HUBUNGAN ANTARA JENIS PEKERJAAN DENGAN
TIMBULNYA NYERI KEPALA TIPE-TEGANG
Oleh:
KOMALAH CHENASAMMY
NIM: 070100298
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN ANTARA JENIS PEKERJAAN DENGAN
TIMBULNYA NYERI KEPALA TIPE-TEGANG
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh:
KOMALAH CHENASAMMY
NIM: 070100298
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan Hasil Penelitian dengan Judul:
Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Timbulnya Nyeri Kepala Tipe Tegang
Yang dipersiapkan oleh:
KOMALAH CHENASAMMY
070100298
Laporan Hasil Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke
Seminar Hasil.
Medan, 24 November 2010
Disetujui,
Dosen Pembimbing
________________________________
(dr Evo Elidar SpRad)
ABSTRAK
Latar Belakang: Nyeri kepala adalah nyeri yang dirasakan di kepala. Nyeri kepala ini adalah salah satu keluhan yang paling sering namun sering dipandang ringan. Hampir 90 % lelaki dan 95% wanita dikatakan menderita nyeri kepala di seluruh dunia. Nyeri kepala tipe-tegang adalah nyeri konstan yang dirasakan pada kedua-dua sisi kepala.
Metode: Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah adanya hubungan antara jenis pekerjaan dengan timbulnya nyeri kepala tipe tegang. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional. Data dikumpul dengan teknik wawancara dengan menggunakan alat ukur kuesioner. Analisis bivariate dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-square untuk menentukan hubungan antara kedua variabel tersebut.
Hasil penelitian: Hasil bagi pekerja yang menderita nyeri kepala tipe-tegang adalah 29% dan yang tidak menderita nyeri kepala adalah 71% . Hasil uji chi square terhadap jenis pekerjaan dengan timbulnya nyeri kepala tipe-tegang menunjukkan nilai p sebanyak 0.028. Maka, dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara jenis pekerjaan dengan timbulnya nyeri kepala tipe-tegang di kalangan pekerja.
Diskusi: Didapati bahwa paling banyak pekerja petugas pemadam kebakaran menderita nyeri kepala tipe-tegang diikuti oleh dokter, satpam, perawat dan guru. Disarankan bahwa institusi tempat bekerja dapat mengatur jam kerja dan libur bagi pekerja agar pekerja mendapat istirahat yang mencukupi.
Kata kunci : Jenis pekerjaan, nyeri kepala tipe-tegang, pekerja.
ABSTRACT
Background: Headache is a pain that is felt in the head. It is one of the most
frequent complaints but is often taken lightly. It is said that almost 90% of men and 95% of women are suffering from headache world wide. Tension-type headaches are felt as a constant ache that affects both sides of the head.
Methods: The main objective of this study is to see if there is a relationship between
the type of occupation a person does with the presence of tension-type headache. This is an analytic cross sectional study. Data is collected by interviewing the workers by using a questionnaire as the measuring tool. Bivariate analysis is done by using the chi-square statistical test to find the relationship between the two variables.
Results: Results show that 21% of the workers suffer from tension-type headache
while 79% of the rest does not suffer from it. Chi-square statistical test that is done to find the relationship between the type of occupation and the tension type headache shows a p value of 0.018. Thus, it can be concluded that there is a relationship between the type of occupation and the presence of the tension-type headache among the workers.
Discussion: It was found that firefighters are the biggest number of people suffering
from tention-type headache, followed by doctors, security guards, nurses and teachers. It is advisable for the work place to regulate the working hours and holidays for the workers in order for them to get adequate rest.
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih
karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan, dan arahan dari
beberapa pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat
pada waktunya. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A.
Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.
2. dr. Evo Elidar, SpRad selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan
bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
3. Orang tua penulis yang membantu memberikan dukungan moril dan materi.
4. Kepada teman-teman penulis yang ikut membantu penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Demikian dan terima kasih.
24 November 2010
2.3.1.Migen...
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI
4.1. Rancangan Penelitian ...
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...
4.4. Metode Pengumpulan Data ...
4.5. Metode Analisis Data...
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
5.1. Hasil Penelitian
BAB 6 KESIMPUAN DAN SARAN ...
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin….………21
5.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur……….…………..21
5.3. Distribusi Jenis Pekerjaan Pekerja………22
5.4. Pertanyaan dan Jawaban Nyeri Kepala Pada Pekerja………...23
5.4. Distribusi Nyeri Kepala Pada Pekerja ...24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Riwayat Hidup
Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian
ABSTRAK
Latar Belakang: Nyeri kepala adalah nyeri yang dirasakan di kepala. Nyeri kepala ini adalah salah satu keluhan yang paling sering namun sering dipandang ringan. Hampir 90 % lelaki dan 95% wanita dikatakan menderita nyeri kepala di seluruh dunia. Nyeri kepala tipe-tegang adalah nyeri konstan yang dirasakan pada kedua-dua sisi kepala.
Metode: Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah adanya hubungan antara jenis pekerjaan dengan timbulnya nyeri kepala tipe tegang. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional. Data dikumpul dengan teknik wawancara dengan menggunakan alat ukur kuesioner. Analisis bivariate dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-square untuk menentukan hubungan antara kedua variabel tersebut.
Hasil penelitian: Hasil bagi pekerja yang menderita nyeri kepala tipe-tegang adalah 29% dan yang tidak menderita nyeri kepala adalah 71% . Hasil uji chi square terhadap jenis pekerjaan dengan timbulnya nyeri kepala tipe-tegang menunjukkan nilai p sebanyak 0.028. Maka, dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara jenis pekerjaan dengan timbulnya nyeri kepala tipe-tegang di kalangan pekerja.
Diskusi: Didapati bahwa paling banyak pekerja petugas pemadam kebakaran menderita nyeri kepala tipe-tegang diikuti oleh dokter, satpam, perawat dan guru. Disarankan bahwa institusi tempat bekerja dapat mengatur jam kerja dan libur bagi pekerja agar pekerja mendapat istirahat yang mencukupi.
Kata kunci : Jenis pekerjaan, nyeri kepala tipe-tegang, pekerja.
ABSTRACT
Background: Headache is a pain that is felt in the head. It is one of the most
frequent complaints but is often taken lightly. It is said that almost 90% of men and 95% of women are suffering from headache world wide. Tension-type headaches are felt as a constant ache that affects both sides of the head.
Methods: The main objective of this study is to see if there is a relationship between
the type of occupation a person does with the presence of tension-type headache. This is an analytic cross sectional study. Data is collected by interviewing the workers by using a questionnaire as the measuring tool. Bivariate analysis is done by using the chi-square statistical test to find the relationship between the two variables.
Results: Results show that 21% of the workers suffer from tension-type headache
while 79% of the rest does not suffer from it. Chi-square statistical test that is done to find the relationship between the type of occupation and the tension type headache shows a p value of 0.018. Thus, it can be concluded that there is a relationship between the type of occupation and the presence of the tension-type headache among the workers.
Discussion: It was found that firefighters are the biggest number of people suffering
from tention-type headache, followed by doctors, security guards, nurses and teachers. It is advisable for the work place to regulate the working hours and holidays for the workers in order for them to get adequate rest.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Nyeri kepala adalah sensasi tidak menyenangkan yang bervariasi dari nyeri
yang ringan hingga ke nyeri yang berat yang dirasakan di kepala. Gangguan
nyeri kepala ini adalah salah satu gangguan sistem saraf yang paling umum.
Nyeri kepala ini juga merupakan suatu keluhan yang biasanya timbul untuk
seumur hidup.
International Headache Society(HIS) telah mengklasifikasikan berbagai jenis
nyeri kepala dengan detail. Antara nyeri kepala yang paling umum adalah nyeri
kepala tipe-tegang, migren dan nyeri kepala klaster.
Meskipun epidemiologi nyeri kepala ini hanya dilaporkan sebagian, tapi
secara total, gangguan nyeri kepala ini sangat sering dialami. Sebagian besar
studi populasi yang dilakukan difokuskan pada nyeri kepala migren yang mana
meskipun paling banyak diteliti, bukan merupakan gangguan nyeri kepala yang
paling umum. Nyeri kepala tipe lain yang prevalensinya lebih tinggi seperti
nyeri kepala tipe tegang kurang mendapat perhatian.
Di negara-negara maju, nyeri kepala tipe-tegang sendiri mempengaruhi dua
per tiga dari laki-laki dewasa dan lebih dari 80 % wanita. Prevalensi dan faktor
resiko bagi nyeri kepala tipe-tegang adalah tinggi di negara manapun, baik di
Timur, Barat, di negara maju dan negara kurang berkembang. Bukti
di Amerika, Eropa dan Asia. Menurut studi lain, hampir 40% orang Amerika
memiliki setidaknya satu episode nyeri kepala tipe-tegang sepanjang tahun.
Nyeri kepala ini bukan saja menyakitkan malah merupakan hambatan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari. Nyeri kepala yang dialami dalam waktu yang
lama dapat menyebabkan penyakit yang lain pada penderita. Misalnya, depresi
tiga kali lebih sering pada orang dengan migren atau sakit kepala parah dari pada
orang yang sehat.
Pekerjaan berhubungan dengan nyeri kepala karena apabila seseorang
dihadapkan dengan tuntutan pekerjaan dan tekanan yang tidak cocok dengan
pengetahuan dan keterampilannya, kemampuan mereka untuk mengatasinya
menjadi persoalan. Stres dan nyeri kepala yang berkaitan bahaya dapat
ditemukan dalam isi pekerjaan, beban kerja dan kecepatan kerja, organisasi
waktu kerja, tingkat partisipasi dan kontrol dalam pengambilan keputusan.
Sebagian besar penyebab nyeri kepala bergantung pada cara pekerjaan
dirancang dan cara organisasi dikelola. Satu survei dilakukan pada tahun 2000 di
15 Negara Anggota Uni Eropa (UE) menemukan bahwa lebih dari setengah dari
160 juta pekerja dilaporkan bekerja pada kecepatan yang sangat tinggi (56%)
atau tenggat waktu ketat (60%) untuk setidaknya satu seperempat waktu
mereka.
1.2.Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan timbulnya nyeri kepala
tipe tegang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara jenis pekerjaan dengan timbulnya nyeri kepala tipe tegang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Penelitian ini dilakukan untuk mencari apakah benar jenis pekerjaan yang
dilakukan oleh seseorang mempengaruhi timbulnya nyeri kepala tipe tegang.
2. Mengetahui jenis pekerjaan mana yang paling banyak menimbulkan nyeri
kepala tipe tegang.
3. Mengetahui jenis pekerjaan mana yang paling kurang menimbulkan nyeri
kepala tipe-tegang.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1. Pekerja
Pekerja dapat sadar bahawa nyeri kepala yang dideritai adalah karena
pekerjaannya dan dapat mengambil upaya prevensi agar tidak terus menderita
nyeri kepala tersebut.
2. Institusi Tempat Bekerja
Institusi tempat bekerja dapat memberi pelayanan kesehatan untuk menangani
keluhan nyeri kepala sehingga produktivitas pekerja di institusi tempat
bekerja meningkat.
3. Negara Republik Indonesia
Pembangunan negara Republik Indonesia akan meningkat jika produktivitas
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Nyeri Kepala
Nyeri diartikan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang melibatkan emosi
dengan atau tanpa kerusakan jaringan(Sembulingam, 2006). Menurut Oxford Concise
Medical Dictionary, nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan yang bervariasi dari
nyeri yang ringan hingga ke nyeri yang berat. Nyeri ini adalah respons terhadap
impuls dari nervus perifer dari jaringan yang rusak atau berpotensi rusak(Burton,
2007). Otak sendiri adalah tidak sensitif terhadap nyeri dan bisa dipotong atau
dibakar tanpa apa-apapun dirasakan(Matthews, 1975).
Sensasi nyeri dapat dijelaskan dengan banyak cara. Antaranya nyeri yang
tajam, pricking, dull-ache, shooting, cutting dan stabbing. Nyeri dapat dibagi dua
yaitu nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut adalah nyeri jangka pendek dengan
penyebab yang mudah diidentifikasi. Biasanya nyeri ini terlokalisasi di area yang
kecil sebelum menyebar ke area sekitarnya. Nyeri kronik adalah nyeri intermitten
atau konstan yang berlanjutan untuk jangka waktu yang panjang. Nyeri ini biasanya
sukar ditangani dan memerlukan penanganan yang professional. Meskipun nyeri ini
tidak menyenangkan,ia berfungsi sebagai petanda awal kemungkinan adanya masalah
atau penyakit pada tubuh kita(Sembulingam, 2006).
