• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acacia mangium Willd Di HTI PT Bukit Raya Mudisa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acacia mangium Willd Di HTI PT Bukit Raya Mudisa"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKTIFITAS LAHAN HUTAN TANAMAN

Acacia mangium Willd DI HTI PT BUKIT RAYA MUDISA

RAMADHAN FITRI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acacia mangium Willd di HTI PT Bukit Raya Mudisa adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2007

Ramadhan Fitri

(3)

RINGKASAN

Ramadhan Fitri. Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acacia mangium Willd Di HTI PT Bukit Raya Mudisa. Dibimbing oleh Nurheni Wijayanto dan Basuki Wasis

Pemanfaatan hutan yang dilakukan agak berlebihan telah memberikan dampak berupa berkurangnya luasan hutan yang akhirnya dapat menurunkan fungsi hutan secara keseluruhan. Bertolak dari kenyataan tersebut pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan dalam pemanfaatan dan pengelolaan hutan, salah satu bentuk kebijakan pemerintah adalah menerapkan upaya penanaman kembali dalam bentuk Hutan Tanaman Industri. Hutan Tanaman Industri dikelola dan diusahakan dengan maksud meningkatkan produktivitas lahan hutan yang kurang produktif guna mencukupi kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu. Namun kendala yang dihadapi terjadinya kesenjangan yang besar antara kualitas tempat tumbuh dengan tuntutan pertumbuhan tegakan untuk menghasilkan produktifitas yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui produktifitas lahan hutan tanaman Acacia mangium dan hubungan sifat-sifat tanah dengan peninggi tegakan. Penelitian dilaksanakan di PT Bukit Raya Mudisa Propinsi Sumatera Barat, Sedangkan analisis tanah di Laboratorium tanah dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Pengambilan data dilakukan pada tanaman umur 2 tahun sampai dengan umur 6 tahun yang diwakili tiga plot berbentuk lingkaran dengan ukuran 0,10 ha pada setiap kelas umur. Hasil penelitian menunjukkan riap volume tegakan berkisar antara 11,45 m3/ha/thn sampai dengan 46,13 m3/ha/thn dengan riap rata-rata sebesar 28,21 m3/ha/thn dan termasuk kategori sedang. Produktifitas lahan hutan tanaman Acacia mangium di HTI PT Bukit Raya Mudisa setelah akhir daur sebesar 197,47 m3/ha. Peninggi tegakan di lokasi penelitian berkorelasi positif dengan pH tanah dan kandungan Kalium tanah, sedangkan umur dan kemiringan lereng berkorelasi negatif.

(4)

ABSTRACT

Ramadhan Fitri. Plantation Forest Area Productivity Acacia mangium Willd in Industrial Plantation Forest of PT Bukit Raya Mudisa by Nurheni Wijayanto and Basuki Wasis

Plantation Forest managed and laboured for the purpose of increasing productivity area of forest that is less productive to fullfill requirement of industrial raw material of wood processing. But constraint faced the occurred of big difference between site quality of growing with growth demand of stand to yield high productivity. Purpose of this research is know productivity area of plantation forest Acacia mangium and the relation of soil characters with stand dimension. Research is executed in PT Bukit Raya Mudisa, Propinsi Sumatera Barat, While analysis of soils in Laboratory of soil and soil Fertility, Department of Soil Scienses, Faculty of Agriculture, Bogor Agryculture University. Retrieval of data done at age plant two year up to age six year represented by three plots is in the form of circlcular of the size 0,10 ha in each age class. Result of research to refers strightened productivity 197,47 m3/ha with increment 28,21 m3/ha/year and is including medium category. Stand dimension in location of research of positive correlation with soil pH and K soil content while age and inclination of correlation bevel of negative.

(5)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tampa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang IPB

(6)

PRODUKTIFITAS LAHAN HUTAN TANAMAN

Acacia mangium Willd DI HTI PT BUKIT RAYA MUDISA

RAMADHAN FITRI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Tesis : Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acaciamangium Willd

di HTI PT Bukit Raya Mudisa

Nama : Ramadhan Fitri

NIM : E051050221

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS Ketua

Dr. Ir. Basuki Wasis, MS Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Judul dari

tesis ini adalah Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acacia mangium Willd di

HTI PT Bukit Raya Mudisa.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini tidak akan terwujud tanpa

bantuan berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu secara khusus

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS dan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku komisi

pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan sehingga tesis ini

dapat diselesaikan

2. Dekan Sekolah Pascasarjana dan Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan

Kehutanan IPB beserta staf pengajar dan staf pegawai yang telah memberikan

sumbangsih yang sangat besar bagi penulis dalam menyelesaikan studi di

Sekolah Pascasarjana IPB

3. Pemerintah Daerah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung yang telah memberikan

bantuan beasiswa

4. Segenap pimpinan dan staf PT Bukit Raya Mudisa yang telah memberikan ijin

lokasi penelitian

5. Istri tercinta Melia Susanti,S.Pd dan putra tersayang M. Thoha Ramadhan

yang selalu sabar memberikan dorongan, semangat dan doa agar penulis dapat

menyelesaikan studi di IPB

6. Ayahanda Marsudin dan ibunda Rosmini (almarhumah), bapak dan ibu mertua

serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dorongan, semangat dan doa

demi tercapainya cita-cita penulis

7. Sedek Karepesina, SP. M.Si, Ajun Junaedi, S.Hut serta rekan-rekan

seangkatan 2005 Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan yang tidak

sempat namanya disebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2007

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Ampalu pada tanggal 3 Desember 1972 dari

ayah Marsudin dan ibu Rosmini (almarhumah). Penulis merupakan anak ke enam

dari delapan bersaudara.

Tahun 1992 penulis lulus dari SPP Pertanian di Muaro Sijunjung, kemudian

pada tahun 1996 melanjutkan studi pada Fakultas Kehutanan Universitas

Muhammadiyah Sumatera Barat Jurusan Teknologi Hasil Hutan dan lulus pada

Tahun 2001. Pada tahun 2002 sampai sekarang penulis bekerja pada

Dinas Kehutanan dan Lingkungan hidup Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung

Propinsi Sumatera Barat. Tahun 2004 penulis menikah dengan Melia Susanti,

S.Pd dan telah dikaruniai seorang putra bernama M. Thoha Ramadhan.

Tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor pada Program Magister dengan Program Studi Ilmu Pengetahuan

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi DAFTAR GAMBAR ... vii DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang ... Perumusan Masalah ... Tujuan ... Manfaat Penelitian ... Hipotesis ... Kerangka Pemikiran ...

1 2 3 3 3 3 TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Tanaman Industri (HTI) ... Sifat Botanis dan Penyebaran Tegakan Acacia mangium ... Persyaratan Tumbuh Acacia mangium ... Produktifitas Lahan Hutan ... Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tegakan ... Pertumbuhan Tegakan Acacia Mangium ...

5 7 8 10 10 13

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Status perusahaan ... Letak dan luas ... Topografi ... Iklim ... Pengelolaan dan sistim silvikultur ...

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian ... Bahan dan Alat Penelitian ... Metode Penelitian ... Analisis Data ...

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan sifat-sifat tanah dengan peninggi ... Pertumbuhan dimensi tegakan Acacia mangium ... Produktifitas lahan ...

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... Saran ...

16 16 16 17 17 18 18 18 22 24 31 38 40 40

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

(11)

PRODUKTIFITAS LAHAN HUTAN TANAMAN

Acacia mangium Willd DI HTI PT BUKIT RAYA MUDISA

RAMADHAN FITRI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acacia mangium Willd di HTI PT Bukit Raya Mudisa adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2007

Ramadhan Fitri

(13)

RINGKASAN

Ramadhan Fitri. Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acacia mangium Willd Di HTI PT Bukit Raya Mudisa. Dibimbing oleh Nurheni Wijayanto dan Basuki Wasis

Pemanfaatan hutan yang dilakukan agak berlebihan telah memberikan dampak berupa berkurangnya luasan hutan yang akhirnya dapat menurunkan fungsi hutan secara keseluruhan. Bertolak dari kenyataan tersebut pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan dalam pemanfaatan dan pengelolaan hutan, salah satu bentuk kebijakan pemerintah adalah menerapkan upaya penanaman kembali dalam bentuk Hutan Tanaman Industri. Hutan Tanaman Industri dikelola dan diusahakan dengan maksud meningkatkan produktivitas lahan hutan yang kurang produktif guna mencukupi kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu. Namun kendala yang dihadapi terjadinya kesenjangan yang besar antara kualitas tempat tumbuh dengan tuntutan pertumbuhan tegakan untuk menghasilkan produktifitas yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui produktifitas lahan hutan tanaman Acacia mangium dan hubungan sifat-sifat tanah dengan peninggi tegakan. Penelitian dilaksanakan di PT Bukit Raya Mudisa Propinsi Sumatera Barat, Sedangkan analisis tanah di Laboratorium tanah dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Pengambilan data dilakukan pada tanaman umur 2 tahun sampai dengan umur 6 tahun yang diwakili tiga plot berbentuk lingkaran dengan ukuran 0,10 ha pada setiap kelas umur. Hasil penelitian menunjukkan riap volume tegakan berkisar antara 11,45 m3/ha/thn sampai dengan 46,13 m3/ha/thn dengan riap rata-rata sebesar 28,21 m3/ha/thn dan termasuk kategori sedang. Produktifitas lahan hutan tanaman Acacia mangium di HTI PT Bukit Raya Mudisa setelah akhir daur sebesar 197,47 m3/ha. Peninggi tegakan di lokasi penelitian berkorelasi positif dengan pH tanah dan kandungan Kalium tanah, sedangkan umur dan kemiringan lereng berkorelasi negatif.

(14)

ABSTRACT

Ramadhan Fitri. Plantation Forest Area Productivity Acacia mangium Willd in Industrial Plantation Forest of PT Bukit Raya Mudisa by Nurheni Wijayanto and Basuki Wasis

Plantation Forest managed and laboured for the purpose of increasing productivity area of forest that is less productive to fullfill requirement of industrial raw material of wood processing. But constraint faced the occurred of big difference between site quality of growing with growth demand of stand to yield high productivity. Purpose of this research is know productivity area of plantation forest Acacia mangium and the relation of soil characters with stand dimension. Research is executed in PT Bukit Raya Mudisa, Propinsi Sumatera Barat, While analysis of soils in Laboratory of soil and soil Fertility, Department of Soil Scienses, Faculty of Agriculture, Bogor Agryculture University. Retrieval of data done at age plant two year up to age six year represented by three plots is in the form of circlcular of the size 0,10 ha in each age class. Result of research to refers strightened productivity 197,47 m3/ha with increment 28,21 m3/ha/year and is including medium category. Stand dimension in location of research of positive correlation with soil pH and K soil content while age and inclination of correlation bevel of negative.

(15)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tampa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang IPB

(16)

PRODUKTIFITAS LAHAN HUTAN TANAMAN

Acacia mangium Willd DI HTI PT BUKIT RAYA MUDISA

RAMADHAN FITRI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

Judul Tesis : Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acaciamangium Willd

di HTI PT Bukit Raya Mudisa

Nama : Ramadhan Fitri

NIM : E051050221

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS Ketua

Dr. Ir. Basuki Wasis, MS Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(18)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Judul dari

tesis ini adalah Produktifitas Lahan Hutan Tanaman Acacia mangium Willd di

HTI PT Bukit Raya Mudisa.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini tidak akan terwujud tanpa

bantuan berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu secara khusus

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS dan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku komisi

pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan sehingga tesis ini

dapat diselesaikan

2. Dekan Sekolah Pascasarjana dan Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan

Kehutanan IPB beserta staf pengajar dan staf pegawai yang telah memberikan

sumbangsih yang sangat besar bagi penulis dalam menyelesaikan studi di

Sekolah Pascasarjana IPB

3. Pemerintah Daerah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung yang telah memberikan

bantuan beasiswa

4. Segenap pimpinan dan staf PT Bukit Raya Mudisa yang telah memberikan ijin

lokasi penelitian

5. Istri tercinta Melia Susanti,S.Pd dan putra tersayang M. Thoha Ramadhan

yang selalu sabar memberikan dorongan, semangat dan doa agar penulis dapat

menyelesaikan studi di IPB

6. Ayahanda Marsudin dan ibunda Rosmini (almarhumah), bapak dan ibu mertua

serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dorongan, semangat dan doa

demi tercapainya cita-cita penulis

7. Sedek Karepesina, SP. M.Si, Ajun Junaedi, S.Hut serta rekan-rekan

seangkatan 2005 Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan yang tidak

sempat namanya disebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2007

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Ampalu pada tanggal 3 Desember 1972 dari

ayah Marsudin dan ibu Rosmini (almarhumah). Penulis merupakan anak ke enam

dari delapan bersaudara.

Tahun 1992 penulis lulus dari SPP Pertanian di Muaro Sijunjung, kemudian

pada tahun 1996 melanjutkan studi pada Fakultas Kehutanan Universitas

Muhammadiyah Sumatera Barat Jurusan Teknologi Hasil Hutan dan lulus pada

Tahun 2001. Pada tahun 2002 sampai sekarang penulis bekerja pada

Dinas Kehutanan dan Lingkungan hidup Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung

Propinsi Sumatera Barat. Tahun 2004 penulis menikah dengan Melia Susanti,

S.Pd dan telah dikaruniai seorang putra bernama M. Thoha Ramadhan.

Tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor pada Program Magister dengan Program Studi Ilmu Pengetahuan

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi DAFTAR GAMBAR ... vii DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang ... Perumusan Masalah ... Tujuan ... Manfaat Penelitian ... Hipotesis ... Kerangka Pemikiran ...

1 2 3 3 3 3 TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Tanaman Industri (HTI) ... Sifat Botanis dan Penyebaran Tegakan Acacia mangium ... Persyaratan Tumbuh Acacia mangium ... Produktifitas Lahan Hutan ... Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tegakan ... Pertumbuhan Tegakan Acacia Mangium ...

5 7 8 10 10 13

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Status perusahaan ... Letak dan luas ... Topografi ... Iklim ... Pengelolaan dan sistim silvikultur ...

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian ... Bahan dan Alat Penelitian ... Metode Penelitian ... Analisis Data ...

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan sifat-sifat tanah dengan peninggi ... Pertumbuhan dimensi tegakan Acacia mangium ... Produktifitas lahan ...

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... Saran ...

16 16 16 17 17 18 18 18 22 24 31 38 40 40

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jenis parameter yang dianalisis dan metode penetapan yang

digunakan dalam penelitian ... 22

2. Peubah sifat-sifat tanah dan umur yang teruji berkorelasi dengan peninggi hutan tanaman Acacia mangium ... 24

3. Peninggi tegakan Acacia mangium di lokasi penelitian... 25

4. Pengaruh kehilangan kalium dapat dipertukarkan oleh pencucian dari Creedmore Lempung berpasir ... 27

5. Pertumbuhan diameter batang tegakan Acacia mangium... 32

6. Pertumbuhan tinggi total tegakan Acacia mangium ... 34

7. Riap peninggi tegakan Acacia mangium ... 36

8. Volume tegakan Acacia mangium di lokasi penelitian ... 36

(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ...………... 4

2. Hubungan diameter batang pohon dengan umur tegakan ... 32

3. Hubungan tinggi total dengan umur tegakan ... 33

4. Hubungan peninggi dengan umur tegakan ... 35

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta lokasi penelitian ...………... 47

2. Hasil analisis sifat fisika dan kimia tanah ...…………... 48

3. Data volume pohon per petak ukur ... 49

(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan dikenal sebagai sumberdaya alam yang mempunyai empat fungsi

utama, yaitu sebagai penyangga tanah dan air (fungsi hidro-orologi), penyangga

iklim bumi(pemanasan global), sumber keanekaragaman hayati, serta modal atau

penunjang pembangunan (Soemarwoto dan Soerjani 1991). Pemanfaatan hutan

terutama pemanenan kayu yang dilakukan secara agak berlebihan telah

memberikan dampak berupa berkurangnya luasan kawasan hutan serta adanya

kerusakan yang akhirnya dapat menurunkan fungsi hutan secara keseluruhan.

Bertolak dari kenyataan tersebut, pemerintah telah mengeluarkan beberapa bentuk

kebijakan di dalam pemanfaatan dan pengelolaan hutan, sehingga fungsi hutan

dapat dipertahankan keberadaannya secara berkelanjutan.

Satu diantara sekian bentuk kebijakan dari pemerintah adalah menerapkan

upaya penanaman kembali dalam bentuk Hutan Tanaman Industri (HTI). Hutan

Tanaman Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan

diusahakan dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan

hutan yang tidak atau kurang produktif guna mencukupi kebutuhan kayu bulat

sebagai bahan baku industri pengolahan kayu baik industri penggergajian, kayu

lapis, mebel, pulp, kertas serta bahan industri kayu lainnya (Supriadi 1990).

Secara definitif Hutan Tanaman Industri (HTI) diartikan sebagai hutan

tanaman yang dikelola dan diusahakan berdasarkan asas perusahaan dalam rangka

meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur

intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan

(Dephut 1990). Menurut Alrasjid (1984) kebijaksanaan pembangunan hutan

tanaman industri umumnya diarahkan pada 4 tujuan pokok, yaitu : (1) memenuhi

kebutuhan industri, antara lain untuk kayu pulp, gergajian, panel dan sebagainya;

(2) memenuhi tuntutan perlindungan, antara lain untuk kebutuhan hidro-orologi;

(3) memenuhi kebutuhan energi, dan (4) meningkatkan pendapatan dan kebutuhan

masyarakat terutama yang ada di sekitar areal pembangunan hutan tanaman

industri.

Pembangunan hutan tanaman industri (HTI) diharapkan dapat menghasilkan

(25)

seragam, yaitu melalui penanaman jenis-jenis yang cepat tumbuh (fast growing

species). Salah satu jenis yang termasuk dalam fast growing species ini adalah

Acacia mangium Willd, yaitu disamping pertumbuhannya cepat, jenis pohon ini

tidak begitu memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi, cocok untuk tujuan

penggunaan pulp dan kertas.

Kendala yang dihadapi di lapangan yaitu terjadinya kesenjangan yang besar

antara kualitas tempat tumbuh (kesuburan tanah rendah) dengan tuntutan

pertumbuhan tegakan untuk menghasilkan produktifitas hutan tanaman yang

tinggi. Penelitian Mile (1997) menunjukkan bahwa konversi hutan alam menjadi

HTI berpengaruh negatif terhadap sifat kimia tanah yaitu menurunnya kandungan

hara N, P, K, Ca dan Mg.

Tujuan pembangunan HTI pada dasarnya lebih mengutamakan aspek

ekonomi dan teknologi kayu. Penilaian potensi sebidang lahan untuk kepentingan

pembangunan HTI mutlak dilaksanakan. Penilaian potensi ini tidak hanya terpaku

pada karakteristik lahan yang berpengaruh dominan terhadap pertumbuhan

tanaman, akan tetapi secara keseluruhan menilai potensinya secara ekonomis.

Artinya jenis tanaman yang dikembangkan harus mampu memberikan keuntungan

bagi pihak pengelola, sedangkan dari segi ekonomi nasional, tentunya hal ini

diharapkan mampu memberikan peningkatan pendapatan nasional yang pada

akhirnya mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Perumusan Masalah

Hutan tanaman industri merupakan penyedia bahan baku industri dan

diharapkan dapat mencukupi kebutuhan kayu di Indonesia. Tetapi pada umumnya

pembangunan hutan tanaman industri dilaksanakan pada lahan-lahan kritis,

sehingga diperkirakan memiliki kualitas tempat tumbuh yang rendah. Akibatnya

produktifitas hutan tanaman industri tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Jenis tanah di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung sebagian besar termasuk

dalam kategori Podsolik Merah Kuning, luas penyebarannya lebih kurang 48%

dari luas wilayah keseluruhan. Pada beberapa tempat ditemui jenis tanah andosol,

sebaran geografinya relatif kecil. (Lakip Pemda Kab. Swl/Sjj Tahun 2004). Tanah

Podsolik Merah Kuning secara alami memiliki tingkat kesuburan yang rendah.

(26)

rendah dan kapasitas fiksasi P tinggi. Level N, P, K, Ca dan Mg umumnya rendah

sampai sangat rendah. Dengan demikian kualitas tempat tumbuh merupakan

pembatas utama dalam pertumbuhan hutan tanaman Acacia mangium.

Permasalahan pokok yang ingin di dijawab pada penelitian ini adalah :

sifat-sifat tanah apa yang secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan tanaman

Acacia mangium.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui produktifitas lahan hutan tanaman Acacia mangium di PT Bukit

Raya Mudisa.

2. Mengetahui hubungan antara sifat-sifat tanah dengan peninggi tegakan Acacia

mangium.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengelolaan hutan tanaman

Acacia mangium secara lestari dan untuk menentukan input dan teknik silvikultur

untuk meningkatkan produksi guna mendukung pembangunan hutan tanaman

industri secara berkelanjutan.

Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Produktifitas lahan hutan tanaman Acacia mangium dipengaruhi oleh sifat

fisik dan kimia tanah

2. Terdapat hubungan yang kuat antara sifat-sifat tanah dengan peninggi tegakan

Acacia mangium

Kerangka Pemikiran

Areal hutan tanaman industri (HTI) umumnya dialokasikan di luar pulau

Jawa dan areal yang diperuntukan bagi pembangunan HTI adalah kawasan hutan

produksi tetap atau kawasan hutan untuk penggunaan lain yang dapat ditetapkan

menjadi hutan produksi tetap, yang umumnya adalah lahan kosong, padang

(27)

Areal–areal ini sebagian besar tanahnya di dominasi jenis tanah mineral

asam seperti podsolik, yang umumnya bersifat : pH rendah, tingkat kejenuhan

kation basah rendah, defisiensi elemen makro dan mikro, KTK rendah, mudah

tercuci (leaching) dan penguapan air yang tinggi (Sudrajat 1990) diacu dalam

(Fauzi 2001). Sehingga kondisi ini akan menurunkan produktifitas dari lahan

tersebut.

Pembangunan HTI

. Lahan kritis/marginal (vegetasi alang-alang) . Semak belukar dan hutan sekunder (hutan rawang)

Pertumbuhan Tanaman

Faktor Genetik

Pengelolaan Hutan dan Sistim Silvikultur

Peninggi Tegakan A. mangium

Diameter, Tinggi Total dan Volume

Produktifitas Lahan Hutan

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Kualitas Tempat Tumbuh

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Tanaman Industri (HTI)

Hutan tanaman adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan

potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan sistim silvikultur intensif

dan diharapkan sebagai salah satu solusi mengatasi deforestasi. Adapun Hutan

Tanaman industri (HTI) adalah hutan tanaman yang ditujukan untuk penyedian

bahan baku industri secara berkelanjutan. Hak Pengusahaan Hutan Tanaman

Industri (HPHTI) adalah hak untuk mengusahakan hutan di dalam kawasan hutan

produksi, yang kegiatannya terdiri dari penanaman, pemeliharaan, pengamanan,

pemanenan hasil, pengolahan dan pemasaran hasil hutan, dengan pemilihan jenis

yang disesuaikan dengan kebutuhan industri pengolahan hasil hutan kayu.

Dengan demikian Hutan Tanaman Industri merupakan hutan tanaman yang

dikelola dan diusahakan berdasarkan azas manfaat yang lestari dan azas ekonomi

perusahaan dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi

dengan menerapkan sistim silvikultur intensif, dimana menurut Manan (1992) ada

beberapa kemungkinan cara melaksanakan HTI di Indonesia, yaitu :

1. Melalui konversi hutan alam produksi yang berkriteria hutan rawang,

yaitu hutan yang tidak produktif, berpotensi rendah dan understocked.

Misalnya akibat perladangan berpindah yang memunculkan hutan

sekunder dan belukar, bekas kebakaran, atau telah mengalami

pembalakan berulang-ulang.

2. Membangun HTI pada tanah kosong dan yang ditumbuhi alang-alang

serta semak. Secara ekologis terjadinya keadaan lahan seperti ini

disebabkan hal yang sama seperti tipe pertama di atas, tetapi lebih

intensif dan parah, sehingga terjadi suksesi alam yang retrogesif dan

dapat melahirkan lahan kritis. Pada keadaan ini tanaman yang dipilih

adalah jenis pohon pionir yang mampu tumbuh di bawah sinar matahari

lansung.

3. Melalui penerapan sistim silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan

(THPB) di areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Meskipun potensi

hutan tidak tergolong kriteria hutan rawang atau kurang produktif,

(29)

industri dalam skala besar, maka sistim tebang habis dilaksanakan dan

hutan dibangun kembali dengan jenis cepat tumbuh pada lahan bekas

hutan alam tersebut.

4. Melalui konversi hutan tanaman yang telah masak tebang dan kemudian

diganti dengan menanam jenis lain yang diharapkan lebih baik dan

produktifitasnya lebih tinggi, namun jenis pohon semula memang jenis

kayu industri juga.

Pada peraturan pemerintah No. 7 Tahun 1990 tentang Hak Pengusahan HTI

disebutkan bahwa areal hutan yang dapat diusahakan sebagai areal HTI adalah

kawasan hutan produksi tetap yang tidak produktif. Sistim silvikultur yang

diterapkan adalah sistim Tebang Habis Permudaan Buatan. Permudaan yang

dilaksanakan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri, baik

industri kayu lapis maupun industri pulp dan kertas atau industri pertukangan

lainya.

Hutan tanaman merupakan sebuah sumberdaya yang tumbuh (A Growing

Resource) yang tidak dapat dibiarkan tampa memeliharanya. Pemeliharaan yang

sesuai pada saat yang tepat dapat mengarahkan pertumbuhan tegakan agar

mendapatkan hasil akhir yang diinginkan, baik dalam kualitas maupun

kuantitasnya.

Mengingat tujuan yang penting, yaitu untuk dapat memproduksi kayu bagi

penyediaan bahan baku industri perkayuan secara teratur dan berkesinambungan,

maka perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis-jenis pohon yang dipilih

untuk pembangunan HTI ini terdiri dari :

1. Untuk kayu pertukangan : Shorea stenoptera, Switenia marcophylla,

Pareserianthes falcataria, Pinus mercusii, Eucalyptus spp, Shorea

leprosula, Dipterocarpus spp, Agathis boornensis.

2. Untuk pulp dan kertas : Pinus merkusii, Eucalyptus spp, Anthocephalus

cadamba, Acacia mangium, Pareserianthes falcataria, Leucaena

leucocephala, Aleurites moluccana.

3. Untuk kayu bakar/energi : Acacia auriculiformis, Leucaena

(30)

Sifat Botanis dan Penyebaran Tegakan Acacia mangium

Sifat botanis

Acacia mangium termasuk Sub famili Mimosoidea, Famili Leguminose,

sebelumnya nama species ini adalah Mangium Montanum Rumph yang kemudian

diganti oleh C.L.Willdenow (Pinyopusarerk 1993). Secara umum jenis ini dikenal

dengan nama mangium, brown salwood, hickory wattle dan sabah salwood

(National Academy of Science 1983), diacu dalam (Wasis 2006). Sedangkan di

Ambon nama asli jenis ini dikenal dengan nama Mangi-mangi.

Acacia mangium termasuk jenis pohon, tingginya dapat mencapai 30 m dan

diameternya bisa mencapai 90 cm atau lebih. Ranting kuat berbentuk segitiga

tajam, yang disebut daun pada dasarnya bukanlah daun tetapi tangkai daun yang

melebar dan berfungsi sebagai daun, disebut Phyllodia. Daun yang sudah dewasa

sangat besar dengan lebar 5 sampai 10 cm dan panjang 25 cm, berwarna hijau tua

terdapat 4 atau kadang-kadang 3 buah tulang daun utama. Tulang daun utama

berbentuk memanjang dan menyolok yang muncul pada ujung daun dan menyatu

kembali pada pangkal daun, sedang tulang daun sekunder berbentuk jala tetapi

tidak tampak jelas (National Academy of Science (1983) diacu dalam

Wasis (2006). Buah berbentuk polong kering merekah yang melingkar ketika

masak, agak keras, panjang 7-8 cm, lebar 3-5 mm. Benih mengkilap, lonjong

3-5 x 2-3 mm, dengan ari (funicle) kuning cerah atau orange yang terkait dengan

benih. Terdapat 66.000 - 120.000 benih/kg. Umumnya kulit batang bagian bawah

beralur longitudinal berwama coklat terang sampai coklat tua (Davidson 1982

diacu dalam Wasis 2006).

Riap rata-rata tahunan adalah 20-46 m3 per hektar per tahun dengan daur

8-10 tahun. Pada lahan yang terganggu seperti bekas kebakaran, tanah lempung

yang sudah kurus dengan dasar batuan vulkanis, tanah gersang bekas perladangan

liar, lereng terjal, lahan alang-alang, jenis ini dapat memproduksi kayu rata-rata

20 m3/ha/tahun (National Academy of Science 1983 diacu dalam Wasis 2006).

Jenis Acacia mangium secara umum pembiakannya dilakukan dengan

menggunakan biji atau benih, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis

ini dapat dilakukan pengembangbiakan secara vegetatif yaitu melalui Kultur

(31)

Penyebaran

Acacia mangium secara alami tersebar di daerah Australia bagian utara, Irian

jaya(Papua) bagian selatan (Fak-fak, Manokwari, Sedai, sepanjang sungai Digul

dan Merauke), di kepulauan Aru (Pulau Tragan dan kepulauan Ngaibar) dan

Maluku (pulau Sulau, Taliabu, Teje dan Seram). Sedangkan menurut Nicholson

(1981) jenis ini tumbuh secara alami di Australia timur laut, Papua Nugini dan

Indonesia bagian timur (Maluku dan Irian Jaya) dan menyebar dari batas Irian

Jaya (0 – 50o LS) sampai bagian selatan Queensland, Australia (sekitar 19o LS).

Tegakan sisa yang cukup luas di temui di daerah Daintre River (11o LS),

Heatlands (11o LS), daerah Champ China (16o LS) dan Wenlock Nugini.

Sedangkan menurut Awang dan Taylor (1993) diacu dalam Wasis (2006),

penyebaran Acacia mangium di Papua Nugini tersebar merata di daerah dataran

rendah dari propinsi bagian barat Papua Nugini, mulai dari daerah selatan danau

Murray sampai ke pantai dan dari batas Irian Jaya sampai ke Fly River di daerah

Balimo.

Persyaratan Tumbuh Acacia mangium

Tanah

Acacia mangium merupakan tanaman yang sangat sensitif terhadap kondisi

tanah. Tanaman ini sangat baik tumbuh pada tanah yang subur dengan drainase

yang baik (tetapi drainase tanah tidak sangat cepat). Tanaman ini dapat tumbuh

baik pada tanah terkikis, ataupun tanah miskin mineral dan juga pada tanah

Entisol (Dulsalam 1987). Ditambahkan oleh Retnowati (1988), Acacia mangium

dapat tumbuh pada lahan bekas kebakaran, pada tanah Ultisol dari batuan

vulkanis. Acacia mangium mampu tumbuh pada tanah-tanah masam dengan pH

serendah 4,2. Hal ini merupakan keistimewaan yang membedakannya dengan

tanaman leguminosa lainnya.

Acacia mangium tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang tinggi. Dapat

tumbuh dengan baik pada tanah yang miskin hara dan tidak subur, padang

alang-alang, bekas tebangan dan mudah beradaptasi. Pada tanah yang jelek masih dapat

tumbuh lebih baik dari jenis pohon cepat tumbuh lainnya (Siregar et al. 1991;

(32)

Di Sabah Acacia mangium dikembangkan pada lahan dengan pH 4,5 dan

jenis tanahnya Entisol dan Ultisol. Adaptasinya terhadap berbagai tipe lingkungan

merupakan keistimewaan dari jenis ini, sehingga patut diperhatikan

pengembangannya dalam hutan tanaman industri (Rahayu et al. 1991). Tanaman

ini merupakan tumpuan dan harapan untuk perjuangan melawan kerusakan lahan

dan hutan di daerah tropik (Soerjono 1989).

Nicholson (1981) diacu dalam Fauzi (2001) menyatakan bahwa Acacia

mangium dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah tetapi jarang tumbuh pada

tanah-tanah yang mempunyai lapisan padas, tumbuh baik pada tanah-tanah yang mempunyai

batuan metamorfik dan granitik serta tanah datar jenis coastal dimana umumnya

merupakan jenis batuan alluvium quartener. Menurut National Academy of

Science (1983), diacu dalam Wasis (2006) jenis ini tumbuh dengan baik pada

tanah tererosi, tanah mineral dan tanah alluvial. Di pulau Seram tumbuh pada

tanah Podsolik Merah Kuning, sedang di Sabah telah ditanam pada tanah Entisol

dan Ultisol yang bersifat asam. Adaptasi dan perkembangan tanaman Acacia

mangium pada lahan reklamasi bekas tambang batubara yang mempunyai sifat

fisika dan kimia tanah yang marginal sampai umur 4 tahun 4 bulan menunjukkan

pertumbuhan cukup baik (Tampubolon et al. 1996).

Iklim

Acacia mangium adalah jenis pohon yang memerlukan tempat tumbuh yang

basah (Dulsalam 1987). Pada tempat tumbuh daerah asalnya, curah hujan tahunan

bervariasi antara 1000 mm sampai lebih 4500 mm per tahun.

Di Indonesia Acacia mangium berhasil baik tumbuh pada lokasi yang

menerima curah hujan 1500 mm sampai 3100 mm per tahun (Retnowati, 1988).

Suhu udara maksimum berkisar antara 31o C – 34o C, sedangkan suhu udara

minimum berkisar antara 22o C – 25o C. Kelembaban tanah yang tinggi sepanjang

tahun biasanya sangat diperlukan.

Menurut Dulsalam (1987), seperti kebanyakan spesies pionir, Acacia

mangium tumbuh lebih baik pada sinar matahari penuh, karena kondisi demikian

(33)

Produktifitas Lahan Hutan

Porduktifitas lahan hutan adalah potensi tegakan yang dihasilkan oleh lahan

tersebut dalam jangka waktu tertentu. Davis dan Johnson (1987), diacu dalam

Suhendang (1990) menamakan dimensi tegakan dengan istilah ciri tegakan yang

dapat berbentuk fisik (volume, luas bidang dasar, dll) atau nilai tegakan yang

dinyatakan dalam uang.

Tingkat produktifitas lahan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu faktor

adalah jenis penggunaan lahan. Masing-masing jenis penggunaan lahan

menyebabkan tingkat produktifitas yang berbeda. Keragaman tingkat produktifitas

lahan tersebut disebabkan kemampuan lahan, jenis tanaman yang diusahakan,

tingkat teknologi yang digunakan serta faktor pembatas lainnya (Direktorat Tata

Guna Tanah 1984 diacu dalam Kusdiantoro 1998).

Kemampuan tanah menyediakan unsur hara bagi tanaman merupakan

persoalan utama dalam produksi tanaman. Tanaman dapat tumbuh serta

memberikan hasil yang baik jika tumbuh pada tanah yang cukup kuat menunjang

tegaknya tanaman, tidak mempunyai lapisan penghambat perkembangan akar,

beraerasi baik, tingkat kemasaman sekitar netral, tingkat kelarutan garam yang

rendah serta cukup tersedia unsur hara dan air yang berada dalam kondisi

seimbang. Tanah yang subur ditunjukan oleh kemampuannya dalam menyediakan

unsur hara dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat dan

lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan suatu species tanaman (Islami dan

Utomo 1995).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tegakan

Hubungan kualitas tempat tumbuh dengan pertumbuhan Acacia mangium

Kualitas tempat tumbuh merupakan penjumlahan banyak faktor lingkungan:

kedalaman tanah, karakteristik propil, komposisi mineral, kecuraman lereng, arah

lereng, iklim mikro, jenis tanah dan lain-lain. Faktor-faktor ini berturut-turut

merupakan fungsi sejarah geologis, fisiografis, iklim mikro dan perkembangan

suksesi (Daniel et al. 1987). Sedangkan faktor tempat tumbuh tegakan adalah

totalitas dari peubah keadaaan tempat tegakan, mencakup bentuk lapangan,

(34)

dengan dimensi tegakan. Peubah-peubah ini tidak perlu berupa faktor-faktor yang

berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tegakan (Suhendang 1990).

Wilde (1958) diacu dalam Wasis (2006) menyatakan bahwa pada dasarnya

produktivitas tanah hutan dipengaruhi oleh faktor-faktor primer dan sekunder.

Faktor-faktor primer ini terdiri atas kondisi umum iklim, topografi, drainase,

batuan asal, tekstur tanah, profil tanah dan lain lain ciri tanah. Sedangkan

faktor-faktor sekunder antara lain serasah, simbiosis organisme, iklim mikro dan spesies

tumbuhan. Pertumbuhan pohon sangat ditentukan oleh interaksi antara tiga faktor

yaitu keturunan, lingkungan dan teknik pembudidayaan (silvikultur) (Kramer dan

Kozlowski 1960) diacu dalam Wasis (2006).

1. Faktor genetik pada hutan tanaman Acacia mangium

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan perlu dipahami sehingga

kita dapat melakukan manipulasi pertumbuhan tanaman agar dapat diperoleh hasil

produksi yang menguntungkan. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

tanaman yang dapat dimanipulasi yaitu faktor genetik dan faktor tanah.

Keragaman pertumbuhan akibat keragaman genetis diduga sangat kecil apabila

biji yang ditanam berasal dari sumber biji yang sama.

2. Sifat-sifat tanah

Faktor lingkungan adalah faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan

tegakan hutan yaitu iklim, bentuk lahan, ketinggian tempat dan topografi, dimana

secara umum sangat sulit untuk dikendalikan atau dikelola. Upaya yang dilakukan

pada kegiatan budidaya tanaman yaitu melalui pendekatan kepada kesesuaian

lahan. Peningkatan pertumbuhan pohon atau tanaman dapat dilakukan melalui

perbaikan kesuburan tanah.

Tanah merupakan faktor edafis yang penting bagi pertumbuhan perakaran

pohon dan perkembangannya. Kegiatan kehutanan dan pertanian memerlukan

tanah yang subur untuk berhasilnya usaha penanaman. Kesuburan tanah diartikan

sebagai kesuburan kimiawi dan fisika, yang memungkinkan pohon tumbuh

dengan baik dan menghasilkan kayu produk lainnya. Kesuburan tanah ditentukan

oleh sifat kimia, fisika dan biologis tanah. Kesuburan tanah merupakan kekuatan

di dalam budidaya hutan tanaman, tanah yang subur akan memberikan peluang

(35)

a. Sifat kimia tanah

Tanah merupakan perantara penyedia faktor-faktor suhu, udara, air dan

unsur hara yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama unsur-unsur hara

esensial. Unsur hara esensial dapat berasal dari udara, air dan tanah.

Penelitian hubungan kualitas tempat tumbuh dengan peninggi tegakan

Acacia mangium menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi peninggi

yaitu umur dan kandungan K (Chaerudy 1994). Sedangkan menurut Rukmini

(1996) faktor yang mempengaruhi adalah umur, kandungan P, C organik, pH dan

tebal lapisan A. Hasil penelitian Kusnadi (1998) diacu dalam Wasis (2006), pada

hutan tanaman Acacia mangium secara tegas mendiagnosis unsur hara K dan P

masing-masing sebagai hara yang paling defisien urutan pertama dan kedua

sehingga direkomendasikan untuk memberi input baik berupa pupuk maupun

pengapuran.

Tanaman cepat tumbuh diduga memerlukan unsur hara yang banyak untuk

pertumbuhannya sehingga menyebabkan unsur hara dari tanah akan cepat

terkuras. Pemberian pupuk fosfat (TSP) terbukti berpengaruh sangat nyata

terhadap pertumbuhan biomassa anakan Acacia mangium dan telah menyebabkan

terjadinya peningkatan pertumbuhan biomassa sebesar 34,2% pada dosis 300 ppm

(Kusumawati 1998).

b. Sifat fisika tanah

Sifat fisika tanah terutama penting dalam hubungannya dengan kandungan

air, aerasi, drainase dan kandungan hara. Pada tanah yang padat aerasi menjadi

buruk. Dalam kondisi demikian pengambilan oksigen dan pembuangan

karbondioksida tidak berjalan dengan baik. Keadaan sifat fisika tanah sangat

mempengaruhi kesuburan tanah terutama dalam perbaikan tekstur dan struktur

tanah. Penelitian Soedomo (1984) menunjukkan bahwa sifat fisika tanah

merupakan komponen yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan

tegakan hutan dan diyakini bahwa sifat fisika tanah lebih penting pengaruhnya

dibandingkan dengan sifat kimia dan biologi tanah.

Penelitian di lahan kritis Padang Lawas menunjukkan bahwa sifat fisika

tanah yaitu tekstur tanah dan pengolahan tanah dibandingkan sifat kimia lebih

(36)

mangium (Butar et al. 1993). Pertumbuhan tinggi Acacia mangium yang terbaik

sampai dengan umur dua tahun didapat melalui pengolahan tanah, total tingginya

yaitu 6,83 m dan paling rendah pertumbuhannya dengan perlakuan land clearing

yaitu sebesar 3,83 m. Pengolahan tanah akan memperbaiki sifat fisika tanah dan

menekan pertumbuhan alang-alang sehingga tidak terjadi persaingan hara dan air

dengan tanaman pokok (Kusnandar 1996).

Hasil penelitian Soedomo (1984) pada tegakan pinus menunjukkan bahwa si

fat fisika tanah yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan tegakan adalah

ketebalan lapisan A, penetrabilitas tanah, tekstur tanah, kadar air tersedia dan bulk

density (limbak).

Faktor ketebalan tanah lapisan atas (top soil) merupakan salah satu faktor

penentu pertumbuhan tanaman. Lapisan ini merupakan zona perakaran tanaman

dan tempat hidup berbagai makro dan mikro organisme tanah. Lapisan atas

(horison A) umumnya memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi, lebih

subur dan memiliki sifat fisika tanah yang lebih baik dibandingkan lapisan lainnya

(Soedomo 1984).

Kadar air tersedia adalah kondisi air pada kapasitas lapang (field capacity)

sampai dengan kondisi titik layu permanen. Kapasitas lapang adalah jumlah

kandungan air di dalam tanah sesudah air gravitasi turun semua, sampai batas akar

tanaman tidak mampu mengisap air tanah lagi. Menurut penelitian Ang et al.

(1997) diacu dalam Wasis (2006) tanaman Acacia mangium yang tumbuh pada

tanah yang kekeringan akan mempunyai fotosintesa lebih rendah dibandingkan

dengan yang tumbuh pada lahan yang basah.

Pertumbuhan Tegakan Acacia mangium

Pertumbuhan adalah menunjukkan total jumlah hasil sampai periode waktu

tertentu, sedangkan arti laju pertumbuhan menunjukkan jumlah untuk setiap

periode waktu tertentu, biasanya dinyatakan untuk setiap tahun. Riap adalah laju

pertumbuhan tegakan dalam satuan m3/ha/tahun. Kurva pertumbuhan mahluk

hidup secara ideal berbentuk sigmoid, dengan syarat matematis sebagai berikut,

(a) melalui titik nol pada saat awal pertumbuhan (a =.0) dan mencapai titik nol

pada akhir pertumbuhan (A = tak terhingga), (b) mempunyai titik belok (Q).

(37)

maksimum dan (c) memiliki garis asimptot yaitu suatu garis yang bersifat tetap

dan mendatar yang terjadi pada akhir pertumbuhan (Suhendang 1990).

Dalam kegiatan pengelolaan hutan dibedakan pengertian pertumbuhan

tegakan dan hasil tegakan. Menurut Davis dan Johnson (1987) diacu dalam

Suhendang (1990), pertumbuhan tegakan adalah perubahan ukuran dari sifat

terpilih dari tegakan (dimensi tegakan) yang terjadi selama periode waktu tertentu.

Hasil tegakan adalah banyaknya dimensi tegakan yang dapat dipanen dan

dikeluarkan pada waktu tertentu atau jumlah kumulatif sampai waktu tertentu.

Perbedaan antara pertumbuhan dan hasil tegakan terletak pada konsepsinya

yaitu produksi biologis untuk pertumbuhan tegakan dan pemanenan untuk hasil

tegakan. Pengelolaan hutan berada pada kelestarian hasil apabila besarnya hasil

sama dengan pertumbuhan dan berlansung terus menerus. Secara umum dapat

dikatakan bahwa jumlah maksimum hasil yang dapat diperoleh dari hutan pada

suatu waktu tertentu adalah jumlah kumulatif pertumbuhan sampai waktu itu,

sedangkan jumlah maksimum hasil yang dapat dikeluarkan secara terus menerus

setiap periode sama dengan pertumbuhan dalam periode waktu itu (Suhendang

1990).

Tanaman Acacia mangium untuk kelas perusahaan kayu serat (pulp)

umumnya tidak dilakukan perlakuan penjarangan dan daur bisa diperpendek

menjadi 6 - 8 tahun, sedangkan untuk kelas perusahaan kayu pertukangan sejak

awal harus dilakukan secara intensif kegiatan wiwilan (pruning) dan penjarangan

(thinning) dengan daur 10 tahun (Djojosoebroto 2003b). Produksi maksimum

tegakan Acacia mangium dicapai umur sekitar 6 tahun, pada saat kurva riap

tahunan berjalan (CAI) dan riap tahunan rata-rata (MAI) saling berpotongan

(Fadjar 1996).

Jenis tanaman Acacia mangium di beberapa literatur menyebutkan

bahwa perkiraan riap volume sebesar 20 sampai dengan 30 m3 per ha/thn.

Dengan daur 7 tahun maka potensi per ha pada akhir daur berkisar antara

140 sampai dengan 210 m3 per ha. Pada kenyataannya beberapa data sulit untuk

mencapai potensi tersebut, dimana rata-rata maksimal yang dapat dicapai adalah

(38)

rata-rata potensi hutan tanaman yang dapat dipanen sebesar 80 m3 per ha

(Purnomo 2002).

Pembangunan hutan tanaman industri jenis Acacia mangium menunjukkan

bahwa pemanfaatan tegakan hampir dilakukan seluruh bagian tegakan.

Daun/serasah digunakan untuk media tumbuh persemaian, ranting dan cabang

untuk pembuatan arang dan batang pohon untuk kayu pulp dan pertukangan

(pada pemanenan akan dilakukan pembagian batang dimana kelas diameter di atas

20 cm untuk kayu pertukangan dan diameter di bawah 20 cm untuk pulp).

Sehingga hasil tegakan yang dipanen untuk dimanfaatkan adalah biomassa

tegakan tersebut. Menurut Mindawati (1999) pada setiap aktivitas pemanenan

tegakan Acaciamangium perlu meninggalkan bagian-bagian tanaman selain kayu

di lantai hutan, hal tersebut untuk memperbanyak unsur hara yang dapat

(39)

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Status Perusahaan

Perusahaan PT Bukit Raya Mudisa merupakan perseroan terbatas dengan

status permodalan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang berdiri pada

tanggal 1 April 1999 dengan surat persetujuan pencadangan areal Menteri

Kehutanan dan Perkebunan No 726/Menhutbun-VI/1999 tanggal 6 Juli 1999 dan

bergerak di bidang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman (HPHT) dengan surat

keputusan No 257/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 dengan luas areal

± 28.617 ha di daerah Propinsi Sumatera Barat.

Letak dan Luas

Lokasi PT Bukit Raya Mudisa termasuk ke dalam dua wilayah kerja yaitu

Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan Solok dengan luas 28.617 ha. Secara

administrasi pemerintahan terletak di Kecamatan Pulau Punjung dan Batang

Sangir, Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan Solok, Propinsi Sumatera Barat.

Menurut wilayah resort pemangkuan hutan PT Bukit Raya Mudisa termasuk

Resort Pemangkuan Hutan Pulau Punjung dan Sangir, Bagian Kesatuan

Pemangkuan Hutan (BKPH) Sijunjung Selatan dan Solok Selatan, Dinas

Kehutanan Propinsi Sumatera Barat. Menurut wilayah daerah aliran sungai (DAS)

PT Bukit Raya Mudisa termasuk ke dalam wilayah DAS Batanghari. Letak

geografis dari areal tersebut terletak 101o 14’ BT – 101o 28’ BT dan 00o 57’

LS – 01o 15’ LS.

Topografi

Topografi di lokasi penelitian bervariasi dari datar hingga bergelombang

dengan kemiringan antara 0-40% pada ketinggian tempat 200-1000 m dpl.

Kisaran lereng 0-8% seluas 4.285 ha (14,97%), 9-15% seluas 15.611 ha (54,56%),

16-25% seluas7.976 ha (27,87%) dan 26-40% seluas 745 ha (2,60%). Lokasi

(40)

Iklim

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson curah hujan di areal

PT BRM termasuk tipe iklim sangat basah, curah hujan rata-rata tahunan sebesar

1.959 mm, kecepatan angin sebesar 34,4 km/jam. Suhu berkisar antara

24,6-25,6o C, kelembaban udara bulanan berkisar antara 88,4-91,8% dan

rata-rata 88,9%. Kelembaban udara bulanan terbesar pada bulan April (91,8%)

dan terkecil pada bulan Januari (88,4%).

Pengelolaan dan Sistem Silvikultur

Sistem silvikultur adalah sistem budidaya hutan atau sistem teknik bercocok

tanam hutan mulai dari memilih benih atau bibit, menyemai, menanam,

memelihara tanaman dan memanen tanaman.

1. Persemaian

Persemaian yang digunakan adalah persemaian yang dibuat dekat lokasi

penanaman dan dekat dengan sumber air. Media persemaian yang digunakan

adalah tanah permukaan (top soil) dicampur dengan pasir dengan perbandingan

duapertiga tanah dan sepertiga pasir dengan wadah kantong plastik (polybag).

2. Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan dilakukan dengan cara manual yaitu sisa dari tanaman yang

sudah tebang dicincang, ditumpuk dan selanjutnya dibakar. Sedangkan untuk

lahan dengan vegetasi awal hutan rawang dilakukan penebangan kayu terlebih

dahulu dan dicincang untuk mendapatkan ukuran yang lebih kecil dan pendek,

kemudian dibiarkan agar mengering untuk kemudian dibakar secara terkendali.

3. Penanaman

Sebelum dilakukan penananam terlebih dahulu dilakukan pengajiran untuk

pembuatan lubang tanam dengan ukuran 20cm x 20cm x 20 cm. Penanaman

dilakukan dengan jarak tanam 3m x 3m. Waktu penanaman dilakukan pemberian

pupuk SP 36 dan Urea dengan dosis 200 kg/ha.

4. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan dilakukan dengan pembersihan gulma setiap empat

(41)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT Bukit Raya Mudisa, Kabupaten Sawah

Lunto/Sijunjung, Propinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan dua tahap

selama 3 bulan yaitu bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2007. Tahap pertama

selama 1 bulan untuk pengambilan data lapangan, sedangkan tahap kedua selama

2 bulan untuk pengolahan data dan analisis hara di Laboratorium Tanah dan

Kesuburan Tanah,Depertemen Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian

IPB.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan penelitian adalah tegakan hutan tanaman Acacia mangium berumur

dua tahun sampai dengan umur enam tahun di PT Bukit Raya Mudisa Kabupaten

Sawah Lunto/Sijunjung, Propinsi Sumatera Barat. Sedangkan alat yang digunakan

dalam penelitian ini adalah haga hipsometer, bor tanah dan meteran.

Metode Penelitian

Cara pengambilan contoh

Penelitian ini menggunakan metode survei. Pengambilan contoh dilakukan

pada tegakan Acacia mangium umur 2 tahun sampai dengan umur 6 tahun. Pada

tiap kelas umur tanaman diwakili 3 petak ukur, jadi jumlah seluruh petak ukur

adalah 15 buah.

Pengambilan lokasi petak ukur menyebar di seluruh wilayah penelitian.

Petak ukur yang digunakan berbentuk lingkaran seluas 0,10 ha (jari-jari 17,80 m).

Pada petak ukur dilakukan pengukuran peninggi untuk menentukan kualitas

tempat tumbuh, tinggi total dan diameter batang. Data tinggi pohon dan diameter

pohon yang sudah diperoleh kemudian digunakan untuk menghitung volume

pohon. Untuk pengambilan contoh tanah diukur tebal horizon A, kadar hara N, P,

(42)

Pengambilan contoh tanah

Pengambilan contoh tanah dilakukan pada setiap petak ukur dengan

menggunakan bor tanah. Contoh tanah diambil dari ketebalan 0-20 cm.

Selanjutnya contoh tanah tersebut dimasukan ke dalam kantong plastik sebanyak

1 kg dan diberi label sesuai dengan lokasinya. Disamping itu dilakukan

pengambilan contoh tanah utuh dengan ring sample untuk analisa sifat fisik tanah

pada setiap petak ukur.

Semua contoh tanah dari lokasi penelitian dianalisa di Laboratorium Tanah

dan Kesuburan Tanah, Depertemen Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Peninggi

Peninggi dan tinggi total diukur dengan menggunakan haga hipsometer.

Perhitungan rata-rata peninggi dari masing-masing umur dan kualitas tempat

tumbuh dilakukan sebagai berikut :

a. Peninggi dalam petak ukur ke i

n H H i n i j ij i

= = dimana :

Hi = Peninggi dalam petak ukur ke i

Hij = Tinggi pohon tertinggi ke j dalam petak ukur ke i

ni = Banyaknya peninggi dalam petak ukur ke i

b. Peninggi dalam petak ukur ke k

n H H k n i j ki k

= = dimana :

Hk = Peninggi dalam petak ukur ke k

Hki = Peninggi petak ukur ke i dalam petak ke k

(43)

Diameter batang pohon

Pengambilan data diameter batang pohon diukur pada ketinggian setinggi

dada atau 1,3 meter dari permukaan tanah (diameter setinggi dada) dengan

menggunakan pita ukur (meteran). Perhitungan rata-rata diameter batang pohon

dari masing-masing umur tanaman dilakukan sebagai berikut :

a. Diameter batang pohon dalam petak ukur ke i

n D D i n i j ij i

= = dimana :

Di = Diameter batang pohon dalam petak ukur ke i

Dij = Diameter batang pohon ke j dalam petak ukur ke i

ni = Banyaknya pohon dalam petak ukur ke i

b. Diameter batang pohon dalam petak ke k

n D D k n i j ki k

= = dimana :

Dk = Diameter batang pohon dalam petak ukur ke k

Dki = Diameter batang pohon petak ukur ke i dalam petak ukur ke k

nk = Banyaknya petak ukur dalam petak ke k

Tinggi total

Tinggi total pohon diukur dengan menggunakan haga hipsometer.

Perhitungan rata-rata tinggi total tanaman dari masing-masing umur tanaman

dilakukan sebagai berikut :

a. Tinggi total dalam petak ukur ke i

n T T i n i j ij i

= = dimana :

Ti = Tinggi total dalam petak ukur ke i

Tij = Tinggi total ke j dalam petak ukur ke i

(44)

b. Tinggi total dalam petak ke k n T T k n i j ki k

= = dimana :

Tk = Tinggi total dalam petak ke k

Tki = Tinggi total petak ukur ke i dalam petak ukur ke k

nk = Banyaknya petak ukur dalam petak ke k

Tebal horison A

Horison A adalah horison pencampuran bahan mineral dengan bahan

organik. Tebal horison A merupakan ukuran bagi kuantita ruang tumbuh

perakaran termasuk kedalaman efektif bagi akar-akar kecil pohon. Horison A

diukur dengan menggunakan bor tanah dan meteran.

Perhitungan tebal horison A dilakukan sebagai berikut :

n THA THA m n 1 i mi m

= = dimana :

THAm = Tebal horison A anak petak ke m

THAmi = Tebal horison A petak ukur ke i pada anak petak ke m

n = Banyaknya petak ukur dalam anak petak ke m

Persentase kemiringan (lereng)

Pada setiap petak ukur dilakukan pengukuran lereng dengan menggunakan

haga hipsometer. Perhitungan kemiringan lereng dilakukan sebagai berikut :

n S S m n 1 i mi m

= = dimana :

Sm = Persentase kemiringan anak petak ke m

Smi = Persentase kemiringan petak ukur ke i pada anak petak ke m

(45)
[image:45.612.134.506.109.262.2]

Tabel 1 Jenis parameter yang dianalisis dan metode penetapan yang digunakan dalam penelitian

No Parameter Metode yang digunakan I Sifat fisika tanah

1. Kadar air tersedia Grafimetrik 2. Tekstur Pipet

3. Bobot Isi (Bulk Desity) Nisbah Bobot Tanah/Volume II Sifat kimia tanah

1. pH Potentiometrik 2. C-organik Walkley dan Black 3. N-total tanah kjehldahl

4. P Bray II

5. Ca, Mg, K, KTK NH4Oac pH 7,0

Analisis Data

Hubungan sifat-sifat tanah dengan peninggi tegakan Acacia mangium

Analisis statistik ditujukan untuk mengindentifikasi peubah sifat-sifat tanah

yang paling erat hubunganya dengan pertumbuhan tanaman Acacia mangium serta

mencari pola hubungan matematik antara peubah sifat-sifat tanah tersebut dengan

peubah pertumbuhan tanaman.

Model matematik yang digunakan berbentuk persamaan logaritma. Sesuai

dengan pola pertumbuhan hutan tanaman Acacia mangium maka kurva indeks

tempat tumbuh merupakan penyederhanaan kurva pertumbuhan bagi kesatuan

genetik tertentu di bawah seperangkat kondisi lingkungan tertentu. Persamaan

umum yang digunakan untuk penelitian hubungan sifat-sifat tanah dengan

peninggi tegakan tanaman Acacia mangium adalah regresi linear berganda

menurut persamaan sebagai berikut (Husch 1963) diacu dalam Wasis (2006):

Log Y = b0 + b1X1 + b2X2 + ... + b14X14 + ε

Dimana :

Log Y = Rata-rata peninggi yang ditransformasi ke dalam logaritma

X1 = 1/umur

X2, X3, ...., X14 = Sifat-sifat tanah

b0, b1, ...., b14 = Konstanta

ε = Sisaan

Variabel-variabel bebas yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebagai

(46)

X1 = 1/umur

X2 = Tebal horison A

X3 = Persentase kemiringan

X4 = Kadar liat pada horison A

X5 = Kadar air tersedia horison A

X6 = Bobot isi horison A

X7 = pH tanah

X8 = C-organik tanah

X9 = N total tanah

X10 = P tanah

X11 = Ca dd tanah

X12 = Mg dd tanah

X13 = K dd tanah

X14 = KTK tanah

Untuk menyaring peubah-peubah bebas yang memberikan sumbangan nyata

dalam menerangkan keragaman pertumbuhan hutan tanaman Acacia mangium

digunakan metode Stepwise dengan program minitab.

Hubungan diameter batang pohon dan tinggi total dengan umur pada hutan

tanaman Acacia mangium

Data diameter pohon, tinggi total dan umur tanaman di analisis dengan

menggunakan program Curve Expert 1.3 untuk mencari hubungan diameter

batang pohon dan tinggi total pohon dengan umur tanaman Acacia mangium.

Hubungan volume dan peninggi dengan umur tanaman Acacia mangium

Data volume dengan peninngi dan umur dianalisa menggunakan program

Curve Expert 1.3 untuk mencari bentuk kurva hubungan volume dan peninggi

dengan umur tanaman Acacia mangium

Penilaian produktifitas lahan

Produktifitas lahan hutan tanaman pada HTI PT Bukit Raya Mudisa diukur

dengan kriteria apabila < 20 m3/ha/tahun (kategori rendah), 20-40 m3/ha/tahun

(kategori sedang) dan > 40 m3/ha/tahun (kategori tinggi) (National Academic of

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Sifat-Sifat Tanah Dengan Peninggi Tegakan Acacia mangium

Peninggi tegakan secara prinsip dipengaruhi faktor genetik, faktor sifat-sifat

tanah dan sistim silvikultur. Hasil penelusuran di lapangan diperoleh untuk faktor

genetik dan sistim silvikultur (sistim pengelolaan) relatif sama untuk semua

lokasi. Sehingga yang mempengaruhi peninggi tegakan adalah sifat-sifat tanah.

Pengumpulan data dilapangan meliputi umur, tebal horison A, kemiringan

lereng. Data analisis tanah meliputi kadar liat tanah, kadar air tersedia, bobot isi,

kandungan N, P, K, Ca, Mg, KTK, pH, C-Organik tanah. Untuk melihat peranan

faktor tempat tumbuh terhadap pertumbuhan tegakan Acacia mangium dilakukan

analisis regresi linear berganda yang menyertakan 14 peubah bebas tempat

tumbuh.

Hasil analisis stepwise dengan Program Minitab mendapatkan persamaan

regresi terbaik yaitu log Y = 0,60 – 1,25 1/X1 – 0,01 X3 + 0,50 X13 + 0,21 X7,

dengan R2 = 96,85%. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara

peubah bebas X1, X3, X7, dan X13 dengan log Y. Persamaan terbaik tersebut

dilakukan dengan cara penyusupan satu persatu peubah bebas yang mempunyai

korelasi yang tinggi dengan log Y. Pada Tabel 2 disajikan nilai koefisien korelasi

peubah bebas (X), koefisien dan nilai t hitung dari persamaan terbaik tersebut.

Hasil analisis peranan sifat-sifat tanah terhadap peninggi tegakan didapatkan

bahwa persamaan regresi yang bersifat positif yaitu kandungan K dan pH tanah,

[image:47.612.132.507.592.694.2]

sedangkan umur tanaman dan kemiringan lereng berkorelasi negatif.

Tabel 2 Peubah sifat-sifat tanah dan umur yang teruji berkorelasi dengan peninggi tegakan Acacia mangium

No Variabel (Xi) Koefisien T hitung R2

1 Umur pohon (1/X1) -1,25 -14,48** 96,85

2 Kelerengan (X3) -0,01 -2,97* 94,97

3 K (X13) 0,50 3,27* 93,45

(48)

Setelah umur tanaman maka sifat kimia tanah merupakan faktor yang

berkorelasi sangat erat terhadap peninggi tegakan Acaciamangium. Penelitian ini

menunjukkan bahwa sifat kimia tanah lebih banyak mempengaruhi peninggi

tegakan Acacia mangium. Hal ini disebabkan karena Acacia mangium merupakan

tanaman cepat tumbuh yang memerlukan unsur hara yang banyak untuk

pertumbuhannya sehingga menyebabkan unsur hara dari tanah akan cepat

terkuras. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Latifah (2000) yang menunjukkan

bahwa selain umur tanaman maka bahan organik tanah merupakan sifat tanah

yang paling berkorelasi dengan peninggi tegakan Acacia mangium.

Umur

Berdasarkan nilai parsial masing-masing peubah bebas terhadap peninggi,

faktor umur mempunyai korelasi terbesar terhadap peninggi hutan tanaman

Acacia mangium yaitu sebesar -1,25. Faktor umur tanaman mempunyai koefisien

determinasi (R2) sebesar 96,85%, hal ini berarti sebagian besar peninggi

ditentukan oleh umur. Korelasi yang bersifat negatif menerangkan bahwa semakin

tua umur tanaman Acacia mangium maka sampai umur tertentu peninggi yang

dihasilkan semakin tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Latifah (2000)

bahwa faktor umur memberikan sumbangan terbesar dalam menerangkan

keragaman peninggi.

Umur tanaman Acacia mangium di lokasi penelitian berkisar antara dua

tahun sampai dengan enam tahun dengan peninggi antara 10,0 sampai 28,8 m.

[image:48.612.137.512.565.690.2]

Data peninggi tegakan Acacia mangium di lokasi penelitian dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3 Peninggi tegakan Acacia mangium di lokasi penelitian

No Umur (thn) Peninggi tegakan minimum (m)

Peninggi tegakan maksimum (m)

Peninggi tegakan rata-rata (m)

1 2 10,5 11,4 11,0

2 3 14,1 14,3 14,2

3 4 17,9 18,3 18,1

4 5 20,5 21,3 21,0

(49)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semakin bertambah umur tanaman

maka peninggi yang dihasilkan semakin tinggi. Peningkatan peninggi ini

menunjukkan bahwa tanaman masih mengalami percepatan pertumbuhan dari

umur dua tahun sampai dengan umur enam tahun, sehingga tanaman masih

produktif untuk dipelihara pada tahun berikutnya. Pada tahap awal, pertumbuhan

tanaman berjalan lambat dan semakin cepat mengikuti pertambahan umur

tanaman, kondisi ini berlansung hingga mencapai titik pertumbuhan maksimum.

Setelah titik pertumbuhan maksimum dicapai maka pertumbuhan akan berjalan

konstan (Bidwel 1979) diacu dalam Latifah (2000).

Derajat kemiringan lahan

Derajat kemiringan lahan di lokasi penelitian berkisar antara 2-9% dengan

nilai rata-rata sebesar 6,2%. Derajat kemiringan lahan berkorelasi negatif dengan

peninggi Acacia mangium sebesar -0,01. Korelasi negatif berarti tanaman Acacia

mangium tumbuh lebih baik pada tempat-tempat yang lebih datar. Pada kondisi

lereng yang tidak begitu curam mengakibatkan aliran permukaan yang terjadi

tidak sampai berubah menjadi suatu kekuatan destruktif yang besar, sehingga

daerah yang agak datar ini dapat menahan lebih lama muatan suspensi tanah dari

daerah atasnya.

Dengan demikian kenaikan persentase lereng sampai batas tertentu akan

mengakibatkan terbentuknya drainase dan aerase yang optimal bagi pertumbuhan

tanaman, ini terbukti di lokasi penelitian disetiap petak ukur dalam setiap kelas

umur menghasilkan volume yang lebih besar di daerah kemiringan rendah

dibanding daerah yang kemiringanya lebih besar (Lampiran 3). Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian Hafiziansyah (1997) pada tanaman Acacia mangium

umur 4 tahun menunjukkan produksi tegakan yang ditanam pada lahan

kemiringan 0–8% menghasilkan produksi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

yang ditanam pada lahan dengan kemiringan 15-25%.

Kandungan Kalium

Nilai kandungan K di lokasi penelitian berkisar antara 0,10-0,36 me/100g

dengan nilai rata-rata sebesar 0,25 me/100g. Dari analisis stepwise kandungan K

(50)

Korelasi positif artinya semakin banyak kandungan K dalam tanah akan

meningkatkan nilai peninggi tanaman Acacia mangium. Hasil penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian Chaerudy (1994) bahwa hubungan kualitas tempat

tumbuh dengan peninggi tegakan Acacia mangium menunjukan faktor yang

paling mempengaruhi peninggi yaitu umur dan kandungan K. Hal ini juga

didukung hasil penelitian Kusnadi (1998) diacu dalam Wasis (2006) pada hutan

tanaman Acacia mangium secara tegas mendiagnosis unsur K dan P

masing-masing sebagai hara yang paling defisien urutan pertama dan kedua sehingga

direkomendasikan untuk memberikan imput baik berupa pupuk maupun

pengapuran.

Ketersediaan K di dalam tanah dipengaruhi oleh tinggi rendahya pH tanah

(Hakim et al. 1986) diacu dalam Latifah (2000). Pada tanah yang masam

kekurangan K akan semakin besar yang berarti ketersedian K dalam tanah

[image:50.612.133.509.404.472.2]

semakin menurun. Pengaruh pH terhadap kehilangan K dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Pengaruh kehilangan kalium dapat dipertukarkan oleh pencucian dari tanah Creedmore Lempung Berpasir

No pH tanah Kehilangan K (dari % total)

1 4,03 70

2 5,30 49

3 5,63 26

4 7,03 16

Sumber : (Hakim, et al., 1986)

Kalium merupakan unsur hara terpenting yang dibutuhkan tanaman. Kalium

diserap tanaman dalam bentuk K+ dan merupakan unsur hara makro yang sangat

penting bagi proses fisiologis tanaman. Bagian tanaman yang banyak

mengandung K adalah batang, daun, buah dan akar. K bukan hara pembentuk

organ tanaman, namun hara ini dapat terdapat di dalam semua sel yaitu sebagai

ion dalam cairan sel. Inti sel juga mengandung K (Mengel dan Kirby 1982)

diacu dalam Wasis (2006).

Unsur kalium dalam tanaman mempunyai peranan penting dalam proses

metabolisme. Adanya kadar K tersedia yang cukup dalam tanah akan menjamin

pertumbuhan tanaman dengan baik. Kalium dalam tanaman berguna

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pemikiran Penelitian.
Tabel 1  Jenis parameter yang dianalisis dan metode penetapan yang digunakan dalam penelitian
Tabel 2  Peubah sifat-sifat tanah dan umur yang teruji berkorelasi dengan peninggi tegakan Acacia mangium
Tabel 3  Peninggi tegakan Acacia mangium di lokasi penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Permendiknas nomor 8 Tahun 2007 nama PPPG Matematika berubah menjadi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK)

Metode eksperimen mempunyai kebaikan sebagai berikut: (1) metode ini dapat membuat peserta didiklebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang bagaimana pelaksanaan program kulliyatu tahfidz al-Qur’an dalam meningkatkan hafalan santri pondok

Guru mengapresiasi jawaban siswa yang mau menjawab dengan meminta siswa tersebut untuk menunjukkan bagian tubuh sesuai dengan jawabannya.. Guru memancing siswa

UPT dan Perangkat Daerah yang berbentuk Rumah Sakit yang sudah dibentuk tetap melaksanakan tugasnya sampai dengan ditetapkannya Peraturan Walikota tentang

(Timbangan Indonesia, 2013) Pengukuran massa biasanya dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan timbangan manual. Devinisi Timbangan itu sendiri adalah sebuah alat

Guru dan siswa bertanya jawab berkaitan dengan identitas diri yang dibutuhkan sebagai warga negara yang baik.. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan

Untuk Pengujian Keausan Wipro Kondisi basah dengan air, diperoleh bahwa, bahan kampas rem dengan Variasi 2 dan 3 paling rendah keausannya yaitu sebesar 0,0014 mm 2 /kg, namun