SKRIPSI
SUTRA MANDASARI
NIM : 108092000049
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Desember 2014
Sutra Mandasari
Data Pribadi
Nama : Sutra Mandasari Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 11 Maret 1991 Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah Tinggi, Berat Badan : 160 cm, 65 kg
Agama : Islam
Alamat : Dsn Margaluyu Timur Rt 31/14 No.91 Sukamandi Jaya Kec. Ciasem Kab. Subang Prov. Jawa Barat 41256
Telepon : 085759040349
Email : mandacute18@yahoo.com
Latar Belakang Pendidikan Formal
1996 – 2002 : SDN 8 Sukamandi, Subang 2002 – 2005 : SMPN 1 Ciasem, Subang 2005 – 2008 : SMAN 1 Ciasem, Subang
2008 – 2014 : UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Non Formal
2008 : Training Organisasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 : Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) 2011 : Kuliah Kerja Nyata UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014 : Kursus Bahasa Inggris dan Arab di Pusat Pengembangan Bahasa, UIN Jakarta
Pengalaman Kerja
2010 : Magang di PT.Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional–1, Sukamandi-Subang
2011 : Praktek Kerja di Koperasi Bina Usaha, Sukabumi
i Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, hidayah, berkah serta karunia-Nya, sehingga berhasil merampungkan
penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Peran Kelompok Tani dengan
Produktivitas Usahatani Benih Padi (Studi Kasus: Kelompok Tani Surya Bangkit
di Desa Mandalawangi Kecamatan Sukasari Kabupaten Subang)” dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi
tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.
2. Bapak Drs. Acep Muhib, MM selaku ketua Program Studi Agribisnis dan Ibu
Rizky Adi Puspita Sari, MM selaku sekretaris Program Studi Agribisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
3. Bapak Dr. Ujang Maman, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Iwan
Aminudin, M.Si selaku pembimbing II yang telah dengan sabar, tekun, tulus
ii Junaidi, M.Si selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktu dan
tenaganya untuk menguji skripsi penulis serta memberikan saran dan arahan.
5. Para dosen Agribisnis yang telah membantu dalam memberikan semangat
dan do’a bagi penulis selama ini.
6. Bapak H. Surya sebagai ketua Kelompok Tani Surya Bangkit, Bapak Sadirin
sebagai Konsultan di Kelompok Tani Surya Bangkit dan Bapak Burdah yang
telah berpartisipasi dan memberikan kontribusinya dalam memperoleh
informasi dan data-data dalam penyusunan skripsi ini.
7. Pimpinan dan staf Administrasi Perpustakaan Utama, Perpustakaan FST UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk meminjamkan buku-buku dalam pemenuhan materi skripsi ini.
8. Kedua orang tua penulis Ibunda (Sri Purna Firdaus) dan Ayahanda (Orien
Yahya) yang telah membesarkan dan memberikan pendidikan penulis hingga
saat ini, selalu memberikan do’a, limpahan kasih sayang, motivasi baik secara
moril maupun materil dan semangat setiap waktu. Terima kasih atas
perjuangan ayah dan ibu tercinta. Adinda tidak mungkin bisa membalasnya,
semoga Allah Swt memberikan balasan yang setimpal atas semua yang telah
diberikan oleh ayah dan ibu adinda. Adinda hanya berusaha memberikan
iii saudara dan saudariku yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
mudah-mudahan motivasi, do’a dan perhatiannya tidak cukup sampai disini.
10. Semua temen-temen di Agribisnis 2008 B, semoga tali silaturahmi kita tetap
terjaga. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang
telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kepada semuanya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga
Allah SWT, memberikan kebaikan yang mereka berikan. Penulis banyak
melakukan kesalahan dan kekhilafan, baik yang disengaja ataupun tidak,
sekiranya penulis mohon dibukakan pintu maaf yang selebar-lebarnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari sistematika, bahasa maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar, saran
serta kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang
akan datang. Semoga skripsi ini dapat membuka wawasan yang lebih luas bagi
pembaca sekalian dan semoga bermanfaat untuk kita semua. Aamiin
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Desember 2014
iv Produktivitas Usahatani Benih Padi (Studi Kasus: Kelompok Tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kecamatan Sukasari Kabupaten Subang). Di bawah bimbingan Ujang Maman dan Iwan Aminudin.
Pembangunan pertanian tidak dapat berjalan sebagaimana dicita-citakan bangsa Indonesia karena adanya berbagai persoalan yang dihadapi dari waktu ke waktu. Persoalan tersebut antara lain pengetahuan dan kemampuan masyarakat yang masih rendah sehingga dibutuhkan peranan dari pemerintah dalam hal ini pembentukan kelompok tani, dari kelompok tani inilah masyarakat petani akan diberdayakan sehingga produktivitas akan lebih efektif dan efisen.
Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui berapa besar peran kelompok tani dalam usahatani benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit, (2) Untuk mengetahui berapa besarnya produktivitas usahatani benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit, (3) Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara peran kelompok tani dengan produktivitas usahatani benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Total sampel petani di kelompok tani Surya Bangkit tersebut sebanyak 57 petani. Data dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada anggota petani sampel di kelompok tani Surya Bangkit. Data sekunder diperoleh dari data kelompok dan monografi desa. Data ditampilkan dalam tabel frekuensi dan tabulasi silang, kemudian dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan uji Chi Square (X2) pada taraf uji 0,10 dan ditambah dengan informasi kualitatif yang disajikan secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kelompok tani di Surya Bangkit tergolong rendah. Sedangkan tingkat produktivitas petani dan usahatani benih padi yang tergabung dalam kelompok tani Surya Bangkit tidak tergolong tinggi yaitu berada pada kriteria sedang atau cukup. Hasil analisis di lapang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara peran kelompok tani Surya Bangkit dengan produktivitas usahatani benih padi.
v
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Kelompok Tani...6
2.2 Fungsi Kelompok Tani...8
2.3 Kemampuan dan Ciri-ciri Kelompok Tani...9
2.4 Produktivitas...10
2.5 Produktivitas Petani...11
2.6 Produktivitas Usahatani...17
2.7 Tinjauan Umum Tanaman Padi...20
2.8 Benih...25
2.9 Peran Kelompok Bagi Produktivitas Petani...28
2.10 Peran Kelompok Bagi Produktivitas Usahatani...29
2.11 Pengaruh Inovasi Terhadap Produktivitas Usahatani...30
2.12 Penelitian Terdahulu...33
2.13 Kerangka Pemikiran...34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...37
3.2 Jenis dan Sumber data...37
3.3 Teknik Pengumpulan Data...38
3.4 Metode Pengambilan Sampel...39
3.5 Analisis Data...39
3.6 Definisi Operasional...41
BAB IV KEADAAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Kawasan...43
4.1.1 Batas Wilayah...43
4.1.2 Luas Wilayah...44
4.1.3 Iklim...44
vi
4.2 Peta Desa...47
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Petani Padi di Kelompok Tani Surya Bangkit Desa Mandalawangi...49
5.2.1 Kerjasama Antar Anggota Kelompok...57
5.2.2 Keaktifan Di Kelompok Tani...58
5.2.3 Manajemen Perencanaan Kelompok Tani...59
5.2.4 Kerjasama Pelaksanaan Program Kelompok Tani...59
5.2.5 Hubungan Dengan Lembaga Koperasi/KUD...60
5.3 Produktivitas Petani...62
5.4 Produktivitas Usahatani...65
5.5 Hubungan Peran Kelompok Tani Dengan Peningkatan Produtivitas Petani Benih Padi...68
5.6 Hubungan Peran Kelompok Tani Dengan Menumbuhkan Produktivitas Usahatani Benih Padi...71
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan...77
6.2 Saran...77
DAFTAR PUSTAKA...79
vii
1. Batas Wilayah...43
2. Luas Wilayah...44
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur...45
4. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan...46
5. Topografi Desa...47
6. Kepemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan...47
7. Distribusi Responden Menurut Umur...50
8. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan...51
9. Distribusi Responden Menurut Pengalaman Bertani...53
10. Distribusi Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga...54
11. Distribusi Responden Menurut Luas Lahan...55
12. Distribusi Responden Menurut Usaha Selain Bertani...56
13. Distribusi Responden Menurut Persepsi Tentang Kerjasama Antar Anggota Kelompok Tani...58
14. Distribusi Responden Menurut Persepsi Tentang Keaktifan Di Kelompok Tani...58
15. Distribusi Responden Menurut Persepsi Tentang Manajemen Perencanaan Kelompok tani...59
16. Distribusi Responden Menurut Persepsi Tentang Kerjasama Pelaksanaan Program...60
17. Distribusi Responden Menurut Persepsi Tentang Hubungan Dengan Lembaga Koperasi/KUD...60
18. Distribusi Responden Menurut Peran Kelompok Tani...61
19. Distribusi Responden Menurut Produktivitas Petani...63
20. Distribusi Menurut Tingkat Hasil Produktivitas Usahatani Benih Padi...66
21. Diatribusi Peran Kelompok Tani dengan Produktivitas Petani Benih Padi di Kelompok Tani Surya Bangkit...68
viii 1. Kerangka Pemikiran Penelitian...36
ix 1. Karakteristik Petani Sampel Padi di Kelompok Tani Surya
Bangkit Desa Mandalawangi...82
2. Distribusi Biaya Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Usahatani Padi di Kelompok Tani Surya Bangkit Desa Mandalawangi...85
3. Distribusi Produktivitas Panen Usahatani Padi di Kelompok Tani Surya Bangkit Desa Mandalawangi...88
4. Jawaban Kuisioner Variabel Peran kelompok Tani...91
5. Jawaban Kuisioner Produktivitas Petani...94
6. Data Hasil Perhitungan uji Chi Square (X2) antara peran Kelompok Tani dengan Tingkat Produktivitas Petani dan Produktivitas Usahatani Benih Padi di Kelompok Tani Surya Bangkit desa Mandalawangi...97
7. Kuisioner Penelitian...101
8. Peta Desa...111
9. Peta Irigasi Aliran Sawah...112
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Negara Indonesia adalah Negara agraris yang sebagian besar mata
pencaharian penduduknya adalah bercocok tanam. Kebijakan yang ditempuh
pemerintah untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional diantaranya adalah
dengan peningkatan kehidupan ekonomi yang dilakukan melalui pembangunan
pertanian (Hernanto, 1995).
Pembangunan pertanian tidak dapat berjalan sebagaimana dicita-citakan
bangsa Indonesia karena adanya berbagai persoalan yang dihadapi dari waktu ke
waktu. Persoalan tersebut antara lain pengetahuan dan kemampuan masyarakat
yang masih rendah sehingga dibutuhkan peranan dari pemerintah dalam hal ini
pembentukan kelompok tani, dari kelompok tani inilah masyarakat petani akan
diberdayakan sehingga produktivitas akan lebih efektif dan efisen. Pembinaan
usahatani melalui kelompok tani tidak lain adalah sebagai upaya percepatan
sasaran. Petani yang banyak jumlahnya dan tersebar di pedesaan yang luas,
sehingga dalam pembinaan kelompok diharapkan timbulnya cakrawala dan
wawasan kebersamaan memecahkan dan merubah citra usahatani sekarang
menjadi usahatani masa depan yang cerah dan tetap tegar (Sastraadmadja, 1985).
Tujuan dibentuknya kelompok tani adalah untuk lebih meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan petani dan keluarganya sebagai subjek
2
pembangunan. Kelompok tani merupakan suatu bentuk perkumpulan petani yang
berfungsi sebagai media penyuluhan yang diharapkan lebih terarah dalam
perubahan aktivitas usahatani yang lebih baik lagi. Aktivitas usahatani yang lebih
baik dapat dilihat dari adanya peningkatan-peningkatan dalam produktivitas
usahatani yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan petani sehingga
akan mendukung terciptanya kesejahteraan yang lebih baik bagi petani dan
keluarganya (BPLPP, 1990).
Desa Mandalawangi merupakan bagian integral dari pembangunan
Kecamatan Sukasari Kabupaten Subang. Sektor pertanian di desa Mandalawangi
kecamatan Sukasari kabupaten Subang sampai saat ini masih mempunyai peranan
yang sangat penting dan strategis, baik dukungan terhadap pertumbuhan
perekonomian maupun dalam upaya pemerataan pembangunan di pedesaan yang
notabene memiliki kesejahteraan yang relatif belum memadai, hal ini disebabkan
karena sektor pertanian berperan dalam penyediaan bahan pangan pokok,
kesempatan kerja, dan sumber pendapatan sebagian besar petani. Posisi petani di
desa Mandalawangi secara umum memiliki modal usaha terbatas, regenerasi
petani selaku pelaku utama pertanian berjalan sangat lambat sehingga posisi tawar
yang semakin lemah. Selain itu, kualitas maupun kuantitas produksi pertanian
belum menunjukkan peningkatan secara nyata. Hal tersebut disebabkan karena
pengetahuan, sikap dan keterampilan petani relatif rendah, serta harga sarana
3
Di desa Mandalawangi terdapat sepuluh kelompok tani. Salah satunya ialah
kelompok tani Surya Bangkit, dimana kelompok tani Surya Bangkit memproduksi
benih padi.
Dari permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap kelompok tani Surya Bangkit. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan hubungan peran kelompok tani dengan produktivitas usahatani benih
padi pada kelompok tani Surya Bangkit di desa Mandalawangi. Hal di atas yang
melatar belakangi penulis mengangkat judul penelitian: “Hubungan Peran
Kelompok Tani dengan Produktivitas Usahatani Benih Padi (Studi Kasus:
Kelompok Tani Surya Bangkit Desa Mandalawangi Kecamatan Sukasari
Kabupaten Subang)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis menguraikan
rumusan masalah di bawah ini:
1. Berapa besar peran kelompok tani dalam usahatani benih padi pada
kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab.
Subang ?
2. Berapa besar produktivitas usahatani benih padi pada kelompok tani Surya
Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang ?
3. Bagaimana hubungan antara peran kelompok tani dengan produktivitas
usahatani benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit di Desa
4
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui berapa besar peran kelompok tani dalam usahatani
benih padi pada kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi
Kec. Sukasari Kab. Subang.
2. Untuk mengetahui berapa besarnya produktivitas usahatani benih padi
pada kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari
Kab. Subang.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara peran kelompok tani
dengan produktivitas usahatani benih padi pada kelompok tani Surya
Bangkit di Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain :
1. Manfaat Akademis
a. Diharapkan penelitian ini dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan
yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu Agribisnis.
b. Diharapkan dapat memperkaya kepustakaan mengenai hubungan peran
kelompok tani dengan produktivitas usahatani benih padi pada suatu
daerah tertentu, dan dapat menjadi perbandingan dengan daerah lain.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dengan adanya hasil penelitian tentang hubungan peran
5
dilakukan pada Kelompok Tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi
Kec. Sukasari Kab. Subang, maka hasil penelitian ini dapat memberi
sumbangsih kepada kelompok tani Surya Bangkit.
b. Diharapkan hasil penelitian ini pula agar dapat memberi sumbangsih
kepada Desa Mandalawangi Kec. Sukasari Kab. Subang agar
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peran Kelompok Tani
Peran kelompok tani dalam pertanian menjadi organisasi petani yang
menjalankan kerjasama antar anggota mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan dalam
berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Dengan adanya
kelompok tani, para petani dapat bersama-sama memecahkan permasalahan yang
antara lain berupa pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan
pemasaran hasil. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu dibina dan
diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal.
Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani juga
dikemukakan oleh Mosher (1968) dalam Djiwandi (1994) bahwa salah satu syarat
pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung
dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani menurut Jomo (1968)
dalam Djiwandi (1994) adalah berarti membangun kemauan, dan kepercayaan
pada diri sendiri agar dapat terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping
itu agar mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir.
Suatu gerakan kelompok tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti
kerjasama menurut pola-pola yang maju, tidak akan memecahkan
7
Kelompok tani, menurut Deptan RI (1980) dalam Mardikanto (1996)
diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani
dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/i), yang terikat secara
informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan
bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani.
Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain
diungkapkan oleh Torres (Wong, 1997) dalam Mardikanto (1996) sebagai berikut:
a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya
kepemimpinan kelompok.
b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar
petani.
c. Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru.
d. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.
e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan
(input) atau produk yang dihasilkannya.
f. Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta
pengawasannya oleh petani sendiri.
Sedangkan menurut Sajogyo (1978) dalam Mardikanto (1996). alasan utama
dibentuknya kelompok tani adalah :
a. Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang
tersedia.
8
c. Adanya alasan ideologis yang “mewajibkan” para petani untuk terikat oleh
suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok taninya.
2.2 Fungsi Kelompok Tani
Menurut Kartasapoetra (1994), kelompok tani terbentuk atas dasar
kesadaran, jadi tidak secara terpaksa. Kelompok tani ini menghendaki
terwujudnya pertanian yang baik, usahatani yang optimal dan keluarga tani yang
sejahtera dalam perkembangan kehidupannya. Para anggota terbina agar
berpandangan sama, berminat yang sama dan atas dasar kekeluargaan.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kelompok tani berfungsi sebagai
wadah terpeliharanya dan berkembangnya pengertian, pengetahuan dan
keterampilan serta kegotongroyongan berusahatani para anggotanya.
Menurut Kartasapoetra (1994) fungsi kelompok tani dijabarkan dalam
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Pengadaan sarana produksi murah dengan cara melakukan pembelian secara
bersama.
2. Pengadaan bibit yang resisten untuk memenuhi kepentingan para anggotanya.
3. Mengusahakan kegiatan pemberantasan atau pengendalian hama dan penyakit
secara terpadu.
4. Guna kepentingan bersama berusaha memperbaiki prasarana-prasarana yang
menunjang usahataninya.
5. Guna memantapkan cara bertani dengan menyelenggarakan demonstrasi cara
bercocok tanam, pembibitan dan cara mengatasi hama yang dilakukan
9
6. Mengadakan pengolahan hasil secara bersama agar terwujudnya kualitas yang
baik, beragam dan mengusahakan pemasaran secara bersama agar
terwujudnya harga yang seragam.
Ada tiga peranan penting dalam kelompok tani, yaitu sebagai berikut:
1. Media sosial atau media penyuluh yang hidup, wajar dan dinamis.
2. Alat untuk mencapai perubahan sesuai dengan tujuan penyuluh pertanian.
3. Tempat atau wadah pernyataan aspirasi yang murni dan sehat sesuai dengan
keinginan petani sendiri.
Selanjutnya dijelaskan bahwa perlunya penyuluhan sehingga dapat
memperbesar kemampuan dan peranan kelompok tani dalam berbagai hal, yaitu
menyangkut perbaikan usahatani serta tingkat kesejahteraan. Kemampuan setiap
petani pada kelompok biasanya ada perbedaan baik keterampilan, pengetahuan
maupun permodalan. Oleh karena itu atas perbedaan karakteristik petani, maka
perlu adanya kerjasama dalam kelompok tani.
2.3 Kemampuan dan Ciri-Ciri Kelompok Tani
Berdasarkan tingkat kemampuan kelompok tani, dikenal empat kelas
kemampuan kelompok tani dengan ciri-ciri untuk setiap kelompok (Dinas
Pertanian Tanaman Pangan, 2002) adalah sebagai berikut:
1. Kelompok Pemula:
a. Kontak tani masih belum aktif.
b. Taraf pembentukan kelompok masih awal.
c. Pimpinan formal.
10
2. Kelompok Lanjut:
a. Kelompok ini menyelenggarakan kegiatan-kegiatan terbatas.
b. Kegiatan kelompok dalam perencanaan.
c. Pimpinan formal aktif.
d. Kontak tani mampu memimpin gerakan kerjasama kelompok tani.
3. Kelompok Madya:
a. Kelompok tani menyelenggarakan kegiatan kerjasama usaha.
b. Pimpinan formal kurang menonjol.
c. Kontak tani dan kelompok tani bertindak sebagai pimpinan kerjasama
usahatani.
d. Berlatih mengembangkan program sendiri.
4. Kelompok Utama:
a. Hubungan melembaga dengan koperasi/ KUD.
b. Perencanaan program tahunan untuk meningkatkan produktivitas dan
pendapatan.
c. Program usahatani terpadu.
d. Program diusahakan dengan usaha koperasi/ KUD.
e. Pemupukan modal dan pemilikan atau pengunaan benda modal.
2.4 Produktivitas
Produktivitas adalah ukuran yang menyatakan berapa banyak input yang
dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah output, produktivitas didefinisikan
dengan ratio antara pengukuran output dengan masukan atau input (Abdullah
11
output dibagi total input dari sumber daya khusus (Colinvaux 1993). Produktivitas
mengandung pengertian sikap mental bahwa kualitas kehidupan harus lebih baik
dari sebelumnya. Dari sudut pandang ekologi, pengukuran produktivitas
didasarkan kepada jumlah kalori yang diikat tiap satuan waktu menjadi hasil
produksi, pengukurannya dengan menimbang hasil kering panen (Gagne 1985).
Pendapat lain mengatakan bahwa produktivitas mengandung pengertian
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang
digunakan (Krech, dkk.1963).
Jadi produktivitas merupakan pembagian nilai dari output produksi terhadap
biaya input produksi.
Rendahnya output karena banyaknya produk yang tidak sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan mengakibatkan produktivitas menjadi rendah.
Produktivitas dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan input dan
meningkatkan output. Peningkatan produktivitas yang terbaik adalah
meningkatnya output jauh lebih besar dibandingkan meningkatnya output.
2.5 Produktivitas Petani
Produktivitas petani merupakan pandangan hidup dan sikap mental yang
dimiliki petani yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan
(Sinungan, 2005).
Menurut Otto Iskandar (2002) untuk meningkatkan produktivitas petani
12
lahan pertanian dan sarana produksi seperti penggunaan pupuk, penggunaan
varietas baru dan perluasan areal irigasi, akan tetapi perlu dicari upaya lain untuk
meningkatkan produksi pertanian yaitu melalui peningkatan managemen usaha
para petani itu sendiri yang menyangkut faktor-faktor psikologis dari petani
seperti, etos kerja, motivasi keberhasilan dan sikap inovatif mereka dalam bidang
pertanian khususnya tanaman padi.
1. Etos Kerja
Semakin tinggi etos kerja, maka semakin tinggi produktivitas petani dalam
menggarap lahan pertanian, sesuai dengan pernyataan Tasmara (1991) etos
kerja yang tinggi mempunyai makna bersungguh-sungguh menggerakan
seluruh potensi dirinya untuk mencapai sesuatu, dikatakan juga bahwa orang
yang mempunyai etos kerja tinggi sangat menghargai waktu, tidak pernah
merasa puas, berhemat dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Banyak cara
yang dapat diterapkan untuk mengembangkan dan meningkatkan etos kerja,
karena etos kerja adalah sikap mendasar terhadap diri, serta merupakan aspek
evaluatif yang bersifat menilai (Morgan, 1961), diantaranya adalah
membangkitkan kesadaran, agar etos kerja petani meningkat sehingga akan
meningkatkan pendapatan dan mensejahterakan kehidupan petani.
2. Motivasi keberhasilan
Semakin kuat motivasi keberhasilan petani, maka semakin tinggi produktivitas
petani dalam menggarap lahan pertanian. Motivasi banyak dipengaruhi oleh
emosi, seseorang yang memiliki kecerdasan emosional akan mengarahkan
13
kerjanya. Motivasi dapat juga disebut sebagai dorongan, hasrat atau kebutuhan
manusia dalam melakukan kegiatan tertentu (Rogers, 1971), dikatakan juga
oleh Morgan (1961) bahwa motivasi mempunyai tiga aspek yaitu :
1) Beberapa keadaan motivasi yang mendorong seseorang mengarah ke suatu
tujuan,
2) Motivasi yang mendorong perilaku yang ditampilkan dalam mencapai
tujuan,
3) Pencapaian tujuan.
Menurut Maslow (Rogers, 1971) motivasi merupakan hirerarki kebutuhan
yang terdiri dari lima tingkatan:
1. Kebutuhan mempertahankan hidup (physiological needs),
2. Kebutuhan rasa aman (safety needs),
3. Kebutuhan social (social needs),
4. Kebutuhan akan penghargaan/prestasi (esteem needs), dan
5. Kebutuhan untuk mempertinggi kapasitas kerja (self actualisation needs).
Petani yang memilki motivasi keberhasilan kuat akan selalu memerima
kritik dan saran dari luar, serta telah mempersiapkan diri secara matang tentang
hal-hal yang akan terjadi di lapangan.
3. Sikap Inovatif
Sikap inovatif merupakan salah satu unsur kepribadian yang dimiliki seseorang
dalam menentukan tindakan dan bertingkah laku terhadap suatu obyek disertai
dengan perasaan positif dan negatif. Semakin tinggi sikap inovatif maka
14
petani merupakan variabel penting untuk diperhatikan, karena sikap sebagai
suatu sistem yang memiliki tiga komponen yang saling tergantung yakni
kognisi, afeksi dan konasi (Simanjuntak, 1995), kognisi menyangkut keyakinan
terhadap obyek sikap, afeksi menyangkut perasaan dan konasi menyangkut
kecenderungan untuk berbuat (Suriasumantri, 1989). Sedangkan menurut
Gagne (1985), sikap adalah predisposisi untuk merespon, tetapi berbeda
dengan kecenderungan terhadap suatu respon evaluasi, seseorang cenderung
untuk memilih tindakan dalam rangka meningkatkan rasa senang terhadap
obyek tertentu. Istilah inovasi menurut Rogers (1971) didefinisikan sebagai
derajat seseorang dalam mengadopsi ide-ide baru, lebih awal dari pada
individu lain. Dikatakan juga bahwa ada beberapa karakteristik inovasi yaitu
manfaat, kompatibilitas, kompleksitas, triabilitas, dan observatibilitas.
Sedangkan sikap memiliki dimensi afektif, tingkah laku dan informasi kognitif
ketiga komponen itu terorganisir ke dalam sistem yang kuat (Suriasumantri,
1989). Aspek kebaharuan dalam inovasi dapat dinyatakan dalam bentuk
pengetahuan, sikap (afektif) dan keputusan untuk menggunakannya. Sikap
inovatif petani berarti mempunyai kecenderungan yang relatif stabil dalam
bereaksi ke dalam bentuk kognisi, afeksi dan konasi.terhadap sesuatu yang
baru baik dalam arti praktek atau obyek yang meliputi penerapan inovasi.
Dalam mencapai peningkatan produksi teknologi memang diperlukan dan
para petani perlu mengadopsi teknologi itu. Petani harus berubah dari penggunaan
teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju. Teknologi yang
15
teknologi untuk meningkatkan produktivitas, peningkatan mutu dan diversifikasi
produk olahan di sektor hilir, baik itu untuk skala kecil, menengah, maupun besar
(Van Den Ban dan Hawkins, 1999).
Untuk sampai taraf yakin dan mau menerapkan teknologi biasanya petani
harus melalui tahap-tahap dari proses adopsi, seperti berikut ini:
• Sadar dan tahu (awareness)
• Minat (interesting)
• Penilaian (evaluation)
• Percobaan (trial)
• Adopsi (adoption)
Menurut Soekartawi (1988), adopsi terhadap suatu teknologi baru biasanya
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Tingkat pendidikan petani
Pendidikan merupakan sarana belajar yang menanamkan pengertian sikap yang
menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern.
Mereka yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat menerapkan teknologi dan
melaksanakan proses adopsi.
2. Luas lahan
Petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi
dari pada petani yang memiliki lahan sempit. Hal ini dikarenakan keefesienan
16
3. Umur
Petani yang memiliki umur yang semakin tua (>50 tahun), biasanya makin
lamban dalam mengadopsi inovasi dan cenderung hanya melakukan
kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh masyarakat setempat.
4. Pengalaman bertani
Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah untuk menerapkan inovasi
dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak,
sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan
untuk mengadopsi suatu inovasi.
5. Jumlah tanggungan
Petani dengan jumlah tanggungan yang semakin tinggi akan makin lamban
dalam mengadopsi suatu inovasi, karena jumlah tanggungan yang besar akan
mengharuskan mereka untuk memikirkan bagaimana cara pemenuhan
kebutuhan hidup keluarganya sehari hari. Petani yang memiliki jumlah
tanggungan yang besar harus mampu dalam mengambil keputusan yang tepat,
agar tidak mengalami resiko yang fatal bila kelak inovasi yang diadopsi
mengalami kegagalan.
6. Pendapatan
Petani dengan tingkat pendapatan yang semakin tinggi biasanya akan semakin
cepat dalam mengadopsi inovasi karena memiliki ekonomi yang cukup baik.
7. Status pemilikan lahan
Pemilik tanah mempunyai pengawasan yang lebih lengkap atas pelaksanaan
17
membuat keputusan untuk mengadopsi inovasi sesuai dengan keinginannya,
tetapi penyewa harus sering mendapatkan persetujuan dari pemilik tanah
sebelum mencoba atau mempergunakan teknologi baru yang akan
dipraktekkan. Konsekuensi tingkat adopsi biasanya lebih tinggi untuk pemilik
usahatani dari pada orang-orang yang menyewa.
8. Tingkat kosmopolitan
Petani yang memiliki pandangan luas terhadap dunia luar dengan kelompok
sosial yang lain, umumnya akan lebih mudah dalam mengadopsi suatu inovasi
bila dibandingkan dengan golongan masyarakat yang hanya berorientasi pada
kondisi lokal, karena pengalaman mereka yang terbatas menyebabkan mereka
sulit dalam menerima perubahan atau mengadopsi suatu inovasi. Hal ini karena
mereka belum pernah mendengar atau bahkan belum mengenal informasi
dengan cukup tentang inovasi tersebut.
2.6 Produktivitas Usahatani
Menurut AT Mosher (1968) dalam Soebiyanto (1993) mendefinisikan
usahatani adalah suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi, tempat
diusahakan pertanian oleh petani baik sebagai pemilik, penyakap yang bertindak
sebagai manajer.
Lebih lanjut dikatakan bahwa usahatani tidak dapat diartikan sebagai
perusahaan tetapi suatu cara hidup (way of life). Hal ini yang membedakannya
dengan usaha perkebunan. Dalam menyelenggarakan usahatani setiap petani
berusaha agar hasil panennya banyak agar cukup untuk memberi makan seluruh
18
petani juga mengadakan perhitungan ekonomi dan keuangan walaupun tidak
secara tertulis. Kalau petani menghadapi pilihan antara menggunakan bibit lokal
yang telah biasa ditanam dengan bibit unggul yang belum biasa di tanamnya maka
tanpa di tulisnya di atas kertas ia akan memperhitungkan untung ruginya. Juga
bila ia harus memilih antara menggunakan pupuk hijau berupa daun-daunan atau
kompos dari ternaknya dengan pupuk urea yang harus dibelinya maka ia akan
mengadakan perhitungan mana yang lebih menguntungkan. Demikian seterusnya
putusan petani didasarkan atas perhitungan-perhitungan yang demikian itu. Dalam
ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasil yang
diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan, revenue) dengan biaya
(pengorbanan, cost) yang harus di keluarkan.
Hasil yang diperoleh pada saat panen di sebut produksi dan biaya yang
dikeluarkan disebut biaya produksi (Mubyarto, 1989). Dalam pembicaraan
sehari-hari kita sering menamakan usahatani yang bagus sebagai usahatani yang
produktif atau efisien. Usahatani yang produktif berarti usahatani itu
produktivitasnya tinggi. Dalam ilmu usahatani Pengertian produktivitas ini
sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik)
dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi
(output) yang diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Sedangkan
kapasitas sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah untuk
menyerap tenaga kerja dan modal sehingga memberikan hasil produk bruto yang
sebesar-besarnya pada tingkat teknologi tertentu. Jadi secara teknis produktivitas
19
Dalam ekonomi pertanian dibedakan antara pengertian produktivitas dan
pengertian produktivitas ekonomis dari pada usahatani. Dalam pengertian
ekonomis maka letak atau jarak usahatani dari pasar penting sekali artinya. Kalau
dua buah usahatani mempunyai produktivitas fisik yang sama, maka usahatani
yang lebih dekat dengan pasar mempunyai nilai lebih tinggi karena produktivitas
ekonominya lebih besar.
Selanjutnya kalau berbicara efisiensi fisik menggunakan uang sebagai
standar nilai maka disebut efisiensi ekonomi. Pada setiap akhir panen petani akan
menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu luas tanah di kalikan hasil per
kesatuan luas. Dan ini semua dikalikan dengan nilai uang. Hasil itu kemudian di
kurangi dengan biaya-biaya yang harus di keluarkannya yaitu harga pupuk dan
bibit, biaya pengolahan tanah, upah menanam, upah membersihkan rumput dan
biaya panenan yang biasa berupa bagi hasil. Disamping itu bagi petani
penyakap/penggarap maka bagian hasil panen yang harus diberikan kepada
pemilik tanah harus pula di kurangkan dan dimasukan sebagai biaya. Setelah
semua biaya-biaya itu dikurangi maka barulah petani memperoleh hasil bersih
(netto). Apabila hasil bersih usahatani besar maka ini mencerminkan rasio yang
baik dari nilai hasil dan biaya. Makin tinggi rasio ini berarti usahatani makin
efisien.
Menurut Paul Mali dalam Tjutju Yuniarsih dan Suwatno (2011)
produktivitas usahatani adalah ukuran seberapa baik sumber daya yang digunakan
bersama didalam organisasi untuk memperoleh dan menyelesaikan sekumpulan
20
Menurut Soekartawi (1999), peningkatan produktivitas antara lain dilakukan
dengan menggunakan benih varietas unggul bermutu, pengamanan produksi
dengan memberikan bantuan sarana pascapenen dan perbaikan system
kelembagaan dengan menguatkan peran kelompok tani. Tingkat produktivitas
usahatani dimaksud sebagai tingkat kemampuan atau potensi lahan dalam
usahatani untuk menghasilkan pada tingkat produksi dan satuan luas tertentu
seperti tingkat produksi yang dapat dicapai per hektar dalam satu musim tanam.
2.7 Tinjauan Umum Tanaman Padi
Padi merupakan tanaman yang cocok ditanam di lahan tergenang, akan
tetapi padi juga baik ditanam di lahan tanpa genangan, asal kebutuhan airnya
tercukupi. Oleh karena itu, padi dapat tumbuh baik di daerah tropis maupun
subtropis dengan dua jenis lahan utama, yaitu lahan basah (sawah) dan lahan
kering (ladang). Tanaman padi termasuk golongan rumput-rumputan dengan
klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermathophyta
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminales
Famili : Graminaceae
Sub family : Oryzidae
Genus : Oryza
21
Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu
tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya satu
kali berproduksi dan setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman padi
berakar serabut, batang yang beruas-ruas dengan tinggi 1-1,5m tergantung pada
jenisnya. Ruas batang padi berongga dan bulat, diantara ruas batang padi terdapat
buku, pada tiap- tiap buku terdapat sehelai daun. Bunga padi merupakan bunga
telanjang dan berkelamin dua, bentuk bulir padi panjang dan ramping (Wikipedia
Indonesia, 2008).
Menurut AAK (2003), iklim merupakan faktor penting untuk pertumbuhan
tanaman padi. Tanaman padi tumbuh baik di daerah berhawa panas dan tempatnya
terbuka serta banyak sinar matahari, terutama padi pada masa berbunga.
Temperatur optimum untuk pertumbuhan dan perkembangannya adalah antara
20-30OC. Padi memerlukan curah hujan rata-rata 200mm/bulan atau lebih. Curah
hujan yang cocok untuk padi bisa tumbuh dengan baik adalah
1500-2000mm/tahun. Tanah yang baik untuk tanaman padi sawah adalah berstruktur
lemah dan mengandung liat. Tanah lapisan atas antara 15-30cm harus merupakan
lumpur yaitu suatu struktur butir tanah yang serba sama dan dapat menahan air.
Menurut Suparyono dan Agus (1997), agar dapat meningkatkan
produktivitas usahatani khususnya padi sawah maka tahapan-tahapan dalam
penanaman padi harus dilakukan dengan baik. Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
1. Persiapan Benih
Benih termasuk faktor penentu keberhasilan pembudiyaan tanaman.
22
kegagalan usahatani (Sutopo, 2004). Dalam memproduksi benih, perlu
diperhatikan kualitas benih antara lain kemurnian, daya kecambah, kotoran,
bebas dari hama dan penyakit, serta kadar air.
2. Persemaian
Persemaian harus terlebih dahulu dilakukan sebelum tanaman padi ditanam.
Penyemaian dilakukan setelah benih mengalami proses perendaman
dan pemeraman selama masing-masing 48 jam. Perendaman bertujuan untuk
mendapatkan benih yang baik dan gabah yang menyerap air yang cukup untuk
kepeluan perkecambahan. Pemeraman bertujuan agar benih dapat
berkecambah. Benih yang sudah berkecambah kemudian disebar di atas lahan
persemaian yang sebelumnya telah dipupuk dengan pupuk kandang dan
disemprot dengan insektisida sebanyak 2 kali.
3. Pengolahan Tanah dan Pemupukan Dasar
Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara dibajak atau dicangkul.
Pengolahan tanah dapat mematikan gulma yang kemudian akan membusuk
menjadi humus dan aerasi tanah menjadi lebih baik (Pitijo, 2006). Dalam
pengolahan tanah, dilakukan pemupukan dasar berupa pupuk Urea sebanyak
1/3 dosis/ha, sedangkan pupuk TSP dan KCl diberikan seluruh dosis. Jadi bila
dalam satu hektar sawah akan dipupuk dengan dosis 300 kg Urea, 100 kg TSP,
dan 100 kg KCl maka pupuk dasar yang diberikan 100 kg Urea, 100 kg TSP,
23
4. Penanaman
Penanaman padi didahului dengan pencabutan bibit dipersemaian. Bibit yang
siap ditanam adalah bibit yang sudah berumur 25-40 hari dan berdaun 5-7
helai. Menurut Sugeng (1989), penanaman bibit padi sawah dilakukan dengan
cara bagian pangkal batang dibenamkan kira-kira 3 atau 4cm ke dalam lumpur.
Penanaman padi yang baik menggunakan jarak tanam 20cm x 20cm atau 30cm
x 15cm.
5. Pemeliharaan
Setelah penanaman, tanaman padi perlu diperhatikan secara cermat dan rutin.
Pemeliharaan terhadap tanaman padi antara lain meliputi (Sugeng, 1989) :
a. Pengairan
Air merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi sawah. Saat
pengairan tanaman padi di sawah dalamnya air harus diperhatikan dan
disesuaikan dengan umur tanaman.
b. Penyulaman dan penyiangan
Penyulaman bertujuan agar populasi tanaman per satuan luas tanam tidak
berkurang dengan mengganti rumpun-rumpun yang mati dan dilakukan 5-7
hari setelah tanam. Penyiangan dilakukan agar tanaman utama bebas dari
gulma. Penyiangan biasanya dilakukan dua kali. Penyiangan pertama dilakukan
setelah padi berumur 3 minggu dan yang kedua dilakukan setelah padi berumur
6 minggu. Penyiangan tidak hanya dilakukan dengan mencabut gulma saja
melainkan sekaligus menggemburkan tanah agar akar tanaman dapat
24
c. Pemupukan
Pemupukan bermaksud untuk memperbaiki kesuburan tanah dengan
menambah zat-zat dan unsur hara makanan yang dibutuhkan tanaman di dalam
tanah. Pemupukan sebaiknya dilakukan dua kali. Pemupukan pertama pada
umur 3-4 minggu setelah penyiangan. Pupuk yang digunakan adalah Urea
dengan dosis 1/3 dari sisa 2/3 dosis yang diberikan sebelum tanam. Pemupukan
kedua dilakukan pada umur 6-8 minggu setelah penyiangan dengan dosis yang
sama pada saat pemupukan pertama.
d. Pengendalian hama dan penyakit
Tanaman padi sering dirugikan karena adanya gangguan hama dan penyakit.
Hama yang sering menyerang tanaman padi adalah wereng, penggerek batang,
walang sangit, ulat grayak, kepik hijau, tikus sawah, dan burung. Penyakit yang
sering menyerang tanaman padi adalah penyakit yang umumnya disebabkan
oleh jamur, bakteri, virus, dan nematoda. Pengendalian hama dan penyakit
dapat dilakukan dengan menerapkan pengendalian hama dan penyakit secara
terpadu. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara penggunaan varietas
unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit, melakukan penanaman
serempak, melakukan pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan pestisida
yang efektif dan bijaksana.
6. Panen dan Pasca panen
Panen merupakan tahapan akhir penanaman padi sawah. Menurut Pitijo (2006),
waktu panen berpengaruh terhadap jumlah produksi, mutu gabah dan mutu
25
padi ada empat stadia yaitu stadia masak susu, stadia masak kuning, stadia
masak penuh, stadia masak mati. Panen dapat dilakukan pada stadia masak
kuning yaitu pada saat butir padi 95% telah menguning atau sekitar 33-36 hari
setelah berbunga dan bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau.
Panen dapat dilakukan dengan menggunakan sabit. Caranya dengan
memotong batang kira-kira 20cm di atas permukaan tanah. Setelah panen,
selanjutnya gabah dirontokkan. Perontokan dapat dilakukan dengan cara manual
maupun dengan menggunakan alat. Cara manual, gabah dipukul atau
dihempaskan pada bambu atau kayu. Alat perontok yang dapat digunakan antara
lain pedal dan power thresher. Pembersihan dilakukan setelah gabah dirontokkan.
Pembersihan dimaksudkan untuk menghilangkan benda asing, butir hampa, dan
kotoran lainnya. Cara yang biasa digunakan adalah menggunakan ayak atau
menampih (AAK, 2003).
Pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar air gabah yang pada waktu
panen berkisar 23-27% menjadi 13-14% agar dalam penyimpanan gabah dapat
tahan lama serta meringankan pengangkutan sebab berat gabah telah berkurang
(AAK, 2003). Pengemasan barang dimaksudkan untuk mempertahankan mutu dan
memudahkan penyimpanan serta pengangkutan.
2.8 Benih
Pembenihan merupakan salah satu faktor pokok yang harus diperhatikan,
karena faktor tersebut ikut menentukan produksi. Benih padi adalah gabah yang
26
Kualitas benih sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan
kemasakan benih, panen dan perontokan, pembersihan, pengeringan,
penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Aksi Agraris
Kanisius, 1990).
Benih merupakan salah satu komponen utama yang berperan penting dalam
peningkatan kuantitas dan kualitas produksi padi, karenanya penggunaan benih
varietas unggul yang bermutu (berlabel) sangat dianjurkan. Hal ini terkait dengan
sifat-sifat yang dimiliki oleh varietas unggul, antara lain: berdaya hasil tinggi,
tahan terhadap hama penyakit, dan rasa nasi enak (pulen). Benih sumber yang
akan digunakan untuk pertanaman produksi benih harus satu kelas lebih tinggi
dari kelas benih yang akan dipoduksi. Untuk memproduksi benih kelas dasar
misalnya, berarti benih sumbernya adalah kelas benih penjenis, sedangkan untuk
memproduksi benih kelas pokok atau benih label ungu boleh menggunakan benih
kelas benih dasar atau benih penjenis (Pepi Nur Susilawati, 2010).
Menurut AAK 1990, untuk mengetahui keadaan benih yang baik dapat di
lihat dari :
1. Keadaan fisik benih meliputi :
a) Kebersihan benih terhadap gabah hampa, setengah hampa, potongan jerami,
kerikil dan tanah, kotoran dan benda lain serta hama gudang.
b) Warna gabah hendaklah sesuai dengan aslinya, yaitu cerah dan bersih. Ada
kemungkinan terdapat warna yang berbeda, misalnya hijau, hitam. Hal ini
27
lingkungan atau berbeda varietas. Terjadinya warna lain itu juga bisa
disebabkan penanaman jatuh pada musim hujan.
2. Kemurnian benih.
Kemurnian benih berkaitan dengan genetik atau sifat keturunan yang ada pada
benih. Namun kemurnian benih tersebut dapat dilihat dari bentuk gabah.
Produksi benih merupakan usaha yang menekankan pada kualitas, sehingga
semua tahapan kegiatan dalam bidang perbenihan diarahkan pada aspek
kualitas hasilnya. Apabila kualitas dari suatu benih tidak dapat dijamin, maka
produk ini tidak layak dipasarkan sebagai benih. Perbaikan benih ini dapat
dilakukan melalui perbaikan varietas dengan teknik pemuliaan mutasi atau
perakitan varietas unggul yang telah ada melalui persilangan dan bioteknologi.
Ada tiga aspek mutu benih yakni mutu fisik, mutu fisiologis, mutu genetis,
dimana masing-masing aspek mutu tersebut meliputi :
a) Mutu fisik suatu benih berkaitan erat dengan kondisi fisik benih yang
meliputi: validitas atau cacat tidaknya fisik benih, kenormalan ukurannya
sesuai dengan kondisi deskripsinya, keutuhan benihnya, yakni benihnya
tidak mengalami pecah, retak, patah, atau lecet pada bagian vital dari benih:
serta bentuk dan warnanya sesuai dengan standar deskripsinya.
b) Mutu fisiologis suatu benih berkaitan erat dengan kondisi fisiologis benih
yang meliputi: daya tumbuh, kecepatan tumbuh, keadaan vigor,
keseragaman tumbuh dan tingkat abnormalitas kecambah.
c) Mutu genetis suatu benih berkaitan erat dengan kesesuaian deskripsi
28
varietas lain maupun tipe tanaman yang menyimpang dan sifat-sifatnya
sesuai dengan kelas benihnya)
Benih yang berkualitas tinggi itu memiliki daya tumbuh lebih dari 90%,
dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a) Memiliki viabilitas tinggi atau dapat mempertahankan kelangsungan
pertumbuhannya menjadi tanaman yang baik atau mampu berkecambah
tumbuh normal.
b) Memiliki kemurnian artinya terbebas dari kotoran, terbebas dari jenis tanaman
lain, terbebas dari varietas lain dan terbebas pula dari biji herba, hama dan
penyakit.
Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih
harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimal dengan sarana
teknologi yang maju (Sjamsoe’oed Sadjad, 1977). Sering petani mengalami
kerugian yang tidak sedikit baik dari segi biaya maupun waktu yang berharga
akibat penggunaan benih yang bemutu rendah. Oleh karena itu meskipun
pertumbuhan dan produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan
cara bercocok tanam, tetapi harus diingat pentingnya pemilihan mutu benih yang
akan digunakan.
2.9 Peran Kelompok Bagi Produktivitas Petani
Kegiatan kelompok tani merupakan perkumpulan yang beranggotakan para
petani desa tersebut, meskipun tidak semua petani di desa tersebut mengikuti
29
memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Hal ini dapat menumbuhkan dan
mengembangkan kemandirian dalam berusahatani sehingga produktivitas petani
pun meningkat. Ketua kelompok tani yang terpilih diharapkan dapat menjalankan
tugas dan kewajibannya antara lain mengkoordinasikan kegiatan gotong-royong
untuk pengolahan lahan anggota kelompok tani secara bergantian,
mengkoordinasikan penjualan hasil produksi, dan melakukan hubungan dengan
pihak penyuluh maupun dinas pertanian.
Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani merupakan
salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani
yang tergabung dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani adalah
berarti membangun keinginan, dan kepercayaan pada diri sendiri agar dapat
terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping itu agar mereka dapat
bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir. Suatu gerakan kelompok
tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola-pola yang
maju, tidak akan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi petani.
2.10 Peran Kelompok Bagi Produktivitas Usahatani
Pembinaan usahatani melalui kelompok tani tidak lain adalah sebagai upaya
percepatan sasaran. Petani yang banyak jumlahnya dan tersebar di pedesaan yang
luas, sehingga dalam pembinaan kelompok diharapkan timbulnya cakrawala dan
wawasan kebersamaan memecahkan dan merubah citra usahatani sekarang
menjadi usahatani masa depan yang cerah dan tetap tegar. Kelompok tani
30
penyuluhan yang diharapkan lebih terarah dalam perubahan aktivitas usahatani
yang lebih baik lagi.
Keaktifan dalam kelompok dapat dilihat dari tingkat kehadiran, keterlibatan
dalam kegiatan dan diskusi dalam kelompok tani, tingkat keaktifan petani dalam
kelompok tani berhubungan positif dan nyata dengan tingkat kemampuan petani
dalam mengelola lahan marjinal (Kustiari, 2006). Selain itu, adanya dorongan
kepada anggota satu sama lain dalam melakukan kegiatan. Kelompok tani ini
dibentuk dengan tujuan untuk mendapatkan hasil akhir atau keadaan yang
diinginkan oleh semua anggota kelompok.
Peningkatan produktivitas usahatani berkaitan erat dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini merupakan salah satu ciri dalam
usahatani modern. Seperti yang dirumuskan Adiwilaga (2007) bahwa diantara
syarat yang harus dipenuhi untuk dapat hidup dan berkembangnya usahatani
modern itu adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang cocok dengan kondisi
setempat. Untuk itu pelayanan dalam berbagai bentuk seperti alih teknologi
diperlukan melalui penyuluhan yang efektif dan efisien oleh para penyuluh
kepada kelompok tani. Peranan penyuluh merespon alih teknologi pertanian
dalam rangka meningkatkan produktivitas usahatani mereka.
2.11 Pengaruh Inovasi Terhadap Produktivitas Usahatani
Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru,
praktek-praktek baru, atau obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu
yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran penyuluhan. Sedang Lionberger
31
tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong
terjadinya pembaharuan dalam masyarakat atau pada lokalitas tertentu. Pengertian
“baru” disini, mengandung makna bukan sekadar “baru diketahui” oleh pikiran
(cognitive), akan tetapi juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh
seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude), dan juga baru dalam
pengertian belum diterima dan dilaksanakan/diterapkan oleh seluruh warga
masyarakat setempat.
Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil
produksi saja, tetapi mencakup ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi,
perilaku, atau gerakan-gerakan menuju kepada proses perubahan di dalam segala
bentuk tata kehidupan masyarakat. Dengan demikian, pengertian inovasi dapat
semakin diperluas menjadi sesuatu ide, produk, informasi teknologi,
kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktek-praktek baru yang belum banyak
diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian besar
warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau
mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan
masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikaan mutu hidup setiap
individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. (Mardikanto, 1988).
Berkaitan dengan teknologi usahatani, Kartasapoetra (1994) mengemukakan
bahwa teknologi yang diterapkan harus memenuhi 4 kriteria, yaitu secara
ekonomis menguntungkan petani, secara teknis mudah diterapkan, secara sosial
dapat diterima secara luas oleh sebagian besar petani dan tidak bertentangan
32
Suatu paket teknologi pertanian akan tidak ada manfaatnya bagi para petani
di pedesaan jika teknologi tersebut tidak dikomunikasikan ke dalam alam
masyarakat pedesaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di satu
pihak dan perkembangan masyarakat di lain pihak telah menciptakan struktur
komunikasi informasi di pedesaan menjadi sangat kompleks, sehingga dapat
dikatakan bahwa akan ada perubahan secara terus menerus dalam hal cara kerja
pada petani jika kepada mereka dilakukan komunikasi teknologi yang baik dan
tepat (Rogers dan Shoemaker, 1986).
Agar usahatani padi sawah dapat dilaksanakan dengan baik dan untuk
meningkatkan produksi padi sawah maka diperlukan beberapa faktor produksi,
seperti ketersedian bibit, pupuk, pestisida, alat-alat pertanian, mesin-mesin
pertanian, saluran irigasi, tenaga kerja dan lain-lain. Departemen Pertanian (2010)
menyatakan bahwa bibit adalah tanaman yang digunakan untuk memperbanyak
dan mengembangbiakkan tanaman padi sawah. Pupuk adalah bahan yang
mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman untuk mengubah sifat fisik, kimia
atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman padi
sawah. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengatasi dan
membasmi hama penyakit tanaman padi sawah. Alat-alat pertanian adalah
alat-alat yang digunakan pada usahatani padi sawah untuk membantu petani mengelola
usahataninya. Oleh karena itu, tugas penyuluh pertanian dalam hal ini adalah
membantu petani menjelaskan tentang faktor-faktor produksi tersebut agar
33
2.12 Penelitian Terdahulu
Febry Indrayani Nauli melakukan penelitian pada tahun 2013 dengan judul
Hubungan Tingkat Partisipasi Petani dalam Kelompok Tani dengan Produktivitas
Usahatani Padi Sawah (Studi Kasus di Kelompok Tani Saluyu Desa Ciasihan,
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat partisipasi petani dalam kelompok tani Saluyu, mengetahui
tingkat produktivitas petani dan usahatani padi sawah, dan untuk mengetahui
hubungan partisipasi dalam kelompok tani Saluyu dengan tingkat produktivitas
usahatani padi sawah di Desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor.
Hasil analisis di lapang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
pertisipasi petani dalam kelompok tani Saluyu dengan produktivitas usahatani
padi sawah. Hal ini disebabkan karena petani yang rutin hadir dalam kelompok
tidak semuanya aktif dalam kelompok.
Irawan Wibisonya melakukan penelitian pada tahun 2013 dengan judul
Hubungan Karakteristik Petani dengan Tingkat Adopsi Sistem Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) Padi Di Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang
(Studi kasus: Petani peserta Sekolah Lapang PTT di Desa Dawuan Barat, Desa
Cikampek Pusaka dan Desa Cikampek Selatan). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik petani padi di kecamatan Cikampek, mengetahui tingkat
pengetahuan dan tingkat adopsi petani padi di Kecamatan Cikampek, dan
mengetahui adakah hubungan karakteritik petani, yang meliputi umur, tingkat
34
pendapatan, kosmopolitan dan partisipasi dalam kegiatan penyuluhan, dengan
tingkat pengetahuan dan tingkat adopsi petani tentang sistem PTT.
Hasil analisis di lapangan hubungan antara karakteristik petani dengan
tingkat pengetahuan dan tingkat adopsi menggunakan uji Chi-Square dengan χ²
tabel lebih besar dari 9,488, karakteristik umur, tingkat pendidikan, pendapatan,
kosmopolitan, tingkat partisipasi dan pengalaman bertani memiliki hubungan
nyata pada taraf α 0,05, sedangkan karakteristik status lahan dan luas lahan tidak
memiliki hubungan nyata pada taraf α 0,05 dengan tingkat pengetahuan maupun
tingkat adopsi.
2.13 Kerangka Pemikiran
Luasnya lahan persawahan di Indonesia ternyata tak juga mampu membuat
taraf hidup petani meningkat, masih banyak petani sawah yang mengalami
kesulitan dalam menjalani hidup. Tak jarang kita dapatkan petani sawah di
desa-desa berada dalam garis kemiskinan. Meningkatnya berbagai
kebutuhan-kebutuhan hidup baik kebutuhan-kebutuhan primer maupun sekunder yang biasanya
dihasilkan oleh industri-industri dan juga krisis ekonomi yang tak kunjung
terselesaikan, telah membuat petani miskin semakin kewalahan dalam
memperbaiki perekonomian keluarga.
Maka dari itu pemerintah membentuk kelompok tani yang didampingi oleh
penyuluh pertanian untuk membantu para petani dalam meningkatkan taraf hidup
petani melalui pemberdayaan dengan pengembangan SDM salah satu program
35
Penyuluhan pertanian meliputi kegiatan memberi pengetahuan dan
keterampilan kepada kelompok tani, maka melalui kelompok tani inilah yang
diberikan kewenangan secara langsung menyampaikan program kebijakan
pemerintah kepada petani.
Desa Mandalawangi merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Sukasari Kabupaten Subang, yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani padi. Di kelompok tani Surya Bangkit terdapat 57 orang petani
padi. Melalui partisipasi kelompok tani di kelompok tani Surya Bangkit
diharapkan dapat mengetahui hubungan antara peran kelompok tani dengan
tingkat produktivitas usahatani padi. Peran kelompok dapat dilihat dari kerjasama
kelompok, keaktifan kelompok, manajemen perencanaan, kerjasama pelaksanaan
program, dan hubungan dengan lembaga kopersi/KUD. Dari peran kelompok tani
36
Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Karakteristik Petani:
6. Usaha selain bertani
Permasalahan:
Hubungan Peran Kelompok Tani dengan Produktivitas Usahatani Padi sawah
Hasil Petani
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Peneliti dalam memperoleh data mengenai kelompok tani dilakukan
penelitian di kelompok tani Surya Bangkit di Desa Mandalawangi Kecamatan
Sukasari Kabupaten Subang. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tahap
persiapan dan penjajakan. Adapun waktu penelitian yakni dimulai bulan Februari
2014 hingga Mei 2014. Pemilihan lokasi penelitian menggunakan metodologi
penelitian secara sengaja (purposive), karena kelompok tani Surya Bangkit
satu-satunya kelompok tani di desa Mandalawangi yang memproduksi benih padi.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Menurut Muhammad Teguh (2005), data primer merupakan jenis data yang
diperoleh dan digali dari sumber utamanya (sumber asli) baik berupa data
kualitatif maupun data kuantitatif, sedangkan data sekunder adalah jenis data yang
diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian
lapangannya baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer dalam penelitian ini, bersumber dari wawancara
langsung dan wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan
daftar pertanyaan (kuisioner) dengan pihak konsultan dan anggota kelompok tani
Surya Bangkit di Desa Mandalawangi, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Subang.
38
karakteristik petani, peran kelompok tani, produktivitas usahatani, dan
produktivitas petani. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini antara lain
adalah profil Desa Mandalawangi, arsip dan dokumen lain yang didapat dari
konsultan dan ketua kelompok tani, serta buku-buku yang relevan dengan topik
yang diteliti, studi literatur yang berupa hasil penelitian terdahulu yang terkait
dengan penelitian dan artikel yang berasal dari media cetak dan internet.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain:
1. Wawancara Mendalam
Wawanacara mendalam (depth interview) adalah teknik mengumpulkan
data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan
informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara
dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif.
Selanjutnya dibedakan antara responden (orang yang akan diwawancarai
hanya sekali) dengan informan (orang yang ingin peneliti ketahui atau
pahami dan yang akan diwawancara beberapa kali).
2. Kuisioner
Kuisisoner yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun
kepada petani-petani yang tergabung dalam kelompok tani yang menjadi
responden.
3. Studi Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Moleong (2007) menjelaskan bahwa dokumen
39
ini diperlukan terutama untuk memperkaya landasan-landasan teoritis
dan mempertajam analisis penelitian. Teknik ini digunakan untuk
memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini
dengan cara studi pustaka melalui, catatan kuliah, buku-buku mengenai
ilmu Agribisnis, buku-buku referensi, jurnal dan internet.
3.4 Metode Pengambilan Sampel
Sampel penelitian merupakan seluruh anggota kelompok tani Surya Bangkit
di Desa Mandalawangi. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik Sampling Jenuh. Dimana sampling jenuh ialah teknik
pengumpulan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
(Sugiyono, 2009). Total sampel petani di kelompok tani Surya Bangkit tersebut
sebanyak 57 Petani.
3.5 Analisis data
Data dan informasi yang telah terkumpul baik dari tingkat individu,
kelompok dan organisasi, kemudian diolah dan dianalisis dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Skala Guttman mengukur suatu
dimensi saja dari suatu variabel yang multidimensi. Skala Guttman disebut
juga skala scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan peneliti tentang
kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut dengan
atribut universal. Pada skala Guttman terdapat beberapa pertanyaan yang