• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan peran kelompok tani dengan produktivitas usaha tani benih padi: studi kasus Kelompok Tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi, Kecamatan, Sukasari, Kabupaten Subang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan peran kelompok tani dengan produktivitas usaha tani benih padi: studi kasus Kelompok Tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi, Kecamatan, Sukasari, Kabupaten Subang"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

SUTRA MANDASARI

NIM : 108092000049

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Desember 2014

Sutra Mandasari

(4)

Data Pribadi

Nama : Sutra Mandasari Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 11 Maret 1991 Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah Tinggi, Berat Badan : 160 cm, 65 kg

Agama : Islam

Alamat : Dsn Margaluyu Timur Rt 31/14 No.91 Sukamandi Jaya Kec. Ciasem Kab. Subang Prov. Jawa Barat 41256

Telepon : 085759040349

Email : mandacute18@yahoo.com

Latar Belakang Pendidikan Formal

1996 – 2002 : SDN 8 Sukamandi, Subang 2002 – 2005 : SMPN 1 Ciasem, Subang 2005 – 2008 : SMAN 1 Ciasem, Subang

2008 – 2014 : UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Non Formal

2008 : Training Organisasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 : Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) 2011 : Kuliah Kerja Nyata UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2014 : Kursus Bahasa Inggris dan Arab di Pusat Pengembangan Bahasa, UIN Jakarta

Pengalaman Kerja

2010 : Magang di PT.Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional–1, Sukamandi-Subang

2011 : Praktek Kerja di Koperasi Bina Usaha, Sukabumi

(5)

i Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat, hidayah, berkah serta karunia-Nya, sehingga berhasil merampungkan

penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Peran Kelompok Tani dengan

Produktivitas Usahatani Benih Padi (Studi Kasus: Kelompok Tani Surya Bangkit

di Desa Mandalawangi Kecamatan Sukasari Kabupaten Subang)” dapat

diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak

mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai

pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi

tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan kepada:

1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

2. Bapak Drs. Acep Muhib, MM selaku ketua Program Studi Agribisnis dan Ibu

Rizky Adi Puspita Sari, MM selaku sekretaris Program Studi Agribisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

3. Bapak Dr. Ujang Maman, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Iwan

Aminudin, M.Si selaku pembimbing II yang telah dengan sabar, tekun, tulus

(6)

ii Junaidi, M.Si selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktu dan

tenaganya untuk menguji skripsi penulis serta memberikan saran dan arahan.

5. Para dosen Agribisnis yang telah membantu dalam memberikan semangat

dan do’a bagi penulis selama ini.

6. Bapak H. Surya sebagai ketua Kelompok Tani Surya Bangkit, Bapak Sadirin

sebagai Konsultan di Kelompok Tani Surya Bangkit dan Bapak Burdah yang

telah berpartisipasi dan memberikan kontribusinya dalam memperoleh

informasi dan data-data dalam penyusunan skripsi ini.

7. Pimpinan dan staf Administrasi Perpustakaan Utama, Perpustakaan FST UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk meminjamkan buku-buku dalam pemenuhan materi skripsi ini.

8. Kedua orang tua penulis Ibunda (Sri Purna Firdaus) dan Ayahanda (Orien

Yahya) yang telah membesarkan dan memberikan pendidikan penulis hingga

saat ini, selalu memberikan do’a, limpahan kasih sayang, motivasi baik secara

moril maupun materil dan semangat setiap waktu. Terima kasih atas

perjuangan ayah dan ibu tercinta. Adinda tidak mungkin bisa membalasnya,

semoga Allah Swt memberikan balasan yang setimpal atas semua yang telah

diberikan oleh ayah dan ibu adinda. Adinda hanya berusaha memberikan

(7)

iii saudara dan saudariku yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,

mudah-mudahan motivasi, do’a dan perhatiannya tidak cukup sampai disini.

10. Semua temen-temen di Agribisnis 2008 B, semoga tali silaturahmi kita tetap

terjaga. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang

telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kepada semuanya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga

Allah SWT, memberikan kebaikan yang mereka berikan. Penulis banyak

melakukan kesalahan dan kekhilafan, baik yang disengaja ataupun tidak,

sekiranya penulis mohon dibukakan pintu maaf yang selebar-lebarnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik

dari sistematika, bahasa maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar, saran

serta kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang

akan datang. Semoga skripsi ini dapat membuka wawasan yang lebih luas bagi

pembaca sekalian dan semoga bermanfaat untuk kita semua. Aamiin

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Desember 2014

(8)

iv Produktivitas Usahatani Benih Padi (Studi Kasus: Kelompok Tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kecamatan Sukasari Kabupaten Subang). Di bawah bimbingan Ujang Maman dan Iwan Aminudin.

Pembangunan pertanian tidak dapat berjalan sebagaimana dicita-citakan bangsa Indonesia karena adanya berbagai persoalan yang dihadapi dari waktu ke waktu. Persoalan tersebut antara lain pengetahuan dan kemampuan masyarakat yang masih rendah sehingga dibutuhkan peranan dari pemerintah dalam hal ini pembentukan kelompok tani, dari kelompok tani inilah masyarakat petani akan diberdayakan sehingga produktivitas akan lebih efektif dan efisen.

Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui berapa besar peran kelompok tani dalam usahatani benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit, (2) Untuk mengetahui berapa besarnya produktivitas usahatani benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit, (3) Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara peran kelompok tani dengan produktivitas usahatani benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Total sampel petani di kelompok tani Surya Bangkit tersebut sebanyak 57 petani. Data dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada anggota petani sampel di kelompok tani Surya Bangkit. Data sekunder diperoleh dari data kelompok dan monografi desa. Data ditampilkan dalam tabel frekuensi dan tabulasi silang, kemudian dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan uji Chi Square (X2) pada taraf uji 0,10 dan ditambah dengan informasi kualitatif yang disajikan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kelompok tani di Surya Bangkit tergolong rendah. Sedangkan tingkat produktivitas petani dan usahatani benih padi yang tergabung dalam kelompok tani Surya Bangkit tidak tergolong tinggi yaitu berada pada kriteria sedang atau cukup. Hasil analisis di lapang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara peran kelompok tani Surya Bangkit dengan produktivitas usahatani benih padi.

(9)

v

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Kelompok Tani...6

2.2 Fungsi Kelompok Tani...8

2.3 Kemampuan dan Ciri-ciri Kelompok Tani...9

2.4 Produktivitas...10

2.5 Produktivitas Petani...11

2.6 Produktivitas Usahatani...17

2.7 Tinjauan Umum Tanaman Padi...20

2.8 Benih...25

2.9 Peran Kelompok Bagi Produktivitas Petani...28

2.10 Peran Kelompok Bagi Produktivitas Usahatani...29

2.11 Pengaruh Inovasi Terhadap Produktivitas Usahatani...30

2.12 Penelitian Terdahulu...33

2.13 Kerangka Pemikiran...34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...37

3.2 Jenis dan Sumber data...37

3.3 Teknik Pengumpulan Data...38

3.4 Metode Pengambilan Sampel...39

3.5 Analisis Data...39

3.6 Definisi Operasional...41

BAB IV KEADAAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Kawasan...43

4.1.1 Batas Wilayah...43

4.1.2 Luas Wilayah...44

4.1.3 Iklim...44

(10)

vi

4.2 Peta Desa...47

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Petani Padi di Kelompok Tani Surya Bangkit Desa Mandalawangi...49

5.2.1 Kerjasama Antar Anggota Kelompok...57

5.2.2 Keaktifan Di Kelompok Tani...58

5.2.3 Manajemen Perencanaan Kelompok Tani...59

5.2.4 Kerjasama Pelaksanaan Program Kelompok Tani...59

5.2.5 Hubungan Dengan Lembaga Koperasi/KUD...60

5.3 Produktivitas Petani...62

5.4 Produktivitas Usahatani...65

5.5 Hubungan Peran Kelompok Tani Dengan Peningkatan Produtivitas Petani Benih Padi...68

5.6 Hubungan Peran Kelompok Tani Dengan Menumbuhkan Produktivitas Usahatani Benih Padi...71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan...77

6.2 Saran...77

DAFTAR PUSTAKA...79

(11)

vii

1. Batas Wilayah...43

2. Luas Wilayah...44

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur...45

4. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan...46

5. Topografi Desa...47

6. Kepemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan...47

7. Distribusi Responden Menurut Umur...50

8. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan...51

9. Distribusi Responden Menurut Pengalaman Bertani...53

10. Distribusi Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga...54

11. Distribusi Responden Menurut Luas Lahan...55

12. Distribusi Responden Menurut Usaha Selain Bertani...56

13. Distribusi Responden Menurut Persepsi Tentang Kerjasama Antar Anggota Kelompok Tani...58

14. Distribusi Responden Menurut Persepsi Tentang Keaktifan Di Kelompok Tani...58

15. Distribusi Responden Menurut Persepsi Tentang Manajemen Perencanaan Kelompok tani...59

16. Distribusi Responden Menurut Persepsi Tentang Kerjasama Pelaksanaan Program...60

17. Distribusi Responden Menurut Persepsi Tentang Hubungan Dengan Lembaga Koperasi/KUD...60

18. Distribusi Responden Menurut Peran Kelompok Tani...61

19. Distribusi Responden Menurut Produktivitas Petani...63

20. Distribusi Menurut Tingkat Hasil Produktivitas Usahatani Benih Padi...66

21. Diatribusi Peran Kelompok Tani dengan Produktivitas Petani Benih Padi di Kelompok Tani Surya Bangkit...68

(12)

viii 1. Kerangka Pemikiran Penelitian...36

(13)

ix 1. Karakteristik Petani Sampel Padi di Kelompok Tani Surya

Bangkit Desa Mandalawangi...82

2. Distribusi Biaya Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Usahatani Padi di Kelompok Tani Surya Bangkit Desa Mandalawangi...85

3. Distribusi Produktivitas Panen Usahatani Padi di Kelompok Tani Surya Bangkit Desa Mandalawangi...88

4. Jawaban Kuisioner Variabel Peran kelompok Tani...91

5. Jawaban Kuisioner Produktivitas Petani...94

6. Data Hasil Perhitungan uji Chi Square (X2) antara peran Kelompok Tani dengan Tingkat Produktivitas Petani dan Produktivitas Usahatani Benih Padi di Kelompok Tani Surya Bangkit desa Mandalawangi...97

7. Kuisioner Penelitian...101

8. Peta Desa...111

9. Peta Irigasi Aliran Sawah...112

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Negara Indonesia adalah Negara agraris yang sebagian besar mata

pencaharian penduduknya adalah bercocok tanam. Kebijakan yang ditempuh

pemerintah untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional diantaranya adalah

dengan peningkatan kehidupan ekonomi yang dilakukan melalui pembangunan

pertanian (Hernanto, 1995).

Pembangunan pertanian tidak dapat berjalan sebagaimana dicita-citakan

bangsa Indonesia karena adanya berbagai persoalan yang dihadapi dari waktu ke

waktu. Persoalan tersebut antara lain pengetahuan dan kemampuan masyarakat

yang masih rendah sehingga dibutuhkan peranan dari pemerintah dalam hal ini

pembentukan kelompok tani, dari kelompok tani inilah masyarakat petani akan

diberdayakan sehingga produktivitas akan lebih efektif dan efisen. Pembinaan

usahatani melalui kelompok tani tidak lain adalah sebagai upaya percepatan

sasaran. Petani yang banyak jumlahnya dan tersebar di pedesaan yang luas,

sehingga dalam pembinaan kelompok diharapkan timbulnya cakrawala dan

wawasan kebersamaan memecahkan dan merubah citra usahatani sekarang

menjadi usahatani masa depan yang cerah dan tetap tegar (Sastraadmadja, 1985).

Tujuan dibentuknya kelompok tani adalah untuk lebih meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan petani dan keluarganya sebagai subjek

(15)

2

pembangunan. Kelompok tani merupakan suatu bentuk perkumpulan petani yang

berfungsi sebagai media penyuluhan yang diharapkan lebih terarah dalam

perubahan aktivitas usahatani yang lebih baik lagi. Aktivitas usahatani yang lebih

baik dapat dilihat dari adanya peningkatan-peningkatan dalam produktivitas

usahatani yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan petani sehingga

akan mendukung terciptanya kesejahteraan yang lebih baik bagi petani dan

keluarganya (BPLPP, 1990).

Desa Mandalawangi merupakan bagian integral dari pembangunan

Kecamatan Sukasari Kabupaten Subang. Sektor pertanian di desa Mandalawangi

kecamatan Sukasari kabupaten Subang sampai saat ini masih mempunyai peranan

yang sangat penting dan strategis, baik dukungan terhadap pertumbuhan

perekonomian maupun dalam upaya pemerataan pembangunan di pedesaan yang

notabene memiliki kesejahteraan yang relatif belum memadai, hal ini disebabkan

karena sektor pertanian berperan dalam penyediaan bahan pangan pokok,

kesempatan kerja, dan sumber pendapatan sebagian besar petani. Posisi petani di

desa Mandalawangi secara umum memiliki modal usaha terbatas, regenerasi

petani selaku pelaku utama pertanian berjalan sangat lambat sehingga posisi tawar

yang semakin lemah. Selain itu, kualitas maupun kuantitas produksi pertanian

belum menunjukkan peningkatan secara nyata. Hal tersebut disebabkan karena

pengetahuan, sikap dan keterampilan petani relatif rendah, serta harga sarana

(16)

3

Di desa Mandalawangi terdapat sepuluh kelompok tani. Salah satunya ialah

kelompok tani Surya Bangkit, dimana kelompok tani Surya Bangkit memproduksi

benih padi.

Dari permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap kelompok tani Surya Bangkit. Penelitian ini bertujuan untuk

menjelaskan hubungan peran kelompok tani dengan produktivitas usahatani benih

padi pada kelompok tani Surya Bangkit di desa Mandalawangi. Hal di atas yang

melatar belakangi penulis mengangkat judul penelitian: “Hubungan Peran

Kelompok Tani dengan Produktivitas Usahatani Benih Padi (Studi Kasus:

Kelompok Tani Surya Bangkit Desa Mandalawangi Kecamatan Sukasari

Kabupaten Subang)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis menguraikan

rumusan masalah di bawah ini:

1. Berapa besar peran kelompok tani dalam usahatani benih padi pada

kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab.

Subang ?

2. Berapa besar produktivitas usahatani benih padi pada kelompok tani Surya

Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang ?

3. Bagaimana hubungan antara peran kelompok tani dengan produktivitas

usahatani benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit di Desa

(17)

4

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui berapa besar peran kelompok tani dalam usahatani

benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi

Kec. Sukasari Kab. Subang.

2. Untuk mengetahui berapa besarnya produktivitas usahatani benih padi

pada kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari

Kab. Subang.

3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara peran kelompok tani

dengan produktivitas usahatani benih padi pada kelompok tani Surya

Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain :

1. Manfaat Akademis

a. Diharapkan penelitian ini dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan

yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu Agribisnis.

b. Diharapkan dapat memperkaya kepustakaan mengenai hubungan peran

kelompok tani dengan produktivitas usahatani benih padi pada suatu

daerah tertentu, dan dapat menjadi perbandingan dengan daerah lain.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dengan adanya hasil penelitian tentang hubungan peran

(18)

5

dilakukan pada Kelompok Tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi

Kec. Sukasari Kab. Subang, maka hasil penelitian ini dapat memberi

sumbangsih kepada kelompok tani Surya Bangkit.

b. Diharapkan hasil penelitian ini pula agar dapat memberi sumbangsih

kepada Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang agar

(19)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Kelompok Tani

Peran kelompok tani dalam pertanian menjadi organisasi petani yang

menjalankan kerjasama antar anggota mempunyai peranan yang sangat penting

dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan dalam

berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Dengan adanya

kelompok tani, para petani dapat bersama-sama memecahkan permasalahan yang

antara lain berupa pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan

pemasaran hasil. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu dibina dan

diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal.

Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani juga

dikemukakan oleh Mosher (1968) dalam Djiwandi (1994) bahwa salah satu syarat

pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung

dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani menurut Jomo (1968)

dalam Djiwandi (1994) adalah berarti membangun kemauan, dan kepercayaan

pada diri sendiri agar dapat terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping

itu agar mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir.

Suatu gerakan kelompok tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti

kerjasama menurut pola-pola yang maju, tidak akan memecahkan

(20)

7

Kelompok tani, menurut Deptan RI (1980) dalam Mardikanto (1996)

diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani

dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/i), yang terikat secara

informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan

bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani.

Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain

diungkapkan oleh Torres (Wong, 1997) dalam Mardikanto (1996) sebagai berikut:

a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya

kepemimpinan kelompok.

b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar

petani.

c. Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru.

d. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.

e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan

(input) atau produk yang dihasilkannya.

f. Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta

pengawasannya oleh petani sendiri.

Sedangkan menurut Sajogyo (1978) dalam Mardikanto (1996). alasan utama

dibentuknya kelompok tani adalah :

a. Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang

tersedia.

(21)

8

c. Adanya alasan ideologis yang “mewajibkan” para petani untuk terikat oleh

suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok taninya.

2.2 Fungsi Kelompok Tani

Menurut Kartasapoetra (1994), kelompok tani terbentuk atas dasar

kesadaran, jadi tidak secara terpaksa. Kelompok tani ini menghendaki

terwujudnya pertanian yang baik, usahatani yang optimal dan keluarga tani yang

sejahtera dalam perkembangan kehidupannya. Para anggota terbina agar

berpandangan sama, berminat yang sama dan atas dasar kekeluargaan.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kelompok tani berfungsi sebagai

wadah terpeliharanya dan berkembangnya pengertian, pengetahuan dan

keterampilan serta kegotongroyongan berusahatani para anggotanya.

Menurut Kartasapoetra (1994) fungsi kelompok tani dijabarkan dalam

kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Pengadaan sarana produksi murah dengan cara melakukan pembelian secara

bersama.

2. Pengadaan bibit yang resisten untuk memenuhi kepentingan para anggotanya.

3. Mengusahakan kegiatan pemberantasan atau pengendalian hama dan penyakit

secara terpadu.

4. Guna kepentingan bersama berusaha memperbaiki prasarana-prasarana yang

menunjang usahataninya.

5. Guna memantapkan cara bertani dengan menyelenggarakan demonstrasi cara

bercocok tanam, pembibitan dan cara mengatasi hama yang dilakukan

(22)

9

6. Mengadakan pengolahan hasil secara bersama agar terwujudnya kualitas yang

baik, beragam dan mengusahakan pemasaran secara bersama agar

terwujudnya harga yang seragam.

Ada tiga peranan penting dalam kelompok tani, yaitu sebagai berikut:

1. Media sosial atau media penyuluh yang hidup, wajar dan dinamis.

2. Alat untuk mencapai perubahan sesuai dengan tujuan penyuluh pertanian.

3. Tempat atau wadah pernyataan aspirasi yang murni dan sehat sesuai dengan

keinginan petani sendiri.

Selanjutnya dijelaskan bahwa perlunya penyuluhan sehingga dapat

memperbesar kemampuan dan peranan kelompok tani dalam berbagai hal, yaitu

menyangkut perbaikan usahatani serta tingkat kesejahteraan. Kemampuan setiap

petani pada kelompok biasanya ada perbedaan baik keterampilan, pengetahuan

maupun permodalan. Oleh karena itu atas perbedaan karakteristik petani, maka

perlu adanya kerjasama dalam kelompok tani.

2.3 Kemampuan dan Ciri-Ciri Kelompok Tani

Berdasarkan tingkat kemampuan kelompok tani, dikenal empat kelas

kemampuan kelompok tani dengan ciri-ciri untuk setiap kelompok (Dinas

Pertanian Tanaman Pangan, 2002) adalah sebagai berikut:

1. Kelompok Pemula:

a. Kontak tani masih belum aktif.

b. Taraf pembentukan kelompok masih awal.

c. Pimpinan formal.

(23)

10

2. Kelompok Lanjut:

a. Kelompok ini menyelenggarakan kegiatan-kegiatan terbatas.

b. Kegiatan kelompok dalam perencanaan.

c. Pimpinan formal aktif.

d. Kontak tani mampu memimpin gerakan kerjasama kelompok tani.

3. Kelompok Madya:

a. Kelompok tani menyelenggarakan kegiatan kerjasama usaha.

b. Pimpinan formal kurang menonjol.

c. Kontak tani dan kelompok tani bertindak sebagai pimpinan kerjasama

usahatani.

d. Berlatih mengembangkan program sendiri.

4. Kelompok Utama:

a. Hubungan melembaga dengan koperasi/ KUD.

b. Perencanaan program tahunan untuk meningkatkan produktivitas dan

pendapatan.

c. Program usahatani terpadu.

d. Program diusahakan dengan usaha koperasi/ KUD.

e. Pemupukan modal dan pemilikan atau pengunaan benda modal.

2.4 Produktivitas

Produktivitas adalah ukuran yang menyatakan berapa banyak input yang

dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah output, produktivitas didefinisikan

dengan ratio antara pengukuran output dengan masukan atau input (Abdullah

(24)

11

output dibagi total input dari sumber daya khusus (Colinvaux 1993). Produktivitas

mengandung pengertian sikap mental bahwa kualitas kehidupan harus lebih baik

dari sebelumnya. Dari sudut pandang ekologi, pengukuran produktivitas

didasarkan kepada jumlah kalori yang diikat tiap satuan waktu menjadi hasil

produksi, pengukurannya dengan menimbang hasil kering panen (Gagne 1985).

Pendapat lain mengatakan bahwa produktivitas mengandung pengertian

perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang

digunakan (Krech, dkk.1963).

Jadi produktivitas merupakan pembagian nilai dari output produksi terhadap

biaya input produksi.

Rendahnya output karena banyaknya produk yang tidak sesuai dengan

spesifikasi yang diinginkan mengakibatkan produktivitas menjadi rendah.

Produktivitas dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan input dan

meningkatkan output. Peningkatan produktivitas yang terbaik adalah

meningkatnya output jauh lebih besar dibandingkan meningkatnya output.

2.5 Produktivitas Petani

Produktivitas petani merupakan pandangan hidup dan sikap mental yang

dimiliki petani yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan

(Sinungan, 2005).

Menurut Otto Iskandar (2002) untuk meningkatkan produktivitas petani

(25)

12

lahan pertanian dan sarana produksi seperti penggunaan pupuk, penggunaan

varietas baru dan perluasan areal irigasi, akan tetapi perlu dicari upaya lain untuk

meningkatkan produksi pertanian yaitu melalui peningkatan managemen usaha

para petani itu sendiri yang menyangkut faktor-faktor psikologis dari petani

seperti, etos kerja, motivasi keberhasilan dan sikap inovatif mereka dalam bidang

pertanian khususnya tanaman padi.

1. Etos Kerja

Semakin tinggi etos kerja, maka semakin tinggi produktivitas petani dalam

menggarap lahan pertanian, sesuai dengan pernyataan Tasmara (1991) etos

kerja yang tinggi mempunyai makna bersungguh-sungguh menggerakan

seluruh potensi dirinya untuk mencapai sesuatu, dikatakan juga bahwa orang

yang mempunyai etos kerja tinggi sangat menghargai waktu, tidak pernah

merasa puas, berhemat dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Banyak cara

yang dapat diterapkan untuk mengembangkan dan meningkatkan etos kerja,

karena etos kerja adalah sikap mendasar terhadap diri, serta merupakan aspek

evaluatif yang bersifat menilai (Morgan, 1961), diantaranya adalah

membangkitkan kesadaran, agar etos kerja petani meningkat sehingga akan

meningkatkan pendapatan dan mensejahterakan kehidupan petani.

2. Motivasi keberhasilan

Semakin kuat motivasi keberhasilan petani, maka semakin tinggi produktivitas

petani dalam menggarap lahan pertanian. Motivasi banyak dipengaruhi oleh

emosi, seseorang yang memiliki kecerdasan emosional akan mengarahkan

(26)

13

kerjanya. Motivasi dapat juga disebut sebagai dorongan, hasrat atau kebutuhan

manusia dalam melakukan kegiatan tertentu (Rogers, 1971), dikatakan juga

oleh Morgan (1961) bahwa motivasi mempunyai tiga aspek yaitu :

1) Beberapa keadaan motivasi yang mendorong seseorang mengarah ke suatu

tujuan,

2) Motivasi yang mendorong perilaku yang ditampilkan dalam mencapai

tujuan,

3) Pencapaian tujuan.

Menurut Maslow (Rogers, 1971) motivasi merupakan hirerarki kebutuhan

yang terdiri dari lima tingkatan:

1. Kebutuhan mempertahankan hidup (physiological needs),

2. Kebutuhan rasa aman (safety needs),

3. Kebutuhan social (social needs),

4. Kebutuhan akan penghargaan/prestasi (esteem needs), dan

5. Kebutuhan untuk mempertinggi kapasitas kerja (self actualisation needs).

Petani yang memilki motivasi keberhasilan kuat akan selalu memerima

kritik dan saran dari luar, serta telah mempersiapkan diri secara matang tentang

hal-hal yang akan terjadi di lapangan.

3. Sikap Inovatif

Sikap inovatif merupakan salah satu unsur kepribadian yang dimiliki seseorang

dalam menentukan tindakan dan bertingkah laku terhadap suatu obyek disertai

dengan perasaan positif dan negatif. Semakin tinggi sikap inovatif maka

(27)

14

petani merupakan variabel penting untuk diperhatikan, karena sikap sebagai

suatu sistem yang memiliki tiga komponen yang saling tergantung yakni

kognisi, afeksi dan konasi (Simanjuntak, 1995), kognisi menyangkut keyakinan

terhadap obyek sikap, afeksi menyangkut perasaan dan konasi menyangkut

kecenderungan untuk berbuat (Suriasumantri, 1989). Sedangkan menurut

Gagne (1985), sikap adalah predisposisi untuk merespon, tetapi berbeda

dengan kecenderungan terhadap suatu respon evaluasi, seseorang cenderung

untuk memilih tindakan dalam rangka meningkatkan rasa senang terhadap

obyek tertentu. Istilah inovasi menurut Rogers (1971) didefinisikan sebagai

derajat seseorang dalam mengadopsi ide-ide baru, lebih awal dari pada

individu lain. Dikatakan juga bahwa ada beberapa karakteristik inovasi yaitu

manfaat, kompatibilitas, kompleksitas, triabilitas, dan observatibilitas.

Sedangkan sikap memiliki dimensi afektif, tingkah laku dan informasi kognitif

ketiga komponen itu terorganisir ke dalam sistem yang kuat (Suriasumantri,

1989). Aspek kebaharuan dalam inovasi dapat dinyatakan dalam bentuk

pengetahuan, sikap (afektif) dan keputusan untuk menggunakannya. Sikap

inovatif petani berarti mempunyai kecenderungan yang relatif stabil dalam

bereaksi ke dalam bentuk kognisi, afeksi dan konasi.terhadap sesuatu yang

baru baik dalam arti praktek atau obyek yang meliputi penerapan inovasi.

Dalam mencapai peningkatan produksi teknologi memang diperlukan dan

para petani perlu mengadopsi teknologi itu. Petani harus berubah dari penggunaan

teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju. Teknologi yang

(28)

15

teknologi untuk meningkatkan produktivitas, peningkatan mutu dan diversifikasi

produk olahan di sektor hilir, baik itu untuk skala kecil, menengah, maupun besar

(Van Den Ban dan Hawkins, 1999).

Untuk sampai taraf yakin dan mau menerapkan teknologi biasanya petani

harus melalui tahap-tahap dari proses adopsi, seperti berikut ini:

• Sadar dan tahu (awareness)

• Minat (interesting)

• Penilaian (evaluation)

• Percobaan (trial)

• Adopsi (adoption)

Menurut Soekartawi (1988), adopsi terhadap suatu teknologi baru biasanya

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Tingkat pendidikan petani

Pendidikan merupakan sarana belajar yang menanamkan pengertian sikap yang

menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern.

Mereka yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat menerapkan teknologi dan

melaksanakan proses adopsi.

2. Luas lahan

Petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi

dari pada petani yang memiliki lahan sempit. Hal ini dikarenakan keefesienan

(29)

16

3. Umur

Petani yang memiliki umur yang semakin tua (>50 tahun), biasanya makin

lamban dalam mengadopsi inovasi dan cenderung hanya melakukan

kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh masyarakat setempat.

4. Pengalaman bertani

Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah untuk menerapkan inovasi

dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak,

sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan

untuk mengadopsi suatu inovasi.

5. Jumlah tanggungan

Petani dengan jumlah tanggungan yang semakin tinggi akan makin lamban

dalam mengadopsi suatu inovasi, karena jumlah tanggungan yang besar akan

mengharuskan mereka untuk memikirkan bagaimana cara pemenuhan

kebutuhan hidup keluarganya sehari hari. Petani yang memiliki jumlah

tanggungan yang besar harus mampu dalam mengambil keputusan yang tepat,

agar tidak mengalami resiko yang fatal bila kelak inovasi yang diadopsi

mengalami kegagalan.

6. Pendapatan

Petani dengan tingkat pendapatan yang semakin tinggi biasanya akan semakin

cepat dalam mengadopsi inovasi karena memiliki ekonomi yang cukup baik.

7. Status pemilikan lahan

Pemilik tanah mempunyai pengawasan yang lebih lengkap atas pelaksanaan

(30)

17

membuat keputusan untuk mengadopsi inovasi sesuai dengan keinginannya,

tetapi penyewa harus sering mendapatkan persetujuan dari pemilik tanah

sebelum mencoba atau mempergunakan teknologi baru yang akan

dipraktekkan. Konsekuensi tingkat adopsi biasanya lebih tinggi untuk pemilik

usahatani dari pada orang-orang yang menyewa.

8. Tingkat kosmopolitan

Petani yang memiliki pandangan luas terhadap dunia luar dengan kelompok

sosial yang lain, umumnya akan lebih mudah dalam mengadopsi suatu inovasi

bila dibandingkan dengan golongan masyarakat yang hanya berorientasi pada

kondisi lokal, karena pengalaman mereka yang terbatas menyebabkan mereka

sulit dalam menerima perubahan atau mengadopsi suatu inovasi. Hal ini karena

mereka belum pernah mendengar atau bahkan belum mengenal informasi

dengan cukup tentang inovasi tersebut.

2.6 Produktivitas Usahatani

Menurut AT Mosher (1968) dalam Soebiyanto (1993) mendefinisikan

usahatani adalah suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi, tempat

diusahakan pertanian oleh petani baik sebagai pemilik, penyakap yang bertindak

sebagai manajer.

