• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Ekonomi Keberadaan Pohon-Pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Nilai Ekonomi Keberadaan Pohon-Pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI EKONOMI KEBERADAAN POHON – POHON DI TAMAN OLAHRAGA DAN REKREASI GAJAH MADA

SKRIPSI

Oleh :

YAN BASTIAN GULTOM 021201024 / MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

NILAI EKONOMI KEBERADAAN POHON – POHON DI TAMAN OLAHRAGA DAN REKREASI GAJAH MADA

SKRIPSI

Oleh :

YAN BASTIAN GULTOM 021201024 / MANAJEMEN HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana kehutanan di Fakultas pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Nilai Ekonomi Keberadaan Pohon-Pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

Nama : Yan Bastian Gultom

Nim : 021201024

Departemen : Kehutanan

Program Studi : Manajemen Hutan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Agus Purwoko, S.Hut, M.Si Kansih Sri Hartini, S.Hut, MP NIP. 132 259 573

Mengetahui,

Ketua Departemen Kehutanan

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai ekonomi keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada berdasarkan kesediaan membayar dari pengguna langsung atas manfaat keberadaan pohon dan pohon-pohon. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa nilai ekonomi yang diberikan oleh pengguna langsung atas jasa dari keberadaan pohon adalah Rp 4.180 per hari, Rp 125.400 per bulan dan Rp 1.504.800 per tahun. Sedangkan untuk nilai ekonomi keberadaan pohon-pohon adalah Rp 313.720 per hari, Rp 9.411.600 per bulan dan Rp 112.939.200 per tahun. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara kesediaan membayar dengan faktor umur, pendidikan, pemahaman lingkungan dan pendapatan dengan menggunakan regresi linear berganda. Dari hasil penelitian didapat persamaan regresi linear berganda yaitu : Y = -3.713 - 11,3 X1 + 1.292 X2 + 150 X3 + 0,000616 X4 dengan R² = 99,95 %.

Kata kunci: nilai ekonomi keberadaan pohon-pohon, kesediaan membayar, pengguna langsung dan regresi linear berganda.

(5)

ABSTRACT

Te purpose of this research was to get the economic value of tree existence based on willingness to pay from direct consumer for advantage of tree existence in the sports and recreation of Gajah Mada park. The economics value from direct consumer for using one of tree existence of this research was Rp 4.180 for a day, Rp 125.400 for a month and Rp 1.504.800 for a year. While the value of economic for all of tree existence was Rp 313.720 for a day, Rp 9.411.600 for a month and Rp 112.939.200 for a year. The research also was to get a correlation of willigness to pay with the age, education, understanding of environment and income with using doubled linear regression. The regressions of the research result was : Y = - 3.713 - 11,3 X1 + 1.292 X2 + 150 X3 + 0,000616 X4 with R² = 99,95 %.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Yan Bastian Gultom, dilahirkan di Medan pada Tanggal 8 Januari 1985 dari ayahanda Drs. Jawaris Gultom (alm) dan ibunda Rosdiana Simanjuntak.

Penulis merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis hingga saat ini :

1. TK Bethania di Medan Tamat Tahun 1990.

2. SD Methodist 7 di Medan Tamat Tahun 1996.

3. SLTP RK Tri sakti II di Medan Tamat Tahun 1999.

4. SMU Negeri 4 di Medan Tamat Tahun 2002.

Penulis melanjutkan studi di program studi Manajemen Hutan Departemen

Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2002

melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Kegiatan yang pernah diikuti oleh penulis selama perkuliahan adalah :

1. Anggota Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS).

2. Melaksanakan Praktik Umum Kehutanan (PUK) di hutan Lau Kawar Desa

Kuta Gugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo dan hutan

Mangrove Desa Kayu Besar Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai

Propinsi Sumatera Utara.

3. Melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di HPHTI PT. Toba Pulp Lestari,

Tbk. Sektor Aek Nauli, Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara.

4. Melaksanakan penelitian di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru Kota madya Medan Provinsi

(7)

DAFTAR ISI

Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan ... 11

Metode Valuasi Kontingensi ... 15

Tingkat Pendapatan ... 16

Tingkat Pendidikan ... 16

Tingkat Umur ... 17

Tingkat Pemahaman Lingkungan ... 18

METODE PENELITIAN Letak dan Luas Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 27

Keadaan Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Ekonomi Keberadaan Pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 31

(8)

B. Kesediaan Membayar Responden ... 34

Tingkat Umur Responden ... 36

Tingkat Pendidikan Responden ... 37

Tingkat Pemahaman Lingkungan Responden ... 38

Tingkat Pendapatan Responden ... 40

Analisis Data ... 41

KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

Kesimpulan ... 49

Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

(9)

DAFTAR TABEL

Hal 1. Jenis dan Jumlah Pohon-pohon di Taman

Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 30

2. Kesediaan Membayar (Willingness To Pay) Responden Setiap Bulan ... 34

3. Tingkat Kesediaan Membayar Responden ... 35

4. Tingkat Umur Responden ... 36

5. Tingkat Pendidikan Responden ... 37

6. Tingkat Pemahaman Lingkungan Responden ... 39

7. Tingkat Pendapatan Responden ... 40

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Lembar Kuesioner Penelitian ... 52

2. Hasil Wawancara Terhadap Responden di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada ... 55

3. Analisis Regresi dengan Menggunakan Program Komputer ... 57

4. Dokumentasi Penelitian ... 58

5. Peta Kotamadya Medan ... 61

6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 62

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai ekonomi keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada berdasarkan kesediaan membayar dari pengguna langsung atas manfaat keberadaan pohon dan pohon-pohon. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa nilai ekonomi yang diberikan oleh pengguna langsung atas jasa dari keberadaan pohon adalah Rp 4.180 per hari, Rp 125.400 per bulan dan Rp 1.504.800 per tahun. Sedangkan untuk nilai ekonomi keberadaan pohon-pohon adalah Rp 313.720 per hari, Rp 9.411.600 per bulan dan Rp 112.939.200 per tahun. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara kesediaan membayar dengan faktor umur, pendidikan, pemahaman lingkungan dan pendapatan dengan menggunakan regresi linear berganda. Dari hasil penelitian didapat persamaan regresi linear berganda yaitu : Y = -3.713 - 11,3 X1 + 1.292 X2 + 150 X3 + 0,000616 X4 dengan R² = 99,95 %.

Kata kunci: nilai ekonomi keberadaan pohon-pohon, kesediaan membayar, pengguna langsung dan regresi linear berganda.

(13)

ABSTRACT

Te purpose of this research was to get the economic value of tree existence based on willingness to pay from direct consumer for advantage of tree existence in the sports and recreation of Gajah Mada park. The economics value from direct consumer for using one of tree existence of this research was Rp 4.180 for a day, Rp 125.400 for a month and Rp 1.504.800 for a year. While the value of economic for all of tree existence was Rp 313.720 for a day, Rp 9.411.600 for a month and Rp 112.939.200 for a year. The research also was to get a correlation of willigness to pay with the age, education, understanding of environment and income with using doubled linear regression. The regressions of the research result was : Y = - 3.713 - 11,3 X1 + 1.292 X2 + 150 X3 + 0,000616 X4 with R² = 99,95 %.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kehidupan masyarakat kota besar menurut aktivitas, mobilitas dan

persaingan yang tinggi menuntut masyarakat kota cenderung berpikir praktis.

Kota Medan yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia telah berkembang

dengan pesat dan merupakan konsentrasi pemukiman dan pusat segala aktifitas.

Perkembangan kota menuntut adanya suatu kondisi fisik dan lingkungan yang

wajar bagi warga kotanya. Oleh karena itu pertambahan penduduk yang pesat

senantiasa diiringi pula oleh tuntutan tersedianya prasarana dan sarana bagi

kehidupan dan kegiatannya (Dinas Pertamanan, 2005).

Kota Medan yang merupakan Ibu kota Provinsi Sumatera Utara dan juga

sebagai pintu gerbang Indonesia bagian Barat, dengan jumlah penduduk

1.909.700 jiwa dengan luas wilayah 26.500 Ha, selama ini menjadi transit point

bagi arus kegiatan ekonomi negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunei,

Taiwan mulai tumbuh dan mantap sebagai pusat kegiatan ekonomi di Provinsi

Sumatera Utara dengan fokus kegiatan produksi dan pemasaran.

