ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODELPROBLEM SOLVINGDALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA
DAN MENJAWAB PERTANYAAN PADA MATERI GARAM HIDROLISIS
Oleh MUSFIROH
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas modelproblem solving dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan pada materi garam hidrolisis. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 10 Bandar Lampung tahun ajaran 2014-2015. Pengam-bilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling. Adapun sampel yang diambil adalah kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 6 sebagai kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan
Musfiroh
dan kelas kontrol berbeda secara signifikan dengan hipotesis yang diterima adalah rata-ratan-Gainkemampuan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-ratan-Gainkemampuan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan pada kelas kontrol. Hasil pengujian ini didukung oleh rata-rata afektif siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa model problem solvingdapat meningkatkan kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan siswa pada materi garam hidrolisis.
EFEKTIVITAS MODELPROBLEM SOLVINGDALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA DAN MENJAWAB PERTANYAAN
PADA MATERI GARAM HIDROLISIS
Oleh Musfiroh
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 18 Mei 1993, anak kedua dari
empat bersaudara buah hati dari pasangan Bapak Darto dan Ibu Afifah.
Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak Al-Amin Teluk Betung Barat
pada tahun 1998, kemudian pada tahun 1999 menempuh pendidikan dasar di
Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar Teluk Betung Barat dan pada tahun 2005 di
Madrasah Tsanawiyah Mambaul Ulum Kota Tegal kemudian melanjutkan pendidikan
menengah di Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2008. Pada
tahun 2011 melanjutkan studi di perguruan tinggi di Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum kimia
instrumen. Pada tahun 2014, penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata Kependidikan
Terintegrasi (KKN-KT) di Pekon Tanjung Anom Kecamatan Kota Agung Timur
Kabupaten Tanggamus serta mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
MOTO
If failure like rain and success like the sun, then we need both of them to see the rainbow
Jika kegagalan bagaikan hujan dan sukses bagaikan matahari, maka kita membutuhkan keduanya untuk melihat pelangi
-Yusuf
Mansur-Belajar itu tidak hanya tentang sebuah kata yang berhenti di satu titik, Melainkan rangkaian kata-kata yang tak akan terputus
selama nafas berhembus. Terus belajar!
-Musfiroh-PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kasih sayang, rahmat dan hidayah-Nya. Dengan segala kerendahan hati, saya persembahkan
lembaran-lembaran sederhana ini kepada :
a. Teristimewa untuk Ibu dan Ayah saya tercinta atas doa, dukungan, jerih payah yang tiada henti memotivasi saya untuk tetap semangat dalam menempuh kehidupan dan terus belajar untuk masa depan. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan Ibu dan Ayah kesehatan, kesejahteraan dan ridho-Nya di dunia dan di akhirat.
b. Kakak dan kedua adik saya tercinta yang selalu memberi semangat dan keceriaan
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukurdihaturkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
“efektivitas modelproblem solvingdalam meningkatkan kemampuan bertanya dan
menjawab pertanyaan pada materi garam hidrolisis” dapat diselesaikan. Sholawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasullulah Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Terima kasih diucapkan kepada berbagai pihak yang telah membimbing dan
mendu-kung dalam menyelesaikan skripsi ini. Berbagai pihak yang dimaksud antara lain
sebagai berikut:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung
2. Bapak Dr. Caswita, M,Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Universitas
Lampung
3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Lampung
4. Ibu Dr. Ratu Betta R, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen
Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses
5. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, saran dan kritikan dalam penyusunan skripsi ini agar
menjadi lebih baik
6. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
bimbingan, kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini
7. Ibu Maria Ulfa, S.Pd., selaku guru mitra di SMA Negeri 10 Bandar Lampung
atas kerjasama dan bimbingannya selama melakukan penelitian
8. Sahabat-sahabat Pendidikan Kimia 2011 Desta, Dita, Elisabet, Yeni, Maryati,
Ima, Ruru, Nova dan semua sahabat Pendidikan Kimia Unila angkatan 2011
tanpa terkecuali atas dukungan dan semangatnya. Sahabat karib Desna, Rindy,
Hanum serta sahabat KKN-KT Yayuk, Indah, Lili, Minarti, Mentari juga atas
dukungan dan semangat yang diberikan
9. Kakak dan Adik tingkat di Program Studi Pendidikan Kimia serta semua pihak
yang tidak dapat ditulis satu persatu
Akhirnya, diharapkan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis dan pembaca.
Disadari bahwa penulisan dalam skripsi ini masih banyak kekeliruan dan jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki ketidaksempurnaan skripsi ini.
Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Efektivitas Pembelajaran... 8
B. ModelProblem Solving... 9
C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 11
D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 18
E. Analisis Konsep ... 19
F. Kerangka Pemikiran ... .. 25
G. Anggapan Dasar ... 26
vi
III. METODOLOGI PENELITIAN... 27
A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
B. Variabel Penelitian ... 28
C. Data Penelitian ... 28
D. Rancangan Penelitian ... 28
E. Instrumen Penelitian... 29
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 30
G. Hipotesis Kerja... 35
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 35
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data... 41
B. Pembahasan... 49
C. Kendala Saat Penelitian ... 57
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 59
A. SIMPULAN... 59
B. SARAN... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
LAMPIRAN 1. Silabus Kelas Eksperimen ... 62
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 66
3. Lembar Kerja Siswa ... 97
4. Soal Pretes... 122
5. Rubrik Penilaian Pretes ... 124
6. Soal Postes ... 131
7. Rubrik Penilaian Soal Postes ... 133
vii
9. Lembar Observasi Afektif Siswa ... 141
10. Nilai Afektif Siswa ... 144
11. Rubrik Penilaian Afektif ... 146
12. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 148
13. Surat Keterangan Penelitian... 158
14. Daftar Hadir Seminar Proposal Penelitian ... 159
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis ... 12
2. Keterampilan berpikir kritis menurut ennis ... 13
3. Analisis konsep garam hidrolisis ... 21
4. Rancangan penelitian ... 28
5. Hasil uji normalitas nilai pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 43
6. Hasil uji homogenitas varians pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 43
7. Hasil pengujian kesamaan dua rata-rata nilai pretes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol... 44
8. Hasil uji normalitasn-Gainkelas eksperimen dan kelas kontrol... 45
9. Hasil uji homogenitas variansn-Gainkelas eksperimen dan kelas kontrol ... 45
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 34
2. Rata-rata nilai pretes dan postes kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan siswa pada kelas kontrol dan eksperimen... 42
3. Rata-rata nilain-Gain kemampuan bertanya dan menjawab
pertanyaan siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 44
4. Rata-rata nilai afektif rasa ingin tahu siswa pada materi hidrolisis
garam kelas eksperimen dan kelas kontrol... 47
5. Rata-rata nilai afektif banyak bertanya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada materi garam hidrolisis kelas eksperimen dan
kelas kontrol ... 47
6. Rata-rata nilai afektif proaktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan pada materi garam hidrolisis kelas eksperimen dan
kelas kontrol ... 48
7. Rata-rata nilai afektif bekerjasama pada materi garam hidrolisis
kelas eksperimen dan kelas kontrol... 48
8. Rata-rata nilai afektif komunikatif pada materi garam hidrolisis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana utama dalam upaya meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
men-jelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengem-bangkan potensi dirinya. Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manu-sia dan mengembangkan potensi peserta didik, pembaruan sistem pendidikan di
Indonesia terus dilakukan, misalnya dengan pembaruan kurikulum.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
ke-giatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional di Indonesia
yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan sejak tahun
2006. Kegiatan pembelajaran dalam KTSP dirancang untuk memberikan
penga-laman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar
siswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar tersebut dapat terwujud melalui
2
(Tim Penyusun, 2006). Dalam rangka mengembangkan potensi siswa sesuai
dengan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 serta
berdasarkan hal yang telah dijelaskan dalam KTSP, maka kegiatan pembelajaran
di sekolah seharusnya berpusat pada siswa.