Lebih lanjut dikatakan bahwa usahatani tidak dapat diartikan sebagai

perusahaan tetapi suatu cara hidup (way of life). Hal ini yang membedakannya

dengan usaha perkebunan. Dalam menyelenggarakan usahatani setiap petani

berusaha agar hasil panennya banyak agar cukup untuk memberi makan seluruh

(31)

18

petani juga mengadakan perhitungan ekonomi dan keuangan walaupun tidak

secara tertulis. Kalau petani menghadapi pilihan antara menggunakan bibit lokal

yang telah biasa ditanam dengan bibit unggul yang belum biasa di tanamnya maka

tanpa di tulisnya di atas kertas ia akan memperhitungkan untung ruginya. Juga

bila ia harus memilih antara menggunakan pupuk hijau berupa daun-daunan atau

kompos dari ternaknya dengan pupuk urea yang harus dibelinya maka ia akan

mengadakan perhitungan mana yang lebih menguntungkan. Demikian seterusnya

putusan petani didasarkan atas perhitungan-perhitungan yang demikian itu. Dalam

ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasil yang

diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan, revenue) dengan biaya

(pengorbanan, cost) yang harus di keluarkan.

Hasil yang diperoleh pada saat panen di sebut produksi dan biaya yang

dikeluarkan disebut biaya produksi (Mubyarto, 1989). Dalam pembicaraan

sehari-hari kita sering menamakan usahatani yang bagus sebagai usahatani yang

produktif atau efisien. Usahatani yang produktif berarti usahatani itu

produktivitasnya tinggi. Dalam ilmu usahatani Pengertian produktivitas ini

sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik)

dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi

(output) yang diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Sedangkan

kapasitas sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah untuk

menyerap tenaga kerja dan modal sehingga memberikan hasil produk bruto yang

sebesar-besarnya pada tingkat teknologi tertentu. Jadi secara teknis produktivitas

(32)

19

Dalam ekonomi pertanian dibedakan antara pengertian produktivitas dan

pengertian produktivitas ekonomis dari pada usahatani. Dalam pengertian

ekonomis maka letak atau jarak usahatani dari pasar penting sekali artinya. Kalau

dua buah usahatani mempunyai produktivitas fisik yang sama, maka usahatani

yang lebih dekat dengan pasar mempunyai nilai lebih tinggi karena produktivitas

ekonominya lebih besar.

Selanjutnya kalau berbicara efisiensi fisik menggunakan uang sebagai

standar nilai maka disebut efisiensi ekonomi. Pada setiap akhir panen petani akan

menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu luas tanah di kalikan hasil per

kesatuan luas. Dan ini semua dikalikan dengan nilai uang. Hasil itu kemudian di

kurangi dengan biaya-biaya yang harus di keluarkannya yaitu harga pupuk dan

bibit, biaya pengolahan tanah, upah menanam, upah membersihkan rumput dan

biaya panenan yang biasa berupa bagi hasil. Disamping itu bagi petani

penyakap/penggarap maka bagian hasil panen yang harus diberikan kepada

pemilik tanah harus pula di kurangkan dan dimasukan sebagai biaya. Setelah

semua biaya-biaya itu dikurangi maka barulah petani memperoleh hasil bersih

(netto). Apabila hasil bersih usahatani besar maka ini mencerminkan rasio yang

baik dari nilai hasil dan biaya. Makin tinggi rasio ini berarti usahatani makin

efisien.

Menurut Paul Mali dalam Tjutju Yuniarsih dan Suwatno (2011)

produktivitas usahatani adalah ukuran seberapa baik sumber daya yang digunakan

bersama didalam organisasi untuk memperoleh dan menyelesaikan sekumpulan

(33)

20

Menurut Soekartawi (1999), peningkatan produktivitas antara lain dilakukan

dengan menggunakan benih varietas unggul bermutu, pengamanan produksi

dengan memberikan bantuan sarana pascapenen dan perbaikan system

kelembagaan dengan menguatkan peran kelompok tani. Tingkat produktivitas

usahatani dimaksud sebagai tingkat kemampuan atau potensi lahan dalam

usahatani untuk menghasilkan pada tingkat produksi dan satuan luas tertentu

seperti tingkat produksi yang dapat dicapai per hektar dalam satu musim tanam.

2.7 Tinjauan Umum Tanaman Padi

Padi merupakan tanaman yang cocok ditanam di lahan tergenang, akan

tetapi padi juga baik ditanam di lahan tanpa genangan, asal kebutuhan airnya

tercukupi. Oleh karena itu, padi dapat tumbuh baik di daerah tropis maupun

subtropis dengan dua jenis lahan utama, yaitu lahan basah (sawah) dan lahan

kering (ladang). Tanaman padi termasuk golongan rumput-rumputan dengan

klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermathophyta

Kelas : Angiospermae

Sub kelas : Monocotyledone

Ordo : Graminales

Famili : Graminaceae

Sub family : Oryzidae

Genus : Oryza

(34)

21

Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu

tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya satu

kali berproduksi dan setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman padi

berakar serabut, batang yang beruas-ruas dengan tinggi 1-1,5m tergantung pada

jenisnya. Ruas batang padi berongga dan bulat, diantara ruas batang padi terdapat

buku, pada tiap- tiap buku terdapat sehelai daun. Bunga padi merupakan bunga

telanjang dan berkelamin dua, bentuk bulir padi panjang dan ramping (Wikipedia

Indonesia, 2008).

Menurut AAK (2003), iklim merupakan faktor penting untuk pertumbuhan

tanaman padi. Tanaman padi tumbuh baik di daerah berhawa panas dan tempatnya

terbuka serta banyak sinar matahari, terutama padi pada masa berbunga.

Temperatur optimum untuk pertumbuhan dan perkembangannya adalah antara

20-30OC. Padi memerlukan curah hujan rata-rata 200mm/bulan atau lebih. Curah

hujan yang cocok untuk padi bisa tumbuh dengan baik adalah

1500-2000mm/tahun. Tanah yang baik untuk tanaman padi sawah adalah berstruktur

lemah dan mengandung liat. Tanah lapisan atas antara 15-30cm harus merupakan

lumpur yaitu suatu struktur butir tanah yang serba sama dan dapat menahan air.

Menurut Suparyono dan Agus (1997), agar dapat meningkatkan

produktivitas usahatani khususnya padi sawah maka tahapan-tahapan dalam

penanaman padi harus dilakukan dengan baik. Tahapan-tahapan tersebut yaitu :

1. Persiapan Benih

Benih termasuk faktor penentu keberhasilan pembudiyaan tanaman.

(35)

22

kegagalan usahatani (Sutopo, 2004). Dalam memproduksi benih, perlu

diperhatikan kualitas benih antara lain kemurnian, daya kecambah, kotoran,

bebas dari hama dan penyakit, serta kadar air.

2. Persemaian

Persemaian harus terlebih dahulu dilakukan sebelum tanaman padi ditanam.

Penyemaian dilakukan setelah benih mengalami proses perendaman

dan pemeraman selama masing-masing 48 jam. Perendaman bertujuan untuk

mendapatkan benih yang baik dan gabah yang menyerap air yang cukup untuk

kepeluan perkecambahan. Pemeraman bertujuan agar benih dapat

berkecambah. Benih yang sudah berkecambah kemudian disebar di atas lahan

persemaian yang sebelumnya telah dipupuk dengan pupuk kandang dan

disemprot dengan insektisida sebanyak 2 kali.

3. Pengolahan Tanah dan Pemupukan Dasar

Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara dibajak atau dicangkul.

Pengolahan tanah dapat mematikan gulma yang kemudian akan membusuk

menjadi humus dan aerasi tanah menjadi lebih baik (Pitijo, 2006). Dalam

pengolahan tanah, dilakukan pemupukan dasar berupa pupuk Urea sebanyak

1/3 dosis/ha, sedangkan pupuk TSP dan KCl diberikan seluruh dosis. Jadi bila

dalam satu hektar sawah akan dipupuk dengan dosis 300 kg Urea, 100 kg TSP,

dan 100 kg KCl maka pupuk dasar yang diberikan 100 kg Urea, 100 kg TSP,

(36)

23

4. Penanaman

Penanaman padi didahului dengan pencabutan bibit dipersemaian. Bibit yang

siap ditanam adalah bibit yang sudah berumur 25-40 hari dan berdaun 5-7

helai. Menurut Sugeng (1989), penanaman bibit padi sawah dilakukan dengan

cara bagian pangkal batang dibenamkan kira-kira 3 atau 4cm ke dalam lumpur.

Penanaman padi yang baik menggunakan jarak tanam 20cm x 20cm atau 30cm

x 15cm.

5. Pemeliharaan

Setelah penanaman, tanaman padi perlu diperhatikan secara cermat dan rutin.

Pemeliharaan terhadap tanaman padi antara lain meliputi (Sugeng, 1989) :

a. Pengairan

Air merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi sawah. Saat

pengairan tanaman padi di sawah dalamnya air harus diperhatikan dan

disesuaikan dengan umur tanaman.

b. Penyulaman dan penyiangan

Penyulaman bertujuan agar populasi tanaman per satuan luas tanam tidak

berkurang dengan mengganti rumpun-rumpun yang mati dan dilakukan 5-7

hari setelah tanam. Penyiangan dilakukan agar tanaman utama bebas dari

gulma. Penyiangan biasanya dilakukan dua kali. Penyiangan pertama dilakukan

setelah padi berumur 3 minggu dan yang kedua dilakukan setelah padi berumur

6 minggu. Penyiangan tidak hanya dilakukan dengan mencabut gulma saja

melainkan sekaligus menggemburkan tanah agar akar tanaman dapat

(37)

24

c. Pemupukan

Pemupukan bermaksud untuk memperbaiki kesuburan tanah dengan

menambah zat-zat dan unsur hara makanan yang dibutuhkan tanaman di dalam

tanah. Pemupukan sebaiknya dilakukan dua kali. Pemupukan pertama pada

umur 3-4 minggu setelah penyiangan. Pupuk yang digunakan adalah Urea

dengan dosis 1/3 dari sisa 2/3 dosis yang diberikan sebelum tanam. Pemupukan

kedua dilakukan pada umur 6-8 minggu setelah penyiangan dengan dosis yang

sama pada saat pemupukan pertama.

d. Pengendalian hama dan penyakit

Tanaman padi sering dirugikan karena adanya gangguan hama dan penyakit.

Hama yang sering menyerang tanaman padi adalah wereng, penggerek batang,

walang sangit, ulat grayak, kepik hijau, tikus sawah, dan burung. Penyakit yang

sering menyerang tanaman padi adalah penyakit yang umumnya disebabkan

oleh jamur, bakteri, virus, dan nematoda. Pengendalian hama dan penyakit

dapat dilakukan dengan menerapkan pengendalian hama dan penyakit secara

terpadu. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara penggunaan varietas

unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit, melakukan penanaman

serempak, melakukan pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan pestisida

yang efektif dan bijaksana.

6. Panen dan Pasca panen

Panen merupakan tahapan akhir penanaman padi sawah. Menurut Pitijo (2006),

waktu panen berpengaruh terhadap jumlah produksi, mutu gabah dan mutu

(38)

25

padi ada empat stadia yaitu stadia masak susu, stadia masak kuning, stadia

masak penuh, stadia masak mati. Panen dapat dilakukan pada stadia masak

kuning yaitu pada saat butir padi 95% telah menguning atau sekitar 33-36 hari

setelah berbunga dan bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau.

Panen dapat dilakukan dengan menggunakan sabit. Caranya dengan

memotong batang kira-kira 20cm di atas permukaan tanah. Setelah panen,

selanjutnya gabah dirontokkan. Perontokan dapat dilakukan dengan cara manual

maupun dengan menggunakan alat. Cara manual, gabah dipukul atau

dihempaskan pada bambu atau kayu. Alat perontok yang dapat digunakan antara

lain pedal dan power thresher. Pembersihan dilakukan setelah gabah dirontokkan.

Pembersihan dimaksudkan untuk menghilangkan benda asing, butir hampa, dan

kotoran lainnya. Cara yang biasa digunakan adalah menggunakan ayak atau

menampih (AAK, 2003).

Pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar air gabah yang pada waktu

panen berkisar 23-27% menjadi 13-14% agar dalam penyimpanan gabah dapat

tahan lama serta meringankan pengangkutan sebab berat gabah telah berkurang

(AAK, 2003). Pengemasan barang dimaksudkan untuk mempertahankan mutu dan

memudahkan penyimpanan serta pengangkutan.

2.8 Benih

Pembenihan merupakan salah satu faktor pokok yang harus diperhatikan,

karena faktor tersebut ikut menentukan produksi. Benih padi adalah gabah yang

(39)

26

Kualitas benih sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan

kemasakan benih, panen dan perontokan, pembersihan, pengeringan,

penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Aksi Agraris

Kanisius, 1990).

Benih merupakan salah satu komponen utama yang berperan penting dalam

peningkatan kuantitas dan kualitas produksi padi, karenanya penggunaan benih

varietas unggul yang bermutu (berlabel) sangat dianjurkan. Hal ini terkait dengan

sifat-sifat yang dimiliki oleh varietas unggul, antara lain: berdaya hasil tinggi,

tahan terhadap hama penyakit, dan rasa nasi enak (pulen). Benih sumber yang

akan digunakan untuk pertanaman produksi benih harus satu kelas lebih tinggi

dari kelas benih yang akan dipoduksi. Untuk memproduksi benih kelas dasar

misalnya, berarti benih sumbernya adalah kelas benih penjenis, sedangkan untuk

memproduksi benih kelas pokok atau benih label ungu boleh menggunakan benih

kelas benih dasar atau benih penjenis (Pepi Nur Susilawati, 2010).

Menurut AAK 1990, untuk mengetahui keadaan benih yang baik dapat di

lihat dari :

1. Keadaan fisik benih meliputi :

a) Kebersihan benih terhadap gabah hampa, setengah hampa, potongan jerami,

kerikil dan tanah, kotoran dan benda lain serta hama gudang.

b) Warna gabah hendaklah sesuai dengan aslinya, yaitu cerah dan bersih. Ada

kemungkinan terdapat warna yang berbeda, misalnya hijau, hitam. Hal ini

(40)

27

lingkungan atau berbeda varietas. Terjadinya warna lain itu juga bisa

disebabkan penanaman jatuh pada musim hujan.

2. Kemurnian benih.

Kemurnian benih berkaitan dengan genetik atau sifat keturunan yang ada pada

benih. Namun kemurnian benih tersebut dapat dilihat dari bentuk gabah.

Produksi benih merupakan usaha yang menekankan pada kualitas, sehingga

semua tahapan kegiatan dalam bidang perbenihan diarahkan pada aspek

kualitas hasilnya. Apabila kualitas dari suatu benih tidak dapat dijamin, maka

produk ini tidak layak dipasarkan sebagai benih. Perbaikan benih ini dapat

dilakukan melalui perbaikan varietas dengan teknik pemuliaan mutasi atau

perakitan varietas unggul yang telah ada melalui persilangan dan bioteknologi.

Ada tiga aspek mutu benih yakni mutu fisik, mutu fisiologis, mutu genetis,

dimana masing-masing aspek mutu tersebut meliputi :

a) Mutu fisik suatu benih berkaitan erat dengan kondisi fisik benih yang

meliputi: validitas atau cacat tidaknya fisik benih, kenormalan ukurannya

sesuai dengan kondisi deskripsinya, keutuhan benihnya, yakni benihnya

tidak mengalami pecah, retak, patah, atau lecet pada bagian vital dari benih:

serta bentuk dan warnanya sesuai dengan standar deskripsinya.

b) Mutu fisiologis suatu benih berkaitan erat dengan kondisi fisiologis benih

yang meliputi: daya tumbuh, kecepatan tumbuh, keadaan vigor,

keseragaman tumbuh dan tingkat abnormalitas kecambah.

c) Mutu genetis suatu benih berkaitan erat dengan kesesuaian deskripsi

(41)

28

varietas lain maupun tipe tanaman yang menyimpang dan sifat-sifatnya

sesuai dengan kelas benihnya)

Benih yang berkualitas tinggi itu memiliki daya tumbuh lebih dari 90%,

dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a) Memiliki viabilitas tinggi atau dapat mempertahankan kelangsungan

pertumbuhannya menjadi tanaman yang baik atau mampu berkecambah

tumbuh normal.

b) Memiliki kemurnian artinya terbebas dari kotoran, terbebas dari jenis tanaman

lain, terbebas dari varietas lain dan terbebas pula dari biji herba, hama dan

penyakit.

Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih

harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimal dengan sarana

teknologi yang maju (Sjamsoe’oed Sadjad, 1977). Sering petani mengalami

kerugian yang tidak sedikit baik dari segi biaya maupun waktu yang berharga

akibat penggunaan benih yang bemutu rendah. Oleh karena itu meskipun

pertumbuhan dan produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan

cara bercocok tanam, tetapi harus diingat pentingnya pemilihan mutu benih yang

akan digunakan.

2.9 Peran Kelompok Bagi Produktivitas Petani

Kegiatan kelompok tani merupakan perkumpulan yang beranggotakan para

petani desa tersebut, meskipun tidak semua petani di desa tersebut mengikuti

(42)

29

memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Hal ini dapat menumbuhkan dan

mengembangkan kemandirian dalam berusahatani sehingga produktivitas petani

pun meningkat. Ketua kelompok tani yang terpilih diharapkan dapat menjalankan

tugas dan kewajibannya antara lain mengkoordinasikan kegiatan gotong-royong

untuk pengolahan lahan anggota kelompok tani secara bergantian,

mengkoordinasikan penjualan hasil produksi, dan melakukan hubungan dengan

pihak penyuluh maupun dinas pertanian.

Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani merupakan

salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani

yang tergabung dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani adalah

berarti membangun keinginan, dan kepercayaan pada diri sendiri agar dapat

terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping itu agar mereka dapat

bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir. Suatu gerakan kelompok

tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola-pola yang

maju, tidak akan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi petani.

2.10 Peran Kelompok Bagi Produktivitas Usahatani

Pembinaan usahatani melalui kelompok tani tidak lain adalah sebagai upaya

percepatan sasaran. Petani yang banyak jumlahnya dan tersebar di pedesaan yang

luas, sehingga dalam pembinaan kelompok diharapkan timbulnya cakrawala dan

wawasan kebersamaan memecahkan dan merubah citra usahatani sekarang

menjadi usahatani masa depan yang cerah dan tetap tegar. Kelompok tani

(43)

30

penyuluhan yang diharapkan lebih terarah dalam perubahan aktivitas usahatani

yang lebih baik lagi.

Keaktifan dalam kelompok dapat dilihat dari tingkat kehadiran, keterlibatan

dalam kegiatan dan diskusi dalam kelompok tani, tingkat keaktifan petani dalam

kelompok tani berhubungan positif dan nyata dengan tingkat kemampuan petani

dalam mengelola lahan marjinal (Kustiari, 2006). Selain itu, adanya dorongan

kepada anggota satu sama lain dalam melakukan kegiatan. Kelompok tani ini

dibentuk dengan tujuan untuk mendapatkan hasil akhir atau keadaan yang

diinginkan oleh semua anggota kelompok.

Peningkatan produktivitas usahatani berkaitan erat dengan berkembangnya

ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini merupakan salah satu ciri dalam

usahatani modern. Seperti yang dirumuskan Adiwilaga (2007) bahwa diantara

syarat yang harus dipenuhi untuk dapat hidup dan berkembangnya usahatani

modern itu adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang cocok dengan kondisi

setempat. Untuk itu pelayanan dalam berbagai bentuk seperti alih teknologi

diperlukan melalui penyuluhan yang efektif dan efisien oleh para penyuluh

kepada kelompok tani. Peranan penyuluh merespon alih teknologi pertanian

dalam rangka meningkatkan produktivitas usahatani mereka.

2.11 Pengaruh Inovasi Terhadap Produktivitas Usahatani

Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru,

praktek-praktek baru, atau obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu

yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran penyuluhan. Sedang Lionberger

(44)

31

tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong

terjadinya pembaharuan dalam masyarakat atau pada lokalitas tertentu. Pengertian

“baru” disini, mengandung makna bukan sekadar “baru diketahui” oleh pikiran

(cognitive), akan tetapi juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh

seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude), dan juga baru dalam

pengertian belum diterima dan dilaksanakan/diterapkan oleh seluruh warga

masyarakat setempat.

Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil

produksi saja, tetapi mencakup ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi,

perilaku, atau gerakan-gerakan menuju kepada proses perubahan di dalam segala

bentuk tata kehidupan masyarakat. Dengan demikian, pengertian inovasi dapat

semakin diperluas menjadi sesuatu ide, produk, informasi teknologi,

kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktek-praktek baru yang belum banyak

diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian besar

warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau

mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan

masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikaan mutu hidup setiap

individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. (Mardikanto, 1988).

Berkaitan dengan teknologi usahatani, Kartasapoetra (1994) mengemukakan

bahwa teknologi yang diterapkan harus memenuhi 4 kriteria, yaitu secara

ekonomis menguntungkan petani, secara teknis mudah diterapkan, secara sosial

dapat diterima secara luas oleh sebagian besar petani dan tidak bertentangan

(45)

32

Suatu paket teknologi pertanian akan tidak ada manfaatnya bagi para petani

di pedesaan jika teknologi tersebut tidak dikomunikasikan ke dalam alam

masyarakat pedesaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di satu

pihak dan perkembangan masyarakat di lain pihak telah menciptakan struktur

komunikasi informasi di pedesaan menjadi sangat kompleks, sehingga dapat

dikatakan bahwa akan ada perubahan secara terus menerus dalam hal cara kerja

pada petani jika kepada mereka dilakukan komunikasi teknologi yang baik dan

tepat (Rogers dan Shoemaker, 1986).

Agar usahatani padi sawah dapat dilaksanakan dengan baik dan untuk

meningkatkan produksi padi sawah maka diperlukan beberapa faktor produksi,

seperti ketersedian bibit, pupuk, pestisida, alat-alat pertanian, mesin-mesin

pertanian, saluran irigasi, tenaga kerja dan lain-lain. Departemen Pertanian (2010)

menyatakan bahwa bibit adalah tanaman yang digunakan untuk memperbanyak

dan mengembangbiakkan tanaman padi sawah. Pupuk adalah bahan yang

mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman untuk mengubah sifat fisik, kimia

atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman padi

sawah. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengatasi dan

membasmi hama penyakit tanaman padi sawah. Alat-alat pertanian adalah

alat-alat yang digunakan pada usahatani padi sawah untuk membantu petani mengelola

usahataninya. Oleh karena itu, tugas penyuluh pertanian dalam hal ini adalah

membantu petani menjelaskan tentang faktor-faktor produksi tersebut agar

(46)

33

2.12 Penelitian Terdahulu

Febry Indrayani Nauli melakukan penelitian pada tahun 2013 dengan judul

Hubungan Tingkat Partisipasi Petani dalam Kelompok Tani dengan Produktivitas

Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus di Kelompok Tani Saluyu Desa Ciasihan,

Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat partisipasi petani dalam kelompok tani Saluyu, mengetahui

tingkat produktivitas petani dan usahatani padi sawah, dan untuk mengetahui

hubungan partisipasi dalam kelompok tani Saluyu dengan tingkat produktivitas

usahatani padi sawah di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor.

Hasil analisis di lapang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

pertisipasi petani dalam kelompok tani Saluyu dengan produktivitas usahatani

padi sawah. Hal ini disebabkan karena petani yang rutin hadir dalam kelompok

tidak semuanya aktif dalam kelompok.

Irawan Wibisonya melakukan penelitian pada tahun 2013 dengan judul

Hubungan Karakteristik Petani dengan Tingkat Adopsi Sistem Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT) Padi Di Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang

(Studi kasus: Petani peserta Sekolah Lapang PTT di Desa Dawuan Barat, Desa

Cikampek Pusaka dan Desa Cikampek Selatan). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui karakteristik petani padi di kecamatan Cikampek, mengetahui tingkat

pengetahuan dan tingkat adopsi petani padi di Kecamatan Cikampek, dan

mengetahui adakah hubungan karakteritik petani, yang meliputi umur, tingkat

(47)

34

pendapatan, kosmopolitan dan partisipasi dalam kegiatan penyuluhan, dengan

tingkat pengetahuan dan tingkat adopsi petani tentang sistem PTT.

Hasil analisis di lapangan hubungan antara karakteristik petani dengan

tingkat pengetahuan dan tingkat adopsi menggunakan uji Chi-Square dengan χ²

tabel lebih besar dari 9,488, karakteristik umur, tingkat pendidikan, pendapatan,

kosmopolitan, tingkat partisipasi dan pengalaman bertani memiliki hubungan

nyata pada taraf α 0,05, sedangkan karakteristik status lahan dan luas lahan tidak

memiliki hubungan nyata pada taraf α 0,05 dengan tingkat pengetahuan maupun

tingkat adopsi.

2.13 Kerangka Pemikiran

Luasnya lahan persawahan di Indonesia ternyata tak juga mampu membuat

taraf hidup petani meningkat, masih banyak petani sawah yang mengalami

kesulitan dalam menjalani hidup. Tak jarang kita dapatkan petani sawah di

desa-desa berada dalam garis kemiskinan. Meningkatnya berbagai

kebutuhan-kebutuhan hidup baik kebutuhan-kebutuhan primer maupun sekunder yang biasanya

dihasilkan oleh industri-industri dan juga krisis ekonomi yang tak kunjung

terselesaikan, telah membuat petani miskin semakin kewalahan dalam

memperbaiki perekonomian keluarga.

Maka dari itu pemerintah membentuk kelompok tani yang didampingi oleh

penyuluh pertanian untuk membantu para petani dalam meningkatkan taraf hidup

petani melalui pemberdayaan dengan pengembangan SDM salah satu program

(48)

35

Penyuluhan pertanian meliputi kegiatan memberi pengetahuan dan

keterampilan kepada kelompok tani, maka melalui kelompok tani inilah yang

diberikan kewenangan secara langsung menyampaikan program kebijakan

pemerintah kepada petani.

Desa Mandalawangi merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Sukasari Kabupaten Subang, yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian

sebagai petani padi. Di kelompok tani Surya Bangkit terdapat 57 orang petani

padi. Melalui partisipasi kelompok tani di kelompok tani Surya Bangkit

diharapkan dapat mengetahui hubungan antara peran kelompok tani dengan

tingkat produktivitas usahatani padi. Peran kelompok dapat dilihat dari kerjasama

kelompok, keaktifan kelompok, manajemen perencanaan, kerjasama pelaksanaan

program, dan hubungan dengan lembaga kopersi/KUD. Dari peran kelompok tani

(49)

36

Bagan Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Karakteristik Petani:

6. Usaha selain bertani

Permasalahan:

Hubungan Peran Kelompok Tani dengan Produktivitas Usahatani Padi sawah

Hasil Petani

(50)

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneliti dalam memperoleh data mengenai kelompok tani dilakukan

penelitian di kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kecamatan

Sukasari Kabupaten Subang. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tahap

persiapan dan penjajakan. Adapun waktu penelitian yakni dimulai bulan Februari

2014 hingga Mei 2014. Pemilihan lokasi penelitian menggunakan metodologi

penelitian secara sengaja (purposive), karena kelompok tani Surya Bangkit

satu-satunya kelompok tani di desa Mandalawangi yang memproduksi benih padi.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Menurut Muhammad Teguh (2005), data primer merupakan jenis data yang

diperoleh dan digali dari sumber utamanya (sumber asli) baik berupa data

kualitatif maupun data kuantitatif, sedangkan data sekunder adalah jenis data yang

diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian

lapangannya baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan

data sekunder. Data primer dalam penelitian ini, bersumber dari wawancara

langsung dan wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan

daftar pertanyaan (kuisioner) dengan pihak konsultan dan anggota kelompok tani

Surya Bangkit di Desa Mandalawangi, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Subang.

(51)

38

karakteristik petani, peran kelompok tani, produktivitas usahatani, dan

produktivitas petani. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini antara lain

adalah profil Desa Mandalawangi, arsip dan dokumen lain yang didapat dari

konsultan dan ketua kelompok tani, serta buku-buku yang relevan dengan topik

yang diteliti, studi literatur yang berupa hasil penelitian terdahulu yang terkait

dengan penelitian dan artikel yang berasal dari media cetak dan internet.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain:

1. Wawancara Mendalam

Wawanacara mendalam (depth interview) adalah teknik mengumpulkan

data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan

informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara

dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif.

Selanjutnya dibedakan antara responden (orang yang akan diwawancarai

hanya sekali) dengan informan (orang yang ingin peneliti ketahui atau

pahami dan yang akan diwawancara beberapa kali).

2. Kuisioner

Kuisisoner yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun

kepada petani-petani yang tergabung dalam kelompok tani yang menjadi

responden.

3. Studi Dokumentasi

Guba dan Lincoln dalam Moleong (2007) menjelaskan bahwa dokumen

(52)

39

ini diperlukan terutama untuk memperkaya landasan-landasan teoritis

dan mempertajam analisis penelitian. Teknik ini digunakan untuk

memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini

dengan cara studi pustaka melalui, catatan kuliah, buku-buku mengenai

ilmu Agribisnis, buku-buku referensi, jurnal dan internet.

3.4 Metode Pengambilan Sampel

Sampel penelitian merupakan seluruh anggota kelompok tani Surya Bangkit

di Desa Mandalawangi. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik Sampling Jenuh. Dimana sampling jenuh ialah teknik

pengumpulan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel

(Sugiyono, 2009). Total sampel petani di kelompok tani Surya Bangkit tersebut

sebanyak 57 Petani.

3.5 Analisis data

Data dan informasi yang telah terkumpul baik dari tingkat individu,

kelompok dan organisasi, kemudian diolah dan dianalisis dengan prosedur sebagai

berikut:

1. Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Skala Guttman mengukur suatu

dimensi saja dari suatu variabel yang multidimensi. Skala Guttman disebut

juga skala scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan peneliti tentang

kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut dengan

atribut universal. Pada skala Guttman terdapat beberapa pertanyaan yang

Gambar

Gambar
tabel lebih besar dari 9,488, karakteristik umur, tingkat pendidikan, pendapatan,
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
 tabel. 3.6 Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penghitungan pendapatan usahatani padi di Desa Kopo Cisarua Jawa Barat ini terbagi menjadi tiga, yakni petani pemilik lahan (anggota dan non anggota kelompok tani),

PENELAAHAN PENGADAAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PERUM SANG HYANG SERI UKKS KLATEN I MELALUI SISTEM. KERJASAMA DENGAN KELoMPoK TANI PENANGKAR

Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap produksi usahatani padi pada Kelompok Tani Patemon II adalah luas lahan (X1), benih (X2), pupuk (X3), obat-obat (X4), dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran penyuluh pertanian terhadap kelompok tani dalam pengembangan usahatani padi sawah dan untuk mengetahui motivasi petani

i HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL, PARTISIPASI ANGGOTA DAN DINAMIKA KELOMPOK TANI DENGAN PRODUKTIVITAS USAHATANI PADI SEMI ORGANIK DI KAUMAN KIDUL KOTA SALATIGA CORRELATIONS BETWEEN

tani penangkar benih melaksanakan peran sebagai kelas belajar, wadah kerjasama, unit produksi dan unit pemasaran hasil mendukung peningkatan kapasitas petani

 Asosiasi antara kedua Kelompok Tani menyangkut partisipasi dalam upaya peningkatan produktivitas usahatani padi sawah. Dapat dilihat pada Tabel 6. Matriks Kontigensi

Apa saja yang menjadi faktor Eksternal dan Internal dalam meningkatkan produksi usaha tani penangkaran benih padi di kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.. Bagaimana