• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komposisi Mineral Mikro (Fe, Cu, Zn, I) dan Cemaran Logam Berat Pada Berbagai Ukuran Ikan Bandeng di Tambak Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komposisi Mineral Mikro (Fe, Cu, Zn, I) dan Cemaran Logam Berat Pada Berbagai Ukuran Ikan Bandeng di Tambak Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPOSISI MINERAL MIKRO (Fe, Zn, Cu, I) DAN CEMARAN

LOGAM BERAT PADA BERBAGAI UKURAN IKAN BANDENG

DI TAMBAK TANJUNG PASIR KABUPATEN TANGERANG

ALFI HAMDAN ZAMZAMI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komposisi Mineral Mikro (Fe, Zn, Cu, I) dan Cemaran Logam Berat Pada Berbagai Ukuran Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Tambak Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

iii

ABSTRAK

ALFI HAMDAN ZAMZAMI. Komposisi Mineral Mikro (Fe, Cu, Zn, I) dan Cemaran Logam Berat Pada Berbagai Ukuran Ikan Bandeng di Tambak Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang. Dibimbing oleh TATI NURHAYATI dan NURJANAH.

Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah menentukan rendemen, komposisi mineral mikro (besi, seng, tembaga, dan iodium) dan cemaran logam berat (timbal, kadmium, merkuri) terhadap perbedaan bobot tubuh ikan bandeng. Analisis mineral mikro dan logam berat keduanya menggunakan spektrofotometrik serapan atom. Rendemen rata-rata dari keseluruhan ikan bandeng sebesar 46,37% dari berat total ikan bandeng. Kadar mineral mikro tertinggi pada ikan bandeng ±150 g, yaitu seng 6,95±0,16 mg/kg bk, tembaga 0,55±0,01 mg/kg bk, dan besi 12,14±0,06 mg/kg bk. Iodium tertinggi ikan bandeng ±102 g 76,33±0,01 µg/100g bk. Kadar logam berat rata-rata pada ikan bandeng, yaitu merkuri 0,143±0,0057 mg/kg bk, kadmium 0,0433±0,011 mg/kg bk, dan timbal 0,083±0,0057 mg/kg bk. Kadar logam berat ikan bandeng yang di dapatkan dari Tambak Bandeng Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang masih dibawah standar keamanan BPOM RI, sehingga aman untuk dikonsumsi. Kata kunci: ikan bandeng, logam berat, mineral mikro, ukuran tubuh

ABSTRACT

ALFI HAMDAN ZAMZAMI. The Composition of Micro Mineral (Fe, Cu, Zn, I) and Heavy Metals Accumulation on Various Sizes Milkfish in Farmed Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang. Supervised by TATI NURHAYATI and NURJANAH.

(6)
(7)

v

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)

i

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

KOMPOSISI MINERAL MIKRO (Fe, Zn, Cu, I) DAN CEMARAN

LOGAM BERAT PADA BERBAGAI UKURAN IKAN BANDENG

DI TAMBAK TANJUNG PASIR KABUPATEN TANGERANG

ALFI HAMDAN ZAMZAMI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)
(11)
(12)

Judul Skripsi : Komposisi Mineral Mikro (Fe, Cu, Zn, I) dan Cemaran Logam Berat Pada Berbagai Ukuran Ikan Bandeng di Tambak Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang

Nama : Alfi Hamdan Zamzami NIM : C34080015

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Tati Nurhayati SPi MSi Pembimbing I

Prof Dr Ir Nurjanah MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso MSi Ketua Departemen

(13)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September hingga Nopember 2012 dengan judul Komposisi Mineral Mikro (Fe, Zn, Cu, I) dan Cemaran Logam Berat Pada Berbagai Ukuran Ikan Bandeng di Tambak Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Tati Nurhayati SPi MSi dan Ibu Prof Dr Ir Nurjanah MS selaku pembimbing atas segala bimbingan, pengarahan, kesabaran dan pengingatan tiada henti-hentinya yang diberikan kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir ini. Terima kasih juga turut penulis ucapkan kepada Ibu Dra Ella Salamah Msi dan Ibu Dr Desniar Spi Msi selaku penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukannya. Penghargaan penulis juga disampaikan kepada Ibu Emma Masruroh, Mas Saeful Bahri, dan Mbak Lastri selaku laboran Laboratorium Bahan Baku, serta Ibu Dian dan Bapak Iwan selaku laboran Labortorium Nutrisi Ternak Perah yang telah membantu penulis selama proses pengujian analisis mineral mikro dan logam berat ikan bandeng. Bapak Maat dan sekeluarga yang telah membantu dalam mencari bahan baku penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Kepada teman-teman seperjuangan thp 45 yang selalu menyemangati penulis, serta adik-adik kosan Al-Quds.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk bangsa, dunia, dan agama.

