• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kombinasi Cacing Sutradan Pakan Buatan yang Ditambah Probiotik pada Pemeliharaan Larva Ikan Lele Clarias sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kombinasi Cacing Sutradan Pakan Buatan yang Ditambah Probiotik pada Pemeliharaan Larva Ikan Lele Clarias sp."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

KOMBINASI CACING SUTRA DAN PAKAN BUATAN YANG

DITAMBAH PROBIOTIK PADA PEMELIHARAAN LARVA

IKAN LELE

Clarias

sp.

LUSSY ANGGRAINY

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi kombinasi cacing sutra dan pakan buatan yang ditambah probiotik pada pemeliharaan larva ikan LeleClarias sp.adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

LUSSY ANGGRAINY. Kombinasi Cacing Sutradan Pakan Buatan yang Ditambah Probiotik pada Pemeliharaan Larva Ikan Lele Clarias sp.. Dibimbing oleh DEDI JUSADI dan MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi pemberian cacing sutra, pakan buatan dan probiotik dalam budidaya larva ikan lele Clarias sp.Larva ikan leleumur satu hari(d1) berukuran 0,5±0,03 cm ditebar ke dalam 15 wadah plastik berdiameter 40 cm yang diisi air setinggi 15 cm. Larva lele umur d2 diberi artemia. Mulai d3 sampai d8, larva ikan lele diberipakan sesuai perlakuan, yaitu (C) cacing sutra, (PB + C) pakan buatan + cacing sutra, (PB + Pr + C) pakan buatan + probiotik + cacing sutra, (PB) pakan buatan, (PB + Pr) pakan buatan + probiotik.Mulai d9 sampai d14 larva ikan lele diberi pakan buatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuanpakan cacing sutra memiliki sintasan yang paling tinggi (95%), komposisi ikan akhir perlakuan cacing sutra juga didominasi dengan ukuran M (72,5%). Sedangkan perlakuan pakan buatan memiliki sintasan paling rendah (73,4 %), dan didominasi oleh ikan ukuran S (99,5%). Protein efisiensi rasio cacing sutra dan pakan buatan tidak berbeda nyata. Di sisi lain, pemberianprobiotikpada pakan buatan dapatmeningkatkan protein efisiensirasiodanpertumbuhan larva ikanlele.

Kata kunci: Larva,Clarias sp., cacing sutra, pakanbuatan, probiotik

ABSTRACT

Lussy Anggrainy. The Combination of Sludge Worm, Artificial Dietand Probioticas a Diet for Larval Clarias sp.. Supervised by DEDI JUSADI and MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI.

This study was conducted to evaluate sludge worm, artificial diet and probioticas a diet of larval Clarias sp. One day old larvae with total length of 0.5 ± 0.03 cm were stocked into a 15 plastic container diameter of 40 cm and filled with water up to 15 cm. D2 Clariaslarvae were fed on Artemiasalina. From d3 till d8,the larvae were fed on either sludge worm, artificial diet plus sludge worm, artificial dietplus probiotics plus sludge worm, artificial diet, or artificial diet plus probiotics. During the period of d9 till d14, they were fed on artificial diet. Results showed that larvae fed on sludge worm had significantly the highest survival rate (95 %); size distribution of lavae in this groups was also dominated by the large fish (72.5 %). On the other hand, larvae fed on artificial diet had the lowest survival rate (73.4 %), and was dominated by the small fish (99.5%). Protein efficiency ratio between sludge worm and artificial diet treatments were not significantly different. However, the addition of probioticinto the artificial diet enhanced the protein efficiency ratio and the growth of larvae.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

KOMBINASI CACING SUTRA DAN PAKAN BUATAN YANG

DITAMBAH PROBIOTIK PADA PEMELIHARAAN LARVA

IKAN LELE

Clarias

sp.

LUSSY ANGGRAINY

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam karya tulis ini adalah“Kombinasi Cacing Sutradan Pakan Buatan yang Ditambah Probiotik pada Pemeliharaan Larva Ikan LeleClarias sp.”Terima kasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada:

1. Ayahanda Ir. Toni Sanjoyo, Ibunda Pupu Maspuroh, Shandy Purwanto dan Dicky Sucipto atas doa, cinta, kasih sayang, dan dukunganyang tak pernah berhenti mengalir.

2. Dosen pembimbing I yaitu bapak Dr Dedi Jusadi dan dosen pembimbing II yaitu Dr Muhammad Agus Suprayudi atas segala masukan dan dukungannya selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas.

3. Dr Dinamela W. S Si. M Si selaku dosen penguji tamu dan Dr Ir Mia Setiawati, M Si selaku dosen perwakilan Ketua Program Studi.

4. Terima kasih pula kepada Pak Wasjan, Mba Retno, Kang Yosi yang sangat banyak membantu dalam penelitian ini.

5. Teruntuk anggota Rambo Fish Farm Senior dan Rambo Fish Farm Junior terimakasih atas larva ikan untuk penelitian, waktu, tempat dan dukungan yang diberikan.

6. Sahabat Fullhouse tercinta Tami, Hilda, Farida, Fadilatun, Raden yang telah memberi warna selama kuliah.

7. Teman-teman Muka Lele Aci, Abda, Aji, Aldi, Asep, Daus, Dewi, Faaza, Faiz F, Furqon, Hilda, Ida, Mukhlis, Mumi, Raden, Riska, Rosi, Wawan, Wikke, Wildan dan Ica yang telah mendukung penelitian saya.

8. Mahasiswa budidaya perairan angkatan 48.

9. Dan terakhir terima kasih kepada beasiswa PPA/BBM 2013-2014 yang telah banyak membantu.

Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan juga bagi pembaca.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL……….. vi

DAFTAR GAMBAR………. vi

DAFTAR LAMPIRAN………... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODE ... 2

Pemeliharaan Larva ... 2

Manajemen Pemberian Pakan ... 2

Panen ... 4

Parameter Uji ... 4

Analisis Kimia ... 5

Analisis Data ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

Hasil ... 5

Pembahasan ... 9

KESIMPULAN ... 11

DAFTAR PUSTAKA ... 11

LAMPIRAN ... 13

(10)

DAFTAR TABEL

1. Kualitas air media budidaya selama pemeliharaan... 2

2. Jenis pakan yang diberikan selama pemeliharaan. ... 3

3. Hasil analisis proksimat masing-masing pakan (%). ... 4

4. Jumlah pemberian pakan naupli artemia, cacing sutra dan pakan buatan selama pemeliharaan 14 hari ... 6

5. Jumlah protein bobot basah yang dikonsumsi larva lele selama pemeliharaan 14 hari ... 6

6. Hasil pengukuran parameter kelangsungan hidup (%), protein efisiensi rasio dan koefisien keragaman panjang (%) ikan akhir selama pemeliharaan... 7

7. Hasil pengukuran parameter persentasi ikan pada akhir pemeliharaan ... 7

8. Rataan panjang (cm) ikan lele di akhir penelitian ... 8

9. Bobot rataan (g) ikan lele di akhir penelitian ... 8

10. Analisis usaha pemberian pakan cacing sutra, pakan buatan dan probiotik dalam budidaya larva ikan lele Clarias sp. selama pemeliharaan 15 ... 9

DAFTAR LAMPIRAN

1. Prosedur analisa proksimat ... 13

2. Anova dan hasil uji Duncan ... 14

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada budidaya larva lele sampai 7 - 9 hari, larva ikan membutuhkan pakan alami berupa cacing sutra.Pemenuhan kebutuhan cacing sutra hanya mengandalkan dari hasil tangkapan alam.Namun ketersediaan cacing sutra di alam tidak tersedia sepanjang tahun.Pada saat musim penghujan ketersediaan cacing sutra menurun, karena cacing sutra di alam terbawa oleh arus deras akibat curah hujan yang cukup tinggi (Fajri danHutabarat 2014).Hal ini mengakibatkan kelangkaan cacing sutra pada musim penghujan sehingga menghambat produksi pembenihan ikan Lele.Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu petani cacing sutra di Dramaga Bogor, harga cacing sutra meningkat dari Rp14.000/l menjadi Rp 16.000/l pada musim hujan.Oleh karena itu, ketergantungan pada cacing sutra dalam kegiatan pembenihan ikan lele harus dikurangi.Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengganti pakan alami dengan pakan buatan.Pakan buatan merupakan substitusi pakan alami yang dapat digunakan karena nilai nutrisi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan larva.Namun salah satu kelemahan dari pakan buatan adalah tidak adanya enzim yang dibutuhkan larva untuk mencerna pakan buatan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian Fauji (2014) dan Nurhayati (2014), pemberian kombinasi pakan buatan dan cacing sutra (3:1) pada larva ikan lele Clarias sp. mulai umur 4 hari masing-masing sampai 24 dan 34 hari, menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang sama dengan perlakuan pakan hanya cacing sutra. Namun, ketika larva ikan hanya diberi pakan buatan, kelangsungan hidup dan pertumbuhannya lebih rendah dari perlakuan cacing sutra saja.Rendahnya pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva lele yang hanya diberi pakan buatan diduga berkorelasi dengan rendahnya aktivitas enzim pencernaan larva lele.

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi kombinasi pemberian cacing sutra dan pakan buatan ditambah probiotik dalam budidaya larva ikan lele Clarias sp.

METODE

sesuai dengan perlakuannya dan dilakukan pergantian air secara periodik. Pergantian air mulai dilakukan saat larva berumur dua hari, yakni bersamaan dengan pemberian pakan pertama. Penyiponan dan pergantian air dilakukan satu kali sehari sebanyak 10% dari total volume air. Pengecekan suhu dan oksigen terlarutdilakukan dua kali setiap hari yaitu pukul 06.00 WIB dan pukul 18.00 WIB. Kondisi kualitas air dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1Kualitas air media budidaya selama pemeliharaan

Parameter

Pada saat berumur dua hari (d2), larva mulai diberi artemia dengan frekuensi pemberian setiap 5 jam yaitu pukul 06.00-07.00 WIB, 10.00-11.00 WIB, 14.00-15.00 WIB, 18.00-19.00 WIB dan 22.00-23.00 WIB.Pada umur d3 sampai d8, larva diberi pakan sesuai dengan perlakuan (Tabel 2).Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut.

a. PerlakuanC : pemberian pakan berupa cacing sutra.

b. Perlakuan PB + C : pemberian pakan buatan dan cacing sutra.

c. Perlakuan PB + Pr + C : pemberian pakan buatan dan cacing sutra, serta probiotik.

(13)

3 e. Perlakuan PB + Pr : pemberian pakan buatan yang dicampur probiotik

Masing-masing pakan perlakuan diberikan dengan frekuensi 4 kali sehari yaitu pukul 06.00-07.00 WIB, 11.00-12.00 WIB, 16.00-17.00 WIB dan 22.00-23.00 WIB.Pada perlakuan PB + C, PB + Pr + C, PB dan PB + Pr pakan buatan yang diberikanmemiliki dua ukuran. Pada larva umur d3 sampai larva umur d5, pakan buatan Frippak 1 yang diberikan berukuran 200µm. Sedangkan pada larva umur d6 sampai larva umur d8, pakan buatan Frippak 2 yang diberikan berukuran 300µm. Pada perlakuan PB + Pr + Cdan PB + Pr, probiotik merk Pro-F diberikan sebanyak 0,5% dari total pakan buatan yang diberikan dengan cara dicampurkan dengan pakan.Sebelum diberikan ke larva ikan, pakan buatan dicampur dengan probiotik.Pada perlakuan PB + Cdan PB + Pr + C, cacing sutra diberikan pada pukul 06.00 WIB, sedangkan pakan buatan diberikan pada pukul 11.00-12.00 WIB, 16.00-17.00 WIB dan 22.00-23.00 WIB.

Pada awal pemeliharaan, cacing sutra diberikan sebanyak 50% dari bobot ikan. Pemberian cacing hari berikutnya dengan metode ad libitum, yaitu pakan diberikan sekenyangnya.Pakan buatan Frippak diberikansebanyak 5% dari bobot ikan.Pemberian Frippak dengan peningkatan 10% dari feeding ratehari sebelumnya setiap 1 - 2 hari sekali.Pakan buatan Fengli 0 diberikan sebanyak 10% dari bobot ikan. Pemberian Fengli hari berikutnya peningkatan feeding rate10% hari sebelumnya setiap 1-2 hari sekali. Mulai d9, larva ikan di seluruh perlakuan hanya diberi pakan fengli 0 sampai d14.Pakan diberikan dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yaitu 07.00 - 08.00, 14.00 - 15.00, dan 20.00 - 21.00. Jenis pakan yang diberikan selama pemeliharan 14 hari dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis pakan yang diberikan selama pemeliharaan. Umur (d)/ Pemberian pakan Pakan Cacing sutra, PB = Pakan Buatan, Pr = Probiotik, P = Puasa, Pa = panen.

(14)

4

Tabel 3 Hasil analisis proksimat masing-masing pakan (%)

Pakan Protein Air

Panen dilakukan setelah larva berumur d16, setelah dilakukan puasa selama 24 jam pada larva berumur d15. Panen dilakukan pada pukul 07.00 WIB. Larva dipisahkan dengan menggunakan alat grading yang biasa digunakan petani lele dengan masing-masing diameter lubang grading yaitu ukuran S (kecil) 0,3 cm, ukuran M (sedang) 0,4 cm, dan ukuran L (besar) 0,5 cm. Sedangkan ikan yang lebih besar dari ukuran L dikatagorikan ukuran jumper. Jumlah larva dihitung sesuai ukuran untuk menentukan kelangsungan hidup larva.Setelah itu panjang dan bobot larva dihitung dengan mengambil sampel sebanyak 30 ekor larva dari setiap ulangan pada akhir penelitian.Larva lele sebanyak 100 ekor tiap perlakuan diambil untuk uji analisis protein dan analisis kualitas air.

Parameter Uji

Panjang rataan benih ikan Lele

Panjang rata-rata merupakan panjang yang diukur dari ujung kepala sampai ujung ekor menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0.01 cm.Rumus yang digunakan sebagai berikut :

� = � ( )

( )

Bobot rataan benih ikan Lele

Bobot rata-rata merupakan masa rataan yang dihitung menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.01 gram. Rumus yang digunakan sebagai berikut :

= ( )

( )

Kelangsungan hidup

Kelangsungan hidup merupakan persentase antara jumlah ikan yang hidup dengan jumlah ikan awal tebar. Rumus yang digunakan sebagai berikut :

(%) = ( )

( ) 100

Protein efisiensi rasio

(15)

5

� = � ( )

( )

Koefisien Keragaman panjang

Koefisien keragaman panjang dinyatakan dengan rumus Steel dan Torrie (1980):

(%) = �

� − 100

Analisis Usaha

Analisis usaha yang dihitung berupa penjualan ikan akhir berdasarkan ukuran dan biaya pakan yang dikeluarkan selama pemeliharaan.Sehingga didapatkan selisih penjualan ikan dan biaya pakan.

Analisis Kimia

Analisis kimia yang dilakukan terdiri dari analisis proksimat ikan d0, ikan umur 15 hari (d15) dan pakan yang digunakan selama penelitian. Analisis ini meliputi uji protein dan air mengikuti Takeuchi (1988) seperti tercantum di Lampiran 1.

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Untuk menganalisis data digunakanSAS (Statistical Analysis System), serta dilakukan uji lanjut untuk beda nyata menggunakan uji Duncan. Parameter yang dianalisis statistik secara kuantitatif adalah tingkat kelangsungan hidup, protein efisiensi rasio, koefisien keragaman panjang, komposisi ikan akhir, panjang rataan dan bobot rataan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

(16)

6

Tabel 4 Jumlah pemberian pakan naupli artemia, cacing sutradan pakan buatan selama pemeliharaan 14 hari (g)

Perlakuan Artemia Cacing Frippak-1 Frippak-2 Fengli 0 Jumlah tinggi dibandingkan perlakuan lain. Pada perlakuan yang hanya menggunakan pakan buatan, konsumsi proteinnya paling sedikit.

Tabel 5 Jumlah protein bobot basah yang dikonsumsi larva lele selama pemeliharaan 14 hari (g)

Perlakuan Artemia Cacing Frippak-1 Frippak-2 Fengli 0 Jumlah

C 0,101 20,188 0,731 21,020

PB + C 0,101 8,621 0,146 0,159 1,153 10,981

PB + Pr + C 0,101 8,621 0,146 0,159 1,153 10,180

PB 0,101 0,195 0,211 1,543 2,051

PB + Pr 0,101 0,195 0,211 1,730 2,237

(17)

7 Tabel 6 Hasil pengukuran parameter kelangsungan hidup (%), protein efisiensi

rasio dan koefisien keragaman panjang (%) ikan akhir selama pemeliharaan

Perlakuan KH (%) PER KKP (%)

Huruf superscrift yang sama di setiap kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05).

`

Persentase akhir larva ikan lele selama pemeliharaan 15 hari disajikan pada Tabel 7. Ikan Perlakuan C yaitu pemberian pakan cacing sutra tidak ada yang memiliki ukuran kategori jumper. Panjang ikan yang mencapai ukuran jumper di semua perlakuan tidak berbeda nyata. Ikan di Perlakuan C hanya memiliki dua ukuran, yakni M dan S, dan dominan di ukuran M. Sedangkan ikan di perlakun lain, lebih dari 95% masih berukuran S, sisanya M dan jumper.

Tabel 7 Hasil pengukuran parameter persentasi ikan pada akhir pemeliharaan

(18)

8

Tabel 8 Rataan panjang (cm) ikan lele di akhir penelitian

Perlakuan Ukuran jumper Ukuran M Ukuran S

C 2,5±0,1a 1,9±0,0a

Bobot akhir larva lele selama pemeliharaan 15 hari disajikan pada Tabel 9. Ikan Perlakuan C, yaitu pemberian pakan hanya cacing sutra, tidak ada yang memiliki ukuran kategori jumper. Bobot ikan yang mencapai ukuran jumper di semua perlakuan tidak berbeda nyata. Pada katagori ukuran M, ikan Perlakuan C lebih berat dibanding dengan empat perlakuan lain yang bobotnya sama. Sama halnya dengan ukuran M, ikan ukuran S di Perlakuan C lebih berat dari perlakuan lainnya.Pemberian probiotik pada pakan buatan (Perlakuan PB + Pr + C dan PB + Pr) dapat meningkatkan bobot ikan ukuran S dibanding tanpa suplemen probiotik. Tabel 9 Bobot rataan (g) ikan lele di akhir penelitian

Perlakuan Ukuran jumper Ukuran M Ukuran S

(19)

9 Tabel 10 Analisis usaha pemberian pakan cacing sutra, pakan buatan dan

probiotik dalam budidaya larva ikan lele Clarias sp. selama pemeliharaan 15

Larva ikan lele yang dipelihara selama 15 hari pada perlakuan pemberian pakan hanya cacing sutra memiliki nilai kelangsungan hidup tertinggi, yakni 95%. Nilai ini lebih tinggi 12,2% dibandingkan perlakuan pemberian pakan buatan dicampur cacing sutra dan lebih tinggi 29,5% dibandingkan pemberian hanya pakan buatan. Perlakuan pemberian pakan hanya cacing sutra juga memiliki nilai bobot dan nilai panjang yang lebih tinggi (Tabel 8 dan Tabel 9). Perlakuan pemberian hanya pakan buatan memiliki nilai bobot dan nilai panjang yang lebih rendah dibandingkan perlakuan lain. Hal ini dibuktikan juga dengan hasil grading (Tabel 7), Perlakuan pemberian pakan dengan cacing sutra didominasi ukuran ikan M (72,5%) sedangkan perlakuan pemberian pakan buatan didominasi ukuran ikan S (>95,5%).

Berdasarkan penelitian Anggraeni dan Abdulgani (2013) rata-rata laju pertumbuhan spesifik dan laju pertumbuhan panjang harian ikan betutu yang dipelihara selama 28 hari menghasilkan perlakuan dengan pemberian pakan cacing sutra memiliki nilai yang lebih tinggi dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pakan cacing darah dan pemberian pakan ikan mas. Sedangkan perlakuan pemberian pakan pelet memiliki nilai yang paling rendah dan berbeda nyata dengan perlakuan lain. Laju pertumbuhan spesifik menjelaskan bahwa ikan mampu memanfaatkan nutrien pakan untuk disimpan dalam tubuh dan mengkonversinya menjadi energi.Energi digunakan untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, pergantian sel-sel yang telah rusak dan kelebihannya digunakan untuk pertumbuhan.Pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam pakan dan jumlah protein akan mempengaruhi pertumbuhan ikan.

(20)

10

berbeda nyata. Hal ini diduga asam amino yang terdapat pada pakan buatan sama baik dengan asam amino yang terdapat pada cacing sutra dibandingkan dengan perlakuan pemberian pakan cacing sutra dicampur pakan buatan (Tabel 6).Asam amino bebas dihasilkan dari protein yang terhidrolisis.Asam amino tersebut diserap oleh saluran usus dan didistribusikan oleh darah ke organ dan jaringan untuk mensintesis protein baru.Asam amino digunakan oleh ikan untuk membangun protein baru yaitu untuk pertumbuhan. Protein yang tidak memadai dalam pakan dapat menghentikan dan mengurangi pertumbuhan ikan, namun apabila berlebih protein akan dibuang oleh tubuh ( Halver dan Hardy 2002).

Nilai protein efisiensi rasio perlakuan pakan buatan ditambah probiotik memiliki nilai yang paling tinggi. Penambahan probiotik pada perlakuan tiga dan perlakuan lima juga menghasilkan kelangsungan hidup lebih tinggi 4,7% dan 7,9% dibanding perlakuan dua dan empat. Nilai panjang dan bobot ikan dengan perlakuan penambahan probiotik juga lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa probiotik (Tabel 8 dan 9).Hal ini diduga adanya peningkatan daya cerna larva ikan lele denganpemberian probiotik pada pakan.Energi yang didapatkan untuk pemeliharaan tubuh ikan diduga semakin tinggi sehingga kelangsungan hidup semakin meningkat.Probiotik merupakan suplemen pakan yang menguntungkan mempengaruhi inang dengan cara meningkatkan keseimbangan usus untuk meningkatkan kecernaan (Verschuere et al. 2000). Jenis bakteri yang diberikan pada penelitian ini adalah Bacillus.Menurut Aslamyah et al. (2009) salah satu mikroba yang menguntungkan yang terdapat dalam pencernaan adalah Bacillus sp. yang berperan dalam meningkatkan kecernaan nutrien pakan melalui enzim eksogen yang disekresikan.

Pada penelitian Fauji (2014) dan Nurhayati (2014), pemberian kombinasi pakan buatan dan cacing sutra (1:1) pada larva ikan lele Clarias sp. mulai umur 4 hari masing-masing sampai 24 dan 34 hari, menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang paling baik dibandingkan perlakuan pemberian pakan hanya cacing sutra. Sedangkan pada penelitian ini perlakuan pemberian pakan hanya cacing sutra menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang paling baik dari perlakuan pemberian pakan kombinasi.Hal ini diduga karena jumlah protein basah yang dikonsumsi larva ikan lele perlakuan pemberian pakan hanya cacing sutra dua kali lebih banyak dibandingkan perlakuan pemberian pakan buatan dicampur cacing sutra dan sepuluh kali lebih banyak dibandingkan perlakuan pemberian hanya pakan buatan.Rendahnya jumlah konsumsi pakan diduga diakibatkan frekuensi pemberian pakan yang dilakukan sebanyak empat kali sehari.Berdasarkan penelitian Buscinar et al (2007) pemeliharaan ikan black sea trout perlakuan frekuesi pakan tiga kali sehari menghasilkan pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan perlakuan frekuensi pemberian pakan satu kali dan dua kali. Hal ini diduga tingginya pertumbuhan ditentukan oleh tingginya asupan pakan yang masuk ke dalam tubuh.Sehingga perlu dilakukan peningkatanjumlah frekuensi pemberian pakan agar jumlah konsumsi pakan meningkat dan pertumbuhan larva akan meningkat.

(21)

11 samadengan perlakuan tanpa cacing sutra namun biaya pakan lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa cacing sutra. Biaya pakan cacing sutra yang tinggi sehingga didapatkan selisih biaya pakan dengan penjualan yang rendah.

KESIMPULAN

Pemberian pakan buatan dengan probiotik dapat meningkatkan protein efisiensi rasio ikan, namun pakan cacing sutra harus tetap diberikan untuk meningkatkan pertumbuhan larva ikan lele Clarias sp.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni MN, dan Abdulgani N. 2013. Pengaruh Pemberian pakan Alami dan pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) pada Skala Laboratorium.Jurnal Sains dan Seni Pomits 2(1):2337-3520

Aslamyah S, Aziz HY, Sriwulan, Wiryawan KG. 2009. Mikroflora Saluran Pencernaan Ikan Gurame. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) 19(1):66-73.

Buscinar N, Cakmak E, Cavdar Y, Aksungur N. 2007. The Effect of feeding Frequency on Growth Performance and feed Conversion Rate of Black sea Trout (Salmo trutta labrax Pallas, 1811). Journal of Fisheries and Aquatic Sciences 7:13-17.

Fajri NW, Hutabarat J. 2014. Pengaruh Penambahan Kotoran Ayam, Ampas tahu dan tepung Tapioka Dalam Media Kultur Terhadap Biomassa, Populasi dan Kandungan Nutrisi Cacing Sutra (Tubifex sp.).Journal of Aquaculture Management and Technology 3(4):101-108.

Fauji H. 2014. Pemberian Kombinasi Pakan Buatan dan Cacing Sutera Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Pada Benih Ikan lele Clarias sp Umur 4 Hari. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Halver dan Hardi RW. 2002. Fish Nutrition Third Edition. New York: Academic Press. Hlm: 143-151.

Kuncoro MD. 2006. Perkembangan Enzim Pencernaan Pertumbuhan Larva Ikan Lele Dumbo, Clarias sp., Yang Dipelihara dalam Sistem pembenihan Indoor dan Outdor Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nurhayati. 2014. Evaluasi Pemberian Kombinasi Cacing Sutra dan Pakan buatan Terhadap Perkembangan Organ dan Enzim Pencernaan Untuk Pertumbuhan Larva Ikan lele Dumbo (Clarias sp.). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Steel GD, Torrie. 1980. Principles and Procedures of Statistics. McgRAW-Hill Inc.

Subandiyono N dan Elfitra T. 2013. Pengaruh Penggunaan Bromelin Terhadap Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan dan Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology 2(2):57-63. Takeuchi T. 1988. Laboratory Work Chemical Evaluation of Dietary Nutrition.In

(22)

12

(23)

13

LAMPIRAN

Lampiran 1Prosedur analisa proksimat

A. Kadar Protein Tahap Oksidasi

1. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjedahl.

2. Katalis (K2SO4+CuSO4.5H2O) dengan rasio 9:1 ditimbang sebanyak 1.5 gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjedahl.

3. 10 ml H2SO4 pekat ditimbahkan ke dalam labu Kjedahl dan kemudian labu tersebut dipanaskan dalam rak oksidasi/ digestion pada suhu 400ºC selama 3-4 jam sampai terjadi perubahan warna cairan dalam labu menjadi hijau bening.

4. Larutan didinginkan lalu ditambahkan air destilasi 100 ml. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu takar dan diencerkan dengan akuades sampai volume larutan mencapai 100 ml. Larutan sampel siap didestilasi.

Tahap Destilasi

1. Beberapa tetes H2SO4 dimasukkan kedalan labu, sebelumnya labu diisi setengahnya dengan akuades untuk menghindari kontaminasi oleh amonia lingkungan. Kemudian didihkan selama 10 menit.

2. Erlenmeyer diisi 10 ml H2SO4 0,05 N dan ditambahkan 2 tetes indicator methyl red diletakkan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.

3. 5 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi melalui corong yang kemudian dibilas dengan akuades dan ditambahkan 10 ml NaOH 30% lalu dimasukkan melalui corong tersebut dan ditutup.

4. Campuran alkalin dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10 menit sejak terjadi pengembunan pada kondensor.

Tahap Titrasi

1. Larutan hasil destilasi dititrasi dengan larutan NaOH 0.05 N 2. Volume hasil titrasi dicatat

3. Prosedur yang sama juga dilakukan pada blanko

� % =0.0007∗x Vb−Vb x6.25∗∗x20

S 100%

Keterangan : Vb = Volume hasil titrasi blanko (ml) Vs = Volume hasil titrasi sampel (ml) S = Bobot Sampel (gram)

* = Setiap ml 0.05 NaOH ekivalen dengan 0.0007 gram Nitrogen ** = Faktor Nitrogen

C Kadar Air

1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 100 ºC selama 1 jam dan

kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1) 2. Bahan ditimbang 2-3 gram.

(24)

14

% = �1− − �2

Lampiran 2Anova dan hasil uji Duncan

1. Panjang Rataan Jumper

Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan

A 3.423 3 PB + C

Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan

A 0.4383 3 PB + C

A 0.3750 3 PB + Pr + C

A 0.2590 3 PB

(25)

15

3. Panjang Rataan Ukuran M

 ANOVA

Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan

A 2.5140 3 C

A 2.3037 3 PB + C

A 1.5850 3 PB + Pr + C

A 1.4390 3 PB + Pr

A 0.7217 3 PB

4. Bobot Rataan Ukuran M

 ANOVA

Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan

A 0.20967 3 C

B 0.13133 3 PB + C

B 0.11100 3 PB + Pr + C

B 0.07467 3 PB + Pr

B 0.03967 3 PB

5. Panjang Rataan Ukuran S

(26)

16

 Uji Lanjut

Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan

A 1.87467 3 C

B A 1.78133 3 PB + Pr + C

B 1.74900 3 PB + C

C 1.48067 3 PB + Pr

C 1.40333 3 PB

6. Bobot Rataan Ukuran S

 ANOVA

Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan

A 0.068333 3 C

Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan

A 95.004 3 C

B 88.638 3 PB + Pr + C

C 84.660 3 PB + C

D 79.178 3 PB + Pr

(27)

17

8. Protein Efisiensi Ratio

 Kruskal-Wallis test on Protein Efisiensi Ratio Sumber

Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan

A 5.2153 3 PB + Pr

B 3.1323 3 C

C B 3.5154 3 PB

C B 4.8955 3 PB + Pr + C

C 8.0243 3 PB + C

9. Persentasi Jumper Ikan Akhir

 ANOVA

Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan

A 0.2993 3 PB + C + Pr

A 0.2393 3 PB

A 0.2093 3 PB + C

A 0.1117 3 PB + Pr

10.Persentasi Ukuran M Ikan Akhir

(28)

18

 Uji Lanjut

Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan

A 72.453 3 C

B 4.249 3 PB + C

B 2.539 3 PB + Pr

B 0.786 3 PB + Pr + C

B 0.248 3 PB

11.Persentasi Ukuran S Ikan Akhir

 ANOVA

Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan

A 99.513 3 PB

Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan

A 99.513 3 PB

B A 98.914 3 PB + Pr

B A 97.350 3 PB + Pr + C

B A 95.541 3 PB + C

(29)
(30)

20

Pro-F

PB Artemia 1059 0.55 582 1351

Fripppak 1

800 0.3665 293

Frippak 2 800 0.48781073 390

Fengli 0 20 4.2699 85

PB + Pr Artemia 1059 0.55 582 1379

Fripppak 1

800 0.3665 293

Frippak 2 800 0.48781073 390

Fengli 0 20 4.7863 96

Probiotik Pro-F

(31)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 16 Februari 1993 yang dilahirkan dari ayahanda Toni Sanjoyo dan ibunda Pupu Maspuroh.Penulis merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara dengan kaka bernama Shandy Purwanto dan Dicky Sucipto. Penulis bersekolah di SDN Babakan Asem dari tahun 1999 sampai 2005, SMPN 3 Bogor dari tahun 2005 sampai 2008 dan SMAN 3 Bogor dari tahun 2008 sampai 2011. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi Ujian Talenta Masuk (UTM) yang diselenggarakan oleh Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Teknologi Pembuatan dan Pemberian Pakan tahun 2013 dan mata kuliah Teknologi Produksi Plankton Bentos dan Alga tahun 2015. Penulis pernah menjadi panitia acara Bazzar Ikan Akuakultur tahun 2013, Porikan FPIK IPB tahun 2013, Spectaqua BDP IPB tahun 2014 dan SixUniversity Initiative Japan Indonesia- Service Learning Program (SUIJI-SLP) tahun 2015. Penulis tergabung dalam Mega Entrepreneur Asrama TPB IPB Club tahun 2011-2012, Himpunan Mahasiswa Akuakultur di divisi kewirausahaan tahun 2012-2013 dan divisi

public relation tahun 2013-2014, IPB goes to field pada tahun 2013, Six University Initiative Japan Indonesia- Service Learning Program (SUIJI-SLP) tahun 2015 dan Bina Cinta Lingkungan tahun 2015. Penulis juga pernah melakukan praktek magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi terkait budidaya Lele tahun 2013 dan praktek lapang di PT Surya Windu Kartika Banyuwangi terkait pembesaran udang vanamei tahun 2014.

Tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan berjudul

Gambar

Tabel 3 Hasil analisis proksimat masing-masing pakan (%)
Tabel 7 Hasil pengukuran parameter persentasi ikan pada akhir pemeliharaan
Tabel 10 Analisis usaha pemberian pakan cacing sutra, pakan buatan dan

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal dengan sebagai Hipertensi.. merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari

Perhatian Berwirausaha Iluni Prodi D3 Jurusan KK FT UNP Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh kategori skor tentang minat berwirausaha dengan sub indikator

Agama mempengaruhi dan sistem nilai budaya faktor-faktor ekonomi dan sosial (Suseno 2001: 83). Disamping itu menurut beberapa penelitian, agama dinilai berpengaruh terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk menilai kemampuan transformasi indeks vegetasi dasar (generik) yakni Ratio Vegetation Index (RVI) dan indeks vegetasi yang mampu

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keragaman genetik hibrida hasil persilangan 3 strain ikan nila Oreochromis niloticus Bleeker (BEST, Nirwana, Red NIFI) dengan metode

Penerapan strategi pembelajaran jigsaw dipandang berguna bagi dosen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan membantu mahasiswa memperoleh pengalaman belajar agar

Perancis dan Belgia adalah pengecualian (pantas dicatat bahwa Belgia adalah sebuah negara yang menggunakan kuota untuk melindungi representasi masyarakat Flemish dan masyarakat

Target utama user dalam perancangan gedung bioskop ini adalah anak-anak usia Sekolah Dasar antara usia 6-12 tahun yang memiliki karakter yang mulai bisa mandiri