NILAI EKONOMI KEBERADAAN POHON – POHON DI TAMAN OLAHRAGA DAN REKREASI GAJAH MADA
SKRIPSI
Oleh :
YAN BASTIAN GULTOM 021201024 / MANAJEMEN HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NILAI EKONOMI KEBERADAAN POHON – POHON DI TAMAN OLAHRAGA DAN REKREASI GAJAH MADA
SKRIPSI
Oleh :
YAN BASTIAN GULTOM 021201024 / MANAJEMEN HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana kehutanan di Fakultas pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Nilai Ekonomi Keberadaan Pohon-Pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
Nama : Yan Bastian Gultom
Nim : 021201024
Departemen : Kehutanan
Program Studi : Manajemen Hutan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Agus Purwoko, S.Hut, M.Si Kansih Sri Hartini, S.Hut, MP NIP. 132 259 573
Mengetahui,
Ketua Departemen Kehutanan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai ekonomi keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada berdasarkan kesediaan membayar dari pengguna langsung atas manfaat keberadaan pohon dan pohon-pohon. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa nilai ekonomi yang diberikan oleh pengguna langsung atas jasa dari keberadaan pohon adalah Rp 4.180 per hari, Rp 125.400 per bulan dan Rp 1.504.800 per tahun. Sedangkan untuk nilai ekonomi keberadaan pohon-pohon adalah Rp 313.720 per hari, Rp 9.411.600 per bulan dan Rp 112.939.200 per tahun. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara kesediaan membayar dengan faktor umur, pendidikan, pemahaman lingkungan dan pendapatan dengan menggunakan regresi linear berganda. Dari hasil penelitian didapat persamaan regresi linear berganda yaitu : Y = -3.713 - 11,3 X1 + 1.292 X2 + 150 X3 + 0,000616 X4 dengan R² = 99,95 %.
Kata kunci: nilai ekonomi keberadaan pohon-pohon, kesediaan membayar, pengguna langsung dan regresi linear berganda.
ABSTRACT
Te purpose of this research was to get the economic value of tree existence based on willingness to pay from direct consumer for advantage of tree existence in the sports and recreation of Gajah Mada park. The economics value from direct consumer for using one of tree existence of this research was Rp 4.180 for a day, Rp 125.400 for a month and Rp 1.504.800 for a year. While the value of economic for all of tree existence was Rp 313.720 for a day, Rp 9.411.600 for a month and Rp 112.939.200 for a year. The research also was to get a correlation of willigness to pay with the age, education, understanding of environment and income with using doubled linear regression. The regressions of the research result was : Y = - 3.713 - 11,3 X1 + 1.292 X2 + 150 X3 + 0,000616 X4 with R² = 99,95 %.
RIWAYAT HIDUP
Yan Bastian Gultom, dilahirkan di Medan pada Tanggal 8 Januari 1985 dari ayahanda Drs. Jawaris Gultom (alm) dan ibunda Rosdiana Simanjuntak.
Penulis merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis hingga saat ini :
1. TK Bethania di Medan Tamat Tahun 1990.
2. SD Methodist 7 di Medan Tamat Tahun 1996.
3. SLTP RK Tri sakti II di Medan Tamat Tahun 1999.
4. SMU Negeri 4 di Medan Tamat Tahun 2002.
Penulis melanjutkan studi di program studi Manajemen Hutan Departemen
Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2002
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Kegiatan yang pernah diikuti oleh penulis selama perkuliahan adalah :
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS).
2. Melaksanakan Praktik Umum Kehutanan (PUK) di hutan Lau Kawar Desa
Kuta Gugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo dan hutan
Mangrove Desa Kayu Besar Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai
Propinsi Sumatera Utara.
3. Melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari,
Tbk. Sektor Aek Nauli, Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara.
4. Melaksanakan penelitian di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru Kota madya Medan Provinsi
DAFTAR ISI
Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan ... 11
Metode Valuasi Kontingensi ... 15
Tingkat Pendapatan ... 16
Tingkat Pendidikan ... 16
Tingkat Umur ... 17
Tingkat Pemahaman Lingkungan ... 18
METODE PENELITIAN Letak dan Luas Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 27
Keadaan Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 28
HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Ekonomi Keberadaan Pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 31
B. Kesediaan Membayar Responden ... 34
Tingkat Umur Responden ... 36
Tingkat Pendidikan Responden ... 37
Tingkat Pemahaman Lingkungan Responden ... 38
Tingkat Pendapatan Responden ... 40
Analisis Data ... 41
KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
Kesimpulan ... 49
Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
DAFTAR TABEL
Hal 1. Jenis dan Jumlah Pohon-pohon di Taman
Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 30
2. Kesediaan Membayar (Willingness To Pay) Responden Setiap Bulan ... 34
3. Tingkat Kesediaan Membayar Responden ... 35
4. Tingkat Umur Responden ... 36
5. Tingkat Pendidikan Responden ... 37
6. Tingkat Pemahaman Lingkungan Responden ... 39
7. Tingkat Pendapatan Responden ... 40
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Lembar Kuesioner Penelitian ... 52
2. Hasil Wawancara Terhadap Responden di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 55
3. Analisis Regresi dengan Menggunakan Program Komputer ... 57
4. Dokumentasi Penelitian ... 58
5. Peta Kotamadya Medan ... 61
6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 62
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai ekonomi keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada berdasarkan kesediaan membayar dari pengguna langsung atas manfaat keberadaan pohon dan pohon-pohon. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa nilai ekonomi yang diberikan oleh pengguna langsung atas jasa dari keberadaan pohon adalah Rp 4.180 per hari, Rp 125.400 per bulan dan Rp 1.504.800 per tahun. Sedangkan untuk nilai ekonomi keberadaan pohon-pohon adalah Rp 313.720 per hari, Rp 9.411.600 per bulan dan Rp 112.939.200 per tahun. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara kesediaan membayar dengan faktor umur, pendidikan, pemahaman lingkungan dan pendapatan dengan menggunakan regresi linear berganda. Dari hasil penelitian didapat persamaan regresi linear berganda yaitu : Y = -3.713 - 11,3 X1 + 1.292 X2 + 150 X3 + 0,000616 X4 dengan R² = 99,95 %.
Kata kunci: nilai ekonomi keberadaan pohon-pohon, kesediaan membayar, pengguna langsung dan regresi linear berganda.
ABSTRACT
Te purpose of this research was to get the economic value of tree existence based on willingness to pay from direct consumer for advantage of tree existence in the sports and recreation of Gajah Mada park. The economics value from direct consumer for using one of tree existence of this research was Rp 4.180 for a day, Rp 125.400 for a month and Rp 1.504.800 for a year. While the value of economic for all of tree existence was Rp 313.720 for a day, Rp 9.411.600 for a month and Rp 112.939.200 for a year. The research also was to get a correlation of willigness to pay with the age, education, understanding of environment and income with using doubled linear regression. The regressions of the research result was : Y = - 3.713 - 11,3 X1 + 1.292 X2 + 150 X3 + 0,000616 X4 with R² = 99,95 %.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehidupan masyarakat kota besar menurut aktivitas, mobilitas dan
persaingan yang tinggi menuntut masyarakat kota cenderung berpikir praktis.
Kota Medan yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia telah berkembang
dengan pesat dan merupakan konsentrasi pemukiman dan pusat segala aktifitas.
Perkembangan kota menuntut adanya suatu kondisi fisik dan lingkungan yang
wajar bagi warga kotanya. Oleh karena itu pertambahan penduduk yang pesat
senantiasa diiringi pula oleh tuntutan tersedianya prasarana dan sarana bagi
kehidupan dan kegiatannya (Dinas Pertamanan, 2005).
Kota Medan yang merupakan Ibu kota Provinsi Sumatera Utara dan juga
sebagai pintu gerbang Indonesia bagian Barat, dengan jumlah penduduk
1.909.700 jiwa dengan luas wilayah 26.500 Ha, selama ini menjadi transit point
bagi arus kegiatan ekonomi negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunei,
Taiwan mulai tumbuh dan mantap sebagai pusat kegiatan ekonomi di Provinsi
Sumatera Utara dengan fokus kegiatan produksi dan pemasaran.
Tingginya daya tarik kota meningkatkan arus perpindahan penduduk dari
desa ke kota. Meningkatnya penduduk di kota mendorong pembangunan
perumahan yang tidak terkendali akibatnya munculnya daerah kumuh, perumahan
tidak tertata dan tidak teratur dan ruang terbuka hijau menjadi bangunan (Badan
Lingkungan Hidup, 2002).
Pembangunan yang diikuti dengan penerapan tekologi yang tinggi dan
bisa menimbulkan dampak buruk pada lingkungan. Walaupun ekonomi membaik
dan masyarakat yang kian sejahtera, namun bila masalah lingkungan tidak
diperhatikan, perbaikan ekonomi dan kesejahteraan yang diperoleh tidak akan
berkelanjutan.
Kemajuan kebudayaan manusia telah menjadikan lingkungan hidupnya
yang semula berhutan kini menjadi hutan besi dan beton. Kota yang semula
nyaman untuk dihuni karena sejuk, asri, tenang dan bersih terbebas dari polusi
akhirnya berubah menjadi kota yang panas, tercemar dan gersang (Dahlan, 2004).
Kehadiran pohon membuat lingkungan hidup terasa lebih nyaman, karena
selain memperindah lingkungan, pohon juga dapat memodifikasi unsur-unsur
iklim. Pohon memang tidak mengubah unsur-unsur iklim tersebut secara
dramatisir, tetapi perubahan kecil yang timbul akan sangat terasa sekali bagi
manusia. Sebagai contoh adalah kondisi udara di bawah pohon yang rindang pada
saat matahari bersinar penuh. Udara di bawah pohon tersebut akan terasa lebih
teduh, sejuk dan lembab. Lebih teduh karena intensitas cahaya matahari langsung
sebagian besar tidak dapat tembus kanopi pohon tersebut. Lebih sejuk karena
berkurangnya masukan energi cahaya untuk memanaskan udara dan permukaan di
bawah kanopi (Lakitan, 1997).
Menurut Nazaruddin (1996) keberadaan pohon-pohon dapat dimanfaatkan
dan dinikmati oleh setiap orang tanpa harus membayar manfaat yang diterima
tersebut. Manfaat yang dimiliki suatu keberadaan pohon-pohon tidak dapat
dipindahtangankan melalui harga-harga yang ada di pasar. Dengan kata lain,
manfaat keberadaan pohon-pohon tidak dapat diperjualbelikan. Hal ini karena
tidak memiliki harga di pasar menyebabkan kecilnya perhatian terhadap manfaat
keberadaan tegakan pohon. Keadaan seperti ini akhirnya cenderung
mengakibatkan berkurangnya rangsangan untuk memberikan kontribusi terhadap
penyediaan dan pengelolaan barang publik. Walaupun ada kontribusi, sumbangan
yang diberikan tidaklah cukup besar untuk membiayai penyediaan barang publik
yang efektif dan efisien, karena masyarakat cenderung memberikan nilai yang
lebih rendah dari yang seharusnya.
Menilai manfaat keberadaan pohon pada suatu taman kota dengan harga
yang bernilai ekonomi perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan untuk
meningkatkan posisi tawar, khususnya ketika terjadi benturan peruntukkan dengan
penggunaan lahan lainnya. Keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dapat
dijadikan sebagai referensi dalam menentukan nilai manfaat keberadaan pohon
secara ekonomi menjadi alasan bagi penulis untuk menilai manfaat keberadaan
pohon dan mentransformasikannya ke dalam nilai ekonomi berupa uang.
Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya nilai
ekonomi dari keberadaan pohon-pohon yang berada di taman umum dan seberapa
besar faktor pendapatan, pendidikan, umur dan pemahaman lingkungan
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk pemanfaatan yang diperoleh dari
keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai ekonomi dari pemanfaatan keberadaan
pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada.
3. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendapatan, pendidikan, umur dan
pemahaman lingkungan terhadap nilai ekonomi dari keberadaan pohon-pohon
di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan bagi pemerintah untuk menentukan arah dalam pengelolaan
taman kota.
2. Sebagai bahan referensi pemerintah dalam membuat kebijakan yang
berhubungan dengan lingkungan.
3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lanjutan tentang nilai ekonomi dari
keberadaan pohon-pohon di taman kota.
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Kota
Definisi hutan kota (urban forest) menurut Fakuara (1987) adalah
tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat
lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika,
rekreasi dan kegunaan-kegunaan khusus lainnya. Sedangkan menurut hasil
rumusan Rapat Teknis di Jakarta pada bulan Februari (1991) dalam Dahlan (1992)
hutan kota didefinisikan sebagai suatu lahan yang bertumbuhan pohon-pohonan di
dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik yang
berfungsi sebagai penyangga kehidupan dalam hal pengaturan tata air, udara,
habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid
yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan, serta areal tersebut
ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai hutan kota.
Beberapa tipe-tipe hutan kota yang sering dijumpai di kota-kota besar
menurut Dahlan (1992), antara lain :
a. Tipe pemukiman
b. Tipe kawasan industri
c. Tipe rekreasi dan keindahan
d. Tipe pelestarian plasma nutfah
e. Tipe perlindungan
Beberapa bentuk hutan kota, antara lain :
a. Jalur hijau
b. Taman kota
c. Kebun dan halaman
d. Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang
e. Hutan lindung
f. Kuburan dan taman makam pahlawan
Kondisi kota yang semarak indah, sejuk dan nyaman dapat tercipta, jika
taman yang ada dapat dibangun di banyak tempat. Selain hasilnya dinikmati oleh
penduduk kota, juga akan menunjukan citra yang baik bagi kota tersebut (Dahlan,
2004).
Taman kota dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam sedemikian
rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia, untuk
mendapatkan komposisi tertentu yang indah (Dahlan, 1992).
Menurut Nazaruddin (1996) tanaman dapat dibedakan atas lima kelompok
besar berdasarkan gradasi ketinggian, yaitu :
1. Rumput
Rumput merupakan jenis tanaman penggalas. Posisinya dalam taman
merupakan lapisan paling bawah di atas tanah.
2. Tanaman penutup tanah
Tanaman penutup lahan yang sering disebut ground cover merupakan
tanaman yang sedikit lebih tinggi dari rumput. Umumnya jenis tanaman ini
3. Semak
Tanaman semak merupakan jenis tanaman yang agak kecil dan rendah, agak
berkayu atau hanya cabang utamanya yang berkayu, serta pertumbuhannya
cenderung merambat atau melebar.
4. Perdu
Tanaman perdu merupakan jenis tanaman yang menyerupai pohon, tetapi
lebih kecil dan biasanya batangnya cukup berkayu tetapi tumbuhnya kurang
tegak dan kurang gagah. Tanaman perdu biasanya bercabang banyak dengan
percabangan yang selalu dekat dengan tanah.
5. Pohon
Pohon merupakan tanaman berkayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar
dengan percabangan yang kokoh.
Pohon
Pohon didefinisikan sebagai suatu tumbuhan tahunan berkayu yang
mempunyai batang utama tunggal dan mencapai tinggi 6 m atau lebih, dengan
diameter lebih dari 10 cm. Ada tiga bagian utama pohon, yaitu: (1) akar, (2)
batang dan (3) tajuk.
Menurut Arief (2001) klasifikasi pohon ada beberapa cara, antara lain
sebagai berikut:
a. Klasifikasi berdasarkan ukuran:
1). Tingkat semai, apabila pohon-pohonnya mempunyai tinggi sampai 1,5 m.
2). Tingkat pancang, apabila pohon-pohonnya mempunyai tinggi > 1,5 m
3). Tingkat tiang, apabila pohon-pohonnya mempunyai diameter 10-19 cm.
4). Tingkat pohon inti, apabila pohon-pohonnya mempunyai diameter > 50 cm.
b. Klasifikasi berdasarkan posisi tajuk pohon:
1). Dominan : Pohon dengan tajuk lebar di atas lapisan.
2). Kodominan : Pohon dengan tajuk besar pada lapisan tajuk.
3). Tengahan : Pohon dengan bagian besar tajuk di bawah lapisan tajuk atau
terjepit dan menerima sinar matahari bagian atas dan bagian
samping menerima sinar sebagian kecil atau tidak sama
sekali.
4). Tertekan : Pohon dengan tajuk dinaungi pohon besar atau tidak
menerima sinar matahari sepenuhnya, baik dari atas maupun
dari samping.
c. Klasifikasi berdasarkan kualitas pohon:
1). Pohon srigala : Pohon yang pertumbuhannya menghalangi
pertumbuhan pohon lain yang sehat dan
subur, tetapi kurang bernilai komersial.
2). Pohon berbatang ganda : Pohon yang pertumbuhannya berbentuk
kurang komersial.
3). Pohon berbekas luka bakar : Pohon yang pertumbuhannya tidak normal
lagi karena gerowongan atau pohon
membusuk.
Persyaratan pohon pelindung menurut Cabang Dinas Pertamanan (2003)
adalah:
2. Berpenampilan menarik
3. Berfungsi sebagai penyerap polusi
4. Berfungsi sebagai peneduh jalan
5. Bebas hama dan penyakit
6. Percabangan kuat dan daunnya tidak mudah gugur
7. Tidak menimbulkan alergi
8. Tidak merusak lingkungan
9. Mudah dalam perawatan
10. Tidak berpenampilan seperti perdu atau semak
11. Tidak berbahaya
Menurut Nazaruddin (1996) manfaat-manfaat yang bisa dirasakan dari
keberadaan pohon sebagai salah satu sumberdaya hutan, yaitu:
1. Manfaat Estetis
Warna hijau daun dan aneka bentuk dedaunan serta bentuk susunan tajuk
berpadu menjadi suatu pemandangan yang menyejukkan dan menonjolkan
keindahan.
2. Manfaat Orologis
Pepohonan yang tumbuh di atas tanah akan mengurangi erosi, mengurangi
tingkat kerusakan tanah dan menjaga kestabilan tanah.
3. Manfaat Hidrologis
Struktur akar tanaman mampu menyerap kelebihan air apabila turun hujan
4. Manfaat Klimatologis
Keberadaan tanaman dapat menunjang keselarasan faktor-faktor iklim, seperti
kelembaban, curah hujan, sinar matahari dan juga dapat mengurangi efek
rumah kaca.
5. Manfaat Edaphis
Berhubungan erat dengan lingkungan hidup satwa di perkotaan yang semakin
terdesak lingkungannya, sehingga dapat memberikan lingkungan yang nyaman
bagi satwa.
6. Manfaat Ekologis
Menjaga keseimbangan hidup antar makhluk hidup yang saling bergantungan
satu sama lain.
7. Manfaat Protektif
Pohon dapat menjadi pelindung dari teriknya sinar matahari di siang hari
sehingga manusia memperoleh keteduhan. Pohon juga dapat menjadi pelindung
dari terpaan angin kencang dan peredam dari suara kebisingan.
8. Manfaat Higienis
Tanaman mampu mengurangi bahaya polusi, karena dedaunan tanaman mampu
menyaring debu dan mengisap kotoran di udara dan bahkan mampu
menghasilkan gas oksigen yang sangat dibutuhkan manusia.
9. Manfaat Edukatif
Penanaman kembali pepohonan di perkotaan dapat dimanfaatkan sebagai
Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan
Berbicara tentang nilai (harga) sumberdaya hutan berarti kita berbicara
fungsinya bagi pemenuhan kebutuhan baik secara langsung (pemenuhan konsumsi
dan kesenangan) maupun tidak langsung (sebagai penyeimbang ekosistem demi
kelestarian kehidupan). Nilai adalah merupakan persepsi manusia, tentang makna
suatu objek (sumberdaya hutan), bagi orang atau individu tertentu, tempat dan
waktu tertentu pula. Oleh karena itu nilai sumberdaya hutan yang dinyatakan oleh
suatu masyarakat di tempat tertentu akan beragam, tergantung kepada persepsi
setiap anggota masyarakat tersebut, demikian juga keragaman nilai akan terjadi
antara masyarakat yang berbeda (Field dan Martha, 2002).
Kegunaan, kemanfaatan, kepuasan, rasa senang merupakan ungkapan
makna atau nilai sumberdaya hutan yang diperoleh, dirasakan oleh individu atau
masyarakat tersebut. Ukuran nilai ini dapat diekspresikan oleh waktu, tenaga,
barang atau uang, dimana seseorang bersedia memberikannya untuk memperoleh,
memiliki atau menggunakan barang dan jasa yang dinilai.
Menurut Worrel (1961) dan Gregory (1979) dalam Bahruni (1999)
membuat klasifikasi nilai manfaat sumberdaya hutan, yang menurut interpretasi
didasarkan atas perilaku pasar atas barang dan jasa yang dinilai tersebut, yaitu:
a. Nilai manfaat nyata (tangible benefits) adalah manfaat yang diperoleh dari
barang dan jasa yang dapat secara nyata diukur, karena berlaku mekanisme
pasar secara baik.
b. Nilai manfaat tidak nyata (intangible benefits) adalah kebalikan dari manfaat
mekanisme pasar tidak berjalan, ada faktor-faktor yang mempengaruhi
sehingga terjadi kegagalan pasar (market failure).
Selanjutnya Pearce and Turner (1990) dalam Bahruni (1999) juga
menambahkan klasifikasi nilai manfaat yang menggambarkan Nilai Ekonomi
Total (Total Economic Value), atas dasar klasifikasi menurut cara atau proses
manfaat itu diperoleh, yaitu:
a. Nilai Guna (use value)
1. Nilai guna langsung (direct use value)
Nilai yang bersumber dari penggunaan secara langsung oleh masyarakat
atau perusahaan terhadap komoditas hasil hutan produksi, berupa flora
pohon dan nir pohon, fauna dan komoditas dari proses ekologis
(ekosistem) hutan.
2. Nilai guna tidak langsung (indirect use value)
Nilai yang bersumber dari manfaat yang diperoleh oleh
individu/masyarakat melalui penggunaan secara tidak langsung terhadap
sumberdaya hutan yang memberikan jasa (pengaruh) pada aktivitas
ekonomi/produksi atau mendukung kehidupan makhluk hidup. Jasa hutan
dihasilkan dari suatu proses ekologis dari komponen biofisik ekosistem
hutan. Nilai sumberdaya hutan yang termasuk dalam kategori nilai guna
tidak langsung (indirect use value) adalah nilai berbagai fungsi jasa hutan
berupa manfaat hutan bagi pengendalian banjir, prasarana angkutan air,
pengendalian erosi dan penyerapan CO2.
Nilai harapan masa yang akan datang terhadap komoditas yang saat ini
digunakan, maupun yang belum dimanfaatkan. Nilai berkaitan dengan adanya
ketidakpastian yang bersumber dari dua hal yaitu (1) preferensi masyarakat
konsumen saat ini terhadap komoditas hutan pada masa yang akan datang,
maupun preferensi generasi yang akan datang, (2) ketidakpastian teknologi
pemanfaatan maupun manajemen sumberdaya terhadap pasokan (supply)
komoditas masa yang akan datang (supply-side option value).
c. Nilai keberadaan (existence value)
Nilai yang menggambarkan manfaat (kesejahteraan) yang diperoleh
seseorang/masyarakat dengan mengetahui keberadaan hutan, meskipun
masyarakat ini tidak memiliki atau menggunakan sumberdaya hutan tersebut,
termasuk manfaat sosial budaya yang diperoleh masyarakat lokal sebagai
interaksi kehidupan sosial budaya mereka dengan keberadaan hutan tersebut,
yang berarti keberadaan hutan menentukan kelangsungan nilai-nilai sosial
budaya masyarakat tersebut.
Nilai keberadaan bukan dihasilkan dari institusi pasar, dan tidak ada
kaitannya dengan fungsi perlindungan aset produktif dan proses produksi secara
langsung, seperti kegiatan berburu, berladang dan lain-lain maupun tidak langsung
sebagai input atau prasarana pendukung produksi.
Lingkungan pada dasarnya adalah barang publik, yang keberadaan dan
kualitasnya tergantung dari perilaku masyarakat. Nilai ekonomi sumberdaya dan
lingkungan salah satunya menitikberatkan pada persoalan barang publik (public
Menurut Bahruni (1999) barang publik ini memiliki ciri-ciri, yaitu:
a. Barang dan jasa tidak bersifat non rival, joint supply atau indivisible, yaitu
penggunaan oleh seseorang tidak mengurangi ketersediaannya untuk
dimanfaatkan bagi orang lain, sehingga menjadi tidak langka.
b. Barang dan jasa tidak bersifat eksklusif (non-exclution), yaitu penawaran
tidak hanya diperuntukkan untuk seseorang dan mengabaikan yang lainnya.
Banyak barang dan jasa hutan yang bersifat barang publik (public goods,
common property resources). Barang publik ini mempunyai nilai yang tidak dapat
dipungkiri, tetapi persoalannya berapa nilainya, siapa yang memperoleh manfaat,
apakah mau membayar atas manfaat yang diperoleh tersebut, pemilik atau
pengelola hutan menghasilkan barang umum, tetapi tidak dapat memungut
bayaran atas manfaat tersebut, sedangkan untuk menyediakan atau memelihara
barang dan jasa tersebut memerlukan biaya. Penilaian manfaat hutan maupun
peranan (keterkaitan) ekonomi sumberdaya hutan terhadap sektor ekonomi
lainnya dalam pembangunan ekonomi wilayah dan nasional pada dasarnya ada
dua yaitu: metode atas dasar pasar dan metode pendekatan terhadap pasar atau
pendekatan terhadap kesediaan membayar (willingness to pay/willingness to
accept).
Menurut Yakin (1997) definisi dari willingness to pay/willingness to
accept adalah nilai dari perubahan kondisi lingkungan atau biaya dari kerusakan
lingkungan yang ditentukan oleh semua individu baik secara langsung maupun
Metode Valuasi Kontingen
Nilai pilihan seperti nilai flora dan fauna yang saat ini belum dimanfaatkan
yang secara potensial di masa yang akan datang dapat bermanfaat dan nilai
keberadaan dari flora dan satwa langka serta nilai sosial budaya dari sumberdaya
hutan dilakukan penilaiannya dengan metode kontingen (Contingent Valuation
Method). Metode ini dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada
responden (menggunakan kuisioner/daftar pertanyaan) tentang kesediaan
membayar (willingness to pay) atau kesediaan dibayar (willingness to accept)
kepada atau oleh pihak lain sebagai kompensasi telah memelihara keadaan hutan
sehingga nilai pilihan atau nilai keberadaan hutan tersebut tetap terpelihara
(Bahruni, 1999).
Metode Valuasi Kontingen (MVK) adalah metode teknik survei untuk
menanyakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap
komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan. Prinsip yang
mendasari metode ini adalah bahwa orang yang mempunyai preferensi yang besar
tetapi tersembunyi terhadap seluruh jenis barang lingkungan, kemudian
diasumsikan bahwa orang tersebut mempunyai kemampuan untuk
mentransformasikan preferensi tersebut ke dalam bentuk nilai uang. Dalam hal ini
diasumsikan bahwa orang akan bertindak nantinya seperti yang dia katakan ketika
suatu hipotesis yang disodorkan kepadanya akan menjadi kenyataan pada masa
Tingkat Pendapatan
Besar kecilnya pendapatan berhubungan dengan kemampuan untuk
membiayai kebutuhan hidup. Bagi masyarakat yang tidak mampu ada kalanya
kemampuan untuk membiayai kebutuhan hidup tidak sebanding dengan keinginan
untuk mempertahankan hidup. Jika hal ini terjadi maka akan mengakibatkan
terjadinya kemerosotan moral yang pada akhirnya akan bermuara pada
terbentuknya perilaku menyimpang. Sulitnya untuk memenuhi kebutuhan hidup
menyebabkan keinginan tidak sesuai dengan kemampuan. Hal ini yang menjadi
titik awal terjadinya penyimpangan perilaku akibat dorongan pemenuhan
kebutuhan ekonomi (Marnaek, 2005).
Untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat pendapatan, Yusnawati (2003)
dalam Marnaek (2005) membagi tingkat pendapatan berdasarkan pendapatan
rata-rata per bulan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu :
a. Golongan berpenghasilan rendah sebesar Rp 0,- sampai dengan Rp 400.000,-
b. Golongan berpenghasilan sedang Rp 401.000,- sampai dengan Rp 800.000,-
c. Golongan berpenghasilan tinggi sebesar Rp 801.000,- sampai dengan Rp
1.200.000,-
d. Golongan berpenghasilan sangat tinggi lebih dari Rp 1.200.000,-
Tingkat Pendidikan
Sumberdaya manusia merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa.
Modal fisik dan sumberdaya alam hanyalah faktor produksi yang pada dasarnya
bersifat pasif, manusialah agen-agen aktif yang akan mengumpulkan modal,
organisasi sosial, ekonomi dan politik serta melaksanakan pembangunan nasional.
Cara yang paling efektif dan efisien dalam mengembangkan sumberdaya manusia
adalah melalui pengetahuan rakyatnya melalui pemberian pelayanan pendidikan
dan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pendidikan ini mencakup pendidikan formal
(sekolah dasar, pertama, menengah dan pendidikan tinggi) dan pendidikan non
formal termasuk pelatihan dan penyuluhan (Hicks, 1996).
Komunikasi lewat pendidikan, latihan serta berjenis-jenis proses
komunikasi diusahakan dapat memberi perubahan sikap melalui tambahan
pengetahuan serta kesadaran. Pendidikan pada prinsipnya memberikan nilai-nilai
tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya untuk menerima
hal-hal yang masih baru sekaligus dapat berpikir secara ilmiah. Pendidikan dapat juga
mengakibatkan seseorang dalam masyarakat memilih fakta yang berkenaan
dengannya, serta menjadi pendorong pelaksanaan perubahan terhadapnya. Secara
teoritis hal tersebut dapat mempengaruhi sikap dan pandangan manusia.
Menurut Sukirno (1985) dalam Marnaek (2005) mengatakan secara
empiris telah dibuktikan bahwa tingkat pendidikan masyarakat yang lebih tinggi
dapat membantu mempercepat pembangunan ekonomi. Pendidikan yang lebih
tinggi dapat memperluas pengetahuan masyarakat dan mempertinggi rasionalitas
pemikiran mereka.
Tingkat Umur
Untuk mengetahui tua muda tingkat umur, Sinaga (2002) membagi tingkat
umur menjadi 5 (lima) kategori, yaitu:
b. Golongan muda berusia 21 tahun sampai dengan 30 tahun
c. Golongan dewasa berusia 31 tahun sampai dengan 40 tahun
d. Golongan tua berusia 41 tahun sampai dengan 50 tahun
e. Golongan sangat tua lebih dari 50 tahun
Tingkat Pemahaman lingkungan
Pemahaman lingkungan merupakan deskripsi tentang kondisi wilayah
target dan pengembangannya secara rinci. Pemahaman relativitas suatu
masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan cara mendengar,
mengamati aktifitas budaya masyarakat dan melakukan dialog melalui wawancara
dengan pihak masyarakat.
Jika proses identifikasi gejala sosial budaya sudah terpahami maka
dilanjutkan dengan penentuan program pembangunan yang sesuai untuk
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada,
Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan, Provinsi
Sumatera Utara. Waktu penelitian adalah selama satu bulan dan dilaksanakan
pada bulan Juni 2007.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Metode Valuasi Kontingen (MVK) sebagai
metode utama yaitu dengan teknik pengumpulan data seperti wawancara dan
kuisioner, serta pengamatan (observasi) langsung di lapangan. Menurut Field dan
Martha (2002) Metode Valuasi Kontingen (MVK) adalah metode yang
menanyakan langsung kepada masyarakat tentang bagaimana sikap mereka
terhadap suatu komoditi lingkungan yang non-marketable. Langkah-langkah
dalam Metode Valuasi Kontingen (MVK), yaitu :
1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan karakter kualitas lingkungan yang akan
digunakan.
2. Mengidentifikasikan responden, untuk menentukan prosedur sampling yang
digunakan untuk pemilihan responden.
3. Mendesain dan mengaplikasikan kuesioner melalui personal, telpon atau
interview.
Populasi Dan Sampel A. Populasi
Populasi dalam penelitian ini dibatasi pada konsumen yang menikmati
langsung (user) jasa dari keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada yang terletak di Jalan Gajah Mada, Kelurahan Babura,
Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan hasil pengamatan di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
diketahui bahwa rata-rata jumlah konsumen yang menikmati langsung (user) jasa
dari keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
adalah berjumlah 220 orang untuk setiap hari.
Berdasarkan rata-rata jumlah konsumen yang menikmati langsung jasa
dari keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada maka
diperoleh klasifikasi kelompok populasi konsumen di antaranya adalah kelompok
populasi pengunjung berjumlah 180 orang, kelompok populasi pedagang
berjumlah 30 orang, kelompok populasi pegawai/pekerja taman berjumlah 5 orang
dan kelompok populasi penyedia jasa berjumlah 5 orang.
Kelompok populasi penyedia jasa dalam penelitian ini adalah kelompok
yang menyediakan jasa perparkiran bagi kendaraan bermotor para pengunjung
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada dengan memanfaatkan keberadaan
pohon sebagai naungan untuk kendaraan bermotor para pengunjung.
B. Sampel
Pengambilan sampel (responden) dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling. Sampel diambil secara purposive sampling, yaitu anggota
(1999) pada metode purposive sampling, pengumpulan data atas dasar
pertimbangan pribadi semata. Asal calon responden tersebut sesuai dengan
karakteristik populasi yang diinginkan, maka dapat dijadikan sebagai
elemen-elemen sampel penelitian. Keuntungan menggunakan teknik ini adalah murah,
cepat dan mudah, serta relevan dengan tujuan penelitian. Adapun jumlah sampel
yang diambil sebesar 25% dari rata-rata jumlah konsumen yang menikmati
langsung jasa dari keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi
Gajah Mada setiap hari. Dalam penarikan jumlah sampel, penulis berpedoman
pada pendapat Arikunto (1990), yaitu apabila subjeknya kurang dari 100 orang,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlahnya lebih besar dari 100 orang maka dapat diambil antara
10 – 15 % atau 20 – 25 %.
Berdasarkan rata-rata jumlah konsumen yang menikmati langsung jasa
dari keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada maka
dilakukan penarikan sampel sebesar 25 % dari jumlah konsumen tersebut dan
sekaligus dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini dengan jumlah 55
orang. Berdasarkan jumlah responden maka diperoleh 4 (empat) kelompok
populasi pengguna langsung jasa dari keberadaan pohon-pohon di Taman
Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada dimana 37 orang atau sekitar 67 % dari
jumlah responden adalah kelompok populasi pengunjung, 10 orang atau sekitar 18
% dari jumlah responden adalah kelompok populasi pedagang, 5 orang atau
sekitar 9 % dari jumlah responden adalah kelompok populasi pegawai/pekerja
taman, dan 3 orang atau sekitar 6 % dari jumlah responden adalah kelompok
Tehnik Pengumpulan Data 1. Data primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan penyebaran data isian atau
kuesioner (Lampiran 1) kepada para pengguna langsung Taman Olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada dan dilengkapi dengan wawancara. Menurut Teguh (1999)
data primer merupakan data murni yang diperoleh dari hasil penelitian secara
langsung dan yang masih memerlukan pengolahan lebih lanjut barulah data
tersebut memiliki arti. Data primer dalam penelitian ini meliputi : nilai ekonomi
keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada, deskripsi
tingkat umur, tingkat pendidikan, tingkat pemahaman lingkungan, tingkat
pendapatan dari responden dan analisis pengaruh tingkat pendapatan, tingkat
umur, tingkat pendidikan dan tingkat pemahaman lingkungan terhadap kesediaan
membayar (willingness to pay ) dari responden.
Data primer dalam penelitian ini dibatasi pada klasifikasi dari
masing-masing variabel seperti kesediaan membayar, pendapatan, umur, pendidikan dan
pemahaman lingkungan dari responden dimana kelas 1 (satu) sebagai kelas
terendah dan kelas 5 (lima) sebagai kelas tertinggi. Nilai setiap kelas dari
masing-masing variabel berdasarkan hasil wawancara terhadap responden di Taman
Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada (Lampiran 2).
Klasifikasi untuk variabel pendidikan dibatasi pada pendidikan formal
yang diterima oleh responden dan dinilai berdasarkan skoring dari setiap
pendidikan formal responden yang berasal dari hasil wawancara terhadap
Klasifikasi untuk variabel pemahaman lingkungan responden ditentukan
berdasarkan skoring dengan nilai terendah 1 dan nilai tertinggi 5 dari setiap
pertanyaan yang terdapat pada kuesioner dengan jumlah sebanyak 13 pertanyaan
kemudian dijumlahkan dan dimasukkan ke dalam 5 (lima) kategori kelas, seperti
tidak paham, kurang paham, agak paham, paham dan sangat paham.
2. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka. Data
sekunder dalam penelitian ini meliputi data tentang letak, luas, topografi, dan
gambar dari Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada.
Analisis Data
Menghitung nilai “mean” (rataan), nilai “median” (nilai tengah) dan nilai
“modus” (nilai yang sering muncul) dari jumlah uang yang bersedia dibayar oleh
responden dalam setiap kunjungan untuk memperoleh manfaat dari keberadaan
pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada.
Menurut Sugiarto (2003) untuk mendapatkan nilai mean, median dan
modus digunakan rumus-rumus sebagai berikut :
Mean :
Mean =
n fiXi
∑
Dimana :
fi = frekuensi kelas ke – i Xi = nilai tengah kelas ke – i
Median :
Median =
2 1 + N
Dimana :
N = banyaknya observasi secara keseluruhan
Modus
Modus adalah nilai yang paling sering muncul berdasarkan tingkat
frekuensi tertinggi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden di Taman
Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada (Lampiran 2), modus yang digunakan berasal
dari jumlah responden.
Metode Regresi
Metode regresi yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
faktor-faktor tingkat umur (X1), pendidikan (X2), pemahaman lingkungan (X3)
dan pendapatan (X4) yang berfungsi sebagai variabel independen/bebas/prediktor
terhadap jumlah uang yang bersedia dibayar/willingness to pay yang berfungsi
sebagai variabel dependen/terikat/respons oleh responden (Y) adalah dengan
meregresikan variabel tidak bebas dengan beberapa variabel bebas yaitu
pendidikan, pendapatan umur dan pemahaman lingkungan.
Model regresi yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
tingkat umur (X1), pendidikan (X2), pemahaman lingkungan (X3) dan pendapatan
(X4) terhadap kesediaan membayar/willingness to pay (Y) adalah model regresi
berganda dengan menggunakan software Minitab 14.
Menurut Daniel (2001) metode yang digunakan untuk melihat pengaruh
satu variabel dependen/terikat/respons adalah model regresi berganda. Persamaan
umum regresi berganda sebagai berikut:
X
a
X
a
X
a
X
a
a
Y
=
0+ 1 1+ 2 2+ 3 3+ 4 4Dimana :
Y = Kesediaan membayar (willingness to pay)
a0 = intersep
a1, a2, a3, a4 = koefisien-koefisien untuk setiap variabel
X1 = Tingkat pendapatan
X2 = Tingkat pendidikan
X3 = Tingkat umur
X 4 = Tingkat pemahaman lingkungan
Analisis regresi merupakan salah satu analisis dalam ilmu statistika yang
diasumsikan bahwa residual mengikuti distribusi normal dengan rata-rata
mendekati 0 (nol) dan standar deviasi tertentu [ε ~ N (0,σ²)].
KONDISI UMUM
Letak dan Luas Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada terletak di Jalan Gajah Mada
ujung, Kelurahan Babura , Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan, Provinsi
Sumatera Utara. Luas areal Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
berdasarkan Daftar Rekapitulasi Taman di kota Medan menurut Dinas Pertamanan
adalah 310 m².
Kecamatan Medan Baru adalah salah satu dari 21
dengan Kecamatan
barat, Kecamatan
Kecamatan
penduduknya adalah 7.434,08 jiwa/km².
Kotamadya Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km2) atau 3,6 %
dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian dibandingkan dengan
kotamadya/kabupaten lainnya, kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif
kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota
Medan terletak pada 3º 30' - 3º 43' Lintang Utara dan 98º 44' Bujur Timur. Untuk
itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian
2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, wilayah kota Medan
hampir secara keseluruhan berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang,
langsung dengan Selat Malaka yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu
lintas terpadat di dunia.
Keadaan Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
Lokasi Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada terletak di pinggir jalan
umum tepatnya di Jalan Gajah Mada Ujung dan merupakan tempat yang mudah
diakses dikarenakan lokasi yang mudah dijangkau dan banyak dilalui
kendaraan-kendaraan umum. Hal ini dapat lihat pada Lampiran 4.
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada merupakan salah satu kawasan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah Kotamadya Medan yang lengkap dengan
segala fasilitas. Permintaan akan kebutuhan masyarakat untuk tempat olahraga
dan tempat rekreasi baik aktif maupun pasif menuntut keberadaan Taman
Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada yang bersih, indah dan nyaman yang dapat
menimbulkan ketentraman dan keindahan kota. Hal ini sesuai dengan fungsi dari
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada yaitu sebagai sarana olahraga dan
sarana rekreasi yang dapat dilihat pada Lampiran 4.
Untuk para pengunjung yang senantiasa datang melakukan
kegiatan-kegiatan olahraga, Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada menyediakan
beberapa fasilitas-fasilitas olahraga seperti 2 buah lapangan bola voli, 1 buah
lapangan basket dan jalan/trek untuk kegiatan berlari, bersepeda dan
berjalan-jalan yang disesuaikan dengan kebutuhan para pengunjung. Selain fasilitas
olahraga, Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada juga menawarkan beberapa
fasilitas rekreasi kepada para pengunjung seperti tempat duduk yang terbuat dari
beton yang dilengkapi dengan hamparan rumput. Untuk para pengunjung yang
Mada juga menyediakan taman bermain yang merupakan bagian dari sarana
rekreasi.
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada diresmikan pada tanggal 5
Oktober 1993 oleh Raja Inal Siregar selaku Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 4.
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada memiliki 6 buah jalan masuk
dimana letak masing-masing jalan masuk tersebut dibuat di beberapa titik yang
mudah dijangkau para pengunjung dengan lebar jalan yang sudah ditentukan oleh
pihak Dinas Pertamanan selaku pengelola Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah
Mada.
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada dilengkapi dengan fasilitas
pendukung seperti 8 buah lampu penerangan sebagai sumber cahaya pada malam
hari yang dapat menjangkau seluruh sudut ruang dari Taman Olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada dan sekaligus bertujuan untuk mambantu para pengunjung
melakukan aktifitas pada malam hari. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 4.
Di dalam areal Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada juga terdapat 1
buah pemancar jaringan telekomunikasi seluler yang dimiliki oleh salah satu
perusahaan telekomunikasi ternama di Indonesia. Sesuai dengan fungsi dan
peranan Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada sebagai salah satu kawasan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang merupakan bagian dari ruang terbuka yang
sebagian besar atau seluruhnya diisi oleh tanaman, Taman Olahraga dan Rekeasi
Gajah Mada ditanami beberapa pohon-pohon yang mempunyai nilai komersil dan
tidak mempunyai nilai komersil. Pohon-pohon yang mendominasi areal Taman
nucifera L) dan pohon dengan jenis cemara (Casuarina sp). Untuk lebih lanjut,
jumlah dan jenis dari pohon-pohon yang terdapat di areal Taman Olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis dan Jumlah Pohon-Pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
( Sumber : Dinas Pertamanan, 2005)
Agar tanaman yang terdapat di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
senantiasa tumbuh prima, semua aspek budidaya meliputi pemangkasan,
penyiraman, pemupukan, peremajaan tanaman, pencabutan rumput liar dan
lain-lain, sehingga taman tersebut terlihat cantik, indah hijau, asri dan terawat dengan
baik. Untuk perawatan Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada, Dinas
Pertamanan Kotamadya Medan telah menyediakan 5 orang pekerja taman yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai Ekonomi Keberadaan Pohon-Pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
Berbicara tentang nilai ekonomi keberadaan pohon di Taman Olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada, berarti kita berbicara fungsinya bagi pemenuhan kebutuhan
secara langsung (pemenuhan konsumsi dan kesenangan). Nilai ekonomi
keberadaan pohon merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (yang
dalam hal ini adalah keberadaan pohon) bagi orang atau individu tertentu yang
berada pada tempat atau waktu tertentu. Hal ini didukung oleh Field dan Martha
(2002) yang menyatakan bahwa nilai sumberdaya hutan yang dinyatakan oleh
suatu masyarakat di tempat tertentu akan beragam, tergantung kepada persepsi
setiap anggota masyarakat tersebut, demikian juga keragaman nilai akan terjadi
antara masyarakat yang berbeda.
Nilai keberadaan pohon bukan dihasilkan dari institusi pasar, dan tidak ada
kaitannya dengan fungsi perlindungan aset produktif dan proses produksi secara
langsung. Hal ini dikarenakan keberadaan pohon merupakan salah satu elemen
penting dalam pembentuk keseimbangan lingkungan demi kelestarian kehidupan.
Menurut Yakin (1997) lingkungan pada dasarnya adalah barang publik, yang
keberadaan dan kualitasnya tergantung dari perilaku masyarakat. Nilai ekonomi
sumberdaya dan lingkungan salah satunya menitik beratkan pada persoalan barang
publik (public goods or common property resources).
Penilaian manfaat dan peranan keberadaan pohon di Taman Olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada dalam konteks bidang ekonomi dilakukan melalui
(1997) willingness to pay merupakan nilai dari perubahan kondisi lingkungan atau
biaya dari kerusakan lingkungan yang ditentukan oleh semua individu baik secara
langsung maupun tidak langsung yang bisa dinyatakan dalam bentuk uang.
A. Manfaat-Manfaat Keberadaan Pohon-Pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden diperoleh bahwa
manfaat-manfaat yang dapat dirasakan atas jasa dari keberadaan pohon-pohon di
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada adalah manfaat estetis, protektif dan
higienis. Manfaat tersebut sangat beragam dan tergantung pada kelompok
populasi pengguna langsung jasa dari keberadaan pohon-pohon di Taman
Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada. Menurut kelompok populasi pengunjung dan
pegawai/pekerja taman, manfaat yang dapat dirasakan atas keberadaan pohon di
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada adalah manfaat estetis, protektif dan
higienis. Sedangkan menurut kelompok populasi pedagang dan penyedia jasa,
manfaat yang dapat dirasakan atas keberadaan pohon di Taman Olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada adalah manfaat protektif.
Manfaat estetis dari keberadaan pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi
adalah warna hijau dan aneka bentuk dedaunan serta bentuk susunan tajuk
berpadu menjadi suatu pemandangan yang menyejukkan dan menonjolkan
keindahan. Menurut Dahlan (2004) lingkungan hidup buatan berupa benda-reka
seperti gedung, pagar, tugu, jembatan dan sebagainya walaupun mempunyai
bentuk, warna dan tekstur yang sudah dirancang sedemikian rupa indahnya tetap
membutuhkan tanaman sebagai pelengkap dan pelembut. Tanaman dengan
bentuk, warna dan tekstur tertentu dapat dipadu-padankan untuk mendapatkan
Manfaat estetis tersebut dapat diperoleh dari perpaduan jenis pohon-pohon
seperti cemara (Casuarina sp), pulai (Alstonia scholaris) dan tanjung (Mimusops
elengi) yang terdapat di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada.
Manfaat protektif dari keberadaan pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi
Gajah Mada adalah dapat menjadi pelindung dari teriknya sinar matahari di siang
hari sehingga para pengguna langsung jasa dari keberadaan pohon di Taman
Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada dapat memperoleh keteduhan. Hal ini
didukung oleh Dahlan (2004) yang menyatakan bahwa suhu udara pada daerah
pepohonan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi pohon. Hal ini
disebabkan karena daun mempunyai kemampuan untuk memantulkan kembali
sinar infra merah sebesar 70 % sedangkan untuk cahaya tampak dengan berbagai
panjang gelombang (380-780 nm) berkisar 6-12 %.
Pohon juga dapat menjadi pelindung dari terpaan angin kencang dan
peredam dari suara kebisingan. Menurut Grey dan Deneke dalam Dahlan (2004)
dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95 %. Jenis tumbuhan yang
paling efektif untuk meredam kebisingan ialah yang mempunyai tajuk yang tinggi
dan rindang.
Pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada yang
bermanfaat sebagai pelindung dari teriknya sinar matahari dan pelindung dari
terpaan angin kencang adalah pohon dengan jenis akasia (Acacia auricoliformis),
mahoni (Swietenia mahagoni) dan mangga (Mangifera indica).
Manfaat higienis dari keberadaan pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi
Gajah Mada adalah mampu mengurangi bahaya polusi, karena dedaunan pohon
menghasilkan gas oksigen yang sangat dibutuhkan manusia. Menurut Freer-Smith
dkk dalam Dahlan (2004) tumbuhan hutan kota dapat menyerap dan menjerap gas
beracun, aerosol dan partikel padat. Dengan banyaknya tumbuhan yang tersebar di
berbagai wilayah kota akan menjadikan udara kota menjadi lebih bersih dan sehat.
Pohon-pohon yang berada di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
yang dapat memberikan manfaat secara higienis adalah pohon dengan jenis
mahoni (Swietenia mahagoni) dan tanjung (Mimusops elengi).
B. Kesediaan Membayar Responden
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden di
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada diperoleh manfaat dan peranan
keberadaan pohon yang diinterpretasikan melalui kesediaan membayar atau
willingness to pay oleh responden setiap bulan yang dinyatakan dalam bentuk
uang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kesediaan Membayar (Willingness To Pay) Responden Setiap Bulan No Kesediaan
sampai Rp 20.000 per orang untuk setiap kunjungan. Kesediaan membayar
responden didasarkan atas manfaat keberadaan pohon di Taman Olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada yang berjumlah 76 pohon dengan vegetasi yang
mendominasi adalah jenis kelapa (Cocos nucifera ) dan jenis cemara (Casuarina
sp).
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh jumlah kunjungan para responden yang
diwawancarai adalah sebanyak 706 kali dengan total tingkat kesediaan membayar
atas keberadaan pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada adalah
sebesar Rp 2.353.000 selama sebulan.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden di Taman Olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada diperoleh klasifikasi tingkat kesediaan membayar
responden untuk setiap kunjungan dan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Tingkat Kesediaan Membayar Responden Kelas Tingkat Kesediaan
Membayar
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh bahwa tingkat kesediaan membayar
responden terhadap jasa dari keberadaan pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi
Gajah Mada untuk setiap kunjungan dengan jumlah responden terbesar adalah
pada kelas 1 yang berada pada golongan sangat rendah dan bernilai antara Rp
500-Rp 4.400 /kunjungan dengan jumlah 36 orang atau sekitar 65 % dari
berada pada golongan tinggi dengan nilai antara Rp 12.201-Rp 16.000 /kunjungan
dengan jumlah 1 orang atau sekitar 2 % dari keseluruhan jumlah responden.
Tingkat Umur Responden
Dalam penelitian ini tingkat umur responden dibatasi pada golongan
sangat muda sampai golongan sangat tua, asal calon responden dapat berinteraksi
dan dapat merespon semua pertanyaan yang berasal dari data isian atau kuesioner
penelitian dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Taman
Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada terhadap responden yang berasal dari data
isian atau kuesioner pada Lampiran 1 diperoleh klasifikasi tingkat umur
responden. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Tingkat Umur Responden Kelas Tingkat Umur
Berdasarkan Tabel 4 diperoleh tingkat umur responden yang menikmati
jasa dari keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
dengan jumlah responden yang paling banyak adalah pada kelas 1 dengan tingkat
umur 17-25 tahun yang berjumlah 19 orang atau sekitar 35 % dari keseluruhan
jumlah responden dan berada pada golongan sangat muda. Tingkat umur
responden yang paling sedikit adalah pada kelas 5 dengan usia antara 53-61 tahun
Salah satu alasan banyaknya golongan sangat muda datang ke Taman
Olahraga dan Rekreasi Gajah mada adalah karena fasilitas olahraga dan fasilitas
rekreasi yang bersih, nyaman dan lengkap. Hal ini dikarenakan fungsi Taman
Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada adalah sebagai tempat olahraga dan tempat
rekreasi. Menurut Dinas pertamanan (2002) taman kota merupakan salah satu
kawasan Ruang Terbuka Hijau di wilayah perkotaan yang lengkap dengan segala
fasilitasnya. Permintaan akan kebutuhan masyarakat untuk tempat rekreasi baik
aktif maupun pasif menuntut keberadaan taman kota yang bersih, indah dan
nyaman yang dapat menimbulkan ketentraman dan keindahan kota.
Tingkat Pendidikan Responden
Dalam penelitian ini tingkat pendidikan responden dibatasi pada
pendidikan formal dan dinilai dengan skoring dari setiap tingkat pendidikan
responden. Menurut Hicks (1997) pendidikan formal mencakup sekolah dasar,
menengah pertama, menengah atas dan perguruan tinggi.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden di Taman olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada yang berasal dari data isian atau kuesioner diperoleh
klasifikasi untuk tingkat pendidikan responden. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Responden Kelas Tingkat pendidikan
Responden
Berdasarkan Tabel 5 diperoleh tingkat pendidikan dari responden yang
mendominasi Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada adalah responden
dengan tingkat pendidikan menengah atas yang berjumlah 25 orang atau sekitar
45 % dari jumlah keseluruhan responden. Tingkat pendidikan responden yang
paling sedikit adalah kelas 1 yang berada pada golongan pendidikan dasar yang
hanya berjumlah 4 orang atau sekitar 7 % dari keseluruhan jumlah responden.
Alasan beberapa responden dari kelompok pengunjung yang berada pada
golongan pendidikan menengah atas berkunjung ke Taman Olahraga dan Rekreasi
Gajah Mada adalah dikarenakan letak taman yang berdekatan dengan sekolah dan
beberapa bimbingan belajar. Selain letak dari Taman Olahraga dan Rekreasi
Gajah Mada, alasan lain dari responden tersebut adalah dikarenakan taman
tersebut nyaman dan tentram digunakan sebagai tempat untuk belajar.
Tingkat Pemahaman Lingkungan Responden
Pemahaman lingkungan merupakan deskripsi tentang kondisi wilayah
target dan pengembangannya secara rinci. Hal ini didukung oleh Nugroho dan
Murtijo (2005) yang menyatakan bahwa pemahaman relativitas suatu masyarakat
dapat dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan cara mendengar, mengamati
aktifitas budaya masyarakat dan melakukan dialog melalui wawancara dengan
pihak masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden di Taman Olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada melalui data isian atau kuesioner diperoleh klasifikasi
tingkat pemahaman lingkungan dari masing-masing responden. Dalam penelitian
skoring dengan nilai terendah 1 dan nilai tertinggi 5 untuk setiap pertanyaan dan
dihitung berdasarkan banyaknya pertanyaan yang dijawab oleh responden. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Tingkat Pemahaman Lingkungan Responden Kelas Tingkat Pemahaman
Lingkungan Responden
Berdasarkan Tabel 6 diperoleh tingkat pemahaman lingkungan dari
responden didominasi kelas 1 yang berada pada golongan tidak paham sebanyak
39 orang atau sekitar 71 % dari jumlah keseluruhan responden dengan nilai
skoring antara 1-13. Tingkat pemahaman lingkungan dari responden pada kelas 4
yang berada pada golongan paham adalah yang paling sedikit jumlah
respondennya dimana jumlah responden hanya berjumlah 1 orang atau sekitar 2
% dari keseluruhan jumlah responden dengan nilai skoring antara 40-52.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden di Taman Olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada diketahui bahwa rendahnya tingkat pemahaman lingkungan
dikarenakan tidak adanya preferensi responden dalam menentukan nilai
keberadaan pohon. Hal ini didukung oleh Nazaruddin (1996) yang menyatakan
bahwa keberadaan pohon yang tidak mempunyai harga di pasar menyebabkan
Tingkat Pendapatan Responden
Tingkat pendapatan merupakan kemampuan manusia untuk
mempertahankan hidup yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya
masing-masing. Pada penelitian ini tingkat pendapatan dibatasi pada 5 kelas yaitu
golongan berpenghasilan sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
Klasifikasi tingkat pendapatan pada penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil
wawancara terhadap responden di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada
melalui data isian atau kuesioner. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Tingkat Pendapatan Responden Kelas Tingkat
Berdasarkan Tabel 7 diperoleh tingkat pendapatan responden yang
berkunjung di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada didominasi oleh
responden yang berada pada golongan penghasilan sangat rendah yaitu sebanyak
25 orang atau sekitar 45 % dari keseluruhan jumlah responden dengan nilai
penghasilan antara Rp 0-1.000.000 untuk setiap bulan. Tingkat pendapatan
responden pada kelas 4 dan 5 yang berada pada golongan penghasilan tinggi dan
sangat tinggi adalah yang paling sedikit jumlah responden dimana jumlahnya
hanya sebanyak 2 orang atau sekitar 4 % dari jumlah keseluruhan responden
dengan nilai penghasilan antara Rp 3.000.001-Rp 4.000.000 dan Rp 4.000.001-Rp
Berdasarkan hasil wawancara di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah
Mada diketahui bahwa latar belakang responden dengan golongan berpenghasilan
sangat rendah mendominasi taman tersebut adalah dikarenakan sebagian besar
responden tersebut masih aktif berprofesi sebagai pelajar.
Analisis Data Mean
Nilai mean atau rata-rata yang diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan
kesediaan membayar responden yang menikmati langsung jasa dari keberadaan
pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada yang terdapat pada Tabel 2.
Tujuan dihitungnya nilai mean dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai
rata-rata kesediaan membayar pengguna langsung atas manfaat yang dirasakan
dari keberadaan tiap pohon dan keseluruhan pohon di Taman Olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada selama satu hari, satu bulan dan satu tahun.
Mean :
Nilai mean atau rata-rata kesediaan membayar setiap pengguna langsung
yang menikmati manfaat dari keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada adalah sebesar Rp 42.782 untuk setiap orang per bulan.
keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada yang
diinterpretasikan kedalam bentuk uang dan disesuaikan dengan tingkat
kebutuhannya masing-masing selama sebulan.
Jika nilai yang bersedia diberikan setiap pengguna langsung atas manfaat
yang dirasakan dari keberadaan pohon-pohon di taman tersebut adalah sebesar Rp
42.782 per orang /bulan maka nilai yang bersedia dibayar oleh setiap pengguna
langsung untuk setiap hari adalah sebesar Rp 1.426 per orang /hari.
Berdasarkan hasil wawancara melalui kuesioner atau data isian terhadap
responden di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada mengenai manfaat yang
dirasakan atas keberadaan pohon-pohon di sini adalah manfaat yang diperoleh
atau dirasakan atas jasa dari keberadaan seluruh pohon di taman tersebut dimana
jumlahnya adalah sebanyak 76 pohon.
Oleh karena itu nilai rata-rata yang bersedia diberikan oleh setiap
pengguna langsung di sini adalah nilai manfaat yang dirasakan selama sebulan
atas keberadaan pohon secara keseluruhan yang berjumlah 76 pohon dan
diinterpretasikan kedalam bentuk uang sebesar Rp 42.782 per orang /bulan.
Jika setiap pengguna langsung bersedia membayar sebesar Rp 42.782 per
orang /bulan atas manfaat yang diterimanya untuk keberadaan pohon secara
keseluruhan di taman tersebut maka manfaat yang diterima setiap pengguna
langsung dari setiap pohon di taman tersebut untuk setiap bulan, adalah :
= Rp 562 per orang /bulan.
Nilai yang bersedia diberikan oleh setiap pengguna langsung atas manfaat
setiap pohon yang berada di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada adalah
sebesar Rp 562 per orang /bulan. Dari hasil tersebut dapat diperoleh nilai ekonomi
menurut setiap pengguna langsung untuk tiap pohon dalam satu hari di taman
tersebut adalah sebesar Rp 19 per orang /hari.
Berdasarkan informasi mengenai jumlah pengguna langsung yang
berkunjung setiap hari di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada dengan
jumlah sebesar 220 orang maka jumlah pengguna langsung untuk satu bulan dan
satu tahun juga dapat diketahui dimana jumlah pengguna langsung untuk satu
bulan adalah sebesar 6.600 orang dan untuk satu tahun akan mencapai 79.200
orang.
Berdasarkan nilai yang bersedia dibayar oleh setiap pengguna langsung
atas manfaat yang diperoleh dari keberadaan pohon di Taman Olahraga dan
Rekreasi Gajah Mada untuk satu hari maka nilai yang bersedia dibayar oleh
seluruh pengguna langsung atas manfaat yang diperoleh dari keberadaan pohon
dan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada untuk satu hari,
satu bulan dan satu tahun dapat ditentukan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8.
Berdasarkan Tabel 8 diperoleh nilai ekonomi keberadaan pohon di Taman
Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada yaitu sebesar Rp 4.180 per hari, Rp 125.400
per bulan dan Rp 1.504.800 per tahun.
Selain nilai ekonomi keberadaan pohon berdasarkan Tabel 8 diketahui
pula nilai ekonomi keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi
Gajah Mada adalah Rp 313.720 per hari, Rp 9.411.600 per bulan dan Rp
112.939.200 per tahun.
Median
Median merupakan salah satu alat dalam statistik yang bertujuan untuk
menentukan nilai tengah dari kesediaan membayar responden atas manfaat yang
diterima dari keberadaan pohon-pohon untuk setiap kunjungan di Taman Olahraga
dan Rekreasi Gajah Mada yang terdapat pada Tabel 2.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai tengah dari kesediaan
membayar responden atas manfaat yang diterima dari keberadaan pohon-pohon di
Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada adalah pada observasi ke 28 yaitu
sebesar Rp 3.000 per orang /kunjungan yang terletak pada datum 5. Dari hasil
orang /kunjungan dan nilai tertinggi sebesar Rp 4.000 – Rp 20.000 per orang
/kunjungan.
Modus
Modus merupakan nilai yang paling sering muncul yang diperoleh
berdasarkan jumlah responden yang terbanyak untuk kesediaan membayar setiap
kunjungan yang terdapat pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh nilai modus untuk kesediaan membayar
responden setiap kunjungan adalah sebesar Rp 1.000, Rp 3.000 dan Rp 5.000
dengan jumlah responden terbanyak yaitu sebesar 10 orang.
Pengaruh Tingkat Umur, Pendidikan, Pemahaman Lingkungan dan Pendapatan Terhadap Kesediaan Membayar/Willingness To Pay dari Responden
Dalam penelitian ini untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel tingkat
umur (X1), pendidikan (X2), pemahaman lingkungan (X3) dan pendapatan (X4)
terhadap kesediaan membayar/willingness to pay (Y) dari responden adalah
dengan menggunakan metode regresi berganda.
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Minitab 14 (Lampiran 3)
diperoleh persamaan model regresi berganda, sebagai berikut :
Y = -3.713 – 11,3 X1 + 1.292 X2 + 150 X3 + 0,000616 X4
Dari persamaan regresi berganda diketahui bahwa nilai intersep adalah
sebesar 3.713 dimana tanda negatif pada nilai intersep tersebut menunjukkan
hubungan yang negatif antara variabel kesediaan membayar/willingness to pay