• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan negeri cibinong bogor tentang pembunuhan berencana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan negeri cibinong bogor tentang pembunuhan berencana"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Smjana Hukum Islam (SHI)

Univers1tas lslan1 N2gen

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh : Asep Bahrul jセjャャゥMwオN@ NIM: 1050451014Wfi

tセゥN@

セセッN@ Jnrluk:

ldasillhsi

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAIVI PROGRAM STUDI JlNAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI

SY ARIF HIDAY A TULLAH JAKARTA

(2)

Skripsi

I

UIN SYAHID JAKARTA

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) ·-Pada Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syariah dan Hukum

.,

Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakaiia Oleh:

Asep Bahrul Jaman 105045101481 Di Bawah Bimbingan,

NIP. 197210101997031008

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SY ARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAY A TULLAH

(3)

PENGADILAN NEGERI CIBINONG BOGOR TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidauatulah Jakarta pada

8

Desember

2009.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Jinayah Siyasah.

Jakarta,

8

Desember

2009

Dckan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H.

NIP.

195505051982031012

P ANITIA UJIAN

I. Ketua Majelis II : Dr. Asmawi, M.Ag

NIP.

197210101997031008

2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag (.

NIP.

197102151997032002

3. Pembimbing

4. Penguji I

(4)

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalan1 penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

SyarifHidayatullah Jakarta.

3.

Jika di kemudian hari terbnkti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Is:tan1 Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,

10

Desember

2009

(5)

Alhamdulillah segala Puji dan Puja serta syukur kehadirat Allah SWT,

Penulis panjatkan atas segala rahmat, karunia, kekuatan serta kesabaran yang

diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas akhir yang

berjudul: KAJIAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN

PENGADILAN NEGERI CIBINONG BOGOR TENTANG PEMBUNUHAN BEREN CANA.

Terwujudnya tulisan dalam bentuk skripsi ini, t1mtunya tidak lepas dari

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, rasa terima kasih penulis ucapkan

kepada:

I. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., M.A., M.M., selaku

Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum Universi1as Islam Negeri (UIN)

SyarifHidayatullah Jakarta.

2. Bpk Dr. Asmawi, MAg., dan Ibu Sri Hidayati., M.Ag selaku Ketua

Program Studi Jinayah Siyasah dan Sekretaris Program Studi Jinayah

Siyasah Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bpk Dr. Asmawi, MAg. selaku Ketua Program Studi Jinayah Siyasah

(6)

(Teh Penih, Teh Renih, A Ferih, dan A Defri) dan keponakanku yang iinut

(Aulia Rahma dan Ebil) serta seluruh keluarga tercinta yang telah

memberikan do'a serta dukungan baik moril maupun materil yang tak

terhingga dalam menyelasaikan skripsi ini.

5. Teman-teman seperjuangan PI (Pidana Islam 200:5) ku: Asharyanto, Toso,

Sunendi, Adi, Iin, Wiwit, Rina, Dewi, Laila, Laili, Ifadah, Anwar, Sayidi,

Jeje, Deni, Raijak, Usep, Nasori, Yayah, Indah, Trezal, Yazid, Uchi, Zaki,

Rojak, Malik, pipit.

6. Pimpinan ponpes Darussalam Ciomas Bogor, Asatit/ah, dan santriwan/i.

Y m1g selalu memberi do' a dan dukungan hingga selesainnya skripsi ini.

7. Teman-teman di HMI dan LKBHMI.

Dalan1 penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa

penulisan skripsi ini masih jauh dari sempuma dan tidak lepas dari kesalahan dan

kekurangm1, ha! ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang

dimiliki. Walaupun demikian penulis berharap hasil tulisan ini dapat bermanfaat

bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, I 0 Desember 2009

(7)

DAFTAR ISi ... .. ... ... .... ... ... ... ... ... ... m

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latm· Belakang Masala11... ... ... ... ... 1

B. Pembatasan dan Pernmusan Masalah... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8

D. Tinjauan Pustaka... .. . . .. . . .. . . .. . . .. 9

E. Metode Penelitian... 10

F. Sistematika Penulisan... ... ... ... .. ... 13

BAB II TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM PANDANGAN HUKUM POSITIF ... 15

A. Pengertian Pembunuhan . . . .. . . .. . 15

B. Kualifikasi Pembunuhan .. . . ... . . .. . . 16

C. Unsur-unsur Berencana .. . . .. . . .. . .. .. . . .. .. . ... 26

D. Sanksi Pidana Bagi Pelaku Pembunuhan Berenc:ana... 27

BAB III TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM... 30

A. Pengertian Pembunuhan . . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . 30

B. Kualifikasi Pembunuhan . . . .. . . .. . . ... ... 31

(8)

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI

KELAS IB CIBINONG BOGOR ... 61

A. Deskripsi Kasus Pembunuhan Berencana . . . .. . . .. 61

B. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Cibinong Bogar . . . 64

C. Analisis Putusan Pengadilan Negeri Cibinong Menurut I-Iukum PositifDan Hukum Islam... 67

BAB V PENUTUP . . . . . . .. 93

A. Kesimpulan... 93

B. Saran-saran... 95

DAFTARPUSTAKA... 96

LAMPIRAN . . . .. . . 99

Putusan Hakim Pengadilan Negeri Bogor No./Pid.B/2008/PN.Cbn... 99

(9)

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya kehidupan mrumsia tidak dapat dipi:>ahkan dari hukum. Sepanjang sejarah peraclaban manusia, peran sentral hukurn clalam upaya menciptakan suasana yang memtmgkinkan manusia merasa terlindungi untuk hidup berclampingan secara drunai dan menjaga eksistensinya di dunia.1

Pembunuhan berencana adalah pembunuhan yang paling berat ancamru1 hukuman piclananya dari seluruh bentuk kejahatan terhadap nyawa manusia, merupakan salah satu bentuk dari kebobrokan moral suatu bru1gsa, kasus-kasus pembunuhan dinegeri ini sangat menghantui publik dru1 suclah mencapai tingkat yang ru11at memprihatinkan, brutal dru1 saclis. 2 Wilayah kecamatan cibinong yang merupakan ibukota kabupaten bogor misalnya, belalrnngan ini terasa tak aman lagi bagi warganya, berbagai aksi kriminal, seperti pembunuhan, pencurian, pembobolan dan bentuk kriminal lainnya kerap sering terjadi, clan bal1kan nyaris tak mengenal waktu baik siang, sore hingga malam.

Pengadilan negeri Cibinong (biasa clisingkat PN Cbn}, merupakan sebuah lembaga Peraclilan dilingkungan Peradilan Umum, clalam ha! ini berkeduclukan

'Johnny Ibrahim, Teori dan Metodo/ogi Penelitian Hukum Normatif, Cet.Jl (Jakarta: Bayu Media Publishing, 2005), h.1

2 Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, (Jakarta: PT Raja Gafindo

(10)

dilingkungan kabupaten bogor, sebagai pengadilan tingkat pertama, Pengadilan Negeri berfungsi unh1k memeriksa, memutus dan menyelesaihm perkara pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya.

\Vilayah Kabupaten Bogor, pada tahun-tahun terakhir ini, semakin banyak terjadi kejahatan terhadap jiwa manusia atau pembunuhan dalarn masyarakat wilayah Pengadilan Negeri Cibinong. Aksi pelaku kejahatan ini tidak hanya merajalela dipemukiman penduduk saja, bahkan sering te1jadi di areal perkotaan pemerintah kabupaten (pemkab).3

Hukum pidana positif (KUHP) tampaknya tidak mampu: mencegah perbuatan pidana dalam masyarakat. Hal ini mungkin disebabkan oleh sanksi hukuman Hakim Pengadilan yang terlalu ringan. Misalnya, sanksi hukuman pembunuhan yang sengaja dan direncanakan hanya dihukum dengan hukumm1 9 tahun penjara. Padahal perbuatan terdakwa telah terbukti clan meyakinkan hakim melakuan tindak pidmm pembunuhan berencmm. Hukuman mati bagi pelaku hanya merupakan alternatif dari hukuman penjara. Pasal 340 : Barangsiapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu dengan menghilangkan jiwa orang lain d.ihukum karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.

Pembunuhan berencana adalah kejahatan merampas nyawa manusia lain, atau membunuh, setelah dilakukan perencanaan mengenai waktu atau metode, dengan

3

(11)

tujuan memastikan keberhasilan pembunuhan untuk menghindari penangkapan. Pembunuhan terencana dalam hukum umumnya merupakan tipe pembunuhan yang peling serius. Istilah "Pembunuhan berencana" pe1iama kali dipakai dalam pengadilan pada tahun 1963, pada sidang Mark Richardson, yang dituduh membunuh istrinya. Pada sidang itu, diketahui bahwa Mark Richardson berencana membunuh istrinya selama tiga tahun. Ia terbukti bersalah dan dipenjara seumur hidup.4 Akan tetapi, semuanya bertumpu pada pasal 338 KUHP pembunuhan biasa (doodslag) yang dirumuskan "Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan, dengan pidana perijara paling lama lima belas tahun".

Kejahatan bentuk pokok ini dapat diperberat oleh atau dengan unsur pemberat yaitu dengan rencana lebih dahulu (berencana) :pada Pasal 340,5 ini merupkan unsur subyektif dari suatu tinclak pidana. Adapun unsur obyektif dari tinclak pidana yaitu unsur melawan hukum, kualitas clari si pelaku dan kausalitas yalmi hubungan antara suatu tinclakan sebagai penyebab dengan suatu kenyataan akibat.6 Mengenai unsur clengan rencana terlebih clalmlu, pada dasamya mengandung 3 syarat/unsur, yaitu:

a. Memutuskan kehenclak dalam suasana tenang

b. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampm dengan pelaksanaan kehendak.

4

A11ikel diakses pada tanggal 26 Pebruari 2009 dari http://id.wikipedia.org/wiki/PembunuhanBerencana

5

Adami Chazawi, Pe/ajaran Hukum Pidana Bagian 2, (Jakarta: PT Raja Gafindo Persada, 2002), h. 93

6P.A.F.Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, cet. Ill (Jakm1a: PT Citra Aditya

(12)

c. Pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang. 7

Akan tetapi, semua itu harus dapat clibuktikan clipersidangan apabila hasil pembuktian clengan alat-alat bukti yang ditentukan dalam Undang-unclang "ticlak cukup" membuktikan kesalahan yang clidakwakan kepada terdakwa, maka terdakwa "dibebaskan" dari lrnkuman. 8

Hukum pidana Islam tidak memisahkan pembunuhan clisengaja clan berencana clengan pembunuhan disengaja dan ticlak terencana. Hukum Islam membagi pembunuhan menjadi 3 bagian yaitu pembunuhan sengaja. Maksudnya, pembunuhan dimana pelaku perbuatan tersebut sengaja melakukan suatu perbuatan dan dia menghendaki akibat dari perbuatannya, yaitu matinya orang yang menjadi korban.9 Selnjutnya pembunuhan semi sengaja. Artinya, pembunuhan yang ticlak clisengaja ingin membunuh. Macam pembunuhan yang lainnya adalah pembunuhan karena kekeliruan. Artinya pembunuhan yang clilakukan oleh seseorang terhadap orang lain tapi niat sama sekali tidak untulc mencederai orang tersebut, tapi yang di tuju adalah mah! uk lain 10•

Dari sisi tujuan syar'i yang menjadi tujuan perumusan hukum Islam adalah untuk mewujuclkan dan memelihara lima sasaran pokok, yaitu pertama memelihara agama, kedua memelihara nyawa, ketiga memelihara aka!, keempat memelihra

7

Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa. h.82

8

Alfitra, Hukum Pembuktian Dal am Perkara Pidana, Perdata Dan Korupsi Di Indonesia, (Jakarta: FIM Jakarta, 2008), h. I 0

9

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakai1a: Sinar Grafika, 2005 ), h. 140

10

Muham1nad A1nin Su1na1 Pidana Jslan1 di Indonesia: Peluang, dan TantanganProspek, ,

(13)

keturunan dan kehormatan, dan kelima yalrni memelihra hmia benda. Lima ha! pokok ini, wajib diwujudkan dan clipelihara jika seseorang menghenclaki kehidupan yang berbahagia di dunia clan di hari kemudian. Segala upaya untuk mewujuclkan dan memelihara lima pokok tacli merupakan amalan saleh yang harus dilakukan oleh umat Islam.

Sebaliknya, segala tinclakan yang bisa mengancam keselamatan salah satu dari lima pokok tersebut clianggap sebagai tinclakan kejahahatan yang dilarm1g. Siapa saja yang mengamati seluk beluk hukum Islam akan mengakui bahwa setiap rumusanya mengarah kepada pe1wujudan atau pemelihraan dari lima pokok tersebut. Jadi dari gambaran ini, tindakan kejahatan dapat cliketegorikan keclalan1 lima kelompok, yaitu kejahatan terhadap agama, kejahatan terhaclap jiwa atau diri, kejahatan terhadap aka!, kejahatan terhadap kehormatan dan keturunan, dan kejahatan terhadap harta benda.11

Syariat Islam cliturunkan oleh Allah SWT, untuk kemaslahatan hidup manusia, baik yang menyangkut kehiclupm1 p1ibadi rnaupun kehidupm1 berrnasyarakat. Salah satu tujuan yang telah clitetapkan oleh syari'ah (maqdsidu as-syari 'ah) yaitu mernelihara nyawa. Menurut ketentuan syara' pemberlakauan hukurnan qi;;i\;;, yaitu hukuman yang dijatuhkan setara dengau jenis perbuatan yang clilakukan. 12 Nyawa seseorang adalah sangat mahal harganya, karena itu harus di jaga clan patut dilinclungi. Ketentuan qi;;i\;;, mempunyai relevansi kuat dalam upaya

11

Muhammad A1nin Suma, Pidana Js/0111 di Indonesia: Peluang, dan TantanganProspek. H.

107

12

[image:13.521.30.447.154.479.2]
(14)

melindungi manusia, sehingga para pelaku kriminal timbul kejeraan, Jantaran harus menanggung be ban yang bakal menimpa dirinya j ika ia melakukannya. 13

Selain dari pada itu penulis memiliki tujuan untuk rnengetahui sanksi apa yang diputuskan oleh hakim pengadilan negeri Cibinong terhadap pelaku kejahatan pembunuhan, yang kali ini penulis Jebih condong pacla pembunuhan berencana. Lalu apakah putusan hakim itu sesuai clengan ketentuan yang acla dalam Kitab Unclang-unclang Hukum Piclana (KUHP) atau sebaliknya terkait dalam menjatuhkan sanksi piclana terhadap pelaku kejahatan pembunuhm1 berencana. Serta sanksi piclmia apa yang harusnya cliterima oleh pelaku kejahatan pembunuhan berencana ini baik menurut panclangm1 hukum pidana Islm11 maupun hukum piclana positif. Sehingga clapat memperluas khazanah keilmuan baik itu hukum pidana Islam ataupun hukmn positif khususnya mengenai sanksi pidana bagi pelaku kejahatan pembunuhan berencana.

Maka dari itu sebagai mahasiswa Fakultas Syari'ah dan Hukum, penulis merasa berkepentingan untuk membahas persoalan ini. Dan memberi alasan bagi penulis untuk memberi juclul:

"KAJIAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI CIBINONG BOGOR TENT ANG PEMBUNUHAN BERENCANA".

(15)

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

I. Pembatasan Masalah

Salah satu aspek yang paling penting dalam kehiclupan berbangsa dan

bernegara di Indonesia aclalah biclang hukum, climana ujung pangkal clari hukum itu

sencliri ialah penjatuhan piclana bagi setiap pelaku tinclak piclana. Yang mana, hal

tersebut diatas ticla clapat clilepaskan clari pemenuhan rasa keaclilan bagi setiap pihak

yang clirugikan ataupun sebaliknya.

Berdasarkan hal diatas, maka penulis membatasi penulisan skripsi pada

hal-hal rnengenai ketentuan sanksi piclana pembunuhan berencana rnenurut hukum pidana

Islam clan mengenai pertimbangan hakim pengadilan negeri Cibinong Bogor dalarn

rnenjatuhkan piclana bagi pelaku tindak piclana pembunuhan berencana, serta

panclangan hukum piclana [slam terhadap putusan penagdilan negeri Cibinong Bogor

mengenai perkara pernbunuhan berencana.

2. Perumusan Masalah

Masalah yang akan clibahas clalam skripsi ini adalah :;anksi piclana bagi pelaku

pembunuhan berencana. Dimana clalam hukum piclana Islam menyebutkan bahwa

pelaku tinclak piclana pembunuhan berencana clikenakan sanksi qi;,d;, (piclana mati).

Akan tetapi, kenyataan clilapangan yakni yang terclapat dalam putusan hakim

pengadilan negeri Cibinong ticlak clikenakan piclana maksimal yaitu pidana mati atau

penjara seumur hiclup. Jelas clisini bahwa tidak clapat memenuhi rasa keaclilan bagi

pihak korban. Untuk itu agar pembahasan skripsi ini teratur clan sitematis maka

(16)

a. Bagaimana ketentuan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana

pembunuhan berencana menurut hukum Islam ?

b. Bagaimana pe1iimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap

pelaku tindak pidana pembunuhan berencana di Pengadilan Negeri

Cibinong 9

c. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap putusan hakim

Pengaclilan Negeri Cibinong mengenai sanksi piclana bagi pelaku

tinclak piclana pembunuhan berencana ?

C. Tu.juan Dan Manfaat Pcnclitian

1. Tujuan Penelitian

Dari pemaparan latar belakang clan perurnusan masalah diatas, maka clapat

kita ketahui bahwa tujuan penelitian ini aclalah :

a. Untuk mengetahui clan menjelaskan ketentuan sanksi pidana terhadap pelaku

tindak piclana pembunuhan berencana menurut hukum Islam.

b. Untuk mengetahui pertimbangan hakim clalam menjatuhkan piclana terhaclap

pelaku tinclak piclana pembunuhan berencana di Pengaclilan Negeri Cibinong.

c. Untuk mengetahui clan menjelaskan pandangan hukum Islam terhadap

putusan hakim Pengadilan Negeri Cibinong mengenai sanksi pidana bagi

(17)

2. Manfaat Penulisan

Penulisan skripsi ini cliharapkan berguna bagi pen.gembangan pengetahuan

ilmiah clibiclang hukum, baik hukum piclana Islam khususnya maupun lmkum piclana

positif pacla umumnya. Selain itu cliharapkan clapat memberikan informasi tentang

hukuman bagi pelaku tindak piclana pembunuhan berencana menurut hukum Islam

clan hukum positif kepacla masyarakat luas, clan klmsusnya pada umat Islam.

Begitujuga, sebagai masukan kepacla pihak-pihak yang berwenang clalam pelaksanaan

peraturan perunclang-unclangan. Agar clapat clilakukan perbaikan yang cliperlukan

untuk clapat memenuhi kebutuhan masyarakat clalam bidang hukum, khususnya

mengenai hukuman terhaclap tinclak pidana pembunuhan be1«oncana.

D. Tinjauan Pustaka

Sejumlah penelitian terclahulu, yang memiliki tema yang sama clengan tema

yang clipilih oleh penulis clan materi/karya-karya tersebut adalah karangan Adami

Chazawi, Yang be1juclul "Kejahatan Terhaclap Tubuh clan Nyawa" hal yang paling

utama yang dikajinya aclalah bentuk-bentuk kejahatan, penjelasan mengenai

Unsur-unsur kejahatan, se1ia pembeclaan Unsur-unsur-Unsur-unsur subyektif clan obyektif. Temuan

penting pacla karya ini aclalah bahwa semua tinclak kejahatan terhaclap tubuh clan

nyawa akan menclapatkan sanksi piclana tennasuk pembunuhan berencana.

Karya keclua aclalah karya Ahmad Hanafi yang berjuclul "Asas-asas Hukum

Piclana Islam" hal yang paling penting yang clikaji mengenai pembunuhan clalam

(18)

jenis-jenis pembunuhan yang terdiri dari pembunuhan sengaJa yang mana pelaku iindak pidana ini diancam dengan hukuman kisas dan pembunuhan tidak disengaja pelaku diancam dengan hukuman diyat. Pada karya ini tidak disinggung mengenai pembunuhan yang direncanakan dahulu.

Melihat pada karya-karya diatas. Maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sudah banyak karya yang membahas mengenai pcmbunuhan tapi, penulis memfokuskan kepada pembahasan mengenai sanksi piclana bagi pelaku tindak piclana pembunuhan berencana yang dijatuhkan oleh hakim pengadilan negeri cibinong dalam perspektif hukum pidana Islam skripsi ini merupakan kajian atas putusan Pengadilan Negeri Cibinong. Kelebihan dari penulisan ini yaitu clisamping teori mengenai pembunuhan berencana dikuatkan pula dengan praktek atau penerapan hukum di lapangan.

E. Metode Penclitian

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai be1ikut :

I. Jenis penelitian

(19)

Penelitian hukum normatif-cloktiiner, yakni penelitian yang mengkaji

asas-asas dan nonna-norma suatu sistem. Penulis mencoba menelaah dan

menjelaskan aspek-aspek hukum yang berkenaan dengan pe1111asalahan ini.

Penelitian ini cligunakan karena untuk mengetahui clan menjelaskan asas-asas

clan nonna-norma hukum yang menjacli lanclasan hukum yang berkenaan

clengan penelitian ini.

Penelitian cleskriptif, penelitian yang menggambarkan clan

menjelaskan masalah, mengumpulkan, menyusun clan rnenyeleksi data yang

terkumpul clianalisa clan cliinterpretasikan. Jenis data yang dikumpulkan clalam

penelitian ini adalah data kualitatif yaitu berupa kata-kata, ungkapan, norma

atau atauran-aturan clari penomena yang cliteliti, berupaya mengupas clan

mencermati sesuatu secara ilmiah clan kualitatif mengenai tindak pidana

pembunuhan berencana. Ini dilakukan untuk mempennudahkan penulisan

pacla kajian pembunuhan berencana.

2. Sumber Data

Seclangkan jenis data yang yang clipergunakan penulis menggunakan

data cliantaranya :

a. Bahan hukum primer yaitu pen.mclang-unclangan yakni clokumentasi

putusan Pengaclialn Negeri, Kitab Unclang-unclang Hukum Piclana

(KUHP) clan Kitab Undang-unclang Hukum Aeara Piclana (KUHAP),

clalil-clalil yang terdapat dalam al-Qur'an clan al-Haclis, serta

(20)

b. Bahan hukum sekunder yaitu : buku-buku hukum yang acla korelasinya dengan materi yang menjadi pokok masalah yang akan clibahas. Seperti buku At-Tasyr'i Al-Jina'i Al-Islamy.

e. Bahan hukum tersier yaitu : bahan hukum yang memberikan penjelasan terhaclap bahan hukum primer dan sekuncler.

3. Teknik Pengumulan Data

Teknik pengumpulan data yang cligunakan adalah studi dokumenter yaitu clengan earn memanfaatkan clokumen, buku-buku tertentu atau arsip-arsip yang acla clilembaga pemerinatahan setempat sebagai obyek penelitian serta data-data yang cliperoleh dari literatur clan reforensi yang berhubungan clan berkenaan clengan juclul skripsi ini.

4. Tehnik Analisis Data

Pada penelitian hukum nomrntif, pengolahan data pacla hakekatnya kegiatan untuk mengaclakan sistematisasi terhaclap bahan-bahan yang diangkat clalam pembahasan. Sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis clan kontruksi.14 Setelah data-data terkumpul, maka clianalisa dengan metocle qualitatif content analysis yaitu : "teknik penelitian clengan pengolahan data sesuai clengan yang clianalisa yakni materi yang sesuai dengan pembahasan, dan untuk membuat inferensi-inferensi (dapat ditarik

14

Ba1nbang Sunggono) 1\1etodologi Penelifian !Jukun1, (Jakarta: PI' Raja Grafindo Persada,

(21)

kesimpulan) yang dapat ditirn (replicable) dari data yang sahih dengan

memperhatikan konteksnya".15 Dengan cara sebagai berikut: pe11ama, semua data

dikumpulkan. Kedua, data disederhanakan melalui serangkaian kegiatan ktegorisasi.

Ketiga, dilakukan analisis kualitatif terhadap data dan terakhir, dilakukan usaha

pemaknaan interpretasi atas data. Teknik penulisan skripsi ini menggunakan

"Pecloman Penulisan Skripsi Fakultas Syari 'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakm1a 2007".

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan pola dasar pembahasan skripsi, agar

penulisan skripsi ini lebih terarah clan ticlak menyimpang clari judul yang akan

clibahas, uraian skripsi ini clibagi rnenjadi lima bab, clan tiap-tiap bab membahas satu

tema pokok clan selanjutnya clijabarkan dengan beberapa sub bab .

Rencana penulisan skripsi ini tentu cliawali clengm1 Bab Pendahuluan.

Sebagaimana layaknya suatu penulisan ilrniah, maka bab penclahuluan ini mencakup

Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan clan Manfaat

Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metocle Penelitian, clan diakhiri dengan Sistematika

Penulisan.

Bab Kedua, dalam bab ini akan dibahas mengenai Tindak Piclana

Pembunuhan berencana menurut Hukum Positif yang terdiri dari : Pengertian,

15 Burhan Bungin, l\Ietodologi Penelilian Kua/ital{{, (Jakarta: P'f Raja Grafindo Persada,

(22)

Kualifikasi, Unsur-unsur clan Sanksi Piclana bagi Pelaku Tinclak Piclana Pembunuhan

Berencana Menurut Hukum Positif.

Kemuclian, pacla Bab Ketiga akan dibahas mengenai Tinclak Pidana

Pembunuhan berencana menurut Hukum Islam yang terdiri clari : Pengertian,

kualifikasi, unsur-unsur, perihal pembunuhan berencana dalam hukum pidana Islam,

Pembuktian Pembunuhan, Hukurnan bagi Pelaku Tindak Pidana Pernbunuhan

Berencana Menurut Hukum Islam.clan

Bab Keernpat, clalam bah ini yang rnerupakan Analisis Hukurn Islam clan

Hukurn Positif tcrhadap Putusan Hakim PN Cibinong Mengenai Perkara Piclana

Pembunuhan Berencana.

Diakhiri clengan Bab Kelima, yang rnerupakan bah penutup, penulis akan

mengemukakan kesimpulan clari hasil penelitian clan pcmbahasan skripsi, sebagai

jawaban atas masalah-masalah yang telah clitetapkan sebelumnya clan saran-saran

(23)

A. Pengertian Pembunuhan

Dalam bukunya Hilman Hadikusuma yang berjudul "Bahasa Hukum Indonesia", kata bunuh berarti mematikan, menghilangkan nyawa. Membunuh artinya membuat supaya mati. Adapun pembunuh miinya orang atau alat yang membunuh, dan pembunuhan bermii perkara membunuh, perbuatan atau ha! membunuh.1 Dalmn bukunya Adami Chazawi yang berjudul, "Kejahatm1 Terhadap Tubuh dan Nyawa" pembunuhan dikategorikan sebagai kejahatan terhadap nyawa karena kejahatan ini berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain. Kepentingm1 hukum yang melindungi dan yang merupakan sutu obyek kejahatan dalam ha! ini adalah nyawa (Leven) manusia.2

Untuk memahami arti pembunuhan, dapat dilihat pada pasal 338 KUHP yaang berbunyi "Barang siapa yang sengaja menghilm1gkan jiwa orang lain km·ena makar mati, diancam dengan hukuman penjara selama-lan1anya 15 tahun".

Dari pasal 338 KUHP, dapat dipahmni bahwa pembunuhan sengaJa ( doodslag), merupakan perbuatm1 yang dapat mengakibatkan kematian orang lain. Dari pasal 338 KUHP dapat dipahan1i juga bahwa pembunuhan itu disengaja. Artinya

1

Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, (Bandung: PT Alumni, 2005), h. 129

2

(24)

diniatkan untuk membunuh seseorang. Selain dari itu pula, dapat dipabami babwa pembunuhan itu dilakukan dengan segera sesudah timbul maksud untuk membunuh.3

B. Kualifikasi Pembunuhan

Di dalam hukum pidana positif, kejabatan terhadap jiwa manusia terdapat didalam buku II TITEL XIX pasal 338 s/d 350 KUHP. Menumt sistematika KUHP, jenis kejahatan ini disandarkan kepada subyektif elemennya, diperinci atas dua macam kejahatan yaitu pertama kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa manusia yang dilakukan dengan sengaja (dolense misdrijven), yang terdiri dari pasal 338 s/d 350 KUHP. Selanjutnya yang kedua yaitu kejahatan yang dilakukan terhadap jiwa manusia yang te1jadi karena kelapaan (cu/pose misdrijven). Seperti halnya yang termaktub dalam pasal 359 KUHP.

I. Kejahatan terhadap jiwa atau nyawa manusia yang dilakukan dengan senga,ia.

Kejahatan ini terdiri atas tujuh jenis. Adapun jenis-jenisnya yaitu pembunuhan dengan sengaja (doodslag), pembunuhan yang direncanakan terlebih dalmlu (moord), pembunuhan yang memberatkan, pembunuhan yang dilakukan atas permintaan yang sangat tegas oleh korban, tindakan seseorang yang dengan sengaja menganjurkan atau

3

R. Soesilo, Kit ab Unclang-undang Hukiun Pidana, Serta Kon1entar-kon1entarn)'il Lengkap

(25)

membantu se1ia memberi daya upaya kepada orang lain untuk rnelakukan bunuh diri, pembunuhan bayi dan menggugurkan kandungan (abortus).4

Pembunuhan dengan sengaja, kejahatan ini diatur dalarn pasal 338 KUHP yang berbunyi: "Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun".

Jenis pembunuhan yang dimaksud oleh pasal 338 KUHP ini adalah merupakan pembunnhan dalam bentnk pokok. Dimana pasal ini mengancam pelaku tindak pidana dengan hukuman berat. Hal ini dikarenakan, adanya unsur dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain. Yakni melakukan pembunuhan dengan sekonyong-konyong tanpa berfikir dengan matang dan tenang lebih dahulu.

Sebenamya, jika dicermati seksama, maka dapatlah diketahui bahwa semua Jems kejahatan terhadap jiwa manusia yang dilakukan dengan sengaja adalah tennasuk dalam kontek pembunuhan yang dimaksud oleh pasal. 338 KUHP. Adapun unsur-unsur delik pembunnhan dengan sengaja (doodslag). sebagaimana yang terdapat dalam pasal 338 KUHP, unsur-unsur pembunuhan sengaja yaitu menimbulkan matinya orang lain dan perbuatan itu dilakukan de:ngan sengaja.5

Jenis pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu (moord), atau disingkat dengan pembunuhan berencana adalah pembunuhan yang paling berat ancaman pidananya dari seluruh bentuk kejahatan terhadap nyawa manusia. Adapun penge11ian

4

Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nymva, h. 56 5

(26)

pembunuhan berencana yaitu kejahatan merampas nyawa manusrn lain atau membunuh, setelah dilakukan perencanaan mengenai waktu atau metode, dengan tujuan memastikan keberhasilan pembunuhan untuk menghindari penangkapan. Kejahatan ini diatur dalam pasal 340 KUHP yang berbunyi: "Barangsiapa yang dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu dalam keadaan tenang menimbulkan matinya orang lain, di pidana karena pembunuhan yang direncrnrnkan (moord) dengan pidana mati, atau penjara seumur hidup atau selama-lamanya 20 tahun".

Adapun unsur-unsur pembunuhan berencana yang terdapat pada pasal 340 KUHP yaitu adanya unsur subyektifyang terdiri dari unsur dengan sengaja dan unsur dengan direncanakan dahulu. Adapun unsur obyektifuya yaitu yang terdiri clari unsur perbuatan pelaku menghilangkrn1 nyawa, yakni nyawa orang lain sebagai obyeknya.6

Apabila kita cennati, pembunuhan berencana. ini terdiri clari pembunuhan yang acla dalam arti pasa.l 338 K.UHP. Namun clitambah dengan adanya nnsur rencana terlebih clahulu. Sebena.rnya pasal 340 KUHP dirnmuskan clengan cara mengulang kembali seluruh unsur cla.lam pasal 338 KUHP, kemudian ditambah dengan sa.tu unsur lagi yakni "dengan rencana terlebih dahulu". Oleh karenrn1ya pembunuhan berencana clianggap sebagai pembunuhan yang berdiri sendiri (een ze/fstanding misdjrij). 7

6

Ibid., h. 57

(27)

Adapun jenis pembunuhan yang memberatkan. Terdapat dan diatur dalam pasal 339 KUHP yang berbunyi:

"Pembunuhan yang diikuti, disertai atau clidahului oleh suatu perbuatan pidana yaug dilakukan dengan maksud untuk mempersiap atau mempemrndah pelaksanaannya, atau untuk melepas diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam ha! tertangkap tangan, ataupun untuk memastikau penguasaau barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam clengan pidaua penjara seumur hidup atau waktu tertentu, paling lama 20 tahun".

Delik pembunuhan yang diatur dalam pasal 339 KUHP ini, selain mempunyai atau memiliki unsur-unsur pokok dari delik pembunuhan biasa, juga mengaudung unsur-unsur tambahan yang menyebabkan diperberatnya hukuman. Unsur-unsur tambahan yang menyebabkan diperberatnya hukuman mempunyai hubungan kausal clengan unsur-unsur tinclak piclana lain dalam bentuk menyertai, mendahului se1ia atau diikuti causal (sebab-akibat), tidak berdiri sendiri. Jadi, di antara kedua tindak pidaua itu hams mempunyai sebab akibat karena justru pembunuhan dilakukan dengan maksud te1ientu, yakni jika pembunuhan itu pe1iama, diikuti (gevolg) oleh tinclak piclaua lain, yang dimaksuclkan untuk memperisapkan tindak pidana yang lain. 8

Keclua, jika disertai (vergezeld) oleh tinclak pidana lain, yang dimaksudkan untuk mempennudah terlaksananya tinclak pidana lain, clan cliclahului (voorafgegaan) oleh tindak pidana lain. Selaqjutnya yang ketiga, jika tindak pidana itu te1jadi ketika pelaku atau pelaku pese1ia tertangkap tangan (kepergok), pembunuhna tersebut

(28)

be11ujuan untuk menghindarkan si pelaku atau peserta Jain daari hukuman atau untuk menjamin agar barang-barang yang diperoleh tetap dimiliki dengan melawan hukum.9

Selanjutnya jenis lainnya dari pembunuhan yaitu pembunuhan yang dilakukan atas permintaan yang sangat tegas oleh korban. Bentuk pembunuhan ini diatur dalam pasal 344 KUHP, yang merumuskan sebagai berikut:

"Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas pe1mintaan orang itu sencliri yang jelas dinyatakan clengan kesunggguhan hati, dipiclana clengan piclana penjara paling lama 12 tahun''.

Kejahatan yang clirumuskan tersebut cliatas, terdiri clari unsur-unsur sebagai berikut:

a. Perbuatan clapat menghilangkan nyawa orang lain. b. Pembunuhan itu atas permintaan sencliri.

c. Yang dinyatakan clengan sungguh-sungguh.

Melihat pacla ancaman piclana yang clisebutkan clalam pasal 344 KUHP cliatas, jauh lebih ringan clibancling clengan ancaman hukmnan yang cliberikan oleh

pasal-pasal sesudahnya. Hal ini clisebabkan oleh karena adanya faktor atas pe1mintaan yang tegas clan sungguh-sungguh atau nyata clari pihak korban, dimana ha! ini merupakan syarat dan ketentuan khusus bagi berlakunya pasal ini.10

Pembunuhan atas permintaan sencliri (344 KUHP) ini sering clisebut clengan euthanasia (mercy killing), yang clipiclananya si pembunuh, walaupun si pemilik

152

9

Amin Suma, dkk, Hukum Pidana !slam di Indonesia, Peluang, Prospek, dan Tantangan, h.

(29)

sendiri yang memintanya, membuktikan bahwa sifat publiknya lebih kuat dalam hukum pidana. Walaupun korbannya meminta sendiri agar nyawanya dihilangkan, toh perbuatan orang lain yang memenuhi pe1mintaannya itu tetap dapat dipidana.11

Jenis lain yang mengancam jiwa atau nyawa manusia yaitu tindakan seseorang yang dengan sengaja menganjmkan, membantu atau memberi daya upaya kepada orang lain untuk melakaukan bunuh diri. Kejahatan ini diatur dalam pasal 345 KUHP yang berbunyi, "Barang siapa yang dengan sengaja menganjurkan orang lain untuk membunuh diri atau membantu ornag lain untuk bunuh diri atau memberi alat-alat kepadanya untuk itu, apabila bunuh diri itu te1jadi dilakukan, dipidana dengan penjara paling lama 4 tahun".

