• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

FLORES NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh :

PETRUS ALEXANDRINUS APUL

A 14104599

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

FLORES NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh :

PETRUS ALEXANDRINUS APUL A 14104599

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Nama : Petrus Alexandrinus Apul

NRP : A14104599

Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS

NIP. 131 918 659

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian IPB

Prof.Dr.Ir.Didy Sopandie, M.Agr

NIP. 131 124 019

(4)

PERNYATAAN

(5)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tanggal 27 November 1982. penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara anak pasangan Theodorus Oritis Apul dan Agnes Admadja.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDK St. Ursula Ende, Flores, NTT pada tahun 1995, kemudian melanjutkan ke SLTPK St. Ursula Ende, Flores, NTT dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 2001 penulis lulus dari sekolah lanjutan atas SMUK Syuradikara Ende, Flores, NTT.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaiakan tugas akhir strata satu (skripsi) dengan judul ”Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur”, sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian sekaligus sebagai salah satu syarat penyelesaian studi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pemilihan Prawisata sebagai objek penelitian didorong oleh keinginan penulis sendiri untuk bisa memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan Pariwisata Manggarai Barat dalam kapasitas sebagai mahasiswa pertanian Indonesia dan Putra Daerah. Hal ini dilatarbelakangi karena saat ini Pariwisata memiliki prospek yang cerah melihat semakin tingginya jumlah wisatawan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang memberikan banyak bantuan dan masukan,

2. Bapak Dr. Harianto, MS dan ibu Tintin Surianti, Sp selaku dosen penguji, 3. Bapak Theo dan Mama Nes atas jeripayah, doa dan kepercayaan yang selama

ini diberikan,

4. Ka’e Anton, Accik, Ret, Son, Ike, Inda, Ita, Ano dan Nick, 5. Opa Michael dan Pater Willfrid,

(7)

7. Chrisnovita, terima kasih atas kasih sayang, doa, bantuan dan dorongan yang diberikan selama ini,

8. Teman-teman PMKRI Cabang Bogor dan Marga Putra, dan

9. Seluruh responden dalam penelitian ini serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, dengan harapan semoga tulisan ini dapat bermamfaat bagi Masyarakat, Pemerintah Daerah Manggarai Barat dan berbagai pihak yang terkait dengan pariwisata Manggarai Barat.

Bogor, 17 Agustus 2008

(8)

Halaman

DAFTAR TABEL... .iv

DAFTAR GAMBAR... ..v

DAFTAR LAMPIRAN... .vi

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Ruang Lingkup Penelitian... 6

II TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1. Pariwisata ... 8

2.2. Unsur – Unsur dalam Pariwisata... 9

2.3. Jenis Pariwisata ... 10

2.4. Wisatawan ... 12

2.5. Motivasi Wisatawan... 13

2.6. Ekowisata dan Agrowisata... 15

2.7. Kebijaksanaan dan Strategi Pengembangan Pariwisata... 16

2.7.1. Kebijaksanaan Pembangunan Pariwisata... 16

2.7.2. Strategi Pengembangan Pariwisata ... 17

2.8. Penelitian Terdahulu ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 21

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 21

3.1.1. Strategi Pengembangan ... 21

3.1.2. Lingkungan Perusahaan ... 23

3.1.3. Analisis Lingkungan Internal... 23

3.1.4. Analisis Lingkungan Eksternal ... 24

3.1.5. Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) ... 24

3.1.6. Analisis SWOT (Strengths, Weakneses, Opportunities, Threats) ... 25

3.1.7. Analisis QSPM (Quantitave Strategic Planning Matriks)... 25

3.2. Kerangka Berpikir Operasional... 26

IV. METODOLOGI... 29

4.1. Metode Penelitian ... 29

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

(9)

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 30

4.5.1. Tahap Pengolahan Data ...30

4.5.2. Tahap Analisis ... 35

4.5.3. Tahap Pengambilan Keputusan... 36

4.5.4. Tahap Formulasi Strategi ... 37

V. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... 39

5.1. Kondisi Geografis ... 39

5.2. Penduduk dan Tenaga Kerja ... 40

5.2.1. Penduduk Kabupaten Manggarai Barat ... 40

5.2.2. Tenaga Kerja ... 41

5.3. Sosial ... 42

5.3.1. Pendidikan... 42

5.3.2. Kesehatan ... 42

5.3.3. Kemiskinan ... 43

5.4. Ekonomi ... 44

5.5. Karakteristik Objek Wisata ... 45

VI. PERKEMBANGAN PARIWISATA MANGGARAI BARAT SAAT INI... 53

6.1. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2005-2010... 53

6.2. Strategi Pengembangan Saat Ini... 53

6.3. Industri Pariwisata Manggarai Barat... 54

6.4. Unsur-Unsur Pariwisata di Manggarai Barat ... 57

6.5. Unsur-unsur pendukung lainnya ... 60

6.5.1. Sumber Daya manusia. ... 60

6.5.2. Keimigrasian ... 60

6.5.3. Prasarana dan Sarana Telekomunikasi dan Informasi ... 61

6.5.4. Lembaga Non Pemerintah... 62

6.6. Trend Pengembangan Pariwisata Saat Ini... 65

VII. STRATEGI PENGEMBANGAN KE DEPAN... 68

7.1. Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal Perusahaan... 68

7.1.1. Identifikasi Lingkungan Internal Perusahaan... 68

7.1.2. Identifikasi Lingkungan Eksternal Perusahaan... 73

7.2. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)... 77

7.3. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) ... 79

7.4. Matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT)... 81

7.4.1. Strategi S-O... 83

7.4.2. Strategi W-O ... 85

7.4.3. Strategi S-T ... 86

7.4.4. Strategi W-T... 87

(10)

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN... 94

8.1. Kesimpulan ... 94

8.2. Saran... 95

DAFTAR PUSTAKA... 96

(11)

FLORES NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh :

PETRUS ALEXANDRINUS APUL

A 14104599

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

FLORES NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh :

PETRUS ALEXANDRINUS APUL A 14104599

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(13)

Nama : Petrus Alexandrinus Apul

NRP : A14104599

Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS

NIP. 131 918 659

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian IPB

Prof.Dr.Ir.Didy Sopandie, M.Agr

NIP. 131 124 019

(14)

PERNYATAAN

(15)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tanggal 27 November 1982. penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara anak pasangan Theodorus Oritis Apul dan Agnes Admadja.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDK St. Ursula Ende, Flores, NTT pada tahun 1995, kemudian melanjutkan ke SLTPK St. Ursula Ende, Flores, NTT dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 2001 penulis lulus dari sekolah lanjutan atas SMUK Syuradikara Ende, Flores, NTT.

(16)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaiakan tugas akhir strata satu (skripsi) dengan judul ”Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur”, sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian sekaligus sebagai salah satu syarat penyelesaian studi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pemilihan Prawisata sebagai objek penelitian didorong oleh keinginan penulis sendiri untuk bisa memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan Pariwisata Manggarai Barat dalam kapasitas sebagai mahasiswa pertanian Indonesia dan Putra Daerah. Hal ini dilatarbelakangi karena saat ini Pariwisata memiliki prospek yang cerah melihat semakin tingginya jumlah wisatawan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang memberikan banyak bantuan dan masukan,

2. Bapak Dr. Harianto, MS dan ibu Tintin Surianti, Sp selaku dosen penguji, 3. Bapak Theo dan Mama Nes atas jeripayah, doa dan kepercayaan yang selama

ini diberikan,

4. Ka’e Anton, Accik, Ret, Son, Ike, Inda, Ita, Ano dan Nick, 5. Opa Michael dan Pater Willfrid,

(17)

7. Chrisnovita, terima kasih atas kasih sayang, doa, bantuan dan dorongan yang diberikan selama ini,

8. Teman-teman PMKRI Cabang Bogor dan Marga Putra, dan

9. Seluruh responden dalam penelitian ini serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, dengan harapan semoga tulisan ini dapat bermamfaat bagi Masyarakat, Pemerintah Daerah Manggarai Barat dan berbagai pihak yang terkait dengan pariwisata Manggarai Barat.

Bogor, 17 Agustus 2008

(18)

Halaman

DAFTAR TABEL... .iv

DAFTAR GAMBAR... ..v

DAFTAR LAMPIRAN... .vi

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Ruang Lingkup Penelitian... 6

II TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1. Pariwisata ... 8

2.2. Unsur – Unsur dalam Pariwisata... 9

2.3. Jenis Pariwisata ... 10

2.4. Wisatawan ... 12

2.5. Motivasi Wisatawan... 13

2.6. Ekowisata dan Agrowisata... 15

2.7. Kebijaksanaan dan Strategi Pengembangan Pariwisata... 16

2.7.1. Kebijaksanaan Pembangunan Pariwisata... 16

2.7.2. Strategi Pengembangan Pariwisata ... 17

2.8. Penelitian Terdahulu ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 21

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 21

3.1.1. Strategi Pengembangan ... 21

3.1.2. Lingkungan Perusahaan ... 23

3.1.3. Analisis Lingkungan Internal... 23

3.1.4. Analisis Lingkungan Eksternal ... 24

3.1.5. Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) ... 24

3.1.6. Analisis SWOT (Strengths, Weakneses, Opportunities, Threats) ... 25

3.1.7. Analisis QSPM (Quantitave Strategic Planning Matriks)... 25

3.2. Kerangka Berpikir Operasional... 26

IV. METODOLOGI... 29

4.1. Metode Penelitian ... 29

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

(19)

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 30

4.5.1. Tahap Pengolahan Data ...30

4.5.2. Tahap Analisis ... 35

4.5.3. Tahap Pengambilan Keputusan... 36

4.5.4. Tahap Formulasi Strategi ... 37

V. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... 39

5.1. Kondisi Geografis ... 39

5.2. Penduduk dan Tenaga Kerja ... 40

5.2.1. Penduduk Kabupaten Manggarai Barat ... 40

5.2.2. Tenaga Kerja ... 41

5.3. Sosial ... 42

5.3.1. Pendidikan... 42

5.3.2. Kesehatan ... 42

5.3.3. Kemiskinan ... 43

5.4. Ekonomi ... 44

5.5. Karakteristik Objek Wisata ... 45

VI. PERKEMBANGAN PARIWISATA MANGGARAI BARAT SAAT INI... 53

6.1. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2005-2010... 53

6.2. Strategi Pengembangan Saat Ini... 53

6.3. Industri Pariwisata Manggarai Barat... 54

6.4. Unsur-Unsur Pariwisata di Manggarai Barat ... 57

6.5. Unsur-unsur pendukung lainnya ... 60

6.5.1. Sumber Daya manusia. ... 60

6.5.2. Keimigrasian ... 60

6.5.3. Prasarana dan Sarana Telekomunikasi dan Informasi ... 61

6.5.4. Lembaga Non Pemerintah... 62

6.6. Trend Pengembangan Pariwisata Saat Ini... 65

VII. STRATEGI PENGEMBANGAN KE DEPAN... 68

7.1. Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal Perusahaan... 68

7.1.1. Identifikasi Lingkungan Internal Perusahaan... 68

7.1.2. Identifikasi Lingkungan Eksternal Perusahaan... 73

7.2. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)... 77

7.3. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) ... 79

7.4. Matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT)... 81

7.4.1. Strategi S-O... 83

7.4.2. Strategi W-O ... 85

7.4.3. Strategi S-T ... 86

7.4.4. Strategi W-T... 87

(20)

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN... 94

8.1. Kesimpulan ... 94

8.2. Saran... 95

DAFTAR PUSTAKA... 96

(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal... 31

2. Penilaian Bobot Faktor Strategi Eksternal...31

3. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)... 34

4. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) ... 34

5. Matriks Analisis Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) ...35

6. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)... 37

7. Penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama di Kabupaten Manggarai Barat ... 41

8. Proyeksi distribusi kebutuhan investasi antar sektor ekonomi (%) di Kabupaten Manggarai Barat ... 45

9. Karakteristik objek wisata di Manggarai Barat... 52

10.Target dan jumlah wisman serta penerimaan devisa 2004 – 2009... 66

11.Perkiraan dan jumlah wisatawan nusantara 2004-2009 ... 67

12.Hasil Analisis Matriks IFE Pariwisata Manggarai Barat ... 78

13.Hasil Analisis Matriks EFE Pariwisata Manggarai Barat ... 80

14.Matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT)... 82

15.Alternatif strategi dan kertaikan dengan faktor kunci... 83

(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Skema kerangka Pemikiran Penelitian... 28

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Penerimaan devisa pariwisata dibandingkan dengan

komoditi lain 2004 – 2006 ... 98

2. Obyek wisata di Kabupaten Manggarai Barat ... 99

3. Pemasukan untuk Pemda kabupaten Manggarai Barat dari

karcis masuk Taman Nasional Komodo (40% dari total karcis masuk .. 103

4. Pemasukan untuk Pemda Kabupaten Sumbawa dari Pajak

Pembangunan I Taman Buru Pulau Moyo Kabupaten Sumbawa... 103

5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan

di Kabupaten Manggarai Barat 2005 – 2006 ... 104

6. Banyaknya Sekolah, Guru, dan Murid Menurut Tingkat

Pendidikan di Kabupaten Manggrai Barat 2006 ... 105

7. Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan

di Kabupaten Manggarai Barat 2005-2006 ... .106

8. Jumlah rumah tangga miskin menurut Kabupaten/Kota 2005... 107

9. Jumlah penduduk miskin menurut Kabupaten/Kota ... 108

10.Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut Provinsi

dan Kabupaten atau Kota, 1999, 2002, 2005 ... 109

11.Produk Domestik Ragional Bruto (PDRB)

Kabupaten Manggarai 2004 – 2006 ... 111

12.Travel agent atau tour operator ... 112

13.Data hunian hotel di Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2006... 113

14.Travel agent local atau tour operator local ... 114

(24)
(25)

1.1. Latar Belakang

Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian terfokus kepada peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi dan komoditi perdagangan internasional. Upaya pembangunan ini seolah lebih diarahkan pada peningkatan produksi (proses budaya dan agronomi) semata tidak pada peningkatan atau pembangunan wilayah pertanian. Kondisi tersebut menyebabkan pembangunan pertanian belum optimal sesuai dengan potensinya.

Sebagai negara agraris dan maritim, Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, keindahan alam dan budaya. Kekayaan alam dan budaya ini merupakan potensi untuk memajukan pembangunan di sektor pariwisata. Menurunnya produksi migas merupakan alasan lainnya yang menuntut pemerintah untuk mengembangkan industri pariwisata karena industri pariwisata merupakan industri penghasil devisa.

Secara statistik, pariwisata Indonesia mampu menghasilkan devisa sebesar 4,52 Miliar US$ pada Tahun 2005 dan 4,45 Miliar US$ pada Tahun 2006 (Lampiran 1), sedangkan dampaknya terhadap ekonomi nasional, sektor pariwisata memberikan kontribusi 5,15 persen terhadap produksi barang dan jasa dan 6,97 persen terhadap kesempatan kerja1. Data ini menunjukan bahwa sektor pariwisata mempunyai potensi menjadi sektor andalan dalam perekonomian Nasional.

(26)

Prediksi World Tourism Organisation (WTO) diacu dalam Rancangan Strategis Depbudpar 2005–2009, trend perjalanan pariwisata ke Asia-Pasifik di Tahun 2020 akan mencapai 438 juta jiwa. Hal ini merupakan suatu peluang bagi Indonesia jika dapat memanfaatkan keindahan alamnya dengan baik. Menyikapi hal ini, Departemen Pariwisata dan Kebudayaan (Depbudpar) sampai tahun 2009 menargetkan jumlah wisatawan sebanyak 218 juta jiwa untuk winus dan 10 juta jiwa untuk wisman (Depbudpar 2005). Targetan ini diimbangi dengan pengembangan daerah tujuan wisata unggulan di luar Jawa dan Bali.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.PM 37/UM.001/MKP/07) tentang Kriteria dan Penetapan Destinasi Pariwisata Unggulan Tahun 2007 ditetapkan lima daerah pengembangan destinasi unggulan Tahun 2007 yakni Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sumatra Barat dan Nusa Tenggara Timur. Adapun indikator penentuan pengembangan Destinasi Pariwisata Unggulan adalah daya tarik, fasilitas (pariwisata dan umum), aksesibilitas, potensi pasar, dukungan masyarakat, posisi strategis pariwisata dalam pembangunan daerah, serta Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA)2.

Program pengembangan destinasi pariwisata membuka peluang bagi tempat-tempat yang memiliki keindahan alam namun belum berkembang. Peluang lain bagi pengembangan pariwisata Indonesia adalah trend atau keinginan wisatawan sekarang yang lebih menginginkan kegiatan alami3.

2Harry. 12 September 2007.Rakor Mantapkan Pola Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata Unggulanhttp://www.wisatanet.com/berita/berita_detail.php?kode=1&idnews=2937. 3Santosa S.P. 14 Februari 2002. Pengembangan Pariwisata Indonesia. http:// kolom.pacific.

(27)

Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di Tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari 550 pulau dengan tiga pulau utama adalah Flores (Nusa Nipa)4, Sumba, dan Timor Barat dengan Ibu Kota Provinsi terletak di Kupang, Timor Barat. Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu dari lima target pengembangan daerah tujuan wisata oleh Depbudpar RI5. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara adalah Taman Nasional Komodo (TNK) dengan objek utamanya adalah Komodo (Varanus komodoensis atau Ora dalam Bahasa Manggarai).

Taman Nasional Komodo terletak di Kabupaten Manggarai Barat tepatnya di Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Adanya objek wisata ini mampu menarik rata-rata wisatawan dari tahun 2004–2007 sebanyak 29.330 orang setiap tahunnya yang terdiri dari 17.022 orang Wisman dan 12308 orang Winus (Diparbud Manggarai Barat 2007).

Selain Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat memiliki potensi objek wisata lainnya seperti Danau Sanonggoang yang memiliki keindahan pemandangan danau dan keunikan spesies burung, galian arkeologi, Istana Ular, Pantai Pede, Batu Cermin, laut berpasir merah dan putih, pertanian tradisional, kampung adat dan budaya lokal.

Kekayaan alam dan budaya yang terdapat di Manggarai Barat merupakan modal dasar dalam industri pariwisata. Kekayaan alam dan budaya ini perlu dikembangkan dengan peningkatan pembangunan wilayah dalam konsep pariwisata. Melalui industri pariwisata produktifitas suatu wilayah akan

4 Swisscontact, Diparbud. 31 Mei 2007. Diduga nama asli Pulau Flores adalah Nusa Nipa (Orinbao 1969) yang berarti Pulau Ular. Konteks Historis halaman 1 – 1, Atlas Pengembangan Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat.

5

(28)

meningkat yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan daerah. Dengan demikian pemerintah dapat lebih meningkatkan pembangunan untuk mensejahterakan masyarakatnya yang sebagian besar berada dalam garis kemiskinan. Maka dari itu perlu adanya langkah-langkah strategis dalam memajukan pariwisata Manggarai Barat yang memiliki keunikan budaya dan keindahan alam.

1.2. Perumusan Masalah

Sebagai Kabupaten baru di Nusa Tenggara Timur (NTT), Manggarai Barat kaya akan keanekaragaman hayati, keindahan alam dan budaya. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Diparbud) Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai Barat memiliki 69 objek wisata (Lampiran 2). Hal ini menunjukan bahwa industri pariwisata berpotensi dikembangkan di Manggarai Barat.

Hingga Tahun 2007 hanya ada satu objek wisata yang telah berkembang yakni Taman Nasional Komodo(TNK), sedangkan objek wisata lainnya belum ada upaya pengembangan. Upaya pengembangan seperti promosi, pemenuhan aksesibilitas, sarana dan prasarana lainnya belum dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah mengandalkan Industri pariwisata hanya berupa manfaat administratif dari TNK sebagai pendapatan daerahnya.

(29)

besar adalah pemasukan tidak langsung berupa pajak-pajak hotel dan restoran, pemasukan dari sektor perhubungan, jasa lingkungan dan produksi ikan serta penambahan lapangan kerja yang merupakan efek pengganda dari industri pariwisata (Arinal 2006).

Efek pengganda yang ditimbulkan justru lebih dirasakan oleh Kabupaten Sumbawa yang secara geografis juga dekat dengan Taman Nasional Komodo. Untuk perbandingan, pemasukan Kabupaten Sumbawa dari Pajak Pembangunan I Taman Buru Pulau Moyo6 sebesar Rp 1.031.334.880 pada Tahun 2004 sampai bulan September (lampiran 4).

Data tersebut menunjukan bahwa pengembangan pariwisata belum optimal diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat Manggarai Barat. Kondisi ini menjadikan Kabupaten Manggarai Barat kurang mendapatkan manfaat dari pariwisata seperti penambahan lapangan kerja, penambahan pendapatan masyarakat dan meningkatnya pendapatan daerah melalui pajak-pajak.

Keindahan alam yang dimiliki Manggarai Barat seharusnya menjadi sumber dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya yang sebagian besar berada dalam garis kemiskinan. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai dengan meningkatkan aktifitas ekonomi masyarakat lokal dengan para wisatawan yang datang.

(30)

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis seperti :

1. Bagaimana kondisi pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat saat ini ? 2. Bagaimana kebijakan pemerintah setempat dalam mendorong

pembangunan sektor pariwisata ?

3. Bagaimana strategi pengembangan pariwisata yang tepat di Manggarai Barat ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi kondisi pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat. 2. Untuk mengkaji strategi pengembangan pariwisata yang selama ini

dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat.

3. Menyusun alternatif strategi pengembangan pariwisata yang sesuai dengan kondisi yang terdapat di Kabupaten Manggarai Barat.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada indentifikasi potensi wisata di Kabupaten Manggarai Barat dan alternatif strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat.

(31)
(32)

2.1. Pariwisata

Kata wisata (tour) secara harafiah dalam kamus berarti perjalanan dimana si pelaku kembali ketempat awalnya; perjalanan sirkuler yang dilakukan untuk tujuan bisnis, bersenang-senang atau pendidikan, pada mana berbagai tempat dikunjungi dan biasanya menggunakan jadwal perjalanan yang terencana (Pitana 2005).

Menurut Murphy (1985) yang diacu dalam Pitana (2005), pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen yang terkait (wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lain–lain) yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanent.

(33)

Dari pengertian diatas terdapat beberapa ciri pokok dari pariwisata yakni : Traveler, yaitu orang yang melakukan perjalanan antar dua atau lebih lokalitas, Visitor, yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya dan tujuan utama dari pergerakan manusia tersebutbukan untuk mencari penghidupan atau pekerjaan di tempat yang dituju.

2.2. Unsur – Unsur dalam Pariwisata.

Unsur dalam pariwisata merupakan segala sesuatu yang membentuk atau komponen dasar dari industri pariwisata termasuk usaha-usaha dalam industri pariwisata. Maka dari itu hal ini perlu diperhatikan dalam mengoptimalkan manfaat dari pembangunan pariwisata di suatu daerah.

Menurut Yoety (1982) diacu dalam Simanullang (2004), perusahaan– perusahaan yang termasuk dalam industri pariwisata adalah : travel agent atau tour operator, perusahaan pengangkutan, akomodasi perhotelan, bar dan restoran, travel agent local, souvenirshop, Perusahaan-perusahaan yang akan berkaitan dengan aktivitas wisatawan seperti tempat menjual dan mencetak film, kamera, kartu pos, penukaran uang, bank dan lain-lain. Menurut Pendit (2006) unsur-unsur dalam pariwisata terdiri dari:

(34)

2. Kesempatan berbelanja, tersedianya tempat belanja yang dibutuhkan wisatawan juga barang-barang khas tempat wisata.

3. Promosi, adalah propaganda kepariwisataan dengan didasarkan atas rencana atau propaganda secara teratur dan kontinu ke dalam negri maupun keluar negri.

4. Harga, yaitu harga barang-barang, sarana dan prasarana yang ada. Pada intinya wisatawan sama hal dengan konsumen pada umumnya yang menginginkan harga murah dengan kualitas yang baik.

5. Pengangkutan, meliputi : keadaan jalan, alat angkut dan kelancaran transportasi di tempat wisata.

6. Akomodasi, merupakan rumah sementara bagi wisatawan. Hal yang penting diperhatikan dari akomodasi adalah : kenyamanan, keenakan, pelayanan yang baik dan kebersihan sanitasinya.

7. Atraksi, adalah segala sesuatu pertunjukan yang mempunyai nilai manfaat untuk dilihat atau diperhatikan termasuk objek wisata itu sendiri.

8. Jarak dan waktu, adalah berkaitan dengan lamanya waktu yang harus dikorbankan wisatawan untuk mencapai tempat wisata. Semakin cepat mencapainya semakin baik.

9. Sifat ramah tamah, wisatawan sangat menyenangi keramahan dari penduduk yang ada di tempat wisata tersebut.

2.3. Jenis Pariwisata

(35)

Pandit (2006), pariwisata dapat dikelompokkan menurut objek yang menjadi daya tarik kedalam lima belas kelompok. Lima belas kelompok itu sebagai berikut :

1. Pariwisata budaya, pariwisata yang didasari rasa ingin tahu wisatawan akan budaya lain, kebiasaan yang dilakukan, kepercayaan serta atraksi budaya lain.

2. Pariwisata kesehatan, adalah suatu kegiatan wisata yang dilakukan untuk penyegaran jasmani maupun rohani, seperti berkunjung ke tempat pemandian air panas.

3. Pariwisata olahraga, pariwisata yang dilakukan dalam rangka olahraga, seperti berpergian dalam rangka perwakilan negara dalam pertandingan olahraga antarnegara.

4. Pariwisata komersial, pariwisata yang dikomersilkan. Dapat berupa pameran-pameran

5. Pariwisata industri, erat kaitannya dengan pariwisata komersil, hanya saja objek yang dituju berupa lingkungan industri.

6. Pariwisata politik, pariwisata yang berkenaan dengan kegiatan politik suatu negara.

7. Pariwisata konvensi, pariwisata yang menyediakan fasilitas tempat pertemuan-pertemuan atau acara antar negara.

8. Pariwisata sosial, adalah kegiatan wisata yang diperuntukan bagi kelas menegah kebawah. Kegiatan wisata ini biasanya di sponsori oleh lembaga-lembaga tertentu.

(36)

10.Pariwisata maritim, kegiatan wisata yang memanfaatkan pesona alam laut. 11.Pariwisata cagar alam, adalah kegiatan wisata dengan berpergian ke

tempat cagar alam.

12.Pariwisata buru, adalah pariwisata yang menyediakan tempat untuk melakukan kegiatan berburu.

13.Pariwisata bulan madu, pariwisata yang diperuntukan kepada pasangan-pasangan yang melakukan perjalanan bulan madu.

14.Pariwisata petualangan, adalah kegiatan berwisata ketempat – tempat yang tidak lazim dikunjungi orang. Fasilitas yang ada sangat minim atau tidak ada. Semuanya sangat bersifat alami.

15.Pariwisata pilgrim, adalah pariwisata yang diperuntukkan untuk kegiatan keagamaan.

Dari lima belas jenis pariwisata terdapat beberapa jenis yang mungkin dikembangkan di Kabupaten Manggarai Barat berdasarkan objek wisata yang dipunyai yakni : pariwisata budaya, pariwisata kesehatan, pariwisata olahraga, pariwisata komersial,pariwisata sosial, pariwisata pertanian, pariwisata maritim, pariwisata cagar alam, pariwisata bulan madu dan pariwisata petualangan.

2.4. Wisatawan

Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata (UU No 9 Tahun 1990). Mengenali tipelogi wisatawan merupakan hal penting dalam membuat paket wisata yang menjadi daya tarik suatu industri pariwisata.

(37)

dalam keaslian atau objek wisata yang alami. Hal ini mempunyai peluang dalam menarik witawan ber tipe petualang dan menyukai perjalanan yang pelum pernah dikunjungi oleh orang lain.

Klasifikasi wisatawan menurut Cohen (1997) diacu dalam Pitana (2005) sebagai berikut :

1. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali belum diketahuinya dan berpergian dalam jumlah kecil.

2. Eksplorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur perjalanannya sendiri, dan tidak mau mengikuti jalan–jalan wisata yang sudah umum melainkan mencari hal yang tidak umum (Off the beaten track). Wisatawan seperti ini bersedia memanfaatkan fasilitas dengan standar lokal dan tingkat interaksi dengan masyarakat lokal juga tinggi. 3. Individual Mass Tourist, yaitu wisatawan yang hanya menyerahkan

pengaturan perjalanannya kepada agen perjalanan dan mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah terkenal.

4. Organized –Mass Tourist, yaitu wisatawan yang hanya mau mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah dikenal, dengan fasilitas seperti yang dapat ditemuinya di tempat tinggalnya dan perjalanannya selalu dipandu oleh pemandu wisata. Wisatawan seperti ini sangat terkungkung oleh apa yang disebut sebagai environmental bubble.

2.5. Motivasi Wisatawan

(38)

eksternal wisatawan yang mana terbentuk dari pengaruh faktor-faktor eksternal seperti : norma susila, pengaruh atau tekanan keluarga, situasi kerja, dan sebagainya (Pitana 2005).

Pada dasarnya seorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal yang mana mendorong mereka untuk memutuskan berwisata disuatu tempat tertentu.. Mcntosh (1977) dan Murphy (1985) yang diacu dalam Pitana (2005) mengelompokan motifasi wisatawan ke dalam empat kelompok, yaitu :

1. Physical or physiological motivation (motifasi yang bersifat fisik atau fisiologis), antara lain untuk relaksaksi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai, dan sebagainya.

2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga kelestarian akan berbagai objek peninggalan kebudayam(monument bersejarah). 3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat

sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi, melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang membosankan.

(39)

2.6. Ekowisata dan Agrowisata

Salah satu isu pariwisata yang lagi hangat dibicarakan saat ini adalah Ekowisata dan Agrowisata. Ekowisata adalah perjalanan ke daerah-daerah alamiah secara bertanggungjawab terhadap perlindungan alam sekitar dan menjaga kenyamanan penduduk setempat.

Departemen Pertanian (2005) mendefenisikan wisata ekologi ( eco-Tourism) sebagai kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan

Agrowisata dapat didefenisikan sebagai sebab bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha dibidang pertanian7.

Pada prinsipnya strategi pengembangan agri-tourism dan eco-tourism memegang pada prinsip yamg sama yakni :

1. Menekan serendah–rendahnya dampak negatif terhadap alam dan kebudayaan yang dapat merusak daerah tujuan wisata.

2. Memberikan pembelajaran kepada wisatawan mengenai pentingnya suatu pelestarian.

3. Menekan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab, bekerja sama dengan unsur pemerintah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal dan memberikan manfaat pada usaha pelestarian.

(40)

4. Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan pelestarian, manajemen sumberdaya alam dan kawasan yang dilindungi. 5. Memberi penekanan pada kebutuhan zona pariwisata regional dan

penataan serta pengelolaan tanaman-tanaman untuk tujuan wisata di kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut.

6. Memberikan penekanan pada kegunaan studi-studi berbasiskan lingkungan dan sosial, dan program-program jangka panjang., untuk mengevaluasi dan menekan serendah-rendahnya dampak pariwisata terhadap lingkungan. 7. Mendorong usaha peningkatan manfaat ekonomi untuk negara, pebisnis

dan masyarakat lokal, terutama penduduk yang tinggal di wilayah sekitar kawasan yang dilindungi.

8. Berusaha untuk meyakinkan bahwa perkembangan pariwisata tidak melampaui batas–batas sosial dan lingkungan yang dapat diterima seperti yang ditetapkan para peneliti yang telah bekerja sama dengan penduduk lokal.

9. Mempercayakan pemanfaatan sumber energi, melindungi tumbuh-tumbuhan dan binatang liar dan menyesuaikan dengan lingkungan alam dan budaya.

2.7. Kebijaksanaan dan Strategi Pengembangan Pariwisata

2.7.1. Kebijaksanaan Pembangunan Pariwisata

(41)

pariwisata di Indonesia. Sasaran pengembangan kebudayaan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2004 – 2009 adalah:

1. Menurunnya ketegangan dan ancaman konflik antarkelompok masyarakat. 2. Semakin kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang

berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika.

3. Semakin berkembangnya penerapan nilai baru yang positif dan produktif dalam rangka memantapkan budaya nasional yang terwujud dalam setiap aspek kebijakan pembangunan.

4. Meningkatnya pelestarian dan pengembangan kekayaan budaya.

2.7.2. Strategi Pengembangan Pariwisata

Sasaran kebudayaan yang telah ditetapkan dalam RPJM dijabarkan dalam Rencana Strategis Pembangunan Kebudayaan dan Kepariwisataan Nasional untuk tahun 2005-2009 yaitu :

1. Terwujudnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan kebudayaan sehingga memiliki ketahanan dalam menghadapi pengaruh budaya yang negatif.

2. Terwujudnya industri dan karya budaya yang mengacu pada budaya bangsa, dan perlindungan hukum individual dan komunal.

3. Terwujudnya sikap saling menghargai dan menghormati di antara berbagai komunitas budaya untuk memperkukuh ikatan kebangsaan.

(42)

Rencana Strategis Pembangunan Kebudayaan dan Kepariwisataan Nasional 2005-2009 yaitu :

1. Terwujudnya pariwisata nusantara yang dapat mendorong cinta tanah air. 2. Meningkatnya pemerataan dan keseimbangan pengembangan destinasi

pariwisata yang sesuai dengan potensi masing-masing daerah. 3. Meningkatnya kontribusi pariwisata dalam perekonomian nasional. 4. Meningkatnya produk pariwisata yang memiliki keunggulan kompetitif. 5. Meningkatnya pelestarian lingkungan hidup dan pemberdayaan

masyarakat.

2.7. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Simanullang (2004) tentang Strategi Pengembangan Pariwisata di Objek Wisata Danau Toba, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra Utara melihat invastasi merupakan suatu tindak lanjut dari potensi yang ada di sekitar lingkungan Danau Toba.

(43)

Alternatif strategi pengembangan pariwisata di objek Wisata Danau Toba berdasarkan analisis SWOT didapatkan tiga alternatif strategi yaitu : 1) mempertahankan persepsi dan apresiasi wisatawan tentang keindahan dan kenyamanan terhadap objek wisata dengan pengembangan potensi objek wisata yang didukung oleh pemerintah, LSM dan masyarakat, 2) meningkatkan koordinasi antar pemerintah untuk mempermudah ijin usaha, 3) meningkatkan keamanan untuk memberikan kenyamanan berwisata melalui koordinasi antara pemerintah, LSM dan masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Sisca (2002) tentang Studi Perencanaan Pengembangan Ekowisata di Buntu Buruke, Kecamatan Makale Dan Sanggala Tanah Toraja, Sulawesi Selatan menyatakan bahwa konsep pengembangan ekowisata yang sesuai untuk dikembangkan di Buruke adalah Conservation Camp. Penelitian ini menggunakan alat Analisis Deskriptif untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi ekowisata di Buruke.

(44)

Penelitian yang dilakukan oleh Heriawan (2002) tentang Studi Potensi Penerapan Community Based Development Dalam Pengembangan Periwisata di Kabupaten Tana Toraja mengatakan perlunya memperhatikan peran masyarakatnya. Pembangunan pariwisata di Kabupaten Tanah Toraja sebaiknya dilakukan dengan pendekatan secara Bottom Up dari masyarakatnya.

Pendekatan ini perlu dilakukan mengingat kesiapan peran masyarakat Tanah Toraja sebagai perencana dan pelaksana dalam pengembangan pariwisata di daerahnya ternyata masih rendah. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : rendahnya tingkat pendidikan, kemampuan baru tahap pengenalan sumberdaya wisata, kurang pemahaman tentang kehidupan sosial dan budaya sebagai sesuatu yang bernilai tinggi, terpakunya masyarakat pada pola hidup tradisional sebagi petani dan penyalahgunaan strata sosial dalam struktur masyarakat tradisional. Dalam penelitian ini, Heriawan menggunakan alat Analisis Deskriptif.

(45)
(46)

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Strategi Pengembangan

Strategi pengembangan merupakan suatu upaya pengoptimalan pencapaian tujuan-tujuan yang diharapakan oleh perusahaan. Artinya upaya pengembangan telah dilakukan oleh perusahaan namun saja tujuannya belum optimal. Perusahaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Sektor Pariwisata Manggarai Barat.

David (2006), strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu strategi mempengaruhi kemakmuran perusahaan dalam jangka panjang, khususnya untuk lima tahun, dan berorientasi ke masa depan. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi perusahaan.

(47)

3.1.2. Lingkungan Perusahaan

Mcleod (2001) diacu dalam Timor (2008), menyatakan bahwa lingkungan adalah alasan utama keberadaan dari perusahaan. Pemilik perusahaan melihat perlunya penyediaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan lingkungan tertentu dan menanamkan modalnya sehingga perusahaan dapat melaksanakan aktivitasnya. Lingkungan kemudian menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk memproduksi barang dan jasa.

Perusahaan yang berhasil memandang bisnis mereka dari luar ke dalam, mereka menyadari bahwa lingkungan pemasaran selalu menimbulkan peluang serta ancaman baru dan mereka memahami pentingnya memantau dan beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah (Kotler 2004).

3.1.3. Analisis Lingkungan Internal

David (2006), mengemukakan bahwa lingkungan internal adalah lingkungan yang terjadi di dalam aktifitas perusahaan, hal ini berkaitan dengan adanya kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dan kelemahan internal adalah aktifitas organisasi yang dapat dikontrol yang dijalankan dengan sangat baik atau sangat buruk. Kekuatan dan kelemahan internal dapat muncul dari aktivitas manajeman, pemasaran, keuangan, produksi, penelitian dan pengembangan, dan sistim informasi. Kekuatan dan kelemahan internal juga ditentukan oleh keberadaan saat ini bukan oleh kinerja.

(48)

pemikiran yang cukup sederhana ini akan memungkinkan melihat peran analisis intern dalam pengembangan strategi yang tepat, sehingga mampu memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan.

3.1.4. Analisis Lingkungan Eksternal

David (2006), mengemukakan bahwa analisis eksternal adalah pengungkapan peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan, sehingga dengan adanya peluang maka akan didapatkan keuntungan, sebaliknya dengan adanya ancaman maka perusahaan akan berusaha untuk menghindarinya.

Peluang dan ancaman eksternal mengacu pada ekonomi, sosial budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintah, teknologi, serta tren kompetisi yang secara signifikan dapat menguntungkan atau membahayakan organisasi di masa depan (David 2006). Peluang dan ancaman sebagian besar berada di luar kendali organisasi maka disebut lingkungan eksternal.

3.1.5. Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

(49)

3.1.6. Analisis SWOT (Strengths, Weakneses, Opportunities, Threats)

Analisis SWOT merupakan akronim dari Strengths (kekuatan), Weakneses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman). Menurut David (2006), Analisis SWOT adalah alat untuk mencocokkan yang penting yang membantu manejer mengembangkan empat tipe strategi : SO (kekuatan-peluang atau strengths-opportunities), WO (kelemahan-peluang atau weaknesses -opportunities), ST (kekuatan-ancaman atau strengths-threats), WT (kelemahan-ancaman atau weaknesses-threats). Dari analisis SWOT akan menghasilkan alternatif strategi yang layak untuk dipertimbangkan.

3.1.7. Analisis QSPM (Quantitave Strategic Planning Matriks)

Matriks perencanaan strategi kuantitatif (QSPM) merupakan tahap akhir dari kerangka kerja analisis perumusan strategi, teknik ini secara obyektif mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik dari alternatif strategi yang layak dipertimbangkan. QSPM merupakan teknik analisis dalam literatur yang didesain untuk menentukan daya tarik relatif dan alternatif tindakan yang layak (David 2006).

(50)

3.2. Kerangka Berpikir Operasional

Pembangunan pariwisata di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur menjanjikan prospek yang cerah, karena itu pembangunan pariwisata di Manggarai Barat harus dapat meningkatkan pendapatan daerah, pendapatan masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan usaha, mendorong perekonomian melalui pemanfaatan dan pelestarian keindahan alam, budaya dan peninggalan-peninggalan sejarah dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama, citra kepribadian bangsa serta hakikat dan martabat bangsa (Deppen RI,1994). Untuk itu perlu memikirkan langkah-langkah strategis agar tecapainya tujuan tersebut.

Dalam suatu rumusan strategi pengembangan suatu sektor pembangunan, kesinambungan strategi dan faktor lingkungan pariwisata Manggarai Barat harus dipertimbangkan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan atau melihat kekuatan dan kelemahan pariwisata Manggarai Barat, peluang yang harus dimanfaatkan serta ancaman yang harus dihindari.

Kondisi umum wilayah Manggarai Barat dan karakteristik objek wisata merupakaan keberadaan saat ini yang dipunyai. Unsur-unsur pariwisata dan kebijakaan saat ini merupakan usaha yang dilakukan pemerintah daerah dalam mengembangkan pariwisatanya, sedangkan tren pariwisata merupakan wujud ciptaan kondisi dimasa depan yang dapat menimbulkan peluang dan ancaman.

(51)

Manggarai Barat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, pelaku pariwisata dan pengunjung dapat membantu menilai tingkat kepentingan relatif dari faktor internal dan eksternal dengan menggunakan Matriks IFE dan EFE. Hasil dari Matriks IFE dan EFE memberikan masukan dalam pencocokan faktor-faktor tersebut dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil dari analisis SWOT berupa alternatif-alternatif strategi yang layak untuk dipertimbangkan.

Untuk mendapatkan prioritas strategi dari strategi-strategi yang layak, maka diperlukan alat analisis QSPM. Analisis QSPM merupakan tahap akhir dari perumusan strategi pengembangan

(52)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian

[image:52.612.84.548.77.702.2]

ALTERNATIF STRATEGI GAMBARAN

KONDISI UMUM KABUPATEN MANGGARAI BARAT

KONDISI PARIWISATA MANGGARAI BARAT SAAT

INI

ANALISIS SWOT OPTIMALISASI

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI MANGGARAI BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MANGGARAI BARAT

KE DEPAN

Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) dan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

(53)

4.1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan objek studinya adalah pariwisata di Manggarai Barat, Flores, NTT. Menurut Nazir (2003), studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase yang spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas, subjek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Manggarai Barat, dimana kegiatan pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2007-Januari 2008.

4.3. Jenis dan Sumber Data

(54)

Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Departemen Budaya dan Pariwisata, Perpustakaan, majalah dan internet.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Responden dipilih secara sengaja dan memiliki kontribusi besar dalam perumusan dan pelaksanaan strategi Pariwisata Manggarai Barat. Pemilihan responden tersebut dilakukan dengan alasan keterwakilan dari pemerintah dan masyarakat Manggarai Barat yang merupakan penentu pengembangan pariwisata di Manggarai Barat. Responden yang diambil berjumlah empat orang terdiri dari Kapala Bagian Produksi Diparbud Kabupaten Manggarai Barat (karteker) yaitu Bapak Constant, Tokoh Masyarakat (dalu Labuan) yaitu Rahmang Izhaka, Tokoh Pemuda dan pelaku pariwisata yaitu Bapak Lois (Ketua HPI8 Manggarai Barat) dan pengunjung yakni Bruder Yoris (Kabupaten Ende).

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

4.5.1. Tahap Pengolahan Data

Analisis data dimulai dengan mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang dianalisis secara kualitatif.

Setelah mengetahui faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan, maka dilakukan pembobotan. Pembobotan dilakukan untuk menentukan prioritas dari identifikasi faktor-faktor internal, sedangkan

8

(55)
[image:55.612.121.512.175.329.2]

pengolahan dan analisis kuantitatif digunakan dengan alat bantu komputer melalui program Microsoft Excel. Bentuk penilaian pembobotan untuk matrik IFE dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal

Faktor Strategi Internal A B C D ... Total A

B C D

...

Total

Sumber: Rangkuti, 2004

Matrik EFE digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang berupa peluang dan ancaman perusahaan. Setelah mengetahui faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan, maka dilakukan pembobotan. Pembobotan dilakukan untuk menentukan prioritas dari identifikasi faktor-faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Strategi Eksternal

Faktor Strategi Eksternal A B C D ... Total A

B C D ...

Total

Sumber: Rangkuti, 2004

[image:55.612.116.514.501.650.2]
(56)

pihak Diparbud Kabupaten Manggarai Barat. Penentuan bobot dilakukan dengan menggunakan metode Paired Comparison. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal perusahaan. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3, skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :

1. = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2. = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3. = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :

ai =

Keterangan :

ai = bobot variabel ke-i

Xi = nilai variabel ke-i

i = 1, 2, 3, ..., n n = jumlah variabel Sumber : Rangkuti, 2004

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membentuk matriks IFE dan EFE (Rangkuti, 2004) adalah :

1. Menentukan beberapa faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta faktor-faktor strategi yang menjadi peluang dan ancaman, kemudian

n

X

i

Xi

(57)

menempatkannya pada kolom pertama.

2. Memberikan bobot terhadap faktor-faktor tersebut pada (kolom dua) dengan skala mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Pembobotan didasarkan atas tingkat kepentingan relatif faktor tersebut bagi kesuksesan pengembangan pariwisata Kabupaten Manggarai Barat. Total bobot yang diberikan harus sama dengan satu.

3. Memberikan rating 1 sampai 4 pada (kolom tiga) untuk menunjukkan efektifitas Pemerintah Daerah atau Diparbud Kabupaten Manggarai Barat dalam merespon faktor-faktor tersebut. Untuk matriks IFE untuk faktor yang bersifat positif yaitu dengan skala 1= kekuatan yang kecil, 2= kekuatan yang sedang, 3= kekuatan yang besar, 4= kekuatan yang sangat besar. Untuk faktor kelemahan merupakan kebalikan dari faktor kekuatan yaitu : 1= kelemahan yang sangat berarti, 2= kelemahan yang cukup berarti, 3= kelemahan yang kurang berarti, 4=kelemahan yang tidak berarti. Sedangkan untuk matriks EFE untuk faktor peluang yang bersifat positif yaitu dengan skala 1= peluang kecil, 2= peluang sedang, 3= peluang tinggi, 4= peluang sangat tinggi. Untuk faktor ancaman yang bersifat negatif merupakan kebalikan dari faktor peluang yaitu : 1= ancaman sangat besar, 2= ancaman besar, 3= ancaman sedang, 4= ancaman kecil.

4. Mengalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan.

(58)
[image:58.612.116.518.211.382.2]

strategi internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan lainnya dalam kelompok perusahaan yang sama. Matriks IFE dan EFE diilustrasikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)

Faktor-faktor Strategis Internal Bobot (Xi)

Rating (Yi)

Skor Pembobotan (Xi.Yi) Kekuatan

-

Kelemahan -

Total ∑ Xi = 1.0 ∑( X i . Y i )

Sumber: David, 2006

Tabel 4. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot (Xi)

Rating (Yi)

Skor Pembobotan (Xi.Yi) Peluang

-

Ancaman -

Total ∑ X i = 1.0 ∑ (Xi.Yi)

(59)

4.5.2. Tahap Analisis

Matriks SWOT diperoleh dari hasil identifikasi Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) yaitu berupa kekutan dan kelemahan dan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) yaitu berupa peluang dan ancaman.

[image:59.612.114.523.257.459.2]

Dalam matriks SWOT diperlihatkan kesesuaian antara kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Matriks Analisis Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT)

Internal

Eksternal

Strength (S)

* Faktor Kekuatan

Weakness (W) * Faktor Kelemahan

Opportunities (O)

* Faktor Peluang

Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimkan kelemahan

Threaths (T)

* Faktor Ancaman

Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

Strategi VVI

Ciptakan strategi yang meminimkan kelemahan

Sumber: David, 2006

Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi perusahaan dengan memadukan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki. Langkah untuk menyusun matriks SWOT adalah :

1. Mendeskripsikan kekuatan internal yang menentukan. 2. Mendeskripsikan kelemahan internal yang menentukan. 3. Mendeskripsikan peluang eksternal yang menentukan. 4. Mendeskripsikan ancaman eksternal yang menentukan.

(60)

6.Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi WO.

7.Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi ST.

8.Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi WT.

4.5.3. Tahap Pengambilan Keputusan

Tahap terakhir dalam perumusan strategi adalah tahap keputusan. QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusunan strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara obyektif dan dengan penilaian intuitif yang baik berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Langkah-langkah dalam pembuatan tahap keputusan dengan QSPM adalah membuat daftar peluang dan ancaman dari faktor eksternal dan kekuatan serta kelemahan dari faktor internal. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Memberikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot ini identik dengan bobot yang ada pada matriks IFE dan matriks EFE.

2. Menuliskan alternatif strategi yang akan dievaluasi

(61)

yang dipertimbangkan, maka tidak diberikan nilai AS.

4. Menghitung total nilai daya tarik, dengan mengalikan bobot dengan nilai AS. 5. Menghitung penjumlahan total nilai daya tarik (TAS) Total Attractiveness

Scrore, nilai total tertinggi merupakan strategi yang lebih menarik dan paling baik.

Tabel 6. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

Alternatif strategi

Strategi I Strategi II Strategi III Faktor Kunci Bobot AS TAS AS TAS AS TAS Kekuatan

-

Kelemahan -

Peluang -

Ancaman -

Sumber: David, 2006

4.5.4. Tahap Formulasi Strategi

(62)

Tahap 1 : Masukan (Input Stage)

1. Matriks Evaluasi Faktor Internal(IFE) 2. Matriks Evaluasi Faktor eksternal(EFE)

Tahap 2 : Pencocokan (Matching Stage)

Matriks (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) SWOT

[image:62.612.118.510.64.301.2]

Tahap 3 : Pengambilan Keputusan (Decision Stage) Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Sumber: Rangkuti, 2004

Gambar 2. Tahap Formulasi Strategi

Tahap pertama adalah tahap masukan dengan menggunakan Evaluasi Faktor Internal (IFE) untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan pariwisata Manggarai Barat serta menggunakan Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman.

Tahap kedua adalah tahap pencocokan dengan menggunakan matriks SWOT, matriks SWOT ini untuk mendapatkan alternatif strategi berdasarkan kekuatan dan kelemahan, peluang serta ancaman yang dihadapi pariwisata Manggarai Barat.

(63)

5.1. Kondisi Geografis

Kabupaten Manggarai Barat terletak pada bagian paling Barat pulau Flores. Wilayah Kabupaten ini terletak di antara 08°.14° dan 09°.00° Lintang Selatan, dan di antara 119°.21° dan 120.20° Bujur Timur.

Secara administratif Kabupaten Manggarai Barat ditetapkan dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Manggarai Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sape, Propinsi NTB. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores

Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Sawu

[image:63.612.113.505.491.667.2]

Kabupaten Manggarai Barat memiliki luas wilayah 9.450,00 km2. Dari total luas wilayah tersebut, luas daratan, yang terdiri dari daratan di Pulau Flores, P. Komodo, P. Rinca, P. Longos, dan beberapa pulau kecil lainnya adalah 2.947,50 km2, dan luas wilayah lautan adalah 6.052,50km2..

(64)

5.2. Penduduk dan Tenaga Kerja

5.2.1. Penduduk Kabupaten Manggarai Barat

Penduduk merupakan modal utama dalam melakukan pembangunan. Kabupaten Manggarai Barat sebagai Kabupaten baru di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mempunyai jumlah penduduk yang cukup banyak. Berdasarkan data BPS, sampai akhir tahun 2006 jumlah penduduk di Kabupaten Manggarai Barat sejumlah 200.203 jiwa menyebar di lima Kecamatan (lampiran 5). Jumlah penduduk terbesar ada di Kecamatan Lembor sejumlah 63.276 jiwa atau 31,60 persen dari total penduduk Kabupaten Manggarai Barat. Sedangkan jumlah penduduk terkecil ada di Kecamatan Macang Pacar sejumlah 24.010 jiwa atau 12,00 persen dari total penduduk. Penduduk perempuan sebesar 101.436 jiwa atau 50,67 persen dari total penduduk, sedangkan sisanya 49.33persen adalah penduduk laki-laki.

(65)

5.2.2. Tenaga Kerja

[image:65.612.120.507.231.432.2]

Data dalam Tabel 7 menunjukan distribusi penduduk sesuai jenis pekerjaan. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang aktif bekerja tidak terlalu jauh perbedaannya. Secara rinci distribusi penduduk disajikan sebagai berikut :

Tabel 7. Penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama di Kabupaten Manggarai Barat

Sumber : Manggarai Barat Dalam Angka Tahun 2006/2007

Data dari Tabel 7 terlihat bahwa lebih dari 78,42 persen penduduk bekerja di sektor pertanian atau sektor Primer, baik laki-laki maupun perempuan. Kemudian disusul dengan perdagangan besar, eceran dan rumah makan (7,21 persen) industri pengolahan (5,91 persen), sedangkan sisanya ada di sektor-sektor jasa. Ini menunjukkan bahwa secara kependudukan perhatian pada pembangunan pertanian harus diprioritaskan, dengan diikuti oleh pengembangan sektor perdagangan dan industri pengolahan. Sektor lain yang harus didorong untuk meningkatkan kualitas SDM adalah penyediaan jasa yang dapat mendorong industri pariwisata.

No Lapangan Pekerjaan Utama Laki-laki (%)

Perem- Puan (%)

Total (%)

1 Pertanian, Kehuatanan, Perkebunan, Perikanan (78,50) (78,34) (78,42)

2 Pertambangan dan Penggalian (0) (0) (0 )

3 Industri Pengolahan (3,66) (8,66) (5,91)

4 Listrik, Gas dan Air (0,14) (0,00) (0,08)

5 Bangunan (0,16) (0,00) (1,65)

6 Perdagangan Besar, Eceran dan Rumah makan (5,35) (9,48) (7,21) 7 Angkutan,Perdagangan, Komunikasi (1,79) (0,61) (1,26) 8 Keuangan, Asuransi, Persewaan (0,14) (0,00) (0,08)

(66)

5.3. Sosial

5.3.1. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat yang berperan meningkatkan kecerdasan dan kualitas hidup manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat, semakin baik pula kualitas sumberdaya manusianya. Dengan demikian, kualitas pendidikan masyarakat mempunyai peran yang sangat signifikan terhadap kemajuan sosial ekonomi suatu daerah.

Sekolah di Kabupaten Manggarai Barat terdiri dari TK sampai SMA atau setingkat SMA, sedangkan Perguruan Tinggi tidak terdapat di Kabupaten ini. Jumlah siswa ditingkat SD cukup banyak. Hanya saja jumlah ini menurun pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi berikutnya (Lampiran 6). Dari data ini dapat dilihat bahwa akses kejenjang pendidikan berikutnya kurang memadai. Hal ini disebabkan karena kurangnya ketersediaan guru, kemiskinan dan fasilitas pendidikan yang kurang memadai.

5.3.2. Kesehatan

(67)

Pelayanan kesehatan di Manggarai Barat secara umum belum maksimal karena belum adanya Rumah Sakit Umum (RSU) Pemerintah. Saat ini masyarakat atau wisatawan yang ingin berobat dan perlu penanganan medis yang lebih lanjut harus berobat ke Ruteng, Kabupaten Manggarai.

Ketersediaan tenaga medis di Kabupaten Manggarai Barat cukup memadai. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat, sampai tahun 2006 jumlah dokter sebanyak 23 orang, Dokter Gigi 3 orang, Bidan 82 orang dan Perawat Umum 155 orang. Jumlah ini meningkat sangat signifikan dari jumlah sebelumnya terutama jumlah Dokter Umum (Lampiran 7). Jika dirata-ratakan dengan jumlah penduduk Kabupaten Manggarai Barat, maka 1 orang Dokter harus melayani 870,4 jiwa. Perbandingan ini tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan Kabupaten Manggarai sebesar 1 orang Dokter harus melayani 12.521 jiwa9.

5.3.3. Kemiskinan

Berdasarkan Pendataan Sosial Ekonomi (PSE) 2005, Jumlah Rumah Tangga Miskin (JRTM) di Kabupaten Manggarai Barat sebanyak 27.688 Kepala Keluara (KK) atau 66,78 persen dari 41.462 KK. Jumlah ini sedikit lebih tinggi dari presentase jumlah Rumah Tangga Miskin Provinsi sebesar 65,42 persen, namun lebih rendah ke 5 dari 17 Kabupaten atau Kotamadya di Provinsi NTT (Lampiran 8 dan 9).

Tingginya tingkat kemiskinan di Kabupaten Manggarai Barat mengindikasikan bahwa rendahnya kesempatan bersekolah atau melanjutkan

(68)

pendidikan ke jenjang yang lebih lanjut, tingkat pemenuhan gizi keluarga yang rendah dan rendahnya tingkat kesehatan yang berakibat rendahnya angka harapan hidup. Tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Manggarai Barat sebesar 63,2 sedikit lebih rendah dibandingkan IPM Provinsi 63,6 dan IPM Nasional 69,61 (Lampiran 10).

5.4. Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), rata-rata berdasarkan harga konstan dan harga yang berlaku di Manggarai Barat pada tahun 2006 sebesar Rp. 419.677.438, naik 5,42 persen dibandingkan 2005. PDRB tersebut merupakan kontribusi dari setiap lapangan usaha sebagai berikut : pertanian 63,04 persen, pertambangan dan penggalian 2,39 persen, industri pengelolaan 0,58 persen, listrik, gas dan air bersih 0,16 persen, bangunan 8,97persen, perdagangan, restoran dan hotel 13,06 persen, pengangkutan dan komunikasi 4,15 persen, keuangan, sewa dan jasa perusahaan 1,27 persen dan jasa-jasa 6,38 persen (Lampiran 11).

Berdasarkan klasifikasi yang dibuat BPS Manggarai Barat sektor-sektor perekonomian dipilah atas sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier untuk periode analisis 2004-2006. Sektor primer dalam analisis ini mencakup sektor pertanian dan pertambangan atau penggalian. Sektor sekunder meliputi sektor industri dan listrik, gas dan air minum. Sektor tersier mencakup sektor bangunan dan konstruksi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa.

(69)

Kabupaten Manggarai Barat telah memproyeksikan kebutuhan investasi berdasarkan sektor ekonomi, sampai Tahun 2009, seperti pada Tabel 8.

Tabel 8. Proyeksi distribusi kebutuhan investasi antar sektor ekonomi (persen) di Kabupaten Manggarai Barat

Tahun Sektor

Ekonomi 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Primer 39,49 37,07 36,88 35,68 34,40 33,78 33,49

Sekunder 4,93 9,87 10,97 10,97 11,82 12,00 12,47 Tersier 55,58 53,11 52,84 53,35 53,79 54,21 54,04 Sumber: BAPEDA Kabupaten Manggarai Barat, 2006

Dari Tabel 8 di atas, menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat mengarahkan sektor tertier sebagai leading sector pembangunan ekonominya, dengan indikasi harapan investasi yang jauh lebih tinggi di sektor tersebut dibanding sektor primer dan sekunder. Berdasarkan data dapat diartikan bahwa Pemerintah Manggarai Barat berusaha mendorong kemajuan Industri Pariwisata melalui peningkatan pembangunan di sektor tersier.

5.5. Karakteristik Objek Wisata

Budaya. Budaya merupakan suatu bagian penting dalam dunia pariwisata. Tanpa budaya, suatu wisata akan terasa hambar dan kering. Maka dari itu peran budaya sangat penting disajikan dalam setiap perjalanan wisata. Dari budaya wisatawan akan memperoleh pengetahuan tentang budaya atau filasofi orang lain, merasakan atau menyaksikan atraksi yang tidak terdapat di tempatnya.

(70)

1. Pola pemerintahan ke-Dalua-an (Sistim pemerintahan Kerajaan Manggarai)

Dalam Masyarakat Manggarai memiliki sistem wilayah ke-Dalu-an yang dipimpin oleh seorang Dalu (Toda 2007). Dalu adalah orang yang berkuasa terhadap suatu wilayah dan bertanggungjawab terhadap Raja Manggarai (Kraeng Bagung dari adat Pongkor-Todo). Dalam pelaksanaannya Dalu dibantu oleh Glarang untuk mengambil hasil bumi dari kampung-kampung yang ada di wilayah kekuasaannya. Dalam setiap kampung terdapat Tua Adat (Tua Golo/Tua Panga) yang bertanggung jawab terhadap hukum kampung dan kebijakan kampung. Dalam pelaksanaanya Tua Adat dibantu oleh Tua Teno yang mengatur masalah tanah dan tata krama masyarakat.

[image:70.612.254.464.523.667.2]

Dalam pembagian tanah Tua Teno akan membagi tanah kampung secara Lingko (jari). Pembagian ini sesuai dengan jumlah anak laki-laki keturunan Bapak, dimana setiap Lingko ada ketua yang dinamankan Tua Lingko. Dengan demikian di daerah Manggarai pola penggunaan tanah (pertanian) akan berbentuk seperti jaring laba-laba (Gambar 3).

(71)

Dalam masyarakat tradisional Manggarai terdapat 38 kedaluan (hameente), yakni : Ruteng, Rahong, Ndoso, Kolang, Lelak, Wotong, Todo, Pongkor, Pocoleok, Sita, Torokgolo, Ronggakoe, Kepo, Manus,

Rimu, Welak, Pacar, Rego, Bari, Pasat, Nggalak, Ruis, Reo, Cibal,

Lambaleda, Congkar, Biting, Pota, Rembong, Rajong, Ngoo, Mburak,

Kempo, Boleng, Matawae, Lo’o dan Bajo. Dari setiap kedaluan bersemi mitos atau kisah kuno mengenai asal usul leluhurnya dengan banyak kesamaan, yaitu bagaimana nenek moyangnya datang dari laut atau seberang, bagaimana nenek moyangnya turun dari gunung, menyebar dan mengembangkan hidup dan kehidupan purbanya serta titisannya.

Ke-Dalu-an yang termasuk wilayah Manggarai Barat adalah Ndoso, Kolang, Wotong, Kepo, Pacar, Rego, Bari, Pasat, Nggalak, Ngoo,

Mburak, Kempo, Boleng, Matawae, Lo’o dan Bajo.

Dari 38 ke-Dalu-an ini, ke-Dalu-an Bajo dan Matawae memiliki beberapa perbedaan dari ke-Dalu-an lainnya. Perbedaan ini berupa tidak adanya rumah adat (Mbaru Gendang) dan kesenian tradisional yaitu Tari Caci10. Hal ini menyebabkan para wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo kurang dapat merasakan nuansa kemanggaraian.

2. Berdasarkan penyelidikan para arkeolog dan ethnograf, di wilayah Manggarai (termasuk wilayah Manggarai Barat) telah ditemukan beberapa jejak kehidupan pada jaman pra-sejarah. Beberapa peninggalan jejak kehidupan pada jaman pra-sejarah tersebut antara lain :

(72)

a. Bangunan Compang. Salah satu ciri jaman pra-sejarah adalah ditemukan unsur jaman batu serta adanya kepercayaan animisme dan dinamisme (percaya pada roh-roh halus atau dewa). Compang merupakan tempat sesajian yang terletak di halaman kampung atau sekitarnya. Compang berbentuk bundar menyerupai meja persembahan, terbuat dari tumpukan tanah dan batu-batu. Di tengah-tengah compang tumbuh pohon (langke) yang sengaja ditanam. Sebagian besar Compang terletak di wilayah Kabupaten Manggarai, hanya Compang Pacar Pu’u yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat.

b. Galian arkeologi. Galian arkeologi yang ada di Kabupaten Manggarai antara lain: Liang Bua, Pongrekok, Liang Toge. Sedangkan galian arkeologi yang ada di Kabupaten Manggarai Barat adalah Warloka, Liang Momer dan Wae Racang.

[image:72.612.234.454.446.590.2]

3. Jenis makanan dan minuman tradisional Manggarai. Masyarakat manggarai mempunyai minuman tradisional yang biasa disebut dengan nama sopi. Sopi mempunyai kadar alkohol yang cukup tinggi, sehingga

(73)

minuman sulit untuk dilegalkan. Minuman ini selaku hadir dalam setiap upacara-upacara adat. Makanan tradisional masyarakat Manggarai antara lain rebok, songkol, latung cero, serta jagung latung. Dalam upacara penyambutan tamu, biasanya masyarakat Manggarai menyambut dengan cepak (pinang, sirih, kapur) yang diberikan kepada tamu yang baru datang. 4. Kesenian tradisional. Kesenian tradisional dengan ciri khas daerah yang

berkembang di Manggarai Barat adalah seni tenun, seni karya, seni sastra, seni suara dan seni tari.

a. Seni Tenun. Dalam seni tenun, corak tenun yang banyak berkembang ad

Gambar

GAMBARAN KONDISI PARIWISATA
Tabel 1. Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal
Tabel 3. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Tabel 5. Matriks Analisis Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Strategi prioritas dalam pengembangan wisata bahari di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang utama adalah (1) memperkuat koordinasi antar sektor, pengambil

Berdasarkan hasil pengolahan QSPM dapat sembilan alternatif strategi dengan skala prioritas “mengembangkan potensi yang dimiliki perusahaan dan tetap mempertahankan konsep wisata yang

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Potensi wisata di Kabupaten Lombok Tengah pada umumnya semua obyek wisata memiliki potensi untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel utama yang harus dititikberatkan dalam pengembangan wisata bahari di Pulau Kaledupa dan sekitarnya, yaitu

Pertatama sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat dalam mengambil kebijakan pengembangan ekowisata bahari Kawasan Gili Balu, dan

Berdasarkan kesimpulan di atas dan hasil analisis SWOT terhadap berbagai permasalahan di atas, dan pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan matriks QSPM

bahwa pengembangan daya tarik wisata di Kabupaten Manggarai Barat mengalami peningkatan, maka berdampak pada penambahan jenis obyek retribusi dan tempat

Pantai Mutun merupakan objek wisata di Kabupaten Pesawaran yang mempunyai keunggulan sebagai wisata bahari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana