• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Timbulnya Nyeri Kepala Tipe Tegang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Timbulnya Nyeri Kepala Tipe Tegang"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA JENIS PEKERJAAN DENGAN

TIMBULNYA NYERI KEPALA TIPE-TEGANG

Oleh:

KOMALAH CHENASAMMY

NIM: 070100298

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN ANTARA JENIS PEKERJAAN DENGAN

TIMBULNYA NYERI KEPALA TIPE-TEGANG

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

KOMALAH CHENASAMMY

NIM: 070100298

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Hasil Penelitian dengan Judul:

Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Timbulnya Nyeri Kepala Tipe Tegang

Yang dipersiapkan oleh:

KOMALAH CHENASAMMY

070100298

Laporan Hasil Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke

Seminar Hasil.

Medan, 24 November 2010

Disetujui,

Dosen Pembimbing

________________________________

(dr Evo Elidar SpRad)

(4)

ABSTRAK

Latar Belakang: Nyeri kepala adalah nyeri yang dirasakan di kepala. Nyeri kepala ini adalah salah satu keluhan yang paling sering namun sering dipandang ringan. Hampir 90 % lelaki dan 95% wanita dikatakan menderita nyeri kepala di seluruh dunia. Nyeri kepala tipe-tegang adalah nyeri konstan yang dirasakan pada kedua-dua sisi kepala.

Metode: Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah adanya hubungan antara jenis pekerjaan dengan timbulnya nyeri kepala tipe tegang. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional. Data dikumpul dengan teknik wawancara dengan menggunakan alat ukur kuesioner. Analisis bivariate dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-square untuk menentukan hubungan antara kedua variabel tersebut.

Hasil penelitian: Hasil bagi pekerja yang menderita nyeri kepala tipe-tegang adalah 29% dan yang tidak menderita nyeri kepala adalah 71% . Hasil uji chi square terhadap jenis pekerjaan dengan timbulnya nyeri kepala tipe-tegang menunjukkan nilai p sebanyak 0.028. Maka, dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara jenis pekerjaan dengan timbulnya nyeri kepala tipe-tegang di kalangan pekerja.

Diskusi: Didapati bahwa paling banyak pekerja petugas pemadam kebakaran menderita nyeri kepala tipe-tegang diikuti oleh dokter, satpam, perawat dan guru. Disarankan bahwa institusi tempat bekerja dapat mengatur jam kerja dan libur bagi pekerja agar pekerja mendapat istirahat yang mencukupi.

Kata kunci : Jenis pekerjaan, nyeri kepala tipe-tegang, pekerja.

(5)

ABSTRACT

Background: Headache is a pain that is felt in the head. It is one of the most

frequent complaints but is often taken lightly. It is said that almost 90% of men and 95% of women are suffering from headache world wide. Tension-type headaches are felt as a constant ache that affects both sides of the head.

Methods: The main objective of this study is to see if there is a relationship between

the type of occupation a person does with the presence of tension-type headache. This is an analytic cross sectional study. Data is collected by interviewing the workers by using a questionnaire as the measuring tool. Bivariate analysis is done by using the chi-square statistical test to find the relationship between the two variables.

Results: Results show that 21% of the workers suffer from tension-type headache

while 79% of the rest does not suffer from it. Chi-square statistical test that is done to find the relationship between the type of occupation and the tension type headache shows a p value of 0.018. Thus, it can be concluded that there is a relationship between the type of occupation and the presence of the tension-type headache among the workers.

Discussion: It was found that firefighters are the biggest number of people suffering

from tention-type headache, followed by doctors, security guards, nurses and teachers. It is advisable for the work place to regulate the working hours and holidays for the workers in order for them to get adequate rest.

(6)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih

karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan, dan arahan dari

beberapa pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat

pada waktunya. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A.

Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. dr. Evo Elidar, SpRad selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan

bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini.

3. Orang tua penulis yang membantu memberikan dukungan moril dan materi.

4. Kepada teman-teman penulis yang ikut membantu penulis dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Demikian dan terima kasih.

24 November 2010

(7)
(8)

2.3.1.Migen...

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI

(9)

4.1. Rancangan Penelitian ...

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...

4.4. Metode Pengumpulan Data ...

4.5. Metode Analisis Data...

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

5.1. Hasil Penelitian

BAB 6 KESIMPUAN DAN SARAN ...

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin….………21

5.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur……….…………..21

5.3. Distribusi Jenis Pekerjaan Pekerja………22

5.4. Pertanyaan dan Jawaban Nyeri Kepala Pada Pekerja………...23

5.4. Distribusi Nyeri Kepala Pada Pekerja ...24

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

(12)

ABSTRAK

Latar Belakang: Nyeri kepala adalah nyeri yang dirasakan di kepala. Nyeri kepala ini adalah salah satu keluhan yang paling sering namun sering dipandang ringan. Hampir 90 % lelaki dan 95% wanita dikatakan menderita nyeri kepala di seluruh dunia. Nyeri kepala tipe-tegang adalah nyeri konstan yang dirasakan pada kedua-dua sisi kepala.

Metode: Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah adanya hubungan antara jenis pekerjaan dengan timbulnya nyeri kepala tipe tegang. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional. Data dikumpul dengan teknik wawancara dengan menggunakan alat ukur kuesioner. Analisis bivariate dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-square untuk menentukan hubungan antara kedua variabel tersebut.

Hasil penelitian: Hasil bagi pekerja yang menderita nyeri kepala tipe-tegang adalah 29% dan yang tidak menderita nyeri kepala adalah 71% . Hasil uji chi square terhadap jenis pekerjaan dengan timbulnya nyeri kepala tipe-tegang menunjukkan nilai p sebanyak 0.028. Maka, dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara jenis pekerjaan dengan timbulnya nyeri kepala tipe-tegang di kalangan pekerja.

Diskusi: Didapati bahwa paling banyak pekerja petugas pemadam kebakaran menderita nyeri kepala tipe-tegang diikuti oleh dokter, satpam, perawat dan guru. Disarankan bahwa institusi tempat bekerja dapat mengatur jam kerja dan libur bagi pekerja agar pekerja mendapat istirahat yang mencukupi.

Kata kunci : Jenis pekerjaan, nyeri kepala tipe-tegang, pekerja.

(13)

ABSTRACT

Background: Headache is a pain that is felt in the head. It is one of the most

frequent complaints but is often taken lightly. It is said that almost 90% of men and 95% of women are suffering from headache world wide. Tension-type headaches are felt as a constant ache that affects both sides of the head.

Methods: The main objective of this study is to see if there is a relationship between

the type of occupation a person does with the presence of tension-type headache. This is an analytic cross sectional study. Data is collected by interviewing the workers by using a questionnaire as the measuring tool. Bivariate analysis is done by using the chi-square statistical test to find the relationship between the two variables.

Results: Results show that 21% of the workers suffer from tension-type headache

while 79% of the rest does not suffer from it. Chi-square statistical test that is done to find the relationship between the type of occupation and the tension type headache shows a p value of 0.018. Thus, it can be concluded that there is a relationship between the type of occupation and the presence of the tension-type headache among the workers.

Discussion: It was found that firefighters are the biggest number of people suffering

from tention-type headache, followed by doctors, security guards, nurses and teachers. It is advisable for the work place to regulate the working hours and holidays for the workers in order for them to get adequate rest.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Nyeri kepala adalah sensasi tidak menyenangkan yang bervariasi dari nyeri

yang ringan hingga ke nyeri yang berat yang dirasakan di kepala. Gangguan

nyeri kepala ini adalah salah satu gangguan sistem saraf yang paling umum.

Nyeri kepala ini juga merupakan suatu keluhan yang biasanya timbul untuk

seumur hidup.

International Headache Society(HIS) telah mengklasifikasikan berbagai jenis

nyeri kepala dengan detail. Antara nyeri kepala yang paling umum adalah nyeri

kepala tipe-tegang, migren dan nyeri kepala klaster.

Meskipun epidemiologi nyeri kepala ini hanya dilaporkan sebagian, tapi

secara total, gangguan nyeri kepala ini sangat sering dialami. Sebagian besar

studi populasi yang dilakukan difokuskan pada nyeri kepala migren yang mana

meskipun paling banyak diteliti, bukan merupakan gangguan nyeri kepala yang

paling umum. Nyeri kepala tipe lain yang prevalensinya lebih tinggi seperti

nyeri kepala tipe tegang kurang mendapat perhatian.

Di negara-negara maju, nyeri kepala tipe-tegang sendiri mempengaruhi dua

per tiga dari laki-laki dewasa dan lebih dari 80 % wanita. Prevalensi dan faktor

resiko bagi nyeri kepala tipe-tegang adalah tinggi di negara manapun, baik di

Timur, Barat, di negara maju dan negara kurang berkembang. Bukti

(15)

di Amerika, Eropa dan Asia. Menurut studi lain, hampir 40% orang Amerika

memiliki setidaknya satu episode nyeri kepala tipe-tegang sepanjang tahun.

Nyeri kepala ini bukan saja menyakitkan malah merupakan hambatan dalam

melakukan kegiatan sehari-hari. Nyeri kepala yang dialami dalam waktu yang

lama dapat menyebabkan penyakit yang lain pada penderita. Misalnya, depresi

tiga kali lebih sering pada orang dengan migren atau sakit kepala parah dari pada

orang yang sehat.

Pekerjaan berhubungan dengan nyeri kepala karena apabila seseorang

dihadapkan dengan tuntutan pekerjaan dan tekanan yang tidak cocok dengan

pengetahuan dan keterampilannya, kemampuan mereka untuk mengatasinya

menjadi persoalan. Stres dan nyeri kepala yang berkaitan bahaya dapat

ditemukan dalam isi pekerjaan, beban kerja dan kecepatan kerja, organisasi

waktu kerja, tingkat partisipasi dan kontrol dalam pengambilan keputusan.

Sebagian besar penyebab nyeri kepala bergantung pada cara pekerjaan

dirancang dan cara organisasi dikelola. Satu survei dilakukan pada tahun 2000 di

15 Negara Anggota Uni Eropa (UE) menemukan bahwa lebih dari setengah dari

160 juta pekerja dilaporkan bekerja pada kecepatan yang sangat tinggi (56%)

atau tenggat waktu ketat (60%) untuk setidaknya satu seperempat waktu

mereka.

1.2.Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan timbulnya nyeri kepala

tipe tegang?

1.3 Tujuan Penelitian

(16)

Tujuan umum dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara jenis pekerjaan dengan timbulnya nyeri kepala tipe tegang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Penelitian ini dilakukan untuk mencari apakah benar jenis pekerjaan yang

dilakukan oleh seseorang mempengaruhi timbulnya nyeri kepala tipe tegang.

2. Mengetahui jenis pekerjaan mana yang paling banyak menimbulkan nyeri

kepala tipe tegang.

3. Mengetahui jenis pekerjaan mana yang paling kurang menimbulkan nyeri

kepala tipe-tegang.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

1. Pekerja

Pekerja dapat sadar bahawa nyeri kepala yang dideritai adalah karena

pekerjaannya dan dapat mengambil upaya prevensi agar tidak terus menderita

nyeri kepala tersebut.

2. Institusi Tempat Bekerja

Institusi tempat bekerja dapat memberi pelayanan kesehatan untuk menangani

keluhan nyeri kepala sehingga produktivitas pekerja di institusi tempat

bekerja meningkat.

3. Negara Republik Indonesia

Pembangunan negara Republik Indonesia akan meningkat jika produktivitas

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Nyeri Kepala

Nyeri diartikan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang melibatkan emosi

dengan atau tanpa kerusakan jaringan(Sembulingam, 2006). Menurut Oxford Concise

Medical Dictionary, nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan yang bervariasi dari

nyeri yang ringan hingga ke nyeri yang berat. Nyeri ini adalah respons terhadap

impuls dari nervus perifer dari jaringan yang rusak atau berpotensi rusak(Burton,

2007). Otak sendiri adalah tidak sensitif terhadap nyeri dan bisa dipotong atau

dibakar tanpa apa-apapun dirasakan(Matthews, 1975).

Sensasi nyeri dapat dijelaskan dengan banyak cara. Antaranya nyeri yang

tajam, pricking, dull-ache, shooting, cutting dan stabbing. Nyeri dapat dibagi dua

yaitu nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut adalah nyeri jangka pendek dengan

penyebab yang mudah diidentifikasi. Biasanya nyeri ini terlokalisasi di area yang

kecil sebelum menyebar ke area sekitarnya. Nyeri kronik adalah nyeri intermitten

atau konstan yang berlanjutan untuk jangka waktu yang panjang. Nyeri ini biasanya

sukar ditangani dan memerlukan penanganan yang professional. Meskipun nyeri ini

tidak menyenangkan,ia berfungsi sebagai petanda awal kemungkinan adanya masalah

atau penyakit pada tubuh kita(Sembulingam, 2006).

Nyeri kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bagian tubuh di

(18)

diskomfortasi antara orbital dan oksiput yang berawalan dari pain –sensitive

structure(Victor, 2002). Dorland’s Pocket Medical Dictionary (2004) menyatakan

bahwa nyeri kepala adalah nyeri di kepala yang ditandai dengan nyeri unilateral dan

bilateral disertai dengan flushing dan mata dan hidung yang berair..

2.2. Etiologi Nyeri Kepala

Nyeri kepala dapat dibagi kepada tiga kelompok berdasarkan onsetnya iaitu

nyeri kepala akut, subakut dan kronik. Nyeri kepala akut ini biasanya disebabkan oleh

subarachnoid haemorrhage, penyakit-penyakit serebrovaskular, meningitis atau

encephalitis dan juga ocular disease. Selain itu, nyeri kepala ini juga bisa timbul

disebabkan kejang, lumbar punksi dan karena hipertensi ensefalopati.

Bagi nyeri kepala subakut, nyerinya biasa timbul karena giant cell arteritis,

massa intrakranial, neuralgia trigeminal, neuralgia glossofaringeal dan hipertensi.

Nyeri kronik timbul karena migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala

tipe-tegang, cervical spine disease, sinusitis dan dental disease.(Greenberg,2002).

Dalam buku Disease of the Nervous System , dinyatakan bahwa nyeri kepala

juga disebabkan oleh penyakit pada tulang kranium, neuritis dan neuralgia, irritasi

meningeal, lesi di intracranial, trauma dan penurunan tekanan intracranial. Selain itu

cough headache dan psychogenic headache juga dapat menimbulkan nyeri

kepala(1969). Nyeri kepala sering menyertai OSA(Obstructive Sleep Apnea);

dibandingkan dengan gangguan tidur yang lain, sefalgia lebih sering terjadi pada

gangguan tidur OSA(Cermin Dunia kedokteran, 2009).

(19)

Berdasarkan klasifikasi IHS (International Headache Society) Edisi 2 dari yang terbaru tahun 2004, nyeri kepala terdiri atas migren, nyeri kepala tipe-tegang,

nyeri kepala klaster dan other trigeminal-autonomic cephalalgias, dan other primary

headaches.

2.3.1. Migren

Migren adalah gangguan periodik yang ditandai oleh nyeri kepala unilateral

dan kadang kadang bilateral yang dapat disertai muntah dan gangguan visual. Kondisi

ini sering terjadi, lebih dari 10% populasi mengalami setidaknya satu serangan

migren dalam hidupnya. Migren dapat terjadi pada semua umur, tetapi umumnya

onset terjadi saat remaja atau usia dua puluhan dengan wanita lebih sering. Terdapat

riwayat migren dalam keluarga pada sebahagian besar pasien.

1.Migren dengan aura

Pasien mengalami gejala prodromal yang tidak jelas beberapa jam sebelum

serangan seperti mengantuk, perubahan mood dan rasa lapar. Serangan klasik dimulai

dengan aura. Gejala visual meliputi pandangan gelap yang berupa kilasan gelap yang

cepat. Aura umumnya membaik setelah 15 hingga 20 menit, dimana setelah itu

timbul nyeri kepala. Nyeri terasa seperti ditusuk- tusuk dan lebih berat jika batuk,

mengejan atau membungkuk. Nyeri kepala terjadi selama beberapa jam, umumnya

antara 4 hingga 72 jam. Pasien lebih suka berbaring di ruangan yang gelap dan tidur.

Gejala yang menyertai adalah fotofobia, mual, muntah, pucat dan dieresis.

(20)

Pasien mungkin mengalami gejala prodromal yang tidak jelas. Nyeri kepala

dapat terjadi saat bangun tidur dan gejala yang lain sama dengan migren tipe

klasik(Ginsberg,2005).

2.3.2. Nyeri Kepala Klaster

Sindrom ini berbeda dengan migren, walaupun sama-sama ditandai oleh nyeri

kepala unilateral, dan dapat terjadi bersamaan. Mekanisme histaminergik dan

humoral diperkirakan mendasari gejala otonom yang terjadi bersamaan dengan nyeri

kepala ini.

Pasien biasanya laki-laki, onset usia 20 hingga 60 tahun. Pasien merasakan

serangan nyeri hebat di sekitar satu mata(selalu pada sisi yang sama) selama 20

hingga 120 menit, dapat berulang beberapa kali dalam sehari, dan sering

membangunkan pasien lebih dari satu kali dalam semalam. Alkohol juga dapat

mencetuskan serangan. Pola ini berlangsung selama berhari-hari, berminggu-minggu

bahkan bulanan kemudian bebas serangan selam berhari-hari, berminggu-minggu,

bulan bahkan tahunan. Tidak seperti migren, pasien nyeri kepala klaster seringkali

gelisah selama serangan dan tampak kemerahan(Fauci,2008).

2.3.3. Nyeri Kepala Tipe-Tegang

Nyeri kepala ini merupakan kondisi yang sering terjadi dengan penyebab

belum diketahui, walaupun telah diterima bahawa kontraksi otot kepala dan leher

merupakan mekanisme penyebab nyeri. Kontraksi otot dapat dipicu oleh faktor-faktor

psikogenik yaitu ansietas atau depresi atau oleh penyakit lokal pada kepala dan leher

Pasien umumnya pasien akan mengalami nyeri kepala yang sehari-hari yang

dapat menetap selama beberapa bulan atau tahun. Nyeri dapat memburuk pada sore

(21)

kepala ini juga besifat bervariasi. Nyeri kepala bervariasi adalah nyeri yang dimulai

dari nyeri tumpul di berbagai tempat hingga sensasi tekanan yang menyeluruh sampai

perasaan kepala diikat ketat. Selain kadang ada mual, tidak ada gejala penyerta

lainnya dan pemeriksaan neurologis adalah normal(Kaufman, 1985).

2.4. Fisiologi Nyeri

Nyeri adalah mekanisme protektif yang dimaksudkan untuk menimbulkan

kesadaran bahwa telah atau akan terjadi kerusakan jaringan. Terdapat tiga kategori

reseptor nyeri: nosiseptor mekanis yang merespon terhadap kerusakan mekanis;

nosiseptor termal yang berespon terhadap suhu yang berlebihan; dan nosiseptor

polimodal yang berespon terhadap semua jenis rangsangan yang merusak, termasuk

iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cedera. Semua nosiseptor dapat

disensitisasi oleh adanya prostaglandin. Prostaglandin ini sangat meningkatkan

respons reseptor terhadap rangsangan yang mengganggu.

Impuls nyeri yang berasal dari nosiseptor disalurkan ke sistem saraf pusat

melalui salah satu dari dua jenis serat aferen. Sinyal-sinyal yang berasal dari

nosiseptor mekanis dan termal disalurkan melalui serat A-delta yang berukuran besar

dan bermielin dengan kecepatan sampai 30 meter per detik ( jalur nyeri cepat).

Impuls dari nosiseptor polimodal diangkut oleh serat C yang kecil dan tidak bermielin

dengan kecepatan 12 meter per detik. Nyeri biasanya dipersepsikan mula- mula

sebagai sensasi tertusuk yang tajam dan singkat yang mudah ditentukan lokalisasinya.

Perasaan ini diikuti oleh sensasi nyeri tumpul yang lokalisasinya tidak jelas dan

menetap lebih lama dan menimbulkan rasa tidak enak. Jalur nyeri lambat ini

diaktifkan aleh zat- zat kimia, terutama bradikinin, suatu zat yang dalam keadaan

normal inaktif dan diaktifkan oleh enzim- enzim yang dikeluarkan oleh jaringan yang

rusak.

Serat-serat aferen primer bersinaps dengan neuron ordo kedua di tanduk

(22)

aferen nyeri ini adalah substansi P, yang diperkirakan khas untuk serat- serat nyeri.

Jalur nyeri asendens memiliki tujuan yang belum dipahami dengan jelas di korteks

somatosensorik, talamus dan formasio retikularis. Peran korteks dalam persepsi nyeri

belum jelas, walaupun korteks penting paling tidak dalam penentuan lokalisasi nyeri.

Nyeri masih dapat dirasakan walaupun korteks tidak ada, mungkin pada tingkat

talamus. Formatio retikularis meningkatkan derajat kewaspadaan yang berkaitan

dengan rangsangan yang menggangu. Hubungan- hubungan antara talamus dengan

formatio retikularis ke hipotalamus dan sistem limbik menghasilkan respons emosi

dan perilaku yang menyertai pengalaman yang menimbulkan nyeri(Sherwood, 1996)

2.5. Patofisiologi Nyeri Kepala

Pada nyeri kepala, sensitisasi terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron

trigeminal sentral. Fenomena pengurangan nilai ambang dari kulit dan kutaneous

allodynia didapat pada penderita yang mendapat serangan migren dan nyeri kepala

kronik lain yang disangkakan sebagai refleksi pemberatan respons dari neuron

trigeminal sentral.

Innervasi sensoris sensoris pembuluh darah intrakranial sebahagian besar

berasal dari ganglion terminal dan di dalam serabut sensoris tersebut mengandung

neuropeptida dimana jumlah dan peranannya yang paling besar adalah CGRP

(Calcitonin Gene Related Peptide), kemudian diikuti oleh SP(substance P),

NKA(Neurokinin A), pituitary adenylate cyclase activating peptide (PACAP), nitric

oxide (NO), molekul prostaglandin E2 (PGE2), bradikinin, serotonin (5-TH) dan

edenosin triphosphat (ATP), mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor. Khusus

untuk nyeri kepala klaster dan chronic paroxysmal headache ada lagi pelepasan

VIP(vasoactive intestine peptide) yang berperanan dalam timbulnya gejala nasal

(23)

Marker pain sensing nerves lain yang berperan dalam proses nyeri adalah

opiod dynorphin, sensory neuron-specific sodium channel, purinergic reseptors

(P2X3), isolectin B4 (IB4), neuropeptide Y, galanin dan artemin reseptor.

Sistem ascending dan descending pain pathway yang berperan dalam

transmisi dan modulasi nyeri terletak dibatang otak. Batang otak memainkan peranan

yang paling penting sebagai pembawa impuls nosiseptif dan juga sebagai modulator

impuls tersebut. Modulasi transmisi sensoris sebagian besar berpusat di batang otak

(misalnya periaquaductal grey matter, locus coeruleus, nucleus raphe magnus dan

formation reticularis), ia mengatur integrasi nyeri, emosi dan respons otonomik yang

melibatkan respons konvergensi kerja dari korteks somatosensorik, hipotalamus,

anterior cyngulate cortex dan struktur system limbik yang lainnya. Dengan demikian

batang otak disebut juga sebagai generator dan modulator sefalgia.

Stimuli electrod, atau deposisi zat besi ferum yang berlebihan pada

periaquaduct grey (PAG) matter pada midbrain dapat mencetuskan timbulnya nyeri

kepala seperti migren. Pada penelitian MRI (Magnetic Resonance Imaging) terhadap

keterlibatan batang otak pada penderita migren, CDH (Chronic Daily Headahe) dan

sampel kontrol yang non sefalgi, didapat bukti adanya peninggian deposisi ferum di

PAG pada penderita migren dan CDH dibandingkan dengan control.

Patofisiologi CDH belum diketahui dengan jelas. Pada CDH justru yang

paling berperan adalah proses sensitisasi sentral. Keterlibatan aktivasi reseptor

NMDA (N- metal-D-Aspertat), produksi NO dan supersensitivitas akan menaikan

produksi neuropeptide sensoris yang bertahan lama. Kenaikan nitrit likuor

serebrospinal ternyata bersamaan dengan kenaikan kadar cGMP (cytoplasmic

Guanosine Mono phosphate) di likuor.

Reseptor opiod didownregulasi oleh penggunaan konsumsi opiod analgetik

yang cenderung menaik setiap harinya. Pada saat serangan akut migren, terjadi

disregulasi dari sistem opiod endogen, akan tetapi dengan adanya analgesic overused

(24)

Adanya inflamasi steril pada nyeri kepala ditandai dengan pelepasan kaskade

zat substansi dari perbagai sel. Makrofag melepaskan sitokin IL1 (Interleukin 1), IL6

dan TNF (Tumor Necrotizing Factor) dan NGF (Nerve Growth Factor). Mast sel

melepasi/mengasingkan metabolit histamin, serotonin, prostaglandin dan asam

arachidonik dengan kemampuan melakukan sensitisasi terminal sel saraf. Pada saat

proses inflamasi, terjadi proses upregulasi beberapa reseptor dan peptida(Sjahrir,

2004).

2.6. Penatalaksanaan Nyeri Kepala

Bagi migren, pasien akan merasa lebih nyaman berbaring di ruangan gelap

dan tidur. Analgesik sederhana seperti parasetamol atau aspirin diberikan dengan

kombinasi antiemetic. Episode yang tidak responsive dengan terapi di atas dapat

diberikan ergotamin, suatu vasokonstriktor poten atau sumatriptan, agonis reseptor

selektif 5-HT yang dapat diberikan subkutan, intranasal atau oral. Kedua obat

tersebut memiliki kelemahan. Alkaloid ergot dapat menimbulkan keracunan akut

dengan gejala muntah, nyeri dan kelemahan otot(Katzung,1998)

Terapi bagi nyeri kepala klaster meliputi penggunaan ergotamin , sumatriptan

atau kortikosteroid selama 2 minggu dengan dosis diturunkan bertahap. Terapi jangka

panjang untuk pencegahan rekurensi meliputi penggunaan metisergid,verapamil atau

pizotifen. Litium dapat membantu jika nyeri menjadi kronik tetapi kadarnya dalam

darah harus dipantau(Tripathi,2003).

Terapi biasanya tidak memuaskan untuk nyeri kepala tipe tegang. Beberapa

pasien mungkin merasa lebih baik jika diyakinkan tidak ada penyakit dasar, tetapi hal

ini kurang membantu jika pola perilaku telah menjadi selama beberapa bulan atau

tahunan. Terutama jika kemungkinan besar didasari oleh keadaan psikogenik, maka

(25)

Pasien yang lain mungkin merasa lebih baik dengan bantuan ahli fisioterapi(Brain

dan Walton, 1969).

2.7. Kesehatan Mental dan Kehidupan Kerja

Tempat kerja adalah salah satu lingkungan kunci yang mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Dunia pekerjaan sedang mengalami perubahan yang

cukup banyak. Teleworking, peningkatan penggunaan teknologi informasi dan

komunikasi, dan perluasan sektor jasa adalah beberapa contoh perubahan pola kerja.

Semua perubahan dalam kehidupan kerja merupakan tantangan baru untuk kesehatan

mental dan kesejahteraan.

2.7.1. Efek Kerja terhadap Kesehatan Mental

Efek kerja terhadap kesehatan mental sangat kompleks. Di satu sisi, pekerjaan

merupakan sumber kepuasan pribadi dan prestasi, kontak interpersonal dan keamanan

finansial, dan ini semua merupakan prasyarat untuk kesehatan mental yang

baik. Kurangnya pekerjaan atau pengangguran, di sisi lain, dapat memiliki efek

negatif pada kesejahteraan mental kita. Mereka yang menjadi pengangguran adalah

dua kali lebih mungkin untuk mengalami peningkatan gejala depresi dan didiagnosis

dengan depresi klinis sebagai orang-orang yang tetap aktif bekerja(Matthews, 1975).

Bila pekerjaan tidak terorganisir dengan baik dan ketika risiko di tempat kerja belum

ditangani dengan baik, pekerjaan juga dapat memiliki efek negatif pada kesehatan

mental kita dan kesejahteraan.

Pekerjaan berhubungan dengan stres karena apabila seseorang dihadapkan dengan

tuntutan pekerjaan dan tekanan yang tidak cocok dengan pengetahuan dan

keterampilannya, kemampuan mereka untuk mengatasinya menjadi persoalan. Stres

yang berkaitan bahaya dapat ditemukan dalam isi pekerjaan, beban kerja dan

kecepatan kerja, organisasi waktu kerja, tingkat partisipasi dan kontrol dalam

(26)

pekerjaan dirancang dan cara organisasi dikelola. Stres juga dapat disebabkan oleh

gaji , peran individu dalam organisasi, hubungan interpersonal, budaya organisasi dan

tumpang tindih antara kerja di rumah dan kantor.

Stres mempengaruhi orang yang berbeda dengan cara yang berbeda. Hal ini

dapat menyebabkan kekerasan di tempat kerja atau perilaku adiktif (merokok, alkohol

dan narkoba, perjudian) dan meningkatnya bilangan cuti sakit yang diambil.

2.7.2. Masalah Kesehatan akibat Kerja

Satu survei dilakukan pada tahun 2000 di 15 Negara Anggota Uni Eropa (UE)

menemukan bahwa lebih dari setengah dari 160 juta pekerja dilaporkan bekerja pada

kecepatan yang sangat tinggi (56%) atau tenggat waktu ketat (60%) untuk setidaknya

satu seperempat waktu mereka.

Stres terkait dengan pekerjaan ini cenderung untuk berkontribusi pada masalah

kesehatan yang dilaporkan oleh para pekerja: 15% dari penduduk yang bekerja di Uni

Eropa pada tahun 2000 mengeluh sakit kepala, 23% dari leher dan nyeri bahu, 23%

dari kelelahan, stres 28% dan 33% dari sakit punggung. Di Austria, 1.2 juta pekerja

dilaporkan menderita stres kerja yang terkait dengan tekanan waktu. Di Jerman, 98%

dari pekerja menyatakan bahwa stres dan tekanan pekerjaan meningkat dalam

beberapa tahun terakhir dan 85% lagi menyatakan waktu bekerja meningkat. Di

Spanyol, 32% dari pekerja menggambarkan pekerjaan mereka sebagai stres. Di

Swedia dilaporkan 40% melewatkan istirahat makan siang(WHO, 2005).

.

2.8.Jenis Pekerjaan Yang Paling Banyak Menimbulkan Nyeri Kepala

Menurut WHO, terdapat lapan pekerjaan yang paling banyak menimbulkan stres yang seterusnya dapat menyebabkan nyeri kepala. Pekerjaan-pekerjaan tersebut

adalah pengontrol lalu lintas udara, polisi, juruterbang, dokter, perawat, pemadam

kebakaran, paramedik dan guru. Artikel 2009 Jobs Rated Report dari

(27)

paling banyak menimbulkan nyeri kepala karena jam kerja mereka sering tidak

teratur dan berjaga sepanjang malam untuk menangani kasus emergensi yang dapat

timbul bila-bila masa. Selain itu, pemadam kebakaran juga terdedah kepada inhalasi

asap dan kecelakaan yang serius saat bertugas. Ini diikuti dengan pekerjaan senior

cooperate eksekutif yang membutuhkan pengetahuan yang terperinci tentang

keuangan, ekonomi dan perkembangan teknologi.Senior eksekutif ini diharapkan

untuk unggul dalam berbagai bidang sekaligus. Seterusnya adalah pekerjaan sopir

taxi, dokter bedah, polisi dan agen real estate.

(28)

BAB 3

Gambar 3.1.1: Kerangka Konsep Hubungan Antara Jenis Pekerjaan Dengan

Timbulnya Nyeri Kepala Tipe-Tegang.

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Pekerjaan dan Nyeri Kepala

Jenis pekerjaan adalah kerja apa saja yang dilakukan oleh seseorang yang

berperan sebagai faktor yang dapat menimbulkan nyeri kepala. Nyeri kepala

tipe-tegang pula adalah nyeri kepala yang timbul akibat kerja yang berlebihan yang

dilakukan untuk tempoh yang panjang, akibat strain emosional atau kedua-duanya

yang mengefek region oksipital otak. Migren adalah gangguan periodik yang

ditandai oleh nyeri kepala unilateral dan kadang kadang bilateral yang dapat disertai

muntah dan gangguan visual. Nyeri kepala klaster adalah nyeri yang timbul secara

unilateral akibat mekanisme histaminergik dan humoral.

3.2.2. Aspek Pengukuran

Data ini dikumpul dengan teknik wawancara dengan menggunakan alat ukur

kuesioner. Pertanyaan diajukan dengan dua pilihan jawaban yaitu pilihan ‘ya’ atau

(29)

ditetapkan positif menderita nyeri kepala tipe-tegang karena jenis pekerjaannya.

Variabel- variabel yang telah diteliti adalah timbulnya nyeri kepala dan jenis

pekerjaan. Skala yang digunakan adalah skala nominal.

3.3. Hipotesa

Hipotesa pada penelitian ini adalah ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan

(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah studi analitik dengan desain penelitian potong lintang(

cross sectional ), yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu

saat atau subjek diobservasi hanya sekali saja pada saat penelitian dilakukan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah dari bulan Agustus – November 2010.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di beberapa tempat di Medan. Penelitian pamadam

kebakaran dibuat di Dinas Pemadam Kebakaran di Jalan Kapten Maulana Lubis 2.

Penelitian bagi pekerjaan dokter dan perawat dibuat di Rumah Sakit Umum Haji

Adam Malik dan guru di SMA Swasta Raksana. Penelitian bagi pekerjaan satpam

pula diambil dari pelbagai lokasi yang berbeda di sekitar Jalan Dr. Mansur seperti di

Fakultas Kedokteran USU, Fakultas Kedokteran Gigi USU dan Bank BNI.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah pekerja bagi lima pekerjaan yaitu pemadam

kebakaran, satpam, dokter, perawat dan guru yang berada di tempat penelitian.

Penentuan lima pekerjaan ini adalah berdasarkan suatu artikel dari WHO ( World

(31)

menimbulkan stres. Pekerjaan- pekerjaan tersebut adalah pengontrol lalu lintas udara,

polisi, juruterbang, dokter, perawat, pemadam kebakaran, paramedis dan guru.

4.3.2. Sampel

Perkiraan besar sample yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan

rumus dibawah ini, dimana tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan

tingkat ketepatan relatif 10%(World health Organization, 2005).Maka diperoleh 97

sampel. Jumlah sampel ini dibulatkan menjadi 100 sampel:

n = Z α2pq

d = tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki peneliti. Dalam penelitian

ini, peneliti menetapkan = 0,1

Angka-angka ini dimasukkan kembali ke rumus besar sampel;

n =

(0.1)2 (1.96)2 (0.5)(0.5)

(32)

Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan tehnik cluster

sampling, dimana unit adminstratif terkecil adalah jenis pekerjaan yang dipilih oleh

peneliti. Pada tahap awal telah dipilih 5 cluster pekerjaan. Dalam melakukan survei,

data dari 20 subjek dari tiap cluster telah diambil sehingga ukuran sample menjadi

100 subjek.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah semua pekerja dari lima jenis

pekerjaan yang dipilih peneliti yang bersedia mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi

dalam penelitian ini adalah pekerja yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian,

pekerja dengan penyakit sistemik, pekerja yang mengkonsumsi alkohol, pekerja

dengan masalah pendengaran, pekerja dengan karies gigi atau sakit gigi, pekerja

dengan alergi makanan dan pekerja dengan gangguan neurologis.

4.4. Tehnik Pengumpulan Data

Responden pada penelitian ini adalah pekerja dari lima jenis pekerjaan yang

dipilih. Pekerja tersebut diwawancari oleh seorang pewawancara dengan

menggunakan kuesioner. Informasi yang berhubungan dengan nyeri kepala yang

dideritainya dikumpul berdasarkan kuesioner tersebut. Instrumen (kuesioner) untuk

survei yang digunakan merupakan modifikasi dari Forest Headache Questionnaire.

4.4.1.Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang baik harus memenuhi 2 persyaratan yaitu valid dan reliabel.

Pembuatan instrumen dilandasi dengan kajian pustaka. Oleh karena itu, kuesioner

sebagai instrumen pengumpul data dalam penelitian ini telah diuji validitas dan

reliabilitas.

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan metode Pearson atau metode Product Moment.

(33)

2. Uji Reliabilitas

Metode yang digunakan pada uji reliabilitas adalah metode Cronbach’s

Alpha, dan dilakukan setelah uji validitas selesai. Uji reliabilitas ini dianalisa

menggunakan bantuan program SPSS.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan dan analisis data telah dilakukan dengan menggunakan SPSS

versi 17. Metode analisis yang digunakan adalah analisis bivariate dengan uji statistik

Chi Square.

(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di empat lokasi yang berbeda untuk lima jenis pekerjaan

yang dipilih. Lokasi penelitian untuk pekerjaan petugas pemadam kebakaran adalah

di Dinas Pemadam Kebakaran di Jalan Kapten Maulana Lubis 2. Data guru diambil di

SMA Swasta Raksana di Jalan Gajah Mada No.20. Data dokter dan perawat diambil

di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dan data satpam pula diambil di pelbagai

lokasi yang berbeda di Jalan Dr Mansur.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, karakteristik yang diamati pada responden meliputi umur, jenis

kelamin, jenis pekerjaan dan jumlah responden yang menderita nyeri kepala.

Tabel 5.1 DistribusiKarakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) %

Laki-laki 59 59

Perempuan 41 41

(35)

Dari table 5.1 diketahui bahwa terdapat sebanyak 59 orang orang laki-laki dan 41

orang perempuan yang mengikuti penelitian ini.

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Jumlah (orang) %

1 18-30 38 38

2 31-40 35 35

3 >40 27 27

Jumlah 100 100

Karakteristik umur responden pada penelitian ini diperlihat pada tabel 5.2 di bawah. Pekerja paling banyak berumur diantara 18 – 30 tahun yaitu sebanyak 38

orang. Kedua terbanyak berumur diantara 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 35 orang dan

ketiga terbanyak berusia lebih dari 40 tahun yaitu sebanyak 27 orang.

5.1.3. Hasil Analisis Univariat

5.1.3.1 Distribusi Pekerjaan Yang Diakukan Oleh Pekerja

(36)

Tabel 5.3 Distribusi Jenis Pekerjaan Pekerja

Pekerjaan Jumlah Percentase

Pemadam Kebakaran 20 20.0

Guru 20 20.0

Dokter 20 20.0

Satpam 20 20.0

Perawat 20 20.0

Total 100 100.0

Dari tabel dapat dilihat distribusi 5 pekerjaan yaitu pemadam kebakaran, guru, dokter,

satpam dan perawat dimana terdapat 20 orang responden bagi masing-masing

pekerjaan.

5.1.3.2 Nyeri Kepala Pada Pekerja

Tabe 5.4 menunjukkan frekuensi jawaban yang diberikan oleh pekerja terhadap

(37)

Tidak Tabel 5.4 Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Soal Kuesioner

Tabel memperlihatkan bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab ‘Ya’ oleh

responden adalah pertanyaan nomor 9 dengan persentase 63% sedangkan pertanyaan

yang paling banyak dijawab ‘ Tidak’ adalah pertanyaan nomor 3 dan 4 dengan

persentase sebesar 63 %. Setiap responden yang menjawab 7 atau lebih soalan

dengan jawaban ‘Ya’ digolongkan sebagai menderita nyeri kepala tipe-tegang

sedangkan pekerja yang menjawab kurang dari 7 soalan dengan jawaban ‘Ya’

digolongkan sebagai tidak menderita nyeri kepala tipe-tegang. Data lengkap distribusi

pekerja dengan nyeri kepala hasil analisis jawaban responden dapat dilihat pada

Tabel 5.5.

Pertanyaan Ya % %

1 Nyeri kepala lebih dari satu kali setiap hari 52 52 48 48

2. Nyeri kepala lebih dari tiga kali perminggu 49 49 51 51

3. Nyeri kepala lebih dari satu jam setiap kali 37 37 63 63

4. Nyeri kepala pada malam/ saat bangun 37 37 63 63

5. Nyeri kepala menghilang pada hari libur 49 49 51 51

6. Nyeri kepala terjadi selama stress di tempat kerja 51 51 49 49

7. Peningkatan jam kerja memperburuk nyeri kepala 44 44 56 56

8 Penggunaan tenaga mempengaruhi nyeri kepala 56 56 44 44

9. Nyeri kepala seperti berdenyut-denyut 63 63 37 37

(38)

Tabel 5.5 Distribusi Nyeri Kepala Pada Pekerja.

Nyeri Kepala Jumlah Percentase

Nyeri kepala 29 29.0

Tidak nyeri kepala 71 71.0

Total 100 100.0

Tabel 5.5 memperlihatkan 29 orang menderita nyeri kepala karena pakerjaannya

sementara 71 orang lagi tidak menderita nyeri kepala karena pekerjaannya,

(39)

5.1.4. Hasil Analisis Bivariat

Tabel 5.6 Tabulasi Silang Antara Jenis Pekerjaan Dan Nyeri Kepala.

Nyeri Kepala

Berdasarkan tabel tabulasi silang antara jenis pekerjaan dan ada tidaknya nyeri

kepala pada pekerja dari lima pekerjaan tersebut(tabel 5.6), ternyata pekerja

pemadam kebakaran paling banyak menderita nyeri kepala yaitu sabanyak 10 orang,

Pekerjaan dokter mempunyai 8 orang yang menderita nyeri kepala diikuti oleh

pekerjaan satpam dengan 6 orang dan pekerjaan perawat dengan 3 orang yang

menderita nyeri kepala. Pekerjaan guru adalah pekerjaan dengan paling kurang orang

yang menderita nyeri kepala yaitu sebanyak 2 orang. Analisis Chi Square

(40)

kepala tipe-tegang pada pekerja yang ditandai dengan nilai p sebesar 0.028 yaitu

lebih kecil dari 0.05.

5.2. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan pekerja dari jenis pekerjaan pemadam kebakaran

paling banyak menderita nyeri kepala tipe-tegang. Seterusnya adalah dokter, diikuti

oleh satpam, perawat dan guru. Ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara

jenis pekerjaan dan timbulnya nyeri kepala tipe-tegang pada pekerja.

Petugas pemadam kebakaran paling banyak menderita nyeri kepala tipe-tegang

karena jam bekerja mereka yang panjang. Selain itu jam bekerja mereka juga adalah

tidak teratur/berubah-ubah disebabkan kasus-kasus pada waktu-waktu yang tidak

terduga. Kondisi dimana pemadam kebakaran harus berjuang dengan waktu setiap

masa sewaktu menyelamatkan mangsa juga dapat menimbulkan nyeri kepala. Selain

itu inhalasi asap saat menyelamatkan mangsa juga bisa manimbulkan nyeri kepala.

Pekerjaan dokter kedua terbanyak menimbulkan nyeri kepala tipe-tegang. Ini

mungkin karena tekanan kerja akibat tanggungjawab terhadap nyawa insan lain yang

berada dalam tangan dokter. Selain itu, kemungkinan timbulnya bahaya atau

kecederaan fisikal pada pasien saat melakukan tindakan medis juga dapat

menimbulkan nyeri kepala.

Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang paling sedikit menimbulkan nyeri kepala. Ini

mungkin karena guru tiada tekanan waktu maupun tanggungjawab terhadap nyawa

insane lain dalam melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan pemadam

kebakaran dan dokter. Waktu kerja guru juga adalah teratur.

Tidak dijumpai penelitian yang mirip dengan judul ini yang pernah dilakukan.

(41)

delapan jenis pekerjaan yang paling banyak menimbulkan nyeri kepala. Pekerjaan

tersebut mengikut urutan dari yang paling banyak menyebakan nyeri kepala adalah

pengontrol lalu lintas udara, polisi, juruterbang, dokter, perawat, pemadam

kebakaran, paramedis dan guru.

(42)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Sebanyak 29 orang pekerja didapati menderita nyeri kepala tipe-tegang

manakala 71 orang lagi tidak menderita nyeri kepala tipe-tegang.

2. Ditemukan adanya hubungan antara jenis pekerjaan dengan timbulnya

nyeri kepala tipe-tegang di kalangan pekerja yang ditandai dengan nilai p

sebesar 0.028 yaitu lebih kecil dari 0.05.

3. Pemadam kebakaran paling banyak menderita nyeri kepala tipe-tegang

diikuti oleh dokter, satpam, perawat dan guru.

6.2. Saran

1. Diharapkan pekerja dapat mengidentifikasikan nyeri kepala mereka yang disebabkan oleh pekerjaan dan segera mencari jalan yang sesuai untuk

mengurangkan atau menghilangkan nyeri kepala tersebut.

2. Diharapkan institusi tempat bekerja dapat mengatur jam kerja dan libur

bagi pekerja agar pekerja mendapat istirahat yang mencukupi.

3. Diharapkan pihak kementrian yang berkaitan dapat melakukan pemantauan

berkala ke atas institusi tempat kerja untuk memastikan bahwa tidak berlaku

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Brain, dan Walton, J.N., 1969. Diseases of the Nervous System. 2nd ed. In: Headache. London: Oxford University Press:266-270.

Burton, J.L., et al., 2007. Oxford Concise Medical Dictionary. 7th ed.

New York: Oxford University Press:524.

Dorlands Dictionary., 2004. Dorlands Pocket medical Dictionary. 27th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders:393.

Fauci, A.S., et al., 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th ed. USA: McGraw-Hill.

Forest Headache Questionnaire. Available from:

drbeaton.com/assets/files/headache-questionaire.pdf

Gaharu, M., dan Prasadja, A., 2009. Sefalgia Pada Penderita

Obstructive Sleep Apnea. Cermin dunia Kedokteran, 36 (6) : 399-402.

Ginsberg, L., 2005. Lecture Notes Neurologi. 8th ed. Indonesia: Penerbit Erlangga:72-75.

Greenberg, D.A., Aminoff, M.J., and Simon, R.P., 2002.

Clinical Neurology. 5th ed. USA: McGraw-Hill:70-73.

Katzung, B.G., 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. 6th ed. Jakarta: Appleton and Lange.

Kaufman, D.M., 1985. Clinical Neurology for Psychiatrists. 2nd ed.

In: Headaches. USA: Grune and Stratton, Inc:153-155.

(44)

Medical Physiology. 4th ed. In: Physiology of Pain. New Delhi,

India: Jaypee Brothers Medical Publishers:754.

Sherwood, l., 1996. Fisiologi Manusia dari sel ke Sistem. 2nd ed.

In: Nyeri. Jakarta : International Thomas Publishing:156- 159.

Sjahrir, H., 2004. Mekanisme terjadinya Nyeri Kepala Primer dan Prospek

Pengobatannya. Medan: Universitas Sumatera Utara:3-5.

Syarif, A., et al., 2007. Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Gaya Baru.

Tripathi, K.D., 2003. Essentials of Medical Pharmacology. 5th ed. New Delhi: Jaypee Brothers.

Victor, M., dan Ropper, A.H., 2002. Adams and Victor’s Manual

of Neurology. 4th ed. In: Headache and other Craniofacial

Pains. Singapore: McGraw-Hill Educatio (Asia):80- 81.

World Health Organization, 2005. European Ministerial Conference

(45)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Komalah Chenasammy

Tempat/Tanggal Lahir : Perak / 17.03.1989

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Dr. Mansur, Gg.Sehat No.26 Medan, 20155-Indonesia

Riwayat Pendidikan : 1. Sijil Pelajaran Menengah(SPM)-2005

2. Foundation In Science-2006

3. Fakultas Kedokteran USU- sekarang

Riwayat Pelatihan : 1. Seminar Proposal Penelitian

Riwayat Organisasi : 1. Naib Pengerusi Kelab Catur Sekolah

2. Setiausaha Kelab Bahasa Inggeris

(46)

SURAT PERNYATAAN

PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Umur :

Kelamin :

Telah mendapatkan penjelasan sepenuhnya mengenai penelitian,

Judul penelitian : Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Timbulnya Nyeri

Kepala Tipe-Tegang.

Nama peneliti : Komalah Chenasammy

Jenis penelitian : Deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional

Institusi yang melakukan penelitian : Universitas Sumatera Utara (USU) Medan

Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian ini.

Medan,……….2010,

____________________

(47)

Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Timbulnya Nyeri Kepala Tipe-Tegang Kuesioner Penelitian

Karekteristik responden:

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Riwayat Nyeri Kepala

Nyeri Kepala Ya Tidak

1 Apakah anda biasanya mendapat (1) atau lebih nyeri kepala perhari?

2 Apakah anda biasanya mendapat (3) atau lebih nyeri kepala

perminggu?

3 Apakah nyeri kepala anda terjadi lebih dari 1 jam setiap kali?

4 Apakah nyeri kepala anda biasanya terjadi pada malam hari atau saat

bangun?

5 Apakah nyeri kepala yang biasa anda deritai pada hari bekerja itu

menghilang pada hari libur?

6 Apakah nyeri kepala anda terjadi selama stres atau gugup ,

(48)

7 Apakah peningkatan jam bekerja memperburuk nyeri kepala anda?

8 Apakah penggunaan tenaga (mengangkat, berjalan, berusaha,)

mempengaruhi nyeri kepala anda?

9 Apakah nyeri kepala anda berdenyut-denyut atau merasa seperti

berdebar-debar?

10 Apakah leher dan otot bahu terasa tegang dan menyakitkan selama

(49)

LAMPIRAN HASIL UJI RELIABILITAS

a. Listwise deletion based on all variables in the

(50)
(51)
(52)

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum

Gambar

Gambar 3.1.1: Kerangka Konsep Hubungan Antara Jenis Pekerjaan Dengan
Tabel 5.1  Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5.3 Distribusi Jenis Pekerjaan Pekerja
+4

Referensi

Dokumen terkait

Simbol Aljabar p pada contoh-1, U pada contoh-2, dan a pada contoh-3 di atas adalah contoh variabel karena p mewakili banyak pohon yang mungkin dimiliki Pak Amir, U

Perielitian ini djuga menundjukkan bahwa walaupun dalam ke- adaan lingkungan dan sosial-ekonomi jang buruk, pemberian maka- nan tambahan sebagai bagian program

HH& adalah faktor resiko utama terjadinya mortalitas dan morbiditas dari  penyakit kardio$askuler 3asien dengan tekanan darah yang tinggi yang terus menerus#

Sekuen ITS beserta 5.8S rDNA tidak dapat memisahkan semua sampel, baik berasal dari rumput maupun padi yang digunakan pada penelitian ini. Oleh karena itu, data tersebut

(stakeholder), oleh karena itu perlu adanya suatu pengukuran kinerja yang tidak hanya melihat aspek financial tetapi juga aspek non financial, akan tetapi kebanyakan

Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan ( SKL – SP ) menyebutkan bahwa pendidikan

Adapun hak pasien yang dimaksud sesuai dengan UU Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit adalah hak untuk mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan

Kegiatan penelitian di Balai Penelitian Ternak terbagi dalam empat program yang terdiri dari Uanggas dan Aneka Ternak, Ruminansia Kecil, Ruminansia Besar, dan Agrostologi dengan