• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Tani terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL / GERHAN) (Studi Kasus pada Kelompok Tani Limau Manis di Desa Limau Manis, Kec. Muara Sipongi, Kab. Mandailing Natal, Prov. Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Tani terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL / GERHAN) (Studi Kasus pada Kelompok Tani Limau Manis di Desa Limau Manis, Kec. Muara Sipongi, Kab. Mandailing Natal, Prov. Sumatera Utara)"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK TANI

TERHADAP GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN

DAN LAHAN (GN-RHL / GERHAN)

(Studi Kasus pada Kelompok Tani Limau Manis

di Desa Limau Manis, Kec. Muara Sipongi, Kab. Mandailing

Natal, Prov. Sumatera Utara)

SKRIPSI

Oleh :

EVI ZULQAIDA

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK TANI TERHADAP GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN

LAHAN (GN-RHL / GERHAN)

(Studi Kasus pada Kelompok Tani Limau Manis

di Desa Limau Manis, Kec. Muara Sipongi, Kab. Mandailing Natal, Prov. Sumatera Utara)

SKRIPSI

Oleh :

EVI ZULQAIDA

031201018 / MANAJEMEN HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Penelitian : Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Tani terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL / GERHAN) (Studi Kasus pada Kelompok Tani Limau Manis di Desa Limau Manis, Kec. Muara Sipongi, Kab. Mandailing Natal, Prov. Sumatera Utara)

Nama Mahasiswa : Evi Zulqaida

NIM : 03101018

Departemen : Kehutanan

Program Studi : Manajemen Hutan

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing

Nurman Achmad, S.Sos, M.Soc.Sc Nurdin Sulistiyono, S.Hut, M.Si Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

Ketua Departemen Kehutanan

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS Ketua Departemen Kehutanan

(4)

KATA PENGANTAR

Syukur ke khadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Tani terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL / GERHAN) (Studi Kasus pada Kelompok Tani Limau Manis di Desa Limau Manis, Kec. Muara Sipongi, Kab. Mandailing Natal, Prov. Sumatera Utara).

Selama penyelesaian skripsi ini tentunya penulis mengalami beberapa kesulitan dikarenakan kekurangan pengetahuan dan literatur yang dimiliki penulis. Namun berkat bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak maka laporan hasil penelitian ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah turut memberikan dukungan dan saran kepada penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, yakni ayahanda Subandar M Nst dan Ibunda Hasni Y Lbs serta saudara-saudara penulis Fitri dan Guntur atas segala cinta, doa dan dukungannya.

2. Ketua Departemen Kehutanan, Ketua Program Studi Manajemen Hutan dan seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Kehutanan atas segala bantuan, saran dan arahannya.

(5)

4. Bapak Camat Muara Sipongi, Bapak Kepala Desa Limau Manis dan staf serta anggota masyarakat, atas segala bantuannya selama pelaksanaan penelitian. 5. Sahabat-sahabat penulis, Cici, Deni, Lija, Mika dan Tika, atas kebersamaan,

kekompakan, bantuan dan semangatnya serta seluruh teman-teman (khususnya Dodi dan Wilda yang sangat banyak membantu) dan kerabat yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu.

Semoga bantuan dan kerjasama yang baik ini dibalas oleh Allah SWT dan somoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Medan, Maret 2008

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Parisipasi Masyarakat ... 5

Rehabilitasi Hutan dan Lahan ... 7

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan ... 8

METODE PENELITIAN ... 13

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pengumpulan Data ... 13

Analisis Data ... 14

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat ... 19

Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Tani ... 26

Kendala-Kendala GN-RHL di Areal Penanaman ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(7)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Distribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian ... 18

2. Distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ... 18

3. Distribusi umur responden ... 19

4. Distribusi tingkat pendidikan responden ... 20

5. Distribusi luas lahan yang dikelola responden di dalam kawasan hutan ... 22

6. Distribusi luas lahan yang dikelola responden di luar kawasan hutan ... 22

7. Distribusi status lahan yang dikelola oleh responden ... 23

8. Distribusi suku responden ... 24

9. Distribusi mata pencaharian sampingan responden ... 25

10.Partisipasi responden dalam perencanaan kegiatan GN-RHL/GERHAN ... 26

11. Partisipasi responden dalam pelaksanaan kegiatan GN-RHL/GERHAN ... 28

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Kuisioner data responden ... 42

2. Kuisioner tingkat partisipasi ... 43

3. Kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Limau Manis yang terlibat dalam GERHAN/GN-RHL ... 46

4. Hasil kuisioner tingkat partisipasi responden dalam perencanaan kegiatan GERHAN/GN-RHL ... 47

5. Hasil kuisioner tingkat partisipasi responden dalam pelaksanaan kegiatan GERHAN/GN-RHL ... 48

6. Hasil pengolahan data SPSS ... 49

7. Dokumentasi penelitian ... 50

8. Peta ... 51

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam upaya untuk mencegah dan mengurangi dampak bencana jangka menengah dan jangka panjang, mantan Presiden RI Megawati Soekarno Putri telah menetapkan arah kebijakan yang harus ditempuh yaitu segera memperbaiki lingkungan melalui rehabilitasi dan reboisasi hutan dan lahan secara nasional dengan mendayagunakan segenap kemampuan dan memprioritaskan pada lahan-lahan kritis. Kebijakan tersebut berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan nomor : 09/KEP/MENKO/KESRA/III/2003; KEP.16/M.EKON/03/2003; KEP.08/ MENKO/POLKAM/III/2003 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Perbaikan Lingkungan melaui Rehabilitasi dan Reboisasi Nasional. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL / GERHAN) bertujuan untuk melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan secara terpadu dan terencana dengan melibatkan para pihak seperti instansi pemerintah terkait, swasta dan masyarakat, agar kondisi lingkungan hulu sungai kembali berfungsi sebagai daerah resapan air hujan yang baik, dapat terwujud perbaikan lingkungan, berfungsinya sungai dan prasarana pengairan serta menggerakkan ekonomi rakyat (Fathoni, 2003).

(10)

Gruti yang telah melakukan degradasi atau penurunan kualitas hutan dan lingkungan. Untuk menjaga kelestarian kawasan TNBG harus ada usaha yang dilakukan pemerintah, salah satunya melalui program GN-RHL /GERHAN yaitu dengan pemberdayaan masyarakat lokal, diantaranya adalah melibatkan mereka untuk berpartisipasi aktif dalam program pembangunan hutan, seperti dengan dibentuknya kelompok tani. Selama ini pemberdayaan masyarakat lokal masih banyak kendala. Hal ini dikarenakan antara lain keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan lebih ditekankan hanya sebagai pelaksana dari pada sebagai pemilik program. Sehingga dukungan masyarakat terhadap program pembangunan tersebut tidak penuh dan partisipasi mereka lebih bersifat semu (Piccala, 2005).

Partisipasi masyarakat saat ini sangat dibutuhkan dalam rangka ikut serta melestarikan hutan, karena hasil-hasil dari pelestarian hutan akan dapat dirasakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat juga, baik masyarakat umum maupun masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan. Dengan partisipasi akan meningkatkan kemampuan ekonomi yang pada gilirannya akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan serta membuka peluang berusaha tanpa harus mengorbankan fungsi hutan itu sendiri.

(11)

pelaksaaan dan evaluasi program GN-RHL. Keikutsertaan masyarakat tersebut lebih ditekankan agar mereka yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan merasa memiliki tanggungjawab untuk menjaganya. Oleh karena itu perlu dikaji tentang seberapa besar partisipasi masyarakat khususnya pada kelompok tani dalam pelaksanaan GN-RHL / GERHAN.

Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Seberapa besar tingkat partisipasi anggota kelompok tani Limau Manis dalam GN-RHL / GERHAN.

2. Bagaimana kendala-kendala GN-RHL / GERHAN di areal penanaman.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengukur tingkat partisipasi anggota kelompok tani Limau Manis dalam

GN-RHL / GERHAN.

2. Mengetahui kendala-kendala GN-RHL / GERHAN di areal penanaman.

Manfaat Penelitian

(12)
(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi adalah turut berperan sertanya seseorang atau masyarakat mulai dari perencanaan sampai dengan laporan di dalam suatu kegiatan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan pembangunan dan ikut serta memanfaatkan hasil-hasil pembangunan (Slamet, 1986).

Secara lebih rinci Slamet (1986) menyatakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah ikut memberikan masukan ke dalam pembangunan, yang dapat berupa bantuan tenaga, materi, dana, keahlian, gagasan, alternatif dan keputusan serta mendapat keuntungan atau imbalan dari adanya proses pembangunan dan ikut menikmati hasil pembangunan. Berdasarkan uraian di atas, partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat dibagi dalam lima jenis :

1. Ikut memberikan masukan dalam proses pembangunan, menerima imbalan dan ikut menikmati hasilnya,

2. Ikut memberikan masukan dan menikmati hasilnya,

3. Ikut memberikan masukan dan imbalan tanpa ikut menikmati hasil

pembangunan secara langsung,

4. Menikmati hasil pembangunan tanpa ikut memberikan masukan,

5. Memberikan masukan tanpa menerima imbalan dan tidak menikmati hasilnya.

(14)

1. Pada suatu partisipasi terdapat adanya kesediaan masyarakat untuk

memberikan kontribusi dan melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan,

2. Pada partisipasi terkandung didalamnya hal yang akan menguntungkan bagi

yang akan berpartisipasi, artinya menyangkut adanya pemuasan akan tercapainya suatu tujuan diri yang berpartisipasi.

Slamet (1986) mengemukakan bahwa syarat-syarat yang diperlukan agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembangunan dapat dikelompokkan dalam tiga golongan :

1. Adanya kesempatan untuk membangun atau ikut dalam pembangunan, 2. Kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan itu, dan

3. Adanya kemauan untuk berpartisipasi.

Kemampuan untuk berpartisipasi mengandung makna penggunaan terhadap sejumlah pengetahuan, keterampilan dan materi agar dapat memanfaatkan kesempatan yang ada. Kemampuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur, pengetahuan, dan status ekonomi (Keesing, 1999).

(15)

Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan kegiatan bagian dari sistem pengelolaan hutan dan lahan, yang ditempatkan pada kerangka daerah aliran sungai. Rehabilitasi mengambil posisi untuk mengisi kesenjangan ketika sistem budidaya hutan dan lahan, sehingga terjadi deforestasi dan degradasi hutan dan lahan. Rehabilitasi hutan dan lahan dapat diimplementasikan pada semua kawasan hutan kecuali cagar alam dan zona inti taman nasional (Anonimus, 2003).

Rehabilitasi hutan dan lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

Menurut Anonimus (2003) manfaat rehabilitasi hutan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Rehabilitasi merubah dari lahan yang tidak produktif menjadi suatu ekosistem yang lestari,

2. Rehabilitasi mencegah kerusakan ekosistem di bagian hilir (downstream), 3. Rehabilitasi mencegah tekanan pada hutan primer dengan demikian

mengurangi laju deforestasi,

4. Rehabilitasi dapat memfasilitasi keterlibatan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dalam kegiatan penanaman, penyediaan tenaga kerja dan training (fungsi sosial).

(16)

tanah secara vegetatif dan sipil teknis, pada lahan kritis dan tidak produktif. Reboisasi dan pemeliharaan dilakukan di hutan produksi, hutan lindung, dan atau hutan konservasi kecuali cagar alam dan zona inti taman nasional. Kegiatan penghijauan yang dilakukan meliputi pembangunan hutan hak dan hutan milik, pembangunan usaha kehutanan yang terkait dengan kelestarian hutan, dan pembangunan usaha tani konservasi Daerah Aliran Sungai.

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN / GN-RHL)

Pemerintah di tahun 2003 memproklamirkan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan atau lebih dikenal dengan sebutan GN-RHL / GERHAN dengan tema Gerakan Nasional Rehabiliati Hutan dan Lahan sebagai Komitmen Bangsa untuk Meningkatkan Kualitas Lingkungan dan Kesejahteraan Rakyat yang akan Diprioritaskan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) yang sangat Kritis. GN-RHL yang lahir dari surat Keputusan Bersama Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan nomor : 09/KEP/MENKO/KESRA/III/2003; KEP.16/M.EKON/03/2003; KEP.08/ MENKO/POLKAM/III/2003 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Perbaikan Lingkungan melalui Rehabilitasi dan Reboisasi Nasional. Namun hingga akhir 2003, sebuah rencana komprehensif terhadap GN-RHL juga masih belum dihasilkan, bahkan proses perencanaan dari bawah (bottom up) belum juga dilakukan, namun pendanaan untuk GN-RHL mulai diluncurkan, termasuk pengadaan bibit tanaman (Fathoni, 2003).

(17)

perhatian banyak pihak dengan isu illegal logging, sehingga menutup peluang menggali kekayaan hutan. GN-RHL, DAK-DR bahkan rencana pinjaman pemerintah kepada ADB untuk rehabilitasi akan menjadi sebuah arena korupsi dan kolusi baru, karena hingga saat ini belum ada mekanisme yang jelas dan transparan terhadap proses pelaksanaan aktivitas rehabilitasi hutan dan lahan di Indonesia (Anonimus, 2003).