Salah satu mata pelajaran yang diperoleh siswa di sekolah adalah kimia. Tim
Penyusun (2006) menjelaskan bahwa kimia adalah ilmu yang mencari jawaban
atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan
dengan komposisi, struktur dan sifat perubahan, dinamika, dan energetika zat.
Mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang
meliputi komposisi, struktur dan sifat perubahan, dinamika, dan energetika zat
yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Berdasarkan pemaparan tersebut
dapat diperoleh informasi bahwa memahami ilmu kimia memerlukan suatu
pem-belajaran menuntut siswa untuk aktif dan terampil berpikir.
Hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi kimia di SMA Negeri
10 Bandar Lampung diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran kimia masih
didominasi oleh guru. Proses pembelajaran kimia masih berpedoman pada buku
teks dengan memberi materi melalui ceramah, latihan soal, dan pemberian tugas.
Sedangkan siswa hanya memperhatikan dan mendengarkan penjelasan yang
di-berikan oleh guru serta mencatat bila ada yang perlu dicatat. Jika pembelajaran di
kelas masih didominasi oleh guru, secara otomatis siswa tidak dilibatkan dalam
proses penemuan konsep sehingga keterampilan berpikir siswa pun tidak
dikem-bangkan. Akibatnya, nilai siswa rendah dan aktivitas saat pembelajaran tergolong
3
Menindaklanjuti hal tersebut diperlukan perubahan terhadap proses pembelajaran,
yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih
aktif dan terampil berpikir. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan
adalah modelproblem solving. Hasil studi pustaka penelitian terdahulu
menun-jukkan bahwa modelproblem solvingdapat meningkatkan keterampilan berpikir
kritis siswa. Hasil penelitian tersebut antara lain penelitian Saputra (2012) yang
menyatakan bahwa rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok
kesetimbangan kimia yang diberi pembelajaran menggunakan modelproblem
solvinglebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi pembelajaran konvensional.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Faradilla (2013) yang menemukan bahwa
model pembelajaranproblem solvingdapat melatihkan kemampuan menjawab
pertanyaan apa alasan utama Anda dan menjawab pertanyaan mengapa serta dapat
membuat siswa aktif selama pembelajaran.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa modelproblem solvingdapat
di-gunakan untuk melatih siswa aktif dalam pembelajaran dan terampil berpikir.
Suryani (2012) menjelaskan bahwa modelproblem solvingmemiliki lima tahap,
yaitu ada masalah yang jelas untuk dipecahkan, mencari data atau keterangan
untuk memecahkan masalah, menetapkan jawaban sementara, menguji kebenaran
jawaban sementara, dan menarik kesimpulan. Menurut Sumiati (2008),
pemecah-an masalah atauproblem solvingmerupakan suatu proses untuk menemukan suatu
masalah yang dihadapi. Setiap kali suatu masalah dapat dipecahkan berarti
mem-pelajari sesuatu yang baru dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang
baru. Salah satu keterampilan berpikir siswa yang dapat dilatihkan dengan
4
pemecahan masalah membutuhkan suatu keterampilan berpikir yang tinggi, oleh
karena itu dengan diterapkannya modelproblem solvingdiharapkan dapat melatih
siswa untuk berpikir kritis sehingga siswa dapat mengembangkan potensi dirinya.
Berpikir kritis adalah salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang perlu
dikem-bangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan hipotesis,
mengum-pulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan. Ennis (1985) dalam
Costa (1985) mendefinisikan bahwa berpikir kritis memiliki dua bagian, yaitu
dis-posisi dan kemampuan. Salah satu kemampuan berpikir kritis menurut Ennis
adalah memberikan penjelasan sederhana dengan sub kemampuan bertanya dan
menjawab pertanyaan. Indikator sub kemampuan ini antara lain bertanya dan
menjawab pertanyaan mengapa, bagaimana mengaplikasikan ke kasus ini dan apa
yang menjadi contoh. Adapun indikator bertanya mengapa dapat dicapai pada
saat pemberian masalah, yaitu pada tahap pertama. Indikator menjawab
pertanya-an apa ypertanya-ang menjadi contoh dapat dicapai pada saat siswa mencari informasi
untuk memecahkan masalah yang terdapat pada tahap kedua, kemudian indikator
kemampuan bagaimana mengaplikasikan ke kasus ini dapat dicapai melalui tahap
pembuktian hipotesis, yaitu pada tahap keempat. Adapun indikator menjawab
pertanyaan mengapa dapat dicapai pada tahap menyimpulkan, yaitu pada tahap
kelima.
Salah satu materi pada pembelajaran kimia di sekolah yang dapat diterapkan
modelproblem solvingadalah garam hidrolisis. Garam hidrolisis adalah salah
satu materi kimia dalam KTSP yang terdapat dalam SK 4 KD 4.5 kelas XI IPA
5
dengan materi sebelumnya maupun konsep-konsep dalam materi garam hidrolisis
yang saling berkaitan satu sama lain secara sistematis dan perhitungan matematik
dalam penyelesaian soal. Oleh karena itu untuk dapat memahami materi garam
hidrolisis disertai dengan proses penemuan konsepnya, diperlukan suatu
keteram-pilan berpikir tingkat tinggi seperti keteramketeram-pilan berpikir kritis khususnya
ke-mampuan bertanya dan menjawab pertanyaan siswa. Pembelajaran yang dapat
mendukung proses pengembangan keterampilan berpikir siswa tersebut adalah
diterapkannya suatu model pembelajaran yang efektif, seperti modelproblem
solving.
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa
terutama kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan pada materi garam
hidrolisis, maka dilakukanlah penelitian yang berjudul “efektivitas model problem solvingdalam meningkatkan kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan pada materi garam hidrolisis”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
Bagaimanakah modelproblem solvingefektif dalam meningkatkan kemampuan
bertanya dan menjawab pertanyaan siswa pada materi garam hidrolisis?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, penelitian ini bertujuan
6
kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan siswa pada materi garam
hidro-lisis
.
D. Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi Siswa
Problem solvingadalah salah satu pembelajaran yang menuntut siswa untuk
aktif untuk menemukan masalah, mencari informasi, merumuskan hipotesis,
memecahkan masalah dan menyimpulkan sehingga dapat meningkatkan
kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan siswa.
b. Bagi Guru
Problem solvingadalah salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat
digunakan bagi guru untuk menciptakan suasana kelas yang aktif.
c. Bagi Sekolah
Problem solvingadalah salah satu model pembelajaran yang inovatif, aktif
dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap istilah yang
diguna-kan, maka perlu dikembangkan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Menurut Mergendoller (2006) suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila
adanya perbedaan yang signifikan secara statistik terhadap hasil belajar
7
peningkatan nilai pretes-postes siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan peningkatan nilai pretes-postes siswa di kelas kontrol.
2. Menurut Meltzer peningkatan nilai pretes-postes siswa dihitung dengan
rumus gain ternormalisasi(n-Gain)(Rismalinda, 2014).
3. Model problem solvingyang digunakan pada penelitian ini adalah model
problem solvingmenurut Suryani (2012) dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (a) ada masalah yang diberikan, (b) mencari data atau keterangan
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah, (c) menetapkan
jawaban sementara dari masalah tersebut, (d) menguji kebenaran jawaban
sementara tersebut, dan (e) menarik kesimpulan.
4. Bertanya dan menjawab pertanyaan adalah salah satu sub keterampilan dari
keterampilan memberikan penjelasan sederhana yang merupakan salah satu
keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (1985) dengan indikator
kete-rampilan berfokus pada ketekete-rampilan bertanya dan menjawab pertanyaan
mengapa, apa yang menjadi contoh serta bagaimana mengaplikasikan ke
kasus ini.
5. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah garam hidrolisis dengan
sub materi sifat-sifat garam yang mengalami hidrolisis, penyebab garam
mengalami hidrolisis total dan sebagian serta penentuan pH garam yang
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata efektif yang
berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil.
Menu-rut Hamalik (2005), pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang menyediakan
kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa
untuk belajar karena aktivitas yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran akan
memberikan pengalaman baru bagi siswa untuk mendapatkan pengetahuan baru
pula. Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya
harapkan dapat membantu siswa dalam memahami isi materi yang sedang
di-pelajari.
Efektivitas pembelajaran menurut Siddiq (2012) adalah ukuran keberhasilan dari
suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Begitupun untuk
keefektifan model pembelajaran. Menurut Mergendoller (2006) suatu
pembelajar-an dikatakpembelajar-an efektif apabila adpembelajar-anya peningkatpembelajar-an ypembelajar-ang signifikpembelajar-an secara statistik
terhadap hasil belajar siswa dikelas eksperimen dan kelas kontrol yang ditujukkan
dengan peningkatan nilai pretes-postes siswa kelas eksperimen lebih tinggi
9
Nieveen (1999) dalam Sunyono (2013) menjelaskan bahwa keefektifan model
pembelajaran sangat terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Model
pem-belajaran dikatakan efektif bila pebelajar dilibatkan secara aktif dalam
mengorga-nisasi dan menemukan hubungan dan informasi-informasi yang diberikan, dan
tidak hanya secara pasif menerima pengetahuan dari guru.
B. ModelProblem Solving
Masalah pada dasarnya merupakan suatu hambatan atau rintangan yang harus
di-singkirkan, atau pertanyaan yang harus dijawab atau dipecahkan. Masalah
diarti-kan pula sebagai kesenjangan antara kenyataan dan apa yang seharusnya. Situasi
yang mencerminkan adanya kesenjangan itu disebut dengan situasi problematis.
Dalam rangka pengenalan terhadap situasi problematis itu, upaya yang dapat
di-lakukan adalah mengenali terlebih dahulu berbagai fakta yang ada, terutama yang
terkait dengan munculnya situasi problematis tadi.
Berpijak pada fakta tersebut, selajutnya direnungkan atau dipikirkan seharusnya
situasi itu, dengan cara mencari penjelasan, baik berdasarkan sesuatu teori ilmiah
tertentu, asumsi-asumsi yang diturunkan dari suatu teori, atau konsep-konsep
yang didapat dari berbagai bahan pustaka terkait. Dari pemikiran ini dapat
di-munculkan deskripsi yang jelas tentang masalah yang dihadapi, serta rumusan
masalah umumnya. Dalam segala aspek kehidupan dapat dijumpai berbagai
10
Menurut Suryani (2012) langkah-langkah modelproblem solving yaitu meliputi :
1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari
siswa sesuai dengan taraf kemampuannya
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti,
bertanya dan lain-lain
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini
tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di
atas
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam hal ini siswa harus
berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban
tersebut betul-betul sesuai
5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan
terakhir tentang jawaban dari masalah tadi
Menurut Suryani (2012), pembelajaran pemecahan masalah memiliki kelebihan
dan kekurangan sebagai berikut:
a. Kelebihan modelproblem solving:
1. Lebih dapat membuat pendidikan di sekolah mejadi lebih relevan dengan
kehidupan siswa
2. Proses belajar-mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan
siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil
3. Merangsang pengembangan kemampuan berpikir peserta didik secara
11
berlatih memecahkan permasalahan dari berbagai segi dalam rangka
pemecahannya
b. Kekurangan modelproblem solving:
1. Menentukan suatu masalah sesuai dengan tingkat kesulitan berpikir siswa,
sangat memerlukan pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan guru
2. Sering memerlukan waktu yang cukup banyak
3. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima
informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan
permasalahan sendiri atau kelompok, kadang memerlukan berbagai
sumber dan merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
C. Keterampilan Berpikir Kritis
Ennis (1985) mendefinisikan berpikir kritis sebagai cara berpikir reflektif yang
berfokus pada pola pengambilan keputusan tentang apa yang harus diyakini dan
harus dilakukan. Indikator keterampilan berpikir kritis menurut Ennis terdiri dari
12 komponen yaitu : 1) merumuskan masalah, 2) menganalisis argumen, 3)
ber-tanya dan menjawab perber-tanyaan, 4) menilai kredibilitas sumber informasi, 5)
me-lakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi. 6) membuat deduksi dan
menilai hasil deduksi, 7) membuat induksi dan menilai hasil induksi, 8)
meng-evaluasi, 9) mendefinisikan dan menilai definisi, 11) mengidentifikasi asumsi dan
12) berinteraksi dengan orang lain (Jufri, 2013).
Dalam hal yang sama, Dressel dan Mayhew (1954) dalam Jufri (2013) bahwa
12
(Intercollege Commitee on Critical Thinking) meliputi kemampuan-kemampuan
seperti: (1) merumuskan masalah dan hipotesis; (2) menyeleksi informasi dan data
untuk menyelesaikan masalah; (3) mengenali asumsi-asumsi; dan (4) menarik
kesimpulan dan mengambil tindakan. Orlich et al (1998) menyatakan bahwa
ke-mampuan yang berasosiasi dengan berpikir kritis yang efektif meliputi : 1)
meng-observasi; 2) mengidentifikasi pola hubungan, hubungan sebab akibat,
asumsi-kesalahan-alasan, kesalahan logika dan bias, 3) membangun kriteria dan
klasifikasi, 4) membandingkan dan membedakan; 5) menginferensi dan
meng-interpretasi; 6) membuat ringkasan; 7) menganalisis, mensistesis,
menggenerali-sasi; 8) merumuskan hipotesis; 9) membedakan data yang relevan dengan yang
tidak relevan, data yang dapat diverifikasi dan yang tidak, memnbedakan masalah
dengan pernyataan yang tidak relevan.
Presseisen dalam Costa (1985) mengatakan bahwa berpikir kritis diartikan sebagai keterampilan berpikir yang menggunakan proses berpikir dasar, untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan.
Terdapat enam komponen atau unsur dari berpikir kritis menurut Ennis (1989)
yang disingkat menjadi FRISCO, seperti yang tertera pada Tabel 2.
Tabel 1. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis
No Unsur Keterangan
1 Focus Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama, isu, pertanyaan, atau permasalahan. Hal-hal pokok dituang-kan di dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan tersebut. 2 Reasoning Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan
13
Tabel 1. (Lanjutan)
No Unsur Keterangan
3 Inference Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal ter-sebut dapat diterima dan dapat mendukung kesimpulan 4 Situation Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi oleh
situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial).
5 Clarity Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau pendapat, diperlu-kan kejelasan untuk membuat orang lain memahami apa yang diungkapkan
6 Overview Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang telah kita temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan simpulkan.
Ennis (1985) dalam Costa (1985) medefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir
rasional, berpikir reflektif yang difokuskan pada memutuskan apa yang harus
di-percaya atau dilakukan. Berpikir kritis didefinisikan meliputi dua bagian
diantara-nya disposisi dan kemampuan. Pada bagian kemampuan terdiri dari lima
kelom-pok kemampuan dengan dua belas sub kemampuan. Masing-masing sub
ke-mampuan tersebut memiliki beberapa indikator. Hal ini dijelaskan pada Tabel 2
di bawah ini:
Tabel 2. Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis
Kemampuan berpikir kritis
Sub kemampuan berpikir kritis
Indikator
1. Memberikan penjelasan sederhana
1. Menfokuskan pertanyaan a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan b. Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria jawaban yang mungkin. c. Menjaga pikiran terhadap
situasi yang sedang dihadapi
2. Menganalisis argumen a. Mengidentifikasi kesimpulan
b. Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan c. Mengidentifikasi
14
Tabel 2. (Lanjutan)
Kemampuan berpikir kritis
Sub kemampuan berpikir kritis
Indikator
1. Memberikan penjelasan sederhana
2. Menganalisis argumen d. Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan e. perbedaan
f. Mengidentifikasi dan menangani ketidak-tepatan g. Mencari struktur dari
argumen h. Meringkas 3. Bertanya dan menjawab
pertanyaan
a. bertanya dan menjawab pertanyaan mengapa? b. Apa alasan utama Anda? c. Apa yang Anda maksud
dengan...?
d. Apa yang menjadi contoh? e. Apa yang bukan menjadi
contoh?
f. Bagaimana mengaplikasi-kan ke kasus ini?
g. Apa yang menjadi perbedaan? h. Apa faktanya?
i. Apakah ini yang Anda katakan,...?
j. Apakah yang ingin Anda katakan lagi
2. Membangun kemampuan dasar
4. Memutuskan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
a. Keahlian
b. Mengurangi konflik yang menarik perhatian 4. Memutuskan apakah
sumber dapat dipercaya atau tidak
a. Kesepakatan antarsumber b. Reputasi
c. Menggunakan prosedur yang ditetapkan
d. Mengetahui resiko e. Kemampuan memberikan
alas an
f. Kebiasaan berhati-hati 5. Mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi
a. Mengurangi menggunakan dugaan
b. Mempersingkat waktu antara observasi dengan laporan
c. Laporan yang dilakukan oleh pengamat
d. Mencatat hal-hal yang diperlukan.
e. Pembuktian
15
Tabel 2. (Lanjutan)
Keterampilan berpikir
5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi
g. Kondisi akses yang baik h. Kompeten dalam
menggunakan teknologi i. Kepuasan pengamat atas
kredibilitas criteria
3. Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi
a. Kelas logika b. Mengkondisikan
logika
c. Menginterpretasi suatu pernyataan
1) Penyangkalan 2) Kondisi yang
dibutuhkan dan secukupnya 3) Kata logika
lainnya: “hanya”, “jika dan hanya jika”. “atau”, “beberapa”, “kecuali”. “tidak keduanya”, dll.
7. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi
a. Menggeneralisasi a. Kekhasan dari
sebuah data: batasan cakupan data b. Pengambilan contoh c. Tabel dan grafik
b. Menyimpulkan kesimpulan yang bersifat penjelasan dan hipotesis
1) Tipe-tipe kesimpulan yang bersifat
menjelaskan dan hipotesis:
1. Pernyataan sebab akibat
2. Menyatakan hal yang dapat dipercaya dan sikap orang lain 3. Menginterpretasikan
maksud penulis 4. Menyatakan secara
16
Tabel 2. (Lanjutan)
Kemampuan berpikir kritis
Sub kemampuan berpikir kritis
Indikator
3. Menyimpulkan 7. Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
6. Menyatakan sesuatu yang merupakan alasan dan kesimpulan yang tidak tercantum
2. Menginvestigasi
a) Merancang eksperimen, termasuk merancang variabel kontrol
b) Mencari fakta dan fakta yang berlawanan c) Mencari penjelasan
yang mungkin c. Kriteria memberikan
anggapan yang tepat a) Mengemukakan
kesimpulan yang dapat menjelaskan fakta b) Mengemukakan
kesimpulan berdasarkan fakta
c) Alternatif kesimpulan yang tidak sesuai fakta d) Mengemukakan
ke-simpulan yang masuk akal
8. Membuat dan mengkaji hasil pertimbangan
a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi
c. Menerapkan konsep (prinsip-prinsip, hukum dan asas) d. Mempertimbangkan
alternatif
e. Menyeimbangkan, me-nimbang, dan memutuskan
4. Membuat penjelasan lanjut
9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbang-kan definisi
a. Bentuk: sinonim, klasifikasi, rentang, ekspresi yang sama, cara kerja, contoh dan non contoh
b. Strategi definisi
Tindakan: melaporkan maksud, menetapkan maksud,
mengungkapkan posisi pada suatu permasalahan
(termasuk rencana dan definisi yang meyakinkan) 1) Mengidentifikasi dan
mengendali-kan
17
Tabel 2. (Lanjutan)
Kemampuan berpikir kritis
Sub kemampuan berpikir kritis
Indikator
4. Membuat penjelasan lanjut
9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbang-kan definisi
(b) Jenis-jenis respon yang mungkin:
(i) “Definisi yang kurang tepat”(respon
yang sederhana) (ii) Pengurangan
keadaan yang
bukan-bukan “Menurut
definisi tersebut, ada hasil yang tidak
sesuai”
(iii) Mempertimbang-kan alternatif inter-pretasi
2) Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi konten (isi). 10. Mengidentifikasi
asumsi
a. Alasan yang tidak dinyatakan
b. Asumsi yang dibutuhkan: rekonstruksi argument 5. Strategi dan taktik 11. Memutuskan suatu
tindakan
a. Mendefinisikan masalah b. Memilih kriteria untuk
mempertimbangkan solusi yang mungkin
11. Memutuskan suatu tindakan
c. Merumuskan alternatif solusi
d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan sementara e. Mereview, memasukkan
sumber ke dalam laporan dan membuat keputusan f. Memonitor pelaksanaan 12. Berinteraksi dengan
orang lain
a. Memberi label b. Strategi logis c. Strategi retorika
d. Mempresentasikan posisi, baik lisan maupun tulisan
Pada penelitian ini, kemampuan yang dikembangkan adalah kemampuan
membe-rikan penjelasan sederhana dengan sub kemampuan bertanya dan menjawab
18
pertanyaan mengapa, menjawab pertanyaan apa yang menjadi contoh, menjawab
pertanyaan bagaimana mengaplikasikan ke kasus ini.
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini adalah hasil penelitian mengenaiproblem solvingadalah sebagai
berikut:
1. Hasil penelitian Saputra (2012) menemukan bahwa pembelajaran dengan
modelproblem solvinglebih efektif untuk meningkatkan keterampilan
ber-pikir kritis siswa daripada dengan pembelajaran konvensional dengan nilai
reratan-Gainketerampilan berpikir kritis siswa dengan sub indikator (1)
me-ngapa, (2) kemampuan untuk memberikan alasan, (3) mengemukakan
hipo-tesis, (4) membuat bentuk definisi (contoh dan non contoh), dan (5)
mendefi-nisikan masalah untuk kelas kontrol dan eksperimen berturut-turut adalah (1)
-0.81 dan 0.73, (2) -0.63 dan 0.762, (3) -0.2 dan 0.49, (4) -0.5 dan 0.697, dan
(5) 0.44 dan 0.70
2. Penelitian Damayanti (2014) menemukan bahwa penerapan model
pem-belajaranproblem solvingdisertai hierarki konsep dapat meningkatkan
kreativitas dan prestasi belajar siswa pada materi hidrolisis garam dengan
presentase kreativitas tinggi siswa pada siklus I adalah 48,00% dan meningkat
menjadi 76,00% pada siklus II. Pada aspek kognitif, ketuntasan belajar siswa
68,00% pada siklus I meningkat menjadi 80,00% pada siklus II dan aspek
afektif menunjukkan bahwa terjadi peningkatan presentase dari 74,49% pada
19
3. Penelitian Safitri (2013) menemukan bahwa pembelajaran melalui penerapan
modelproblem solvingdapat berpengaruh terhadap tingkat kemampuan siswa
dalam mengklasifikasi dan menginferensi pada materi asam-basa. Hal ini
tebukti dari rata-rata nilai yang di dapat dari perolehan nilai postes.Rata-rata
nilai keterampilan klasifikasi untuk kelompok tinggi, sedang dan rendah
berturut-turut 95 (sangat baik); 86,04 (sangat baik); dan 87,38 (baik).
Rata-rata nilai keterampilan inferensi untuk kelompok tinggi, sedang dan rendah
berturut-turut 93,75 (sangat baik); 78,55 (baik); dan 64,58 (baik).
4. Hasil penelitian Faradilla (2013) menemukan bahwa menemukan bahwa
model pembelajaranproblem solvingdapat melatihkan kemampuan
men-jawab pertanyaan apa alasan utama anda dan menmen-jawab pertanyaan mengapa
serta dapat membuat siswa aktif selama pembelajaran dengan kemampuan
menjawab pertanyaan apa alasan utama anda, pada kelompok tinggi 60%
kriteria sangat baik, dan 40% berkriteria baik. Kelompok sedang, 15%
ber-kriteria sangat baik, 40% berber-kriteria baik, dan 45% berber-kriteria cukup.
Kelompok rendah 10% berkriteria baik, 60% berkriteria cukup, dan 30%
ber-kriteria kurang. Kemampuan menjawab pertanyaan mengapa, pada
kelom-pok tinggi 60% berkriteria sangat baik, dan 40% berkriteria baik. Kelomkelom-pok
sedang 15% kriteria sangat baik, 45% berkriteria baik, dan 40%
ber-kriteria kurang. Kelompok rendah 40% berber-kriteria cukup dan 60% kurang.
E. Analisis Konsep
Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-konsep merupakan
20
dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan
prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa
harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan
pada konsep-konsep yang diperolehnya (Dahar, 1989).
Analisis konsep dengan konsep bujursangkar (Rosser, 1984:461) dalam Dahar
(1989) adalah sebagai berikut:
1. Nama konsep. Dengan menyetujui nama untuk suatu konsep orang dapat
berkomunikasi tentang konsep itu.
2. Atribut-atribut kriteria dan variabel konsep. Atribut-atribut kriteria dari suatu
konsep adalah ciri-ciri konsep yang perlu untuk membedakan contoh-contoh
dan noncontoh-noncontoh, dan untuk menentukan apakah suatu objek baru
merupakan suatu contoh dari konsep. Atribut-atribut variabel konsep ialah
ciri-ciri yang mungkin berbeda antara contoh-contoh tanpa mempengaruhi
inklusi dalam kategori konsep itu.
3. Definisi konsep. Pada tingkat formal siswa dapat belajar konsep melalui
definisi yang diberikan. Kemampuan untuk menyatakan suatu definisi dari
suatu konsep dapat digunakan. Sebagai suatu kriteria bahwa siswa telah
belajar konsep itu.
4. Contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh. Dengan membuat daftar dari
atribut-atribut dari suatu konsep, pengembangan konsep-konsep dan
nonkonsep-nonkosep dapat diperlancar.
5. Hubungan konsep pada konsep-konsep lain : superordinat, koordinat dan
21
Tabel 3. Analisis konsep pada materi garam hidrolisis
No Nama/
Label
Definisi Jenis
Konsep
Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh Non
Contoh
Kritis variabel Super
Ordinat
Ordinat Sub
Ordinat
1 Garam Garam adalah senyawa ionik
yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga
membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan).
