PRODUKTIFITAS LAHAN HUTAN TANAMAN
Acacia mangium Willd DI HTI PT BUKIT RAYA MUDISA
RAMADHAN FITRI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acacia mangium Willd di HTI PT Bukit Raya Mudisa adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2007
Ramadhan Fitri
RINGKASAN
Ramadhan Fitri. Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acacia mangium Willd Di HTI PT Bukit Raya Mudisa. Dibimbing oleh Nurheni Wijayanto dan Basuki Wasis
Pemanfaatan hutan yang dilakukan agak berlebihan telah memberikan dampak berupa berkurangnya luasan hutan yang akhirnya dapat menurunkan fungsi hutan secara keseluruhan. Bertolak dari kenyataan tersebut pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan dalam pemanfaatan dan pengelolaan hutan, salah satu bentuk kebijakan pemerintah adalah menerapkan upaya penanaman kembali dalam bentuk Hutan Tanaman Industri. Hutan Tanaman Industri dikelola dan diusahakan dengan maksud meningkatkan produktivitas lahan hutan yang kurang produktif guna mencukupi kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu. Namun kendala yang dihadapi terjadinya kesenjangan yang besar antara kualitas tempat tumbuh dengan tuntutan pertumbuhan tegakan untuk menghasilkan produktifitas yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui produktifitas lahan hutan tanaman Acacia mangium dan hubungan sifat-sifat tanah dengan peninggi tegakan. Penelitian dilaksanakan di PT Bukit Raya Mudisa Propinsi Sumatera Barat, Sedangkan analisis tanah di Laboratorium tanah dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Pengambilan data dilakukan pada tanaman umur 2 tahun sampai dengan umur 6 tahun yang diwakili tiga plot berbentuk lingkaran dengan ukuran 0,10 ha pada setiap kelas umur. Hasil penelitian menunjukkan riap volume tegakan berkisar antara 11,45 m3/ha/thn sampai dengan 46,13 m3/ha/thn dengan riap rata-rata sebesar 28,21 m3/ha/thn dan termasuk kategori sedang. Produktifitas lahan hutan tanaman Acacia mangium di HTI PT Bukit Raya Mudisa setelah akhir daur sebesar 197,47 m3/ha. Peninggi tegakan di lokasi penelitian berkorelasi positif dengan pH tanah dan kandungan Kalium tanah, sedangkan umur dan kemiringan lereng berkorelasi negatif.
ABSTRACT
Ramadhan Fitri. Plantation Forest Area Productivity Acacia mangium Willd in Industrial Plantation Forest of PT Bukit Raya Mudisa by Nurheni Wijayanto and Basuki Wasis
Plantation Forest managed and laboured for the purpose of increasing productivity area of forest that is less productive to fullfill requirement of industrial raw material of wood processing. But constraint faced the occurred of big difference between site quality of growing with growth demand of stand to yield high productivity. Purpose of this research is know productivity area of plantation forest Acacia mangium and the relation of soil characters with stand dimension. Research is executed in PT Bukit Raya Mudisa, Propinsi Sumatera Barat, While analysis of soils in Laboratory of soil and soil Fertility, Department of Soil Scienses, Faculty of Agriculture, Bogor Agryculture University. Retrieval of data done at age plant two year up to age six year represented by three plots is in the form of circlcular of the size 0,10 ha in each age class. Result of research to refers strightened productivity 197,47 m3/ha with increment 28,21 m3/ha/year and is including medium category. Stand dimension in location of research of positive correlation with soil pH and K soil content while age and inclination of correlation bevel of negative.
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tampa mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang IPB
PRODUKTIFITAS LAHAN HUTAN TANAMAN
Acacia mangium Willd DI HTI PT BUKIT RAYA MUDISA
RAMADHAN FITRI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acaciamangium Willd
di HTI PT Bukit Raya Mudisa
Nama : Ramadhan Fitri
NIM : E051050221
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS Ketua
Dr. Ir. Basuki Wasis, MS Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Judul dari
tesis ini adalah Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acacia mangium Willd di
HTI PT Bukit Raya Mudisa.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu secara khusus
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS dan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku komisi
pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan sehingga tesis ini
dapat diselesaikan
2. Dekan Sekolah Pascasarjana dan Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan
Kehutanan IPB beserta staf pengajar dan staf pegawai yang telah memberikan
sumbangsih yang sangat besar bagi penulis dalam menyelesaikan studi di
Sekolah Pascasarjana IPB
3. Pemerintah Daerah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung yang telah memberikan
bantuan beasiswa
4. Segenap pimpinan dan staf PT Bukit Raya Mudisa yang telah memberikan ijin
lokasi penelitian
5. Istri tercinta Melia Susanti,S.Pd dan putra tersayang M. Thoha Ramadhan
yang selalu sabar memberikan dorongan, semangat dan doa agar penulis dapat
menyelesaikan studi di IPB
6. Ayahanda Marsudin dan ibunda Rosmini (almarhumah), bapak dan ibu mertua
serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dorongan, semangat dan doa
demi tercapainya cita-cita penulis
7. Sedek Karepesina, SP. M.Si, Ajun Junaedi, S.Hut serta rekan-rekan
seangkatan 2005 Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan yang tidak
sempat namanya disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2007
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Ampalu pada tanggal 3 Desember 1972 dari
ayah Marsudin dan ibu Rosmini (almarhumah). Penulis merupakan anak ke enam
dari delapan bersaudara.
Tahun 1992 penulis lulus dari SPP Pertanian di Muaro Sijunjung, kemudian
pada tahun 1996 melanjutkan studi pada Fakultas Kehutanan Universitas
Muhammadiyah Sumatera Barat Jurusan Teknologi Hasil Hutan dan lulus pada
Tahun 2001. Pada tahun 2002 sampai sekarang penulis bekerja pada
Dinas Kehutanan dan Lingkungan hidup Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung
Propinsi Sumatera Barat. Tahun 2004 penulis menikah dengan Melia Susanti,
S.Pd dan telah dikaruniai seorang putra bernama M. Thoha Ramadhan.
Tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor pada Program Magister dengan Program Studi Ilmu Pengetahuan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi DAFTAR GAMBAR ... vii DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ... Perumusan Masalah ... Tujuan ... Manfaat Penelitian ... Hipotesis ... Kerangka Pemikiran ...
1 2 3 3 3 3 TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Tanaman Industri (HTI) ... Sifat Botanis dan Penyebaran Tegakan Acacia mangium ... Persyaratan Tumbuh Acacia mangium ... Produktifitas Lahan Hutan ... Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tegakan ... Pertumbuhan Tegakan Acacia Mangium ...
5 7 8 10 10 13
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Status perusahaan ... Letak dan luas ... Topografi ... Iklim ... Pengelolaan dan sistim silvikultur ...
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ... Bahan dan Alat Penelitian ... Metode Penelitian ... Analisis Data ...
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan sifat-sifat tanah dengan peninggi ... Pertumbuhan dimensi tegakan Acacia mangium ... Produktifitas lahan ...
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... Saran ...
16 16 16 17 17 18 18 18 22 24 31 38 40 40
DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...
PRODUKTIFITAS LAHAN HUTAN TANAMAN
Acacia mangium Willd DI HTI PT BUKIT RAYA MUDISA
RAMADHAN FITRI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acacia mangium Willd di HTI PT Bukit Raya Mudisa adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2007
Ramadhan Fitri
RINGKASAN
Ramadhan Fitri. Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acacia mangium Willd Di HTI PT Bukit Raya Mudisa. Dibimbing oleh Nurheni Wijayanto dan Basuki Wasis
Pemanfaatan hutan yang dilakukan agak berlebihan telah memberikan dampak berupa berkurangnya luasan hutan yang akhirnya dapat menurunkan fungsi hutan secara keseluruhan. Bertolak dari kenyataan tersebut pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan dalam pemanfaatan dan pengelolaan hutan, salah satu bentuk kebijakan pemerintah adalah menerapkan upaya penanaman kembali dalam bentuk Hutan Tanaman Industri. Hutan Tanaman Industri dikelola dan diusahakan dengan maksud meningkatkan produktivitas lahan hutan yang kurang produktif guna mencukupi kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu. Namun kendala yang dihadapi terjadinya kesenjangan yang besar antara kualitas tempat tumbuh dengan tuntutan pertumbuhan tegakan untuk menghasilkan produktifitas yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui produktifitas lahan hutan tanaman Acacia mangium dan hubungan sifat-sifat tanah dengan peninggi tegakan. Penelitian dilaksanakan di PT Bukit Raya Mudisa Propinsi Sumatera Barat, Sedangkan analisis tanah di Laboratorium tanah dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Pengambilan data dilakukan pada tanaman umur 2 tahun sampai dengan umur 6 tahun yang diwakili tiga plot berbentuk lingkaran dengan ukuran 0,10 ha pada setiap kelas umur. Hasil penelitian menunjukkan riap volume tegakan berkisar antara 11,45 m3/ha/thn sampai dengan 46,13 m3/ha/thn dengan riap rata-rata sebesar 28,21 m3/ha/thn dan termasuk kategori sedang. Produktifitas lahan hutan tanaman Acacia mangium di HTI PT Bukit Raya Mudisa setelah akhir daur sebesar 197,47 m3/ha. Peninggi tegakan di lokasi penelitian berkorelasi positif dengan pH tanah dan kandungan Kalium tanah, sedangkan umur dan kemiringan lereng berkorelasi negatif.
ABSTRACT
Ramadhan Fitri. Plantation Forest Area Productivity Acacia mangium Willd in Industrial Plantation Forest of PT Bukit Raya Mudisa by Nurheni Wijayanto and Basuki Wasis
Plantation Forest managed and laboured for the purpose of increasing productivity area of forest that is less productive to fullfill requirement of industrial raw material of wood processing. But constraint faced the occurred of big difference between site quality of growing with growth demand of stand to yield high productivity. Purpose of this research is know productivity area of plantation forest Acacia mangium and the relation of soil characters with stand dimension. Research is executed in PT Bukit Raya Mudisa, Propinsi Sumatera Barat, While analysis of soils in Laboratory of soil and soil Fertility, Department of Soil Scienses, Faculty of Agriculture, Bogor Agryculture University. Retrieval of data done at age plant two year up to age six year represented by three plots is in the form of circlcular of the size 0,10 ha in each age class. Result of research to refers strightened productivity 197,47 m3/ha with increment 28,21 m3/ha/year and is including medium category. Stand dimension in location of research of positive correlation with soil pH and K soil content while age and inclination of correlation bevel of negative.
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tampa mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang IPB
PRODUKTIFITAS LAHAN HUTAN TANAMAN
Acacia mangium Willd DI HTI PT BUKIT RAYA MUDISA
RAMADHAN FITRI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acaciamangium Willd
di HTI PT Bukit Raya Mudisa
Nama : Ramadhan Fitri
NIM : E051050221
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS Ketua
Dr. Ir. Basuki Wasis, MS Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Judul dari
tesis ini adalah Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acacia mangium Willd di
HTI PT Bukit Raya Mudisa.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu secara khusus
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS dan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku komisi
pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan sehingga tesis ini
dapat diselesaikan
2. Dekan Sekolah Pascasarjana dan Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan
Kehutanan IPB beserta staf pengajar dan staf pegawai yang telah memberikan
sumbangsih yang sangat besar bagi penulis dalam menyelesaikan studi di
Sekolah Pascasarjana IPB
3. Pemerintah Daerah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung yang telah memberikan
bantuan beasiswa
4. Segenap pimpinan dan staf PT Bukit Raya Mudisa yang telah memberikan ijin
lokasi penelitian
5. Istri tercinta Melia Susanti,S.Pd dan putra tersayang M. Thoha Ramadhan
yang selalu sabar memberikan dorongan, semangat dan doa agar penulis dapat
menyelesaikan studi di IPB
6. Ayahanda Marsudin dan ibunda Rosmini (almarhumah), bapak dan ibu mertua
serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dorongan, semangat dan doa
demi tercapainya cita-cita penulis
7. Sedek Karepesina, SP. M.Si, Ajun Junaedi, S.Hut serta rekan-rekan
seangkatan 2005 Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan yang tidak
sempat namanya disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2007
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Ampalu pada tanggal 3 Desember 1972 dari
ayah Marsudin dan ibu Rosmini (almarhumah). Penulis merupakan anak ke enam
dari delapan bersaudara.
Tahun 1992 penulis lulus dari SPP Pertanian di Muaro Sijunjung, kemudian
pada tahun 1996 melanjutkan studi pada Fakultas Kehutanan Universitas
Muhammadiyah Sumatera Barat Jurusan Teknologi Hasil Hutan dan lulus pada
Tahun 2001. Pada tahun 2002 sampai sekarang penulis bekerja pada
Dinas Kehutanan dan Lingkungan hidup Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung
Propinsi Sumatera Barat. Tahun 2004 penulis menikah dengan Melia Susanti,
S.Pd dan telah dikaruniai seorang putra bernama M. Thoha Ramadhan.
Tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor pada Program Magister dengan Program Studi Ilmu Pengetahuan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi DAFTAR GAMBAR ... vii DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ... Perumusan Masalah ... Tujuan ... Manfaat Penelitian ... Hipotesis ... Kerangka Pemikiran ...
1 2 3 3 3 3 TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Tanaman Industri (HTI) ... Sifat Botanis dan Penyebaran Tegakan Acacia mangium ... Persyaratan Tumbuh Acacia mangium ... Produktifitas Lahan Hutan ... Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tegakan ... Pertumbuhan Tegakan Acacia Mangium ...
5 7 8 10 10 13
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Status perusahaan ... Letak dan luas ... Topografi ... Iklim ... Pengelolaan dan sistim silvikultur ...
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ... Bahan dan Alat Penelitian ... Metode Penelitian ... Analisis Data ...
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan sifat-sifat tanah dengan peninggi ... Pertumbuhan dimensi tegakan Acacia mangium ... Produktifitas lahan ...
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... Saran ...
16 16 16 17 17 18 18 18 22 24 31 38 40 40
DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jenis parameter yang dianalisis dan metode penetapan yang
digunakan dalam penelitian ... 22
2. Peubah sifat-sifat tanah dan umur yang teruji berkorelasi dengan peninggi hutan tanaman Acacia mangium ... 24
3. Peninggi tegakan Acacia mangium di lokasi penelitian... 25
4. Pengaruh kehilangan kalium dapat dipertukarkan oleh pencucian dari Creedmore Lempung berpasir ... 27
5. Pertumbuhan diameter batang tegakan Acacia mangium... 32
6. Pertumbuhan tinggi total tegakan Acacia mangium ... 34
7. Riap peninggi tegakan Acacia mangium ... 36
8. Volume tegakan Acacia mangium di lokasi penelitian ... 36
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian ...………... 4
2. Hubungan diameter batang pohon dengan umur tegakan ... 32
3. Hubungan tinggi total dengan umur tegakan ... 33
4. Hubungan peninggi dengan umur tegakan ... 35
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta lokasi penelitian ...………... 47
2. Hasil analisis sifat fisika dan kimia tanah ...…………... 48
3. Data volume pohon per petak ukur ... 49
PENDAHULUAN
Latar BelakangHutan dikenal sebagai sumberdaya alam yang mempunyai empat fungsi
utama, yaitu sebagai penyangga tanah dan air (fungsi hidro-orologi), penyangga
iklim bumi(pemanasan global), sumber keanekaragaman hayati, serta modal atau
penunjang pembangunan (Soemarwoto dan Soerjani 1991). Pemanfaatan hutan
terutama pemanenan kayu yang dilakukan secara agak berlebihan telah
memberikan dampak berupa berkurangnya luasan kawasan hutan serta adanya
kerusakan yang akhirnya dapat menurunkan fungsi hutan secara keseluruhan.
Bertolak dari kenyataan tersebut, pemerintah telah mengeluarkan beberapa bentuk
kebijakan di dalam pemanfaatan dan pengelolaan hutan, sehingga fungsi hutan
dapat dipertahankan keberadaannya secara berkelanjutan.
Satu diantara sekian bentuk kebijakan dari pemerintah adalah menerapkan
upaya penanaman kembali dalam bentuk Hutan Tanaman Industri (HTI). Hutan
Tanaman Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan
diusahakan dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan
hutan yang tidak atau kurang produktif guna mencukupi kebutuhan kayu bulat
sebagai bahan baku industri pengolahan kayu baik industri penggergajian, kayu
lapis, mebel, pulp, kertas serta bahan industri kayu lainnya (Supriadi 1990).
Secara definitif Hutan Tanaman Industri (HTI) diartikan sebagai hutan
tanaman yang dikelola dan diusahakan berdasarkan asas perusahaan dalam rangka
meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur
intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan
(Dephut 1990). Menurut Alrasjid (1984) kebijaksanaan pembangunan hutan
tanaman industri umumnya diarahkan pada 4 tujuan pokok, yaitu : (1) memenuhi
kebutuhan industri, antara lain untuk kayu pulp, gergajian, panel dan sebagainya;
(2) memenuhi tuntutan perlindungan, antara lain untuk kebutuhan hidro-orologi;
(3) memenuhi kebutuhan energi, dan (4) meningkatkan pendapatan dan kebutuhan
masyarakat terutama yang ada di sekitar areal pembangunan hutan tanaman
industri.
Pembangunan hutan tanaman industri (HTI) diharapkan dapat menghasilkan
seragam, yaitu melalui penanaman jenis-jenis yang cepat tumbuh (fast growing
species). Salah satu jenis yang termasuk dalam fast growing species ini adalah
Acacia mangium Willd, yaitu disamping pertumbuhannya cepat, jenis pohon ini
tidak begitu memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi, cocok untuk tujuan
penggunaan pulp dan kertas.
Kendala yang dihadapi di lapangan yaitu terjadinya kesenjangan yang besar
antara kualitas tempat tumbuh (kesuburan tanah rendah) dengan tuntutan
pertumbuhan tegakan untuk menghasilkan produktifitas hutan tanaman yang
tinggi. Penelitian Mile (1997) menunjukkan bahwa konversi hutan alam menjadi
HTI berpengaruh negatif terhadap sifat kimia tanah yaitu menurunnya kandungan
hara N, P, K, Ca dan Mg.
Tujuan pembangunan HTI pada dasarnya lebih mengutamakan aspek
ekonomi dan teknologi kayu. Penilaian potensi sebidang lahan untuk kepentingan
pembangunan HTI mutlak dilaksanakan. Penilaian potensi ini tidak hanya terpaku
pada karakteristik lahan yang berpengaruh dominan terhadap pertumbuhan
tanaman, akan tetapi secara keseluruhan menilai potensinya secara ekonomis.
Artinya jenis tanaman yang dikembangkan harus mampu memberikan keuntungan
bagi pihak pengelola, sedangkan dari segi ekonomi nasional, tentunya hal ini
diharapkan mampu memberikan peningkatan pendapatan nasional yang pada
akhirnya mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Perumusan Masalah
Hutan tanaman industri merupakan penyedia bahan baku industri dan
diharapkan dapat mencukupi kebutuhan kayu di Indonesia. Tetapi pada umumnya
pembangunan hutan tanaman industri dilaksanakan pada lahan-lahan kritis,
sehingga diperkirakan memiliki kualitas tempat tumbuh yang rendah. Akibatnya
produktifitas hutan tanaman industri tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Jenis tanah di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung sebagian besar termasuk
dalam kategori Podsolik Merah Kuning, luas penyebarannya lebih kurang 48%
dari luas wilayah keseluruhan. Pada beberapa tempat ditemui jenis tanah andosol,
sebaran geografinya relatif kecil. (Lakip Pemda Kab. Swl/Sjj Tahun 2004). Tanah
Podsolik Merah Kuning secara alami memiliki tingkat kesuburan yang rendah.
rendah dan kapasitas fiksasi P tinggi. Level N, P, K, Ca dan Mg umumnya rendah
sampai sangat rendah. Dengan demikian kualitas tempat tumbuh merupakan
pembatas utama dalam pertumbuhan hutan tanaman Acacia mangium.
Permasalahan pokok yang ingin di dijawab pada penelitian ini adalah :
sifat-sifat tanah apa yang secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan tanaman
Acacia mangium.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui produktifitas lahan hutan tanaman Acacia mangium di PT Bukit
Raya Mudisa.
2. Mengetahui hubungan antara sifat-sifat tanah dengan peninggi tegakan Acacia
mangium.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengelolaan hutan tanaman
Acacia mangium secara lestari dan untuk menentukan input dan teknik silvikultur
untuk meningkatkan produksi guna mendukung pembangunan hutan tanaman
industri secara berkelanjutan.
Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Produktifitas lahan hutan tanaman Acacia mangium dipengaruhi oleh sifat
fisik dan kimia tanah
2. Terdapat hubungan yang kuat antara sifat-sifat tanah dengan peninggi tegakan
Acacia mangium
Kerangka Pemikiran
Areal hutan tanaman industri (HTI) umumnya dialokasikan di luar pulau
Jawa dan areal yang diperuntukan bagi pembangunan HTI adalah kawasan hutan
produksi tetap atau kawasan hutan untuk penggunaan lain yang dapat ditetapkan
menjadi hutan produksi tetap, yang umumnya adalah lahan kosong, padang
Areal–areal ini sebagian besar tanahnya di dominasi jenis tanah mineral
asam seperti podsolik, yang umumnya bersifat : pH rendah, tingkat kejenuhan
kation basah rendah, defisiensi elemen makro dan mikro, KTK rendah, mudah
tercuci (leaching) dan penguapan air yang tinggi (Sudrajat 1990) diacu dalam
(Fauzi 2001). Sehingga kondisi ini akan menurunkan produktifitas dari lahan
tersebut.
Pembangunan HTI
. Lahan kritis/marginal (vegetasi alang-alang) . Semak belukar dan hutan sekunder (hutan rawang)
Pertumbuhan Tanaman
Faktor Genetik
Pengelolaan Hutan dan Sistim Silvikultur
Peninggi Tegakan A. mangium
Diameter, Tinggi Total dan Volume
Produktifitas Lahan Hutan
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Kualitas Tempat Tumbuh
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Tanaman Industri (HTI)Hutan tanaman adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan
potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan sistim silvikultur intensif
dan diharapkan sebagai salah satu solusi mengatasi deforestasi. Adapun Hutan
Tanaman industri (HTI) adalah hutan tanaman yang ditujukan untuk penyedian
bahan baku industri secara berkelanjutan. Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri (HPHTI) adalah hak untuk mengusahakan hutan di dalam kawasan hutan
produksi, yang kegiatannya terdiri dari penanaman, pemeliharaan, pengamanan,
pemanenan hasil, pengolahan dan pemasaran hasil hutan, dengan pemilihan jenis
yang disesuaikan dengan kebutuhan industri pengolahan hasil hutan kayu.
Dengan demikian Hutan Tanaman Industri merupakan hutan tanaman yang
dikelola dan diusahakan berdasarkan azas manfaat yang lestari dan azas ekonomi
perusahaan dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi
dengan menerapkan sistim silvikultur intensif, dimana menurut Manan (1992) ada
beberapa kemungkinan cara melaksanakan HTI di Indonesia, yaitu :
1. Melalui konversi hutan alam produksi yang berkriteria hutan rawang,
yaitu hutan yang tidak produktif, berpotensi rendah dan understocked.
Misalnya akibat perladangan berpindah yang memunculkan hutan
sekunder dan belukar, bekas kebakaran, atau telah mengalami
pembalakan berulang-ulang.
2. Membangun HTI pada tanah kosong dan yang ditumbuhi alang-alang
serta semak. Secara ekologis terjadinya keadaan lahan seperti ini
disebabkan hal yang sama seperti tipe pertama di atas, tetapi lebih
intensif dan parah, sehingga terjadi suksesi alam yang retrogesif dan
dapat melahirkan lahan kritis. Pada keadaan ini tanaman yang dipilih
adalah jenis pohon pionir yang mampu tumbuh di bawah sinar matahari
lansung.
3. Melalui penerapan sistim silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan
(THPB) di areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Meskipun potensi
hutan tidak tergolong kriteria hutan rawang atau kurang produktif,
industri dalam skala besar, maka sistim tebang habis dilaksanakan dan
hutan dibangun kembali dengan jenis cepat tumbuh pada lahan bekas
hutan alam tersebut.
4. Melalui konversi hutan tanaman yang telah masak tebang dan kemudian
diganti dengan menanam jenis lain yang diharapkan lebih baik dan
produktifitasnya lebih tinggi, namun jenis pohon semula memang jenis
kayu industri juga.
Pada peraturan pemerintah No. 7 Tahun 1990 tentang Hak Pengusahan HTI
disebutkan bahwa areal hutan yang dapat diusahakan sebagai areal HTI adalah
kawasan hutan produksi tetap yang tidak produktif. Sistim silvikultur yang
diterapkan adalah sistim Tebang Habis Permudaan Buatan. Permudaan yang
dilaksanakan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri, baik
industri kayu lapis maupun industri pulp dan kertas atau industri pertukangan
lainya.
Hutan tanaman merupakan sebuah sumberdaya yang tumbuh (A Growing
Resource) yang tidak dapat dibiarkan tampa memeliharanya. Pemeliharaan yang
sesuai pada saat yang tepat dapat mengarahkan pertumbuhan tegakan agar
mendapatkan hasil akhir yang diinginkan, baik dalam kualitas maupun
kuantitasnya.
Mengingat tujuan yang penting, yaitu untuk dapat memproduksi kayu bagi
penyediaan bahan baku industri perkayuan secara teratur dan berkesinambungan,
maka perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis-jenis pohon yang dipilih
untuk pembangunan HTI ini terdiri dari :
1. Untuk kayu pertukangan : Shorea stenoptera, Switenia marcophylla,
Pareserianthes falcataria, Pinus mercusii, Eucalyptus spp, Shorea
leprosula, Dipterocarpus spp, Agathis boornensis.
2. Untuk pulp dan kertas : Pinus merkusii, Eucalyptus spp, Anthocephalus
cadamba, Acacia mangium, Pareserianthes falcataria, Leucaena
leucocephala, Aleurites moluccana.
3. Untuk kayu bakar/energi : Acacia auriculiformis, Leucaena
Sifat Botanis dan Penyebaran Tegakan Acacia mangium
Sifat botanis
Acacia mangium termasuk Sub famili Mimosoidea, Famili Leguminose,
sebelumnya nama species ini adalah Mangium Montanum Rumph yang kemudian
diganti oleh C.L.Willdenow (Pinyopusarerk 1993). Secara umum jenis ini dikenal
dengan nama mangium, brown salwood, hickory wattle dan sabah salwood
(National Academy of Science 1983), diacu dalam (Wasis 2006). Sedangkan di
Ambon nama asli jenis ini dikenal dengan nama Mangi-mangi.
Acacia mangium termasuk jenis pohon, tingginya dapat mencapai 30 m dan
diameternya bisa mencapai 90 cm atau lebih. Ranting kuat berbentuk segitiga
tajam, yang disebut daun pada dasarnya bukanlah daun tetapi tangkai daun yang
melebar dan berfungsi sebagai daun, disebut Phyllodia. Daun yang sudah dewasa
sangat besar dengan lebar 5 sampai 10 cm dan panjang 25 cm, berwarna hijau tua
terdapat 4 atau kadang-kadang 3 buah tulang daun utama. Tulang daun utama
berbentuk memanjang dan menyolok yang muncul pada ujung daun dan menyatu
kembali pada pangkal daun, sedang tulang daun sekunder berbentuk jala tetapi
tidak tampak jelas (National Academy of Science (1983) diacu dalam
Wasis (2006). Buah berbentuk polong kering merekah yang melingkar ketika
masak, agak keras, panjang 7-8 cm, lebar 3-5 mm. Benih mengkilap, lonjong
3-5 x 2-3 mm, dengan ari (funicle) kuning cerah atau orange yang terkait dengan
benih. Terdapat 66.000 - 120.000 benih/kg. Umumnya kulit batang bagian bawah
beralur longitudinal berwama coklat terang sampai coklat tua (Davidson 1982
diacu dalam Wasis 2006).
Riap rata-rata tahunan adalah 20-46 m3 per hektar per tahun dengan daur
8-10 tahun. Pada lahan yang terganggu seperti bekas kebakaran, tanah lempung
yang sudah kurus dengan dasar batuan vulkanis, tanah gersang bekas perladangan
liar, lereng terjal, lahan alang-alang, jenis ini dapat memproduksi kayu rata-rata
20 m3/ha/tahun (National Academy of Science 1983 diacu dalam Wasis 2006).
Jenis Acacia mangium secara umum pembiakannya dilakukan dengan
menggunakan biji atau benih, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis
ini dapat dilakukan pengembangbiakan secara vegetatif yaitu melalui Kultur
Penyebaran
Acacia mangium secara alami tersebar di daerah Australia bagian utara, Irian
jaya(Papua) bagian selatan (Fak-fak, Manokwari, Sedai, sepanjang sungai Digul
dan Merauke), di kepulauan Aru (Pulau Tragan dan kepulauan Ngaibar) dan
Maluku (pulau Sulau, Taliabu, Teje dan Seram). Sedangkan menurut Nicholson
(1981) jenis ini tumbuh secara alami di Australia timur laut, Papua Nugini dan
Indonesia bagian timur (Maluku dan Irian Jaya) dan menyebar dari batas Irian
Jaya (0 – 50o LS) sampai bagian selatan Queensland, Australia (sekitar 19o LS).
Tegakan sisa yang cukup luas di temui di daerah Daintre River (11o LS),
Heatlands (11o LS), daerah Champ China (16o LS) dan Wenlock Nugini.
Sedangkan menurut Awang dan Taylor (1993) diacu dalam Wasis (2006),
penyebaran Acacia mangium di Papua Nugini tersebar merata di daerah dataran
rendah dari propinsi bagian barat Papua Nugini, mulai dari daerah selatan danau
Murray sampai ke pantai dan dari batas Irian Jaya sampai ke Fly River di daerah
Balimo.
Persyaratan Tumbuh Acacia mangium
Tanah
Acacia mangium merupakan tanaman yang sangat sensitif terhadap kondisi
tanah. Tanaman ini sangat baik tumbuh pada tanah yang subur dengan drainase
yang baik (tetapi drainase tanah tidak sangat cepat). Tanaman ini dapat tumbuh
baik pada tanah terkikis, ataupun tanah miskin mineral dan juga pada tanah
Entisol (Dulsalam 1987). Ditambahkan oleh Retnowati (1988), Acacia mangium
dapat tumbuh pada lahan bekas kebakaran, pada tanah Ultisol dari batuan
vulkanis. Acacia mangium mampu tumbuh pada tanah-tanah masam dengan pH
serendah 4,2. Hal ini merupakan keistimewaan yang membedakannya dengan
tanaman leguminosa lainnya.
Acacia mangium tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang tinggi. Dapat
tumbuh dengan baik pada tanah yang miskin hara dan tidak subur, padang
alang-alang, bekas tebangan dan mudah beradaptasi. Pada tanah yang jelek masih dapat
tumbuh lebih baik dari jenis pohon cepat tumbuh lainnya (Siregar et al. 1991;
Di Sabah Acacia mangium dikembangkan pada lahan dengan pH 4,5 dan
jenis tanahnya Entisol dan Ultisol. Adaptasinya terhadap berbagai tipe lingkungan
merupakan keistimewaan dari jenis ini, sehingga patut diperhatikan
pengembangannya dalam hutan tanaman industri (Rahayu et al. 1991). Tanaman
ini merupakan tumpuan dan harapan untuk perjuangan melawan kerusakan lahan
dan hutan di daerah tropik (Soerjono 1989).
Nicholson (1981) diacu dalam Fauzi (2001) menyatakan bahwa Acacia
mangium dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah tetapi jarang tumbuh pada
tanah-tanah yang mempunyai lapisan padas, tumbuh baik pada tanah-tanah yang mempunyai
batuan metamorfik dan granitik serta tanah datar jenis coastal dimana umumnya
merupakan jenis batuan alluvium quartener. Menurut National Academy of
Science (1983), diacu dalam Wasis (2006) jenis ini tumbuh dengan baik pada
tanah tererosi, tanah mineral dan tanah alluvial. Di pulau Seram tumbuh pada
tanah Podsolik Merah Kuning, sedang di Sabah telah ditanam pada tanah Entisol
dan Ultisol yang bersifat asam. Adaptasi dan perkembangan tanaman Acacia
mangium pada lahan reklamasi bekas tambang batubara yang mempunyai sifat
fisika dan kimia tanah yang marginal sampai umur 4 tahun 4 bulan menunjukkan
pertumbuhan cukup baik (Tampubolon et al. 1996).
Iklim
Acacia mangium adalah jenis pohon yang memerlukan tempat tumbuh yang
basah (Dulsalam 1987). Pada tempat tumbuh daerah asalnya, curah hujan tahunan
bervariasi antara 1000 mm sampai lebih 4500 mm per tahun.
Di Indonesia Acacia mangium berhasil baik tumbuh pada lokasi yang
menerima curah hujan 1500 mm sampai 3100 mm per tahun (Retnowati, 1988).
Suhu udara maksimum berkisar antara 31o C – 34o C, sedangkan suhu udara
minimum berkisar antara 22o C – 25o C. Kelembaban tanah yang tinggi sepanjang
tahun biasanya sangat diperlukan.
Menurut Dulsalam (1987), seperti kebanyakan spesies pionir, Acacia
mangium tumbuh lebih baik pada sinar matahari penuh, karena kondisi demikian
Produktifitas Lahan Hutan
Porduktifitas lahan hutan adalah potensi tegakan yang dihasilkan oleh lahan
tersebut dalam jangka waktu tertentu. Davis dan Johnson (1987), diacu dalam
Suhendang (1990) menamakan dimensi tegakan dengan istilah ciri tegakan yang
dapat berbentuk fisik (volume, luas bidang dasar, dll) atau nilai tegakan yang
dinyatakan dalam uang.
Tingkat produktifitas lahan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu faktor
adalah jenis penggunaan lahan. Masing-masing jenis penggunaan lahan
menyebabkan tingkat produktifitas yang berbeda. Keragaman tingkat produktifitas
lahan tersebut disebabkan kemampuan lahan, jenis tanaman yang diusahakan,
tingkat teknologi yang digunakan serta faktor pembatas lainnya (Direktorat Tata
Guna Tanah 1984 diacu dalam Kusdiantoro 1998).
Kemampuan tanah menyediakan unsur hara bagi tanaman merupakan
persoalan utama dalam produksi tanaman. Tanaman dapat tumbuh serta
memberikan hasil yang baik jika tumbuh pada tanah yang cukup kuat menunjang
tegaknya tanaman, tidak mempunyai lapisan penghambat perkembangan akar,
beraerasi baik, tingkat kemasaman sekitar netral, tingkat kelarutan garam yang
rendah serta cukup tersedia unsur hara dan air yang berada dalam kondisi
seimbang. Tanah yang subur ditunjukan oleh kemampuannya dalam menyediakan
unsur hara dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat dan
lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan suatu species tanaman (Islami dan
Utomo 1995).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tegakan
Hubungan kualitas tempat tumbuh dengan pertumbuhan Acacia mangium
Kualitas tempat tumbuh merupakan penjumlahan banyak faktor lingkungan:
kedalaman tanah, karakteristik propil, komposisi mineral, kecuraman lereng, arah
lereng, iklim mikro, jenis tanah dan lain-lain. Faktor-faktor ini berturut-turut
merupakan fungsi sejarah geologis, fisiografis, iklim mikro dan perkembangan
suksesi (Daniel et al. 1987). Sedangkan faktor tempat tumbuh tegakan adalah
totalitas dari peubah keadaaan tempat tegakan, mencakup bentuk lapangan,
dengan dimensi tegakan. Peubah-peubah ini tidak perlu berupa faktor-faktor yang
berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tegakan (Suhendang 1990).
Wilde (1958) diacu dalam Wasis (2006) menyatakan bahwa pada dasarnya
produktivitas tanah hutan dipengaruhi oleh faktor-faktor primer dan sekunder.
Faktor-faktor primer ini terdiri atas kondisi umum iklim, topografi, drainase,
batuan asal, tekstur tanah, profil tanah dan lain lain ciri tanah. Sedangkan
faktor-faktor sekunder antara lain serasah, simbiosis organisme, iklim mikro dan spesies
tumbuhan. Pertumbuhan pohon sangat ditentukan oleh interaksi antara tiga faktor
yaitu keturunan, lingkungan dan teknik pembudidayaan (silvikultur) (Kramer dan
Kozlowski 1960) diacu dalam Wasis (2006).
1. Faktor genetik pada hutan tanaman Acacia mangium
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan perlu dipahami sehingga
kita dapat melakukan manipulasi pertumbuhan tanaman agar dapat diperoleh hasil
produksi yang menguntungkan. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman yang dapat dimanipulasi yaitu faktor genetik dan faktor tanah.
Keragaman pertumbuhan akibat keragaman genetis diduga sangat kecil apabila
biji yang ditanam berasal dari sumber biji yang sama.
2. Sifat-sifat tanah
Faktor lingkungan adalah faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan
tegakan hutan yaitu iklim, bentuk lahan, ketinggian tempat dan topografi, dimana
secara umum sangat sulit untuk dikendalikan atau dikelola. Upaya yang dilakukan
pada kegiatan budidaya tanaman yaitu melalui pendekatan kepada kesesuaian
lahan. Peningkatan pertumbuhan pohon atau tanaman dapat dilakukan melalui
perbaikan kesuburan tanah.
Tanah merupakan faktor edafis yang penting bagi pertumbuhan perakaran
pohon dan perkembangannya. Kegiatan kehutanan dan pertanian memerlukan
tanah yang subur untuk berhasilnya usaha penanaman. Kesuburan tanah diartikan
sebagai kesuburan kimiawi dan fisika, yang memungkinkan pohon tumbuh
dengan baik dan menghasilkan kayu produk lainnya. Kesuburan tanah ditentukan
oleh sifat kimia, fisika dan biologis tanah. Kesuburan tanah merupakan kekuatan
di dalam budidaya hutan tanaman, tanah yang subur akan memberikan peluang
a. Sifat kimia tanah
Tanah merupakan perantara penyedia faktor-faktor suhu, udara, air dan
unsur hara yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama unsur-unsur hara
esensial. Unsur hara esensial dapat berasal dari udara, air dan tanah.
Penelitian hubungan kualitas tempat tumbuh dengan peninggi tegakan
Acacia mangium menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi peninggi
yaitu umur dan kandungan K (Chaerudy 1994). Sedangkan menurut Rukmini
(1996) faktor yang mempengaruhi adalah umur, kandungan P, C organik, pH dan
tebal lapisan A. Hasil penelitian Kusnadi (1998) diacu dalam Wasis (2006), pada
hutan tanaman Acacia mangium secara tegas mendiagnosis unsur hara K dan P
masing-masing sebagai hara yang paling defisien urutan pertama dan kedua
sehingga direkomendasikan untuk memberi input baik berupa pupuk maupun
pengapuran.
Tanaman cepat tumbuh diduga memerlukan unsur hara yang banyak untuk
pertumbuhannya sehingga menyebabkan unsur hara dari tanah akan cepat
terkuras. Pemberian pupuk fosfat (TSP) terbukti berpengaruh sangat nyata
terhadap pertumbuhan biomassa anakan Acacia mangium dan telah menyebabkan
terjadinya peningkatan pertumbuhan biomassa sebesar 34,2% pada dosis 300 ppm
(Kusumawati 1998).
b. Sifat fisika tanah
Sifat fisika tanah terutama penting dalam hubungannya dengan kandungan
air, aerasi, drainase dan kandungan hara. Pada tanah yang padat aerasi menjadi
buruk. Dalam kondisi demikian pengambilan oksigen dan pembuangan
karbondioksida tidak berjalan dengan baik. Keadaan sifat fisika tanah sangat
mempengaruhi kesuburan tanah terutama dalam perbaikan tekstur dan struktur
tanah. Penelitian Soedomo (1984) menunjukkan bahwa sifat fisika tanah
merupakan komponen yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan
tegakan hutan dan diyakini bahwa sifat fisika tanah lebih penting pengaruhnya
dibandingkan dengan sifat kimia dan biologi tanah.
Penelitian di lahan kritis Padang Lawas menunjukkan bahwa sifat fisika
tanah yaitu tekstur tanah dan pengolahan tanah dibandingkan sifat kimia lebih
mangium (Butar et al. 1993). Pertumbuhan tinggi Acacia mangium yang terbaik
sampai dengan umur dua tahun didapat melalui pengolahan tanah, total tingginya
yaitu 6,83 m dan paling rendah pertumbuhannya dengan perlakuan land clearing
yaitu sebesar 3,83 m. Pengolahan tanah akan memperbaiki sifat fisika tanah dan
menekan pertumbuhan alang-alang sehingga tidak terjadi persaingan hara dan air
dengan tanaman pokok (Kusnandar 1996).
Hasil penelitian Soedomo (1984) pada tegakan pinus menunjukkan bahwa si
fat fisika tanah yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan tegakan adalah
ketebalan lapisan A, penetrabilitas tanah, tekstur tanah, kadar air tersedia dan bulk
density (limbak).
Faktor ketebalan tanah lapisan atas (top soil) merupakan salah satu faktor
penentu pertumbuhan tanaman. Lapisan ini merupakan zona perakaran tanaman
dan tempat hidup berbagai makro dan mikro organisme tanah. Lapisan atas
(horison A) umumnya memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi, lebih
subur dan memiliki sifat fisika tanah yang lebih baik dibandingkan lapisan lainnya
(Soedomo 1984).
Kadar air tersedia adalah kondisi air pada kapasitas lapang (field capacity)
sampai dengan kondisi titik layu permanen. Kapasitas lapang adalah jumlah
kandungan air di dalam tanah sesudah air gravitasi turun semua, sampai batas akar
tanaman tidak mampu mengisap air tanah lagi. Menurut penelitian Ang et al.
(1997) diacu dalam Wasis (2006) tanaman Acacia mangium yang tumbuh pada
tanah yang kekeringan akan mempunyai fotosintesa lebih rendah dibandingkan
dengan yang tumbuh pada lahan yang basah.
Pertumbuhan Tegakan Acacia mangium
Pertumbuhan adalah menunjukkan total jumlah hasil sampai periode waktu
tertentu, sedangkan arti laju pertumbuhan menunjukkan jumlah untuk setiap
periode waktu tertentu, biasanya dinyatakan untuk setiap tahun. Riap adalah laju
pertumbuhan tegakan dalam satuan m3/ha/tahun. Kurva pertumbuhan mahluk
hidup secara ideal berbentuk sigmoid, dengan syarat matematis sebagai berikut,
(a) melalui titik nol pada saat awal pertumbuhan (a =.0) dan mencapai titik nol
pada akhir pertumbuhan (A = tak terhingga), (b) mempunyai titik belok (Q).
maksimum dan (c) memiliki garis asimptot yaitu suatu garis yang bersifat tetap
dan mendatar yang terjadi pada akhir pertumbuhan (Suhendang 1990).
Dalam kegiatan pengelolaan hutan dibedakan pengertian pertumbuhan
tegakan dan hasil tegakan. Menurut Davis dan Johnson (1987) diacu dalam
Suhendang (1990), pertumbuhan tegakan adalah perubahan ukuran dari sifat
terpilih dari tegakan (dimensi tegakan) yang terjadi selama periode waktu tertentu.
Hasil tegakan adalah banyaknya dimensi tegakan yang dapat dipanen dan
dikeluarkan pada waktu tertentu atau jumlah kumulatif sampai waktu tertentu.
Perbedaan antara pertumbuhan dan hasil tegakan terletak pada konsepsinya
yaitu produksi biologis untuk pertumbuhan tegakan dan pemanenan untuk hasil
tegakan. Pengelolaan hutan berada pada kelestarian hasil apabila besarnya hasil
sama dengan pertumbuhan dan berlansung terus menerus. Secara umum dapat
dikatakan bahwa jumlah maksimum hasil yang dapat diperoleh dari hutan pada
suatu waktu tertentu adalah jumlah kumulatif pertumbuhan sampai waktu itu,
sedangkan jumlah maksimum hasil yang dapat dikeluarkan secara terus menerus
setiap periode sama dengan pertumbuhan dalam periode waktu itu (Suhendang
1990).
Tanaman Acacia mangium untuk kelas perusahaan kayu serat (pulp)
umumnya tidak dilakukan perlakuan penjarangan dan daur bisa diperpendek
menjadi 6 - 8 tahun, sedangkan untuk kelas perusahaan kayu pertukangan sejak
awal harus dilakukan secara intensif kegiatan wiwilan (pruning) dan penjarangan
(thinning) dengan daur 10 tahun (Djojosoebroto 2003b). Produksi maksimum
tegakan Acacia mangium dicapai umur sekitar 6 tahun, pada saat kurva riap
tahunan berjalan (CAI) dan riap tahunan rata-rata (MAI) saling berpotongan
(Fadjar 1996).
Jenis tanaman Acacia mangium di beberapa literatur menyebutkan
bahwa perkiraan riap volume sebesar 20 sampai dengan 30 m3 per ha/thn.
Dengan daur 7 tahun maka potensi per ha pada akhir daur berkisar antara
140 sampai dengan 210 m3 per ha. Pada kenyataannya beberapa data sulit untuk
mencapai potensi tersebut, dimana rata-rata maksimal yang dapat dicapai adalah
rata-rata potensi hutan tanaman yang dapat dipanen sebesar 80 m3 per ha
(Purnomo 2002).
Pembangunan hutan tanaman industri jenis Acacia mangium menunjukkan
bahwa pemanfaatan tegakan hampir dilakukan seluruh bagian tegakan.
Daun/serasah digunakan untuk media tumbuh persemaian, ranting dan cabang
untuk pembuatan arang dan batang pohon untuk kayu pulp dan pertukangan
(pada pemanenan akan dilakukan pembagian batang dimana kelas diameter di atas
20 cm untuk kayu pertukangan dan diameter di bawah 20 cm untuk pulp).
Sehingga hasil tegakan yang dipanen untuk dimanfaatkan adalah biomassa
tegakan tersebut. Menurut Mindawati (1999) pada setiap aktivitas pemanenan
tegakan Acaciamangium perlu meninggalkan bagian-bagian tanaman selain kayu
di lantai hutan, hal tersebut untuk memperbanyak unsur hara yang dapat
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Status Perusahaan
Perusahaan PT Bukit Raya Mudisa merupakan perseroan terbatas dengan
status permodalan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang berdiri pada
tanggal 1 April 1999 dengan surat persetujuan pencadangan areal Menteri
Kehutanan dan Perkebunan No 726/Menhutbun-VI/1999 tanggal 6 Juli 1999 dan
bergerak di bidang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman (HPHT) dengan surat
keputusan No 257/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 dengan luas areal
± 28.617 ha di daerah Propinsi Sumatera Barat.
Letak dan Luas
Lokasi PT Bukit Raya Mudisa termasuk ke dalam dua wilayah kerja yaitu
Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan Solok dengan luas 28.617 ha. Secara
administrasi pemerintahan terletak di Kecamatan Pulau Punjung dan Batang
Sangir, Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan Solok, Propinsi Sumatera Barat.
Menurut wilayah resort pemangkuan hutan PT Bukit Raya Mudisa termasuk
Resort Pemangkuan Hutan Pulau Punjung dan Sangir, Bagian Kesatuan
Pemangkuan Hutan (BKPH) Sijunjung Selatan dan Solok Selatan, Dinas
Kehutanan Propinsi Sumatera Barat. Menurut wilayah daerah aliran sungai (DAS)
PT Bukit Raya Mudisa termasuk ke dalam wilayah DAS Batanghari. Letak
geografis dari areal tersebut terletak 101o 14’ BT – 101o 28’ BT dan 00o 57’
LS – 01o 15’ LS.
Topografi
Topografi di lokasi penelitian bervariasi dari datar hingga bergelombang
dengan kemiringan antara 0-40% pada ketinggian tempat 200-1000 m dpl.
Kisaran lereng 0-8% seluas 4.285 ha (14,97%), 9-15% seluas 15.611 ha (54,56%),
16-25% seluas7.976 ha (27,87%) dan 26-40% seluas 745 ha (2,60%). Lokasi
Iklim
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson curah hujan di areal
PT BRM termasuk tipe iklim sangat basah, curah hujan rata-rata tahunan sebesar
1.959 mm, kecepatan angin sebesar 34,4 km/jam. Suhu berkisar antara
24,6-25,6o C, kelembaban udara bulanan berkisar antara 88,4-91,8% dan
rata-rata 88,9%. Kelembaban udara bulanan terbesar pada bulan April (91,8%)
dan terkecil pada bulan Januari (88,4%).
Pengelolaan dan Sistem Silvikultur
Sistem silvikultur adalah sistem budidaya hutan atau sistem teknik bercocok
tanam hutan mulai dari memilih benih atau bibit, menyemai, menanam,
memelihara tanaman dan memanen tanaman.
1. Persemaian
Persemaian yang digunakan adalah persemaian yang dibuat dekat lokasi
penanaman dan dekat dengan sumber air. Media persemaian yang digunakan
adalah tanah permukaan (top soil) dicampur dengan pasir dengan perbandingan
duapertiga tanah dan sepertiga pasir dengan wadah kantong plastik (polybag).
2. Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan dilakukan dengan cara manual yaitu sisa dari tanaman yang
sudah tebang dicincang, ditumpuk dan selanjutnya dibakar. Sedangkan untuk
lahan dengan vegetasi awal hutan rawang dilakukan penebangan kayu terlebih
dahulu dan dicincang untuk mendapatkan ukuran yang lebih kecil dan pendek,
kemudian dibiarkan agar mengering untuk kemudian dibakar secara terkendali.
3. Penanaman
Sebelum dilakukan penananam terlebih dahulu dilakukan pengajiran untuk
pembuatan lubang tanam dengan ukuran 20cm x 20cm x 20 cm. Penanaman
dilakukan dengan jarak tanam 3m x 3m. Waktu penanaman dilakukan pemberian
pupuk SP 36 dan Urea dengan dosis 200 kg/ha.
4. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan dilakukan dengan pembersihan gulma setiap empat
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT Bukit Raya Mudisa, Kabupaten Sawah
Lunto/Sijunjung, Propinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan dua tahap
selama 3 bulan yaitu bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2007. Tahap pertama
selama 1 bulan untuk pengambilan data lapangan, sedangkan tahap kedua selama
2 bulan untuk pengolahan data dan analisis hara di Laboratorium Tanah dan
Kesuburan Tanah,Depertemen Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian
IPB.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan penelitian adalah tegakan hutan tanaman Acacia mangium berumur
dua tahun sampai dengan umur enam tahun di PT Bukit Raya Mudisa Kabupaten
Sawah Lunto/Sijunjung, Propinsi Sumatera Barat. Sedangkan alat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah haga hipsometer, bor tanah dan meteran.
Metode Penelitian
Cara pengambilan contoh
Penelitian ini menggunakan metode survei. Pengambilan contoh dilakukan
pada tegakan Acacia mangium umur 2 tahun sampai dengan umur 6 tahun. Pada
tiap kelas umur tanaman diwakili 3 petak ukur, jadi jumlah seluruh petak ukur
adalah 15 buah.
Pengambilan lokasi petak ukur menyebar di seluruh wilayah penelitian.
Petak ukur yang digunakan berbentuk lingkaran seluas 0,10 ha (jari-jari 17,80 m).
Pada petak ukur dilakukan pengukuran peninggi untuk menentukan kualitas
tempat tumbuh, tinggi total dan diameter batang. Data tinggi pohon dan diameter
pohon yang sudah diperoleh kemudian digunakan untuk menghitung volume
pohon. Untuk pengambilan contoh tanah diukur tebal horizon A, kadar hara N, P,
Pengambilan contoh tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan pada setiap petak ukur dengan
menggunakan bor tanah. Contoh tanah diambil dari ketebalan 0-20 cm.
Selanjutnya contoh tanah tersebut dimasukan ke dalam kantong plastik sebanyak
1 kg dan diberi label sesuai dengan lokasinya. Disamping itu dilakukan
pengambilan contoh tanah utuh dengan ring sample untuk analisa sifat fisik tanah
pada setiap petak ukur.
Semua contoh tanah dari lokasi penelitian dianalisa di Laboratorium Tanah
dan Kesuburan Tanah, Depertemen Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Peninggi
Peninggi dan tinggi total diukur dengan menggunakan haga hipsometer.
Perhitungan rata-rata peninggi dari masing-masing umur dan kualitas tempat
tumbuh dilakukan sebagai berikut :
a. Peninggi dalam petak ukur ke i
n H H i n i j ij i
∑
= = dimana :Hi = Peninggi dalam petak ukur ke i
Hij = Tinggi pohon tertinggi ke j dalam petak ukur ke i
ni = Banyaknya peninggi dalam petak ukur ke i
b. Peninggi dalam petak ukur ke k
n H H k n i j ki k
∑
= = dimana :Hk = Peninggi dalam petak ukur ke k
Hki = Peninggi petak ukur ke i dalam petak ke k
Diameter batang pohon
Pengambilan data diameter batang pohon diukur pada ketinggian setinggi
dada atau 1,3 meter dari permukaan tanah (diameter setinggi dada) dengan
menggunakan pita ukur (meteran). Perhitungan rata-rata diameter batang pohon
dari masing-masing umur tanaman dilakukan sebagai berikut :
a. Diameter batang pohon dalam petak ukur ke i
n D D i n i j ij i
∑
= = dimana :Di = Diameter batang pohon dalam petak ukur ke i
Dij = Diameter batang pohon ke j dalam petak ukur ke i
ni = Banyaknya pohon dalam petak ukur ke i
b. Diameter batang pohon dalam petak ke k
n D D k n i j ki k
∑
= = dimana :Dk = Diameter batang pohon dalam petak ukur ke k
Dki = Diameter batang pohon petak ukur ke i dalam petak ukur ke k
nk = Banyaknya petak ukur dalam petak ke k
Tinggi total
Tinggi total pohon diukur dengan menggunakan haga hipsometer.
Perhitungan rata-rata tinggi total tanaman dari masing-masing umur tanaman
dilakukan sebagai berikut :
a. Tinggi total dalam petak ukur ke i
n T T i n i j ij i
∑
= = dimana :Ti = Tinggi total dalam petak ukur ke i
Tij = Tinggi total ke j dalam petak ukur ke i
b. Tinggi total dalam petak ke k n T T k n i j ki k
∑
= = dimana :Tk = Tinggi total dalam petak ke k
Tki = Tinggi total petak ukur ke i dalam petak ukur ke k
nk = Banyaknya petak ukur dalam petak ke k
Tebal horison A
Horison A adalah horison pencampuran bahan mineral dengan bahan
organik. Tebal horison A merupakan ukuran bagi kuantita ruang tumbuh
perakaran termasuk kedalaman efektif bagi akar-akar kecil pohon. Horison A
diukur dengan menggunakan bor tanah dan meteran.
Perhitungan tebal horison A dilakukan sebagai berikut :
n THA THA m n 1 i mi m
∑
= = dimana :THAm = Tebal horison A anak petak ke m
THAmi = Tebal horison A petak ukur ke i pada anak petak ke m
n = Banyaknya petak ukur dalam anak petak ke m
Persentase kemiringan (lereng)
Pada setiap petak ukur dilakukan pengukuran lereng dengan menggunakan
haga hipsometer. Perhitungan kemiringan lereng dilakukan sebagai berikut :
n S S m n 1 i mi m
∑
= = dimana :Sm = Persentase kemiringan anak petak ke m
Smi = Persentase kemiringan petak ukur ke i pada anak petak ke m
Tabel 1 Jenis parameter yang dianalisis dan metode penetapan yang digunakan dalam penelitian
No Parameter Metode yang digunakan I Sifat fisika tanah
1. Kadar air tersedia Grafimetrik 2. Tekstur Pipet
3. Bobot Isi (Bulk Desity) Nisbah Bobot Tanah/Volume II Sifat kimia tanah
1. pH Potentiometrik 2. C-organik Walkley dan Black 3. N-total tanah kjehldahl
4. P Bray II
5. Ca, Mg, K, KTK NH4Oac pH 7,0
Analisis Data
Hubungan sifat-sifat tanah dengan peninggi tegakan Acacia mangium
Analisis statistik ditujukan untuk mengindentifikasi peubah sifat-sifat tanah
yang paling erat hubunganya dengan pertumbuhan tanaman Acacia mangium serta
mencari pola hubungan matematik antara peubah sifat-sifat tanah tersebut dengan
peubah pertumbuhan tanaman.
Model matematik yang digunakan berbentuk persamaan logaritma. Sesuai
dengan pola pertumbuhan hutan tanaman Acacia mangium maka kurva indeks
tempat tumbuh merupakan penyederhanaan kurva pertumbuhan bagi kesatuan
genetik tertentu di bawah seperangkat kondisi lingkungan tertentu. Persamaan
umum yang digunakan untuk penelitian hubungan sifat-sifat tanah dengan
peninggi tegakan tanaman Acacia mangium adalah regresi linear berganda
menurut persamaan sebagai berikut (Husch 1963) diacu dalam Wasis (2006):
Log Y = b0 + b1X1 + b2X2 + ... + b14X14 + ε
Dimana :
Log Y = Rata-rata peninggi yang ditransformasi ke dalam logaritma
X1 = 1/umur
X2, X3, ...., X14 = Sifat-sifat tanah
b0, b1, ...., b14 = Konstanta
ε = Sisaan
Variabel-variabel bebas yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebagai
X1 = 1/umur
X2 = Tebal horison A
X3 = Persentase kemiringan
X4 = Kadar liat pada horison A
X5 = Kadar air tersedia horison A
X6 = Bobot isi horison A
X7 = pH tanah
X8 = C-organik tanah
X9 = N total tanah
X10 = P tanah
X11 = Ca dd tanah
X12 = Mg dd tanah
X13 = K dd tanah
X14 = KTK tanah
Untuk menyaring peubah-peubah bebas yang memberikan sumbangan nyata
dalam menerangkan keragaman pertumbuhan hutan tanaman Acacia mangium
digunakan metode Stepwise dengan program minitab.
Hubungan diameter batang pohon dan tinggi total dengan umur pada hutan
tanaman Acacia mangium
Data diameter pohon, tinggi total dan umur tanaman di analisis dengan
menggunakan program Curve Expert 1.3 untuk mencari hubungan diameter
batang pohon dan tinggi total pohon dengan umur tanaman Acacia mangium.
Hubungan volume dan peninggi dengan umur tanaman Acacia mangium
Data volume dengan peninngi dan umur dianalisa menggunakan program
Curve Expert 1.3 untuk mencari bentuk kurva hubungan volume dan peninggi
dengan umur tanaman Acacia mangium
Penilaian produktifitas lahan
Produktifitas lahan hutan tanaman pada HTI PT Bukit Raya Mudisa diukur
dengan kriteria apabila < 20 m3/ha/tahun (kategori rendah), 20-40 m3/ha/tahun
(kategori sedang) dan > 40 m3/ha/tahun (kategori tinggi) (National Academic of
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan Sifat-Sifat Tanah Dengan Peninggi Tegakan Acacia mangium
Peninggi tegakan secara prinsip dipengaruhi faktor genetik, faktor sifat-sifat
tanah dan sistim silvikultur. Hasil penelusuran di lapangan diperoleh untuk faktor
genetik dan sistim silvikultur (sistim pengelolaan) relatif sama untuk semua
lokasi. Sehingga yang mempengaruhi peninggi tegakan adalah sifat-sifat tanah.
Pengumpulan data dilapangan meliputi umur, tebal horison A, kemiringan
lereng. Data analisis tanah meliputi kadar liat tanah, kadar air tersedia, bobot isi,
kandungan N, P, K, Ca, Mg, KTK, pH, C-Organik tanah. Untuk melihat peranan
faktor tempat tumbuh terhadap pertumbuhan tegakan Acacia mangium dilakukan
analisis regresi linear berganda yang menyertakan 14 peubah bebas tempat
tumbuh.
Hasil analisis stepwise dengan Program Minitab mendapatkan persamaan
regresi terbaik yaitu log Y = 0,60 – 1,25 1/X1 – 0,01 X3 + 0,50 X13 + 0,21 X7,
dengan R2 = 96,85%. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara
peubah bebas X1, X3, X7, dan X13 dengan log Y. Persamaan terbaik tersebut
dilakukan dengan cara penyusupan satu persatu peubah bebas yang mempunyai
korelasi yang tinggi dengan log Y. Pada Tabel 2 disajikan nilai koefisien korelasi
peubah bebas (X), koefisien dan nilai t hitung dari persamaan terbaik tersebut.
Hasil analisis peranan sifat-sifat tanah terhadap peninggi tegakan didapatkan
bahwa persamaan regresi yang bersifat positif yaitu kandungan K dan pH tanah,
[image:47.612.132.507.592.694.2]sedangkan umur tanaman dan kemiringan lereng berkorelasi negatif.
Tabel 2 Peubah sifat-sifat tanah dan umur yang teruji berkorelasi dengan peninggi tegakan Acacia mangium
No Variabel (Xi) Koefisien T hitung R2
1 Umur pohon (1/X1) -1,25 -14,48** 96,85
2 Kelerengan (X3) -0,01 -2,97* 94,97
3 K (X13) 0,50 3,27* 93,45
Setelah umur tanaman maka sifat kimia tanah merupakan faktor yang
berkorelasi sangat erat terhadap peninggi tegakan Acaciamangium. Penelitian ini
menunjukkan bahwa sifat kimia tanah lebih banyak mempengaruhi peninggi
tegakan Acacia mangium. Hal ini disebabkan karena Acacia mangium merupakan
tanaman cepat tumbuh yang memerlukan unsur hara yang banyak untuk
pertumbuhannya sehingga menyebabkan unsur hara dari tanah akan cepat
terkuras. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Latifah (2000) yang menunjukkan
bahwa selain umur tanaman maka bahan organik tanah merupakan sifat tanah
yang paling berkorelasi dengan peninggi tegakan Acacia mangium.
Umur
Berdasarkan nilai parsial masing-masing peubah bebas terhadap peninggi,
faktor umur mempunyai korelasi terbesar terhadap peninggi hutan tanaman
Acacia mangium yaitu sebesar -1,25. Faktor umur tanaman mempunyai koefisien
determinasi (R2) sebesar 96,85%, hal ini berarti sebagian besar peninggi
ditentukan oleh umur. Korelasi yang bersifat negatif menerangkan bahwa semakin
tua umur tanaman Acacia mangium maka sampai umur tertentu peninggi yang
dihasilkan semakin tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Latifah (2000)
bahwa faktor umur memberikan sumbangan terbesar dalam menerangkan
keragaman peninggi.
Umur tanaman Acacia mangium di lokasi penelitian berkisar antara dua
tahun sampai dengan enam tahun dengan peninggi antara 10,0 sampai 28,8 m.
[image:48.612.137.512.565.690.2]Data peninggi tegakan Acacia mangium di lokasi penelitian dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Peninggi tegakan Acacia mangium di lokasi penelitian
No Umur (thn) Peninggi tegakan minimum (m)
Peninggi tegakan maksimum (m)
Peninggi tegakan rata-rata (m)
1 2 10,5 11,4 11,0
2 3 14,1 14,3 14,2
3 4 17,9 18,3 18,1
4 5 20,5 21,3 21,0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semakin bertambah umur tanaman
maka peninggi yang dihasilkan semakin tinggi. Peningkatan peninggi ini
menunjukkan bahwa tanaman masih mengalami percepatan pertumbuhan dari
umur dua tahun sampai dengan umur enam tahun, sehingga tanaman masih
produktif untuk dipelihara pada tahun berikutnya. Pada tahap awal, pertumbuhan
tanaman berjalan lambat dan semakin cepat mengikuti pertambahan umur
tanaman, kondisi ini berlansung hingga mencapai titik pertumbuhan maksimum.
Setelah titik pertumbuhan maksimum dicapai maka pertumbuhan akan berjalan
konstan (Bidwel 1979) diacu dalam Latifah (2000).
Derajat kemiringan lahan
Derajat kemiringan lahan di lokasi penelitian berkisar antara 2-9% dengan
nilai rata-rata sebesar 6,2%. Derajat kemiringan lahan berkorelasi negatif dengan
peninggi Acacia mangium sebesar -0,01. Korelasi negatif berarti tanaman Acacia
mangium tumbuh lebih baik pada tempat-tempat yang lebih datar. Pada kondisi
lereng yang tidak begitu curam mengakibatkan aliran permukaan yang terjadi
tidak sampai berubah menjadi suatu kekuatan destruktif yang besar, sehingga
daerah yang agak datar ini dapat menahan lebih lama muatan suspensi tanah dari
daerah atasnya.
Dengan demikian kenaikan persentase lereng sampai batas tertentu akan
mengakibatkan terbentuknya drainase dan aerase yang optimal bagi pertumbuhan
tanaman, ini terbukti di lokasi penelitian disetiap petak ukur dalam setiap kelas
umur menghasilkan volume yang lebih besar di daerah kemiringan rendah
dibanding daerah yang kemiringanya lebih besar (Lampiran 3). Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Hafiziansyah (1997) pada tanaman Acacia mangium
umur 4 tahun menunjukkan produksi tegakan yang ditanam pada lahan
kemiringan 0–8% menghasilkan produksi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
yang ditanam pada lahan dengan kemiringan 15-25%.
Kandungan Kalium
Nilai kandungan K di lokasi penelitian berkisar antara 0,10-0,36 me/100g
dengan nilai rata-rata sebesar 0,25 me/100g. Dari analisis stepwise kandungan K
Korelasi positif artinya semakin banyak kandungan K dalam tanah akan
meningkatkan nilai peninggi tanaman Acacia mangium. Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Chaerudy (1994) bahwa hubungan kualitas tempat
tumbuh dengan peninggi tegakan Acacia mangium menunjukan faktor yang
paling mempengaruhi peninggi yaitu umur dan kandungan K. Hal ini juga
didukung hasil penelitian Kusnadi (1998) diacu dalam Wasis (2006) pada hutan
tanaman Acacia mangium secara tegas mendiagnosis unsur K dan P
masing-masing sebagai hara yang paling defisien urutan pertama dan kedua sehingga
direkomendasikan untuk memberikan imput baik berupa pupuk maupun
pengapuran.
Ketersediaan K di dalam tanah dipengaruhi oleh tinggi rendahya pH tanah
(Hakim et al. 1986) diacu dalam Latifah (2000). Pada tanah yang masam
kekurangan K akan semakin besar yang berarti ketersedian K dalam tanah
[image:50.612.133.509.404.472.2]semakin menurun. Pengaruh pH terhadap kehilangan K dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Pengaruh kehilangan kalium dapat dipertukarkan oleh pencucian dari tanah Creedmore Lempung Berpasir
No pH tanah Kehilangan K (dari % total)
1 4,03 70
2 5,30 49
3 5,63 26
4 7,03 16
Sumber : (Hakim, et al., 1986)
Kalium merupakan unsur hara terpenting yang dibutuhkan tanaman. Kalium
diserap tanaman dalam bentuk K+ dan merupakan unsur hara makro yang sangat
penting bagi proses fisiologis tanaman. Bagian tanaman yang banyak
mengandung K adalah batang, daun, buah dan akar. K bukan hara pembentuk
organ tanaman, namun hara ini dapat terdapat di dalam semua sel yaitu sebagai
ion dalam cairan sel. Inti sel juga mengandung K (Mengel dan Kirby 1982)
diacu dalam Wasis (2006).
Unsur kalium dalam tanaman mempunyai peranan penting dalam proses
metabolisme. Adanya kadar K tersedia yang cukup dalam tanah akan menjamin
pertumbuhan tanaman dengan baik. Kalium dalam tanaman berguna