Bahkan hingga saat ini belum satu daerahpun di Indonesia yang telah memiliki master plant rehabilitasi hutan dan lahan. Hal ini akan membuat semakin banyak dana yang terbuang sia-sia atas nama perbaikan hutan di Indonesia. Sehingga ke depan bukan tidak mungkin bencana akan semakin sering terjadi, sedangkan uang sudah tidak ada lagi karena telah berhambur secara sia-sia (Anonimus, 2003).

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan telah dicanangkan Presiden Megawati Soekarno Putri pada 21 Januari 2004 di Gunungkidul, Yogyakarta. Sebuah gerakan yang mengawali kegiatan massal rehabilitasi lingkungan yang diharapkan akan terus bergulir paling tidak lima tahun ke depan. Jaminan keberlanjutan program secara politis sudah diperoleh dari DPR maupun turun tangannya Menko Kesra dan bayak menteri lainnya. Kehutanan mendapat suntikan semangat yang tidak boleh disia-siakan dan industri pembibitan tanaman memperoleh peluang besar untuk berkembang.

(18)

lima kebijakan prioritas pembangunan kehutanan 2005-2009 sebagai mana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kehutanan N0. SK. 456/Menhut-VII/2004, yaitu :

a. Pemberantasan pencurian kayu di hutan Negara dan perdagangan kayu illegal; b. Revitalisasi sektor kehutanan khususnya sektor kehutanan;

c. Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan;

d. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan; e. Pemantapan kawasan hutan.

(Departemen Kehutanan, 2005).

Pada point ke tiga diatas ditetapkan kebijakan tentang rehabilitasi dan konservasi sumberdaya alam, salah satu pelaksanaannya dengan mencanangkan Gerakan Nasional Rehabiliati Hutan dan Lahan (GERHAN-GN-RHL). GN-RHL merupakan gerakan moral secara nasional untuk menanam pohon disetiap kawasan hutan dan lahan kritis, sebagai wujud komitmen bangsa untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kelestarian hutan, serta kesejahteraan rakyat (Departemen Kehutanan, 2005).

Dalam pelaksanaan GN-RHL ini keterpaduan antar sektor akan lebih ditonjolkan sehingga program GN-RHL ini bukan hanya menjadi tanggungjawab Departemen Kehutanan saja, tetapi menjadi tanggungjawab bersama dari semua sektor yang terkait. Namun demikian, dalam pelaksanaannya secara teknis Departeman Kehutanan tetap sebagai sektor yang utama (Anonimus, 2003).

(19)

sosial, ekonomi dan lingkungan yang harus didukung oleh investasi, kelembagaan, dan pelaksanaannya harus dilakukan secara terpadu. Atau dengan kata lain, Gerakan Nasional Rehabiliati Hutan dan Lahan perlu memperhatikan dimensi lintas sektor, lintas pelaku RHL dan lintas wilayah. Untuk hal tersebut perlu dibangun sistem GN-RHL yang berlandaskan fungsi manajemen dan unsur-unsur manajemennya (Departemen Kehutanan, 2005).

Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie mengatakan Keputusan Presiden sebagai payung hukum sangat diperlukan untuk dapat mempercepat gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan kritis yang luasnya dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam konfrensi pers dikantornya di Jakarta, Senin (22/1) usai memimpin rapat koordinasi tentang Gerakan Nasional Rehabiliati Hutan dan Lahan (GERHAN/GN-RHL), Aburizal menjelaskan bahwa hasil yang sudah di capai di tahun 2006 masih sangat rendah (dari tahun 2003 sampai 2006, target hutan dan lahan yang hendah direhabilitasi adalah sekitar 9.6 juta hektar, tapi hasil yang baru dicapai hanya sekitar 3 juta hektar) dan karena itu di tahun 2007 gerakan rehabilitasi hutan dan lahan harus lebih diintensifkan dan dipercepat.

Tanpa harus mengatakan siapa yang salah, marilah kita menyingkirkan segala persepsi dan anggapan negatif dari program ini. Yang utama, marilah kita bekerja secara multipihak, karena bagaimanapun GN-RHL ini adalah gerakan rakyat, buka proyek pemerintah seperti tahun-tahun sebelumnya yang selalu memakai prosedur standar top down (Fathoni, 2004).

(20)
(21)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Limau Manis, Kec. Muara Sipongi, Kab. Mandailing Natal yang berada di sekitar kawasan Taman Nasional Batang Gadis, Prov. Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan Agustus sampai dengan September 2007.

Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Yang menjadi populasi merupakan seluruh anggota

kelompok tani Limau Manis yang berjumlah 214 KK, sedangkan yang diambil menjadi sampel sebanyak 15 % dari jumlah populasi yaitu 32 KK. Penentuan jumlah sampel tersebut atas dasar pertimbangan keragaman populasi yang relative homogen sehingga diambil 15 % dari total populasi.

Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah : a. Data primer

(22)

telah diperoleh dari kelompok tani sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat.

- Kuisioner, dengan menyebarkannya kepada anggota kelompok tani.

- Observasi, dengan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan kegiatan kelompok tani, kondisi lahan di areal penanaman, dan keadaan sosial ekonomi daerah penelitian.

b. Data sekunder

- Studi pustaka dari instansi terkait, dalam hal ini penulis memanfaatkan

data-data yang telah dikumpulkan dari buku-buku dan bahan bacaan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Analisis Data

a. Karakteristik masyarakat

Karakteristik anggota kelompok tani Limau Manis yang meliputi umur responden, tingkat pendidikan, luas lahan yang dikelola, suku dan jenis mata pencaharian. Data ini diperoleh dari hasil kuisioner yaitu dengan menentukan persentase masing-masing karakteristik yang dominan kemudian dianalisis secara deskriptif.

b. Tingkat partisipasi anggota kelompok tani

(23)

GN-RHL / GERHAN. Data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner disajikan dalam bentuk tabulasi.

Persentase partisipasi dihitung dengan menggunakan rumus (Daniel, 2002) : P (%) = ni / N x 100 %

Keterangan :

P = Persentase partisipasi

ni = Jumlah sampel pada kategori-i N = Jumlah seluruh sampel

Tingkat partisipasi anggota kelompok tani terhadap GN-RHL / GERHAN dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun kategori yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Untuk jawaban yang sesuai dengan harapan (tingkat partisipasi tinggi) berada pada interval skor 66,68 – 100

b. Untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan (tingkat partisipasi sedang) berada pada interval skor 33,34 – 66,67

c. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan (tingkat partisipasi

rendah) berada pada interval skor 0 – 33,33

(24)

hubungan antar faktor sosial-ekonomi dengan partisipasi masyarakat) apabila t hitung < t tabel (α = 0,05) (Nurgiantoro dkk, 2002).

c. Kendala-kendala GN-RHL di areal penanaman

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Karakteristik Anggota Kelompok Tani

Karakteristik sosial ekonomi anggota kelompok tani Limau Manis yang melaksanakan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (GERHAN / GN-RHL) meliputi umur, tingkat pendidikan, luas lahan yang dikelola, suku dan jenis mata pencaharian. Data selengkapnya disajikan pada tabel.

Umur Responden

Anggota kelompok tani Limau manis yang melaksanakan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (GERHAN / GN-RHL ) memiliki umur berkisar antara 24 – 57 tahun. Umur responden termasuk dan usia produktif kerja sampai dengan usia lanjut usia. Distribusi umur responden secara rinci terlihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Umur Responden

No Umur Responden (Tahun) Jumlah Responden

Sumber : Data Primer, 2007

(26)

usia produktif kerja yaitu antara usia 24 tahun sampai 57 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penduduknya sebagian besar berpotensi untuk dibina dan dikembangkan agar dapat meningkatkan produktifitasnya, mengingat pada usia produktif seseorang dapat menghasilkan sesuatu secara maksimal (Suharjito, 2000).

Tingkat pendidikan responden

Tingkat pendidikan responden yang dimaksud merupakan pendidikan yang telah diselesaikan responden. Tingkat pendidikan responden cenderung mempengaruhi pengetahuan dan teknologi yang diterapkan dalam mengelola kawasan hutan, karena pendidikan sangat berhubungan dengan peningkatan pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan sikap dalam bertindak. Distribusi tingkat pendidikan responden yang melaksanakan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (GERHAN / GN-RHL) disajikan dalam tabel 6.

Tabel 6. Distribusi tingkat pendidikan responden

No Tingkat Pendidikan Jumlah

Responden

Sumber : Data Primer, 2007

(27)

Sebanyak 8 responden (25%) lulusan SLTP, sedangkan untuk tingkat SLTA / sederajat dan tidak sekolah hanya 1 responden (3,125%).

Dari atas diketahui bahwa tingkat pendidikan responden masih rendah yaitu sebanyak 68,75% responden lulusan SD. Menurut Suharjito (2000), pendidikan SD termasuk dalam tingkat pendidikan rendah. Rendahnya tingkat pendidikan responden disebabkan keterbatasan kemampuan ekonomi masyarakat, kurangnya kesadaran masyarakat akan pendidikan, kurangnya fasilitas pendidikan dan lain-lain.

Tingkat pendidikan responden yang rendah berpengaruh terhadap pola pikir dan pandangan mereka terhadap masalah – maslaah kehutanan terutama dalam mengelola kawasan hutan. Dengan karakteristik sosial masyarakat desa sekitar hutan yang demikian merupakan faktor-faktor yang mendorong tingginya tekanan terhadap kawasan hutan (Chairizal, 1994).

Untuk itu pihak pengelola kawasan hutan Taman Nasional Batang Gadis dan Dinas Kehutanan Kabupaten Mandailing Natal harus berperan aktif dalam kegiatan peningkatan pola pikir yang positif terhadap pelestarian hutan. Kegiatan tersebut dapat berbentuk penyuluhan-penyuluhan yang intensif dan berkelanjutan, khususnya tentang masalah kehutanan.

Luas Lahan yang Dikelola

(28)

Tabel 7. Distribusi luas lahan yang dikelola responden didalam kawasan Taman Nasional (Buffer Zone)

No Luas Lahan yang Dikelola (ha)

Jumlah Responden Presentase (%)

Sumber : Data Primer, 2007

Berdasarkan tabel 7 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tanah kurang dari 2 ha yaitu sebanyak 29 responden (90,625%). Ketergantungan masyarakat dengan lahan kawasan ini dapat dilihat dari luasan lahan yang dimiliki responden di luar kawasan hutan lebih sempit jika dibandingkan dengan lahan di dalam kawasan disajikan dalam tabel 8.

Tabel 8. Distribusi luas lahan yang dikelola responden (lahan milik)

No Luas Lahan yang Dikelola (ha)

Jumlah Responden Presentase (%)

Sumber : Data Primer, 2007

(29)

yang luas akan lebih banyak menentukan berbagai jenis tanaman yang akan di tanam, dibandingkan responden yang memiliki lahan yang sempit. Sedangkan distribusi lahan yang dikelola oleh responden disajikan dalam tabel 9.

Tabel 9. Distribusi status lahan yang dikelola oleh responden

No Status Lahan Luas Lahan Presentase (%)

Sumber : Data Primer, 2007

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa status lahan yang dikelola oleh responden sebagian besar adalah lahan dari kawasan Taman Nasional Batang Gadis yang luas 43,5 ha (84,49%) tanah marga yang dimiliki oleh responden hanya seluas 7,73 ha (15,02%). Sedangkan lahan dengan status menyewa hanya dimiliki oleh 1 responden (0,49%). Masyarakat lebih mengutamakan pengelolaan kawasan sendiri dari pada menyewa karena hasil panen akan lebih besar dibandingkan hasil dari tanah sewaan.

Berdasarkan observasi di lapangan diketahui bahwa masyarakat desa Limau Manis dalam memanfaatkan kawasan dengan menanam berbagai jenis tanaman. Jenis tanaman yang dimanfaatkan antara lain tanaman pertanian, jenis tanaman perkebunan seperti kopi, coklat dan karet.

Suku

(30)

kebiasaan yang dilakukan masyarakat secara turun temurun. Kebudayaan merupakan keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola pikir prilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota, untuk masyarakat tertentu (Keesing, 1999). Distribusi disajikan pada tabel 10.

Tabel 10. Distribusi suku responden

No Suku Jumlah Responden Presentase (%)

1

Sumber : Data Primer, 2007

Dari tabel 10 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki suku Mandiling 16 responden (50%), kemudian diiikuti suku sumando yang merupakan suku asli Muara Sipongi yaitu sebanyak 10 responden (31,25%) dan suku Minang 6 responden (18,75%).

Mata Pencaharian Responden

(31)

Tabel 11. Distribusi mata pencaharian sampingan responden

No Mata Pencaharian Sampingan

Jumlah Responden Presentase (%)

1

Sumber : Data Primer, 2007

Berdasarkan tabel 11 diatas, dapat dilihat bahwa dari keseluruhan responden yang berjumlah 32 orang memiliki mata pencaharian sampingan hanya 8 responden (25%).

(32)

b. Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Tani

Partisipasi dalam penelitian ini dinilai melalui keterlibatan anggota kelompok tani dalam berbagai program kegiatan, diantaranya partisipasi dalam perencanaan kegiatan kelompok tani, partisipasi dan pelaksanaan, partisipasi dalam evaluasi kegiatan-kegiatan GERHAN/GN-RHL.

Partisipasi Responden dalam Perencanaan Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (GERHAN / GN-RHL)

Partisipasi responden dalam perencanaan kegiatan GERHAN/GN-RHL dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Partisipasi responden dalam perencanaan kegiatan GERHAN/GN-RHL

No Skor (%) Kategori Jumlah Sampel Presentase

Sumber : Data Primer, 2007

(33)

Pada umumnya kelompok tani mengadakan pertemuan berdasarkan kebutuhan saja, artinya pertemuan tidak dilakukan secara rutin. Adapun pertemuan yang sering dilakukan oleh kelompok tani adalah dalam bentuk penyuluhan. Kegiatan penyuluhan tersebut membahas mengenai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok tani dalam kegiatan-kegiatan GN-RHL. Kehadiran anggota kelompok tani dalam pertemuan kelompok disebabkan oleh keinginan sendiri untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan rehabilitasi tersebut, karena pada dasarnya mereka mengetahui manfaat dan pentingnya kegiatan tersebut.

Partisipasi responden dalam menyumbangkan ide atau materi sangat menunjang kegiatan kelompok, sumbangan ide atau materi diperlukan oleh kelompok guna berlangsungnya kegiatan kelompok. Responden yang menyumbangkan ide atau gagasan biasanya dilakukan pada saat pertemuan kelompok. Pada umumnya responden menyumbang dalam bentuk materi berupa uang.

(34)

Responden yang termasuk kategori rendah adalah sebanyak 4 orang (12,5%). Responden yang termasuk kategori ini tidak pernah berpartisipasi dalam kegiatan perencanaan kelompok. Responden yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan perencanaan berpendapat bahwa kegiatan sudah ada yang menjalankan atau sudah ada yang mewakilkan.

Berdasarkan presentase yang di peroleh, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar sampel anggota kelompok tani ikut berpartisipasi dalam perencanaan kegiatan kelompok. Hal tersebut disebabkan karena anggota kelompok tani sudah mengerti dan memahami arti penting kegiatan perencanaan yang berfungsi untuk menjamin kelancaran setiap tahap-tahap kegiatan GN-RHL.

Partisipasi Responden Dalam Pelaksanaan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Bentuk kegiatan yang dilaksanakan meliputi beberapa tahap, yaitu tahap pertama adalah persiapan (pembuatan pondok tanaman, pembuatan papan nama, dan pembuatan jalur; tahap kedua adalah pelaksanaan penanaman (pembuatan lubang, pemasangan ajir dan penanaman) sedangkan tahap ketiga adalah pemeliharaan dan penyulaman. Keterlibatan kelompok tani dalam pelaksanaan GN-RHL dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Partisipasi responden dalam pelaksanaan kegiatan GERHAN/GN-RHL

No Skor (%) Kategori Jumlah Sampel Presentase

(35)

Berdasarkan pada tabel 13 dapat diketahui bahwa 27 responden (84,375%) termasuk dalam kategori tinggi. Kategori tinggi yang dimaksud adalah responden selalu ikut partisipasi dalam kegiatan pelaksanaan GN-RHL. Anggota tani selalu mengadakan pertemuan dengan pendamping pada pagi hari, karena banyak petani yang belum pergi untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Pertemuan dengan pendamping tersebut diadakan dirumah ketua kelompok tani dihadiri oleh petugas penyuluh dari Dinas Kehutanan selaku penyelenggara kegiatan tersebut. Dalam pertemuan tersebut anggota kelompok tani diberikan penjelasan dan pelatihan oleh pendamping tentang teknik-teknik dalam melakukan berbagai bidang kegiatan pelaksanaan GN-RHL. Di dalam kelompok tani tersebut, masing-masing anggota dibagi tugas-tugas tertentu, yaitu dimulai dari kegiatan perhitungan dan pembagian bibit, kegiatan pengangkutan dan pelaksanaan penanaman. Dengan demikian responden mendapatkan pengetahuan dan pelatihan-pelatihan mengenai manfaat dan teknik pengelolaan hutan yang baik, sehingga pelaksanaan GN-RHL di lapangan sesuai perencanaan.

(36)

garapan masing-masing dan responden pada dasarnya sudah mengetahui manfaat dan pentingnya rehabilitasi hutan tersebut. Mereka juga beranggapan bahwa dengan jumlah bibit yang cukup memadai tersebut dapat memulihkan kerusakan hutan.

Anggota kelompok tani yang hadir dalam pelaksanaan kegiatan GN-RHL mempunyai alasan yang macam-macam, seperti adanya anggota kelompok tani yang hadir ikut-ikutan saja tanpa mengetahui tujuan kehadirannya dalam pertemuan tersebut sebanyak 5 responden (15,625%). Selain itu ada juga yang ingin mengetahui manfaat dari kegiatan tersebut sebanyak 27 responden (84,375%). Walaupun demikian dapat dikatakan bahwa dukungan dari masyarakat khususnya dari partisipasi aktif anggota kelompok tani sangatlah dibutuhkan guna lancarnya kegiatan-kegiatan dari program pemerintah khususnya GN-RHL.

Partisipsi Responden dalam Evaluasi Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan

(37)

setempat yang diharapkan untuk merawatnya”, atau dengan kata lain pemerintah membiarkan program ini berjalan sesuai dengan keinginan alam.

Walaupun demikian kejadiannya, mereka juga berpendapat bahwa dengan adanya kegiatan GERHAN / GN-RHL ini berarti pemerintah menunjukkan perhatiannya pada kondisi desa mereka, selain itu mereka juga lebih mengerti dan memahami arti penting dari kegiatan GERHAN / GN-RHL ini. Semua tahap-tahap kegiatan dalam upaya rehabilitasi yang sudah dilakukan diharapkan dapat memulihkan kembali areal hutan yang sudah rusak, yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Adanya pendapat yang positif dari anggota kelompok tani tersebut, diharapkan mereka mau menyampaikan kepada anggota masyarakat lainnya tentang manfaat kegiatan GN-RHL, sehingga dalam upaya rehabilitasi hutan selanjutnya mereka berpartisipasi atau mempunyai inisiatif sendiri dalam upaya melakukan rehabilitasi hutan di kawasan Taman Nasional Batang Gadis.

Rekapitulasi Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Tani

Rekapitulasi tingkat partisipasi anggota kelompok tani terhadap kegiatan GERHAN/GN-RHL disajikan pada tabel 14.

Tabel 14. Rekapitulasi tingkat partisipasi anggota kelompok tani terhadap kegiatan GERHAN/GN-RHL

No Ruang Lingkup Tingkat Partisipasi

Rata-rata 77,145 Tinggi

(38)

Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi anggota kelompok tani terhadap kegiatan GN-RHL termasuk dalam kategori tinggi (77,145%) yaitu pada perencanaan 64,84%, pelaksanaan 89,45 dan evaluasi 0.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka untuk mengetahui tingkat partisipasi anggota kelompok tani dalam GN-RHL dapat diukur dari partisipasi anggota kelompok tani dalam perencanaan kegiatan kelompok, partisipasi dalam pelaksanaan GN-RHL dan partisipasi dalam melakukan kegiatan-kegiatan kelompok. Berdasarkan tabel 12 dan tabel 13 diperoleh jumlah dari seluruh rata-rata jawaban responden yaitu 77,145 (kategori tinggi). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat desa Limau Manis yang tergabung dalam anggota Kelompok Tani Limau Manis mempunyai dukungan yang positif (tingkat partisipasi tinggi) terhadap kegiatan GN-RHL, yang nantinya diharapkan akan dapat memulihkan Taman Nasional Batang Gadis.

Sebenarnya tingginya tingkat partisipasi anggota kelompok tani dalam kegiatan GERHAN / GN-RHL ini hanya terkonsentrasi pada awal kegiatan saja yaitu selama masih ada kucuran bantuan/dana penghijauan karena dapat mendatangkan manfaat langsung bagi mereka. Pada dasarnya masyarakat merasa khawatir apabila hak pengelolaan mereka dicabut.

(39)

bersama-sama mengkoordinir perambahan tersebut dan berbersama-sama-bersama-sama juga memulihkan hutan seiring dengan adanya GERHAN/GN-RHL.

Untuk meningkatkan peran serta kelompok tani dalam upaya pengelolaan hutan diperlukan pembinaan secara khusus melalui pendekatan kelompok. Keberadaan kelompok tani merupakan persyaratan agar pembinaan selanjutnya lebih berhasil. Selanjutnya kelompok tani tersebut mampu mengelola hutan secara lestari dan dinamis, mulai dari perencanaan, penanaman, pemeliharaan sampai dengan pemanfaatan hasilnya.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan peran serta kelompok tani tidak terlepas dari peran Dinas Kehutanan (Pembimbing Teknis/Penyuluh Kehutanan Lapangan), berdasarkan data sekunder 2005 seharusnya peran Dinas diantaranya yaitu dengan memberikan pembinaan kepada anggota kelompok tani dalam aspek teknik dan administrasi kegiatan (seperti pembuatan rencana kerja, persiapan, pelaksanaan, pemeliharaan dan pengembangan hasil serta pemantauan dan evaluasi), survey dan orientasi lapangan, pengawasan pekerjaan, pemantauan kemajuan fisik dan kualitas, membantu melatih anggota kelompok tani mengenai teknik pemeliharaan dan pengembangan, memberi bimbingan teknis kepada kelompok tani. Namun hanya beberapa dari kegiatan tersebut yang dijalankan, sudah jelas bahwa disini pihak pemerintah dan pelaksana lainnya hanya menjadikan gerakan ini sebagai proyek semata.

(40)

pendapatan berpengaruh nyata (sig = 0.048 < 0.05) dan tingkat keeratan hubungannya tergolong rendah 0.352. Hal ini menunjukkan pada tingkat perencanaan semakin rendah tingkat pendapatan responden maka semakin aktif mereka dalam mengikuti aktivitas kegiatan perencanaan GERHAN. Sedangkan pada tingkat pelaksanaan variabel yang berpengaruh nyata adalah tingkat pendidikan (sig = 0.003 > 0.01) dengan tingkat keeratan hubungannya tergolong rendah -0.511. hal ini menunjukkan pada tingkat pelaksanaan semakin rendah tingkat pendidikan responden maka semakin aktif mereka dalam mengikuti kegiatan pelaksanaan GERHAN. Sedangkan untuk tingkat keaktifan tidak bisa dikorelasikan karena homogen (seluruh responden aktif dalam kegiatan GERHAN ini).

c. Kendala – Kendala di Areal Penanaman

Beberapa kendala yang berkaitan dengan kondisi lahan yang direhabilitasi pada kegiatan GN-RHL di Desa Limau Manis meliputi jenis, jumlah bibit, teknik penanaman dan jarak tanaman.

Jenis Bibit dan Jumlah Bibit

Berdasarkan observasi di lapangan diketahui bahwa jenis-jenis bibit yang ditanam pada kegiatan GN-RHL di desa Limau Manis terdiri dari 8 jenis yaitu durian (Durio zibethinus), mangga (Mangifera indica), surian (Toona Sureni), petai (Parkia speciosa), kemiri (Aleurites moluccana), murbei (Morus alba), kayu manis (Cinnamomum sp) dan alpokat (Persea americana).

(41)

tani dilakukan berdasarkan luas kepemilikan lahan yang dikelola. Untuk 1 ha lahan kelola memperoleh bibit sebanyak 500 batang, sehingga setiap kelompok tani menerima 12.500 batang bibit. Bibit-bibit tersebut ditampung sementara pada gubuk kerja, dengan rincian jumlah masing-masing bibit : kayu manis (Cinnamomum sp) 500 batang, kemiri (Aleurites moluccana), 1200 batang, sedangkan durian (Durio zibethinus), mangga (Mangifera indica), surian (Toona Sureni), petai (Parkia speciosa), murbei (Morus alba), dan alpokat (Persea americana) masing-masing 1800 batang.

(42)

Jarak Tanaman dan Teknik Penanaman

Berdasarkan observasi di lapangan diketahui jarak tanam pada kegiatan GN-RHL di Desa Limau Manis adalah 5x5 m, sehingga dalam satu hektar lahan terdiri dari 400 batang bibit. Teknik penanaman yang dilakukan dengan teknik silvikultur yaitu tanaman yang akan ditanam pada lahan yang curam ditanami kemiri. Tanaman tersebut mempunyai batang yang besar dan mempunyai daya secara monokultur agar tidak mengganggu tanaman lain. Tanaman yang berfungsi sebagai pembatas adalah tanaman kayu manis. Sedangkan tanaman pengisi adalah durian, mangga, surian, petai, dan murbei.

Meskipun jenis tanaman telah disesuaikan dengan kondisi lahan, namun akibat perencanaan yang kurang matang yaitu pada waktu pelaksanaan program tidak memperhatikan waktu penanaman, idealnya penanaman dilakukan pada musim hujan namun karena lari dari perhitungan musim hujan maka terpaksa penanaman dilakukan tepat musim kemarau panjang (Desember 2004).

Selain beberapa kendala yang berkaitan dengan kondisi lahan yang direhabilitasi pada kegiatan GN-RHL di atas, berdasarkan wawancara dan observasi di lapangan, masih dijumpai berbagai kendala atau permasalahan yang dihadapai oleh masyarakat dan pemerinyah yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan GN-RHL / GERHAN di Desa Limau Manis diantaranya yaitu:

(43)

b. Akibat dari keterlambatan waktu tersebut juga menyebabkan kurangnya

sosialisasi tentang GN-RHL / GERHAN kepada anggota kelompok tani sehingga kinerja kelompok kurang optimal, selain itu ada satu dua orang yang komplen mengenai pelaksanaan kegiatan ini.

c. Walaupun telah disesuaikan dengan musim hujan namun lari dari perkiraan yaitu waktu penanaman dilakukan pada bulan Desember 2004 yang bertepatan dengan musim kemarau panjang. Musim kemarau yang panjang menyebabkan tanaman tidak tumbuh dengan baik dan tidak sedikit tanaman yang ditanam mati, masyarakat mengharapkan ada biaya untuk perawatan tanaman.

d. Evaluasi / penilaian keberhasilan tanaman oleh tim yang ditunjuk oleh Dinas Kehutanan seharusnya dilaksanakan 2 bulan setelah penanaman, namun sampai sekarang kenyataannya tidak ada tim yang melakukan evaluasi, untuk mencegah semakin tertekannya tanaman di lapangan, maka beberapa masyarakat yang merasa memiliki kepentingan dengan tanaman tersebut telah melakukan pemeliharaan tanaman.

Berbagai permasalahan/kendala yang timbul dilapangan memerlukan penanggulangan, beberapa alternatif penanggulangan masalah yang dapat dipertimbangkan dilapangan, antara lain :

(44)

b. Pada saat pelaksanaan anggota kelompok tani selalu mengadakan pertemuan

dengan pendamping pada pagi hari dengan dihadiri oleh petugas penyuluh, hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan sosialisasi kepada anggota kelompok tani. Sedangkan untuk masyarakat yang komplen, mereka memberikan penjelasan dan diikutsertakan dalam kegiatan ini.

c. Sedangkan untuk kendala waktu penanaman lari dari musim hujan, tidak ada

upaya yang dilakukan karena masyarakat tidak diberikan biaya perawatan tanaman.

(45)

Lampiran 2. Kuisioner Tingkat Partisipasi

KUISIONER TINGKAT PARTISIPASI

A. Partisipasi anggota kelompok tani dalam perencanaan kegiatan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL)

No Pertanyaan Skor

1.

Apakah sering diadakan musyawarah/pertemuan/ kumpulan diantara kelompok tani untuk merencanakan kegiatan GN-RHL?

a. ya, sering

Jika “ada” apakah bapak hadir dalam setiap kelompok tersebut? a. selalu hadir

b. kadang-kadang hadir c. tidak pernah hadir

100 50

0

3.

Apakah bapak pernah mengajukan usul atau ide tentang perencanaan kegiatan kelompok GN-RHL ini?

a. pernah (sering)

b. pernah (kadang-kadang) c. tidak pernah

100 50

0

4.

Apakah bapak pernah memberikan sumbangan materi dalam pertemuan kegiatanm GN-RHL ini?

a. pernah (selalu/sering) b. kadang-kadang c. tidak pernah

100 50

(46)

B. Partisipasi anggota kelompok tani dalam pelaksanaan kegiatan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL)

No Pertanyaan Skor

1.

Apakah bapak selalu hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan kelompok dalam GN-RHL ini?

a. selalu hadir

b. kadang-kadang hadir c. tidak pernah hadir

100 50

0

2.

Apakah bapak diberikan penjelasan/pelatihan oleh Dinas Kehutanan (PPL) tentang teknik-teknik dalam melakukan berbagai bidang kegiatan rehabilitasi yang akan dilakukan?

a. ya, diberikan b. kadang-kadang c. tidak diberikan

100 50

0

3.

Apakah bapak ikut dalam kegiatan penanaman bibit tersebut di lapangan?

Apakah bapak mau ikut serta memelihara bibit yang sudah ada ditanam tersebut?

C. Partisipasi anggota kelompok tani dalam evaluasi kegiatan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL)

No Pertanyaan Skor

1.

Apakah bapak hadir dalam pertemuan tersebut? a. selalu hadir

b. kadang-kadang hadir c. tidak pernah hadir

100 50

(47)

2.

Apakah bapak ikut melaporkan hasil kegiatan GN-RHL yang telah dilakukan dalam pertemuan tersebut?

a. ya, pernah

Apakah bapak memberikan saran atau ide tentang bagaimana caranya agar kendala-kendala yang dihadapi selama pelaksanaan GN-RHL dapat diatasi?

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat partisipasi anggota kelompok tani dalam Gerakan Nasional

Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL / GERHAN) termasuk dalam kategori tinggi (77,145).

2. Kendala yang dihadapai oleh masyarakat dan pemerintah yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan GN-RHL / GERHAN di Desa Limau Manis diantaranya adalah waktu pelaksanaan GN-RHL / GERHAN terlambat, kinerja kelompok kurang optimal, adanya pihak yang komplen, tanaman tidak tumbuh dengan baik, tidak ada biaya perawatan, tidak ada kegiatan evaluasi.

Saran

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2003. Standard dan Kriteria Rehabilitasi Hutan dan Lahan.. Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.

Jakarta.

Chairizal. 1994. “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Perambahan di Hutan Lindung Register 38 Gunung Balak”. Skripsi Sarjana Universitas Lampung.

Daniel, M. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta.

Departemen Kehutanan. 2005. Rencana Strategis Kementrian Negara/Lembaga Departemen Kehutanan Tahun 2005-2009. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999. Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan Republik Indonesia. Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta.

Fathoni, T. 2003. Tiga Menko Bentuk Tim Koordinasi Perbaikan Lingkungan Melalui Rehabilitasi dan Reboisasi. Siaran Pers Kepala Pusat Informasi Kehutanan No. 56/II/PIK-1/2003.

10/11/2006

Fathoni, T. 2004 Presiden RI Canangkan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) di Gunung Kidul. Siaran Pers Kepala Pusat Informasi Kehutanan No. S. 46/II/PIK-1/2004.

10/11/2006

Keesing, R. M. 1999. “Antropologi Budaya”. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Nurgiatoro, B, Gunawan, Marzuki. 2002. Statistik Terapan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Piccala. 2005. Pemerintah Dituntut Tetapkan Tapal Batas Taman Nasional Batang Gadis. BITRA Konsorsium. Medan.

(50)
(51)

Lampiran 1. Kuisioner

KUISIONER

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : laki-laki / perempuan 4. Pendidikan terakhir :

5. Pekerjaan

a. Pokok / utama : b. Sampingan :

6. Suku :

II. SOSIAL-EKONOMI

1. Status lahan yang dikelola

a. Tanah kawasan TNBG : ha b. Tanah milik sendiri : ha

c. Menyewa : ha

(52)

Tabel 15. Kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Limau Manis yang terlibat dalam GERHAN/GN-RHL No

Nama Responden Umur Pendidikan Pendapatan

Kepemilikan Lahan (ha) Pekerjaan Sampingan

Pekerjaan

Tetap Suku

Tingkat Keaktifan Lahan Kawasan Lahan Sendiri

(53)

29 Ridwan 35 - 350000 1 0 Petani Mandailing Aktif

30 Sandi 35 SD 500000 1.5 0 Petani Minang Aktif

31 Yendra 40 SD 350000 1 0.75 Petani Mandailing Aktif

32 Aswin Hsb 45 SD 400000 1 0 Petani Mandailing Aktif

Jumlah 43.5 7.73

Tabel 16. Hasil kuisioner tingkat partisipasi responden dalam perencanaan kegiatan GERHAN/GN-RHL

No

Nama Responden

Nomor Pertanyaan

Jumlah Rata-rata Kategori

(54)

22 Fuddin 100 100 50 50 50 50 100 50 50 600 66.66667 S

Jumlah 18850 2094.444

Rata—rata 65.45139 S

Tabel 17. Hasil kuisioner tingkat partisipasi responden dalam pelaksanaan kegiatan GERHAN/GN-RHL No Nama

Responden

Nomor Pertanyaan

Jumlah Rata-rata Kategori

(55)

15 Romet 100 50 100 50 100 50 100 100 100 750 83.33333 T

Jumlah 23100 2566.667

Rata—rata 80.20833 T

Tabel 18. Hasil kuisioner tingkat partisipasi responden dalam evaluasi kegiatan GERHAN/GN-RHL No Nama

Responden

Nomor Pertanyaan

Jumlah Rata-rata Kategori

(56)

8 Asrin 100 50 100 100 100 100 100 100 100 850 94.44444 T 9 Gous 100 100 100 100 100 50 100 100 100 850 94.44444 T 10 Abdul Haris 50 50 100 0 100 50 50 100 100 600 66.66667 S 11 Ucok Menek 100 100 100 50 100 50 50 100 100 750 83.33333 T 12 Amir S 100 100 100 100 100 100 100 100 100 900 100 T 13 Gozali Pul 100 50 100 50 100 50 50 50 100 650 72.22222 T 14 Hanif 50 50 100 50 100 100 100 50 100 700 77.77778 T 15 Romet 100 100 100 100 100 100 50 100 100 850 94.44444 T 16 Rosul Lbs 100 50 0 50 100 50 50 100 100 600 66.66667 S 17 Rahim Lbs 100 100 100 50 100 100 100 100 50 800 88.88889 T 18 Rahmat S 100 100 100 100 100 100 50 100 100 850 94.44444 T 19 Sirogum Lbs 50 0 0 0 100 100 100 100 100 550 61.11111 S 20 Arsad 50 100 100 100 100 100 100 100 100 850 94.44444 T 21 Parlin 100 100 100 0 100 50 100 50 100 700 77.77778 T 22 Fuddin 100 100 100 100 100 100 100 100 100 900 100 T

23 Buyung 100 50 100 0 100 50 100 50 50 600 66.66667 S

24 Hasrul 100 50 100 50 100 100 50 100 100 750 83.33333 T

25 Rizal 100 50 0 0 100 100 100 100 100 650 72.22222 T

26 Samsul 100 100 100 50 100 50 50 100 100 750 83.33333 T 27 Udin koto 50 50 100 50 100 100 50 50 100 650 72.22222 T 28 Yakub Can 100 50 100 100 100 100 50 100 100 800 88.88889 T

29 Ridwan 50 50 100 0 100 100 50 100 50 600 66.66667 S

30 Sandi 50 0 0 0 100 100 100 100 100 550 61.11111 S

31 Yendra 100 50 100 50 100 50 100 50 100 700 77.77778 T 32 Aswin Hsb 100 50 100 100 100 100 100 50 50 750 83.33333 T

Jumlah 22250 2472.222

(57)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Umum Desa Limau Manis

1. Letak Geografis dan Astronomis

Desa Limau Manis merupakan salah satu desa dari 19 desa dalam wilayah Kecamatan Muara Sipongi Kabupaten Mandailing Natal dan memiliki luas kawasan 1.362 Ha dari luasan total kecamatan 22.535 Ha. Berdasarkan letak geografisnya wilayah ini berada pada 0010’ – 10 50’ LU dan 980 50’ – 1000 10’ BT. Secara geografis dan administratif batas-batas Kecamatan Muara Sipongi adalah segai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Tapanuli Selatan Sebelah Selatan : Prop. Sumatera Barat Sebelah Barat : Prop. Sumatera Barat

Sebelah Timur : Kec. Ulu Pungkut, Kec. Kotanopan Dan batas-batas administratif Desa Limau Manis yaitu : Sebelah Utara : Desa Ranjo Batu

Sebelah Selatan : Desa Batas

Sebelah Barat : Desa Simpang Mandepo Sebelah Timur : Desa Silogun

(58)

2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Penduduk Kecamatan Muara Sipongi berjumlah 12.406 jiwa, sedangkan jumlah penduduk di Desa Limau Manis berjumlah 519 jiwa yang terbagi dalam 214 KK, terdiri dari 264 laki-laki dan 255 perempuan. Seluruh penduduk yang tinggal di Desa Limau Manis beragama Islam dan pada umumnya masyarakat desa bermata pencaharian sebagai petani.

Tabel 3. Distribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Karyawan - -

Sumber : Monografi Desa Limau Manis tahun 2006

Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar penduduk Desa Limau Manis hanya lulusan SD. Walaupun ada yang mampu menyelesaikan sampai SLTA tapi persentase mereka sangat kecil. Distribusi jumlah penduduk di Desa Limau Manis berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada table 2.

Tabel 4. Distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 16 4,72

Gambar

Tabel 5. Distribusi Umur Responden
Tabel 6. Distribusi tingkat pendidikan responden
Tabel 7. Distribusi luas lahan yang dikelola responden didalam kawasan Taman Nasional (Buffer Zone)
Tabel 9. Distribusi status lahan yang dikelola oleh responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kami bersyukur bahwa tahun ini, Perusahaan mampu membukukan penjualan regular di Bintaro Jaya sebesar Rp 692 milyar di tahun 2010, meningkat 63% dari Rp 424 milyar

Memperoleh kebebasan (mandiri) merupakan suatu tugas bagi remaja. Dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana,

• urutan operasi hitung campuran: kuadrat, penarikan akar, kali, bagi, tambah, kurang • tambah dan kurang sama kuat, mana yang lebih depan dikerjakan terlebih dahulu • kali dan

Hasil analisis tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang maka variabel religiusitas dapat memoderasi antara kualitas layanan

PT NH Korindo Sekuritas Indonesia — Morning Brief | www.nhsec.co.id Page 22 Stocks Recommendation.. UNVR Last

Keunt ungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok t ersedia unt uk.

Beton Cepat Keras (beton mutu tinggi) merupakan beton yang hampir sama dengan beton pada umumnnya , yang membedakan hanya beton cepat keras dapat kering dengan waktu yang sangat cepat

Penulis akan menggunakan rasio Return On Asset (ROA) dengan alasan bahwa rasio ini mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan laba dengan