• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Lingkungan Dan Teknik Budidaya Yang Berkaitan Dengan Penyakit Kanker Batang Kopi Di Kabupaten Tanggamus, Lampung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Lingkungan Dan Teknik Budidaya Yang Berkaitan Dengan Penyakit Kanker Batang Kopi Di Kabupaten Tanggamus, Lampung."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN DAN TEKNIK

BUDIDAYA YANG BERKAITAN DENGAN PENYAKIT

KANKER BATANG KOPI DI KABUPATEN TANGGAMUS,

LAMPUNG

ANDIKA SEPTIANA SURYANINGSIH

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Faktor-faktor Lingkungan dan Teknik Budidaya yang Berkaitan dengan Penyakit Kanker Batang Kopi di Kabupaten Tanggamus, Lampung” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

ANDIKA SEPTIANA SURYANINGSIH. Faktor-faktor Lingkungan dan Teknik Budidaya yang Berkaitan dengan Penyakit Kanker Batang Kopi di Kabupaten Tanggamus, Lampung. Dibimbing oleh SURYO WIYONO.

Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia. Kopi memiliki nilai ekonomi penting dan merupakan salah satu komoditas ekspor terbesar Indonesia. Hama dan penyakit menjadi salah satu faktor pembatas dalam produksi kopi. Salah satu penyakit yang menyerang tanaman kopi adalah penyakit kanker batang kopi. Penyakit kanker batang kopi merupakan penyakit baru dan belum diketahui penyebabnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor– faktor lingkungan dan teknik budidaya yang berkaitan dengan penyakit kanker batang kopi di Kabupaten Tanggamus, Lampung. Metode yang dilaksanakan meliputi pengambilan data sekunder, metode wawancara petani, serta pengamatan langsung kejadian dan keparahan penyakit di lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berkaitan dengan perkembangan penyakit kanker batang kopi adalah umur tanaman kopi, frekuensi penggunaan herbisida, kurangnya pemupukan, dan curah hujan yang mengalami peningkatan selama sepuluh tahun terakhir.

Kata kunci: Kanker batang, kopi, penyakit.

ABSTRACT

ANDIKA SEPTIANA SURYANINGSIH. Environmental Factors and Agronomical Practices Related to Coffee Stem Canker Disease in Tanggamus, Lampung. Supervised by SURYO WIYONO.

Coffee is one of the important commodities in Indonesia. Pests and diseases are important limiting factors in coffee production in Indonesia. In Lampung, coffee is facing a new devastating disease namely coffee stem canker. The purpose of this research was to investigate the environmental factors and agronomical practices associated with coffee stem canker disease in Lampung. The research was done by obtaining secondary data, interview with farmers, as well as observation of disease incidence, and disease severity. The results showed that factors associated with coffee stem canker were rainfall, age of the plant, frequency of herbicide use, and application of fertilizer.

(6)
(7)

©Hak Cipta Milik IPB, tahun 2015 Hak Cipta dilindungi Undang - Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(8)
(9)

FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN DAN TEKNIK

BUDIDAYA YANG BERKAITAN DENGAN PENYAKIT

KANKER BATANG KOPI DI KABUPATEN TANGGAMUS,

LAMPUNG

ANDIKA SEPTIANA SURYANINGSIH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa, karena limpahan rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan penelitian tugas akhir yang berjudul Faktor-faktor Lingkungan dan Teknik Budidaya yang Berkaitan dengan Penyakit Kanker Batang Kopi di Lampung. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc. Agr selaku dosen pembimbing yang senantiasa dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibunda Naisah dan ayahanda Tuhadi atas semua kasih sayang, doa, nasihat, dan dukungan hingga penulis sampai pada tahap ini. Terima kasih kepada Bapak Sukirno dan Bapak Sasmita, pegawai UPTD Perlindungan Tanaman Perkebunan Provinsi Lampung atas informasi selama penulis melakukan penelitian. Terima kasih kepada Bapak Solihin, Ketua Kelompok Tani Dusun Tebatsari atas waktu dan informasi yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.

Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya atas doa dan semangat yang selalu diberikan, teman-teman Proteksi Tanaman angkatan 47 atas kebersamaannya selama ini, teman-teman LAWALATA IPB, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungannya. Penulis berharap skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2015

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Manfaat 1

BAHAN DAN METODE 2

Tempat dan Waktu Penelitian 2

Metode Penelitian 2

Penentuan Lahan 2

Pengambilan Data Primer 2

Penentuan Kejadian dan Keparahan Penyakit 2

Data Sekunder 3

Pengolahan Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Budidaya Tanaman Kopi di Kecamatan Pulaupanggung, Tanggamus 4

Sejarah Penyakit Kanker Batang Kopi 6

Kejadian dan Keparahan Penyakit Kanker Batang Kopi 7

Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Penyakit Kanker Batang Kopi 7

Faktor-Faktor Iklim 7

Keterkaitan Teknik Budidaya Tanaman Kopi dengan Penyakit Kanker Batang Kopi 10

SIMPULAN DAN SARAN 14

(16)
(17)

DAFTAR TABEL

1 Kejadian dan keparahan penyakit kanker batang kopi Desa Way Ilahan 7 2 Jumlah curah hujan (mm) di Kecamatan Pulaupanggung 8 3 Jumlah hari hujan (hari) di Kecamatan Pulaupanggung 8 4 Analisis antara teknik budidaya tanaman kopi dengan keparahan

penyakit kanker batang 11

5 Herbisida yang digunakan petani berdasarkan bahan aktif dan Golongan 12 6 insektisida yang digunakan petani berdasarkan bahan aktif dan Golongan 12

DAFTAR GAMBAR

1 Tanaman kopi yang diberi pupuk organik dari limbah kulit buah kopi 5 2 Tanaman lain yang ditanam dalam satu lahan dengan tanaman kopi

a. Tanaman lada b. Tanaman pisang c. Tanaman jengkol 5 3 Hama dan penyakit pada tanaman kopi di Desa Way Ilahan

(a), Penggerek batang kopi Zeuzera coffeae (b), Kanker batang kopi 6 4 Gejala penyakit kanker batang kopi(a), infeksi pada daun (b), infeksi

pada batang bawah (c), infeksi pada batang atas 6 5 Jumlah curah hujan (mm) di Kecamatan Pulaupanggung 9 6 Jumlah hari hujan (hari) di Kecamatan Pulaupanggung 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis tabulasi silang antara teknik budidaya kopi dengan keparahan penyakit kanker batang menggunakan program statistika

SPSS 16.0 18

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi (Coffea spp.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Nilai ekspor kopi terhadap nilai ekspor hasil pertanian dan nilai ekspor nonmigas selama periode 1999-2003 masing-masing sebesar 11.75% dan 0.7%. Posisi Indonesia juga cukup strategis dalam perdagangan kopi dunia yaitu menempati posisi keempat negara produsen dan pengekspor kopi terbesar di dunia. Berdasarkan data dari BPS (2013), produksi kopi pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 6.3% dibandingkan dengan tahun 2010. Produksi kopi pada tahun 2012 naik sebesar 6.8% dan diperkirakan akan mengalami peningkatan pada tahun 2013. Fluktuasi produksi kopi dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah gangguan dari berbagai organisme pengganggu tanaman.

Sekitar 90% produksi kopi di Indonesia berasal dari perkebunan kopi rakyat dan sebagian besar tanaman kopi yang dibudidayakan adalah kopi robusta. Penanaman kopi di Indonesia dimulai tahun 1696 dengan menggunakan jenis kopi arabika, namun kurang berhasil karena infeksi penyakit karat daun kopi (Hemileia

vastatrix) (Semangun 2006). Pengusahaan kopi robusta awalnya untuk mengatasi

kerusakan akibat penyakit karat daun kopi karena kopi robusta lebih tahan terhadap penyakit tersebut. Kini kopi robusta telah berkembang pesat dan mendominasi areal tanaman kopi di Indonesia. Sentra penghasil kopi di Indonesia adalah Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Jawa Timur (Yahmadi 2007).

Salah satu penyakit tanaman kopi yang baru diketahui akhir-akhir ini adalah penyakit kanker batang kopi yang terjadi di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Beberapa lahan kopi di Tanggamus terserang penyakit yang belum dikenal sebelumnya. Penyakit yang disebut petani lokal sebagai kanker kopi ini menyerang tanaman kopi tua dan sudah tidak produktif lagi (Heri 2013).

Tanaman kopi yang terserang patogen kanker batang kopi memiliki gejala daun–daun menguning dan agak layu. Bagian batang yang sakit berwarna cokelat tua dan pecah–pecah. Jenis patogen yang menyerang belum diketahui secara pasti sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Kerugian produksi kopi akibat penyakit kanker batang kopi pada masa yang akan datang diharapkan dapat ditekan bila penyebab penyakit dan faktor yang berpengaruh diketahui.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor lingkungan dan teknik budidaya yang berkaitan dengan penyakit kanker batang kopi di Lampung.

Manfaat

(20)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari Maret sampai April 2014 di lahan petani kopi Desa Way Ilahan, Kecamatan Pulaupanggung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.

Metode Penelitian

Penentuan Lahan

Lahan yang diamati berada di Desa Way Ilahan, Kecamatan Pulaupanggung. Petak pengamatan adalah 15 kebun dengan umur ≤ 20 tahun dan 16 kebun dengan umur > 20 tahun. Pada setiap kebun diambil 5 sampel tanaman secara acak.

Pengambilan Data Primer

Pengambilan data primer dilakukan dengan dua cara, yaitu pengamatan tanaman langsung dan penggalian informasi mengenai teknik budidaya pertanian. Pengamatan tanaman langsung dilakukan untuk menentukan kejadian dan keparahan penyakit, tingkat serangan gulma, dan sistem pertanaman. Penggalian informasi mengenai teknik budidaya tanaman dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur.

Penentuan Kejadian Penyakit dan Keparahan Penyakit Kejadian penyakit ditentukan denga rumus:

DI = n/N x 100%

DI = kejadian penyakit (disease incidence) n = jumlah tanaman yang terserang

N = jumlah seluruh tanaman contoh yang diamati

Keparahan penyakit ditentukan dengan rumus:

DS = ∑ (ni . vi)/N.V x 100%

DS = keparahan Penyakit( disease severity)

ni = jumlah bagian tanaman terserang pada kategori ke-I vi = kategori kerusakan ke-I

N = jumlah tanaman yang diamati V = nilai kategori serangan tertinggi

Nilai kategori kerusakan 0 tidak ada serangan

1 nekrosis pada batang dengan panjang ≤ 1 cm 2 nekrosis pada batang dengan panjang >1 cm – 5 cm 3 kanker meliputi ≤30 % lingkar batang

(21)

Data Sekunder

Data sekunder yang diambil adalah data curah hujan dan hari hujan 10 tahun terakhir (2004-2013) yang diperoleh dari Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K), Kecamatan Pulaupanggung.

Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah menggunakan analisis tabulasi silang dan uji

chi-square. Analisis tabulasi silang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

teknik budidaya dan keparahan penyakit. Uji chi square dilakukan untuk menguji hubungan antar peubah.