Tingginya daya tarik kota meningkatkan arus perpindahan penduduk dari

desa ke kota. Meningkatnya penduduk di kota mendorong pembangunan

perumahan yang tidak terkendali akibatnya munculnya daerah kumuh, perumahan

tidak tertata dan tidak teratur dan ruang terbuka hijau menjadi bangunan (Badan

Lingkungan Hidup, 2002).

Pembangunan yang diikuti dengan penerapan tekologi yang tinggi dan

(15)

bisa menimbulkan dampak buruk pada lingkungan. Walaupun ekonomi membaik

dan masyarakat yang kian sejahtera, namun bila masalah lingkungan tidak

diperhatikan, perbaikan ekonomi dan kesejahteraan yang diperoleh tidak akan

berkelanjutan.

Kemajuan kebudayaan manusia telah menjadikan lingkungan hidupnya

yang semula berhutan kini menjadi hutan besi dan beton. Kota yang semula

nyaman untuk dihuni karena sejuk, asri, tenang dan bersih terbebas dari polusi

akhirnya berubah menjadi kota yang panas, tercemar dan gersang (Dahlan, 2004).

Kehadiran pohon membuat lingkungan hidup terasa lebih nyaman, karena

selain memperindah lingkungan, pohon juga dapat memodifikasi unsur-unsur

iklim. Pohon memang tidak mengubah unsur-unsur iklim tersebut secara

dramatisir, tetapi perubahan kecil yang timbul akan sangat terasa sekali bagi

manusia. Sebagai contoh adalah kondisi udara di bawah pohon yang rindang pada

saat matahari bersinar penuh. Udara di bawah pohon tersebut akan terasa lebih

teduh, sejuk dan lembab. Lebih teduh karena intensitas cahaya matahari langsung

sebagian besar tidak dapat tembus kanopi pohon tersebut. Lebih sejuk karena

berkurangnya masukan energi cahaya untuk memanaskan udara dan permukaan di

bawah kanopi (Lakitan, 1997).

Menurut Nazaruddin (1996) keberadaan pohon-pohon dapat dimanfaatkan

dan dinikmati oleh setiap orang tanpa harus membayar manfaat yang diterima

tersebut. Manfaat yang dimiliki suatu keberadaan pohon-pohon tidak dapat

dipindahtangankan melalui harga-harga yang ada di pasar. Dengan kata lain,

manfaat keberadaan pohon-pohon tidak dapat diperjualbelikan. Hal ini karena

(16)

tidak memiliki harga di pasar menyebabkan kecilnya perhatian terhadap manfaat

keberadaan tegakan pohon. Keadaan seperti ini akhirnya cenderung

mengakibatkan berkurangnya rangsangan untuk memberikan kontribusi terhadap

penyediaan dan pengelolaan barang publik. Walaupun ada kontribusi, sumbangan

yang diberikan tidaklah cukup besar untuk membiayai penyediaan barang publik

yang efektif dan efisien, karena masyarakat cenderung memberikan nilai yang

lebih rendah dari yang seharusnya.

Menilai manfaat keberadaan pohon pada suatu taman kota dengan harga

yang bernilai ekonomi perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan untuk

meningkatkan posisi tawar, khususnya ketika terjadi benturan peruntukkan dengan

penggunaan lahan lainnya. Keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dapat

dijadikan sebagai referensi dalam menentukan nilai manfaat keberadaan pohon

secara ekonomi menjadi alasan bagi penulis untuk menilai manfaat keberadaan

pohon dan mentransformasikannya ke dalam nilai ekonomi berupa uang.

Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya nilai

ekonomi dari keberadaan pohon-pohon yang berada di taman umum dan seberapa

besar faktor pendapatan, pendidikan, umur dan pemahaman lingkungan

(17)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk pemanfaatan yang diperoleh dari

keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada.

2. Untuk mengetahui nilai-nilai ekonomi dari pemanfaatan keberadaan

pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada.

3. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendapatan, pendidikan, umur dan

pemahaman lingkungan terhadap nilai ekonomi dari keberadaan pohon-pohon

di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan bagi pemerintah untuk menentukan arah dalam pengelolaan

taman kota.

2. Sebagai bahan referensi pemerintah dalam membuat kebijakan yang

berhubungan dengan lingkungan.

3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lanjutan tentang nilai ekonomi dari

keberadaan pohon-pohon di taman kota.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Kota

Definisi hutan kota (urban forest) menurut Fakuara (1987) adalah

tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat

lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika,

rekreasi dan kegunaan-kegunaan khusus lainnya. Sedangkan menurut hasil

rumusan Rapat Teknis di Jakarta pada bulan Februari (1991) dalam Dahlan (1992)

hutan kota didefinisikan sebagai suatu lahan yang bertumbuhan pohon-pohonan di

dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik yang

berfungsi sebagai penyangga kehidupan dalam hal pengaturan tata air, udara,

habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid

yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan, serta areal tersebut

ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai hutan kota.

Beberapa tipe-tipe hutan kota yang sering dijumpai di kota-kota besar

menurut Dahlan (1992), antara lain :

a. Tipe pemukiman

b. Tipe kawasan industri

c. Tipe rekreasi dan keindahan

d. Tipe pelestarian plasma nutfah

e. Tipe perlindungan

(19)

Beberapa bentuk hutan kota, antara lain :

a. Jalur hijau

b. Taman kota

c. Kebun dan halaman

d. Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang

e. Hutan lindung

f. Kuburan dan taman makam pahlawan

Kondisi kota yang semarak indah, sejuk dan nyaman dapat tercipta, jika

taman yang ada dapat dibangun di banyak tempat. Selain hasilnya dinikmati oleh

penduduk kota, juga akan menunjukan citra yang baik bagi kota tersebut (Dahlan,

2004).

Taman kota dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam sedemikian

rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia, untuk

mendapatkan komposisi tertentu yang indah (Dahlan, 1992).

Menurut Nazaruddin (1996) tanaman dapat dibedakan atas lima kelompok

besar berdasarkan gradasi ketinggian, yaitu :

1. Rumput

Rumput merupakan jenis tanaman penggalas. Posisinya dalam taman

merupakan lapisan paling bawah di atas tanah.

2. Tanaman penutup tanah

Tanaman penutup lahan yang sering disebut ground cover merupakan

tanaman yang sedikit lebih tinggi dari rumput. Umumnya jenis tanaman ini

(20)

3. Semak

Tanaman semak merupakan jenis tanaman yang agak kecil dan rendah, agak

berkayu atau hanya cabang utamanya yang berkayu, serta pertumbuhannya

cenderung merambat atau melebar.

4. Perdu

Tanaman perdu merupakan jenis tanaman yang menyerupai pohon, tetapi

lebih kecil dan biasanya batangnya cukup berkayu tetapi tumbuhnya kurang

tegak dan kurang gagah. Tanaman perdu biasanya bercabang banyak dengan

percabangan yang selalu dekat dengan tanah.

5. Pohon

Pohon merupakan tanaman berkayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar

dengan percabangan yang kokoh.

Pohon

Pohon didefinisikan sebagai suatu tumbuhan tahunan berkayu yang

mempunyai batang utama tunggal dan mencapai tinggi 6 m atau lebih, dengan

diameter lebih dari 10 cm. Ada tiga bagian utama pohon, yaitu: (1) akar, (2)

batang dan (3) tajuk.

Menurut Arief (2001) klasifikasi pohon ada beberapa cara, antara lain

sebagai berikut:

a. Klasifikasi berdasarkan ukuran:

1). Tingkat semai, apabila pohon-pohonnya mempunyai tinggi sampai 1,5 m.

2). Tingkat pancang, apabila pohon-pohonnya mempunyai tinggi > 1,5 m

(21)

3). Tingkat tiang, apabila pohon-pohonnya mempunyai diameter 10-19 cm.

4). Tingkat pohon inti, apabila pohon-pohonnya mempunyai diameter > 50 cm.

b. Klasifikasi berdasarkan posisi tajuk pohon:

1). Dominan : Pohon dengan tajuk lebar di atas lapisan.

2). Kodominan : Pohon dengan tajuk besar pada lapisan tajuk.

3). Tengahan : Pohon dengan bagian besar tajuk di bawah lapisan tajuk atau

terjepit dan menerima sinar matahari bagian atas dan bagian

samping menerima sinar sebagian kecil atau tidak sama

sekali.

4). Tertekan : Pohon dengan tajuk dinaungi pohon besar atau tidak

menerima sinar matahari sepenuhnya, baik dari atas maupun

dari samping.

c. Klasifikasi berdasarkan kualitas pohon:

1). Pohon srigala : Pohon yang pertumbuhannya menghalangi

pertumbuhan pohon lain yang sehat dan

subur, tetapi kurang bernilai komersial.

2). Pohon berbatang ganda : Pohon yang pertumbuhannya berbentuk

kurang komersial.

3). Pohon berbekas luka bakar : Pohon yang pertumbuhannya tidak normal

lagi karena gerowongan atau pohon

membusuk.

Persyaratan pohon pelindung menurut Cabang Dinas Pertamanan (2003)

adalah:

(22)

2. Berpenampilan menarik

3. Berfungsi sebagai penyerap polusi

4. Berfungsi sebagai peneduh jalan

5. Bebas hama dan penyakit

6. Percabangan kuat dan daunnya tidak mudah gugur

7. Tidak menimbulkan alergi

8. Tidak merusak lingkungan

9. Mudah dalam perawatan

10. Tidak berpenampilan seperti perdu atau semak

11. Tidak berbahaya

Menurut Nazaruddin (1996) manfaat-manfaat yang bisa dirasakan dari

keberadaan pohon sebagai salah satu sumberdaya hutan, yaitu:

1. Manfaat Estetis

Warna hijau daun dan aneka bentuk dedaunan serta bentuk susunan tajuk

berpadu menjadi suatu pemandangan yang menyejukkan dan menonjolkan

keindahan.

2. Manfaat Orologis

Pepohonan yang tumbuh di atas tanah akan mengurangi erosi, mengurangi

tingkat kerusakan tanah dan menjaga kestabilan tanah.

3. Manfaat Hidrologis

Struktur akar tanaman mampu menyerap kelebihan air apabila turun hujan

(23)

4. Manfaat Klimatologis

Keberadaan tanaman dapat menunjang keselarasan faktor-faktor iklim, seperti

kelembaban, curah hujan, sinar matahari dan juga dapat mengurangi efek

rumah kaca.

5. Manfaat Edaphis

Berhubungan erat dengan lingkungan hidup satwa di perkotaan yang semakin

terdesak lingkungannya, sehingga dapat memberikan lingkungan yang nyaman

bagi satwa.

6. Manfaat Ekologis

Menjaga keseimbangan hidup antar makhluk hidup yang saling bergantungan

satu sama lain.

7. Manfaat Protektif

Pohon dapat menjadi pelindung dari teriknya sinar matahari di siang hari

sehingga manusia memperoleh keteduhan. Pohon juga dapat menjadi pelindung

dari terpaan angin kencang dan peredam dari suara kebisingan.

8. Manfaat Higienis

Tanaman mampu mengurangi bahaya polusi, karena dedaunan tanaman mampu

menyaring debu dan mengisap kotoran di udara dan bahkan mampu

menghasilkan gas oksigen yang sangat dibutuhkan manusia.

9. Manfaat Edukatif

Penanaman kembali pepohonan di perkotaan dapat dimanfaatkan sebagai

(24)

Nilai Ekonomi Sumberdaya Hutan

Berbicara tentang nilai (harga) sumberdaya hutan berarti kita berbicara

fungsinya bagi pemenuhan kebutuhan baik secara langsung (pemenuhan konsumsi

dan kesenangan) maupun tidak langsung (sebagai penyeimbang ekosistem demi

kelestarian kehidupan). Nilai adalah merupakan persepsi manusia, tentang makna

suatu objek (sumberdaya hutan), bagi orang atau individu tertentu, tempat dan

waktu tertentu pula. Oleh karena itu nilai sumberdaya hutan yang dinyatakan oleh

suatu masyarakat di tempat tertentu akan beragam, tergantung kepada persepsi

setiap anggota masyarakat tersebut, demikian juga keragaman nilai akan terjadi

antara masyarakat yang berbeda (Field dan Martha, 2002).

Kegunaan, kemanfaatan, kepuasan, rasa senang merupakan ungkapan

makna atau nilai sumberdaya hutan yang diperoleh, dirasakan oleh individu atau

masyarakat tersebut. Ukuran nilai ini dapat diekspresikan oleh waktu, tenaga,

barang atau uang, dimana seseorang bersedia memberikannya untuk memperoleh,

memiliki atau menggunakan barang dan jasa yang dinilai.

Menurut Worrel (1961) dan Gregory (1979) dalam Bahruni (1999)

membuat klasifikasi nilai manfaat sumberdaya hutan, yang menurut interpretasi

didasarkan atas perilaku pasar atas barang dan jasa yang dinilai tersebut, yaitu:

a. Nilai manfaat nyata (tangible benefits) adalah manfaat yang diperoleh dari

barang dan jasa yang dapat secara nyata diukur, karena berlaku mekanisme

pasar secara baik.

b. Nilai manfaat tidak nyata (intangible benefits) adalah kebalikan dari manfaat

(25)

mekanisme pasar tidak berjalan, ada faktor-faktor yang mempengaruhi

sehingga terjadi kegagalan pasar (market failure).

Selanjutnya Pearce and Turner (1990) dalam Bahruni (1999) juga

menambahkan klasifikasi nilai manfaat yang menggambarkan Nilai Ekonomi

Total (Total Economic Value), atas dasar klasifikasi menurut cara atau proses

manfaat itu diperoleh, yaitu:

a. Nilai Guna (use value)

1. Nilai guna langsung (direct use value)

Nilai yang bersumber dari penggunaan secara langsung oleh masyarakat

atau perusahaan terhadap komoditas hasil hutan produksi, berupa flora

pohon dan nir pohon, fauna dan komoditas dari proses ekologis

(ekosistem) hutan.

2. Nilai guna tidak langsung (indirect use value)

Nilai yang bersumber dari manfaat yang diperoleh oleh

individu/masyarakat melalui penggunaan secara tidak langsung terhadap

sumberdaya hutan yang memberikan jasa (pengaruh) pada aktivitas

ekonomi/produksi atau mendukung kehidupan makhluk hidup. Jasa hutan

dihasilkan dari suatu proses ekologis dari komponen biofisik ekosistem

hutan. Nilai sumberdaya hutan yang termasuk dalam kategori nilai guna

tidak langsung (indirect use value) adalah nilai berbagai fungsi jasa hutan

berupa manfaat hutan bagi pengendalian banjir, prasarana angkutan air,

pengendalian erosi dan penyerapan CO2.

(26)

Nilai harapan masa yang akan datang terhadap komoditas yang saat ini

digunakan, maupun yang belum dimanfaatkan. Nilai berkaitan dengan adanya

ketidakpastian yang bersumber dari dua hal yaitu (1) preferensi masyarakat

konsumen saat ini terhadap komoditas hutan pada masa yang akan datang,

maupun preferensi generasi yang akan datang, (2) ketidakpastian teknologi

pemanfaatan maupun manajemen sumberdaya terhadap pasokan (supply)

komoditas masa yang akan datang (supply-side option value).

c. Nilai keberadaan (existence value)

Nilai yang menggambarkan manfaat (kesejahteraan) yang diperoleh

seseorang/masyarakat dengan mengetahui keberadaan hutan, meskipun

masyarakat ini tidak memiliki atau menggunakan sumberdaya hutan tersebut,

termasuk manfaat sosial budaya yang diperoleh masyarakat lokal sebagai

interaksi kehidupan sosial budaya mereka dengan keberadaan hutan tersebut,

yang berarti keberadaan hutan menentukan kelangsungan nilai-nilai sosial

budaya masyarakat tersebut.

Nilai keberadaan bukan dihasilkan dari institusi pasar, dan tidak ada

kaitannya dengan fungsi perlindungan aset produktif dan proses produksi secara

langsung, seperti kegiatan berburu, berladang dan lain-lain maupun tidak langsung

sebagai input atau prasarana pendukung produksi.

Lingkungan pada dasarnya adalah barang publik, yang keberadaan dan

kualitasnya tergantung dari perilaku masyarakat. Nilai ekonomi sumberdaya dan

lingkungan salah satunya menitikberatkan pada persoalan barang publik (public

(27)

Menurut Bahruni (1999) barang publik ini memiliki ciri-ciri, yaitu:

a. Barang dan jasa tidak bersifat non rival, joint supply atau indivisible, yaitu

penggunaan oleh seseorang tidak mengurangi ketersediaannya untuk

dimanfaatkan bagi orang lain, sehingga menjadi tidak langka.

b. Barang dan jasa tidak bersifat eksklusif (non-exclution), yaitu penawaran

tidak hanya diperuntukkan untuk seseorang dan mengabaikan yang lainnya.

Banyak barang dan jasa hutan yang bersifat barang publik (public goods,

common property resources). Barang publik ini mempunyai nilai yang tidak dapat

dipungkiri, tetapi persoalannya berapa nilainya, siapa yang memperoleh manfaat,

apakah mau membayar atas manfaat yang diperoleh tersebut, pemilik atau

pengelola hutan menghasilkan barang umum, tetapi tidak dapat memungut

bayaran atas manfaat tersebut, sedangkan untuk menyediakan atau memelihara

barang dan jasa tersebut memerlukan biaya. Penilaian manfaat hutan maupun

peranan (keterkaitan) ekonomi sumberdaya hutan terhadap sektor ekonomi

lainnya dalam pembangunan ekonomi wilayah dan nasional pada dasarnya ada

dua yaitu: metode atas dasar pasar dan metode pendekatan terhadap pasar atau

pendekatan terhadap kesediaan membayar (willingness to pay/willingness to

accept).

Menurut Yakin (1997) definisi dari willingness to pay/willingness to

accept adalah nilai dari perubahan kondisi lingkungan atau biaya dari kerusakan

lingkungan yang ditentukan oleh semua individu baik secara langsung maupun

(28)

Metode Valuasi Kontingen

Nilai pilihan seperti nilai flora dan fauna yang saat ini belum dimanfaatkan

yang secara potensial di masa yang akan datang dapat bermanfaat dan nilai

keberadaan dari flora dan satwa langka serta nilai sosial budaya dari sumberdaya

hutan dilakukan penilaiannya dengan metode kontingen (Contingent Valuation

Method). Metode ini dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada

responden (menggunakan kuisioner/daftar pertanyaan) tentang kesediaan

membayar (willingness to pay) atau kesediaan dibayar (willingness to accept)

kepada atau oleh pihak lain sebagai kompensasi telah memelihara keadaan hutan

sehingga nilai pilihan atau nilai keberadaan hutan tersebut tetap terpelihara

(Bahruni, 1999).

Metode Valuasi Kontingen (MVK) adalah metode teknik survei untuk

menanyakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap

komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan. Prinsip yang

mendasari metode ini adalah bahwa orang yang mempunyai preferensi yang besar

tetapi tersembunyi terhadap seluruh jenis barang lingkungan, kemudian

diasumsikan bahwa orang tersebut mempunyai kemampuan untuk

mentransformasikan preferensi tersebut ke dalam bentuk nilai uang. Dalam hal ini

diasumsikan bahwa orang akan bertindak nantinya seperti yang dia katakan ketika

suatu hipotesis yang disodorkan kepadanya akan menjadi kenyataan pada masa

(29)

Tingkat Pendapatan

Besar kecilnya pendapatan berhubungan dengan kemampuan untuk

membiayai kebutuhan hidup. Bagi masyarakat yang tidak mampu ada kalanya

kemampuan untuk membiayai kebutuhan hidup tidak sebanding dengan keinginan

untuk mempertahankan hidup. Jika hal ini terjadi maka akan mengakibatkan

terjadinya kemerosotan moral yang pada akhirnya akan bermuara pada

terbentuknya perilaku menyimpang. Sulitnya untuk memenuhi kebutuhan hidup

menyebabkan keinginan tidak sesuai dengan kemampuan. Hal ini yang menjadi

titik awal terjadinya penyimpangan perilaku akibat dorongan pemenuhan

kebutuhan ekonomi (Marnaek, 2005).

Untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat pendapatan, Yusnawati (2003)

dalam Marnaek (2005) membagi tingkat pendapatan berdasarkan pendapatan

rata-rata per bulan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu :

a. Golongan berpenghasilan rendah sebesar Rp 0,- sampai dengan Rp 400.000,-

b. Golongan berpenghasilan sedang Rp 401.000,- sampai dengan Rp 800.000,-

c. Golongan berpenghasilan tinggi sebesar Rp 801.000,- sampai dengan Rp

1.200.000,-

d. Golongan berpenghasilan sangat tinggi lebih dari Rp 1.200.000,-

Tingkat Pendidikan

Sumberdaya manusia merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa.

Modal fisik dan sumberdaya alam hanyalah faktor produksi yang pada dasarnya

bersifat pasif, manusialah agen-agen aktif yang akan mengumpulkan modal,

(30)

organisasi sosial, ekonomi dan politik serta melaksanakan pembangunan nasional.

Cara yang paling efektif dan efisien dalam mengembangkan sumberdaya manusia

adalah melalui pengetahuan rakyatnya melalui pemberian pelayanan pendidikan

dan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pendidikan ini mencakup pendidikan formal

(sekolah dasar, pertama, menengah dan pendidikan tinggi) dan pendidikan non

formal termasuk pelatihan dan penyuluhan (Hicks, 1996).

Komunikasi lewat pendidikan, latihan serta berjenis-jenis proses

komunikasi diusahakan dapat memberi perubahan sikap melalui tambahan

pengetahuan serta kesadaran. Pendidikan pada prinsipnya memberikan nilai-nilai

tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya untuk menerima

hal-hal yang masih baru sekaligus dapat berpikir secara ilmiah. Pendidikan dapat juga

mengakibatkan seseorang dalam masyarakat memilih fakta yang berkenaan

dengannya, serta menjadi pendorong pelaksanaan perubahan terhadapnya. Secara

teoritis hal tersebut dapat mempengaruhi sikap dan pandangan manusia.

Menurut Sukirno (1985) dalam Marnaek (2005) mengatakan secara

empiris telah dibuktikan bahwa tingkat pendidikan masyarakat yang lebih tinggi

dapat membantu mempercepat pembangunan ekonomi. Pendidikan yang lebih

tinggi dapat memperluas pengetahuan masyarakat dan mempertinggi rasionalitas

pemikiran mereka.

Tingkat Umur

Untuk mengetahui tua muda tingkat umur, Sinaga (2002) membagi tingkat

umur menjadi 5 (lima) kategori, yaitu:

(31)

b. Golongan muda berusia 21 tahun sampai dengan 30 tahun

c. Golongan dewasa berusia 31 tahun sampai dengan 40 tahun

d. Golongan tua berusia 41 tahun sampai dengan 50 tahun

e. Golongan sangat tua lebih dari 50 tahun

Tingkat Pemahaman lingkungan

Pemahaman lingkungan merupakan deskripsi tentang kondisi wilayah

target dan pengembangannya secara rinci. Pemahaman relativitas suatu

masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan cara mendengar,

mengamati aktifitas budaya masyarakat dan melakukan dialog melalui wawancara

dengan pihak masyarakat.

Jika proses identifikasi gejala sosial budaya sudah terpahami maka

dilanjutkan dengan penentuan program pembangunan yang sesuai untuk

(32)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada,

Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan, Provinsi

Sumatera Utara. Waktu penelitian adalah selama satu bulan dan dilaksanakan

pada bulan Juni 2007.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Metode Valuasi Kontingen (MVK) sebagai

metode utama yaitu dengan teknik pengumpulan data seperti wawancara dan

kuisioner, serta pengamatan (observasi) langsung di lapangan. Menurut Field dan

Martha (2002) Metode Valuasi Kontingen (MVK) adalah metode yang

menanyakan langsung kepada masyarakat tentang bagaimana sikap mereka

terhadap suatu komoditi lingkungan yang non-marketable. Langkah-langkah

dalam Metode Valuasi Kontingen (MVK), yaitu :

1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan karakter kualitas lingkungan yang akan

digunakan.

2. Mengidentifikasikan responden, untuk menentukan prosedur sampling yang

digunakan untuk pemilihan responden.

3. Mendesain dan mengaplikasikan kuesioner melalui personal, telpon atau

interview.

(33)

Populasi Dan Sampel A. Populasi

Populasi dalam penelitian ini dibatasi pada konsumen yang menikmati

langsung (user) jasa dari keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada yang terletak di Jalan Gajah Mada, Kelurahan Babura,

Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan hasil pengamatan di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

diketahui bahwa rata-rata jumlah konsumen yang menikmati langsung (user) jasa

dari keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

adalah berjumlah 220 orang untuk setiap hari.

Berdasarkan rata-rata jumlah konsumen yang menikmati langsung jasa

dari keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada maka

diperoleh klasifikasi kelompok populasi konsumen di antaranya adalah kelompok

populasi pengunjung berjumlah 180 orang, kelompok populasi pedagang

berjumlah 30 orang, kelompok populasi pegawai/pekerja taman berjumlah 5 orang

dan kelompok populasi penyedia jasa berjumlah 5 orang.

Kelompok populasi penyedia jasa dalam penelitian ini adalah kelompok

yang menyediakan jasa perparkiran bagi kendaraan bermotor para pengunjung

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada dengan memanfaatkan keberadaan

pohon sebagai naungan untuk kendaraan bermotor para pengunjung.

B. Sampel

Pengambilan sampel (responden) dilakukan dengan menggunakan metode

purposive sampling. Sampel diambil secara purposive sampling, yaitu anggota

(34)

(1999) pada metode purposive sampling, pengumpulan data atas dasar

pertimbangan pribadi semata. Asal calon responden tersebut sesuai dengan

karakteristik populasi yang diinginkan, maka dapat dijadikan sebagai

elemen-elemen sampel penelitian. Keuntungan menggunakan teknik ini adalah murah,

cepat dan mudah, serta relevan dengan tujuan penelitian. Adapun jumlah sampel

yang diambil sebesar 25% dari rata-rata jumlah konsumen yang menikmati

langsung jasa dari keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi

Gajah Mada setiap hari. Dalam penarikan jumlah sampel, penulis berpedoman

pada pendapat Arikunto (1990), yaitu apabila subjeknya kurang dari 100 orang,

lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya jika jumlahnya lebih besar dari 100 orang maka dapat diambil antara

10 – 15 % atau 20 – 25 %.

Berdasarkan rata-rata jumlah konsumen yang menikmati langsung jasa

dari keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada maka

dilakukan penarikan sampel sebesar 25 % dari jumlah konsumen tersebut dan

sekaligus dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini dengan jumlah 55

orang. Berdasarkan jumlah responden maka diperoleh 4 (empat) kelompok

populasi pengguna langsung jasa dari keberadaan pohon-pohon di Taman

Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada dimana 37 orang atau sekitar 67 % dari

jumlah responden adalah kelompok populasi pengunjung, 10 orang atau sekitar 18

% dari jumlah responden adalah kelompok populasi pedagang, 5 orang atau

sekitar 9 % dari jumlah responden adalah kelompok populasi pegawai/pekerja

taman, dan 3 orang atau sekitar 6 % dari jumlah responden adalah kelompok

(35)

Tehnik Pengumpulan Data 1. Data primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan penyebaran data isian atau

kuesioner (Lampiran 1) kepada para pengguna langsung Taman Olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada dan dilengkapi dengan wawancara. Menurut Teguh (1999)

data primer merupakan data murni yang diperoleh dari hasil penelitian secara

langsung dan yang masih memerlukan pengolahan lebih lanjut barulah data

tersebut memiliki arti. Data primer dalam penelitian ini meliputi : nilai ekonomi

keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada, deskripsi

tingkat umur, tingkat pendidikan, tingkat pemahaman lingkungan, tingkat

pendapatan dari responden dan analisis pengaruh tingkat pendapatan, tingkat

umur, tingkat pendidikan dan tingkat pemahaman lingkungan terhadap kesediaan

membayar (willingness to pay ) dari responden.

Data primer dalam penelitian ini dibatasi pada klasifikasi dari

masing-masing variabel seperti kesediaan membayar, pendapatan, umur, pendidikan dan

pemahaman lingkungan dari responden dimana kelas 1 (satu) sebagai kelas

terendah dan kelas 5 (lima) sebagai kelas tertinggi. Nilai setiap kelas dari

masing-masing variabel berdasarkan hasil wawancara terhadap responden di Taman

Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada (Lampiran 2).

Klasifikasi untuk variabel pendidikan dibatasi pada pendidikan formal

yang diterima oleh responden dan dinilai berdasarkan skoring dari setiap

pendidikan formal responden yang berasal dari hasil wawancara terhadap

(36)

Klasifikasi untuk variabel pemahaman lingkungan responden ditentukan

berdasarkan skoring dengan nilai terendah 1 dan nilai tertinggi 5 dari setiap

pertanyaan yang terdapat pada kuesioner dengan jumlah sebanyak 13 pertanyaan

kemudian dijumlahkan dan dimasukkan ke dalam 5 (lima) kategori kelas, seperti

tidak paham, kurang paham, agak paham, paham dan sangat paham.

2. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka. Data

sekunder dalam penelitian ini meliputi data tentang letak, luas, topografi, dan

gambar dari Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada.

Analisis Data

Menghitung nilai “mean” (rataan), nilai “median” (nilai tengah) dan nilai

“modus” (nilai yang sering muncul) dari jumlah uang yang bersedia dibayar oleh

responden dalam setiap kunjungan untuk memperoleh manfaat dari keberadaan

pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada.

Menurut Sugiarto (2003) untuk mendapatkan nilai mean, median dan

modus digunakan rumus-rumus sebagai berikut :

Mean :

Mean =

n fiXi

Dimana :

fi = frekuensi kelas ke – i Xi = nilai tengah kelas ke – i

(37)

Median :

Median =

2 1 + N

Dimana :

N = banyaknya observasi secara keseluruhan

Modus

Modus adalah nilai yang paling sering muncul berdasarkan tingkat

frekuensi tertinggi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden di Taman

Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada (Lampiran 2), modus yang digunakan berasal

dari jumlah responden.

Metode Regresi

Metode regresi yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh

faktor-faktor tingkat umur (X1), pendidikan (X2), pemahaman lingkungan (X3)

dan pendapatan (X4) yang berfungsi sebagai variabel independen/bebas/prediktor

terhadap jumlah uang yang bersedia dibayar/willingness to pay yang berfungsi

sebagai variabel dependen/terikat/respons oleh responden (Y) adalah dengan

meregresikan variabel tidak bebas dengan beberapa variabel bebas yaitu

pendidikan, pendapatan umur dan pemahaman lingkungan.

Model regresi yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh

tingkat umur (X1), pendidikan (X2), pemahaman lingkungan (X3) dan pendapatan

(X4) terhadap kesediaan membayar/willingness to pay (Y) adalah model regresi

berganda dengan menggunakan software Minitab 14.

Menurut Daniel (2001) metode yang digunakan untuk melihat pengaruh

(38)

satu variabel dependen/terikat/respons adalah model regresi berganda. Persamaan

umum regresi berganda sebagai berikut:

X

a

X

a

X

a

X

a

a

Y

=

0+ 1 1+ 2 2+ 3 3+ 4 4

Dimana :

Y = Kesediaan membayar (willingness to pay)

a0 = intersep

a1, a2, a3, a4 = koefisien-koefisien untuk setiap variabel

X1 = Tingkat pendapatan

X2 = Tingkat pendidikan

X3 = Tingkat umur

X 4 = Tingkat pemahaman lingkungan

Analisis regresi merupakan salah satu analisis dalam ilmu statistika yang

diasumsikan bahwa residual mengikuti distribusi normal dengan rata-rata

mendekati 0 (nol) dan standar deviasi tertentu [ε ~ N (0,σ²)].

(39)

KONDISI UMUM

Letak dan Luas Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada terletak di Jalan Gajah Mada

ujung, Kelurahan Babura , Kecamatan Medan Baru, Kotamadya Medan, Provinsi

Sumatera Utara. Luas areal Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

berdasarkan Daftar Rekapitulasi Taman di kota Medan menurut Dinas Pertamanan

adalah 310 m².

Kecamatan Medan Baru adalah salah satu dari 21

dengan Kecamatan

barat, Kecamatan

Kecamatan

penduduknya adalah 7.434,08 jiwa/km².

Kotamadya Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km2) atau 3,6 %

dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian dibandingkan dengan

kotamadya/kabupaten lainnya, kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif

kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota

Medan terletak pada 3º 30' - 3º 43' Lintang Utara dan 98º 44' Bujur Timur. Untuk

itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian

2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, wilayah kota Medan

hampir secara keseluruhan berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang,

(40)

langsung dengan Selat Malaka yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu

lintas terpadat di dunia.

Keadaan Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

Lokasi Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada terletak di pinggir jalan

umum tepatnya di Jalan Gajah Mada Ujung dan merupakan tempat yang mudah

diakses dikarenakan lokasi yang mudah dijangkau dan banyak dilalui

kendaraan-kendaraan umum. Hal ini dapat lihat pada Lampiran 4.

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada merupakan salah satu kawasan

Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah Kotamadya Medan yang lengkap dengan

segala fasilitas. Permintaan akan kebutuhan masyarakat untuk tempat olahraga

dan tempat rekreasi baik aktif maupun pasif menuntut keberadaan Taman

Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada yang bersih, indah dan nyaman yang dapat

menimbulkan ketentraman dan keindahan kota. Hal ini sesuai dengan fungsi dari

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada yaitu sebagai sarana olahraga dan

sarana rekreasi yang dapat dilihat pada Lampiran 4.

Untuk para pengunjung yang senantiasa datang melakukan

kegiatan-kegiatan olahraga, Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada menyediakan

beberapa fasilitas-fasilitas olahraga seperti 2 buah lapangan bola voli, 1 buah

lapangan basket dan jalan/trek untuk kegiatan berlari, bersepeda dan

berjalan-jalan yang disesuaikan dengan kebutuhan para pengunjung. Selain fasilitas

olahraga, Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada juga menawarkan beberapa

fasilitas rekreasi kepada para pengunjung seperti tempat duduk yang terbuat dari

beton yang dilengkapi dengan hamparan rumput. Untuk para pengunjung yang

(41)

Mada juga menyediakan taman bermain yang merupakan bagian dari sarana

rekreasi.

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada diresmikan pada tanggal 5

Oktober 1993 oleh Raja Inal Siregar selaku Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 4.

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada memiliki 6 buah jalan masuk

dimana letak masing-masing jalan masuk tersebut dibuat di beberapa titik yang

mudah dijangkau para pengunjung dengan lebar jalan yang sudah ditentukan oleh

pihak Dinas Pertamanan selaku pengelola Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah

Mada.

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada dilengkapi dengan fasilitas

pendukung seperti 8 buah lampu penerangan sebagai sumber cahaya pada malam

hari yang dapat menjangkau seluruh sudut ruang dari Taman Olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada dan sekaligus bertujuan untuk mambantu para pengunjung

melakukan aktifitas pada malam hari. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 4.

Di dalam areal Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada juga terdapat 1

buah pemancar jaringan telekomunikasi seluler yang dimiliki oleh salah satu

perusahaan telekomunikasi ternama di Indonesia. Sesuai dengan fungsi dan

peranan Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada sebagai salah satu kawasan

Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang merupakan bagian dari ruang terbuka yang

sebagian besar atau seluruhnya diisi oleh tanaman, Taman Olahraga dan Rekeasi

Gajah Mada ditanami beberapa pohon-pohon yang mempunyai nilai komersil dan

tidak mempunyai nilai komersil. Pohon-pohon yang mendominasi areal Taman

(42)

nucifera L) dan pohon dengan jenis cemara (Casuarina sp). Untuk lebih lanjut,

jumlah dan jenis dari pohon-pohon yang terdapat di areal Taman Olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis dan Jumlah Pohon-Pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

( Sumber : Dinas Pertamanan, 2005)

Agar tanaman yang terdapat di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

senantiasa tumbuh prima, semua aspek budidaya meliputi pemangkasan,

penyiraman, pemupukan, peremajaan tanaman, pencabutan rumput liar dan

lain-lain, sehingga taman tersebut terlihat cantik, indah hijau, asri dan terawat dengan

baik. Untuk perawatan Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada, Dinas

Pertamanan Kotamadya Medan telah menyediakan 5 orang pekerja taman yang

(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai Ekonomi Keberadaan Pohon-Pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

Berbicara tentang nilai ekonomi keberadaan pohon di Taman Olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada, berarti kita berbicara fungsinya bagi pemenuhan kebutuhan

secara langsung (pemenuhan konsumsi dan kesenangan). Nilai ekonomi

keberadaan pohon merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (yang

dalam hal ini adalah keberadaan pohon) bagi orang atau individu tertentu yang

berada pada tempat atau waktu tertentu. Hal ini didukung oleh Field dan Martha

(2002) yang menyatakan bahwa nilai sumberdaya hutan yang dinyatakan oleh

suatu masyarakat di tempat tertentu akan beragam, tergantung kepada persepsi

setiap anggota masyarakat tersebut, demikian juga keragaman nilai akan terjadi

antara masyarakat yang berbeda.

Nilai keberadaan pohon bukan dihasilkan dari institusi pasar, dan tidak ada

kaitannya dengan fungsi perlindungan aset produktif dan proses produksi secara

langsung. Hal ini dikarenakan keberadaan pohon merupakan salah satu elemen

penting dalam pembentuk keseimbangan lingkungan demi kelestarian kehidupan.

Menurut Yakin (1997) lingkungan pada dasarnya adalah barang publik, yang

keberadaan dan kualitasnya tergantung dari perilaku masyarakat. Nilai ekonomi

sumberdaya dan lingkungan salah satunya menitik beratkan pada persoalan barang

publik (public goods or common property resources).

Penilaian manfaat dan peranan keberadaan pohon di Taman Olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada dalam konteks bidang ekonomi dilakukan melalui

(44)

(1997) willingness to pay merupakan nilai dari perubahan kondisi lingkungan atau

biaya dari kerusakan lingkungan yang ditentukan oleh semua individu baik secara

langsung maupun tidak langsung yang bisa dinyatakan dalam bentuk uang.

A. Manfaat-Manfaat Keberadaan Pohon-Pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden diperoleh bahwa

manfaat-manfaat yang dapat dirasakan atas jasa dari keberadaan pohon-pohon di

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada adalah manfaat estetis, protektif dan

higienis. Manfaat tersebut sangat beragam dan tergantung pada kelompok

populasi pengguna langsung jasa dari keberadaan pohon-pohon di Taman

Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada. Menurut kelompok populasi pengunjung dan

pegawai/pekerja taman, manfaat yang dapat dirasakan atas keberadaan pohon di

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada adalah manfaat estetis, protektif dan

higienis. Sedangkan menurut kelompok populasi pedagang dan penyedia jasa,

manfaat yang dapat dirasakan atas keberadaan pohon di Taman Olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada adalah manfaat protektif.

Manfaat estetis dari keberadaan pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi

adalah warna hijau dan aneka bentuk dedaunan serta bentuk susunan tajuk

berpadu menjadi suatu pemandangan yang menyejukkan dan menonjolkan

keindahan. Menurut Dahlan (2004) lingkungan hidup buatan berupa benda-reka

seperti gedung, pagar, tugu, jembatan dan sebagainya walaupun mempunyai

bentuk, warna dan tekstur yang sudah dirancang sedemikian rupa indahnya tetap

membutuhkan tanaman sebagai pelengkap dan pelembut. Tanaman dengan

bentuk, warna dan tekstur tertentu dapat dipadu-padankan untuk mendapatkan

(45)

Manfaat estetis tersebut dapat diperoleh dari perpaduan jenis pohon-pohon

seperti cemara (Casuarina sp), pulai (Alstonia scholaris) dan tanjung (Mimusops

elengi) yang terdapat di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada.

Manfaat protektif dari keberadaan pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi

Gajah Mada adalah dapat menjadi pelindung dari teriknya sinar matahari di siang

hari sehingga para pengguna langsung jasa dari keberadaan pohon di Taman

Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada dapat memperoleh keteduhan. Hal ini

didukung oleh Dahlan (2004) yang menyatakan bahwa suhu udara pada daerah

pepohonan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi pohon. Hal ini

disebabkan karena daun mempunyai kemampuan untuk memantulkan kembali

sinar infra merah sebesar 70 % sedangkan untuk cahaya tampak dengan berbagai

panjang gelombang (380-780 nm) berkisar 6-12 %.

Pohon juga dapat menjadi pelindung dari terpaan angin kencang dan

peredam dari suara kebisingan. Menurut Grey dan Deneke dalam Dahlan (2004)

dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95 %. Jenis tumbuhan yang

paling efektif untuk meredam kebisingan ialah yang mempunyai tajuk yang tinggi

dan rindang.

Pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada yang

bermanfaat sebagai pelindung dari teriknya sinar matahari dan pelindung dari

terpaan angin kencang adalah pohon dengan jenis akasia (Acacia auricoliformis),

mahoni (Swietenia mahagoni) dan mangga (Mangifera indica).

Manfaat higienis dari keberadaan pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi

Gajah Mada adalah mampu mengurangi bahaya polusi, karena dedaunan pohon

(46)

menghasilkan gas oksigen yang sangat dibutuhkan manusia. Menurut Freer-Smith

dkk dalam Dahlan (2004) tumbuhan hutan kota dapat menyerap dan menjerap gas

beracun, aerosol dan partikel padat. Dengan banyaknya tumbuhan yang tersebar di

berbagai wilayah kota akan menjadikan udara kota menjadi lebih bersih dan sehat.

Pohon-pohon yang berada di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

yang dapat memberikan manfaat secara higienis adalah pohon dengan jenis

mahoni (Swietenia mahagoni) dan tanjung (Mimusops elengi).

B. Kesediaan Membayar Responden

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden di

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada diperoleh manfaat dan peranan

keberadaan pohon yang diinterpretasikan melalui kesediaan membayar atau

willingness to pay oleh responden setiap bulan yang dinyatakan dalam bentuk

uang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kesediaan Membayar (Willingness To Pay) Responden Setiap Bulan No Kesediaan

(47)

sampai Rp 20.000 per orang untuk setiap kunjungan. Kesediaan membayar

responden didasarkan atas manfaat keberadaan pohon di Taman Olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada yang berjumlah 76 pohon dengan vegetasi yang

mendominasi adalah jenis kelapa (Cocos nucifera ) dan jenis cemara (Casuarina

sp).

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh jumlah kunjungan para responden yang

diwawancarai adalah sebanyak 706 kali dengan total tingkat kesediaan membayar

atas keberadaan pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada adalah

sebesar Rp 2.353.000 selama sebulan.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden di Taman Olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada diperoleh klasifikasi tingkat kesediaan membayar

responden untuk setiap kunjungan dan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tingkat Kesediaan Membayar Responden Kelas Tingkat Kesediaan

Membayar

Berdasarkan Tabel 3 diperoleh bahwa tingkat kesediaan membayar

responden terhadap jasa dari keberadaan pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi

Gajah Mada untuk setiap kunjungan dengan jumlah responden terbesar adalah

pada kelas 1 yang berada pada golongan sangat rendah dan bernilai antara Rp

500-Rp 4.400 /kunjungan dengan jumlah 36 orang atau sekitar 65 % dari

(48)

berada pada golongan tinggi dengan nilai antara Rp 12.201-Rp 16.000 /kunjungan

dengan jumlah 1 orang atau sekitar 2 % dari keseluruhan jumlah responden.

Tingkat Umur Responden

Dalam penelitian ini tingkat umur responden dibatasi pada golongan

sangat muda sampai golongan sangat tua, asal calon responden dapat berinteraksi

dan dapat merespon semua pertanyaan yang berasal dari data isian atau kuesioner

penelitian dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Taman

Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada terhadap responden yang berasal dari data

isian atau kuesioner pada Lampiran 1 diperoleh klasifikasi tingkat umur

responden. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Tingkat Umur Responden Kelas Tingkat Umur

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh tingkat umur responden yang menikmati

jasa dari keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

dengan jumlah responden yang paling banyak adalah pada kelas 1 dengan tingkat

umur 17-25 tahun yang berjumlah 19 orang atau sekitar 35 % dari keseluruhan

jumlah responden dan berada pada golongan sangat muda. Tingkat umur

responden yang paling sedikit adalah pada kelas 5 dengan usia antara 53-61 tahun

(49)

Salah satu alasan banyaknya golongan sangat muda datang ke Taman

Olahraga dan Rekreasi Gajah mada adalah karena fasilitas olahraga dan fasilitas

rekreasi yang bersih, nyaman dan lengkap. Hal ini dikarenakan fungsi Taman

Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada adalah sebagai tempat olahraga dan tempat

rekreasi. Menurut Dinas pertamanan (2002) taman kota merupakan salah satu

kawasan Ruang Terbuka Hijau di wilayah perkotaan yang lengkap dengan segala

fasilitasnya. Permintaan akan kebutuhan masyarakat untuk tempat rekreasi baik

aktif maupun pasif menuntut keberadaan taman kota yang bersih, indah dan

nyaman yang dapat menimbulkan ketentraman dan keindahan kota.

Tingkat Pendidikan Responden

Dalam penelitian ini tingkat pendidikan responden dibatasi pada

pendidikan formal dan dinilai dengan skoring dari setiap tingkat pendidikan

responden. Menurut Hicks (1997) pendidikan formal mencakup sekolah dasar,

menengah pertama, menengah atas dan perguruan tinggi.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden di Taman olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada yang berasal dari data isian atau kuesioner diperoleh

klasifikasi untuk tingkat pendidikan responden. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Responden Kelas Tingkat pendidikan

Responden

(50)

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh tingkat pendidikan dari responden yang

mendominasi Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada adalah responden

dengan tingkat pendidikan menengah atas yang berjumlah 25 orang atau sekitar

45 % dari jumlah keseluruhan responden. Tingkat pendidikan responden yang

paling sedikit adalah kelas 1 yang berada pada golongan pendidikan dasar yang

hanya berjumlah 4 orang atau sekitar 7 % dari keseluruhan jumlah responden.

Alasan beberapa responden dari kelompok pengunjung yang berada pada

golongan pendidikan menengah atas berkunjung ke Taman Olahraga dan Rekreasi

Gajah Mada adalah dikarenakan letak taman yang berdekatan dengan sekolah dan

beberapa bimbingan belajar. Selain letak dari Taman Olahraga dan Rekreasi

Gajah Mada, alasan lain dari responden tersebut adalah dikarenakan taman

tersebut nyaman dan tentram digunakan sebagai tempat untuk belajar.

Tingkat Pemahaman Lingkungan Responden

Pemahaman lingkungan merupakan deskripsi tentang kondisi wilayah

target dan pengembangannya secara rinci. Hal ini didukung oleh Nugroho dan

Murtijo (2005) yang menyatakan bahwa pemahaman relativitas suatu masyarakat

dapat dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan cara mendengar, mengamati

aktifitas budaya masyarakat dan melakukan dialog melalui wawancara dengan

pihak masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden di Taman Olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada melalui data isian atau kuesioner diperoleh klasifikasi

tingkat pemahaman lingkungan dari masing-masing responden. Dalam penelitian

(51)

skoring dengan nilai terendah 1 dan nilai tertinggi 5 untuk setiap pertanyaan dan

dihitung berdasarkan banyaknya pertanyaan yang dijawab oleh responden. Hal ini

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tingkat Pemahaman Lingkungan Responden Kelas Tingkat Pemahaman

Lingkungan Responden

Berdasarkan Tabel 6 diperoleh tingkat pemahaman lingkungan dari

responden didominasi kelas 1 yang berada pada golongan tidak paham sebanyak

39 orang atau sekitar 71 % dari jumlah keseluruhan responden dengan nilai

skoring antara 1-13. Tingkat pemahaman lingkungan dari responden pada kelas 4

yang berada pada golongan paham adalah yang paling sedikit jumlah

respondennya dimana jumlah responden hanya berjumlah 1 orang atau sekitar 2

% dari keseluruhan jumlah responden dengan nilai skoring antara 40-52.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden di Taman Olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada diketahui bahwa rendahnya tingkat pemahaman lingkungan

dikarenakan tidak adanya preferensi responden dalam menentukan nilai

keberadaan pohon. Hal ini didukung oleh Nazaruddin (1996) yang menyatakan

bahwa keberadaan pohon yang tidak mempunyai harga di pasar menyebabkan

(52)

Tingkat Pendapatan Responden

Tingkat pendapatan merupakan kemampuan manusia untuk

mempertahankan hidup yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya

masing-masing. Pada penelitian ini tingkat pendapatan dibatasi pada 5 kelas yaitu

golongan berpenghasilan sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

Klasifikasi tingkat pendapatan pada penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil

wawancara terhadap responden di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada

melalui data isian atau kuesioner. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Tingkat Pendapatan Responden Kelas Tingkat

Berdasarkan Tabel 7 diperoleh tingkat pendapatan responden yang

berkunjung di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada didominasi oleh

responden yang berada pada golongan penghasilan sangat rendah yaitu sebanyak

25 orang atau sekitar 45 % dari keseluruhan jumlah responden dengan nilai

penghasilan antara Rp 0-1.000.000 untuk setiap bulan. Tingkat pendapatan

responden pada kelas 4 dan 5 yang berada pada golongan penghasilan tinggi dan

sangat tinggi adalah yang paling sedikit jumlah responden dimana jumlahnya

hanya sebanyak 2 orang atau sekitar 4 % dari jumlah keseluruhan responden

dengan nilai penghasilan antara Rp 3.000.001-Rp 4.000.000 dan Rp 4.000.001-Rp

(53)

Berdasarkan hasil wawancara di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah

Mada diketahui bahwa latar belakang responden dengan golongan berpenghasilan

sangat rendah mendominasi taman tersebut adalah dikarenakan sebagian besar

responden tersebut masih aktif berprofesi sebagai pelajar.

Analisis Data Mean

Nilai mean atau rata-rata yang diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan

kesediaan membayar responden yang menikmati langsung jasa dari keberadaan

pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada yang terdapat pada Tabel 2.

Tujuan dihitungnya nilai mean dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai

rata-rata kesediaan membayar pengguna langsung atas manfaat yang dirasakan

dari keberadaan tiap pohon dan keseluruhan pohon di Taman Olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada selama satu hari, satu bulan dan satu tahun.

Mean :

Nilai mean atau rata-rata kesediaan membayar setiap pengguna langsung

yang menikmati manfaat dari keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada adalah sebesar Rp 42.782 untuk setiap orang per bulan.

(54)

keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada yang

diinterpretasikan kedalam bentuk uang dan disesuaikan dengan tingkat

kebutuhannya masing-masing selama sebulan.

Jika nilai yang bersedia diberikan setiap pengguna langsung atas manfaat

yang dirasakan dari keberadaan pohon-pohon di taman tersebut adalah sebesar Rp

42.782 per orang /bulan maka nilai yang bersedia dibayar oleh setiap pengguna

langsung untuk setiap hari adalah sebesar Rp 1.426 per orang /hari.

Berdasarkan hasil wawancara melalui kuesioner atau data isian terhadap

responden di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada mengenai manfaat yang

dirasakan atas keberadaan pohon-pohon di sini adalah manfaat yang diperoleh

atau dirasakan atas jasa dari keberadaan seluruh pohon di taman tersebut dimana

jumlahnya adalah sebanyak 76 pohon.

Oleh karena itu nilai rata-rata yang bersedia diberikan oleh setiap

pengguna langsung di sini adalah nilai manfaat yang dirasakan selama sebulan

atas keberadaan pohon secara keseluruhan yang berjumlah 76 pohon dan

diinterpretasikan kedalam bentuk uang sebesar Rp 42.782 per orang /bulan.

Jika setiap pengguna langsung bersedia membayar sebesar Rp 42.782 per

orang /bulan atas manfaat yang diterimanya untuk keberadaan pohon secara

keseluruhan di taman tersebut maka manfaat yang diterima setiap pengguna

langsung dari setiap pohon di taman tersebut untuk setiap bulan, adalah :

(55)

= Rp 562 per orang /bulan.

Nilai yang bersedia diberikan oleh setiap pengguna langsung atas manfaat

setiap pohon yang berada di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada adalah

sebesar Rp 562 per orang /bulan. Dari hasil tersebut dapat diperoleh nilai ekonomi

menurut setiap pengguna langsung untuk tiap pohon dalam satu hari di taman

tersebut adalah sebesar Rp 19 per orang /hari.

Berdasarkan informasi mengenai jumlah pengguna langsung yang

berkunjung setiap hari di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada dengan

jumlah sebesar 220 orang maka jumlah pengguna langsung untuk satu bulan dan

satu tahun juga dapat diketahui dimana jumlah pengguna langsung untuk satu

bulan adalah sebesar 6.600 orang dan untuk satu tahun akan mencapai 79.200

orang.

Berdasarkan nilai yang bersedia dibayar oleh setiap pengguna langsung

atas manfaat yang diperoleh dari keberadaan pohon di Taman Olahraga dan

Rekreasi Gajah Mada untuk satu hari maka nilai yang bersedia dibayar oleh

seluruh pengguna langsung atas manfaat yang diperoleh dari keberadaan pohon

dan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada untuk satu hari,

satu bulan dan satu tahun dapat ditentukan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8.

(56)

Berdasarkan Tabel 8 diperoleh nilai ekonomi keberadaan pohon di Taman

Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada yaitu sebesar Rp 4.180 per hari, Rp 125.400

per bulan dan Rp 1.504.800 per tahun.

Selain nilai ekonomi keberadaan pohon berdasarkan Tabel 8 diketahui

pula nilai ekonomi keberadaan pohon-pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi

Gajah Mada adalah Rp 313.720 per hari, Rp 9.411.600 per bulan dan Rp

112.939.200 per tahun.

Median

Median merupakan salah satu alat dalam statistik yang bertujuan untuk

menentukan nilai tengah dari kesediaan membayar responden atas manfaat yang

diterima dari keberadaan pohon-pohon untuk setiap kunjungan di Taman Olahraga

dan Rekreasi Gajah Mada yang terdapat pada Tabel 2.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai tengah dari kesediaan

membayar responden atas manfaat yang diterima dari keberadaan pohon-pohon di

Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada adalah pada observasi ke 28 yaitu

sebesar Rp 3.000 per orang /kunjungan yang terletak pada datum 5. Dari hasil

(57)

orang /kunjungan dan nilai tertinggi sebesar Rp 4.000 – Rp 20.000 per orang

/kunjungan.

Modus

Modus merupakan nilai yang paling sering muncul yang diperoleh

berdasarkan jumlah responden yang terbanyak untuk kesediaan membayar setiap

kunjungan yang terdapat pada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh nilai modus untuk kesediaan membayar

responden setiap kunjungan adalah sebesar Rp 1.000, Rp 3.000 dan Rp 5.000

dengan jumlah responden terbanyak yaitu sebesar 10 orang.

Pengaruh Tingkat Umur, Pendidikan, Pemahaman Lingkungan dan Pendapatan Terhadap Kesediaan Membayar/Willingness To Pay dari Responden

Dalam penelitian ini untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel tingkat

umur (X1), pendidikan (X2), pemahaman lingkungan (X3) dan pendapatan (X4)

terhadap kesediaan membayar/willingness to pay (Y) dari responden adalah

dengan menggunakan metode regresi berganda.

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Minitab 14 (Lampiran 3)

diperoleh persamaan model regresi berganda, sebagai berikut :

Y = -3.713 – 11,3 X1 + 1.292 X2 + 150 X3 + 0,000616 X4

Dari persamaan regresi berganda diketahui bahwa nilai intersep adalah

sebesar 3.713 dimana tanda negatif pada nilai intersep tersebut menunjukkan

hubungan yang negatif antara variabel kesediaan membayar/willingness to pay

Gambar

Tabel 1. Jenis dan Jumlah Pohon-Pohon di Taman Olahraga dan Rekreasi Gajah Mada   Nama Jenis/Pohon  Jumlah
Tabel 2. Kesediaan Membayar (Willingness To Pay)  Responden Setiap Bulan  No  Kesediaan Jumla Jumlah Kesediaan Persentase
Tabel 3. Tingkat Kesediaan Membayar Responden  Kelas Tingkat Kesediaan Jumlah Persentase
Tabel 4. Tingkat Umur Responden Kelas  Tingkat Umur Jumlah
+5

Referensi

Dokumen terkait

Muharrom Ainul Yaqin, 11210063, 2015, KONSEP SMALL CLAIM PROCEDURE UNTUK MENYELESAIKAN PERKARA PERDATA PERMOHONAN (VOLUNTER) DI PENGADILAN AGAMA, Skripsi, Jurusan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa kondisi operasi optimal tahap aktivasi untuk bahan plastik ABS adalah dengan melarutkan larutan Stano Chloride

Berdasarakan pengamatan penulis, anggota masyarakat program DBKS di kelurahan Bandarharjo lebih aman dan sejahtera dalam setiap keluarga setelah mengikuti program

from pre-research that previously described, the temporary conclusion is: Department of Chemistry Education students feel difficulty and less interested on General

Ujudnya hubungan jangka panjang ini dilihat dari uji ko- integrasi kedua Negara tersebut melalui pendekatan Autoregresif Distributed Lag (ARDL) yang diperkenalkan oleh Pesaran et

Dalam penelitian ini, yang menjadi fase (A1) atau baseline yaitu adalah kemampuan awal anak kesulitan belajar X dalam kemampuan mengenal konsep angka sebelum menggunakan

Sampel pada penelitian ini ialah 46 perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016 yang diambil dengan mengunakan

1) Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua. 2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat