HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM PADA UNDANG-UNDANG DASAR 1945 DAN DEKLARASI KAIRO
Oleh Retiana Arifanti
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM
PADA
Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACT
HUMAN RIGHTS IN ISLAMIC PERSPECTIVE ON THE LAW OF 1945 AND DECLARATION OF CAIRO
By
Retiana Arifanti
The purpose of this paper is to investigate the application of human rights ( Human Rights ) in Pespektif Islam in 1945 and the Cairo Declaration. The method used in this study is a normative legal research methods that are supported by a comparative approach is based on the same substance that is about human rights. The type of data used are secondary data, which is subsequently processed and analyzed to find the answers to the problems and the things that would be obtained from the research. There are similarities between the 1945 and the Cairo Declaration on Human Rights provisions based on the Islamic view of the harmonization of the laws clause of the constitution as the source of the Indonesian state based on Islamic views that provide assurances that Islam has colored the implementation arrangements of human rights in the 1945 Constitution as well as provisions in line with the teachings of Islam. Similarly, the Declaration of humanity according to Islamic law, or so-called Cairo Declaration tetah formulated based on the view of Islam which is based on the Qur'an and Sunnah by Islamic countries that are members of the Organization of Islamic Cooperation ( OIC ). Indonesian as well as a member of the OIC has uniqueness because quite democratic in comparison with other countries, and play an important role to promote tolerance. Moreover, the OIC Charter Amendment in 2008, Article 5 of the Human Rights commission (OIC Independent Permanent Human Rights Commission or IPHRC ) and Article 15 describes IPHRC function is to promote civil rights, political, social and economic provide an opportunity for Indonesia to create an advocacy strategy the rights of migrant workers greater.
ABSTRAK
HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM PADA UNDANG-UNDANG DASAR 1945 DAN DEKLARASI KAIRO
Oleh Retiana Arifanti
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui Penerapan HAM (Hak Asasi Manusia) dalam Pespektif Islam pada UUD 1945 dan Deklarasi Kairo. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif yang didukung dengan metode pendekatan komparatif berdasarkan substansi yang sama yaitu mengenai hak asasi manusia.Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yang selanjutnya diolah dan dianalisis untuk menemukan jawaban dari permasalahan dan hal-hal yang akan diperoleh dari penelitian. Terdapat persamaan antara UUD 1945 dan Deklarasi Kairo tentang ketentuan HAM berdasarkan pandangan Islam dengan harmonisasi ayat konstitusi sebagai sumber hukum negara Indonesia berdasarkan pandangan Islam yang memberikan keyakinan bahwa Islam telah mewarnai penerapan pengaturan hak asasi manusia di dalam UUD 1945 dan juga sebagai ketentuan yang sejalan dengan ajaran Islam. Begitu pula dengan Deklarasi tentang kemanusiaan yang sesuai syariat Islam atau disebut dengan Deklarasi Kairo tetah dirumuskan berdasarkan pandangan Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah oleh negara-negara Islam yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI).Serta Indonesia sebagai anggota OKI mempunyai keunikan karena cukup demokratis dibandingkan dengan negara-negara lain, dan berperan penting untuk mendorong sikap toleransi. Terlebih Perubahan OIC Charter pada tahun 2008, Pasal 5 tentang pembentukan komisi HAM OKI (Independent Permanent Human Rights Commission atau IPHRC) dan Pasal 15 dijelaskan fungsi IPHRC adalah mempromosikan hak-hak sipil, politik, sosial dan ekonomi memberikan peluang bagi Indonesia untuk membuat strategi advokasi hak-hak buruh migran yang lebih besar.
DAFTAR ISI
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia ... 82.2 Perkembangan Hak Asasi Manusia ... 10
2.3 HAM dalam Perspektif Islam ... 13
III METODE PENELITIAN 3.1 Penelitian Hukum ... 17
3.2 Pendekatan Masalah ... 17
3.3 Sumber Data ... 17
3.4 Prosedur Pengumpulan Data dan Pengelolahan Data ... 18
3.5 Analisis Data ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penerapan HAM dengan Perspektif Islam dalam UUD 1945 dan Deklarasi Kairo ... 20
4.1.1 Lahirnya UUD 1945 ... 20
4.1.2 Perdebatan HAM ... 23
4.1.3 HAM dalam UUD 1945 ... 33
4.1.4 Penerapan HAM dengan Perspektif Islam dalam UUD 1945 ... 39
4.1.5 HAM dalam Deklarasi Kairo ... 53
4.2 Hubungan Deklarasi Kairo dengan UUD 1945 dalam menerapkan HAM ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 76
5.2 Saran ... 77
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan, cita-cita bangsa Indonesia
ialah membangun sebuah Negara hukum. Cita-cita Negara hukum itu
dicantumkan dalam tiap-tiap Undang-Undang Dasar. Baik Undang-Undang Dasar
1945 sebelum perubahan, Konstitusi Republik Indonesia Serikat tahun 1949,
Undang Dasar Sementara Republik Indonesia Tahun 1950, dan
Undang-Undang Dasar 1945 setelah perubahan.1
Negara hukum Indonesia lahir atas keinginan bangsa Indonesia untuk membina
kehidupan Negara dan masyarakat yang lebih baik guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, menurut cara-cara yang telah disepakati.2 Hal ini disebabkan
karena latar belakang sosial budayanya yang berbeda.3
Bangsa Indonesia dalam pembentukan negara hukumnya didasarkan cita-cita
hukum Pancasila. Menurut Mochtar Kusumaatmadja tujuan hukum berdasarkan
Pancasila adalah untuk memberikan pengayoman kepada manusia, yakni
melindungi manusia secara pasif (negatif) dengan mencegah tindakan
sewenang-wenang, dan secara aktif (positif) dengan menciptakan kondisi kemasyarakatan
1
O. Notohamidjojo, Makna Negara Hukum Bagi Pembaharuan Negara dan Wibawa Hukum Bagi Pembaharuan Masyarakat Di Indonesia, Badan Penerbit Kristen, 1970, hlm. 9.
2
Bambang Arumanadi dan Sunarto, Konsepsi Negara Hukum Menurut UUD 1945, IKIP Semarang Press, Semarang, 1990, hlm. 106.
3
2
berlangsung secara wajar sehingga secara adil tiap manusia memperoleh
kesempatan secara luas dan sama untuk mengembangkan seluruh potensi
kemanusiaannya secara utuh.4 Untuk mewujudkan cita-cita negara hukum
pancasila tersebut maka dalam kehidupan bernegara haruslah diatur dalam
konstitusi dan Undang-Undang Dasar.
Sejak awal berdirinya negara atau pada awal kemerdekaan, bangsa Indonesia
sudah mencita-citakan negara hukum, maka para pendiri bangsa atau founding
father telah menyusun suatu konstitusi yang disebut dengan Undang-Undang
Dasar 1945.
Negara hukum pada umumnya memiliki ciri khas atau elemen-elemen penting
yang harus ada, yaitu antara lain: (1) perlindungan terhadap Hak-hak asasi
Manusia; (2) pembagian kekuasaan; (3) asas legalitas; (4) persamaan didepan
hukum; (5) kekuasaan kehakiman (peradilan) yang bebas dan tidak memihak.
Dari ciri-ciri negara hukum sebagaimana dikemukakan tersebut juga dapat
ditemukan pengaturannya didalam batang tubuh UUD 1945. Salah
satunyamengenai perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia.
Pada tahun 1998 terjadi gejolak sosial politik yang terjadi di Indonesia yang
menginginkan reformasi. Salah satu agenda reformasi adalah perubahan terhadap
UUD 1945. Dan akhirnya pada tahun 1999-2002 terjadi amandemen terhadap
UUD 1945. Amandemen atau perubahan UUD 1945 merupakan salah satu
tuntutan yang paling mendasar dari gerakan reformasi yang berujung pada
runtuhnya kekuasaan Orde Baru pada tahun 1998.
4
3
Cita-cita untuk mewujudkan negara hukum masih tetap menjadi pilihan utama.
Bahkan di dalam UUD 1945 hasil perubahan pengaturan mengenai negara hukum
yang sebelumnya hanya dicantumkan didalam penjelasan, setelah perubahan
ketentuan mengenai negara hukum diatur didalam batang tubuh, tepatnya didalam
Bab I tentang bentuk dan kedaulatan, Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 dinyatakan
bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.
Selain penegasan bahwa negara indonesia adalah negara hukum sebagaimana
diatur di dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Dapat diketemukan juga ciri-ciri atau
prinsip-prinsip suatu negara hukum didalam UUD 1945. Sebagaimana yang sudah
dikemukakan diatas, bahwa ciri-ciri atau prinsip-prinsip negara hukum secara
umum salah satunya adalah adanya perlindungan hak asasi manusia.
Hak Asasi Manusia (HAM) mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia
karena persoalannya berkaitan langsung dengan hak dasar yang dimiliki manusia
yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, karena itu pada dasarnya setiap manusia
memiliki martabat yang sama maka, dalam hal hak asasi mereka harus mendapat
perlakuan yang sama, walaupun kondisi mereka berbeda-beda. Martabat manusia,
sebagai substansi sentral hak-hak asasi manusia di dalamnya mengandung aspek
bahwa manusia memiliki hubungan secara eksistensial dengan Tuhannya.5
Sejak sebelum lahirnya berbagai gagasan tentang HAM, Islam telah meletakkan
dasar yang kuat. Islam memandang bahwa kedudukan manusia adalah sama dan
hanya dibedakan dari sudut ketakwaannya. Berkaitan dengan HAM dalam Islam
5
4
dikenal melalui dua konsep yaitu hak manusia dan hak Allah. Hak manusia itu
bersifat relatif sedangkan hak Allah adalah mutlak, tetapi antara kedua hak
tersebut saling melandasi satu sama lain.
Hak asasi dan kemerdekaan universal merupakan bagian integral dalam Islam
yang juga ditegaskan dalam Deklarasi Kairo yaitu Deklarasi tentang hak asasi
manusia yang terdiri dari 25 pasal sebagai deklarasi yang dikeluarkan oleh
negara-negara Muslim yang tergabung dalam Organization of Islamic Conference
(OIC) pada tanggal 5 Agustus 1990 yang telah berubah nama menjadi Organisasi
Kerjasama Islam (OKI).6
Salah satu negara yang tergabung dalam OKI adalah negara Indonesiayang juga
sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama muslim. Maka penulis
tertarik untuk menulis tentang Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islampada
Undang-Undang Dasar 1945 dan Deklarasi Kairo.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Penerapan Hak Asasi Manusia dengan Perspektif Islam
dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Deklarasi Kairo?
2. Bagaimanakah HubunganDeklarasi Kairo terhadap penerapan Hak Asasi
Manusia di Indonesia.
1.3Ruang Lingkup Pembahasan
1. Mengenai Penerapan Hak Asasi Manusia dengan Perspektif Islam dalam
Undang-Undang Dasar 1945 dan Deklarasi Kairo.
6
5
2. Mengenai Hubungan Deklarasi Kairo terhadap penerapan Hak Asasi
Manusia di Indonesia.
1.4Tujuan
1. Untuk mengetahui Penerapan Hak Asasi Manusia dengan Perspektif
Islam dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Deklarasi Kairo.
2. Untuk mengetahui Hubungan Deklarasi Kairo terhadap penerapan Hak
Asasi Manusia di Indonesia.
1.5kegunaan
a. Kegunaan teoritis
Sebagai salah satu sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan hukum serta untuk memperluas wawasan bagi penulis
maupun masayarakat agar memahami Penerapan Hak Asasi Manusia
dengan Perspektif Islam dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Deklarasi
Kairo. Serta memberikan informasi untuk mahasiswa dan masyarakat
umum mengenai Penerapan Hak Asasi Manusia dengan Perspektif Islam
dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Deklarasi Kairo.
b. Kegunaan praktis
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Fakultas Hukum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak asasi (fundamental Untuk memahami hakikat Hak Asasi Manusia, terlebih
dahulu akan dijelaskan pengertian dasar tentang hak. Secara definitif “hak”
merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku,
melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia
dalam menjaga harkat dan martabatnya.1 Hak sendiri mempunyai unsur-unsur
sebagai berikut:2
a. Pemilik hak;
b. Ruang lingkup penerapan hak;
c. Pihak yang bersedia dalam penerapan hak.
Ketiga unsur tersebut menyatu dalam pengertian dasar tentang hak. Dengan
demikian hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia
yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak
kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi.
Hak merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Dalam kaitannya dengan
pemerolehan hak ada dua teori yaitu teori McCloskey dan teori Joel Feinberg.
Menurut teori McCloskey dinyatakan bahwa pemberian hak adalah untuk
1
Tim ICCE UIN Jakarta. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta : Prenada Media,2003) hal. 199.
2
7
dilakukan, dimiliki, atau sudah dilakukan. Sedangkan dalam teori Joel Feinberg
dinyatakan bahwa pemberian hak penuh merupakan kesatuan dari klaim yang
absah (keuntungan yang didapat dari pelaksanaan hak yang disertai pelaksanaan
kewajiban). Dengan demikian keuntungan dapat diperoleh dari pelaksanaan hak
bila disertai dengan pelaksnaan kewajiban. Hal itu berarti anatara hak dan
kewajiban merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam perwujudannya.
Karena itu ketika seseorang menuntut hak juga harus melakukan kewajiban.3
John Locke menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Oleh
karenanya, tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya. Hak ini
sifatnya sangat mendasar (fundamental) bagi hidup dan kehidupan manusia dan
merupakan hak kodrati yang tidak bisa terlepas dari dan dalam kehidupan
manusia.4
Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal
1 disebutkan bahwa :
“Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM tersebut, diperoleh suatu
kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus
3
Tim ICCE UIN Jakarta. Op., Cit., hal. 200
4
8
dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau negara.
Dengan demikian hakikat penghormatan dan perlindungan terhadap HAM ialah
menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan
yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta keseimbangan antara
kepentingan perseorangan dan kepentingan umum.5
Upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi HAM, menjadi
kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah, bahkan
negara. Jadi dalam memenuhi dan menuntut hak tidak terlepas dari pemenuhan
kewajiban yang harus dilaksanakan. Begitu juga dalam memenuhi kepentingan
perseorangan tidak boleh merusak kepentingan orang banyak (kepentingan
umum). Karena itu pemenuhan, perlindungan dan penghormatan terhadap HAM
harus diikuti dengan kewajiban asas manusia dan tanggung jawab asasi manusia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan bernegara.6
2.2 Perkembangan Hak Asasi Manusia
Konsepsi tentang HAM yang tumbuh dan berkembang di kalangan sejarawan
Eropa bermula dari Yurisprudensi Romawi yang kemudian meluas pada etika
teori alam (natural law). Tentang hal ini, Robert Audi mengatakan sebagai
berikut: the concept of right arose in Roman Jurisprudence and was axtended to
ethics via natural law theory. Just a positive law makers, confers legal right, so
the natural confers natural right.7 Konsep HAM yang sekarang ini diakui oleh
PBB berasal dari sejarah pergolakan sosial di Eropa. Pertama, adalah keluarnya
5
Tim ICCE UIN Jakarta . Op., cit., hal. 201.
6
Ibid. Hal. 201.
7
9
Piagam Magna Charta (Inggris) pada tahun 1215 yang membentuk suatu
kekuasaan monarki yang terbatas. Hukum mulai berlaku tidak hanya untuk rakyat,
akan tetapi juga berlaku untuk para bangsawan dan keluarga kerajaan. Piagam
Magna Charta atau disebut juga Magna Charta Libertatum (The Great Charter of
Freedoms) dibuat di masa pemerintahan Raja John (King John of England) dan
berlaku bagi raja-raja Inggris yang berkuasa berikutnya.
Isi pokok dokumen tersebut adalah hendaknya raja tidak melakukan pelanggaran
terhadap hak milik dan kebebasan pribadi seorangpun dari rakyat. Selain Magna
Charta juga memuat penegasan bahwa “tiada seorangpun boleh ditangkap atau
dipenjarakan atau diusir dari negerinya atau dibinasakan tanpa secara sah diadili
oleh hakim-hakim yang sederajat dengannya” (judicium parjum suorum).8
Kedua, adalah keluarnya Bill of Right pada tahun 1628 yang berisi penegasan
tentang pembatasan kekuasaan raja dan dihilangkannya hak raja untuk
melaksanakan kekuasaan terhadap siapapun tanpa dasar hukum yang jelas.
Ketiga, adalah deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Deklaration of
Independence) pada 1778. HAM di Amerika Serikat yang sebenarnya tidak
terlepas dari beberapa rumusan sebelumnya seperti Virginia Bill of Right. Dalam
deklarasi ini dapat ditemukan kalimat “kita menganggap kebenaran-kebenaran
berikut ini sebagai eviden berikut saja, bahwa semua manusia diciptakan sama,
bahwa mereka dianugerahi oleh pencipta mereka dengan hak-hak tertentu yang
tidak tak terasingkan”.9 Hal mana kemudian diperkuat dengan dicantumkannya
ketentuan mengenai setiap orang dilahirkan dalam persamaan dan kebebasan
8
Ibid, hal 52.
9
10
dengan hak untuk hidup dan mengejar kebahagiaan, serta keharusan mengganti
pemerintahan yang tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan dasar tersebut.
Keempat, adalah Deklarasi tentang Hak Manusia dan Warga Negara yang
dikeluarkan di Perancis waktu pecahnya Revolusi Perancis (1789) dan secara
mendalam dipengaruhi oleh pernyataan-pernyataan hak asasi dari Amerika.
Deklarasi inipun masih mencoba mengkaitkan keasasian hak-hak tersebut dengan
Tuhan. Hal ini terlihat ketika Majelis Nasional Perancis membacakan deklarasi ini
didahului dengan kalimat “di hadapan wujud tertinggi dan di bawah
perlindungan-Nya”.
Meskipun semangat revolusi Peranscis begitu menggebu untuk mengobarkan
tendensi anti Kristen dan mengedepankan semangat pencerahan (Aufklarung),
namun mereka tetap mendasarkan pemikiran tentang Hak Asasi Manusia pada
kodrat Tuhan. Pemikiran-pemikiran kaum foundationalism masih sangat
mempengaruhi deklarasi tentang Hak Asasi Manusia dan warga negara Perancis
sebagaimana dalam Declaration of Independence/ Deklarasi Kemerdekaan di
Amerika Serikat. Dengan menitik beratkan pada kelima hak asasi pemilikan harta
(property), kebebasan (liberty), persamaan (egalite), keamanan (security), dan
perlawanan terhadap penindasan (resistence al’oppresstion).
Kelima, adalah Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia yang
diproklamirkan dalam sidang umum PBB pada 10 Desember 1948. Hal yang baru
dalam deklarasi ini adalah adanya pergeseran pendasaran HAM dari kodrat Tuhan
kepada pengakuan akan martabat manusia. Diawal deklarasi disebutkan
11
sama serta tak terasingkan dari semua anggota masyarakat merupakan dasar untuk
kebebasan, keadilan, dan perdamaian di dunia.
Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia ini memiliki perbedaan mendasar
dari deklarasi sebelumnya. Louis Henkin dan James W. Nickel dalam making
senses of Human Rihgt (1996) menyebutkan bahwa manifesto Hak Asasi Manusia
Mutakhir telah melunakkan individualisme dalam teori-teori klasik mengenai
hak-hak kodrati (sebagai hak-hak yang berasal dari Tuhan), dan lebih menekankan sifat
persamaan (egaliterianisme). Setelah ini, penegakan HAM menjadi semakin
gencar di seluruh dunia. HAM telah mengalami internasionalisasi.10
Dengan latar belakang seperti tersebut di atas, maka menurut Philipus
M.Hadjon,11 hak asasi manusia konsep Barat yang pada dasarnya adalah
pembatasan terhadap tindak tanduk negara dan organ-organnya dan peletakan
kewajiban negara terhadap warganya sehingga prinsip yang terkandung dalam
konsep hak asasi manusia adalah tuntutan (claim) akan hak terhadap negara dan
kewajiban yang harus dilakukan oleh negara.
2.3 Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islam
Pada saat nabi Muhammad SAW di Madinah mendeklarasikan perjanjian tertrulis
pertama di dunia yang menyatakan secara tegas dalam Pasal 1 bahwa “Innahum
ummatan wahidatan min duuni al-naas (Sesungguhnya mereka adalah ummat
yang satu, lain dari (komunitas) manusia lain)”. pada abad ke-6 disaat Eropa
sedang dalam masa kegelapan, masyarakat Madinah dibawah kepemimpinan Nabi
10
Ibid.
11
12
Muhammad SAW telah menekankan betapa pentingnya hidup berdampingan,
saling menjaga kehormatan dan harta benda, serta saling menghormati terutama
agama dan kepercayaan di anatara kaum Yahudi dan Muhajirin. Inilah dasar-dasar
pertama, konstitusi modern yang menekankan perlindungan HAM secara
universal.12Hak asasi manusia dalam Islam sebagaimana termaktub dalam fikih
menurut Masdar F. Mas’udi,13
memiliki lima prinsip utama, yaitu:
(1) Hak perlindungan terhadap jiwa
Kehidupan merupakan sesuatu hal yang sangat niscaya dan tidak boleh dilanggar
oleh siapa pun, maka barang siapa yang secara sengaja melanggar kehidupan
orang lain, dia harus dihukum setimpal supaya orang itu tidak melakukan hal yang
sama di tempat lain.
12
Setidaknya ada 11 prinsip HAM yang terkandung dalam Piagam Madinah, antara lain:
a) Masyarakat pendukung Piagam ini adalah masyarakat majemuk, baik ditinjau dari sisi asal keturunan, budaya maupun agama yang dianut. Tali pengikat persatuan adalah politik dalam rangka mencapai cita-cita bersama (Pasal 17, 23, dan 24);
b) Masyarakat pendukung semula terpecah belah dikelompokkan dalam kategori muslim dan non-muslim. Tali pengikat sesama muslim adalah persaudaraan segama (Pasal 15). Diantara mereka harus ada rasa solidaritas yang tinggi (Pasal 14, 19 dan 21);
c) Negara mengakui dan melindungi kebebasan melakukan ibadat bagi orang-orang non muslim, khususnya Yahudi (Pasal 25-30);
d) Semua orang mempunya kedudukan yang sama sebagai anggota masyarakat, wajib saling membantu dan tidak boleh seorangpun diperlakukan secara buruk (Pasal 16). Bahwa orang yang lemah harus dilindungi dan dibantu (Pasal 11);
e) Semua warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama (Pasal 24, 36, 37, 38 dan 44);
f) Setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum (Pasal 34, 40, dan 46);
g) Hukum adat (tradisi masa lalu) dengan berpedoman pada keadilan dan kebenaran tetap diberlakukan (Pasal 2dan 10);
h) Hukum harus ditegakkan, siapapun tidak boleh melindungi kejahatan apalagi berpihak pada orang yang melakukan kejahatan. Demi tegaknya keadilan dan kebenaran, siapapun pelaku keh=jahatan harus dihukum tanpa pandang bulu (Pasal 13, 22, dan 43);
i) Perdamaian adalah tujuan utama, namun dalam mengusahakan perdamaian tidak boleh mengorbankan kebenaran dan keadilan (Pasal 45);
j) Hak setiap orang harus dihormati (Pasal 12); k) Pengakuan terhadap hak milik individu (Psal 47).
13Masdar F. Mas’udi,
13
(2) Hak Perlindungan Keyakinan
Perlindungan keyakinan ini dituangkan dalam ajaran La Iqrah fidhien (tidak ada
pemaksaan dalam beragama) atau Lakum dienukum waliyadien (bagimu
agamamu, bagiku agamaku). Oleh sebab itu, tidak diperbolehkan adanya
pemaksaan dalam memeluk agama. Tetapi dalam sejarah kemudian menurut
Masdar F. Mas’udi, hak perlindungan atas agama ini diterjemahkan dalam aturan
hukum yang memberi ketentuan keras terhadap orang yang pindah agama.
Padahal dalam konteks yang paling mendasar (Al-Qur’an), tidak ada pemaksaan
dalam ketentuan memeluk agama.14
(3) Hak Perlindungan Terhadap Akal Pikiran
Hak perlindungan terhadap akal pikiran ini diterjemahkan dalam perangkat
hukum yang sangat elementer, yakni tentang haramnya makan atau minum yang
bisa merusak akal pikiran. Barang siapa yang melanggar hal itu hukunya cukup
keras. Hukuman yang keras dimaksud sebagai perlindungan terhadap akal pikiran.
Sebenarnya dari penjabaran yang elementer ini bisa ditarik lebih jauh, yakni
perlindungan kebebasan berpendapat, dan hak memperoleh pendidikan.
(4) Hak Perlindungan Terhadap Hak Milik
Perlindungan ini diterjemahkan dalam hukum tentang keharaman mencuri dan
hukuman yang keras terhadap pencuri hak milik yang dilindungi secara sah. Kalau
diterjemahkan lebih luas hak ini dapat dipahami sebagai hak bekerja atau
memperoleh pendapatan yang layak, hak cipta, dan hak kekayaan intelektual.
14Masdar F. Mas’udi.
14
(5) Hak Berkeluarga atau Hak Memperoleh Keturunan dan Memertahankan Nama
Baik
Hak ini diterjemahkan begitu keras terutama bagi mereka yang melakukan
perbuatan zina. Orang yang menuduh seseorang berbuat zina haruslah
membuktikan dengan bukti 4 orang saksi seperti yang terdapat di dalam
Al-Qur’an surat An-Nur ayat 4. Jika tidak terbukti maka seseoarang itu tidak dapat
dipersalahkan.
Menurut Supriyanto Abdi15 dalam mengurai kompleksitas hubungan Islam, HAM
dan Barat ada tiga varian pandangan tentang hubungan Islam dan hak asasi
manusia baik yang dikemukakan oleh para sarjana Barat maupun Muslim sendiri,
yakni : pertama, menegaskan bahwa has asasi manusia tidak sesuai dengan
gagasan dan konsepsi hak asasi manusia modern. Kedua, menyatakan bahwa
Islam menerima semangat kemanusiaan hak asasi manusia mondern, tetapi pada
saat yang sama menolak landasan sekulernya dan menggantinya dengan landasan
Islam. Ketiga, menegaskan bahwa hak asasi manusia modern adalah khazanah
kemanusiaan universal dan Islam bisa memberikan landasan normative yang
sangat kuat.
15Supriyanto Abdi, “
Mengurai Hubungan Kompleksitas Islam, HAM, dan Barat” dalam UNISIA
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Penelitian Hukum
Berdasarkan permasalahan yang diteliti oleh penulis, maka penulis menggunakan
metode penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif atau
metode penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau cara yang
dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan pustaka yang ada.1
3.2Pendekatan Masalah
Setelah menggunakan metode penelitian hukum normatif, selanjutnya untuk
mendapatkan informasi dan jawaban dari masalah yang dirumuskan penulis
menggunakan pendekatan komparatif (comparative approach). Pendekatan ini
dilakukan dengan melihat adanya persamaa substansi menegenai hak asasi
manusia yang merupakan kebutuhan secara universal. Substansi dalam tulisan ini
tentang adanya persamaan tentang Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islam
pada Undang-Undang Dasar 1945 dan Deklarasi Kairo.2
3.3 Sumber Data
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian pustaka, yakni
berupa peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen yang terkait dengan
1
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Cetakan ke – 11. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 13–14.
2
16
penerapan Hak Asasi Manusia dengan Perspektif Islam dalam Undang-Undang
Dasar 1945 dan Deklarasi Kairo, serta literatur-literatur hasil penelitian yang ada
hubungannya dengan masalah yang akan dibahas.3
3.4 Prosedur Pengumpulan Data dan Pengelolahan Data
3.4.1 Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dilakukan penulis dalam penulisan skripsi ini,
berupa data sekunder, maka penulis mengadakan kegiatan yang pada
umumnya digunakan dalam penelitian hukum, yaitu:4
a. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan cara menginventarisasikan dan mengutip
buku-buku literatur ilmu hukum, ketentuan perundang-undangan, serta
karangan-karanagan ilmiah dan catatan-catatan kuliah yang ada kaitannya
dengan penulisan skripsi ini.5 Serta dengan cara membaca, mempelajari,
mengutip dan menghimpun data yang diperoleh dari buku literatur, serta
peraturan-peraturan lainnya yang berhubugan dengan permasalahan yang
akan di bahas.
b. Pengelolahan Data
Data yang terkumpul dari studi kepustakaan diperiksa, diteliti dan disusun
kembali secara seksama.6 Data tersebut diklasifikasikan menurut bidang
masing-masing dan diperiksa , kemudian dipersiapkan untuk dianalisa. Data
yang telah terkumpul selajutnya diolah dengan cara :
3
Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum Dan Penelitian Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Hlm. 66
4
Ibid
5
Ibid
6
17
1. Seleksi data yaitu memilih data sesuai dengan topik yang akan dibahas.
2. Klasifikasi data yaitu mengelompok data sesuai dengan penempatan data
dalam hubunganya dengan permasalahan yang dibahas.
3. Sistematika data yaitu penyusunan data yang dilakukan secara sistematik
dan sesuai dengan konsep, tujuan dan pokok bahasan.
3.5Analisis Data
Proses terakhir dalam rangka penyusunan skripsi ini adalah proses analisa data
yang merupakan usaha untuk menemukan jawaban dari permasalahan dan hal-hal
yang akan diperoleh dari penelitian pendahuluan. Rangkaian data disusun secara
sistematis menurut klasifikasinya sehingga mudah dimengerti, dipahami, serta
merupakan jawaban dari permasalahan yang ada. Data tersebut kemudian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Terdapat persamaan antara UUD 1945 dan Deklarasi Kairo tentang
ketentuan HAM berdasarkan pandangan Islam dengan harmonisasi ayat
konstitusi sebagai sumber hukum negara Indonesia berdasarkan
pandangan Islam yang memberikan keyakinan bahwa Islam telah
mewarnai penerapan pengaturan hak asasi manusia di dalam UUD 1945
dan juga sebagai ketentuan yang sejalan dengan ajaran Islam. Begitu pula
dengan Deklarasi tentang kemanusiaan yang sesuai syariat Islam atau
disebut dengan Deklarasi Kairo tetah dirumuskan berdasarkan pandangan
Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah oleh negara-negara
Islam yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
2. Indonesia sebagai anggota OKI mempunyai keunikan karena cukup
demokratis dibandingkan dengan negara-negara lain, dan berperan penting
untuk mendorong sikap toleransi. Terlebih Perubahan OIC Charter pada
tahun 2008, Pasal 5 tentang pembentukan komisi HAM OKI (Independent
Permanent Human Rights Commission atau IPHRC) dan Pasal 15
75
sosial dan ekonomi memberikan peluang bagi Indonesia untuk membuat
strategi advokasi hak-hak buruh migran yang lebih besar.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran dari penulis yaitu:
1. Harmonisasi ayat konstitusi khususnya mengenai penerapan pengaturan
hak asasi manusia sebagai sumber hukum negara Indonesia berdasarkan
pandangan Islam dapat tercipta apabila terdapat pemahaman yang koheren
bahwa konstitusi Indonesia yaitu UUD 1945 merupakan fondasi yang
senantiasa merekatkan persatuan bangsa Indonesia dengan komitmen
untuk taat pada konstitusi sebagai hukum tertinggi dalam penyelenggaraan
negara terlebih dalam mengimplementasikan HAM. Sedangkan Deklarasi
Kairo yang memuat ketentuan hak-hak asasi manusia yang dicetuskan oleh
negara-negara OKI harusdijadikan pandangan konkrit yang bisa digunakan
sebagai acuan bagi masyarakat muslim untuk hidup dalam satu masa yang
modern.
2. Dengan masuknya Indonesia sebagai salah satu dari negara-negara OKI
yang telah mencetuskan Deklarasi Kairo pada tahun 1990 sebagai
pernyataan komitmen pada permasalahan hak asasi manusia, maka
Indonesia dengan UUD 1945 diharapkan dapat memajukan dan
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Literatur
Abdi, Supriyanto. 2002. “Mengurai Hubungan Kompleksitas Islam, HAM, dan
Barat” dalam UNISIA. Yogayakarta: UII Press, No. 44/XXV/I/2002.
Al Hakim. dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan “Dalam Konteks Indonesia”. Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang.
Arumanadi, Bambang dan Sunarto. 1990.Konsepsi Negara Hukum Menurut UUD 1945. Semarang: IKIP Semarang Press.
Asshiddiqie,Jimly. 2006.Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Konstitusi Press, 2006.
Audi, Robert dalam Majda El-Muhtaj. 2005.Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi-konstitusi Indonesia. Jakarta: Kencana.
Buyung Nasution, Adnan1987.Aspirasi Pemerintahan Konstitusi di Indonesia; Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-1959. Jakarta : Pustaka Utama Grafis.
Busroh , Abu Daud dan Abu Bakar Busroh. 1991.Asas-asas Hukum Tata Negara. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Dahlan , Abdul Azis. 1996.Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve.
Effendi, Masyhur. 1994. Dimensi dan Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional dan Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Effendi, Masyhur dan Taufani Sukmana Evandri. 2010. HAM “dalam Demensi/
Dinamika Yuridis, Sosial, Politik dan Penyusunan/ Aplikasi HA-KHAM
(Hukum Hak Asasi Manusia) dalam Masyarakat”. Bogor: Ghalia Indonesia.
El-Muhtaj, Majda. 2005.Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia : Dari UUD 1945 sampai dengan Amandemen UUD 1945 Tahun 2002. Jakarta: Kencana.
Fakih, Mansour. 2003.Menegakkan Keadilandan Kemanusiaan: Pegangan Untuk Membangun Gerakan HAM. Yogyakarta: Insist Press.
Farid Mas’udi, Masdar. 2010. “Syarah Konstitusi “UUD 1945 dalam Perspektif
Feilard, Andre. 1999. NU-Vis a Vis Negara. Yogyakarta, Penerbit LkiS.
Hadjon, Philipus M. 2010.Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia. Surabaya: Bina Ilmu.
Hatta, Moh. 1975. Menuju Negara Hukum, Penerbit Yayasan Idayu, Jakarta. Dalam Safiyudin Sastrawijaya. 1980. Sekitar Pancasila, Proklamasi dan Konstitusi. Bandung : Penerbit Alumni.
Idris, Irfan. 2009. Islam dan Konstitusionalisme “Kontribusi Islam dalam
Penyusunan Undang-Undang Dasar Indonesia Modern”. Yogyakarta: Antonylib-Indonesia.
Kosasih, Ahmad, 2003, HAM dalam Perspektif Islam, Jakarta: Salemba Diniyah.
Kuper, Adam dan Jessica Kuper, 2000, Ensiklopedia Ilmu-ilmu Sosial, Jilid 1, Jakarta : Rajawali Pers.
Lopa, Baharruddin, 1996, Al-Qur-an dan Hak Asasii manusia, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa
Mahmud Marzuki, Petter. 2006.Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.
Mahmud Marzuki, Petter. 2006.Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.
M. Hadjon, Philipus2010.Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia. Surabaya: Bina Ilmu.
Mas’udi,Masdar F.2003.Hak Asasi Manusia dalam Islam. Dalam Sobirin Malian
dan Suparman Marzuki, Pendidikan Kewarga negaraan dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: UII Press.
Maududi, Abdul A’la. 2000. Hak Asasi Manusia dalam Islam, Terj. Bambang
Iriana Djajaatmadja. Jakarta : Bumi Aksara.
Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum Dan Penelitian Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Ma’arif,Ahmad Syafi’i. 1985. Studi tentang Peraturan dalam Konstituante,
Islam dan masalah Kenegaraan. jakarta: LP3ES.
Moh, Mahfud MD. 2001.Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution , Harun dan Bahtiar Effendi, 1987, Hak Asasi Manusia dalam Islam, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Notohamidjojo, O. 1970.Makna Negara Hukum Bagi Pembaharuan Negara dan Wibawa Hukum Bagi Pembaharuan Masyarakat Di Indonesia, Badan Penerbit Kristen.
Rahardjo, Satjipto. 2009. Negara hukum yang membahagiakan rakyatnya. Yogyakarta: Genta Publishing.
Risalah Sidang BPUPKI, PPKI pada 28 Mei 1945-22 Agustus 1945. Jakarta. Sekretariat Negara Republik
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke – 11, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Soemantri, Sri M, Ketetapan MPR (S) sebagai Salah Satu Sumber Hukum Tata Negara, Remadja Bandung: Karya CV.
Sidharta, Bernard Arief. 2000.Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum Sebuah Penelitian Tentang Fondasi Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Ilmu Hukum Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional Indonesia. Bandung: Mandar Maju.
Sukarja,Ahmad. 2012. Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara dalam Perspektif Fikih Siyasah.Jakarta: Sinar Grafika.
--- 2012. Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 : Kajian Perbandingan Tentang Dasar Hidup Bersama Dalam Masyarakat yang Majemuk. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
Saefuddin Anshari, Endang. 1981. Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan Sejarah Konsensus Nasional anatar Nasionalis Islami dan Nsionalis “Sekuler” tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959. Bandung: Perpustakaan Salman ITB.
Sri M, Soemantri.Ketetapan MPR (S) sebagai Salah Satu Sumber Hukum Tata Negara, Remadja. Bandung: Karya CV.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2009.Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke – 11. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Tim ICCE UIN Jakarta. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta : Prenada Media,2003) hal. 199.
Titaley, John. 1999. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, Penerbit: Fakultas Teologi UKSW-Salatiga.
Triwulan Tutik, Titik. 2010. Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945. Jakarta: Kencana.
---1959. Naskah Persiapan UUD 1945. Jakarta: Yayasan Prapanca.
B. Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Deklarasi Kairo (Cairo Declaration) Tahun 1990. Dalam Lopa, Baharruddin, 1996,
Al-Qur-an dan Hak Asasii manusia, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa
Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Piagam Madinah, dalam Effendi, Masyhur dan Taufani Sukmana Evandri. 2010.
HAM “dalam Demensi/ Dinamika Yuridis, Sosial, Politik dan Penyusunan/
Aplikasi HA-KHAM (Hukum Hak Asasi Manusia) dalam Masyarakat”. Bogor: Ghalia Indonesia.
C. Internet
http://kasmanpost.blogspot.com/2007/02/sejarah-ham. Diakses pada tanggal 27 Januari 2014, pukul 19.30 WIB.
http://www.danisetiawanku.com/2010/01/hak-asasi-manusia-dalam-amandemen-u ud.html. Diakses pada tanggal 15 Februari 2014, pukul 15.00 WIB.
http://tifiacerdikia.wordpress.com/lecture/lecture-1/ilmu-kewarganegaraan/prinsip -demokrasi-dan-jaminan-hak-warga-negara-menurut-uud-amandemen/. Tanggal 16 Desember 2013, pukul 23:00 WIB.
http://tulisanuul.blogspot.com/2011/11/hak-atas-status-kewarganegaraan.html. Tanggal 16 Desember 2013, pukul 23. 02 WIB.
http://liasetianingsih.wordpress.com/2010/03/05/pasal-28e-ayat-1/. Diakses pada tangga 18 Desember 2013, pukul 20.00 WIB.
http://alfianruza.blog.com/makalah-ham/. 18.12.2013. jam 19 : 28 WIB.
http://paulusmtangke.wordpress.com/hak-asasi-manusia/ . diakses pada tanggal 15 Februari 2014, pukul 15.00 WIB.
http://www.komnasperempuan.or.id/2012/01/siti-ruhaini-dzuhayatin-memperjuan gkan-ham-melalui-organisasi-kerjasama-islam/. Diakses pada tanggal 15 Februari 2014, pukul 15.35 WIB.