SKRIPSI
EVALUASI ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT UNTUK
MENILAI KINERJA MANAJEMEN PADA PT PERKEBUNAN
NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN
OLEH:
MEI VIVI ENY SIBUEA
070503131
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Evaluasi
Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat untuk Menilai Kinerja Manajemen
pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”,adalah benar hasil
karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan
atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program
S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan
jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Program S-1 Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Medan, Maret 2011
Yang Membuat Pernyataan
Mei Vivi Eny Sibuea
KATA PENGANTAR
Segala pujian dan ucapan syukur, hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, atas
berkat, penyertaan dan kasih-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini dengan baik.
Selama proses pengerjaan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat
bimbingan, pengarahan, bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan bantuan.
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si,Ak selaku Ketua Program Studi S-1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Sekretaris
Program Studi S-1 Akuntansi
3. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing.
Terima kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan
kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Drs Sucipto, MM, Ak selaku Dosen Pembanding/Penguji I dan
Ibu Risanty,SE, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding/Penguji II.
Terima kasih atas saran dan masukan yang telah diberikan kepada
penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Adi dan Teguh serta semua pihak, pimpinan/pegawai di PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, yang telah banyak
6. Secara khusus penulis berterima kasih kepada kedua orang tua yang
sangat penulis sayangi, V. Sibuea dan D. Simorangkir, juga abangku
David, dan adik-adikku, Dian dan Maria. Terima kasih buat kasih
sayang, doa, pengertian dan semangat yang diberikan kepada penulis
selama ini.
7. Sahabat-sahabat saya Murni, Olenka, Martha, Nita, Replina, Vina
Stephany, Angel, Zulyana, juga buat teman-teman Ak-S1 stambuk
2007 semoga persahabatan kita tetap terjalin selamanya dan sukses
beserta kita.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap
agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Maret 2011
Penulis,
(Mei Vivi Eny Sibuea)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah evaluasi
anggaran biaya produksi sebagai alat untuk menilai kinerja manajemen.pada PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan bagi perusahaan dalam menilai kinerja menajemen dengan
mengevaluasi anggaran biaya produksi.
Dalam skripsi ini, penulis mengevaluasi anggaran biaya produksi dengan
cara membandingkan anggaran biaya produksi dengan realisasinya dan
melakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi anggaran biaya produksi
dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja perusahaan. Perbandingan
antara anggaran dan realisasi apakah itu menguntungkan atau merugikan
menunjukkan bagaimana kinerja manajemen, baik dalam hal, perencanaan,
penyusunan, ataupun pengendalian biaya produksi.
ABSTRACT
This research was performed to find out how the evaluation of production
cost budget as evaluating management performance device on PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) Medan. This research is expected could be an input on
campany’s management to evaluate management performance by evaluate
production cost budget.
In this thesis, the writer evaluates production cost budget by compare
production cost budget with the realization and analyze variances to tendency
which occurred.
The results of research shows that evaluation of production cost budget
could be us as evaluating management performance device. The comparison
between estimation and realization, which is benefit or loss, to show how
management performances, in the case of planning, arrangement, or controlling
production cost.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ...v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah...1
B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah...4
C Tujuan dan Manfaat Penelitian...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis...7
1. Pengertian dan Karakterisitis Anggaran...7
2. Tujuan, Manfaat, dan Kelemahan Anggaran...8
3. Fungsi, Jenis, dan Proses Penyusunan Anggaran...8
4. Anggaran Biaya Produksi...16
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu...26
C. Kerangka Konseptual...28
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitan...30
B. Jenis dan Sumber Data...30
C. Teknik Pengumpulan Data...31
D. Metode Analisis Data...31
E. Jadwal Penelitian...32
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian...33
1. Sejarah Singkat PTPN III...33
2. Profil PTPN III...36
a. Visi dan Misi Perusahaan...36
b. Tujuan Perusahaan...36
3. Struktur Organisasi Perusahaan... 37
4. Unsur-unsur Biaya Produksi...44
5. Proses Penyusunan Anggaran...44
6. Laporan Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tahun 2007, 2008, dan 2009...46
B. Analisis Hasil Penelitian...53
1. Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat untuk Menilai Kinerja Manajemen...53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...63
B. Saran... 65
DAFTAR PUSTAKA... 66
DAFTAR TABEL
NOMOR JUDUL HALAMAN
Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi... 3
Tabel 2.1 Ringkasan Peneliti Terdahulu... 26
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 32
Tabel 4.1 Jenis Produk PTPN III... 33
Tabel 4.2 Anggaran Tahun 2007... 46
Tabel 4.3 Realisasi Tahun 2007... 47
Tabel 4.4 Anggaran Tahun 2008... 48
Tabel 4.5 Realisasi Tahun 2008... 49
Tabel 4.6 Anggaran Tahun 2009... 51
DAFTAR GAMBAR
NOMOR JUDUL HALAMAN
DAFTAR LAMPIRAN
NOMOR JUDUL HALAMAN
Lampiran i Daftar Pertanyaan... 68
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah evaluasi
anggaran biaya produksi sebagai alat untuk menilai kinerja manajemen.pada PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan bagi perusahaan dalam menilai kinerja menajemen dengan
mengevaluasi anggaran biaya produksi.
Dalam skripsi ini, penulis mengevaluasi anggaran biaya produksi dengan
cara membandingkan anggaran biaya produksi dengan realisasinya dan
melakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi anggaran biaya produksi
dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja perusahaan. Perbandingan
antara anggaran dan realisasi apakah itu menguntungkan atau merugikan
menunjukkan bagaimana kinerja manajemen, baik dalam hal, perencanaan,
penyusunan, ataupun pengendalian biaya produksi.
ABSTRACT
This research was performed to find out how the evaluation of production
cost budget as evaluating management performance device on PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) Medan. This research is expected could be an input on
campany’s management to evaluate management performance by evaluate
production cost budget.
In this thesis, the writer evaluates production cost budget by compare
production cost budget with the realization and analyze variances to tendency
which occurred.
The results of research shows that evaluation of production cost budget
could be us as evaluating management performance device. The comparison
between estimation and realization, which is benefit or loss, to show how
management performances, in the case of planning, arrangement, or controlling
production cost.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen perusahaan yang baik merupakan faktor penting yang harus
diperhatikan oleh perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif.
Kemajuan teknologi dewasa ini memicu setiap organisasi bisnis untuk beroperasi
secara optimal dalam kaitannya dengan persaingan dunia usaha yang semakin
kompetitif. Sebagai organisasi yang berorientasi laba (profit oriented), tidak
hanya laba memadai yang dibutuhkan, tetapi juga kelangsungan usaha menjadi
fokus utama strategi bisnis.
Dalam upaya untuk dapat terus mempertahankan kelangsungan hidup,
perusahaan melakukan berbagai usaha. Salah satunya adalah dengan
mempersiapkan anggaran perusahaan sesuai dengan anggaran dan aktivitas yang
diinginkan. Setiap perusahaan pasti sangat memerlukan perencanaan anggaran
(budget) yang baik untuk menentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang harus
dilakukan dan menjadi pedoman dalam melakukan aktivitas tersebut.
Anggaran memegang peranan penting dalam dunia usaha, dikarenakan
anggaran menyajikan informasi mengenai kegiatan operasional perusahaan dalam
satu periode tertentu agar tujuan dari perusahaan dapat tercapai semaksimal
mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan perlu menyusun anggaran
yang menyeluruh tentang kegiatan perusahaan untuk waktu yang akan datang dan
dibuat berdasarkan data waktu sebelumnya yang disesuaikan dengan kondisi yang
Penganggaran ialah proses penyusunan anggaran, yang dimulai dari
pembuatan panitia, pengumpulan dan pengklasifikasian data, pengajuan rencana
kerja fisik dan keuangan tiap-tiap seksi, bagian, divisi, penyusunan secara
menyeluruh, merevisi, dan mengajukan kepada pimpinan puncak untuk disetujui
dan dilaksanakan. Anggaran adalah rencana kerja yang dituangkan dalam
angka-angka keuangan baik jangka-angka pendek maupun jangka-angka panjang.
Perusahaan besar maupun kecil seyogianya membuat anggaran, karena
penganggaran itu penting untuk membuat perencanaan dan untuk mengendalikan
kegiatan. Perencanaan melihat ke masa depan, yaitu menentukan
tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran dan tujuan suatu
organisasi, sedangkan pengendalian melihat ke belakang, yaitu menilai hasil kerja
dan membandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan.
Salah satu anggaran yang paling penting bagi perusahaan adalah anggaran
biaya produksi. Anggaran biaya produksi adalah rencana biaya yang akan
digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dalam satu periode.
Anggaran biaya produksi terdiri dari anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya
tenaga kerja dan anggaran biaya overhead pabrik, dimana biaya-biaya tersebut
saling berhubungan.
Anggaran biaya produksi dapat juga digunakan sebagai alat dalam menilai
kinerja manajemen, yaitu dengan cara mengevaluasinya. Evaluasi anggaran biaya
produksi diukur dengan membandingkan hasil realisasi biaya produksi dengan
anggaran biaya produksi yang sudah dianggarkan perusahaan. Evaluasi anggaran
selama satu periode, apakah baik atau buruk. Kinerja manajemen dapat berupa
bagaimanakah cara manajemen menyusun anggaran biaya produksi,
merencanakan, dan mengendalikan biaya produksi agar tidak melebihi
anggarannya yang telah disusun.
PT Perkebunan Nusantara III Persero Medan merupakan salah satu dari
empat belas Badan Usaha Milik Negara (BUMN). PTPN III bergerak dalam
bidang usaha perkebunan, pengolahan, dan pemasaran hasil perkebunan. Pada
PTPN III, penulis melihat bahwa adanya varians atau penyimpangan biaya
produksi yang meningkat dari tahun 2005 dan 2006.
Tabel 1.1
Laporan Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tahun 2005 dan 2006
Tahun Anggaran Realisasi Selisih
2005 899.358.772.000 1.030.383.573.180 131.024.801.180 (14.57%)
2006 1.075.047.579.000 1.293.733.898.309 218.686.319.000 (20.34%)
Sumber: PTPN III, 2011
Selisih pada tahun 2005 dan tahun 2006 merupakan unfavorable variance
karena realisasi lebih besar daripada anggaran. Unfavorable variance ini
menunjukkan adanya kenaikan biaya produksi. Evaluasi anggaran biaya produksi
pada tahun 2005 dan 2006 menunjukkan bahwa kurangnya kinerja manajemen
dalam hal perencanaan dan pengendalian biaya produksi serta penyusunan
anggaran biaya produksi sehingga menyebabkan adanya unfavorable variance
(varians yang tidak menguntungkan). Penulis ingin mengetahui bagaimanakah
dalam hal menilai kinerja manajemennya, apakah pada tahun-tahun tersebut
kinerja manajemen PTPN III lebih baik dibandingkan tahun 2005 dan 2006.
Berdasarkan uraian tersebut dan mengingat betapa pentingnya anggaran
sebagai alat evaluasi data dalam menilai kinerja manajemen untuk mendukung
keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya, maka penulis tertarik untuk
menjadikannya sebagai bahan penelitian dan menuangkannya dalam skripsi
dengan judul “Evaluasi Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat untuk Menilai
Kinerja Manajemen pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”.
B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini akan dibatasi pada
hal-hal berikut:
1. anggaran yang akan dianalisis hanya anggaran biaya produksi kelapa
sawit.
2. data anggaran yang digunakan adalah data anggaran biaya produksi
selama tiga tahun yaitu tahun 2007, 2008, dan 2009 beserta data
realisasi anggaran tersebut selama tiga tahun.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan agar penelitian lebih terfokus
serta sistematis, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas
adalah bagaimanakah evaluasi anggaran produksi sebagi alat untuk menilai
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah
evaluasi anggaran biaya produksi sebagai alat untuk menilai kinerja
manajemen pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
1. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan bermanfaat tidak hanya untuk peneliti, tetapi juga
untuk perusahaan dan peneliti lainnya.
1. bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
memperdalam pengetahuan tentang anggaran dalam perusahaan yang
diteliti.
2. bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan perusahaan
sebagai informasi yang diperlukan sehubungan dengan penilaian
terhadap kinerja manajemen.
3. bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian dan Karakteristik Anggaran
Anggaran atau budget merupakan salah satu alat yang dapat digunakan
oleh pihak manajemen sebagai pedoman untuk menjalankan
kegiatan-kegiatan operasional perusahaan agar tujuan perusahaan yang telah ditetapkan
sebelumnya dapat tercapai. Anggaran terdiri dari serangkaian
taksiran-taksiran yang dapat dipakai sebagai suatu program untuk menjalankan
kegiatan perusahaan pada suatu periode, khususnya pada masa yang akan
datang. Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara
kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran
yang lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun. (Mulyadi, 2001)
Anggaran memiliki karakteristik (Mulyadi, 2001) sebagai berikut:
a. anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.
b. anggaran pada umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.
c. anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk menerima tanggung jawab dalam mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.
d. usulan anggaran di-review dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran.
e. sekali disetujui, anggaran dapat diubah dibawah kondisi tertentu.
f. secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dijelaskan penyebabnya.
2. Tujuan, Manfaat, dan Kelemahan Anggaran
Tujuan disusunnya anggaran (Nafarin, 2007), antara lain:
1) digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana;
2)memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan; 3) merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana
sehingga dapat memudahkan pangawasan;
4) merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal;
5)menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat;
6) menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan.
b. Manfaat Anggaran
Anggaran mempunyai banyak manfaat (Nafarin, 2007) antara lain:
1)segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama;
2)dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai;
3)dapat memotivasi pegawai;
4)menimbulkan rasa tanggung jawab kepada pegawai;
5)menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu;sumber daya, seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana dimanfaatkan seefisien mungkin;alat pendidikan bagi manajer.
c. Kelemahan Anggaran
Anggaran selain mempunyai banyak manfaat, juga memiliki kelemahan
(Haruman dan Rahayu, 2007). Beberapa kelemahan anggaran antara lain:
1) karena anggaran disusun berdasarkan estimasi (permintaan efektif kapasitas produksi, dan lain-lain), maka terlaksananya dengan baik kegiatan-kegiatan tergantung pada ketepatan estimasi tersebut;
2) anggaran hanya merupakan rencana, dan rencana tersebut baru berhasil apabila dilaksanakan secara sungguh-sungguh;
3)anggaran hanya merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk membantu manajer dalam melaksanakan tugas-tugasnya, bukan menggantikannya;
3. Fungsi, Jenis, dan Proses Penyusunan Anggaran
a. Fungsi Anggaran
Ada tiga fungsi yang hendak dicapai dalam penyusunan sebuah
anggaran (Nafarin, 2007), yaitu:
1) Fungsi Perencanaan
Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis yang menuntut pemikiran teliti, karena anggaran memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan uang. Anggaran memberikan gambaran singkat atas operasional perusahaan di waktu mendatang, apa yang ingin dicapai dan upaya/kegiatan yang hendak dilakukan demi mencapai target tersebut. Dengan anggaran perusahaan akan lebih mudah melangkah sebab telah memiliki arahan operasional yang jelas. 2) Fungsi Pelaksanaan
Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan (laba). Anggaran berperan penting untuk menyelaraskan (kordinasi) setiap bagian, seperti bagian pemasaran, bagian umum, bagian produksi, dan bagian keuangan. Hal ini dikarenakan setiap bagian telah dibebani target tertentu yang harus dicapai sehingga bagian lain juga dapat bekerja optimal. Keadaan ini akan menciptakan ketergantungan dan kerja sama antar bagian dalam perusahaan.
3) Fungsi Pengawasan
Anggaran merupakan alat pengendalian/pengawasan (controling). Pengawasan berarti melakukan evaluasi (menilai) atas pelaksanaan pekerjaan melalui:
a) membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran),
b) melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (apabila terdapat penyimpangan yang merugikan).
b. Jenis-Jenis Anggaran
Jenis anggaran ada berbagai macam, hal itu sesuai dengan yang
dibutuhkan perusahaan dalam melakukan kegiatan. Anggaran dapat
dikelompokkan dari beberapa sudut pandang (Nafarin, 2007), sebagai
berikut:
a) Anggaran Variabel (Variable Budget), yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval aktivitas tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas yang berbeda.
b) Anggaran Tetap (Fixed Budget), yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu. Anggaran tetap disebut juga anggaran statis.
2) Menurut cara penyusunan, anggaran dapat dibedakan menjadi:
a) Anggaran Periodik (Periodic Budget), yaitu anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, umumnya satu tahun, yang disusun setiap akhir periode anggaran.
b) Anggaran Kontinu (Continuous Budget) adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan atas anggaran yang pernah dibuat, misalnya tiap bulan diadakan perbaikan sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan.
3) Menurut jangka waktu, anggaran terdiri dari:
a) Anggaran Jangka Pendek (Short Range Budge/anggaran taktis) adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama satu tahun. Anggaran untuk keperluan modal kerja merupakan jenis anggaran jangka pendek.
b) Anggaran Jangka Panjang (Long Range Budge/anggaran strategis) adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran untuk keperluan investasi barang modal merupakan jenis anggaran jangka panjang yang disebut anggaran modal (capital budget). Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggaran jangka pendek.
4) Menurut bidangnya, anggaran terdiri atas anggaran operasional dan anggaran keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan disebut anggaran induk (master budget).
a) Anggaran Operasional (Operational Budget) adalah anggaran untuk menyusun anggaran laba rugi. Contohnya anggaran penjualan, anggaran biaya pabrik (meliputi anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik), anggaran beban usaha, dan anggaran laba rugi. b) Anggaran Keuangan (Financial Budget) adalah anggaran untuk
menyusun anggaran neraca. Contohnya anggaran kas, anggaran piutang, anggaran persediaan, anggaran utang, dan anggaran neraca
5) Menurut kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari:
b) Anggaran Parsial (Partially Budget) adalah anggaran yang disusun secara tidak lengkap atau anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja.
6) Menurut fungsinya, anggaran meliputi:
a) Anggaran Apropriasi (Appropriation Budget) adalah anggaran yang diperuntukkan bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk manfaat lain.
b) Anggaran Kinerja (Performance Budget) adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan, misalnya untuk menilai apakah biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas. 7) Menurut metode penentuan harga pokok produk, anggaran meliputi:
a) Anggaran Tradisional (Traditional Budget) atau Anggaran Konvensional (Conventional Budget) terdiri atas anggaran berdasar fungsional dan anggaran berdasar sifat.
b) Anggaran Berdasar Kegiatan (Activity Based Budget) adalah anggaran yang dibuat menggunakan metode penghargapokokan berdasar kegiatan (activity based costing) dan berfungsi untuk menyusun anggaran variabel dan anggaran induk.
c. Proses Penyusunan Anggaran
Suatu anggaran disusun untuk mencoba menjawab dan memperkirakan
apa-apa saja yang akan terjadi di masa yang akan datang. Hal ini
merupakan bagian dari fungsi perencanaan, karena merupakan proyeksi ke
depan dan dijabarkan dalam bentuk angka-angka. Untuk itu sangat
dibutuhkan persiapan penyusunan anggaran yang matang, tajam, dan teliti.
Penyusunan anggaran yang dilakukan oleh perusahaan dapat
menggunakan metode yang lazim digunakan. Pilihan metode ini sangat
tergantung pada kondisi dan keinginan manajemen perusahaan yang
bersangkutan. Proses penyusunan anggaran adalah tahap kegiatan yang
dilakukan dalam anggaran sehingga tersusun dan menjadi pegangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran pada
perusahaan (Haruman dan Rahayu, 2007), yaitu:
1) Faktor Intern
Faktor-faktor intern (controlable), antara lain berupa: a) data-data penjualan pada tahun-tahun yang lalu;
b) kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, promosinya, pemilihan saluran distribusi, dan sebagainya;
c) kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan;
d) tenaga kerja yang dimiliki perusahaan, baik jumlahnya maupun keterampilan, dan keahliannya;
e) modal kerja yang dimiliki perusahaan;
f) fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki perusahaan; dan
g) kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perusahaan, baik dibidang perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi, dan sebagainya.
2) Faktor Ekstern
Faktor-faktor ekstern (uncontrolable), antara lain berupa: a) Keadaan persaingan;
b) Tingkat pertumbuhan penduduk; c) Tingkat penghasilan masyarakat; d) Tingkat penyebaran penduduk;
e) Agama, adat-istiadat, dan kebiasaan masyarakat;
f) Berbagai kebijaksanaan pemerintah, baik dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun keamanan; dan
g) Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi, dan sebagainya.
Penyusunan anggaran dalam suatu perusahaan biasanya dikoordinasi
oleh satu lembaga yang bertugas menyusun anggaran yang dinamakan
komite anggaran. Komite anggaran beranggotakan manajer divisi dan
manajer lainnya yang melaksanakan fungsi-fungsi pokok kegiatan suatu
perusahaan dan memberikan arahan kerja penyusunan anggaran.
Komite anggaran pada umumnya berada langsung dibawah direksi.
Penyebab yang utama adalah karena baik dalam penyusunannya maupun
bagian. Dengan penempatan komite anggaran secara langsung
dibawahnya, maka anggaran yang tersusun nantinya akan memperoleh
dukungan secara penuh dari semua bagian yang ada dalam perusahaan
sehingga anggaran benar-benar akan merupakan alat bagi manajemen
untuk menggerakkan serta mengarahkan kegiatan-kegiatan seluruh bagian.
Proses penyusunan anggaran menurut (Harahap, 2001) dapat dilihat
dari sudut pandang berikut :
1) Ditinjau dari siapa yang membuatnya
Ditinjau dari siapa yang membuatnya, maka penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan cara:
a) Ototiter atau Top down
Dalam metode ini anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh pimpinan dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan bawahan tanpa keterlibatan bawahan dalam penyusunannya. Bawahan tidak diminta keikutsertaannya dalam menyusun anggaran. Metode ini ada baiknya jika karyawan tidak mampu menyusun
budget atau dianggap akan terlalu lama dan tidak tepat jika
diserahkan kepada bawahan. Hal ini bisa terjadi dalam perusahaan yang karyawannya tidak memiliki keahlian cukup untuk menyusun anggaran. Atasan bisa saja menggunakan konsultan atau tim khusus untuk menyusunnya.
b) Demokrasi atau Bottom up
Dalam metode ini anggaran disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai dari bawahan sampai ke atasan. Bawahan diserahkan sepenuhnya menyusun anggaran yang akan dicapainya di masa yang akan datang. Metode ini tepat digunakan jika karyawan sudah memiliki kemampuan dalam menyusun anggaran dan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan proses lama dan berlarut.
c) Campuran atau top down dan bottom up
Metode ini adalah campuran dari kedua metode diatas. Disini perusahaan menyusun anggaran dengan memulainya dari atas dan kemudian selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan bawahan. Jadi, ada pedoman dari atasan atau pimpinan dan dijabarkan oleh bawahan sesuai dengan pengarahan atasan.
2) Ditinjau dari segi mana memulai menyusun anggaran
Ditinjau dari segi mana memulai menyusun anggaran, proses penyusunan anggaran terdiri dari:
Dalam metode ini dalam menyusun anggaran dimulai dari penetapan angka laba yang diinginkan oleh perusahaan atau pemilik. Setelah laba ditetapkan maka semua pos yang berkaitan dengan upaya mencapai laba ini baru dihitung dan direncanakan kemudian. Keuntungan metode ini adalah karena laba ditetapkan terlebih dahulu maka bagian lain yang terlibat dalam penciptaan laba ini diharapkan akan termotivasi untuk mencapai laba yang ditetapkan. Kerugian metode ini adalah cara ini seolah tidak memperdulikan bagian-bagian yang lain, sehingga dapat menimbulkan sikap apatis, stres, frustasi.
b) A Posteriori
Dalam metode ini laba merupakan hasil akhir dari penetapan rencana kegiatan seperti penjualan atau produksi. Dalam hal ini misalnya didahului dengan menetapkan angka penjualan, pembelian, biaya dan lain sebagainya. Dari masing-masing bagian diberi kesempatan untuk menyampaikan anggarannya dan laba yang diharapkan dan setelah semua diperhitungkan maka akan dapat diketahui angka laba. Keuntungan metode ini adalah anggaran menjadi lebih akurat, karena semua bagian terlibat. Biasanya bagian-bagian inilah yang lebih tahu batas kemampuan mereka. Kerugiannya mungkin dalam prosesnya yang lebih lama dan mungkin tidak memenuhi keiginan pemilik.
c) Pragmatis
Dalam metode ini anggaran ditetapkan berdasarkan pengalaman masa lalu. Penetapan anggaran ini dilakukan secara ilmiah berdasarkan standar yang dihitung secara ilmiah pula atau berdasarkan pengalaman-pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Metode ini lebih realistis jika kita lihat pengalaman yang lalu tetapi kurang melihat peluang masa datang.
4. Anggaran Biaya Produksi
a. Pengertian Biaya Produksi
Setiap perusahaan tanpa melihat sifat kegiatannya apakah perusahaan
atau non perusahaan selalu mempunyai keterkaitan dengan biaya. Dalam
proses produksinya, perusahaan akan mengeluarkan biaya-biaya dari mulai
pembuatan sampai menghasilkan barang jadi yang siap dijual. Biaya-biaya
produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi hanya terdapat dalam
perusahaan industri, karena kegiatan perusahaan industri bersifat lebih luas
yaitu mencakup semua fungsi usaha produksi, pemasaran dan administrasi.
(Nafarin, 2004) mengemukakan biaya produksi sebagai berikut “Biaya
pabrik adalah biaya yang terjadi di pabrik periode sekarang terdiri dari
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
ditambah dengan persediaan barang dalam proses awal.”
b. Unsur – unsur Biaya Produksi
Dalam melakukan kegiatan produksi, terdapat unsur–unsur produksi
yang menjadi biaya produksi. Terdapat tiga komponen di dalam unsur
biaya produksi yaitu:
1) Bahan baku
Bahan baku merupakan salah satu komponen utama di dalam
pembentukan produk. Ketiadaan bahan baku akan menimbulkan
terhentinya proses produksi.
2) Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung merupakan salah satu dari tiga komponen
pembentuk harga pokok produksi disamping biaya bahan baku dan
biaya overhead pabrik. Pelaksanaan proses produksi di dalam suatu
perusahaan akan dipisahkan adanya pengertian tenaga kerja langsung
perhatian karena tidak seluruh tenaga kerja yang ada di dalam
perusahaan akan dapat dikategorikan ke dalam tenaga kerja langsung.
3) Overhead
Biaya overhead merupakan komponen yang ketiga di dalam
pembentukan biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung. Biaya overhead ini terdiri dari beraneka ragam jenisnya.
Hal ini menyebabkan kesulitan dalam membebankan masing–masing
biaya ini ke dalam perhitungan harga pokok produksi. Kesulitan untuk
membebankan biaya overhead pabrik ke dalam masing–masing produk
perusahaan ini juga disebabkan karena sebagian besar dari biaya
overhead ini merupakan biaya yang tidak berhubungan langsung
dengan produk perusahaan. Beberapa jenis biaya yang termasuk di
dalam biaya overhead pabrik ini antara lain:
a) Bahan Pembantu
Bahan pembantu diperlukan untuk menyelesaikan proses produksi
sehingga produk perusahaan dapat mempunyai kualitas yang baik
diperlukan bahan pembantu. Besarnya kebutuhan bahan
pembantu ini akan bergantungn pada jumlah dan jenis produk
akhir yang memerlukannya yang diproses dalam suatu tahun
anggaran.
b) Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tenaga kerja tidak langsung akan berfungsi melancarkan
tidak langsung terlibat langsung di dalam penyelesaian produk
sehingga kehadirannya di dalam pabrik sangat diperlukan. Contoh
tenaga kerja tidak langsung antara lain para pengawas, tenaga
administrasi pabrik, tenaga pemeliharaan pabrik, dan sebagainya.
c) Biaya Pemeliharaan Gedung Pabrik
Gedung pabrik yang digunakan untuk proses produksi akan
memerlukan biaya pemeliharaan sehingga gedung tersebtu dapat
dipergunakan dengan baik dan dalam jangka waktu yang panjang.
d) Biaya Reparasi dan Perbaikan Mesin
Mesin dan peralatan mesin yang ada di dalam perusahaan perlu
dipelihara dengan baik. Pemeliharaan dapat dibagi atas dua yaitu
pencegahan dan perbaikan kerusakan.
e) Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan juga termasuk di dalam perhitungan biaya
produksi. Penusutan dapat berupa penyusutan gedung pabrik,
biaya penyusutan mesn dan peralatan produksi.
f) Biaya–biaya lain yang juga termasuk dalam overhead adalah
biaya asuransi gedung dan peralatan produks, biaya listrik dan
biaya bahan bakar.
c. Pengertian Anggaran Biaya Produksi
Anggaran biaya produksi adalah rencana biaya yang akan dikeluarkan
yang didalamnya meliputi anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya
tenaga kerja langsung, dan anggaran biaya overhead pabrik.
d. Jenis – jenis Anggaran Biaya Produksi
Anggaran biaya produksi meliputi :
1) Anggaran Biaya Bahan Baku
Anggaran biaya bahan baku merupakan anggaran yang
merencanakan secara lebih teperinci tentang penggunaan bahan
mentah langsung untuk proses produksi selama periode yang akan
datang. Penyusunan anggaran bahan baku dapat dilakukan dengan
mudah, jika kuantitas produksi dan standar bahan baku langsung
diketahui. Dari anggaran biaya bahan baku dapat disusun anggaran
pembelian bahan untuk memenuhi kebutuhan produksi dan
persediaan selama periode yang akan datang. Anggaran biaya
bahan baku dapat dihitung dengan cara :
Contoh anggaran biaya bahan baku:
Tabel 2.1 PT Terang Dunia Anggaran Biaya Bahan Baku
Bahan
12.000 660,000,000 Total Rp 3,160,000,000 Sumber: Rudianto, 2009
2) Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Anggaran biaya tenaga kerja langsung merencanakan kebutuhan
tentang biaya tenaga kerja langsung dalam proses produksi untuk
mengubah bahan langsung menjadi barang jadi. Anggaran biaya
tenaga kerja langsung dapat dihitung dengan cara :
Contoh anggaran biaya tenaga kerja langsung:
Tabel 2.2 PT Terang Dunia
Anggaran Tenaga Kerja Langsung
Produk Volume Produksi Total Rp 360,000,000
Sumber: Rudianto, 2009
3) Anggaran Biaya Overhead
Anggaran biaya ini merencanakan secara lebih terperinci mengenai
beban biaya pabrik tidak langsung selama periode yang akan
datang. Anggaran Biaya Overhead dapat dihitung dengan cara :
Contoh anggaran biaya overhead:
Tabel 2.3 PT Terang Dunia Anggaran Biaya Overhead
Jenis Biaya Jumlah
Parsial Total
- Biaya Cat 187,500,000
- Biaya Paku 54,000,000
- Biaya Hiasan Kaki Meja 120,000,000
Biaya Bahan Penolong 361,500,000 Total Rp 510,000,000 Perhitungan Tambahan:
Jenis Biaya Perhitungan Jumlah
- Biaya Cat 3 x 10,000 x 0.25 x 25,000 187,500,000 - Biaya Paku 3 x 10,000 x 0.1 x 18,000 54,000,000 - Biaya Hiasan Kaki Meja 3 x 10,000 x 4 x 1,000 120,000,000
Sumber: Rudianto, 2009
Unsur-unsur anggaran biaya produksi untuk perusahaan
manufaktur/industri dengan perusahaan perkebunan berbeda. Pada
perusahaan manufaktur, anggaran biaya produksi terdiri dari anggaran
biaya bahan baku, anggaran tenaga kerja langsung, dan anggaran biaya
overhead pabrik. Pada perusahaan perkebunan, anggaran biaya produksi
terdiri dari anggaran biaya tanaman, anggaran biaya pengolahan, anggaran
biaya penyusutan, dan anggaran biaya pembelian.
5. Evaluasi Anggaran Sebagai Alat Untuk Menilai Kinerja Manajemen
Alat untuk menilai kinerja adalah budget, standar waktu, standar unit
produk, dan standar biaya. Anggaran yang disusun dapat dijadikan alat untuk
menilai kinerja manajemen pada suatu perusahaan, caranya adalah dengan
mengevaluasi anggaran. Evaluasi anggaran dilakukan dengan cara
membandingkan anggaran dengan realisasinya. Anggaran disusun dengan
berdasarkan biaya standar yang digunakan di dalam perusahaan. Biaya
standar ialah biaya yang ditetapkan lebih dahulu sebelum proses produksi
dimulai, atau sebelum kegiatan (Shim dan Siegel, 2001). Standar sangat
membantu dalam pengukuran efektivitas dan efisisensi. Contoh-contohnya
antara lain adalah kuota penjualan, biaya standar (misalnya, harga bahan,
tingkat upah), dan volume standar.
Evaluasi anggaran dapat menggunakan metode analisis varians. Analisis
varians membandingkan antara standar biaya dengan realisasi biaya dan dapat
dilakukan oleh divisi, departemen, program, produk, wilayah, atau unit
tanggung jawab lainnya.
Analisis varians sering diaplikasikan dalam situasi (Welsch et. Al., 2000) ,
sebagai berikut:
a. Penyelidikan varians antara hasil aktual dari periode yang berlaku dan hasil aktual dari periode sebelumnya. Periode sebelumnya dianggap dasar.
c. Penyelidikan varians antara hasil aktual dan sasaran yang direncanakan atau dianggarkan yang tercermin dalam rencana laba
Dalam menilai penyimpangan atau varians antara anggaran biaya produksi
dengan realisasi dilakukan analisis varians terhadap masing-masing unsur
biaya produksi yaitu bahan, tenaga kerja langsung, dan overhead.
Penyimpangan biaya produksi dapat terbagi atas :
a. Penyimpangan biaya bahan baku, terdiri dari :
1) Peyimpangan harga bahan baku, dengan rumus perhitungannya:
Selisih Harga Bahan = ( Harga Bahan Sesungguhnya/unit – Harga
Bahan Standar/unit) x Kuantitas Pemakaian Aktual
2) Penyimpangan kuantitas bahan baku, dengan rumus perhitungannya:
Selisih Kuantitas Bahan Baku = (Kuantitas Pemakaian Aktual/unit –
Kuantitas Pemakaian Standar/unit) x Harga Bahan Standar/unit
Contoh:
Harga standar bahan A per buah Rp 250
Pembelian 5000 buah @ Rp247
Pemakaian bahan 3550 buah
Kuantitas standar pemakaian bahan 3500 buah
Selisih harga bahan dapat dihitung sebagai berikut:
= (5000 x Rp 247) – (5000 x Rp 250)
= Rp 1,235,000 – 1,250,000
= Rp 15,000 (Menguntungkan)
Selisih kuantitas bahan dapat dihitung sebagai berikut:
= Rp 887,500 – 875,000
= Rp 12,500 (Tidak Menguntungkan)
b. Penyimpangan upah langsung, terdiri dari :
1) Penyimpangan tarif upah langsung, dengan rumus perhitungannya :
Selisih Tarif Upah = (Tarif Upah Aktual – Tarif Upah
Standar) x Jam Kerja Aktual
2) Penyimpangan efisiensi waktu, dengan rumus perhitungannya :
Selisih Efisiensi/Waktu = (Jam Kerja Aktual – Jam Kerja
Standar) x Tarif Upah Standar
Contoh:
Jam sebenarnya yang digunakan 1880 jam
Tarif sebenarnya yang dibayar Rp 650 per jam
Jam standar yang diperbolehkan 1590 jam
Tarif standar Rp 600 per jam
Penyimpangan harga upah dapat dihitung sebagai berikut:
= (1880 x Rp 650) – (1880 x Rp 600)
= Rp 1,222,000 – 1,128,000
= Rp 94,000 (Tidak Menguntungkan)
Penyimpangan efisiensi upah dapat dihitung sebagai berikut:
= (1880 Rp 600) – (1590 x Rp 600)
= Rp 1,128,000 – 954,000
= Rp 174,000 (Tidak Menguntungkan)
1) Metode dua selisih, terdiri dari:
a) Penyimpangan terkendali
Selisih Overhead = Overhead Aktual – Anggaran menurut Jam
Kerja Standar yang dioperasikan
b) Penyimpangan volume
Selisih Overhead = Anggaran Overhead menurut Jam Kerja
Standar – Biaya Standar Overhead
2) Metode tiga selisih
a) Penyimpangan pembelanjaan
Selisih Overhead = Overhead Aktual – Anggaran Overhead
menurut Jam Kerja Aktual
b) Penyimpangan kapasitas
Selisih Overhead = Anggaran Overhead menurut Jam Kerja
Aktual – ( Jam Kerja Aktual x Tarif Overhead Standar )
c) Penyimpangan efisiensi
Selisih Overhead = (Jam Kerja Aktual – Jam Kerja Standar) x
Tarif Overhead Standar
3) Metode empat selisih, terdiri dari:
a) penyimpangan anggaran (spending variance), yaitu selisih antara
biaya overhead sebenarnya dengan biaya overhead yang
diizinkan menurut anggaran berdasarkan jam kerjanya;
b) penyimpangan kekurangan kesibukan (iddle capacity variance)
anggaran berdasarkan jam kerja yang sebenarnya dengan jam
kerja yang sebenarnya dikalikan dengan tarif biaya overhead
standar;
c) Penyimpangan efisiensi biaya variabel (variable efficiency
variance) yaitu perbedaan antara jam kerja sebenarnya dengan
jam kerja standar dikalikan dengan tarif biaya variabel overhead;
d) Penyimpangan efisiensi biaya tetap (fixed efficiency variance)
yaitu perbedaan antara jam sebenarnya dikalikan tarif biaya
overhead tetap.
Perbedaan metode ini dengan metode tiga selisih yaitu pada
penyimpangan efisiensi, dimana dalam metode empat selisih
penyimpangan efisiensi dipisahkan menjadi dua yaitu penyimpangan
efisiensi variabel dan penyimpangan efisiensi tetap.
Penyimpangan realisasi dari anggaran (Harahap, 2001) dapat
disebabkan oleh :
a. kesalahan budget
b. kesalahan pencatatan
c. kesalahan operasi
Analisa penyimpangan (varians) dilakukan perusahaan dengan
tujuan untuk :
a. mengetahui prestasi pusat pertanggungjawaban
b. mengetahui siapa yang akan diberikan penghargaan atau sanksi
d. melihat pos – pos biaya yang perlu mendapat perhatian
e. menjadi ”early warning system” atas manajemen biaya dan hasil
f. bahan kemungkinan revisi budget
B. Tinjauan Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan anggaran biaya produksi
Tabel 2.4 Tinjauan Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Metode yang
digunakan Hasil Penelitian Alexander PT Tjipta Rimba Djaja Medan Produksi Pada PT
Tolan Tiga
anggaran pada PT
Tolan Tiga Indonesia-Kerasaan
Estate telah menggunakan pola
bottom up.
Merda Listana
2007
anggaran pada PT Coca Cola Bottling Indonesia – Medan menngunakan top down.
Melda Safitri 2009
Analisis Anggaran Biaya sebagai Alat Ukur Kinerja pada PDAM Tirtanadi alat ukur kinerja pada PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 sudah baik.
B. Kerangka Konseptual
Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini
adalah:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber: Penulis, 2011
Salah satu biaya yang sangat penting pada PT PTPN III (Persero) Medan
adalah biaya produksi. PTPN III terlebih dahulu membuat anggaran biaya
produksi sebagai pedoman dan rencana agar realisasi biaya produksi sesuai PT Perkebunan Nusantara III
Medan
Anggaran Biaya Produksi
Realisasi Biaya Produksi
Kinerja Manajemen Biaya Produksi
atau tidak melebihi anggaran biaya produksi yang telah dibuat. Anggaran biaya
produksi yang disusun tersebut, kemudian dibandingkan dengan biaya yang
sebenarnya terjadi (realisasi biaya produksi). Dengan adanya perbandingan
antara anggaran dengan realisasi biaya produksi tersebut, dapat dievaluasi
apakah telah terjadi penyimpangan baik yang merugikan ataupun yang
menguntungkan. Dari hasil evaluasi anggaran biaya produksi tersebut, kinerja
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif. Dalam
penelitian ini diuraikan sifat-sifat dan keadaan yang sebenarnya dari suatu objek
penelitian.
B. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan atau data sekunder.
1. Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama yang
merupakan data mentah yang kelak akan diproses untuk tujuan-tujuan
tertentu sesuai dengan kebutuhan, misalnya Rancangan Kerja Anggaran
Perusahaan.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk
yang sudah diolah sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak
yang berkepentingan, misalnya laporan biaya produksi yang didalamnya
terdapat realisasi dan anggaran biaya produksi, struktur organisasi
perusahaan, an sejarah singkat perusahaan.
Data yang diperoleh berasal dari Bagian Anggaran dan Bagian Umum PT
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipakai untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah:
1.Studi Pustaka. Dilakukan dengan membaca literatur seperti buku, majalah,
dan terbitan lainnya dengan tujuan memperoleh landasan teori yang akan
digunakan dalam pembahasan dan analisis.
2. Studi Lapangan. Studi lapangan dilakukan dengan mengadakan penelitian
secara langsung di perusahaan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data
tentang masalah yang akan diteliti. Studi lapangan dilakukan dengan cara:
a. Wawancara.
Dilakukan dengan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang
berkepentingan pada bagian anggaran PT Perkebunan Nusantara (III)
Medan, sehingga terjadi interaksi langsung pada sumber yang diteliti,
b. Dokumentasi.
Teknik pengumpulan data dari dokumentasi berupa catatan-catatan dari
hasil penelitan dan catatan sekunder lainnya sehingga dalam penulisan
terdapat data yang membantu dalam penelitian.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode
yang mengumpulkan, menyusun, menginterprestasikan, dan menganalisis data
E. Jadwal Penelitian
Penelitian dimulai pada 7 Februari 2011 sampai dengan 18 Februari 2011,
dengan meneliti langsung ke PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan jalan
Sei Batanghari No.2 Medan.
Tabel 3.1
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPTN III (Persero) merupakan
salah satu dari empat belas Badan Usaha Milik Negara (BUMN). PTPN III
bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan, dan pemasaran hasil
perkebunan. PTPN III melakukan pengolahan hasil tanaman dari kebun
sendiri, kebun PIR Plasma maupun dari pihak-pihak lain menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi dengan bentuk produk sebagai berikut:
Tabel 4.1
Jenis Produk PTPN III Medan
Uraian Jenis Produk
Komoditi Karet Lateks Pusingan, Crumb Rubber dan Sheet
Komoditi Kelapa Sawit Crude Palm Oil (CPO), dan Palm Kernel (PK)
Sumber: PTPN III, 2011
Sejarah PT Perkebunan Nusantara III diawali dengan proses
pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh
pemerintah RI pada tahun 1958 yang dikenal sebagai proses nasionalisasi
perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN).
Tahun 1968, PPN direstrukturisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan
Negara Perkebunan (PPN) yang selanjutnya pada tahun 1974 bentuk badan
efisiensi dan efektivitas kegiatan usaha perusahaan BUMN, pemerintah
merestrukturisasi BUMN subsektor perkebunan dengan melakukan
penggabunggan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan
struktur organisasi. Diawali dengan langkah penggabungan manajemen pada
tahun 1994, 3 (tiga) BUMN perkebunan yang terdiri dari PT Perkebunan III
(Persero), PT Perkebunan IV (Persero), PT Perkebunan V (Persero) disatukan
pengelolaannya kedalam manajemen PT Perkebunan Nusantara III (Persero).
Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 1996 tanggal 14
Februari 1996, ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Medan, Sumatera
Utara. PT Perkebunan III (Persero) didirikan dengan Akte Notaris Hukum
Kamil, SH, No. 36 tanggal 11 Maret 1996 yang dimuat didalam Berita
Negara Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.
C28331.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996 yang dimuat didalam Berita
Negara Republik Indonesia No.81 tahun 1996 tambahan Berita Negara No.
8674 tahun 1996.
PT Perkebunan Nusantara III mengusahakan komoditi kelapa sawit dan
karet dengan areal konsesi seluas 166,904.94 hektar. Kebun-kebun yang
dikelola PT Perkebunan Nusantara III berjumlah 33 kebun, terdiri dari 30
kebun sendiri dan 3 kebun plasma yang dikelompokkan kedalam 3 wilayah
kerja dengan luas areal seluruhnya adalah 186,910.72 ha yang terdiri
PT Perkebunan III (Persero) memiliki lahan perkebunan yang didukung
dengan pabrik pengolahan untuk masing-masing komoditi. Lahan perkebunan
perseroan tersebut terdapat pada lima daerah di daerah tingkat II Sumatera
Utara yaitu Kabupaten Deli Serdang, Simalungun, Asahan Labuhan Batu, dan
Tapanuli Selatan.
Untuk menunjang kesejahteraan dan meningkatkan pendidikan karyawan
dan keluarganya, PT Perkebunan Nusantara III juga menyediakan
sarana/fasilitas sosial, antara lain:
a. 6 (enam) unit rumah sakit yang didukung dengan poliklinik kebun dan
pos kesehatan di setiap afdeling;
b. tempat penitipan bayi di setiap kebun/afdeling;
c. rumah jompo yang keberadaannya disesuaikan dengan kebutuhan;
d. taman pendidikan Islam dari tingkat ibtidaiyah sampai dengan aaliyah;
e. STK dan Taman Pendidikan Al-Qur’an;
f. 3(tiga) unit SLTP yang dikelola oleh yayasan perkebunan.
Selain kebun dan unitnya, PT Perkebunan Nusantara III juga memiliki 5
(lima) anak perusahaan untuk mendukung bisnis utama perusahaan, terdiri
dari:
a. PT Sarana Agro Nusantara :Jasa Tangki Timbun
b. PT Mitra Ogan di Sumatera Selatan :Kebun Kelapa Sawit
c. Indohan GMBH di Jerman :Jasa Pemasaran
d. PT Agro Industri Nusantara :Industri Hilir CPO dan Karet
2. Profil Perusahaan
a. Visi dan Misi Perusahaan
Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia
dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik.
Misi Perusahaan:
1) Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara
berkesinambungan.
2) Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.
3) Memperlakukan karyawan sebagai aset srategis dan
mengembangkannya secara optimal.
4) Berupaya menjadi perusahaan terpilih yang paling menarik untuk
bermitra bisnis.
5) Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam
pengembangan komunitas.
6) Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan
lingkungan.
b. Tujuan Perusahaan
Tujuan perusahaan ditentukan berdasarkan visi dan misi perusahaan,
juga mempertimbangkan faktor pertumbuhan dan stabilitas usaha dalam
jangka panjang, yaitu:
1) Mengusahakan budidaya tanaman meliputi pembukuan dan
serta melakukan kegiatan-kegiatan penunjang yang berhubungan
dengan perusahaan budidaya tanaman tersebut.
2) Melaksanakan panen hasil produksi, pengolahan hasil tanaman
sendiri maupun dari pihak lain, menjadi barang setengah jadi dan
barang jadi.
3) Menyelenggarakan kegiatan pemasaran berbagai hasil produksi serta
melakukan kegiatan perdagangan barang lainnya.
4) Pemanfaatan peluang pasar domestik dan internasional melalui
pengembangan jaringan pemasaran global bekerja sama dengan
mitra sekaligus.
5) Melakukan pengembangan usaha bidang perkebunan, agrowisata,
dan industri hilir.
6) Pengembangan sistem informasi manajemen terpadu dengan
komputerisasi unuk mendukung pengambilan keputusan secara cepat
dan tepat guna.
3. Struktur Organisasi PTPN III
Di dalam suatu perusahaan, manajemen mempunyai hubungan yang erat
dalam organisas,i oleh karena itu, diperlukan struktur organisasi yang
merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan
susunan perwujudan pada hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi,
wewenang dan tanggung jawab setiap karyawan dalam perusahaan dapat
diketahui dengan jelas. Disamping itu setiap karyawan dapat mengetahui
tugasnya masing-masing.
Kesatuan perintah sangat penting dalam oganisasi untuk menjaga tidak
terjadinya kesimpang-siuran dalam pelaksanaan tugas atau kesalahan atasan
dan bawahan. Struktur perusahaan diatur dalam Surat Keputusan Direksi
SKPTS No.3.12/SKPTS/13/2008 tanggal 29 Agustus 2008 tentang struktur
organisasi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Republik
Indonesia No. KEP-183.MBU/2008 tentang Pemberhentian dan
Pengangkatan Anggota-Anggota Dewan Komisaris Perusahaan (Persero)
Perkebunan Nusantara IIItanggal 24 September 2008, susunan anggota
Komisaris Perseroan adalah sebagai berikut:
Komisaris Utama : Achmad Mangga Barani
Komisaris : Deddy Suardy
: S. Marbun
: S. Herry Sucipto
: Herman Hidayat
: Heri Sebayang
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara
Republik Indonesia No. KEP. 132/MBU/2006 tanggal 27 Desember 2006 dan
Surat Keputusan Menteri Negara BUMN No.KEP-145/MBU/2007 tanggal 13
Direktur Utama : Ir. H. Amri Siregar
Direktur Produksi :Ir Amal Bakti Pulungan
Direktur Keuangan : Drs Johanes Sitepu, Ak
Direktur Perencanaan dan : DR. Ir.H. Chairul Muluk
Pengkajian
Direktur Sumber Daya : H.M. Rachmat Prawirakesumah, SE, MM
Manusia
Bentuk struktur organisasi yang diterapkan PT Perkebunan Nusantara III
(Persero) adalah struktur organisasi yang berbentuk garis dimana kekuasaan
dan tanggung jawab bercabang pada setiap tingkatan mulai dari pimpinan
tertinggi sampai pimpinan yang terendah. Struktur organisasi dapat dilihat
pada lampiran 1.
a. Direktur Utama
Berfungsi dalam mengambil keputusan dan penanggung jawab atas
jalannya operasional perusahaan secara teratur,terarah, dan terpadu.
Tugas dan wewenang Direktur Utama:
1) Melaksanakan kebijaksanaan perusahaan, sesuai yang diatur dalam
anggaran perusahaan serta ketentuan yang digariskan oleh RUPS,
Menteri Pertanian selaku kuasa pemegang saham dan dewan
komisaris.
2) Menetapkan langkah-langkah pokok dalam melaksanakan
kebikjasanaan perusahaan di bidang produksi teknik, tenaga
3) Bersama-sama direksi lainnya mewakili perusahaan di dalam dan di
luar perusahaan.
4) Bertanggung jawab kepada RUPS melalui Dewan Komisaris.
b. Direktur Produksi
Tugas dan wewenang Direktur Produksi:
1) Melaksanakan peraturan-peraturan dan pengendalian dari unit-unit
usaha dan saran pendukungnya yang mencakup tanaman (kultur
teknis), produksi, teknologi, dan sebagainya.
2) Melaksanakan pemberian dan pengawasan terhadap kegiatan yang
tercantum pada kebijakan direksi.
3) Melaksanakan rencana-rencana rehabilitasi dan investasi dibidang
tanaman maupun sarana pendukung produksi lainnya dari unit-unit
yang telah ada.
c. Direktur Keuangan
Fungsi utama Direktur Keuangan yaitu mengelola dan memberdayakan
sumber daya keuangan secara tepat guna, sehingga tercapainya cash
flow, dan biaya operasional perusahaan yang efektif dan efisien.
Tugas Direktur Keuangan:
1) Menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas
perusahaan.
2) Melaksanakan Assets Assessment secara berkesinambungan untuk
3) Memonitor dan mengevaluasi biaya produksi (harga pokok FOB)
melalui pemanfaatan Activity Based Costing (ABC).
4) Memelihara cash reserve requirement minimum 2 (dua) bulan
untuk kebutuhan dana operasional.
5) Mengkoordinasi dan memberikan pengarahan dalam penyusunan
RKAP/RKO.
6) Mencari sumber dana bagi pertumbuhan perusahaan
7) Membuat laporan manajemen interim dan laporan keuangan
kosolidasi.
8) Menjamin hubungan yang harmonis dengan stakeholders.
9) Mensukseskan pelaksanaan sistem manajemen ISO 9000, ISO
14000, dan SMK3.
10) Menetapkan sistem sarana dan prasana informasi melalui teknologi
informasi (TI) yang terintegrasi dan berbasis database serta
mendayagunakan secara maksimal.
d. Direktur Pemasaran
Fungsi utama Direktur Pemasaran adalah mengelola dan
memberdayakan sumber daya pemasaran dan pengadaan secara optimal
sehingga tercapainya kepuasan pelanggan dan pemasok.
Tugas Direktur Pemasaran:
1) Menetapkan dan mengevaluasi upaya strategik dan kebijakan
2) Mencari dan membina hubungan dengan mitra bisnis (pemasok dan
pelanggan) serta mitra aliansi.
3) Menetapkan sistem pengendalian persediaan hasil produksi serta
bahan baku dan pelengkap.
4) Menetapkan pedoman harga barang atau jasa
5) Menetapkan kebijakan dalam mensiasati perkembangan pasar dan
perilaku pesaing (market intelligence).
6) Menginformasikan kebutuhan pasar secara berkesinambungan
kepada Direktur Produksi.
e. Direktur SDM dan Umum
Fungsi utamanya adalah mengelola dan memberdayakan sumber daya
manusia dan sarana pendukung lainnya sehingga tercapai kinerja
bidang SDM/Umum yang optimal.
1) Menetapkan kebutuhan SDM (kompetensi, kualitas, dan waktu)
sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
2) Menetapkan sistem kerja atau work system bidang SDM untuk
mewujudkan operational excellence.
3) Melaksanakan mapping personil secara periodik.
4) Menetapkan dan melaksanakan sistem pendidikan dan pelatihan.
5) Menetapkan dan melaksanakan sistem penilaian karya.
6) Menetapkan sistem rekrutmen karyawan.
7) Menetapkan sistem jenjang karir karyawan.
9) Menetapkan sistem survei karyawan.
4. Unsur-unsur Biaya Produksi
Unsur-unsur biaya produksi yang terdapat pada PT Perkebunan Nusantara
III (Persero) terdiri dari:
a. Biaya Tanaman
Biaya tanaman adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
pemeliharaan tanaman yang telah menghasilkan, panen, dan pengumpulan
hasil di lapangan, pengangkutan hasil dari tempat-tempat pengumpulan ke
pabrik, biaya umum dari pimpinan, biaya pemupukan, dan gaji tunjangan
staf.
b. Biaya Pengolahan
Biaya-biaya pengolahan pada PTPN III ditentukan berdasarkan:
1) Kebutuhan standar tenaga manusia
2) Standar bahan-bahan kimiawi dan barang-barang
3) Jasa pengangkutan yang diperlukan
4) Jam penggunaan mesin
5) Perawatan dan pemeliharaan yang diperlukan
6) Semua faktor-faktor yang berhubungan dengan pengolahan kelapa
sawit.
Berikut ini merupakan biaya-biaya yang terdapat dalam proses
pengolahan kelapa sawit:
2) Gaji, upah, dan biaya sosial non staf
3) Perkakas dan alat kecil
4) Bahan kimia dan perlengkapan
5) Biaya analisa
6) Bahan bakar dan pelumas
7) Biaya pembangkit tenaga listrik dan air
8) Pemeliharaan bangunan, mesin, dan perabot pabrik
9) Biaya pengepakan
c. Biaya Penyusutan
Biaya-biaya penyusutan pada PTPN III merupakan biaya-biaya lainnya
yang berkenaan dengan biaya poduksi. Biaya penyusutan pada PTPN III
terdiri dari biaya penyusutan tanaman, biaya penyusutan umum, dan biaya
penyusutan pengolahan.
d. Biaya Pembelian
Biaya pembelian pada PTPN III merupakan biaya-biaya yang
berhubungan dengan pembelian produksi dari pihak ketiga. Biaya
pembelian pada PTPN III terdiri dari biaya pembelian produksi PIR dan
produksi rakyat.
5. Proses Penyusunan Anggaran
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) memulai tahun buku dari bulan
dengan hal tersebut, perusahaan juga menyusun anggaran sesuai dengan
tahun buku tersebut dan anggaran diperinci per triwulan.
Dasar penyusunan RKAP dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
BUMN No. KEP. 101/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002. Penyusunan anggaran
pada PTPN III (Persero) dikendalikan dengan prisnsip efisiensi usaha, dan
hasil yang telah dicapai, serta perkiraan pencapaian hasil tahun yang akan
datang.
Langkah pertama dalam proses penyusunan anggaran adalah menentukan
besarnya jumlah produksi yang diharapkan selama tahun itu. Pada umumnya
bagian tanaman dan teknologi dibantu dengan bagian-bagian lainnya di
kantor besar menyusun junlah produksi yang diharapkan pada tahun yang
dimaksud. Kemudian kantor besar menyusun pedoman mengenai taksasi
produk yang dimaksud. Selanjutnya pedoman tersebut bersama-sama formulir
anggaran biaya dikirim ke kebun. Masing-masing kebun menyusun anggaran
biaya produksinya. Anggaran biaya produksi kebun tersebut kemudian
ditinjau dan dipelajari kembali di kantor besar bersama administratur kebun.
Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa perincian tersebut seluruhnya
telah benar-benar sesuai. Setelah anggaran biaya produksi tersebut disetujui
dan disahkan oleh pimpinan, dikirim ke masing-masing kebun untuk
dilaksanakan.
Dalam penyusunan anggaran biaya produksi, perusahaan menggunakan
sistem biaya standar. Harga standar ditentukan berdasarkan pengalaman
anggaran biaya produksi kelapa sawit selama satu periode dengan rencana
produksi kelapa sawit untuk periode yang sama.
Adapun anggaran biaya produksi perusahaan disusun berdasarkan
anggaran produksi. Sedangkan anggaran produksi disusun dengan
berpedoman pada anggaran tanaman.
6. Laporan Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tahun 2007, 2008,
dan 2009
Tabel 4.2
PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Laporan Anggaran Biaya Produksi Kelapa Sawit Tahun 2007
URAIAN
Beban gaji tunjangan staf
Beban pemeliharaan tanaman menghasilkan
Beban pemupukan
Beban panen
Beban pengangkutan ke pabrik
Beban umum
433,495,271 18,691,544,000
83,733,272,000
132,367,678,000
167,979,640,000
101,212,642,000
124,598.615,000
43.12
Jumlah beban tanaman
Beban pengolahan
433,495,271 628,583,391,000
114,377,149,000
1,450.04
263.85
Beban produksi excluding penyusutan
Beban penyusutan
742,960,540,000
48,815,750,000
1,713.88
Beban produksi including penyusutan kebun sendiri
Beban pembelian produksi PIR
Beban pengolahan PIR 20,363,460
20,363,460
791,776,290,000
77,386,618,000
5,671,019,000
1,826.49
3,800.27
278.49
Beban produksi PIR
Beban pembelian produksi rakyat
Beban pengolahan rakyat
134,810,520
Beban Produksi Rakyat 134,810,520 549,859,549,000 4,078.76
Jumlah Beban Produksi Kebun 588,669,251 1,424,693,476,000 2,420.19
Sumber: PT Perkebunan Nusantara (III) Persero, 2007
Tabel 4.3
PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Laporan Realisasi Biaya Produksi Kelapa Sawit Tahun 2007
URAIAN Beban gaji tunjangan staf
Beban pemeliharaan tanaman menghasilkan
Beban pemupukan
Beban panen
Beban pengangkutan ke pabrik
Beban umum
411,561,204 20,947,743,065
85,112,831,298
137,145,141,084
167,083,727,209
104,872,043,535
134,085.054,231
Jumlah beban tanaman
Beban pengolahan
411,561,204 649,246,540,422
124,882,436,582
1,577.52
303.44
Beban produksi excluding penyusutan
Beban penyusutan
774,128,977,004
67,822,632,701
1,880.96
164.79
Beban produksi including penyusutan kebun sendiri
Beban pembelian produksi PIR
Beban pengolahan PIR
25,223,429
25,223,429
841,951,609,705
127,179,674,928
7,271,284,525
2,045.75
5,042.12
288.28
Beban produksi PIR
Beban pembelian produksi rakyat
Beban pengolahan rakyat
120,703,206
Beban Produksi Rakyat 646,977,871,519 5,360.07
Jumlah Beban Produksi Kebun 557,487,839 1,623,380,440,677 2,911.96
Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero), 2007
Tabel 4.4
PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
URAIAN
Beban gaji tunjangan staf
Beban pemeliharaan tanaman menghasilkan
Beban pemupukan
Beban panen
Beban pengangkutan ke pabrik
Beban umum
428,944,943 21,033,555,000
93,065,089,000
304,555,652,000
184,035,534,000
107,947,808,000
150,937,580,000
49.04
Jumlah beban tanaman
Beban pengolahan
428,944,943 861,575,218,000
134,149,105,000
2,008.59
312.74
Beban produksi excluding penyusutan
Beban penyusutan
995,724,323,000
67,975,050,000
2,321.33
159.05
Beban produksi including penyusutan kebun sendiri
Beban pembelian produksi PIR
Beban pengolahan PIR
21,307,780
Beban produksi PIR
Beban pembelian produksi rakyat
Beban pengolahan rakyat
182,940,732
Beban Produksi Rakyat 182,940,732 1,054,457,098,000 5,763.93
Jumlah Beban Produksi Kebun 633,193,455 2,240,972,975,000 3,539.16