Komponen kation dan anion garam dapat berupa senyawa anorganik seperti
klorida(Cl−), dan bisa juga berupa senyawa organik seperti asetat (CH3COO−)
dan ion monoatomik seperti fluorida (F−), serta ion poliatomik seperti sulfat (SO42−). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. asam dan basa senyawa
Garam netral adalah garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat dan tidak mengubah warna kertas lakmus
Konsep konkret
22
Tabel 3. (Lanjutan)
No Nama/
Label
Definisi Jenis
Konsep
Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh Non Contoh
Kritis Variabel Super
Ordinat
Ordinat Sub
Ordinat
3 Garam
asam
Garam asam adalah garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah dan dapat mengubah kertas lakmus biru menjadi berwarna merah
Konsep
Garam basa yaitu garam yang terbentuk dari basa kuat dan asam lemah lemah dan dapat me-ngubah kertas lakmus merah menjadi berwarna biru
Garam hidrolisis adalah reaksi anion atau kation suatu garam, atau keduanya, dengan air sehingga menggeser kesetimbangan air. Reaksi ini biasanya
mempengaruhi pH larutan
Konsep
Hidrolisis parsial adalah reaksi antara kation atau anion yang berasal dari asam lemah atau basa
23
Tabel 3. (Lanjutan)
No Nama/
Label
Definisi Jenis
Konsep
Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh Non
Contoh
Kritis variabel Super
Ordinat
lemah dengan air yang terjadi ketika garam dari asam lemah dan basa kuat (garam basa) atau garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat (garam asam) dilarutkan dalam air
Konsep abstrak
bereaksi dengan air - Reaksi anion
dari basa lemah be-reaksi dengan air - Garam asam
dan garam
Hidrolisis total adalah reaksi antara kation dan anion yang berasal dari asam lemah dan basa lemah dengan air yang terjadi ketika garam dari asam lemah dan basa lemah
24
Tabel 3. (Lanjutan)
No Nama/
Label
Definisi Jenis
Konsep
Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh Non
Contoh
Kritis variabel Super Ordinat Ordinat Sub
Ordinat adalah 10-9 M asam dan basa
Pe-25
F. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model pembelajaranproblem solving
efektif dalam meningkatkan kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan siswa.
Se-suai dengan yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa modelproblem solvingadalah
salah satu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk memecahkan masalah yang
terkait dengan materi yang akan dipelajari. Tahap pertama model pembelajaran
problem solvingdengan pemberian masalah, melalui pemberian masalah ini siswa
di-harapkan dapat mendefinisikan masalah tersebut sehingga timbullah
pertanyaan-pertanyaan terkait masalah yang diberikan, dengan demikian diharapkan siswa dapat
mengembangkan keterampilan bertanya. Tahap yang kedua yaitu mencari data atau
keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Melalui tahap
ini, diharapkan siswa dapat memilih sumber relevan yang dapat digunakan untuk
me-mecahkan masalah yang diberikan. Pada tahap ini diharapkan siswa dapat menentukan
contoh dari informasi yang diperoleh sehingga pada tahap ini diharapkan siswa
me-ngembangkan kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan dengan indikator apa
yang menjadi contoh.
Adapun tahap ketiga pembelajaranproblem solvingadalah siswa menetapkan jawaban
sementara dari masalah. Jawaban sementara yang dibuat tentu saja berdasarkan
referen-si yang diperoleh dari tahap sebelumnya. Tahap keempat, referen-siswa diharapkan dapat
meng-uji kebenaran jawaban semetara yang telah dibuat. Apakah hasil pemecahan yang
di-peroleh sesuai atau tidak sesuai dengan jawaban sementara. Tahap ini diharapkan siswa
26
ke kasus ini. Tahap kelima pembelajaranproblem solvingadalah menarik kesimpulan.
Pada tahap ini siswa telah memperoleh jawaban hasil pengujian jawaban sementara,
artinya pada tahap ini siswa dapat mengembangkan kemampuan menjawab pertanyaan
mengapa. Selain itu, ketika siswa memperoleh jawaban dari hasil pengujian hipotesis
siswa mengkomunikasikan hasil yang diperolehnya kepada siswa lainnya. Pada tahap
ini terjadi interaksi berupa saling tanya-jawab antarsiswa sehingga dapat
mengembang-kan kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan. Pada akhirnya, berdasarmengembang-kan
urai-an durai-an lurai-angkah-lurai-angkah di atas, diharapkurai-an modelproblem solvingdapat meningkatkan
kemampaun bertanya dan menjawab pertanyaan siswa.
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Perbedaann-Gainkemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan dan pencapaian
kompetensi siswa semata-mata terjadi karena perubahan perlakuan dalam proses
belajar.
2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar kimia siswa
diabaikan.
H. Hipotesis Umum
Adapun hipotesis umum dari penelitian ini adalah:
Modelproblem solvingefektif dalam meningkatkan kemampuan bertanya dan
27
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA
Negeri 10 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 215
siswa. Kemampuan akademik siswa pada tiap kelas adalah heterogen, sehingga
proporsi jumlah siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi, sedang
maupun kurang dalam tiap kelasnya hampir sama. Sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XI IPA 4 dan XI IPA 6. Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknikpurposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang
di-dasarkan pada suatu pertimbangan tertentu berdi-dasarkan ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Berdasarkan teknik ini maka ditetapkan kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen
yang mengalami pembelajarannya menggunakan model problem solvingdan XI
IPA 6 sebagai kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran
28
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan modelproblem
solvingdan tanpa menggunakan modelproblem solving.
b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan bertanya dan
menjawab pertanyaan
c. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah materi yang diberikan, yaitu
garam hidrolisis
C. Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
kuanti-tatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretes) dan hasil tes
se-telah pembelajaran diterapkan (postes) siswa, serta data yang bersifat kualitatif
ya-itu data kinerja guru dan aktivitas belajar siswa.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakam metode quasi experimen dengan desain
Non-Equivalent Control Group. Desain tersebut menggunakan rancangan penelitian
menurut Creswell (2003) sebagaimana yang tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Rancangan Penelitian
Kelas Pretes Perlakuan Postes
Kelas eksperimen O1 X O2
29
Keterangan :
X : Pembelajaran kimia menggunaan model pembelajaranproblem solving
- : Pembelajaran kimia tanpa menggunaan modelproblem solving
O1 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretes
O2 : Kelas ekserimen dan kelas kontrol diberi postes
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dan perangkat pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini antara
lain silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal, instrumen
tes, rubrik penilaian instrumen tes, lembar kerja siswa (LKS), lembar observasi
afektif dan psikomotor. Adapun instrumen tes yang digunakan berupa soal
pre-tes dan pospre-tes. Soal prepre-tes yang digunakan adalah soal uraian yang mengukur
kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan pada materi asam basa serta soal
postes yang digunakan adalah soal uraian yang mengukur kemampuan bertanya
dan menjawab pertanyaan pada materi garam hidrolisis. Dalam pelaksanaannya,
kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan soal pretes dan postes yang sama.
Agar data yang diperoleh dapat dipercaya, maka instrumen yang digunakan harus
valid. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat digunakan serta dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti
se-cara tepat. Pada penelitian ini menggunakan validitas isi yang dilakukan dengan
judgment. Validitas isi dengan carajudgmentmemerlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka dalam hal ini validitas isi dilakukan oleh ahli. Dalam hal ini
dilaku-kan oleh dosen pembimbing untuk memvalidasinya. Dalam hal ini pengujian
dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan
30
unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap
valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan yang
ber-sangkutan.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah
1. Observasi pendahuluan
Tujuan persiapan penelitian:
a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 10 Bandar Lampung untuk
melaksanakan penelitian.
b. Melakukan wawancara dengan guru bidang studi kimia mengenai
proses pembelajaran kimia yang biasa dilakukan di SMA Negeri 10
Bandar Lampung
2. Menentukan populasi dan sampel
Menentukan populasi dan sampel penelitian berdasarkan wawancara
dengan guru bidang studi kimia di SMA Negeri 10 Bandar Lampung.
3. Mempersiapkan instrumen dan perangkat pembelajaran
Instrumen dan perangkat pembelajaran yang disiapkan yaitu silabus,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal tes, instrumen tes
berupa soal pretes dan postes, rubrik penilaian instrumen tes, lembar kerja
siswa (LKS), lembar penilaian beserta rubrik afektif dan psikomotor.
4. Validasi instrumen
Validasi instrumen dilakukan dengan carajudgementoleh dosen
31
5. Pelaksanaan penelitian
Urutan prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi garam hidrolisis
sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan
dimasing-masing kelas yaitu pembelajaran dengan modelproblem solving pada
kelas eksperimen dan tanpa modelproblem solvingpada kelas kontrol.
(1) Kelas eksperimen
Sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran, guru mengelompokkan
siswa dalam 5 kelompok secara heterogen.
a) Kegiatan pendahuluan
- Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Guru memberikan motivasi dan apersepsi terkait materi yang akan
dipelajari.
b) Kegiatan inti
Tahap 1: Merumuskan masalah
- Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan
sebagai langkah permasalahan bagi siswa.
- Siswa merumuskan masalah.
Tahap 2 : Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan
untuk memecahkan masalah
- Guru membimbing siswa untuk mencari referensi yang relevan
32
- Siswa mencari referensi yang relevan untuk memecahkan
masalah.
Tahap 3 : Merumuskan hipotesis
- Guru membimbing siswa untuk mengembangkan pendapatnya
dalam bentuk hipotesis untuk menjawab yang diajukan pada
tahap sebelumnya.
- Siswa merumuskan hipotesis.
Tahap 4: Menguji kebenaran jawaban sementara
- Guru membimbing siswa dalam proses eksperimen, tugas dan
diskusi membuktikan jawaban sementara bersama dengan
teman sekelompoknya.
- Siswa melakukan eksperimen, tugas dan diskusi untuk
membuktikan jawaban sementara bersama dengan teman
se-kelompoknya.
Tahap 5 : Membuat kesimpulan
- Guru membimbing siswa mempresentasikan hasil eksperimen
dan diskusi serta melakukan tanya jawab
- Siswa mempresentasikan hasil eksperimen dan diskusi.
- Guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan
berdasar-kan hasil eksperimen dan diskusi.
- Siswa menarik kesimpulan berdasarkan hasil eksperimen dan
diskusi.
- Guru memberikan penguatan dari kesimpulan siswa tentang
33
c) Kegiatan penutup
- Guru memberikan evaluasi berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan materi yang telah dipelajari.
(2) Kelas kontrol
Sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran, guru mengelompokkan siswa
dalam 5 kelompok secara heterogen.
a) Kegiatan pendahuluan
- Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Guru memberikan motivasi dan apersepsi terkait materi yang akan
dipelajari.
b) Kegiatan inti
- Guru memberikan pertanyaan untuk didiskusikan siswa mengenai
materi garam hidrolisis.
- Siswa berdiskusi untuk mencari jawaban tersebut.
- Siswa mempresentasikan hasil diskusi nya.
- Guru memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hasil diskusi
siswa
- Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang baru saja
mereka dapatkan.
c) Kegiatan penutup
- Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang baru saja
mereka dapatkan.
c. Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen
34
6. Analisis data
7. Pembahasan
8. Simpulan
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan
sebagai berikut :
Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian Observasi Pendahuluan
Menentukan Populasi dan Sampel
Mempersiapkan instrumen dan perangkat pembelajaran
Validasi Instrumen
Pretes
Pembahasan dan Simpulan Analisis Data
Postes
Kelas Kontrol
Pembelajaran tanpa modelproblem
solving
Kelas Eksperimen
Pembelajaran dengan modelproblem
35
G. Hipotesis Kerja
Rata-ratan-Gain keterampilan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan
pada materi garam hidrolisis yang diterapkan modelproblem solving lebih tinggi
daripada rata-ratan-Gain dengan tanpa menggunakan modelproblem solving.
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Teknik analisis data
Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil pretes
dan postes untuk mengukur kemampuan siswa dalam bertanya dan menjawab
per-tanyaan yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
a. Perhitungan nilai pretes dan postes
Nilai pretes atau postes dirumuskan sebagai berikut :
Nilai =Jumlah skor yang diperoleh siswa
Jumlah skor maksimal x 100
b. Perhitungann-Gain
Menurut Mergendoller (2006) suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila
adanya perbedaan yang signifikan secara statistik terhadap hasil belajar siswa
di kelas eksperimen dan kelas kontrol yang ditujukkan dengan peningkatan
nilai pretes-postes siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
pe-ningkatan nilai pretes-postes siswa di kelas kontrol.
Untuk mengetahui efektivitas kemampuan siswa dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan pada materi garam hidrolisis antara modelproblem solvingdengan
36
ternormalisasi. Perhitungan gain ternormalisasi(n-Gain)bertujuan untuk
me-ngetahui peningkatan nilai pretes dan postes kedua kelas. Menurut Meltzer
(Rismalinda, 2014)besarnya peningkatan dihitung dengan rumusn-Gain,yaitu
n-Gain
=
( )( )
2. Pengujian hipotesis
a. Uji normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
Rumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah :
H0: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1: sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Uji ini biasanya menggunakan ujiChi-Kuadrat:
χ = (Oi Ei)
Ei
Sudjana (2005 : 293)
dengan krieria uji : terima H0jikaχ2hitung< χ2tabeldengan taraf signifikan 5%
Keterangan :
χ2 : nilaiChi-Kuadrat
Oi : frekuensi pengamatan
Ei : frekuensi yang diharapkan
37
b. Uji homogenitas dua varians
Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua
kelompok sampel mempuyai varians yang homogen atau tidak.
H0: kedua kelas penelitian mempunyai varians yang homogen
H1: kedua kelas penelitian mempunyai varians yang tidak homogen
Rumus statistik untuk uji homogenitas (F) :
= ( )
( 1)
Keterangan :
= varians terbesar
= varians terkecil
Kriteria uji : terima H0jika Fhitung< F(1-α)(υ2,υ1), dengan taraf nyata 5%
c. Uji kesamaan dua rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan apakah pada awalnya
kedua kelas penelitian memiliki kemampuan bertanya dan menjawab
pertanya-an ypertanya-ang berbeda secara signifikpertanya-an atau tidak. Hipotesis dirumuskpertanya-an dalam
bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).
Rumusan hipotesis:
H0: = : rata-rata nilai pretes kemampuan awal siswa dalam bertanya
dan menjawab pertanyaan pada kelas eksperimen sama dengan
rata-rata nilai pretes kemampuan awal siswa dalam bertanya
dan menjawab pertanyaan pada kelas kontrol.
H1: : rata-rata nilai pretes kemampuan awal siswa dalam bertanya
38
dengan rata-rata nilai pretes kemampuan awal siswa dalam
bertanya dan menjawab pertanyaan pada kelas kontrol.
Keterangan :
: rata-rata nilai pretes (x) pada kelas eksperimen
: rata-rata nilai pretes (x) pada kelas kontrol
x : kemampuan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan
Jika data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian
menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t (Sudjana,
2005):
X
= Rata-rata nilai pretes kemampuan siswa dalam bertanya dan menjawabpertanyaan pada kelas eksperimen
2
X
= Rata-rata nilai pretes kemampuan siswa dalam bertanya dan menjawabpertanyaan pada kelas kontrol
s2 = Varians gabungan
n1 = Jumlah siswa pada kelas eksperimen
n2 = Jumlah siswa pada kelas kontrol
2 1
s
=Varians kelas eksperimen2 2
s
= Varians kelas kontrol39
Dengan kriteria pengujian: terima H0jika -t1-1/2α< thitung< t1-1/2α dengan derajat
kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan
menentukan taraf signifikan α = 5%.
d. Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif
perlakuan terhadap sampel dengan melihatn-Gainantara pembelajaran pada
kelas kontrol dan eksperimen. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan
hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).
Rumusan hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0: µ1x>µ2x: Rata-ratan-Gainkemampuan siswa dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan pada kelas eksperimen (yang diterapkan
modelproblem solving) lebih tinggi rata-ratan-Gain
kemampu-an siswa dalam bertkemampu-anya dkemampu-an menjawab pertkemampu-anyakemampu-an pada kelas
kontrol (yang tidak diterapkan modelproblem solving)
H1: µ1x<µ2x: Rata-ratan-Gainkemampuan siswa dalam bertanya dan
menjawab pada kelas eksperimen (yang diterapkan model
problem solving) lebih rendah atau sama dengan rata-rata
n-Gainkemampuan siswa dalam bertanya dan menjawab
perta-nyaan pada kelas kontrol (yang tidak diterapkan modelproblem
solving)
Keterangan:
: rata-ratan-Gain(x) pada kelas eksperimen
: rata-ratan-Gain(x) pada kelas kontrol
x : kemampuan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan
Jika data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian
40
X
= Rata-ratan-Gainkemampuan siswa dalam bertanya dan menjawabpertanyaan pada kelas eksperimen
2
X = Rata-ratan-Gainkemampuan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan pada kelas kontrol
s2 = Varians gabungan
n1 = Jumlah siswa pada kelas eksperimen
n2 = Jumlah siswa pada kelas kontrol
2 1
s = Varians kelas eksperimen 2
2
s = Varians kelas kontrol
Dengan kriteria pengujian: terima H0jika thitung> t1-1/2α dengan derajat
kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan
menentukan taraf signifikan α = 5%.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model
problem solvingefektif dalam meningkatkan kemampuan bertanya dan menjawab
pertanyaan siswa pada materi garam hidrolisis ditunjukkan dengan rata-rata nilai
n-Gainsiswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. Modelproblem solvinghendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia,
terutama pada materi garam hidrolisis karena terbukti efektif dalam
mening-katkan kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan siswa.
2. Bagi calon peneliti lain yang juga tertarik untuk menerapkan pembelajaran
menggunakan modelproblem solving, hendaknya guru memiliki kreativitas
dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Misalnya ketika
menampilkan fakta untuk memunculkan permasalahan, sebaiknya fakta yang
ditampilkan tidak hanya berupa teks atau wacana melainkan berupa animasi
atau video agar mempermudah siswa dalam menemukan permasalahan.
Sehingga, penerapan modelproblem solvingberjalan secara efektif dan
DAFTAR PUSTAKA
Costa, A. L. 1985.Developing Minds : A Resource Book for Teaching Thinking.
ASCD. West Street Alexandria,Virginia.
Creswell, J. W. 2003. Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed
Methods Approaches Second Edition. Sage Publications. New Delhi.
Dahar, R. W. 1989.Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta
Damayanti, D. R. 2014. Upaya Peningkatan Kreativitas dan Prestasi Belajar Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Disertai Hierarki Konsep pada Materi Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK) Universitas Sebelas Maret. 118-125.
Ennis, R. H. 1989.Critical Thinking.University of Illinois. Urbana-Campaign
Faradilla, R. 2013. Analisis Keterampilan Memberikan Penjelasan Sederhana pada Materi Koloid Menggunakan Model Pembelajaran Problem Solving.
Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Hamalik, O. 2005.Proses Belajar Mengajar.Bumi Aksara. Jakarta.
Jufri, A. W. 2013.Belajar dan Pembelajaran Sains.Pustaka Rineka Cipta. Bandung.
Mergendoller, J R dan Maxwell, N.L. 2006. The Effectiveness of Problem-Based Instruction : A Comparative Study of Instructional Methods and Student Characteristics. The Interdiscriplinary Journal of Problem Based Learning.
1(2): 1-69.
Rismalinda, A. 2014. Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Ilmiah dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Lancar pada Materi Kesetimbangan Kimia. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
61
Saputra, A. 2012. Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa.Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Siddiq, D. A. 2012. Efektivitas Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving dalam Meningkatkan Kemampuan Analisis Matematis Siswa.
Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.
Sumiati dan Asra. 2008.Model Pembelajaran.Wacana Prima. Bandung.
Sunyono. 2013.Buku Model Pembelajaran berbasis multipel representasi (Model
SiMaYang).Aura. Bandar Lampung.
Suryani, L A. 2012.Strategi Belajar Mengajar. Ombak. Yogyakarta.
Suyanti, R. D. 2010.Strategi Pembelajaran Kimia.Graha Ilmu. Yogyakarta.
Thompson, C. 2011. Critical Thinking Across The Curriculum: Process Over Output.International Journal of Humanities and Social Science.1(9): 1-7.
Tim Penyusun. 1995.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
___________. 2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.BNSP. Jakarta.
Trianto. 2014.Model Pembelajaran Terpadu .Bumi Aksara. Jakarta.
Wulantika, A. 2011. Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Team Quiz terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau dari Keaktifan Bertanya pada Siswa SMA Negeri 1 Karangpandan Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal