1
LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG
TINGKAT KEPATUHAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN
PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA
O L E H
NAMA : BAYU ARTADO DAMANIK NIM : 112600030
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGATAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat kasih dan karunia –Nya penulis dapat menyalesaikan tugas akhir ini untuk
memenuhi salah satu syarat menyesaikan studi pada Program Studi D-III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan judul;
‘’Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia’’
Pada kesempatan ini, penulis ingn menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan ,bimbingan ,serta doa sehingga tugas akhir
ini dapat selesai dengan baik .penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Badarudin,M.si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs.Alwi Hashim Batubara, Msi, selaku Ketua Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
3. Seluruh staff pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
4. Bapak Drs.Alwi Hashim Batubara,Msi selaku dosen pembimbing saya ,yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga dapat
menyesaikan tugas akhir ini.
5. Bapak Edy Gunawan Sitohang,S.E selaku suvervisor lapangan yang telah
memberikan data –data serta konsep yang saya butuhkan sampai tugas akhir
ini selesai.
6. Teristimewa kepada bapakku J. Damanik dan ibu E.Simbolon yang telah
banyak sekali memberikan dukungan moral maupun material serta doa
kepada penulis.
7. Buat abangku Arya Rocky Damanik , S.E dan Kakak Hotna Sinaga S.si ,
serta abang ku Aryadi Damanik, SP dan kakak ervita AMKep yang selalu
menudukung penulis menyeselasikan tugas akhir ini.
8. Teman – teman satu angkattan , Arizal, Angga Alfi, Daniel, Tommy, Edy, dan
teman- teman yang lain yang sayya tidak dapat sebutkan satupersatu
terimaksih buat kebersamaan kalian selama perkuliahan
9. Buat teman – teman satu angkatan TAX A 11 yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu terimakasih buat motivasi dan dukungannya.
10.Kepada Bapak Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dan
seluruh staff Sub Bagian Umum yang telah memberi ijin kepada saya
melakukan PKLM di KPP Pratama Medan Polonia.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan baik
dalam susunan kata,kalimat maupun pembahasannya .Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang sifatnya membangun
untuk kesempurnaan tugas akhir ini.
Akhir kata saya ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah menukung dan mendoakan saya atas perhatiannya saya ucapakan
terimakasih.
Medan ,Januari 2015
Penulis,
Bayu Artado Damanik
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………i
DAFTAR ISI………..………ii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang PKLM...1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM...3
C. Uraian Teoritis...5
D. Ruang Lingkup PKLM...7
E. Metode PKLM………...8
F. Metode Pengumpulan Data…...9
G.Sistematika Penulisan Laporan PKLM………...10
BAB II : GABARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI(PKLM) A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia……….……..13
B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia……….…...15
C. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Polonia………...16
D. Bidang Bidang Kerja KPP Pratama Medan Polonia………...17
E.Tingkat Pendidikan dan Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Polonia……….…...21
BAB III : GAMBARAN UMUM DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A.Pengertian Umum Perpajakan……….….…………...25
1. Pengertian Pajak...25
2. Pengertian Pajak Penghasilan ……….……...26
B. Dasar Hukum Surt Pemberitahuan Masa……….…...28
C.Sistem Pemungutan Pajak………...29
D.Surat Pemberitahuan (SPT)………...30
1. Pengertian Surat Pemberitahuan ……..………...30
2. Fungsi Surat Pemberitahuan……….…...31
3. Macam – macam Surat Pemberitahuan…………...32
4. SPT Masa PPh OP………..……...35
5. Cara Mendapatkan/ Memperoleh Surat Pemberitahuan….…..36
6. Tata Cara Pengisian Surat Pemberitahuan……….……...36
7. Prosedur Penyelesaian Surat Pemberitahuan….……….……..37
8. Tempat Penyampaian Surat Pemberitahuan………...38
9. Batas Waktu Penyampaian Surat .Pemberitahuan………...39
10.Surat Pemberitahuan Dianggap tidak Sah……...39
11.Sanksi Keterlambatan Penyampaian Surat Pemberitahuan……….………..40
12.Sanksi Keterlambatan Surat pemberitahuan……….…...41
BABIV ANALISA DAN EVALUASI
A. Pengertian Kepatuhan...42
B. Tingakat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPh OP Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia...44
C. Faktor – faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak dalam Melaporkan SPT Masa PPh OP...47
D. Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib pajak dalam Melaporkan
SPT oleh Pihak KPP Pratama Medan Barat...48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...53
B. Saran...54
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
dalam membayar pajak adalah dengan mendaftarkan diri menjadi wajib pajak, membayar pajak tepat waktu dan melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan ketentuan perpajakan.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Pajak memberikan sumbangan terbesar dalam penerimaan Negara yang
digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan Negara yang mendukung
kesejahteraan bagi rakyat.Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan
kepedulian masyarakat dalam mewujudkan terciptanya masyarakat yang taat
membayar pajak.Salah satu wujud kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak
adalah dengan mendaftarkan diri menjadi wajib pajak, membayar pajak tepat waktu
dan melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan ketentuan perpajakan.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tatacara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009. Dalam Undang-Undang tersebut dikenalkan
sistem pemungutan pajak yang baru yaitu self assessment sistem yang mulai berlaku
pada tahun 1984. Dengan sistem tersebut bertujuan memberikan kepercayaan
sebesar-besarnya kepada masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta
Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya dibidang perpajakan.Sesuai ketentuan
perpajakan, sistem pemungutan pajak yang dianut di Indonesia adalah self assessment
system yaitu masyarakat mendaftarkan sendiri sebagai wajib pajak kemudian
menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak penghasilan terutang.Sedangkan
aparat perpajakan (fiskus) dalam hal ini ditugaskan untuk melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan wajib pajak
berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.Sehingga
melalui sistem ini diharapkan kesadaran masyarakat, yang mempunyai penghasilan di
atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), dalam melakukan kewajibannya dapat
dilaksanakan dengan efektif dan efisien serta mudah untuk dipahami oleh anggota
wajib pajak.
Sistem penghitungan sendiri (self assessment) memungkinkan potensi adanya
wajib pajak tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik akibat dari
kelalaian, kesengajaan ataupun ketidaktahuan wajib pajak atas tanggung jawab dari
kewajiban perpajakannya. Salah satu aspek yang menjadi objek pengawasan dari
aparat pajak (fiskus) dalam sistem perpajakan Self Assessment adalah pelaporan Surat
Pemberitahunan Masa (SPT Masa) dan Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) Pajak
Penghasilan Orang Pribadi maupun Badan.
Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT)
sangan penting untuk diketahui sebagai dasar pencapaian realisasi penerimaan pajak
yang telah dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP).Menurut pasa11
Undang-Undang Nomor 28 tahu 2007tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
menyatakan surata pemberitahuab adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan
untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak,objek pajak dan/atau
bukan objek pajak sesuai dengan ketentuan peundang-undangan perpajakan
pajak pun diharapkan akan meningkat dengan pesat karena Wajib Pajak sangat
memegang peranan penting dalam menentukan tingkat realisasi penerimaan pajak.
Mengingat dasar inilah penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) yang merupakan kegiatan intrakurikuler yang dilaksanakan secara
mandiri.Dalam rangka memperoleh pengalaman praktis dilingkungan kerja, maka
berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk membahas tentang “Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan PKLM
1.1 Untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa orang pribadi
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.
1.2 Untuk mengetahui faktor–faktor apa saja yang
menyebabkan tingkat kesadaran wajib pajak masih rendah
dalam pemenuhan kewajibannya.
