KABUPATEN BOGOR
SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Pribadi Muslim Prima
103018227380
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Kependidikan Islam. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta 2010.
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Jasinga terletak di Jl. Raya No. 32 Jasinga, Adapun tujuan dari Penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang hubungan pelaksanaan pengawasan kepala sekolah terhadap disiplin kerja guru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah guru Madrasah Aliyah Muhammadiyah Jasinga dengan jumlah 20 orang yang dijadikan sampel secara keseluruhan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan jumlah 22 butir untuk variabel pengawasan (x) dan 20 butir untuk variabel disiplin kerja (Y) dengan 5 alternatif jawaban. Kemudian Data yang diperoleh diberikan skor terhadap masing-masing butir jawaban
Pengawasan kepala sekolah di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Jasinga dikatakan cukup, hal ini dapat dilihat dari data pengawasan kepala sekolah dengan nilai rata-rata 89,4. Dimana nilai tersebut berada pada kategori sedang, jadi pelaksanaan pengawasan kepala sekolah di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Jasinga berkategori sedang. Dengan demikian pelaksanaan pengawasan yang dilaksanakan kepala sekolah sudah cukup baik, namun belum terlaksana secara maksimal.
Disiplin kerja guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Jasinga cukup, artinya data guru dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data dengan nilai rata-rata untuk disiplin kerja guru 82,9. Dimana nilai tersebut berada pada kategori sedang, jadi disiplin kerja guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Jasinga berkategori sedang. artinya tingkat disiplin kerja guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Jasinga sudah cukup baik namun masih belum maksimal. Hal ini karena masih ada beberapa responden yang mendapat skor dibawah rata-rata
Rumus analisis data yang digunakan adalah Product Moment. Hasil dari perhitungan korelasi Product Moment diperoleh rhitungsebesar 0,480,
kemudian hasil rhitung sebesar 0,480 diinterpretasikan terhadap tabel
interpretasi nilai “r” dengan nilai yang berada antara 0,400 sampai dengan 0,600 yang berarti interpretasinya agak rendah. Dari hasil interpretasi tersebut berarti pelaksanaan pengawasan kepala sekolah tidak mempengaruhi sepenuhnya terhadap tingkat disiplin kerja guru.
Dari hasil koefesien korelasi Product Moment yang menghasilkan rhitung sebesar 0,461 kemudian dihasilkan Koefesien Determinasi (KD)
sebesar 23%, dengan demikian pelaksanaan pengawasan kepala sekolah
dapat dijadikan pegangan dan keberanian pemimpin dalam mengambil tindakan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengawasan kepala sekolah dapat meningkatkan disiplin kerja guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Jasinga. Berarti tinggi rendahnya tingkat pengawasan yang dilaksanakan kepala sekolah terhadap guru memiliki korelasi terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Jasinga Kabupaten Bogor.
Alhamdulillah dengan segala kerendahan hati, puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,. Sholawat dan salam tercurah
kepada Baginda Rosulullah SAW, keluarga dan para sahabatnya yang telah
menjadi jalan bagi umatnya dalam menempuh keselamatan.
Penulis menyadari bahwa muatan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna baik penyusunan, penulisan, maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan
keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang penulis miliki.oleh
karena itu saran menuju perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis, untuk
Ayahanda Supardi Nilawidyana dan Ibunda Sri Hastuti, terima kasih atas segala
pengorbananmu yang tiada terbalas, petuah dan kasih sayang yang diberikan
dengan tulus dan ikhlas menjadi bekal dan kekuatan bagi penulis.
Dalam penyelesain skripsi ini , tidak terlepas dari berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan, bimbingan dan dorongan. Dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada .
1. Prof.DR. Dede Rosyada, M.A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK)
2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phill Ketua Jurusan Kependidikan Islam,
Yang sekaligus menjadi pembimbing skripsi atas waktu yang telah
diberikan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan telah menyumbangkan
tenaga, pikiran dan perhatian serta arahan kepada penulis untuk menyusun
skripsi ini.
3. Bapak Drs. H. Mu'arif SAM , M.Pd Ketua Program Studi Manajemen
Pendidikan
4. Bapak dan Ibu Dosen KI-MP yang telah mendidik dan mengajarkan
berbagai disiplin ilmu, serta memacu penulis untuk lebih giat menggali
ilmu pengetahuan dan pengalaman sebanyak-banyaknya.
yang telah meluangkan waktu, memberikan informasi kepada penulis
dalam melaksanakan penelitian
7. Keluarga besar penulis dan adik-adik tersayang yang selalu memberikan
motivasi dan menjadi sumber inspirasi.
8. Saudaraku Teh Anis dan Teh Indah yang telah memberikan bantuan,
motivasi serta informasi kepada penulis
9. Sahabat penulis Agus, Defri, Fahruddin, Fajar, Idzul, Asih, Nining, Ade
dan teman-teman Kelas B KI-MP angkatan 2003 yang selalu memberikan
pencerahan, motivasi, dan informasi.
10. Teman-teman kosan Ridwan, Rijal dan terimakasih atas motivasi dan
kebersamaannya selama ini.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namum tak
mengurangi sedikitpun rasa terima kasih dan penghargaan penulis
Semoga Allah SWT senantiasa membrikan Rahmat dan KaruniaNya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan tersebut di atas.
Semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca, serta
memberikan kontribusi positif bagi bagi dunia pendidikan sekarang dan masa
yang akan datang. Amin.
Jakarta,Januari2011
Penulis
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian... 5
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengawasan ... 6
1. Pengertian Pengawasan ... 6
2. Tujuan Pengawasan ... 8
3. Prinsip-prinsip Pengawasan... 9
4. Sifat dan Waktu Pengawasan... 11
5. Cara-cara Pengawasan... 13
6. Standar Pengawasan... 15
7. Macam-macam Pengawasan... 16
8. Karakteristik Pengawasan yang Efektif ... 17
3. Unsur-unsur Disiplin Kerja ... 21
4. Tugas dan Tanggung Jawab Guru ... 23
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Guru ... 25
C. Kerangka Berfikir ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
B. Pendekatan dan Metode ... 34
C. Populasi dan Sampel ... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ... 35
E. Instrument Pengumpulan Data... 35
F. Kisi-kisi Angket ... 36
G. Teknik Pengolahan Data ... 39
H. Teknik Analisis data dan Pengujian Hipotesis ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Penelitian ... 42
1. Sejarah Singkat M.A. Muhaammadiyah Jasinga ... 42
2. Visi dan Misi M.A. Muhammadiyah Jasinga ... 42
3. Keadaan Guru dan Siswa ... 43
4. Sarana dan Prasarana... 44
B.Deskripsi Data ... 45
C.Pengujian Hipotesis ... 48
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
III : Frekuensi Menyusun Perencanaan
IV : Frekuensi Mengadakan Rapat
V : Frekuensi Asas-asas Pengawasan
VI : Frekuensi Cara Pengawasan
VII : Distribusi Frekuensi Pengawasan Kepala Sekolah
VIII : Frekuensi Disiplin Sekolah
IX : Frekuensi Disiplin Mengajar
X : Frekuensi Disiplin Masyarakat
XI : Distribusi Frekuensi Disiplin Kerja Guru
III : Tabel Sarana dan Prasarana
IV : Kuisioner Pengawasan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja Guru
V : Uji Validitas Instrumen Pengawasan Kepala Sekolah
VI : Uji Validitas Instrumen Disiplin Kerja Guru
VII : Skor Variabel Pengawasan Kepala Sekolah
VIII : Skor Variabel Disiplin Kerja Guru
IX : Perhitungan Distribusi Variabel Pengawasan Kepala Sekolah
X : Perhitungan Distribusi Variabel Disiplin Kerja Guru
XI : Perhitungan Simpangan Baku Variabel Pengawasan Kepala Sekolah
XII : Perhitungan Simpangan Baku Variabel Disiplin Kerja guru
XIII : Perhitungan Koefesien dan Pengujian Hipotesis
XIV : Tabel Nilai Kritis ”r” Product Moment
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan, sosial dan lain sebagainya, telah
berimplikasi terhadap perkembangan sektor pendidikan. Kebutuhan manusia
terhadap pendidikan merupakan hal yang urgen, dimana pendidikan sebagai
dasar bagi seseorang untuk mengetahui berbagai macam pengetahuan. Namun
demikian proses pelaksanaan pendidikan yang selama ini dijalankan masih
belum mendapat perhatian yang maksimal, sehingga pada akhirnya (out put)
pendidikan yang dihasilkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Salah
satu faktor yang menentukan dalam menghasilkan out put pendidikan yang
sesuai dengan apa yang diharapkan adalah keberhasilan guru dalam
mentransfer ilmu.
Proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan
oleh peranan dan kompetensi guru. Oleh karena itu, guru di harapkan dapat
meningkatkan peranan dan kompetensinya. Menurut Adams dan Decey seperti
dikutip oleh Moh. Uzer Usman : “peranan dan kompetensi guru dalam proses
belajar mengajar meliputi banyak hal, antara lain guru sebagai pengajar,
pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor,
perencana, supervisor, motivator, dan konselor”1
Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi lembaga pendidikan
dalam mengelola dan mengatur karyawan dan tenaga pendidik sehingga dapat
bekerja dengan baik dan benar untuk tercapainya tujuan lembaga pendidikan.
Sumber daya manusia di lembaga pendidikan yang dalam hal ini meliputi guru
dan karyawan perlu dikelola secara professional agar terwujud antara
kebutuhan guru dan karyawan dengan tuntutan dan kemampuan lembaga
pendidikan.
Perkembangan lembaga pendidikan sangat tergantung pada kondisi tenaga
pendidik sebagai ujung tombak yang berhadapan langsung dengan peserta
didik. Bila ditilik lebih jauh, rendahnya mutu pendidikan khususnya mutu
peserta didik tidak bisa lepas dari kondisi para pendidik sebagai salah satu
unsur penyelenggara pendidikan. Guru mempunyai peranan yang sangat
penting dan strategis dalam upaya keseluruhan pencapaiaan mutu pendidikan.
Mutu pendidikan dapat dicapai apabila para guru dapat menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya secara profesional. Tenaga pendidik merupakan aset yang
paling penting dan berharga bagi suatu lembaga pendidikan. Karena jika suatu
lembaga pendidikan ingin menghasilkan output (peserta didik) yang berkualitas
maka lembaga pendidikan itu harus memiliki tenaga pendidik yang berkualitas
juga.
Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, guru atau pendidik tidak
terlepas dari peraturan yang mengikatnya, karena itulah maka diperlukan
pengawasan. Dalam sebuah institusi seperti sekolah perlu adanya kegiatan
pengawasan, sebab tanpa pengawasan yang baik suatu sekolah tidak akan
berjalan dengan sempurna dan tepat arah sampai kepada tujuan. Kegiatan
pengawasan merupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai
manajer pendidikan, yaitu melakukan perencanaaan, pengorganisasian,
pelaksanan, pengawasan, merupakan kegiatan oleh kepala sekolah dalam upaya
1
perbaikan dan pengembangan sekoalah agar sampai pada tujuan yang
diharapkan. Salah satu fungsi manajemen yaitu pengawasan, merupakan salah
satu faktor penting yang akan megarahkan kegiatan disekolah dalam mencapai
tujuan yang telah direncanakan. Di sekolah, fungsi pengawasan akan
mengarahkan guru dalam menjalan tugas dan tanggung jawab di sekolah,
sehingga kegiatan akan yang berjalan akan sesuai dengan harapan atau tujuan
sekolah yang telah diencanakan.
Kepala sekolah sebagai manajer mempunyai tugas dan tanggung jawab
yang strategis. Tugas dan tanggung jawab tersebut adalah membangun dan
membina kondisi sekolah seperti guru-guru, pegawai, administrasi dan
sebagainya. Manajer juga melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di antaranya
adalah membangun dan membina perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan.
Dari beberapa fungsi manajemen, kepala sekolah harus dapat melaksanakan
salah satu fungsi manjemen yaitu pengawasan (controlling), Dengan adanya
pelaksanaan pengawasan yang dilaksanakan kepala sekolah, maka kegiatan
guru disekolah akan terarah dan terhindar dari kegiatan yang menyimpang dari
tujuan yang ditetapkan dan direncanakan sebelumnya. Rendahnya kesadaran
guru terhadap tugas dan tanggung jawab menjadi salah satu alasan penting
akan adanya pelaksanaan pengawasan, dengan pelaksanaan pengawasan yang
dilaksanakan kepala sekolah, diharapkan guru dapat menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya secara profesiaonal. Selain itu dengan adanya pelaksanaan
pengawasan, kepala sekolah dapat dengan mudah mengetahui kesalahan yang
terjadi, sehingga dapat melakukan tindakan korektif terhadap kesalahan terjadi.
Peran guru yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah,
menuntut guru harus bekerja dengan disiplin kerja yang tinggi. Namun pada
kenyataannya tingkat kesadaran guru yang rendah terhadap tugas dan tanggung
jawabnya mengakibatkan banyaknya guru yang yang kurang disiplin dalam
bekerja. Dengan demikian perlu adanya pelaksanaan pengawasan oleh kepala
tugasnya sehingga dapat tercapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan
sebelumnya
Masalah di MA. Muhammadiyah Jasinga Kabupaten Bogor adalah
rendahnya pengawasan kepala sekolah, sehingga berpengaruh pada tingkat
disiplin kerja guru menjadi rendah juga, serta kesadaran guru dalam
melaksanakan tugas-tugasnya tidak dipenuhi rasa tanggung jawab. Guru-guru
disekolah tersebut pun banyak melakukan pelanggaran terhadap aturan sekolah
yang berlaku seperti ketepatan waktu dalam proses belajar mengajar,
pembuatan perencanaan mengajar, dan pelaksanaan administrasi kelas, serta
sikap guru dan cara berpakaian guru yang tidak sesuia dengan aturan sekolah.
Atas dasar permasalahan mengenai adanya disiplin kerja guru yang rendah
akibat dari kemampuan manajerial kepala sekolah yang rendah, maka penulis
mencoba melakukan penelitian skripsi dengan judul “HUBUNGAN PENGAWASAN KEPALA SEKOLAH DENGAN DISIPLIN KERJA GURU DI MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH JASINGA KABUPATEN BOGOR”
B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis dapat
mengidentifikasi masalah beberapa masalah yang muncul, sebagai berikut:
a. Rendahnya kompetensi kepala sekolah dalam menjalankan tugas
supervisor
b. Lemahnya pengawasan kepala sekolah terhadap guru dalam
menjalankan tugas mengajar.
c. Kurangnya kesadaran guru akan tugas dan tanggung jawab guru di
sekolah
2. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak menimbulkan keraguan dalam
penafsiran, maka arah penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
a. Pengwasan kepala sekolah tehadap guru dalam menjalankan tugas
mengajar.
b. Tingkat disiplin guru dalam melaksanakan tugas mengajar
3. Perumusan Masalah
Berdasarkam pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas agar
permasalahan yang dibatasi bisa dikaji dan diperoleh kejelasan serta
jawaban yang tepat, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah
“Bagaimana pelaksanaan Pengawasan Kepala Sekolah dan berapa besar
hubungan antara pelaksaan pengawasan kepala sekolah terhadap Disiplin
Kerja Guru di Madarsah Aliyah Muhammadiya Jasinga Kabupaten Bogor”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peranan pengawasan
kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja guru.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis, untuk memberikan wawasan pengetahuan tentang
kemampuan manajerial kepala sekolah kaitannya dengan disiplin kerja.
b. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelas S1 pada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan jurusan KI-Manajemen Pendidikan
Universitas Islam Negeri Jakarta.
c. Bagi para penggerak di lembaga pendidikan untuk lebih menyadari
bahwa kemampuan manjerial kepala sekola dapat meningkatkan
disiplin kerja guru, meningkatkan produktivitas kerja, motivasi dan
kulitas kerja yang baik sehingga akan menghasilkan out put yang
A. Kajian Teori 1. Pengawasan
a. Pengertian Pengawasan
Menurut George R.Terry, Newman dan Henry Fayol yang
dikutip M. Manullang, pengawasan dapat diartikan sebagai suatu
proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksnanakan,
menilainya, dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.2
Adapun menurut LANRI (2003) yang dikutip oleh Hussaini
Usman, pengawasan ialah suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian
apakah pelaksanaan pekerjaan/kegiatan telah dilakukan sesuai dengan
rencana semula.3
Menurut Robert J. Mockler yang dikutip oleh T. Hani Handoko
menyatakan bahwa fungsi pengawasan adalah suatu usaha sistematik
2
Manullang, M.,Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press) h.173
3
Husaini Usman,Manajemen: Teori Prektik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) Edisi ke 2, h. 470
untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan umpan balik,
membandingkan kegiatan dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menetukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan,
serta mengambil tindakankoreksi yang diperlukan untuk menjamin
semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.4
M. Manullang mengatakan bahwa perencanaan berhubungan
erat dengan dengan fungsi pengawasan karena dapat dikatakan rencana
itulah sebagai standar atau alat pengawasan bagi pekerjaan yang
sedang dikerjakan. Demikian pula fungsi pemberian perintah
berhubungan erat dengan fungsi pengawasan karena sesungguhnya
pengawasan itu merupakan follow up dari perintah-perintah yang
sudah dikeluarkan.5
Sedangkan Earl P. Strong yang dikutip oleh Brantas,
mengatakan bahwaControlling is the process of regulating the various
factors in an enterprise according to requirement of itsplans
(pengawasan adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu
perusahaan, agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-ketetapan
dalam rencana).6 Artinya pengawasan mengatur tenaga kerja/pendidik,
mengatur semua kegiatan yang dilaksanakan agar tidak menyimpang
sesuai dengan aturan-aturan yang ada, serta memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang terjadi, sehingga pelaksanaan kegiatan dapat
dilaksanakan sesuai aturan-aturan dan tujuan yang telah ditetapkan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa
pengawasan adalah proses untuk menjaga agar kegiatan terarah
menuju pencapaian tujuan seperti yang direncanakan dan bila
ditemukan penyimpangan-penyimpangan diambil tindakan koreksi.
4
T. Hani Handoko,Manajemen, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta) Edisi ke 2, Cet. Ke 16, h. 360-361.
5
M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen, . . . h. 172
6
b. Tujuan Pengawasan
Dalam rangka meningkatkan disiplin kerja pegawai dengan
tujuan untuk mencapai tujuan organisasi sangat perlu diadakan
pengawasan, karena pengawasan mempunyai beberapa tujuan yang
sangat berguna bagi pihak-pihak yang melaksanakan, sebagai berikut:
1) Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari rencana
2) Melakukan tindakan-tindakan perbaikan (corrective), jika terdapat penyimpangan-penyimpangan(deviasi)
3) Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya 4) Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidakadilan.
5) Mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidakadilan.
6) Mendapatkan cara-cara yang lebih baik atau membina yang lebih baik
7) Menciptakan suasana kterbukaan, kejujuran, partisipasi, dan akuntabilitas organisasi
8) Meningkatkan kelancaran operasi organisasi 9) Meningkatkan kinerja organisasi
10) Memberikan opini atas konerja organisasi
11) Megarahkan manejemen untuk melakukan koreksi atas masalah-masalah pencapaian kinerja yang ada
12) Menciptakan terwujudnya pemerintah yang bersih7
M. Manullang berpendapat bahwa tujuan utama dari
pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi
kenyataan. Untuk dapat benar-benar terealisasi tujuan utama tersebut,
maka pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah dikeluarkan, dan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang
dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-penemuan
tersebut dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya, baik pada
waktu itu maupun waktu-waktu yang akan datang.8
7
Brantas, Dasar-dasar Manajemen, . . . h.190-191
8
Sedangkan Maryngan Masry Simbolon bependapat bahwa
pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh
secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya.9
Dapat disimpulkan bahwa tujuan pengawasan secara umum
adalah menciptakan suatu efisiensi dalam setiap kegiatan dan berusaha
agar apa yang direncanakan dapat menjadi kenyataan, agar
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah dikeluarkan,
dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan
yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan
penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya.
c. Prinsip-prinsip Pengawasan
Agar fungsi pengawasan mencapai hasil yang diharapkan,
maka pimpinan organisasi atau unit organisasi yang melaksanakan
fungsi pengawasan harus mengetahui dan menerapkan Prinsip-prinsip
pengawasan.
Prinsip-prinsip pengawasan menurut M.Manullang sebagai
berikut:
1) Dapat mereflektir sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari kegiatan yang harus diawasi
2) Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan
3) Fleksibel
4) Dapat mereflektir pola organisasi 5) Ekonomis
6) Dapat dimengerti
7) Dapat menjamin diadakannya tindakan korektif.10
Uraian di atas, dapat dipahami bahwa prinsip pengawasan
memberikan gambaran jelas, sehingga kegiatan yang dilaksanakan
sesuai dengan apa yang diharapkan dan ditetapkan. Selain itu
9
Maryngan Masry Simbolon, Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004) h. 62
10
pengawasan harus berjalan harus menyesuiakan dengan sagala
keadaan, seperti peraturan yang berubah, biaya adna yang lainnya.
Maringan Masry Simbolon menguraikan prinsip-prinsip
pengawasan sebagai berikut:
1) Pengawasan berorientasi kepada tujuan organisasi
2) Pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi
3) Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut peraturan-peraturan yang berlaku (wetmatigheid), berorientasi terhadap kebenaran atas prosedur yang telah ditetapkan (rechmatigheid), dan berorientasi terhadap tujuan (manfaat) dalam pelaksanaan pekerjaan (doelmatigheid)
4) Pengawasan harud menjamin daya dan hasil guna pekerjaan.
5) Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti (accurate), dan tepat.
6) Pengawasan harus bersifat terus menerus (continue) 7) Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik
(feed back) terhadap perbaikan dan penyempurnaan dan kebijaksanaan waktu yang akan datang.11
Harold Koontz dan Cyril O’Donnel, mengemukakan asas-asas
pengawasan yang dikutip oleh Malayu S.P Hasibuan sebagai berikut:
1) Asas tercpaianya tujuan (principle of assurance of objective)
2) Asas Efisiensi pengendalian (Principle of efficiency of control)
3) Asas tanggung jawab pengendalian (Principle of control responsibility)
4) Asas pengendalian terhadap masa depan (Principle of future control)
5) Asas pengendalian langsung (Principle of direct control) 6) Asas refleksi rencana (Principle of reflection plans) 7) Asas penyesuaian dengan organisasi (Principle of
organization)
8) Asas pengendalian individual (Principle of individual of control)
9) Asas standar (Priciple of standard)
11
10) Asas pengendalian terhadap strategis (Principle of strategic point control)
11) Asas kekecualian (The Exeption principle)
12) Asas pengendalian fleksibel (Principle of flexibility of control)
13) Asas peninjauan kembali (Principle of review) 14) Asas tindakan (Principle of action)12
Dari uraian di atas, maka dapat dipahami pengawasan akan
berfungsi dengan baik jika menerapkan asas-asas atau prinsip-prinsip
pengawasan yaitu pengawasan harus berlangsung pada
kegiatan-kegiatan yang strategis, pengawasan juga bukan semata-mata untuk
mencari kesalahan tetapi juga mencari atau menemukan kelemahan
dalam pelaksanaan pekerjaan agar pengawas atau manajer mengetahui
dan dapat memperbaiki kelamahan serta melakukan tindakan korektif
terhadap kelemahan yang ada, selain itu pengawasan tidak
menghambat pelaksanaan pekerjaan tetapi harus menciptakan
efisiensi.
d. Sifat Dan Waktu Pengawasan
Sifat Dan Waktu Pengawasan menurut Brantas, sebagai
berikut:
1) Preventive control, adalah pengawasan yang dilakukan
sebelum kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya
penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya.
Preventive control ini dilakukan dengan cara
a. Menentukan proses pelaksanaan
b. Membuat peraturan dan pedoman pelaksaan pekerjaan itu
c. Menjelaskan dan atau mendemonstrasikan cara pelaksanaan pekerjaan itu
d. Mengorganisasi segala macam kegiatan
e. Menetukana jabatan, job description, authority, danresponsibility bagi setiap individu karyawan. f. Menetapkan sistem koordinasi pelaporan dan
pemeriksaan
12
g. Menetapkan sanksi-sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan.
Preventive Control ini adalah pengawasan yang terbaik
karena dilakukan sebelum terjadi kesalahan.
2) Repressive control, adalah pengawasan yang dilakukan
setelah terjadi kesalahan dan pelaksanaannya, dengan
maksud agar tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga
hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.
Repressive control ini dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
a) Membandingkan antar hasil dengan rencana
b) Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari tindakan perbaikannya. c) Memberikan penilaian terhadap palaksanaannya;
jika perlu dikenakan sanksi hukuman kepadanya d) Menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan
yang ada
e) Jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan palaksana melalui training atau education.
3) Pengawasan saat proses dilakukan, jika terjadi kesalahan
segera diperbaiki.
4) pengawasan berkala, adalah pengawasan yang dilakukan
secara berkala, misalnya per bulan, per tahun, per semester,
dan lain-lain.
5) pengawasan mendadak (sidak), adalah pengawasan yang
dilakukan secara mendadak untuk mengetahui apa
pelaksanaan atau peraturan-peraturan uang ada
dilaksanakan atau tidak dilaksankan dengan baik.
Pengawasan mendadak ini sekali-kali perlu dilakukan,
6) Pengamatan melekat (waskat) adalah pengawasan yang
dilakukan secara integratif mulai dari sebelum, pada saat,
dan sesudah kegiatan dilakukakan.13
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dipahami bahwa sifat dan
waktu pengawasan terdiri dari Preventive control, adalah pengawasan
yang dilakukan sebelum kegiatan dilakukan untuk menghindari
terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya dan
Repressive control, adalah pengawasan yang dilakukan setelah terjadi
kesalahan dan pelaksanaannya, dengan maksud agar tidak terjadi
pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang
diinginkan.
e. Cara-cara Pengawasan
Seorang manajer harus mempunyai berbagai cara untuk
memastikan bahwa semua fungsi manajemen dilaksanakan dengan
baik. Hal ini dapat diketahui melalui proses control atau pengawasan.
Adapun cara-cara pengawasan menurut Brantas, sebagai berikut:
1) Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan sendiri secra langsung oleh manajer. Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengetahui apakah dikerjakan dengan benar dan hasil-hasilnya sesuai dengan yang dikehendakinya.
Pengawasan langsung ini dapat dilakukan dengan cara inspeksi langsung, observasi ditempat (on the spot obsemition) dan laporan ditempat(on the spot report)
2) Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan jarak jauh, artinya dengan melalui laporan yang diberikan oleh bawahan. Laporan ini dapat berupa lisan atau tulisan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasil-hasil yang telah dicapai
3) Pengawasan berdasarkan pengecualian adalah pengawasan yang dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang luar biasa dari hasil atau standar yang diharapkan. Pengawasan semacam ini dilakukan dengan cara kombinasi langsung dan tidak langsung oleh manajer.14
13
Brantas.Dasar-dasar Manajemen, . . .h 197- 199
14
Dalam pelaksanaan pengawasan ada beberapa tahapan proses,
Menurut Prajudi Atmosudirjo proses pengawasan terdiri dari beberapa
tahapan, sebaga berikut:
1) Pertama-tama harus ditentukan obyek-obyek pengawasannya 2) Titik-titik atau bagian-bagian yang menentukan (strategis) harus
ditentukan, dan kita jadikancontrol pointsataucntrol centres. 3) Standar, atau kriteria, norma-norma ukuran-ukuran yang akan
dipergunakan dipertegas
4) Pengembangan atau penentuan sistem pengawasan
5) Penetuan prosedur, metode, dan teknik pengawasan yang akan dipergunakan
6) Pengukuran (measurenment) atau penilaian daripada penyelenggaraa (performance)
7) Penentuan deviasi (feedback) dengan jalan membandingkan (comparison) performancedenganstandaradsatau kriteria 8) Analisa dan penentuan sebab-sebab deviasi (apakah
penyelenggaraannya yang tidak betul, apakah rencananya yang tidak tepat)
9) Mengadakan tindakan korektif atau penyembuhan (corrective or remedial action) terhadap performance atau rencana (standars). 10) Kongklusi akhir (bilamana perlu) atau evaluasi15
Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa cara pengawasan
dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, antara lain pengawasan
langsung adalah pengawasan yang dilakukan sendiri secra langsung
oleh pengawas. Pengawas memeriksa pekerjaan yang sedang
dilakukan untuk mengetahui apakah dikerjakan dengan benar dan
hasil-hasilnya sesuai dengan yang dikehendakinya dan Pengawasan
tidak langsung adalah pengawasan jarak jauh, artinya dengan melalui
laporan yang diberikan oleh bawahan. Laporan ini dapat berupa lisan
atau tulisan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasil-hasil yang telah
dicapai.
15
f. Standar Pengawasan
Sebelum kegiatan pengawasan itu dilakukan perlu ditentukan
standar atau ukuran pengawasan. Manullang menggolongkan
jenis-jenis standar pengawasan ke dalam tiga golongan besar, yaitu :
1) Standar dalam Bentuk Fisik (physical standard), adalah semua
standar yang dipergunakan untuk menilai atau mengukur hasil
pekerjaan bawahan dan bersifat nyata tidak dalam bentuk uang.
Meliputi :
a) Kuantitas hasil produksi
b) Kualitas hasil produksi
c) waktu
2) Standar dalam Bentuk Uang, adalah semua standar yang
dipergunakan untuk menilai atau mengukur hasil pekerjaan
bawahan dalam bentuk jumlah uang. Meliputi :
a) Standar biaya
b) Standar penghasilan
c) Standar investasi
3) Standar Intangible, adalah standar yang biasa digunakan untuk
mengukur atau menilai kegiatan bawahan diukur baik dengan
bentuk fisik maupun dalam bentuk uang. Misalnya untuk
mengukur kegiatan bagian atau kepala bagian hubungan
kemasyarakatan atau mengukur sikap pegawai terhadap
perusahaan.16
Maka jelaslah bahwa pengawasan yang dilaksanakan harus
mempunyai standar, yaitu standar dalam bentuk fisik (physical
standard), adalah semua standar yang dipergunakan untuk menilai atau
mengukur hasil pekerjaan bawahan dan bersifat nyata tidak dalam
bentuk uang, standar dalam bentuk uang, adalah semua standar yang
dipergunakan untuk menilai atau mengukur hasil pekerjaan bawahan
dalam bentuk jumlah uang, serta standar intangible, adalah standar
16
yang biasa digunakan untuk mengukur atau menilai kegiatan bawahan
diukur baik dengan bentuk fisik maupun dalam bentuk uang. Misalnya
untuk mengukur kegiatan bagian atau kepala bagian hubungan
kemasyarakatan atau mengukur sikap pegawai terhadap perusahaan.
Sedangkan dilembaga pendidikan atau sekolah, kepala sekolah
sebagai pengawas mempunyai standar pengawasan yang harus sesuai
dengan standar pendidikan yang telah ditentukan. Seperti materi yang
diberikan kepada anak didik harus sesuai dengan kurikilum yang telah
ditetapkan oleh pusat. Kemudian kepala sekolah juga dapat mengawasi
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar setiap hari yang harus
disesuaikan dengan peraturan sekolah yang telah ditatapkan.
g. Macam-macam pengawasan
Ada 4 macam pengawasan, yaitu:
1) Internal control, adalah pengawasan yang dilakukan oleh
seorang atasan kepada bawahannya. Cakupan dari
pengawasan ini meliputi hal-hal yang cukup luas baik
pelaksanaan tugas, prosedur kerja, kedisiplinan karyawan,
dan lain-lainnya.
2) External control, adalah pengawasan yang dilakukan oleh
pihak luar, Pengawasan ekstern ini dapat dilakukan secara
formal atau informal, misalnya pemeriksaan pembukuan oleh
kantor akuntan dan penilaian oleh masyarakat.
3) Formal control, adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
instansi atau pejabat resmi dan dapat dilakukan secara intern
maupun extern. Misalnya; pemeriksaan yang dilakukan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap BUMN dan
lain-lainnya. Dewan komisaris terhadap PT bersangkutan.
4) Informal control, adalah penilaian yang dilakukan oleh
langsung. Misalnya melalui media massa cetak atu elektronik
dan lain-lainnya.17
Dari uaraian di atas dapat pahami bahwa macam-macam
pengawasan terdiri dari Internal control, adalah pengawasan yang
dilakukan oleh seorang atasan kepada bawahannya. Cakupan dari
pengawasan ini meliputi hal-hal yang cukup luas baik pelaksanaan
tugas, prosedur kerja, kedisiplinan karyawan, dan lain-lainnya, dan
External control, adalah pengawasan yang dilakukan oleh pihak luar,
Pengawasan extern ini dapat dilakukan secara formal atau informal,
misalnya pemeriksaan pembukuan oleh kantor akuntan dan penilaian
oleh masyarakat.
Pengawasan di sekolah dapat dilakukan oleh kepala sekolah,
pengawas sekolah sacara langsung ataupun komite sekolah yang telah
dibentuk oleh sekolah.
h. Karakteristik Pengwasan yang Efektif
Pelaksanaan pengawasan yang efektif merupakan salah satu
refleksi dari efektifitas manajerial seorang pemimpin, adapun
pengawasan yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan yang diselenggarakan. Yang dimaksud ialah bahwa teknik pengawasan harus sesuai, antara lain dengan penemuan informasi tentang siapa yang melakukan pengawasan dan kegiatan apa yang menjadi sasaran pengawasan tersebut.
2) Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan adanya deviasi dari rencana.
3) Pengawasan harus menunjukan pengecualian pada titik-titik strategis tertentu.18
Dari uraian di atas, maka dapat dipahami kegiatan pengawasan
yang efektif membutuhkan kriteria yang harus dipenuhi, yaitu
pengawasan harus dititik beratkan pada kegiatan-kegiatan strategis,
harus bersifat ekonomis, artinya biaya pengawasan harus lebih kecil
17
Brantas.Dasar-dasar Manajemen, . . . h 199-200
18
dibandingkan dengan hasilnya, serta sistem pengawasan harus dapat
diterima dan dimengerti oleh semua anggota organisasi.
Dalam pelaksanaan pengawasan disekolah, sasaran harus
pengawasan harus ditetapkan pada kegiatan strategis, misalnya pada
proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan administrasi
sekolah.
2. Disiplin Kerja
a. Pengertian Disiplin Kerja
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Disiplin didefinisikan
sebagai latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala
perbuatannya selalu mentaati tata tertib.19 Sedangkan definisi kerja yaitu pekerjaan melakukan sesuatu.20 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa definisi disiplin kerja yaitu mentaati tata tertib
dalam melakukan sesuatu pekerjaan.
Sedangkan menurut Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala
berpendapat bahwa disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan
para manajer untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya
untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati
semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.21
Menurut Webster’s New World dictionary yang diterjemahkan
oleh oteng sutisna (1985:97) dalam Soeharni Koswara dan Ade Yeti
Nuryentini, mengemukakan pengertian disiplin sebagi berikut:
1) Disiplin adalah pengendalian diri, karakter atau keadaan agar serba teratur dan efisien.
2) Disiplin merupakan hasil latihan pengendalian diri dan prilaku yang tertib
3) Disiplin merupakan sikap menerima atu kapatuhan terhadap kekuasaan atau kontrol
19
Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976) h. 254
20
Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa,Kamus Umum Bahasa. . . .h. 492
21
4) Disiplin adalah upaya menghindari prilaku yang menghukum.22
Disiplin sangat penting artinya bagi kehidupan manusia, karena
itu, disiplin harus ditanamkan secara terus-menerus maka disiplin akan
menjadi kabiasaan. Orang-orang yang berhasil dalam kerjaannya,
umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi, sebaliknya orang yang
gagal ummnuya tidak disiplin.
Disiplin kerja merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi produktifitas kerja, dimana produktifitas merupakan
faktor keberhasilan dari suatu organisasi. Dengan demikian terdapat
keterkaitan antara disiplin kerja dengan produktifitas. Jadi disiplin
adalah salah satu penentu berhasil atau tidaknya tujuan organisasi.
Guru merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
kegiatan belajar mengajar, yang berarti guru bekerja dalam bidang
pendidikan dan pengajaran. Dalam melaksanakan bidang pekerjaannya
agar dapat berhasil, guru dituntut untuk dapat memiliki disiplin kerja.
Sebagian besar guru di Indonesia adalah Pegawai Negeri Sipil.
Sebagai Pegawai Negeri Sipil, maka guru wajib menjalankan disiplin
sebagaimana peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu
peraturan antara lain adalah Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980
tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil antara lain :
1. Peraturan Disiplin Pegawai Negeri sispil adalah peraturan yang mengatur kewajiban, larangan dan sangsi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangannya dilanggar.
2. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan perbuatan pegawai negeri sipil yang melanggar ketentuan peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.
3. Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil karena melanggar peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pejabat yang berwenang menghukum adalah pejabat yang diberi wewenang menjatuhkan disiplin Pegawai Negeri Sipil.23
22
Soeharni Koswara, Ade yeti Nuryantini,Manajmen Lembaga Pendidikan,(Bandung: Patra gading, 2002) h. 159
23
Maka jelaslah dari beberapa pengertian di atas bahwa
istilah disiplin berasal dari bahasa latin yaitu ”Discipline” yang
menunjuk pada kegiatan belajar mengajar, yang berarti mengikuti
orang untuk belajar dibawah pengawasan seorang pemimpin, dalam
kegiatan belajar tersebut bawahan dilatih untuk patuh dan taat pada
peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemimpin. seorang guru wajib
mematuhi peraturan-peraturan yang dibuat oleh atasan karena
mengajak kepada kebaikan dan tidak merugikan baik bagi dirinya baik
secara langsung maupun tidak langsung. Disiplin kerja merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktifitas kerja, dimana
produktifitas merupakan faktor keberhasilan dari suatu organisasi.
Disiplin kerja guru juga merupakan faktor penting dalam
mencapai tujuan sekolah, palaksanaan kegiatan disekolah akan
berjalan lancar jika guru mempunyai tingkat disiplin kerja yang tinggi.
Dengan demikian, tingginya tingkat disiplin kerja guru yang akan
melancarkan dan meningkatkan pelaksanaan kegiatan di sekolah akan
mudah mencapai keberhasilan menuju tujuan sekolah secara optimal.
b. Macam-macam Disiplin Kerja
Ada dua tipe kegiatan pendisiplinan, yaitu:
1) Disiplin Preventive
Adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorang
para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan,
sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah.
Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri di
antara para karyawan.
2) Disiplin korektif
Adalah kegiatan yang diambil untuk menangani
pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk
korektip sering berupa suatu bentuk hukuman dan disebut
tindakan pendisiplinan(disciplinary action).24
Dari dua macam disiplin diatas, pelanggaran-pelanggaran
dapat dicegah dengan disiplin preventip serta dapat dihindari
terulanginya pelanggaran tersebut dengan disiplin korektip.
Dengan demikian masing-masing macam disiplin diatas
mempunyai peran berbeda dan dengan kelebihannya
masing-masing.
Disiplin preventive disekolah dapat dilaksanakan dengan
membuat peraturan-peraturan, sehingga guru dan karyawan
atau tenaga adminitrasi dapat melaksanakan tugasnya dengan
berpdoman pada peraturan sekolah yang berlaku, sehingga
terhindar dari kesalahan yang menyimpang dari tujuan sekolah
yang ditetapkan. Sedangkan disiplin korektif di sekolah
dilakukan dengan memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh
guru dengan memberikan bantuan dan arahan agar tugas guru
yang akan dilaksanakan salanjutnya sesuai dengan peraturan
dan menuju tujuan sekolah yang ditetapkan.
c. Unsur-unsur Disiplin
Disiplin sebagai upaya pengembangan untuk guru berprilaku
sesuai dengan aturan dan norma yang diterapkan oleh masyarkat
mempunyai 5 unsur yaitu :
1) Peraturan
Salah satu unsur pokok disiplin adalah peraturan.
Peraturan adalah ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
untuk menata tingkah laku seseorang dalam suatu
kelompok, organisasi, institusi dan komunitas.
24
2) Kebiasaan-kebiasaan
Kebiasaan-kebiasaan ada yang bersifat tradisional
dan ada pula yang bersifat modern. Kebiasaan tradisional
dapat berupa kebiasaan menghormati dan memberi salam
kepada orang tua. Sedangkan yang besifat modern berupa
kebiasaan bangun pagi, menggosak gigi, dan sebagainya.
3) Hukuman
Hukuman terjadi karena kesalahan, perlawanan atau
pelanggaran yang disengaja. Ini berarti bahwa orang itu
mengetahui bahwa perbuatan itu salah namun masih
dilakukan.
4) Penghargaan
Penghargaan adalah unsur disiplin yang sangat
penting dalam pengemabangan diri dan tingkah laku.
Penghargaan tidak harus berupa materi tetapi juga dapat
berupa kata-kata pujian atau senyuman.
5) Konsistensi
Unsur kelima dari disiplin adalah konsistensi dalam
berbagai aturan dan pelaksanaannya. Konsistensi
menunjukan kesamaan dalam isi dan penerapan sebuah
aturan. Konsistensi terhadap aturan harus ada diantara
semua pihak yang menjalankan aturan tersebut.25
Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa unsur disiplin
antara lain adalah peraturan yaitu ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan untuk menata tingkah laku seseorang dalam suatu kelompok,
organisasi, institusi atau komunitas. Kemudian unsur Hukuman yaritu
karena kesalahan, perlawanan atau pelanggaran yang disengaja. Ini
berarti bahwa orang itu mengetahui bahwa perbuatan itu salah namun
masih dilakukan.
25
d. Tugas dan tanggung Jawab Guru
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai seoarng pendidik
profesional sangat banyak yang tidak terbatas pada kegiatan belajar
mengajar saja. Guru juga bertugas sebagai evaluator, administrator,
konselor dan lain-lain.
Guru yang profesional akan lebih cakap menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih
mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada
tingkat yang memuaskan.
Ada empat macam tugas atau peran guru dalam proses belajar
mengajar yaitu sebagai berikut:
1) Guru Sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagi demonstrator, lecturer
atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan
atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta
senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuan dlam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini
akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh
sisiwa.
2) Guru Sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning
manager), guruhendaknya mampu mengelola kelas sebagai
lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan
sekolah yang perlu diorganisasi.
Tujuan umun pengelolaan kelas ialah menyediakan
dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam
kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang
baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan
kemampuan sisiwa dalam menggunakan alat-alat belajar,
bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.
3) Guru Sebagai mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media
pendidikan karena media pendidikan merupakan alat
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu
mengusahakan sumber belajaryang berguna serta dapat
menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar,
baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun
surat kabar.
4) Guru Sebagai Evaluator
Kalau kita perhayikan dunia pendidikan, akan kita
ketahui bahwa setiap jenis pendidikan atau bentuk
pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu peiode
pendidikan orang selalu mengadakan evaluasi, artinya pada
waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan,
selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah
dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun pihak pendidik
Demikian pula dalam satu kali proses belajar
mengajar guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang
baik. Kegiatan ini dimakksudkan untuk mengetahui apakah
tujuan yang telah dirumuskan iut tercapai atau belum, dan
apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua
pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegaiatan
evaluasi atau penilaian.26
26
Hal lain yang dikemukakan oleh Moh. Uzer Usman yang
menjadi tugas dan tanggung jawab guru adalah:
1. Keterampilan menyusun rencana pengajaran
a. Kemampuan merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar
b. Kemampuan merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran
c. Kemampuan merencanakan pengeloaan kelas
d. Kemampuan menggunakan alat dan media pengajaran 2. keterampilan melaksankan preosedur mengajar
a. Kemampuan memulai pengajaran b. Kemampuan mengelola KBM
c. Kemampuan mengorganisasi waktu, sisiwa dan fasilitas belajar d. Kemampuan menilai proses dan hasil mengajar
e. Kemampuan mengakhiri pelajaran 3. Keterampilan berkomunikasi antar pribadi
a. Kemampuan untuk mengembangkan sikap positif pada diri murid
b. Kemampuan untuk bersikap terbuka dan luwes terhadap siswa atau orang tua
c. Menunjukan kegairahan dan kesungguhan dalam mengajar d. Kemampuan mengelola interaksi prilaku di dalam kelas.27
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tugas guru bukan
hanya mengajarkan ilmu yang dimiliki, tetapi juga sebagai fasiitator
yang menyediakan kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk
melakukan kegiatan belajar Guru besar juga mengelola ilmu itu
sendiri, sebagai pembimbing yang membantu siswa kesulitan dalam
proses pembelajaran, sebagai manajer yang memipin kelompok sisiwa
dalam kelas sehingga proses pembelajarn berhasil.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Guru
Agar seseorang dapat melaksanakan disiplin maka pemimpin
harus memperhatikan beberapa faktor. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat disiplin kerja adalah:
27
1) Besar kecilnya pemberian kompensasi
Besar kecilnya kompensasi mempengaruhi tegaknya
disiplin. Para karyawan akan akan mematuhi segala
peraturan yang berlaku bila ia merasa mendapat jaminan
balas jasa yang setimpal dari jerih payahnya yang telah
dikontribusikan bagi perusahaan
2) Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan
Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena
dalam lingkungan perusahan, semua karyawan akan selalu
memerhatikan bagaimana pimpinan dapat menegakan
disiplin dirinya dan bagaimana ia dapat mengendalikan
dirinya dari ucapan, perbuatan, dan sikap yang dapat
merugikan aturan disiplin yang sudah ditetapkan.
3) Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan
Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana
dalam perusahaan, bila tidak ada aturan tertulis yang pasti
untuk dapat dijadikan pegangan bersama. Disiplin tidak
mungkin ditegakan bila peraturan yang dibuat hanya
berdasarkan instruksi lisan yang dapat berubah-ubah sesuai
dengan kondisi dan situasi.
4) Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan
Bila ada karyawan yang melanggar disiplin, maka
perlu ada keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan
yang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dibuatnya.
5) Ada tidaknya pengawasan pimpinan
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan perlu ada pengawasan, yang akan mengarahkan
para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan
6) Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan
Karyawan adalah manusia yang mempunyai
perbedaan karakter antara yang satu dengan yang lain.
Seorang katyawan tidak hanya puas dengan penerimaan
kompensasi yang tinggi, pekerjaan yang menantang, tetapi
mereka juga membutuhkan perhatian yang besar dari
pimpinannya sendiri.28
Usaha peningkatan disiplin kerja guru, dapat
dilakukan dengan cara memberikan dan memenuhi
kebutuhan guru seperti memberikan kompensasi yang
sesuai dengan jerih payah, kebutuhan atau biaya hidup
sekarang. Selain itu kepala sekolah menjadi dapat
meningkatkan disiplin kerja guru dengan memberikan
teladan kepada guru, mengawasi kegiatan yang
dilaksanakan guru, membuat peraturan sekolah, mengambil
tindakan atau keputusan terhadap pelanggaran yang
dilakukan oleh guru dan memberikan perhatian kepada guru
sebagai motivasi dalam meningkatkan disiplin kerja.
Upaya peningkatan disiplin diri guru sebagai komitmen perlu
dilaksanakan karena faktor-faktor berikut:
1) Dengan disiplin semua kegiatan yang diselenggarakan guru dalam proses kerja akan terarah, tertib dan teratur, sehingga tujuan yang diharapkan tercapai secara optimal
2) Dengan disiplin kreativitas guru terpusat kesatu arah dan tujuan yang tepat
3) Dengan disiplin menjadikan hal yang dilakukan menghasilkan sesuatu yang berguna
4) Dengan disiplin semua kegiatan guru akan lebih meningkatkan kualitasnya, karena guru tersebut akan lebih peka terhadap pengaruh hal-hal yang sifatnya negatif 5) Dengan disiplin semua kegiatan dalam kerja bisa
dilaksanakan secara efektif dan efisien
28
6) Dengan disiplin semua kegiatan guru dalam proses kerja yang sedang berlangsung dapat memberikan suasana yang menyenangkan dan merangsang aktivitas
7) Suasana dan situasi kerja yang diselenggarakan secara berdisiplin mudah mengarahkan kepada tujuan yang hendak dicapai.29
Disiplin kerja guru disekolah seperti dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar, yaitu dengan membuat perencanaan
sebelum mengajar, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan dengan efektif. Selain itu disiplin mempunyai
dampak positif bagi suasana kerja dengan menularkan hal positif
kepada guru yang mempunya tingkat disiplin kerja yang rendah.
Rendahnya produktivitas tenaga kependidikan disekolah baik
dalam mengikuti aturan dan tata tertib sekolah, maupun dalam
melakukan pekerjaannya sangat erat kaitannya dengan masalah
disiplin. Oleh karena itu, dalam menumbuhkan kepala sekolah
profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan disekolah
diperlukan adanya peningkatan disiplin untuk menciptakan iklim
sekolah yang lebih kondusif dan dapat memotivasi kerja, serta
menciptakan budaya kerja dan budaya disiplin tenaga kepndidikan
dalam melakukan tugasnya disekolah.30
Dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi disiplin kerja guru adalah faktor kepemimpinan
karena dalam mencapai tujuan efektif, kepala sekolah sebagi pemimpin
harus berusaha dengan segala potensi yang dimilikinya untuk
menggerakan dan mempengaruhi guru-gurunya agar dapat bekerja
dengan disiplin yang tinggi dan faktor pengawasan atau controlling
sangat penting dalam usaha mendapatkan disiplin kerja yang tinggi.
Pengawasan hendaknya dilaksanakan secara efektif, jujur dan objektif.
Untuk menegakan disiplin kerja guru perlu dilaksanakan pengawasan
29
A. Tabrani Rusyan dan Wasmin, Etos Kerja: Dalam Meningkatkan Produktivitas Kinerja Guru,(Tangerang: Intimedia, 2008) h. 34
30
yang sifatnya memebantu setiap personil guru agar selalu
melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
B. Kerangka Berfikir
Untuk menjawab penelitian ini, terutama yang terkait dengan variabel
X (pengawasan) dan Y (disiplin kerja guru) maka penelitian ini akan
mengadopsi teori Drs. Brantas, M.Pd dalam buku ”Dasar-dasar Manajemen,
tentang tujuan pengawasan yang dirumuskan sebagai berikut :
Pengawasan bertujuan untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah
berjalan sesuai dengan rencana, sesuai dengan instruksi dan telah berjalan
efisien. Selain itu pengawasan bertujuan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan
dan kelemahan-kelemahan dalam kegiatan, serta untuk mencari jalan keluar
bila ada kesulitan, kelemahan atau kegagalan kearah perbaikan.
Sedangkan untuk teori disiplin mengadopsi pandangan/konsep teori Edy
Sutrisno dalam buku ” Manajemen Sumber daya Manusia” yang dirumuskan
sebagai berikut :
1) Faktor kepemimpinan yaitu mencapai tujuan efektif, kepala sekolah
sebagai pemimpin harus berusaha dengan segala potensi yang dimilikinya
untuk menggerakan dan mempengaruhi guru-gurunya agar dapat bekerja
dengan disiplin yang tinggi. 2) Faktor Kebutuhan yaitu terpenuhinya
kebutuhan ekonomis, psikologis, sosial dan yang lainnya akan merangsang
kinerja pegawai/guru. 3) Faktor pengawasan yaitu untuk menegakan disiplin
kerja guru perlu dilaksanakan pengawasan yang sifatnya membantu setiap
personil guru agar selalu melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab masing-masing.
Dalam pendidikan tentunya tidak akan terealisasi dengan baik tanpa
adanya kerja sama antara satu dengan yang lainnya. Antara komponen tersebut
harus bekerja secara sinergi untuk menghasilkan sesuatu yang dicita-citakan.
Diantara komponen-komponennya adalah manajemen dan guru.
Selain kegiatan manajemen. Pelaksanaan pendidikan tentunya tidak
terlepas juga dari beberapa komponen pendukung. Adapun pendukung
terpenting dalam sebuah institusi pendidikan adalah guru, dimana guru juga
Fungsi guru meliputi mendidik, mengajar melatih, mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan mengembangkan
pengetahuan dan teknologi. Fungsi guru akan berjalan dengan baik jika
didukung pula oleh manjemen yang baik pula, artinya apabila fungsi
manjemen berjalan baik maka akan menghasilkan kedisiplinan yang
maksimal.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka kepala sekolah harus
bisa menjalankan tugas dan fungsinya dengan efektif dan efisien supaya
semua tujuan sekolah yang menjadi tuntutan masyarakat dapat tercapai. Kalau
tidak, jika sekolah tidak dapat memenuhi tuntutan masyarakat dan
perkembangan era globalisasi, sekolah tersebut akan kehilangan fungsinya
sebagai tempat menghasilkan agen-agen perubahan yang berkualitas di masa
yang akan datang.
Pada kenyataan yang ada, pengawasan yang lemah, pengawasan yang
tidak rutin, pengawasan yang kurang sesuai dengan perencanan dan
pengawasan yang tidak melakukan tindakan korektif dilaksanakan kepala
sekolah berpengaruh pada tingkat disiplin kerja dan tanggung jawab guru,
seperti kurangnya disiplin kerja guru, kurangnya persiapan mengajar, datang
terlambat waktu menjalankan tugas mengajar, dan tidak menyelesaikan
administrasi kelas dan sekolah secra teratur. Artinya pengawasan yang
berjalan dengan baik akan memberikan dampak positif terhadap tingkat
disiplin kerja guru, karena guru akan menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya dengan penuh disiplin. Karena jika guru melakukan keasalahan akan
dengan cepat diketahui oelh kepala sekolah sebagai pengawas dan diberikan
teguran atau hukuman yang sesuai terhadap kesalahan yang dilakukan.
Kepala sekolah sabagai pemimpin seharusnya dalam praktik
sehari-hari dapat melaksanakan fungsinya secara efektif sehingga tingkat disiplin
guru yang tinggi dapat tercapai. Dalam hal ini, kualitas kepala sekolah pada
saat ini belum seperti yang diharapkan. Hal ini terjadi disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti sumber daya manusia yang berperan sebagai pemikir,
tujuan, dan koordinasi sebagai mekanisme dan strategi. Hal ini antara lain
disebabkan oleh lemahnya kompetensi kepala sekolah.
Pengawasan yang efektif dari kepala sekolah serta tingginya tingkat
disiplin kerja guru adalah hal yang diharapkan, adapun strategi-strategi teknis
yang diharapkan dapat dicapai dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut
sebagai berikut :
1. Peningkatan kompetensi melalui pelatihan manajerial kepala sekolah atau
pelatihan-pelatihan lain yang relevan dan pengembangan kinerja guru agar
lebih bertanggung jawab dalam menjalankan tugas mengajar
2. Melanjutkan jenjang pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi untuk
menambah wawasan teoritis dan praktis kepala sekolah
3. Program studi banding dan program lain untuk menambah referensi
konsep dan implementasi pendidikan di tempat lain.
4. Reward and Punishment untuk menambah motivasi dan untuk mengatur
guru agar mau menjalankan peraturan sekolah.
5. Penugasan kepada guru dalam meningkatkan kinerja guru
6. Mengoptimalkan fungsi komite sekolah yang dapat menjadi pengawas
GAMBAR KERANGKA FIKIR
Kondisi pengwasan dan disiplin kerja
v Pengawasan §Lemah §Tidak rutin
§Kurang sesuai dengan perencanan
§Tidak melakukan tindakan korektif
v Disiplin kerja guru §Kurang
§Tidak malakukan persiapan mengajar
§Datang terlambat waktu menjalankan tugas mengajar §Tidak menyelesaikan
administrasi kelas dan sekolah secra teratur
Masalah pengwasan dan disiplin kerja
Kurang kompetennya kepala sekolah
Strategi
§Pelatihan manajerial dan peningkatan kinerja guru §Melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi
§Studi banding ke sekolah lain §Reward and punishment §Penugasan guru mewakili
kepala sekolah
Hasil
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini penulis laksanakan dan mengambil lokasi di Madrasah
Aliyah Muhammadiyah Jasinga Kabupaten Bogor.
Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada maret
sampai dengan bulan oktober 2010.
B. Pendekatan dan Metode
Metode ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk metode
survei. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian lapangan
(Field research) dimana penulis mengumpulkan dan menganalisa data-data
yang berkaitan dengan manajerial kepala sekolah dan disiplin kerja guru,
sehingga antara pengertian dan teori yang ada dapat di buktikan relevansinya.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penilitian ini adalah seluruh guru di MA.
Muhammadiyah Jasinga Kabupaten Bogor yang berjumlah 20 orang guru
2. Sampel
Sampel penelitian ini berupa random sampling. Karena jumlah
populasi kurang dari 100, maka besar sampel sama dengan jumlah
populasi yaitu 20 orang guru yang ada atau sampel populasi, penulis
mengambil jumlah seluruhnya untuk dijadikan sampel.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data atau informasi yang berkenaan dengan
penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa macam teknik
pengumpulan data yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keperluan
informasi yang ingin dicari.
1. Observasi. Adapun teknik ini digunakan untuk mengetahui keadaan dan
kondisi MA. Muhammadiyah Jasinga Kabupaten Bogor, baik secara fisik
(sarana prasarana), struktur organisasi, proses pendidikan, keadaan siswa
dan guru yang terkait erat dengan penelitian yang dilakukan
2. Angket. Teknik ini digunakan untuk menggali data tentang pendapat atau
pandangan responden terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah
dalam peningkatan disiplin kerja guru.
3. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat
data-data yang sudah ada
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket yang berisi sejumlah pertanyaan/pernyataan yang
menyatakan objek yang hendak diungkap yaitu korelasi antara Pengawasan
kepala sekolah dengan disiplin kerja guru di MA Muhammadiyah Jasinga
Kabupaten Bogor. Instrumen penelitian sebelum digunakan untuk
memperoleh data-data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba agar
a. Uji Validitas
Uji validitas sering diartikan dengan keshahihan. Suatu alat ukur
disebut memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut isinya layak
mengukur objek yang seharusnya diukur dan sesuatu dengan kriteria
tertentu. Artinya adanya kesesuaiaan antara alat ukur dengan fungsi
pengukuran dan sasaran pengukuran. Selain itu untuk mendapatkan
instrumen yang valid dilakukan uji coba atau try out.
[image:49.612.133.530.117.715.2]F. Kisi-kisi Angket
Table 1
Kisi-kisi Angket Variabel Pengawasan Kepala Sekolah
Variabel Indikator No item
Pelaksanaan
pengawasan kepala
sekolah dalam
melaksanakan fungsi
manajemen
1. Tujuan pengawasan
a) Mengawasi kagiatan agar
tidak menyimpang dari tujuan
atau rencana
b) Melakukan tindakan
perbaikan atau korektif pada
kegiatan yang menyimpang
2. Prinsip-prinsip pengawasan
a) Melakukan pengawasan secar
objektif
b) Melakukan pengawasan
secara terus-menerus
c) Memberikan pengarahan dan
bimbingan agar
mempermudah dalam
pencapain tujuan
1
2
3
4
3. Sifat dan Waktu pengawasan
a) Melakukan pengawasan
secara prevevtive
b) Melakukan pengawasan
represive
c) Melakukan pengawasan
berkala
d) Melakukan pengawasan
mendadak (SIDAK)
e) Melakukan pengawasan
melekat (waskat)
4. Cara pengawasan
a) Pengawasan langsung
b) Pengawasan tidak langsung
c) Pengawasan berdasarkan
pengecualian
d) Pengawasan informal
6,7,8,9,10
11,12,13
14
15
16
17
18
19
20
Tabel 2
Kisi-kisi Angket Variabel Disiplin Kerja Guru
Variabel Indikator No item
Disiplin Kerja Guru 1. Unsur-unsur disiplin
a) Peraturan
b) Hukuman
c) Penghargaan
2. Tugas dan tanggung jawab guru
a) Guru sebagai demonstrator
b) Guru sebagai pengelola
kelas
c) Guru sebagai mediator dan
fasilitator
d) Guru sebagai evaluator dan
penilai hasil belajar siswa
e) Kemampuan membuat
perencanaan dan persiapan
mengajar.
f) Penguasaan materi yang
akan diajarkan kepada
siswa
g) Penguasaan metode dan
strategi mengajar
1
2
3
4
5
6,7
8,9
10,11,12
13,14,15
16,17,18,19
G. Teknik Pengolahan Data
Untuk mendapatkan gambaran atau hasil dari penelitian, penulis
membuat teknik-teknik untuk mendapatkan kemudahan dalam pengolahan
data, yaitu:
a. Editing, yaitu dengan memeriksa kelengkapan dan pengisian angket
yang berhasil dikumpulkan.
b. Coding, dalam hubungan dengan pengolahan data dengan
menggunakan komputer.
c. Skoring,dengan memberikan nilai pada setiap jawaban angket. Dalam
hal ini penskoran atas angket ini merujuk pada empat alternatif
jawaban, sebagai berikut:
Skoring alternatif Jawaban ALTERNATIF
JAWABAN
NILAI ITEM Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang- kadang (KD)
Pernah (P)
Tidak pernah (TP)
5
4
3
2
1
d. Tabulasi, merupakan bagian terakhir dari pengolahan data. Dengan
memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka
sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagi kategori
H. Analisis Data, dan Pengujian Hipotesis
Penggunaan teknik analisis data ini disesuaikan dengan tujuan yang
ingin dicapai, yaitu untuk mengetahui korelasi antara kemampuan
manajerial kepala sekolah dengan disiplin kerja guru di Madrasah Aliyah
1) Pengajuan Hipotesis
Dalam penelitian ini penulis menggunakan rumusan korelasi
Product Moment. Dengan rumus sebagai berikut:
r
xy=
[
(
)
][
(
)
]
)
).(
(
2 2 2 2y
y
N
x
x
N
y
x
xy
N
Σ
−
Σ
Σ
−
Σ
Σ
Σ
−
Σ
Keterangan:rxy = Angka Indeks “r”Product Moment
N = Banyaknya subyek (Number Of Case)
∑
ΧΥ= Jumlah hasil perkalian antara skor X dengan skor Y∑
Χ = Jumlah seluruh skor X∑
Υ = Jumlah seluruh skor YSelanjutnya untuk memberikan interpretasi koofisien
terhadap rxy atau ro digunakan pedoman interpretasi koefisien
[image:53.612.148.538.55.425.2]korelasi, seperti sudah tertera pada tebel interpretasi nilai “r”31
Tabel Interpretasi Nilai “r”
Besarnya nilai r Interpretsi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00
Antara 0,600 sampai dengan 0,800
Antara 0,400 sampai dengan 0,600
Antara 0,200 sampai dengan 0,400
Antara 0,000 sampai dengan 0,200
Tinggi Cukup Agak rendah Rendah Sangat rendah (Tak berkolerasi) 31
2) Interpretasi menggunakan tabel nilai “r” yaitu: df = N – nr. Hasilnya
dikonsultasikan pada tabel “r” Product Moment dari Pearson untuk
df taraf signifikansinya 1% dan 5%
Mencari kontribusi variabel X dan variabel Y dengan rumus sebagai
A. Gambaran Umum Penelitian