• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI KUAT TEKAN DAN KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG YANG DISUBTITUSI DENGAN VARIASI CAMPURAN PASIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KORELASI KUAT TEKAN DAN KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG YANG DISUBTITUSI DENGAN VARIASI CAMPURAN PASIR"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI KUAT TEKAN DAN KUAT GESER

PADA TANAH LEMPUNG YANG DISUBTITUSI

DENGAN VARIASI CAMPURAN PASIR

( Skripsi)

Oleh

ALBERTUS WILLY P

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

COMPRESSIVE STRENGTH AND SHEAR STRENGTH CORRELATION ON CLAY SUBSTITUTED WITH A VARIETY OF SAND MIXTURE

By

ALBERTUS WILLY PRATAMA

This research aims to determine the compressive strength and shear strength on clay which is substituted with a mixture of sand variations. Soil tested in this study is derived from clay Belimbing Sari Village, Jabung District, East Lampung. This is done because if you set up a structure on top of the clay will cause some problems, among others, the small value of compressive strength and shear strength of the soil. To see the behavior of soil structure is then done mixing sand with varying levels of mixing sand.

To determine the effect of mixing clay with sand on the compressive strength and shear strength, it is done by varying the mixing of sand by 10%, 20%, 30%, 40%. Testing was conducted on the physical properties testing undisturbed clays and clay that is mixed with sand and doing mechanical testing which is test of direct shear and compressive strength testing by compaction using standard proctor.

From the test results it is obtained that the increase in the value of maximum shear strength of 0.7534 kg / cm2 and a decrease in cohesion value of 0.10 kg / cm2 at mixing the sand as much as 40%. In the compressive strength reaches a maximum value at 30% of the mixing done 4 variation is equal to 0.4996 kg / cm3. The greater the level of sand were added then the lesser the value of the soil cohesion, shear angle and the compressive strength will increase although the maximum compressive strength value in mixing 30% sand.

(3)

ABSTRAK

KORELASI KUAT TEKAN DAN KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG YANG DISUBTITUSI DENGAN VARIASI CAMPURAN PASIR

Oleh

ALBERTUS WILLY PRATAMA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi kuat tekan dan kuat geser pada tanah lempung yang disubtitusi dengan variasi campuran pasir. Tanah yang diuji pada penelitian ini berasal dari tanah lempung Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Lampung Timur. Hal ini dilakukan karena jika mendirikan struktur di atas tanah lempung akan menimbulkan beberapa permasalahan, antara lain kecilnya nilai kuat tekan dan nilai kuat geser pada tanah tersebut. Untuk melihat perilaku struktur tanah ini maka dilakukan pencampuran pasir dengan variasi campuran pasir.

Untuk mengetahui pengaruh pencampuran tanah lempung dengan pasir terhadap nilai kuat tekan dan nilai kuat geser, maka dilakukan dengan cara membuat variasi pencampuran pasir sebesar 10%, 20%, 30% dan 40%. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian sifat fisik tanah lempung asli dan tanah lempung yang sudah dicampur pasir serta melakukan pengujian mekanik yaitu pengujian geser langsung dan pengujian kuat tekan dengan pemadatan menggunakan proktor standar.

Dari hasil pengujian didapatkan peningkatan nilai kuat geser maksimum sebesar

0,7534 kg/cm2 dan penurunan nilai kohesi sebesar 0,10 kg/cm2 pada pencampuran pasir

sebanyak 40%. Pada nilai kuat tekan mencapai nilai maksimum pada pencampuran

30% dari 4 variasi yang dilakukan yaitu sebesar 0,4996 kg/cm3. Semakin besar kadar

pasir yang ditambahkan maka semakin menurun nilai kohesi tanah tersebut, sudut geser dan nilai kuat tekan akan menjadi semakin meningkat walaupun nilai kuat tekan maksimum di pencampuran 30% pasir.

(4)

KORELASI KUAT TEKAN DAN KUAT GESER

PADA TANAH LEMPUNG YANG DISUBTITUSI

DENGAN VARIASI CAMPURAN PASIR

Oleh

ALBERTUS WILLY P

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA TEKNIK

pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Albertus Willy Pratama lahir di Tanjung Karang, pada tanggal

21 Agustus 1991, merupakan anak pertama dari pasangan

Bapak Martinus Sukirno dan Ibu Maria Goretti Nuruliyah.

Penulis memiliki satu orang saudara laki-laki bernama Matias

Oscar Yudhatama dan satu saudara perempuan bernama Monica Vidya Tinanti

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Mardi Yuana Serang, Banten yang

diselesaikan pada tahun 2003. Pendidikan tingkat pertama ditempuh di SMP

Mardi Yuana Serang, Banten yang diselesaikan pada tahun 2006. Kemudian

melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMAN 3 Taktakan, Serang Banten yang

diselesaikan pada tahun 2009.

Penulis diterima menjadi mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Lampung pada tahun 2009. Selama menjadi mahasiswa, penulis

pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Menggambar Rekayasa Tahun

Akademik 2014/2015. Penulis selama kuliah aktif dalam organisasi internal

kampus yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik sebagai

anggota penelitian dan pengembangan kreatifitas mahasiswa masa jabatan

2009-2010 dan HMJ Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (Himateks) masa jabatan

(9)

MOTO

Jangan Pernah Pernah Menyerah Sebelum Mencoba

Pengetahuan tidaklah cukup; kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah

cukup; kita harus melakukannya

(Johann Wolfgang von Goethe)

“Hidup adalah pengorbanan, karena hidup tidak akan

mencapai kesuksesan

tanpa suatu pengorbanan”

Kebahagiaan dan kesuksesan ku adalah ketika mereka orang yang kusayangi

dan kucintai merasa bangga dan bahagia karena aku..

(10)

Persembahan

Sebuah karya kecil buah pemikiran dan kerja keras untuk,

Ayahandaku tercinta Martinus Sukirno

Ibundaku tercinta Maria Gorety Nuruliyah

Adinda Matias Oscar Yudhatama Dan Adinda Monica Vidya Tinanti

Serta saudara seperjuangan Teknik Sipil Angkatan 2009 dan

saudara-saudara tercinta TEKNIK SIPIL

(11)

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yesus Kristus yang

senantiasa memberikan berkat dan cinta-Nya, sehingga skripsi dengan judul Korelasi

Kuat Tekan dan Kuat Geser Pada Tanah Lempung Yang Disubtitusi Dengan

Variasi Campuran Pasir dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk meraih gelar Sarjana Teknik pada program reguler Jurusan Teknik Sipil,

Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pada penulisan skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu penulis mohon maaf dan

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya

kepada :

1. Prof. Drs. Suharno, M.sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas

Lampung.

2. Ir. Idharmahadi Adha, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Lampung.

3. Iswan S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing I skripsi.

(12)

ii

5. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A. selaku Dosen Penguji skripsi.

6. Ir. Laksmi Irianti, M.T. selaku Dosen Pembimbing Akademis

7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

8. Kedua orang tua penulis ( Martinus Sukirno dan Maria Gorety Nuruliyah) yang

telah memberikan restu dan doanya, Ananda Matias Oscar Yudhatama dan

Adinda Monica Vidya Tinanti yang selalu memberi warna dan doa di kehidupan

penulis.

9. Wanita yang selalu memberi semangat dan doa Yustina Dina.

10.Rekan-rekan seperjuangan di Lab. (Catur, Dony, Renol, Ade, Syahreza, Rian,

Armen, Dedy, Iqbal, Aulia, Rizky, dan Dedy Setiawan ) yang telah banyak

membantu penulis selama di laboratorium.

11.Teknisi di laboratorium (Mas Pardin, Mas Miswanto, Mas Budi, Mas Bayu, Mas

Andi).

12.Seluruh keluarga besar Jurusan Teknik Sipil, Universitas Lampung, khususnya

angkatan 2009 serta adik-adik tingkat.

Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dan

memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis sangat berharap karya

kecil ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi penulis sendiri.

Bandar Lampung, Februari 2015

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

SANWACANA ……… i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR NOTASI ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Lokasi ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah ... 7

B. Klasifikasi Tanah ... 9

(14)

iv

2. Sistem Unified Soil Classification System (USCS) ... 13

C. Tanah Lempung ... 16

G. Korelasi Kuat Tekan Bebas Terhadap Kuat Geser Langsung ... 24

1. Kuat Tekan Bebas (qu) ... 25

2. Kuat Geser Undrained (Cu)... 25

H. Penelitian Terdahulu ... 26

(15)

v

2. Analisa Hasil Pengujian Berat Volume ... 43

3. Analisa Hasil Pengujian Berat Jenis ... 44

4. Uji Analisa Saringan ... 46

(16)

vi

6. Uji Batas Atterberg ... 49

7. Data Hasil Pengujian Pemadatan Tanah ... 51

B. Klasifikasi Tanah ... 54

C. Analisis Hasil Pengujian Kuat Tekan Bebas ... 55

1. Hasil Pengujian Kuat Tekan Bebas Pada Tanah Asli ... 55

2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Bebas Pada Tanah Asli Disubtitusi Pasir ... 56

3. Analisis Hasil Pengujian Kuat Tekan Bebas Pada Tanah Asli Dan Pada Tanah Asli Yang Disubtitusi Dengan Pasir ... 57

D. Analisi Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung (Direct Shear Test) ... 60

1. Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung Pada Tanah Asli ... 60

2. Hasil Pengujian Kuat Geser Tanah Pada Tanah Asli Dicampur Pasir ... 61

3. Analisis Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung Pada Tanah Asli Dan Pada Tanah Asli Yang Dicampur Dengan Pasir ... 62

E. Korelasi Antara Kuat Tekan Bebas Dan Kuat Geser Langsung ... 66

F. Analisis Regresi Linier Berganda Untuk Mencari Nilai Kuat Tekan Bebas, Sudut Geser dan Nilai Kohesi Pada Uji Direct Shear... 69

G. Pengujian Geser Langsung (Direct Shear Tanpa Menggunakan Air ... 79

V. PENUTUP A. Kesimpulan……… 83

B. Saran ………. 85

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO ... 12

2.2. Sistem klasifikasi tanah USCS (Bowles, 1989) ... 14

2.3. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified ... 15

2.4. Kelompok Aktivitas Tanah Dan Nilai Swelling ... 18

2.5. Konsistensi dan Korelasi Unconfined Compression Strengh tterhadap Shear Strenght pada tanah kohesif (lempung) ... 25

2.6. Hasil penelitian terhadap kuat tekan bebas berbagai variasi... 27

4.1. Hasil pengujian sifat fisik tanah lempung (Soft Clay) ... 42

4.2. Hasil pengujian berat volume tanah asli ... 43

4.3. Hasil pengujian berat jenis untuk masing-masing sampel ... 44

4.4. Hasil Pengujian Analisis Saringan ... 46

4.5. Hasil Pengujian Hidrometer ... 48

4.6. Hasil Pengujian Batas Atterberg ... 49

4.7. Hasil Uji Pemadatan Standar ... 53

4.8. Tabel pengujian kuat tekan bebas pada sampel A tanah asli ... 55

4.9. Hasil Perhitungan nilai kuat tekan (qu) pada sampel A ... 56

4.10. Hasil Perhitungan nilai kuat tekan (qu) pada sampel B ... 56

(18)

viii

4.12. Hasil Perhitungan nilai kuat tekan (qu) pada sampel D ... 57

4.13. Hasil pengujian kuat tekan bebas (qu) ... 57

4.23. Perbandingan hasil analisis kuat tekan dengan hasil pengujian ... 75

4.24. Hasil analisa kohesi diret shear dengan menggunakan SPSS ... 77

4.25. Hasil Analisis sudut geser direct shear dengan menggunakan SPSS ... 78

4.26. Tabel pengujian Kuat Geser pada sampel A tanah asli tanpa campuran ... 80

4.27. Tabel pengujian kuat geser pada sampel B tanah asli + 20% pasir ... 80

4.28. Tabel pengujian kuat geser pada sampel C tanah asli + 40% pasir ... 80

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Nilai-nilai batas Atterberg untuk subkelompok tanah ... 13

2.2. Garis Keruntuhan Menurut Mohr Dan Hukum Keruntuhan Mohr-Coulomb (Hary Cristady, 2002) ... 24

2.3. Hubungan antara kenaikan UCS kadar lempung dan lama pemeraman (Hatmoko, J.T dan Lullie Y, 2007) ... 26

2.4. Perbandingan nilai kuat tekan bebas maksimum tanah lempung yang telah dicampur Ca(OH)2 dengan berbagai variasi kadar kapur dan waktu pemeraman (Gazhali F, 2010) ... 28

2.5. Hubungan Sudut Geser Tanah dengan Kepadatan Kering... 30

2.6. Hubungan nilai kohesi tanah dengan kepadatan kering ... 32

2.7. Hubungan sudut geser tanah dengan % lempung ... 31

2.8. Hubungan kohesi dengan lempung ... 31

3.1. Lokasi pengambilan sampel. ... 32

3.2. Pengambilan sampel tanah asli. ... 33

3.3. Pengambilan sampel tanah terganggu ... 33

3.4. Alat pemadatan standar ... 36

3.5. Bagan alir penelitian ... 41

(20)

x

4.2. Grafik Hasil Analisa Saringan untuk jenis tanah terganggu ... 47

4.3. Grafik hasil analisa saringan dan hidrometer ... 48

4.4. Hubungan nilai LL, PL dan PI masiing-masing campuran dengan fraksi lempung ... 50

4.10. Hubungan persentase campuran tanah lempung dan pasir dengan nilai berat volume kering ... 53

4.11. Grafik nilai kuat tekan bebas pada masing-masing pencampuran pasir ... 58

4.12. Hubungan fraksi lempung dengan nilai kuat tekan bebas (qu) ... 59

4.13. Hubungan fraksi lempung dengan nilai kohesi hasil pengujian geser langsung (Direct Shear Test) ... 63

4.14. Hubungan fraksi lempung dengan nilai sudut geser hasil pengujian geser langsung (Direct Shear Test) ... 64

4.15. Grafik hubungan antara tegangan normal dan tegangan geser ... 65

4.16. Grafik korelasi kuat tekan bebas dengan kohesi tanah ... 67

4.17. Grafik korelasi kuat tekan bebas tanah dengan kuat geser maksimum tanah ... 67

4.18. Langkah 3 dan langkah 4 ... 71

4.19. Langkah 5 dan langkah 6 ... 72

(21)

xi

4.21. (a). Perbadingan Nilai qu Analisis dan Pengujian dengan C (kohesi)

dan Bj (berat jenis) ... 76

(b). Perbadingan Nilai qu analisis dan pengujian dengan C (kohesi)

dan Fc (fraksi lempung) ... 76

4.22. Perbandingan nilai kohesi hasil engujian dan hasil analisis dengan Qu

(kuat tekan) dan Fc (fraksi lempung) ... 77

4.23. Perbandingan nilai sudut geser hasil pengujian dan hasil analisis dengan

qu dan Fc ... 78

4.24. Hubungan fraksi lempung dengan nilai kohesi hasil pengujian direct

shear test pada kondisi basah dan kondisi kering ... 81

4.25. Hubungan fraksi lempung dengan nilai sudut geser langsung pada

(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah

mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam hal ini, tanah berfungsi sebagai

penahan beban akibat konstruksi di atas tanah yang harus bisa memikul seluruh

beban bangunan dan beban lainnya yang turut diperhitungkan, kemudian dapat

meneruskannya ke dalam tanah sampai ke lapisan atau kedalaman tertentu.

Sehingga kuat atau tidaknya bangunan/konstruksi itu juga dipengaruhi oleh

kondisi tanah yang ada. Salah satu tanah yang biasa ditemukan pada suatu

konstruksi yaitu jenis tanah lempung.

Tanah lempung memiliki kemampuan menyerap air yang cukup tinggi dan

kondisi pengaliran air sangat rendah. Tanah lempung merupakan jenis tanah

dengan daya dukung rendah, pengaruh air sangat besar terhadap perilaku fisis dan

mekanisnya. Untuk itu, dalam penggunaan tanah lempung sebagai bahan

konstruksi, kadar air tanah memegang peranan yang sangat penting. Dalam bentuk

massa yang kering, tanah lempung mempunyai kekuatan yang lebih besar dalam

mendukung beban, dan hal tersebut akan sangat berlawanan jika tanah lempung

(23)

2

Tanah lempung pada kondisi basah mempunyai kandungan air yang besar,

volume yang lebih besar karena tanah mengalami pengembangan, dan tanah

menjadi lunak, sehingga dalam kondisi ini tanah lempung mempunyai

kemampuan yang sangat rendah untuk mendukung beban. Tanah lempung juga

merupakan suatu jenis tanah kohesif yang mempunyai sifat yang sangat kurang

menguntungkan dalam konstruksi teknik sipil yaitu kuat geser rendah dan

kompresibilitasnya yang besar. Kuat geser yang rendah mengakibatkan

terbatasnya beban (beban sementara ataupun beban tetap) yang dapat bekerja

diatasnya sedangkan kompresibilitasnya yang besar mengakibatkan terjadinya

penurunan setelah pembangunan selesai. Selain itu dapat menimbulkan masalah

yang cukup besar dalam bidang Teknik Sipil lainnya seperti: retak dinding,

terangkatnya pondasi, dan jalan bergelombang.

Dari berbagai macam jenis tanah yang ada, maka seorang ahli geoteknik di

lapangan harus memperhatikan sifat-sifat tanah dengan seksama, kuat tekan tanah

dan kuat geser tanah merupakan beberapa yang harus di perhatikan sebelum

membangun konstruksi di tanah tersebut.

Uji kuat tekan bebas (Unconfined Compresion Test) merupakan cara yang

dilakukan di laboratorium untuk menghitung kekuatan geser tanah. Uji kuat ini

mengukur seberapa kuat tanah menerima kuat tekan yang diberikan sampai tanah

tersebut terpisah dari butiran-butirannya juga mengukur regangan tanah akibat

(24)

3

Uji tekan bebas ini dilakukan pada contoh tanah asli dan contoh tanah tidak asli

lalu diukur kemampuannya masing-masing contoh terhadap kuat tekan bebas.

Dari nilai kuat tekan maksimum yang dapat diterima pada masing-masing contoh

akan didapat sensitivitas tanah. Nilai sensitivitas ini mengukur bagaimana

perilaku tanah jika terjadi gangguan yang diberikan dari luar. Percobaan kuat

tekan bebas dimaksudkan terutama untuk tanah lempung atau lanau. Bila lempung

itu mempunyai derajat kejenuhan 100 % maka kekuatan geser dapat ditentukan

dari nilai kekuatan unconfined.

Kekuatan geser (shear strength) tanah merupakan gaya tahanan internal yang

bekerja per satuan luas masa tanah untuk menahan keruntuhan atau kegagalan

sepanjang bidang runtuh dalam masa tanah tersebut.

Kondisi tanah pada suatu daerah tidak akan memiliki sifat tanah yang sama

dengan daerah lainnya, namun tidak semua tanah memiliki kekuatan yang mampu

mendukung konstruksi. Hanya tanah yang mempunyai stabilitas baik yang mampu

mendukung konstruksi yang besar. Sedangkan tanah yang kurang baik harus

distabilisasi terlebih dahulu sebelum dipergunakan sebagai pondasi pendukung

dengan cara mencampur bahan pencampur seperti pasir.

Pasir merupakan agregat alami yang berasal dari letusan gunung berapi, sungai,

dalam tanah dan pantai oleh karena itu pasir dapat digolongkan dalam tiga macam

yaitu pasir galian, pasir laut dan pasir sungai. Pada konstruksi bahan bangunan

pasir digunakan sebagai agregat halus dalam campuran beton, bahan spesi,

perekat pasangan bata maupun keramik, pasir urug, screed lantai dll. Selain itu

(25)

4

Analisis korelasi merupakan salah satu teknik statistik yang digunakan untuk

menganalisis hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat kuantitatif.

Dapat diartikan bahwa adanya perubahan sebuah variabel disebabkan atau akan

diikuti dengan perubahan variabel lain. Dalam penelitian ini dalam bentuk

hubungan perubahan antara kuat tekan dan kuat geser tanah lempung yang

disubtitusi/dicampur dengan pasir.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah mengenai bagaimana pengaruh

pencampuran pasir yang dianggap sebagai bahan pencampur untuk stabilisasi

pada tanah lempung dengan variasi kadar campuran yang berbeda-beda, sampai

manakah perubahan yang dialami oleh tanah yang melingkupi perubahan nilai

batas-batas konsistensi (batas-batas Atterberg) seperti batas cair, batas plastis,

batas susut serta nilai kuat tekan bebas dan kuat geser langsung tanah asli dengan

tanah yang telah dicampur dengan menggunakan pasir sehingga nantinya dapat

disimpulkan bahwa pasir ini dapat digunakan sebagai bahan alternatif untuk

mengetahui perilaku tanahnya pada lapis pondasi khususnya pada lapisan

subgrade.

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini lingkup pembahasan dan masalah yang akan dianalisis dibatasi

dengan:

1. Sampel tanah yang digunakan adalah material tanah lempung berplastisitas

(26)

5

2. Bahan pencampur yang digunakan adalah pasir.

3. Pengujian sifat fisik tanah yang dilakukan adalah:

a. Pengujian kadar air

b. Berat jenis

c. Batas cair dan batas plastis

d. Analisa saringan

e. Analisa Hidrometer

f. Berat volume

4. Pengujian sifat mekanik tanah yang dilakukan adalah pengujian kuat tekan

dan pengujian kuat geser pada tanah lempung yang disubtitusi dengan variasi

campuran pasir.

D. Lokasi

1. Pengujian sifat fisik tanah untuk menentukan karakterisktik tanah organik

dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas

Lampung.

2. Pengujian sifat mekanik tanah untuk menentukan hubungan kuat tekan bebas

dengan kuat geser langsung dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah

Fakultas Teknik Universitas Lampung.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh pasir yang disubtitusikan pada tanah

(27)

6

distabilisasi terhadap tanah asli dengan menggunakan tes UCS dengan variabel

pencampuran berbeda.

2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh pasir yang disubtitusikan pada tanah

lempung apakah meningkatkan kuat geser langsung tanah (Cu) yang telah

distabilisasi terhadap tanah asli dengan menggunakan tes Direct Shear dengan

variabel pencampuran berbeda.

3. Untuk mengetahui korelasi kuat tekan bebas (qu) tersebut terhadap kuat geser

langsung (Cu) pada tanah yang telah di stabilisasi dengan pasirtersebut.

4. Untuk mengetahui jumlah banyaknya campuran pasir yang disubtitusi untuk

mencapai nilai kuat tekan yang baik.

5. Untuk mengetahui jumlah banyaknya campuran pasir yang disubtitusi untuk

mencapai nilai kuat geser langsung yang baik.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada ilmu

pengetahuan tentang sifat-sifat fisik dan mekanik tanah lempung.

2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang perilaku tanah

lempung yang disubtitusi pasir dengan pengujian kuat tekan dan kuat geser.

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah

Tanah terbentuk dari terjadinya pelapukan batuan menjadi partikel-partikel yang

lebih kecil akibat proses mekanis dan kimia. Pelapukan mekanis disebabkan oleh

memuai dan menyusutnya batuan akibat perubahan panas dan dingin secara terus

menerus yang akhirnya menyebabkan hancurnya batuan tersebut. Tiga bagian

yang membentuk tanah, yaitu udara, air, dan partikel-partikel tanah itu sendiri

kemudian membentuk suatu gumpalan yang mempunyai massa total tanah.

Tanah adalah kumpulan butiran (agregat) mineral alami yang bisa dipisahkan oleh

suatu cara mekanik bila agregat termaksud diaduk dalam air (Terzaghi, 1987).

Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan mineral

dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan daratan,

menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut:

horison-horison, atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai

hasil dari suatu proses penambahan, kehilangan, pemindahan dan transformasi

energi dan materi, atau berkemampuan mendukung tanaman berakar di dalam

(29)

8

Tanah didefinisikan sebagai suatu lapisan kerak bumi yang tidak menjadi satu

dengan ketebalan beragam yang berbeda dengan bahan-bahan dibawahnya, juga

tidak beku dalam hal warna, bangunan fisik, struktur susunan kimiawi, sifat

biologi, proses kimiawi ataupun reaksi-reaksi (Sutedjo, 1988).

Tanah merupakan material yang terdiri dari agregat dan butiran mineral-mineral

padat yang tidak terikat secara kimia satu sama lain dan dari bahan-bahan organik

yang telah melapuk menjadi berpartikel padat disertai dengan zat cair dan gas

yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut (Das,

1995).

Pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah merupakan campuran

partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis unsur-unsur sebagai berikut:

1. Berangkal (Boulder) adalah potongan batuan batu besar, biasanya lebih

besar dari 200mm-300mm dan untuk kisaran ukuran-ukuran

150mm-250mm, batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).

2. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074mm–5mm, yang

berkisar dari kasar (3mm–5mm) sampai halus (< 1 mm).

3. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002mm–0,074mm.

4. Lempung (clay) adalah partikel yang berukuran lebih dari 0,002mm,

partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi dari tanah yang kohesif.

5. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam, berukuran lebih dari

(30)

9

Tanah didefinisikan sebagai suatu sistem tiga fase yang mengandung air, udara

dan bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad hidup, yang karena

pengaruh berbagai faktor lingkungan pada permukaan bumi dan kurun waktu,

membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologi yang khas

(Schoeder, 1972).

B. Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang

berbeda-beda tetapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok

berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu bahasa yang

mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat

bervariasi tanpa penjelasan yang terinci (Das, 1995).

Sistem klasifikasi tanah bertujuan untuk memberikan informasi tentang

karakteristik dan sifat-sifat fisis tanah. Karena variasi sifat dan perilaku tanah

yang begitu beragam, sistem klasifikasi secara umum mengelompokan tanah ke

dalam kategori yang umum dimana tanah memiliki kesamaan sifat fisis.

Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang lebih terperinci mengenai

keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian untuk menentukan sifat

teknis tanah seperti karakteristik pemadatan, kekutan tanah, berat isi dan

sebagainya (Bowles, 1989).

Sistem klasifikasi bukan merupakan sistem identifikasi untuk menentukan

(31)

satu-10

satunya cara yang digunakan sebagai dasar untuk perencanaan dan perancangan

konstruksi.

Adapun sistem klasifikasi tanah yang telah umum digunakan adalah:

1. Sistem AASHTO (American Association Of State Highway and

Transporting Official)

Sistem ini dikembangkan pada tahun 1929 dan mengalami beberapa kali revisi

hingga tahun 1945 dan dipergunakan hingga sekarang, yang diajukan oleh

Commite on Classification of Material for Subgrade and Granular Type Road of

the Highway Research Board (ASTM Standar No. D-3282, AASHTO model

M145). Sistem klasifikasi ini bertujuan untuk menentukan kualitas tanah guna

pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (sub-base) dan tanah dasar (subgrade). Sistem ini

didasarkan pada kriteria sebagai berikut:

a. Ukuran butir

Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah

(32)

11

dipakai bila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisitas

sebesar 11 atau lebih.

c. Apabila ditemukan batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) dalam contoh tanah

yang akan diuji maka batuan-batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu,

tetapi persentasi dari batuan yang dikeluarkan tersebut harus dicatat.

Sistem klasifikasi AASTHO membagi tanah ke dalam 7 kelompok utama yaitu

A-1 sampai dengan A-7. Tanah berbutir yang 35 % atau kurang dari jumlah butiran

tanah tersebut lolos ayakan No.200 diklasifikasikan ke dalam kelompok A-1, A-2,

dan A-3. Tanah berbutir yang lebih dari 35 % butiran tanah tersebut lolos ayakan

No. 200 diklasifikasikan ke dalam kelompok A-4, A-5 A-6, dan A-7. Butiran

dalam kelompok A-4 sampai dengan A-7 tersebut sebagian besar adalah lanau dan

lempung.

Untuk mengklasifikasikan tanah, maka data yang didapat dari percobaan

laboratorium dicocokkan dengan angka-angka yang diberikan dalam Tabel 2.1.

Kelompok tanah dari sebelah kiri adalah kelompok tanah baik dalam menahan

beban roda, juga baik untuk lapisan dasar tanah jalan. Sedangkan semakin ke

(33)

12

Tabel 2.1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO

Klasifikasi umum (35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200 Tanah berbutir

Klasifikasi

Kerikil dan pasir yang berlanau atau berlempung

Penilaian sebagai

bahan tanah dasar Baik sekali sampai baik

Klasifikasi umum (Lebih dari 35% dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200 Tanah berbutir

Klasifikasi

Tanah berlanau Tanah Berlempung

Penilaian sebagai

(34)

13

Gambar di bawah ini menunjukkan rentang dari batas cair (LL) dan Indeks

Plastisitas (PI) untuk tanah data kelompok A-2, A-4, A-5, A-6, dan A-7.

Gambar 2.1. Nilai-nilai batas Atterberg untuk subkelompok tanah. (Hary Christady, 1992).

2. Sistem UnifiedSoil Clasification System (USCS).

Dalam sistem ini, Cassagrande membagi tanah menjadi 3 (tiga) kelompok

(Sukirman, 1992) yaitu:

1. Tanah berbutir kasar (coarse-grained soil), < 50% lolos saringan No. 200.

2. Tanah berbutir halus (fine-grained soil), > 50% lolos saringan No. 200.

3. Tanah organik yang dapat dikenal dari warna, bau dan sisa-sisa tumbuh-

(35)

14

Tabel 2.2. Sistem Klasifikasi Tanah USCS (Bowles, 1989)

Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks

Kerikil G Gradasi baik W

Gradasi buruk P

Pasir S Berlanau M

Berlempung C

Lanau M

Lempung C wL < 50 % L

Organik O wL > 50 % H

Gambut Pt

Dimana:

W = Well Graded (tanah dengan gradasi baik),

P = Poorly Graded (tanah dengan gradasi buruk),

L = Low Plasticity (plastisitas rendah, LL<50),

(36)

15

Tabel 2.3. Klasifikasi tanah berdasarkan sistem Unified

Divisi Utama Simbol Nama Umum Kriteria Klasifikasi

Ta

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW

s GM Kerikil berlanau, campuran kerikil-pasir-lanau GC Kerikil berlempung, campuran

kerikil-pasir-lempung

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW

SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau SC Pasir berlempung, campuran

pasir-lempung sekali, serbuk batuan, pasir halus

berlanau atau berlempung Diagram Plastisitas:

Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar. Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan

dua simbol. berlanau, lempung “kurus” (lean

clays)

Lanau anorganik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae,

Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat di ASTM Designation D-2488

Sumber : Hary Christady, 1996.

(37)

16

C. Tanah Lempung

Tanah lempung merupakan agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik &

submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur - unsur penyusun

batuan, dan bersifat plastis dalam selang kadar air sedang sampai luas. Dalam

keadaan kering sangat keras, dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan.

Tanah ini juga memiliki permeabilitas lempung sangat rendah. Sifat fisika tanah

lempung umumnya terletak diantara sifat tanah pasir dan liat. Pengolahan tanah

tidak terlampau berat, sifat merembeskan airnya sedang dan tidak terlalu melekat.

Tanah lempung didefinisikan sebagai golongan partikel yang berukuran kurang

dari 0,002 mm (2 mikron). Namun demikian, di beberapa kasus, partikel

berukuran antara 0,002 mm sampai 0,005 mm juga masih digolongkan sebagai

partikel lempung. Di sini tanah di klasifikasikan sebagai lempung hanya

berdasarkan pada ukurannya saja. Belum tentu tanah dengan ukuran partikel

lempung tersebut juga mengandung mineral-mineral lempung (clay mineral).

1. Sifat-Sifat Umum Mineral Lempung :

a. Hidrasi

Partikel mineral lempung biasanya bermuatan negatif sehingga partikel lempung

hampir selalu mengalami hidrasi, yaitu dikelilingi oleh lapisan-lapisan molekul air

dalam jumlah yang besar serta mempunyai tebal dua molekul dan disebut lapisan

difusi. Lapisan difusi ganda atau lapisan ganda adalah lapisan yang dapat menarik

(38)

17

lebih tinggi dari 60ºC sampai 100ºC dan akan mengurangi plastisitas alamiah,

tetapi sebagian air juga dapat menghilang cukup dengan pengeringan udara saja.

b. Flokulasi dan Disversi

Apabila mineral lempung terkontaminasi dengan substansi yang tidak mempunyai

bentuk tertentu atau tidak berkristal (amophus) maka daya negatif netto ion- ion

H+ di dalam air, gaya Van der Waals, dan partikel berukuran kecil akan

bersama-sama tertarik dan bersinggungan atau bertabrakan di dalam larutan tanah dan air.

Beberapa partikel yang tertarik akan membentuk flok (flock) yang berorientasi

secara acak, atau struktur yang berukuran lebih besar akan turun dari larutan itu

dengan cepatnya dan membentuk sedimen yang sangat lepas. Flokulasi larutan

dapat dinetralisir dengan menambahkan bahan-bahan yang mengandung asam

(ionH+), sedangkan penambahan bahan-bahan alkali akan mempercepat flokulasi.

Lempung yang baru saja berflokulasi dengan mudah tersebar kembali dalam

larutan semula apabila digoncangkan, tetapi apabila telah lama terpisah

penyebarannya menjadi lebih sukar karena adanya gejala thiksotropic (Thixopic),

dimana kekuatan didapatkan dari lamanya waktu.

c. Aktivitas (A)

Hary Christady (2002) merujuk pada skempton (1953) mendefinisikan aktivitas

tanah lempung sebagai perbandingan antara indeks plastisitas dengan persentase

butiran yang lebih kecil dari 0,002 mm. Aktivitas digunakan sebagai indeks untuk

(39)

18

Swelling potensial adalah kemampuan mengembang tanah yang dipengaruhi oleh

nilai aktivitas tanah. Setiap tanah lempung memiliki nilai aktivitas yang berbeda-

beda. Tabel 2.4 mengindentifikasikan tingkat aktivitas tanah dalam 4 kelompok,

yaitu:

Tabel 2.4. Kelompok aktivitas tanah dan nilai Swelling

No. Aktivitas Tanah Nilai Swelling Potensial

1 Rendah ≤ ,5%

Air yang tidak murni secara kimiawi adalah fase air yang berada di dalam struktur

tanah lempung. Pada pengujian di Laboratorium untuk batas Atterberg, ASTM

menentukan bahwa air suling ditambahkan sesuai dengan keperluan. Untuk dapat

membuat hasil yang cukup berbeda dari apa yang didapatkan dari tanah di

lapangan dengan air yang telah terkontaminasi maka dilakukan pemakaian air

suling yang relative bebas ion.

Air berfungsi sebagai penentu sifat plastisitas dari lempung. Satu molekul air

memiliki muatan positif dan muatan negatif pada ujung yang berbeda (dipolar).

Fenomena hanya terjadi pada air yang molekulnya dipolar dan tidak terjadi pada

cairan yang tidak dipolar seperti karbon tetraklorida (Ccl 4) yang jika dicampur

(40)

19

e. Sifat-Sifat Fisik Tanah

Sifat-sifat fisik tanah berhubungan erat dengan kelayakan pada banyak

penggunaan tanah. Kekokohan dan kekuatan pendukung, kapasitas penyimpanan

air, plastisitas semuanya secara erat berkaitan dengan kondisi fisik tanah. Hal ini

berlaku pada tanah yang digunakan sebagai bahan struktural dalam pembangunan

jalan raya, bendungan, dan pondasi untuk sebuah gedung, atau untuk sistem

pembuangan limbah (Hendry D. Foth, Soenartono A. S, 1994).

Untuk mendapatkan sifat-sifat fisik tanah, ada beberapa ketentuan yang harus

diketahui terlebih dahulu, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kadar Air

Tanah-tanah yang banyak mengandung lempung mengalami perubahan volume

ketika kadar air berubah. Perubahan itulah yang membahayakan bangunan.

Tingkat pengembangan secara umum bergantung pada beberapa faktor, yaitu:

a. Tipe dan jumlah mineral yang ada di dalam tanah.

b. Kadar air.

(41)

20

d. Konsentrasi garam dalam air pori.

e. Sementasi

f. Adanya bahan organik, dll.

Secara umum sifat kembang susut tanah lempung tergantung pada sifat

plastisitasnya, semakin plastis mineral lempung semakin potensial untuk

menyusut dan mengembang. Tanah Lempung mempunyai beberapa jenis

diantaranya tanah lempung berlanau, tanah lempung plastisitas rendah dan tanah

lempung berpasir.

D. Lempung Berpasir

Pasir merupakan partikel penyusun tanah yang sebagian besar terdiri dari mineral

quartz dan feldspar. Sifat-sifat yang dimiliki tanah pasir adalah sebagai berikut

(Das, 1991):

1. Ukuran butiran antara 2 mm – 0,075 mm.

2. Bersifat non kohesif.

3. Kenaikan air kapiler yang rendah, antara 0,12 – 1,2 m.

4. Memiliki nilai koefisien permeabilitas antara 1,0 – 0,001 cm/det.

5. Proses penurunan sedang sampai cepat.

Pada tanah lempung berpasir persentase didominasi oleh partikel lempung dan

pasir walaupun terkadang juga terdapat sedikit kandungan kerikil ataupun lanau.

Identifikasi tanah lempung berpasir dapat ditinjau dari ukuran butiran, distribusi

ukuran butiran dan observasi secara visual. Sedangkan untuk batas konsistensi

(42)

21

tanah lempung berpasir disuatu daerah dengan daerah lainnya akan berbeda

tergantung jenis dan jumlah mineral lempung yang terkandung di dalamnya.

Suatu tanah dapat dikatakan lempung berpasir bila lebih dari 50% mengandung

butiran lebih kecil dari 0,002 mm dan sebagian besar lainnya mengandung butiran

antara 2 – 0,075 mm. Pada Sistim Klasifikasi Unified (ASTM D 2487-66T) tanah

lempung berpasir digolongkan pada tanah dengan simbol CL yang artinya tanah

lempung berpasir memiliki sifat kohesi sebagian karena nilai plastisitasnya rendah

( PI < 7).

E. Kuat Tekan

1. Definisi Kuat Tekan tanah

Kuat tekan bebas adalah harga tegangan aksial maksimum yang dapat ditahan

oleh benda uji silindris (dalam hal ini sampel tanah lempung) sebelum mengalami

keruntuhan geser atau pada saat regangan aksial mencapai 20%.

Derajat kepekaan/sensitivitas (St) adalah rasio antara kuat tekan bebas dalam

kondisi asli (undisturbed) dan dalam kondisi teremas (remolded).

St = i b

Dimana:

St : Derajat kepekaan

qu (undisturbed) : Kuat tekan bebas dalam kondisi asli

(43)

22

2. Teori Kuat Tekan Tanah

Nilai kuat tekan bebas (unconfined compressive strength) didapat dari pembacaan

proving ring dial yang maksimum.

qu = . R

A

dimana:

qu : Kuat tekan bebas

k : Kalibrasi proving ring

R : Pembacaan maksimum

A : Luas penampang contoh tanah pada saat pembacaan R

F. Tahanan Geser Tanah

1. Definisi Kuat Geser Tanah

Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh tahanan geser tanah pada tegangan

normal tertentu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kuat geser tanah. Suatu

beban yang dikerjakan pada suatu masa tanah akan selalu menghasilkan tegangan

dengan intesitas yang berbeda-beda di dalam zona berbentuk bola lampu di bawah

beban tersebut (Bowles,1993).

Kuat geser tanah sebagai perlawanan internal tanah terhadap persatuan luas

terhadap keruntuhan atau pengerasan sepanjang bidang geser dalam tanah yang

(44)

23

2. Teori Kuat Geser Tanah

Menurut teori Mohr (1910) kondisi keruntuhan suatu bahan terjadi akibat adanya

kombinasi keadaan kritis dari tegangan normal dan tegangan geser. Hubungan

fungsi antara tegangan normal dan tegangan geser pada bidang runtuhnya,

dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

= ƒ( )

dimana:

= Tegangan geser pada saat terjadinya keruntuhan atau kegagalan (failure)

= Tegangan normal pada saat kondisi tersebut

Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah

terhadap desakan atau tarikan (Hary Cristady, 2002). Coulomb (1776)

mendefinisikan ƒ( ) seperti pada persamaan sebagai berikut:

= c + tg φ

Garis keruntuhan (failure envelope) menurut Coulomb (1776) berbentuk garis

lengkung seperti pada gambar 2.2 dimana untuk sebagian besar masalah-masalah

mekanika tanah, garis tersebut cukup didekati dengan sebuah garis lurus yang

(45)

24

(Das,1995). Tanah, seperti halnya bahan padat, akan runtuh karena tarikan

maupun geseran. Tegangan tarik dapat menyebabkan retakan pada suatu keadaan

praktis yang penting. Walaupun demikian, sebagian besar masalah dalam teknik

sipil dikarenakan hanya memperhatikan tahanan terhadap keruntuhan oleh

geseran.

Gambar 2.2. Garis keruntuhan menurut Mohr dan Hukum

keruntuhan Mohr – Coulomb (Hary Cristady, 2002)

Jika tegangan-tegangan baru mencapai titik P, keruntuhan tanah akibat geser

tidak akan terjadi. Keruntuhan geser akan terjadi jika tegangan-tegangan

mencapai titik Q yang terletak pada garis selubung kegagalan (failure envelope).

Kedudukan tegangan yang ditunjukkan oleh titik R tidak akan pernah terjadi,

karena sebelum tegangan yang terjadi mencapai titik R, bahan sudah mengalami

keruntuhan. Tegangan-tegangan efektif yang terjadi di dalam tanah sangat

dipengaruhi oleh tekanan air pori.

G. Korelasi Kuat Tekan Bebas Terhadap Kuat Geser Langsung

Korelasi kuat tekan bebas terhadap kuat geser langsung ini dapat diketahui dengan

cara mengukur kuat tekan bebas tanah, sehingga dapat mengetahui kekuatan geser

(46)

25

tanah kohesif yang cepat dan ekonomis. Keterbatasan pada pengujian ini adalah

tidak bisa dilakukan pada tanah yang dominan pasir.

1. Kuat tekan bebas (qu):

Nilai kuat tekan bebas (unconfined compressive strength), qu. Di dapat dari

pembacaan ring dial maksimum.

�� =k x RA

2. Kuat geser undrained (C):

Kuat geser undrained (C) adalah setengah dari kuat tekan bebas.

C =qu

Tabel 2.5. konsistensi dan korelasi Unconfined Compression Strenght

terhadap Shear Strenght pada tanah kohesif (lempung)

(47)

26

Dari tabel 2.5 dapat dilihat hubungan kuat tekan bebas bebas terhadap kuat geser

langsung, yaitu semakin besar nilai kuat tekan bebas, semakin besar pula nilai

kuat geser pada tanah tersebut. Nilai kuat geser langsung yaitu setengah dari nilai

kuat tekan bebas.

H. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengujian kuat geser langsung dan

kuat tekan antara lain:

A. Penelitian kuat tekan bebas

Pada penelitian yang telah dilakukan (Hatmoko, J.T dan Lulie Y, 2007) yang

berjudul UCS Tanah Lempung Yang Distabilisasi Dengan Abu Ampas Tebu Dan

Kapur didapat grafik hubungan UCS kadar kapur dan lama pemeraman.

(48)

27

Dapat disimpulkan pengujian kuat tekan bebas tanah lempung dicampur kapur

dengan variasi 6% dan 8%, selalu mengalami kenaikan hingga pemeraman 28

hari.

Pada penelitian yang dilakukan (Ghazali F, 2010) yang berjudul Pengaruh

Penambahan Kapur Ca(OH)2 Pada Tanah Lempung (Clay) Terhadap Plastisitas

Dan Nilai CBR Tanah Dasar (Subgrade) Perkerasan Jalan diperoleh hasil

pengujian kuat tekan bebas tanah lempung yang dengan kapur.

Tabel 2.6. Hasil penelitian terhadap kuat tekan bebas berbagai variasi penambahan kapur dan waktu pemeraman.

No Penambahan

Kapur (%) Waktu Pemeraman (Hari) UCS (Kg/cm2)

(49)

28

Gambar 2.4. Perbandingan nilai kuat tekan bebas maksimum tanah lempung yang telah di campur Ca(OH)2 dengan berbagai variasi kadar kapur dan waktu pemeraman (Ghazali F, 2010 )

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa kuat tekan bebas

tanah asli yang dicampur dengan kapur selalu naik dengan naiknya kadar kapur di

dalam tanah serta lamanya pemeraman. Kenaikan nilai kuat tekan bebas (Qu)

maksimum terjadi pada penambahan kapur 5% dengan masa pemeraman 14 hari,

yaitu dari 0.204 kg/cm² menjadi 0.703 kg/cm².

B. Penelitian kuat geser langsung

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Anita Widianti pada tahun 2007 dengan

judul Kekuatan Geser Campuran Tanah-Kapur-Abu Sekam Padi dengan Inklusi

Kadar Serat Karung Plastik yang Bervariasi ini bertujuan untuk menganalisis

seberapa besar kontribusi inklusi serat plastik pada kadar tertentu terhadap

parameter kuat geser campuran tanah dengan kapur-abu sekam padi, yang

meliputi kohesi (c) dan sudut gesek dalam (ø) dengan variasi 0,1% ; 0,2% ; 0,4% ;

(50)

29

0,8 % ; dan 1,2 %. Secara umum, sudut gesek dalam dan kuat geser tanah hasil

pengujian mengalami peningkatan. Kenaikan sudut gesek dalam sebesar 282,74%

dari sudut gesek dalam tanah asli, kenaikan nilai kohesi sebesar 123,18% dari

kohesi tanah asli, dan kenaikan kuat geser sebesar 178,63% dari kuat geser tanah

asli (pada = 12,59 kN/m2).

Dr. Lusmelia Afriani, 2008 melakukan penelitian tentang pengaruh penambahan

tanah pasir pada tanah lempung. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

penambahan material pasir pada tanah lunak akan meningkatkan besarnya berat

volume tanah campur pasir, dengan peningkatan rata-rata sebesar 5,94 %

Sedangkan nilai kohesi dari tanah lunak campur pasir akan menurun dibanding

tanah lempung murni, dengan penurunan rata-rata sebesar 25,07 %. Peningkatan

nilai sudut geser dalam dan lempung lunak yang dicampur dengan pasir rata-rata

sebesar 67,03 %. Mengingat hasil diatas dapat disimpulkan bahwa nilai daya

dukung tanah lunak akan semakin meningkat jika dilakukan penambahan

campuran dengan pasir, hal ini terlihat dan meningkatnya sudut geser dalam yang

signifikan.

Selanjutnya pada penelitian terdahulu dengan judul Studi Pengaruh Penambahan

Tanah Lempung Pada Tanah Pasir Pantai Terhadap Kekuatan Geser Tanah yang

dilakukan oleh Abdul Hakam , Rina Yuliet , Rahmat Donal (2010). Hasil analisa

hasil pengujian kuat geser langsung pada kondisi basah dengan pemadatan

(51)

30

Gambar 2.5. Hubungan Sudut Geser Tanah dengan Kepadatan Kering (Abdul Hakam , Rina Yuliet , Rahmat Donal, 2010)

(52)

31

Gambar 2.7. Hubungan Sudurt Geser Tanah dengan % Lempung (Abdul Hakam , Rina Yuliet , Rahmat Donal, 2010)

Gambar 2.8. Hubungan Kohesi dengan Lempung(Abdul Hakam , Rina Yuliet , Rahmat Donal, 2010)

Berdasarkan hasil diatas dapat dianalisa bahwa semakin besar kadar lempung

(53)

III. METODE PENELITIAN

A. Sampel Tanah

Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

dengan material pasir. Sampel tanah yang akan digunakan adalah dari daerah

Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Lampung Timur dengan titik koordinat 105o

39’ 10.74”T dan 5o 31’ 44.26”S. Pengambilan sampel dilakukan pada Bulan

Agustus 2014. Kondisi cuaca pada saat pengambilan sampel cerah, namun pada

bulan ini masih mengalami musim hujan. Untuk pasir yang digunakan sebagai

bahan campuran pada penelitian ini yaitu pasir dari daerah Gunung Sugih.

(54)

33

B. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan pipa dengan ukuran

diameter 6 cm tinggi 30 cm sebanyak dua buah. Dimana tanah yang diambil

setinggi 50 cm. Sedangkan untuk pengujian fisik diambil tanah menggunakan satu

buah tabung sampel.

Gambar 3.2. Pengambilan sampel tanah asli

(55)

34

C. Pelaksanaan Pengujian

Pelaksanaan pengujian dilakukan dalam 2 tahap. Pelaksanaan pengujian yang

pertama dilakukan yaitu pengujian sifat fisik dan pelaksanaan pengujian yang

kedua yaitu pengujian kuat tekan bebas dan pengujian kuat geser pada tanah

lempung. Tahap pengujian tersebut dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah

Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

1. Pengujian Sifat Fisik Tanah

a. Kadar air (Moisture Content)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah, yaitu

perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat butir

kering tanah tersebut . Pengujian ini akan dilakukan pada tanah tanpa campuran

pasir sebanyak empat sampel, dan pada tanah yang dicampur pasir 10%, 20%,

30%, 40% masing-masing satu sampel. Pengujian berdasarkan ASTM D 2216-98.

b. Berat Volume (Unit Weight)

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat volume tanah basah dalam

keadaan asli (undisturbed sample), yaitu perbadingan antara berat tanah dengan

(56)

35

c. Berat Jenis (Specific Gravity)

Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kepadatan massa butiran atau partikel

tanah yaitu perbandingan antara berat butiran tanah dan berat air suling dengan

volume yang sama pada suhu tertentu. Pengujian ini akan dilakukan pada tanah

tanpa campuran pasir sebanyak dua sampel, dan pada tanah yang di campur

dengan pasir 10%, 20%, 30%, 40% masing - masing satu sampel. Pengujian

berdasarkan ASTM D 854-02.

d. Batas Cair (Liquid Limit)

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada

batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Pengujian berdasarkan ASTM D

4318-00.

e. Batas Plastis (Plastic Limit)

Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada keadaan

batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Pengujian berdasarkan

ASTM D 4318-00.

f. Analisis Saringan (Sieve Analysis)

Pengujian analisa saringan hydrometer bertujuan untuk menentukan pembagian

ukuran butiran dari tanah yang lolos saringan No. 10, Pengujian berdasarkan

(57)

36

g. Uji Hidrometer

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan ukuran butir-butir tanah untuk tanah

yang tidak mengandung butir tertahan saringan No.10.

2. Penentuan OMC Standard Proctor

Sebelum pengujian-pengujian untuk kuat geser dan kuat tekan tanah dilakukan,

terlebih dahulu dilakukan pengujian pemadatan standar untuk mencari kadar air

optimum (Wopt), γb maks dan γd maks . Pemadatan adalah suatu proses dimana

udara pada pori-pori tanah dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis yang

merupakan usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan pemakaian energi

mekanis guna menghasilkan pemampatan partikel. Uji pemadatan (Proctor

Standar Test) yang umumnya dilakukan di laboratorium guna penelitian tanah

lempung ekspansif ini bertujuan untuk mencari berat volume kering maksimum

(γd maks) dan kadar air optimum (Wopt). Pemadatan standar ini biasanya masih

dipakai untuk pekerjaan ringan seperti pembuatan jalan, bendungan tanah tetapi

untuk pekerjaan berat seperti pembuatan landasan lapangan terbang, jalan raya

kepadatan yang tercapai dengan pemadatan standar belum cukup, dalam hal ini

dipakai Modified Compaction Test.

(58)

37

3. Pengujian kuat tekan bebas

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan tekan bebas (tanpa ada

tekanan horizontal atau tekanan samping) qu, dalam keadaan asli maupun buatan,

dan juga untuk mengetahui derajat kepekaan tanah, sensitivity (ST). Dalam

pengujian ini akan dilakukan 4 ( empat ) sampel tanah yang akan dicampur

dengan pasir, dengan persentase campuran yaitu 10%, 20%, 30% dan 40% dan

masing-masing campuran terdiri dari 3 (tiga) sampel. Hal ini dilakukan untuk

memperoleh ketelitian dan keakuratan data dari masing-masing percobaan.

a. Bahan-bahan:

1) Sampel tanah asli (undisturbed sample) yang diambil melalui tabung contoh

atau sumur percobaan.

2) Air bersih secukupnya.

b. Peralatan yang digunakan:

1) Alat Unconfined Compression Test.

2) Ring silinder untuk mengambil contoh tanah.

c. Prosedur kerja

1) Mengeluarkan sampel tanah dari tabung contoh dan memasukkan cetakan

dengan menekan pada sampel tanah, sehingga cetakan terisi penuh.

2) Meratakan kedua permukaan tanah pada tabung dengan pisau pemotong dan

mengeluarkannya dengan extruder.

3) Menimbang sampel tanah yang akan digunakan untuk menentukan berat

(59)

38

4) Meletakkan sampel tanah diatas plat penekan bawah.

5) Mengatur ketinggian plat atas dengan tepat menyentuh permukaan atas

sampel tanah.

6) Mengatur dial beban dan dial deformasi pada posisi nol.

7) Menghidupkan mesin (cara electrical). Kecepatan regangan diambil ½ - 2%

per menit dari tinggi sampel tanah.

8) Mencatat hasil pembacaan dial pada regangan 0,5%, 1%, 2% dan seterusnya

sampai tanah mengalami keruntuhan.

9) Menghentikan percobaan, jika regangan sudah mencapai 20%.

4. Pengujian Geser Langsung (Direct Shear Test)

Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh tahanan geser tanah pada tegangan

normal tertentu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kuat geser tanah. Dalam

pengujian ini akan sampel tanah akan dicampur dengan pasir dengan persentase

campuran yaitu 10%, 20%, dan 30%, 40% dan masing-masing campuran terdiri

dari tiga sampel.

a. Bahan-bahan:

1) Sampel tanah lempung yang dicampur dengan pasir.

2) Air bersih.

b. Alat-alat yang digunakan:

1) Frame alat geser langsung beserta proving ring.

2) Shear box (sel geser langsung).

3) Extruder (alat untuk mengeluarkan sampel).

(60)

39

c. Prosedur kerja

1) Mengeluarkan sampel dari tabung sampel, kemudian memasukkan sampel ke

dalam cetakan benda uji dengan menekan ke sampel tanah sehingga cetakan

penuh dengan sampel.

2) Memotong dan meratakan kedua permukaan cetakan dengan pisau potong.

3) Mengeluarkan benda uji dari cetakkan dengan extruder.

4) Menimbang benda uji.

5) Memasukkan benda uji ke dalam cincin geser yang masih terkunci dan

menutup kedua cincin geser sehingga menjadi satu bagian, posisi benda uji

berada di antara dua batu pori dan kertas saring.

6) Meletakkan cincin geser beserta sampel tanah pada shear box.

7) Mengatur stang penekan dalam posisi vertikal dan tepat menyentuh stang

penggeser benda uji (Dial Proving tepat mulai bergerak).

8) Membuka kunci cincin geser.

9) Memberikan beban pertama seberat 3320 gram dan mengisi shear box dengan

air sampai penuh sehingga benda uji terendam.

10) Memutar enggkol pendorong dengan konstan dan stabil perlahan-lahan

selama 15 detik sambil membaca dial pergeseran.

11) Melakukan terus menerus pembacaan Dial Proving Ring, dalam selisih waktu

15 menit (waktu dari stopwatch).

12) Setelah pembacaan Proving Ring maksimum dan mulai turun dua kali atau

(61)

40

D. Analisis Data

Hasil data yang diperoleh dan didapatkan dari penelitian yang dilakukan diolah,

(62)

41

Gambar 3.5. Bagan Alir Penelitian

Mulai

2. Berat Volume 5. Batas Atterberg

3. Analisa Saringan 6. Hidrometer

(63)

85

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Tanah lempung yang digunakan sebagai sampel penelitian ini termasuk dalam

kategori tanah lempung lunak plastisitas tinggi dengan nilai Plasticity Index

yang tinggi > 11%. Berdasarkan klasifikasi tanah menurut USCS (Uniffied

Soil Clasification System) tanah ini termasuk ke dalam kelompok CH yaitu

tanah lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung “gemuk” (fat

clays). Tanah yang digunakan berasal dari Daerah Rawa Sragi, Desa

Belimbing Sari Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur.

2. Dari hasil pengujian pemadatan standar di dapat nilai Kadar Air Optimum

untuk Sampel tanah asli sebesar 32%, untuk sampel tanah asli yang dicampur

dengan pasir mulai dari persentase 10% , 20% , 30% dan 40% mengalami

penurunan nilai kadar air dari 27% menjadi 20% pada pencampuran 40%

pasir.

3. Dari hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium didapat nilai kuat tekan

bebas (qu) pada tanah tanpa campuran sebesar 0,2975 kg/cm2 dan mengalami

(64)

84

0,4996 kg/cm2 dan pada pencampuran 40% mengalami penurunan yang tidak

terlalu signifikan yaitu sebesar 0,4658 kg/cm2. Hal ini disebabkan karena

pasir memiliki plastisitas yang rendah, tidak memiliki daya ikat antar partikel

serta tidak adanya perlawanan tanah dari samping dan tanah akan umudah

terlepas.sehingga semakin banyak penambahan persentase pasir akan

mengurangi nilai kuat tekan bebas.

4. Dari hasil pengujian kuat geser langsung di peroleh nilai kohesi pada tanah

tanpa campuran sebesar 0,24 kg/cm2, dan nilai kuat geser maksimum sebesar

0,4754 kg/cm2. Pada pencampuran pasir, terjadi penurunan nilai kohesi

sampai pada persentasi pasir 40% sebesar 10 kg/cm2 dari nilai kohesi tanah

tanpa campuran 0,22 kg/cm2. Selain itu nilai kuat geser meningkat seiring

bertambahnya kadar campuran pasir dari kuat geser tanah tanpa campuran

sebesar 0,4754 kg/cm2 menjadi 0,7537 kg/cm2.

5. Dari hasil analisis regresi linier berganda didapat persamaan rumus untuk

mencari atau memprediksi nilai kuat tekan (qu), nilai kohesi(C), nilai sudut

geser ( ) dengan menghubungkan data-data yang sudah diketahui yaitu data

(65)

85

6. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan pencampuran pasir pada tanah lempung

bisa dikatakan baik karena kuat tekan dan kuat geser terjadi kenaikan pada

pencapuran 30% pasir walaupun pada kuat tekannya menurun pada

pencampuran 40% pasir dan tidak bisa lebih dari 30% pencampuran. Karena

semakin banyak kandungan pasir kontak antara butiran semakin kecil atau

bisa dikatakan tidak ada kontak antar butiran dan pasir akan cenderung

terlepas dengan tidak adanya perlawanan dari samping.

B. Saran

1. Untuk penelitian kedepannya sebaiknya menggunakan campuran yang

berbeda karena untuk perbandingan antara nilai kuat geser dan kuat tekan

dengan campuran yang berbeda.

2. Untuk penelitian ke depannya sebaiknya menggunakan persentase campuran

pasir dengan jumlah yang lebih besar untuk mendapatkan nilai yang

maksimum terutama pada kuat gesernya.

3. Sampel tanah yang digunakan untuk penelitian selanjutnya seharusnya

menggunakan jenis tanah yang berbeda atau dari tempat yang berbeda karena

untuk melihat nilai konsolidasi dan kuat tekan pada jenis tanah yang berbeda.

4. Perlunya penggantian alat uji geser lama dengan alat uji geser yang baru

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Adha, Idharmahadi. 2008. Penuntun Praktikum Mekanika Tanah.

Afriani, Lusmeilia. 2009. “Studi Dan Eksperimentasi Kuat Geser Tanah Untuk Sample

Pasir Dan Tanah Berpasir”. 2 Februari 2015.

http://pasirunila.blogspot.com/2009/06/studi-dan-eksperimentasi-kuat-geser.html

Bowles, J.E. 1989. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Erlangga. Jakarta.

Craig, R.F., 1987, “Mekanika Tanah, Edisi Keempat”, Erlangga, Jakarta.

Das, B. M. 1993. Mekanika Tanah. (Prinsip – prinsip Rekayasa Geoteknis). Jilid I

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Ghazali, Fachri. 2010. PengaruhPenambahan Kapur Ca(OH)2 Pada Tanah Lempung

(Clay) Terhadap Plastisitas dan Nilai CBR Tanah Dasar (Subgrade) Perkerasan Jalan. Universitas Sumatra Utara.

Hakam, A. 2010. Studi Pengaruh Penambahan Tanah Lempung pada Tanah Pasir

Pantai terhadap Kekuatan Geser Tanah, Universitas Andalas. Sumatra Barat

Hardiyatmo, C. H.1995. Mekanika Tanah II. Erlangga. Jakarta.

Hatmoko, J.T dan Lulie Y. 2007. UCS Tanah Lempung Yang Distabilisasi Dengan Abu

(67)

Sutedjo, M. 1988. Pengantar Ilmu Tanah. Bina Aksara Jakarta.

Terzaghi, K., Peck, R. B. 1987. Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa. Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Wesley, L.D. 1997. Mekanika Tanah, Badan Penerbit Pekerjaan Umum.

Widianti Anita. 2007. Kekuatan Geser Campuran Tanah Kapur-Abu Sekam Padi Dengan

Gambar

Tabel 2.1.  Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO
Gambar 2.1. Nilai-nilai batas Atterberg untuk subkelompok tanah.                          (Hary Christady, 1992)
Tabel 2.2. Sistem Klasifikasi Tanah USCS (Bowles, 1989)
Tabel  2.3.  Klasifikasi tanah berdasarkan sistem Unified
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini ditujukan untuk menunjukkan pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas , dan leverage terhadap tingkat pengungkapan wajib ( mandatory disclosure ) laporan keuangan

menjadi solusi baik untuk mengatasi keterbatasan sumber daya listrik yang semakin lama semakin menipis dengan bahan baku yang dipakai terus menerus. Turbin sumbu

Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Purwakarta akan mengadakan seleksi umum dengan

Sangat disayangkan petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Saluyu sangat minim memperoleh informasi pertanian dari media yang berbasis teknologi dan informasi,

Koperasi Syariah Baitul Mu’min telah banyak berkontribusi dan mempunyai peranan penting dalam praktek muamalah yang sesuai Syariah Islam sehingga dapat terhindar dari praktik

Hasil penelitian menunjukkan aktivitas antibakteri ekstrak daun murni Nypa fruticans menghambat pertumbuhan bakteri dengan konsentrasi maksimum, Staphylococcus aureus yaitu

Sesuai dengan penelitian Mutaaitin (2010), bahwa adanya hubungan yang bermakna antara gaya kepemimpinan dengan tugas perawat pelaksana, yakni dalam hal ini dapat

Berdasarkan analisis ABC pemakaian pada 571 jenis obat yang tersedia di Instalasi Farmasi RS MBSD pada periode Juli 2017 sampai dengan Juni 2018 terdapat 45 jenis obat (7.8%)