• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern Pada Perusahan Manufaktur Terbuka (Tbk)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern Pada Perusahan Manufaktur Terbuka (Tbk)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR TERBUKA (Tbk)

OLEH

RISTI YUANDA PUTRI 090522057

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern Pada Perusahan Manufaktur Terbuka (Tbk)”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah

dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan

skripsi untuk Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh

telah dinyatakan dengan jelas dan benar adanya. Apabila dikemudian hari

pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh

Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juli 2011

Yang membuat pernyataan,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

nikmat dan kemudahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat

waktu guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi

Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Shalawat beriring salam

penulis hadiahkan kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya diharapkan di

akhirat kelak.

Sepanjang proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak

bantuan, dukungan, serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MSi, Ak.

selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi serta Sekretaris Program Studi

S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing. Terima

kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada

penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak selaku Dosen Pembanding/

Penguji I dan Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku Dosen

(4)

5. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Erdi dan Ibunda Teti Warningsih

terima kasih atas semua kasih sayang, do’a, dukungan, didikan, dan

semangat yang sangat berarti. Semoga penulis dapat menjadi anak yang

dapat dibanggakan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari para

pembaca untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi

ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Medan, Juli 2011

(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur terbuka (Tbk). Variabel independen penelitian ini adalah kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010 dengan jumlah anggota populasi sebanyak 150 perusahaan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling diperoleh 57 perusahaan sampel dengan 171 data observasi sebagai unit analisis (57 x 3 tahun). Pengujian atas hipotesis penelitian dilakukan dengan uji statistic deskriptif, uji Z-Score dan uji regresi logisitk.

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan regresi logistik dinyatakan bahwa variable kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.Variabel kondisi keunangan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Opini audit tahun sebelumnya, variabel pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.

(6)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of audit quality, financial condition, audit opinion the previous year, company growth and company size on the going concern audit opinion on the company opened manufacturing (Tbk). The independent variable of this study is the quality of the audit, the financial condition of companies, audit opinion the previous year, company growth and company size.

The population used in this study were manufacturing companies listed on the Stock Exchange in 2008-2010 with the number of members of the population of 150 firms. The sampling technique used was purposive sampling technique in which the number of samples obtained in this study were 57 companies with 171 sample data observations as the unit of analysis (57 x 3 years). Testing of hypothesis testing research conducted with descriptive statistics, test the Z-Score and regression test logisitk.

Based on the results of hypothesis testing with logistic regression revealed that variables significantly influence the quality of audit opinion concern.Variabel financial condition of the company going no significant effect on going-concern opinion. Audit opinion the previous year, the company's growth and size variables did not significantly influence the company's going concern opinion.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 7

1.Jenis Opini Auditor Independen... 7

2. Opini Audit Going Concern ... 9

(8)

b. Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Dalam Menerbitkan

Opini Audit Going Concern ...10

c. Contoh LAI dengan Opini WTP dan TMP Going Concern...11

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern di Perusahaan Manufaktur Terbuka (Tbk) ...14

a. Kualitas Audit ...14

b. Kondisi Keuangan ...15

c. Opini Audit Tahun Sebelumnya ...19

d. Pertumbuhan Perusahaan ...20

e. Ukuran Perusahaan...20

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu...21

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ...24

1. Kerangka Konseptual ...24

2. Hipotesis Penelitian ...26

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27

B. Jenis dan Sumber Data ... 27

C. Populasi Penelitian ... 28

D. Sampel Penelitian ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ...29

(9)

G. Metode Analisis Data ... 33

1. Pengujian Analisis Statistik Deskriptif ...33

2. Analisis Z-Score ...34

3. Analisis Regresi Logistik ... 36

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Hasil Pengumpulan Data ...40

B. Analisis Statistik Deskriptif ...42

C. Pengujian Regresi Logistik ... 44

1. Menguji Kelayakan Model Regresi ... 44

2. Menilai keseluruhan model (overall model fit) ... 44

3. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) ... 46

4. Uji Multikolineritas ... 46

5. Matriks Klasifikasi ...47

6. Pengujian Hipotesis Regresi Logistik ... 48

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53

B. Keterbatasan ... 54

C. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21

Tabel 3.1 Pengukuran Variabel ... 32

Tabel 3.2 Kriteria Titik Cut Off Model Z-Score...35

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 42

Tabel 4.2 Uji Kelayakan Model Regresi ... 44

Tabel 4.3 Uji Kelayakan Keseluruhan Model 1... 45

Tabel 4.4 Uji Kelayakan Keseluruhan Model 0... 45

Tabel 4.5 Uji Koefisien Determinasi... 46

Tabel 4.6 Uji Multikolineritas ... 47

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran i Populasi dan Sampel Penelitian ... 58

Lampiran ii Data Penelitian ... 63

Lampiran iii Statitstik Deskriptif ... 79

Lampiran iv Uji Kelayakan Model Regresi... 79

Lampiran vii Uji Keseluruhan Model ... 81

Lampiran viii Matrix Klasifikasi ... 82

(13)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur terbuka (Tbk). Variabel independen penelitian ini adalah kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010 dengan jumlah anggota populasi sebanyak 150 perusahaan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling diperoleh 57 perusahaan sampel dengan 171 data observasi sebagai unit analisis (57 x 3 tahun). Pengujian atas hipotesis penelitian dilakukan dengan uji statistic deskriptif, uji Z-Score dan uji regresi logisitk.

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan regresi logistik dinyatakan bahwa variable kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.Variabel kondisi keunangan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. Opini audit tahun sebelumnya, variabel pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.

(14)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of audit quality, financial condition, audit opinion the previous year, company growth and company size on the going concern audit opinion on the company opened manufacturing (Tbk). The independent variable of this study is the quality of the audit, the financial condition of companies, audit opinion the previous year, company growth and company size.

The population used in this study were manufacturing companies listed on the Stock Exchange in 2008-2010 with the number of members of the population of 150 firms. The sampling technique used was purposive sampling technique in which the number of samples obtained in this study were 57 companies with 171 sample data observations as the unit of analysis (57 x 3 years). Testing of hypothesis testing research conducted with descriptive statistics, test the Z-Score and regression test logisitk.

Based on the results of hypothesis testing with logistic regression revealed that variables significantly influence the quality of audit opinion concern.Variabel financial condition of the company going no significant effect on going-concern opinion. Audit opinion the previous year, the company's growth and size variables did not significantly influence the company's going concern opinion.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997/1998 membawa

dampak buruk bagi kelangsungan hidup perusahaan. Perekonomian mengalami

keterpurukan dan banyak perusahaan yang gulung tikar tidak bisa meneruskan

usahanya. Selain itu kita juga tidak lupa pada krisis keuangan global yang terjadi

tahun 2008 lalu yang telah memberikan dampak buruk bagi perkembangan dunia

khusunya dunia perbankan. Krisis yang berasal dari Amerika Serikat ini

membawa dampak yang luar biasa terhadap perekonomian dan sistem keuangan

semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini ditandai dengan

bangkrutnya salah satu bank investasi terbesar di Amerika Serikat, Lehman

Brothers. Krisis ini memberikan efek domino di seluruh dunia termasuk

Indonesia. Keberadaan perusahaan bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

ekonomi yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan

kelangsungan hidup (going concern). Kelangsungan hidup usaha selalu

dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola entitas agar

bertahan hidup.

Going concern adalah kemampuan perusahaan dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya selama periode waktu pantas, yaitu tidak lebih dari satu

tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan (IAI, 2001: SA Seksi 341.1 paragraf

(16)

perusahaan sehingga jika suatu perusahaan mengalami kondisi yang berlawanan

dengan asumsi kelangsungan usaha, maka perusahaan tersebut dimungkinkan

mengalami masalah untuk survive.

Secara umum, beberapa hal yang dapat mempengaruhi auditor dalam

menerbitkan opini audit going concern (IAI, 2001: SA Seksi 341.3 paragraf 6)

antara lain terjadinya: trend negatif, petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan

keuangan perusahaan, masalah intern, dan masalah luar yang terjadi. Adapun

contoh kejadian dari trend negatif adalah arus kas negatif. Contoh kejadian dari

petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan perusahaan adalah dan

penunggakan pembayaran dividen. Contoh kejadian dari masalah intern adalah

pemogokan kerja dan ketergantungan besar atas sukses projek tertentu. Contoh

kejadian dari masalah luar yang terjadi adalah pengaduan gugatan utama dan

keluarnya undang-undang.

Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan banyak perusahaan go

public menerima opini audit going concern. Pengeluaran opini audit going

concern ini sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan untuk membuat

keputusan yang tepat dalam berinvestasi, karena ketika seorang investor akan

melakukan investasi ia perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan

terutama yang menyangkut tentang kelangsungan hidup perusahaan tersebut

(Santosa dan Wedari, 2007). Bahkan tidak sedikit dari auditor gagal memberikan

opini going concern kepada auditee, yaitu keadaan dimana perusahaan yang tidak

sehat namun menerima pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified).

(17)

laporan keuangan tersebut. Hal ini berarti, menuntut auditor untuk lebih

mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup suatu

perusahaan. Inilah alasan mengapa auditor turut bertanggung jawab atas

kelangsungan hidup suatu perusahaan meskipun dalam batas waktu tertentu yaitu

satu tahun sejak tanggal penerbitan laporan auditor (IAI, 2001: SA Seksi 341.1

paragraf 2).

Kasus-kasus skandal akuntansi dalam tahun-tahun belakangan ini

memberikan bukti lebih jauh tentang kegagalan audit yang membawa akibat

serius bagi masyarakat bisnis. Dalam kasus Enron, perusahaan tersebut telah

diaudit dengan opini wajar tanpa pengecualian namun setelah beberapa saat

ternyata Enron tidak mampu untuk terus beroperasi atau sudah tidak mampu lagi

untuk going concern. Kasus Enron mencuatkan kembali konsep penilain terhadap

going concern perusahaan yang diaudit. Kegagalan dalam mendeteksi

kemungkinan ketidakmampuan klien untuk going concern, seperti kasus Enron

dan WorldCom menimbulkan social cost yang besar bagi auditor. Hal itu

menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor menjadi

menurun.

Penelitian ini merupakan pengembangan dan replikasi dari penelitian Eko dkk

(2006), Arga (2007), Solikah (2007), Wahyu (2009) dan Ferima (2010). Peneliti

yang dilakukan oleh Eko dkk (2006) dengan menggunakan empat variabel

independen yaitu: Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit

Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan menyatakan bahwa variabel

(18)

signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian yang

dilakukan oleh Arga (2007) dengan menggunakan lima variabel independen yaitu:

Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya,

Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan menyatakan bahwa hanya

opini audit tahun sebelumnya yang positif berpengaruh terhadap opini audit

going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Solikah (2007) dengan

menggunakan tiga variabel independen yaitu: Kondisi Keuangan Perusahaan,

Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya menyatakan

Kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh

signifikan terhadap opini audit going concern. Penelitian yang dilakukan oleh

Wahyu (2009) dengan menggunakan empat variabel independen yaitu Financial

Distress, Debt Default, Auditor Changes, Opini Audit Tahun Sebelumnya

menyatakan bahwa Financial Distress, Auditor Changes dan Opini Audit Tahun

Sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.

Hasil penelitian diatas memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian

lanjutan dengan variabel yang sama mengenai faktor yang berpengaruh terhadap

pemberian opini audit going concern pada perusahaan. Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan variabel kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit

tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan, dengan

populasi perusahaan manufaktur terbuka (Tbk) tahun 2008-2010. Hasil penelitian

dilaporkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang

(19)

B.Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut: “Apakah kualitas audit, kondisi keuangan

perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan

manufaktur terbuka (Tbk)?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas audit,

kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan

perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern pada

perusahaan manufaktur terbuka (Tbk).

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dan dapat lebih

(20)

2. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan para pembaca maupun

sebagai salah satu bahan referensi atau bahan pertimbangan bagi penelitian

selanjutnya,

3. Bagi investor

Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi investor yang ingin berinvestasi

agar mempunyai bahan pertimbangan dalam menetapkan keputusan

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Teoritis

1. Jenis Opini Auditor Independen

Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam

berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor

melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan

atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Arens

dan Lobbecke (2003: 36) mengemukakan bahwa laporan audit adalah langkah

terakhir dari seluruh proses audit. Dengan demikian auditor dalam memberikan

opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya

Menurut IAI(2001) dalam SA Seksi 326 bahwa tujuan audit atas laporan

keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan

pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,

hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor juga merupakan sarana bagi

auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan,

untuk menyatakan tidak memberikan pendapat.

Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan atas laporan

keuangan auditan. Tipe pendapat tersebut adalah pendapat wajar tanpa

pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian dengan

(22)

wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse

opinion) dan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

(Mulyadi, 2002: 20).

Opini auditor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

(Mulyadi,2002:20-22):

a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.

Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi :

1) Semua laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan.

2) Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh auditor.

3) Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah

melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan.

4) Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.

5) Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah

paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.

b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas

(Unqualified Opinion with Explanatory Language).

Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas (atau bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat.

Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah:

1) Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum. 2) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.

3) Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi

yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 4) Penekanan atas suatu hal

5) Laporan audit yang melibatkan auditor lain.

c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

(23)

sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan.

Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan :

1) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan

terhadap lingkup audit.

2) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari

prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar,

d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan

auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan

prinsip akuntansi berterima umum,

e. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)

Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan

klien.

2. Opini Audit Going Concern

a. Pengertian Opini Audit Going Concern

Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor

untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan

untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAI,2001:SA Seksi 341).

Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu

indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat

bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut

melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil

dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan

membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.

Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan

(24)

berlawanan (contrary information). Biasanya informasi yang secara

signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan

usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam

memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan

sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi

utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa

yang lain (IAI, 2001: SA Seksi 341.1 paragraf 1).

b. Faktor mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opini audit going

concern

Secara umum, contoh kondisi dan peristiwa jika di pertimbangkan

secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang

kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya

dalam waktu yang pantas adalah sebagai berikut (IAI, 2001: SA Seksi 341.3

paragraf 6):

1) Trend negatif, sebagai contoh kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha,

ratio keuangan penting yang jelek.

2) Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai

contoh kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aktiva.

3) Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan

hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aktiva.

4) Masalah luar yang terjadi, sebagai contoh pengaduan gugatan

(25)

atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.

IAI(2001) dalam SA Seksi 341.2 memberikan pedoman kepada auditor

tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut:

1) Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan manunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.

2) Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, auditor harus:

a) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang

ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.

b) Menetapkan kemungkian bahwa rencana tersebut secara efektif

dilaksanakan.

3) Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas.

c. Contoh laporan auditor independen dengan opini tidak memberikan pendapat dan wajar tanpa pengecualian dari going concern

Auditor independen berarti auditor profesional yang menyediakan

jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan

keuangan yang dibuat oleh kliennya. Berikut ini adalah contoh laporan

auditor independen yang berisi pernyataan tidak memberikan pendapat

(26)

Laporan Auditor Independen

[Pihak yang dituju oleh auditor]

Kami telah mengaudit neraca PT KXT tanggal 31 Desember 20X2 serta laporan laba rugi,laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan adalahtanggung jawab manajemen Perusahan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang diterapkan Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Karena adanya ketidakpastian besar mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup seperti yang kami kemukakan dalam paragraf di atas, maka keadaan ini tidak memungkinkan kami untuk menyatakan, dan kami tidak menyatakan, pendapat atas laporan keuangan tersebut di atas.

[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntansi publik, nomor izin

kantor akuntan publik]

[Tanggal]

Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa

seperti trend negatif dan masalah intern. Maka auditor tidak menyangsikan

kemampuan perusahaaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya

dalam jangka waktu pantas maka auditor memberikan pendapat wajar tanpa

pengecualian. Berikut ini adalah contoh laporan auditor independen yang

berisi pernyataan wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan

mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan

(27)

Laporan Auditor Independen

[Pihak yang dituju oleh auditor]

Kami telah mengaudit neraca PT KXT tanggal 31 Desember 20X2 serta laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Lapaoran keuangan adalah tanggung jawab manajemen Perusahaan. Tanggun jawab kami terletak pada pernyataan pendapat ats laporan keuangan berdasarkan audit kami.

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT KXT tanggal 31 Desember 20X2, dan hasil usaha serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Lampiran keuangan terlampir telah disusun dengan anggapan perusahaan akan melanjutkan usahanya secara berkelanjutan. Seperti yang diuraikan dalam Catatan X atas laporan keuangan, perusahaan telah mengalami kerugian yang berulangkali dari usahanya dan mengakibatkan saldo ekuitas negatif serta tanggal 31 Desember 20X2, jumlah kewajiban lancar Perusahaan melebihi jumlah aktiva sebesar Rp YYY. Rencana manajemen untuk mengatasi masalah ini juga telah diungkapkan dalam Catatan X. Laporan keuangan terlampir tidak mencakup penyesuaian yang berasal dari masalah tersebut.

[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntansi publik, nomor izin

kantor akuntan publik]

(28)

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern di Perusahaan Manufaktur Terbuka (Tbk)

a. Kualitas Audit

Auditor bertanggung jawab untuk menyedikan informasi yang

berkualitas tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para

pemakai laporan keuangan. Auditor yang mempunyai kualitas audit yang

baik lebih cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern apabila

klien tidak mempunyai masalah mengenai kelangsungan hidup

perusahaannya (Arga dan Linda, 2007). Maksudnya, auditor harus

memberikan pendapatnya mengenai kelangsungan hidup perusahaan

(auditee), dalam IAI dengan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified

opinion) atau pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas

(unqualified opinion with explanatory language).

Penelitian De Angelo (1981) dalam Arga Fajar Santosa (2007:145)

menyatakan bahwa auditor skala besar memiliki insentif yang lebih untuk

menghindari kritikan kerusakan reputasi dari pada auditor skala kecil.

Auditor skala besar juga lebih cenderung mengungkapkan masalah-masalah

yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses peradilan.

Argumen tersebut berarti bahwa auditor skala besar memiliki kemungkinan

atau dorongan yang lebih untuk melaporkan masalah going concern

kliennya apabila terbukti klien terdapat masalah untuk melangsungkan

(29)

b. Kondisi Keuangan Perusahaan

Kondisi keunangan perusahaan merupakan kondisi dimana keuangan

perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Kondisi keuangan

perusahaan dinilai dengan menggunakan nilai nilai Score. Nilai

Z-Score biasa digunakan untuk melihat potensi financial distress

(Kebangkrutan) pada perusahaan. Kebangkrutan sendiri biasanya diartikan

sebagai suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak

mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban debitur karena perusahaan

mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau

melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh

perusahaan dapat tercapai yaitu profit, sebab dengan laba yang diperoleh

perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, membiayai

operasi perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bisa

ditutup dengan laba atau aktiva yang dimiliki.

Menurut Hanafi dan Halim (2003: 261) prediksi financial distress

perusahaan ini menjadi perhatian banyak pihak. Pihak-pihak yang

menggunakan model tersebut meliputi:

1) Pemberi pinjaman. Penelitian berkaitan dengan prediksi financial

distress menpunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman,

baik dalam memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.

2) Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.

3) Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab

(30)

4) Pemerintah. Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dan antitrust regulation.

5) Auditor. Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.

6) Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka

perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugian penjualan atau kerugian paksa akibat ketetapan pengadilan).

Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan

perusahaan sesungguhnya. Pada perusahaan yang tidak sehat banyak

ditemukan indikator masalah going concern. Santosa dan Wedari (2007)

dalam Wahyu (2009) menyatakan bahwa semakin baik kondisi keuangan

perusahaan semakin kecil kemungkinan bagi auditor untuk memberikan

opini audit going concern, karena auditor hanya akan memberikan opini ini

jika perusahaan dikatakan bangkrut atau sulit melanjutkan kelangsungan

hidup usahanya.

Mengacu pada penelitian yang dilakukan wahyu (2009:29), maka

penelitian ini menggunakan model prediksi kebangkrutan untuk mengukur

kondisi keuangan perusahaan yaitu Z-Score Altman (1968). Edward I

Altman di New York University pada pertengahan tahun 1960

menggunakan analisis diskriminan dengan menyusun suatu model untuk

memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dalam studinya setelah menyeleksi

22 rasio keuangan, Altman menemukan lima jenis rasio yang dapat

dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut

dan berlanjut. Fungsi diskriminan Z (Zeta) yang ditemukannya adalah :

(31)

Dimana :

Z1 = working capital/total asset

Z2 = retained earnings/total asset

Z3 = earnings before interest and taxes/total asset

Z4 = market capitalization/book value of debt

Z5 = sales/total asset

Model yang telah dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi.

Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian agar model prediksi

kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan – perusahaan manufaktur (Tbk)

melainkan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaan – perusahaan di sektor

swasta baik yang go public maupun non go public. Persamaan baru yang

diperoleh sebagai berikut :

Z = 0,717 Z1 + 0,847 Z2 + 3,107 Z3 + 0,420 Z4 + 0.998 Z5

Dimana :

Z1 = working capital/total asset

Z2 = retained earnings/total asset

Z3 = earnings before interest and taxes/total asset

Z4 = market capitalization/book value of debt

Z5 = sales/total asset

(Edward I Altman, 1983 dalam Wahyu (2009:31)

Z Score yang dikembangkan Altman tersebut selain dapat digunakan

untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan, dapat juga digunakan

(32)

menarik mengenai Z Score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa

memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun seandainya

perusahaan sangat makmur, bila Z Score mulai turun dengan tajam, lonceng

peringatan harus berdering. Atau, bila perusahaan baru saja survive, Z Score

bisa digunakan untuk membantu mengevaluasi dampak yang telah

diperhitungkan dari perubahan upaya – upaya manajemen perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Altman untuk perusahaan yang bangkrut dan

tidak bangkrut menunjukkan nilai tertentu. Kriteria yang digunakan untuk

memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model diskriminan adalah

dengan melihat zone of ignorance yaitu daerah nilai Z, dimana

dikategorikan sebagai berikut : pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Kriteria titik cut off Model Z- Score

Kriteria Nilai Z

Tidak bangkrut jika Z > Bangkrut jika Z <

Daerah rawan bangkrut (grey area)

2,99 1,81 1,81 – 2,99

Sumber: Edward I Altman (1983) dalam Wahyu (2009:23 )

Menurut Altman, semua perusahaan yang mempunyai Z Score lebih

besar dari 2,99 menunjukkan perusahaan yang tidak mempunyai

permasalahan (non bankrupt company). Perusahaan yang mempunyai Z

Score antara 2,67 sampai 2,99 menunjukkan indikasi sedikit masalah

(meskipun tidak serius). Perusahaan yang mempunyai Z Score antara 1,8

sampai 2,67 memberikan indikasi apabila perusahaan tidak melakukan

perbaikan yang radikal, perusahaan mungkin akan mengalami ancaman

(33)

menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang

serius sehingga para investor dan kreditur seharusnya berhati – hati dalam

melakukan investasi.

c. Opini Audit Tahun Sebelumnya

Mutchler (1984) dalam Eko dkk (2006:9) melakukan wawancara

dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima

opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk

menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler (1985) dalam Eko

dkk (2006) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap

prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima

perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis

yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi

prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding

model yang lain.

Penelitian oleh Carcello dan Neal (2000) serta Rahmadhany (2004)

dalam Eko dkk (2006:9) memperkuat bukti mengenai opini audit going

concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini audit going concern

tahun berjalan. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit

going concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun

berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini

audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk

(34)

d. Pertumbuhan Perusahaan

Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio

pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan

mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam

kegiatan ekonomi secara keseluruhan Weston dan Copeland (1992) dalam

Solikah (2007:38). Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee.

Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif

mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya

dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern).

Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberi

peluang auditee untuk memperoleh peningkatan.laba. Semakin tinggi rasio

pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor

untuk menerbitkan opini audit going concern.

e. Ukuran Perusahaan

Mc Keown et al (1991) dalam Arga (2007:146) menyatakan

perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit yang lebih tinggi dari

pada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya mengenai

kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, sehingga auditor mungkin

ragu untuk mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan besar.

Mutchler (1985) dalam Arga (2007:146) menyatakan bahwa auditor lebih

sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahan kecil karena

auditor mempercayai bahwa perusahaan-perusahaan besar dapat

(35)

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah Setyano dkk (2006)

dengan judul penelitian “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan,

Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan perusahaan Terhadap Opini Audit

Going Concern. Arga (2007) dengan judul penelitian “ Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Solikah

(2007) dengan judul penelitian “ Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan,

Pertumbuhan Perusahaan, Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini

Audit Going Concern “, Ferima (2010) dengan judul penelitian “Pengaruh

Corporate Governance Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”,

Wahyu dkk (2009) dengan judul penelitian “ Pengaruh Financial Distress, Debt

Default, Auditor Changes Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terdaftar Opini

Audit Going Concern Pada Perusahaan Property And Real Estate Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Rangkuman Tinjauan penelitian terdahulu

[image:35.595.109.517.530.738.2]

ini tercantum pada tabel 2.2.

Tabel. 2.2

Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti

(Tahun)

Judul Analisis Penelitian

Variabel Hasil

1 Setyarno

dkk (2006) Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan regresi logistik Independen: −Kualitas Audit −Kondisi Keuangan Perusahaan −Opini Audit

(36)

Tabel.2.2 (Lanjutan) No Peneliti

(Tahun)

Judul Analisis

Penelitian

Variabel Hasil

Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern − Pertumbuha n Perusahaan Dependen: Opini Audit Going Concern

opini audit going

concern.

−variabel kualitas

audit dan pertumbuhan perusahaan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini

audit going

concern.

2 Arga

(2007) Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruh i Kecenderunga n Penerimaan Opini Audit Going Concern Regresi Logistik Independen: − Kualitas Audit − Kondisi Keuangan Perusahaan − Opini Audit

Tahun Sebelumnya − Pertumbuha n Perusahaan − Ukuran perusahaan Dependen: Opini Audit Going Concern

− Kualitas audit, Kondisi

keuangan, Pertumbuhan perusahaan dan Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern

− Opini audit

tahun sebelumnya ber-pengaruh positif terhadap kecenderungan pene- rimaan opini audit going concern

3 Solikah

(2007) Pengaruh Kondisi Keuangan Regresi Logistik Independen: Kondisi Keunagan

−kondisi keuangan perusahaan ,opini audit tahun

[image:36.595.110.518.128.746.2]
(37)

Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Peneliti (Tahun)

Judul Analisis

Penelitian

Variabel Hasil

Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern − Perusahaan − Pertumbuhan Perusahaan − Opini Audit

Tahun Sebelumnya Dependen: Opini Audit Going Concern sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern −pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern

4 Ferima

(2010) Pengaruh Corporate Governance Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Regresi Logistik Independen: corporate governance Opini audit merupakan opini going concern dan non going concern Dependen: Opini Audit Going Concern semakin besar kepemilikan manajerial maka perusahaan cenderung tidak menerima opini going concern. Sementara, konsentrasi kepemilikan, keberadaan kepemilikan keluarga, proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

5 Wahyu

dkk (2009) Pengaruh Financial Distress, Debt Default, Auditor Changes Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terdaftar Regresi Logistik Independen: Financial Distress Debt Default Auditor Changes Opini Audit Tahun Sebelumnya variabel auditor

changes, financial distress yang

diproksikan dengan

Z-Score Altman

(1968) tidak

berpengaruh tehadap opini audit going

concen

debt default, opini

[image:37.595.109.517.123.756.2]
(38)

Opini Audit

Going Concern

Pada Perusahaan

Property And Real Estate Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Dependen:

Opini Audit

Going Concern

sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit going

concern,

Sumber: Data Diolah

C.Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori

yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan

tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis

(Jurusan Akuntansi FE USU, 2004: 13). Dalam penelitian ini penulis

menggunakan variabel independen kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan,

opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan

dalam melakukan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi opini audit

going concern. Kerangka konseptual penelitian ini berdasarkan tinjauan teoritis

(39)

H3 Ha

Gambar. 2.1 Kerangka Konseptual

Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang mempunyai

kualitas yang tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para

pengguna laporan keuangan. Auditor yang mempunyai kualitas audit yang baik

lebih cenderung kan menggunakan opini audit going concern apabila klien

mendapat mesalah mengenai going concern. Tingkat kesehatan suatu perusahaan

dapat dilihat dari kondisi keuangan perusahaan. perusahaan yang memiliki kondisi

keuangan yang baik maka auditor tidak akan mengeluarkan opini audit going

concern. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit going concern

tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada

tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka Kualitas Audit

Kondisi Keuangan Perusahaan

Opini Audit Tahun Sebelumnya

Pertumbuhan Perusahan

Ukuran Perusahaan

Opini Audit Going

[image:39.595.116.479.132.419.2]
(40)

akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit

going cocern pada tahun berikutnya.

Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang

mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa

auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Penjualan yang terus

meningkat dari tahun ke tahun akan memberi peluang auditee untuk memperoleh

peningkatan.laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan

semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern.

2. Hipotesis Penelitian.

Hipotesis menurut Erlina (2007 : 41), menyatakan “hubungan yang diduga

secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat

diuji secara empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap

masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan

kebenaranya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan kerangka

koseptual yang telah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis sementara sebagai

berikut :

Ha: kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya,

pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut

Umar (2003 : 30), “penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan

untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau

bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”. Dengan kata lain desain

kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau

berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel

yang lain.

B.Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu

data yang diukur dalam bentuk skala numerik dan merupakan data sekunder yaitu

data yang diperoleh secara tidak langsung, yang berupa catatan maupun laporan

historis yang telah tersimpan dalam arsip, baik yang dipublikasikan maupun yang

tidak dipublikasikan(Kuncoro, 2003: 124). Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan selama

periode 2008, 2009 dan 2010. Data penelitian bersumber dari situs Bursa Efek

(42)

C. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk

dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2004:72). Sedangkan

menurut Hadi (2001) populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu

yang paling sedikit mempunyai 1 sifat yang sama. Populasi juga dapat diartikan

sebagai totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran

kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan lengkap

dan jelas yang ingin dipelajari sifatnya (Sudjana, 2002 : 6) Populasi dalam

penelitian ini adalah perusahaan manufakur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dalam periode penelitian tahun 2008-2010 sejumlah 150 perusahaan.

Daftar populasi perusahaan manufaktur dapat dilihat pada lampiran i.

D.Sampel Penelitian

Menurut Erlina dan Mulyani (2007: 74), “sampel adalah bagian populasi yang

digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Sampel adalah sebagian

atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002 : 109). Dengan demikian sampel

lebih kecil dari populasi. Sampel perusahaan dalam penelitian ini adalah

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bergerak dalam

bidang manufaktur pada tahun 2008-2010 dipilih dengan metode purposive

sampling. Dalam purposive sampling, pemilihan kelompok subyek didasarkan

pada ciri atau sifat yang dipandang memiliki sangkut paut yang erat dengan ciri

(43)

15) purposive sampling adalah menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu

yang dipandang dapat memberikan secara maksimal data perusahaan. Sampel

penelitian dapat dilihat pada lampiran i-1.

Adapun pertimbangan kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2008-2010

2. Tidak delisting pada tahun tersebut,

3. Perusahaan tersebut tidak memiliki laba negatif pada tahun tersebut,

4. Melaporkan laporan keuangan yang terlah diaudit periode 2008-2010.

Dari 150 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, yang memenuhi

kriteria untuk menjadi sampel hanya 57 perusahaan dengan metode penggabungan

data (pooling) selama 3 tahun, maka total dari data yang akan dijadikan

pengamatan dalam penelitian ini adalah sebanyak 57 x 3 = 171 data pengamatan

sebagai unit analisis.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi dan tidak memerlukan

pengolahan lebih lanjut seperti keuangan tahunan. Data diperoleh dari media

internet melalui situs

(44)

(ICMD), untuk melihat laporan keuangan dan data terkait dengan perusahaan yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini.

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Defenisi Operasional Variabel

Variabel yang dimaksud dalam penelitian dibedakan menjadi 2 kelompok

yaitu :

a. Variabel dependen

Variabel dependen penelitian ini adalah opini audit going concern. Opini

audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk

mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Termasuk dalam opini audit going

concern ini adalah opini going concern unqualified/qualified dan going concern

disclaimer opinion.

b. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Kualitas Audit

Kualitas audit merupakan probabilitas seorang auditor dapat

menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam sistem akuntansi

klien, Kualitas audit diproyeksikan dengan menggunakan skala auditor.

(45)

auditor yang bukan (non the big four). KAP yang bermitra dengan the big

four di Indonesia yaitu:

a) KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bermitra dengan KAP

Osman, Ramli, Satrio & Rekan

b) KAP Ernest & Young (E & Y), bermitra dengan KAP Purwantono,

Sarwoko,& Sandjaja

c) KAP Pricewaterhouse Cooper (PWC), bermitra dengan KAP

Haryanto Sahari & Rekan

d) KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bermitra dengan

KAP Sidharta, Sidharta & Widjaja.

2) Kondisi Keuangan Perusahaan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode untuk mengukur

kondisi keuanganperusahaan dengan model Altman. Dimana model ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Z = 1,2 Z1 + 1,4 Z2 + 3,3Z3 + 0,6 Z4 + 99,9 Z5

Keterangan :

Z1 = working capital/total asset

Z2 = retained earnings/total asset

Z3 = earnings before interest and taxes/total asset

Z4 = market capitalization/book value of debt

(46)

3) Opini Audit Tahun Sebelumnya

Opini audit tahun sebelumny didefenisikan sebagai opini audit yang

diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Opini audit sebelumnya

dalam penelitian ini diambil dari opini audit tahun 2007, 2008 dan 2009.

4) Pertumbuhan Perusahaa

Rasio pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengukur

kemampuan auditee dalam pertumbuhan tingkat penjualan:

Pertumbuhan Penjualan =

Data ini diperoleh dengan menghitung sales growth ratio berdasarkan

laporan laba/rugi masing – masing auditee. Hasil perhitungan rasio

pertumbuhan penjualan disajikan dengan skala rasio.

5) Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah variabel untuk mengukur seberapa besar

atau kecilnya perusahaan. Pengukuran dihitung dengan menggunakann

natural logaritma dari total aktiva ( Ln Aktiva). Memakai logaritma agar

data aktiva sama besarnya dengan data variabel yang lain.

2. Pengukuran Variabel

Ringkasan pengukuran variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1

[image:46.595.114.517.662.751.2]

sebagai berikut:

Tabel. 3.1 Pengukuran Variabel Variabel Defenisi

Operasional Pengukuran Skala

Variabel Terikat

Opini Audit

Going Concern

opini yang dikeluarkan oleh

kategori 1 untuk perusahaan manufaktur

(47)

auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya

yang menerima opini audit going concern dan 0

untuk perusahaan manufaktur yang tidak

menerima opini audit

going concern

Variabel Bebas

Kualitas Audit probabilitas seorang

auditor dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam sistem akuntansi

Kategori 1 untuk auditor yang tergabung dalam skala besar (the big four) dan 0 untuk auditor yang bukan (non the big four)

Dummy Kondisi keuangan Perusahan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis

Nilai Z-Score Rasio

Opini Audit tahun Sebelumnya

opini audit yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya

opini audit going concern (GCAO) akan diberik kode 1 sedangkan untuk opini audit non going concern (NGCAO) akan diberi kode 0, untuk mengukur apakah perusahaan menerima opini audit going concern pada tahun sebulumnya

Dummy

Pertumbuhan Perusahaan

mengukur

kemampuan auditee dalam pertumbuhan perusahaan

Persentase kenaikan dan penurunan pertumbuhan penjualan

Rasio

Ukuran perusahan untuk mengukur seberapa besar atau kecilnya perusahaan sampel

Logaritma nartural (Ln) atas total aktiva

Rasio

(48)

G.Metode Analisis Data

Data penelitian dianalisis dan diuji dengan beberapa uji statistik yang terdiri

dari statistik deskriptif dan uji regresi logistik untuk pengujian hipotesis.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Data yang dikumpulkan dalam penelitian dan diolah, kemudian dianalisis

dengan alat statistik yaitu statistik deskriptif. Pengujian statistik desktiptif

digunakan untuk memberikan gambaran profil data sampel. Statistik deskriptif

juga bermanfaat untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini,

yaitu akan memberikan gambaran umum dari tiap variabel penelitian Peneliti

menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata, nilai maksimum dan

nilai minimum. Data yang diteliti akan dikelompokkan berdasarkan opini audit

yang diterimanya dalam dua kategori, yaitu auditee yang menerima opini audit

going concern (GCAO) dan auditee yang menerima opini audit non going

concern (NGCAO).

2. Analisis Z Score

Selain statistik deskriptif juga digunakan analisis Z Score yang sering disebut

model prediksi kebangkrutan (bankruptcy prediction models). Z Score

menggunakan teknik statistik (analisis diskriminan multipel – multiple

discriminant analysis) untuk menghasilkan alat prediksi yang merupakan fungsi

linear dari beberapa variabel penjelas. Alat prediksi ini menggolongkan atau

memprediksi kemungkinan bangkrut atau tidak bangkrutnya perusahaan. Dalam

(49)

variabel dengan kelima rasio yang sudah dihitung terlebih dahulu berdasarkan

neraca dan laporan laba/rugi masing – masing perusahaan. Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut :

Z = 1,2 Z1 + 1,4 Z2 + 3,3 Z3 + 0,6 Z4 + 99,9 Z5

Dimana :

Z1 = working capital/total asset

Z2 = retained earnings/total asset

Z3 = earnings before interest and taxes/total asset

Z4 = market capitalization/book value of debt

Z5 = sales/total asset dengan

Kemudian nilai dari Z Score tersebut dianalisis dan dikelompokkan kedalam

[image:49.595.114.517.473.555.2]

3 kelompok dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.2

Kriteria titik cut off Model Z Score

Kriteria Nilai Z Kategori

Tidak bangkrut jika Z > Bangkrut jika Z <

Daerah rawan bangkrut (grey area)

2,99 1,81 1,81 – 2,99

Sehat Bangkrut

Rawan Bangkrut

Tabel 3.2 tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut :

a. Jika perusahaan memperoleh nilai Z > 2,99 maka perusahaan masuk

dalam kategori perusahaan sehat. Hal tersebut dapat diartikan perusahaan

dalam keadaan baik tanpa ada masalah keuangan.

b. Jika perusahaan memperoleh nilai Z < 1,81 maka perusahaan masuk

(50)

sedang mengalami kesulitan keuangan dan diindikasikan menghadapi

ancaman kebangkrutan yang serius.

c. Jika perusahaan memperoleh nilai Z = 1,81 – 2,99 maka perusahaan

masuk dalam kategori rawan bangkrut. Perusahaan dalam kategori ini

menunjukkan indikasi sedikit masalah dan apabila perusahaan tidak

segera melakukan tindakan yang radikal, perusahaan mungkin akan

mengalami ancaman kebangkrutan dalam jangka waktu dua tahun.

3. Analisis regresi logistik

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat dengan

menggunakan regresi logistik (logistic regression), yang variabel bebasnya

merupakan kombinasi antara metric dan non metric (nominal). Regresi logistik

adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya

variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya (Ghozali, 2002 :

120). Pengujian dilakukan pada tingkat signifikasi (α) 5 persen. Teknik analisis

ini tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel

bebasnya (Ghozali, 2006). Gujarati (2003) menyatakan bahwa regresi logistik

mengabaikan heteroscedasitiy, artinya variabel dependen tidak memerlukan

homoscedacity untuk masing-masing variabel independennnya.

Pengujian regresi logistik dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Menilai Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hipotesis untuk menilai kelayakan model

(51)

H0 : Tidak ada perbedaan antara model dengan data

Ha : Ada perbedaan antara model dengan data

Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih besar

dari pada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model

mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat

diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2006).

b. Menilai keseluruhan model (overall model fit)

Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model

terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah :

H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data

Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Dari hipotesis ini supaya model fit dengan data maka H0 harus diterima

atau Ha harus ditolak. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi

Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model

yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis

nol dan hipotesis alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL.

Dengan degree of freedom n – q, dimana q adalah parameter dalam

model, output SPSS akan memberikan dua nilai -2LogL, yaitu satu untuk

model yang hanya memasukkan konstanta dan yang kedua untuk model

dengan konstanta dan variabel bebas. Dengan alpha 5%, cara menilai

modelfit ini adalah sebagai berikut :

1) Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang

(52)

2) Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang

berarti bahwa model tidak fit dengan data.

Adanya pengurangan nilai antara - 2LogL awal (initial - 2LL function)

dengan nilai - 2LogL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model

yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006). Log Likelihood pada

regresi logistik mirip dengan pengertian "Sum of Square Error" pada model

regresi, sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi

yang semakin baik.

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

variabilitas variabel–variabel independen mampu memperjelas variabilitas

variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat

pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat

diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda (Ghozali,

2006). Nilai ini didapat dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square

dengan nilai maksimumnya.

d. Matrik Klasifikasi

Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model

regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going

concern pada auditee. Dalam output regresi logistik, angka ini dapat

(53)

e. Pengujian Hipotesis Penelitian

Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat melalui koefisien regresi.

Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk

hubungan antara variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara

membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikasi

(5%). Jika nilai asymtotik signifikan < dari 0,05 (tingkat signifikansi /5%)

maka Ha dapat diterima, yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh

secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat. Begitu pula

sebaliknya, bila asymtotik signifikan > dari 0,05 (tingkat signifikansi /฀฀)

maka Ha tidak dapat diterima, yang berarti bahwa variabel bebas tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat. Adapun

rumus dari regresi linier berganda (multiple liner regresion) adalah sebagai

berikut :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4+ b5 x5+ e

Dimana :

Y = Opini Audit Going Concern

Variabel dummy dimana

1= opini audit going concern

0= opini audit non going concern

X1 = Kualitas Audit

X2 = Kondisi Keuangan Perusahaan

X3 = Opini Audit Tahun Sebelumnya

(54)

X5 = Pertumbuhan Perusahaan

a = Konstanta

b1,b2,b3,b4,b5 = Koefisien regresi dari setiap variabel

independen

(55)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A.Analisis Statistik Deskriptif

Gambar

Tabel. 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel.2.2 (Lanjutan) Hasil
Tabel 2.2 (Lanjutan) Hasil
Gambar. 2.1 Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Kampung Legok Makmur Kota Magelang) menurut tingkat eksplanasi dan jenis

Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini adalah Perangkat Bahan Ajar Matematika berbasis Karakter di kelas 4 yang berada pada kategori Baik dan

Dalam system pembelajaran yang besar yang terdiri dari beberapa kelompok dengan kurikullum yang sama, media seperti film dan televisi dapat di gunakan untuk menyajikan

Koagulasi adalah proses penambahan zat kimia (koagulan) yang memiliki kemampuan untuk menjadikan partikel koloid tidak stabil sehingga partikel siap

[r]

Dalam hal Anggota Kliring membatalkan jaminan terhadap Anggota Bursa tertentu, maka Anggota Kliring yang bersangkutan wajib untuk memberitahukan kepada Lembaga Kliring dan Bursa

Fitur pencarian kata dapat dilakukan dengan tiga cara, yang.. pertama yaitu menginput kata hanzi, pinyin, dan

Dari perairan Indonesia, jenis-jenis ikan pari ditangkap oleh delapan jenis alat, yaitu jaring liongbun, jaring insang dasar mata kecil, jaring trammel, jaring arad, jaring