• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nematoda Parasit Padi Sawah Di Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nematoda Parasit Padi Sawah Di Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

NEMATODA PARASIT PADI SAWAH DI KECAMATAN

TERISI KABUPATEN INDRAMAYU

FIKA NUR INDAH SARI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Nematoda Parasit Padi Sawah Di Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Fika Nur Indah Sari

(4)
(5)

ABSTRAK

FIKA NUR INDAH SARI. Nematoda Parasit Padi Sawah Di Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu. Dibimbing oleh SUPRAMANA.

Padi merupakan tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Usaha untuk meningkatkan produktivitas padi banyak mengalami kendala, salah satunya karena tanaman terserang nematoda. Nematoda merupakan parasit penting pada tanaman padi, karena dapat menyerang pada semua bagian tanaman: akar, batang, daun dan malai. Gejala yang dapat ditimbulkan oleh nematoda antara lain kekerdilan tanaman, klorosis daun, puru akar dan busuk akar. Penelitian ini bertujuan mengetahui keberadaan dan jenis nematoda yang berperan sebagai parasit penting pada padi sawah di tiga desa, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Sampel akar padi diambil dari lahan persawahan, berasal dari tanaman pada bagian lahan yang sakit, antara sakit-sehat, dan lahan yang sehat. Ekstraksi nematoda, penghitungan jumlah nematoda, dan identifikasi nematoda dilakukan di Laborarium Nematologi. Ekstraksi nematoda dilakukan dengan pengabutan / mist chamber. Identifikasi nematoda dilakukan dengan pengamatan ciri-ciri morfologi. Nematoda parasit padi sawah yang ditemukan adalah Hirschmaniella, Pratylenchus, Helicotylenchus dan

Meloidogyne.

Kata kunci: Hirschmaniella, Meloidogyne , nematoda akar

ABSTRACT

Nematode infection causes various symptoms, such as plant stunting, leaf chloroses, root knot, and root rot. Research aimed to detect and identify parasitic nematode of paddy was conducted at paddy field selected from three villages of Terisi sub district, Indramayu District, West Java. Root samples were picked from plants taken from healthy-, area between healthy and infected-, and infected part of the plantation. The root samples were incubated in a mist chamber for nematode extraction. Part of the sample was stained for nematode detection. Identification of nematodes was based on the morphological characters. The parasitic nematodes of paddy found were Hirschmaniella, Pratylenchus,

Helicotylenchus and Meloidogyne.

(6)
(7)

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(8)
(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

NEMATODA PARASIT PADI SAWAH DI KECAMATAN

TERISI KABUPATEN INDRAMAYU

FIKA NUR INDAH SARI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)
(11)

Judul Skripsi : Nematoda Parasit Padi Sawah Di Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu

Nama Mahasiswa : Fika Nur Indah Sari

NIM : A34090071

Disetujui oleh

Dr. Ir. Supramana, MSi. Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi. Ketua Departemen Proteksi Tanaman

(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Nematoda Parasit Padi Sawah di Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu”. Penelitian dilakukan di Kabupaten Indramayu dan di Laboratorium Nematologi, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor dari bulan Juli sampai September 2013.

Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan Dr. Ir. Supramana, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan pengarahan dan penjelasan dalam penyelesaian tugas akhir ini. Dr. Ir. Purnama Hidayat, MSc. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Suroto (alm), Ibunda Rustini, dan Bapak Suradal. Keluarga tercinta yang selalu menjadi sandaran baik suka maupun duka, yang telah memberikan segenap kasih sayang, do‟a, motivasi, dan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di IPB. Wahyudin yang telah memberikan dukungan penuh cinta dan kasih sayang, Riska dan Firman yang telah membantu pengambilan sampel, teman-teman HPT 46 khususnya Meyta, Winda, Cici, Ari, Rima dan Elischa, teman-teman kost padasuka (Emil, Ikasari dan Amanda), teman-teman IKADA 46, serta laboran Lab Nematologi Bapak Gatut Heru Bromo. Kepada pihak yang terlibat atas kebersamaan, nasihat, serta dukungan yang tidak akan penulis lupakan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Penulis berharap hasil penulisan tugas akhir ini dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan di bidang proteksi tanaman.

Bogor, Juli 2014

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Manfaat 1

BAHAN DAN METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Keadaan Umum Kabupaten Indramayu 5

Keadaan Pertanaman Padi di Lokasi Pengamatan 5

Jumlah dan Jenis Nematoda pada Metode Mist Chamber 5 Jumlah dan Jenis Nematoda pada Metode Pewarnaan 11

PENUTUP 15

Kesimpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 17

(16)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah rata-rata jenis nematoda parasit padi dengan metode Mist

Chamber di lahan sawah Desa Lungsalam, Kecamatan Terisi,

Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013 6

2 Jumlah rata-rata jenis nematoda parasit padi dengan metode Mist

Chamber di lahan sawah Desa Rajasinga, Kecamatan Terisi, Kabupaten

Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013 6

3 Jumlah rata-rata jenis nematoda parasit padi dengan metode Mist

Chamber di lahan sawah Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi,

Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013 7

4 Jumlah dalam 1 g contoh akar dan jenis nematoda parasit padi dengan metode pewarnaan di lahan sawah Desa Lungsalam, Kecamatan Terisi,

Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013 12

5 Jumlah dalam 1 g contoh akar dan jenis nematoda parasit padi dengan metode pewarnaan di lahan sawah Desa Rajasinga, Kecamatan Terisi,

Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013 12

6 Jumlah dalam 1 g contoh akar dan jenis nematoda parasit padi dengan metode pewarnaan di lahan sawah Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi,

Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013 12

DAFTAR GAMBAR

1 Pola pengambilan akar pada lahan sawah yang didalamnya terdapat tiga

pusaran (A,B,C) dan tanaman sampel (X). 3

2 (A) Tempat pengabutan (mist chamber) (B) Saringan nematoda 400

mesh. 3

3 Jumlah seluruh nematoda parasit padi sawah dengan metode mist chamber di Kec. Terisi Kab. Indramayu Jawa Barat 2013. 7

4 Hirschmanniella yang ditemukan pada sampel akar tanaman padi

dengan metode mist chamber (Perbesaran 100x) 8

5 Pratylenchus yang ditemukan pada sampel akar tanaman padi dengan

metode mist chamber (Perbesaran 100x) 10

6 Helicotylenchus yang ditemukan pada sampel akar tanaman padi

dengan metode mist chamber (Perbesaran 200x) 11 7 Jumlah seluruh nematoda parasit padi sawah dengan metode pewarnaan

di Kec. Terisi Kab. Indramayu Jawa Barat 2013. 13

8 Meloidogyne betina yang terwarnai dalam jaringan akar tanaman padi

(Perbesaran 200x) 13

9 Puru akar yang terlihat pada akar di atas permukaan tanah Sampel akar

di Desa Rajasinga, Kec. Terisi 14

10Nematoda Hirschmanniella yang terwarnai di dalam jaringan akar

(perbesaran 100x) 14

DAFTAR LAMPIRAN

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman utama pada lahan sawah di Indonesia. Tanaman padi menghasilkan beras yang menjadi bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia (Ismunadji dan Manurung 1988).

Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, hal ini dapat ditunjukan dengan luas lahan persawahan di Indonesia saat ini mencakup 13.7 juta hektar luas panen dengan produksi gabah kering giling 70 juta ton/tahun. Usaha budidaya padi dilakukan hampir di seluruh wilayah Indonesia dan sebagian besar produksi padi berasal dari pulau Jawa (BPS 2013).

Kabupaten Indramayu merupakan salah satu daerah lumbung padi di Jawa Barat. Pada periode pemerintah orde baru, Indramayu menjadi salah satu prioritas pembangunan pertanian seiring dengan bergulirnya kebijakan swasembada beras. Dalam mencapai keberhasilan produksi padi, pemerintah mencanangkan program intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian dengan melakukan penggunaan varietas unggul, pemupukan yang tepat, bercocok tanam yang baik, perbaikan saluran irigasi, dan pengelolaan hama dan penyakit tanaman. Program ini berhasil diterapkan dan mencapai swasembada beras pada tahun 1984 (Dinas Pertanian Indramayu 2010).

Daerah Pantura dengan areal pertanaman padi yang sangat luas, memberikan kondisi yang sangat menguntungkan bagi perkembangan maupun penyebaran hama dan penyakit pada tanaman padi. Banyak organisme pengganggu tanaman yang menyerang tanaman padi, salah satu diantaranya adalah nematoda parasit tumbuhan (Dinas Pertanian Indramayu 2010).

Menurut Willya (2003), nematoda Hirschmanniella, Pratylenchus,

Helicotylenchus, dan Meloidogyne telah diketahui keberadaannya di Kabupaten

Karawang. Namun demikian, keberadaan nematoda tersebut belum dilaporkan menyebabkan kerugian hasil secara ekonomi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang nematoda tersebut untuk mewaspadai timbulnya kerugian dan epidemi penyakit di masa mendatang.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengetahui keberadaan jenis nematoda parasit tanaman padi sawah di tiga desa, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Manfaat

(18)

2

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Survei dan pengambilan sampel dilaksanakan di tiga desa, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan di Laboratorium Nematologi, Departemen Proteksi Tanaman (PTN), Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Juli 2013 sampai bulan September 2013.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu akar padi verietas IR64, aquades, larutan laktofenol, larutan natrium hipoklorit, larutan asam fuchsin, larutan FAA (10 ml formaldehid 37 %, 1 ml asam asetat glasial dan 100 ml air destilata), asam asetat glacial, gliserin, HCl, dan kutek bening.

Alat

Alat yang digunakan ruang pengabutan (mist chamber), gelas plastik dan saringan kasar, botol film, timbangan, saringan 400 mesh, ember, plastik, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, cawan, pipet, kaca preparat, jarum, gunting, pemanas, nampan, buku catatan, label, kamera, dan pulpen.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini meliputi enam kegiatan, yaitu 1) pengambilan sampel akar, 2) ekstraksi nematoda dari sample akar, 3) pewarnaan nematoda di dalam jaringan akar, 4) penghitungan nematoda, 5) pembuatan preparat nematoda semi permanen, dan 6) identifikasi nematoda.

Metode Penelitian

Pengambilan Sampel Akar

Pengambilan sampel dilaksanakan pada tiga lokasi, yaitu Desa Rajasinga, Lungsalam, dan Plosokerep. Pada masing-masing desa dipilih tiga lahan yang jaraknya tidak berdekatan, dimana dari setiap lahan yang dipilih diambil tiga pusaran (A,B,C) dan di setiap pusaran diambil tiga sampel tanaman secara acak (tanaman sakit, antara sehat - sakit, dan tanaman sehat) Gambar 1. Sampel tanaman keseluruhan ada 81 tanaman yang kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik yang terpisah dan diberi label.

(19)

3

Gambar 1 Pola pengambilan akar pada lahan sawah yang didalamnya terdapat tiga pusaran (A,B,C) dan tanaman sampel (X).

Sampel akar diambil dengan cara mencabut tanaman dari lahan sampai ke ujung akar. Dengan kondisi perairan di lahan sawah tergenang, maka sampel yang diambil hanya akar saja dengan kriteria tanaman kerdil dan akar jika dilihat ada yang berbentuk seperti stik golf. Sampel akar yang diperoleh langsung dipisahkan dari tanah dan dicuci, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dan sampel akar disimpan di tempat sejuk.

Ekstrasi Nematoda dari Sampel Akar

Nematoda diekstrasi dari sampel akar dengan menggunakan metode mist

chamber Gambar 2. Akar yang sudah dipotong-potong sebanyak 3 g disimpan di

atas saringan kasar lalu diletakkan di atas corong dan pada bagian bawahnya terdapat gelas plastik, kemudian disimpan di ruang pengabutan selama 7 hari.

Gambar 2 (A) Tempat pengabutan (mist chamber) (B) Saringan nematoda 400 mesh.

Setelah itu, air beserta nematoda dalam gelas plastik disaring dengan menggunakan saringan 400 mesh dengan posisi saringan miring 300. Nematoda yang tertahan dalam saringan dipindahkan dan disimpan dalam botol film yang sudah diberi larutan FAA (Formaldehida, Asam asetat glasial dan Aquadest) dengan perbandingan volume 1:1. Larutan FAA ini dibuat dengan mencampurkan 10 ml formaldehid 37 %, dengan 1 ml asam asetat glasial dan 100 ml air destilata.

(20)

4

Nematoda dapat segera dihitung dan diidentifikasi untuk pengamatan selanjutnya (Luc et al. 1990).

Pewarnaan Nematoda di Dalam Jaringan Akar

Akar tanaman direndam ke dalam natrium hipoklorit selama 4 menit, selanjutnya akar dibilas dengan air mengalir. Kemudian akar dipotong-potong 1 cm, lalu akar dikering-anginkan dan ditimbang seberat 1 g. Setelah itu ditambahkan larutan Fuchsin sampai akar terbenam dan dipanaskan sekitar 30 detik. Larutan fuchsin dibuang dan dibilas dengan air kemudian diberi larutan Glyserin hingga akar terendam dan ditambah 2 tetes HCl. Akar kemudian dipanaskan hingga akar menjadi bening dan nematoda di dalam akar akan berwarna merah muda (Hussey 1985).

Penghitungan Nematoda

Jumlah nematoda dihitung dengan mengamati di bawah mikroskop stereo dengan (perbesaran 40x). Untuk metode mist chamber, penghitungan menggunakan metode sampling dengan mengukur 10 ml dalam botol film, kemudian jumlah sampel tiap penghitungan sebanyak 1 ml dan diulang sebanyak tiga kali ulangan. Untuk metode pewarnaan, data yang didapat merupakan hasil penghitungan dari jumlah nematoda parasit per 1 g akar tanaman padi.

Pembuatan Preparat Nematoda Semi Permanen

Nematoda dari ekstraksi akar, dikait dan diletakkan di atas gelas objek yang sudah ditetesi laktofenol. Kemudian ditutup dengan gelas penutup lalu diberi kutek di sekeliling gelas penutup. Hal ini untuk menghindari penguapan laktofenol dan pergeseran nematoda. Preparat kemudian diberi label dan diidentifikasi secara langsung, kemudian difoto untuk mempermudah identifikasi. Identifikasi nematoda

Identifikasi dilakukan dengan mengamati ciri-ciri atau karakter morfologi nematoda secara langsung pada mikroskop atau melalui foto. Identifikasi berdasarkan pada buku Plant Parasitic Nematodes: A Pictorial Key to Genera

(21)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Kabupaten Indramayu

Secara geografi Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107°52 sampai 108°36 BT dan 6°15 sampai 6°40 LS dengan batas wilayah sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Subang, sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Cirebon, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa dan Kabupaten Cirebon. Berdasarkan topografinya ketinggian wilayah Indramayu pada umumnya berkisar antara 0 sampai 18 meter di atas permukaan laut. Wilayah dataran rendahnya berkisar antara 0 sampai 6 meter di atas permukaan laut itu berupa rawa, tambak, sawah, dan pekarangan. Kabupaten Indramayu sebagian besar permukaan tanahnya berupa dataran. Keadaan ini berpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan tinggi maka daerah-daerah tertentu akan terjadi genangan air dan bila musim kemarau akan mengakibatkan kekeringan. Secara hidrologi sumber air yang terdapat di Kabupaten Indramayu meliputi air permukaan dan air tanah. Air permukaan berupa sungai dan air genangan yang merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS), sedangkan air tanah tertekan yang dieksploitasi melalui sumur-sumur pompa (Dinas Kabupaten Indramayu 2010).

Keadaan Pertanaman Padi di Lokasi Pengamatan

Sampel padi diambil pada lahan persawahan di Desa Lungsalam, Rajasinga, dan Plosokerep. Keadaan pertanaman padi di masing-masing desa sistemnya monokultur dengan varietas padi yang ditanam IR64. Kondisi lahan di masing-masing desa pada saat pengambilan sampel lahan sawah tergenang air dengan ketinggian air sekitar ±10-15 cm setiap lahannya. Sistem pengairan menggunakan irigasi berasal dari air hujan atau lahan sawah tadah hujan. Pengambilan contoh tanaman dilakukan pada saat padi berumur 40 hari, dimana umur padi tersebut telah mencapai umur anakan maksimum.

Jumlah dan Jenis Nematoda pada Metode Mist Chamber

Nematoda padi sawah yang ditemukan dengan metode mist chamber yaitu

Hirschmanniella, Pratylenchus, dan Helicotylenchus. Dari ketiga jenis ini terlihat

yang mendominasi yaitu jenis Hirschmanniella pada tanaman sakit. Hal ini menunjukan bahwa pada tanaman sakit dengan gejala kerdil, dan keadaan tanaman kurang sehat terdapat nematoda di jaringan akarnya.

Rata-rata jumlah nematoda paling tinggi yang ditemukan di tanaman sakit pada lahan sawah di Desa Lungasalam dengan metode mist chamber adalah jenis

Hirschmanniella. Rata-rata jumlah nematoda di Desa Lungsalam ini tidak berbeda

(22)

6

pabrik pembuatan batu bata, yang pembakarannya memanfaatkan jerami dan proses pembakarannya langsung di lakukan di lahan setelah panen. Sisa jerami dan tunggul padi yang habis terbakar, mengakibatkan tidak adanya tunggul padi di lahan tersebut. Hal ini dimungkinkan menjadi penyebab nematoda kehilangan inang, sehingga gejala serangan nematoda tidak terlalu terlihat. Dengan adanya pembakaran ini dapat membantu menurunkan populasi nematoda tersebut. Oleh sebab itu, data yang diperoleh di Desa Lungsalam ini lebih sedikit dibandingkan dengan lahan di kedua desa lainnya.

Tabel 1 Jumlah rata-rata jenis nematoda parasit padi dengan metode Mist

Chamber di lahan sawah Desa Lungsalam, Kecamatan Terisi,

Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013

Rata-rata jumlah nematoda paling tinggi yang ditemukan di tanaman sakit pada lahan sawah di Desa Rajasinga dengan metode mist chamber adalah jenis

Hirschmanniella (Tabel 2). Jumlah rata-rata di Desa Rajasinga ini lebih tinggi

rata-ratanya dibandingkan dengan Desa Lungsalam. Tanaman padi di Desa Rajasinga terlihat kerdil dengan sedikit anakan. Pengairan di desa ini menggunakan air tadah hujan. Persawahan di desa ini pada saat masa bera, jerami dan tunggul tanaman padi dibiarkan begitu saja. Akar yang terlihat pada sampel di desa ini terlihat berwarna coklat seperti membusuk dan terdapat puru akar. Hal ini dikarenakan pada masa bera tunggul padi dibiarkan begitu saja, sehingga nematoda khususnya jenis Hirschmanniella tetap dapat berlangsung hidup. Tanaman gulma yang terlihat di sekitar pertanaman padi di lahan ini terlihat banyak. Meskipun masa tanam dan masa panen serempak, namun lahan di desa ini setelah panen dibiarkan begitu saja, sehingga dapat menimbulkan populasi nematoda yang terus berkembang dengan adanya tunggul padi dan gulma yang di biarkan hidup tanpa diperhatikan lebih oleh petani setelah panen. Hal tersebut menyebabkan nematoda terbiasa untuk berpindah tempat dari tanaman satu ke tanaman yang lainnya untuk melangsungkan hidup.

Tabel 2 Jumlah rata-rata jenis nematoda parasit padi dengan metode Mist

Chamber di lahan sawah Desa Rajasinga, Kecamatan Terisi, Kabupaten

Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013

Jenis Nematoda Jumlah Nematoda/ 3 g akar Sakit Sehat-Sakit Sehat

Hirschmanniella 38 28 20

Pratylenchus 21 18 13

Helicotylenchus 19 15 10

Jenis Nematoda Jumlah Nematoda/ 3 g akar Sakit Sehat-Sakit Sehat

Hirschmanniella 55 25 19

Pratylenchus 23 18 14

(23)

7 Nematoda padi sawah yang ditemukan dengan metode mist chamber paling banyak ditemukan di Desa Plosokerep. Nematoda yang paling banyak pada tanaman sakit adalah jenis Hirschmanniella dengan rata-rata lebih dari 100 ekor (Tabel 3). Hal ini disebabkan oleh masa tanam dan masa panen yang kurang serempak. Pertanaman di desa ini diairi oleh irigasi tadah hujan. Tanaman di desa ini terlihat kurang subur dan banyak ditemukan tanaman yang anakannya sedikit. Akar tanaman yang diambil untuk sampel terlihat membusuk berwarna coklat tua kehitaman. Pertanaman di desa ini menggunakan sistem monokultur dengan 2 kali tanam dalam setahun. lahan pertanaman di desa ini setelah panen dibiarkan begitu saja dan menunggu lahan tergenang air untuk diolah kembali. Dengan keadaan lahan banyak ditumbuhi gulma, keadaan ini dapat menyebabkan siklus nematoda dan populasi terus menerus berkembang, walaupun di desa ini belum menimbulkan kerugian ekonomi.

Tabel 3 Jumlah rata-rata jenis nematoda parasit padi dengan metode Mist

Chamber di lahan sawah Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi,

Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013

Perbedaan hasil gabungan ekstraksi menggunakan metode mist chamber

dalam satu kecamatan dari tiga desa dilihat dengan keadaan tanaman sakit, antara sehat-sakit, dan tanaman sehat dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Jumlah seluruh nematoda parasit padi sawah dengan metode mist

chamber di Kec. Terisi Kab. Indramayu Jawa Barat 2013.

0 Jenis Nematoda Jumlah Nematoda/ 3 g akar

Sakit Sehat-Sakit Sehat

Hirschmanniella 110 55 27

Pratylenchus 40 32 20

(24)

8

Jumlah rata-rata nematoda tertinggi pada ketiga desa di Kecamatan Terisi pada metode mist chamber ditemukan pada kondisi tanaman sakit. Sementara itu, jumlah rata-rata nematoda terendah ditemukan pada kondisi tanaman yang sehat. Di tiga desa Kecamatan Terisi lebih didominasi oleh nematoda jenis

Hirschmanniella dan Pratylenchus. Jenis ini banyak terdapat pada tanaman sakit

di Desa Plosokerep, karena Hirschmanniella dan Pratylenchus merupakan nematoda endoparasit migratori di dalam jaringan akar tanaman padi. Jumlah rata-rata nematoda terendah yang ditemukan di Desa Lungsalam adalah jenis

Helicotylenchus. Nematoda ini bersifat ektoparasit dan kosmopolit, sehingga

kemungkinan hanya terbawa pada saat pencucian akar.

Jenis nematoda akar yang teridentifikasi dengan metode mist chamber

keseluruhan ketiga desa sama yaitu Hirschmanniella, Pratylenchus, dan

Helicotylenchus. Ketiga nematoda ini berperan sebagai nematoda parasit akar

tanaman padi. Dari masing-masing jenis nematoda mempunyai ciri-ciri yang berbeda.

Ciri-ciri fisik Hirschmanniella adalah ukuran tubuh relatif panjang dan langsing. Daerah bibir mendatar dengan bagian tepi membulat. Kerangka kepala berkembang dengan baik dan kuat, stilet tumbuh dengan kuat dengan basal knob berbentuk bulat. Kelenjar esofagus dorsal memanjang tumpang tindih dengan usus bagian ventral. Nematoda ini memiliki tipe ovarididelphic artinya mempunyai 2 ovarium dimana pada betina gonad interior dan posterior bertemu di vulva pada pertengahan panjang tubuh. Ujung ekor panjang, berbentuk kerucut, dan di bagian ujung terdapat suatu tonjolan yang disebut mukro (Gambar 4).

Gambar 4 Hirschmanniella yang ditemukan pada sampel akar tanaman padi dengan metode mist chamber (Perbesaran 100x)

Menurut Sitompul (2003), pemencaran Hirschmanniella cukup merata di lahan persawahan jalur pantura pada pertanaman padi maupun gulma padi sawah. Keberadaan nematoda Hirschmanniella pada lahan pengambilan sampel dapat dilihat dari gejala akar tanaman padi. Hirschmanniella dapat berkembang banyak

Kepala Mukro

(25)

9 pada lahan persawahan di jalur Pantura. Hal ini dikarenakan di jalur Pantura penanaman padi dilakukan dua kali dalam setahun, sehingga tidak ada pergiliran tanaman padi dengan tanaman lain dan mengakibatkan ketersediaan makanan bagi nematoda ini tidak terputus.

Nematoda Hirschmanniella ini berpotensi menurunkan produksi padi saat panen meskipun petani tidak menyadarinya. Nematoda Hirschmanniella telah diketahui menginfeksi tanaman padi dan telah berkembang pada gulma di daerah Karawang. Menurut Abd-Elbary (2012), Hirschmanniella di Mesir telah berkembang dan berasosiasi dengan tanaman gulma tahunan padi sawah, sehingga harus cepat dilakukan tindakan pengendalian pada gulma tersebut.

Nematoda Hirschmanniella meletakan telurnya didalam jaringan akar dan menetas setelah 4-6 hari. Lama daur hidupnya sekitar satu bulan dengan tingkat perkembangan populasi 13 kali setiap generasi. Kemudian populasi maksimum terjadi saat antara munculnya anakan dan munculnya malai tanaman padi (Ou 1985).

Pada masa bera, nematoda akan bertahan hidup pada tunggul padi yang dibiarkan begitu saja oleh petani. Nematoda ini dapat bertahan dalam kondisi air tanah yang tersalin, karena nematoda akan terlindung di dalam jaringan tanaman. Selain itu, gulma padi sawah dapat menjadi inang alternatif bagi nematoda tersebut. Nematoda Hirschmanniella hidupnya akan lebih pendek bila keadaan sistem perakaran padi di dalam tanah yang tergenang, karena akar tanaman padi akan lebih cepat membusuk (Usmira 2003).

Menurut Luc et.al (1990), lahan yang ditanam padi sekali dalam setahun akan menurunkan populasi Hirschmanniella. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh Hirschmanniella, dampaknya lebih besar pada keadaan tanah yang tidak subur. Kehilangan hasil ini dipengaruhi oleh umur tanaman padi pada saat terinfeksi. Menurut Indrayadi (1995), kehilangan hasil disebabkan serangan nematoda pada tanaman inang tergantung pada tingkat ketahanan varietas, jenis nematoda yang menginfeksi, hubungan dengan mikroba tanah, dan lingkungan yang mendukung.

Nematoda lain yang ditemukan pada akar dengan metode mist chamber

adalah Pratylenchus. Ciri-ciri Pratylenchus pada bagian kepala mendatar dengan kerangka kepala yang kuat. Selain itu nematoda ini memiliki stilet yang pendek dan kekar dengan basal knob yang jelas. Kelenjar esofagus tumpang tindih dengan usus pada bagian ventral, memiliki anulasi yang halus dan bersifat monodelpik. Bentuk ujung ekor membulat atau meruncing (Gambar 5).

(26)

10

Gambar 5 Pratylenchus yang ditemukan pada sampel akar tanaman padi dengan metode mist chamber (Perbesaran 100x)

Menurut Siddiq (2000), nematoda Pratylenchus dapat bertahan dalam kondisi kekeringan atau pada saat bera yaitu dalam fase istirahat, meskipun jumlahnya akan berkurang. Nematoda ini akan menunggu kondisi lingkungan yang mendukung untuk melangsungkan pertumbuhannya yaitu pada kondisi lembab dan awal pertumbuhan tanaman.

Nematoda Helicotylenchus yang ditemukan berukuran sedang. Jika nematoda ini diberi perlakuan panas, maka nematoda yang mati akan berbentuk spiral. Untuk metode pewarnaan nematoda Hellicotylenchus tidak terlihat. Nematoda Helicotylenchus hanya sedikit yang teridentifikasi, karena nematoda ini bersifat ektoparasit, semi endoparasit, atau endoparasit. Sehingga nematoda ini kemungkinan ditemukan lebih banyak di dalam tanah. Selain itu nematoda ini bersifat kosmopolit sehingga mempunyai kisaran inang dan daerah penyebaran yang luas.

Nematoda Helicotylenchus ini pada masa juvenil dan dewasa ditemukan dengan kepala yang melekat pada akar tanaman padi dan memperoleh makanan dengan menusukan stiletnya pada jaringan akar. Nematoda ini ketika sudah tidak membutuhkan makanan ia akan meninggalkan akar.

Menurut Willya (2003), nematoda Helicotylenchus ditemukan di saluran irigasi pertanaman padi di daerah Karawang, namun jumlahnya tidak terlalu banyak dan tidak begitu menimbulkan kerugian. Di negara lain nematoda ini ditemukan juga di India dengan menginfeksi tanaman padi, millet, dan kapas (Padhi 1982).

Ciri-ciri Helicotylenchus ini bentuknya hampir mirip dengan huruf „G‟, tubuh kecil sampai sedang panjang 0.4 sampai 1.2 mm, memiliki kerangka kepala yang lemah. Stilet berukuran sedang dan tumbuh dengan baik dengan knob yang berbentuk setengah bola. Kelenjar esofagus bertumpang tindih dengan usus pada bagian ventral. Nematoda betina bersifat didelphic, memiliki anulasi dan kutikula

Ekor

(27)

11 yang halus, ekor pendek dan pada umumnya di bagian dorsal seperti kerucut dan terdapat tonjolan pada bagian ujung ekor (Gambar 6).

Gambar 6 Helicotylenchus yang ditemukan pada sampel akar tanaman padi dengan metode mist chamber (Perbesaran 200x)

Jumlah dan Jenis Nematoda pada Metode Pewarnaan

Hasil dari ekstraksi akar padi sawah dari Desa Lungsalam, Rajasinga, dan Plosokerep di Kecamatan Terisi nematoda padi sawah yang ditemukan dengan metode pewarnaan memiliki jumlah yang lebih banyak. Hal ini dikarenakan pada metode mist chamber memanfaatkan gerakan aktif nematoda dan gravitasi bumi, sehingga banyak jenis nematoda seperti Meloidogyne yang hidup menetap dalam akar tidak terekstraksi.

Nematoda yang ditemukan pada metode pewarnaan adalah Hirschmanniella

dan Meloidogyne (Tabel 4, 5, dan 6). Nematoda yang ditemukan pada metode

pewarnaan berbeda jumlah dan jenisnya dengan metode mist chamber. Dalam metode pewarnaan hanya terdapat Hirschmanniella dan Meloidogyne, dengan jumlah tertinggi jenis Hirschmanniella pada tanaman sakit. Pada metode pewarnaan di Desa Lungsalam ini hasil nematoda Hirschmanniella yang teridentifikasi lebih banyak dibandingkan dengan metode mist chamber. Hal ini dikarenakan nematoda tersebut sudah terbiasa berada didalam akar padi saat lahan sawah tergenang, sehingga pada saat ekstraksi tidak semua nematoda turun mengikuti aliran air. Tanaman di Desa Lungsalam ini tidak terlihat adanya puru pada akar padi, sehingga jumlah rata-rata nematoda Meloidogyne hanya sebagian saja dari jumlah nematoda Hirschmanniella.

Kepala

(28)

12

Tabel 4 Jumlah dalam 1 g contoh akar dan jenis nematoda parasit padi dengan metode pewarnaan di lahan sawah Desa Lungsalam, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013

Nematoda terbanyak yang ditemukan di Desa Rajasinga dengan metode pewarnaan adalah jenis Meloidogyne (Tabel 5). Di Desa Rajasinga ini sampel akar yang diperoleh terdapat puru akar, sehingga nematoda Meloidogyne banyak ditemukan. Sampel yang terdapat puru akar, termasuk pada golongan tanaman sakit karena tanaman terlihat kerdil.

Tabel 5 Jumlah dalam 1 g contoh akar dan jenis nematoda parasit padi dengan metode pewarnaan di lahan sawah Desa Rajasinga, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013

Nematoda terbanyak yang ditemukan di Desa Plosokerep dengan metode pewarnaan adalah jenis Hirschamnniella (Tabel 6). Di Desa Plosokerep lahan pengambilan sampel akar tanaman terlihat membusuk, sehingga menyebabkan populasi Meloidogyne sedikit pada keadaan perakaran tersebut.

Tabel 6 Jumlah dalam 1 g contoh akar dan jenis nematoda parasit padi dengan metode pewarnaan di lahan sawah Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tahun 2013

Perbedaan hasil gabungan pada metode pewarnaan dalam satu kecamatan dari tiga desa dilihat dengan keadaan tanaman sakit, antara sehat-sakit, dan tanaman sehat dapat dilihat pada (Gambar 7).

Jumlah nematoda tertinggi pada ketiga desa di Kecamatan Terisi dengan metode pewarnaan ditemukan pada kondisi tanaman sakit. Sementara itu, jumlah nematoda terendah ditemukan pada kondisi tanaman yang sehat. Di tiga desa Kecamatan Terisi lebih didominasi oleh nematoda jenis Hirschmanniella yang terdapat di Desa Plosokerep. Hal ini diduga disebabkan oleh keadaan akar yang

Jenis Nematoda Rata-rata Jenis Nematoda/ 1 g akar Sakit Sehat-Sakit Sehat

Hirschmanniella 43 30 20

Meloidogyne 13 15 8

Jenis Nematoda Rata-rata Jenis Nematoda/ 1 g akar Sakit Sehat-Sakit Sehat

Hirschmanniella 29 26 20

Meloidogyne 31 27 18

Jenis Nematoda Rata-rata Jenis Nematoda/ 1g akar Sakit Sehat-Sakit Sehat

Hirschmanniella 85 64 24

(29)

13 membusuk pada tanaman padi di lahan pengambilan sampel. Sedangkan jumlah jenis Meloidogyne tertinggi ditemukan di Desa Rajasinga, hal ini dikarenakan ciri dari keberadaan Meloidogyne terlihat jelas pada pengambilan sampel akar di Desa Rajasinga.

Gambar 7 Jumlah seluruh nematoda parasit padi sawah dengan metode pewarnaan di Kec. Terisi Kab. Indramayu Jawa Barat 2013. Jenis nematoda akar yang teridentifikasi dengan metode pewarnaan keseluruhan ketiga desa adalah Hirschmanniella dan Meloidogyne. Namun untuk

Meloidogyne 100% hanya dapat teridentifikasi pada metode pewarnaan di ketiga

desa tersebut. Populasi Meloidogyne terbanyak ditemukan di Desa Rajasinga, karena merupakan nematoda endoparasit menetap dalam jaringan akar. Populasi

Meloidogyne dari telur, larva, dan dewasa dapat terwarnai semua tetapi sulit untuk

dilakukan identifikasi (Gambar 8).

Gambar 8 Meloidogyne betina yang terwarnai dalam jaringan akar tanaman padi (Perbesaran 200x)

(30)

14

sedenter. Bentuk tubuh Meloidogyne betina seperti alpukat yang melekat pada jaringan tanaman. Untuk Meloidogyne jantan dewasa akan bergerak meninggalkan akar (Febriyani 2003).

Dalam kondisi tanah yang tergenang di tiga desa tersebut, difusi oksigen akan berlangsung lambat. Akibatnya nematoda banyak berkumpul di dalam akar, sehingga kedua metode ini dapat saling melengkapi untuk mengidentifikasi jenis nematoda. Jenis nematoda yang ditemukan cukup beragam jenis, meskipun demikian di lahan pengambilan sampel belum ditemukan gejala serangan nematoda yang terlihat parah. Gejala yang terlihat di lahan pengambilan sampel memiliki ciri-ciri tanaman terlihat kerdil dan perakaran terlihat seperti stik golf. (Gambar 9).

Gambar 9 Puru akar yang terlihat diatas permukaan tanah di Desa Rajasinga, Kec. Terisi.

Nematoda lain yang ditemukan pada metode pewarnaan adalah

Hirschmanniella (Gambar 10). Nematoda ini mendominasi sampel akar yang

terwarnai. Hal ini disebabkan oleh tunggul padi yang dibiarkan begitu saja sehingga dapat menjadi inang voluntir menjelang tanaman padi yang baru ditanam.

(31)

15

PENUTUP

Kesimpulan

Nematoda parasit padi sawah di tiga desa Kecamatan Terisi adalah

Hirschmanniella, Pratylenchus, Helicotylenchus, dan Meloidogyne. Walaupun

belum menimbulkan kerugian secara ekonomi, nematoda parasit diduga menjadi penyebab timbulnya gejala kerdil dan menguning pada padi sawah.

Saran

(32)

16

DAFTAR PUSTAKA

Abd-Elbary NA, Eissa MFM, Yousef MMA. 2012. Reproduction of the rice root nematode, Hirschmanniella oryzae on some field crops and common weeds. Cairo (EG): Nematol medit 40: 83-86

BPS. 2013. Produksi Tanaman Padi Seluruh Indonesia. Jakarta (ID): (Badan Pusat Statistik Republik Indonesia) BPS.

Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu. 2010. Laporan tahunan Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu tahun 2010/2013. Indramayu: Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu.

Dropkin VH. 1996. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Ed ke-2. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Febriyani D. 2003. Nematoda penyebab puru akar (Meloidogyne spp.) pada tanaman padi sawah di Kelurahan situ Gede, Bubulak, Kecamatan Bogor Barat dan desa Caringin, Kecamatan Dramaga Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hussey RS. 1985. Staining nematodes in plant tissue. In: Plant nematologi: Laboratory manual. Zuckeman et al. (eds). Massachusetts: The University of Massachusetts Agricultural Experiment Station.

Indrayadi H. 1995. Inventarisasi nematoda parasit padi sawah di Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ismunadji M, Manurung SO. 1998. Morfologi dan fisiologi padi. Bogor (ID): Puslitbangtan hlm: 55-102.

Luc M, Sikora RA dan Bridge J. 1990. Plant parasitic nematodes in subtropical and tropical agriculture. London (GB): CAB International Institute of Parasitology. hlm 83-137.

Helicotylenchus abunaamai. Newdelhi (IN): Indian J Nematol. 12: 53-59.

Siddiq MR. 2000. Tylenchida parasit of plants ad insects. 2th edition. CBI Publishing.

Sitompul YF. 2003. Nematoda parasit pada gulma padi sawah di desa Karyasari, Kecamatan Rengas Dengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Usmira Y. 2003. Survei nematoda parasit akar (Hirschmanniella spp.) pada tanaman padi sawah di Kelurahan Situ Gede dan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kodya Bogor, dan desa Caringin, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

(33)

17 Lampiran 1 Peta Wilayah Kecamatan Terisi

(34)

18

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar  2  (A) Tempat pengabutan (mist chamber) (B) Saringan nematoda
Gambar 3 Jumlah seluruh nematoda parasit padi sawah dengan metode mist chamber di Kec
Gambar 4  Hirschmanniella yang ditemukan pada sampel akar tanaman padi
Gambar 5 Pratylenchus yang ditemukan pada sampel akar tanaman padi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Potensi lahan sawah dengan produktivitas padi sawah yang memiliki kelas sesuai terdapat pada 6 kecamatan yaitu Kecamatan Kadipaten, Panyingkiran, Sukahaji,

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Identifikasi Nematoda Puru Akar pada Tanaman Padi di Jawa Barat dan Pengendaliannya dengan Bakteri Endofit adalah benar

Penelitian bertujuan untuk menetapkan kelas kesesuaian lahan padi sawah di Kota Langsa dan menentukan faktor penentu produksi padi sawah pada lahan sawah di Kota Langsa..

Secara parsial produksi usahatani padi sawah program upsus dipengaruhi secara sangat nyata oleh luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk KCL dan obat-obatan.. Sedangkan

PTT gogo rancah adalah cara tanam padi yang dilakukan pada saat lahan sawah dalam keadaan kering/belum diairi dan menggunakan benih secara langsung tanpa

Gambaran Parasit Cacing Nematoda Usus Dan Cestoda Pada Feses Sapi ( Boss sp.) Di Peternakan Sumber Jaya Ternak, Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan, Jawa

Hasil penelitian tanaman karet umur 7 tahun nematoda yang dominan yaitu nematoda non parasit hal ini sama dengan nematoda pada lahan karet yang berumur 5 tahun

Ketersediaan lahan yang sangat menonjol perbedaannya adalah ketersediaan lahan padi sawah, dimana jika sebelum tsunami persentase lahan padi sawah dari keseluruhan