χ2 = ∑ (f0 - f

e)2

f

e

χ2 = nilai chi square

fe = frekuensi yang diharapkan f0 = frekuensi yang diamati

H0 = tidak terdapat hubungan antara teknik budidaya dengan keparahan penyakit

H1 = terdapat hubungan antara teknik budidaya dengan keparahan penyakit Nilai χ2 dibandingkan pada tingkat α=0.05 pada perhitungan menggunakan SPSS 16.0. Kriteria keputusan adalah sebagai berikut:

a. Apabila χ2> P 0.05 maka terima H0, yang berarti tidak terdapat hubungan antara teknik budidaya dengan keparahan penyakit

b. Apabila χ2 ≤ P 0.05 maka terima H1, yang berarti terdapat hubungan antara teknik budidaya dengan keparahan penyakit.

(22)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Budidaya Tanaman Kopi di Kecamatan Pulaupanggung, Tanggamus Kecamatan Pulaupanggung terletak di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Luas wilayah Kecamatan Pulaupanggung seluas 9369 ha yang terdiri atas 5472 ha kebun, 1759 ha tegalan/ladang, 1111 ha pekarangan/pemukiman, 934 ha sawah, 10 ha kolam, dan 83 ha lain-lain. Tanaman perkebunan yang paling banyak ditanam adalah tanaman kopi. Jenis kopi yang ditanam oleh petani di Desa Way Ilahan adalah kopi robusta. Perbanyakan kopi dilakukan dengan cara penyambungan dan bibit kopi dari biji. Penyambungan merupakan salah satu perbanyakan vegetatif dan dilakukan di pertanaman kopi dewasa. Penyambungan di pertanaman kopi dewasa dilakukan untuk kegiatan rehabilitasi tanaman dengan mengganti klon yang lebih unggul (Rahardjo 2012). Perbanyakan kopi dengan pembibitan dilakukan dengan menyemai biji kopi. Bibit kopi biasanya diambil dari biji kopi yang berwarna merah. Biji kopi dikupas kulit luarnya kemudian disemai. Setelah berdaun empat, bibit kopi dipindah ke polybag dan setelah berdaun delapan bibit kopi dapat ditanam di lahan. Rentang waktu dari proses persemaian hingga tanam di lahan sekitar 6-8 bulan. Selain itu petani juga melakukan teknik penyulaman untuk menggantikan tanaman kopi yang mati.

Pemangkasan dilakukan oleh petani satu kali dalam satu tahun. Pemangkasan biasanya dilakukan setelah masa panen selesai. Pemangkasan dilakukan agar tanaman membentuk cabang yang baru dan dapat meningkatkan produktivitas hasil buah kopi. Pemangkasan diperlukan untuk memperoleh cabang-cabang buah secara optimal sebab, buah-buah kopi terbentuk pada cabang-cabang yang tumbuh menyamping. Pemangkasan dilakukan agar tanaman tidak tumbuh terlalu tinggi dan merangsang pertumbuhan cabang yang diperlukan untuk pembentukan buah. Pemangkasan dapat merangsang pembentukan bunga dan untuk membuang cabang-cabang tua yang sudah tidak produktif lagi atau cabang yang terserang hama dan penyakit (Siswoputranto 1993).

Pemangkasan dibagi menjadi pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan peremajaan. Pemangkasan bentuk dilakukan untuk membentuk mahkota pohon yang diinginkan dengan cara memangkas pucuknya. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan untuk menjaga produktivitas hasil buah kopi. Pemangkasan pemeliharaan juga dilakukan untuk mengandalikan hama dan penyakit untuk mengurangi penyebaraaan serangan hama dan penyakit. Pemangkasan peremajaan dilakukan untuk memperbaik sifat tanaman yang kurang baik (Panggabean 2011).

Pengendalian gulma dilakukan petani dengan cara mekanis dan menggunakan herbisida. Pengendalian secara mekanis dilakukan secara manual dengan membabat rumput dan tumbuhan liar lainnya. Dalam satu tahun, pengendalian secara manual biasanya dilakukan sebanyak 3-4 kali. Petani menggunakan herbisida dengan pertimbangan meminimalkan biaya tenaga kerja dan waktu.

(23)

produksi. Jenis pupuk yang digunakan ada dua macam yaitu pupuk organik dan anorganik. Petani menggunkan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan atau limbah kulit buah kopi (Gambar 1), sedangkan pupuk anorganik menggunakan pupuk urea, KCl dan NPK. Namun hanya sebagian kecil petani yang menggunakan pupuk anorganik karena mahalnya harga pupuk anorganik. Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu saat pada awal musim hujan dan akhir musim hujan.

Gambar 1 Tanaman kopi yang diberi pupuk organik dari limbah kulit buah kopi.

Selain menanam tanaman kopi, petani juga menanam tanaman lain dalam satu lahan yang sama atau menggunakan sistem tumpangsari. Tanaman lain yang ditanaman antara lain lada, pisang, jengkol dan kelapa (Gambar 2). Tanaman tersebut dapat dijadikan sebagai tanaman penaung. Selain berfungsi sebagai tanaman penaung, tanaman tersebut dapat menghasilkan uang tambahan saat kopi belum panen.

Gambar 2 Tanaman lain yang ditanam dalam satu lahan dengan tanaman kopi (a), Tanaman lada (b), Tanaman pisang (c), Tanaman jengkol.

Hama dan penyakit merupakan faktor pembatas dalam produksi kopi, oleh karena itu diperlukan pengendalian yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Hama yang sering menyerang tanaman kopi di Way Ilahan adalah penggerek batang kopi ,dan penggerek buah kopi. Penggerek batang kopi Zeuzera

coffeae (Lepidoptera: Cossidae) merusak pada bagian batang tanaman kopi dengan

menggerek batang. Gejala yang terlihat adalah bagian batang yang terserang akan layu, kering dan kemudian mati. Penggerek buah kopi Hypothenemus hampeii (Coleoptera: Scolytidae) merupakan hama pada tanaman kopi. Penggerek buah kopi akan menyerang buah kopi dengan cara menggerek buah kopi dengan membuat lubang kecil pada buah kopi (Waller 2007). Namun menurut petani, hama tersebut dianggap tidak terlalu penting atau tidak terlalu merugikan sehingga tidak dilakukan pengendalian. Hal yang menarik adalah petani menggunakan insektisida untuk mengendalikan semut. Sebelum panen, petani akan melakukan penyemprotan pada tanaman kopi dengan tujuan agar semut tidak akan

a

a b c

(24)

mengganggu pada saat proses pemanenan sedang berlangsung. Penyemprotan biasanya dilakukan dua kali yaitu saat panen pertama dan panen kedua.

Gambar 3 Hama dan penyakit pada tanaman kopi di Desa Way Ilahan

(a), Penggerek batang kopi Zeuzera coffeae (b), Kanker batang kopi.

Penyakit utama yang menyerang tanaman kopi di Way Ilahan adalah kanker batang kopi. Petani mengalami kerugian yang cukup besar karena penyakit tersebut dan belum ada pengendalian yang cukup efektif untuk menekan perkembangan penyakit tersebut. Penyakit lain yang menyerang tanaman kopi yaitu karat daun, bercak daun cercospora, jamur upas, nematoda akar kopi (Semangun 2000). Namun, penyakit-penyakit tersebut tidak banyak menyerang pertanaman kopi di Way Ilahan.

Sejarah Penyakit Kanker Batang Kopi

Penyakit kanker batang kopi pertamakali dilaporkan pada akhir tahun 2010 oleh petani setempat (Sudarto 2014). Pada tahun 2012, Tim Klinik Tanaman IPB melakukan kunjungan ke Desa Way Ilahan untuk melihat langsung penyakit kanker batang kopi yang dilaporkan (Wiyono 2014). Penyakit kanker batang kopi dapat ditemukan di lapangan dengan gejala pada bagian batang dan pada bagian daun. Gejala pada bagian daun yaitu daun menguning dari pangkal hingga ujung dan layu (Gambar 4). Gejala pada bagian batang yaitu batang berwarna cokelat tua kehitaman dan kulit batang pecah-pecah hingga mengelupas (Gambar 4). Infeksi berat dapat mengakibatkan kematian pada tanaman kopi.

Gambar 4 Gejala penyakit kanker batang kopi (a), infeksi pada daun (b), infeksi pada batang bawah (c), infeksi pada batang atas.

Gejala penyakit kanker batang kopi dapat ditemukan di lapangan dengan membentuk titik-titik tertentu pada lahan kopi. Jika ada tanaman kopi yang terserang penyakit kanker batang, biasanya tanaman kopi lain di sekitarnya akan ikut terinfeksi. Pengendalian yang dilakukan oleh petani hanya sebatas

a b c

b a

(25)

pemangkasan pada tanaman kopi yang sudah terserang namun penyakit kanker batang terus menyerang tanaman kopi. Pada tahun 2013 penyakit tersebut telah menimbulkan kerusakan yang cukup parah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Luas serangan penyakit kanker batang kopi terkonsentrasi di dua kecamatan di Kabupaten Tanggamus yaitu Kecamatan Pulaupanggung dan Kecamatan Airnaningan. Kejadian penyakit kanker batang kopi juga dilaporkan sudah terjadi di Kabupaten Lampung Barat yang merupakan penghasil kopi terbesar di Provinsi Lampung. Jika tidak segera ditangani dengan serius maka penyakit tersebut menimbulkan kerugian yang cukup besar.

Penyebab penyakit kanker batang kopi hingga saat ini sedang dilakukan penetian di Departemen Proteksi Tanaman sehingga pengendalian yang efektif belum dapat dilakukan. Pengendalian yang dilakukan saat ini adalah sanitasi lingkungan di perkebunan kopi seperti pemangkasan tanaman kopi yang terserang, pencabutan tanaman kopi dan melakukan pembakaran tanaman kopi yang terserang, penyiangan gulma secara teratur, dan pemberian pupuk.

Kejadian dan Keparahan Penyakit Kanker Batang Kopi

Rata-rata kejadian penyakit kanker batang kopi berbeda antara umur tanaman kopi. Kelompok umur tanaman kopi kurang dari sama dengan 20 tahun terinfeksi sebesar sebesar 30.67% sedangkan kelompok umur tanaman kopi lebih dari 20 tahun terinfeksi sebesar 52.25% (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa penyakit kanker batang kopi banyak menginfeksi tanaman kopi yang sudah tua. Keparahan penyakit kanker batang kopi pada kelompok umur tanaman kopi kurang dari sama dengan 20 tahun sebesar 28.67%, sedangkan pada kelompok umur tanaman kopi lebih dari 20 tahun sebesar 45.93%. Intensitas keparahan penyakit kanker batang kopi cukup tinggi terutama pada kelompok umur tanaman lebih dari 20 tahun.

Tabel 1 Kejadian dan keparahan penyakit kanker batang kopi Desa Way Ilahan.

Peubah Umur tanaman (tahun)

< 20 > 20 Kejadian penyakit (%) 30.67 ± 18.87 52.25 ± 17.84 Keparahan penyakit (%) 28.67 ± 11.60 45.93 ± 20.32

Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Penyakit Kanker Batang Kopi Perkembangan penyakit tanaman dapat terjadi karena interaksi dari faktor biotik dan abiotik. Faktor-faktor tersebut adalah tanaman inang yang rentan, patogen yang virulen, kondisi lingkungan yang menguntungkan, campur tangan manusia dan waktu interaksi. Proses penyakit digambarkan sebagai skema limas segitiga penyakit.

Faktor-Faktor Iklim

Faktor lingkungan yang sangat memengaruhi perkembangan penyakit tanaman adalah faktor iklim. Faktor iklim seperti curah hujan dan suhu dapat memengaruhi penyebaran patogen. Penyakit pada tanaman cenderung sensitif terhadap perubahan iklim melalui interaksi antara inang, patogen, dan vektor-vektor potensial (Garrett 2009).

(26)

Tabel 2 Jumlah curah hujan (mm) di Kecamatan Pulaupanggunga.

Tahun Curah hujan di Kecamatan Pulaupanggung pada bulan -i Total

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des

2004 22 132 123 119 43 10 0 0 0 240 89 348 1126

2005 406 198 105 123 152 100 162 76 75 114 79 301 1891

2006 62 57 282 256 43 15 3 6 14 2 23 38 801

2007 151 159 209 491 278 91 668 107 0.5 117 23 314 2608 2008 148 157 206 691 20 101 48 154 112 117 112 325 2251

2009 410 120 213 120 152 78 44 106 18 160 100 315 1836

2010 227.5 406 267 43 72 29 108 578.5 69 54.5 74.5 483 2412 2011 117 247 229.5 239 13 107 22 1 67 175.5 147.5 292.5 1658 2012 283.5 255.5 157 283.5 149 71.5 20.5 0 29 123 208 380 1961 2013 352.5 177 249.5 297.5 137.5 61.5 289.5 32 25.5 241 155 420 2439

aSumber: Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Pulaupanggung

Tabel 3 Jumlah hari hujan (HH) di Kecamatan Pulaupanggunga.

Tahun Hari hujan di Kecamatan Pulaupanggung pada bulan -i Total

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des

2004 14 9 10 12 6 4 0 0 0 15 8 23 101

2005 16 12 10 11 10 7 9 8 5 3 4 21 116

2006 13 10 9 12 5 5 2 1 5 1 8 3 74

2007 8 9 10 9 8 8 5 5 1 7 1 7 78

2008 8 9 10 13 2 5 1 10 4 12 9 16 99

2009 19 11 15 10 6 6 2 6 2 12 9 15 113

2010 12 15 18 3 6 4 5 7 7 5 8 7 97

2011 11 12 10 9 2 4 4 1 3 11 5 9 81

2012 12 13 7 8 6 6 2 0 3 7 9 16 89

2013 22 9 8 13 10 6 14 5 4 6 9 17 123

aSumber: Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Pulaupanggung

(27)

Gambar 5 Jumlah curah hujan (mm) di Kecamatan Pulaupanggung.

Gambar 6 Jumlah hari hujan (hari) di Kecamatan Pulaupanggung.

Curah hujan di Kecamatan Pulaupanggung diduga berdampak terhadap perkembangan penyakit kanker batang kopi. Jumlah curah hujan selama 10 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan terutama pada empat tahun terakhir saat pertama kali penyakit kanker batang dilaporkan terjadi. Jumlah curah hujan selama empat tahun terakhir yang mengalami peningkatan tersebut berkorelasi dengan peningkatan penyakit kanker batang kopi.

Iklim menjadi semakin ekstrim dan tak terduga. Perubahan iklim memengaruhi tanaman di ekosistem alam dan pertanian (Stern, 2007). Perubahan iklim juga mengganggu dan mengubah distribusi hama dan penyakit, yang menimbulkan ancaman bagi pertanian. Perubahan pola curah hujan dan suhu dapat menyebabkan epidemi yang parah pada tanaman karena beberapa jenis patogen

0

2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014

C

2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014

(28)

akan cenderung mendukung satu sama lain (Chakraborty 2005). Perubahan iklim dapat menimbulkan pergeseran pola distribusi patogen (Lopez et al. 2002). Pada bulan agustus tahun 2010 terjadi cuaca yang cukup ekstrim yaitu jumlah hari hujan sebanyak tujuh hari dengan jumlah curah hujan sebanyak 578.5 mm (Tabel 2) (Tabel 3). Kondisi tersebut dapat menguntungkan patogen untuk menginfeksi inang. Kondisi cuaca yang ekstrem tersebut diduga berkaitan dengan munculnya penyakit kanker batang kopi pada akhir tahun 2010. Hubungan antara iklim dengan penyakit kanker batang tidak dianalisis secara kuantitatif, hal tersebut disebabkan data luas serangan penyakit kanker batang tidak tersedia. Namun, data suhu untuk wilayah Kecamatan Pulaupanggung tidak dapat diperoleh karena ketidaktersediaan data tersebut pada BP3K Kecamatan Pulaupanggung dan BMKG wilayah Lampung. Ketidaktersediaan data suhu menyebabkan faktor suhu tidak dapat dianalisis hubungannya dengan perkembangan penyakit kanker batang kopi.

Keterkaitan Teknik Budidaya Tanaman Kopi dengan Penyakit Kanker Batang Kopi

Faktor budidaya tanaman sangat erat kaitannya dengan organisme pengganggu tanaman karena merupakan inang utama bagi OPT. Kegiatan budidaya yang dilakukan oleh petani dapat menimbulkan keadaan yang tepat untuk OPT berkembang dan akan menimbulkan kehilangan hasil atau kerugian bagi petani.

Teknik budidaya tanaman kopi yang dilakukan petani berkaitan dengan keparahan penyakit kanker batang kopi yaitu umur tanaman dan frekuensi penggunaan herbisida (Tabel 4). Faktor umur berpengaruh terhadap penyakit kanker batang kopi dengan nilai P kurang dari 0.05. Lebih dari separuh tanaman kopi di Desa Way Ilahan berumur lebih dari 20 tahun atau sudah cukup tua, sehingga ketahanan tanaman kopi terhadap serangan hama dan penyakit semakin berkurang.

Frekuensi penggunaan herbisida oleh petani berkaitan dengan penyakit kanker batang kopi dengan nilai P kurang dari 0.05. Herbisida memiliki potensi untuk memengaruhi penyakit tanaman melalui beberapa mekanisme. Glifosat merupakan herbisida yang paling banyak digunakan diseluruh dunia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada dosis sub-lethal, glyphosate dapat menyebabkan turunnya tingkat fitoaleksin dan meningkatnya kerentanan terhadap patogen (Duke 2007). Aplikasi herbisida yang tidak merata dapat memengaruhi sifat-sifat tanah, mikroorganisme dan tanaman. Aktivitas metabolisme dan pertumbuhan patogen dalam tanah menjadi meningkat karena menghasilkan perubahan fisiologis pada tanaman yang mengakibatkan tanaman menjadi rentan terhadap pernyakit. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan komposisi tanaman inang yang menciptakan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan patogen , perubahan mekanisme pertanahan alami, dan perubahan struktur inang yang dapat mengakibatkan kerentanan yang memudahkan infeksi patogen (Altman 1989). Herbisida yang sering digunakan oleh petani adalah isopropilamina glifosat (Tabel 5). Selain mengendalikan gulma dengan menggunakan herbisida, petani juga mengendalikan gulma secara mekanis atau dengan penyiangan gulma. Penyiangan gulma tidak berpengaruh terhadap perkembangan penyakit kanker batang karena frekuensi petani melakukan penyiangan gulma tidak konsisten dalam satu tahun.

(29)

Tabel 4 Analisis antara teknik budidaya tanaman kopi dengan keparahan penyakit kanker batang.

Teknik budidaya ≤ 30%Keparahan penyakit X Pa > 30%

aNilai P< 0.05 menunjukkan ada hubungan asosiasi antara teknik budidaya dengan keparahan penyakit kanker batang

(30)

menurunnya kondisi tanaman atau tanaman menjadi rentan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu tahun, saat sebelum berbunga dan setelah panen. Petani tidak menggunakan pupuk anorganik seperti pupuk NPK, urea, dan KCl karena harganya yang mahal. Mereka lebih memilih menggunakan pupuk organik yang bisa mereka dapatkan secara cuma-cuma. Hanya sebagian kecil petani yang menggunkan pupuk anorganik oleh karena itu, faktor penggunaan pupuk organik tidak dapat dianalisis. Dosis pupuk organik yang kurang dan tidak melakukan pemupukan secara anorganik menyebabkan tanaman semakin kekurangan hara. Presentase serangan patogen dapat meningkat ketika tanaman kekurangan unsur hara (Saragi 2008). Nutrisi tanaman dapat dapat memengaruhi kerentanan terhadap penyakit melalui perubahan metabolik tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang lebih menguntungkan bagi perkembangan patogen (Spann dan Schumann 2010). Faktor umur tanaman yang tua dan tidak dilakukan pemupukan membuat tanaman kopi rentan terhadap penyakit, terutama penyakit kanker batang kopi.

Tabel 5 Herbisida yang digunakan petani berdasarkan bahan aktif dan golongan.

Bahan aktif Golongan bahan

aktif Jumlah petani pengguna

Isopropilamina glifosat Organofosfat 20

Parakuatdiklorida Piridin 4

2.4D metil amina Fenoksi 1

Petani kopi di Desa Way Ilahan menggunakan pestisida secara intensif dalam pengendalian gulma dan OPT. Dalam pengendalian OPT, petani menggunakan insektisida untuk mengendalikan hama semut. Sebelum panen, petani melakukan penyemprotan pada tanaman kopi dengan tujuan agar semut-semut tidak mengganggu pada saat proses pemanenan sedang berlangsung. Penyemprotan biasanya dilakukan dua kali yaitu saat panen pertama dan panen kedua. Hal tersebut sangat berbahaya terutama untuk tanaman kopi yang dipanen karena akan meninggalkan residu pada tanaman kopi tersebut. Untuk pengendalian penyakit tidak menggunakan fungisida bahkan cenderung tidak melakukan pengendalian apapun. Insektisida yang sering digunakan petani adalah golongan fipronil (Tabel 6).

Tabel 6 Insektisida yang digunakan petani berdasarkan bahan aktif dan golongan.

Bahan aktif Golongan bahan

aktif Jumlah petani pengguna

Fipronil Pirazol 13

Beta sipemetrin Piretroid 11

Alfametrin Piretroid 5

Sipermetrin Piretroid 2

(31)

Penggunaan pestisida yang kurang bijaksana dapat menimbulkan dampak negatif yaitu resistensi hama, ledakan hama sekunder, resurjensi hama, dan residu pestisida (Adriyani 2006). Saat ini, Jepang telah memberlakukan batas maksimum residu pestisida dengan sangat ketat pada bahan makanan, termasuk bahan baku dari biji kopi maupun kakao. Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Karantina Jepang, biji kakao indonesia juga pernah terdeteksi mengandung pestisida yang melampaui batas residu maksimum yang ditetapkan khususnya pestisida 2,4D (Wiryadiputra 2013). Kasus lainnya yaitu penolakan biji kopi Indonesia di Jepang sebanyak 10 kontainer yang berisi 200 ton akibat melebihi batas residu maksimum pestida karena mengandung unsur aktif pestisida isocarb dan carbaryl melebihi ambang batas yang diizinkan (Wijayanti 2013).

(32)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penyakit kanker batang kopi pertama kali dilaporkan terjadi di Provinsi Lampung pada tahun 2010. Faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit kanker batang kopi di antaranya tanaman kopi yang tua dan lemah karena pemupukan yang kurang, frekuensi penggunaan herbisida, serta curah hujan yang mengalami peningkatan selama 10 tahun terakhir.

Saran

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penyebab penyakit kanker batang kopi dan pengendalian yang efektif untuk mengandalikan penyakit tersebut.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Adriyani R. 2006. Usaha pengendalian pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida pertanian. Jurnal Kesehatan Lingkungan. [Internet]. [diunduh 2014 Des 31]; 3(1):95-106. Tersedia pada: http://210.57.222.46/index.php/JKL/art icle/view/739/739.

Altman J, Rovira AD. 1989. Herbicide-pathogen interaction in soil-borne root diseases. Canadian Journal of Plant Pathology. [Internet]. [diunduh 2014 Des 31]; 11(1):166-172. Tersedia pada: http://www.tandfonline.com/na1 01/home/literatum/publisher/tandf/journals/content/tcjp20/1989/tcjp20.v011 .i02/07060668909501133/production/07060668909501133.fp.png_v03. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi perkebunan besar menurut jenis

tanaman [Internet] [diunduh 2013 Des 25]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id.

Chakraborty S. 2005. Potential impact of climate change on plant pathogen interaction. Australasian Plant Pathhology [Internet]. [diunduh 2014 Des 04]; 34(1):443-448. Tersedia Pada:http://link.springer.com/article/10.1071/ AP 05084.

Cook RJ, Yarham DJ. 2006. Epidemiology in suistainable systems. Di dalam: Cooke BM, Jones DG, Kaye B, editor.The Epidemiology of PlantDiseases. Berlin (DE): Springer. hlm 309-334.

Duke SO, Cerdeira AL, Matallo MB. 2007. Herbicide effects on plant disease. Pest

Management Science. [Internet]. [diunduh 2014 Des 31]; 18(1):36-40.

Tersedia pada: http://w3.ufsm.br/herb/DFS1024/HERBICIDE%20EFFE CTS%20ON%20PLANT%20DISEASE.pdf.

Garrett KA, Nita M, De Wolf ED, Gomez L, Sparks AH. 2009. Plant pathogens as indicators of climat change. Di dalam: Letcher T, editor. Climate and

Global Change: Observed Impact on Planet Earth. Amsterdam (NE):

Elsevier. hlm 425-437.

Heri.2013. Tanaman kopi di Tanggamus terserang kanker [Internet]. [diunduh 2013 Nov 29]. Tersedia pada: http://lampung.tribunnews.com/2013/03/15/ tanaman-kopi-di-tanggamus-terserang-kanker.

Lopez RY, Pacheco IT, Gonzalez RG, Hernandez MI, Quijano JA, dan Garcia ER. 2012. The effect of climate change on plant diseases. African Journal Of

Biotechnology. [Internet]. 11(10):2417-1428. Tersedia pada:

http://www.academicjournals.org/AJB. DOI:10.5897/AJB10.2442. Panggabean E. 2011. BukuPintar Kopi. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Rahardjo P. 2012. Kopi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Saragi SM. 2008. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap penakit pada beberapa varietas tanaman jagung (Zea mays L.) di lapangan [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

Sastrahidayat IR. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Surabaya (ID): Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Siswoputranto PS. 1993. Kopi Internasional dan Indonesia. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.

(34)

Semangun H. 2006. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Semangun H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Spann TM, Schumann AW. 2010. Mineral Nutrition Contributes to Plant Disease and Pest Resistance. EDIS University of Florida Publication

#HS1181[Internet]. [diunduh 2014 Des 31]; 1-4. Tersedia pada:

http://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/HS/HS118100.pdf.

Stern N. 2007. The Economic of Climate Change. Cambridge (UK): Cambridge University Press.

Waller JM, Bigger M, Hillocks RJ. 2007. Coffee Pests, Diseases &

TheirManagement. London (GB): Biddles Ltd.

Wijayanti L. 2013. Efektivitas Program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) pada Perkebunan Kopi Rakyat di Kabupaten Temanggung Jawa Tengah [Thesis]. Bogor (ID): Institur Pertanian Bogor.

Wiryadiputra S. 2013. Residu Pestisida pada Biji Kakao Indonesia dan Produk Variannya, serta Upaya Penanggulangan [Internet]. [diunduh pada 2014 Des 31]; 1(1):40-62. Tersedia pada: http://iccri.net/download/Review/Volume% 201%20No.%201/4.%20skd%20rev-rhl-final.pdf

Yahmadi Mudrig. 2007. Rangkaian Perkembangan dan Permasalahan Budidaya dan Pengolahan kopi di Indonesia. Surabaya (ID). Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI).

(35)
(36)

Lampiran 1 Hasil analisis tabulasi silang antara teknik budidaya kopi

(37)

Chi-Square Tests

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,42. b. Computed only for a 2x2 table

Frekuensi penggunaan herbisida * keparahan

Crosstabulation minimum expected count is 2,48.

(38)

Penggunaan pupuk organik * keparahan

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .026 1 .872

Fisher's Exact Test 1.000 .606

Linear-by-Linear

Association .025 1 .875

N of Valid Casesb 31

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,19. b. Computed only for a 2x2 table

(39)

Keadaan gulma * keparahan

Crosstabulation Keparahan

Total ≤30 >30

Keadaan gulma

Rendah 4 3 7

Sedang 5 11 16

Tinggi 2 6 8

Total 11 20 31

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.944a 2 .378

Likelihood Ratio 1.891 2 .388

Linear-by-Linear

Association 1.566 1 .211

N of Valid Cases 31

(40)

Lampiran 2 Kuisioner terstruktur tentang teknik budidaya kopi

Kabupaten/Kota : ……… Pewawancara : ……….. Kecamatan : ……… Tanggal wawancara : ………. Desa : ……… Tempat wawancara : Kebun/Rumah 5. Pengalaman berusahatani kopi:

[ ] 5-10 tahun [ ] 10 tahun 6. Luas kebun kopi yang diusahakan:

[ ] < 2.5 ha [ ] 2.5 – 5 ha [ ] 5 – 10 ha [ ] > 10 ha 7. Status kepemilikan lahan:

[ ] pemilik dan penggarap [ ] penyewa

[ ] penggarap

[ ] lainnya ……….

Budidaya Kopi

8. Varietas kopi yang ditanam: ………. 9. Asal benih:

[ ] membuat benih sendiri

[ ] membeli di toko pertanian/kios [ ] membeli dari petani lain 11. Populasi tanaman perluasan lahan?

(41)

[ ] monokultur

[ ] tumpang sari dengan tanaman ……… [ ] lainnya ………

13. Sejarah lahan sebelumnya ……

15. Apakah Bapak menggunakan pupuk kandang?

[ ] ya, jenis pupuk kandang ... dosis ...kg/ha. [ ] tidak

16. Apakah Bapak menggunakan pupuk buatan?

[ ] ya, jenis pupuk buatan yang digunakan

a. Urea dosis ... kg/ha, diberikan pada umur ... b. KCl dosis ... kg/ha, diberikan pada umur ... c. Lainnya ...

[ ] tidak

17. Apakah Bapak melakukan penyiangan gulma?

[ ] ya, berapa kali ...pada umur tanaman ... [ ] tidak

18. Apakah Bapak menggunakan herbisida?

[ ] ya, berapa kali ...Jenis apa ... [ ] tidak

19. Apakah Bapak melakukan pemangkasan?

[ ] ya, berapa kali ...pada umur tanaman ...

DI = Kejadian penyakit (Disease Incidence) n = Jumlah tanaman yang terserang

N = Jumlah seluruh tanaman contoh yang diamati 22. Keparahan penyakit

DS = ∑ (ni . vi)/N.V x 100%

DS = Keparahan Penyakit( Disease Severity)

ni = Jumlah bagian tanaman terserang pada kategori ke-I vi = kategori kerusakan ke-I

(42)

Hama dan Penyakit Tanaman Kopi

19. Hama apa saja yang sering menyerang tanaman kopi? [ ] Penggerek buah kopi Hypothenemus hampei [ ] Penggerek ranting Xyloborus coffeae

[ ] Kutu tempurung Coccus viridis [ ] Kutu kebul Planococcus citri 20. Bagaimana Bapak mengendalikan hama tersebut?

[ ] disemprot menggunakan insektisida ... [ ] lainnya ……….

21. Penyakit apa yang sering menyerang tanaman kopi? [ ] ...

[ ] ... [ ] ... [ ] ...

22. Bagaimana Bapak mengendalikan penyakit tersebut? [ ] disemprot menggunakan ... [ ] lainnya ……….

23. Berapa kali Bapak melakukan penyemprotan pestisida dalam satu tahun? [ ] 1 kali

[ ] 2 kali [ ] 3 kali

[ ] lainnya ...

24. Dari mana Bapak mendapat informasi mengenai jenis pestisida yang digunakan pada kopi?

[ ] tampak ada gejala serangan hama/penyakit pada daun [ ] serangan hama/penyakit meningkat

[ ] petani sekitarnya menyemprot

[ ] sudah waktunya menyemprot (berjadwal)

26. Pada saat menyemprot apakah Bapak mencampur lebih dari satu jenis pestisida? [ ] ya

[ ] tidak

27. Bila ya, apa alasan Bapak mencampur pestisida tersebut? [ ] menghemat waktu

[ ] menghemat tenaga

[ ] agar dapat membunuh hama/penyakit sekaligus [ ] lainnya...

28. Dalam mencampur pestisida, Bapak menggunakan berapa jenis pestisida? [ ] 2 jenis

(43)

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 4  Gejala penyakit kanker batang kopi (a), infeksi pada daun (b), infeksi
Tabel 2  Jumlah curah hujan (mm) di Kecamatan Pulaupanggunga.
Gambar 5  Jumlah curah hujan (mm) di Kecamatan Pulaupanggung.
Tabel 4  Analisis antara teknik budidaya tanaman kopi dengan keparahan penyakit

Referensi

Dokumen terkait

PENGGUNAAN VARIETAS TANAMAN BARU YANG UNGGUL ❖ Cekaman suhu dan hujan menjadi pembatas dalam budidaya kopi ❖ Peningkatan suhu akibat perubahan iklim menyebabkan jenis tanaman

Karya Kreasi Pesona Indah dengan Pekerjanya yang menyatakan bahwa “Pemutusan atau pengakhiran perrjanjian ini yang disebabkan oleh hal yang disebut dalam pasal 7 ayat

petanda serologis yang spesifik, apabila terjadi kenaikan serum transaminase sedikitnya dua ka- li diatas nilai normal pada dua kali pemeriksaan secara terpisah memiliki

1. Mapag Sri - Sedekah Bumi, dilaksanakan sebelum memasuki masa panen dan Sedekah Bumi dilakukan setelah masa panen usai. Acara ini dilakukan sebagai ungkapan terimakasih pada

Metrik langsung dalam proses rekayasa perangkat lunak berhubungan dengan biaya dan sumber daya yang diperlukan, misalnya: pengukuran jumlah baris kode, kecepatan

Dalam suku bangsa Batak Toba terdapat sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu dan sembilan nilai budaya Batak yang mencakup segala aspek kehidupan orang Batak yaitu kekerabatan, religi

Pada budidaya tanaman tanaman kopi, penggunaan bahan tanam yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan

Pengukuran tingkat dan perubahan gas mudah terbakar dalam minyak isolasi adalah alat diagnostik yang dapat dipercaya yang dapat digunakan sebagai indikator kejadian yang