• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi hizbullah dalam merespon serangan Israel ke Libanon Selatan tahun 2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi hizbullah dalam merespon serangan Israel ke Libanon Selatan tahun 2006"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI HIZBULLAH DALAM MERESPON

SERANGAN ISRAEL KE LIBANON SELATAN

TAHUN 2006

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.sos)

Oleh:

Dyah Swantantri

106083002803

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

STRATEGI HIZBULLAH DALAM MERESPON SERANGAN ISRAEL KE LIBANON SELATAN TAHUN 2006

Oleh Dyah Swantantri

106083002803

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal tanggal 20 Desember 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.

Ketua Sekretaris

Agus Nilmada Azmi M.si Agus Nilmada Azmi, M.Si NIP: 197808042009121002 NIP: 197808042009121002

Penguji I Penguji II

Drs. Aiyub Mochsin, M.A Ahmad Alfajri, M.A NIP: 020021540 NIP:

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 20 Desember 2013.

Ketua Program Studi Hubungan Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kiky Rizky, M.Si

(5)
(6)

v ABSTRAK

Skripsi ini membahas mengenai strategi Hizbullah dalam merespon serangan Israel ke Libanon Selatan tahun 2006. Tujuan penelitian ini adalah memahami strategi yang digunakan oleh Hizbullah dalam menghadapi serangan Israel ke Libanon selatan tahun 2006. Penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka. Kerangka pemikiran yang digunakan adalah konsep strategi, perang asimetris, dan ideology. Penulis menyimpulkan, bahwa perang yang terjadi antara Israel dengan Hizbullah tahun 2006 telah memakan banyak korban jiwa, kehancuran infrastruktur, dan kerusakan Lingkungan baik dipihak Israel maupun Libanon. Dalam perang tahun 2006 kali ini, tidak ada satu pun orang di dunia yang dapat mengira bahwa Hizbullah akan memenangkan pertempuran ini. Ini dikarenakan yang dihadapi oleh Hizbullah adalah Israel. Sebagaimana diketahui oleh banyak orang, Israel memiliki kekuatan militer dengan reputasi tempur yang sudah terkenal di dunia. Dari segi persenjataan yang dimiliki oleh Israel, tidak seimbang dengan yang dimiliki oleh Hizbullah. Israel memiliki persenjataan yang berteknologi mutakhir serta berkapasitas tidak terduga. Dari roket, rudal, tank, pesawat tempur, helikopter, kapal perang, artileri senapan, hingga bom dimiliki oleh Israel. Sedangkan Hizbullah, hanyalah salah satu partai yang berkuasa di Libanon yang memiliki pasukan tidak lebih dari 6000 jiwa. Persenjataan yang dimiliki Hizbullah hanya sebatas roket, rudal, senjata anti tank, senjata anti kapal, dan kekuatan dari media massa. Dengan demikian, perang tahun 2006 kala itu dikatakan sebagai perang asimetris. Namun, fakta yang terjadi di lapangan dan logika pemikiran tidak dapat disatukan. Hasilnya, dengan kecerdasan dan strategi perang yang direncanakan secara matang, serta dukungan dari penduduk Libanon, Hizbullah dapat mencapai kemenangan. Hizbullah telah mengukir kemenangan dengan menghancurkan tank-tank dan pesawat tempur yang menjadi andalan Negara Israel. Ini menuai simpati dari masyarakat internasional dan memberikan inspirasi kepada Negara-Negara Arab lainnya.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robill’aalamiin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah

SWT serta junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “STRATEGI HIZBULLAH DALAM MERESPON SERANGAN

ISRAEL KE LIBANON SELATAN TAHUN 2006”.

Sebelum mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang berjasa selama dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis terlebih dahulu mengatakan bahwa semua ini tidak akan terwujud tanpa adanya kerja keras, do’a dan cita-cita di masa depan yang menjadi motivasi utama dalam penyelesaian belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sangat menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik dalam bentuk waktu, tenaga, ide dan pemikiran. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

(8)

vii

2. Bapak Prof. Dr. Bachtiar Effendy selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. 3. Bapak Kiky Rizky, M. Si selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.

4. Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Serta sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, masukan serta motivasi yang sangat berharga hingga selesainya penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Armein Daulay M.Si, selaku Dosen di Jurusan Hubungan Internasional. Serta dosen yang selalu memberikan semangat, ilmu, waktu, tenaga, buku-buku, dan motivasi yang sangat berharga kepada penulis, hingga penulisan skripsi ini selesai. Terima kasih untuk semua yang bapak berikan kepada penulis.

6. Ibu Mutiara Pertiwi MA, selaku Dosen di Jurusan Hubungan Internasional. Serta dosen yang selalu memberikan semangat, ilmu, waktu, tenaga, dan motivasi yang sangat berharga kepada penulis, hingga penulisan skripsi ini selesai. Terima kasih untuk semua yang ibu berikan kepada penulis.

(9)

viii

8. Seluruh Bapak / Ibu Dosen Jurusan Hubungan Internasional (HI), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mengajarkan berbagai ilmu dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswi HI.

9. Keluarga besar penulis yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Terima kasih kepada kakak (a’Subhan, a’Ade, a’Derry, Indah), tante, dan semua sanak saudara yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Terima kasih atas dukungan semangat dan do’a kalian selama ini kepada

penulis. Spesial untuk Mas Dennis yang selalu memberikan dukungan, baik materil, semangat, cinta, dan kasih sayang kepada penulis, Jazakallah khairan katsiran.

10.Sahabat-sahabat terbaik penulis. Tini, wati, nita, Qory, Desty, Diah, Astryd, Christa, Dian, Atik, Kismayeni, Desy, Nanda, Hendrawan, Irvan, Yeni dan sahabat- sahabat Hubungan Internasional angkatan 2006 lainnya yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi dengan segala bantuan baik dalam bentuk tukar pikiran. Terimakasih, semoga Allah membalas kebaikan kalian semua dengan pahala.

(10)

ix

12.Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan kedepannya.

Jakarta, 06 Desember 2013

(11)

x DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

ABSTRAK ...v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR ARTI SINGKATAN ...xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Pernyataan Masalah ...1

B. Pertanyaan Penelitian ...6

C. Tujuan dan Manfaat ...6

D. Tinjauan Pustaka ...6

(12)

xi

E.1. Strategi ...8

E.2. PerangAsimetris ...11

E.3. Ideologi ...14

F. Metode Penelitian ...17

G. Sistematika Penulisan ...19

BAB II Konflik Libanon Selatan ...21

A. Libanon Selatan Dalam Konflik Libanon dan Israel ...21

B. Sejarah Berdirinya Hizbullah ...29

B.1. Sejarah Konflik Israel-Hizbullah ...32

BAB III Serangan Israel ke Libanon Selatan Tahun 2006 ...34

A. Latar Belakang Serangan ...34

B. Perang Asimetris Hizbullah dengan Israel ...35

C. Peran Hizbullah di Libanon ...40

D. Kerusakan dan Korban ...43

D.III.1. Di Pihak Israel ...43

D.III.2. Di Pihak Libanon ...44

E. Gencatan Senjata ...46

BAB IV Analisa Strategi Hizbullah Dalam Menghadapi Serangan Israel ke Libanon Selatan (periode 12 Juli- 15 Agustus 2006) ...51

(13)

xii

A.1. Kepercayaan Pada Islam ...51

A.2. Kepercayaan Pada Ulama yang Berada dalam Konsep Wali Al-Faqih ...52

A.3. Jihad ...55

B. Strategi Hizbullah dalam Menghadapi Serangan Israel ...57

B.1. Operasi Roket Jarak Dekat-Jauh Kumulatif Hizbullah Vs Serangan Udara Israel ...58

B.2. Strategi Squental Hizbullah Vs Serangan Darat Gabungan Israel ...62

BAB V PENUTUP ...66

KESIMPULAN ...66

DAFTAR PUSTAKA ...68

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel III. B. 1 Personel Israel vs Hizbullah ... 36

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Peta Negara Libanon... 21

(16)

xv

DAFTAR ARTI SINGKATAN

AMAL Afwaj al-Muqawwamah al-Lubnaniyah ATGM Anti Tank Guide Missile

CIA Central Intelligence Agency DK PBB DewanKeamanan PBB GBU Guided Bomb Unit IDF Israel Defence Force

INSS Institute for National Security Studies LAF Lebanese Armed Force

MK Merkava

MRLS Multiple Launch Rocket System PLO Palestine Liberation Organization PBB PerserikatanBangsa-bangsa RPG Rocket Propelled Grenade Sekjen SekertarisJenderal

UNIFIL United Nations Interim Force in Lebanon

UN United Nations

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Struktur Komando Hizbullah

Lampiran II : Gambar Roket dan Rudal Hizbullah

Lampiran III : Zona Peluncur Roket Hizbullah

Lampiran IV : Dampak kerusakan lingkungan di Libanon

Lampiran V : Persenjataan Israel

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Libanon merupakan salah satu Negara1 yang kerap menjadi target serangan Israel sejak tahun 1978. Konflik diantara Israel dan Libanon bermula pada tahun 1978, ketika Palestine Liberation Organization (PLO) terusir dari Negara Yordania dan menjadikan Libanon Selatan sebagai tempat pengungsian (Tur 2006:110). PLO kerap melakukan serangan roket ke wilayah Israel yang dilakukan dari wilayah Libanon Selatan. Ini dilakukan sebagai balasan atas pengambilan wilayah Palestina oleh Negara Israel. Setelah itu, Israel melakukan invasi ke Lebanon Selatan pada 14 Maret 1978 (Angkasa 2006:38). Konflik keduanya adalah agenda ekspansi teritorial Israel di daerah Arab, termasuk Libanon dan sekitarnya. Perlawanan Libanon terhadap Israel diwarnai pula oleh kehadiran organisasi Hizbullah. Organisasi tersebut memberikan bantuan yang sangat berarti kepada rakyat di Libanon guna mengusir pasukan Israel dari Negara Libanon.

Skripsi ini membahas mengenai strategi yang diterapkan Hizbullah, khususnya dalam menghadapi serangan Israel ke Libanon Selatan pada tahun 2006. Dalam peristiwa tersebut, Israel pada akhirnya mundur setelah menerima perlawanan senjata dari Hizbullah sebagai aktor non negara di Libanon (Rif’at

Sayyid Ahmad 2007:V).

1

(19)

2

Hizbullah adalah organisasi bersenjata yang pendiriannya didasari oleh keprihatinan sejumlah ulama2 Libanon terhadap invasi Israel ke Libanon Selatan pada tahun 1982 (Naim 2006:15-25). Para ulama tersebut kemudian mengorganisir kelompok politik bersenjata untuk melawan Israel. Ini dimulai sejak bulan November 1983.

Pada tahun 1983 Hizbullah melakukan sejumlah aksi yaitu, pejuang Hizbullah meledakkan diri di dalam kendaraan dekat markas tentara Israel yang menewaskan 60 orang tentara Israel di kota Tyre (Ari Yulianto 2010:67). Dua tahun kemudian, pada tangal 16 Pebruari 1985, pendirian Hizbullah baru dideklarasikan secara resmi (Abdar Rahman Koya 2006:76). Sejak saat itu, Hizbullah dikenal sebagai salah satu aktor keamanan yang dikategorikan sebagai teroris oleh Israel.

Hingga tahun 2006, tercatat setidaknya dua periode kali konflik antara Israel dengan Hizbullah: yaitu konflik pertama yang dimulai saat invasi Israel ke Libanon tahun 1982-2000 selama 18 tahun; dan konflik kedua dimulai saat Israel menyerang Libanon Selatan pada tahun 2006. Selama konflik berlangsung dari tahun 1982 sampai tahun 2006, tercatat ±7000 kali Hizbullah diserang oleh Israel dan ±3970 kali Hizbullah menyerang Israel (Angkasa 2006:29).

Adapun konflik Israel-Hizbullah pada tahun 2006 berawal ketika pasukan Hizbullah menyerang pasukan Israel yang menyusup ke daerah Aita al Chaab, Libanon Selatan pada tanggal 12 Juli 2006 (David Makovsky dan Jeffrey White 2006:6). Dalam aksi penyerangan tersebut, Hizbullah berhasil menawan dua

2

(20)

3

tentara Israel (Andrew Exum 2006:1). Bagi Hizbullah, perlawanan tersebut sebenarnya dimaksudkan sebagai alat diplomasi untuk melakukan pertukaran tawanan guna membebaskan warga Libanon yang ditahan Israel dalam insiden yang terjadi sebelumnya.3 Namun, Israel ternyata meresponnya secara militer. Pada tanggal 13-14 Juli 2006, pesawat tempur Israel dan pasukan artileri darat Israel bersama-sama melakukan penyerangan ke Libanon Selatan (Helena 2006). Serangan tersebut menghancurkan infrastruktur, serta 50 jiwa penduduk Libanon meninggal (Farid 2006:14-15).

Peristiwa tersebut tidak direspon secara militer oleh Libanon. Libanon hanya meminta bantuan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan memberikan pernyataan kecaman terhadap serangan yang dilakukan oleh Israel (Ari Yulianto 2010:219-221). Pemerintah Libanon tidak segera menurunkan pasukannya untuk membantu mengamankan negaranya. Hal ini dikarenakan keterbatasan yang dimiliki oleh militer Libanon yang tidak seimbang dengan jumlah pasukan militer Israel.

Perlawanan senjata yang sengit justru dilakukan oleh Hizbullah sebagai aktor non negara. Salah satu bentuk perlawanan ini dilakukan dengan meluncurkan roket Katyusa menargetkan kota Haifa-Israel pada 16 Juli 2006 (William M. Arkin 2007:118). Serangan ini menyebabkan 8 warga Israel tewas. Roket Katyusa juga kembali mengenai target ketika berhasil menembak jatuh pesawat helikopter Israel pada tanggal 27 Juli 2006. Tercatat setidaknya 100 roket yang ditembakkan Hizbullah ke wilayah Israel dalam periode konflik ini hingga

3

(21)

4

dilakukan gencatan senjata atas desakan PBB pada minggu kedua bulan Agustus 2006 (Sergio 2006:2).

Konflik Israel-Hizbullah ini merupakan perang asimetris karena setidaknya dua hal. Pertama, perang ini asimetris karena adanya perbedaan kekuatan antara aktor Negara dan non Negara. Kedua, Angkatan bersenjata Israel memiliki keunggulan personel militer yang jauh lebih banyak yaitu 621.500, dibandingkan Hizbullah yang memiliki jumlah personil hanya 5.800 (Yiftah 2006:11). Bahkan, perang ini tetap asimetris ketika kekuatan Hizbullah dibantu oleh personil militer Libanon yang hanya berjumlah 15.000 orang (Angkasa 2006:23). Ketiga, dalam hal teknologi persenjataan Israel lebih canggih, yaitu Hizbullah memiliki beberapa jenis roket rakitan jarak pendek, menengah dan rudal jarak jauh4 (Andrew Exum 2006:6). Sedangkan, Israel dalam hal teknologi persenjataan memiliki variasi yang beragam diantaranya; roket artileri tandan, berbagai kendaraan anti peluru, pesawat tempur, dan armada kapal perang (Global Security 2013).

Akibat besarnya jumlah korban dalam perang Israel-Hizbullah tahun 2006 ini, Perdana Menteri Libanon Fouad Siniora meminta perhatian dunia internasional. Seruan Perdana Menteri Libanon mendapatkan respon dari Sekjen PBB Kofi Annan (Ari Yulianto 2010:251). Annan segera membentuk sebuah komisi internasional untuk menangani perang ini. Pasukan PBB pun datang ke Libanon. Atas desakan dari masyarakat internasional, pada tanggal 11 Agustus 2006 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 1701 untuk menghentikan konflik. Resolusi tersebut disetujui oleh pemerintah Libanon, Hizbullah dan

4

(22)

5

Israel. Gencatan senjata resmi diberlakukan pada hari senin tanggal 14 Agustus 2006 pukul 05:00 AM (William M. Arkin 2007:121). Israel pun menarik mundur pasukannya dari Libanon Selatan.

Banyak para pemerhati masalah ini berpendapat bahwa, dalam perang asimetris ini, sesungguhnya Hizbullah telah memenangkan pertempurannya dengan Israel. Menurut pendapat Charles Krauthammer Washington post, Hizbullah telah menghindarkan Libanon kehilangan wilayah Libanon Selatan (Charles 2006). Selain itu, Rahul Mahajan dalam political affairs berpendapat bahwa 87% masyarakat Libanon menyatakan bahwa Hizbullah adalah pemenangnya dalam perang Libanon 2006 (Rahul 2010). Rahul menuliskan 87% responden menyatakan mendukung Hizbullah untuk melakukan perlawanan kepada Israel yang telah menyebabkan korban jiwa, kehancuran di bidang infrastruktur, serta kemiskinan akibat serangan yang dilancarkan oleh pasukan Israel. Sedangkan, Shahram Akbarzadeh yang merupakan Profesor Politik Asia (Timur Tengah & Asia Tengah) di Universitas Melbourne mengatakan bahwa, Hizbullah adalah simbol dari kemenangan Libanon tahun 2006 melawan pasukan Israel (Shahram 2007).

(23)

6

data mengenai strategi mereka dalam konflik tersebut, diantaranya melalui media massa online dan buku5.

B. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana strategi Hizbullah dalam merespon serangan Israel ke Libanon Selatan tahun 2006?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dari penelitian tentang Strategi Hizbullah dalam Merespon Serangan Israel ke Libanon Selatan Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

1. Memahami strategi yang digunakan oleh Hizbullah dalam Menghadapi Serangan Israel ke Libanon Selatan (periode 12 Juli 2006-15 Agustus 2006).

2. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan kontribusi terhadap kajian Ilmu Hubungan Internasional, khususnya analisis strategi dalam perang asimetris ini

D. Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian sudah dilakukan mengenai masalah konflik Israel-Hizbullah tahun 2006. Salah satunya adalahpenelitian yang dilakukan oleh Amal Saad-Ghorayeb pada tahun 2009 dengan judul “The Hizbollah project: Last war,

next war” (Amal 2011). Ghorayeb menjelaskan bahwa Hizbullah menggunakan

5

(24)

7

kombinasi strategi perang gerilya dan perang konvensional. Ini difasilitasi perlengkapan perang modern buatan Rusia.

Selain Ghorayeb, terdapat buku yang membahas mengenai Hizbullah berjudul ”Blue Print Hizbullah” yang ditulis oleh Wakil Sekjen Hizbullah, Naim

Qassem (Naim 2008:25). Tokoh tersebut dilahirkan di Libanon pada tahun 1953. Beliau adalah anggota pendiri partai Hizbullah pada tahun 1982, dan menjabat sebagai Sekjen Hizbullah sejak tahun 1991 sampai sekarang. Buku ini menjelaskan visi dan tujuan Hizbullah sebagai sebuah partai Islam yang menjadikan landasan dasar pergerakannya kepada tiga pilar yaitu: kepercayaan kepada Islam, Jihad, dan Yuridiksi Wali al-Faqih. Selanjutnya, Naim Qassem juga menjelaskan mengenai perlawanan yang telah dilakukan oleh Hizbullah untuk membantu masyarakat Libanon maupun membantu masyarakat Palestina. Selain itu, terdapat pula penjelasan mengenai hubungan regional dan internasional Hizbullah serta masa depan Hizbullah sebagai sebuah partai yang terus berjuang melawan pendudukan Israel di wilayah-wilayah Arab lain setelah Palestina. Buku ini sangat membantu penulis dalam menyediakan informasi awal mengenai Hizbullah dan perjuangan pergerakannya.

(25)

8

Penulis memfokuskan penulisan skripsi ini kepada strategi yang dipakai oleh Hizbullah. Skripsi ini menambah kajian Hubungan Internasional dengan fokus pada permasalahan strategi Hizbullah dalam merespon serangan Israel ke Libanon Selatan tahun 2006. Dalam penelitian ini penulis tidak hanya menjelaskan tentang konflik Israel-Hizbullah tahun 2006, akan tetapi juga memaparkan tentang perang asimetris antara Hizbullah dengan Israel guna melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya.

E. Kerangka Pemikiran

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis akan menggunakan tiga kerangka pemikiran yang berkaitan dengan strategi Hizbullah dalam konflik Hizbullah-Israel tahun 2006, yaitu konsep strategi, konsep perang asimetris, dan konsep ideologi.

E.1. Strategi

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, ”Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.”

(26)

9

kepentingan-kepentingan yang mungkin dihasilkan dari perang tersebut (Carl 2013). Strategi adalah kunci pelaksanaan perang. Taktik adalah penggunaan kekuatan bersenjata untuk menjalankan pertempuran.

Menurut T. May Rudi, strategi adalah ”Seluruh keputusan kondisional yang

menetapkan tindakan-tindakan yang akan dan harus dijelaskan guna menghadapi setiap keadaan yang mungkin terjadi di masa depan” (hal.1).

Dalam menentukan suatu strategi, seorang Jenderal Amerika JL. Wylle dalam bukunya Navy Reel Admirel mengemukakan pendapat bahwa ”untuk

memenuhi peperangan, suatu pasukan harus mengenali kekuatan sendiri dan musuh yang akan dihadapi (Rudi 2002:1). Penjelasan diatas ada dua hal utama dalam menerapkan konsep strategi di medan perang. Strategi tersebut adalah Menghimpun seluruh potensi untuk melawan musuh serta, mengidentifikasi sejauh mana kekuatan musuh yang akan dihadapi.

Menurut J.L.Wylle, pola strategi terbagi menjadi dua bagian yaitu,

Sequental (berurutan) adalah dalam penerapan strateginya satu langkah dengan langkah berikutnya tidak dapat dipisahkan; Kumulatif (penjumlahan) adalah hasil yang diperoleh dari penerapan strategi tidak diperoleh secara berurutan melainkan berdasarkan penjumlahan hasil keseluruhan perang (Rudi 2002:10).

(27)

10

diterapkannya genjatan senjata 11 Agustus 2006 oleh DK PBB, Hizbullah memakai pola strategi sequental menghadapi serangan udara gabungan pasukan Israel (yang terdiri dari angkatan darat, infanteri, pasukan terjun payung, dan artileri). Penjelasan mengenai kedua pola strategi diatas, akan di paparkan lebih dalam pada bab empat di dalam skripsi ini.

Strategi perang ada dua, yaitu: 1. Secara defensif (bertahan)

a. Secara langsung

2. Secara tidak langsung Secara ofensif (menyerang) a. Secara langsung

b. Secara tidak langsung

Secara langsung adalah seseorang atau kelompok yang sedang berperang menggunakan kekuatan langsung untuk melibatkan atau menyerang musuh. Secara tidak langsung adalah seseorang menggunakan kekuatan tidak langsung untuk mencapai kemenangan perang, dengan jalan menghancurkan strateginya dan digunakan jalur diplomatik (Rudi 2002:10).

Prinsip perang menurut Sun Tzu (Rudi 2002:11):

1. Harus memiliki karsa atau tujuan, yaitu untuk apa perang dilakukan. 2. Strategi yang digunakan atau perencanaan strategi.

3. Bagaimana penyerbuannya. 4. Taktiknya bagaimana. 5. Tenaganya bagaimana.

(28)

11 7. Bagaimana menggerakan pasukan.

8. Macam daerah kekuatan musuh itu di daerah mana.

9. Menyerbu dengan api untuk mengacaukan konsentrasi musuh. 10.Tipu muslihat, salah satu aksi dari taktik.

Prinsip-prinsip perang menurut Dephankam RI, adalah (Rudi 2002:11): 1. Harus memiliki tujuan.

2. Adanya prakarsa atau inisiatif. 3. Tenaga atau konsentrasi. 4. Fleksibilitas artinya tidak kaku. 5. Manuver, perubahan formasi. 6. Kemanunggalan atau kesatuan. 7. Harus ekonomis.

8. Ada unsur pendadakan. 9. Perang itu harus sederhana.

10.Perang itu harus ada unsur keamanan. 11.Moril, semangat dari pasukan.

12.Eksploitasi memberdayakan kekuatan yang ada. E.2. Perang Asimetris

(29)

12

berperang berbeda dalam esensi dan perjuangan, berinteraksi dan berusaha untuk mengeksploitasi kelemahan karakteristik masing-masing aktor. Perjuangan dari kedua aktor tersebut sering melibatkan strategi dan taktik perang konvensional, aktor yang lebih lemah mencoba menggunakan strategi untuk mengimbangi kekurangan dalam kuantitas atau kualitas (Sergyi 2008).

Konsep perang asimetris menurut David Kilcullen dikelompokkan ke dalam beberapa aspek yakni

a. Perang asimetris dalam teknologi persenjataan adalah cara berpikir dua aktor yang saling berperang dalam memberikan penilaian tentang efektivitas teknologi persenjataan.

b. Perang asimetris dalam metode taktik operasional adalah aktor yang lebih kuat mengutamakan atau cenderung memakai seluruh elemen kekuatan militer yang di gabungkan dengan teknologi persenjataan. Sedangkan untuk aktor yang lebih lemah mengutamakan pemakaian kekuatan non militer (media massa) sebagai propaganda untuk menyerang aktor kuat.

(30)

13

jihad mereka. Ini dilihat dari pandangan agama dan nilai-nilai kebudayaan yang mereka yakini.

d. Perang asimetris dalam tujuan adalah cara pandang kedua aktor dalam hal menilai kemenangan dan kekalahan. Bagi aktor kuat, kemenangan adalah dapat menghancurkan sumber kekuatan yang dimiliki oleh aktor lemah. Sedangkan bagi aktor lemah kemenangan adalah dapat bertahan dari serangan-serangan aktor kuat dengan tetap mempertahankan semangat perjuangan tanpa harus memenangkan di setiap pertempuran dan tanpa harus menghancurkan semua sumber kekuatan aktor kuat (David L Buffaloe 2006:15).

Dari penjelasan berbagai macam definisi perang asimetris dan konsep perang asimetris diatas, penulis akan memakai konsep Perang asimetris dalam teknologi persenjataan. Bagi aktor kuat seperti Israel, keunggulan yang dimilikinya berupa kuantitas dan kualitas persenjataan hal tersebut mejadi ketergantungan. Sedangkan bagi aktor lemah seperti Hizbullah kualitas dari teknologi persenjataan bukanlah hal yang penting, melainkan hanya sebagai faktor pendukung saja. Yang menjadi sumber kekuatan utamanya adalah dukungan masyarakat Libanon, dan tim yang kompak untuk berjuang melawan penjajahan di Negara Libanon. Pemaparan tentang konsep diatas, penulis akan menjelaskan lebih dalam pada bab tiga.

(31)

14

”Perang asimetris adalah Perang antara belligerent atau pihak-pihak berperang yang kekuatan militernya sangat berbeda. Akibat adanya perbedaan besar dalam kekuatan militer itu, lalu digunakan strategi dan taktik yang juga berbeda. Pihak yang relatif lemah kekuatan militernya, apabila ada pimpinan yang cerdas, tidak melakukan perlawanan konvensional karena pasti amat sulit dan berat menghadapi keunggulan lawannya. Maka, perlawanan nonkonvensional (unconventional warfare) yang dapat mengompensasi

kelemahannya.”(Kompas 2011)

Menurut Dewan Riset Nasional Komisi Teknis Pertahanan dan Keamanan, “Perang asimetris adalah perang antara dua pihak dengan kekuatan yang tidak seimbang dengan pola yang tidak beraturan dan bersifat tidak konvensional. Masing-masing pihak berusaha untuk mengembangkan taktik dan strategi untuk mengeksploitasi kelemahan lawannya dalam mencapai kemenangan” (Tekno Kompas 2008). Perang asimetris adalah suatu model peperangan yang dikembangkan dari cara-cara berfikir yang tidak lazim, dan diluar aturan-aturan peperangan yang berlaku, dengan spektrum perang yang sangat luas, terbuka dan mencakup seluruh aspek-aspek kehidupan.

E.3. Ideologi

”Ideologi berasal dari kata idea artinya gagasan dan pengertian. Sedangkan menurut bahasa latin terdiri dari dua kata yaitu ideo artinya cita-cita, pemikiran;

(32)

15

yang sistematis tentang cita-cita yang dijalankan oleh kelompok masyarakat” (h.47).

Sedangkan menurut Ali Syariati, ideologi adalah ilmu mengenai keyakinan dan cita-cita (Ali 1982:192). Ali menjelaskan, ideologi merupakan sebuah kata ajaib yang dapat menciptakan pemikiran dan semangat hidup diantara manusia terutama kaum muda, khususnya diantara cendikiawan atau intelekual dalam suatu masyarakat. Ideologi dapat memberikan inspirasi, mengarahkan dan mengorganisir perlawanan, protes, dan penggugatan yang menakjubkan. Ideologi memiliki semangat tanggung jawab, keyakinan dan keterlibatan serta komitmen (Ali 1982:196).

Ideologi mempunyai ciri yaitu cita-cita yang dalam dan luas, bersifat jangka panjang, diyakini bersifat universal. Ideologi dirasakan milik dari suatu kelompok manusia yang dapat mengidentifikasikan dirinya dengan isi ajaran tersebut. Ini juga dapat mengikat kelompok, sering pula membenarkan dan mempertahankan sikap perbuatan kelompok (Deliar 1983:31).

(33)

16

Khomeini, Islam merupakan suatu ideologi yang melandasi perjuangannya yaitu Al-Quran dan Al-Hadits.

Menurut Naim Qassem, Hizbullah mempunyai tiga pilar yang menjadi ideologi dasar perjuangannya yaitu: ”Kepercayaan pada Islam, Kepercayaan pada

ulama yang berada dalam konsep Wali Al-Faqih, dan Jihad” (Naim 2008:23-24). Dari tiga pilar yang menjadi ideologi Hizbullah, penulis menggunakan tiga pilar yakni kepercayaan pada Islam dan kepercayaan pada ulama dalam konsep Wali Al-Faqih. Hizbullah meyakini Islam merupakan program yang lengkap meliputi semua aspek kehidupan sebagai landasan intelektual, agama, ideologi, yang mampu menjawab semua tantangan dan menyediakan solusi terbaik dalam kehidupan manusia (Naim 2008:23). Hizbullah tidak ragu menjadikan Islam sebagai kepercayaan, ibadah, dan ajaran-ajaran kehidupan juga sebagai prinsip dan inspirasi gerakannya. Salah satunya merupakan kepercayaan kepada Wali Al-Faqih yang akan dijelaskan berikut ini.

(34)

17

Jihad menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah usaha dengan segala daya dan upaya untuk mencapai kebaikan; usaha sungguh-sungguh membela Agama Islam dengan mengorbankan harta benda, jiwa, dan raga. Jihad menunjukkan usaha sungguh-sungguh atau melakukan berbagai upaya untuk melawan musuh. Dalam konteks Islam, kata jihad memiliki makna luas daripada perang bersenjata. Maknanya meliputi perjuangan melawan musuh yang berada dalam diri seseorang sebagai bujukan untuk melakukan perbuatan buruk atau disebut juga dengan jihad mengendalikan hawa nafsu (Naim 2008:46).

Jihad mengendalikan hawa nafsu adalah jihad yang jauh lebih besar tantangannya, karena dilakukan setiap hari dan terus-menerus. Sedangkan jihad melawan musuh merupakan jihad yang lebih ringan, karena dilakukan saat terjadi peristiwa khusus sebagai bagian dari tugas untuk memenangkan aqidah, nilai-nilai moral, kebenaran, dan kemenangan suatu bangsa (Naim 2008:50). Jihad ini dilakukan oleh pasukan Hizbullah untuk mempertahankan negaranya dari serangan negara lain atau aktor lain yang ingin menghancurkan negara tersebut.

Ketiga pilar diatas, penulis akan jelaskan lebih dalam pada bab empat di dalam skripsi ini.

F. Metode Penelitian

(35)

18

yang sudah ada atau menggambarkan fenomena tertentu untuk menentukan adanya keterlibatan antar satu gejala dengan gejala lainnya yang relevan dengan masalah penelitian.

Hakikat penelitian bersifat deskriptif-analitis memberikan pemaparan mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif dengan menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana suatu fenomena itu terjadi dalam konteks lingkungannya. Objektifitas pun harus dijaga sedemikian rupa agar subjektifitas dalam interpretasi dapat dihindari. Hal ini pun berarti interpretasi terhadap isi dibuat dan disusun secara sistematik atau menyeluruh dengan sistematis (Nurul 2007:92&94). Penulisan skripsi ini tidak hanya terbatas pada pengumpulan data, melainkan pula dengan melakukan sebuah analisa serta interpretasi tentang arti kata yang digunakan.

(36)

19 G. Sistematika Penulisan

Bab I. Pendahuluan

A. Pernyataan Masalah

B. Pertanyaan Penelitian

C. Tujuan dan Manfaat

D. Tinjauan Pustaka

E. Kerangka Pemikiran

E.1. Strategi

E.2. Perang Asimetris

E.3. Ideologi

F. Metode Penelitian

G. Sistematika Penulisan

Bab II. Konflik Libanon Selatan

A. Libanon Selatan Dalam Konflik Libanon dan Israel

B. Sejarah Berdirinya Hizbullah

B.1. Sejarah Konflik Israel-Hizbullah

Bab III. Serangan Israel ke Libanon Selatan Tahun 2006

A. Latar Belakang Serangan

B. Perang Asimetris Hizbullah dengan Israel

C. Peran Hizbullah di Libanon

D. Kerusakan dan Korban

D.III.1. Di Pihak Israel

(37)

20 E. Gencatan Senjata

Bab IV. Analisa Strategi Hizbullah Dalam Menghadapi Serangan Israel

ke Libanon Selatan (periode 12 Juli-13 Agustus 2006)

A. Idelogi Sebagai Fondasi Dasar Perjuangan Hizbullah

A.1. Kepercayaan Pada Islam

A.2. Kepercayaan Pada Ulama yang Berada dalam

Konsep Wali Al-Faqih

A.3. Jihad

B. Strategi Hizbullah dalam Menghadapi Serangan Israel

B.1. Operasi Roket Jarak Dekat-Jauh Kumulatif

Hizbullah Vs Serangan Udara Israel

B.2. Strategi Squental Hizbullah Vs Serangan Darat

Gabungan Israel

Bab V. Penutup

A. Kesimpulan

Daftar Pustaka

(38)

21 BAB II

KONFLIK LIBANON SELATAN

Bab ini membahas mengenai hubungan Negara Libanon dengan Negara Israel yang bertetangga namun selalu berkonflik. Kelahiran Hizbullah dan keterlibatannya di dalam pemerintahan Libanon membuat konflik Israel-Libanon ini semakin kompleks. Sebelum ke pembahasan inti tersebut, bab ini terlebih dahulu membahas posisi geografis Israel dan Libanon. Ini dipaparkan pada sub bab di bawah ini.

A. Libanon Selatan Dalam Konflik Libanon dan Israel

Gambar II.1

Peta Negara Libanon

Sumber:

(39)

22

Negara Libanon dan Israel terletak di kawasan Timur Tengah. Negara Libanon sebagian besar wilayahnya merupakan pegunungan. Libanon terletak di sepanjang pantai Timur Laut Mediterania dengan pesisir pantainya yang sempit di bagian barat. Libanon berbatasan dengan Negara Israel di bagian Selatan, sedangkan di bagian Utara dan Timur, berbatasan dengan Negara Suriah (Lebanon Embassy US 2013). Libanon memiliki luas wilayah 10.400 km2 , yang diantaranya 217 km dari Utara ke Selatan Libanon dan 80 km dari Timur ke Barat Libanon (IBCR 2011:13).

Jumlah penduduk Libanon tercatat 4.131.583 jiwa (CIA 2013). Mayoritas penduduk Libanon bertempat tinggal di Beirut (ibu kota) dan Mount Libanon, sementara sisanya tersebar di empat propinsi lainnya yaitu 20,5% di Libanon utara, 12,5% di Bekaa, 10,7% di Libanon selatan, dan 5,9% di Nabatieh.

Wilayah Libanon dibagi menjadi enam propinsi yaitu Beqaa, Beirut, Libanon Utara, Mount Liban, Libanon Selatan, dan Nabatiye (State Gov 2013:1). Konstitusi Libanon mengikuti konstitusi yang dibuat tahun 1926 dan kemudian disesuaikan dengan Kesepakatan Nasional tahun 1943 dan Perjanjian Thaif tahun 1982. Kesepakatan Nasional tahun 1943 direvisi berdasarkan isi perjanjian Taif tersebut dan hasilnya menjadi Undang-Undang Dasar Libanon. Kekuasaan Eksekutif berada di tangan Presiden, Perdana Menteri, dan Kabinet (Lebanese Constitution 1995). Sementara kekuasaan Legislatif berada di tangan Parlemen atau Majelis Al-Nuwab yang memiliki 128 anggota.

(40)

23

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab, Prancis, Inggris, dan Armenia. Penduduk Libanon terbagi atas tiga faksi besar, yakni kelompok Muslim Sunni, kelompok Muslim Syia’ah, dan kelompok Kristen Maronite6, serta banyak faksi-faksi kecil dalam masyarakat berdasarkan suku, agama, maupun ketokohan orang per orang (Lebanon Ethnic Group 2013). Oleh karena itu dibentuk sistem politik konfessional yang dianggap dapat mengakomodir kepentingan-kepentingan faksi-faksi yang ada dengan membagi kekuasan politik pada tiga kelompok besar dan kelompok kecil masyarakat tersebut. Kekuasaan Presiden berada di tangan kelompok Kristen Maronite, kelompok Muslim Sunni menjadi Perdana Menteri, sedangkan kelompok Muslim Syi’ah hanya menjadi juru bicara parlemen

(Angkasa 2006:35).

Negara Libanon merdeka pada tanggal 22 November 1943 dari mandat Liga Bangsa-Bangsa di bawah administrasi Perancis (LGIC 2013). Libanon merupakan Negara Republik. Kekuasaan Eksekutif berada di tangan Presiden, Perdana Menteri, dan kabinet. Konstitusi yang didasarkan pada pemisahan kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif, dengan presiden dipilih untuk jangka waktu enam tahun. 128 anggota parlemen dipilih oleh hak pilih universal dewasa untuk masa jabatan empat tahun (CIA 2013).

6

(41)

24 Gambar II.2

Peta Negara Israel

Sumber:

http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/asia/lgcolor/lbcolor.gif

(42)

25

dibagi menjadi tiga wilayah utama yang memanjang yaitu, dataran pantai, wilayah pegunungan, dan celah lembah Yordan (Go Israel 2011).

Jumlah penduduk Israel tercatat 8.018.000 jiwa (CBS 2013). Mayoritas penduduk Israel bertempat tinggal di Jerussalem (ibu kota) 730.000, sementara sisanya tersebar di beberapa daerah lainnya yaitu Haifa ( 268.250), Hadera (75.300), Netanya (169.400), Herzliya (83.000), Ra’anana (70.500), Kfar sava (79.800), Bnei brak (142.300), Metulla (1.500), Tel aviv (371.400), Kiryat Gat (47.800), Tiberias (39.900), Nazareth (63.800) (State Gov 2010). Penduduk Israel terdiri dari beragam etnis dan agama yang diantaranya adalah etnis Yahudi dan arab; agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Ibrani dan arab (Nation online 2013).

(43)

26

Knesset adalah badan legislatif Negara Israel. Masa jabatan Knesset adalah 4 tahun, tetapi dapat berubah tergantung dari keputusan Perdana Menteri. Perdana Menteri dipilih dan didukung oleh anggota parlemen secara mayoritas. Perdana Menteri merupakan kepala pemerintahan dan juga menjabat sebagai ketua kabinet (Roger darlington 2013). Israel diperintah oleh 120 anggota parlemennya, yang dikenal sebagai Knesset. Anggota-anggota Knesset berasal dari berbagai partai yang dipilih dalam pemilihan parlemen. Di dalam pemerintahan tersebut, yang terbentuk adalah pemerintahan dengan sistem koalisi. Pemilihan parlemen diadakan setiap empat tahun sekali, namun koalisi pemerintahan yang tidak stabil ataupun adanya mosi tidak percaya oleh Knesset dapat membubarkan pemerintahan yang ada lebih awal (Knesset 2013).

Kewenangan eksekutif negara adalah pemerintah (kabinet para menteri). Kabinet membentuk sebuah pemerintahan, daftar menteri untuk di setujui oleh Knesset. Menteri harus dari warga negara Israel, dan berhak menjadi seorang Knesset. Setelah pelantikan, para menteri bertanggung jawab kepada Knesset atas tugas yang telah diberikan. Seperti halnya Knesset, masa jabatan menteri adalah 4 tahun. Apabila dalam pelaksanaan tugasnya mengalami permasalahan yang diantaranya: meninggal, mengalami kecacatan, impeachment, dan pengunduran diri, maka jabatan menteri akan dikurangi (MFA 2010).

Konflik diantara Israel dan Libanon bermula pada tahun 1978, ketika

(44)

27

Selatan. Ini dilakukan sebagai balasan atas pengambilan wilayah Palestina oleh Negara Israel. Setelah itu, Israel melakukan invasi ke Lebanon Selatan pada 14 Maret 1978.

Konflik dua negara ini mulai membahayakan Libanon Selatan sejak tahun 1978. Ini dikarenakan para pejuang PLO masih melakukan aksi serangan kepada pasukan Israel dari daerah perbatasan Libanon Selatan ke wilayah Israel Utara. Pada 19 Maret 1978, atas permintaan pemerintah Libanon yaitu Alias Syarkis, melalui Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 425 yang bertujuan untuk mendesak pasukan Israel agar segera keluar dari wilayah Libanon. Kemudian, PBB membentuk badan yang mengawasi pelaksanaan resolusi tersebut, yaitu United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL). UNIFIL bekerja untuk mengawasi penarikan pasukan Israel secara keseluruhan dan mendorong perdamaian di wilayah Libanon (UN 2013). Sementara itu, Israel membentuk sebuah milisi Kristen Libanon dibawah pimpinan Mayor Sa’ad Haddad untuk

mengimbangi kekuatan PLO di Libanon. Tindakan tersebut mendapatkan perlawanan dari pemerintah Libanon. Haddad dianggap sebagai penghianat Negara dan ia dipecat dari angkatan bersenjata Libanon (Ari Yulianto 2010:61).

(45)

28

mediasi dari Arab Saudi, tercapailah genjatan senjata antara Israel dengan PLO (ISR 2006).

Namun, genjatan senjata itu tidak berlangsung lama. Konflik masih terus berlangsung pada 6 Juni tahun 1982. Israel pun kembali melakukan operasi yaitu

Operations Peace of Galilee. Tujuannya adalah untuk menghancurkan kekuatan PLO di Libanon sekaligus mempertahankan rancangan tentang Konsep Galilee yaitu memperluas wilayah kekuasaan 40 km ke sebelah utara perbatasan Libanon (Israel National News 2012). Dalam operasi ini, Israel dibantu oleh milisi Kristen Maronite di bawah pimpinan Bashir al-Jumayyil. Namun, upaya untuk melakukan operasi tersebut terhalang oleh resolusi yang dikeluarkan oleh PBB yaitu resolusi Dewan keamanan PBB 509 yang menyatakan bahwa Israel harus segera menarik seluruh pasukannya dari Libanon (UN 1982). Namun, Israel tetap tidak memperdulikan resolusi tersebut dan tetap melaksanakan operasi tersebut hingga 13 Juni 1982.

Dalam melakukan operasi tersebut, Israel menggunakan cluster bomb, rudal dengan campuran zat kimia berbahaya, dan bom napalm untuk menyerang wilayah Beirut bagian barat yaitu Sidon dan Tyre (New York Times 2006). Wilayah tersebut hancur, sehingga perekonomian Libanon menjadi lumpuh tidak beroperasi.

(46)

29

orang luka-luka, 330 orang pasukan Israel meninggal, dan 1000 orang terluka (John 1982).

Ini disebabkan oleh tentara Libanon tidak mampu mengimbangi kekuatan militer Israel. Pasukan Israel menggunakan senjata-senjata yang lebih modern daripada tentara Libanon. Israel lebih banyak melancarkan serangan lewat udara dengan pesawat tempur andalannya yang dilengkapi oleh rudal-rudal berteknologi mutakhir. Ini lebih menguntungkan Israel untuk meminimalisir kerugian di pihaknya.

Terdapat setidaknya delapan kelompok para militer aktif di Libanon yang anti kepada Israel. Kelompok ini yaitu Fatah, Hamas, Osbat al-Ansar, Amal, Jund al-Sham, PF3-GC, PLO, Fatah al-Islam, dan Hizbullah (Ari Yulianto 2010:53). Di antara yang anti Israel, Hizbullah yang mendapat posisi tersendiri di dalam negeri. Sedangkan, di mata internasional karena memerangi Israel dengan seranga ke area sipil, Hizbullah di kategorikan sebagai teroris.

B. Sejarah Berdirinya Hizbullah

(47)

30

perubahan pada Husayniyyah (lembaga pendidikan Syiah) di Beirut menjadi sebuah pusat pergerakan Islam Libanon. Pada masa itu, gerakan Syiah di Libanon di pimpin oleh Sayyed Musa al-Sadr, dan Fadhlullah sebagai pengikutnya. Musa al-Sadr mendirikan Afwaj al-Muqawwamah al-Lubnaniyah atau yang dikenal dengan AMAL pada saat perang saudara Libanon berlangsung tahun 1975 (Naim 2008:17). AMAL mempunyai beberapa anggota yang diantaranya adalah Ayatullah al-Sayyed Muhammad Hussein Fadhlullah, Sheik Sayyed Hassan Nasrallah, Sheik Abbas al-Musawi, Ali Ammar, Hussein al-Khalil, dan Nabih Berri (Abdarrahman Koya 2006:16). Tujuan didirikannya AMAL adalah untuk membantu tentara Libanon melawan pasukan Israel dalam perang saudara Libanon yang sedang berlangsung di tahun 1975. Namun, beliau tidak dapat meneruskan tujuannya tersebut, karena pada tahun 1978 beliau diculik ketika sedang menghadiri perayaan nasional yang diadakan oleh Presiden Muammar al-Qaddafi di Libya (Naim 2008:18). Sampai saat ini keberadaan beliau belum diketahui.

(48)

31

tersebut dengan mengundurkan diri dari organisasi AMAL. Anggota yang mengundurkan diri dari AMAL diantaranya, Ayatullah al-Sayyed Muhammad Hussein Fadhlullah, Sheik Sayyed Hassan Nasrallah, Sheik Abbas al-Musawi, Ali Ammar dan Hussein al-Khalil. Beberapa orang anggota AMAL mencurigai bahwa Berri telah melakukan kerjasama dengan Israel melalui tangan Bashir. Kemudian dari beberapa orang yang keluar dari AMAL masing-masing membentuk kelompok sendiri yang diantaranya; Sheik Abbas al-Musawi mendirikan kelompok dengan nama Gerakan Amal Islam dan Ayatullah al-Sayyed Muhammad Hussein Fadhlullah mendirikan Perhimpunan Persaudaraan serta Perhimpunan Organisasi Filantropik (Naim 2008:20).

Pada tahun 1982 terjadi dua peristiwa besar yaitu perang saudara dan pembantaian di Sabra dan Shatila Libanon selatan. Peristiwa tersebut membuat sejumlah kelompok ulama marah dan prihatin karena 100.000 penduduk Libanon terbunuh (Global Research 2013). Kemudian, sejumlah ulama yang terdiri dari sembilan perwakilan diantaranya; tiga orang mewakili ulama dari Bekaa (Libanon timur), tiga orang mewakili komite Islam, dan tiga orang lagi mewakili Gerakan amal Islam (Naim 2008:24). Mereka berkumpul bersama untuk menyatukan visi misi dengan membubarkan organisasi mereka demi mendukung sebuah organisasi Islam baru, yang kemudian dikenal sebagai ”Hizbullah”. Tujuan didirikannya

Hizbullah adalah untuk mengusir pasukan Israel dari Libanon.

(49)

32

Sheik Ibrahim al-Amin menegaskan bahwa Hizbullah akan mengusung semangat Revolusi Islam Iran dalam pemerintahan di Libanon. Sebagian besar kegiatan Hizbullah diarahkan ke berbagai kegiatan sosial, politik, dan kenegaraan.

B.1. Sejarah Konflik Israel-Hizbullah

Sejarah konfik Israel-Hizbullah dimulai pada tahun 1982 setelah kelahiran Hizbullah yang bertepatan dengan Perang saudara.7 Hizbullah merasa prihatin terhadap kondisi yang sedang dialami oleh masyarakat Libanon saat itu dan Hizbullah tidak bisa tinggal diam atas serangan pasukan Israel ke wilayah Libanon. Hizbullah kemudian bersama-sama dengan kaun Syiah lainnya dan Suriah berperang melawan pasukan Israel di Libanon. Kemudian, tahun 1983 dengan adanya tekanan dari masyarakat internasional melalui protes yang dilakukan di seluruh dunia, Israel mundur ke sungai Awali di Libanon (James Kelly 1983).

Pada bulan November 1983, terjadi bom bunuh diri yang dilakukan oleh pejuang Syiah di dekat markas pasukan Israel di kota Tyre Israel. Peristiwa ini menewaskan 60 orang yang termasuk di dalamnya pasukan Israel. Setelah kejadian tersebut, tahun 1985 pemerintah Israel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Shimon Peres memutuskan untuk menarik mundur pasukan Israel ke wilayah Libanon selatan (The US Army 2006).

Beberapa tahun kemudian terjadi serangan lagi yang dilancarkan oleh pasukan Israel pada tahun 1988 di Maydun basis Hizbullah (New York Times 1988). Pasukan Israel menyerang wilayah Libanon selama 3 hari. Namun,

7

(50)

33

penyerangan yang dilakukan pasukan Israel justru menambah peningkatan serangan Hizbullah ke wilayah Israel. Setelah itu, berkat mediasi negara Arab saudi, perang saudara yang telah berlangsung selama 15 tahun berakhir.

Berakhirnya perang saudara di Libanon, tidak menghentikan perang antara Israel dengan Hizbullah. Pasukan Israel melancarkan serangan ke wilayah Libanon selatan yang menjadi basis Hizbullah. Tujuannya untuk menghancurkan kekuatan Hizbullah agar dapat menarik simpati rakyat Libanon, karena dengan keberadaan Hizbullah nasib rakyat Libanon terancam. Namun, serangan yang dilakukan Israel menimbulkan kebencian rakyat Libanon terhadap Israel.

Perlawanan Hizbullah menjadi semakin meningkat dengan membalas serangan ke wilayah Israel utara. Pada bulan Juli 1993 Israel kembali melancarkan serangan akuntabilitas dengan tujuan agar penduduk Libanon selatan mengungsi dan pindah ke utara kota Beirut (Global Security 2013). Hingga tahun 1996 pasukan Israel masih melancarkan serangan ke wilayah Libanon.

Pada tahun 1999 menjelang penarikan mundur Israel tahun 2000, pejuang Hizbullah intens mengadakan operasi perlawanan untuk menyerang pasukan Israel. Pada tahun 2000, ketika Perdana Menteri Ehud Barak terpilih dalam pemilu, ia memutuskan untuk menarik pasukan Israel dari wilayah Libanon sebagai realisasi janjinya kepada rakyat Israel saat Pemilu. Penarikan mundur tentara Israel ini merupakan kemenangan terbesar bagi Hizbullah (Naim 2008:187-188).

(51)

34 BAB III

SERANGAN ISRAEL KE LIBANON SELATAN TAHUN 2006

Dalam Bab ini penulis memaparkan tentang serangan Israel ke Libanon Selatan tahun 2006. Bab ini terdiri dari lima bagian. Di bagian pertama penulis menjelaskan tentang latar belakang serangan Israel ke Libanon Selatan tahun 2006. Di bagian kedua mengenai perang asimetris Hizbullah dengan Israel. Di bagian ketiga menjelaskan tentang Peran Hizbullah di Libanon. Bagian ke empat tentang kerusakan dan korban jiwa akibat dari konflik tersebut. Di bagian akhir, menjelaskan tentang proses gencatan senjata antara Hizbullah dengan Israel yang diakhiri dengan Resolusi 1701 yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB.

A.Latar Belakang Serangan

(52)

35

melakukan blokade laut, udara, dan darat. Israel melakukan serangan yang mengakibatkan kehancuran infrastruktur, rumah-rumah penduduk, jalan raya, sarana ibadah, dan bandar udara internasional Beirut Libanon (Barbara 2006). Pada minggu kedua, Israel memperluas serangan ke wilayah Libanon Utara, Beirut, Baalbek, dan Tripoli (Ari Yulianto 2010:225). Akibat dari aksi tersebut, 15 orang warga Libanon tewas. Perdana Menteri Ehud Olmert menyatakan bahwa, serangan akan terus dilakukan sampai pasukan Hizbullah membebaskan tawanan yaitu prajurit Israel. Hizbullah melancarkan serangan ke kota Haifa Israel Utara sebagai aksi balasan yang mengakibatkan 15 orang warga Libanon luka-luka (HRW 2006). Konflik antara pasukan Israel dan pasukan Hizbullah tidak dapat dihindari. Ribuan warga Libanon, Israel, dan pasukan Hizbullah menjadi korban dalam perang yang berlangsung selama 34 hari tersebut.

B.Perang Asimetris Hizbullah dengan Israel

Perang asimetris awalnya disebut perang antara dua aktor atau lebih atau kelompok militer yang kekuasaannya relatif berbeda secara signifikan. Perjuangan dari kedua aktor tersebut sering melibatkan strategi dan taktik perang konvensional, aktor yang lebih lemah mencoba menggunakan strategi untuk mengimbangi kekurangan dalam kuantitas atau kualitas (Sergyi 2008).

(53)

36

meningkatkan motifasi untuk berperang dan mengatasi keunggulan dari kuantitas persenjataan yang dimiliki oleh aktor kuat dalam hal ini Israel (Clausewitz 1976).

Israel dengan Hizbullah masing-masing memiliki kemampuan berperang yang berbeda-beda baik dalam hal personel, persenjataan, maupun kendaraan tempurnya. Ini dapat dilihat dari jumlah personelnya yang dijelaskan oleh Yiftah shapir dalam The Middle East Military Balance 2006, sebagai berikut:

Tabel III. 1

Personel Israel vs Hizbullah

Sumber:

Yiftah shaper, The Middle East Military Balance 2006, Jaffee Center for Strategic Studies, yang diakses dari http://www.tau.ac.il/jcss/balance/Libanon pada tanggal

02-02-2012

Israel Defence Force (IDF) adalah Angkatan Bersenjata Negara Israel yang terdiri dari komponen pasukan Angkatan Darat (Israel Ground Force), pasukan Angkatan Udara (Israel Air Force), dan pasukan Angkatan Laut (Israel Navy) (INSS 2010:12). Personel Reguler IDF total berjumlah 176.500 yang terdiri dari Angkatan Darat Israel 133.000 personel, Angkatan Udara Israel 34.000 personel, dan Angkatan Laut Israel 9.500 personel. Sedangkan untuk total personel cadangan IDF adalah 445.000 yang terdiri dari Angkatan Darat 380.000 personel, Angkatan Udara 55.000 personel, dan Angkatan Laut 10.000 personel (INSS 2010).

Selama berperang melawan Hizbullah tahun 2006, Israel menggunakan berbagai macam jenis persenjataan dan kendaraan. Angkatan Darat Israel

Personel Israel defense force (IDF) Hizbullah

Regular 176.500 800

Cadangan 445.000 5000

(54)

37

menggunakan Tank Merkava Mk-4, Merkava Mk-3, M60 A3, M60/ Magach-7, M-48 A5, Centurion, Achzarit, Namer, M113, Nagmachon, Nakpadon, M2/M3 halftrack, Akrep, M1114, Ze'ev, Sufa-2, (David Makovsky dan Jeffrey White 2006), Guardium UGV (Military Factor 2013). Persenjataan Artileri Israel adalah 203mm M110, 175mm M107, 155mm M109, 155mm M-50, 130mm M-46, dan 122mm D-30 (Israeli Weapon 2013). Senjata Mortir Israel adalah 160mm SP dan 120mm Keshet/ Cardom SP (Ari Yuliato 2010:156). Senjata MRLS Israel adalah 240mm, 140mm, 122mm BM-21, 227mm MLRS, dan 290mm MAR 290 (Army Recognition 2013). Rudal Israel adalah Keres anti-radar missile dan Kachlilit anti-radar missile. Rudal Antitank Israel adalah Spike missiles (NT-S, NT-G, NT-D), BG71A/C TOW, Israeli improved BG71C TOW, Mapats SP, Nimrod, M-47 Dragon, dan Matador (Army Technology 2013).

(55)

38

ER.NLOSf) ATGM. Angkatan Udara Israel juga dilengkapi dengan senjata berupa bom yaitu CBU (including Tal-1, ATA-1000, ATA-500), Delilah ALCM , GBU-39 guided bombs (1,000), runway-penetration bombs, Griffin, Guillotine, JDAMs (Barad Kaved) (228), Opher, PB-500 , dan Pyramid, Spice (Barad Plada) (INSS 2010:19).

Angkatan Laut Israel memiliki senjata andalannya yaitu Korvet Sa’ar 5,

kapal rudal Sa’ar 4,5, kapal selam Gal, Kapal patroli Shaldag-2, Super Dvora, Dabur, Stingray (Nahshol), Mulit (RHIB), dan Morena (Ari Yulianto 2010:158).

Personel Hizbullah terdiri dari personel reguler dan cadangan. Hizbullah memiliki personel reguler yang berjumlah 800 orang. Jumlah ini diluar resimen regulernya. Sedangkan untuk personel cadangan berjumlah 5000. Mereka dikelompokkan ke dalam brigade-brigade yang masing-masing dapat melaksanakan operasi di bawah satu komando sentral.

Dalam hal merekrut personelnya, Hizbullah mengambil calon anggota Hizbullah di setiap desa yang merupakan penganut Syi’ah. Kemudian, Hizbullah membuat sebuah Komisi Keamanan yang memiliki peran sebagai Komando Lokal untuk menyekolahkan para calon anggota Hizbullah ke sejumlah sekolah milik Iran Officer School. Para calon anggota ini menempuh pendidikan selama 6 bulan. Mereka dibekali sejumlah materi tentang intelijen, roket, dan teknik komando (Angkasa 2006:62).

(56)

39

tugas sebagai operator roket antitank, mortir, alat komunikasi, personel sabotase, dan petugas kesehatan.

Komisi Keamanan mempunyai dua lembaga (Angkasa 2006:63). Pertama adalah lembaga rekrutmen yang disebut Taabiya. Kedua adalah lembaga paramiliter yang disebut Muftarin. Anggota Taabiya diambil dari para pasukan cadangan Hizbullah. Sehingga, dalam keadaan tertentu mereka dapat difungsikan untuk berperang. Sementara anggota Muftarin berperang sebagai orang sipil yang menyuplai berbagai kebutuhan para pasukan Hizbullah baik fisik maupun non fisik.

Di bidang kekuatan artileri, Hizbullah memiliki tiga Brigade Roket. Brigade pertama disebut Brigade Nassar. Brigade ini dipersenjatai roket Katyusha kaliber 107 mm dan 220 mm buatan Iran dan Suriah. Brigade kedua adalah Brigade Khaibar-1. Brigade ini dipersenjatai rudal jarak medium Naziyat buatan Iran,

Katyusha kaliber 302 mm buatan Suriah dengan jarak jelajah mencapai 110 km,

Fajr-5 jarak jelajah 110 km dengan berat 90 kg, dan Zelzal-1 jarak jelajah 120 km (Andrew Exum 2006). Brigade ketiga dipersenjatai dengan rudal jarak jauh

Zelzal-2 dengan jarak jangkau 250 km.

(57)

40

penetrasi 200 mm, memiliki teknologi laser; Fagot At-4 jarak tempuh 70 m- 2 km, penetrasi 400 mm, memiliki teknologi laser; Milan jarak tempuh 400-2000 m, penetrasi 352 mm, memiliki teknologi laser; Tow jarak tempuh 600-3.700 m, penetrasi 800 mm, memiliki teknologi laser; RPG-29 jarak tempuh 460 m, penetrasi 750 mm, memiliki teknologi laser; dan RPG-7 jarak tempuh 500 m, penetrasi 330 mm, memiliki teknologi laser (David Makovsky dan Jeffrey White 2006:40).

Hizbullah juga memiliki Ruda anti kapal yaitu C-802 Noor dengan jarak 120 km, panjangnya mencapai 6,39 m, rentang sayap 1,22 m, dan bobot luncurnya 715 kg (FAS 2013); C-701 dengan jarak 15 km, beratnya mencapai 100 kg, diameter 0,18 m, dan panjangnya 2,507 m (Missile Threat 2013).

C.Peran Hizbullah di Libanon

Hizbullah memainkan 4 peran sekaligus. Pertama, menggunakan kekuasaan militer. Salah satunya yang menjadi kelebihan Hizbullah merupakan satu-satunya partai politik yang mempunyai pasukan militer. Dalam sebuah fórum parlemen Libanon di Istana L’Etoile Beirut pada awal juni 2006, pemimpin Hizbullah

Hasan Nasrallah mengatakan bahwa ada 3 poin yang membuat Libanon harus memberikan kelonggaran kepada Hizbullah untuk menyimpan senjata, yaitu:

1. Persenjataan Hizbullah untuk melindungi libanon secara keseluruhan, jika terjadi lagi peperangan dengan Israel.

(58)

41

3. Angkatan Bersenjata libanon tidak akan mampu melindungi perbatasan negara yang kedaulatannya secara rutin dilanggar oleh Israel (Farid 2006:57).

Kedua, kekuatan politik. Program-program politik Hizbullah dituangkan dalam sebuah risalah terbuka, yang disebarkan kepada masyarakat8. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat mengetahui Hizbullah beserta identitasnya serta mengetahui sandaran dan komitmennya terhadap doktrin-doktrin ketuhanan Islam. Selain itu masyarakat pun diharapkan mengetahui bagaimana sikap Hizbullah terhadap Israel dan Amerika.

Ketiga, kekuatan media. Hizbullah memiliki jaringan televisi satelit yang dikelola sendiri yaitu Al-Manar. Al-Manar menyiarkan berita dalam bahasa Arab, Inggris, Prancis, dan Ibrani. Al-Manar dapat disaksikan dari Libanon dan negara-negara Arab lainnya. Stasiun Tv ini dimaksudkan untuk menyiarkan segala bentuk aktivitas Hizbullah, baik sebagai media dakwah, kepada Israel dan masyarakat internasional. Al-Manar juga mensiarkan segala bentuk perlawanan yang dilakukan oleh Hizbullah untuk mengambil simpati masyarakat internasional. Media ini digunakan oleh Hizbullah untuk menayangkan dan mengabarkan sebagai alat penangkal dan penghancur propaganda Israel.

Keempat, kekuatan sosial kemasyarakatan. Hizbullah menyediakan berbagai pelayanan sosial di Libanon. Menurut media CNN, ”Hizbullah melakukan segala sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah, mulai dari pengumpulan sampah sampai menjalankan Rumah sakit dan memperbaiki sekolah” (CNN

2006). Hizbullah menjalankan 4 Rumah Sakit, 12 Klinik, 12 sekolah, 2 pusat

8

(59)

42

pertanian, dan pelatihan (Angkasa 2006:58). Hizbullah juga mempunyai departemen lingkungan hidup dan program bantuan sosial yang luas. Pelayanan yang disediakan Hizbullah juga lebih murah dibandingkan Rumah Sakit swasta milik Negara Libanon. Selama berlangsungnya perang bulan Juli 2006, Hizbullah menyuplai kebutuhan air bersih untuk seluruh kota di Libanon.

Pemerintah Libanon telah menerima Hizbullah sebagai organisasi perlawanan legal. Perdana Menteri Libanon Fuad Siniora berpendapat bahwa, kehadiran Hizbullah sangat membantu menghindari Libanon dari kehilangan wilayah. Hubungan Pemerintah Libanon dengan Hizbullah sangat baik. Ini dapat terlihat dari Pemilu awal yang Hizbullah ikuti pada tahun 1992. Hizbullah memperoleh 12 kursi dari 128 kursi (Angkasa 2006:56). Tahun 1996, Hizbullah memperoleh 10 kursi. Tahun 2000, memperoleh 8 kursi. Tahun 2005, Hizbullah memperoleh 14 kursi. Hizbullah menempatkan 3 perwakilannya yaitu menjabat sebagai Menteri, yang salah satunya adalah Mohammed Fneish sebagai Menteri energi dan air.

Hubungan Hizbullah dengan penduduk Libanon sangat harmonis. Ini dapat dilihat dari dukungan yang diberikan oleh penduduk Libanon pada perang tahun 2006 kemarin. Penduduk Libanon berperan sebagai aktor intelijen Hizbullah, yang menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan pasukan militer Israel. Penduduk Libanon juga membantu Hizbullah untuk memperlancar jalur masuk persenjataan yang di kirim dari Iran dan Suriah melalui daerah perbatasan.

(60)

43

Negara tersebut sama-sama siap terjun ke medan perang membantu Hizbullah. Sedangkan dari segi material tampak pada bantuan persenjataan dan finansial. Persenjataan yang dimiliki Hizbullah merupakan pasokan dari Iran dan Suriah. Tetapi, asal-usul persenjataan tersebut merupakan buatan Rusia, baru kemudian dibeli Iran dan Suriah serta selanjutnya didistribusikan kepada Hizbullah. Persenjataan tersebut tidak hanya sekedar dibeli saja, tetapi dimodifikasi sehingga daya tempurnya semakin tinggi dan canggih. Hizbullah menerima 200 juta dollar AS per tahun dari pemerintah Iran (Angkasa 2006:69). Uang tersebut digunakan Hizbullah untuk melaksanakan program kesehatan, pendidikan, dan membantu kaum du’afa dan anak yatim-piatu akibat perang di Libanon.

D.Kerusakan dan korban

Konflik antara Negara Israel dengan Hizbullah telah menimbulkan dampak buruk bagi kedua Negara Israel dan Libanon yaitu hancurnya infrastruktur, pencemaran lingkungan, menimbulkan korban jiwa (luka-luka dan meninggal dunia), pengungsian, dan kerugian finansial.

D.3.1 Di pihak Israel

(61)

44

Korban jiwa: 43 warga sipil dan 117 tentara IDF meninggal dunia, 1000

orang luka-luka. 300.000 warga Israel yang terlantar dan lebih dari satu juta mengungsi (Andri Shevtsov 2007). Menurut data dari BBC, 119 tentara IDF meninggal dunia dan 40 warga sipil meninggal dunia (BBC 2007). Data lain dari Jpost menyebutkan 52 orang penduduk sipil meninggal dunia (Jpost 2006). 1.350 orang luka-luka (Ynet News 2006). 300.000 orang mengungsi (Ny Times 2006). Korban dari pihak tentara IDF mencapai 115, 402 orang luka-luka, dan 2 orang ditawan (Jpost 2006).

Kerusakan infrastruktur: lebih dari 300 gedung rusak, termasuk rumah,

jalan raya, sekolah, pabrik, sarana umum, rumah sakit, dan apartemen (Farid 2006:13-38). Ini mengakibatkan Negara Israel sempat lumpuh, tidak dapat beroperasi akibat serangan yang dilakukan oleh pasukan Hizbullah.

Kerugian finansial: kerugian 1,5 milyar untuk rekonstruksi infrastruktur (Jeffrey Stinson 2006), US$ 4,8 miliar sebagai total biaya perang yang dikeluarkan oleh negara Israel (Libanon 2006). Kerugian tersebut mengakibatkan 70% bisnis di Negara Israel Utara terpaksa berhenti beroperasi. Sektor pariwisata Israel juga terpaksa berhenti utnuk sementara. Kerugian yang dialami oleh Negara Israel menjadi cambuk di masa depannya untuk memperhitungkan kembali biaya yang akan di keluarkan jika akan berperang melawan Hizbullah.

D.3.2 Di pihak Libanon

(62)

45

Korban jiwa: lebih dari 1.100 warga Libanon meninggal dunia, 4.000 orang luka-luka, 65 orang pasukan Hizbullah meninggal dunia (Kathy Gannon 2006), dan lebih dari satu juta warga Libanon mengungsi selama perang (Andriy Shevtsov 2007). Menurut data dari BBC, 1.125 orang warga Libanon meninggal dunia (BBC 2007). Selama perang berlangsung, terjadi pula pembunuhan massal yang diakibatkan oleh bom dari pesawat tempur Israel yang telah menewaskan 1.123 orang dalam pembunuhan di Qana. Jumlah itu terdiri dari 37 orang tentara Libanon dan Polisi, 894 orang warga sipil yang identitasnya jelas dan 192 tanpa identitas. Sedangkan untuk data korban luka-luka berjumlah 4.409 orang.

Kerusakan infrastruktur: Kerugian diterima oleh Negara Libanon membuat kondisi negara ini lumpuh total. Bantuan dari negara-negara tetangga tidak dapat masuk, sehingga penduduk Libanon mengalami kelaparan, kedinginan, dan penderitaan yang cukup lama. 80 jembatan, 900 pabrik, bandara, sekolah, rumah sakit, sarana umum, rumah ibadah, stasiun televisi, pelabuhan laut, dan lebih dari 15.000 rumah hancur.

(63)

46

Pencemaran tanah juga terjadi akibat pemboman pabrik deterjen Ghabris di Tyre (Andriy Shevtsov 2007). Bahan kimia dari deterjen tumpah dan meresap kedalam tanah sehingga menyebapkan tanah tidak dapat ditumbuhi oleh tanaman dan kerusakan ekosistem disekitar pabrik tersebut. Selain itu, satu juta bom curah yang belum meledak tersebar di seluruh Libanon (Andriy Shevtsov 2007). Serangan roket Hizbullah mengakibatkan kebakaran 3000 hektar hutan di Israel utara.

E.Gencatan Senjata

(64)

47

Setelah perjanjian genjatan senjata, diberlakukan Status Quo. Status Quo adalah kembali kekeadaan semula. Dalam perjanjian genjatan senjata, disepakati antara pihak yang berperang bahwa, daerah perbatasan harus dikembalikan ke status quo yaitu kekeadaan sebagaimana adanya sebelum perang. Ini berarti, kedua pihak yang berperang harus menarik kembali pasukan masing-masing sasuai dengan peta perbatasan yang semula berlaku sah sebelum perang..

(65)

48

Peacekeeping operations adalah operasi PBB di lapangan dimana personil internasional, warga sipil maupun pemerintah diberikan izin berkelompok di bawah komando PBB untuk membantu mengendalikan dan memecahkan konflik internasional yang nyata terjadi maupun konflik internal yang terjadi serta mempunyai kebebasan internasional (Murphy 2007:2). Operasi penjagaan perdamaian secara sah dilakukan dengan adanya Dewan Keamanan PBB serta persetujuan dari pemerintah dan pihak-pihak yang terlibat. (UN 2004:72).

Sejumlah negara yang tergabung dalam pasukan penjaga perdamaian PBB yang dikenal dengan sebutan United Nations Interim Force in Libanon (UNIFIL) mengirimkan wakil dari negaranya ke Libanon. Kehadiran pasukan PBB ke negara Libanon sebenarnya bukan hal yang asing lagi. Sebab, sejak tahun 1978 ketika perang saudara di Libanon, untuk meredakan konflik tersebut, pasukan PBB telah diterjunkan.

Gambar

Tabel IV. B. 1 Kronologi Serangan Roket Hizbullah ....................................
Gambar II.2. Peta Negara Israel...................................................................
Gambar II.1
Gambar II.2
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

“ Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar menyundul bola melalui bola yang dipantulkan ke tanah pada siswa kelas V Di SDN Sindang IV Kecamatan Sumedang utara

Pihak pertama bejanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target jangka menengah seperti yang

Bab ini menguraikan tinjauan pustaka tentang bank, suku bunga, inflasi, deposito dan variabel – variabel yang dibahas dalam peneltian ini yang kemudian

Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa filsafat Islam adalah hasil pemikiran manusia mengenai alam fisika dan metafisika serta manusia yang

Keempat, keberadaan pondok pesantren Alhikamussalafiyah memberikan dampak terhadap kehidupan keagamaan masyarakat Purwakarta, diantaranya yaitu pendirian majelis

For the purpose of the development of economic cooperation between cooperative, small and medium enterprises of the two Countries, the Parties will support and

As illustrated above, the pedagogical skills obtained from the training can be useful to equip teachers with the knowledge and skill of presenting a lesson, giving instruction,