Nyeri kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bagian tubuh di
diskomfortasi antara orbital dan oksiput yang berawalan dari pain –sensitive
structure(Victor, 2002). Dorland’s Pocket Medical Dictionary (2004) menyatakan
bahwa nyeri kepala adalah nyeri di kepala yang ditandai dengan nyeri unilateral dan
bilateral disertai dengan flushing dan mata dan hidung yang berair..
2.2. Etiologi Nyeri Kepala
Nyeri kepala dapat dibagi kepada tiga kelompok berdasarkan onsetnya iaitu
nyeri kepala akut, subakut dan kronik. Nyeri kepala akut ini biasanya disebabkan oleh
subarachnoid haemorrhage, penyakit-penyakit serebrovaskular, meningitis atau
encephalitis dan juga ocular disease. Selain itu, nyeri kepala ini juga bisa timbul
disebabkan kejang, lumbar punksi dan karena hipertensi ensefalopati.
Bagi nyeri kepala subakut, nyerinya biasa timbul karena giant cell arteritis,
massa intrakranial, neuralgia trigeminal, neuralgia glossofaringeal dan hipertensi.
Nyeri kronik timbul karena migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala
tipe-tegang, cervical spine disease, sinusitis dan dental disease.(Greenberg,2002).
Dalam buku Disease of the Nervous System , dinyatakan bahwa nyeri kepala
juga disebabkan oleh penyakit pada tulang kranium, neuritis dan neuralgia, irritasi
meningeal, lesi di intracranial, trauma dan penurunan tekanan intracranial. Selain itu
cough headache dan psychogenic headache juga dapat menimbulkan nyeri
kepala(1969). Nyeri kepala sering menyertai OSA(Obstructive Sleep Apnea);
dibandingkan dengan gangguan tidur yang lain, sefalgia lebih sering terjadi pada
gangguan tidur OSA(Cermin Dunia kedokteran, 2009).
Berdasarkan klasifikasi IHS (International Headache Society) Edisi 2 dari yang terbaru tahun 2004, nyeri kepala terdiri atas migren, nyeri kepala tipe-tegang,
nyeri kepala klaster dan other trigeminal-autonomic cephalalgias, dan other primary
headaches.
2.3.1. Migren
Migren adalah gangguan periodik yang ditandai oleh nyeri kepala unilateral
dan kadang kadang bilateral yang dapat disertai muntah dan gangguan visual. Kondisi
ini sering terjadi, lebih dari 10% populasi mengalami setidaknya satu serangan
migren dalam hidupnya. Migren dapat terjadi pada semua umur, tetapi umumnya
onset terjadi saat remaja atau usia dua puluhan dengan wanita lebih sering. Terdapat
riwayat migren dalam keluarga pada sebahagian besar pasien.
1.Migren dengan aura
Pasien mengalami gejala prodromal yang tidak jelas beberapa jam sebelum
serangan seperti mengantuk, perubahan mood dan rasa lapar. Serangan klasik dimulai
dengan aura. Gejala visual meliputi pandangan gelap yang berupa kilasan gelap yang
cepat. Aura umumnya membaik setelah 15 hingga 20 menit, dimana setelah itu
timbul nyeri kepala. Nyeri terasa seperti ditusuk- tusuk dan lebih berat jika batuk,
mengejan atau membungkuk. Nyeri kepala terjadi selama beberapa jam, umumnya
antara 4 hingga 72 jam. Pasien lebih suka berbaring di ruangan yang gelap dan tidur.
Gejala yang menyertai adalah fotofobia, mual, muntah, pucat dan dieresis.
Pasien mungkin mengalami gejala prodromal yang tidak jelas. Nyeri kepala
dapat terjadi saat bangun tidur dan gejala yang lain sama dengan migren tipe
klasik(Ginsberg,2005).
2.3.2. Nyeri Kepala Klaster
Sindrom ini berbeda dengan migren, walaupun sama-sama ditandai oleh nyeri
kepala unilateral, dan dapat terjadi bersamaan. Mekanisme histaminergik dan
humoral diperkirakan mendasari gejala otonom yang terjadi bersamaan dengan nyeri
kepala ini.
Pasien biasanya laki-laki, onset usia 20 hingga 60 tahun. Pasien merasakan
serangan nyeri hebat di sekitar satu mata(selalu pada sisi yang sama) selama 20
hingga 120 menit, dapat berulang beberapa kali dalam sehari, dan sering
membangunkan pasien lebih dari satu kali dalam semalam. Alkohol juga dapat
mencetuskan serangan. Pola ini berlangsung selama berhari-hari, berminggu-minggu
bahkan bulanan kemudian bebas serangan selam berhari-hari, berminggu-minggu,
bulan bahkan tahunan. Tidak seperti migren, pasien nyeri kepala klaster seringkali
gelisah selama serangan dan tampak kemerahan(Fauci,2008).
2.3.3. Nyeri Kepala Tipe-Tegang
Nyeri kepala ini merupakan kondisi yang sering terjadi dengan penyebab
belum diketahui, walaupun telah diterima bahawa kontraksi otot kepala dan leher
merupakan mekanisme penyebab nyeri. Kontraksi otot dapat dipicu oleh faktor-faktor
psikogenik yaitu ansietas atau depresi atau oleh penyakit lokal pada kepala dan leher
Pasien umumnya pasien akan mengalami nyeri kepala yang sehari-hari yang
dapat menetap selama beberapa bulan atau tahun. Nyeri dapat memburuk pada sore
kepala ini juga besifat bervariasi. Nyeri kepala bervariasi adalah nyeri yang dimulai
dari nyeri tumpul di berbagai tempat hingga sensasi tekanan yang menyeluruh sampai
perasaan kepala diikat ketat. Selain kadang ada mual, tidak ada gejala penyerta
lainnya dan pemeriksaan neurologis adalah normal(Kaufman, 1985).
2.4. Fisiologi Nyeri
Nyeri adalah mekanisme protektif yang dimaksudkan untuk menimbulkan
kesadaran bahwa telah atau akan terjadi kerusakan jaringan. Terdapat tiga kategori
reseptor nyeri: nosiseptor mekanis yang merespon terhadap kerusakan mekanis;
nosiseptor termal yang berespon terhadap suhu yang berlebihan; dan nosiseptor
polimodal yang berespon terhadap semua jenis rangsangan yang merusak, termasuk
iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cedera. Semua nosiseptor dapat
disensitisasi oleh adanya prostaglandin. Prostaglandin ini sangat meningkatkan
respons reseptor terhadap rangsangan yang mengganggu.
Impuls nyeri yang berasal dari nosiseptor disalurkan ke sistem saraf pusat
melalui salah satu dari dua jenis serat aferen. Sinyal-sinyal yang berasal dari
nosiseptor mekanis dan termal disalurkan melalui serat A-delta yang berukuran besar
dan bermielin dengan kecepatan sampai 30 meter per detik ( jalur nyeri cepat).
Impuls dari nosiseptor polimodal diangkut oleh serat C yang kecil dan tidak bermielin
dengan kecepatan 12 meter per detik. Nyeri biasanya dipersepsikan mula- mula
sebagai sensasi tertusuk yang tajam dan singkat yang mudah ditentukan lokalisasinya.
Perasaan ini diikuti oleh sensasi nyeri tumpul yang lokalisasinya tidak jelas dan
menetap lebih lama dan menimbulkan rasa tidak enak. Jalur nyeri lambat ini
diaktifkan aleh zat- zat kimia, terutama bradikinin, suatu zat yang dalam keadaan
normal inaktif dan diaktifkan oleh enzim- enzim yang dikeluarkan oleh jaringan yang
rusak.
Serat-serat aferen primer bersinaps dengan neuron ordo kedua di tanduk
aferen nyeri ini adalah substansi P, yang diperkirakan khas untuk serat- serat nyeri.
Jalur nyeri asendens memiliki tujuan yang belum dipahami dengan jelas di korteks
somatosensorik, talamus dan formasio retikularis. Peran korteks dalam persepsi nyeri
belum jelas, walaupun korteks penting paling tidak dalam penentuan lokalisasi nyeri.
Nyeri masih dapat dirasakan walaupun korteks tidak ada, mungkin pada tingkat
talamus. Formatio retikularis meningkatkan derajat kewaspadaan yang berkaitan
dengan rangsangan yang menggangu. Hubungan- hubungan antara talamus dengan
formatio retikularis ke hipotalamus dan sistem limbik menghasilkan respons emosi
dan perilaku yang menyertai pengalaman yang menimbulkan nyeri(Sherwood, 1996)
2.5. Patofisiologi Nyeri Kepala
Pada nyeri kepala, sensitisasi terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron
trigeminal sentral. Fenomena pengurangan nilai ambang dari kulit dan kutaneous
allodynia didapat pada penderita yang mendapat serangan migren dan nyeri kepala
kronik lain yang disangkakan sebagai refleksi pemberatan respons dari neuron
trigeminal sentral.
Innervasi sensoris sensoris pembuluh darah intrakranial sebahagian besar
berasal dari ganglion terminal dan di dalam serabut sensoris tersebut mengandung
neuropeptida dimana jumlah dan peranannya yang paling besar adalah CGRP
(Calcitonin Gene Related Peptide), kemudian diikuti oleh SP(substance P),
NKA(Neurokinin A), pituitary adenylate cyclase activating peptide (PACAP), nitric
oxide (NO), molekul prostaglandin E2 (PGE2), bradikinin, serotonin (5-TH) dan
edenosin triphosphat (ATP), mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor. Khusus
untuk nyeri kepala klaster dan chronic paroxysmal headache ada lagi pelepasan
VIP(vasoactive intestine peptide) yang berperanan dalam timbulnya gejala nasal
Marker pain sensing nerves lain yang berperan dalam proses nyeri adalah
opiod dynorphin, sensory neuron-specific sodium channel, purinergic reseptors
(P2X3), isolectin B4 (IB4), neuropeptide Y, galanin dan artemin reseptor.
Sistem ascending dan descending pain pathway yang berperan dalam
transmisi dan modulasi nyeri terletak dibatang otak. Batang otak memainkan peranan
yang paling penting sebagai pembawa impuls nosiseptif dan juga sebagai modulator
impuls tersebut. Modulasi transmisi sensoris sebagian besar berpusat di batang otak
(misalnya periaquaductal grey matter, locus coeruleus, nucleus raphe magnus dan
formation reticularis), ia mengatur integrasi nyeri, emosi dan respons otonomik yang
melibatkan respons konvergensi kerja dari korteks somatosensorik, hipotalamus,
anterior cyngulate cortex dan struktur system limbik yang lainnya. Dengan demikian
batang otak disebut juga sebagai generator dan modulator sefalgia.
Stimuli electrod, atau deposisi zat besi ferum yang berlebihan pada
periaquaduct grey (PAG) matter pada midbrain dapat mencetuskan timbulnya nyeri
kepala seperti migren. Pada penelitian MRI (Magnetic Resonance Imaging) terhadap
keterlibatan batang otak pada penderita migren, CDH (Chronic Daily Headahe) dan
sampel kontrol yang non sefalgi, didapat bukti adanya peninggian deposisi ferum di
PAG pada penderita migren dan CDH dibandingkan dengan control.
Patofisiologi CDH belum diketahui dengan jelas. Pada CDH justru yang
paling berperan adalah proses sensitisasi sentral. Keterlibatan aktivasi reseptor
NMDA (N- metal-D-Aspertat), produksi NO dan supersensitivitas akan menaikan
produksi neuropeptide sensoris yang bertahan lama. Kenaikan nitrit likuor
serebrospinal ternyata bersamaan dengan kenaikan kadar cGMP (cytoplasmic
Guanosine Mono phosphate) di likuor.
Reseptor opiod didownregulasi oleh penggunaan konsumsi opiod analgetik
yang cenderung menaik setiap harinya. Pada saat serangan akut migren, terjadi
disregulasi dari sistem opiod endogen, akan tetapi dengan adanya analgesic overused
Adanya inflamasi steril pada nyeri kepala ditandai dengan pelepasan kaskade
zat substansi dari perbagai sel. Makrofag melepaskan sitokin IL1 (Interleukin 1), IL6
dan TNF (Tumor Necrotizing Factor) dan NGF (Nerve Growth Factor). Mast sel
melepasi/mengasingkan metabolit histamin, serotonin, prostaglandin dan asam
arachidonik dengan kemampuan melakukan sensitisasi terminal sel saraf. Pada saat
proses inflamasi, terjadi proses upregulasi beberapa reseptor dan peptida(Sjahrir,
2004).
2.6. Penatalaksanaan Nyeri Kepala
Bagi migren, pasien akan merasa lebih nyaman berbaring di ruangan gelap
dan tidur. Analgesik sederhana seperti parasetamol atau aspirin diberikan dengan
kombinasi antiemetic. Episode yang tidak responsive dengan terapi di atas dapat
diberikan ergotamin, suatu vasokonstriktor poten atau sumatriptan, agonis reseptor
selektif 5-HT yang dapat diberikan subkutan, intranasal atau oral. Kedua obat
tersebut memiliki kelemahan. Alkaloid ergot dapat menimbulkan keracunan akut
dengan gejala muntah, nyeri dan kelemahan otot(Katzung,1998)
Terapi bagi nyeri kepala klaster meliputi penggunaan ergotamin , sumatriptan
atau kortikosteroid selama 2 minggu dengan dosis diturunkan bertahap. Terapi jangka
panjang untuk pencegahan rekurensi meliputi penggunaan metisergid,verapamil atau
pizotifen. Litium dapat membantu jika nyeri menjadi kronik tetapi kadarnya dalam
darah harus dipantau(Tripathi,2003).
Terapi biasanya tidak memuaskan untuk nyeri kepala tipe tegang. Beberapa
pasien mungkin merasa lebih baik jika diyakinkan tidak ada penyakit dasar, tetapi hal
ini kurang membantu jika pola perilaku telah menjadi selama beberapa bulan atau
tahunan. Terutama jika kemungkinan besar didasari oleh keadaan psikogenik, maka
Pasien yang lain mungkin merasa lebih baik dengan bantuan ahli fisioterapi(Brain
dan Walton, 1969).
2.7. Kesehatan Mental dan Kehidupan Kerja
Tempat kerja adalah salah satu lingkungan kunci yang mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Dunia pekerjaan sedang mengalami perubahan yang
cukup banyak. Teleworking, peningkatan penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi, dan perluasan sektor jasa adalah beberapa contoh perubahan pola kerja.
Semua perubahan dalam kehidupan kerja merupakan tantangan baru untuk kesehatan
mental dan kesejahteraan.
2.7.1. Efek Kerja terhadap Kesehatan Mental
Efek kerja terhadap kesehatan mental sangat kompleks. Di satu sisi, pekerjaan
merupakan sumber kepuasan pribadi dan prestasi, kontak interpersonal dan keamanan
finansial, dan ini semua merupakan prasyarat untuk kesehatan mental yang
baik. Kurangnya pekerjaan atau pengangguran, di sisi lain, dapat memiliki efek
negatif pada kesejahteraan mental kita. Mereka yang menjadi pengangguran adalah
dua kali lebih mungkin untuk mengalami peningkatan gejala depresi dan didiagnosis
dengan depresi klinis sebagai orang-orang yang tetap aktif bekerja(Matthews, 1975).
Bila pekerjaan tidak terorganisir dengan baik dan ketika risiko di tempat kerja belum
ditangani dengan baik, pekerjaan juga dapat memiliki efek negatif pada kesehatan
mental kita dan kesejahteraan.
Pekerjaan berhubungan dengan stres karena apabila seseorang dihadapkan dengan
tuntutan pekerjaan dan tekanan yang tidak cocok dengan pengetahuan dan
keterampilannya, kemampuan mereka untuk mengatasinya menjadi persoalan. Stres
yang berkaitan bahaya dapat ditemukan dalam isi pekerjaan, beban kerja dan
kecepatan kerja, organisasi waktu kerja, tingkat partisipasi dan kontrol dalam
pekerjaan dirancang dan cara organisasi dikelola. Stres juga dapat disebabkan oleh
gaji , peran individu dalam organisasi, hubungan interpersonal, budaya organisasi dan
tumpang tindih antara kerja di rumah dan kantor.
Stres mempengaruhi orang yang berbeda dengan cara yang berbeda. Hal ini
dapat menyebabkan kekerasan di tempat kerja atau perilaku adiktif (merokok, alkohol
dan narkoba, perjudian) dan meningkatnya bilangan cuti sakit yang diambil.
2.7.2. Masalah Kesehatan akibat Kerja
Satu survei dilakukan pada tahun 2000 di 15 Negara Anggota Uni Eropa (UE)
menemukan bahwa lebih dari setengah dari 160 juta pekerja dilaporkan bekerja pada
kecepatan yang sangat tinggi (56%) atau tenggat waktu ketat (60%) untuk setidaknya
satu seperempat waktu mereka.
Stres terkait dengan pekerjaan ini cenderung untuk berkontribusi pada masalah
kesehatan yang dilaporkan oleh para pekerja: 15% dari penduduk yang bekerja di Uni
Eropa pada tahun 2000 mengeluh sakit kepala, 23% dari leher dan nyeri bahu, 23%
dari kelelahan, stres 28% dan 33% dari sakit punggung. Di Austria, 1.2 juta pekerja
dilaporkan menderita stres kerja yang terkait dengan tekanan waktu. Di Jerman, 98%
dari pekerja menyatakan bahwa stres dan tekanan pekerjaan meningkat dalam
beberapa tahun terakhir dan 85% lagi menyatakan waktu bekerja meningkat. Di
Spanyol, 32% dari pekerja menggambarkan pekerjaan mereka sebagai stres. Di
Swedia dilaporkan 40% melewatkan istirahat makan siang(WHO, 2005).
.
2.8.Jenis Pekerjaan Yang Paling Banyak Menimbulkan Nyeri Kepala
Menurut WHO, terdapat lapan pekerjaan yang paling banyak menimbulkan stres yang seterusnya dapat menyebabkan nyeri kepala. Pekerjaan-pekerjaan tersebut
adalah pengontrol lalu lintas udara, polisi, juruterbang, dokter, perawat, pemadam
kebakaran, paramedik dan guru. Artikel 2009 Jobs Rated Report dari
paling banyak menimbulkan nyeri kepala karena jam kerja mereka sering tidak
teratur dan berjaga sepanjang malam untuk menangani kasus emergensi yang dapat
timbul bila-bila masa. Selain itu, pemadam kebakaran juga terdedah kepada inhalasi
asap dan kecelakaan yang serius saat bertugas. Ini diikuti dengan pekerjaan senior
cooperate eksekutif yang membutuhkan pengetahuan yang terperinci tentang
keuangan, ekonomi dan perkembangan teknologi.Senior eksekutif ini diharapkan
untuk unggul dalam berbagai bidang sekaligus. Seterusnya adalah pekerjaan sopir
taxi, dokter bedah, polisi dan agen real estate.
BAB 3
Gambar 3.1.1: Kerangka Konsep Hubungan Antara Jenis Pekerjaan Dengan
Timbulnya Nyeri Kepala Tipe-Tegang.
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Pekerjaan dan Nyeri Kepala
Jenis pekerjaan adalah kerja apa saja yang dilakukan oleh seseorang yang
berperan sebagai faktor yang dapat menimbulkan nyeri kepala. Nyeri kepala
tipe-tegang pula adalah nyeri kepala yang timbul akibat kerja yang berlebihan yang
dilakukan untuk tempoh yang panjang, akibat strain emosional atau kedua-duanya
yang mengefek region oksipital otak. Migren adalah gangguan periodik yang
ditandai oleh nyeri kepala unilateral dan kadang kadang bilateral yang dapat disertai
muntah dan gangguan visual. Nyeri kepala klaster adalah nyeri yang timbul secara
unilateral akibat mekanisme histaminergik dan humoral.
3.2.2. Aspek Pengukuran
Data ini dikumpul dengan teknik wawancara dengan menggunakan alat ukur
kuesioner. Pertanyaan diajukan dengan dua pilihan jawaban yaitu pilihan ‘ya’ atau
ditetapkan positif menderita nyeri kepala tipe-tegang karena jenis pekerjaannya.
Variabel- variabel yang telah diteliti adalah timbulnya nyeri kepala dan jenis
pekerjaan. Skala yang digunakan adalah skala nominal.
3.3. Hipotesa
Hipotesa pada penelitian ini adalah ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah studi analitik dengan desain penelitian potong lintang(
cross sectional ), yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu
saat atau subjek diobservasi hanya sekali saja pada saat penelitian dilakukan.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah dari bulan Agustus – November 2010.
4.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di beberapa tempat di Medan. Penelitian pamadam
kebakaran dibuat di Dinas Pemadam Kebakaran di Jalan Kapten Maulana Lubis 2.
Penelitian bagi pekerjaan dokter dan perawat dibuat di Rumah Sakit Umum Haji
Adam Malik dan guru di SMA Swasta Raksana. Penelitian bagi pekerjaan satpam
pula diambil dari pelbagai lokasi yang berbeda di sekitar Jalan Dr. Mansur seperti di
Fakultas Kedokteran USU, Fakultas Kedokteran Gigi USU dan Bank BNI.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah pekerja bagi lima pekerjaan yaitu pemadam
kebakaran, satpam, dokter, perawat dan guru yang berada di tempat penelitian.
Penentuan lima pekerjaan ini adalah berdasarkan suatu artikel dari WHO ( World
menimbulkan stres. Pekerjaan- pekerjaan tersebut adalah pengontrol lalu lintas udara,
polisi, juruterbang, dokter, perawat, pemadam kebakaran, paramedis dan guru.
4.3.2. Sampel
Perkiraan besar sample yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan
rumus dibawah ini, dimana tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan
tingkat ketepatan relatif 10%(World health Organization, 2005).Maka diperoleh 97
sampel. Jumlah sampel ini dibulatkan menjadi 100 sampel:
n = Z α2pq
d = tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki peneliti. Dalam penelitian
ini, peneliti menetapkan = 0,1
Angka-angka ini dimasukkan kembali ke rumus besar sampel;
n =
(0.1)2 (1.96)2 (0.5)(0.5)
Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan tehnik cluster
sampling, dimana unit adminstratif terkecil adalah jenis pekerjaan yang dipilih oleh
peneliti. Pada tahap awal telah dipilih 5 cluster pekerjaan. Dalam melakukan survei,
data dari 20 subjek dari tiap cluster telah diambil sehingga ukuran sample menjadi
100 subjek.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah semua pekerja dari lima jenis
pekerjaan yang dipilih peneliti yang bersedia mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi
dalam penelitian ini adalah pekerja yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian,
pekerja dengan penyakit sistemik, pekerja yang mengkonsumsi alkohol, pekerja
dengan masalah pendengaran, pekerja dengan karies gigi atau sakit gigi, pekerja
dengan alergi makanan dan pekerja dengan gangguan neurologis.
4.4. Tehnik Pengumpulan Data
Responden pada penelitian ini adalah pekerja dari lima jenis pekerjaan yang
dipilih. Pekerja tersebut diwawancari oleh seorang pewawancara dengan
menggunakan kuesioner. Informasi yang berhubungan dengan nyeri kepala yang
dideritainya dikumpul berdasarkan kuesioner tersebut. Instrumen (kuesioner) untuk
survei yang digunakan merupakan modifikasi dari Forest Headache Questionnaire.
4.4.1.Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen yang baik harus memenuhi 2 persyaratan yaitu valid dan reliabel.
Pembuatan instrumen dilandasi dengan kajian pustaka. Oleh karena itu, kuesioner
sebagai instrumen pengumpul data dalam penelitian ini telah diuji validitas dan
reliabilitas.
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan metode Pearson atau metode Product Moment.
2. Uji Reliabilitas
Metode yang digunakan pada uji reliabilitas adalah metode Cronbach’s
Alpha, dan dilakukan setelah uji validitas selesai. Uji reliabilitas ini dianalisa
menggunakan bantuan program SPSS.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dan analisis data telah dilakukan dengan menggunakan SPSS
versi 17. Metode analisis yang digunakan adalah analisis bivariate dengan uji statistik
Chi Square.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di empat lokasi yang berbeda untuk lima jenis pekerjaan
yang dipilih. Lokasi penelitian untuk pekerjaan petugas pemadam kebakaran adalah
di Dinas Pemadam Kebakaran di Jalan Kapten Maulana Lubis 2. Data guru diambil di
SMA Swasta Raksana di Jalan Gajah Mada No.20. Data dokter dan perawat diambil
di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dan data satpam pula diambil di pelbagai
lokasi yang berbeda di Jalan Dr Mansur.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini, karakteristik yang diamati pada responden meliputi umur, jenis
kelamin, jenis pekerjaan dan jumlah responden yang menderita nyeri kepala.
Tabel 5.1 DistribusiKarakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (orang) %
Laki-laki 59 59
Perempuan 41 41
Dari table 5.1 diketahui bahwa terdapat sebanyak 59 orang orang laki-laki dan 41
orang perempuan yang mengikuti penelitian ini.
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur Jumlah (orang) %
1 18-30 38 38
2 31-40 35 35
3 >40 27 27
Jumlah 100 100
Karakteristik umur responden pada penelitian ini diperlihat pada tabel 5.2 di bawah. Pekerja paling banyak berumur diantara 18 – 30 tahun yaitu sebanyak 38
orang. Kedua terbanyak berumur diantara 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 35 orang dan
ketiga terbanyak berusia lebih dari 40 tahun yaitu sebanyak 27 orang.
5.1.3. Hasil Analisis Univariat
5.1.3.1 Distribusi Pekerjaan Yang Diakukan Oleh Pekerja
Tabel 5.3 Distribusi Jenis Pekerjaan Pekerja
Pekerjaan Jumlah Percentase
Pemadam Kebakaran 20 20.0
Guru 20 20.0
Dokter 20 20.0
Satpam 20 20.0
Perawat 20 20.0
Total 100 100.0
Dari tabel dapat dilihat distribusi 5 pekerjaan yaitu pemadam kebakaran, guru, dokter,
satpam dan perawat dimana terdapat 20 orang responden bagi masing-masing
pekerjaan.
5.1.3.2 Nyeri Kepala Pada Pekerja
Tabe 5.4 menunjukkan frekuensi jawaban yang diberikan oleh pekerja terhadap
Tidak Tabel 5.4 Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Soal Kuesioner
Tabel memperlihatkan bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab ‘Ya’ oleh
responden adalah pertanyaan nomor 9 dengan persentase 63% sedangkan pertanyaan
yang paling banyak dijawab ‘ Tidak’ adalah pertanyaan nomor 3 dan 4 dengan
persentase sebesar 63 %. Setiap responden yang menjawab 7 atau lebih soalan
dengan jawaban ‘Ya’ digolongkan sebagai menderita nyeri kepala tipe-tegang
sedangkan pekerja yang menjawab kurang dari 7 soalan dengan jawaban ‘Ya’
digolongkan sebagai tidak menderita nyeri kepala tipe-tegang. Data lengkap distribusi
pekerja dengan nyeri kepala hasil analisis jawaban responden dapat dilihat pada
Tabel 5.5.
Pertanyaan Ya % %
1 Nyeri kepala lebih dari satu kali setiap hari 52 52 48 48
2. Nyeri kepala lebih dari tiga kali perminggu 49 49 51 51
3. Nyeri kepala lebih dari satu jam setiap kali 37 37 63 63
4. Nyeri kepala pada malam/ saat bangun 37 37 63 63
5. Nyeri kepala menghilang pada hari libur 49 49 51 51
6. Nyeri kepala terjadi selama stress di tempat kerja 51 51 49 49
7. Peningkatan jam kerja memperburuk nyeri kepala 44 44 56 56
8 Penggunaan tenaga mempengaruhi nyeri kepala 56 56 44 44
9. Nyeri kepala seperti berdenyut-denyut 63 63 37 37
Tabel 5.5 Distribusi Nyeri Kepala Pada Pekerja.
Nyeri Kepala Jumlah Percentase
Nyeri kepala 29 29.0
Tidak nyeri kepala 71 71.0
Total 100 100.0
Tabel 5.5 memperlihatkan 29 orang menderita nyeri kepala karena pakerjaannya
sementara 71 orang lagi tidak menderita nyeri kepala karena pekerjaannya,
5.1.4. Hasil Analisis Bivariat
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Antara Jenis Pekerjaan Dan Nyeri Kepala.
Nyeri Kepala
Berdasarkan tabel tabulasi silang antara jenis pekerjaan dan ada tidaknya nyeri
kepala pada pekerja dari lima pekerjaan tersebut(tabel 5.6), ternyata pekerja
pemadam kebakaran paling banyak menderita nyeri kepala yaitu sabanyak 10 orang,
Pekerjaan dokter mempunyai 8 orang yang menderita nyeri kepala diikuti oleh
pekerjaan satpam dengan 6 orang dan pekerjaan perawat dengan 3 orang yang
menderita nyeri kepala. Pekerjaan guru adalah pekerjaan dengan paling kurang orang
yang menderita nyeri kepala yaitu sebanyak 2 orang. Analisis Chi Square
kepala tipe-tegang pada pekerja yang ditandai dengan nilai p sebesar 0.028 yaitu
lebih kecil dari 0.05.
5.2. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan pekerja dari jenis pekerjaan pemadam kebakaran
paling banyak menderita nyeri kepala tipe-tegang. Seterusnya adalah dokter, diikuti
oleh satpam, perawat dan guru. Ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara
jenis pekerjaan dan timbulnya nyeri kepala tipe-tegang pada pekerja.
Petugas pemadam kebakaran paling banyak menderita nyeri kepala tipe-tegang
karena jam bekerja mereka yang panjang. Selain itu jam bekerja mereka juga adalah
tidak teratur/berubah-ubah disebabkan kasus-kasus pada waktu-waktu yang tidak
terduga. Kondisi dimana pemadam kebakaran harus berjuang dengan waktu setiap
masa sewaktu menyelamatkan mangsa juga dapat menimbulkan nyeri kepala. Selain
itu inhalasi asap saat menyelamatkan mangsa juga bisa manimbulkan nyeri kepala.
Pekerjaan dokter kedua terbanyak menimbulkan nyeri kepala tipe-tegang. Ini
mungkin karena tekanan kerja akibat tanggungjawab terhadap nyawa insan lain yang
berada dalam tangan dokter. Selain itu, kemungkinan timbulnya bahaya atau
kecederaan fisikal pada pasien saat melakukan tindakan medis juga dapat
menimbulkan nyeri kepala.
Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang paling sedikit menimbulkan nyeri kepala. Ini
mungkin karena guru tiada tekanan waktu maupun tanggungjawab terhadap nyawa
insane lain dalam melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan pemadam
kebakaran dan dokter. Waktu kerja guru juga adalah teratur.
Tidak dijumpai penelitian yang mirip dengan judul ini yang pernah dilakukan.
delapan jenis pekerjaan yang paling banyak menimbulkan nyeri kepala. Pekerjaan
tersebut mengikut urutan dari yang paling banyak menyebakan nyeri kepala adalah
pengontrol lalu lintas udara, polisi, juruterbang, dokter, perawat, pemadam
kebakaran, paramedis dan guru.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Sebanyak 29 orang pekerja didapati menderita nyeri kepala tipe-tegang
manakala 71 orang lagi tidak menderita nyeri kepala tipe-tegang.
2. Ditemukan adanya hubungan antara jenis pekerjaan dengan timbulnya
nyeri kepala tipe-tegang di kalangan pekerja yang ditandai dengan nilai p
sebesar 0.028 yaitu lebih kecil dari 0.05.
3. Pemadam kebakaran paling banyak menderita nyeri kepala tipe-tegang
diikuti oleh dokter, satpam, perawat dan guru.
6.2. Saran
1. Diharapkan pekerja dapat mengidentifikasikan nyeri kepala mereka yang disebabkan oleh pekerjaan dan segera mencari jalan yang sesuai untuk
mengurangkan atau menghilangkan nyeri kepala tersebut.
2. Diharapkan institusi tempat bekerja dapat mengatur jam kerja dan libur
bagi pekerja agar pekerja mendapat istirahat yang mencukupi.
3. Diharapkan pihak kementrian yang berkaitan dapat melakukan pemantauan
berkala ke atas institusi tempat kerja untuk memastikan bahwa tidak berlaku
DAFTAR PUSTAKA
Brain, dan Walton, J.N., 1969. Diseases of the Nervous System. 2nd ed. In: Headache. London: Oxford University Press:266-270.
Burton, J.L., et al., 2007. Oxford Concise Medical Dictionary. 7th ed.
New York: Oxford University Press:524.
Dorlands Dictionary., 2004. Dorlands Pocket medical Dictionary. 27th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders:393.
Fauci, A.S., et al., 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th ed. USA: McGraw-Hill.
Forest Headache Questionnaire. Available from:
drbeaton.com/assets/files/headache-questionaire.pdf
Gaharu, M., dan Prasadja, A., 2009. Sefalgia Pada Penderita
Obstructive Sleep Apnea. Cermin dunia Kedokteran, 36 (6) : 399-402.
Ginsberg, L., 2005. Lecture Notes Neurologi. 8th ed. Indonesia: Penerbit Erlangga:72-75.
Greenberg, D.A., Aminoff, M.J., and Simon, R.P., 2002.
Clinical Neurology. 5th ed. USA: McGraw-Hill:70-73.
Katzung, B.G., 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. 6th ed. Jakarta: Appleton and Lange.
Kaufman, D.M., 1985. Clinical Neurology for Psychiatrists. 2nd ed.
In: Headaches. USA: Grune and Stratton, Inc:153-155.
Medical Physiology. 4th ed. In: Physiology of Pain. New Delhi,
India: Jaypee Brothers Medical Publishers:754.
Sherwood, l., 1996. Fisiologi Manusia dari sel ke Sistem. 2nd ed.
In: Nyeri. Jakarta : International Thomas Publishing:156- 159.
Sjahrir, H., 2004. Mekanisme terjadinya Nyeri Kepala Primer dan Prospek
Pengobatannya. Medan: Universitas Sumatera Utara:3-5.
Syarif, A., et al., 2007. Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Gaya Baru.
Tripathi, K.D., 2003. Essentials of Medical Pharmacology. 5th ed. New Delhi: Jaypee Brothers.
Victor, M., dan Ropper, A.H., 2002. Adams and Victor’s Manual
of Neurology. 4th ed. In: Headache and other Craniofacial
Pains. Singapore: McGraw-Hill Educatio (Asia):80- 81.
World Health Organization, 2005. European Ministerial Conference
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Komalah Chenasammy
Tempat/Tanggal Lahir : Perak / 17.03.1989
Agama : Hindu
Alamat : Jl. Dr. Mansur, Gg.Sehat No.26 Medan, 20155-Indonesia
Riwayat Pendidikan : 1. Sijil Pelajaran Menengah(SPM)-2005
2. Foundation In Science-2006
3. Fakultas Kedokteran USU- sekarang
Riwayat Pelatihan : 1. Seminar Proposal Penelitian
Riwayat Organisasi : 1. Naib Pengerusi Kelab Catur Sekolah
2. Setiausaha Kelab Bahasa Inggeris
SURAT PERNYATAAN
PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama :
Umur :
Kelamin :
Telah mendapatkan penjelasan sepenuhnya mengenai penelitian,
Judul penelitian : Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Timbulnya Nyeri
Kepala Tipe-Tegang.
Nama peneliti : Komalah Chenasammy
Jenis penelitian : Deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional
Institusi yang melakukan penelitian : Universitas Sumatera Utara (USU) Medan
Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian ini.
Medan,……….2010,
____________________
Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Timbulnya Nyeri Kepala Tipe-Tegang Kuesioner Penelitian
Karekteristik responden:
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Riwayat Nyeri Kepala
Nyeri Kepala Ya Tidak
1 Apakah anda biasanya mendapat (1) atau lebih nyeri kepala perhari?
2 Apakah anda biasanya mendapat (3) atau lebih nyeri kepala
perminggu?
3 Apakah nyeri kepala anda terjadi lebih dari 1 jam setiap kali?
4 Apakah nyeri kepala anda biasanya terjadi pada malam hari atau saat
bangun?
5 Apakah nyeri kepala yang biasa anda deritai pada hari bekerja itu
menghilang pada hari libur?
6 Apakah nyeri kepala anda terjadi selama stres atau gugup ,
7 Apakah peningkatan jam bekerja memperburuk nyeri kepala anda?
8 Apakah penggunaan tenaga (mengangkat, berjalan, berusaha,)
mempengaruhi nyeri kepala anda?
9 Apakah nyeri kepala anda berdenyut-denyut atau merasa seperti
berdebar-debar?
10 Apakah leher dan otot bahu terasa tegang dan menyakitkan selama
LAMPIRAN HASIL UJI RELIABILITAS
a. Listwise deletion based on all variables in the
N of Valid Cases 100
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum