• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Di Kota Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Di Kota Medan Tahun 2010"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALU LINTAS

DI KOTA MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 081000131 MAILANI K SINAGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALU LINTAS

DI KOTA MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 081000131 MAILANI K SINAGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul:

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALU LINTAS

DI KOTA MEDAN TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 081000131 MAILANI K SINAGA

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 12 Juli 2012 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji :

Ketua Penguji Penguji I

Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes.

NIP. 196202061992031002 NIP. 195908131991032001

Ir. Kalsum, M.Kes

Penguji II Penguji III

Isyatun Mardhiyah, SKM M.Kes

NIP. 197701302006042001 NIP. 197305232008122002

Umi Salmah, SKM M.Kes

Medan, Juli 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Kecelakaan lalu lintas di Kota Medan tahun 2010 masih menjadi beban kesehatan masyarakat dikarenakan angka kematian masih tinggi. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di Kota Medan tahun 2010 dilakukan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan berdasarkan data laporan kasus dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan tahun 2010. Populasi penelitian sebanyak 731 kejadian kecelakaan lalu lintas. Sampel penelitian ini adalah kejadian kecelakaan lalu lintas dimana identitasnya dicatat dengan lengkap dan duduk kejadian tercantum di BAP yaitu berjumlah 481 kejadian kecelakaan lalu lintas. Faktor penyebab kecelakaan lalu lintas yang paling banyak adalah tindakan tidak aman pengemudi (99,4%), disusul kondisi tidak aman lingkungan fisik (8,7%), kondisi tidak aman kendaraan (2,1%), dan tindakan tidak aman penumpang (0,2%). Tindakan tidak aman pengemudi yang paling banyak adalah ketidaktertiban pengemudi (83,2%), disusul tindakan tidak tertib dan lengah (11,9%), tidak tertib dan lelah (1,5%), tidak tertib dan mabuk maupun tidak tertib dan mengantuk masing-masing sebanyak 1,2%, dan pengemudi mabuk (0,3%). Faktor tindakan tidak aman penumpang yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas adalah muatan berlebih (0.2%). Faktor kondisi tidak aman kendaraan yang paling banyak menyebabkan kecelakaan lalu lintas adalah rem blong (0,9%), disusul ban pecah dan ban selip masing-masing sebanyak 0,4%, badan kendaraan rusak maupun ban pecah dan ban selip masing-masing sebanyak 0,2%. Sedangkan faktor kondisi tidak aman lingkungan fisik yang paling banyak menyebabkan kecelakaan lalu lintas adalah tikungan tajam (2,5%), disusul hujan/gerimis (2,3%), tanpa marka/rambu (1,9%), jalan berlubang, jalan rusak dan kabut/mendung masing-masing sebanyak 0,6%, sedangkan hujan dan pohon tumbang (0,2%).

Bagi setiap individu diharapkan bertindak dalam aksi ‘Keselamatan Jalan Indonesia 2010-2020’ sebagaimana komitmen nasional dalam meningkatkan keselamatan lalu lintas.

(5)

ABSTRACT

Traffic accidents in Medan in 2010 remains a public health burden due to the death rate is still high. To know the description of the factors that cause traffic accidents in Medan in 2010 conducted a descriptive research with quantitative approach. The research was conducted based on data reported cases in the dossier (BAP) in traffic accidents Medan District Police Unit in 2010. The population research as much 731 occurance of traffic accidents. Sample of this research was the incidence of traffic accidents in which identity is recorded completely and sit the events listed in BAP totaled 481 traffic accidents. The most factors causing traffic accidents were unsafe driver actions (99,4%), followed by unsafe condition of the physical environment (8,7%), unsafe vehicle conditions (2,1%), and unsafe actions of passengers (0,2%). Unsafe driver actions are most commonly found was disorder in road traffic drivers (83,2%), followed by an undisciplined and careless actions (11,9%), disorderly and fatigue (1,5%), drunk and disorderly and also disorderly and sleepy each one as much as 1,2%, and the drunk driver (0,3%). Factor of unsafe acts that cause accidents passenger traffic is overload (0,2%). Unsafe vehicle condition that causes the most traffic accidents is brake tension (0,9%), followed by a tire and tire slippage of each as much as 0,4%, the vehicle body is damaged and also cracked tires and tire slippage respectively as 0,2%. While environmental factors unsafe physical condition that causes the most traffic accidents are a sharp bend (2,5%), followed by rain/drizzle (2,3%), with no markings/signs (1,9%), potholes, road damaged and fog/overcast each as much as 0,6%, while the rain and fallen trees (0,2%).

For every individual is expected to act in action 'Indonesia Road Safety 2010-2020' as a national commitment to improve traffic safety.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Mailani Kristin Sinaga Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 09 April 1991 Agama : Kristen Protestan Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Saudara : 2 orang

Alamat Rumah : Jl. Pintu Air IV Gg. Gurusinga No. 8 Medan

Riwayat Pendidikan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Di Kota Medan Tahun 2010”. Penulisan skripsi ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Kepala Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberi masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

3. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Isyatun Mardhiyah, SKM M.Kes selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberi masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 5. Ibu Umi Salmah, SKM M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

memberi masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Siti Khadijah, SKM M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik selama kuliah di FKM USU Medan.

7. Kepala Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan beserta Staf yang telah memberikan izin penelitian pada penulis.

8. Seluruh dosen dan pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

10. Kelompok Kecil ku Port d angel+Marsinondang (Kak Ayu, Devi, Nelly, Edy dan Amja), adik-adik ku Pace e Bene (Henrika, Isri, Meyanta, Wanda, Nancy dan Mely), teman-teman koordinasi POMK FKM USU, sahabat-sahabatku (Febry, Stiphany, Rohani, Myke, Lidya dan lainnya). 11. Rekan-rekan peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimilki penulis.

Medan, Juli 2012 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

2.4. Peraturan Perundang-undangan Keselamatan Berlalu Lintas ... 12

2.5. Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas ... 16

2.6. Akibat Kecelakaan Lalu Lintas ... 28

2.7. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Kecelakaan ... 30

(10)

3.6. Teknik Analisis Data ... 49

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 50

4.1. Gambaran Umum Kota Medan ... 50

4.2. Gambaran Umum Sat Lantas Polresta Medan ... 50

4.2.1. Gambaran Umum Polresta Medan ... 50

4.2.2. Gambaran Umum Sat Lantas Medan ... 52

4.3. Gambaran Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Medan Tahun 2010 ... 53

4.4. Karakteristik Pengemudi Yang Mengalami Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Medan Tahun 2010 ... 57

4.5.

Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Waktu di Kota Medan Tahun 2010 ... 59

4.6. Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Hari di Kota Medan Tahun 2010 ... 60

4.7. Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Bulan di Kota Medan Tahun 2010 ... 61

4.8. Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Lokasi di Kota Medan Tahun 2010 ... 62

4.9. Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Cuaca di Kota Medan Tahun 2010 ... 64

4.10. Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Volume Lalu Lintas di Kota Medan Tahun 2010 ... 65

4.11. Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Jenis Kendaraan di Kota Medan Tahun 2010 ... 66

4.12. Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Jumlah Kendaraan di Kota Medan Tahun 2010 ... 67

4.13. Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Jenis Tabrakan di Kota Medan Tahun 2010 ... 68

4.14. Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Akibat di Kota Medan Tahun 2010 ... 69

BAB 5 PEMBAHASAN ... 70

5.1. Gambaran Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Medan Tahun 2010 ... 70

5.1.1. Faktor Manusia ... 70

5.1.2. Faktor Kendaraan ... 74

5.1.3. Faktor Lingkungan Fisik ... 75

5.2. Karakteristik Pengemudi yang Mengalami Kecelakaan Lalu Lintas ... 77

5.3. Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Waktu di Kota Medan Tahun 2010 ... 79

(11)

Tahun 2010 ... 82

5.6. Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Lokasi di Kota Medan Tahun 2010 ... 83

5.7. Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Volume Lalu Lintas di Kota Medan Tahun 2010 ... 84

5.8. Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Jenis Kendaraan di Kota Medan Tahun 2010 ... 84

5.9. Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Jumlah Kendaraan di Kota Medan Tahun 2010 ... 85

5.10. Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Jenis Tabrakan di Kota Medan Tahun 2010 ... 86

5.11. Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Akibat di Kota Medan Tahun 2010 ... 87

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

6.1. Kesimpulan ... 89

6.2. Saran ... 90

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas .. 18 Tabel 2.2. Jarak Aman Berkendara Berdasarkan Kecepatan Laju Mobil ... 36 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas

Berdasarkan Jumlah Penyebab Kecelakaan di Kota Medan

Tahun 2010 ... 53 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas

Berdasarkan Tindakan Tidak Aman dan Kondisi Tidak Aman

di Kota Medan Tahun 2010 ... 54 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pengemudi yang

Mengalami Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Medan Tahun 2010 ... 57 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas

Menurut Waktu di Kota Medan Tahun 2010 ... 59 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas

Menurut Hari di Kota Medan Tahun 2010 ... 60 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas

Menurut Bulan di Kota Medan Tahun 2010 ... 61 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas

Menurut Lokasi di Kota Medan Tahun 2010 ... 62 Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas

Menurut Cuaca di Kota Medan Tahun 2010 ... 64 Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas

Menurut Volume Lalu Lintas di Kota Medan Tahun 2010 ... 65 Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas

Menurut Jenis Kendaraan di Kota Medan Tahun 2010 ... 66 Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas

Menurut Jumlah Kendaraan di Kota Medan Tahun 2010 ... 67 Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas

Menurut Jenis Tabrakan di Kota Medan Tahun 2010 ... 68 Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Berita Acara Pemeriksaan Lampiran II : Struktur Polresta Medan Lampiran III : Struktur Sat Lantas Medan Lampiran IV : Master Data

Lampiran V : Out Put

(14)

ABSTRAK

Kecelakaan lalu lintas di Kota Medan tahun 2010 masih menjadi beban kesehatan masyarakat dikarenakan angka kematian masih tinggi. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di Kota Medan tahun 2010 dilakukan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan berdasarkan data laporan kasus dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan tahun 2010. Populasi penelitian sebanyak 731 kejadian kecelakaan lalu lintas. Sampel penelitian ini adalah kejadian kecelakaan lalu lintas dimana identitasnya dicatat dengan lengkap dan duduk kejadian tercantum di BAP yaitu berjumlah 481 kejadian kecelakaan lalu lintas. Faktor penyebab kecelakaan lalu lintas yang paling banyak adalah tindakan tidak aman pengemudi (99,4%), disusul kondisi tidak aman lingkungan fisik (8,7%), kondisi tidak aman kendaraan (2,1%), dan tindakan tidak aman penumpang (0,2%). Tindakan tidak aman pengemudi yang paling banyak adalah ketidaktertiban pengemudi (83,2%), disusul tindakan tidak tertib dan lengah (11,9%), tidak tertib dan lelah (1,5%), tidak tertib dan mabuk maupun tidak tertib dan mengantuk masing-masing sebanyak 1,2%, dan pengemudi mabuk (0,3%). Faktor tindakan tidak aman penumpang yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas adalah muatan berlebih (0.2%). Faktor kondisi tidak aman kendaraan yang paling banyak menyebabkan kecelakaan lalu lintas adalah rem blong (0,9%), disusul ban pecah dan ban selip masing-masing sebanyak 0,4%, badan kendaraan rusak maupun ban pecah dan ban selip masing-masing sebanyak 0,2%. Sedangkan faktor kondisi tidak aman lingkungan fisik yang paling banyak menyebabkan kecelakaan lalu lintas adalah tikungan tajam (2,5%), disusul hujan/gerimis (2,3%), tanpa marka/rambu (1,9%), jalan berlubang, jalan rusak dan kabut/mendung masing-masing sebanyak 0,6%, sedangkan hujan dan pohon tumbang (0,2%).

Bagi setiap individu diharapkan bertindak dalam aksi ‘Keselamatan Jalan Indonesia 2010-2020’ sebagaimana komitmen nasional dalam meningkatkan keselamatan lalu lintas.

(15)

ABSTRACT

Traffic accidents in Medan in 2010 remains a public health burden due to the death rate is still high. To know the description of the factors that cause traffic accidents in Medan in 2010 conducted a descriptive research with quantitative approach. The research was conducted based on data reported cases in the dossier (BAP) in traffic accidents Medan District Police Unit in 2010. The population research as much 731 occurance of traffic accidents. Sample of this research was the incidence of traffic accidents in which identity is recorded completely and sit the events listed in BAP totaled 481 traffic accidents. The most factors causing traffic accidents were unsafe driver actions (99,4%), followed by unsafe condition of the physical environment (8,7%), unsafe vehicle conditions (2,1%), and unsafe actions of passengers (0,2%). Unsafe driver actions are most commonly found was disorder in road traffic drivers (83,2%), followed by an undisciplined and careless actions (11,9%), disorderly and fatigue (1,5%), drunk and disorderly and also disorderly and sleepy each one as much as 1,2%, and the drunk driver (0,3%). Factor of unsafe acts that cause accidents passenger traffic is overload (0,2%). Unsafe vehicle condition that causes the most traffic accidents is brake tension (0,9%), followed by a tire and tire slippage of each as much as 0,4%, the vehicle body is damaged and also cracked tires and tire slippage respectively as 0,2%. While environmental factors unsafe physical condition that causes the most traffic accidents are a sharp bend (2,5%), followed by rain/drizzle (2,3%), with no markings/signs (1,9%), potholes, road damaged and fog/overcast each as much as 0,6%, while the rain and fallen trees (0,2%).

For every individual is expected to act in action 'Indonesia Road Safety 2010-2020' as a national commitment to improve traffic safety.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan negara adalah tuntutan perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan ekonomi, pengembangan wilayah dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum. Oleh karena itu harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UU RI No. 22 Tahun 2009).

(17)

Dalam Global Status report on Road Safety-Time for Action, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mempublikasikan bahwa kematian akibat kecelakaan di jalan diperlakukan sebagai salah satu penyakit tidak menular dengan jumlah kematian tertinggi. WHO melaporkan pada tahun 2009 dari kajian di 178 negara, setiap tahun sekitar 1,3 juta orang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas dan 20-50 juta jiwa menderita luka/cacat dimana 90% terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sejak tahun 2004-2009 dilaporkan jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas tidak terjadi penurunan yang signifikan. Pejalan kaki, pengemudi sepeda, dan pengemudi sepeda motor merupakan kelompok terbesar yang menjadi korban, jumlahnya hampir separuh dari total korban (DepKes RI, 2011).

Jumlah tersebut di atas dipastikan akan terus bertambah menjadi 1,9 juta orang di tahun 2020 mendatang apabila tidak dilakukan apapun untuk menekan jumlah kecelakaan. Pada tahun 2030, kecelakaan lalu lintas di jalan diperkirakan menjadi penyebab kematian nomor 5 di dunia setelah penyakit jantung, stroke, paru dan infeksi saluran pernapasan. Atas keprihatinan kondisi yang ada saat ini, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) meluncurkan Decade of Action for Road Safety

(18)

Berdasarkan data dari Kepolisian Republik Indonesia, selama tahun 2009 angka kecelakaan lalu lintas mencapai 57.726 kasus sedangkan pada tahun 2010 mencapai 61.606 kasus. Hal itu menunjukkan peningkatan sebesar 6,72 persen. Dimana tahun 2010 jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 31.234 jiwa. Rata-rata sebanyak 84 orang meninggal setiap harinya atau antara tiga hingga empat orang setiap jamnya. Dari jumlah tersebut 67% korban berada pada usia produktif, 22-50 tahun (DepHub RI, 2011).

DKI Jakarta adalah provinsi dengan lalu lintas paling macet di Indonesia tetapi angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas sangat tinggi di Jawa Timur. Menurut data Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia pada tahun 2010, dari 31.234 korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia, lebih dari 4.500 korban meninggal di Jawa Timur. Provinsi Jawa Tengah menjadi wilayah kedua dengan tingkat kematian tertinggi sekitar 4.300 jiwa, disusul oleh Provinsi Jawa Barat sekitar 4.200 jiwa. Di urutan keempat terdapat Sumatera Utara dengan korban sebanyak hampir 2.400 jiwa kemudian menyusul DKI Jakarta dengan korban 1.500 jiwa (Pramono, 2011).

(19)

kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui (Gunawan, 2012).

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja tahun 2010-2014 yaitu Indonesia berbudaya keselamatan dan kesehatan kerja tahun 2015. Diharapkan baik individu, masyarakat dan perusahaan sadar dan peduli akan keselamatan dan kesehatan kerja dimanapun berada karena menyadari keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kebutuhan. Dengan demikian akan terwujudlah setiap orang berbudaya keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga terciptalah pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja baik di rumah tangga, lingkungan masyarakat dan perusahaan/tempat kerja (Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Kementerian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI, 2009).

Keselamatan dalam berlalu lintas merupakan sesuatu hal yang harus diperhatikan dalam keselamatan kerja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, defenisi kerja adalah melakukan sesuatu dan juga dapat diartikan sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008). Jadi seseorang yang sedang mengemudi atau menyeberang merupakan seseorang yang sedang melakukan kerja. Karena itu kecelakaan lalu lintas termasuk masalah yang juga harus diatasi dalam keselamatan dan kesehatan kerja.

(20)

korban jiwa meninggal dunia mencapai 1.571 jiwa atau tiga orang meninggal per harinya. Sementara data tahun 2010 sebanyak 3.634 kasus, artinya 8-9 kasus kecelakaan lalu lintas per hari dengan korban meninggal sebanyak 1.661 yang juga berarti 4-5 orang meninggal per harinya akibat kecelakaan lalu lintas. Data tersebut menunjukkan peningkatan kecelakaan lalu lintas yang signifikan, yakni 14,6 persen dan korban meninggal dunia juga meningkat 5,7 persen. Bahkan data yang ada menunjukkan hampir separuh dari kasus kecelakaan lalu lintas di Sumatera Utara berakibat fatal yakni meninggal dunia. Saat ini, pengguna jalan di Sumatera Utara khususnya di Kota Medan memiliki perilaku berkendaraan yang buruk yakni rendahnya kesadaran masyarakat terhadap peraturan lalu lintas yang berlaku (Irwansyah, 2011).

(21)

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa saja faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di Kota Medan tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Kota Medan tahun 2010. 1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tindakan tidak aman dari pengemudi penyebab kecelakaan lalu lintas di Kota Medan tahun 2010.

2. Untuk mengetahui tindakan tidak aman dari penumpang penyebab kecelakaan lalu lintas di Kota Medan tahun 2010.

3. Untuk mengetahui tindakan tidak aman dari pejalan kaki penyebab kecelakaan lalu lintas di Kota Medan tahun 2010.

4. Untuk mengetahui kondisi tidak aman dari kendaraan penyebab kecelakaan lalu lintas di Kota Medan tahun 2010.

5. Untuk mengetahui kondisi tidak aman dari lingkungan fisik penyebab kecelakaan lalu lintas di Kota Medan tahun 2010.

(22)

7. Untuk mengetahui karakteristik kecelakaan lalu lintas menurut waktu, hari, bulan, lokasi, cuaca, volume lalu lintas dan jenis kendaraan di Kota Medan tahun 2010.

8. Untuk mengetahui jenis kecelakaan lalu lintas menurut jumlah kendaraan, jenis tabrakan dan akibat kecelakaan lalu lintas di Kota Medan tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak yang berkompeten (terkait) tentang faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di Kota Medan dalam upaya pencegahan kecelakaan lalu lintas.

2. Sebagai informasi bagi pengguna jalan tentang faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas (tindakan dan kondisi tidak aman) di Kota Medan agar tetap waspada dan mematuhi peraturan di dalam berlalu lintas.

3. Sebagai sarana meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan.

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kendaraan Bermotor

Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel, terdiri dari kendaraan bermotor perseorangan dan kendaraan bermotor umum. Kendaraan tidak bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh tenaga orang atau hewan (UU RI No. 22 Tahun 2009).

Jenis kendaraan bermotor, yaitu (UU RI No. 22 Tahun 2009) :

1. Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.

2. Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.

3. Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.

(24)

5. Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor selain daripada kendaraan bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang, yang penggunaannya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-barang khusus.

2.2. Kecelakaan Lalu Lintas

Menurut Frank Bird, kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan yang menyebabkan kerugian pada manusia, kerusakan pada property, dan hilang, atau terganggunya proses (Kartika, 2009).

Ditinjau dari teori kecelakaan yang dikenal dengan teori domino oleh W. Heinrich, suatu kecelakaan selalu disebabkan oleh 10% dikarenakan kondisi tidak aman (unsafe condition) dan 85% tindakan tidak aman (unsafe act). Untuk menekan angka kecelakaan maka upaya yang paling efektif adalah memutus mata rantai kecelakaan yaitu penyebab langsung unsafe act dan unsafe condition. W. Heinrich juga menjelaskan tentang accident ratio. Menurutnya perbandingan jumlah kecelakaan berakibat cacat/cedera : cedera ringan : kerusakan material dan keadaan hampir celaka adalah = 1 : 10 : 30 : 600. Ini berarti bahwa jika terjadi 1 kali kecelakaan serius, maka telah terjadi 10 cedera ringan, 30 kerusakan material, 600

near miss (hampir celaka) (Rizky, 2009).

(25)

kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan. Ketertiban lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan berlalu lintas yang berlangsung secara teratur sesuai dengan hak dan kewajiban setiap pengguna jalan (UU RI No. 22 Tahun 2009).

2.3. Jenis Kecelakaan Lalu Lintas

Karakteristik kecelakaan menurut jumlah kendaraan yang terlibat digolongkan menjadi (Ditjen Perhubungan Darat, 2006) :

1. Kecelakaan tunggal, yaitu kecelakaan yang hanya melibatkan satu kendaraan bermotor dan tidak melibatkan pemakai jalan lain, contohnya seperti menabrak pohon, keadaan tergelincir, dan terguling akibat ban pecah.

2. Kecelakaan ganda, yaitu kecelakaan yang melibatkan lebih dari satu kendaraan atau kendaraan dengan pejalan

Karakteristik kecelakaan menurut jenis tabrakan dapat diklasifikasikan menjadi (Ditjen Perhubungan Darat, 2006) :

1. Angle (Ra), tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada arah yang berbeda, namun bukan dari arah berlawanan,

2. Rear-End (Re), kendaraan menabrak dari belakang kendaraan lain yang bergerak searah,

3. Sideswipe (Ss), kendaraan yang bergerak menabrak kendaraan lain dari samping ketika berjalan pada arah yang sama, atau pada arah yang berlawanan,

(26)

5. Backing, tabrakan secara mundur.

Menurut UU RI No. 22 Tahun 2009 Bagian Kedua Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas Paragraf 2 Penggolongan dan Penanganan Perkara Kecelakaan Lalu Lintas Pasal 229, karakteristik kecelakaan lalu lintas menurut akibatnya digolongkan menjadi (UU RI No. 22 Tahun 2009) :

1. Kecelakaan lalu lintas ringan merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

2. Kecelakaan lalu lintas sedang merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

3. Kecelakaan lalu lintas berat merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.

Menurut Silaban ada 3 jenis kecelakaan lalu lintas, yaitu (Silaban, 2004) : 1. Tabrakan (kendaraan kontra kendaraan atau kendaraan kontra pejalan kaki) 2. Tabrak lari (kendaraan kontra kendaraan atau kendaraan kontra pejalan kaki dan

pelakunya melarikan diri atau meninggalkan korban setelah pelanggaran)

(27)

2.4. Peraturan Perundang-undangan Keselamatan Berlalu Lintas

Beberapa peraturan dan perundang-undangan keselamatan berlalu lintas di Indonesia yaitu

1. Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 2. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1993 tentang Transportasi Jalan Raya,

3. Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor,

4. Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas,

5. Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi, 6. Keputusan Menteri No. 60 tahun 1993 tentang Marka Jalan,

7. Keputusan Menteri No. 65 tahun 1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

8. Keputusan Menteri 72 tahun 1993 tentang Perlengkapan Kendaraan Bermotor, 9. Keputusan Menteri No. 85 tahun 2002 tentang Pemberlakuan Kewajiban

Melengkapi dan Menggunakan Sabuk Keselamatan,

10. Keputusan Menteri No. 63 tahun 2004 tentang Rambu-rambu Jalan,

11. Keputusan Dirjen No. SK 43/AJ.007/DRJD/97 tentang Perekayasaan Fasilitas Pejalan kaki di Wilayah Kota

(28)

Menurut UU RI No. 22 tahun 2009 bagian keempat perlengkapan kendaraan bermotor pasal 57 ayat (1) setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan wajib dilengkapi dengan perlengkapan kendaraan bermotor. Perlengkapan kendaraan bermotor beroda empat atau lebih sekurang-kurangnya terdiri atas (UU RI No. 22 tahun 2009):

1. Sabuk keselamatan; 2. Ban cadangan; 3. Segitiga pengaman; 4. Dongkrak;

5. Pembuka roda;

6. Helm dan rompi pemantul cahaya bagi pengemudi kendaraan bermotor beroda empat atau lebih yang tidak memiliki rumah-rumah; dan

7. Peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas.

Departemen Perhubungan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perhubungan Darat menyatakan beberapa alat pelindung diri bagi pengemudi sepeda motor (Kartika, 2009):

(29)

2. Sarung tangan berfungsi sebagai pelindung tangan dan jari saat udara dingin, hujan dan cuaca panas, juga sebagai peredam risiko cedera saat terjadi kecelakaan karena telapak tangan merupakan organ tubuh yang menahan tubuh ketika terjatuh.

3. Jaket dikenakan untuk meredam benturan sehingga cedera dapat dicegah atau dikurangi saat terjadi kecelakaan. Sebaiknya jaket yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat serta ringan, seperti nylon, gore-tex, dan cordura yang tahan gesekan dan air, serta tidak tembus angin. Warna jaket sebaiknya warna cerah agar mudah terlihat oleh pengemudi lain.

4. Sepatu yang nyaman, tertutup rapat dan memiliki tinggi di atas mata kaki sangat dianjurkan untuk melindungi pergelangan kaki agar mengurangi dampak cedera jika terjatuh atau terlindas kendaraan motor. Selain itu yang paling terpenting, sepatu harus lunak di bagian sendi engkel bagian depan agar kaki akan langsung menyalurkan tenaga dengan baik dan tidak tertahan oleh sepatu yang keras jika pengereman mendadak.

(30)

dan Surat Izin Mengemudi D, usia 20 (dua puluh) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B I; dan usia 21 (dua puluh satu) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B II, sehat jasmani dengan surat keterangan dari dokter, sehat rohani dengan surat lulus tes psikologis, dan lulus ujian teori, ujian praktik dan/atau ujian keterampilan melalui simulator.

Pada bagian ketiga waktu kerja pengemudi pasal 90 dalam UU RI No. 22 tahun 2009 pengaturan waktu kerja bagi pengemudi kendaraan bermotor umum paling lama 8 (delapan) jam sehari. Dimana setelah mengemudikan kendaraan selama 4 (empat) jam berturut-turut wajib beristirahat paling singkat setengah jam. Dalam hal tertentu pengemudi dapat dipekerjakan paling lama 12 (dua belas) jam sehari termasuk waktu istirahat selama 1 (satu) jam.

(31)

2.5. Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas

Pencatatan data kecelakaan di Indonesia belum cukup lengkap untuk dianalisis guna menemukan penyebab kecelakaan lalu lintas, hingga upaya penanggulangan kecelakaan dapat dilakukan dengan tepat. Kecelakaan lalu lintas menurut UU RI No. 22 Tahun 2009 dapat disebabkan oleh kelalaian pengguna jalan serta ketidaklayakan kendaraan, ketidaklayakan jalan dan lingkungan (UU RI No. 22 Tahun 2009).

Penerapan permodelan kecelakaan lalu lintas dibagi menjadi tiga fase waktu, yaitu sebelum kecelakaan (pre-crash), saat kecelakaan (crash), dan setelah kecelakaan (post-crash). Konsep ini digunakan untuk menilai cedera dan mengidentifikasi metode pencegahan. Setiap bagian dari manusia, kendaraan, lingkungan fisik dan sosial selalu berada pada dua keadaaan, yaitu keadaan umum

(global state) dan keadaan pada saat kejadian (actual states). Antara actual states dan

(32)

Dipandang dari sudut epidemiologi, kecelakaan adalah suatu kejadian sebagai akibat dari interaksi antara 3 komponen, yaitu: agent (penyebab), host (penerima), dan environment (lingkungan). Host adalah orang yang mengalami cedera atau kematian pada suatu kecelakaan. Pada kecelakaan lalu lintas, terdapat sejumlah faktor penyebab kecelakaan (multipel). Pada kecelakaan lalu lintas, penyebabnya (agent)

dapat terletak pada kondisi tidak aman keadaan kendaraan dan tindakan tidak aman. Dalam faktor environment, selain termasuk kondisi tidak aman faktor keadaan fisik (keadaan cuaca, penerangan, keadaan jalan dan marka/rambu lalu lintas), ada juga yang memasukkan faktor lingkungan sosial merujuk pada norma-norma sosial, budaya serta hukum yang berlaku di masyarakat yang mendukung terciptanya keselamatan berlalu lintas.

(33)

Berdasarkan hasil penelitian Sabey dan Taughton (1975) dalam Kartika (2009), besarnya interaksi berbagai faktor terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah :

Tabel 2.1. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas

Kontribusi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecelakaan lalu

lintas Persentase

Faktor penyebab kecelakaan lalu lintas meliputi faktor manusia, kendaraan, lingkungan fisik dan sosial.

2.5.1. Faktor Manusia 2.5.1.1. Faktor pengemudi

Adapun faktor yang mempengaruhi karakteristik pengemudi, yaitu :

1. Usia pengemudi. Orang-orang yang berusia 30 tahun atau lebih cenderung memiliki sikap hati-hati dan menyadari adanya bahaya dibandingkan dengan yang berusia muda. Menurut Hunter (1975) dalam Kartika (2009), hal ini dikarenakan pada usia dewasa muda (18-24 tahun) terdapat sikap tergesa-gesa dan kecerobohan dan pada umur tersebut masih pengemudi pemula dengan tingkat emosi yang belum stabil.

(34)

3. Pendidikan mengemudi. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap program peningkatan pengetahuan secara langsung dan secara tidak langsung terhadap tindakan. Pada umumnya pekerja yang berpendidikan rendah mempunyai ciri sulit untuk diajak bekerja sama dan kurang terbuka terhadap pembaharuan. Hal ini disebabkan masih adanya nilai-nilai lama yang mereka anut selama ini (Ditjen Perhubungan Darat, 2006).

4. Kemampuan mengemudi. Kemampuan seseorang dalam mengemudi dengan aman ditentukan oleh faktor yang saling berkaitan, yaitu keterampilan mengemudi untuk mengendalikan arah kendaraan meliputi cara membelok atau merubah arah, cara mundur, cara mendahului kendaraan lain, cara mengikuti kendaraan lain serta mengendalikan kecepatan kendaraan yang dikemudikan melalui sistem gas, rem, dan perseneling (Ditjen Perhubungan Darat, 2006).

5. Pengalaman mengemudi. Pengemudi yang berusia muda mempunyai keterampilan yang baik dalam mengemudi akan tetapi juga paling sering terlibat dalam kecelakaan lalu lintas karena lebih dari 70% pengemudi tersebut adalah pemula (Kartika, 2009).

6. Tindakan. Faktor tindakan pengemudi yang kurang baik memegang peranan penting dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas. Karena kecelakaan dapat terjadi setiap saat dan sangat peka maka faktor kehati-hatian pengemudi sangatlah diperlukan. Gambaran kehati-hatian pengemudi menyangkut hal-hal seperti (Bustan, 2002) :

(35)

c.Berhenti di jalan keluar atau perempatan sebelum memasuki jalan besar. d.Memarkir kendaraan pada tempat yang tepat dan secara benar.

7. Kepemilikan SIM. SIM adalah bentuk penyerahan hak negara kepada pengemudi guna menjalankan kendaraan dan menggunakan jalan atau disebut berlalu lintas secara benar (Kartika, 2009).

Menurut faktor-faktor pada pengemudi yang seringkali menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas adalah:

1. Lengah adalah melakukan kegiatan lain sambil mengemudi yang dapat mengakibatkan terganggunya konsentrasi pengemudi, contohnya melihat ke samping, menyalakan rokok, mengambil sesuatu atau berbincang-bincang di handphone saat mengemudikan kendaraan. Lengah dapat menyebabkan pengemudi menjadi kurang antisipasi dalam menghadapi situasi lalu lintas, dalam situasi ini pengemudi tidak mampu memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi sehubungan dengan kondisi kendaraan dan lingkungan lalu lintas (Asrian, 2008).

(36)

kecepatan dapat berubah menjadi lambat apabila pengemudi lelah (Lulliw dkk, 2005).

3. Mengantuk. Pengemudi yang mengantuk adalah pengemudi yang kehilangan daya reaksi dan konsentrasi akibat kurang istirahat dan atau sudah mengemudikan kendaraan lebih dari 5 jam tanpa istirahat. (WHO, 2009). NHTSA (1998) menyatakan bahwa risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas terbesar disebabkan oleh pengemudi yang mengantuk. (NHTSA’s National Centre for Satistic & Analysis, 2009).

(37)

5. Tidak terampil. Pengemudi pemula memiliki peluang tiga kali lebih besar terlibat dalam kecelakaan dari pada pengemudi yang telah mahir. Lebih dari 27,4% kecelakaan pada tahun 2004 melibatkan anak muda dan pengemudi pemula berusia 16-25 tahun (Ditjen Perhubungan Darat, 2006).

6. Tidak Tertib. Menurut data dari kepolisian faktor pelanggaran yang dilakukan oleh pengemudi yang kurang tertib berlalu lintas ini mencapai lebih dari 80% dari penyebab kecelakaan lalu lintas (Kartika, 2009).

2.5.1.2. Faktor Penumpang

Tidak jarang akibat jumlah muatan, baik penumpang maupun barang yang berlebihan, terjadi kecelakaan lalu lintas. Secara psikologis, ada juga kemungkinan penumpang mengganggu pengemudi (Kartika, 2009).

2.5.1.3. Faktor Pemakai Jalan

Semakin banyak ragam pemakai jalan, tidak menutup kemungkinan semakin banyaknya masalah lalu lintas yang dijumpai di jalan. Bukan hanya kendaraan saja yang berlalu lalang di jalanan tetapi juga dijumpai pejalan kaki, pedagang kaki lima, peminta-minta dan jalan raya yang juga dipakai sebagai sarana perparkiran. Kesalahan yang paling sering dilakukan oleh pemakai jalan adalah lengah, kecepatan yang berlebihan saat menyebrang, salah anggapan, dan sikap panik (DepKes RI, 2004).

(38)

Berdasarkan analisis kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh direktorat lalu lintas POLRI, faktor penyebab kecelakaan lalu lintas menurut faktor manusia meliputi : tingkah laku pengemudi seperti tidak memperhatikan sinyal, pelanggaran kecepatan, pelanggaran rambu-rambu lalu lintas, mendahului pada waktu belum aman, mabuk, mengantuk, dan letih. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh (Ditjen Perhubungan Darat, 2006) :

1. Faktor individu, meliputi kepribadian, kemampuan melihat, kemampuan menilai situasi, antisipasi, waktu reaksi, tingkat pendidikan, usia dan jenis kelamin.

2. Pola berlalu lintas, meliputi kebiasaan mengemudi seperti kurang konsentrasi, ceroboh, agresif, kebiasaan dalam mengambil jarak atau posisi dan cara menangani instrumen kendaraan.

3. Keterampilan mengemudi, meliputi hal yang merupakan aplikasi dari semua pengetahuan teknis dan pengetahuan berlalu lintas.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka dalam rangka meminimalisasi kasus atau kejadian kecelakaan, seorang pengemudi dituntut memiliki persyaratan tertentu, diantaranya (Kartika, 2009):

1. Daya antisipasi, sangat tergantung kepada faktor karakteristik penglihatan (visual) yang meliputi bidang penglihatan, gerakan kepala dan mata, iluminasi, dan kendala visual.

(39)

3. Aptitude atau sikap dasar, sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, pengalaman dan ekspektasi yang selanjutnya akan berpengaruh kepada kemampuan antisipasi dan perencanaan ke depan.

4. Daya konsentrasi, mempunyai dua tingkat memori (memori sesaat dan memori laten). Memori sesaat dalam 30 detik akan hilang apabila tidak diingatkan sedangkan memori laten dapat timbul kembali setelah peristiwa. Terdapat interelasi antara persepsi dengan memori sesaat.

2.5.2. Faktor Kendaraan

Desain kendaraan merupakan faktor engineering pada kendaraan yang dapat mengurangi terjadinya kecelakaan (crash avoidance) dan faktor yang dapat mengurangi cedera yang dialami jika terjadi kecelakaan (crash worthiness).

Adapun faktor kendaraan yang berisiko menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada pengemudi sepeda motor, adalah (Kartika, 2009):

1. Rem blong adalah suatu keadaan dimana pada waktu pedal dipijak, pedal rem menyentuh lantai kendaraan, meskipun telah diusahakan memompa pedal rem tetapi keadaan tersebut tidak berubah dan rem tidak bekerja.

(40)

3. Ban selip adalah lepasnya kontak antara permukaan jalan dengan roda kendaraan atau saat melakukan pengereman roda, kendaraan memblokir sehingga pengemudi tidak dapat mengendalikan kendaraan.

4. Lampu kendaraan diperlukan untuk jalan pada malam hari sebagai penerangan melihat jalan bagi pengemudi, sebagai tanda adanya kendaraan dan pemberi isyarat untuk belok atau berhenti. Lampu-lampu dan pemantul cahaya meliputi (PP No. 44 Tahun 1993) :

a. Lampu utama berfungsi sebagai alat penerangan jalan dan juga sebagai penanda keberadaan kendaraan pada saat berkendara.

b. Lampu indikator/penunjuk arah secara berpasangan di bagian depan dan bagian belakang sepeda motor. Lampu ini digunakan untuk memberitahu arah tujuan kita saat berada di persimpangan kepada pengguna jalan lain di belakang kita. Lampu ini juga dapat dipergunakan ketika akan berpindah jalur. c. Lampu rem yang berguna agar pengguna jalan di belakang kita dapat melihat

bahwa kita sedang melakukan pengereman. 2.5.3. Faktor Lingkungan Fisik

Menurut ADB (2005), kondisi jalan sangat berpengaruh sebagai penyebab kecelakaan lalu lintas. Lingkungan jalan mempengaruhi pengemudi dalam mengatur kecepatan (mempercepat, memperlambat, berhenti) jika menghadapi situasi tertentu (Silaban, 2004). Faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap kejadian kecelakaan lalu lintas meliputi:

(41)

tidak fatal, makin sepi lalu lintas makin sedikit kemungkinan kecelakaan akan tetapi fatalitas akan sangat tinggi. Menurut Silaban, kecelakaan lalu lintas paling banyak terjadi pada pukul 12.00-18.00 WIB (33,99%), hari Senin (20,16%), tanggal 22-28 (25,29%) dan Bulan November (11,46%). Banyaknya kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada waktu tersebut dimungkinkan karena dinamika pengguna jalan didalam berbagai kegiatan, seperti pergi atau pulang sekolah, urusan pekerjaan, urusan keluarga, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan ketidakdisplinan dari pengguna jalan di dalam berlalu lintas (Silaban, 2004). 2. Jalan berlubang merupakan kondisi ketika terdapat cekungan ke dalam pada

permukaan jalan yang mulus, dimana cekungan tersebut memiliki diameter dan kedalaman yang berbeda dengan kondisi jalan di sekitarnya (Kartika, 2009). 3. Jalan rusak adalah jalan dengan kondisi permukaan jalannya tidak rata, bisa jadi

jalan yang belum diaspal, atau jalan aspal yang sudah mengalami peretakan. Pada umumnya jalan rusak tidak terdapat di jalan arteri, namun terdapat pada jalan-jalan lokal (Kartika, 2009).

4. Jalan licin dapat disebabkan karena jalan yang basah akibat hujan atau oli yang tumpah; lumpur, salju dan es; marka jalan yang menggunakan cat; serta permukaan dari besi atau rel kereta. Kondisi seperti ini menyebabkan tergelincir dan jatuh atau menabrak jika kendaraan tidak melaju perlahan-lahan. Pengereman secara mendadak akan mengakibatkan ban selip (Kartika, 2009). 5. Jalan menikung adalah jalan yang memiliki kemiringan sudut belokan kurang

(42)

lalu lintas. Jika kendaraan akan membelok sebaiknya mengurangi laju kendaraan agar dapat berhati-hati (Kartika, 2009).

6. Jalan gelap berisiko tinggi menimbulkan kecelakaan, hal ini karena pengguna jalan tidak dapat melihat secara jelas pengguna jalan lain maupun kondisi lingkungan saat berkendara, sehingga keberadaan lampu penerangan jalan sangatlah penting. Penerangan jalan adalah lampu penerangan yang disediakan bagi pengguna jalan. Pada fasilitas ini harus memenuhi persyaratan ditempatkan di tepi sebelah kiri jalur lalu lintas menurut arah lalu lintas, jarak tiang penerangan jalan sekurang-kurangnya 0,60 meter dari tepi jalur lalu lintas, serta tinggi bagian yang paling bawah dari lampu penerangan jalan sekurang-kurangnya 5 meter dari permukaan jalan. Jalan tanpa alat penerangan jalan akan sangat membahayakan dan berpotensi tinggi menimbulkan kecelakaan. Pada tahun 1997, 25% dari sepeda motor mengalami kecelakaan antara jam 6 sore sampai jam 6 pagi. Pada malam hari pengemudi mengalami kesulitan melihat atau dilihat (oleh pengemudi lain) dengan jelas. Bahkan dengan bantuan lampu depan sekalipun, pengemudi mengalami kesulitan untuk mengetahui kondisi jalan ataupun sesuatu yang ada di jalan. Pengemudi lainnya mungkin juga mengalami kesulitan melihat lampu depan dan lampu belakang karena terhalang oleh kendaraan lainnya (Kartika, 2009).

(43)

8. Pohon tumbang di sekitar jalan yang dilalui kendaraan berisiko bagi pengemudi. Pohon tumbang dapat dikarenakan umur pohon yang sudah terlalu tua atau faktor angin yang kencang sehingga akar pohon tidak sanggup lagi menahan beban. 9. Hujan mempengaruhi kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih

jauh, jalan menjadi lebih licin, dan jarak pandang menjadi lebih pendek karena lebatnya hujan (Sugiharto, 2009).

2.6. Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

Setiap kecelakaan lalu lintas yang terjadi akan menimbulkan kerugian walau sekecil apapun kejadiannya bahkan termasuk nyaris kecelakaan. Kerugian akibat kecelakaan lalu lintas yaitu : penderitaan fisik (meninggal dunia, luka berat/cacat dan luka ringan) dan kerugian material (kendaraan rusak, barang angkutan rusak). Disamping itu masih ada kerugian lain yaitu : biaya pengobatan dan perawatan korban, biaya transport membawa korban, dan biaya tidak langsung (biaya yang dikeluarkan bukan oleh korban, seperti santunan kematian) (Silaban, 2004).

Pada suatu kecelakaan lalu lintas yang terjadi, ada beberapa kriteria untuk mengklasifikasikan korban kecelakaan lalu lintas menurut PP No. 43 Tahun l993 pasal 93, antara lain (PP No. 43 Tahun l993) :

1. Meninggal dunia adalah korban yang dipastikan meninggal sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.

(44)

Suatu kejadian digolongkan cacat tetap jika sesuatu anggota badan hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat sembuh atau pulih untuk selama-lamanya.

3. Korban luka ringan adalah korban yang tidak termasuk dalam kategori korban meninggal dan korban luka berat.

Berdasarkan Kitab Undang-Undang Pidana (KUHP) yang dimaksud dengan : 1. Korban meninggal adalah seorang korban yang meninggal di tempat kejadian

karena kealpaan atau disengaja oleh terdakwa (Pasal 359 KUHP).

2. Korban luka berat adalah korban yang mengalami jatuh sakit/mendapat luka yang tidak memberi harapan sembuh sama sekali atau yang menimbulkan bahaya maut, tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan, pencarian, mendapat cacat berat, menderita sakit lumpuh, terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih, gugur atau meninggalnya kandungan seorang perempuan (Pasal 90 KUHP).

3. Korban luka ringan tidak dijelaskan dalam KUHP. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud luka ringan adalah yang tidak termasuk dalam Pasal 90 KUHP.

(45)

2.7. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Kecelakaan

Menurut Bintarto, pencegahan kecelakaan kerja lebih menuju kepada dilaksanakannya tindakan aman berkendara (safety driving). Safety driving adalah tindakan mengemudi yang aman yang bisa membantu untuk menghindari masalah lalu lintas. Safety driving didesain untuk meningkatkan awareness (kesadaran) pengemudi terhadap segala kemungkinan yang terjadi selama mengemudi bagi pengemudi dan penumpang. Menurut Bintarto, dalam harian Kompas, 28 Maret 2006, pengemudi yang baik harus selalu memakai 4 A, yaitu (Rizky, 2009):

1. Alertness (kewaspadaan)

Dengan memiliki keterampilan dalam safety driving, pengemudi akan mengetahui bagaimana cara mengendalikan mobil dan keluar dari kondisi bahaya yang ada pada saat itu, karena dalam safety driving juga diajarkan teknik khusus untuk situasi seperti tergelincir, menghindari jalan berbatu terjal, tetapi ini bukan merupakan bagian yang dipersyaratkan untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM).

2. Awareness (kesadaran)

Awarness merupakan salah satu aspek dalam safety driving agar kita menyadari akan keterbatasan dan kemampuan kendaraan. Sebagai contoh pada kasus kegagalan fungsi rem, dalam safety driving diajarkan bagaimana memindahkan persneling/gigi (gear) tanpa harus kehilangan kendali.

3. Attitude (sikap)

(46)

pengemudi lain daripada harus melakukan tindakan buruk kepada mereka (pengemudi yang lain)

4. Anticipation (antisipasi)

Salah satu bagian penting safety driving adalah antisipasi, dimana pengemudi secara terus menerus mengamati area sekitar untuk mengetahui adanya potensi bahaya, misalnya pejalan kaki atau pengemudi sepeda motor yang tiba-tiba membelok tanpa memberikan tanda atau bahkan pengemudi mobil di depan yang mabuk dan tiba-tiba keluar dari jalur lalu lintas.

Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum mengemudi dan beberapa hal yang harus diwaspadai selama mengemudi (Rizky, 2009) :

1. Sebelum Mengemudi

Sebelum menjalankan kendaraan, perlu dilakukan pengecekan pada kendaraan untuk memastikan bahwa kendaraan dalam keadaan prima, sehinggga nantinya dapat berkendara secara nyaman dan mencegah hambatan yang mungkin terjadi selama perjalanan akibat keteledoran pengecekan, karena gangguan kecil pada komponen kendaraan dapat memperbesar kecelakaan. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan pengecekan adalah sebagai berikut :

a. Memanaskan mesin kendaraan sekitar 10-15 menit. Jangan terlalu lama memanaskan kendaraan karena selain memboroskan bahan bakar, juga asap knalpot dapat membahayakan pernafasan.

(47)

tekanan ban perlu diukur setiap 4-6 hari. Pengukuran tekanan ban sebaiknya dilakukan ketika ban dalam keadaan dingin, kemudian tambahkan udara sesuai kekurangan ketika ban juga masih dingin. Jadi, idealnya setiap orang yang mempunyai kendaraan harus mempunyai alat pengukur tekanan ban. Tekanan ban yang tidak pas, baik kelebihan maupun kekurangan, bisa menyebabkan ban pecah. Sedangkan risiko yang paling ringan adalah dapat memperpendek umur ban dan kendaraan berjalan tidak stabil (Sugiharto, 2009).

c. Memeriksa bagian bawah kendaraan untuk mengetahui adanya kemungkinan kebocoran kecil.

d. Memastikan kaca spion dalam posisi yang tepat dan dalam keadaan bersih. Begitu juga dengan kaca depan dan jendela mobil, sehingga tidak menghalangi pandangan.

e. Mengikat barang-barang yang mungkin bisa terjatuh saat kendaraan di rem mendadak.

f. Selalu menyediakan perlengkapan seperti ban cadangan, dongkrak dan alat-alat perkakas untuk mengantisipasi kerusakan ringan di jalan.

g. Menyiapkan surat-surat kendaraan seperti SIM, STNK dan KTP yang selalu update dan simpan di tempat yang mudah ditemukan.

(48)

i. Pengetesan system anti-lock brake/anti breaking system (ABS). Jika kendaraan dilengkapi dengan system anti-lock brake/anti breaking system (ABS), jangan tunggu sampai keadaan darurat, lakukan pengetesan dengan cara menghentikan mobil secara cepat. Sebaiknya pengetesan dilakukan pada jalan yang licin dan saat hujan di pelataran parkir yang kosong, untuk mengetahui apakah ABS berfungsi dengan baik ketika rem diinjak dengan sekuat-kuatnya.

2. Pada Saat Mengemudi

Ketika mengemudikan kendaraan di jalan umum, harus disadari bahwa harus berbagi jalan dengan orang lain. Untuk itu pengemudi harus tetap bersikap sopan, mentaati peraturan lalu lintas, dan tidak terpancing dengan situasi di jalan, misalnya jangan terpancing pada orang yang memaksa ingin mendahului. Bintarto menyatakan, perbedaan waktu antara mengebut dan tidak mengebut tidak sampai 5 (lima) menit. Dengan mengebut, berarti kita sudah merisikokan diri kita ke dalam situasi yang berbahaya. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu untuk diperhatikan pada saat mengemudikan kendaraan :

a. Konsentrasi dan tenang dan jangan lakukan aktivitas yang dapat mengganggu konsentrasi mengemudi seperti menerima telepon atau bercanda yang berlebihan dan jangan terpancing untuk menyalip kendaraan lain secara kasar. b. Mengemudi dengan kedua tangan pada posisi jam 3 dan jam 9. Posisi ini

(49)

belok, telapak tangan biasanya di balik ke atas untuk memutar kemudi sehingga kemudi kedua tangan terhadap setir mobil menjadi tidak optimal. Cara lain untuk mengontrol kemudi yaitu dengan teknik yang sering digunakan pembalap, yaitu dengan mendekatkan jok dengan kemudi sehingga pergelangan tangan dapat diletakkan di kemudi, dengan lengan terentang dan punggung bersandar di jok. Posisi ini dapat mencegah tangan cepat terasa lelah saat mengemudi, dan merupakan posisi optimum untuk melakukan manuver secara mendadak.

c. Pandangan Mata (Scanning). Pada saat mengemudi harus diikuti dengan sikap berhati-hati dan berkonsentrasi, salah satunya adalah waspada terhadap situasi lalu lintas. Dengan melatih pandangan mata maka akan dapat memprediksi situasi yang akan terjadi di jalanan pada saat mengemudi, dan dapat merencanakan tindakan yang tepat ketika menghadapi kondisi yang berbahaya, sehingga dapat mengurangi risiko kecelakaan. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan untuk melatih pandangan mata pada saat mengemudi :

1) Mata mengawasi arah depan secara menyeluruh

(50)

3) Pada saat melaju dengan kendaraan lain, pandangan mata diarahkan ke kiri dan ke kanan serta mengusahakan agar menghilangkan rintangan yang dapat mengganggu pandangan.

4) Memeriksa kaca spion setiap setengah menit untuk melihat keadaan lalu lintas.

5) Ketika kendaraan melalui persimpangan, pindahkan arah pandang, sehingga mengetahui aktivitas setiap pengguna jalan yang dapat mempengaruhi situasi di persimpangan.

6) Saat kendaraan bergerak mundur dan hendak berbelok, arahkan pandangan ke sekitar lokasi.

d. Memberikan kesempatan pada mobil emergency seperti ambulance, mobil polisi, mobil pemadam kebakaran atau kendaraan lain yang memberikan sinyal

flashing, dengan cara mengambil jalur sebelah kiri.

(51)

lainnya, hitungan harus dinaikkan menjadi 5 detik. Pada umumnya orang akan beraksi terhadap emergency kondisi paling tidak dalam setengah detik. Pengemudi pada waktu mengikuti atau berada di belakang kendaraan lain, wajib menjaga jarak dengan kendaraan yang berada di depannya (PP No. 43 Tahun 1993).

Tabel 2.2. Jarak Aman Berkendara Berdasarkan Kecepatan Laju Mobil

Kecepatan Jarak Minimal Jarak Aman

30 km/jam

f. Menghindari bahaya. Bahaya merupakan sesuatu yang omnipresent (selalu mungkin terjadi), sedangkan keselamatan tidak dapat diterjemahkan secara sederhana sebagai ketidakadaan bahaya. Oleh karena itu keselamatan didefinisikan sebagai situasi dimana sistem berada dibawah kendali dan proses melukai tidak dimulai.

Hal yang dapat dilakukan dalam menghindari bahaya misalnya (Kompas, 2004):

(52)

kendaraan di samping mobil yang dikemudikannya. Hal ini sangat berbahaya terutama ketika truk tersebut hendak belok, dimana dapat memotong jalan secara keseluruhan.

2) Menghindari mobil yang kelihatan rusak atau dalam kondisi yang tidak sempurna. Pepatah mengatakan nilai seorang pengemudi dilihat dari kondisi mobilnya.

Untuk meningkatkan keselamatan diperlukan penanggulangan yang mencakup beberapa segi, yaitu perekayasaan sarana dan prasarana lalu lintas, pembinaan unsur manusia pemakai jalan dan dalam bidang hukum dan pengaturan. Langkah-langkah tersebut dikelompokkan dalam lima tahap (Kartika, 2009) :

1. Engineering (rekayasa), yaitu dengan merubah lingkungan sehingga pemakai jalan secara fisik dituntun atau dibimbing untuk dapat bertindak secara tepat dan benar dalam berlalu lintas. Misalkan; melalui penempatan rambu-rambu lalu lintas bahkan peringatan tentang peraturan seperti yang telah dilakukan memasang poster rambu di kaca belakang angkutan umum, pemasangan lampu lalu lintas, perbaikan dan penyempurnaan marka jalan, sidewalk (koridor), over head bridge (jembatan penyeberangan), serta penyelengaraan manajemen lalu lintas.

(53)

elektronik, serta mengawasi dan membina sekolah-sekolah mengemudi yang diselenggarakan oleh pihak swasta.

3. Enforcement (penegakan hukum), yaitu upaya yang dilakukan agar masyarakat mematuhi segala peraturan lalu lintas yang ada, untuk membimbing ke arah keselamatan pemakai jalan pada waktu berlalu lintas, sehingga tercipta keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas.

4. Encouragement (penggalakan dan penggalangan), yaitu dengan menggalakan program-program keselamatan lalu lintas, misalnya menggalakan penggunakan helm pada daerah kompleks perumahan, melihat biasanya pengemudi yang berkendara di kompleks perumahan merasa aman sehingga banyak yang tidak menggunakan helm. Dalam menggalakkan program keselamatan jalan pihak kepolisian bekerjasama dengan berbagai instansi yang terlibat dalam manajemen keselamatan lalu lintas.

(54)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif bermaksud untuk mendapatkan gambaran faktor penyebab kecelakaan lalu lintas (manusia, kendaraan dan lingkungan fisik) berdasarkan data sekunder yang bersumber dari laporan kasus dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan tahun 2010.

Data dikumpulkan untuk ditabulasi dan dianalisis dalam bentuk distribusi dan frekuensi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan. Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah bahwa telah terhimpunnya data lengkap mengenai kecelakaan lalu lintas di kota Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

(55)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini merupakan kejadian kecelakaan lalu lintas di wilayah kota Medan yang tercatat oleh Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan tahun 2010, yaitu sebanyak 731 kejadian kecelakaan lalu lintas.

3.3.2. Sampel

Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling.

Dalam hal ini proses pengambilan sampel dilakukan melalui mekanisme penentuan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah kejadian kecelakaan lalu lintas dimana identitasnya dicatat dengan lengkap dan duduk kejadian tercantum di BAP, sedangkan kriteria eksklusi adalah kecelakaan lalu lintas yang merupakan kasus tabrak lari, dimana identitasnya tidak lengkap dan duduk kejadian belum diketahui. Berdasarkan kriteria di atas maka di dapat kejadian kecelakaan lalu lintas yang memenuhi kriteria sampel penelitian (kriteria inklusi). Jumlah sampel yang memenuhi kriteria adalah 481 kejadian kecelakaan lalu lintas.

3.4. Metode Pengumpulan Data

(56)

3.5. Definisi Operasional

3.5.1. Tindakan tidak aman (faktor manusia) adalah segala sesuatu yang dilakukan manusia baik sebagai pengemudi, penumpang dan pejalan kaki, yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas.

3.5.2. Tindakan tidak aman pengemudi adalah segala sesuatu yang dilakukan pengemudi yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tindakan tidak aman pengemudi dikategorikan atas :

1. Tidak tertib 2. Mabuk

3. Tidak terampil

4. Tidak tertib dan mabuk 5. Tidak tertib dan mengantuk 6. Tidak tertib dan lengah 7. Tidak tertib dan lelah

8. Penyebab bukan faktor tindakan tidak aman pengemudi

3.5.3. Tindakan tidak aman penumpang adalah segala sesuatu yang dilakukan penumpang yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tindakan tidak aman penumpang dikategorikan atas :

1. Muatan berlebih

2. Mengganggu pengemudi

(57)

3.5.4. Tindakan tidak aman pejalan kaki adalah segala sesuatu yang dilakukan pejalan kaki yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tindakan tidak aman pejalan kaki dikategorikan atas :

1. Lengah

2. Kecepatan berlebih saat menyebrang 3. Tidak memperhatikan kendaraan sekitar

4. Tidak menggunakan fasilitas yang diperuntukkan bagi pejalan kaki (trotoar, zebra cross dan jembatan penyebrangan)

5. Salah anggapan 6. Panik

7. Penyebab bukan faktor tindakan tidak aman pejalan kaki

3.5.5. Kondisi tidak aman adalah segala keadaan yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas baik dari faktor kendaraan maupun lingkungan fisik.

3.5.6. Kondisi tidak aman faktor kendaraan adalah segala sesuatu yang memiliki keterkaitan dengan kendaraan yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Kondisi tidak aman dari faktor kendaraan dikategorikan atas :

1. Rem blong 2. Ban pecah 3. Ban selip

4. Badan kendaraan rusak 5. Ban pecah dan ban selip

(58)

3.5.7. Kondisi tidak aman faktor lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang memiliki keterkaitan dengan lingkungan fisik lalu lintas yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Kondisi tidak aman dari faktor lingkungan fisik dikategorikan atas :

1. Jalan berlubang 2. Jalan rusak 3. Tikungan tajam 4. Kabut/Mendung 5. Hujan/Gerimis 6. Tanpa marka/rambu 7. Hujan dan pohon tumbang

8. Penyebab bukan faktor kondisi tidak aman lingkungan fisik

3.5.8. Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa pada lalu lintas jalan yang melibatkan satu kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan cedera, kerugian materil atau meninggal dunia.

3.5.9. Pengemudi adalah pengemudi sebagai pelaku kecelakaan lalu lintas di Kota Medan tahun 2010. Karakteristik pengemudi digambarkan berdasarkan pekerjaan dan kepemilikan SIM.

3.5.10. Karakteristik jenis kelamin pengemudi dikategorikan atas : 1. Laki-laki

(59)

3.5.11. Karakteristik usia pengemudi dikategorikan atas : 1. 0 - 16 tahun

2. 17 - 60 tahun 3. > 60 tahun

3.5.12. Karakteristik pekerjaan pengemudi dikategorikan berdasarkan yang tercantum dalam Berita Acara Pemeriksaan :

1. Pelajar/mahasiswa 5. Supir

2. PNS/BUMN 6. Ibu RT

3. Swasta 7. Pensiunan

4. POLRI/BRIMOB/TNI

3.5.13. Karakteristik kepemilikan SIM pengemudi dikategorikan atas : 1. Memiliki

2. Tidak memiliki

3.5.14. Jenis kendaraan dikategorikan atas : 1. Sepeda motor

2. Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor yang memiliki maksimal delapan tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi.

3. Mobil bus adalah kendaraan bermotor yang memiliki lebih dari delapan tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi.

4. Mobil barang adalah kendaraan bermotor selain sepeda motor, mobil barang dan mobil bus.

(60)

3.5.15. Waktu adalah waktu saat terjadinya kecelakaan lalu lintas yang dilihat dalam satuan jam (WIB). Waktu dikategorikan menurut volume lalu lintas pergi dan pulang kerja, terdiri atas :

1. 01.00-04.59 2. 05.00-08.59 3. 09.00-12.59 4. 13.00-16.59 5. 17.00-20.59 6. 21.00-00.59

3.5.16. Hari adalah hari saat terjadinya kecelakaan lalu lintas. Hari dikategorikan atas :

1. Senin 2. Selasa 3. Rabu 4. Kamis 5. Jumat 6. Sabtu 7. Minggu

3.5.17. Bulan adalah bulan saat terjadinya kecelakaan lalu lintas. Bulan dikategorikan atas :

(61)

4. April 10. Oktober 5. Mei 11. November 6. Juni 12. Desember

3.5.18. Lokasi adalah tempat peristiwa kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Lokasi dikategorikan menurut kecamatan di kota Medan, yaitu :

1. Medan Tuntungan 12. Medan Amplas 2. Medan Johor 13. Medan Sunggal 3. Medan Selayang 14. Medan Helvetia 4. Medan Denai 15. Medan Barat 5. Medan Tembung 16. Medan Timur 6. Medan Area 17. Medan Perjuangan 7. Medan Kota 18. Medan Deli 8. Medan Maimun 19. Medan Labuhan 9. Medan Polonia 20. Medan Marelan 10.Medan Baru 21. Medan Belawan 11.Medan Petisah

3.5.19. Cuaca adalah cuaca saat terjadinya kecelakaan lalu lintas. Cuaca dikategorikan atas :

(62)

3.5.20. Volume lalu lintas adalah kepadatan lalu lintas saat terjadinya kecelakaan lalu lintas. Volume lalu lintas dikategorikan atas :

1. Sepi 2. Sedang 3. Padat

3.5.21. Jenis kecelakaan lalu lintas menurut jumlah kendaraannya, dikategorikan atas :

1. Kecelakaan tunggal, jika kecelakaan hanya melibatkan satu kendaraan 2. Kecelakaan ganda, jika kecelakaan melibatkan beberapa pengguna jalan. 3.5.22. Jenis kecelakaan lalu lintas menurut jenis tabrakan, dikategorikan atas :

1. Angel (Ra), tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada arah yang berbeda, namun bukan dari arah berlawanan

2. Rear-End (Re), kendaraan menabrak dari belakang kendaraan lain yang bergerak searah

3. Sideswipe (Ss), kendaraan yang bergerak menabrak kendaraan lain dari samping ketika berjalan pada arah yang sama, atau pada arah yang berlawanan

4. Head-On (Ho), tabrakan antara kendaraan yang berjalan pada arah yang berlawanan

(63)

3.5.23. Jenis kecelakaan menurut akibatnya, dikategorikan atas :

1. Kecelakaan lalu lintas ringan merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang

2. Kecelakaan lalu lintas sedang merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang 3. Kecelakaan lalu lintas berat merupakan kecelakaan yang mengakibatkan

luka berat atau korban meninggal dunia.

3.6. Teknik Analisis Data

(64)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota Medan merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Letak geografis kota ini terletak pada 30 30' - 30 43’ Lintang Utara dan 980 35' – 980 44’ Bujur Timur. Luas wilayah kota ini adalah 265,10 km². Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah Utara, Kabupaten Deli Serdang di sebelah Selatan, Kabupaten Deli Serdang di sebelah Barat, dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Timur. Kota Medan terdiri dari 21 kecamatan yaitu Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Selayang, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Area, Medan Kota, Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Baru, Medan Petisah, Medan Amplas, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Barat, Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan, dan Medan Belawan. Jumlah penduduk kota Medan pada tahun 2010 sebanyak 2.109.339 orang, yang terdiri dari 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan (Pemko Medan, 2010)

4.2. Gambaran Umum Sat Lantas Polresta Medan 4.2.1. Gambaran Umum Polresta Medan

(65)

setiap perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Visi Polresta Medan :

Terwujudnya stabilitas keamanan dan ketertiban di wilayah hukum Polresta Medan dengan melaksanakan kemitraan dan kerjasama dengan instansi terkait dan masyarakat.

Misi Polresta Medan :

1. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah , tanggap dan tidak diskriminatif demi mewujudkan rasa aman melalui kerjasama dengan seluruh elemen masyarakat Kota Medan.

2. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat sepanjang waktu di seluruh wilayah hukum Polresta Medan serta mengefektifkan fungsi Perpolisian Masyarakat dalam memelihara Kamtibmas di lingkungan masing-masing.

3. Memelihara keamanan dan ketertiban Lantas di wilayah hukum Polresta Medan untuk menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran arus orang dan barang.

4. Meningkatkan kerjasama internal Polri dan kerjasama dengan aparat penegak hukum pada instansi terkait serta komponen masyarakat.

5. Mengembangkan Perpolisian Masyarakat di wilayah hukum Polresta Medan yang berbasis kepada masyarakat patuh hukum.

Gambar

Tabel 2.1. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas
Tabel 2.2. Jarak Aman Berkendara Berdasarkan Kecepatan Laju Mobil
Tabel 4.1.  Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Jumlah Penyebab Kecelakaan di Kota Medan  Tahun 2010
Tabel 4.2.  Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Tindakan Tidak Aman dan Kondisi Tidak Aman di Kota Medan Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingginya angka kejadian kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan korban meninggal dunia pada bulan Desember dapat disebabkan oleh karena pada bulan Desember terdapat hari

Adalah kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban jiwa/meninggal dunia. Berdasarkan faktor penyebab kecelakaan, kecelakaan disebabkan beberapa faktor yaitu faktor

Dengan adanya analisa mengenai faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Kota Pematang Siantar diharapkan dapat mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Gambaran Akibat yang Ditimbulkan dari Kecelakaan Lalu Lintas yang Terjadi pada Pengendara Sepeda Motor di Kota Medan

Populasi dari penelitian ini merupakan kejadian kecelakaan lalu lintas di wilayah kota Medan yang tercatat oleh Unit Laka lantas Satlantas Polresta Medan tahun 2015,

Adalah kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban jiwa/meninggal dunia. Berdasarkan faktor penyebab kecelakaan, kecelakaan disebabkan beberapa faktor yaitu faktor

Dalam Undang–Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja

Pemodelan hubungan antara angka korban kecelakaan dengan faktor penyebab kecelakaan lalu lintas yang diambil adalah hasil pemodelan kumulatif pada Tahun 2015– 2017 yang membentuk