• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekrutmen Calon Gubernur dan Wakil Gubernur oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Lampung Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rekrutmen Calon Gubernur dan Wakil Gubernur oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Lampung Tahun 2013"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

REKRUTMEN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR OLEH PDIP PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh

DICKY RINALDY

(2)

Dalam tahapan penominasian DPD juga sudah melakukan tahapan rekrutmen secara terbuka dengan melakukan survey di masyarakat mengenai rekam jejak beberapa sosok calon kepala daerah yang mendaftar melalui PDI-Perjuangan. Selanjutnya DPD juga telah melaksanakan tahapan pemilu dengan mengeluarkan surat keputusan rekomendasi penetapan calon kepala daerah yang diusung oleh PDI-Perjuangan, dalam tahapan ini bersifat tertutup dikarenakan hanya intern partai yang dilibatkan dalam proses tersebut.

(3)

ABSTRACT

CANDIDATE RECRUITMENT BY THE GOVERNOR AND VICE GOVERNOR PDIP LAMPUNG PROVINCE IN 2013

By

DICKY RINALDY

(4)

conducting a survey in the community about the track record of some figure candidates who apply through the local head of the PDI-P. Furthermore DPD has also conducted the election stage by issuing a decree on establishment of regional head candidates promoted by the PDI-P, in this stage are closed due to internal only party involved in the process.

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 januari 1992, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan dari Bapak Haiza Rinsa SH dan Ibu Sri Maryatun.

Jenjang akademik penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Al-Kautsar Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004, dilanjutkan menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) negeri 25 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007, dan dilanjutkan menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) negeri 9 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.

(10)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya kecil ini kepada:

Ayahanda tercinta Haiza Rinsa, SH dan Ibunda yang aku sayangi Sri Maryatun, sebagai

tanda terima kasih dan baktiku. Aku tau kalian telah banyak berkorban demi anakmu,

inilah kado kecil yang dapat aku persembahkan untuk sedikit menghibur hati kalian yang

telah banyak banyak berkorban untuk anakmu.

Tidak lupa juga untuk Adikku Merinda Putri dan Chandra Hidayat serta among-ajongku

terima kasih karena selalu mendukungku.

Almamater tercinta Universitas Lampung

(11)

MOTO

“Seseatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah

berhasil melakukannya dengan baik”.

(Evelyn Underhill)

“Orang-orang yang hebat di bidang apapun bukan baru berkerja karena mereka terinspirasi,

namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka berkerja. Mereka tidak

menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi”.

(Ernest Newman)

“Tiadanya kenyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan, dan saya percaya

pada diri saya sendiri”.

(Muhammad Ali)

“Pekerjaan apapun akan terasa berat bila kita semakin mengeluh, kerjakanlah apa yang bisa

dikerjakan”.

(12)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul “Rekrutmen Calon Kepala Daerah oleh PDI-Perjuangan Provinsi Lampung Tahun 2013” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga penyelesaian skripsi ini, karena bantuan, bimbingan, dorongan dan saran dari berbagai pihak terutama dosen pembimbing yang sudah memberi banyak masukan, kritik dan saran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. 3. Bapak Dr. Pitoyo Budiono, M.Si selaku Pembimbing Akademik.

(13)

menjadi mahasiswa yang lulus dengan bekal ilmu yang bermanfaat kedepannya.

6. Bapak Dr. Suwondo, M.A selaku selaku penguji dan pembahas yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7.

Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unila, terimakasih atas ilmu yang

telah kalian berikan kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Pemerintahan.

8. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan yang telah membantu kelancaran administrasi dan skripsi, terutama kepada Ibu F. Trisni Rahartini, S.I.P yang telah banyak sekali membantu dan mempermudah proses administrasi dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan.

(14)

proses perkuliahan yang masih panjang. Serta Chandra Hidayat yang masih menumpuh sekolah dasar. Semoga kita bertiga dapat membahagiaan kedua orang tua kita serta menjadi anak yang selalu berbakti kepada orang tua kita. 11.Terima kasih kepada para informan dari DPD Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan Provinsi Lampung, Bapak Mingrum Gumay, Bapak Watoni Noerdin, Bapak Dedi Afrizal, Bapak Tulus Purnomo, Bapak Dadang Sumpena, Bapak Sahlan Sukur, Bapak Andre, Bapak Hariful yang telah bersedia meluangkan waktu dan ketersediaannya untuk memberikan data-data, wawasan serta informasi yang penulis butuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.

12.Teman-teman seperjuangan senasib sepenanggungan yang tergabung di Grup Sekumpulan Manusia Kompak (SEMPAK): Antarizki, Ali Wirawan, Ryan Maulana, Rangga Giri Wibowo, Prananda Genta Reza, Komang Jaka Ferdian, Prasaputra Sanjaya, Riendi Ferdian, Dani Setiawan, Aris Gunawansyah, Budi Setya Aji, Mirzan Triandan, Andrialius Feraera, Indra Jaya Negara teruslah belajar dari ketidaksempurnaan yang kita miliki sehingga kita akan menemukan jalan yang indah dan Tuhan gariskan kepada kita.

(15)

miliki sehingga kita akan menemukan jalan yang indah yang Tuhan gariskan kepada kita.

14.Sahabat satu perjuangan di sekolah menengah atas, Ridho Anzil Irawan, M. Rafsanzani Patria, Setiaji Bintang Pamungkas, M. Riadh, Fandri Rhendika, Marselendra, Rizky Riawan, Hilman Abdillah, Denis, Faxy, Gabriela dan teman-teman lainnya, semoga kita sukses selalu, amiin.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 12 Desember 2014

Penulis

(16)

DAFTAR ISI A. Tinjauan Tentang Partai Politik... 13

B. Tinjauan Tentang Rekruitmen dan Seleksi Politik ... 19

C. Tinjauan Tentang Rekrutmen Kader ... 26

D. Tinjauan Tentang Kaderisasi ………...29

E. Kerangka Pikir ... 31

G. Teknik Analisis Data ... 44

IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Partai ... 46

B. Ideologi Partai ... 50

C. Susunan Pengurus DPP PDI-Perjuangan ... 51

(17)

V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Rekrutmen Calon Gubernur dan Wakil Gubernur oleh

PDI-Perjuangan Provinsi Lampung Tahun 2013 ... 57

1. Sertifikasi ... 60

2. Penominasian ... 75

3. Pemilu ... 88

B. Sifat Rekrutmen Calon Gubernur dan Wakil Gubernur oleh PDI-Perjuangan Provinsi Lampung Tahun 2013 ... 94

IV SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 99

B. Saran ... 100

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Nama-Nama Informan .………....40

Tabel 5.1 Susunan Panitia Seleksi calon Gubernur dan Wakil Gubernur DPD PDI-Perjuangan Provinsi Lampung tahun 2013 ... ………59

Tabel 5.2 Bakal Calon Gubernur dari DPD PDI-Perjuangan Provinsi Lampung ... 72

Tabel 5.3 Bakal Calon Wakil Gubernur dari PDI-Perjuangan Provinsi Lampung ... 72

Tabel 5.4 Rangkuman Kutipan Wawancara... 74

Tabel 5.5 Rangkuman Kutipan Wawancara ... 88

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fungsi partai dalam rekrutmen politik merupakan salah satu fungsi dalam mencetak pemimpin yang berkualitas. Menurut Agustino (2009: 104) salah satu fungsi partai adalah melakukan rekrutmen guna mengisi jabatan-jabatan yang dibutuhkan oleh lembaga negara. Meriam Budiarjo (2008: 408) juga mengatakan rekrutmen politik sangat berkaitan dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal maupun kepemimpinan nasional. Untuk kepentingan imternalnya, setiap partai butuh kader-kader partai yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang mempunyai kesempatan mengembangkan diri. Selain itu partai juga tidak akan sulit menentukan calon pemimpin yang akan diajukan sebagai calon pemimpin baik eksekutif maupun legislatif.

Berkaitan dengan konteks sistem rekrutmen politik, Undang-Undang Nomor 2 tahun 2011 pasal 29 ayat 2 telah menjelaskan bahwa proses seleksi kepala daerah harus dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan AD dan ART partai, yaitu :

“Rekrutmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c (bakal calon

(20)

Wakil Presiden dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan AD dan ART serta perundang-undangan.” (UU no. 2/2011,pasal 29:2).