1.3 Untuk mengetahui tindakan–tindakan yang dilakukan oleh
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia terhadap
Wajib Pajak yang tidak patuh dalam melaporkan SPT Masa-
2. Manfaat PKLM 2.1Bagi Mahasiswa
a. Sebagai sarana bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu secara
langsung pada bidang yang ditekuni sehingga dapat
membandingkan antara teori yang telah diperoleh di bangku
perkuliahan dengan praktik di lapangan.
b. Dapat meningkatkan kedisiplinan dan profesionalitas serta rasa
tanggung jawab akan dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja.
2.2Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia a. Mempererat hubungan kerjasama Program Studi Diploma
III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara dengan Instansi
Pemerintah khususnya KPP Pratama Medan Polonia.
b. Mempromosikan sumber daya manusia khususnya Program
Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
c. Mendapatkan masukan dan saran perbaikan kurikulum
yang berlaku di Program Studi Administrasi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
2.3Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU)
a. Membina hubungan baik dengan Program Studi Diploma
III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
b. Dapat mempromosikan citra KPP Pratama Medan Polonia
kepada masyarakat.
c. Dengan dilaksanakan praktik kerja lapangan mandiri,
mahasiswa dapat memberikan kritik dan saran untuk
memperbaiki system pelayanan di KPP Pratama Medan
Polonia.
C. Uraian Teoritis
Berdasarkan Undang–Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum dan Tatacara Perpajakan Pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang–undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar–besarnya kemakmuran rakyat.
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan perpajakan.
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak. Objek pajak dan/atau
bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan (Suandy Erly, 2011: 154).
Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan bagi wajib pajak adalah
sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan
pajak yang dilaksanakan sendiri, penghasilan yang merupakan objek pajak dan/ atau
bukan objek pajak, harta dan kewajiban, serta pembayaran dari pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau badan dalam satu Masa Pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang–undangan perpajakan (Waluyo, 2010: 31).
Pelaporan Surat Pemberitahuan secara langsung dilakukan oleh wajib pajak
dengan mengirimkan Surat Pemberitahuan (SPT) dalam bentuk formulir langsung ke
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama, termasuk yang dikirimkan melalui pos atau
lainnya. Tata cara pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) secara langsung dilakukan
wajib pajak dengan cara pengambilan formulir Surat Pemberitahuan, pengisian Surat
Pemberitahuan, penandatanganan Surat Pemberitahuan, dan penyampaian Surat
Pemberitahuan.
Tingkat Kepatuhan pelaporan SPT Masa adalah persentasi dari sejumlah
wajib pajak yang memenuhi kewajibannya melaporkan Surat Pemberitahuan Masa
Adapun tingkat kepatuhan dibutuhkan agar Kantor Pelayanan Pajak tahu
seberapa besar pencapain target pertahunnya dan juga untuk mengetahui wajib pajak
yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagai objek pajak khususnya dalam
melaporkan SPT Masa-nya.
Untuk itu Kantor Pelayanan Pajak harus mengetahui seberapa banyak wajib
pajak yang terdaftar di KPP-nya dan seberapa banyak yang patuh terhadap
kewajibannya untuk melaporkan SPT Masa-nya.Sehingga KPP tahu seberapa banyak
persentasi kepatuhan dan cara–cara menyiasati jika terdapat wajib pajak yang tidak
patuh.
Jika diketahui persentasi tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masanya lebih
tinggi, maka Kantor Pelayanan Pajak berhasil dalam menjalankan programnya untuk
meningkatkan pendapatan Negara, dan jika tingkat pelaporan SPT Masanya rendah,
maka kantor Pelayanan Pajak harus mencari siasat lain untuk meningkatkan
pendapatan negara.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi ruang lingkup kegiatan Praktek Kerja Lapangan
Mandiri adalah masalah yang dikemukakan dalam penelitian.Adapun ruang lingkup
Praktek Kerja Lapangan Mandiri adalah:
1. tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
2. faktor–faktor apa saja yang menyebabkan tingkat kesadaran wajib pajak
masih rendah dalam pemenuhan kewajibannya.
3. tindakan–tindakan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Polonia terhadap Wajib Pajak yang tidak patuh dalam melaporkan
SPT Masa-nya.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri maka Penulis
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan mulai dari penentuan
judul, penentuan tempat pelaksanaan praktik, serta melakukan konsultasi atau diskusi
dengan dosen.
2. Studi Literatur
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber-sumber
pustaka atau daftar bacaan untuk mendukung penulisan laporan sebagai undang–
undang, buku–buku, surat kabar (koran), majalah, media, teknologi informasi seperti
internet dan bahan–bahan lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan.
3. Observasi Lapangan
Pada tahap ini penulis melakukan peninjauan secara langsung pada objek
melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan
Pajak Medan Polonia.
4. Pengumpulan Data
4.1Data Primer yaitu data–data yang diperoleh dari lapangan atau data
yang berasal dari pihak–pihak yang mengetahui dan memahami
tentang Objek PKLM.
4.2Data Sekunder yaitu data – data yang diperoleh dari referensi yang
mendukung laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
5. Analisis dan Evaluasi Data
Setelah penulis mengumpulkan data secara lengkap dan relevan dari objek
Praktik Kerja Lapangan Mandiri, kemudian dilakukan pengelompokan data agar lebih
dalam melakukan analisa dan evaluasi mengenai tinjauan kepatuhan wajib pajak
dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Orang Pribadi pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia, serta menarik kesimpulan data –
data tersebut.
F.Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri ini dilakukan dengan pengelompokan data beserta cara pelaksanaanya
1. Wawancara (Interview) yaitu penulis melakukan kegiatan Tanya jawab kepada petugas yang mengetahui dan memahami permasalahan dalam
penulisan laporan ini.
2. Pengamatan (observasi) yaitu melakukan pengamatan langsung kepada objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dalam melengkapi penulisan laporan ini.
3. Dokumentasiyaitu mengumpulkan berbagai dokumen administrasi, peraturan–peraturan atau dasar hokum yang berhubungan dengan objek
Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
G.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Untuk memudahkan dalam penulisan, tugas akhir ini akan dibagi dalam
beberapa bab, dan masing–masing bab mempunyai sub bab yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan menyajikan alasan penulis mengenai latar
belakang masalah, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang
lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data, dan
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Pada bab ini menguraikan tentang gambaran umum lokasi
pelaksanaan PKLM. Yang dilaksanakan pada KPP Medan Polonia
meliputi sejarah singkat KPP Medan Polonia, Struktur Organisasi,
Uraian Tugas dan Fungsi masing–masing bagian, serta Gambaran
Pegawai.
BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Dalam bab ini penulis membahas tentang pengertian umum
perpajakan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa Orang Pribadi pada KPP Pratama
Medan Polonia.
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
Dalam bab ini penulis membahas tentang tingkat kepatuhan wajib
pajak dalam melaporkan SPT Masa, faktor–faktor penyebab
rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak, serta usaha–usaha yang
dilakukan oleh pihak KPP Pratama dalam meningkatkan kepatuhan
wajib pajak dalam melaporkan SPT.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi kesimpulan atas pembahasan dan saran yang
kiranya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan
III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi
Pajak.Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak
Medan Selatan dan Kantor Medan Utara. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
No. 276/KMK/01/1989 tanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha
Direktorat Jendral Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namnya menjadi
Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan
Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.
Untuk menetapkan pelayanan yang akan diberikan pemerintahkepada
masyarakat umum, khususnya kepada wajib pajak, kemudianpada tanggal 29 Maret
1994 dikeluarkanKeputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994 terhitung mulai 1
April 1994.
Kantor Pelayanan Pajak Medan diubah menjadi 4 kantor yaitu :
1) Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, Jl.Asrama No. 7 Medan
2) Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, Jl.Diponegoro No. 30 Medan
3) Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, Jl.Sukamulia No. 17A Medan
4) Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, Jl.Binjai No. 7
Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia sendiriberdiri pada awaltahun 2002
yang manamerupakan pemisahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang
terletak di Jl. Sukamulia Medan. Pada tanggal 19 Mei 2008 MenteriKeuangan
mengeluarkanKeputusan dengan No.Kep.95/PJ/2008 tentang Kantor Pelayanan Pajak
yang mengubah Kantor Pelayanan Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
yang terdiri dari :
1) KPP Pratama Binjai,
2) KPP Pratama Medan Barat,
3) KPP Pratama Medan Belawan,
4) KPP Pratama Medan Kota,
5) KPP Pratama Medan Petisah,
6) KPP Pratama Medan Polonia,
7) KPP Pratama Medan Timur, dan
8) KPP PratamaLubuk Pakam.
Dan berdasarkan Peraturan MenteriKeuangan Nomor 62/PMK.01/2009
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi VertikalDirektorat Jenderal Pajak,
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Poloniamencakup wilayah kerja :
1) Kecamatan Medan Maimun,
2) Kecamatan Medan Polonia,
3) Kecamatan Medan Baru,
4) Kecamatan Medan Selayang,
5) Kecamatan Medan Tuntungan, dan
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok yang bekerja sama
dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi
menyediakan pengadaan personil yang memegang jabatan tertentu dimana
masing-masing diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab sesuai jabatannya. Hubungan
kerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi dimana merupakan
gambaran sistematis tentang hubungan kerja dari orang-orang yang menggerakkan
organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang
pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta hubungan antar bagian
berdasarkan susunan tingkat hirarki. Struktur organisasi juga diharapkan akan dapat
menetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang menghasilkan tercapainya
komunikasi, koordinasi, dan integrasi secara efisien dan efektif dari segenap kegiatan
organisasi baik vertikal maupun horizontal.
Setiapinstansi atau perusahaanmenggunakan strukturor ganisasi dalamfungsi
dan tugasnya masing-masing. Sedangkan definisi struktur organisasi itu sendiriadalah
kerangka yang menyeluruh menghubungkan suatuorganisasi dan
menerapkanhubungan yang ditetapkan.
KPP Pratama Medan Poloniasendiri menerapkan Struktur Organisasi Linidan
Staff. KPP Pratama Medan Poloniadipimpin olehseorang Kepala KPP yang
secaraoperasional bertanggung jawabkepada Kepala Kantor Wilayah
KPP Pratama Medan Polonia terdiridari 1 (satu) Sub bagian dan10 (sepuluh)
seksi yang masing-masing seksi dipimpin Kepala Seksi danPelaksana. Khususuntuk
Seksi Pengawasandan Konsultasi, selain Kepala Seksidan Pelaksana, seksiini juga
memiliki Account Representative atau yang biasa disingkat dengan AR.
Adapun struktur organisasi yang berlaku pada Kantor Pelayanan
PajakPratama Medan Poloniadapat dilihat pada bagan berikut. (Terlampir)
C.Tugas danFungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Polonia
Berdasarkan Peraturan MenteriKeuangan Nomor 62/PMK.01/2009
TentangOrganisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Keuangan,
tugas KPP Pratama yang termasuk didalamnya KPP Pratama Medan Polonia
yaitumelaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang
PajakPenghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas
BarangMewah (PPnBM), Pajak TidakLangsung Lainnya, Pajak Bumidan Bangunan
(PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam
wilayahwewenangnya berdasarkan peraturanperundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakantugas diatas, KPP Pratama termasuk KPP Pratama
Medan Polonia menyelenggarakan fungsi yaitu :
1) Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatanpotensi perpajakan,
penyajianinformasi perpajakan, pendataan objekdan subjek pajak,
3)Pengadministrasiandokumen dan berkas perpajakan, penerimaandan pengolahan
SuratPemberitahuan, serta penerimaan suratlainnya,
4) Penyuluhan perpajakan,
5) Pelaksanaan registrasi wajibpajak,
6) Pelaksanaan ekstensifikasi,
7) Penatausahaanpiutang pajakdan pelaksanaanpenagihan pajak,
8) Pelaksanaan pemeriksaanpajak,
9) Pengawasankepatuhan kewajiban perpajakan wajibpajak,
10) Pelaksanaankonsultasi perpajakan,
11) Pelaksanaan intensifikasi,
12) Pembetulan ketetapanpajak,
13) Pelaksanaan administrasikantor.
D. Bidang-Bidang Kerja Kantor PelayananPajak Pratama (KPP) MedanPolonia Berdasarkan Peraturan MenteriKeuangan Nomor 62/PMK.01/2009
TentangOrganisasi Dan Tata KerjaInstansi Vertikal Direktorat JenderalKeuangan,
KPP Pratama termasukdidalamnya KPP Pratama Medan Polonia terdiri dari :
1) Sub BagianUmum,
2) Seksi Pengolahan Data Informasi (PDI),
3) Seksi Pelayanan,
4) SeksiPenagihan,
6) Seksi EkstensifikasiPerpajakan,
7) Seksi Pengawasandan Konsultasi I,
8) Seksi Pengawasandan Konsultasi II,
9) Seksi Pengawasandan Konsultasi III,
10) Seksi Pengawasandan Konsultasi IV, dan
11) Kelompok JabatanFungsional.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dipegang oleh seorang
Kepala Kantor yang mempunyai tugas mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja
KPP Pratama, mengkoordinasikan penyusunan rencana penerimaan pajak
berdasarkan potensi yang ada dan mengkoordinasikan segala hal yang bersangkutan
dengan rencana kerja yang telah ditargetkan oleh Kanwil yang bersangkutan.
Kepala Kantor tersebut membawahi 9 seksi,1 Sub Bagian Umum,dan 1
kelompok jabatan fungsional, yang gambaran tugas dari masing – masing bagian
kerja tersebut adalah sebagai berikut :
1) Sub. Bagian Umum yang bertugas : a. Melakukan urusan tata usaha
b. Melakukan urusan kepegawaian
c. Melakukan urusan keuangan
d. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga
a. Melakukan penetapan dan penertiban produk hukum perpajakan
b. Menerima dan meneliti, serta merekam surat permohonan dari Wajib
Pajak dan surat – surat lainnya
c. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuaan Wajib
Pajak dan surat lainnya
d. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan
pencabutan identitas Wajib Pajak
e. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak
3) Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang bertugas :
a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
b. Membimbing/menghimbau kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis
perpajakan
c. Melakukan penyusunan profil Wajib Pajak
d. Menganalisis kinerja Wajib Pajak
e. Memberikan konsultasi kepada Wajib Pajak tentang ketentuan
peraturan perundang – undangan perpajakan
f. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi.
g. Melakukan evaluasi hasil banding
a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian,
informasi perpajakan
b. Perekaman dokumen perpajakan
c. Merekam SSP lembar 3
d. Merekam SPT Masa PPN
e. Merekam PPh Pasal 21
f. Merekam PPh Pasal 23/26
g. Merekam PPh Final Pasal 4 ayat 2
h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan
i. Memberikan pelayanan dukungan teknis computer
j. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling
5) Seksi Penagihan yang bertugas :
a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak
b. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak
c. Penagihan aktif
d. Memberikan usulan penghapusan piutang pajak
e. Penyimpanan dokumen – dokumen
6) Seksi Ekstensifikasi yang bertugas :
a. Melakukan pengamatan potensi perpajakan
b. Pendataan objek dan subjek pajak
c. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam
7) Seksi Pemeriksaan yang bertugas :
a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan
b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan
c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya
8) Kelompok Jabatan Fungsional yang bertugas :
Kelompok fungsional yang terdiri atas Pejabat Fungsional
Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab
secara lansung kepada Kepala KPP Pratama Medan Polonia. Dalam
melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi
dengan Seksi Pemeriksaan, sedangkan Pejabat Fungsional Penilai
berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.
E. Tingkat Pendidikan dan Jumlah Pegawai Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia
1. Jumlah pegawai KPP Pratama Medan Polonia
Adapun jumlah pegawai yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Polonia adalah berjumlah 95 orang yang terdiri dari :
No Uraian Jumlah
1. Kepala Kantor 1
2. Sub Bagian Umum 7
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 11
4. Seksi Pelayanan 15
5. Seksi Penagihan 5
6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4
7. Seksi Ekstensifikasi 6
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 9
11. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 7
12. Fungsional Pemeriksa Pajak 15
Jumlah 95
Sumber : Data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, 2014
2. Penggolongan Pegawai menurut Tingkat Pendidikan
Menurut tingkat pendidikan, pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama
[image:30.612.131.510.113.508.2]MedanPolonia digolongkan sebagai berikut :
Tingkat Pendidikan S2 10 Orang
Tingkat Pendidikan S1 48 Orang
Tingkat Pendidikan D3 20 Orang
Tingkat Pendidikan D1 10 Orang
Tingkat Pendidikan SMA 7 Orang
Jumlah Keseluruhan Pegawai 95 Orang
Sumber : Data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, 2014
Gambar2.1
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia 2014
[image:32.612.123.527.190.529.2]BAB III
GAMBARAN UMUM DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
KEPALA KANTOR
KASUBBAG UMUM
SEKSI PEMERIKSAAN DAN KEPATUHAN
INTERNAL
SEKSI PENAGIHAN SEKSI
PELAYANAN SEKSI PDI
SEKSI EKSTENSIFIKASI
PERPAJAKAN
SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI
A.Pengertian Umum Perpajakan
1.Pengertian Pajak
Menurut Undang –Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No.16
Tahun 2009,Pajak adalah konstribusi Wajib kepada Negara yang terutang oleh
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang –undang ,dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untu keperluan Negara bagi
sebesar besarnya kemakmuran rakyat.Berikut adalah beberapa kutipan pengertian
pajak yang dikemukankan para ahli yaitu:
1.1.Menurut Prof.Dr.Rocmat Soemitro,SH:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (yang dapat dipaksakan)dengan
dengan tidak medapatkan imbalan ataupun jasa timbal (kontrapetasi)yang langsung
dapat ditunjukkan dan dapat digunakan untuk mwmbayar pengeluaran umum.
1.2.Menurut S.I.Djajaningrat:
Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas
Negara yang disebabkan suatu keadaan ,kejadian,dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu,tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peratutan yang di
tetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa tibal balik dari
Negara secara langsung,untuk memelihara kesejateraan umum.
Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh pengusa
berdasarkan norma -norma hokum guna menutupi biasaya produksi barang-barang
dan jasa–jasa kolektif dan mencapai kesejahteraan umum”(Suandy Erly,2008:9).
2. Pengertian Pajak Pengahasilan
Pengahasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
oleh atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib
pajak yang bersangkutan, dengan namadan dalam bentuk apapun.
Pajak pengahsilan adalah Suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada
masyarakat yang berpenghasilan atas penghasilan yang di terima atau diperolehnay
dalam tahun pajak untuk kepentigan Negara dan masyarakat dalam hidup mberbangsa
dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus
dilaksanakannya.(www.kajianpustaka.com).
Undang –Unadang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak Penghasilan
sebagaimana diubah dengan Undangi- Undang Nomor 10 Thun 1994 beberapa kali
dialakukan perubahan terakhir pada tahun 2008 digunakan sebagai Dasar Hukum
Pemungutan PAjak Penghasilan merupakan perpaduan dari beberapa ketentuan yang
sebelumnya diatur secara terpisah.Ditinjau dari pengelompokannya ,Pajak
pengahsilan diaktegotikan sebagai Pajak Subjektif.Dengan pengertian bahwa
pajaknya.Berlandaskan perkembangan ekonomi,globalisasi,dan reformasi di berbagai
bidang , sehingga diperlukan adanya perunagahn undang–undang Pajak penghasilan
dalam upaya pemerintah meningkatkan fungsi dan peranannya dalammendukung
kebijakan pembangunan nasional.
Perubahan Unadng–Undang Pajak Pengahsilan dimaksudkan tetap berpegang
teguh kepada prinsip–prinsip perpajakn yang dianut secara universal yaitu keadilan,
kemudahan dan efisiensi administrasi, serta peningkatan dan optimalisasi penerimaan
Negara.Oleh karena itu,arah dan tujuan penyempurnaan Undang–Undang Pajak
Penghasilan ini adlah untuk:
1. lebih meningkatakan keadilan pengenaan pajak:
2. lebih memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak:
3. lebih memberikan kesederhanaan administrasi perpajakan:
4. lebih memberikan kesederhanaan hokum,konsistensi,dan transpransi: serta
5. lebih menunjang kebijakn pemerintah dalam rangka meningkatkan daya
saing dalam menarik invesatasilangsung di Indonesia baik penanaman
moadal asing maupun penanaman modal dalam negeri di bidang–bidang
usaha tertentu dan daerah–daerah tertentu yang mendapat prioritas.
1. Undang–Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang–undang nomor
16tahun 2009.
2. Peratutan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 181/PMK.03/2007
tentang bentuk dan isi surat pemeritahuan,serta tata cara pengambilan
pengisian,penandatanganan,dan penyampaian surat pemberitahuan.
3. Peratutan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 183/PMk.03/2007
tentang Tata Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Bagi Wajib Pajak
asengan criteria tertentu yang dapat melaporkan beberapa masa pajak alah
suatu surat pemberitahuan masa.
4. Peraturan Menteri Kuangan Republik Indonesia Nomor 183/PMK.03/2007
tentang wajib pajak pengasilan tertentu yang dikecualikan dari kewajiban
menyampaikan surat pemberitahuan pajak penghasilan.
5. Peratuan Menteri Keuangan republik Indonesia Nomor 183/PMK.03/2007
tentang tatacara pengambilan dan pengolahan surat pemberitahuan
6. Peraturan Mentari Keuangan Nomor 186/PMK.03/2007 tentang wajib pajak
tertentu yang dikecualikan dari pengenaan sanksi administrasi berupa denda
karena tidak menyampaikan surat pemberitahuan alam jangka waktu yang di
tentuakan.
7. PER DJP NoPER.22/PJ/2008 tentang tatacara pembayaran dan pelaporan
8. PER DJP No.PER-32/PJ/2009 tentang bentuk formulir SPT masa pajak pph
pasal 21 dan/atau pasal 26 dan bukti pemungutan /pemotongan PPh pasal
21dan/atau pasal 26.
9. PER DJP No.PER -53/PJ/2009 tentang bentuk formulitr SPT masa pajak PPh
final pasal 4 ayat (2),SPT masa PPh Pasal 15, Pasal 22, Pasal 23,dan/atau
pasal 26 serta bukti pemotongan /pemungutannya.
C. Sistem Pemungutan Pajak
1. Official asssement system
Yaitu suatu system pemungutan yang member wewenang kepada
pemerintah (fiskus )untuk menetukan besar nyua pajak terurang oleh
wajib pajak.
2. Self assessment system
Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memeberi wewenang
kepada wajib pajak untuk menetukan sendiri besarnya pajak yang
terutang.
Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus atau wajib pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak.
D.Surat Pemberitahuan (SPT)
1.Pengertian Surat Pemberitahuan
Pasal 1 angka 11 Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP Surat
Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak,melaporkan objek pajak
dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban ,sesuai dengan
ketentuan peraturran perundng–undagan perpajakan.
Pengertian Surat Pemberitahuan menurut Pasal 1 angka 10 undang–
undang KUP adalah surat kuasa yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau
bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban,menurut ketentuan peratutan
perundang–undangan perpajakan.
Seperti dalam batasan SPT Wajib Pajak dala melaporkan perhitungan
pajaknya dan/atau pembayaran pajaknya menggunakan SPT.Pasal3
Undang-Undang KUP juga mengaskan kewajiban bagi setiap Wajib Pajak untuk
mengisi SPT dengan benar ,lengkapdan jelas,dalam bahsa indoneisa dengan
mengunakan huruf latin,angka arab, satuan matau ang Rupiah,dan
emnandatangani serta melaporkan ke Kantor DIrektorat Jenderal Pajak tempat
Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempatlain yang di tetepkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak .Dengan ini lebih menegaskan fungsi SPT bagi
wajib Pajak.
2.1 Bagi Pengusaha
Bagi pengusaha bahwa SPT Pajak PEnhasilan yaitu berfungsi sebagai
sarana melaporkan dan mempertanggungjawabkanpenghitungan jumlah pajak
yangsebenarnya terutang dan melaporkan tentang pembayaran atau pelunasan
pajak yang telah dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun pajakataubagian
pajak,kemudian melaporkan tentang penghasilan yang merupakan
objekdan/atau bukan objek pajak ,melaporkan harta dan kewajiban,dan
melaporkan pembayaran dari pemotongan atau pemungutan pajak orang
pribadi dalam 1 (Satu) masa pajaksesuai dengan ketentuan peraturan
perundang–undangan.
Bagi pengusaha kena pajak ,fungsi SPT adlah sbagi saran untuk
melaporkan dan mempertangungjawabkan penghitungan jumlah Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas barang mewah.
2.3 Bagi Pemotong atau Pemungut pajak
Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi surat pemberitahuan
adlaah sebagai sarana melaporkan dan mepertangungjawabkan pajak yang
dipotongatau dipungut dan disetorkanya .pengertian mengisi SPT
dimaksudkan yaitu mengisi formulir SPT dalam bentuk ketas dan/atau dalam
bentuk elektronik,dengan benar,lengkap,jelas sesuai dengan petunjuk
pengisian yang telah diberikan berdasarkan ketentuan perundang-undang
perpajakan.
3.Macam – Macam Surat Pemberitahuan
3.1 Surat Pemberitahuan Masa (SPT) Masa
Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu
masa pajak (dilaporkan setiap tanggal 20 setelah saat terutangnya pajak atau
masa pajak berakhir).Dalam SPT Masa di samping data dasar berisi pula data
materil untuk SPT masa Pajak Penghasilan yaitu jumlah objek pajak, jumlah
memuat tanggal pembayaran dan penyetoran, serta data lainya yang terkait
dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.
SuratPemberitahuan Masa terdiri atas:
a.SPT masa PPh Pasal 21 dan 26
b.SPT Masa PPh Pasal 22
c.SPT Masa PPh Pasal 23 dan 26
d.SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2
e.SPT Masa PPh Pasal 15
f.SPT Masa PPh Pasal PPn dan PPnBM
g.SPT Masa PPn dan PPnBM bagi pemungut
3.2 Surat Pemberitahuan Tahuanan (SPT) Tahunan
3.2.Surat Pemberutahuan Tahuan adalahSurat pemberitahuan untuk suatu
tahun pajak atau bagian tahun pajak,dilaporkan palinglambat akhir bulan
ketiga setelah tahun pajak berakhir untuk wajib pajakorang pribadi dan
paling lambat akhir bulan keempat setelah tahun pajak berakhir untuk
Wajib Pajak Badan.
SPT Tahunan terdiri atas:
b. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan yang diizinkan
menyelenggarakan pembukuan dalam Bahasa Inggris dan mata uang
dollar Amerika Serikat (1771-US)
c. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas yang meyelenggarakan
pembukuan atau norma perhitungan penghasilan neto; dari satu atau
lebih pemberi kerja; yang dikenakan PPh final dan satu atau lebih
pemberi kerja yang dikenakan PPh final dan atau bersifat final dan dari
penghasilan lainnya (1770)
d. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dari satu pemberi kerja dalam negeri lainnya dan yang
dikenakan PPh final dan / atau bersifat final (1770 S)
e. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dari satu pemberi kerja dengan penghasilan bruto tidak
melebihi Rp 30 juta setahun (1770 SS)
f. Bukti potong PPh Pasal 21 pegawai tetap / pensiun (1721-A1 atau
1721-A2)
4.1.Formulir 1721
Formulir ini wajib disampaikan tiap bulan.
4.2.Formulir 1721-I
Formulir 1721 - I wajib disampaikan hanya pada masa pajak Desember. ib
Pemotongan Pajak tidak perlu menyampaikan formulir 1721-A1/A2
sebagai lampiran SPT Masa PPh Pasal 21dan/atau Pasal26,namum wajib
memberikan bukti pemotongan 1721-A1/A2kepada pegawai tetap atau
penerima pensiun atau tunjangan hari tua /tabungan hari tua/jaminan hari
tua maupun kepada pegawai negeri sipiul,anggota TNI,Polri,Pejabat
Negara dan pensiunannya.
4.3.1721-II
Formulir 1721-II wajib disampaikan hanya pada saat ada pegawai tetap
keluar dan/atau ada pegawai tetap yang baru masuk dan/ataupegawai yang
baru memiliki NPWP.
4.4.1721 - T
Formulir 1721 – Twajib dilampirkan pada saat pertama kali Wajib Pajak
berkewajiban untuk menyampaikan SPT Masa Pajak penghasilan Pasal 21
dan/atau pasal 26. Dalam hal Wajib pajak telah berkewajiban untuk
26sebelum berlakunya Peraturan Direktur Jenderal pajak ini,formulir
1721-T wajib dilampirkan pada masa pajak Juli 2009.
5.Cara Mendapatkan /Memperoleh Formulir SPT
Dalam pasal 3 ayat 2 undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan,
adapun cara untuk memperoleh formulir SPT adalah:
5.1.Datang langsung ke KPP Pratama
5.2.Datang langsung ke kantor pelayanan penyuluhan dan konsultasi
perpajakan(KP2KP)
5.3.Mendownload melalui situs website ditjen pajak(www.pajak.go.id).
6.Tata Cara Pengisian SPT
Berdasarkan ketentuan Pasal 3 Undang- undang Ketentuan Umum
Perpajakan, pengisian surat pemberitahuan harus dilakuakn sebagai
berikut:
6.1.Dalam bahasa Indonesia dengan mengguanakan huruf latin, angka
Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani.
6.2.Wajib Pajak mmengisi dan menyampaikan SPT dengan benar lengkap,
jelas dan menandatanganinya
7.1.Setiap wajib pajak harus mengambil sendiri SPT ke KPP atau tempat
lain yang telah di tentukan oleh DJP.
7.2.Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dengan benar, jelas,
lengkap,memandatangani dan menyampaikannya ke KPP aatau tempat
lain yang di tentukan oleh DJP.
7.3.Wajib pajak adalah badan,SPT harus ditandatangani oleh pengurus
atau direksi.
7.4.Jika SPT yang mengisi dan menandatangi bukan wajib pajak itu
sendiri,harus melampirkan surat kuasa khusus.
7.5. SPT wajib dilengkapi dengan lampiran yang telah ditentukan menurut
peraturan peraturan perundang–undangan yang berlaku.termasuk
neraca dan penghitungan laba rugi (bagi WP yang wajib melakukan
pembukuan).
7.6. Setelah SPT tersebut telah diisi dengan lengkap beserta lampiran–
lampirannya, diserahkan kembali ke KPP dalam batas waktu yang
telah di tentukan dengan bukti penerimaan. Jika SPT yang
disampaikan tidak lengkap,dianggap SPT tidak sah/tidak
7.7. Jika disampaikan melalui pos,harus tercatat dan ada bukti yaitu cap
pos dan bukti penerimaanya.
7.8. Tidak atau terlambat menyampaikan SPT Masa dikenakan denda
RP.50.000,00 dan SPT tahunan denda Rp, 100.000,00,.
7.9. Pembetulan SPT:
7.9.1.Sebelum pemeriksaan, bunga 2%
7.9.2.Sebelum penyidikan,denda 200% (khususnya karena
kekhilafan,menurut pasal 38)
7.9.3.Sebelum menerbitkanSKP,kenaikan 50%
7.9.4.Atas permohonan WP penyampaian SPT dapat di perpanjang,dengan
catatan pajak penghasilan perhitungan sementara dibayar
8. Tempat Penyampaian Surat Pemberitahuan
SPT di sampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajiba pajak
terdaftar. Penyampaian SPT dapat dilakuakn dengan cara sebagai berikut:
8.1.Secara langsung ke tempat pelayanan terpadu(TPT) atau pojok
pajak/mobilpajak/drop box terdekat (tidak harus ke KPPdimana WP
terdaftar)
8.3.Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengriman surat
8.4.E-felling
Sesuai dengan PMK -152/PMK.03/2009 e filling melalaui:
8.4.1. Website direktorat jenderal pajak(www.pajak.go.id)
8.4.2. Penyedia jasa aplikasi atau application service provider (ASP)
9. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan
9.1. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (duapuluh) hari
setelah akhir masa pajak.
9.2. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan pajak penghasilan wajib pajak
orang, pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setalah akhir tahun pajak.
9.3. Untuk Surat Surat Pemberitahuan Tahunan pajak pengahsilanwajib
pajak badan,paling lama 4 (empat) bulan stelah akhir tahun pajak.
10. SPT Dianggap Tidak Sah
Surat pemberitahuan dianggap tidak sah apabila:
10.2.SPT tidak sepenuh nya dilampiri keterangan dan/atau dokumen yang
lengkap
10.3.SPT yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 (tiga) tahun
sesudah berakhirnya masa pajak,bagian tahun pajak, atau tahun
pajak,dan Wajib Pajak telah di tegur secara tertulis.
10.4.SPT disampaikan setelah direktorat jenderal pajak melakukan
pemeriksaan atau menerbitkan surat ketetapan pajak (SKP).
11. Sanksi Keterlambatan Penyampaian SPT
Ada beberapa sanksi keterlambatan meyampaikan SPT, adapun sanksi
untuk keterlambatan SPT adalah:
11.1. untuk SPT masa PPN sebesarRp. 500.000,00,-
11.2. untuk SPT masa lainya sebesar Rp. 100.00,00,-
11.3.untuk SPT tahunan penghasilan Wajib Pajak badan sebesar Rp.
1.000.000,00,-
11.4. untuk SPT tahunan Wajib Pajak orang pribadi sebesar Rp.
12.Sanksi Keterlambatan Surat Pemberitahuan Masa
12.1Pembayaran atau penyetoran pajak yang dilakuakn setelah tanggal
jatuh tempo di kenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
per bulan yang di hitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai
dengan tanggal pembayaran, dan bagian bulan dihitung penuh 1
bulan.
12.2Mulai Tahun 2008 Wajib Pajak yang alpa tidak meyampaikan SPT
atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap
dan dapat merugikan Negara yang dilakuakn pertama kali tifak di
kenai sanksi pidana tetapi dikenai sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 200% dari pajak kurang bayar.
12.3Apabila Surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka
waktu tersebut, dan setelah ditgur secara tertulis tidak disampaikan
pada waktunya sebagaimana di terbitkan salan surat teguran, maka
Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Pengertian Kepatuhan
Pada KBBI, kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya. Menurut pengamatan penulis ada dua macam kepatuhan yakni
kepatuhan formal dan kepatuhan materil.
Kepatuhan Wajib Pajak di awali dengan adanya kesadaran Wajib Pajak mengenai
kewajiban nya dalam hal perpajakan. Kesadaran adalah faktor yang berasal dari
kemauan dah perubahan sikap Wajib Pajak dalam hal memenuhi kewajiban
perpajakannya dan hak pajaknya.
Ada dua macam kepatuhan yaitu :
1. Kepatuhan Formal : Kepatuhan Formal adalah suatu keadaan dimana
Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan
ketentuan dalam undang-undang perpajakan.
2. Kepatuan Material : Kepatuhan Material adalah suatu keadaan dimana
Wajib Pajak secara substantive / hakekat memenuhi semua ketentuan
material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.
Kepatuhan material dapat meliputi juga kepatuhan formal, jadi Wajib Pajak
yang Memenuhi kepatuhan material dalam mengisi SPT Wajib Pajak Orang Pribadi
adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, baik dan benar SPT tersebut sesuai
dengan Undang-undang PPh da menyampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak sebelum
batas waktu yang ditentukan.
Kepatuhan dapat diwujudkan misalnya dengan penyuluhan, pelayanan, dan
penegakan hukum yang dapat berupa pemeriksaan, penyidikan dan penagihan dengan
menempatkan wajib pajak sebagai subyek yang dihargai hak-hak dan kewajibannya.
Tingkat kepatuhan wajib pajak yang dimaksud dalam hal ini adalah kepatuhan
wajib pajak efektif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.Kadang Wajib Pajak
memang sengaja menghindari kewajian perpajakannya dengan tidak menyampaikan
SPT Masa PPh OP-nya kepada KPP bahkan masih banyak Wajib Pajak yang
melalaikan pajaknya yaitu menolak membayar pajak yang telah ditetapkan dan
menolak memenuhi formalitas yang harus dipenuhi olehnya.
Ada juga Wajib Pajak yang memberikan ketidakjelasaan alamat kepada KPP
sehingga SPT yang dikirimkan tidak diterima oleh Wajib Pajak yang bersangkutan
akibatnya Wajib Pajak merasa tidak mempunyai kewajiban menyampaikan SPT Masa
karena tidak menerima SPT tersebut.
Menurut Gunadi, (2005) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
1. Pemahaman atas peraturan dan perundang-undangan perpajakan,
2. Mengisi formulir pajak dengan tepat,
3. Menghitung pajak dengan jumlah yang tepat, dan
4. Membayar pajak tepat pada waktu.
B.Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPh Masa OP di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia.
Tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa adalah persentase dari sejumlah
Wajib Pajak yang memenuhi kewajibannya dalam melaporkan Surat Pemberitahuan
Masa (SPT Masa) nya.
Sebagaimana data di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
mengenai tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan
Masa-nya dalam 5 (lima) tahun belakangan ini adalah:
Pada tahun pajak 2009 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar adalah 1.068.237
sedangkan yang melaporkan SPTnya hanya 92.886 dan jika di persentasekan pada
tahun pajak 2009 tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa adalah 10,08%.Pada tahun
pajak 2010 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar adalah 1.249.146 sedangkan yang
melaporkan SPTnya hanya 69.506 dan jika di persentasekan pada tahun pajak 2010
Pada tahun pajak 2011 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar adalah1.372.400
sedangkan yang melaporkan SPTnya hanya 65.537dan jika di persentasekan pada
tahun pajak 2011 tingkat keparuhan pelaporan SPT Masa adalah 10,04%.Pada tahun
pajak 2012 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar adalah 1.462.670 sedangkan yang
melaporkan SPTnya hanya 62.325 dan jika di persentasekan pada tahun pajak 2012
tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa adalah 10,04%.Pada tahun pajak 2013 jumlah
Wajib Pajak yang terdaftar adalah 1.421.852 sedangkan yang melorkan SPT Masanya
hanya 53.512 dan jika di pesentasekan pada tahun pajak 2013 tingkat kepatuhan
2009 2010 2011 2012 2013
SPT Masuk
WP OP
Terdaftar %
SPT Masuk
WP OP
Terdaftar %
SPT Masuk
WP OP
Terdaftar %
SPT Masuk
WP OP
Terdaftar %
SPT Masuk
WP OP
Terdaftar %
Januari 6,320 77,433 10,08% 5,689 98,766 10,05% 5,572 109,485 10,05% 5,119 118,566 10,04% 5,138 125,584 10,04%
Februari 6,963 81,595 10,08% 5,666 99,927 10,05% 5,602 110,866 10,05% 5,602 119,220 10,04% 5,166 126,147 10,04%
Maret 7,558 84,156 10,08% 6,262 101,169 10,06% 5,969 112,313 10,05% 5,646 119,957 10,04% 5,443 126,668 10,04%
April 8,116 86,075 10,09% 5,953 102,220 10,06% 5,543 113,093 10,04% 5,254 120,523 10,04% 5,098 127,149 10,04%
Mei 8,159 88,082 10,09% 5,793 102956 10,05% 5,565 113,830 10,04% 5,137 120,981 10,04% 5,001 127,623 10,03%
Juni 8,110 89,508 10,09% 5,736 103,979 10,05% 5,305 114,323 10,04% 5,122 121,397 10,04% 4,758 128,074 10,03%
Juli 8,285 90,598 10,09% 5,780 104,858 10.05% 5,443 114,980 10,04% 5,200 121,957 10,04% 5,037 128,471 10,03%
Agustus 8,281 91,594 10,09% 5,837 105,656 10,05% 5,406 115,402 10,04% 5,069 122,873 10,04% 4,583 128,759 10,03%
September 8,245 92,374 10,08% 5,695 106,172 10,05% 5,233 115,970 10,04% 4,979 123,466 10,04% 3,829 129,200 10,02%
Oktober 8,270 93,786 10,08% 5,668 106,906 10,05% 5,333 116,739 10,04% 5,091 124,066 10,04% 3,248 129,641 10,02%
November 8,328 95,513 10,08% 5,584 107,857 10,05% 5,240 117,416 10,04% 5,033 124,624 10,04% 3,058 130,044 10,02%
Desember 6,251 97,223 10,06% 5,843 108,710 10,05% 5,326 117,983 10,04% 5,073 125,040 10,04% 3,154 130,492 10,02%
[image:54.792.12.760.143.408.2]Rata-rata Persentase 10,08% 10,05% 10,04% 10,04% 10,03%
C.Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan Masa PPh OP
Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa adalah salah satu cara
meningkatkan penerimaan pajak.Namun ada faktor–faktor yang menyebabkan wajib
pajak tidak melaporkan SPT Masanya,sehingga mempengaruhi kepatuhan persentase
kepatuhan,Wahib Pajak tesebut,antara lain:
1. Wajib Pajak takut akan kata pajak yang berarti mengeluarkan biaya atau akan
menambah biaya lain-lain untuk keperluan kantor pajak
2. Wajib Pajak menganggap pajak sebagai beban bagi mereka. Dan juga takut
akan mempengaruhi pendapatan penghasilan yang didapat.
3. Banyaknya kasus tentang pajak yang ada di media masa yang
menggambarkan betapa buruknya sistem perpajakan di Indonesia,banyak nya
koruptor pajak,Media terlalu banyak memberikan gambaran yang
memberikan nilai negatif tentang pajak itu sendiri sehingga membuat wajib
Pajak menyimpulkan sendiri arti dan maksud dari pajak tersebut.
4. Wajib Pajak belum paham betul tentang arti pajak sesungguhnya.Banyak
Wajib Pajak yang tidak mengerti pentingnya pajak untuk membiayai
pembangunan dan kebutuhan Negara.Sehingga Wajib Pajak tidak mengatahui
kapan harus melaporkan SPT dan kegunaan erta fungsi dari pelaporan.
5. Banyaknya Wajib Pajak yang mendirikan usaha tetapi sudah tidak aktif
SPT,hal ini disebabkanoleh usahanya sudah tidak digunakan atauun tidak
mengahasilkan.
6. Jumlah Wajib Pajak yang terlalu banyak tetapi petugas pajaknya terlalu
terbatas sehingga mengalami keyerbatasan dalam melakukan pengawasan
dalam penyampaian SPT.Memerlukan petugas tambahan atau tim yang
bertugas dalam pengawasan dan penyampaian SPT.
Wajib Pajak cenderung berpandangan lebih baik tidak membayar,keenganan
membayar pajak tersebut diakaibatkan banyaknya tahapan–tahapan dan proses yang
mereka jalani yaitu menghitung ,menyetorkan,dan melaporkan sendiri kewajiban
perpajakannya (self assessment system) hal tersebut membuat Wajib Pajak menjadi
enggan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya karena proses-proses tersebut
dinilai telalu menyita waktu.
D. Upaya yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan Masa
Setelah mengetahui kendala yang mempengaruhi kepatuahan Wajib Pajak
dalam dalam melaporkan SPT Masanya, petugas mencari upaya agar dapr
meningkatkan kepatuhan dalam pelaporan Surat Pemberitahuan Masa.
Upaya yang dilakukan oleh petugas pajak khusunya Kantor Pelayanan Pajak
1.Meningkatkan Pelayanan Bagi Wajib Pajak
Pelayanan yang baik sangat berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak
karena pelayanan yang baik menimbulkan motivasi bagi Wajib Pajak untuk
melaksanakan kewajibannya.Menyadari hal tersebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Polonia selalu berusaha memberikan pelayanan yang baik kepada
setiap Wajib Pajak.Yang menjadi inti pelayanan yang baik adalah pelayanan yang
mampu mengantisipasi masalah-masalah yang muncul dan berkembang dalam
masyarakat umumnya dan Wajib Pajak khususnya.
Sehubungan dengan itu, aparat pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Medan Polonia terus berupaya untuk peka dan cepat dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang timbul, tidak berbelit, dan bekerja sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
2.Peningkatan Profesianalisme Aparatur Pajak
Sebagian Wajib Pajak ada yang ada yang memanfaatkan celah-celah
kelemahan Undang-Undang Perpajakan yang ada atau dengan cara memanfaatkan
kelengengahan fiskus. Hal ini perlu diimbangi dengan peningkatan kemampuan dan
3.Penerapan Sanksi Perpajakan Dengan Penerbitan STP
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak surat dan
at
kurang atau tidak dibayar dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran
pajak sebagai akibat salah tulis atau salah hitung,Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda atau bunga.
Sanksi perpajakan dikenakan bagi Wajib Pajak yang lalai, menyimpang, atau
sama sekali tidak mengindahkan kewajibannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Sanksi administrasi yang dikenakan dapat berupa bunga atau
denda.
Sanksi perpajakan yang diterapkan bertujuan untuk menyadarkan Wajib Pajak
akan kelalaiannya. Disamping itu juga bertujuan untuk menjaga agar kepercayaan
yang diberikan pemerintah tidak disalahgunakan oleh Wajib Pajak.
4.Penyuluhan Perpajakan
Fakta yang masih belum dapat dibantah yaitu masih banyak
masyarakat Wajib Pajak di wilayah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan
Polonia yang kurang memahami dan mengerti akan ketentuan perpajakan solusi yang
tepat yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia untuk
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia menyadari bahwa
pemberian pembinaan,bimbingan,dan penyuluhan kepada Wajib Pajak merupakan
tugas dari aparatur pajak.Sasaran diadakannya bimbingan dan penyuluhan secara
intensif oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia adalah untuk
mengubah tanggapan negatif terhadap pajak dan menjadikan masyarakat terpanggil
untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar sebagai wujud
pengabdian terhadap bangsa dan Negara.
5.Sosialisasi Perpajakan
Dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia
mensosialisasikan pajak kepada masyarakat luas akan lebih paham tentang pajak dan
mengetahui fungsi pajak bagi pembangunan nasional dengan cara membuat
slogan-slogan di tempat umum,buku-buku,brosur,majalah,iklan di radio tentang perpajakan
6.Workshop Perpajakan
Workshop merupakan suatu metode dan sarana dimana Wajib Pajak dan
Fiskus bisa berinteraksi face to face secara mendalam terkait tema perpajakan
tertentu. Kegiatannya bisa dikemas dalam bentuk kelas yang diadakan secara berkala
7.Kelas Pajak
Kelas Pajak merupakan penyuluhan langsung berupa Kelas Pajak yang
tersebar di KPP seluruh Indonesia dan diharapkan bisa memberi akses informasi
perpajakan kepada masyarakat secara lebih murah dan lebih intensif sehingga hal ini
dapat meningkatkan persentase kepatuhan Wajib Pajak.
Kehadiran Kelas Pajak yang diadakan DJP juga diharapkan dapat bersinergi
dengan Lembaga-Lembaga Pendidikan untuk membangun masyarakat Indonesia
yang sadar dan peduli pajak.Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) kembali membuka kelas-kelas pajak gratis seputar Pengisian
SPT Tahunan selama bulan Maret 2013. Kelas-kelas Pajak tersebut diadakan oleh
semua Kantor Wilayah (Kanwil), Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor
Pelayanan, Penyuluhan Dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di seluruh nusantara.
Kelas-kelas pajak gratis tersebut dapat diikuti oleh semua Wajib Pajak (WP) tanpa
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan evaluasi pada bab sebelumnya,maka penulisa dapat
mengambil kesimpulan tentang kepatuhan Wajib Pajak dalam melporkan Surat
Pemberitahuan Masa,antara lain sebagai berikut:
1.Dilihat dari data yang di peroleh dapat di simpulkan bahwa jumlah Wajib
Pajak pada tahun 2009-2013 yang terdaftar lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah Wajib Pajak yang melaporkan Surat Pemberitahuan Masa
nya.Pada tahun 2009 Wajib Pajak terdafar sebannyak 1.068.237 sementara
yang melaporkan SPT masa hanya 92.886, pada tahun 2010 jumlah Wajib
Pajak yang terdaftar sebanyak 1.249.146 sementara yang melaporkan SPT
hanya 69.606,pada tahun 2011 Wajib Pajak terdaftar sebanyak 1.372.400
sementara yang melaporkan SPT Masa hanya 65.537, pada tahun 2012
jumlah Wajib Pajak terdaftar sebabyak 1.462.670 sedangkan yang
selaporkan SPT hanya 62.325, sedangkan pada tahun 2013 jumlah Wajib
Pajak yang terdaftar sebanyak 1.421.851 sedangkan yang melaporkan SPT
hanya 53.512.
2.Jika dihitung persentase kepatuhan Pelaporan SPT Masa pada Tahun 2009 –
2013, adalah 2009 sebanyak 10,08%, tahun 2010 sebanyak 10,05%, tahun
2011 sebanyak 10,04%, tahun 2012 sebanyak 10,04%, tahun 2013 sebnayak
10,03%.
3.Hanya ada 10,10 % yang melaporkan SPT Masa dalam % tahun terakhir,
dan 90,90% yang belum melaporkan SPT Masa.
4.Penyebab rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaoporkan
SPT Masanya adalah kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajibannya,banyak Wajib pajak yang tidak mengerti arti
dari membayar,menghitung dan melaporkan pajak. Hal inilah yang
meyebabkan rendahnya tingakat pelaporan Surat Pemberitahuan Masa
dibandingkan dengan Jumlah Wajib Pajak terdaftar.
5.Penerapan sanksi perpajakan merupakan sebuah alat untuk fiskus untuk
melakukan pengwasan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajakdalam
melaksanakan kewjibannya.
B.Saran
Pada dasarnya pelaksanaan Administrasi Perpajakan yang dilakukan di Kantor
baik,namundalam Laporan Tugas Akhir ini penulis memberikan saran saran yang
bersifat membangun.Antara lain sebagai berikut.
1. Petugas pajak di KPP Pratama Medan Polonia harus lebih giat dalam
meningkatkan Pelayanan bagi Wajib Pajak Badan dan Profesionalisme
Aparatur Pajak.
2. Penerapan Sanksi Perpajakan yakni dengan menerbitkan Surat Tagihan
Pajak (STP), agar jumlah persentase Wajib Pajak Badan yang terdaftar
sebanding dengan Wajib Pajak Badan yang melaporkan SPT
3. Sebaiknya sanksi perpajakan yang berlaku di Indonesia harus lebih
mengikat Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak tidak terbebani dengan sanksi
– sanksi yang berlaku yang membuat wajib Pajak seolah –olah ketakutan
dengan sanksi yang berlaku tersebut.
4. Pihak fiskus harus dapat memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak
tidak berpandangan negatif tentang pajak,sehingga Wajib Pajak enggan
membayar pajak.
5. Meningkatkan sarana yang digunakan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat agar mengerti tentang pentingnya pajak, mengembangkan
kegiatan Intensifikasi dan Ekstenfikasi Pajak, melakukan Penyuluhan
Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan, Workshop Perpajakan, ataupun Kelas
6. Menambah jumlah penerimaan pegawai pajak, serta menjalin kerjasama
yang baik antara petugas pajak dan Wajib Pajak harus agar tingkat
kepatuhan dalam penyampaian SPT Badan di KPP Pratama Medan Polonia
dapat terealisasi dengan baik. Yaitu, Wajib Pajak harus banyak dibimbing
DAFTAR PUSTAKA
Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak, Edisi 5, Jakarta: Salemba Empat.
Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia, Edisi10 Buku 1. Penerbit Salemba Empat : Jakarta.
Soemitro,Rochmat.1993.Asas dan Dasar perpajakan ,Edisi revisi,Bandung:PT .Eresco
Peraturan perundang - undangan
Undang-undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum
dan Tata cara Perpajakan.
Undang –undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 181 /PMK.03/2007 tentang
bentuk dan isi surat pemberitahuan, serta tata carapengambilan, ppengisian,
penandatangan, dan penyampaian Surat Pemberitahuan.
Peraturan Menteri Keuagan Republik Indonesia No 182/PMK.03/2007 tentang tata
carapelaporan SPT Masa bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang
dapat melaporkan masa pajak dalam suatu Surat Pemberitahuan Masa.
Sumber Lain
http://www.pajak.go.id
http://www.kajian.pustaka.com/