ditemukan