Bogor, Juli 2014

(14)
(15)

vii

Pengambilan dan Preparasi Ikan Bandeng ... 4

Pengujian Mineral Fe, Cu, Zn (BSN 1998)... 5

Pengujian Iodium (AOAC 2005) ... 5

Analisis Logam Berat Pb, Hg, Cd (AOAC 2002) ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Morfometrik Ikan Bandeng ... 6

Komposisi Mineral Mikro Ikan Bandeng ... 7

Cemaran Logam Berat Pada Ikan Bandeng ... 9

KESIMPULAN DAN SARAN ... 10 1 Berat, panjang dan berat daging ikan bandeng (Chanos chanos) ... 6

2 Komposisi mineral mikro ikan bandeng pada berbagai ukuran berat ... 7

3 Komposisi logam berat ikan bandeng (Chanos chanos) ... 10

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data mentah panjang dan berat total rata-rata ikan bandeng ... 15

2 Rendemen ikan bandeng ... 15

3 Rekapitulasi data profil mineral mikro ikan bandeng (mg/1000g) ... 15

4 Contoh perhitungan analisis kadar mineral mikro ikan bandeng ... 15

5 Rekapitulasi data profil logam berat ikan bandeng (mg/1000 g) bk ... 16

(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan bandeng merupakan salah satu hasil perairan yang prospektif untuk dikembangkan. Ikan ini menjadi komoditi yang disukai masyarakat dunia, khususnya di wilayah Asia Tenggara karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi (Biswas et al. 2011). Catatan Kementerian Kelautan dan Perikanan (2013) produksi ikan bandeng di Indonesia Tahun 2012 adalah 522.100 ton atau sekitar 103,71% dari target 513.400 ton. Pemerintah pada tahun 2013 menargetkan produksi ikan bandeng nasional adalah 604.000 ton. Ikan bandeng merupakan ikan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Daerah Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang merupakan salah satu sentra budidaya ikan bandeng yang cukup besar. Kondisi kawasan pesisir menjadi daerah yang potensial dalam pengembangan budidaya tambak ikan. Pengembangan budidaya tambak tersebut diaharapkan dapat memicu peningkatan produksi perikanan budidaya di Indonesia.

Kandungan gizi yang terdapat pada ikan bandeng salah satunya adalah mineral. Nurjanah et al. (2007) menyatakan bahwa komoditi ikan bandeng mempunyai nilai gizi yang tinggi, terutama kandungan mineralnya. Mineral memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral mikro misalnya besi, seng, tembaga, molibdenum, selenium, mangan, kobalt, iodin yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil (Arifin 2008). Mineral yang terkandung dalam daging ikan meliputi kalsium, fosfor, besi, tembaga, dan selenium, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya usia, jenis kelamin, dan musim (FAO 2010). Faktor lain yang mempangaruhi kandungan mineral dalam ikan adalah pakan. Kandungan mineral pada pakan merupakan unsur pembentuk tambahan dari mineral ikan, sehingga hal tersebut dirasa dapat mencukupi kebutuhan mineral ikan (Dean et al. 2007). Organisme air sebagian besar mengakumulasi mineral melalui proses makan dan proses metabolisme yang dapat menyebabkan akumulasi mineral meningkat di jaringan tubuhnya (Sole et al. 2010). Yuwono et al. (2005) menyatakan bahwa peningkatan konsumsi pakan memberikan pasokan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme yang meningkat pada periode pertumbuhan yang cepat. Pertumbuhan ikan merupakan perubahan ikan, baik berat badan, maupun panjang dalam waktu tertentu. Proses metabolisme sangat mempengaruhi ukuran berat tubuh, yakni proses pertumbuhan ikan tersebut. Pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan mineral dalam ikan, sehingga perbedaan pertumbuhan ikan menentukan mineral ikan tersebut.

(18)

2

Perumusan Masalah

Kondisi lingkungan dan kualitas ikan bandeng di tambak bandeng Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang sejauh ini belum banyak diketahui, sehingga diperlukan informasi nilai gizi ikan bandeng yaitu mineral mikro dan cemaran logam berat. Kandungan gizi ikan bandeng mineral mikro dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya bobot ikan bandeng. Bobot ikan bandeng dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi, sehingga dapat diasumsikan kebutuhan pakan dalam pemenuhan mineral mikro sangat berpengaruh.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan rendemen, kadar mineral mikro (Fe, Zn, Cu, I), serta pengaruh lingkungan terhadap cemaran logam berat (Pb, Cd, Hg) pada perbedaan bobot tubuh ikan bandeng yang terdapat di tambak bandeng Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai kandungan mineral mikro (Fe, Cu, Zn, I) dan cemarannya yang terdapat pada daging ikan bandeng.

Ruang Lingkup Penelitian

(19)

3

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan-IPB, Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Saraswanti Indo Genetech. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, meliputi identifikasi sampel, preparasi daging ikan, perhitungan rendemen, analisis mineral mikro dan logam berat.

Bahan

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan bandeng (Chanos chanos) yang diperoleh dari nelayan budidaya Tangerang dengan ukuran berat yang berebeda. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk analisis logam berat antara lain larutan asam nitrat pekat (HNO3) Merck dan larutan asam perklorat

70% (HClO4) Merck dengan perbandingan (1:2) dan akuades bebas ion. Bahan

yang dibutuhkan untuk analisis mineral mikro antara lain larutan asam nitrat pekat (HNO3) Merck dan akuades bebas ion.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pisau, nampan, timbangan digital METLER PJ360 DeltaRange, penggaris, sudip, pipet, bulb, hotplate SANYO, labu takar, corong, labu destruksi, shaker, saringan kasar, saringan Whatman No.1, tabung reaksi, penangas air, autoclave Merck ALP, High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Alliance dan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) Shimadzu ASC-7000.

Prosedur Penelitian

(20)

4

Keterangan: = Input/output = Proses

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian Pengambilan dan Preparasi Ikan Bandeng

Pengambilan sampel ikan bandeng (Chanos chanos) dilakukan di tambak Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Sebanyak 8 ekor sampel di setiap kelompok ukuran berat ikan bandeng. Sampel bahan baku dengan bobot, yakni ±102 g, ±150 g, dan ±180 g. Bahan baku kemudian dipisahkan sesuai beratnya dalam suatu tempat yang terpisah dan masing-masing dianalisis morfometriknya meliputi panjang total dan panjang baku. Bagian kepala, daging, dan jeroan ikan bandeng dipisahkan untuk kemudian dihitung rendemennya. Daging ikan pada setiap ukuran disatukan, kemudian dihancurkan, dan dihomogenkan. Daging yang telah dihomogenkan dibagi menjadi dua bagian untuk analisis mineral mikro dan analisis cemaran logam berat.

Rendemen (BSN 2000)

Rendemen dihitung sebagai presentase bobot bagian tubuh ikan yang digunakan dari bobot total ikan. Perhitungan rendemen dilakukan untuk mengetahui seberapa besar bahan baku yang dapat dimanfatkan. Bobot bagian tubuh ikan bandeng diperoleh dengan metode by different, yaitu dengan menghitung bobot total ikan bandeng, kemudian menghilangkan bagian tubuh yang ingin diketahui proporsinya, contohnya kepala. Masing-masing bagian

(21)

5

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Pengujian Mineral Fe, Cu, Zn (BSN 1998)

Prinsip penetapan mineral, yaitu sesudah penghilangan bahan-bahan organik dengan pegabuan basah atau kering, residu dilarutkan dalam asam encer. Larutan disebarkan dalam nyala api yang ada di dalam alat spektrofotometer serapan atom (AAS) sehingga absorpsi atau emisi logam dapat dianalisis dan diukur pada panjang gelombang teretentu.

Sampel diuji kandungan mineral diproses pengabuan basah terlebih dahulu. Sampel sebanyak 1-5 g dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 25 mL HNO3 kedalam labu erlenmeyer dan dibiarkan selama 1 jam. Sampel

dipanaskan di atas hotplate selama 5 menit, kemudian didinginkan.

Sampel yang telah didinginkan kemudian diencerkan menjadi 50 mL di dalam labu takar, kemudian dihomogenkan dan disaring dengan kertas Whatman no. 1. Sampel yang telah disaring dianalisis mineralnya menggunakan atomic absorption spectrophotometer (AAS).

Kadar mineral pada sampel dihitung dengan memasukkan nilai absorban sampel ke dalam persamaan garis standar y = ax ± b, maka akan diperoleh nilai x yang merupakan konsentrasi sampel. Kadar mineral dalam sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: FP = faktor pengencer Pengujian Iodium (AOAC 2005)

Prinsip penetapan iodium, yaitu penetapan kuantitatif sejumlah iodin dalam sampel berdasarkan reduksi katalis ion ceri (Ce4+) menjadi ion cero (Ce3+) oleh iodin. Daging ikan bandeng sebanyak 4 g ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala 70 mL akuades. Stirer selama 5 menit sampai semua sampel homogen. Pindahkan secara kuantitatif ke labu takar 100 mL. Sebanyak 1 tetes amil alkohol ditambahkan untuk menghilangkan busa. Akuades ditambahkan sampai tanda tera, kemudian dikocok dan dihomogenkan. Sentrifuge dan diambil supernatannya. Supernatan disaring dengan membran filter dan dimasukkan ke dalam vial. Kemudian disuntikkan ke HPLC.

Analisis Logam Berat Pb, Hg, Cd (AOAC 2002)

Unsur logam berat total dalam suatu sampel didestruksi dengan cara pengabuan basah menggunakan campuran asam pekat HNO3 dan HClO4. Kadar

(22)

6

(a) Tahap destruksi

Sampel ditimbang seberat 11 g, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL dan ditambahkan 5 mL HNO3. Sampel di diamkan selama 4-6 jam

diruang asam. Tabung yang yang berisi larutan tersebut ditambahkan 0,8 mL H2SO4 dan dipanaskan dengan suhu 120 oC. Proses destruksi dilakukan sampai

larutan menjadi kuning tua. (b) Pembacaan absorban contoh

Pembacaan logam berat merkuri dilakukan dengan spektrofotometer serapan atom tanpa nyala pada panjang gelombang 253,7 nm. Kadmium dan timbal ditentuka dengan nyala asetilen pada panjang gelombang 228,8 nm.

(c) Perhitungan kandungan logam berat

Kadar logam berat dalam sampel dihitung dengan memasukkan nilai absorban contoh ke dalam persamaan garis standar.

Y = a + bx

Dimana nilai absorban sebagai Y sedang a dan b dari persamaan garis standar, maka diperoleh harga x yang merupakan konsentrasi contoh.

Hasil perhitungan dinyatakan dengan ppm.

Ikan bandeng yang digunakan memiliki ciri-ciri badan memanjang, padat, kepala tanpa sisik, mulut kecil terletak di depan mata (Saanin 1984). Morfometrik bahan baku merupakan sifat penting untuk mengetahui posisi yang terdapat pada bahan tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh data mengenai panjang, bobot, dan rendemen daging ikan bandeng yang terdiri atas parameter panjang, berat total, dan berat daging. Rata-rata panjang total dan berat daging ikan bandeng dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Berat, panjang dan berat daging ikan bandeng (Chanos chanos) Parameter Kelompok bandeng dengan berat tertentu

A B C

Berat total (g) 102,62±19,95 150,50±8,19 180,37±6,96

Panjang (cm) 22,8±1,53 25,5±0,86 26,6±0,92

Rendemen daging ikan 44,217% 45,43% 49,48%

Koefisien korelasi (r) 0,9597 0,9232 0,9109

(23)

7

Berdasarkan data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kisaran panjang total dan berat total masing-masing ikan bandeng menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan, meskipun masih dalam area tambak yang sama. Perbedaan ini diduga karena pakan yang tersedia, lingkungan, dan pertumbuhannya. Kelompok bandeng C memiliki panjang total dan berat total tertinggi secara berurutan yakni 26,6±0,92 cm dan 180,37±6,96 cm. Kelompok bandeng A memiliki panjang total dan berat total terendah secara berurutan yakni 22,8±1,53 cm dan 102,62±19,95 cm. Menurut Suwarni (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa apabila suatu perairan terdapat perbedaan ukuran dan jenis kelamin kemungkinan disebabkan oleh pola pertumbuhan, lingkungan, ketersediaan makanan, dan perbedaan ukuran pertama kali matang gonad.

Koefisien korelasi (r) hubungan berat total dan berat daging ikan bandeng kelompok A 0,9597 dengan presentase berat daging 44,217%, kelompok B 0,9232 dengan presentase berat daging 45,43%, dan kelompok C 0,9109 dengan presentase berat daging 49,48%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hubungan berat total-berat daging masing-masing kelompok ikan bandeng memiliki korelasi yang sangat kuat, ini berarti apabila berat tubuhnya bertambah maka berpengaruh terhadap pertambahan berat daging yang dihasilkan. Suwarni (2009) menyatakan bahwa apabila nilai koefisien korelasi 0,90-1,00 menunjukkan korelasi yang sangat kuat. Hal lain yang dapat diamati bahwa semakin panjang ikan bandeng tersebut tidak berarti semakin bertambah berat tubuhnya, dikarenakan beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya.

Penentuan berat ikan bandeng dalam penelitian ini berkisar antara 100-180 g Hal ini didasarkan pada standar produksi minimal ikan bandeng ukuran konsumsi secara intensif di tambak sebesar 125 g/ekor (8 ekor/kg) (BSN 2009).

Komposisi Mineral Mikro Ikan Bandeng

Kelompok mineral mikro terdiri atas mineral tembaga (Cu), seng (Zn), besi (Fe), dan iodium (I). Contoh perhitungan kadar mineral mikro (iodium) disajikan pada Lampiran 4. Tabel 2 menyajikan informasi kandungan mineral mikro ikan bandeng pada berbagai ukuran berat.

Tabel 2 Komposisi mineral mikro ikan bandeng pada berbagai ukuran berat Kelompok

bandeng dengan berat tertentu

Mineral Mikro (mg/kg bb)

Tembaga (Cu) Seng (Zn) Besi (Fe) Iodium (I) (µg/100g)

A Tidak terdeteksi 5,20 ± 0,01 9,25± 0,10 76,33± 0,01

B 0,55± 0,01 6,95 ± 0,16 12,14± 0,06 55,18± 0,03

C Tidak terdeteksi 6,08 ± 0,00 7,43± 0,28 45,72± 0,01

Ikan Gurame*) 18,72 22,45 78,26 0,0823

Ket: ikan gurame: 300 g; tidak terdeteksi: <0,50 ppm Sumber: *Santoso (2009)

Mineral Tembaga

(24)

8

Ikan bandeng yang lebih rendah beratnya menandakan umur lebih muda sedang dalam masa pertumbuhan, dimana mineral tembaga diperlukan dalam proses pertumbuhan sel-sel darah merah yang masih muda (Harjono et al.1996). Proses metabolisme berperan dalam pembentukan mineral tubuh. Majewska et al. (2009) menyatakan bahwa suatu spesies yang sudah matang gonad akan mengalami peningkatan kadar mineral dalam tubuhnya.

Kekurangan mineral tembaga pada ikan akan menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi terhambat, pertumbuhannya menjadi lambat dan memiliki tubuh yang kerdil (Santoso 2009). Kekurangan tembaga pada manusia karena makanan jarang terjadi, angka kecukupan gizi (AKG) untuk tembaga di Indonesia belum ditentukan. Amerika Serikat menetapkan jumlah tembaga yang aman untuk dikonsumsi adalah sebanyak 1,5-3,0 mg/hari. Ikan bandeng B belum memenuhi standar asupan tembaga berdasarkan nilai AKG, hanya mencapai 36% dari total asupan mineral tembaga yang ditetapkan, sehingga perlu adanya asupan tambahan dari makanan lain. Tembaga berperan dalam mencegah anemia dengan cara membantu absorbsi besi, merangsang sintesis hemoglobin, melepas simpanan besi dari feritin dalam hati, dan sebagai bagian dari enzim seruloplasmin (Almatsier 2003). pertumbuhan yang ideal dan terjadi proses sintesis protein serta pembelahan sel dimana seng berperan dalam proses tersebut (Harjono et al. 1996). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kadar seng berpengaruh secara nyata terhadap ukuran berat ikan bandeng (P<0,05). Penelitian Dean et al. (2007) menunjukkan bahwa peningkatan kadar mineral seng pada ikan Salmon meningkat, hal ini dikarenakan faktor pertambahan berat tubuh. Kadar seng ikan salmon adalah 4,475 mg/kg berat kering. Peneilitian Santoso (2009) juga menunjukkan hasil kadar seng yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan bandeng. Waktu panen ikan juga mempengaruhi kadar mineral yang dikandung oleh ikan tersebut.

Kekurangan mineral seng pada ikan dapat menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat, mortalitas tinggi, erosi pada kulit dan sirip, kerdil, dan nafsu makan hilang (Wiramiharja et al. 2007). Kekurangan seng pada manusia akan menyebabkan karakteristik tubuh pendek dan keterlambatan pematangan seksual. Nilai angka kecukupan gizi (AKG) yang dibutuhkan adalah sebanyak 12 mg pada usia remaja dan dewasa (Almatsier 2003). Mineral seng ikan bandeng B masih dibawah standar angka kecukupan gizi dan hanya memberikan 58% asupan mineral seng dalam tubuh sehingga perlu adanya asupan tambahan mineral seng dari makanan lain. Seng memegang peranan esensial dalam banyak fungsi tubuh, diantaranya berperan dalam pemeliharaan asam basa, berperan dalam pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat, dan penyembuhan luka.

Mineral Besi

(25)

9

muda) memerlukan mineral besi lebih banyak terkait dengan fungsi besi dalam sistem respirasi untuk transportasi oksigen ke jaringan (hemoglobin) dan mekanisme oksidasi seluler (Harjono et al. 1996) untuk menunjang metabolisme yang tinggi pada fase pertumbuhan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kadar mineral besi berpengaruh terhadap ukuran berat ikan bandeng (P<0,05). Standar kebutuhan mineral ikan air laut yang diteliti oleh Kaushik et al. (1999) dalam Bussel et al. 2014 menunjukkan bahwa kadar mineral besi berada pada standar sebesar 30-100 mg/kg berat tubuh. Ikan yang diperoleh dari laut memiliki mineral yang tinggi, hal ini dikarenakan faktor salinitas air laut. Mineral besi sangat penting bagi kehidupan yakni sebagai proses transfer oksigen, respirasi pernapasan, sintesis DNA, dan daya kekebalan tubuh (Bury et al. 2011).

Nilai angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan sebanyak 13-25 mg pada usia remaja dan dewasa (Almatsier 2003). Peranan besi dalam proses metabolisme tubuh yaitu sebagai kofaktor bagi enzim-enzim yang terlibat didalam reaksi oksidasi reduksi.

Mineral Iodium

Kadar mineral iodium tertinggi terdapat pada ikan bandeng A (±102 g) sebesar 76,33±0,01 µg/g. Kadar iodium ikan bandeng A lebih tinggi, hal ini diduga ikan bandeng A masih dalam proses pertumbuhan. Iodium berperan dalam proses perkembangan, pertumbuhan, dan metabolisme tubuh (Kohlmeier 2003). Hasil analisis statisk menunjukkan bahwa kadar iodium berpengaruh secara nyata terhadap ukuran berat tubuh ikan bandeng (P<0,05). Kadar iodium ikan air tawar sangat rendah dibandingkan dengan kadar iodium ikan air laut. Ikan air laut memiliki kadar iodium lima sampai sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar. Sumber iodium yang paling baik dihasilkan pada ikan air laut (Karen et al. 1997).

Kekurangan iodium pada ikan dapat menyebabkan pertumbuhan lambat dan moralitas tinggi, serta pertumbuhan kerdil pada ikan sidat (Wiramiharja et al. 2007). Angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan untuk iodium 150 µg/g (Almatsier 2003). Mineral iodium ikan bandeng B masih berada dibawah batas standar angka kecukupan gizi, dan hanya memberikan 36% asupan mineral iodium tubuh, sehingga perlu asupan tambahan mineral iodium kembali, salah satunya dengan makanan yang diberikan pada garam beriodium.

Cemaran Logam Berat Pada Ikan Bandeng

(26)

10

Tabel 3 Komposisi logam berat ikan bandeng (Chanos chanos) Kelompok

Berdasarkan Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa cemaran logam berat ikan bandeng tertinggi terdapat pada logam merkuri, yaitu sebesar 0,15±0,014 mg/kg dalam berat kering dan kandungan logam berat terendah terdapat pada logam kadmium (Cd) sebesar 0,03±0,001 mg/kg dalam berat kering. Hasil analisis logam berat pada ikan bandeng yang diambil dari daerah Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang dapat diketahui bahwa adanya logam berat Pb, Hg, dan Cd tidak melebihi standar yang telah ditetapkan oleh BPOM RI Nomor HK.00.06.1.52.4011 sehingga tidak berbahaya ketika dikonsumsi manusia.

Ikan mudah terakumulasi logam berat, baik dalam batas yang telah ditentukan atau bahkan dalam jumlah yang melebihi batas maksimal. Faktor fisika dan kimia yang mempengaruhinya yaitu pH, suhu, salinitas, oksigen terlarut (DO), dan laju aliran air (Mansouri et al. 2011). Akumulasi logam berat pada ikan terjadi secara langsung dari air menuju insang dan secara tidak langsung dari makanan. Hal ini mungkin disebabkan oleh aktivitas metabolisme, kebiasaan makan, kebutuhan ekologi, pola hidup seperti halnya perbedaan kandungan unsur kimia logam berat yang terakumulasi (Venkatarmana et al. 2012). Mineral secara keseluruhan penting bagi proses metabolisme ikan, akan tetapi menjadi berbahaya atau bersifat racun jika melebihi ambang batas yang telah ditentukan (Dean et al. 2007).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

(27)

11

Ikan bandeng yang di budidaya di tambak bandeng Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang aman untuk dikonsumsi karena memiliki kandungan logam berat di bawah standar BPOM RI.

Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan berupa pengujian kelarutan mineral pada perbedaan kolam tambak dan kandungan vitamin larut lemak (vitamin D, E, dan K).

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi (ID). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

[AOAC] Association of Officaial Analytical Chemyst. 2002. Official Method of Analysis of The Association of Official Analitycal of Chemist. Washington DC (US): The Association of Official Analytical Chemist, Inc.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington (US): The Association of Official Analytical Chemist, Inc.

Arifin, Z. 2008. Beberapa unsur mineral esensial mikro dalam sistem biologi dan metode analisisnya. Jurnal Litbang Pertanian 27 (3).

Biswas G, Sundaray J.K, Thirunavukkarasu A.R, Kailasam M. 2011. Length-weight relationship and variation in condition of Chanos chanos (Forsskal, 1775) from tide-fed brackishwater ponds of the Sunderbands – India. Indian Journal of Geo-Marine Science 40(3): 386-390.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009. Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Jakarta (ID): 22-23.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1998. Cara Uji Cemaran Logam dalam Makanan: SNI 01-2896-1998. Jakarta (ID): Dewan Standarisasi Nasional. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2000. Petunjuk Perhitungan Rendemen

Ikan: SNI 19-1705-2000. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan: SNI 7387-2009. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. Produksi Bandeng Ukuran Konsusmi Secara Intensif di Tambak: SNI 7309-2009. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.

(28)

12

Bussel C.G, Schroeder J. P, Mahlmann L, Schulz C. 2014. Aquatic accumulation of dietary metals (Fe, Zn, Cu, Co, Mn) in recirculating aquaculture systems (RAS) changes body composition but not performance and health of juvenile turbot (Psetta maxima).Aquaculture Engineering (61): 35-42. Dean R. J, Shimmield T. M, Black K. D. 2007. Copper, zinc and cadmium in

marine cage fish farm sediments: An extensive survey. Enviromental Pollution 145: 84-95.

Harjono R. M, Oswari J, Ronardy D. H, Santoso K, Setio M, Soenarno, Widianto G, Wijaya C, Winata I. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Karen M, Maage A. 1997. Iodine content in fish and other food products from East Africa analyzed by ICP-MS. Journal of Food Composition and Analyisis 10 (3): 270-282.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. KKP Targetkan Produksi Bandeng 600 Ribu Ton. www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/ 8780/Direktorat-Jendral-Perikanan-Budidaya-Tangerang-Panen-bandeng-di-Tambak-Demfarm/. [11 Juni 2014].

Kohlmeier M. 2003. Iodine. Food Science and Technology: 712-718.

Majewska D, Jakubowska M, Ligoci M, Tarasewicz Z, Szcerbin D, Karamucki T, Sales J. 2009. Physicochemical characteristics, proximate analysis and mineral composition of ostrich meat as influenced by muscle. Food Chemistry (117): 207-211.

Mansouri B, Baramaki R, Ebrahimpour M. 2011. Acute toxicity bioassay of mercury and silver on Capoeta fusca (black fish). Toxicology and Industrial Health. 28(5): 393-398.

Nurjanah, Nurhayati T, Zulaikha F. 2007. Karakteristik mutu ikan bandeng (Chanos chanos) di tambak Sambiroto kabupaten Pati Jawa Tengah. [Prosiding]. Disampaikan di Seminar Internasional Perikanan 2007.

Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta (ID): Bina Cipta. Santoso W. 2009.Komposisi mineral makro dan mikro daging ikan gurami

(Osphronemus gouramy) pada berbagai waktu pemeliharaan. [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Tekonologi Hasil Perairan, Institut Pertanian Bogor. Sole M, Anto M, Baena M, Carrason M, Joan E, Cartes, Maynou F. 2010. Hepatic

biomarkers of xenobiotic metabolism in eighteen marine fish from NW Mediterranean shelf and slope waters in relation to some of their biological and ecological variables. Marine Enviromental Research (70): 181-188. Suwarni. 2009. Hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi ikan butana

Acanthurus mata (Cuvier 1829) yang tertangkap di sekitar perairan pantai Desa Mattiro Deceng, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan 19 (3): 160-165.

(29)

13

Wiramiharja Y, Hernawati R, Harahap I. M, Yukiyasu N. 2007. Nutrisi dan Bahan Pakan Ikan Budidaya. Jambi (ID): Balai Budidaya Ikan Air Tawar. Yuwono E, Sukardi P, Sulistyo I. 2005. Konsumsi dan efisiensi pakan pad a ikan

(30)

14

(31)

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data mentah panjang dan berat total rata-rata ikan bandeng

Jenis ikan Berat total rata-rata (g) Panjang total rata-rata (cm)

A 102 22,8

Lampiran 3 Rekapitulasi data profil mineral mikro ikan bandeng (mg/1000g) Mineral

Lampiran 4 Contoh perhitungan analisis kadar mineral mikro ikan bandeng Contoh kadar besi (Fe) ikan bandeng jenis A (102 g)

Konsentrasi logam besi ikan bandeng jenis A = 0,4094 Berat sampel (ikan bandeng jenis A) = 2,1954 g

Volume pelarut = 50 mL

=

x 50

(32)

16

Lampiran 5 Rekapitulasi data profil logam berat ikan bandeng (mg/1000 g) bk Mineral

(33)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya, pada tanggal 16 Januari 1990. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayah bernama Mariyanto dan Ibu bernama Alfiyah. Pendidikzan formal yang ditempuh penulis dimulai dari SLTPN 02 Cikarang Utara dan lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan formal di SMAN 1 Cikarang Pusat dan lulus pada tahun 2008.

Gambar

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian
Tabel 1 Berat, panjang dan berat daging ikan bandeng (Chanos chanos)
Tabel 2 Komposisi mineral mikro ikan bandeng pada berbagai ukuran berat

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa peninggalan sejarah yang masih dapat dilihat di Mesjid ini ialah Al-Quran Tua dengan tulisan tangan, Buku Me’raji tulisan tangan dalam bahasa Gorontalo

community participation culture in the management of renewable energy towards energy independence reinforcing state defense through the implementation of the basic

Menurut Gubernur BoE, Mark Carney, BoE tetap harus menaikkan tingkat suku bunga tanpa harus dibatasi dengan kondisi Brexit, dan kondisi Brexit bukan berarti BoE harus

Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai intensif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan atau

Hal ini dapat dilihat dari kategori attractive yaitu materi yang disampaikan oleh Tentor LBB Smart Ganesha tuntas pada setiap pertemuan serta LBB smart ganesha

Adanya nilai kemiripan yang rendah pada galur-galur tersebut menunjukkan bahwa terdapat keragaman karakter yang membedakan antar tanaman dalam galur yang sama Tresniawati dan

Dari kedua proses migrasi tersebut didapatkan basil bahwa migras1 sebclwu stack mcmpw1yai kandungan spektnun speldrum 811lplitudo yang lebih buik yaitu sobcsar 25,24 742

1. Memuat pernyataan Visi dan Misi Bupati terpilih. Membantu proses kesepakatan semua pemangku kepentingan didaerah dalam rangka mewujudkan visi dan misi dalam hal.. 9