• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Ekonomi dan Pegusahaan Hutan Rakyat Bambu di Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Potensi Ekonomi dan Pegusahaan Hutan Rakyat Bambu di Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI EKONOMI PENGUSAHAAN HUTAN RAKYAT

BAMBU DESA PONDOK BULUH, KECAMATAN

PANRIBUAN KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Oleh:

Asnita Octavia Ritonga 051201035 Manajemen Hutan

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVESITAS SUMATERA UTARA

2010

ABSTRAK

(2)

Bambu merupakan salah satu komoditi usaha perhutanan rakyat yang memiliki potensi yang sangat banyak baik dari segi ekonomi maupun ekologi. Akan tetapi potensi tersebut kurang dimaksimalkan oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan, budidaya, potensi tanaman, bentuk pemasaran serta potensi ekonomi dan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat di Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun. Data diambil dengan melakukan inventarisasi hutan rakyat bambu dan wawancara terhadap petani bambu. Lalu dihitung pendapatan petani dari sektor bamboo, margin pemasaran dan margin keuntungan dari data yang telah diperoleh. Data dianalis secara tabulasi.

Jenis bambu yang dimanfaatkan di Desa Pondok Buluh yaitu bambu andong (Gigantochloa pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja), dengan potensi 117 rumpun/ Ha. Produk bamboo yang dihasilkan oleh petani di Desa Pondok Buluh adalah bambu belah. Pemasaran produk hutan rakyat bambu yang berupa bambu terdiri dari 5 pola distribusi.

(3)

Abstract

Asnita Octavia Ritonga: The Economy Potency and Implementation of Bamboo Forest in Pondok Buluh Village, District of Dolok Panribuan, Simalungun. Supervised by Oding Affandi, S.Hut, MP and Ridwanti Batubara, S.Hut, MP.

Bamboo is one of forest commodity that have many good potency in economy and ecology. Unfortunately the potency was not utilized optimally by people. This research proposed to determined the management, the plant potency, the marketing of bamboo product with the economic potencyand the contribution to people’s income in Pondok Buluh Village, District of Dolok Panribuan, Simalungun. The data retrieved by taking inventory of bamboo forest and bamboo farmer’s interviewed. Then the income of bamboo farmers, the marketing margin and the profit margin from the obtained data were calculated. Data were analyzed in tabulation.

Types of bamboo that being used was Andong (Gigantochloa pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja), with 117 potential clumps/ Ha. The bamboo products that were produced by farmers in Pondok Buluh Village is bamboo. The marketing of bamboo forest product consist of 5 distribution patterns.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

dan rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

Adapun judul penelitian ini adalah “Potensi Ekonomi Pengusahaan Hutan

Rakyat Bambu di Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan,

Kabupaten Simalungun”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak

Oding Affandi, S.Hut, MP dan Ibu Ridwanti Batubara S. Hut, MP selaku Dosen

Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, arahan dan bimbingan

kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Kiranya penelitian yang saya lakukan dapat bermanfaat bagi masyarakat,

dunia ilmu pengetahuan dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata,

penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Juli 2010

(5)

DAFTAR ISI

5. Jenis- Jenis Bambu Bernilai Ekonomi ... 19

Aspek Ekonomi Pengusahaan Hutan Rakyat Bambu ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ... Potensi dan Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Bambu ... 40

Pola Pengelolaan dan Pengolahan Hutan Rakyat Bambu ... 48

(6)

Nilai Pendapatan dari Pengelolaan Hutan Rakyat Bambu ... 55

Lembaga Tataniaga pada Pola Distribusi Produk Hutan Rakyat Bambu 56 Pola Distribusi Produk Hutan Rakyat Bambu ... 57

Biaya Tataniaga Pada Pedagang Pengumpul... 60

Analisis Margin Tataniaga dan Margin Keuntungan ... 61

Kendala Pengelolaan Hutan Rakyat Bambu... 69

KESIMPULAN DAN SARAN ... Kesimpulan ... 71

Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Hutan Bambu ... 9

2. Bentuk Jalur Inventarisasi Bambu ... 34

3. Bambu Andong ... 41

4. Bambu Apus... 42

5. Bambu Betung... 44

6. Bambu Kuning ... 46

7. Keadaan Hutan Rakyat Bambu di Desa Pondok Buluh ... 50

8. Bambu yang Telah Siap Untuk Dipanen ... 51

9. Proses Pembelahan Bambu Bulat Menjadi Bambu Belah ... 53

(8)

DAFTAR TABEL

1. Jenis-Jenis Bambu dan Penggunaannya ... 20

2. Matrik metodologi yang digunakan dalam penelitian ... 38

3. Biaya Pengusahaan Tanaman Bambu Andong ... 52

4. Kontribusi Tanaman Bambu untuk Menambah Pendapatan

Masyarakat Tahun 2008 (Rp/tahun) ... 55

5. Rekapitulasi Biaya Tataniaga Bambu dari Pedagang Pengumpul II ke Petani, Pedagang Pengumpul I dan Pedagang Pengumpul III ... 61

6. Rekapitulasi Biaya Tataniaga Bambu dari Pedagang Pengumpul III ke Petani, dan Pedagang Pengumpul I ... 61

7. Biaya Tataniaga Bambu Pada Berbagai Pola Distribusi (Rp./lembar) 62

8. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) Distribusi Bambu Belah (Pola 1) ... 63

9. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Distribusi Bambu Belah (Pola 1) ... 63

10.Analisis Margin Keuntungan (profit margin) Distribusi Bambu Belah (Pola 2) ... 64

11.Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Distribusi Bambu Belah (Pola 2) ... 64

12.Analisis Margin Keuntungan (profit margin) Distribusi Bambu Belah (Pola 3) ... 65

13.Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Distribusi Bambu Belah (Pola 3) ... 65

14.Analisis Margin Keuntungan (profit margin) Distribusi Bambu Belah

(Pola 4) ... 66

15.Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Distribusi Bambu Belah (Pola 4) ... 66

16.Analisis Margin Keuntungan (profit margin) Distribusi Bambu Belah (Pola 5) ... 67

(9)

LAMPIRAN

Hal.

1. Data Potensi Hutan Rakyat Bambu di Desa Pondok Buluh Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun (tahun 2009) ... 73

2. Sumber Pendapatan Masyarakat Desa Pondok Buluh dari Sektor

Bambu (tahun 2008) ... 74

3. Produksi Bambu Olahan Desa Pondok Buluh Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun (tahun 2008) ... 75

(10)

Bambu merupakan salah satu komoditi usaha perhutanan rakyat yang memiliki potensi yang sangat banyak baik dari segi ekonomi maupun ekologi. Akan tetapi potensi tersebut kurang dimaksimalkan oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan, budidaya, potensi tanaman, bentuk pemasaran serta potensi ekonomi dan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat di Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun. Data diambil dengan melakukan inventarisasi hutan rakyat bambu dan wawancara terhadap petani bambu. Lalu dihitung pendapatan petani dari sektor bamboo, margin pemasaran dan margin keuntungan dari data yang telah diperoleh. Data dianalis secara tabulasi.

Jenis bambu yang dimanfaatkan di Desa Pondok Buluh yaitu bambu andong (Gigantochloa pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja), dengan potensi 117 rumpun/ Ha. Produk bamboo yang dihasilkan oleh petani di Desa Pondok Buluh adalah bambu belah. Pemasaran produk hutan rakyat bambu yang berupa bambu terdiri dari 5 pola distribusi.

(11)

Abstract

Asnita Octavia Ritonga: The Economy Potency and Implementation of Bamboo Forest in Pondok Buluh Village, District of Dolok Panribuan, Simalungun. Supervised by Oding Affandi, S.Hut, MP and Ridwanti Batubara, S.Hut, MP.

Bamboo is one of forest commodity that have many good potency in economy and ecology. Unfortunately the potency was not utilized optimally by people. This research proposed to determined the management, the plant potency, the marketing of bamboo product with the economic potencyand the contribution to people’s income in Pondok Buluh Village, District of Dolok Panribuan, Simalungun. The data retrieved by taking inventory of bamboo forest and bamboo farmer’s interviewed. Then the income of bamboo farmers, the marketing margin and the profit margin from the obtained data were calculated. Data were analyzed in tabulation.

Types of bamboo that being used was Andong (Gigantochloa pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja), with 117 potential clumps/ Ha. The bamboo products that were produced by farmers in Pondok Buluh Village is bamboo. The marketing of bamboo forest product consist of 5 distribution patterns.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada saat ini kawasan hutan mengalami kerusakan yang serius akibat

tekanan penduduk dan konflik kepentingan yang tidak lagi mempertimbangkan

kelestarian. Untuk mengurangi tekanan tersebut adalah dengan mengembangkan

hutan rakyat, salah satunya adalah hutan rakyat bambu. Hutan rakyat diartikan

sebagai suatu lapangan yang berada diluar kawasan hutan negara yang

bertumbuhan pohon-pohonan, sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan

merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta lingkungannya, yang pemilik

lahannya adalah rakyat. Berdasarkan pengertian tersebut, maka ciri khas hutan

rakyat adalah tidak perlu merupakan suatu kawasan hutan yang kompak (dapat

berpencar-pencar), dapat juga dipadukan dengan sistem agroforestry, dan berupa

tanaman yang cepat memberikan hasil serta fungsi bagi kesejahteraan pemiliknya

(Alrasyid, 1979).

Kekayaan hasil hutan bukan kayu (hhbk) merupakan bagian dari kekayaan

sumber daya hutan di Indonesia dapat menjadi salah satu alternatif pengurangan

penggunaan kayu di hutan yang semakin terbatas keberadaannya. Bambu salah

satu diantaranya, saat ini sangat berkembang penggunaannya. Pada awalnya hanya

sebagai perlengkapan rumah tangga, kini makin berkembang menjadi berbagai

macam keperluan industri, sehingga bagi masyarakat di pedesaan dikategorikan

sebagai penunjang utama perekonomian mereka (Widjaja, 1985).

Bambu merupakan salah satu komoditas yang memiliki prospek cukup

menjanjikan bila dikembangkan dalam skala luas di sektor kehutanan. Suatu hal

(13)

sekali saja, mudah tumbuh pada habitat yang sesuai dan selanjutnya tinggal

memanen saja. Tanaman bambu merupakan tanaman yang mudah untuk

dibudidayakan dan memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi. Akan tetapi

masyarakat masih menganggap bambu sebagai tanaman yang kurang komersial

sehingga pengusahaan bambu kurang diminati. Permasalahan-permasalahan yang

sering dihadapi oleh para petani bambu diantaranya adalah permodalan dan

pemasaran komoditi bambu tersebut (Diniaty dan Sofia, 2000).

Bambu dapat dimanfaatkan oleh manusia sesering mungkin karena

kecepatannya untuk tumbuh. Lain halnya dengan pepohonan penghasil kayu yang

baru bisa dimanfaatkan pada umur 7-10 tahun, maka pemanfaatan bambu yang

sangat luas untuk berbagai hal seperti makanan (rebung/tunas bambu), kerajinan,

konstruksi, dll, maka tanaman bambu layak untuk dijadikan komoditas industri di

masa yang akan datang. Dalam pertumbuhannya tentunya tidak terlepas dari

pengaruh kondisi lingkungan tempat tumbuh, pola tanam dan teknik pemeliharaan

yang sesuai sehingga dengan demikian faktor-faktor lingkungan penting untuk

diketahui agar dapat berproduksi secara optimal (Diniaty dan Sofia, 2000).

Secara Geografis hutan bambu Pondok Buluh terletak diantara 99o 56’BT

s/d 99o 00’BT dan antara 2o43’LU s/d 2o 47’ LU. Berdasarkan administratif

pemerintahan, areal hutan diklat Pondok buluh berada di Kecamatan Dolok

Panribuan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, sedangkan

berdasarkan wilayah pemangkuan hutannya termasuk dalam pengelolaan wilayah

Resort Polisi Hutan Tiga Dolok Dinas Kehutanan Kabupaten Simalungun.

Kawasan diklat Pondok Buluh juga dekat dengan lokasi wisata Danau Toba, yaitu

(14)

Peningkatan penggunaan beberapa jenis bambu menyebabkan tanaman

bambu rakyat tereksploitasi secara tidak terkendali tanpa diimbangi dengan

tindakan pembudidayaan. Belum membudayanya usaha pelestarian terhadap

bambu disebabkan karena tegakan-tegakan bambu yang umumnya hidup pada

lahan-lahan rakyat nampaknya masih dianggap cukup. Selain itu informasi dan

pengetahuan tentang budidaya jenis-jenis bambu masih sangat kurang demikian

pula pengenalan terhadap jenis-jenis bambu yang ada di Indonesia serta

pemanfaatannya. Untuk itu diperlukan suatu penelitian tentang sarana

pengembangan dan potensi pengusahaan hutan rakyat bambu, khususnya pada

jenis-jenis yang umumnya telah digunakan maupun yang belum dikenal oleh

masyarakat (Widjaja,1985).

Perumusan Masalah

Bambu merupakan salah satu komoditi usaha perhutanan rakyat yang

memiliki posisi penting dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar

hutan. Salah satu permasalahan yang terjadi pada hutan rakyat bambu adalah

belum membudayanya usaha pelestarian terhadap bambu disebabkan karena

tegakan-tegakan bambu yang umumnya hidup pada lahan-lahan rakyat

nampaknya masih dianggap cukup, kurangnya bentuk pengusahaan dan

pengelolaan hutan rakyat bambu mengakibatkan pengusahaan bambu dari aspek

ekonomis kurang. Masyarakat masih menganggap bambu sebagai tanaman yang

kurang komersial sehingga pengusahaan bambu kurang diminati.

Permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi oleh para petani bambu diantaranya adalah

permodalan dan pemasaran bambu tersebut. Karena manfaatnya sangat banyak

(15)

semakin berkurang karena deforestasi, kebakaran, penebangan liar, dll, maka

budidaya bambu sangat perlu untuk dikembangkan karena teknis budidayanya

yang relatif mudah dilaksanakan. Selain itu informasi pengenalan terhadap

jenis-jenis bambu yang ada di Indonesia serta pemanfaatannya dan pengusahaannya

sangat kurang. Untuk itu diperlukan suatu sarana pengusahaan potensi ekonomi

tanaman bambu sebelum maupun setelah diolah, khususnya pada jenis-jenis yang

umumnya telah digunakan maupun yang belum dikenal oleh masyarakat.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengelolaan dan budidaya hutan rakyat bambu di Desa

Pondok Buluh, Kecamatan Panribuan, Kabupaten Simalungun.

2. Untuk mengetahui potensi tanaman hutan rakyat bambu di Desa Pondok

Buluh, Kecamatan Panribuan, Kabupaten Simalungun.

3. Untuk mengetahui bentuk- bentuk pemasaran hutan rakyat bambu di Desa

Pondok Buluh, Kecamatan Panribuan, Kabupaten Simalungun.

4. Untuk mengetahui potensi ekonomi dan kontribusinya terhadap

pendapatan rumah tangga di Desa Pondok Buluh, Kecamatan Panribuan,

Kabupaten Simalungun.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi potensi

ekonomi hutan rakyat bambu di Desa Pondok Buluh, Kecamatan Panribuan,

(16)

pengusahaan hutan rakyat bambu sehingga tercapai hasil yang lestari bagi

masyarakat Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Defenisi Hutan dan Hutan Rakyat

Menurut UU No. 41/1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu

ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang

lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan merupakan sumber kekayaan alam yang

sangat berperan penting dalam pembangunan aspek kehidupan dan peradapan

manusia. Hutan memiliki berbagai aspek manfaat bagi kehidupan berupa manfaat

langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung. Manfaat hutan

diperoleh bila manfaat dan fungsi hutan terjamin eksistensinya sehingga dapat

berfungsi secara optimal. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial dari hutan

akan memberikan peran nyata apabila pengelolaan sumberdaya hutan seiring

dengan upaya pelestarian guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan (Dephut,

1989).

Hutan rakyat pada dasarnya hutan milik baik secara perorangan,

kelompok, marga maupun badan hukum yang merupakan hutan buatan yang

terletak di luar kawasan hutan negara. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di

atas tanah yang dibebani hak milik, baik secara perorangan maupun kelompok

dengan status di luar kawasan hutan Negara. Biasanya luas minimum adalah 0,25

hektar dengan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan lebih dari 50 % dan atau

pada tanaman tahun pertama sebanyak minimal 500 tanaman. Menurut

(18)

berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Dengan demikian hutan hak

dapat disebut sebagai hutan rakyat/tanaman rakyat (Dephut, 1989).

Pada umumnya hutan rakyat terdiri dari satu jenis pohon (monokultur)

atau beberapa jenis pohon yang ditanam secara campuran sebagai usaha

kombinasi berupa tanaman kayu-kayu dan tanaman semusim. Dewasa ini kayu

yang dihasilkan dari hutan rakyat semakin banyak diminati oleh para pengusaha

sebagai bahan baku industri seperti pulp dan kayu pertukangan karena mempunyai

kualitas kayu yang baik (Darusman dan Hardjanto, 2006).

Fungsi dan Manfaat Hutan Rakyat

Menurut Sardjono (1995), bahwa pada awalnya manusia hidup sebagai

pengumpul makanan (food-gatherer) melalui cara berburu binatang, memancing

ikan dan mengumpulkan buah-buahan dan bahan-bahan tanaman lainnya. Seiring

dengan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan manusia, maka

pemanfaatan hutan semakin intensif. Hutan-hutan memberikan banyak manfaat

dan keuntungan, dalam berbagai bidang kehidupan dan perekonomian. Manfaat

dan keuntungan tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung yaitu

melalui fungsi-fungsi produksi, proteksi dan konservasinya (Awang dkk, 2001).

Hutan memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan yaitu berupa manfaat

langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung. Manfaat hutan

tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya sehingga dapat berfungsi

secara optimal. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan akan

(19)

seiring dengan upaya pelestarian guna pembangunan nasional berkelanjutan

(Arief, 2001).

Menurut Sardjono (2004), ketergantungan masyarakat desa khususnya

yang berada di sekitar hutan (forest community), terhadap sumber daya alam

tersebut hingga saat ini masih sangat besar, baik menyangkut hasil hutan kayu

(timber) dan non kayu (non timber forest Product) maupun lahan hutan untuk

pertanian. Lebih lanjut dikatakan John dan Kathy (1993), bahwa setiap penduduk

pedesaan ditentukan oleh tingkat ketergantungan mereka terhadap hutan untuk

pakan ternak, kayu bakar, bahan bangunan dan hasil hutan lainnya. Sedangkan

menurut Akhdiyat et all (1998) dalam Sujarhito (2000) pencaharian penduduk

bersumber dari hutan yang dapat dinilai adalah berupa produk kayu bakar, hasil

hutan non kayu (binatang buruan, sarang burung walet, dan sedikit rotan), ladang,

kebun karet, kebun buah-buahan sebagai upaya pemanfaatan lahan hutan

(Suharjito, 2000).

Kondisi Pengelolaan Hutan Rakyat

Secara rasional, pengembangan hutan rakyat dimulai sejak digalakkannya

Program Penghijauan pada tahun 1960-an. Meskipun program tersebut bersifat

nasional, namum pengembangan hutan rakyat sampai saat ini masih terkonsentrasi

di Pulau Jawa. Pengembangan hutan rakyat di Luar Jawa belum mendapatkan

perhatian serius baik dari pemerintah maupun dari masyarakat sendiri. Data

mengenai luas dan status hutan rakyat belum memadai, bahkan dalam

konflik-konflik kewilayahan dengan HPH dan penggunaan lahan lainnya, hutan-hutan

(20)

Hutan rakyat sendiri memang tidak pernah dibangun untuk menghasilkan

produk tunggal. Baik di Jawa maupun di Luar Jawa, hutan rakyat dikembangkan

untuk tujuan-tujuan yang multiproduk, bukan hanya menghasilkan kayu

melainkan juga produk non kayu. Sementara itu, Haeruman (2001) dalam Awang

dkk (2001), menyatakan bahwa hutan milik masyarakat yang memiliki fungsi

banyak bentuk, dapat berfungsi material dan penghasil jasa lingkungan (Awang,

2001).

Hutan Bambu

Gambar 1. Hutan Bambu

Bambu merupakan tanaman yang secara botanis dapat digolongkan pada

famili Gramineae (rumput). Bambu mudah menyesuaikan diri dengan kondisi

tanah dan cuaca yang ada, serta dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengan

3800 m di atas permukaan laut. Bambu tumbuh berumpun dan memiliki akar

rimpang, yaitu semacam buhul yang bukan akar maupun tandang. Bambu

memiliki ruas dan buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran

(21)

akar-akar yang memungkingkan untuk memperbanyak tanaman dari

potongan-potongan setiap ruasnya, disamping tunas-tunas rimpangnya (Widjaja, 1985).

Hutan rakyat bambu tanamannya hidup merumpun, kadang-kadang

ditemui berbaris membentuk suatu garis pembatas dari suatu wilayah desa yang

identik dengan batas desa di Jawa. Penduduk desa sering menanam bambu di

sekitar rumahnya untuk berbagai keperluan. Bermacam-macam jenis bambu

bercampur ditanam di pekarangan rumah. Pada umumnya yang sering digunakan

oleh masyarakat di Indonesia adalah bambu tali, bambu petung, bambu andong

dan bambu hitam (Widjaja, 1985).

Seperti halnya tebu, bambu mempunyai ruas dan buku. Pada setiap ruas

tumbuh cabang-cabang yang berukuran jauh lebih kecil dibandingkan dengan

buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini pula tumbuh akar-akar sehingga pada bambu

dimungkinkan untuk memperbanyak tanaman dari potongan-potongan setiap

ruasnya, disamping tunas-tunas rimpangnya (Widjaja, 1985).

Bambu merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan mulai dari

benda kerajinan, bahan makanan, bahan industri, sampai kepada bahan konstruksi.

Diantara pemanfaatan bambu antara lain digunakan sebagai topi, kursi, meja,

lemari, alat musik angklung, sayur (rebung), kertas, dan bahan bangunan.

Kegunaan ini tidak hanya dikenal dibeberapa negara saja melainkan hampir di

(22)

Tinjauan Bambu

Subfamilia:

Super tribus:

Bambuseae

1. Kondisi Tempat Tumbuh

Topografi

Tanaman bambu dijumpai tumbuh mulai dari dataran rendah sampai

dataran tinggi 100 – 2200 m di atas permukaan laut. Walaupun demikian tidak

semua jenis bambu dapat tumbuh dengan baik pada semua ketinggian tempat,

namun pada tempat-tempat yang lembab atau pada tempat yang kondisi curah

hujannya tinggi dapat mencapai pertumbuhan terbaik, seperti di tepi sungai, di

tebing-tebing yang curam. Pada tempat-tempat yang disenangi, umur tanaman 4

tahun perumpunan sudah dapat terjadi secara normal dimana jumlah rumpun

sudah dapat mecapai 30 batang dengan diameter rata-rata di atas 7 cm (Nur dan

Rahayu, 1995).

Secara umum di lokasi pengembangan bambu bentuk topografi mulai dari

berombak sampai bergunung. Satuan topografi mulai dari berombak sampai

bergunung. Satuan topografi berombak mempunyai kemiringan 3 – 8%,

(23)

Iklim

Umumnya tanaman bambu dapat tumbuh dengan baik dan tersebar di

mana-mana, walaupun dalam pertumbuhannya dapat dipengaruhi oleh keadaan

iklim. Unsur-unsur iklim meliputi sinar matahari, suhu, curah hujan dan

kelembaban. Tempat yang disukai tanaman bambu adalah lahan yang terbuka di

mana sinar matahari dapat langsung memasuki celah-celah rumpun sehingga

proses fotosintesis dapat berjalan lancar, selain itu juga dapat mencegah

tumbuhnya cendawan yang akan mengganggu kesuburan tanaman bambu dan

dapat berakibat merubah warna bambu tersebut menjadi kurang baik.

Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu adalah bersuhu 8,8 - 36°C. Type

iklim mulai dari A, B, C, D sampai E (mulai dari iklim basah sampai kering),

semakin basah type iklim makin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh. Ini

disebabkan tanaman bambu termasuk tanaman yang banyak membutuhkan air

yaitu curah hujan minimal 1020 mm/tahun dan kelembaban minimum 76% (Nur

dan Rahayu, 1995).

Tanah

Jenis tanah di lokasi praktek mulai dari tanah berat sampai ringan dan

mulai dari tanah subur sampai kurang subur. Karena topografi lokasi peta

bergelombang sampai berbukit, maka lembah merupakan tempat yang subur,

sedangkan pada bagian-bagian bukit yang didominasi oleh pasir yang rata-rata

kandungan haranya sangat rendah menyebabkan pada bagian ini kurang subur.

Sifat fisik tanah pada lokasi praktek dengan pH 5,11 dan memiliki kandungan

unsur hara makro (N dan K) dalam kondisi rata-rata rendah sedangkan P yang

(24)

sangat rendah yang rata-rata 1,81 %. Rata-rata suhu pada siang hari waktu musim

penghujan adalah 21°C dengan kelembaban mencapai 75,1 % sedangkan pada

musim kemarau rata-rata suhu pada siang hari dapat mencapai 25,83°C dan

kelembaban udara rata 61 % (Nur dan Rahayu, 1995).

2. Karakteristik bambu

Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga

Hiant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh)

yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa

pada umur 4-5 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku,

beruas-ruas berongga kadang-kadang masif, berdinding keras, pada setiap buku terdapat

mata tunas atau cabang. Akar bambu terdiri dari rimpang (rhizon) berbuku dan

beruas, pada buku akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang dapat tumbuh

menjadi batang (Widjaja, 1985).

3. Aspek Budidaya Bambu

Bambu kadang ada yang menganggap 'mengganggu' lingkungan rumah,

yang kemudian membabatnya. Padahal keberadaan pohon bambu tersebut juga

dibutuhkan. Selain dapat sebagai konservasi penahan erosi, keberadaan pohon

bambu juga memiliki fungsi ekonomi yang sangat tinggi. Jika budi daya tanaman

bambu benar-benar diperhatikan, serta pemanfaatannya dimaksimalkan, akan

mampu mendongkrak nilai ekonomis bambu itu sendiri, sekaligus meningkatkan

penghasilan masyarakat pengguna bambu. Bahkan, tanaman bambu dapat

dijadikan alternatif untuk mengganti tanaman kayu yang tidak diboleh ditebang

(25)

Dalam kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia, bambu memegang

peranan sangat penting. Bahan bambu dikenal oleh masyarakat memiliki

sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan, antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata,

keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan

sehingga mudah diangkut. Selain itu bambu juga relatif murah dibandingkan

dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar pemukiman

pedesaan. Bambu menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat pedesaan. Bambu

adalah tanaman yang sangat cepat tumbuh, paling tidak dalam 3 tahun menjadi

tanaman yang tinggi dan lebat. Kedua, menghasilkan oksigen 35%lebih banyak

dibandingkan tanaman biasa, maka apabila ingin menghasilkan target jumlah

oksigen untuk suatu wilayah atau kota, dapat tercapai lebih cepat karena

pertumbuhannya yang cepat dibandingkan tanaman biasa. Ketiga, selain

menghasilkan oksigen lebih banyak, bambu juga menyerap karbondioksida lebih

banyak, sehingga patut dipikirkan untuk menanam tanaman bambu hias lebih

banyak di daerah perkotaan untuk mengurangi efek polusi yang menjadi-jadi yang

sebagian besar diakibatkan kendaraan bermotor. Keempat, tanaman bambu dapat

meningkatkan muka air tanah dan meningkatkan penyerapan air oleh tanah. Oleh

karenanya perlu dimanfaatkan untuk ditanam di daerah yang sulit air baik karena

tanahnya cenderung kering atau karena dalamnya permukaan air tanah. Kelima

dapat menahan longsor tanah lebih baik dibandingkan pepohoanan biasa, ini

dikarenakan karena akar bambu tipe akar serabut, sama halnya dengan pohon

kelapa (namun bambu masih dalam golongan rerumputan) (Diniaty dan Sofia,

(26)

Bambu dalam bentuk bulat dipakai untuk berbagai macam konstruksi

seperti rumah, gudang, jembatan, tangga, pipa saluran air, tempat air, serta

alat-alat rumah tangga. Dalam bentuk belahan dapat dibuat bilik, dinding atau lantai,

reng, pagar, kerajinan dan sebagainya. Beberapa jenis bambu akhir-akhir ini mulai

banyak digunakan sebagai bahan penghara industri supit, alat ibadah, serta barang

kerajinan, peralatan dapur, topi, tas, kap lampu, alat musik, tirai dan lain-lain

(Frick, Heinz, 2004).

4. Pemanfaatan Bambu

Kegunaan dan manfaat bambu bervariasi mulai dari perabotan rumah,

perabotan dapur dan kerajinan, bahan bangunan serta peralatan lainnya dari yang

sederhana sampai dengan industri bambu lapis, laminasi bambu, maupun industri

kertas yang sudah modern. Dari sekilas gambaran manfaat tersebut menyiratkan

suatu harapan, bahwa kebutuhan terhadap bambu akan terus meningkat sejalan

dengan perkembangan masyarakat (Diniaty dan Sofia,2000).

Bambu merupakan salah satu tanaman ekonomi yang digolongkan dalam

hasil hutan non kayu. Meskipun demikian, manfaat bambu dalam kegiatan

konservasi sangat baik untuk menahan erosi dan sedimentasi, terutama di daerah

bantaran sungai yang banyak terdapat di wilayah Kabupaten Magelang. Dalam

konteks tata air, bambu juga efektif untuk menahan run off air, sehingga banyak

berfungsi di daerah tangkapan air. Bambu juga memiliki kemampuan peredam

suara yang baik dan menghasilkan banyak oksigen sehingga dapat ditanam di

pusat pemukiman dan pembatas jalan raya (Diniaty dan Sofia,2000).

Manfaat bambu secara ekonomis dan ekologis, antara lain, bila

dibandingkan dengan komoditas kayu, tanaman bambu mampu memberikan

(27)

yaitu 4-5 tahun. Manfaat ekonomis lainnya adalah pemasaran produk bambu baik

berupa bahan baku sebagai pengganti kayu maupun produk jadi antara lain berupa

sumpit (chop stick); barang kerajinan (furniture); bahan lantai (flooring); bahan

langit-langit (ceiling) masih sangat terbuka untuk memenuhi kebutuhan domestik

maupun ekspor. Dari sisi ekologis, tanaman bambu memiliki kemampuan

menjaga keseimbangan lingkungan karena sistem perakarannya dapat mencegah

erosi dan mengatur tata air serta dapat tumbuh pada lahan marginal (Diniaty dan

Sofia,2000).

Bambu merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi

kehidupan. Semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, kelopak, bahkan

rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Untuk lebih

jelasnya berikut ini diuraikan manfaat bambu ditinjau dari setiap bagian

tanamannya (Dephut, 2004).

a. Akar

Akar tanaman bambu dapat berfungsi sebagai penahan erosi guna

mencegah bahaya banjir. Tak heran bila beberapa jenis bambu yang banyak

tumbuh di pinggir sungai atau jurang sesungguhnya berperan penting

mempertahankan kelestarian tempat tersebut. Dengan demikian bambu

mempunyai arti yang penting dalam pelestarian lingkungan hidup (Dephut,

2004).

Akar tanaman bambu juga dapat berperan dalam menangani limbah

beracun akibat keracunan merkuri. Bagian tanaman ini menyaring air yang

terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akarnya. Selain itu akar

bambu mampu melakukan penampungan mata air sehingga bermanfaat

(28)

b. Batang

Batang bambu memang merupakan bagian yang paling banyak diusahakan

untuk dibuat berbagai macam barang untuk keperluan sehari-hari. Batang

bambu baik yang masih muda maupun yang sudah tua dapat digunakan untuk

berbagai macam keperluan. Namun, ada juga jenis bambu yang dapat dan

tidak dapat dimanfaatkan (Dephut, 2004).

c. Daun

Daun bambu dapat digunakan sebagai alat pembungkus, misalnya

makanan kecil seperti uli dan wajik. Selain itu di dalam pengobatan tradisional

daun bambu dapat dimanfaatkan sebagai ramuan untuk mengobati demam

panas pada anak-anak. Hal ini disebabkan daun bambu mangandung zat yang

bersifat mendinginkan. Dengan demikian panas dalam dapat dengan mudah

dihalau (Dephut, 2004).

Daun bambu muda yang tumbuh diujung cabang dan berbentuk runcing

juga sering digunakan sebagai obat. Bahan ini sangat mujarab bagi mereka

yang tidak tenang pikiran atau malam hari kurang tidur. Dalam perkembangan

terakhir di luar negeri, cairan bambu diketahui sangat bermanfaat untuk

menyembuhkan lumpuh badan sebelah yang diakibatkan tekanan darah tinggi.

Untuk lumpuh badan sebelah ini obat yang terbaik pada saat sekarang adalah

ramuan bambu yang digabungkan dengan benalu. Bagi penyakit yang belum

begitu berat, obat tersebut dapat membebaskan saluran pembekuan otak yang

(29)

d. Rebung

Rebung, tunas bambu atau disebut juga trubus bambu merupakan kuncup

bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar rhizome

maupun buku-bukunya. Umumnya rebung masih diselubungi oleh pelepah

buluh yang ditutupi oleh miang. Rebung ada yang berbentuk ramping sampai

agak membulat, terdiri dari batang-batang yang masif dan pendek. Pada

umumnya rebung diselebungi oleh pelepah buluh hingga mencapai tinggi

sekitar 30 cm. Selanjutnya pelepah buluh tersebut pada jenis bambu tertentu

akan gugur (Dephut, 2004).

Rebung dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang tergolong ke

dalam jenis sayur-sayuran. Namun, tidak semua jenis bambu dapat

dimanfaaatkan rebungnya untuk bahan pangan, karena rasanya ada yang pahit.

Rebung bambu dari Indonesia semakin digemari oleh masyarakat di Jepang

Korea Selatan, dan RRC. Hal ini dibuktikan oleh permintaan ekspor dari

negara tersebut yang banyak tetapi belum dapat dipenuhi (Dephut, 2004).

e. Tanaman Hias

Tanaman bambu banyak pula yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias.

Mulai dari jenis bambu kecil, batang kecil, lurus, dan pendek yang banyak

ditanam sebagai tanaman pagar di pekarangan. Selain itu terdapat jenis-jenis

bambu hias lain yang dapat dimanfaatkan untuk halaman pekarangan yang

(30)

Bambu hias sekarang ini tengah banyak dicari konsumen. Alasannya

penampilan tanaman bambu unik dan menawan. Tak heran jika bambu pun

banyak ditanam sebagai elemen taman. Apalagi makin disukainya taman

bergaya jepang atau tropis yang memasukkan unsur bambu sebagai salah satu

daya tariknya. Jenis bambu yang banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias

antara lain bambu kuning, bambu cendani, bambu sian, bambu macan, bambu

jepang, bambu perling, bambu talang, bambu uncue, bambu loleba, dan

lain-lain. Untuk pemanfaatan di halaman pekarangan yang luas jenis bambu besar

bisa digunakan, misalnya bambu tutul, bambu ampel yang berwarna hijau

mengkilap, bambu ater, bambu hitam, bambu nigra (Phyllostachys nigra), dan

bambu berlekuk (Bambusa ventricosa). Untuk pekarangan yang terbatas dapat

digunakan jenis kecil, yaitu bambu pagar, bambu uncue (P. aurea), bambu

jepang, bambu nigra; jenis kerdil yaitu bambu pagar varietas elegans, dan

bambu Phylostachys sp; jenis bambu yang dapat dipangkas atau dibentuk

yaitu bambu pagar, bambu T. siamensis, dan bambu ampel. Untuk ditanam di

dalam pot dapat digunakan jenis bambu pagar, bambu berlekuk, bambu ampel,

bambu T. siamensis, bambu talang janis kuning, bambu uncue, dan bambu

jepang (Dephut, 2004).

5. Jenis- jenis dan kualitas tanaman bambu

Pada Tabel 1 diuraikan beberapa jenis bambu yang mempunyai manfaat

(31)

Tabel 1. Jenis- jenis Bambu dan Penggunaannya :

Batang bambu apus berbatang kuat, liat, dan lurus.

Jenis ini terkenal paling bagus untuk dijadikan

bahan baku kerajinan anyaman karena seratnya

yang panjang, kuat, dan lentur. Ada juga yang

menggunakannya untuk alat musik.

2 Bambu Ater

(Gigantochloa atter)

Batang bambu ater biasanya digunakan orang

untuk dinding rumah, pagar, alat-alat rumah

tangga, kerajinan tangan dan ada juga yang

menggunakan untuk alat musik

3 Bambu Andong

(Gigantochloa verticillata

/Gigantochloa pseudo

arundinacea)

Batang bambu andong banyak digunakan untuk

bahan bangunan, chopstick, dan untuk membuat

berbagai jenis kerajinan tangan.

4 Bambu Betung

(Dendrocalamus asper)

Bambu betung sifatnya keras dan baik untuk

bahan bangunan karena seratnya besar-besar dan

ruasnya panjang. Dapat dimanfaatkan untuk

saluran air, penampung air aren yang disadap,

dinding rumah yang dianyam, (gedek atau bilik),

dan berbgai jenis barang kerajinan.

5 Bambu Kuning

(Bambusa vulgaris)

Bambu kuning dapat dimanfaatkan untuk mebel,

bahan pembuat kertas, untuk kerajinan tangan dan

dapatditanam di halaman rumah karena cukup

menarik sebagai tanaman hias serta untuk obat

penyakit kuning atau lever.

6 Bambu Hitam

(Gigantochloa atroviolacea)

Bambu hitam sangat baik untuk dibuat alat musik

seperti angklung, gambang, atau calung dan dapat

juga digunakan untuk furniture dan bahan

kerajinan tangan.

7 Bambu Talang

(Schizostachyum

brachycladum)

Bambu talang banyak digunakan untuk bahan

atap, dinding, dan lantai rumah adat Toraja. Selain

itu bambu talang juga digunakan untuk rakit,

(32)

ukiran dan anyaman.

8 Bambu Tutul

(Bambusa vulgaris)

Bambu tutul banyak digunakan untuk peralatan

rumah tangga seperti tirai, meja, kursi, dinding,

dan lantai rumah, serta untuk kerajinan tangan.

9 Bambu Cendani

(Bambusa multiplex)

Batang bambu cendani dapat digunakan untuk

tangkai payung, pipa rokok, kerajinan tangan

seperti tempat lampu, vas bunga, rak buku, dan

berbagi mebel dari bambu.

10 Bambu Cangkoreh

(Dinochloa scandens)

Bambu cangkoreh dapat digunakan untuk

anyaman atau tempat jemuran tembakau dan

untuk obat misalnya obat tetes mata dan obat

cacing.

11 Bambu Perling

(Schizostachyum zollingeri)

Batang bambu perling dapat digunakan untuk

membuat dinding, tali, tirai, dan alat memancing

12 Bambu Tamiang

(Schizostachyum blumei)

Bambu tamiang paling cocok digunakan untuk

sumpit, suling, alat memancing, dan kerajinan

tangan.

13 Bambu Loleba

(Bambusa atra)

Bambu loleba dapat digunakan untuk dinding

rumah, tali tongkat, bahan anyaman dan sebagai

tanaman hias.

14 Bambu Batu

(Dendrocalamus strictus)

Batang bambu batu sangat kuat dan dapat

digunakan untuk bahan baku kertas dan untuk

bahan anyaman.

15 Bambu Belangke

(Gigantochloa pruriens)

Jenis bambu dengan batang lurus, kuat, dan ringan

ini banyak digunakan sebagai galah untuk panen

kelapa sawit, selain itu juga untuk bahan

bangunan.

16 Bambu Sian

(Thyrsostachys siamensisi)

Bambu ini baik digunakan untuk tangkai payung,

dan sebagai tanaman hias karena rumpunnya

mempunyai tajuk melebar dengan daun kecil-kecil

yang banyak.

17 Bambu Jepang

(Arundinaria japonica)

Bambu jepang banyak digunakan sebagai tanaman

hias.

18 Bambu Gendang

(Bambusa ventricosa)

Karena bentuk batangnya yang unik dan cukup

(33)

tanaman hias.

19 Bambu Bali

(Schizostachyum

brachycladum)

Oleh karena penampilan tanamannya unik dan

menarik maka bambu ini biasa digunakan sebagai

tanaman hias.

20 Bambu Pagar

(Bambusa glaucescens)

Bambu ini juga menarik sebagai tanaman hias

yang dipangkas dengan berbagai bentuk.

Pembagian berdasarkan penggunaan akhir ke dalam konstruksi dan non

konstruksi disebabkan oleh banyaknya penggunaan bambu di bidang konstruksi.

Di Indonesia sekitar 80 % batang bambu dimanfaatkan untuk bidang konstruksi.

Selebihnya dimanfaatkan dalam bentuk lainnya seperti kerajinan, furniture,

chopstick, industri pulp dan kertas, serta keperluan lainnya (Dephut, 2004).

Aspek Ekonomi Pengusahaan Hutan Rakyat Bambu

Tanaman bambu baik dalam skala kecil maupun besar mempunyai nilai

ekonomi yang meyakinkan. Budaya masyarakat menggunakan bambu dalam

berbagai aktivitas kehidupan sehingga bambu dapat dikategorikan sebagai

multipurpose free species (MPTS = jenis pohon yang serbaguna). Pada umumnya

jenis-jenis bambu yang diperdagangkan adalah jenis bambu yang berdiameter

besar dan berdinding tebal. Jenis-jenis tersebut diwakili oleh warga Bambusa (3

jenis), Dendrocalalamus (2 jenis) dan Gigantochloa (8 jenis) (Widayati dan

Riyanto, 2005). Dari jenis-jenis tersebut dapat dibudidayakan secara massal untuk

menunjang industri kertas, chopstick, flowerstick, ply bamboo, particle board dan

papan semen serat bambu serta kemungkinan dikembangkan bangunan dari bahan

(34)

Selain itu, secara ekonomis bambu juga memiliki nilai ekonomi cukup

tinggi.Di Indonesia terdapat lebih kurang 125 jenis bambu (Dephut, 2004).

Produk Olahan Bambu

1. Bambu Lapis

Seperti halnya kayu diolah menjadi kayu lapis maka bambu juga

digunakan sebagai bahan baku kayu lapis. Berbagai macam produk bambu lapis

dibuat baik dari sayatan bambu maupun pelepuh bambunya. Jenis yang umum

dipakai untuk bambu lapis adalah bambu tali (Gigantocloa apus).

2. Bambu Lamina

Bambu lamina adalah produk olahan bambu dengan cara merekatkan

potongan-potongan dalam panjang tertentu menjadi beberapa lapis yang

selanjutnya dijadikan papan atau bentuk tiang. Lapisannya umumnya 2-5 lapis.

Banyaknya lapisan tergantung ketebalan yang diinginkan dan penggunaannya.

Kualitas bambu lamina ini sangat ditentukan oleh bahan perekatnya. Dengan

bahan perekat yang baik maka kekuatan bambu lamina dapat disejajarkan dengan

kekuatan kayu kelas III.

3. Papan Semen

Papan semen bambu terbuat dari bambu, semen dan air kapur. Bambu

terlebih dahulu diserut, kemudian direndamkan dalam air selama dua hari.

Selanjutnya dicampur ketiga bahan tersebut dan kemudian dibentuk papan pada

suhu 56 0C dengan waktu selama 9 jam.

(35)

Pembuatan arang dari bambu dilakukan dengan cara destilasi kering dan

cara timbun skala semi pilot. Bambu yang sudah dicobakan adalah bambu tali,

bambu ater, bambu andong dan bambu betung. Nilai kalor arangnya rata-rata 6602

kal/gr, dan yang paling baik dijadikan arang adalah bambu ater dimana sifat

arangn yang dihasilkan relatif sama dengan sifat arang dari kayu bakau.

5. Pulp

Pabrik kertas sangat potensial dalam memanfaatkan bambu sebagai bahan

kertas. Cara pembuatan bahan kertas dari bambu mula-mula bambu dipotong dan

diserpih dengan ukuran 25 mm x 25 mm x 1 mm. Dengan tekanan dan suhu

tertentu serpihan bambu tersebut dimasak selama 1,5 jam. Kemudian pulp dicuci

dan disaring. Kemudian pulp diurai dengan pengaduk 3-4 jam. Hasil uraian

disaring, dicuci dan diputihkan. Setelah dicuci pulp dibuat lembaran sebagai bahn

pembuat kertas.

Bambu memiliki kandungan selulosa yang sangat cocok untuk dijadikan

bahan kertas dan rayon. Pemanfaatan bambu sebagai bahan kertas di Indonesia

telah diterapkan pada industri di Gowa dan Banyuwangi. Namun industri ini

memiliki kendala dari segi bahan baku sehingga dibuat modifikasi yaitu campuran

pulp bambu dengan perbandingan 70 % : 30 %.

6. Kerajinan dan Handicraft

Berbagai kerajinan dan handycraft dibuat dari bambu antara lain : tempat

pulpen, gantungan kunci, cup lampu, keranjang, tas, topi dan lain-lain. Dalam hal

ini yang dibutuhkan adalah keterampilan dan kreativitas dalam memanfaatkan

bambu.

(36)

Pengembangan bahan bambu sebagai bahan industri telah pula mencakup

kebutuhan peralatan makan berupa supit, tusuk sate dan tusuk gigi.

Perkembangannnya sangat cepat karena mudah dalam pengerjaan apalagi bila

dikerjakan dengan mesin secara otomatis. Bambu yang bagus untuk dijadikan

supit adalah bambu mayan dan bambu andong. Bambu yang bagus untuk supit

bambu yang berumur 3 tahun dimana untuk meningkatkan kualitasnya setelah

ditebang sebaiknya jangan langsung diproses tetapi dikeringkan terlebih dahulu

selama kurang lebih 4 hari.

8. Furniture dan Perkakas Rumah Tangga

Bambu yang dipergunakan untuk mebel harus memenuhi beberapa syarat.

Selain warna yang menarik juga dapat dibentuk secara istimewa dengan nilai seni

yang tinggi tetap memenuhi kekokohannya. Olesan pengawet dan penghias,

seperti pernis meningkatkan keawetan dan penampilan dengan tetap berkesan

alami. Perkakas rumah tangga dan hiasan dari bambu digemari karena disamping

tidak berkarat juga mencerminkan kesederhanaan tapi anggun.

Bambu hitam dan bambu betung banyak digunakan untuk furniture antara

lain: meja, kursi, tempat tidur, meja makan lemari pakaian dan lemari hias.

Disamping itu bambu juga banyak dipakai menjadi peralatan rumah tangga dan

assesoris penghias rumah.

9. Komponen Bangunan dan Rumah

Bambu yang dipergunakan sebagai bahan bangunan sebaiknya diawetkan

lebih dahulu dengan cara perendaman dalam air selama beberapa minngu

kemudian dikeringkan. Kadand-kadang juga dilakukan pengasapan belerang agar

(37)

kontruksi yang tidak mementingkan keindahan, ter juga sering dipergunakan

untuk menutup pori-pori buluh.

Bambu bersama dengan kayu dan bahan organik lainnya banyak

digunakan pada pemabngunan rumah rakyat di pedesaan. Dengan perkembangan

harga bahan dasar dan kebutuhan perumahan rakyat yang sederhana, maka

pengembangan rumah berbahan kayu dan bambu sesuai untuk membantu rakyat

ayng berpenghasilan rendah, terutanma di daerah yang mempunyai ketersediaan

bambu. Penggunaan bambu oleh masyarakat sebagai bahan bangunan perumahan

selain mudah didapat, bahan bambu dipercaya oleh masyarakat sebagi bahan yang

kuat dan awet dengan catataan penggunaan terhindar untuk berhubungan langsung

dengan air.

10.Rebung

Bambu dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dalam bentuk rebung.

Jenis-jenis tertentu rebungnya dapat dimakan karena kadar HCN kecil atau sama sekali

tidak ada, rasanya memenuhi selera, lunak dan warnanya menarik. Kandungan

gijinya cukup memadai sebagai sumber mineral dan vitamin.

11.Bahan Alat Musik Tradisional

Sesuai dengan ketebalan dinding, diameter dan panjang buluh, bambu

dapat dibuat alat musik tradisional yang menghasilkan nada dan alunan suara yang

khas. Faktor ketepatan memilih jenis dan tingkat pengeringan diperlukan guna

memperoleh kualitas yang memadai. Bambu dapat dibuat alat musik tiup, alat

musik gesek maupun alat musik pukul. Contoh yang terkenal adalah seruling,

angklung, gambang, calung, kentongan, dll. Pembuatan alat musik dari bambu

(38)

pembuatan angklung, bambu dipilih dari jenis bambu tertentu. Bambu temen,

bambu hitam, bambu lengka dan bambu tali cocok dipergunakan untuk membuat

kerangkanya. Waktu penebangan bambu harus cukup umur (2-3 tahun) tepat

waktunya yakni pada musim kemarau. Pengeringan dilakukan dalam ruang, tidak

boleh langsung dengan sinar matahari. Setelah bambu dibentuk, kemudian distem

(39)

Teori Pemasaran

Perkembangan pengusahaan bambu batangan, rebung maupun

produk-produk bambu lain ditentukan oleh pertumbuhan masing-masing pasarnya.

Analisis pertumbuhan pasarnya menyangkut bukan saja permasalahan mengenai

hubungan antara volume penjualan (pemasaran) dengan harga dan faktor-faktor

lain, tetapi juga menyangkut permasalahan mengenai kondisi segmen pasarnya

yang meliputi perilaku dan lokasi (individu atau kelompok) pembeli dan penjual.

Hubungan-hubungan yang terjadi antara penjual dan pembeli membentuk struktur

pasar dan tataniaga tertentu. Tingkat efisiensi tataniaga ditentukan oleh struktur

pasar yang terbentuk. Misalnya, struktur pasar monopoli cenderung menyebabkan

tingkat efisiensi tataniaga yang rendah, dan sebaliknya, struktur pasar bersaing

cenderung menyebabkan tingkat efisiensi tataniaga yang tinggi. Oleh sebab itu,

pengetahuan mengenai struktur biaya, margin dan distribusi keuntungan dari

rantai tataniaga yang terbentuk menjadi unsur-unsur informasi yang krusial dalam

menganalisis pertumbuhan pasar masing-masing produk bambu yang dikaji

(Rahayu dkk, 2004).

Berdasarkan skala usahanya, industri bambu dapat dikelompokkan

menjadi industri skala besar, menengah dan kecil atau industri rumah tangga

(home industry). Dalam uraian ini, perhatian ditujukan hanya kepada pemasaran

dari industri bambu skala kecil dan menengah. Yang dimaksud industri skala kecil

disini adalah industri yang tidak mempekerjakan tenaga kecuali tenaga keluarga

yang hidup bersama dalam satu rumah dengan pemilik industri seperti kepala

keluarga, istri dan anak-anak (home industry). Sedangkan industri bambu skala

(40)

keluarga selain (mungkin) tenaga kerja keluarga yang hidup dalam satu atap

dengan pemilik. Industri skala menengah dibedakan dari industri besar darijumlah

tenaga kerja yang diserap. Batasan industri skala menengah di sini adalah industri

yang mempekerjakan tenaga kerja di bawah 50 orang termasuk (bila ada) anggota

keluarga pemilik (Frick, Heinz, 2004).

Efisiensi pemasaran adalah kemampuan jasa-jasa pemasaran untuk dapat

menyampaikan suatu produk dari produsen ke konsumen secara adil dengan

memberikan kepuasan pada semua pihak yang terlibat untuk suatu produk yang

sama. Kriteria efisiensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: margin

pemasaran, share petani (produsen), distribusi keuntungan, dan volume penjualan

( Zain, 1998).

Margin Pemasaran

Margin pemasaran atau margin tataniaga menunjukkan selisih harga dari

dua tingkat rantai pemasaran. Perbedaan nilai ini juga direpresentasikan sebagai

jarak vertikal dan jarak antara kurva permintaan atau antara kurva penawaran.

Margin tataniaga hanya merepresentasikan perbedaan harga yang dibayarkan

konsumen dengan harga yang diterima petani, tetapi tidak menunjukkan jumlah

kuantitas produk yang dipasarkan. Margin tataniaga merupakan penjumlahan

antara biaya tataniaga dan margin keuntungan. Nilai margin pemasaran adalah

perbedaan harga di kedua tingkat sistim pemasaran dikalikan dengan kuantitas

produk yang dipasarkan. Cara perhitungan ini sama dengan konsep nilai tambah

(value added). Pengertian ekonomi nilai margin pemasaran adalah harga dari

sekumpulan jasa pemasaran/tataniaga yang merupakan hasil dari interaksi antara

(41)

pemasaran dibedakan menjadi dua yaitu marketing costs dan marketing charges.

Hubungan antara elastisitas permintaan di tingkat rantai tataniaga yang berbeda

memberikan beberapa kegunaan analisis. Hubungan bergantung pada perilaku dari

(42)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai November 2009 di

Desa Pondok Buluh Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun. Secara

Geografis hutan bambu Pondok Buluh terletak diantara 99o 56’BT s/d 99o 00’BT

dan antara 2o43’LU s/d 2o 47’ LU. Berdasarkan administratif pemerintahan, areal

hutan Pondok buluh berada di kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten

Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, sedangkan berdasarkan wilayah

pemangkuan hutannya termasuk dalam pengelolaan wilayah Resort Polisi Hutan

Tiga Dolok Dinas Kehutanan Kabupaten Simalungun. Kawasan Pondok Buluh

juga dekat dengan lokasi wisata Danau Toba, yaitu sekitar 15 Km atau dapat

ditempuh dalam waktu 20 menit. Di Desa Pondok Buluh masih ditemukan lahan

hutan rakyat bambu yang masih dikelola oleh petani pada lahan milik mereka.

Desa Pondok Buluh Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun

memiliki luas 2100 ha dan dihuni sekitar 361 KK. Sebagian besar masyarakat

desa bekerja sebagai petani dan didominasi oleh suku Batak. Desa Pondok Buluh

memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Dolok Parmonangan

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Girsang Sipangan

Bolon

• Sebelah Timur berbatasan dengan Tanah Jawa

(43)

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah:

(1) Kamera Digital untuk dokumentasi dan visualisasi obyek kegiatan guna

kelengkapan pelaporan.

(2) Alat inventarisasi hutan (pita ukur, tambang, alat pengukur tinggi pohon,

tally sheet, dll).

Bahan yang digunakan adalah:

(1) Objek pengamatan adalah Hutan Rakyat Bambu Pondok buluh Kabupaten

Simalungun, Sumatera Utara.

(2) Peta wilayah kabupaten dan dokumen lain yang berkaitan dengan lokasi

studi.

(3) Kuesioner untuk mengumpulkan data sekunder maupun primer

(4) Laporan-laporan hasil penelitian (individu dan lembaga) terdahulu dan

berbagai pustaka penunjang sebagai sumber data sekunder untuk

melengkapi pengamatan langsung di lapangan.

Metode Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, digunakan data primer dan data sekunder. Data

primer yang dikumpulkan antara lain adalah data hasil inventarisasi bambu, data

sosial ekonomi, bentuk pengelolaan dan hasil pemasaran. Data sekunder yang

dikumpulkan antara lain adalah: kondisi umum lokasi penelitian atau data umum

(44)

Dalam pengambilan sampel akan digunakan metode sensus. Dalam

metode sensus, sampel yang diambil adalah seluruh petani hutan rakyat bambu

yang ada di Desa Pondok Buluh.

Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian,

sebagai berikut:

1. Inventarisasi tanaman bambu pada hutan rakyat bambu.

2. Melakukan observasi dan analisis pengelolaan di lapangan guna

mengetahui sistem pengelolaan hutan rakyat bambu.

3. Wawancara dan diskusi dengan menggunakan kuesioner terhadap para

pelaku (aktor utama atau yang mewakili) dan para pihak pemangku

kepentingan dalam pengelolaan hutan rakyat bambu.

4. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder yang selanjutnya

ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan

analisis data. Data primer selanjutnya dianalisis secara deskriptif sesuai

dengan tujuan penelitian, serta dilakukan analisis para pihak yang terkait

dalam pengelolaan hutan rakyat bambu. Sedangkan data yang bersifat

kuantitatif diolah secara tabulasi.

Teknik untuk memperoleh informasi dan data dari responden dilakukan

dengan wawancara dan dengan pengukuran langsung dilapangan. Informasi yang

diperoleh dari setiap responden diantaranya:

a) Identifikasi diri responden.

(45)

c) Jenis kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan tanaman bambu atau

teknik budidayanya (penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan dan

pemanenan) serta waktu kegiatan tersebut dilaksanakan.

d) Kebutuhan input untuk kegiatan budidaya dan harga input yang digunakan

(pemupukan, pemberantasan hama penyakit dan lain sebagainya).

e) Metode penjualan hasil pemanenan dan harga jualnya.

Metode Inventarisasi Bambu

Teknik penempatan petak ukur pada inventarisasi bambu dilakukan secara

sistematik. Bentuk satuan contoh tegakan bambu dewasa berupa jalur dengan

lebar 10 meter mengikuti jalur pada setiap jarak 100 meter. Peletakan jalur ukur

pada inventarisasi bambu dilakukan secara purposive.

Teknik penempatan petak ukur untuk tegakan bambu tingkat permudaan

mengikuti jalur ukur pada setiap 100 meter berselang seling dengan ukuran petak

ukur 5 x 5 meter. Secara skematis gambar jalur ukur dan petak ukur dalam

inve ntarisasi bambu dapat dilihat pada Gambar 2.

a1

a2

Hm-1

Gambar 2. Bentuk Jalur Inventarisasi Bambu

Keterangan:

A1, A2, A3 = Petak ukur permudaan (5 x 5 meter)

Hm-1 = Petak ukur tingkat pertumbuhan dewasa (10 x 100 meter)

a1 = Garis sumbu jalur

a2 = Garis tepi

A1

A2

(46)

Analisis Data

Hasil Inventarisasi Bambu

Inventarisasi bambu yang dilakukan di lapangan menggunakan metode

jalur. Kemudian data yang di dapat dihitung jumlah batang pada setiap rumpun

bambu menggunakan taksiran jumlah batang tiap rumpun suatu jenis bambu

dengan rumus:

dimana :

Kr = Jumlah batang tiap rumpun suatu jenis bambu

Ri = Jumlah rumpun suatu jenis bambu tiap jalur ke i

Bi = Jumlah batang suatu jenis bambu tiap jalur ke i

(Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1998).

Pendapatan dan Pengelolaan Hutan Rakyat Bambu

Untuk menghitung besarnya pendapatan masyarakat pada saat penelitian,

baik dari hasil pengelolaan maupun pendapatan di luar pengelolaan dihitung

dengan menggunakan rumus :

I = TR – TC (Rahayu dkk, 2004).

Keterangan :

I = Pendapatan

TR = Total penerimaan

TC = Total biaya

Selanjutnya dihitung pendapatan total petani dengan menggunakan rumus:

(47)

Kemudian dihitung Persentase besarnya pendapatan masyarakat dengan

menggunakan rumus:

(Rahayu dkk, 2004).

Besarnya pemanfaatan bambu terhadap kontribusi masyarakat yang

diperoleh disajikan dalam bentuk tabulasi, kemudian data-data tersebut dianalisis

dengan analisis deskriptif.

Pengolahan Bambu dan Nilai Tambah Pengolahan

Untuk mengetahui sistem pengolahan bambu dilakukan dengan

wawancara mengenai produk yang dihasilkan oleh masyarakat yang kemudian

dikaitkan dengan harga jual tiap produknya. Sehingga diketahui besarnya nilai

tambah yang diperoleh oleh masyarakat. Kemudian data hasil wawancara dihitung

dengan menggunakan rumus margin pemasaran. Menurut Andayani (2004) dalam

Awang (2005), secara sistematis margin pemasaran yaitu :

Mji = Pr – Pf (Andayani, 2004 dalam Awang, 2005).

Keterangan:

Mji = Margin Pemasaran

Pr = Harga Penjualan Pemasaran di Tingkat Konsumen Pf = Harga Pembelian Pemasaran di Tingkat Produsen

Secara matematis parameter pengukur distribusi keuntungan dan bagian biaya

yang diterima petani dirumuskan sebagai berikut:

% 100 Pr x

ki

Ski= (Andayani, 2004 dalam Awang, 2005).

Keterangan:

Ski = Analisis distribusi keuntungan Ki = Margin keuntungan

(48)

% 100 Pr x Pf

Sp= (Andayani, 2004 dalam Awang, 2005).

Keterangan:

Sp = Harga yang diterima petani

(49)

Adapun matrik metodologi yang akan digunakan dalam penelitian dan

dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Matrik Metodologi yang Digunakan dalam Penelitian.

Tujuan Studi Pokok Bahasan Data Kunci Sumber dan

Metoda

Kondisi alam Pustaka, data

statistik, peta,

Kondisi sosekbud Pustaka, data

(50)

Tabel 1 (Lanjutan)

Tujuan Studi Pokok Bahasan Data Kunci Sumber dan

Metoda

Faktor Eksternal Sumberdaya alam:

Ketersedian

3. Analisis saluran pemasaran dan kegiatan lain

(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi dan Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Bambu

Desa Pondok Buluh Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun

memiliki luas 2100 Ha dan memiliki potensi bambu sebesar 7.02 Ha. Hutan

rakyat bambu di Desa Pondok Buluh sudah lama dikembangkan secara turun

temurun. Hutan bambu Pondok Buluh merupakan hasil kerja sama pemilik lahan

dan masyarakat sekitar hutan dengan dinas kehutanan pemerintahan Kab.

Simalungun dengan tujuan untuk mengurangi lahan kritis di daerah simalungun

khususnya desa Pondok Buluh. Untuk itu dibutuhkan perhatikan dan peranan

pemerintah untuk memfasilitasi masyarakat unutk kepentingan pengelolaan hutan

dengan baik seperti alat-alat, sarana penampungan hasil industri kerajinan yang

telah dihasilkan masyarakat.

Adapun jenis bambu yang terdapat di desa Pondok Buluh yaitu:

1. Bambu andong (Gigantochloa pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja)

2. Bambu betung (Dendrocalamus asper Schult.f)

3. Bambu apus (Gigantochloa apus Bl)

4. Bambu kuning (Bambusa vulgaris Schrad)

Dari berbagai jenis bambu inilah masyarakat desa Pondok Buluh dapat

mengembangkan bambu menjadi salah satu sumber penghasilan yang dominan.

(52)

Bambu Andong (Gigantochloa pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja)

Klasifikasi bambu andong :

Gambar 3. Bambu Andong

Nama lokal : Bambu gombong, bambu andong, awi andong

(Sunda),pring gombong, pring surat (Jawa)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Sub kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili

Genus : Gigantochloa

(53)

Batang bambu andong berwarna hijau kekuningan dengan garis kuning

yang sejajar dengan batangnya. Bambu ini membentuk rumpun yang tidak terlalu

rapat. Diameter batangnya sekitar 5-13 cm, panjang ruas rata- rata 40 sampai 60

cm, dan ketebalan dinding batangnya 20 mm. Tanaman ini tingginya sekitar 7- 30

m. Pelepah batang yang muda berwarna hiaju pada bagian atas, bagian dalamnya

licin mengilap dan kaku seperti kertas. Pelepah batang yang kering warnanya abu-

abu dan mudah gugur. Pelepah ini tertutup oleh miang berwarna cokelat tua.

Helaian daunnya berbentuk lanset, tidak berbulu, panjang helaian daun 22- 25 cm,

dan leebarnya 2,5 sampai 5 cm. Batang bambu andong biasa digunakan untuk

bahan bangunan, chopstick, dan untuk membuat berbagai kerajinan tangan.

Rebung bambu andong dapat dimakan tapi rasanya agak pahit, menurut Berlian

dan Estu (1995) bahwa rebung bambu andong rasanya agak pahit, biasanya

direbus dulu sebelum dimakan.

Bambu Apus (Gigantochloa apus Kurz)

Klasifikasi bambu apus :

(54)

Nama lokal : Bambu apus, awi tali (Sunda), pring tali (Jawa)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Sub kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili

Genus : Gigantochloa

Spesies : Gigantochloa apus Kurz

Bambu Apus memiliki tinggi mencapai 20 m dengan warna batang hijau

cerah sampai kekuning- kuningan. Batangnya tidak bercabang di bagian bawah.

Diameter batang 2,5- 15 cm, tebal dinding 3- 15 mm, dan panjang ruasnya 45- 65

cm. Panjang batang yang dapat dimanfaatkan antara 3- 15 mm. Bentuk batang

bambu apus sangat teratur. Bambu apus berbatang kuat, liat dan lurus. Jenis ini

terkenal paling bagus untuk dijadikan bahan baku kerajinan anyaman karena

seratnya yang panjang, kuat, dan lentur, ada juga yang menggunakannya untuk

(55)

Bambu Betung (Dendrocalamus asper Schult.f)

Klasifikasi bambu betung :

Gambar 5. Bambu Betung

Nama lokal : Bambu betung, awi bitung (Sunda), pring petung (Jawa),

awo

petung (Bugis), Bambu swanggi (Papua)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Sub kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili

Genus

(56)

Hasil pengukuran di lapangan diperoleh data bahwa bambu betung

mempunyai jenis rumpun yang agak rapat. Warna batang hijau kekuningan-

kuningan. Ukurannya lebih tinggi dan lebih besar daripada jenis bambu lain,

tinggi batang mencapai 20 m dengan diameter batang yang bisa mencapai 20 cm.

Menurut Berlian dan Estu (1995) ruas bambu betung cukup panjang dan tebal,

panjangnya antara 40- 60 cm dan ketebalan dindingnya 1- 1,5 cm. Daun pelepah

buluh sempit dan melipat ke bawah.

Bambu betung sifatnya keras dan baik untuk bahan bangunan karena

serat-seratnya besar-besar dan ruasnya panjang, dapat dimanfaatkan untuk saluran air,

penampung air aren yang disadap, dinding rumah yang dianyam (gedek atau

bilik), dan berbagai jenis barang kerajinan. Sedangkan rebung bambu betung

terkenal paling enak karena rasanya manis, sehingga masyarakat sekitar desa

Pondok Buluh sering memanfaatkannya sebagai sayuran.

Menurut Berlian dan Estu (1995) tidak semua jenis bambu rebungnya enak

dan dapat dijadikan bahan makanan. Rebung bambu mengandung gula dan pati

selain itu juga mengandung asam sianida (HCN) sehingga beberapa jenis rebung

bambu pahit rasanya, seperti bambu apus. Jenis bambu yang rebungnya enak

dimakan antara lain bambu betung dan bambu ater. Namun, rebung bambu betung

(57)

Bambu kuning (Bambusa vulgaris Schrad)

Klasifikasi bambu kuning :

Gambar 6. Bambu Kuning

Nama lokal : Bambu Bambu gading, Trieng meduroi, Meduri, Aor duri,

Bulu duri, Buluh baduri, Buluh batu, Auwe duri, Jajang

ori, pring ori, Dore, pereng duri, Hori, Horwi, Orwi, Aru

kramat, Koaeng tanada, Tomo usi, Tomo ruri,

Tetewanga, Tabadiko gulau.

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Sub kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Gramineae

Genus : Bambusa

Spesies : Bambusa vulgaris Schrad

Bambu kuning hanya terdapat sedikit saja di sekitar lahan hutan rakyat

(58)

potensinya. Bambu memiliki banyak manfaat yaitu memiliki keunggulan untuk

memperbaiki sumber tangkapan air yang sangat baik, sehingga mampu

meningkatkan aliran air bawah tanah secara nyata. Memperhatikan manfaat

bambu, beberapa negara asia diantaranya China telah menggunakannya bambu

sebagai tanaman utama konservasi alam selain untuk memperbaiki dan meningkat

sumber tangkapan air, sehingga mampu meningkatkan aliran air bawah tanah juga

pertimbangan budaya dan meningkatkan ekonomi masyarakat melalui aneka

kerajinan serta kebutuhan konstruksi.

Sumatera dan Peneng (2005) menyatakan bahwa Masyarakat Bali Desa

Pakraman Angseri telah sukses menggunakan Bambu sebagai tanaman hutan

rakyat seluas 12 ha, ternyata telah membantu menjaga dan memulihkan aliran air

bawah tanah dan mata air panas, meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar

hutan bamboo untuk usaha kerajinan serta menunjang kehidupan komunitas kera

untuk dijadikan sebagai tempat wisata

Terdapatnya berbagai jenis bambu di lahan masyarakat desa Pondok Buluh

membuat bambu menjadi salah satu sumber penghasilan yang dominan dan cukup

menjanjikan apabila dapat dikembangkan dengan baik. Berdasarkan hasil

wawancara, luas lahan yang dikelola petani sebagai lahan milik dengan pola

kawasan rakyat diperkirakan mencapai 2029,98 Ha (99,66%). Lahan ini

digunakan oleh masyarakat sebagai lahan pemukiman dan lahan pertanian dari

total luas desa. Dari luas lahan milik tersebut berdasarkan hasil wawancara, luas

total lahan yang ditanami bambu mencapai 7,02 Ha (0,34%), dengan luas lahan

Gambar

Tabel 1. Jenis- jenis Bambu dan Penggunaannya :
Gambar 2. Bentuk Jalur Inventarisasi Bambu
Tabel 1 (Lanjutan) Tujuan Studi
Gambar 3. Bambu Andong
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil rata-rata yang diperoleh maka perlakuan terbaik dalam laju fotosintesis tanaman air Hydrilla Verticillata adalah perlakuan kelima (P4) dengan

Kalimat ini turut dipersoalkan sebagai pijakan untuk mengklarifikasi ulah penjual roti keliling ( hawker tricycle ) yang membagikan makanan kepada peserta aksi 212.

Makhluk hidup Mempunyai komposisi kimia tertentu yang terdiri dari unsur – unsur Karbon , Hidrogen , Oksigen , Nitrogen , Belerang , atau Sulfur , Fosfor dan sedikit Mineral.

Tujuan yang diinginkan oleh penulis dalam Penulisan Tugas Akhir ini adalah : Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan BMT TUMANG Cabang Ampel yang terdiri dari variabel

meliputi analisis luas lahan yang mengalami perubahan dari setiap tahun perekaman citra. Pada tahapan ini

7asil perkalian komponen tersebut dinyatakan dalam bentuk tensor yang dideinisikan T  ij =U  i  V   j dan T’  kl  =U’  k   V’  l  sehingga dapat dinyatakan...

29 Tahun 1930 mengenai Kerja Paksa meminta semua negara anggota ILO melarang semua bentuk kerja paksa atau wajib kerja kecuali melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan wajib

Fakat menkabeye göre Erkeri ne kadar olduğu belli olmayan eski bir zamanda Haşan Baba (155) ve Mustafa Baba adlı Bektaşî azizleri tarafından ziyaret edilmiş olup İkincisi