• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kontrastif kalimat sederhana Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kontrastif kalimat sederhana Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh:

ABDUL HAMID NIM : 109013000125

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

KALIMAT

SEDERHANA

BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh Abdul Hamid 10901300012s

JURUSAN

PENDIDIKAN

BAHASA DAN

SASTRA

INDONESIA

FAKULTAS

ILMU

TARBIYAH

DAN

KEGURUAN

UNIVERSTTAS

ISLAM NEGERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

(3)

Desember 2014 di hadapan dewan penguji. Karena

itu,

penulis berhak memperoleh galar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta, 27

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua JurusanlProdi) Dra. Hindun. M.Pd

NIP. 19701215 200912 2 001

Sekretaris Jurusan

Dona Aii Karunia Putra. MA

NIP. 19840409 20110t

I 015

Penguji I

Dr. Darsita Suparno, M. Hum NrP. 19610807 199303 2 001

Penguji 2

Dona Aii Karunia Putra. MA

NIP. 19840409 201101 1 015

Tanggal

?D...M.w:.r.k Qo\6

ao

.3"Atii

Lxt..:&.gPtY

o5.t9.1,.fu-'.r

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(4)

Nama

NIM

Jurusan/ Prodi

Judul Skripsi

Abdul Hamid

109013000125

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Analisis Kontrastif Kalimat Sederhana

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Dosen Pembimbing Dr. Nuryani, S.Pd, M. A

I

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan

saya siap bertanggung jawab secara akademis atas apa yang telah saya tulis.

J akarta, 27 F ebruari 20 I 5

NIM. 109013000125

(5)

i

Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Dr. Nuryani, S.Pd, M.A, Februari 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas persamaan dan perbedaan pola-pola kalimat sederhana bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan sample penelitian siswa kelas sembilan (IX) SMP Sabiluna Islamic Boarding School 2014/2015. Metode analisis data yang digunakan adalah metode padan intralingual melalui teknik hubung banding menyamakan (HBS) dan hubung banding membedakan (HBB).

Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Ada beberapa persamaan pola kalimat sederhana bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. pola yang sama itu yakni N + V + FN, N + V + N, dan N + V + FN + FAdv, dan 2) Perbedaan pola kalimat sederhana bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sangat besar. Perbedaan tersebut dikarenakan, 1) penggunaan verba auxiliary dalam bahasa Inggris sangat produktif, sedangkan dalam bahasa Indonesia verba auxiliary tidak ada, 2) perubahan bentuk verba dalam bahasa Inggris yang menyesuaikan aksi dalam kalimat, sedangkan dalam bahasa Indonesia untuk menunjukan aksi dari kalimat tersebut cukup ditambahkan keterangan saja dan verbanya tetap tidak mengalami perubahan, dan 3) pegisi predikat dalam bahasa Inggris harus berbentuk verba, maka tidak jarang dalam dalam kalimat bahasa Inggris verba yang mengisi pungsi verb/predikat bisa lebih dari satu. Ini berbada jauh dengan dengan bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia pengisi fungsi predikat tidak harus berbentuk verba; bisa nomina, frasa nomina, adjektiva, frasa adjektiva, numeralia, dan frasa preposisi.

(6)

ii

Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Advisor: Dr. Nuryani, S.Pd, M.A, Februari 2015.

This research aims to determine clearly the similarities and differences in patterns of simple sentences in Indonesian and English. This research is a qualitative descriptive study with a sample of ninth graders (IX) SMP Sabiluna Islamic Boarding School 2014/2015. Data analysis method used is equivalent method intralingual through techniques circuit appeal to equate (CAE) and the circuit appeal differentiate (CAD).

Results from this study are as follows: 1) There are some similarities simple sentence patterns of English and Indonesian. The same pattern was the N + V + FN, N + V + N, and N + V + FN + FAdv, and 2) Differences in the pattern of simple sentences in English and Indonesian are very large. The difference is because, 1) the use of auxiliary verbs in English are very productive, whereas in Indonesian auxiliary verbs do not exist, 2) changes in the form of the verb in the English language which adjusts the action in the sentence, while in Indonesian to show the action of the sentence is sufficient added A description and the verb remains unchanged, and 3) pegisi title in English should be shaped verb, it is not uncommon in the English sentence that fills punctures verb verb / predicate can be more than one. It berbada away with the Indonesian. In Indonesian filler predicate function need not be a verb; could be a noun, noun phrase, adjective, adjective phrase, numeralia, and prepositional phrases.

(7)

iii

yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, serta kesehatan rohani dan jasmani. Atas izin dan kasih-Nya penulis diberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada utusan Allah Swt, yaitu Nabi Muhammad Saw, kepada keluarganya, sahabatnya, serta segenap umatnya yang senantiasa mengikuti sunnahnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pembacanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Nurlena Rifa’i, MA. Ph. D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Hindun, M.Pd, selaku Ketua Prodi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dona Aji Karunia Putra, MA, selaku Sekretaris Prodi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dra. Mahmudah Fitriah ZA, M.Pd, selaku Penasihat Akademik yang selalu memberikan nasihat-nasihat yang berguna bagi penulis.

5. Dr. Nuryani, S.Pd, M.A, selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas ilmu, kesabaran, bimbingan, dan waktu yang diberikan selama penulisan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Program Studi Pendidikan Bahasa dan

(8)

iv

8. Keluarga Besar Bapak Dr. Fauzan, MA, yang selalu menyemangati dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Fitria Indriati, S.Pd, yang menjadi penyemangat penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.

10.Saudara Boby Aji Pamungkas, Saudara Dio Muhammad, Saudara Permadi Hendra L., Saudara Madsa’i, Saudara Septian Cahyo Putro, dan seluruh mahasiswa/mahasiswi PBSI angkatan 2009, teman-temanku seperjuangan, terima kasih atas dukungannya.

11.Keluarga besar Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD), terima kasih atas semangat yang telah kalian berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.Foto Copy Maju Jaya, Tyo, Uda Is, Rizky yang telah membantu penulis dan untuk berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga semua bantuan, dukungan, dan partisipasi yang diberikan kepada penulis senantiasa mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt. Serta diberikan balasan setimpal dari Allah Swt. Amin.

Akhirnya penulis pun berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

Jakarta, 27 Februaru 2015

(9)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah... 3

D. Rumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Analisis Kontrastif... 5

1. Pengertian Analisis Kontrastif ... 5

2. Hakikat Analisis Kontrastif ... 6

B. Sintaksis ... 10

1. Definisi Sintaksis ... 10

2. Fungsi, Kategori, dan Peranan Sintaksis ... 11

3. Satuan Sintaksis ... 13

C. Kalimat ... 16

1. Definisi Kalimat ... 16

2. Kalimat Sederhana ... 17

a. Pola Kalimat Sederhana Bahasa Indonesia ... 17

b. Pola Kalimat Sederhana Bahasa Inggris ... 19

D. Penelitian yang Relevan ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 23

B. Populasi dan Sample ... 23

(10)

vi

A. Deskripsi Data ... 25 B. Analisis Data ... 27 C. Interpretasi Data ... 47 BAB V PENUTUP

(11)

1

Setiap bahasa memiliki identitas yang berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada struktur dan makna. diketahui bahwa setiap negara memiliki bahasanya sendiri untuk berkomunikasi. Sebagai contoh negara Singapura dengan bahasa melayu, Filipina dengan bahasa tagalog, Perancis dengan bahasa perancis, India dengan bahasa hindi, dll. Di negara Indonesia sendiri ada tiga bahasa yang digunakan, pertama bahasa daerah –bahasa khas suatu daerah dari Sabang sampai Marauke, kedua bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia, dan ketiga bahasa Internasional yaitu bahasa Inggris yang digunakan untuk berkomunikasi dengan negara lain. Bahasa Indonesia memiliki persamaan dan berbeda dengan bahasa Inggris.

Cara melihat persamaan dan pebedaan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan membandingkan kedua bahasa tersebut. Perihal pembandingan kedua bahasa tersebut, maka diperlukan sebuah analisis yang mampu menjabarkan perbedaan dan perbedaan kedua bahasa baik secara umum atau pun secara khusus. Dalam lingusitik terapan ada sebuh pendekatan yang difokuskan pada penjabaran perbedaan dari kedua bahasa. Pendekatan ini disebut dengan analisi kontrastif atau disingkat Anakon. Anakon merupkan kegiatan untuk mencoba membandingkan struktur atau kaidah B1 dengan kaidah-kaidah B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan antar kedua bahasa disebut.1 Dengan kata lain, anakon menekankan pada perbandinganan yang akan menghasikan sejumlah perbedaan-perbedaan dari kedua bahasa yang hendak diteliti. Anakon dapat diterapkan pada linguistik mikro dan linguistik makro.

1

(12)

Kajian pada linguistik mikro diarahkan pada struktur internal suatu bahasa tertentu.2 Ini artinya dalam pengkajian linguistik mikro objek kajianya unsur yang terdapat dalam bahasa itu sendiri. Kajian linguistik mikro terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi. Sedangkan dalam linguistik makro, kajiannya diarahkan pada penyelidikan bahasa dalam kaitanya dengan faktor-faktor di luar bahasa.3 Berarti dalam pengkajian linguistik makro objek kajiannya menyangkutpautkan bahasa dengan faktor luar. Kajian linguistik makro diantaranya sosiolinguistik, psikolinguistik, filologi, dialektologi, dll.

Dalam kajian sintaksis terdapat tiga bagian, yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Kalimat bahasa Inggris dan bahasa Indonesia memiliki banyak persamaan dan perbedaan. Persamaan dan perbedaan kedua bahasa ini bisa dianalisis dengan cara membandingkan pola kalimat kedua bahasa tersebut. Secara umum orang menggunakan kalimat mulai dari yang sederhan sampai ketahapan yang komplek. Pola kalimat sederhan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan dan perbedaan itu dikarenakan ada kekhasan tersendiri, diantaranya ciri strukturnya.

Melihat pembahasaan di atas makan peneliti berminat untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan kalimat sederhana Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang digunakan oleh siswa kelas sembilan (IX) Sabiluna Islamic Boarding School dengan pengkajian analisis kontrastif. Oleh karena itu penelitian ini berjudul : “Analisis Kontrastif Kalimat Sederhana Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia”.

2

Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007), h. 15.

3Ibid.

(13)

B. Identifikasi Masalah

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait analisis kontrastif kalimat sederhana bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Hal-hal tersebut ialah:

1. Bentuk kalimat sederhana yang digunakan oleh siswa kelas sembilan (IX) Sabiluna Islamic Boarding School dalam bahasa Inggris

2. Bentuk kalimat sederhana yang digunakan oleh siswa kelas sembilan (IX) Sabiluna Islamic Boarding School bahasa Indonesia

3. Persamaan bentuk kalimat sederhana bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang digunakan oleh siswa kelas sembilan (IX) Sabiluna Islamic Boarding School.

4. Perbedaan bentuk kalimat bahasa sederhana Inggris dan bahasa Indonesia yang digunakan oleh siswa kelas sembilan (IX) Sabiluna Islamic Boarding School.

C. Batasan Masalah

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada pengkontrasan kalimat sederhana bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang digunakan oleh siswa kelas sembilan (IX) Sabiluna Islamic Boarding School.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang dikemukakan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimankah bentuk kalimat sederhana yang digunakan oleh siswa kelas sembilan (IX) Sabiluna Islamic Boarding School dalam bahasa Inggris? 2. Apakah persamaan dan perbedaan kalimat sederhana antara bahasa Inggris

(14)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan deskripsi yang lengkap tentang persamaan dan perbedaan kalimat sederhan bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Memberi kontibusi ilmiah dalam bidang linguistik menyangkut deskripsi

persamaan dan perbedaan kalimat sederhana bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.

2. Menjadi pijakan teoritis bagi penelitian-penelitian yang sejenis

(15)

5 1. Pengertian Analisis Kontrastif

Menurut Fisiak Analisis kontrastif, merupakan cabang ilmu linguistik yang sedikit banyak mempunyai sangkutan dengan perbandingan dua bahasa atau lebih dalam rangka untuk menentukan perbedaan dan persamaan di antara mereka. Seperti dalam kutipan dibawah ini.

“contrastive analysis (CA), or contrastive linguistics, as Fisiak pust it “ may be roughly defined as a subdiscipline of linguistics concerned whit

the comparison of two ot more languages or subsystems of languages in

order to determine both the differences and similarities between them”.1 “menurut Fisiak analisis kontrastif (CA), atau linguistik kontrastif, “merupakan subdisipliner linguistik yang bersangkutan sedikit dengan perbandingan dua bahasa yang lebih atau subsistem bahasa dalam rangka untuk menentukan perbedaan dan persamaan di antara mereka”.

Pendapat yang sama juga dilontarkan oleh oleh Fallahi yang mengatakan bahwa, Analisis Kontrastif adalah cabang linguistik yang membawa dua sistem bahasa dan membuat perbandingan kedua bahasa tersebut serta berusaha untuk menentukan persamaan dan perbedaan di antara kedua bahasa tersebut.

Secara tidak langsung, James mengartikan Analisis Kontrastif sebagai usaha untuk merumuskan persamaan dan perbedaan dalam struktur bahasa.

“Though the field is explicitly defined to seek to formulate similarities and differences in the structures of languages, yet “.. as the term contrastive implies, it is more interested in differences between languages that in their

likenesses”.2 Gagasan suatu bidang secara eksplisit didefinisikan sebagai usaha untuk merumuskan persamaan dan perbedaan struktur dalam bahasa,

1

Lotfolah Yarmohammadi, A Contrastive Analaysis Of Persian And English (Grammar, Vocabulary, And Phonology), (Iran: Payame Noor University, 2002), h. 1.

2

(16)

namun “... lebih tertarik pada perbedaan antara bahasa yang dalam kesamaan.

Targan mengatakan bahwa, analisis kontrastif adalah aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan di antara kedua bahasa.3

Menurut Dr. Firas Ali Suleiman Zawahreh, Analisis Kontrastif dianggap sebagai upaya untuk memprediksi di mana peserta didik mungkin memiliki kesulitan dan sebagai hasilnya membuat kesalahan4.

Bisa disimpulkan bahwa Analisis Kontrastif adalah komparasi sistem-sistem linguistik kedua bahasa yang digunakan sebagai landasan untuk memprediksi kesulitan dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh peserta didik dalam belajar berbahasa kedua.

2. Hakikat Analisis Kontrastif

Pada 1940-an dan 1950-an kiblat ilmu linguistik mengarah kepada linguistik struktural. Leonard Bloomfield, Edwar Sapir, Charles Hockett, Charles Fries, dan lainnya merupakan para pengemuka-pengemuka ilmu linguistik struktural. Menurut aliran linguistik struktural, tugas seorang linguistik ialah menjabarkan bahasa manusia dan mengenali struktural bahasa-bahasa itu. Dengan kata lain bahasa itu bisa dibongkar menjadi kepingan kecil dan kepingan-kepingan kecil ini bisa dijabarkan dengan secara ilmiah dan bisa dikontraskan yang pada akhirnya memungkinkan para linguis dan guru bahasa memperkirakan kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi oleh pembelajar.

Aliran Linguistik Struktural berprinsip bahwa bahasa itu merupakan suatu proses mekanis. Dari prinsip ini, para linguist memandang bahwa bahasa ada kaitanya dengan prilaku penutur sehingga bahasa itu bersifat behavioris. John B. Watson merupakan pakar behavioristik sekaligus pencipta istilah behaviorisme menjelaskan bahwa semua pembelajaran dengan proses pengkondisian kita

3

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, (Bandung: Angkasa, 1992), h. 4.

4

Firas Ali Suleiman Zawahreh, “A Linguistic Contrastive Analysis Case Study: Out Of

(17)

membangun sederetan koneksi stimulus-respon, dan prilaku-prilaku yang lebih kompleks dipelajari dengan membangun serangkaian atau rantai respon.5 Teori dari kaum behaviorisme tentang stimulus dan respon mempunyai pengaruh dan peranan penting dalam analisis bahasa. Prinsip dan pandangan ini yang telah mendorong pengembangan pemikiran dalam bidang pendidikan dan pengajaran bahasa.

Analisis kontrastif terbentuk dari sebuah telaah teori belajar ilmu jiwa tingkah-laku, dengan kata lain analisis kontrastif lahir dari sebuah teori psikologi. Dasar psikologi analisis kontrastif adalah teori transfer yang diuraikan dan diformulasikan di dalam suatu teori psikologi Stimulus-Respon kaum Behavioris.6 Perlu dipahami dalam teori belajar ilmu jiwa tingkah-laku ada dua poin penting yang harus di cermati baik-baik, yaitu :

a. Kebiasaan (habit), dan b. Kesalahan (error).

Jika dikaitkan dengan proses pemerolehan bahasa maka kedua poin ini menjadi : a. Kebiasaan berbahasa (language habit), dan

b. Kesalahan berbahasa (language error).

Didalam pemerolehan bahasa pertama, anak-anak menguasai bahasa ibunya dengan melalui peniruan. Melalui kegiatan peniruan anak-anak mengembangkan pengetahuannya mengenai struktur, pola kebiasaan bahasa ibunya. Melalui peniruan dan penguatan, siswa atau pembelajar akan mengidentifikasi hubangan antara stimulus dan respon yang merupakan kebiasaan dalam berbahasa kedua.

Perlu diketahui bahwa pakar pertama yang melakukan analisi kontratif ialah Grandgent. Grandgent menerbitkan sebuah buku tentang analisis dua bahasa yaitu bahasa Jerman dan bahasa Inggris pada tahun 1892. Akan tetapi, Carl James mengatakan bahwa “Anakon Modern” dimulai pada tahun 1957 dengan tokoh Robet Lado. Melalui bukunya yang berjudul Linguistik Across Cultures, Robet

5

H. Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, terjemahan Noor Cholis dan Yusi Aviano Pareanom, (Amerika Serikat: Pearson Education, Inc, 2008) h. 94

6

(18)

Lado memperkenalkan dan menerapkan Anakon. Robet Lado mengemukakan sebuah hipotesis Anakon yang keras seperti dibawah ini :

The plan of book rest on the assumptions that we can predict and describe pattern that will cause difficulty, by comparing systematically the

languge and culture to be learned with the native languge and culture of

the student”.7

Rencana buku ini bersandar pada asumsi bahwa kita dapat memprediksi dan menjelaskan pola yang akan menyebabkan kesulitan, dengan membandingkan bahasa secara sistematis dan budaya yang harus dipelajari dengan bahasa dan budaya asli siswa.

Robet Lado pun memperkuat hipotesisnya dengan ucapan dari C.C. Fries sebagai berikut.

The most efficient materials are those that are bace upon a scientific description of the language to be learning, carefully compared with a

parallel description of the native language of the learner”.8

Bahan yang

paling efisien untuk pembelajaran ialah dasar pada deskripsi ilmiah bahasa yang akan dipelajar, dengan hati-hati dibandingkan dengan deskripsi paralel dari bahasa asli pelajar.

Tiga tahun setelah terbitnya buku ini diadakan konpresi meja bundar di washington D.C. yang bertemakan “contrastive linguistc and its pedagogical”. Kegiatan yang sama diulangi lagi pada tahun 1971 di hawai. Kegiatan-kegiatan ini yang memperkuat kedudukan analisis kontrastif dan bidang linguistik, khususnya pengajaran linguistik.

Untuk menjawab usaha memperbesar keberhasilan pengajaran dan pembelajaran bahasa asing atau bahasa kedua. Para penganut Anakon memiliki beberapa asumsi dasar, yaitu :

a) Kesukaran-kesukaran utama dalam mempelajari suatu bahasa baru disebabkan oleh interferensi dari bahasa pertama.

b) Kesukaran-kesukaran tersebut dapat diprediksi atau diperkirakan oleh analisis kontrastif.

7

Jos Daniel Parera, LINGUISTIK EDUKASIONAL: Metode Pembelajaran Bahasa Analisis Kontrastif Antarbahasa Analisis Kesalahan Berbahasa, (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 107.

8Ibid

(19)

c) Materi atau bahan pengajaran dapat memamfaatkan analisis kontrastif untuk mengurangi efek-efek interferensi. Analisis kontrastif memang lebih berhasil dalam bidang fonologi dari pada bidang-bidang bahasa lainnyan.9 Dalam Anakon istilah interferensi dan trasfer akan selalu muncul dalam setiap analisis. Karena sebagaian pakar meyakini bahwa interferensi dan trasfer merupakan salah satu faktor penghabat pemerolehan bahasa kedua.

Istilah interfensi dipergunakan oleh kalangan psikologi untuk menunjukan pengaruh tingkah laku yang lama terhadap hal-hal baru yang sedang dipelajari. Para sosiolinguistik mempergunakan istilah interfensi untuk merujuk ke interaksi berbahasa, seperti pinjaman linguistik dan alih kode yang terjadi sewaktu dua paguyuban bahasa berkontak.10

Uriel Weinreich mendefinisikan interferensi sebagai :

“Those instances of deviation from the norms of either language which

occur in the speech of billinguals as a result of their familiarity with more

than one language, i.e., as a result of language in contact,will be referred

to as interference phenomena. Hal tersebut contoh penyimpangan dari norma-norma baik bahasa yang terjadi dalam pidato billingual sebagai hasil dari keakraban dengan lebih dari satu bahasa, yaitu sebagai hasil dari kontak bahasa disebut sebagai fenomena interferensi.

Para penganut Anakon berpendapat timbulnya interferensi disebabkan ketidakfamiliaran penutur bahasa pertama dengan bahasa kedua yang dipelajari. Menurut Weinreich dan Haugen interferensi tidak dapat dihindarkan walaupun kecil, hal ini dilihat dari hasil observasi interaksi bahasa antara penutur bilingual dan monolingual. Sedangkan menurut penganut Anakon kemungkinan besar interferensi terjadi karena kurangnya kebilingualan seseorang.

Istilah transfer menurut para pakar psikologi tingkah laku merujuk kapada satu proses penggunaan pengalaman yang silam secara otomatis, tak terkendali, dan bahwa sadar dalam usaha menjawab tantangan baru. Dalam hal ini dapat terjadi

9

Henry Guntur Tarigan, PENGAJARAN ANALISIS KONTRASTIF BAHASA, (Bandung: Angkasa, 1992), h. 5.

10

(20)

transfer negatif dan trasfer positif. Trasfer negatif terjadi jika tingkah laku atau kebiasaan yang lama tidak terdapat dalam situasi yang baru, sedangkan transfer positif terjadi jika tingkah laku atau kebiasaan lama dan baru memiliki persamaan. Terkait pengajaran bahasa menurut paham teori psikologi behaviorisme, kesalahan berbahasa terjadi karena trasfer negatif. Penggunaan sistem B1 dalam ber-B2, sedangkan sistem itu berbeda dalam B2 (bahasa kedua). Perbedaan sistem bahasa ibu dapat diidentifikasi melalui B1 (bahasa pertama atau ibu) dengan B2.

[image:20.595.115.513.249.583.2]

Interfernsi terjadi dari penutur bilingual yang secara sadar dan familiar mengetahui dua bahasa tersebut dan menggunakan campur dari dua bahasa tersebut akan menimbulkan alih kode atau campur kode. Sedangkan transfer terjadi untuk perpindahan bahasa yang menyebabkan kesalahan karena bentuk struktur yang tidak sama atau penggunaan yang tidak sama. Untuk memperoleh gambaran yang jelas, mari kita perhatikan gambar dibawah ini.

Situasi Bilingual Situasi Belajar

Campur kode/ alih kode = interferensi Trasfer = pindahan

B. Sintaksis

1. Definisi Sintaksis

Menurut kamus, Sintaksis berasal dari kata Yunani, “Syn” yang artinya “bersama-sama”, dan “taksi” yang berarti “ rangkaian, urutan, dan pengaturan”. Secara terminologi, sintaksis dapat digambarkan sebagai studi dari aturan atau “hubungan yang dipolakan” untuk mengatur cara kata secara bersama -sama dalam suatu kalimat.11

11

Muhamamad Farkhan, An Introduction To Linguistics, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 71.

(21)

Abdul Chaer mengatakan bahwa, sintaksis ialah membicarakan perihal penataan dan penempatan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.12

Djoko Kentjono mengatakan bahwa, sintaksis adalah ilmu yang menelaah struktur satuan bahasa yang lebih besar dari kata, mulai dari frasa hingga kalimat.13

Menurut Henry Guntur Tarigan, sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa yang membicarakan struktur-struktur kalimat, klausa, dan frasa.14

Dalam kajian sintaksis, Linguistik Tradisional yang berkembang sejak zaman Yunani sangat tegas dalam memisahakan kajian morfologi dan kajian sintaksis. Kajian morfologi bertumpu pada kajian mengenai kata; sedangkan kajian sintaksis bertumpu pada satuan kalimat. Kajian morfologi bergelut pada analisis kata, sedangkan sintaksis bergelut pada analisis satuan kalimat. Satuan frasa dan klausa yang belum dikenal.

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sintaksis adalah suatu telaah dalam cabang tata bahasa yang membicarakan struktur-struktur kalimat, kalusa, dan frasa.

Ketika membicarakan struktur sintaksis yang pertama yang harus dibahas mengenai fungsi sintaksis, kategori sintaksis, dan peran sintaksis. Ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan dalam pembahasan mengenai sintaksis.

2. Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis

Fungsi sintaksis adalah semacam “kotak-kotak” atau “tempat-tempat” dalam struktur sintaksis yang kedalamannya akan diisikan kategori-kategori tertentu. Kotak-kotak itu bernama subjek (S), predikat (P), objek (O), komplemen (Kom), dan keterangan (Ket)15. Contohnya terdapat dalam kalimat sebagai berikut:

(1) Nenek melirik kakek tadi pagi

12

Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007), h. 206.

13

Liberti P. Sihombing dan Djoko Kentjono, “Sintaksis” dalam Kushartanti , dkk (ed),

Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 123.

14

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Sintaksis, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 6.

15

(22)

Dalam kalimat diatas ada tempat-tempat kosong yang bernama subjek diisi oleh kata nenek, tempat kosong yang bernama predikat diisi oleh kata melirik, tempat kosong yang bernama objek diisi oleh kata kakek, dan tempat kosong yang bernama keterangan diisi oleh frase tadi pagi.

Jenis atau tipe kata yang menjadi pengisi fungsi-fungsi sintaksis merupakan kategori sintaksis. Kategori sintaksis berkenaan dengan istilah nomina (N), verba (V), adjektiva (A), adverbial (Adv), Numeralia (Num), proposisi (Prep), konjungsi (Konj), dan pronominal (Pron). Nomina, verba, adjektifa merupakan kategori utama, sedangkan adverbial, numerali, proposisi, konjungsi dan pronominal adalah kategori tambahan.

Selain kategori sintaksis yang menjadi pengisi fungsi-fungsi sintaksis ada juga pengisi lainnya yang disebut dengan peranan sistaksis. Peranan sintaksis berkenaan dengan istilah pelaku, penderita, dan penerima. Ambilah contoh kalimat sebagai berikut:

(2) nenek membaca komik

dalam kalimat di atas nenek pengisi fungsi sintaksis S dengan kategori nomina yang berperan ”pelaku”, membaca pengisi fungsi sintaksis P dengan kategori verba yang berperan “tindakan”, dan komik pengisi fungsi sintaksis O dengan kategori nomina berperan “sasaran”.

Susunan fungsi sintaksis tidak selalu harus S, P, O, dan K. misalkan dalam kalimat:

(3) Keluarlah nenek dalam kamarnya

mempunyai fungsi sintaksis P, S, dan K. begitupun fungsi K dalam kalimat-kalimat dibawah ini mempunyai posisi yang tidak sama

(4a) Tadi pagi nenek melirik kakek (4b) Nenek tadi pagi melirik kakek (4c) Nenek melirik kakek tadi pagi

(23)

akan merubah kontruksi sebuah struktur sintaksis. Banyak pakar yang berpendapat bahwa struktur sintaksis minimal harus ada fungsi sintaksis subjek dan fungsi sintaksis predikat, sedangkan fungsi sintaksis objek dan keterangan boleh tidak muncul terlebih mengingat kemunculan objek ditentukan oleh transitif atau tidaknya verba yang mengisi fungsi sintaksis predikat dan fungsi sintaksis keterangan hanya muncul ketika diperlukan.

3. Satuan Sintaksis

Ada lima macam dalam satuan gramatikal, yaitu kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Jika disusun secara hierarkial kata merupakan satuan terkecil yang membentuk frase. Lalu, frase membentuk klausa, klausa membentuk kalimat, dan kalimat membentuk wacana.

Wacana Kalimat Klausa

Frasa kata

Hierarki pertama adalah kata, kata dalam satuan sintaksis merupakan satuan terkecil, yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase.16 Kata dapat digolongkan menjadi dua jenis besar, yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologis, merupakan kelas terbuka dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan turunan.17 Kata penuh masih dibedakan menjadi kata-kata yang termasuk kategori nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan numeralia, sedangkan kata tugas ialah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses

16

Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007), h. 219.

17Ibid.

(24)

morfologis, merupakan kelas tertutup, dan di dalam peraturan tidak bisa berdiri sendiri.18 Preposisi dan konjungsi termasuk ke dalam kategori kata tugas.

Hierarki kedua adalah frasa, Menurut Muhammad Farkhan, frasa dapat didefinisikan sebagai struktur sintaksis yang memiliki sifat sintaksis berasal dari pusat.19 Struktur sintaksis tersebut harus dalam bentuk kelompok kata dan berfungsi sebagai satu kesatuan dalam sintaks. Klausa memiliki kombinasi verba subjek-terbatas, akan tapi frasa tidak memiliki kedua subjek dan kata kerja yang terbatas. Menurut Abdul Chaer, Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau lazim disebut sebagai gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.20 Frasa dikatakan nonpredikatif karena frase tidak dibentuk dari dua unsur yang berstruktur subjek - predikat atau predikat-objek. Contohnya kontruksi tata boga dan inter lokalbukanlah frasa, sedangkan kontruksi belum makan dan tanah tinggi merupakan frasa. Dari penjabaran tersebut jelas nyatanya frasa merupakan konsituen pengisi fungsi-fungsi sintaksis.

Hierarki ketiga adalah klausa, klausa adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri dari subjek dan predikat.21 Menurut Abdul Chaer, klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata yang berkontruksi predikatif. Muhammad Farkan juga mengatakan yang sama terkait definis klausa, bahawa klausa merupakan kelompok kata yang terdiri dari subjek dan predikat meskipun di dalamnya terdapat klausa tidak terbatas yang dimana subjeknya sering tidak secara eksplisit diberikan.

Dari ketiga definisi tersebut jelas bahwa klausa merupakan kontruksi yang didalamnya harus ada kompnen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan. Selain fungsi predikat dikatakan wajib dalam kontuksi klausa, fungsi subjek pun boleh dikatakan wajib ada dalam kontuksi klausa, sedangkan fungsi yang lain bersifat

18Ibid

. h. 219.

19

Muhammad Farkhan, In Introduction To Linguistics, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 82.

20

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Sintaksis, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 222.

21Ibid,

(25)

tidak wajib. Contoh kontuksi kamar mandi bukanlah sebuh klausa karena hubungan komponen kamar dengan komponen mandi bukalah bersifat predikatif. Namun kontruksi nenek mandi merupakan sebuah klausa kerena hubungan komponen nenek dan komponen mandi bersifat presikatif, nenek adalah pengisi fungsi subjek dan mandi adalah pengisi fungsi predikat.

Hierarki yang keempat adalah kalimat. Kalimat adalah satuan bahasa yang mengatakan sesuatu dalam struktur memperbaiki tata bahasa dan tanda baca, dan ditandai dalam kebanyakan bahasa dengan kehadiran sebuah kata kerja yang terbatas.22 Pendapat lain mengatakan, kalimat adalah satuan bahasa yang secara reklatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa.23 Kalimat sebagai satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi apabila diperlukan, dan disertai dengan intonasi final24.

Dari beberapa penjelasan diatas bisa ditari secara garis besar, bahwa yang terpenting dalam kontuksi kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final, sedangkan konjungi ada jika diperlukan saja. Konstituen dasar biasanya berbentuk suatu klasua. Seandainya sebuah klausa diberikan intonasi final, maka akan terbentuklah sebuah kalimat.

Hierarki yang terakhir dalam satuan gramatikal adalah wacana. Wacana adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam satuan bangun bahasa.25 Abdul Chaer mendefiniskan wacana sebagai satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.26

Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka wacana memiliki sebuah konsep dan gagasan yang membentuk suatu bangunan bahasa yang utuh yang bisa dipahami oleh pembaca. Sebagai satuan gramatikal tertinggi, ini artinya wacana

22

Muhammad Farkhan. In Introduction To Linguistics. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006. h. 86.

23

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Sintaksis, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 8.

24

Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007), h. 240.

25

Liberti P. Sihombing dan Djoko Kentjono, “Sintaksis” dalam Kushartanti , dkk (ed),

Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 92.

26Op. Cit,

(26)

dibentuk dari kalimat-kalimat yang sudah minimal memenuhi syarat sebagai satuan gramatiakal dan maksimal memenuhi persyaratan kewacanaan lainnya seperti, kekohesian, keterpaduan dengan konteks, dll.

Dalam tataran sintasksis kata dan wacana tidak dibahas secara mendalam, yang dibahas secara mendalam adalah frasa, klausa, dan kalimat. Kata tidak dibahasa secara mendalam karena kata satuan terbesar dalam tataran morfologi dan bidang morfologi yang lebih banyak membahas mengenai kata. Wacana merupakan satuan yang paling tinggi dalam tataran gramatikal dan bidang semantik yang mengulas lebih dalam mengenai wacana.

C. Kalimat

1. Definisi Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa yang mengatakan sesuatu dalam struktur memperbaiki tata bahasa dan tanda baca, dan ditandai dalam kebanyakan bahasa dengan kehadiran sebuah kata kerja yang terbatas.27

Pendapat lain mengatakan, kalimat adalah satuan bahasa yang secara reklatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa.28

Abdul Chaer mendifinisikan kalimat sebagai satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi apabila diperlukan, dan disertai dengan intonasi final29.

Dari beberapa penjelasan di atas bisa ditari secara garis besar, bahwa kalimat merupakan satuan bahasa yang dibentuk oleh klausa dan secara relatif dapat berdiri sendiri dengan disertai intonasi akhir.

Dalam kontuksi kalimat hal yang harus ada ilah konstituen dasar dan intonasi final, sedangkan konjungi ada jika diperlukan saja. Konstituen dasar biasanya berbentuk suatu klasua. Seandainya sebuah klausa diberikan intonasi final, maka akan terbentuklah sebuah kalimat.

27

Muhammad Farkhan. In Introduction To Linguistics. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006. h. 86.

28

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Sintaksis, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 8.

29

(27)

2. Kalimat Sederhana

Kalimat sederhana atau inti adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, atau netral.

Muhammad Farkhan mendefinisikan kalimat sederhana sebagai kalimat yang terdiri dari klausa independen tunggal tanpa klausa dependen.30

Dari penjelasan di atas jelas bahwa kalimat sederhan dibentuk oleh satu klausa. Klausa dibentuk oleh subjek dan predikat.31 Ini artinya kontruksi kalimat sederhana berupa subjek dan predikiat.

a. Pola Kalimat Sederhana Bahasa Indonesia

Pola kalimat sederhana bahasa Indonesia sebagai berikut:32

1. FN + FN

Ibu dokter

2. FN + FV

Kakak berbaring

3. FN + FA

Bajunya sempit

4. FN + Fnum

Uangnya dua juta

5. FN + FP

Buku itu di lemari

6. FN + FV + FN

kami belajar linguistik

7. FN + FV + FN + FN

Ibu memblikan adik boneka

30Ibid,

h. 87.

31

Hanry Guntur Tarigan, PENGAJARAN SINTAKSIS, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 74.

32

(28)

Keterangan :

FN = Frasa Nomina FV = Frasa Verba FA = Frasa adjektif FNum = Frasa Numeral FP = Frasa Preposisi

Secara umum struktur kalimat sederhan bahasa Indonesia diisi oleh subjek, predikat, objek, dan keterangan. Unsur yang harus ada dalam kalimat minimal subjek dan predikat, sedangkan objek dan keterangan boleh tidak ada; apalagi mengingat kemunculan objek ditentukan verba yang mengisi predikat; dan fungsi keterangan hanya hadir disaat dibutuhkan saja.

Dalam bahasa Indonesia untuk menunjukan waktu berlangsungnya sebuah tindakan yang ditunjukan oleh verba pengisi predikit dalam kalimat hanya perlu menambahkan kata yang menunjukan keterangan waktu. Contohnya:

b. Saya makan nasi c. Saya telah makan nasi d. Saya sudah makan nasi e. Saya akan makan nasi f. Saya sedang makan nasi

(29)

b. Pola Kalimat Sederhana Bahasa Inggris

Pola kalimat sederhana bahasa Inggris sebagai berikut:33

a. NP be Adj

Food is good

b. NP be Adv

The girl is here

c. NP be NP

My brother is a doctor

d. NP VP

Girls smile

e. NP VP NP

The girls bought a dress

f.

Keterangan :

33

J.D. Parera, Dasar-Dasar Analisis Sintaksis, (Jakarta : Erlanga, 2009), h.28

NP VP NP

The basketball team

chose Charlotte captai NP

He considered Her brilliant Adj

I thought the caller you Pronoun

We supposed him upstairs Adv

I imagined Her eating V, present

participle

I Believed Him seated V, past

participle

(30)

N = Noun (nomina) V = Verb (verba) Adj = Adjective (adjektif) Adv = Adverb (adverbial)

Pp = Preposition phrases (frasa preposisi)

Secara umum struktur kalimat sederhan bahasa Inggris sama dengan bahasa Indonesia yaitu diisi oleh subjek, predikat, objek, dan keterangan. Dalam bahasa Inggris untuk menunjukan waktu berlangsungnya sebuah tindakan yang ditunjukan oleh verb pengisi predikit (verb) dalam kalimat disebut tenses. Rumusan tenses sebagai berikut:34

1. Simple Present

I study English every day. 2. Simple Past

He played football yesterday 3. Simple future

I am going to study English next year. 4. Present continuous

I am studying English now. 5. Past Continuous

I was studying English when you called yesterday. 6. Future Continuous

I will be studying English when you arrive tonight. 7. Present Perfect

I have studied English in several different countries. 8. Past Perfect

I had studied a little English before I moved to the U.S. 9. Future Perfect

I will have studied every tense by the time I finish this course

34

(31)

D. Penelitian yang Relevan

Suatu penelitian yang sudah dilakukan dapat dijadikan sebagai titik tolak dan acaun untuk penelitian-penelitian berikutnya. Oleh sebab itu, sangat penting untuk melihat penelitian-penelitain sebelumnya untuk mengetahui relevansinya terhadap penelitian yang berikutnya. Berikut adalah penelitian-penelitian yang berkaitan dengan analisis kontrastif bahasa Indonesia sebagai bahasa pengajaran kedua.

Pertama, Nanan Abdul Manan dari STKIP Muhammadiyah Kuningan dengan penelitian “Analisis Kontrastif Pengandaian Bahasa Indonesia Dengan Bahasa Inggris”. Penelitian ini mengkontraskan kata pengandaian bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Hasil penelitian ini ialah persamaan dan perbedaan dilihat secara struktural. persamaan kalimat pengandaian dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yaitu dengan adanya kata khusus yang digunakan dalam kalimat pengandaian ini, dalam Bahasa Indonesia menggunakan jika, seandainya, seumpama, dan apabila, sedangkan dalam Bahasa Inggris menggunakan kata’if’ dalam membuat kalimat pengandaian ini. Sedangkan perbedaannya adalah dalam Bahasa Indonesia tidak mengenal perbedaan waktu pengucapan. Kalimat pengandaian diatas ini diucapkan sama meskipun kalimat ini diucapkan sekarang (present), masa depan (future), ataupun masa lalu (past). Dikarenakan perbedaan waktu maka kata kerja yang digunakan dalam masing-masing tenses berbeda, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak ada perbedaan kata kerja.

(32)

orang ketiga feminim, kata ganti orang ketiga jamak, dan kata ganti orang netral. Perbedaan kata ganti bahasa Inggris dan bahasa Yali baik dari segi bentuk dan maknanya tidak ditemukan sebuah perbedaan.

Ketiga, Dr. Gusti Astika, MA dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dengan penelitian “Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Asing”. penelitian ini menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua atau bahasa pembelajaran untuk orang asing. Penelitian ini mengungkapkan aspek-aspek yang lebih spesifik, yaitu kesalahan pemakaian awalan me yang dibuat oleh penutur asing yang belajar bahasa Indonesia secara formal di kelas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa frekuensi paling besar yang dilakukan penutur asing adalah kesalahan penggunaan atau tidak digunakannya awalan me- dari pada pemakaian imbuhan yang lain.

(33)

23

Metode yang digunakan dalam penulisan laporan penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data tulisan atau lisan di masyarakat bahasa.1 Untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan kalimat sederhana bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, penulis melakukan tiga tahapan, yaitu tahapan pengumpulan data, penganalisisan data, dan penyajian hasil analisis data.

B. Populasi dan Sampel

Objek dalam penelitian ini adalah SMP Sabiluna Islamic Boarding School Pondok Ranji . Subjek penelitian ini hanya siswa kelas sembilan (IX) tahun ajaran 2014/2015. Kelas sembilan berjumlah 14 siswa dengan pengampu mata pelajaran bahasa Inggrisnya Mr. Abdul Halim S. Pd. Data dalam penelitian ini diambil 50% dari jumlah populasi yang ada.

C. Sumber Data

Data dalam penelitian ini berbentuk data tulisan kalimat sederhana bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Data kalimat sederhan bahasa Inggris dalam penelitian ini didapatkan dari karangan siswa kelas sembilan (IX) SMP Sabiluna Islamic Boarding School. Sedangkan data kalimat sederhana bahasa Indonesia, hasil terjemahan dari karangan siswa kelas sembilan (IX) SMP Sabiluna Islamic Boarding School. Artinaya data bahasa Indonesia merupakan data yang diperoleh melalui intuisi peneliti karena peneliti merupakan penutur asli dari bahasa yang sedang diteliti. Alasan peneliti memilih Sabiluna Islamic Boarding School sebagai sumber data penelitian adalah karena sekolah ini berbasis moderen

1

T. Fatimah Djdjsudarma, Metode Linguistik”Ancangan Metode Penelitian dan Kajian”,

(34)

dengan tidak meniggalkan asas nilai keislaman serta penanaman bahasa Inggris yang cukup kompetitif.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti melakukan metode simak, yaitu metode yang digunakan utnuk memperoleh data dengan cara peneliti melakukan penyimakan penggunaan bahasa.2 Cara kerja pengumpulan data penelitian ini diawali dengan membaca secara intensif, mengamati serta mencermati kaliamt sederhana bahasa Inggris yang digunakan dalam karangan siswa kelas sembilan (IX) SMP Sabiluna Islamic Boarding School. Seluruh data yang ditemukan selanjutnya dipindahkan ke kartu data dengan teknik catat.

E. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode padan intralingual, yaitu metode analisis bahasa dengan cara menghubung–bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda.3 Metode ini dijabarkan dengan teknik hubung banding menyamakan (HBS) dan hubung banding membedakan (HBB).

2

Mahsun, M.S, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi,Metode,dan Tekniknya,

(Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2005), h. 92.

3Ibid

(35)

25

[image:35.595.81.533.204.747.2]

Dibawah ini hasil catatan peneliti tentang kalimat sederhan yang diambil dari hasil karangan siswa SMP Sabiluna Islamic Boarding School kelas sembilan (IX).

Tabel 1.1

Kalimat Sederhana Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia

No. Data Bahasa Inggris Bahasa Indonesia

1. Data 1 I have two cats Saya mempunyai dua kucing 2. Data 2 His name are loly and cimot namanya loly dan cimot 3. Data 3 They are not closely each other Mereka tidak dekat satu sama

lain 4. Data 4 She likes fish, ice cream, chocolate,

chesee, etc.

Dia suka ikan, es krim, keju, dll.

5. Data 5 We are a family Kita keluarga

6. Data 6 My name is Nabila Nur Fitri Namaku adalah Nabila Nur Fitri

7. Data 7 I have five best friends Saya mempunyai lima sahabat terbaik

8. Data 8 I and my friends drive Mos Temanku dan aku mengendarai Mos

9. Data 9 He is always evil in the class Dia selalu jahat di kelas 10. Data 10 His father is Iwan Ayahnya adalah Iwan

(36)

12. Data 12 I have step mother Saya mempunyai ibu tiri 13. Data 13 She name is Sarah Namanya adalah Sarah 14. Data 14 My name is Lukman Namaku adalah Lukman 15. Data 15 I have a hope Aku memiliki sebuah harapan 16. Data 16 Silat is from Indonesia Silat berasal dari Indonesia 17. Data 17 Silat is useful for ourself and sport Silat berguna untuk diri

sendiri dan olahraga 18. Data 18 Silat is usually used for extrakurikuler

in the school

Silat bisa digunakan untuk ekstrakulikuler di sekolah 19. Data 19 Silat is very useful for everyday and

everywhere

Silat sangat berguna untuk sehari-hari dan dimana pun

20. Data 20 Silat has been famous to international Silat sudah terkenal ke dunia Internasional

21. Data 21 I and my family decided to visit pangandaran beach last month

aku dan keluargaku memutuskan pergi ke pantai pengadaran bulan lalu

22. Data 22 I was playing and swimming as long as two days

aku bermain dan berenang selama dua hari

(37)
[image:37.595.77.517.147.577.2]

Tabel 1.2

Jumlah kalimat sederhana yang digunakan siswa

No Siswa Jumlah Kalimat Sederhana

1. Velia Shafira 5

2. Nabila Nur Fitri 3

3. Aji 3

4. Novita 2

5. Lukman 2

6. Fahrurozi 5

7. Yusni Nur Aini 3

Jumlah Kalimat Sederhana 23

B. Analisis Data

Berdasarkan data di atas, peneliti mencoba untuk menganalisis persamaan dan perbedaan kalimat sederhana bahasa Inggris dan bahasa Indonesia perkalimat dalam teks.

Teks 1

Nama : Velia Shafira Kelas : IX (Sembilan)

Sekolah : SMP Sabiluna Islamic Boarding School

My Cute Cat

(38)

Dalam data di atas ada empat kalimat sederhana yang digunakan penulis, yaitu : I have two cats, His name are loly and cimot, They are not closly each other, She likes fish, ice cream, chocolate, chese, ect, dan We are a family Berikut penjelasan atas data tersebut:

Data 1

BIng : I have two cats

BI : Saya mempunyai dua kucing

Kalimat I have two cats di atas merupakan kalimat verbal yang berpolakan N + V + FN, kalimat ini berbentuk kalimat sederhana atau dalam bahasa inggris tenses simple present. Dimana I (N) mengisi fungsi subjek, have (V) mengisi fungsi verb/predikat, dan two cats (FN) mengisi fungsi objek. Kalimat ini merupakan kalimat aktif.

Kalimat saya mempunyai dua kucing berpolakan N+V+FN. Dimana saya (N) mengisi fungsi subjek, mempunyai (V) mengisi fungsi predikat, dan dua kucing (FN) memengisi fungsi objek. Jenis kalimat ini merupakan kalimat aktif.

Persamaan kedua kalimat di atas adalah keduanya menggunakan pola kalimat N+V+FN.

Perbedaan dari kedua kalimat di atas adalah ciri kalimat aktifnya. Dalam bahasa Inggris kalimat aktif dapat dikenal dengan bentuk dasar dari verb dalam penyusunan kalimatnya. kata have dalam kalimat I have two cats merupakan verba dasar (V1) dengan penyusunan kalimatnya S + V1 + O. Dalam bahasa Indonesia kalimat aktif dapat dikenali dengan penambahan prefiks me- atau memper- pada verbanya. Kata mempunyai (V) dalam kalimat saya mempunyai dua kucing merupakan verba aktif dengan kontruksi verba punya ditambah

(39)

Data 2

BIng : His name are loly and cimot BI : Namanya adalah loly dan cimot

Kalimat his name are loly and cimot di atas merupakan kalimat nominal yang berpolakan FN + V. auxiliary + FN. Dimana his name (FN) mengisi fungsi subjek, are (V. auxiliary) mengisi fungsi verb/predikat, dan loly dan cimot (N-plural) mengisi fungsi objek. Auxiliary verb merupakan kata kerja bantu digunakan bersamaan dengan verb lainnya yang berfungsi khusus secara gramatikal.

Kalimat namanya adalah loly dan cimot berpolakan N + V + FN. Dimana namanya (N) mengisi fungsi subjek, adalah (V) mengisi fungsi predikat, dan loly

dan cimot (FN) mengisi fungsi objek.

Perbedaan kedua kalimat di atas yaitu pertama, pola kalimatnya berbeda. Kalimat his name are loly and cimot berpolakan FN + V. auxiliary + FN, sedangkan kalimat namanya adalah loly dan cimot berpolakan N + V + FN. Kedua, pengisi fungsi predikat dalam kalimat. Dalam kalimat his name are loly and cimot pengisi fungsi predikat diisi oleh verb auxiliary, sedangkan kalimat namanya adalah loly dan cimot pengisi fungsi predikatnya diisi oleh verba yaitu adalah.

Data 3

BIng : They are not closely each other BI : Mereka tidak dekat satu sama lain

Kalimat they are not closely each other di atas merupakan kalimat nominal yang berpolakan N + V.auxiliary + Adv + FN. Dimana they (N) mengisi fungsi subjek, are (V. auxiliary) mengisi fungsi verb/predikat, closely (Adv) mengisi fungsi complement dari subject atau adverb, dan each other (FN) mengisi fungsi objek.

(40)

kedalam jenis kalimat non-verbal dimana pengisi fungsi predikat diisi oleh selain verba.

Perbedaan kedua kalimat di atas yaitu pertama, pola kalimatnya berbeda. Kalimat they are not closely each other berpolakan N + V.auxiliary + Adv + FN, sedangkan kalimat mereka tidak dekat satu sama lain berpolakan N + Fadj+FNum. Kedua, pengisi fungsi predikat dalam kalimat. Dalam kalimat they are not closely each other pengisi fungsi predikat diisi oleh verb auxiliary, sedangkan kalimat mereka tidak dekat satu sama lain pengisi fungsi predikatnya diisi oleh frasa adjektiva yaitu tidak dekat.

Data 4

BIng : She likes fish, ice cream, chocolate, chesee, etc. BI : Dia suka ikan, es krim, keju, dll.

Kalimat she likes fish, ice cream, chocolate, chesee, etc di atas merupakan kalimat verbal yang berpolakan N + V + N, kalimat ini berbentuk kalimat sederhana atau dalam bahasa Inggris tenses simple present. Dimana she (N) mengisi fungsi subjek, likes (V) mengisi fungsi verb/predikat, dan fish, ice cream, chocolate, chesee, etc (N-plural) mengisi fungsi objek.

Kalimat dia suka ikan, es krim, keju, dll berpolakan N+V+N. Dimana dia (N) mengisi fungsi subjek, suka (V) mengisi fungsi predikat, dan ikan, es krim, keju, dll (FN) memengisi fungsi objek.

Persamaan kedua kalimat di atas yaitu, 1) keduanya menggunakan pola kalimat N + V + FN. Perbedaan dari kedua kalimat di atas yaitu, pengisi fungsi predikat dalam kalimat. Dalam kalimat she likes fish, ice cream, chocolate, chesee, etc. pengisi fungsi predikat diisi oleh verb yakni likes, sedangkan kalimat

dia suka ikan, es krim, keju, dll pengisi fungsi predikatnya diisi oleh adjektiva

(41)

Data 5

BIng : We are a family BI : Kita adalah keluarga

Kalimat we are a family di atas merupakan kalimat nominal yang berpolakan N + V. auxiliary + FN. Dimana we (N) mengisi fungsi subjek, are (V. auxiliary) mengisi fungsi verb/predikat, dan a family (FN) mengisi fungsi objek.

Kalimat kita adalah keluarga berpolakan N + V + N. Dimana kita (N) mengisi fungsi subjek, adalah (V) mengisi fungsi predikat, dan keluarga (N) mengisi fungsi objek.

Persamaan kedua kalimat di atas yaitu, secara umum keduanya menggunakan pola kalimat N + V + N.

Perbedaan kedua kalimat di atas yaitu pengisi fungsi predikat dalam kalimat. Dalam kalimat we are a family pengisi fungsi predikat diisi oleh verb auxiliary yaitu are, sedangkan kalimat kita adalah keluarga pengisi fungsi predikatnya diisi oleh verba yaitu adalah.

Teks 2

Nama : Nabila Nur Fitri Kelas : IX (Sembilan)

Sekolah : SMP Sabiluna Islamic Boarding School

This My Best Friends and Best Moment

Hello. My name is Nabila Nur Fitri. Call me Nabila or Nabill. I have 5 best friends. That is Muamar, Al-Fhina, Novita, Velia, and me. For 3 years, I school in here. More friends is good with me. From class 7 to class 9, all my friends very

good and care with me. And for this 3 years, more dish best moments is very

beautiful from I class 7 to this class 9.

First. I and my friends drive Mos. Like that much best moment plass together whit my friends. May this best moment, never I forget to wait I pass and not

(42)

Dalam data di atas ada tiga kalimat sederhana yang digunakan penulis, yaitu : My name is Nabila Nur Fitri, I have 5 best friends, dan I and my friends drive Mos. Berikut penjelasan atas data tersebut:

Data 6

BIng : My name is Nabila Nur Fitri BI : Namaku adalah Nabila Nur Fitri

Kalimat my name is Nabila Nur Fitri di atas merupakan kalimat nominal yang berpolakan N + V. auxiliary + N. Dimana my name (N) mengisi fungsi subjek, is (V. auxiliary) mengisi fungsi verb/predikat, dan Nabila Nur Fitri (N) mengisi fungsi objek.

Kalimat namaku adalah Nabila Nur Fitri berpolakan N + V + N. Dimana namaku (N) mengisi fungsi subjek, adalah (V) mengisi fungsi predikat, dan Nabila Nur Fitri (N) mengisi fungsi objek.

Persamaan kedua kalimat di atas yaitu, secara umum keduanya menggunakan pola kalimat N + V + N.

Perbedaan kedua kalimat di atas yaitu pengisi fungsi predikat dalam kalimat. Dalam kalimat my name is Nabila Nur Fitri pengisi fungsi predikat diisi oleh verb auxiliary yaitu is, sedangkan kalimat namaku adalah Nabila Nur Fitri pengisi fungsi predikatnya diisi oleh verba yaitu adalah.

Data 7

BIng : I have five best friends

BI : Saya mempunyai lima sahabat terbaik

Kalimat I have five best friends di atas merupakan kalimat verbal yang berpolakan N + V + FN. Kalimat ini merupakan simple present dengan bentuk kalimat aktif dimana I (N) mengisi fungsi subjek, have (V) mengisi fungsi verb/predikat, dan five best friends (FN plural) mengisi fungsi objek.

(43)

lima sahabat (FN) mengisi fungsi objek, dan terbaik (Adj) mengisi fungsi keterangan. Kalimat ini berjeniskan kalimat aktif.

Perbedaan kedua kalimat di atas yaitu pertama, pola kalimatnya berbeda. Kalimat I have five best friends berpolakan N + V + FN, sedangkan kalimat saya mempunyai lima sahabat terbaik berpolakan N + V + FN + Adj. Kedua, ada

perbedaan ciri kalimat aktif. Dalam bahasa Inggris kalimat aktif dapat dikenal dengan bentuk dasar dari verb dalam penyusunan kalimatnya. kata have dalam kalimat I have five best friends merupakan verba dasar (V1) dengan penyusunan kalimatnya S + V1 + O. Dalam bahasa Indonesia kalimat aktif dapat dikenali dengan penambahan prefiks me- atau memper- pada verbanya. Kata mempunyai (V) dalam kalimat saya mempunyai lima sahabat terbaik merupakan verba aktif dengan kontruksi verba punya ditambah konfiks mem-/-i.

Data 8

BIng : I and my friends drive Mos

BI : temanku dan aku mengendarai Mos

Kalimat I and my friends drive a car di atas merupakan kalimat verbal yang berpolakan FN + V + N, kalimat ini berbentuk kalimat sederhana atau dalam bahasa inggris tenses simple present. Dimana I and my friends (N) mengisi fungsi subjek, drive (V) mengisi fungsi verb/predikat, dan Mos (N) mengisi fungsi objek. Kalimat ini merupakan kalimat aktif.

Kalimat temanku dan aku mengendarai mobil berpolakan FN+V+N. Dimana temanku dan aku (N) mengisi fungsi subjek, mengendarai (V) mengisi fungsi predikat, dan Mos (N) memengisi fungsi objek. Jenis kalimat ini merupakan kalimat aktif.

(44)

aku mengendarai mobil merupakan verba aktif dengan kontruksi verba kendara

ditambah konfiks meng-/-i.

Teks 3

Nama : Aji

Kelas : IX (Sembilan)

Sekolah : SMP Sabiluna Islamic Boarding School

My Bad Friend

My bad friend in Sabiluna is Ozi. He is always evil in class. His age is 15 year and his home in Menjagan no 11. His father is Iwan. But Ozi is smart in class and always get ranking in the class. But he always be evil in class. Ozi wants to be ulama in the future.

Dalam data di atas ada tiga kalimat sederhana yang digunakan penulis, yaitu : He is always evil in class, His father is Iwan, dan Ozi wants to be ulama in the future. Berikut penjelasan atas data tersebut:

Data 9

BIng : He is always evil in the class BI : Dia selalu jahat di kelas

Kalimat he is always evil in the class di atas merupakan kalimat nominal yang berpolakan N + V. auxiliary + FAdj + FP. Dimana he (N) mengisi fungsi subjek, is (V. auxiliary) mengisi fungsi verb/predikat, dan always evil (FAdj) mengisi fungsi objek, dan in the class (FP) mengisi pungsi keterangan.

Kalimat dia selalu jahat di kelas berpolakan N + FAdj+FP. Dimana dia (N) mengisi fungsi subjek, selalu jahat (FV) mengisi fungsi predikat, dan di kelas (FP) mengisi fungsi keterangan. Kalimat ini berjeniskan kalimat non-verbal dengan predikat diisi oleh adjektiva.

(45)

sedangkan kalimat dia selalu jahat di kelas berpolakan N + FAdj+FP. Kedua, pengisi fungsi predikat dalam kalimat. Dalam kalimat he is always evil in the class pengisi fungsi predikat diisi oleh verb auxiliary yaitu is, sedangkan kalimat

dia selalu jahat di kelas pengisi fungsi predikatnya diisi oleh adjektiva yaitu

jahat.

Data 10

BIng : His father is Iwan BI : Ayahnya adalah Iwan

Kalimat his father is Iwan di atas merupakan kalimat nominal yang berpolakan N + V. auxiliary + N. Dimana his father (N) mengisi fungsi subjek, is (V. auxiliary) mengisi fungsi verb/predikat, dan Iwan (N) mengisi fungsi objek.

Kalimat ayahnya adalah Iwan berpolakan N + V + N. Dimana ayahnya (N) mengisi fungsi subjek, adalah (V) mengisi fungsi predikat, dan Iwan (N) mengisi fungsi objek.

Persamaan kedua kalimat di atas yaitu, secara umum keduanya menggunakan pola kalimat N + V + N.

Perbedaan kedua kalimat di atas pengisi fungsi predikat dalam kalimat. Dalam kalimat his father is Iwan pengisi fungsi predikat diisi oleh verb auxiliary yaitu is, sedangkan kalimat ayahnya adalah Iwan pengisi fungsi predikatnya diisi oleh verba yaitu adalah.

Data 11

BIng : Ozi wants to be ulama in the future BI : Ozi ingin menjadi ulama dimasa depan

Kalimat Ozi wants to be ulama in the future di atas merupakan kalimat nominal yang berpolakan N + V + FN. Dimana Ozi (N) mengisi fungsi subjek, wants to be (V) mengisi fungsi verb/predikat, dan ulama in the futur (FN) mengisi

fungsi objek.

(46)

predikat, ulama (N) mengisi fungsi objek, dan dimasa depan (FP) mengisi fungsi keterangan.

Perbedaan kedua kalimat di atas yaitu pertama, pola kalimatnya berbeda. Kalimat Ozi wants to be ulama in the future di atas merupakan kalimat nominal yang berpolakan N + V + FN, sedangkan kalimat Ozi ingin menjadi ulama dimasa depan berpolakan N + V + N + FP.

Teks 4

Nama : Novita

Kelas : IX (Sembilan)

Sekolah : SMP Sabiluna Islamic Boarding School

My Step Mother

I have step mother. She name is Sarah. She is my father second wife and she is very love me and us. And my father very love her. I very miss my family in

the house becaus my family is my spirit my live.

Dalam data di atas ada dua kalimat sederhana yang digunakan penulis, yaitu : I have step mother dan She name is Sarah. Berikut penjelasan atas data tersebut:

Data 12

BIng : I have step mother BI : Saya mempunyai ibu tiri

(47)

Kalimat saya mempunyai ibu tiri berpolakan N+V+FN. Dimana saya (N) mengisi fungsi subjek, mempunyai (V) mengisi fungsi predikat, dan ibu tiri (FN) memengisi fungsi objek. Jenis kalimat ini merupakan kalimat aktif.

Persamaan kedua kalimat di atas adalah keduanya menggunakan pola kalimat N+V+FN.

Perbedaan dari kedua kalimat di atas adalah ciri kalimat aktifnya. Dalam bahasa Inggris kalimat aktif dapat dikenal dengan bentuk dasar dari verb dalam penyusunan kalimatnya. kata have dalam kalimat I have step mother merupakan verba dasar (V1) dengan penyusunan kalimatnya S + V1 + O. Dalam bahasa Indonesia kalimat aktif dapat dikenali dengan penambahan prefiks me- atau memper- pada verbanya. Kata mempunyai (V) dalam kalimat saya mempunyai ibu

tiri merupakan verba aktif dengan kontruksi verba punya ditambah konfiks

mem-/-i.

Data 13

BIng : She name is Sarah BI : Namanya adalah Sarah

Kalimat she name is Sarah di atas merupakan kalimat nominal yang berpolakan FN + V. auxiliary + N. Dimana she name (FN) mengisi fungsi subjek, is (V. auxiliary) mengisi fungsi verb/predikat, dan Sarah (N) mengisi fungsi objek. Auxiliary verb merupakan kata kerja bantu digunakan bersamaan dengan verb lainnya yang berfungsi khusus secara gramatikal.

Kalimat namanya adalah Sarah berpolakan N + V + N. Dimana namanya (N) mengisi fungsi subjek, adalah (V) mengisi fungsi predikat, dan Sarah (N) mengisi fungsi objek.

(48)

Teks 5

Nama : Lukman Kelas : IX (Sembilan)

Sekolah : SMP Sabiluna Islamic Boarding School

My Hope

My name is Lukman. I have a hope. My hope is to be teacher becaus I want to be useful person and to make my country developed with teach

generation, and I want make my parents happy.

Dalam data di atas ada dua kalimat sederhana yang digunakan penulis, yaitu : My name is Lukman dan I have a hope. Berikut penjelasan atas data tersebut:

Data 14

BIng : My name is Lukman BI : Namaku adalah Lukman

Kalimat my name is Lukman di atas merupakan kalimat nominal yang berpolakan N + V. auxiliary + N. Dimana my name (N) mengisi fungsi subjek, is (V. auxiliary) mengisi fungsi verb/predikat, dan Lukman (N) mengisi fungsi objek.

Kalimat namaku adalah Lukman berpolakan N + V + N. Dimana namaku (N) mengisi fungsi subjek, adalah (V) mengisi fungsi predikat, dan Lukman (N) mengisi fungsi objek.

Persamaan kedua kalimat di atas yaitu, secara umum keduanya menggunakan pola kalimat N + V + N.

(49)

Data 15

BIng : I have a hope

BI : aku memiliki sebuah harapan

Kalimat I have a hope di atas merupakan kalimat berpolakan N + V + FN, kalimat ini berbentuk kalimat sederhana atau dalam bahasa inggris tenses simple present. Dimana I (N) mengisi fungsi subjek, have (V) mengisi fungsi verb/predikat, dan a hope (FN) mengisi fungsi objek. Kalimat ini merupakan kalimat aktif.

Kalimat aku memiliki sebuah harapan berpolakan N + V + FN. Dimana aku (N) mengisi fungsi subjek, memiliki (V) mengisi fungsi predikat, dan sebuah harapan (FN) memengisi fungsi objek. Jenis kalimat ini merupakan kalimat

Gambar

gambaran yang jelas, mari kita perhatikan gambar dibawah ini.
Tabel 1.1 Kalimat Sederhana Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia
Tabel 1.2
Tabel 1.3 Pola Kalimat Sederhana
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sangat penting agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu menjelaskan perbedaan kalimat

Kalimat dimulai dari subjek, kemudian predikat, lalu objek, pelengkap, dan akhirnya keterangan jika tiga unsur yang terakhir itu hadir (objek, pelengkap, dan

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu pendidikan bahasa terutama pada aspek pengajaran grammar atau tata bahasa khususnya kalimat pasif dalam bahasa

Verba denominatif (VDn) yang mengisi fungsi predikat dalam konstruksi kalimat deklaratif bahasa Indonesia memiliki tiga jenis ketransitifan, yaitu (a) intransitif, (b) transitif,

Jadi, peran sintaktis adalah salah satu pengisi fungsi-fungsi (subjek, predikat, objek, keterangan dan pelengkap) yang terdapat dalam sebuah kalimat sehingga

kata atau lebih yang tidak memlebihi satu batas fungsi dalam kalimat, seperti.. subjek, predikat, objek, maupun

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu pendidikan bahasa terutama pada aspek pengajaran grammar atau tata bahasa khususnya kalimat pasif dalam bahasa

Daftar Kesalahan Tata Bahasa Mahasiswa No Kesalahan Tata bahasa Persentase 1 Kesalahan penggunaan Verb kata kerja 22% 2 Kesalahan dalam penggunaan Auxiliary kata kerja bantu