Untuk lebih memudahkan pernahaman kita dalam delik ini, baiklah kita perhatikan unsur-unsur yang terdapat pada pasal ini. Di dalam delik ini yang dilarang adalah dengan sengaja menganjurkan orang lain untuk bunuh diri, membantu orang lain untuk bunuh diri, memberi daya upaya kepada orang lain untuk melakukan rnembunuh diri dan apabila bunuh diri itu jadi dilakukan.12

Adapun jenis lainnya yaitu pembunuhan bayi. bentuk pembunuhan yang dilakukan oleh ibu terhadap bayinya pada saat dan tidak lama setelah melahirkan, yang dalam praktik hukum sering disebut dengan pembunuhan bayi. Ada 2 macam pembunuhan bayi, yang masing-rnasing pembunuhan bayi itu dirumuskan dalam pasal 341 dan 342. Pasal 341 KUHP yang berbunyi, "seorang ibu yang karena takut

11

Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, h. 106

12

(30)

akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena pembunuhan anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama 7 tahun".

Yang terkena pasal ini adalah seorang ibu, baik yang sudah menikah maupun belum yang dengan sengaja membunuh anaknya pada waktu dilahirkan atau tidak beberapa Jama sesudah melahirkan anak. Kejahatan ini dinamakan "makar mati anak" atau membunuh biasa seorang anak. 13

Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 341 KUHP, ini yaitu adanya unsur yang pokok. Yakni seorang ibu dengan sengaja merampa;: jiwa anaknya sendiri pada saat ia melahirkan atau antara masa setelah ia melahirkan anaknya. Adapun tmsur yang pentingnya, yaitu perbuatan merampas jiwa anaknya itu harus dilakukan berdasarkm1 suatu alasan, yakni seorang ibu didorong oleh perasaan takut akan diketahui bahwasmmya ia melahirkan seorang anak.14

Secara mendalam, kinderdoodslag adalah kejahatan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap orm1g,. Artinya kejahatan itu harus dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya yang sedang dilahirkan atau tidak lama seteiah dilahirkan.15 Pasal 342 KUHP yang berbunyi "Seorm1g ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan km·ena takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat

13

R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hulaun Pidana, Serta Kon-1entar-kon1entarnya Lengkap

Pasa/ demi pasal, (Bandung: Karya Nusantara, 1996), h, 158

14

Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, h. 88

(31)

dilahirkan atau tidak lama kemudian, merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri, dengan penjara paling lama 9 tahun".

Kalau kita perhatikan dengan seksama, maka akan dite:mukan suatu kesan1aan antara unsur-unsur yang terdapat pada pasal 341 dengan pasal 342 KUHP, yakni kejahatan yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya sendiri yang sedang atau tidak lama setelah dilahirkan. Akan tetapi, jika delik itu dibandingkan, ternyata masih terdapat perbedaan dan perbedaanya ini terletak pada unsur "su byektifitas", yaitu:

a. Kinderdoodslag, "ofzetnya" baru timbul pada si ibu waktu ia sedang atau tidak lanm setelah melahirkan anaknya.

b. Kindermoord, "ofzetnya" timbul pada si ibu sebelum ia melahirkan anaknya atau atau ketika ia mengandung.16

Unsur penting dalam Kindermoord, adalah pembunuhan oleh si ibu harus berdasarkan suatu motif. Dalam hal ini kehendak yang dimiliki oleh si ibu untuk melaksanakannya sebelum ia melahirkan anaknya itu. Kehendak tersebut diliputi oleh perasaan takut si ibu itu kalau-kalau peristiwa melahirkan anaknya diketahui orang. 17

Pada pasal 343 KUHP yang berbunyi "kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain untuk tmut serta malakukan sebagai pembunuhan anak berencana''. Dalam hal ini dapat dim1ikan bahwa bagi orang lain yang turut serta dalam kedua macan1 pembunuhan ini (pasal 341 dan 342),

kejahatan-h,158

16

Amin Suma, dkk, Hukznn Pidana Islan1 di Indonesia, Pe!uang, f>rospek, clan Tantangan,

17

(32)

kejahatan itu dianggap sebagai pembunuhan berencana dari pasal 340 KUHP. Jadi, hukumannya sangat berat bagi si ibu sebagai pelaku utama."

Jenis yang lainnya yaitu menggugurkan kandungan (abortus).19 Kejahatan pengguguran dan pembmrnhan terhadap kandungan (doodslag op een ongeborn vrucht) diatur dalam 4 pasal yakni: 346, 347, 348 dan 349. Pasal 346 KUHP yang berbunyi "Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh omag lain untuk itu diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun".20

Adapun perbuatan yang dilarang dalam delik ini, dirumuskan dalam 3 bentuk perbuatan. Perbuatannya yakni menggugurkan dengan sengaja atau bayi yang masih dalam kandungan si ibu, mengakibatkan dengan sengaja matinya anak yang masih ada didalam kandungan si ibu dan menyuruh orang lain menggugurkan atau mengakibatkan matinya anak yang ada didalam kanclungan s1 ibu.21

Aclapun yang climaksucl clengan perbuatan menggugurkan kandungan yaitu melakukan perbuatan yang bagaimanapun wujucl clan caranya terhaclap kanclungan seorang perempuan, yang menimbulkan akibat lahirnya bayi clan janin clari clalam rahim perempuan tersebut sebelum waktunya dilahirkan menurut al am. 22

18

Wi1jono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu cfi Indonesia, (Bandung: Refika

Aditama, 2003), Cet. Ke I, h 73

19

M. Ssudrajat Bassar, Tindak-tindak Pidana Tertentu di dalam KUHP, (Bandung: Remaja Karya, 1986), h,121

20

R. Soesilo, Op Cit, h 243 21

Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, h. I 12

22

(33)

2. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan karena kealpaan.

Dasar delik hukum ini diatur dalam pasal 359 KUHP ya11g berbunyi, "Barang siapa karena kealpaan menyebabkan orang lain mati, dipidana perrjarn paling lama 5 tahun atau pidana kurungna paling lama I tahun". Unsur-unsur dari rumusan tersebut diatas aclalah aclanya unsur kelalaian (culpa) clan perbuatannya clapat menyebabkan kematian. 23

Dalam perbuatan ini yang dilarang yaitu menimbulkan matinya orang lain, clalam perbuatan itu tidak clinyatakan clengan tegas bagaimana sifat perbuatannya yang menimbulkan matinya orang lain. Hanya perbuatan itu tidak dilakukan dengan sengaja, tetapi karena kelalaian atau kesalahan semata. Pasal 359 KUHP yang clikutip diatas aclalah merupakan pasal yang mengancam clelik culpa, yang merupakan pendamping delik doloes, sebagaimana yang tercantum pada pasal 338 KUHP.11

Kalau kita bancling-banclingkan keclua pasal tersebut, maka akan memuclahkan kita untuk menarik garis vertical yang memisahkan clan membedakarmya secara tajam clari segi tinjauan subyektif, yaitu bahwa pasal 338 KUHP (doloes doodslag) clilakukan clengan sengaja, sedangkan pasal 359 KUHP (cu/pose doodslag), hams clihukum karena kelalaiannya atau kesalaharmya.25

Dalam mengkualifikasi suatu perbuatan itu sebagai perbuatan lalai atau kurang hati-hati aclalah masalah yang amat sukar clan sulit. Namun, untuk sekeclar

23

Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, h. 125

24

Gersen W Ba\vengan, Huk11n1 Pidana Di dala1n Teori dan Praktek, (Jakarta: Pradya

Pramita, 1979), h, I 00

(34)

petunjuk dapatlah kriteria, bahwa seseorang dianggap lalai atau kurang hati-hati, apabila ia dapat membayangkan akibat yang mungkin terjadi karena perbuatan itu, ia ticlak melakukan tinclakan-tindakan atau usaha-usaha untuk mencegah timbulnya akibat.26

C. Unsur-unsur Berencana

Mengenai unsur clengan rencana terlebih clahulu, pacla dasarnya menganclung 3 syarat/unsur, yaitu memutuskan kehendak dalam suasana tenang, aclanya atau tersedia waktu yang cukup, sejak timbulnya kehenclak sampai clengan pelaksanaan kehendak, clan unsur adanya pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang.27

Memutuskan kehendak dalam suasana tenang maksuclnya yaitu pacla saat memutuskan kehenclak untuk membunuh itu dilakukan clalam suasana batin yang tenang. Suasana batin adalah suasana ticlak tergesa-gesa atau tiba-tiba, ticlak clalam keadaan terpaksa clan emosi yang tinggi.

Sedangkm1 acla tenggang waktu yang cukup, maksudnya yaitu antara sejak waktu timbulnya atau cliputuskannya kehenclak sampai pelaksanaan keputusan kehendaknya itu. Waktu yang cukup ini relatif, dalmn arti ticlak cliukur dm·i lamanya waktu tertentu, melainkan bergm1tung peda keaclaan atau kejaclian kongkret yang berlaku. Ticlak terlalu singkat karena jika terlau singkat, tidak mempunyai

26

Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nymva, h. 125

21

(35)

kesempatan lagi untuk berfikir-fikir, karena tergesa-gesa, waktu demikian sudah tidak menggambarkan suasana tenang.

Mengenai syarat yang ketiga, berupa pelaksanaan pembunuhan itu dalam susana batin tenang. Bahkan syarat ketiga ini diakui oleh banyak orang sebagai yang terpenting. Maksudnya suasana hati dalam saat melaksanakan pembunuhan itu tidak dalam suasana tergesa-gesa, amarah yang tinggi, rasa takut yang berlebihan dan sebagainya.28

D. Sanksi Pidana Bagi Pclaku Pembunuhan Berencana Menurut Hukum

Positif

Dalam hukum positif yang terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) telah menetapkan jenis-jenis pidana yang termaktub dalam pasal I 0 KUHP diatur dua pidana pokok dan pidana tambahan, adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

I. Hukuman Pokok, yang meliputi hukuman mati, lmkuman penjara, hukuman Kurungan, dan hukuman Denda.

2. Hukuman Tambahan, yang meliputi pencabutan Beberapa hak-hak tertentu, perampasan Barang-barang te11entu, dan pengumuman Keputusan Hakim.29

Adapun sanksi-sanksi pidana dari macam- macam pembunuhan yang terdapat dalam KUHP yakni:

28

Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap 1i1b11h Dan Nyawa, h.84

29

Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 2004),

(36)

a. Hukuman mati

UIN SYAHID JAKARTA

Hukuman mati merupakan hukuman yang paling banyak menimbulkan pro !contra. Ada negara yang masih mempe11ahankan hukuman mati ini dalam perundang-undangannya dan melaksanakannya termasuk Indonesia. Jenis hukuman ini di jatuhkan kepada pembunuhan berencana yaitu pasal 340 KUHP. Menurut Tirtamidjaya berpendapat, dalam suatu ha! terientu dapat dibenarkan ュ・イセ。エオィォ。ョ@

pidana mati, demikian kalau si terhukum yang telah nyata bersalah dan dapat membahayakan bagi masyarakat, yang benar-benar harus dibuat agar tidak membahayakan masyarakat. 30

b. Hukuman penjara

Dalam KUHP hukmnan penjara terdiri dari dua pola. yaitu penja.ra seumm hidup dan pidana penjara dalam waktu tertentu. Pidana penjara dalam waktu tertentu atau sementara ditentukan minimum dan maksimum lamanya penjara, mmrmum penjara be1jumlah 15 tahun atau 20 tahun untuk batas yang paling akhir.31

Adapun Sanksi pidana bagi pelaku tindak pidana pembunuhan berencana dalam hukum positif, seperti halnya yang telah dibahas pada macam-mcam pembunuhan dalam hukum positif, bahwa sanksi bagi pelaku pembunuhan berencana yaitu seperti yang tercantum dalam pasal 340 KUHP yakni: "Barangsiapa yang dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu dalam keadaan tenang menimbulkan matinya orang lain, di pidana karena pembunuhan yang direncanakan

30

Tirtamidjaya, Pokok-pokok Hukum Pida11a, (Jakarta: Pasco, 1956), h 124

31 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT Citra

(37)

(moord) dengan pidana mati, atau penjara seumur hidup ata.u selama-lamanya 20

tahun".

Adapun unsur yang terkandung di dalamnya yakni unsur subyektif terdiri dari

unsur dengan sengaja, dan dengan direncanakan dahulu. Adapun unsur obyektifnya,

terdiri dari unsur perbuatanya menghilangkan nyawa dan obyeknya, nyawa orang

lain. Jadi, sanksi pidana yang hams dijatuhkan terhadap pelaku pembunuhan

berencana menurut hukum positif yaitu hukuman pidana mati atau pidana seumur

hidup atau selama-lamanya 20 tahun. Hal ini sesuai yang tercantum dalam

perundang-undangan Indonesia pasal 340 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.32

(38)

A. Pengertian Pembunuhan

Definisi pembunuhan menurut hukum pidana Islam yaitu perbuatan seseorang yang menghilangkan kehidupan, yang berarti menghilangkan jiwa anak Adam oleh perbuatan anak Adam yang Jain. Dalam bahasa Arab, pembunuhan disebut セ|@

berasal dari kata

J:i5

yang sinonimnya

w \...,

I

dalam arti istilah, pembunuhan

didefinisikan oleh Abdul Qodir Audah sebagai berikut :

IS-"

_ii

セ@

IS-"

J

C: ..

Ll

Pセ@

jJ

<Wl ':?1

;;y_,.J\

4-:1 J3ji

..l

|NZセ|@

l.J-o

J,._9

Y,

セ|@

y..1

Artinya: Pembunuhan adalah perbuatan manusia yang menyebabkan hilangnya kehidupan yakni pembunuhan itu adalah menghilangkan nymva manusia dengan sengaja maupun tidak sengaja.1

Adapun definisi pembunuhan dalan1 hukum Islam, menurut Wahbah Al-Zuhaili yaitu:

l

;;Li.:,J\

<\...!

J ···

..J

WI ·

J,..9

i

セ@

Ji

\:ill

i ··

b •.

·'I J:,.i\1 ,;,.

セi@

':? ..

.

3Y . LY' 3 3 lY _rw _r

2

:l..:J.i

L...J

l/

I

J...iJ.ill

..l>l>

<Wl

..

'

... f'

Artinya: Pembunuhan adalah perbuatan yang dapat menghilangkan nyawa atau yang mematikan jiwa atau perbuatan dari sebagian manusia yang menyebabkan

1

Abdul Qodir Al-Audah, At-Tasyri Al-Jinaiy Al- Jslami, (Bairut: Dar Al-Kitab, t.th), Juz lh, 6

2

(39)

hilangnya kehidupan, maksudnya perbuatan tersebut dapat merusak hakikat kemanusiaan. 3

Jenis pembunuhan dalam hukum Islam ada dua macam. Yaitu pembunuhan yang diharamkan. Adapun maksud dari pembunuhan yang diharamkan yaitu setiap pembunuhan yang didasari dengan niat pelaku untuk melawan hukum. Jenis pembunuhan lainya yaitu pembunuhan secara legal. Artinya, setiap pembunuhan tanpa ada niat melawan hukum, seperti membunuh orang yang membunuh orang lain dan membunuh orang murtad (keluar dari lslam).4

B. Kualifikasi Pembunuhan

Pembunuhan dalam hukum pidana Islam secara gans besar dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama yaitu pembunuhan yang dilarang. Adapun pengertiannya yaitu pembunuhan yang dilakukan dengan melawan hukum. Jenis yang kedua yaitu pembunuhan dengan hak. A1tinya pembunuhan yang dilakukan dengan tidak melawan hukum, seperti membunuh orang murtad, atau pembunuhan oleh seorang algojo yang diberi tugas melaksanakan hukuman mati.

Adapun jumhur puqaha membagi pembunuhan menjadi tiga bagian, yaitu pembunuhan sengaja, pembunuhan menyerupai sengaja, dan pembunuhan karena kesalahan. 5

3

Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiah Al-Islam Wa Adillatuhu, (Damsik: Dar Al-Fikr, 1989), Cet. Ke -3 h, 217

''Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hu/mm Pidana Islam, Cet II, h, 177 5

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta; Sinar Grafika, 2004 ), Cet, ke I h.

(40)

1. Pembunuhan sengaja (

セ|@

J:ii\l)

Pembunuhan sengaJa sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdul Q;ilir Audah aclalah:

"wk "-

..

セ@

·'I

Ji§

:tili

...

C.J...r' <Y>Y'"'

·

11 .. •. · 1

1

セN|@

.W

..

<..Ji ....

Y9,

I

L:.

.:JI>

Artinya: Pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan dimana perbuatan )Wg mengakibatkan hilangnya nyawa itu disertai dengan niat untuk membunuh korbali."

Dalam reclaksi yang lain, Sayyid Sabiq memberikan clefinisi pembunan sengaja adalah suatu pembunuhan yang dimana seorang mukallaf sengaja wllilk membunuh orang lain, yang dijamin keselamatannya clengan menggunakan alat y.mg menurut dugaan !mat dapat membunuh (mematikan).7

Dari kedua definisi diatas dapat diambil kesimpulan atau intisari, ba\lwa pembunuhan sengaja adalah pembmrnhan dimana pelaku perbuatan tersebut senH!!ia melakukan suatu perbuatan dan clia menghenclaki akibat dari perbuatannya, yjlni matinya orang yang menjadi korban. Sebagai indikator dari kesengajaan wllilk membunuh tersebut dapat dilihat dari alat yang digunakannya. Dalam ha! ini .:dat yang digunakan untuk membunuh adalah alat yang galibnya (lumrahnya) d!i!at mematikan. 8

Berclasarkan definisi cliatas, untuk clapat dikatakan suatu kejahatan terhaili!tp nyawa sebagai pembunuhan disengaja, paling tidak hams ada tiga unsur pokok y111g hams clipenuhi dalam tindak pidana pembunuhan sengaja.

6 Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. h. 180 7

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Bandung: PT Al-Maarif), Jilid X h,28

(41)

Unsur pertama tindak pidana pembunuhan sengaJa, yaitu korban yang dibunuh adalah manusia yang hidup. Tindak pidana pembunuhan atas jiwa pada dasarnya adalah tindak pidana terhadap manusia hidup. Karena itu fuqaha menamainya dengan tindak pidana atas jiwa. Untuk memastikan te1jadinya tindak pidana pembunuhan sengaja, korban harus berupa manusia hidup.

Unsur kedua, dari tindak pidana pembunuhan sengaja yaitu kematian adalah hasil dari perbuatan pelaku. Untuk memastikan unsur ini, kematian disyratkan harus akibat dari perbuatan pelaku dan perbuatan tersebut biasanya memang mengakibatkan kematian. Suatu perbuatan tidak disyaratkan berupa jenis-jenis tertentu untuk dianggap sebagai pembunuhan. Karenanya, perbuatan bisa berupa memukul, melukai, menyembelih, membakar, mencekik, meracun, atau bentuk lainnya.9

Unsur ketiga, dari tindak pidan pembunuhan sengaja yaitu pelaku tersebut menghendaki terjadinya kematiaan (be1maksud melakukan pembunuhan). Untuk menentukan bahwa suatu pembunuhan dianggap pembunuhan disengaja, Imam Abu Hanifah, As-Syafi'i, dan Ahmad bin Hambal mensyaratkan pelaku harus memiliki tujuan ingin membunuh. Jika tujuan tersebut tidak terpenuhi, perbuatan tersebut tidak dianggap pem bunuhan disengaj a, karena niat tan pa ada maksud in gin membunuh tidak cukup untuk menjadikan suatu perbuatan sebagai pernbunuhan disengaja. Adapun Imam Malik berpendapat lain, pada pembunuhan disengaja ini beliau tidak mensyaratkan harus ada niat membunuh dari pelaku. Menurutnya, tujuan pelaku yang ingin membunuh korban atau berbuat dengan me!awan hukum, namun tidak ada niat

9

(42)

untuk membunuh, nilainya sama selama ia tidak berbuat untuk bermain-main atau memberi pendidikan.10

Unsur keempat, dari tindak pidana pembunuhan sengaJa yaitu alat yang digunakan dalam pembunuhan sengaja dapat mematika korban. Dalam ha! ini Imam Abu Hanifah mensyaratkan alat yang digunakan dalam pembunuhan sengaja adalah alat yang biasanya mengakibatkan kematian. Sedangkan menurut Imam Syafi'i dan Imam Ahmad mensyaratkan alatnya, yaitu alat yang biasanya digunakan untuk membunuh, sekalipun tidak melukai. Alat yang digunakan untuk membunuh itu ada tiga macam, yaitu alat yang umurnnya dan secara tabiat dapat digunakan untuk membunuh seperti tombak, pedang, dan sebagainya, alat yang kadang-kadang digunakan untuk membunuh, sehingga tidak jarang mengakibatkan kematian seperti cambuk, tongkat. selanjutnya alat yang jarang mengakaibatkan kematian pada tabiatnya, seperti menggunakan tangan kosong.11

2. Pembunuhan semi sengaja (

セ|@

セ@

Jli\I)

Menurut Abdul Qodir Audah, pembunuhan semi sengaja adalaJ1 perbuatan yang disengaja oleh pelaku sebagai penganiayaan (permusuhan) terhadap diri korban, tetapi tidak bennaksud pembunuhan tetapi korban mati akibat perbuatan tersebut. Sayid Sabiq mendefinisikan bahwa pembunuhan semi sengaja yakni seorang mukallaf bermaksud menrnkul orang tersebut yang dilindungi darahnya dengan suatu

'0 Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. h 241

11

(43)

alat yang galibnya tidak mematikan seperti memukul dengan tongkat atau batu kecil atau menampar dengan tangan atau cemeti dan semestinya.12

Dari kedua definisi di atas, kiranya jelas bahwa pembunuhan semi sengaja adalah setiap perbuatan yang dikehendaki oleh pelaku, tetapi perbuatannya tersebut tidak dimaksudkan untuk membunuhnya dan korban meninggal, sebagai akibat dari perbuatan pelaku. Berdasarkan definisi di atas, suatu perbuatan barn dianggap sebagai pembunuhan semi sengaja apabila memenuhi unsur-unsur pokok yang terkandung dalam pembunuhan semi sengaja.

Unsur pertama, dari tindak pidana pembunuhan semi sengaja yaitu adanya perbuatan dari pelaku yang mengakibatkan kematian. Untuk memenuhi unsur ini pelaku disyaratkan melakukan perbuatan yang mengakibatkan kematian korban, apapun bentuk perbuatannya baik pemukulan, pelukaan, maupun laim1ya dari beragam bentuk penganiayaan dan menyakiti yang tidak termasuk pemukulan dan pelukaan, seperti menengelamkan, membakar, memberikan racun dengan tanpa niat membunuh.13

Adapun unsur kedua, dari pembunuhan semi sengaja yakni adanya maksud kesengajaan dalam melakukan perbuatan. Pelaku disyaratkan melakukan perbuatan secara sengaja yang mengakibatkan kematian tanpa niat membunuh korban secara sengaja. Halni adalah satu-satunya yang utama untuk membedakan antara pembunuhan sengaja dan pembunuhan menyerupai sengaja. Dalan1 pembunuhan

12

Abdul Qodir Audah, Ensik/opedi Hukum Pidana Islam. h 255 13

(44)

sengaja, pelaku melakukan perbuatan secara sengaja dan niat membunuh korban. Adapun dalam pembunuhan menyerupai disengaja, pelaku melakukan perbuatan secara sengaj a tetapi tidak beruiat membunuh korban.

Kemudian unsur ketiga dari pembunuhan semi sengaja yaitu kematian adalah akibat dari perbuatan pelaku. Artinya perbutan tersebut merupakan ilat (penyebab) langsung terhadap kematian. Jika tidal( ada hubungan sebab akibat, pelaku tidak be1tanggung jawab atas kematian korban, tetapi pelaku hams be1tanggung jawab karena melakukan pelukaan atau pemukulan.14

Terhadap pembunuhan semi sengaja, diterapkan prinsip-prinsip lmkum dalam pembunuhan semi sengaja, yang membedakan antara pembunuhan sengaja dan pembunuhan semi sengaja adalah dalam pembunuhan sengqja, si pelaku memang sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan kematian. Sedangkan dalam pembunuhan semi sengaja, si pelaku tidak ada maksud melalrnkan pembmmhan, sekalipun ia melakukan penganiayaan.15

3. Pembunuhan tersalah

(>-lbill

セiI@

Dasar hukum pembunuhan tersalah adalah finnan Allah SWT, dalam surat An-Nisa ayat 92 yang berbunyi :

14

(45)

Artinya : "Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja) dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah ''.

Penge1iian pembunuhan karena kesalahan, sebagaimana dikemukakan oleh Sayyid Sabiq pembunuhan karena kesalahan adalah seorang mukallaf melakukan perbuatan yang dibolehkan untuk dikerjakan, sepe1ii menemba.k binatang buruan atau membidik suatu sasaran, tetapi kemudian mengenm orang yang dijamin keselamatannya dan membunuhnya. Wahbah Zuhaili memberikan definisi pembunuhan karena kesalahan yaitu, pembunuhan yang te1jadi karena tanpa maksud melawan hukum, baik dalam perbuatannya maupun obyeknya.. Adapun pembunuhan yang bennakna tersalah adalah pembunuhan ym1g tidak direncanakan untuk dilakukan atau tindakan itu mengenai orang yang bukan ュ|セョェ。、ゥ@ sasaran. Aliinya pelaku tidak sengaja melakukan perbuatan yang mnyebabkan kematian dan tidak bermaksud membunuh korbm1.16

Dari definisi tersebut diatas, dapat diambil intisarinya bahwa dalam pembunuhan karena tersalah, sama sekali tidak ada unsur kesengajaan untuk melakukan perbuatan yang dilarang, dan tindak pidana pembunuhan yang エ・セェ。、ゥ@ itu karena adanya kekurang hati-hatian atau karena kelalaian pelaku. Dalam ha! ini, pelaku tetap dipersalahkan. Km·ena ia lalai dan kurang hati-hati sehingga mengakibatkan hilm1gnya nyawa orang lain.

(46)

Adapun unsur-unsur pembunuhan karena kesalahan atau tersalah yakni pertama, adanya perbuatan yang mengakibatkan matinya korban. Dalam ha! ini disyaratkan adanya perlakuan terhadap korban yang dilakulrnn oleh pelaku atau disebabkan oleh pelaku, baik pelaku sengaja dan menghendaki perbuatan tersebut, seperti hendak menembak binatang, tetapi mengenai manusia, maup1m perbuatan tersebut te1jadi akibat kelalaian dan ketidak hati-hatiannya tanpa maksud melakukannya, seperti berbalik ketika sedang tidur dan menindih anak kecil yang ada disebelalmya kemudian anak tersebut mati.17

Selanjutnya unsur yang kedua, dari pembunuhan tersalah yakni perbuatan tersebut terjadi karena kesalahan (kelalaian pelaku). Tersalah atau kelalaian ini adalah unsur utama yang membedakan tindak pidana tersalah secara umum. Jika tidak ada kekeliruan, hukumanpun tidak ada. Kekeliruan dianggap ada apabila sikap berbuat atau sikap tidak berbuat menimbulkan akibat yang tidak bisa ditolak pelaku, baik secara langsung maupun tidak Jangsung. Baik pelaku menghendaki sikap berbuat atau tidak berbuat. Dari dua perbuatan tesebut te1jadi sutu akibat karena pelaku tidak berusaha menhendaki atau karena melawan intruksi pemerintah dan nas-nas syara'.

Adapun unsur yang ketiga, dari pembunuhan tersalah yaitu antara perbuatan kekeliruan dan kematian korban terdapat hubungan sebab akibat. Agar pelaku bertanggungjawab, tindak pidana disyaratkan harus te1jadi sebagai akibat dari kekeliruannya, dimana kekeliruan tersebut sebagai penyebab kernatian. 18

17

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. h. 267

18

(47)

C. Perihal Pembunuhan Berencana

Jika jumlah perbuatan pelaku secara langsung lebih dari satu, baik semuanya sebagai pembunuh, maupun sebagian saja yang membunuh,. atau melakukannya secara bersamaan a tau bergantian, pelaku harus bertangung j awab sebagai pembunuhan disengaj a, selama satu perbuatannya atau beberapa perbuatannya bisa menyebabkan kematian dan membantu te1jadinya kematian.

Adapun pe1masalahan pembunuhan yang direncanakan terlebih dabulu dalam hukum pidana Islam, dikenal dengan tamdlft dan tawdfuk. Tamdlft adalab kasus pidana yang sudah direncanakan sebelumnya. Adapun tawdfi1k adalah dimana niat orang-orang yang turut serta dalan1 tindak pidana adalah nntuk melakukannya, tanpa ada kesepakatan (pemufakatan) sebelumnya diantara mereka. Dengan kata lain, masing-masing pelaku berbuat dengan pribadinya dan pikirannya yang timbul seketika itu. Hal ini seperti yang te1jadi pada kasus kerusuhan yang te1jadi secara spontanitas. 19

Dalam kasus tamdlft para pelaku telab bersepakat untuk melakukan suatu tindak pidana dan menginginkan bersama terjadinya basil tindak pidana itu. Apabila dua orang sepakat unh1k membunuh seseorang kemudian keduanya pergi menjalankan aksinya, seorang diantara keduanya mengikat korban, sedangkan yang lain memukul kepalanya hingga mati keduanya be1ianggungjawab atas pembunuhan tersebut. Adapun hukumannya menurut hukum Islan1 pada dasamya, banyaknya

19

(48)

pelaku tindak pidana tidak mempengaruhi besarnya hukuman yang pantas dijatuhkan atas mereka, yakni sama seperti melakukan tindak pidana sendirian. 20

D. Pcmbuktian Pembunuhan

Dalam hukum pidana Islam, pembuktian disebut juga

w\.,i'.i)11

yang artinya

membuktikan atau menetapkan adanya suatu peristiwa.21 Menurut Salam Madzkur pembuktian diartikan dengan kata

セi@

yang artinya menjelaskan atau

membuktikan. 22 Perbedaan terse but adalah hanya ruang lingkup arti kata itu sendiri, dimana disatu pihak berarti umum dan dipihak lain berarti khusus, yang pada akhirnya mempunyai tujuan yang sama. Dalam buku Ensiklopedi Hukum Islam, kata bayyinah diartikan secara etimologis berarti keterangan, yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menjelaskan yang haq (benar). Sedangkan dalam istilah teknis berarti alat-alat bukti dalam sidang pengadilan23•

Pembuktian menurut Ibnu Qoyyim al-Jauziah yaitu:

.• 10. セM 11 •

Lo

JS.I

I WI

0 セ@ 3 CJ=-' <...i:!-:1:1 r'"" ...

Artinya: pembuktian laitu merupakan nama sesuatu untuk mengukapkan kebenaran dan menjelaskannya. 4

291

14

20

Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. hjld, II, h 38-39 21

Subki Mahmassany,fi/sa/al Tasyri Fil Al-Islam, (Bairut: Darul llrni Malayiun, 1380 H), h.

22

Salam Madzkur, Al-Qadha Fil A/-J.,/am, (Kairo: Dar An-Nadhah Al-Arobiyyah,T.h), h. 83

23 Abdul Aziz dahlan, Ensikopedi Hu/mm Islam, (jakarta: Jchktiar Barn Van hoeve, 1996), h.

2

'1 lbnu Qoyyim, At-Thuruq Ai-Hukumiyyah. Al-Muassasah Al-Arob.iyyah Sulaiman Basya,

(49)

Terkait mengenai pembuktian pembunuhan dalam syari'at Islam para fukaha berbeda pendapat menentukan dalil yang menetapkan tindak pidana pembunuhan. Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa tindak pidana pembunuhan tidak bisa ditetapkan kecuali melaui tiga bukti yaitu:

I. Iqriir 2. Kesaksian. 3. Sumpah.

Sebagian fukoha berpendapat bahwa tindak pidana bisa ditetapkan melalui indikasi pendukung. Atas dasar ini, bukti penetapan tindak pidana pembunuhan ada empat yalmi: pertama iqriir, kedua kesaksian, ketiga sumpah, dan keempat petunjuk.25

Untuk lebih jelasnya, penulis akan memaparkan satu persatu mengenm penetapan atau pembuktian pembunuhan dalam syari' at Islam diantaranya:

a. Pengakuan (Iqriir)

Secara bahasa, iqriir adalah menetapkan suatu kalimat bermakna. Menurut istilah, iqriir aclalah memberi kabar tentang hak dan mengakui hak tersebut. menurut Usman Halim dalam bukunya "Teori Pembuktian Menurut Fiqh .Tinayat Islami", pengakuan ialah menggambarkan suatu hak bagi orang lain, bukm1 menetapkannya. Dan petunjuk suatu kabar yang berkisar/bereclar antara benar clan salah. 26

Yang menjacli dasar hukum bagi iqriir adalah firman Allah yang disebutkan clalan1 Al-Qur'an surat At- Taubah ayat I 02 yaitu:

25

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. h. 107

26

Usman Hakim, Teori Pembuktian Menurut Fiqih Jinayat Islam, (Yogyakarta: Andi Offset,

(50)

Artinya: Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka

Dalam Ijma sahabat Diriwayatkan dalam al Muwahtho' dari Sifiah binti Abi Ubeid, ia berkata: "dihadapkan kepada Abu Bakar seorang lelaki yang menzinahi seorang gadis, sehingga menyebabkan ia hamil. Kemudian ia mengaku atas dirinya berzina dan ia bukan seorang lelaki yang sudah beristeri, maka Abu Bakar menyuruh menderakan had zina, sesudah itu ia diasingkan ke Faclak".27

lqrar untuk menetapkan tindak piclana harus jelas, rinci, clan pasti clalam melakukan tinclak piclana. Pelaku harus menjelaskan apakah pembunuhan clilakukan clengn sengaja, menyerupai sengaja, atau ticlak sengaja. Hal ini clilakukan karena setiap jenis pembunuhan mempunyai unsur clan hukuman tertentu.

b. Kesaksian (As-Syahiiclah)

Pengertian

li.:i4-..:JI

menurut bahasa adalah

L.Jy,JI

(pernyataan), atau

pemberitaan yang pasti. Maksuclnya yaitu ucapan yang terbit dari pengetahuan yang cliperoleh dengan penyaksian langsung. Kesaksian adalah earn yang biasa clipakai untuk menetapkan tinclak pidana. Dalil mengenai kesaksian aclalah Al-Qur'an Allah SWT berfirman clalam surat al- Baqarah ayat 282 yaitu:

27

Us1nan Halim, Teori Pen1buktian Menurut スセゥアィ@ Jinayal Jsla111i. CY ogyakarta: Andi

(51)

be

Pgヲ[NtSセI@

セI@

gセイMj@

Pスセ@ セセセ

セ@ ゥセ@

セャェ@

t ,

(Y -YAY

OッェゥLゥャャIセ|ェセiセ[Iセ⦅_セ@

Artinya : "dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dart orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai ".

Adapun hadis Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan mengenai kesaksian yaitu dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya bahwa Ibnn Muhaishah al-Asgar terbnnuh dipintu K.haibar. Rasulullah lain bersabda: 'Tegakanlah dua saksi atas orang yang membunuhnya, aku akan menyerahkan orang tersebut kepada kalian sepenuhnya' para puqaha mensyaratkan tindak pidana tersebnt hasus disaksikan oleh dua orang s

Gambar

gambaran ini, tindakan kejahatan dapat cliketegorikan keclalan1 lima kelompok, yaitu

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, pertimbangan hakim dalam menangani tindak pidana pembunuhan berencana secara bersama-sama, Jaksa Penuntut Umum dapat membuktikan bahwa terdakwa adalah yang

pelaku pembunuhan tersebut tidak dapat di hukum.. Sumber Hukum Tindak Pidana Pembunuhan Biasa dalam Bentuk Pokok berdasarkan KUHP dengan Hukum Pidana Islam. 1. Sumber Hukum

Kedua, pertimbangan hakim dalam menangani tindak pidana pembunuhan berencana yang melibatkan intelijen negara, dari aspek yuridis Jaksa Penuntut Umum tidak dapat

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN YANG RASIONAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA ... Tinjauan Mengenai Peranan Hakim Dalam Peradilan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdakwa tidak layak dikenakan hukuman seumur hidup, sebab ditinjau dari hukm pidana Islam mengenai sanksi bagi tindak

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan (1) Sanksi terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan dengan pemberatan yang diatur dalam pasal 339 Kitab Undang-undang Hukum

Sedangkan dalam hukum pidana Islam, sanksi terhadap pelaku tindak pidana usaha pertambangan dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu ditinjau berdasarkan macam-macam

Penulisan skripsi ini penulis memilih judul: PENERAPAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA MENURUT PASAL 340 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (STUDI KASUS