Merujuk pada undang-undang nomor 2 tahun 2011 pasal 29 ayat 2 di atas, maka proses rekrutmen partai politik harus dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan AD dan ART serta perundang-undangan yang berlaku. Rekrutmen politik secara demokratis mempunyai makna yaitu berlandaskan nilai-nilai/prinsip demokrasi yaitu kebebasan, kesamaan atau keadilan dan kedaulatan suara mayoritas. Sedangkan makna keterbukaan diartikan sebagai upaya partai politik untuk menerima semua golongan atau kelompok masyarakat untuk bergabung dengan partainya dan mengikuti pembinaan serta proses kaderisasi di internal partai.

Prinsip demokrasi dan keterbukaan dalam rekrutmen politik seperti penjabaran di atas, cenderung disalah-artikan sebagian partai politik dengan mengobral posisi jabatan politik secara terbuka ke khalayak ramai. Hal ini berdampak pada banyaknya politisi kutu loncat dalam tubuh partai semakin marak dan menjadikan iklim politik tidak sehat. Para politisi dengan mudah dapat berpindah ke partai lain untuk mendapatkan dukungan meraih kekuasaan, dan menjadikan partai politik sebagai kendaraan politik baginya, tanpa memperhatikan kesamaan ideologi partai tersebut.

(21)

berdasarkan faktor kekerabatan, finansial calon, kesukuan dan lain sebagainya. Selain itu, dalam hal penetapan bakal calon kepala daerah yang akan diusung, partai politik juga masih bersifat sentralistik dan berpusat pada satu tangan saja. Hal ini dapat menciderai semangat dari demokrasi itu sendiri, dimana suara mayoritas anggota partai tidak terlalu berpengaruh terhadap keputusan rekrutmen pemimpin yang akan diusung oleh partai politik, dikarenakan keputusan berada di elit partai.

Setiap partai politik memiliki mekanisme atau proses rekrutmen calon kepala daerah yang berbeda-beda sesuai dengan AD/ART partainya masing-masing. Salah satunya PDI-Perjuangan yang memiliki mekanisme rekrutmen calon kepala daerah yang diatur dalam Surat Ketetapan Nomor 031-A/TAP/DPP/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Penjaringan dan Penyaringan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tingkat Kabupaten/ Kota dan Provinsi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Dalam aturan dasar anggaran rumah tangga tersebut dijelaskan bahwa DPD PDI-Perjuangan mempunyai kewenangan dalam proses penjaringan dan penyaringan seleksi calon kepala daerah untuk direkomendasikan ke DPP dan selanjutnya DPP PDI-Perjuangan yang mempunyai kewenangan dalam hal penetapannya.

(22)

(DPP PDI-P) masih mempunyai andil yang besar dalam hal penetapan calon kepala daerah yang akan diusung.

Selain itu, dalam proses rekrutmen atau seleksi calon kepala daerah yang dilakukan oleh beberapa partai politik, loby-loby politik atau kepentingan-kepentingan politik sangat kental terjadi, adanya perbedaan kepentingan-kepentingan dari elit-elit politik tersebut dapat mengakibatkan perpecahan di internal partai. Bila kita lihat dalam proses seleksi calon kepala daerah yang dilakukan oleh PDI-Perjuangan Provinsi Lampung, dinamika politik sangat kuat, tarik ulur kepentingan dalam proses atau tahapan seleksi calon kepala daerah tersebut sangat kental terjadi.

(23)

Beredarnya dua surat rekomendasi pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang berbeda dari PDI-Perjuangan tersebut mengakibatkan terhambatnya proses pendaftaran pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Lampung dan juga berimplikasi pada perpecahan di internal partai berlambang banteng tersebut. Herman HN selaku kader partai merasa tidak didukung oleh partainya sendiri untuk maju sebagai calon gubernur dari PDI-Perjuangan dan mendaftarkan diri sebagai calon gubernur melalui partai lain. Berdasarkan berita web lampost, Herman H.N salah satu kader DPD PDIP Provinsi Lampung mendaftarkan diri sebagai calon gubernur dari partai PAN berpasangan dengan Zainuddin Hasan sebagai calon wakil gubernur. Hal ini dikarenakan Herman H.N selaku kader DPD PDIP merasa tidak didukung oleh partainya sendiri untuk maju sebagai calon gubernur. Peristiwa seperti ini menjadi perhatian politik dikarenakan DPD PDIP Provinsi Lampung lebih memilih mengusung calon berlatar belakang birokrat atau bukan kader murni DPD PDIP dibandingkan Herman H.N yang jelas merupakan salah satu kader DPD PDIP Provinsi Lampung. (Admin, 2013, http://lampost.co/berita/tarik-pan-dan-23-partai-guram-herman-hn-daftar-ke-kpu, di akses tanggal 06-03-2014, pukul 15:23)

(24)

sekertaris provinsi lampung. Menurut Armen salah satu akademisi fakultas hukum universitas lampung dalam diskusi yang digelar di gedung fisip unila mengatakan:

“Nihilnya kader PDIP yang akan menjadi cagub mengindikasikan kegagalan kaderisasi oleh partai politik (parpol). Dari pengalaman pilkada selama ini, kader parpol baru sebatas maju sebagai calon wakil gubernur. Partai tidak menyiapkan kadernya untuk kepala daerah. Bagaimana visi-misi bisa sama, mereka saja dipertemukan ketika akan mencalonkan diri? Disadari atau tidak, parpol belum siap. Bukan belum siap dari sisi kader, tapi dari kader yang memiliki modal. Jadi, mereka mengambil dahulu posisi yang kedua.” (http://www.radarlampung.co.id/read/politika/56817-pdip-krisis-cagub-kader-, diakses tanggal 11 februari 2014 pukul 13:58).

Berdasarkan fenomena di atas, ketua laboratorium politik dan otonomi daerah fisip unila, Syafarudin dalam berita yang dimuat koran harian radar lampung tanggal 19 februari 2013 menjelaskan bahwa:

“Kader yang memiliki kekuatan ekonomi memang lebih menjadi prioritas untuk diusung sebagai cagub. Selain itu, ada juga faktor kedekatan calon yang diusung dengan pimpinan partai. Mereka punya kader, tapi yang diusung kebanyakan dari nonkader. Meskipun mempunyai potensi kader. Pada level ini, kita lihat ada pergeseran di parpol. Fungsi parpol kan untuk merekrut dan menempatkan kadernya di eksekutif maupun legislatif. Menurut dia, kini parpol dikendalikan segelintir orang dan bersifat seperti perusahaan. Parpol juga kerap disebut sebagai partai dinasti dan partai rental. Hal ini dikarenakan parpol memerlukan biaya operasional politik. Apalagi untuk menghadapi pileg dan pilpres. Untuk jangka panjang, parpol juga akan berinvestasi politik. Kemenangan dalam suatu pilkada akan berpengaruh kepada mereka.”

(25)

proses kaderisasi di tubuh parpol menjadi terkendala karena masuknya pemodal yang ingin merengkuh kekuasaan melalui partai politik. Partai politik menjelma menjadi perusahaan bagi para pemilik modal untuk memperoleh kekuasaan. (http://www.indopos.co.id/2014/01/pengkaderan-parpol-sudah-mati.html diakses tanggal 20 januari 2014 pukul 15:32).

Penelitian terdahulu mengenai rekrutmen politik dan pragmatisme politik telah banyak diteliti oleh peneliti lain. Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnnya, hal ini dapat dilihat dari perbedaan segi permasalahan, kerangka teori serta studi kasus yang digunakan. Hal itu diuraikan sebagai berikut:

(26)

dicapai dengan cara mendapatkan suara terbanyak. Disinilah pragmatisme muncul jika tujuan itu (hasil akhir atau kemenangan) dicapai dengan mengabaikan cara-cara yang telah disepakati dalam platform partai.

2. Penelitian tentang fungsi partai dalam rekrutmen politik yang di teliti oleh Afifa Wakhidatul bersumber dari jurnal Universitas Negeri Semarang tahun 2011 berjudul “Implementasi Fungsi Partai Politik sebagai Sarana Rekrutmen Politik pada Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP) Kabupaten Semarang”, yang mengungkapkan

bahwa rekrutmen politik merupakan salah satu fungsi partai politik yang penting bagi kontinuitas dan kelestarian partai politik. Anggota yang telah direkrut oleh partai, dilanjutkan dengan kaderisasi yang berguna bagi partai untuk kepentingan rekrutmen pengurus, rekrutmen calon anggota legislatif, serta rekrutmen calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Semakin besar andil partai politik untuk memenangkan perjuangan dalam pengisian jabatan dalam pemerintahan, merupakan indikator bahwa peran partai politik sebagai sarana rekrutmen politik berjalan secara efektif. Namun disisi lain, ditengah pertumbuhan partai politik di Indonesia, implementasi rekrutmen politik sering ditemukan fenomena yang dianggap sebagai kecurangan, seperti adanya istilah kader loncatan, kader karbitan atau kader titipan.

3. Penelitian rekrutmen pimpinan daerah dalam dimensi histori yang di teliti oleh Debi Setiawati bersumber dari jurnal tahun 2011 yang

(27)

mengungkapkan Kedudukan Kepala Daerah dipandang sebagai suatu posisi yang strategis dalam keberhasilan pembangunan nasional. Hal tersebut dipengaruhi oleh karena pemerintahan daerah memiliki peran sebagai motor penggerak, kreator, inovator pemikiran dan perencanaan dalam pencapaian tujuan nasional yang merupakan subsistem dari pemerintah pusat. Oleh karena itu dalam perekrutannya perlu diterapkan adanya sistem demokrasi yang dapat memberikan peluang rotasi pejabat politik secara teratur dan damai. Di samping itu dengan melihat gambaran masyarakat Indonesia yang bersifat Plural dan Heterogen, maka dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah diserahkan secara otonom penuh daerah. Hal itu disebabkan karena yang mengetahui kebutuhan dan karakter pemimpin yang diinginkan masyarakat daerah itu sendiri.

4. Penelitian tentang sistem rekrutmen dan kaderisasi yang di teliti Riski Khoiruly dalam jurnal penelitian Universitas Diponegoro tahun 2013

yang berjudul “Sistem Rekrutmen dan Kaderisasi PDI perjuangan

(28)

calon legislatif maupun eksekutif yang diisi berdasarkan kekerabatan atau oleh anak istri dan anggota keluarganya untuk melanggengkan kekuasaannya.

(29)

Berbeda dengan penelitian tedahulu diatas yang membahas model rekrutmen, sistem kaderisasi, dan fungsi partai dalam rekutmen, dalam peneltian ini, penulis ingin melihat bagaimana pelaksanaan dan sifat rekrutmen rekrutmen calon gubernur dan wakil gubernur oleh PDI-Perjuangan Provinsi Lampung melalui tahapan-tahapan rekutmen politik.

Berdasarkan fenomena dan fakta politik serta penelitian terdahulu yang dijabarkan di atas penulis tertarik untuk meneliti rekrutmen calon gubernur dan wakil gubernur oleh PDI-Perjuangan Provinsi Lampung Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah :

Bagaimanakah Pelaksanaan dan Sifat Rekrutmen Calon Gubernur dan Wakil Gubernur oleh PDI-Perjuangan Provinsi Lampung Tahun 2013?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan Pelaksanaan dan Sifat Rekrutmen Calon Gubernur dan Wakil Gubernur oleh PDI-Perjuangan Provinsi Lampung Tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini meliputi kegunan teoritis dan praktis, yaitu : 1.Secara teoritis

(30)

2.Secara praktis

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Partai Politik 1. Pengertian Partai Politik

Miriam Budiarjo (2008: 160) berpendapat bahwa partai politik (parpol) adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama, dimana tujuannya untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan mereka.

Menurut Ramlan Surbakti dalam buku Efriza (2012: 217), partai politik merupakan kelompok anggota yang terorganisasi secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilu, guna melakukan alternatif kebijakan umum yang mereka susun.

(32)

Dari pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa partai politik adalah sekelompok manusia yang memiliki kesamaan-kesamaan tujuan dan ideologi untuk bersatu dalam sebuah lembaga atau organisasi politik, yang bertujuan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan politik, dengan cara menempatkan anggota atau kader-kadernya sebagai penentu kebijakan pada lembaga-lembaga politik, baik di lembaga eksekutif maupun di lembaga legislatif.

2. Fungsi Partai Politik

Fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Menurut Mirriam Budiarjo (2008: 405) dalam negara demokratis, partai politik menyelenggarakan beberapa fungsinya, antara lain :

1. Sebagai sarana komunikasi politik

Parpol berfungsi menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpang-siuran pendapat dalam masyarakat berkurang. Dalam masyarakat modern yang begitu luas, pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang tak berbekas seperti suara di pandang pasir apabila tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada. Proses ini dinamakan “penggabungan

kepentingan” (interest aggregation). Sesudah digabung, pendapat dan aspirasi ini diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang teratur. Proses

ini dinamakan, “perumusan kepentingan” (interest articulation). 2. Sebagai sarana Sosialisasi Politik (Instrument of Political

Socialization).

(33)

melalui ceramah-ceramah penerangan, kursus-kursus kader, kursus penataran, dan sebagainya.

3. Sebagai sarana Rekrutmen Politik.

Dalam hal ini parpol berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai (political recruitment). Dengan demikian partai turut memperluas partisipasi politik. Juga disuahakan untuk menarik golongan muda untuk dididik untuk menjadi kader yang di masa mendatang akan mengganti pimpinan lama (selection of leadership). 4. Sebagai sarana pengatur konflik.

Di dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat merupakan soal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik, parpol berusaha untuk mengatasinya.

Mirriam Budiarjo (2008: 416) dalam bukunya juga mengatakan, dalam praktek politik sering dilihat fungsi-fungsi tersebut diatas tidak mampu dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan, misalnya informasi yang diberikan partai politik kepada masyarakat justru menimbulkan kegelisahan dan perpecahan.

Ramlan Surbakti (2010: 116) berpendapat bahwa fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan untuk mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu.

Selain fungsi utama parpol seperti tersebut, menurut Ramlan Surbakti (2010: 116) masih ada fungsi parpol lainnya, yaitu :

1. Sosialisasi politik.

(34)

2. Rekrutmen politik.

Rekrutmen politik adalah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah perananan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya. Fungsi rekrutmen merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu, fungsi rekrutmen politik sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan hidup sistem politik akan terancam.

3. Partisipasi politik.

Partisipasi poltik adalah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan. Kegiatan yang dimaksut antara lain mengajukan tuntutan, membayar pajak, melksanakan keputusan, mengajukan kritik, dan koreksi tas pelaksanana kebijakan umum, dan mendukung atau menentang calon pemimpin tertentu, mengajukan alternatif pemimpin, dan memilih wakil rakyat dalam pemilihan umum.

4. Pemandu Kepentingan.

Fungsi ini merupakan salah satu fungsi utama partai politik sebelum mencari dan mempertahankan kekuasaan. Fungsi pemandu kepentingan adalah kegiatan menampung, menganalisis, dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan menjadi alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

5. Komunikasi Politik.

Komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah. Dalam hal ini, partai politik berfungsi sebagai komunikator politik yang tidak hanya menyampaikan segala keputusan dari pemerintah kepada masyarakat sebagaimana diperankan oleh partai politik di negara totliter tetapi juga menyampaikan aspirasi dan kepentingan berbagai kelompok masyarakat kepada pemrintah.

6. Pengendalian Konflik.

Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi befungsi untuk mengendalikan konflik melalui cara berdialog dengan pihak-pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik.

7. Kontrol Politik.

(35)

Pendapat lain dikemukan oleh Sigit (2011: 17) yang mengatakan bahwa fungsi partai diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :

1. Fungsi partai di elektorat (parties in the electorate)

Pada fungsi ini partai politik merujuk pada penampilan partai politik dalam menghubungkan individu dalam proses demokrasi. 2. Fungsi partai sebagai organisasi (parties as organization)

Pada fungsi ini partai politik menujuk fungsinya yang melibatkan sebagai organisasi politik, atau proses-proses di dalam organisasi partai politik itu sendiri.

3. Fungsi partai di pemerintahan (parties in government)

Pada fungsi ini partai politik bermain dalam pengelolaan dan perstrukturan persoalan-persoalan negara.

Adapun dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Pasal 11 Ayat (1) disebutkan bahwa fungsi partai politik adalah sebagai sarana:

a. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara.

c. Partisipasi politik warga negara Indonesia Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

(36)

3. Jenis-Jenis Partai Politik

Perbedaan jenis-jenis partai politik yang ada di berbagai negara pada dewasa ini pada hakekatnya karena perbedaan basis sosiologisnya. Menurut Ichlasul Amal dalam Sigit (2011: 276), sekurang-kurangnya terdapat lima jenis parpol yang dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat komitmen parpol terhadap ideologi dan kepentingan, yaitu :

1. Partai Proto

Partai Proto adalah tipe awal partai politik sebelum mencapai tingkat perkembangan seperti dewasa ini. Partai semacam ini muncul di Eropa Barat sekitar abad pertengahan hingga akhir abad ke-19. Ciri paling menonjol dari partai proto adalah pembedaan antara kelompok anggota (ins) dengan non-anggota (outs). Selebihnya, partai ini belum menunjukan ciri sebagai parpol dalam pengertian moderen.Karena, partai proto sesungguhnya adalah fkasi yang dibentuk berdasarkan pengelompokan ideologis masyarakat.

2. Partai Kader

Partai kader merupakan perkembangan lebih lanjut partai proto. Partai ini muncul sebelum diterapkannya sistem hak pilih secara luas bagi rakyat hingga sangat bergantung pada masyarakat kelas menengah ke atas yang memiliki hak pilih, keanggotaan yang terbatas, kepemimpinan, serta para pemberi dana. Tingkat organisasi dan ideologi partai kader sesungguhnya masih rendah karena aktivitasnya jarang didasarkan pada program dan organisasi yang kuat. Keanggotaan partai kader terutama berasal dari golongan kelas menengah ke atas.Akibatnya, ideologi yang dianut partai kader adalah konservatisme ekstrem atau maksimal reformisme moderat. Karena itu partai kader tiidak memerlukan organisasi besar yang dapat memobilasasi massa. Dengan demikian, dalam pengertian ini partai kader lebih nampak sebagai suatu kelompok informal daripada sebagai organisasi yang didasarkan pada disiplin.

3. Partai Massa

(37)

misalnya : buruh, petani, dan kelompok agama, dan memiliki ideologi yang cukup jelas untuk memobilisasi massa serta mengembangkan organisasi yang cukup rapi untuk mencapai tujuan-tujuan ideologisnya. Tujuan utama partai massa tidak hanya memperoleh kemenangan dalam pemilihan, tetapi juga memberikan pendidikan politik bagi para anggotanya dalam rangka membentuk elit yang langsung direkrut dari massa.

4. Partai Diktatorial

Partai Diktatorial sebenarnya merupakan sub-tipe dari partai massa, tetapi memiliki ideologi yang lebih kaku dan radikal. Pemimpin tertinggi partai ini melakukan control yang sangat ketat terhadap pengurus bawahan maupun anggota-anggota partai. Rekrutmen partai ini dilakukan secara lebih selektif dibandingkan partai massa. Agar diterima sebagai anggota partai ini seseorang harus lebih dahulu diuji kesetiaan dan komitmennya terhadap ideologi partai (militansi total terhadap partai).

5. Partai Catch-all

Partai Catch-all merupakan gabungan dari partai kader dan partai massa. Istilah Catch-all pertama kali dikemukakan oleh Otto Kirchheimer untuk memberikan tipologi pada kecenderungan perubahan karakteristik partai-partai politik di Eropa Barat pada massa pasca Perang Dunia Kedua. Catch-all dapat diartikan sebagai menampung kelompok-kelompok sosial sebanyak mungkin untuk dijadikan anggotanya. Tujuan utama partai ini adalah memenangkan pemilihan dengan cara menawarkan program-program dan keuntungan bagi anggotanya sebagai ganti ideologi yang kaku. Dengan demikian, aktivitas partai ini erat berkaitan dengan kelompok kepentingan dan kelompok penekan.

B.Tinjauan Rekrutmen dan Seleksi Politik

1. Definisi Rekrutmen Politik

(38)

maupun jabatan pemerintahan.

Menurut Miriam Budiarjo (2008: 164) rekruitmen politik dalam partai politik berfungsi untuk mencari dan mengajak orang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai.

Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa rekruitmen politik adalah kegiatan yang dilakukan oleh setiap partai politik dalam rangka mencari kader-kader partai yang berkualitas yang nantinya akan menduduki jabatan-jabatan politik dan pemerintahan.

2. Tujuan Rekrutmen Politik

Menurut Miriam Budiarjo (2008: 19) rekruitmen politik dilaksanakan untuk mencari orang-orang yang berbakat untuk turun aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai serta memperluas partisipasi politik. Dikatakan pula bahwa tujuan rekruitmen politik yaitu menjamin kontinuitas dan kelestarian partai sekaligus merupakan salah satu cara untuk menyeleksi calon-calon pemimpin.

(39)

Dengan demikian tujuan dilaksanakannya rekruitmen politik adalah untuk memberikan kesempatan kepada warga negara untuk berpartisipasi di bidang politik dengan menjadi bagian dari parpol dan menyeleksi anggota partai yang berbakat untuk menduduki posisi strategis dalam tubuh partai dan atau posisi strategis dalan pemerintahan.

3. Model Rekrutmen dan Seleksi Politik

Rekruitmen dan seleksi politik merupakan proses yang menentukan karakteristik bakal calon yang dikehendaki sesuai dengan kebutuhan jabatan atau posisi tertentu. Maka berbagai macam cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan hasil bakal calon yang sesuai kriteria. Menurut Djuhandar (2005:104) terdapat beberapa model rekruitmen dan seleksi politik yang biasa digunakan, yaitu:

a. Seleksi pemilihan melalui ujian dan pelatihan

Seleksi ini merupakan cara rekruitmen yang dianggap paling penting mengingat cara ini memiliki keragaman dan mempunyai implikasi penting bagi perekrutan politik. Dalam seleksi ini juga ditekankan perlu adanya kompetensi bagi semua calon yang ingin mengikuti tahapan seleksi, agar dapat melalui tahapan-tahapan dengan maksimal.

b. Perebutan kekuasaan

Perebutan kekuasaan digunakan dengan jalan menggunakan/ mengancam kekerasan.Perebutan kekuasaan dapat dilakukan dengan coup d’elat, revolusi, intervensi militer dari luar, pembunuhan atau kerusuhan rakyat. Cara tersebut bisa dijadikan sarana untuk mengefektifkan perubahan radikal pada personil di tingkat-tingkat yang tinggi dalam partisipasi politiknya. Akibat yang paling langsung dan nyata dari model ini adalah pergantian para pemegang jaabatan politik, akan tetapi perubahan-perubahan dalam politik birokrasi biasanya menimbulkan hasil yang lebih lambat, terutama bila berlangsung dalam masyarakat yang kompleks dan sangat maju.

c. Patronage

(40)

mempengaruhi pelaksanaan kekuasaan politik melalui pengontrolan terhadap hasil-hasil pemilu.

d. Koopsi

Kooopsi (co-optin) merupakan model rekruitmen pemilihan anggota-anggota baru, meliputi pemilihan seseorang dalam suatu badan oleh anggota-anggota yang ada.

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada 4 model perekrutan dan seleksi politik yang bisa digunakan. Model perekrutan dan seleksi politik tersebut antara lain berupa seleksi pemilihan dengan menggunakan ujian dan pelatihan, perebutan dengan kekuasaan/ kekerasan, patronage, koopsi. Sedangkan dalam konteks penelitian ini, model rekruitmen dan seleksi politik yang sesuai dengan tema penelitian ini adalah melalui model seleksi melalui ujian dan pelatihan. Model ini menjadi sesuai mengingat perlu adanya seleksi dengan melalui tahapan ujian dan pelatihan sehingga dapat berimplikasi pada hasil dari perekrutan dan seleksi politik.

4. Sistem Rekrutmen Politik

(41)

cara inipun masih banyak keragaman dan banyak diantaranya mempunyai implikasi penting bagi perekrutan politik.

Dari dua definisi rekruitmen politik tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap partai politik memiliki cara-cara yang berbeda dalam pelaksanaan rekruitmen politik. Tujuan yang ingin dicapai adalah sama yaitu untuk merekrut orang-orang untuk menjadi bagian dari sebuah partai politik, sekaligus melaksanakan visi dan misi partai.

5. Cara Pelaksanaan atau Proses Rekrutmen Politik

Miriam Budiarjo (2008: 71) menyebutkan bahwa cara untuk melaksanakan rekruitmen politik yaitu persuasi, kontak pribadi dan menarik golongan muda. Michael Rush dan Philip Althrof (2001: 249) berpendapat bahwa cara-cara partai politik dalam melaksanakan rekruitmen politik berbeda sekali, partai politik biasanya akan menetapkan beraneka ragam kriteria, meliputi cirri-ciri dan keterampilan yang mereka anggap layak dan harus dikuasai oleh pejabat yang bersangkutan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Ramlan Surbakti (2010: 93) sebagai berikut pada umumnya cara yang ditempuh oleh partai politik ialah dengan menarik golongan muda untuk dididik dijadikan kader, dari para kader ini akan nampak anggota-anggota yang mempunyai bakat yang pada gilirannya dapat diorbitkan menjadi calon-calon pemimpin.

(42)

bagaimana partai politik mengorganisasikan diri. Menurut Rahat Razan yang dikutip oleh Sigit terdapat empat hal yang paling penting yang dapat menunjukan bagaimana pengorganisasian partai politik dalam rekrutmen politik yaitu siapa yang dapat dinominasikan (candidacy) ?, siapa yang menyeleksi (selectore) ?, dimana kandidat diseleksi ?, bagaimana kandidat diputuskan.

Menurut Fadillah Putra dalam bukunya Partai politik dan Kebijakan publik (2003: 209) terdapat beberapa mekanisme rekrutmen politik antara lain : a. Rekrutmen Terbuka.

Rekrutmen terbuka yang mana syarat dan prosedur untuk menampilkan seseorang tokoh dapat diketahui secara luas. Dalam hal ini partai politik berfungsi sebagai alat bagi elit politik yang berkualitas untuk mendapatkan dukungan masyarakat. Cara ini memberikan kesempatan bagi rakyat untuk melihat dan menilai kemampuan elit politiknya. Dengan demikian cara ini sangat kompetitif. Jika dihubungkan dengan paham demokrasi, maka cara ini juga berfungsi sebagai sarana rakyat mengontrol legitimasi politik para elit. Adapun manfaat yang diharapkan dari rekrutmen terbuka adalah:

1. Mekanismenya demokratis.

2. Tingkat kompetisi politiknya sangat tinggi dan masyarakat akan mampu memilih pemimpin yang benar-benar mereka kehendaki. 3. Tingkat akuntabilitas pemimpin tinggi.

4. Melahirkan sejumlah pemimpin yang demokratis dan mempunyai nilai integritas pribadi yang tinggi.

b. Rekrutmen Tertutup.

(43)

Sedangkan proses rekrutmen politik dapat terbagi menjadi 2 pola yaitu pola terbuka dan tertutup. Menurut Syamsudin Haris (2005: 144) dalam pelaksanaaan rekrutmen politik terbagi menjadi 2 pola yaitu :

a. Rekrutmen Terbuka

Rekrutmen terbuka artinya seluruh warga negara tanpa terkecuali mempunyai kesempatan yang sama untuk direkrut apabila yang bersangkutan telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. b. Rekrutmen Tertutup

Rekrutmen tertutup adalah proses dimana rekrutmen secara terbatas, yaitu hanya individu-individu yang tertentu saja yang dapat direkrut untuk menduduki jabatan-jabatan politik/ pemerintahan.

Norris dalam Sigit Pamungkas (2011: 92) menjelaskan ada 3 tahap dalam rekrutmen politik antara lain:

a. Tahap Sertifikasi, yaitu tahap pendefinisian kriteria yang dapat masuk dalam kandidasi. Berbagai hal mempengaruhi tahap sertifikasi meliputi aturan-aturan pemilihan, aturan-aturan partai, dan norma-norma sosial informan.

b. Tahap Penominasian, yaitu tahap yang meliputi ketersedian (supply) calon yang memenuhi syarat dan permintaan (demand) dari penyeleksi ketika memutuskan siapa yang dinominasikan.

c. Tahap Pemilu, yaitu tahap terakhir yang menentukan siapa yang akan memenangkan pemilu.

Menurut Fadillah Putra (2003) dalam penelitian terdahulu Ihyahudin mengenai proses rekrutmen menjelaskan ada beberapa variable partai politik dalam proses rekrutmen politik antara lain:

a. Partisan, yaitu merupakan pendukung yang kuat, loyalitas terhadap partai sehingga bisa direkrut untuk menduduki jabatan strategis.

b. Compartmentalization, merupakan proses rekrutmen yang didasarkan pada latar belakang pendidikan dan pengalaman organisasi atau kegiatan sosial politik seseorang, misalnya aktivis LSM.

c. Immediate Survival, yaitu proses rekrutmen yang dilakukan oleh otoritas pemimpin partai tanpa memperhatikan kemampuan orang-orang yang akan direkrut.

(44)

Dalam proses rekutmen politik idealnya partai politik bersifat terbuka sesuai dengan makna dari prinsip keterbukaan dengan melihat kualitas serta kemampuan calon secara objektif sehingga dapat menghasilkan calon pemimpin yang berkualitas. Hal ini seperti yang diungkapkan Rivai yaitu, partai politik menjalankan fungsi rekrutmen dengan prinsip keterbukaan diartikan sebagai upaya partai untuk menerima semua golongan/ kelompok masyarakat untuk bergabung dengan partainya untuk mengikuti proses kaderisasi, pembinaan di internal partai, bukan malah mengobral posisi jabatan politik secara terbuka ke khalayak ramai. Sikap partai yang menyatakan diri sebagai partai „terbuka’ dan menghalalkan proses pembinaan dan kaderisasi perlahan-lahan akan merusak jati diri partai dan sistem politik secara umum.

C. Tinjauan Tentang Rekrutmen Kader

Rekrutmen merupakan suatu proses untuk mencari seseorang yang berkompeten untuk ikut dalam organisasi dan mengisi jabatan-jabatan di struktur organisasi tersebut. Menurut Ivancevich (1992), rekrutmen diartikan sebagai seperangkat aktivitas organisasi yang digunakan untuk menarik calon pemegang jabatan atau pelaksana pekerjaan yang memiliki kemampuan dan sikap yang diperlukan demi membantu organisasi mencapai tujuan. Sedangkan menurut Noe dkk. (2000), rekrutmen adalah praktik atau aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi dengan tujuan utama mengidentifikasi dan

menarik seorang yang memiliki potensi atau

(45)

kemampuan.(http://catatankecik.blogspot.com/2013/12/rekrutmen-dan-seleksi-sdm.html, diakses tanggal 4 april 2014 pukul 16:21).

Pengertian kader menurut Bambang Yudhoyono (komarudin sahid, 2011: 138) adalah sebagai berikut:

a. Merupakan orang-orang pilihan yang berkualitas.

b. Merupakan anggota organisasi yang terlatih untuk melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan organisasi atau lembaga-lembaga lain yang berada dibawah control organisasi.

c. Merupakan orang-orang yang memang dipersiapkan untuk memegang pekerjaan penting di suatu organisasi, baik pemerintahan maupun politik.

Secara umum kader merupakan sumber daya manusia yang melakukan proses pengelolaan dalam suatu organisasi dan melakukan proses seleksi yang dilatih dan dipersiapkan untuk memiliki keterampilan dan displin ilmu. Proses seleksi inilah yang kemudian disebut kaderisasi. Fungsi kaderisasi sendiri adalah untuk mempersiapkan calon-calon (embrio) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan suatu organisasi.

(46)

Dalam fungsi ini partai poltik melakukan pelatihan dan pembekalan terhadap anggota atau kader dan elite politik yang akan dipersiapkan untuk mengisi jabatan-jabatan politik.

Ada beberapa variabel penting dalam proses rekrutmen danpengembangan kader :

1. Kualitas Rekrutmen

Partai harus memiliki kualifikasi standar untuk merekrut para kandidat. Biasanya, dalam era baru demokrasi, partai merekrut para kandidat yang bersedia untuk memberikan kompensasi politik dan keuangan untuk integritas, dekat dengan rakyat, pengalaman politik, keterampilan dasar, dan sesuai dengan platform partai.

2. Standarisasi Rekrutmen dan Kepatuhan

Standarisasi rekrutmen harus dilakukan secara konsisten di seluruh kantor daerah partai politik, guna memastikan praktek rekrutmen yang umum danpara kandidat memiliki kualifikasi yang sama diseluruh tingkatan. 3. Desentralisasi Rekrutmen

Hampir tidak mungkin bagi kantor pusat partai politik untuk memverifikasi seluruh proses seleksi secara efektif, sehingga diperlukan desentralisasi dalam tingkatan tertentu. Kantor pusat partai seharusnya berpartisipasi secara aktif dalam menyeleksi kandidat parlemen ditingkat nasional, akan tetapi ketika menyeleksi kandidat provensi dan kecamatan kantor pusat partai seharusnya juga memiliki peranutama. Dalam mengimplementasikan struktur yang terdesentralisasi, kantor pusat partai hanya menyediakan mekanisme kontrol untuk memastikan unsur kepatuhan sesuai dengan standarisasi yang tersedia dalam penyeleksian. Kantor daerah partai dapat berpartisipasi dalam menyeleksi para kandidat ditingkat administrasi yang lebih tinggi dengan memberikan masukan dam Informasi tentang kandidat. Singkatnya, terdapat tiga aspek utama dalamrekrutmen, antara lain kualitas kualifikasi, standarisasi dan kepatuhan, dan tingkat desentralisasi.

4. Kualitas Pengembangan Kader

(47)

dilakukan secara regular merupakan indikator kualitas proses di dalam partai.

5. Standarisasi, Kepatuhan, dan Desentralisasi Pengembangan kader

Sama halnya dengan rekrutmen, konsistensi di seluruh tingkatan yang berbeda dalam organisasi partai memastikan kader dengan kualitas yang merata. Partisipasi dari anggota partai di tingkatan yang berbeda dalam organisasi juga dapat memastikan efisiensi dalam proses yang berarti kader daerah tidak harus bergantung hanya pada kantor pusat partai.(http://perempuanduniaketiga.wordpress.com/2011/11/23/rekrutme npengembangan-kader-partai-politik/, diakses tanggal 4 april 2014 pukul21:22).

D. Tinjauan Tentang Kaderisasi

Secara umum kader merupakan sumber daya manusia yang melakukan proses pengelolaan dalam suatu organisasi. Dalam pendapat lain kader suatu organisasi partai politik adalah orang yang dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu sehingga dia memiliki kemampuan yang diatas rata-rata orang umum. (http//:www.bmpan-diy.org/kader, diakses pada tanggal 26 january 2014 pukul 20.00 WIB).

Menurut Mawasdi (2000: 26) kaderisasi adalah proses pendididikan jangka panjang untuk pengoptimalan potensi-potensi kader dengan cara mentransfer dan menanamkan nilai-nilai tertentu, hingga nantinya akan melahirkan kader-kader yang tangguh.

(48)

fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi. Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi, dengan pengertian lain adalah individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi.Fungsi dari kaderisasi itu sendiri adalah untuk mempersiapkan calon-calon yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi.

Mawasdi (2000: 27) dalam bukunya secara jelas menjelaskan tentang kaderisasi ini, menurutnya kaderisasi adalah:

“Fungsi yang terabaikan sejak awal kehidupan partai politik sampai masa

orde baru sekarang ini. Pada masa lalu kaderisasi dilakukan bukan oleh partai politik melainkan oleh ormas-ormas yang menjadi underbow di partai. Pimpinan partai tinggal menerima kader-kader yang telah dihasilkan oleh ormas-ormas tersebut. Pada masa demokratisasi sekarang ini, pimpinan partai politik seharusnya melakukan pendidikan kader secara berjenjang dan berkesinambungan untuk menghasilkan kader-kader partai politik yang akan menjadi pimpinan nasional dimasa mendatang. Oleh karena itu, tepat sekali bila dikatakan bahwa partai politik adalah penghasil pimpinan nasional dimasa depan. Bila partai politik mampu menghasilkan kader yang berkualitas, berarti partai politik mampu menyediakan

pemimpin nasional masa depan yang berkualitas pula”.

Dalam proses kaderisasi, partai politik memiliki cara sendiri untuk menumbuhkan militansi, salah satu caranya yaitu dengan penanaman ideologi atau yang biasa disebut visioning. Penanaman ideologi adalah faktor kunci pengkaderan yang dalam institusi merupakan bagian dari format pengkaderan formal dengan tahapan-tahapan yang dimatangkan oleh institusi yang bersangkutan.

(49)

pergantian disana. Namun satu yang perlu kita pikirkan, yaitu format dan mekanisme yang komprehensif dan mapan, guna memunculkan kader-kader yang tidak hanya mempunyai kemampuan di bidang manajemen organisasi, tapi yang lebih penting adalah tetap berpegang pada komitmensosial. Sukses atau tidaknya sebuah institusi organisasi dapat diukur dari kesuksesannya dalam proses kaderisasi internal yang di kembangkannya. Karena, wujud dari keberlanjutan organisasi adalah munculnya kader-kader yang memiliki kapabilitas dan komitmen terhadap dinamika organisasi untuk masa depan.

E. Kerangka Pikir

Fungsi partai dalam rekruitmen politik merupakan salah satu fungsi dalam mencetak pemimpin yang berkualitas. Salah satu fungsi partai adalah melakukan rekrutmen guna mengisi jabatan-jabatan yang dibutuhkan oleh lembaga negara. Rekrutmen politik sangat berkaitan dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal maupun kepemimpinan nasional. Untuk kepentingan internal partai, setiap partai butuh kader-kader partai yang berkulitas, karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang mempunyai kesempatan mengembangkan diri. Selain itu partai juga tidak akan sulit menentukan calon pemimpin yang akan diajukan sebagai calon pemimpin baik eksekutif maupun legislatif.

(50)

mengingat perlu adanya transfer pengetahuan (knowledge) politik terkait sejarah, visi-misi dan stretegi partai politik untuk menghadapi permasalahan bangsa dan negara.

Untuk itu perlu dikembangkan sistem rekrutmen politik yang demokratis dan terbuka agar terciptanya persaingan yang sehat antara semua calon baik yang berasal dari kader internal partai maupun kader eksternal partai, sehingga memberikan jaminan akses kepada semua anggota partai yang memiliki potensi serta dukungan masyarakat untuk ikut serta maju mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah. Karena dengan adanya sistem persaingan transparan dan terbuka yang terbebas dari kolusi dan nepotisme inilah proses rekrutmen akan menghasilkan calon pemimpin yang berkualitas.

Norris dalam Sigit Pamungkas (2011: 92) menjelaskan ada 3 tahap dalam rekrutmen politik antara lain:

a. Tahap Sertifikasi, yaitu tahap pendefinisian kriteria yang dapat masuk dalam kandidasi. Berbagai hal mempengaruhi tahap sertifikasi meliputi aturan-aturan pemilihan, aturan-aturan partai, dan norma-norma sosial informan.

b. Tahap Penominasian, yaitu tahap yang meliputi ketersedian (supply) calon yang memenuhi syarat dan permintaan (demand) dari penyeleksi ketika memutuskan siapa yang dinominasikan.

c. Tahap Pemilu, yaitu tahap terakhir yang menentukan siapa yang akan memenangkan pemilu.

menurut Menurut Fadillah Putra dalam bukunya Partai politik dan Kebijakan publik (2003: 209) terdapat beberapa mekanisme rekrutmen politik antara lain :

a. Rekrutmen Terbuka.

(51)

bagi rakyat untuk melihat dan menilai kemampuan elit politiknya. Dengan demikian cara ini sangat kompetitif. Jika dihubungkan dengan paham demokrasi, maka cara ini juga berfungsi sebagai sarana rakyat mengontrol legitimasi politik para elit. Adapun manfaat yang diharapkan dari rekrutmen terbuka adalah:

1. Mekanismenya demokratis.

2. Tingkat kompetisi politiknya sangat tinggi dan masyarakat akan mampu memilih pemimpin yang benar-benar mereka kehendaki. 3. Tingkat akuntabilitas pemimpin tinggi.

4. Melahirkan sejumlah pemimpin yang demokratis dan mempunyai nilai integritas pribadi yang tinggi.

b. Rekrutmen Tertutup.

(52)

Terbuka

Bagan Kerangka Pikir Penelitian:

Rekrutmen Politik menurut Norris dalam Sigit Pamungkas (2011: 92) a. Tahap Sertifikasi

b. Tahap Penominasian c. Tahap pemilu

Partai politik

Calon kepala daerah

(53)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan dan sifat Rekrutmen Calon Gubernur dan Wakil Gubernur oleh PDI-Perjuangan Provinsi Lampung Tahun 2013, maka penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Menurut David Williams (Moleong, 2011:5) penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.

Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang disebut juga sebagai penelitian naturalistic (alamiah) kerena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang

alamiah (natural setting). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interaktif dengan sumber data yang valid agar data yang dianalisis memperoleh makna.

(54)

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu pendekatan yang dilakukan secara mendalam kepada para informan yang terlibat dalam penelitian ini. Dimana peneliti akan terjun langsung ke lingkungan tempat dimana informan berada sehingga peneliti benar-benar mengetahui situasi dan kondisi di lapangan. Peneliti menggunakan pendekatan ini karena data yang diperoleh diharapkan akan sangat alami dan tidak berbeda dari kondisi dilapangan.

Penelitian kualitatif dilakukan melalui wawancara secara mendalam kepada para informan yang diharapkan data yang diberikan informan akan memberikan informasi yang sebenarnya dimana tidak ada rekayasa dalam memberikan informasi maupun data-data yang dibutuhkan oleh peneliti.Menurut Hadari Nawawi (2006:63) mengatakan bahwa :

“Penelitian deskriptif adalah sebagai prosedur pemecahan masalah

yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) berdasarkan fakta-fakta yang Nampak sebagaimana adanya, yang tidak terbatas, pada pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi melihat analisis dan interpretasi tentang arti data itu”.

Sementara menurut M. Nazir (1998:63) mengenai penelitian deskriptif dikatakan :

“Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

(55)

Pada penelitian ini, peneliti akan terjun langsung untuk mengamati keadaan yang terjadi dan melakukan wawancara kepada narasumber yang menjadi fokus penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan dan sifat Rekrutmen Calon Gubernur dan Wakil Gubernur oleh PDI-Perjuangan Provinsi Lampung Tahun 2013, sehingga peneliti mampu menggambarkan dan mendeskripsikan apa yang dapat dipaparkan dari penelitian yang dilakukan.

B. Fokus Penelitian

Hasil kegiatan pembatasan masalah dalam penelitian kualitatif naturalistik adalah fokus penelitian. Pertimbangan mengapa perlu ada fokus masalah penelitian setidaknya ada dua hal yang dapat disebutkan, yaitu pembatasan kajian dan pemenuhan kriteria inklusif. Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana pelaksanaan dan sifat Rekrutmen Calon Gubernur dan Wakil Gubernur oleh PDI-Perjuangan Provinsi Lampung Tahun 2013. Dalam hal ini variable yang akan diteliti adalah :

a. Pelaksanaan Rekrutmen Calon Gubernur dan Wakil Gubernur oleh PDI-Perjuangan Provinsi Lampung Tahun 2013.

Penulis menggunakan teoriNorris dalam Sigit Pamungkas (2011:92) yang menjelaskan ada 3 tahap dalam rekrutmen politik antara lain: :

(56)

b. Sifat atau pola rekrutmen demokratis atau tidak.

Penulis menggunakan teori Fadillah Putra dalam buku Partai politik dan Kebijakan publik (2003:209) terdapat beberapa mekanisme rekrutmen politik antara lain:

a. Terbuka. b. Tertutup.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana objek penelitian dapat ditemukan. Lokasi penelitian ini bertempat di Kantor DPD PDIP Provinsi Lampung yang berada di Jalan Soekarno Hatta Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung. Alasan memilih lokasi penelitian ini karena DPD PDIP merupakan salah satu partai yang dominan di Provinsi Lampung, hampir semua kepala daerah di provinsi lampung diusung dari partai PDIP, selain itu PDIP juga memiliki masa pendukung yang cukup banyak di provinsi lampung.

D. Jenis Data

Penelitian ini perlu didukung dengan adanya data yang akurat dan lengkap. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

(57)

narasumber di lokasi penelitian dengan menggunakan wawancara terbuka.

2. Data Sekunder

Yang dimaksud dengan data sekunder menurut Bungin (2004:122) adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan. Data sekunder dalam penelitian ini dapat berupa data-data yang berasal dari artikel dan karya ilmiah yang dipublikasikan di internet maupun di perpustakaan Unila serta literature lainnya yang berkaitan dengan Rekrutmen Calon Kepala Daerah.

E. Sumber Data

Menurut Imam Suprayogo, jenis sumber data dalam penelitian kualitatif terbagi atas narasumber (informan), peristiwa atau aktifitas, tempat atau lokasi, dan dokumen. Sumber data yang dimaksudkan dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Narasumber (informan)

Narasumber dalam hal ini yaitu orang yang bisa memberikan informasi lisan tentang sesuatu yang ingin diketahui oleh peneliti. Adapun informan dalam penelitian ini yaitu :

(58)

4. Sekertaris DPD PDIP Provinsi Lampung,

5. Wakil Ketua Bidang Kaum Intelektual dan Profesional DPD PDIP Provinsi Lampung.

Tabel 3.1 Nama-Nama Informan

No Nama Jabatan

1. Mingrum Gumay, SH.MH Wakil Ketua Bidang Politik dan Pemenangan Pemilu

2. Drs. Tulus Purnomo Wakil Ketua Bidang Keanggotan dan Organisasi

3. Watoni Noerdin, SH Wakil Ketua Bidang Buruh Tani dan Nelayan

5. Hi. Dedi Afrizal Sekertaris DPD PDIP Provinsi Lampung

2. Peristiwa atau aktifitas

Data atau informasi juga dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau aktifitas yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Peristiwa yang menjadi sumber data yaitu kegiatan apa saja yang telah dilakukan oleh DPD PDI-P dalam pelaksanaan Rekrutmen Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Tahun 2013. Dari peristiwa atau aktifitas ini peneliti bisa mengetahui proses mengenai bagaimana sesuatu dapat terjadi secara lebih pasti.

3. Tempat atau lokasi

(59)

kondisi lingkungan sekitar, peneliti bisa secara cermat mengkaji dan menarik kemungkinan kesimpulan. Lokasi penelitian terletak di Kantor DPD PDIP Provinsi Lampung, yang beralamat di jalan Soekarno Hatta Kecamatan Tanjung Senang, BandarLampung.

4. Dokumen

Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Dokumen bisa berupa rekaman atau bahan tertulis seperti arsip, database, surat- surat, rekaman, gambar, atau benda- benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu peristiwa. Karena banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa diteliti dan dipahami atas dasar dokumen atau arsip.

(60)

F. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian kualitatif terdapat banyak metode dalam mengumpulkan data penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan tiga tenik pengumpulan data yaitu :

1. Teknik Wawancara

Definisi wawancara menurut Masri Singarimbun (1989 : 192),

“wawancara adalah suatu proses tanya jawab antara dua orang atau

lebih secara langsung, baik secara berhadapan maupun melalui media, keduanya berkomunikasi langsung baik terstruktur maupun

tidak terstruktur.”

Peneliti menggunakan teknik wawancara dengan tujuan akan memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan dalam penelitian langsung dari narasumber yang bersangkutan dan mengetahui tentang peristiwa tersebut, sehingga antara pertanyaan dan jawaban dapat diperoleh secara langsung dalam suatu konteks kejadian secara timbal balik. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka dimana peneliti dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyan kepada narasumber. Pertanyaan dapat dikembangkan sesuai dengan jawaban yang diberikan dari hasil wawancara tersebut.

2. Dokumentasi

(61)

dan pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya. Dokumentasi dilakukan dengan cara menyimpan berbagai kegiatan dalam penelitian yang bersisi proses dan hasil penelitiannya melalui berbagai media, misalnya dokumentasi melalui alat perekam suara atau video serta dokumentasi melalui pengambilan gambar dengan kamera.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi melalui pengambilan gambar dengan kamera pada saat pelaksanaan wawancara dan juga gambar dengan narasumber.

3. Penelitian Pustaka

Adapun data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil bacaan buku-buku, koran, majalah, internet dan sumber bacaan lainnya yang erat relevansinya dengan masalah yang sedang diteliti.

(62)

G. Teknik Analisis Data

Proses analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982)

merupakan ”upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah – milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain”.

Setelah data diperoleh dari hasil penelitian, maka tahap selanjutnya adalah analisis data. Menurut Mile dan Huberman (Salim,2006:20-24) menyebutkan ada tiga langkah dalam teknik analisis data kualitatif, yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berikut ini adalah teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif :

1. Reduksi Data

(63)

2. Menampilkan Data

Tahap selanjutnya dalam proses pengoahan data kualitatif adalah tahap dimana peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antarvariabel atau fenomena yang terjadi agar peneliti lain atau pembaca laporan penelitian mengerti dengan apa yang telah terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.

3. Verifikasi Data

Pada tahap verivikasi, peneliti berusaha menggambarkan atau menjelaskan kesimpulan yang memiliki makna. Ada dua teknik dalam verifikasi data, yakni teknik memaknai dan teknik mengkonfirmasi makna.

a. Teknik Memaknai

Mengelompokkan data sesuai dengan bagian - bagiannya, melihat keterkaitan antar data, membangun rantai logika dan akhirnya membangun konsep-konsep dari teori yang bervariasi.

b. Teknik Mengkonfirmasi Data

(64)

A.Sejarah PDI Perjuangan

Berdirinya PDI Perjuangan berawal dari berfusinya 5 partai politik pasca pemilu 1971, yang tergabung dalam Kelompok Demokrasi Pembangunan. Kelima partai politik itu adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Murba, Partai Kristen Indonesia (PARKINDO) dan Partai Katolik. Semua partai politik tersebut berfusi menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada tanggal 10 Januari 1973. Berfusinya kelima partai politik tersebut memang tidak lepas dari peranan pemerintah saat itu yang berupaya menjalankan agenda politik memperkecil jumlah partai politik dengan alasan untuk lebih mudah mengendalikan stabilitas politik.

(65)

rentetan konflik dalam struktur Dewan Pimpinan Pusat yang kembali terjadi berulang-ulang.

Ragam konflik yang terjadi dalam lima tahun pertama berdirinya PDI pada dasarnya menjadi ciri khas dinamika internal PDI yang berkelanjutan pada waktu-waktu sesudahnya. Di tengah situasi politik nasional yang saat itu terdiri dari 3 ormas sosial politik (orsospol), PDI menjadi satu-satunya partai yang paling sering dilanda konflik internal. Pada satu sisi, demokrasi dan kebebasan berpendapat yang dikembangkan menjadi daya tarik partai berlambang banteng ini. Namun, di sisi lain kebebasan berpendapat membuat friksi antarkader mudah meledak menjadi konflik terbuka.

Berawal dari Kongres IV PDI pada tanggal 21 – 25 Juli 1993 di Medan, terjadi kekisruhan yang berakibat tidak diakuinya segala keputusan dalam kongres, termasuk terpilihnya Soerjadi sebagai pimpinan DPP PDI. Padahal, saat itu Soerjadi terpilih secara aklamasi. Untuk mengisi kekosongan pimpinan PDI, pemerintah menunjuk Latief Pudjosakti sebagai pimpinan sementara yang bertugas mempersiapkan Kongres Luar Biasa (KLB) di Surabaya.

(66)

potensial mengancam stabilitas politik yang sudah dibangun Orde Baru.Pemerintah yang melihat gelagat munculnya anggota keluarga Soekarno di tubh PDI menyikapi dengan berbagai cara, salah satunya dengan memfasilitasi dan memperbesar konflik yang sedang terjadi antara kubu Megawati dengan kubu Soerjadi maupun di dalam jajaran PDI lainnya.

Terjadinya dualisme PDI menimbulkan berbagai friksi di lapisan bawah, mulai dari demo-demo hingga berbagai aksi penolakan pada tokoh PDI Soerjadi maupun Megawati. Puncaknya pada Kongres di Medan yang digelar kubu Soerjadi pada tahun 1996 yang bertujuan menjatuhkan kepemimpinan Megawati, ketika beberapa orang pimpinan PDI secara terang-terangan mengabaikan kepemimpinan PDI yang saat itu dipegang oleh Megawati Soekarnoputri. Di lain pihak, pendukung dan simpatisan Megawati di berbagai kota mulai bergerak sebagai reaksi dari perlakuan pendukung Soerjadi. Kemarahan pendukung dan simpatisan Megawati di beberapa kota mengundang terjadinya bentrok fisik dengan aparat keamanan, yang atas permintaan kubu Soerjadi memutuskan merebut kantor DPP PDI. Pada peristiwa yang dikenal dengan peristiwa 27 Juli tersebut, menjadi pengalaman yang paling kelabu dalam sejarah PDI hingga saat ini.

(67)

menambahkan kata “Perjuangan” di belakang nama PDI. Pada tanggal 1 Februari

1999, PDI kubu Megawati resmi menjadi PDI Perjuangan dalam bentuk badan hukum. Selain nama, PDI Perjuangan juga mengubah logo kepala banteng dalam segilima menjadi banteng gemuk dalam lingkaran.

Sesuai dengan hasil keputusan kongres ke-5 PDI sebelumnya di Denpasar Bali, maka secara mendasar tidak banyak terjadi perubahan platform kecuali lebih konsisten pada nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kerakyatan. Pondasi politik partai diperkokoh dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga baru yang menekankan jati diri partai secara lebih terbuka. Disebutkan pula bahwa tujuan umum partai adalah memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan mendorong perdamaian dunia, sama dengan pembukaan UUD 1945. Sementara tujuan khususnya adalah memenangkan pemilu agar PDI Perjuangan memiliki sarana mencapai tujuan umumnya.

Kongres pertama PDI Perjuangan yang diselenggarakan di Semarang tahun 2000 menetapkan kepengurusan awal PDI Perjuangan/susunan personalia Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan untuk masa bakti 2000-2005 sebagai berikut:

1. Ketua Umum : Megawati Soekarnoputri

2. Ketua : Drs. Lucas Karl Degey

(68)

Imam Mundjiat, SH Roy BB Janis, SH Ir. Arifin Panigoro Gunawan Wirosarojo 3. Sekretaris Jenderal : Ir. Sutjipto

4. Wakil Sekretaris Jenderal : Mangara M. Siahaan Ir. Pramono Anung, MM Drs. Jacobus K. Mayongpadang Ir. Agnita Singedekane Irsal 5. Bendahara : Dra. Noviantika Nasution 6. Wakil Bendahara : Johanes Lukman

Dra. Sri Oetari Ratna Dewi

B.Ideologi (Platform) PDI Perjuangan

Sebagai landasan perjuangan partai dalam rangka melaksanakan peran dan fungsinya, maka PDI Perjuangan berusaha untuk selalu selaras dengan ideologi partai, yaitu:

1. Mewujudkan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Gambar

Tabel 3.1 Nama-Nama Informan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengidentifikasi saluran pemasaran ternak sapi potong di Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan mengikuti alur pemasaran menggunakan analisis deskriptif; untuk mengetahui

Nach der Befreiung Deutschlands 1945 wurde Emil Julius Gumbel weder in der DDR noch in der BRD in irgendeiner Form rehabilitiert und erhielt selbst- verst¨ andlich auch nie einen Ruf

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengalaman hubungan antar pribadi subjek penelitian yang berkaitan dengan proses pemeliharaan hubungan suami dan istri yang

Produsen jamu di Kediri berkembang pesat mendorong industri jamu mampu bersaing untuk merebut minat masyarakat.Perusahaan Jamu Parang HusadaKediri dalam persaingan tersebut

dasar, hal ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam proses berfikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau

Peneliti telah melakukan penelusuran terhadap penelitian – penelitian yang ada, belum ada skripsi yang membahas mengenai Relevansi Etika Konfusius Terhadap

Komite Audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa: (i) laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku