SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR TERBUKA (Tbk)
OLEH
RISTI YUANDA PUTRI 090522057
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern Pada Perusahan Manufaktur Terbuka (Tbk)”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah
dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan
skripsi untuk Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh
telah dinyatakan dengan jelas dan benar adanya. Apabila dikemudian hari
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh
Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juli 2011
Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan kemudahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat
waktu guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Shalawat beriring salam
penulis hadiahkan kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya diharapkan di
akhirat kelak.
Sepanjang proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak
bantuan, dukungan, serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MSi, Ak.
selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi serta Sekretaris Program Studi
S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing. Terima
kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak selaku Dosen Pembanding/
Penguji I dan Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku Dosen
5. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Erdi dan Ibunda Teti Warningsih
terima kasih atas semua kasih sayang, do’a, dukungan, didikan, dan
semangat yang sangat berarti. Semoga penulis dapat menjadi anak yang
dapat dibanggakan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari para
pembaca untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi para pembacanya.
Medan, Juli 2011
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur terbuka (Tbk). Variabel independen penelitian ini adalah kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010 dengan jumlah anggota populasi sebanyak 150 perusahaan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling diperoleh 57 perusahaan sampel dengan 171 data observasi sebagai unit analisis (57 x 3 tahun). Pengujian atas hipotesis penelitian dilakukan dengan uji statistic deskriptif, uji Z-Score dan uji regresi logisitk.
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan regresi logistik dinyatakan bahwa variable kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.Variabel kondisi keunangan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Opini audit tahun sebelumnya, variabel pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of audit quality, financial condition, audit opinion the previous year, company growth and company size on the going concern audit opinion on the company opened manufacturing (Tbk). The independent variable of this study is the quality of the audit, the financial condition of companies, audit opinion the previous year, company growth and company size.
The population used in this study were manufacturing companies listed on the Stock Exchange in 2008-2010 with the number of members of the population of 150 firms. The sampling technique used was purposive sampling technique in which the number of samples obtained in this study were 57 companies with 171 sample data observations as the unit of analysis (57 x 3 years). Testing of hypothesis testing research conducted with descriptive statistics, test the Z-Score and regression test logisitk.
Based on the results of hypothesis testing with logistic regression revealed that variables significantly influence the quality of audit opinion concern.Variabel financial condition of the company going no significant effect on going-concern opinion. Audit opinion the previous year, the company's growth and size variables did not significantly influence the company's going concern opinion.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 7
1.Jenis Opini Auditor Independen... 7
2. Opini Audit Going Concern ... 9
b. Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Dalam Menerbitkan
Opini Audit Going Concern ...10
c. Contoh LAI dengan Opini WTP dan TMP Going Concern...11
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern di Perusahaan Manufaktur Terbuka (Tbk) ...14
a. Kualitas Audit ...14
b. Kondisi Keuangan ...15
c. Opini Audit Tahun Sebelumnya ...19
d. Pertumbuhan Perusahaan ...20
e. Ukuran Perusahaan...20
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu...21
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ...24
1. Kerangka Konseptual ...24
2. Hipotesis Penelitian ...26
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27
B. Jenis dan Sumber Data ... 27
C. Populasi Penelitian ... 28
D. Sampel Penelitian ... 28
E. Teknik Pengumpulan Data ...29
G. Metode Analisis Data ... 33
1. Pengujian Analisis Statistik Deskriptif ...33
2. Analisis Z-Score ...34
3. Analisis Regresi Logistik ... 36
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Hasil Pengumpulan Data ...40
B. Analisis Statistik Deskriptif ...42
C. Pengujian Regresi Logistik ... 44
1. Menguji Kelayakan Model Regresi ... 44
2. Menilai keseluruhan model (overall model fit) ... 44
3. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) ... 46
4. Uji Multikolineritas ... 46
5. Matriks Klasifikasi ...47
6. Pengujian Hipotesis Regresi Logistik ... 48
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53
B. Keterbatasan ... 54
C. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 56
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21
Tabel 3.1 Pengukuran Variabel ... 32
Tabel 3.2 Kriteria Titik Cut Off Model Z-Score...35
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 42
Tabel 4.2 Uji Kelayakan Model Regresi ... 44
Tabel 4.3 Uji Kelayakan Keseluruhan Model 1... 45
Tabel 4.4 Uji Kelayakan Keseluruhan Model 0... 45
Tabel 4.5 Uji Koefisien Determinasi... 46
Tabel 4.6 Uji Multikolineritas ... 47
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i Populasi dan Sampel Penelitian ... 58
Lampiran ii Data Penelitian ... 63
Lampiran iii Statitstik Deskriptif ... 79
Lampiran iv Uji Kelayakan Model Regresi... 79
Lampiran vii Uji Keseluruhan Model ... 81
Lampiran viii Matrix Klasifikasi ... 82
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur terbuka (Tbk). Variabel independen penelitian ini adalah kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010 dengan jumlah anggota populasi sebanyak 150 perusahaan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling diperoleh 57 perusahaan sampel dengan 171 data observasi sebagai unit analisis (57 x 3 tahun). Pengujian atas hipotesis penelitian dilakukan dengan uji statistic deskriptif, uji Z-Score dan uji regresi logisitk.
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan regresi logistik dinyatakan bahwa variable kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.Variabel kondisi keunangan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Opini audit tahun sebelumnya, variabel pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of audit quality, financial condition, audit opinion the previous year, company growth and company size on the going concern audit opinion on the company opened manufacturing (Tbk). The independent variable of this study is the quality of the audit, the financial condition of companies, audit opinion the previous year, company growth and company size.
The population used in this study were manufacturing companies listed on the Stock Exchange in 2008-2010 with the number of members of the population of 150 firms. The sampling technique used was purposive sampling technique in which the number of samples obtained in this study were 57 companies with 171 sample data observations as the unit of analysis (57 x 3 years). Testing of hypothesis testing research conducted with descriptive statistics, test the Z-Score and regression test logisitk.
Based on the results of hypothesis testing with logistic regression revealed that variables significantly influence the quality of audit opinion concern.Variabel financial condition of the company going no significant effect on going-concern opinion. Audit opinion the previous year, the company's growth and size variables did not significantly influence the company's going concern opinion.
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997/1998 membawa
dampak buruk bagi kelangsungan hidup perusahaan. Perekonomian mengalami
keterpurukan dan banyak perusahaan yang gulung tikar tidak bisa meneruskan
usahanya. Selain itu kita juga tidak lupa pada krisis keuangan global yang terjadi
tahun 2008 lalu yang telah memberikan dampak buruk bagi perkembangan dunia
khusunya dunia perbankan. Krisis yang berasal dari Amerika Serikat ini
membawa dampak yang luar biasa terhadap perekonomian dan sistem keuangan
semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini ditandai dengan
bangkrutnya salah satu bank investasi terbesar di Amerika Serikat, Lehman
Brothers. Krisis ini memberikan efek domino di seluruh dunia termasuk
Indonesia. Keberadaan perusahaan bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan
ekonomi yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup (going concern). Kelangsungan hidup usaha selalu
dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola entitas agar
bertahan hidup.
Going concern adalah kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya selama periode waktu pantas, yaitu tidak lebih dari satu
tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan (IAI, 2001: SA Seksi 341.1 paragraf
perusahaan sehingga jika suatu perusahaan mengalami kondisi yang berlawanan
dengan asumsi kelangsungan usaha, maka perusahaan tersebut dimungkinkan
mengalami masalah untuk survive.
Secara umum, beberapa hal yang dapat mempengaruhi auditor dalam
menerbitkan opini audit going concern (IAI, 2001: SA Seksi 341.3 paragraf 6)
antara lain terjadinya: trend negatif, petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan
keuangan perusahaan, masalah intern, dan masalah luar yang terjadi. Adapun
contoh kejadian dari trend negatif adalah arus kas negatif. Contoh kejadian dari
petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan perusahaan adalah dan
penunggakan pembayaran dividen. Contoh kejadian dari masalah intern adalah
pemogokan kerja dan ketergantungan besar atas sukses projek tertentu. Contoh
kejadian dari masalah luar yang terjadi adalah pengaduan gugatan utama dan
keluarnya undang-undang.
Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan banyak perusahaan go
public menerima opini audit going concern. Pengeluaran opini audit going
concern ini sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan untuk membuat
keputusan yang tepat dalam berinvestasi, karena ketika seorang investor akan
melakukan investasi ia perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan
terutama yang menyangkut tentang kelangsungan hidup perusahaan tersebut
(Santosa dan Wedari, 2007). Bahkan tidak sedikit dari auditor gagal memberikan
opini going concern kepada auditee, yaitu keadaan dimana perusahaan yang tidak
sehat namun menerima pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified).
laporan keuangan tersebut. Hal ini berarti, menuntut auditor untuk lebih
mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup suatu
perusahaan. Inilah alasan mengapa auditor turut bertanggung jawab atas
kelangsungan hidup suatu perusahaan meskipun dalam batas waktu tertentu yaitu
satu tahun sejak tanggal penerbitan laporan auditor (IAI, 2001: SA Seksi 341.1
paragraf 2).
Kasus-kasus skandal akuntansi dalam tahun-tahun belakangan ini
memberikan bukti lebih jauh tentang kegagalan audit yang membawa akibat
serius bagi masyarakat bisnis. Dalam kasus Enron, perusahaan tersebut telah
diaudit dengan opini wajar tanpa pengecualian namun setelah beberapa saat
ternyata Enron tidak mampu untuk terus beroperasi atau sudah tidak mampu lagi
untuk going concern. Kasus Enron mencuatkan kembali konsep penilain terhadap
going concern perusahaan yang diaudit. Kegagalan dalam mendeteksi
kemungkinan ketidakmampuan klien untuk going concern, seperti kasus Enron
dan WorldCom menimbulkan social cost yang besar bagi auditor. Hal itu
menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor menjadi
menurun.
Penelitian ini merupakan pengembangan dan replikasi dari penelitian Eko dkk
(2006), Arga (2007), Solikah (2007), Wahyu (2009) dan Ferima (2010). Peneliti
yang dilakukan oleh Eko dkk (2006) dengan menggunakan empat variabel
independen yaitu: Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit
Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan menyatakan bahwa variabel
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian yang
dilakukan oleh Arga (2007) dengan menggunakan lima variabel independen yaitu:
Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya,
Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan menyatakan bahwa hanya
opini audit tahun sebelumnya yang positif berpengaruh terhadap opini audit
going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Solikah (2007) dengan
menggunakan tiga variabel independen yaitu: Kondisi Keuangan Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya menyatakan
Kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap opini audit going concern. Penelitian yang dilakukan oleh
Wahyu (2009) dengan menggunakan empat variabel independen yaitu Financial
Distress, Debt Default, Auditor Changes, Opini Audit Tahun Sebelumnya
menyatakan bahwa Financial Distress, Auditor Changes dan Opini Audit Tahun
Sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
Hasil penelitian diatas memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian
lanjutan dengan variabel yang sama mengenai faktor yang berpengaruh terhadap
pemberian opini audit going concern pada perusahaan. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan variabel kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit
tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan, dengan
populasi perusahaan manufaktur terbuka (Tbk) tahun 2008-2010. Hasil penelitian
dilaporkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang
B.Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut: “Apakah kualitas audit, kondisi keuangan
perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan
manufaktur terbuka (Tbk)?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas audit,
kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan
perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern pada
perusahaan manufaktur terbuka (Tbk).
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dan dapat lebih
2. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan para pembaca maupun
sebagai salah satu bahan referensi atau bahan pertimbangan bagi penelitian
selanjutnya,
3. Bagi investor
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi investor yang ingin berinvestasi
agar mempunyai bahan pertimbangan dalam menetapkan keputusan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Teoritis
1. Jenis Opini Auditor Independen
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor
melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan
atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Arens
dan Lobbecke (2003: 36) mengemukakan bahwa laporan audit adalah langkah
terakhir dari seluruh proses audit. Dengan demikian auditor dalam memberikan
opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya
Menurut IAI(2001) dalam SA Seksi 326 bahwa tujuan audit atas laporan
keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan
pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor juga merupakan sarana bagi
auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan,
untuk menyatakan tidak memberikan pendapat.
Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan atas laporan
keuangan auditan. Tipe pendapat tersebut adalah pendapat wajar tanpa
pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse
opinion) dan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)
(Mulyadi, 2002: 20).
Opini auditor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
(Mulyadi,2002:20-22):
a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi :
1) Semua laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan.
2) Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh auditor.
3) Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah
melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan.
4) Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
5) Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah
paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.
b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas
(Unqualified Opinion with Explanatory Language).
Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas (atau bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat.
Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah:
1) Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum. 2) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.
3) Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 4) Penekanan atas suatu hal
5) Laporan audit yang melibatkan auditor lain.
c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan.
Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan :
1) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
terhadap lingkup audit.
2) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar,
d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan
auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum,
e. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan
klien.
2. Opini Audit Going Concern
a. Pengertian Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor
untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAI,2001:SA Seksi 341).
Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu
indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat
bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut
melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil
dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan
membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.
Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan
berlawanan (contrary information). Biasanya informasi yang secara
signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan
usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam
memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan
sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi
utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa
yang lain (IAI, 2001: SA Seksi 341.1 paragraf 1).
b. Faktor mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opini audit going
concern
Secara umum, contoh kondisi dan peristiwa jika di pertimbangkan
secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam waktu yang pantas adalah sebagai berikut (IAI, 2001: SA Seksi 341.3
paragraf 6):
1) Trend negatif, sebagai contoh kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha,
ratio keuangan penting yang jelek.
2) Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai
contoh kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aktiva.
3) Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan
hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aktiva.
4) Masalah luar yang terjadi, sebagai contoh pengaduan gugatan
atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.
IAI(2001) dalam SA Seksi 341.2 memberikan pedoman kepada auditor
tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut:
1) Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan manunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.
2) Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, auditor harus:
a) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang
ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
b) Menetapkan kemungkian bahwa rencana tersebut secara efektif
dilaksanakan.
3) Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas.
c. Contoh laporan auditor independen dengan opini tidak memberikan pendapat dan wajar tanpa pengecualian dari going concern
Auditor independen berarti auditor profesional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan
keuangan yang dibuat oleh kliennya. Berikut ini adalah contoh laporan
auditor independen yang berisi pernyataan tidak memberikan pendapat
Laporan Auditor Independen
[Pihak yang dituju oleh auditor]
Kami telah mengaudit neraca PT KXT tanggal 31 Desember 20X2 serta laporan laba rugi,laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan adalahtanggung jawab manajemen Perusahan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang diterapkan Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Karena adanya ketidakpastian besar mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup seperti yang kami kemukakan dalam paragraf di atas, maka keadaan ini tidak memungkinkan kami untuk menyatakan, dan kami tidak menyatakan, pendapat atas laporan keuangan tersebut di atas.
[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntansi publik, nomor izin
kantor akuntan publik]
[Tanggal]
Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa
seperti trend negatif dan masalah intern. Maka auditor tidak menyangsikan
kemampuan perusahaaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas maka auditor memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian. Berikut ini adalah contoh laporan auditor independen yang
berisi pernyataan wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan
mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan
Laporan Auditor Independen
[Pihak yang dituju oleh auditor]
Kami telah mengaudit neraca PT KXT tanggal 31 Desember 20X2 serta laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Lapaoran keuangan adalah tanggung jawab manajemen Perusahaan. Tanggun jawab kami terletak pada pernyataan pendapat ats laporan keuangan berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT KXT tanggal 31 Desember 20X2, dan hasil usaha serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Lampiran keuangan terlampir telah disusun dengan anggapan perusahaan akan melanjutkan usahanya secara berkelanjutan. Seperti yang diuraikan dalam Catatan X atas laporan keuangan, perusahaan telah mengalami kerugian yang berulangkali dari usahanya dan mengakibatkan saldo ekuitas negatif serta tanggal 31 Desember 20X2, jumlah kewajiban lancar Perusahaan melebihi jumlah aktiva sebesar Rp YYY. Rencana manajemen untuk mengatasi masalah ini juga telah diungkapkan dalam Catatan X. Laporan keuangan terlampir tidak mencakup penyesuaian yang berasal dari masalah tersebut.
[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntansi publik, nomor izin
kantor akuntan publik]
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern di Perusahaan Manufaktur Terbuka (Tbk)
a. Kualitas Audit
Auditor bertanggung jawab untuk menyedikan informasi yang
berkualitas tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para
pemakai laporan keuangan. Auditor yang mempunyai kualitas audit yang
baik lebih cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern apabila
klien tidak mempunyai masalah mengenai kelangsungan hidup
perusahaannya (Arga dan Linda, 2007). Maksudnya, auditor harus
memberikan pendapatnya mengenai kelangsungan hidup perusahaan
(auditee), dalam IAI dengan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion) atau pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas
(unqualified opinion with explanatory language).
Penelitian De Angelo (1981) dalam Arga Fajar Santosa (2007:145)
menyatakan bahwa auditor skala besar memiliki insentif yang lebih untuk
menghindari kritikan kerusakan reputasi dari pada auditor skala kecil.
Auditor skala besar juga lebih cenderung mengungkapkan masalah-masalah
yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses peradilan.
Argumen tersebut berarti bahwa auditor skala besar memiliki kemungkinan
atau dorongan yang lebih untuk melaporkan masalah going concern
kliennya apabila terbukti klien terdapat masalah untuk melangsungkan
b. Kondisi Keuangan Perusahaan
Kondisi keunangan perusahaan merupakan kondisi dimana keuangan
perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Kondisi keuangan
perusahaan dinilai dengan menggunakan nilai nilai Score. Nilai
Z-Score biasa digunakan untuk melihat potensi financial distress
(Kebangkrutan) pada perusahaan. Kebangkrutan sendiri biasanya diartikan
sebagai suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak
mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban debitur karena perusahaan
mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau
melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh
perusahaan dapat tercapai yaitu profit, sebab dengan laba yang diperoleh
perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, membiayai
operasi perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bisa
ditutup dengan laba atau aktiva yang dimiliki.
Menurut Hanafi dan Halim (2003: 261) prediksi financial distress
perusahaan ini menjadi perhatian banyak pihak. Pihak-pihak yang
menggunakan model tersebut meliputi:
1) Pemberi pinjaman. Penelitian berkaitan dengan prediksi financial
distress menpunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman,
baik dalam memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.
2) Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.
3) Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab
4) Pemerintah. Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dan antitrust regulation.
5) Auditor. Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.
6) Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka
perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugian penjualan atau kerugian paksa akibat ketetapan pengadilan).
Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan
perusahaan sesungguhnya. Pada perusahaan yang tidak sehat banyak
ditemukan indikator masalah going concern. Santosa dan Wedari (2007)
dalam Wahyu (2009) menyatakan bahwa semakin baik kondisi keuangan
perusahaan semakin kecil kemungkinan bagi auditor untuk memberikan
opini audit going concern, karena auditor hanya akan memberikan opini ini
jika perusahaan dikatakan bangkrut atau sulit melanjutkan kelangsungan
hidup usahanya.
Mengacu pada penelitian yang dilakukan wahyu (2009:29), maka
penelitian ini menggunakan model prediksi kebangkrutan untuk mengukur
kondisi keuangan perusahaan yaitu Z-Score Altman (1968). Edward I
Altman di New York University pada pertengahan tahun 1960
menggunakan analisis diskriminan dengan menyusun suatu model untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dalam studinya setelah menyeleksi
22 rasio keuangan, Altman menemukan lima jenis rasio yang dapat
dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut
dan berlanjut. Fungsi diskriminan Z (Zeta) yang ditemukannya adalah :
Dimana :
Z1 = working capital/total asset
Z2 = retained earnings/total asset
Z3 = earnings before interest and taxes/total asset
Z4 = market capitalization/book value of debt
Z5 = sales/total asset
Model yang telah dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi.
Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian agar model prediksi
kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan – perusahaan manufaktur (Tbk)
melainkan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaan – perusahaan di sektor
swasta baik yang go public maupun non go public. Persamaan baru yang
diperoleh sebagai berikut :
Z = 0,717 Z1 + 0,847 Z2 + 3,107 Z3 + 0,420 Z4 + 0.998 Z5
Dimana :
Z1 = working capital/total asset
Z2 = retained earnings/total asset
Z3 = earnings before interest and taxes/total asset
Z4 = market capitalization/book value of debt
Z5 = sales/total asset
(Edward I Altman, 1983 dalam Wahyu (2009:31)
Z Score yang dikembangkan Altman tersebut selain dapat digunakan
untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan, dapat juga digunakan
menarik mengenai Z Score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa
memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun seandainya
perusahaan sangat makmur, bila Z Score mulai turun dengan tajam, lonceng
peringatan harus berdering. Atau, bila perusahaan baru saja survive, Z Score
bisa digunakan untuk membantu mengevaluasi dampak yang telah
diperhitungkan dari perubahan upaya – upaya manajemen perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Altman untuk perusahaan yang bangkrut dan
tidak bangkrut menunjukkan nilai tertentu. Kriteria yang digunakan untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model diskriminan adalah
dengan melihat zone of ignorance yaitu daerah nilai Z, dimana
dikategorikan sebagai berikut : pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Kriteria titik cut off Model Z- Score
Kriteria Nilai Z
Tidak bangkrut jika Z > Bangkrut jika Z <
Daerah rawan bangkrut (grey area)
2,99 1,81 1,81 – 2,99
Sumber: Edward I Altman (1983) dalam Wahyu (2009:23 )
Menurut Altman, semua perusahaan yang mempunyai Z Score lebih
besar dari 2,99 menunjukkan perusahaan yang tidak mempunyai
permasalahan (non bankrupt company). Perusahaan yang mempunyai Z
Score antara 2,67 sampai 2,99 menunjukkan indikasi sedikit masalah
(meskipun tidak serius). Perusahaan yang mempunyai Z Score antara 1,8
sampai 2,67 memberikan indikasi apabila perusahaan tidak melakukan
perbaikan yang radikal, perusahaan mungkin akan mengalami ancaman
menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang
serius sehingga para investor dan kreditur seharusnya berhati – hati dalam
melakukan investasi.
c. Opini Audit Tahun Sebelumnya
Mutchler (1984) dalam Eko dkk (2006:9) melakukan wawancara
dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima
opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk
menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler (1985) dalam Eko
dkk (2006) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap
prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima
perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis
yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi
prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding
model yang lain.
Penelitian oleh Carcello dan Neal (2000) serta Rahmadhany (2004)
dalam Eko dkk (2006:9) memperkuat bukti mengenai opini audit going
concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini audit going concern
tahun berjalan. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit
going concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun
berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini
audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk
d. Pertumbuhan Perusahaan
Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio
pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan
mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam
kegiatan ekonomi secara keseluruhan Weston dan Copeland (1992) dalam
Solikah (2007:38). Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee.
Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif
mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya
dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern).
Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberi
peluang auditee untuk memperoleh peningkatan.laba. Semakin tinggi rasio
pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor
untuk menerbitkan opini audit going concern.
e. Ukuran Perusahaan
Mc Keown et al (1991) dalam Arga (2007:146) menyatakan
perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit yang lebih tinggi dari
pada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya mengenai
kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, sehingga auditor mungkin
ragu untuk mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan besar.
Mutchler (1985) dalam Arga (2007:146) menyatakan bahwa auditor lebih
sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahan kecil karena
auditor mempercayai bahwa perusahaan-perusahaan besar dapat
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah Setyano dkk (2006)
dengan judul penelitian “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan,
Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan perusahaan Terhadap Opini Audit
Going Concern. Arga (2007) dengan judul penelitian “ Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Solikah
(2007) dengan judul penelitian “ Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan, Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini
Audit Going Concern “, Ferima (2010) dengan judul penelitian “Pengaruh
Corporate Governance Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”,
Wahyu dkk (2009) dengan judul penelitian “ Pengaruh Financial Distress, Debt
Default, Auditor Changes Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terdaftar Opini
Audit Going Concern Pada Perusahaan Property And Real Estate Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Rangkuman Tinjauan penelitian terdahulu
[image:35.595.109.517.530.738.2]ini tercantum pada tabel 2.2.
Tabel. 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti
(Tahun)
Judul Analisis Penelitian
Variabel Hasil
1 Setyarno
dkk (2006) Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan regresi logistik Independen: −Kualitas Audit −Kondisi Keuangan Perusahaan −Opini Audit
Tabel.2.2 (Lanjutan) No Peneliti
(Tahun)
Judul Analisis
Penelitian
Variabel Hasil
Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern − Pertumbuha n Perusahaan Dependen: Opini Audit Going Concern
opini audit going
concern.
−variabel kualitas
audit dan pertumbuhan perusahaan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini
audit going
concern.
2 Arga
(2007) Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruh i Kecenderunga n Penerimaan Opini Audit Going Concern Regresi Logistik Independen: − Kualitas Audit − Kondisi Keuangan Perusahaan − Opini Audit
Tahun Sebelumnya − Pertumbuha n Perusahaan − Ukuran perusahaan Dependen: Opini Audit Going Concern
− Kualitas audit, Kondisi
keuangan, Pertumbuhan perusahaan dan Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern
− Opini audit
tahun sebelumnya ber-pengaruh positif terhadap kecenderungan pene- rimaan opini audit going concern
3 Solikah
(2007) Pengaruh Kondisi Keuangan Regresi Logistik Independen: Kondisi Keunagan
−kondisi keuangan perusahaan ,opini audit tahun
[image:36.595.110.518.128.746.2]Tabel 2.2 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun)
Judul Analisis
Penelitian
Variabel Hasil
Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern − Perusahaan − Pertumbuhan Perusahaan − Opini Audit
Tahun Sebelumnya Dependen: Opini Audit Going Concern sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern −pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern
4 Ferima
(2010) Pengaruh Corporate Governance Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Regresi Logistik Independen: corporate governance Opini audit merupakan opini going concern dan non going concern Dependen: Opini Audit Going Concern semakin besar kepemilikan manajerial maka perusahaan cenderung tidak menerima opini going concern. Sementara, konsentrasi kepemilikan, keberadaan kepemilikan keluarga, proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
5 Wahyu
dkk (2009) Pengaruh Financial Distress, Debt Default, Auditor Changes Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terdaftar Regresi Logistik Independen: Financial Distress Debt Default Auditor Changes Opini Audit Tahun Sebelumnya variabel auditor
changes, financial distress yang
diproksikan dengan
Z-Score Altman
(1968) tidak
berpengaruh tehadap opini audit going
concen
debt default, opini
[image:37.595.109.517.123.756.2]Opini Audit
Going Concern
Pada Perusahaan
Property And Real Estate Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Dependen:
Opini Audit
Going Concern
sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit going
concern,
Sumber: Data Diolah
C.Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori
yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan
tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis
(Jurusan Akuntansi FE USU, 2004: 13). Dalam penelitian ini penulis
menggunakan variabel independen kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan,
opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan
dalam melakukan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi opini audit
going concern. Kerangka konseptual penelitian ini berdasarkan tinjauan teoritis
H3 Ha
Gambar. 2.1 Kerangka Konseptual
Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang mempunyai
kualitas yang tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para
pengguna laporan keuangan. Auditor yang mempunyai kualitas audit yang baik
lebih cenderung kan menggunakan opini audit going concern apabila klien
mendapat mesalah mengenai going concern. Tingkat kesehatan suatu perusahaan
dapat dilihat dari kondisi keuangan perusahaan. perusahaan yang memiliki kondisi
keuangan yang baik maka auditor tidak akan mengeluarkan opini audit going
concern. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit going concern
tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada
tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka Kualitas Audit
Kondisi Keuangan Perusahaan
Opini Audit Tahun Sebelumnya
Pertumbuhan Perusahan
Ukuran Perusahaan
Opini Audit Going
[image:39.595.116.479.132.419.2]akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit
going cocern pada tahun berikutnya.
Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang
mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa
auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Penjualan yang terus
meningkat dari tahun ke tahun akan memberi peluang auditee untuk memperoleh
peningkatan.laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan
semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern.
2. Hipotesis Penelitian.
Hipotesis menurut Erlina (2007 : 41), menyatakan “hubungan yang diduga
secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat
diuji secara empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap
masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan
kebenaranya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan kerangka
koseptual yang telah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis sementara sebagai
berikut :
Ha: kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya,
pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut
Umar (2003 : 30), “penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”. Dengan kata lain desain
kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau
berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel
yang lain.
B.Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu
data yang diukur dalam bentuk skala numerik dan merupakan data sekunder yaitu
data yang diperoleh secara tidak langsung, yang berupa catatan maupun laporan
historis yang telah tersimpan dalam arsip, baik yang dipublikasikan maupun yang
tidak dipublikasikan(Kuncoro, 2003: 124). Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan selama
periode 2008, 2009 dan 2010. Data penelitian bersumber dari situs Bursa Efek
C. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2004:72). Sedangkan
menurut Hadi (2001) populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu
yang paling sedikit mempunyai 1 sifat yang sama. Populasi juga dapat diartikan
sebagai totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran
kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan lengkap
dan jelas yang ingin dipelajari sifatnya (Sudjana, 2002 : 6) Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan manufakur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dalam periode penelitian tahun 2008-2010 sejumlah 150 perusahaan.
Daftar populasi perusahaan manufaktur dapat dilihat pada lampiran i.
D.Sampel Penelitian
Menurut Erlina dan Mulyani (2007: 74), “sampel adalah bagian populasi yang
digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002 : 109). Dengan demikian sampel
lebih kecil dari populasi. Sampel perusahaan dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bergerak dalam
bidang manufaktur pada tahun 2008-2010 dipilih dengan metode purposive
sampling. Dalam purposive sampling, pemilihan kelompok subyek didasarkan
pada ciri atau sifat yang dipandang memiliki sangkut paut yang erat dengan ciri
15) purposive sampling adalah menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu
yang dipandang dapat memberikan secara maksimal data perusahaan. Sampel
penelitian dapat dilihat pada lampiran i-1.
Adapun pertimbangan kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2008-2010
2. Tidak delisting pada tahun tersebut,
3. Perusahaan tersebut tidak memiliki laba negatif pada tahun tersebut,
4. Melaporkan laporan keuangan yang terlah diaudit periode 2008-2010.
Dari 150 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, yang memenuhi
kriteria untuk menjadi sampel hanya 57 perusahaan dengan metode penggabungan
data (pooling) selama 3 tahun, maka total dari data yang akan dijadikan
pengamatan dalam penelitian ini adalah sebanyak 57 x 3 = 171 data pengamatan
sebagai unit analisis.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi dan tidak memerlukan
pengolahan lebih lanjut seperti keuangan tahunan. Data diperoleh dari media
internet melalui situs
(ICMD), untuk melihat laporan keuangan dan data terkait dengan perusahaan yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini.
F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Defenisi Operasional Variabel
Variabel yang dimaksud dalam penelitian dibedakan menjadi 2 kelompok
yaitu :
a. Variabel dependen
Variabel dependen penelitian ini adalah opini audit going concern. Opini
audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk
mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Termasuk dalam opini audit going
concern ini adalah opini going concern unqualified/qualified dan going concern
disclaimer opinion.
b. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Kualitas Audit
Kualitas audit merupakan probabilitas seorang auditor dapat
menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam sistem akuntansi
klien, Kualitas audit diproyeksikan dengan menggunakan skala auditor.
auditor yang bukan (non the big four). KAP yang bermitra dengan the big
four di Indonesia yaitu:
a) KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bermitra dengan KAP
Osman, Ramli, Satrio & Rekan
b) KAP Ernest & Young (E & Y), bermitra dengan KAP Purwantono,
Sarwoko,& Sandjaja
c) KAP Pricewaterhouse Cooper (PWC), bermitra dengan KAP
Haryanto Sahari & Rekan
d) KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bermitra dengan
KAP Sidharta, Sidharta & Widjaja.
2) Kondisi Keuangan Perusahaan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode untuk mengukur
kondisi keuanganperusahaan dengan model Altman. Dimana model ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Z = 1,2 Z1 + 1,4 Z2 + 3,3Z3 + 0,6 Z4 + 99,9 Z5
Keterangan :
Z1 = working capital/total asset
Z2 = retained earnings/total asset
Z3 = earnings before interest and taxes/total asset
Z4 = market capitalization/book value of debt
3) Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit tahun sebelumny didefenisikan sebagai opini audit yang
diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Opini audit sebelumnya
dalam penelitian ini diambil dari opini audit tahun 2007, 2008 dan 2009.
4) Pertumbuhan Perusahaa
Rasio pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengukur
kemampuan auditee dalam pertumbuhan tingkat penjualan:
Pertumbuhan Penjualan =
Data ini diperoleh dengan menghitung sales growth ratio berdasarkan
laporan laba/rugi masing – masing auditee. Hasil perhitungan rasio
pertumbuhan penjualan disajikan dengan skala rasio.
5) Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah variabel untuk mengukur seberapa besar
atau kecilnya perusahaan. Pengukuran dihitung dengan menggunakann
natural logaritma dari total aktiva ( Ln Aktiva). Memakai logaritma agar
data aktiva sama besarnya dengan data variabel yang lain.
2. Pengukuran Variabel
Ringkasan pengukuran variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1
[image:46.595.114.517.662.751.2]sebagai berikut:
Tabel. 3.1 Pengukuran Variabel Variabel Defenisi
Operasional Pengukuran Skala
Variabel Terikat
Opini Audit
Going Concern
opini yang dikeluarkan oleh
kategori 1 untuk perusahaan manufaktur
auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
yang menerima opini audit going concern dan 0
untuk perusahaan manufaktur yang tidak
menerima opini audit
going concern
Variabel Bebas
Kualitas Audit probabilitas seorang
auditor dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam sistem akuntansi
Kategori 1 untuk auditor yang tergabung dalam skala besar (the big four) dan 0 untuk auditor yang bukan (non the big four)
Dummy Kondisi keuangan Perusahan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis
Nilai Z-Score Rasio
Opini Audit tahun Sebelumnya
opini audit yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya
opini audit going concern (GCAO) akan diberik kode 1 sedangkan untuk opini audit non going concern (NGCAO) akan diberi kode 0, untuk mengukur apakah perusahaan menerima opini audit going concern pada tahun sebulumnya
Dummy
Pertumbuhan Perusahaan
mengukur
kemampuan auditee dalam pertumbuhan perusahaan
Persentase kenaikan dan penurunan pertumbuhan penjualan
Rasio
Ukuran perusahan untuk mengukur seberapa besar atau kecilnya perusahaan sampel
Logaritma nartural (Ln) atas total aktiva
Rasio
G.Metode Analisis Data
Data penelitian dianalisis dan diuji dengan beberapa uji statistik yang terdiri
dari statistik deskriptif dan uji regresi logistik untuk pengujian hipotesis.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Data yang dikumpulkan dalam penelitian dan diolah, kemudian dianalisis
dengan alat statistik yaitu statistik deskriptif. Pengujian statistik desktiptif
digunakan untuk memberikan gambaran profil data sampel. Statistik deskriptif
juga bermanfaat untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini,
yaitu akan memberikan gambaran umum dari tiap variabel penelitian Peneliti
menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata, nilai maksimum dan
nilai minimum. Data yang diteliti akan dikelompokkan berdasarkan opini audit
yang diterimanya dalam dua kategori, yaitu auditee yang menerima opini audit
going concern (GCAO) dan auditee yang menerima opini audit non going
concern (NGCAO).
2. Analisis Z Score
Selain statistik deskriptif juga digunakan analisis Z Score yang sering disebut
model prediksi kebangkrutan (bankruptcy prediction models). Z Score
menggunakan teknik statistik (analisis diskriminan multipel – multiple
discriminant analysis) untuk menghasilkan alat prediksi yang merupakan fungsi
linear dari beberapa variabel penjelas. Alat prediksi ini menggolongkan atau
memprediksi kemungkinan bangkrut atau tidak bangkrutnya perusahaan. Dalam
variabel dengan kelima rasio yang sudah dihitung terlebih dahulu berdasarkan
neraca dan laporan laba/rugi masing – masing perusahaan. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Z = 1,2 Z1 + 1,4 Z2 + 3,3 Z3 + 0,6 Z4 + 99,9 Z5
Dimana :
Z1 = working capital/total asset
Z2 = retained earnings/total asset
Z3 = earnings before interest and taxes/total asset
Z4 = market capitalization/book value of debt
Z5 = sales/total asset dengan
Kemudian nilai dari Z Score tersebut dianalisis dan dikelompokkan kedalam
[image:49.595.114.517.473.555.2]3 kelompok dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.2
Kriteria titik cut off Model Z Score
Kriteria Nilai Z Kategori
Tidak bangkrut jika Z > Bangkrut jika Z <
Daerah rawan bangkrut (grey area)
2,99 1,81 1,81 – 2,99
Sehat Bangkrut
Rawan Bangkrut
Tabel 3.2 tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut :
a. Jika perusahaan memperoleh nilai Z > 2,99 maka perusahaan masuk
dalam kategori perusahaan sehat. Hal tersebut dapat diartikan perusahaan
dalam keadaan baik tanpa ada masalah keuangan.
b. Jika perusahaan memperoleh nilai Z < 1,81 maka perusahaan masuk
sedang mengalami kesulitan keuangan dan diindikasikan menghadapi
ancaman kebangkrutan yang serius.
c. Jika perusahaan memperoleh nilai Z = 1,81 – 2,99 maka perusahaan
masuk dalam kategori rawan bangkrut. Perusahaan dalam kategori ini
menunjukkan indikasi sedikit masalah dan apabila perusahaan tidak
segera melakukan tindakan yang radikal, perusahaan mungkin akan
mengalami ancaman kebangkrutan dalam jangka waktu dua tahun.
3. Analisis regresi logistik
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat dengan
menggunakan regresi logistik (logistic regression), yang variabel bebasnya
merupakan kombinasi antara metric dan non metric (nominal). Regresi logistik
adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya
variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Ghozali, 2002 :
120). Pengujian dilakukan pada tingkat signifikasi (α) 5 persen. Teknik analisis
ini tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel
bebasnya (Ghozali, 2006). Gujarati (2003) menyatakan bahwa regresi logistik
mengabaikan heteroscedasitiy, artinya variabel dependen tidak memerlukan
homoscedacity untuk masing-masing variabel independennnya.
Pengujian regresi logistik dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hipotesis untuk menilai kelayakan model
H0 : Tidak ada perbedaan antara model dengan data
Ha : Ada perbedaan antara model dengan data
Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih besar
dari pada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model
mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat
diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2006).
b. Menilai keseluruhan model (overall model fit)
Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model
terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah :
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Dari hipotesis ini supaya model fit dengan data maka H0 harus diterima
atau Ha harus ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi
Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model
yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis
nol dan hipotesis alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL.
Dengan degree of freedom n – q, dimana q adalah parameter dalam
model, output SPSS akan memberikan dua nilai -2LogL, yaitu satu untuk
model yang hanya memasukkan konstanta dan yang kedua untuk model
dengan konstanta dan variabel bebas. Dengan alpha 5%, cara menilai
modelfit ini adalah sebagai berikut :
1) Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang
2) Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang
berarti bahwa model tidak fit dengan data.
Adanya pengurangan nilai antara - 2LogL awal (initial - 2LL function)
dengan nilai - 2LogL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model
yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006). Log Likelihood pada
regresi logistik mirip dengan pengertian "Sum of Square Error" pada model
regresi, sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi
yang semakin baik.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
variabilitas variabel–variabel independen mampu memperjelas variabilitas
variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat
pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat
diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda (Ghozali,
2006). Nilai ini didapat dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square
dengan nilai maksimumnya.
d. Matrik Klasifikasi
Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going
concern pada auditee. Dalam output regresi logistik, angka ini dapat
e. Pengujian Hipotesis Penelitian
Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat melalui koefisien regresi.
Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk
hubungan antara variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara
membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi
(5%). Jika nilai asymtotik signifikan < dari 0,05 (tingkat signifikansi /5%)
maka Ha dapat diterima, yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh
secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat. Begitu pula
sebaliknya, bila asymtotik signifikan > dari 0,05 (tingkat signifikansi /)
maka Ha tidak dapat diterima, yang berarti bahwa variabel bebas tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat. Adapun
rumus dari regresi linier berganda (multiple liner regresion) adalah sebagai
berikut :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4+ b5 x5+ e
Dimana :
Y = Opini Audit Going Concern
Variabel dummy dimana
1= opini audit going concern
0= opini audit non going concern
X1 = Kualitas Audit
X2 = Kondisi Keuangan Perusahaan
X3 = Opini Audit Tahun Sebelumnya
X5 = Pertumbuhan Perusahaan
a = Konstanta
b1,b2,b3,b4,b5 = Koefisien regresi dari setiap variabel
independen
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN