• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Setek Batang Pohpohan (Pilea trinervia Wight.) pada Umur Tanaman, Bagian Batang, dan Media Tanam yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan Setek Batang Pohpohan (Pilea trinervia Wight.) pada Umur Tanaman, Bagian Batang, dan Media Tanam yang Berbeda"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN SETEK BATANG POHPOHAN (

Pilea trinervia

Wight.) PADA UMUR TANAMAN, BAGIAN BATANG, DAN

MEDIA TANAM YANG BERBEDA

NICHA MUSLIMAWATI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Setek Batang Pohpohan (Pilea trinervia Wight.) pada Umur Tanaman, Bagian Batang, dan Media Tanam yang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

NICHA MUSLIMAWATI. Pertumbuhan Setek Batang Pohpohan (Pilea trinervia Wight.) pada Umur Tanaman, Bagian Batang, dan Media Tanam yang Berbeda. Dibimbing oleh KETTY SUKETI dan ANAS D SUSILA.

Pohpohan (Pilea trinervia Wight.) merupakan salah satu sayuran indigenous yang banyak tumbuh di daerah pegunungan Jawa Barat. Pemenuhan kebutuhan bibit pohpohan dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang singkat dapat dilakukan dengan perbanyakan vegetatif setek, tetapi perbanyakan setek pada pohpohan belum banyak dikembangkan untuk saat ini. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Tajur, Bogor, dari Januari sampai Juli 2013. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Percobaan pertama yaitu memperoleh umur setek batang pohpohan yang baik untuk pertumbuhan setek dan percobaan kedua yaitu memperoleh bagian batang dan media tanam yang baik untuk pertumbuhan setek batang pohpohan. Perlakuan pada percobaan pertama yaitu setek batang pohpohan yang berumur 3, 4, 5, dan 6 bulan. Setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan menunjukkan nilai rata-rata terbaik untuk pertumbuhan jumlah daun dan pertambahan panjang batang. Setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan pada percobaan pertama diberikan perlakuan untuk percobaan kedua yaitu perlakuan bagian batang (pucuk, tengah, dan pangkal) dan perlakuan media tanam (topsoil, rockwool, kombinasi 1:1 arang sekam dan kompos, serta kascing). Percobaan terdiri dari 5 tanaman diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 720 satuan percobaan dan diuji dengan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial. setek. Setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan pada bagian pucuk paling baik ditanam pada media arang sekam dan kompos dengan jumlah daun 11 helai dan pertambahan panjang batang setek 3.94 cm. Setek batang pohpohan pada bagian tengah paling baik ditanam pada media arang sekam dan kompos dengan pertumbuhan jumlah daun 10 helai dan pertambahan panjang batang setek 2.67 cm. Setek batang pohpohan yang pada bagian pangkal paling baik ditanam pada media arang sekam dan kompos dengan jumlah daun 12 helai dan pertambahan panjang batang setek yaitu 2.38 cm.

Kata kunci: arang sekam, indigenous, kompos, rockwool

ABSTRACT

NICHA MUSLIMAWATI. The Growth of Stem Cuttings Pohpohan (Pilea trinervia Wight.) at the Different Age, Part of Stem, and Growing Media. Supervised by KETTY SUKETI and ANAS D SUSILA.

(5)

The research consisted of two experiments. The first experiment was to obtain the plant age of pohpohan that was good for the growth of stem cuttings pohpohan and the second experiment was to obtain the stem and growing media that was good for the growth of stem cuttings pohpohan. Treatment on first experiment was stem cutting pohpohan 3, 4, 5, and 6 months. Treatment of pohpohan 4 month showed the best of number of leaves and the increase of stem length. Stem cutting pohpohan 4 months on first experiment was gaved a treatment for second experiment, that was part of stem (tips, central, and base) and growing media (topsoil, rockwool, combination 1:1 of husk and compost, and vermicompost).

There were 5 cuttings per treatment and 3 replications in this way a total was 720 cuttings. The experiment was laid out in Randomized Completely Block Design factorial.. The cutting pohpohan 4 month of stem tips were the best grown in husk and compost media with 11 number of leaves and 3.94 cm the increase of stem length. The cutting pohpohan of central stem were the best grown in husk and compost with 11 number of leaves and 2.67 cm the increase of stem length. The cutting pohpohan of base stem were best grown in husk and compost with 12 number of leaves and 2.38 cm the increase of stem length.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PERTUMBUHAN SETEK BATANG POHPOHAN (

Pilea trinervia

Wight.) PADA UMUR TANAMAN, BAGIAN BATANG, DAN

MEDIA TANAM YANG BERBEDA

NICHA MUSLIMAWATI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pertumbuhan Setek Batang Pohpohan (Pilea trinervia Wight.) pada Umur Tanaman, Bagian Batang, dan Media Tanam yang Berbeda Nama : Nicha Muslimawati

NIM : A2409095

Disetujui oleh

Dr Ir Ketty Suketi, MSi Pembimbing I

Dr Ir Anas D Susila, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul Pertumbuhan Setek Batang Pohpohan (Pilea trinervia Wight.) pada Umur Tanaman, Bagian Batang, dan Media Tanam yang Berbeda ini dapat diselesaikan. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr Ir Ketty Suketi, Msi dan Dr Ir Anas D Susila, MSi sebagai pembimbing skripsi yang telah membimbing dalam penyelesaian karya ilmiah ini. 2. Dr Ir Suwarto, MS sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan

bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan.

3. Dr Sintho W Ardie, SP, MSi sebagai penguji yang telah memberi kritik dan saran dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

4. Ibu Ade, Bapak Kardin, dan seluruh teknisi Kebun Percobaan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Tajur, Bogor yang telah membantu dalam pelaksanaan percobaan sampai dengan selesai.

5. Keluarga besar Bapak Mustopa (Alm) yang telah memberikan doa, dukungan, dan kasih sayang selama ini.

6. Teman-teman AGH 46 yang telah membantu dan memberi dukungan selama persiapan penelitian sampai penyelesaian karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Pohpohan 2

Perbanyakan Vegetatif Setek 2

Media Tanam 4

BAHAN DAN METODE 5

Tempat dan Waktu 5

Bahan dan Alat 5

Pelaksanaan Percobaan 6

Pengamatan 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Kondisi Umum 8

Percobaan 1 8

Percobaan 2 10

KESIMPULAN DAN SARAN 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 17

(13)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah daun dan pertambahan panjang batang setek batang

pohpohan yang berumur 3, 4, 5, dan 6 bulan 9

2 Pertumbuhan setek batang pohpohan yang berumur 3, 4, 5, dan 6

bulan saat 6 MST 10

3 Jumlah daun setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan pada

perlakuan bagian batang dan media tanam 11

4 Interaksi antara setek bagian batang dan media tanam terhadap jumlah daun setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan pada

5 MST dan 6 MST 11

5 Pertambahan panjang batang setek batang pohpohan yang berumur 4

bulan pada perlakuan bagian batang dan media tanam 12 6 Interaksi antara bagian batang dan media tanam terhadap

pertambahan panjang batang setek batang pohpohan yang berumur 4

bulan pada 6 MST 13

DAFTAR GAMBAR

1 Pertumbuhan setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan saat

6 MST 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pertumbuhan pohpohan di desa Calobak, Kabupaten Bogor 17 2 Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur 3, 4,

5, dan 6 bulan pada peubah jumlah daun dan pertambahan panjang

batang 17

3 Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur 3, 4,

5, dan 6 bulan pada peubah persentase hidup dan tinggi tunas 18 4 Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur 3, 4,

5, dan 6 bulan pada peubah lebar daun dan diameter batang 19 5 Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur 3, 4,

5, dan 6 bulan pada peubah jumlah cabang 20

6 Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur 3, 4, 5, dan 6 bulan pada perlakuan bagian batang dan media tanam

terhadap pertambahan panjang batang dan jumlah daun 21 7 Setek batang bagian pangkal pohpohan yang berumur 4 bulan pada

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis yang menghasilkan berbagai macam sayuran. Salah satu sayuran yang tumbuh subur di Indonesia adalah sayuran indigenous. Sayuran indigenous adalah sayuran asli suatu daerah di Indonesia yang berasal dari daerah atau ekosistem tertentu, termasuk spesies pendatang dari wilayah geografis lain yang telah berevolusi dengan iklim dan geografis wilayah Indonesia. Sayuran indigenous disebut juga sayuran lokal (Balitsa 2007).

Pohpohan merupakan salah satu sayuran indigenous yang banyak tumbuh di daerah pegunungan Jawa Barat. Daun pohpohan sering dikonsumsi masyarakat sebagai penganan dalam keadaan segar karena memiliki aroma yang khas dan berbau harum. Di Jawa Barat sayuran ini dapat diperoleh di pasar tradisional dan supermarket. Sementara itu daun pohpohan yang biasanya dikonsumsi hanya diperoleh dari kebun rumah yang berskala kecil. Pohpohan dapat tumbuh di daerah dengan sinar matahari penuh, dengan tanaman naungan, dan dapat tumbuh sebagai penutup tanah (Mahyar 1994).

Menurut Balitsa (2007) pada umumnya pohpohan diperbanyak menggunakan biji, tetapi terdapat beberapa kendala, yaitu perbanyakan melalui biji (perkecambahan benih) membutuhkan waktu yang relatif lama, selain itu kondisi benih yang rekalsitran menyebabkan benih pohpohan tidak dapat disimpan terlalu lama. Menurut Muchtadi (2000) hal ini tidak seimbang dengan permintaan produksi bibit pohpohan yang terus meningkat. Menurut Mahyar (1994) untuk pemenuhan kebutuhan bibit pohpohan dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang singkat yaitu dengan teknik perbanyakan secara vegetatif, salah satunya dengan setek, tetapi perbanyakan setek pada pohpohan belum banyak dikembangkan.

Setek merupakan teknik perbanyakan alternatif dalam upaya pemenuhan kebutuhan bibit, dilakukan dengan cara melakukan pemisahan atau pemotongan bagian batang, akar atau daun dari pohon induknya. Perbanyakan yang dilakukan dengan cara setek akan terbentuk individu baru dengan genotipe sama dengan induknya (Hartmann dan Kester 2002). Menurut Rohadi dan Nurhasybi (2003) faktor yang mempengaruhi keberhasilan setek berakar dan tumbuh baik adalah sumber bahan setek dan perlakuan terhadap bahan setek. Hal yang perlu diperhatikan dalam perlakuan terhadap bahan setek adalah penggunaan jenis media.

Tujuan

1. Memperoleh umur setek batang pohpohan yang baik untuk pertumbuhan setek. 2. Memperoleh bagian batang dan media tanam yang baik untuk pertumbuhan

(16)

2

Hipotesis

1. Terdapat bagian batang yang baik untuk pertumbuhan setek batang pohpohan (Pilea trinervia Wight.) pada umur bahan tanaman yang berbeda.

2. Terdapat media tanam yang baik untuk pertumbuhan setek batang pohpohan (Pilea trinervia Wight.) pada umur bahan tanaman yang berbeda.

3. Terdapat interaksi bagian batang dan media tanam untuk pertumbuhan setek batang pohpohan (Pilea trinervia Wight.) pada umur bahan tanaman yang berbeda.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Pohpohan

Pohpohan merupakan tanaman terna, tumbuh tegak dan termasuk dalam famili Urticaceae, dengan genus Pilea, dan nama spesis Pilea trinervia Wight., yang tingginya dapat mencapai 1–2 meter. Pohpohan berasal dari Himalaya Tropis bagian timur dan Pulau Jawa. Penyebaran untuk tanaman ini cukup luas, yaitu dari India dan Srilanka, Taiwan, Jepang, Filipina, dan Indonesia. Di daerah Jawa dan Sumatera, pohpohan biasa digunakan untuk penganan dalam keadaan segar. Daun muda dan bagian pucuk dari pohpohan merupakan bagian utama yang dikonsumsi. Daun pohpohan berbentuk lebar memanjang atau bulat telur dengan permukaan atas berbulu halus menyerupai urat sejajar yang sangat jelas. Tanaman pohpohan dapat berbunga sepanjang tahun (Mahyar 1994).

Perbanyakan Vegetatif Setek

Setek dapat dibedakan berdasarkan bagian yang dijadikan bahan setek. Setek yang dilakukan pada bagian atas tanaman seperti setek pucuk dan setek batang bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem perakaran baru. Setek yang dilakukan pada bagian bawah tanaman seperti setek akar, bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem bagian atas tanaman. Setek daun bertujuan untuk pembentukan sistem perakaran dan batang tanaman. Keuntungan perbanyakan melalui setek diantaranya yaitu murah, dapat dilakukan dengan cepat, sederhana dan tidak memerlukan tenaga terlatih. Selain itu perbanyakan vegetatif setek juga dapat menghasilkan tanaman yang sempurna dengan akar, daun, dan batang dalam waktu relatif singkat serta bersifat serupa dengan induknya (Hartmann dan Kester 2002).

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Setek

(17)

3 tanaman sayuran tidak dapat diperbanyak dengan metode setek. Bahan setek memiliki nutrisi yang terkandung didalamnya, yaitu ketersediaan air dan kandungan hormon endogen dalam jaringan setek (Hartmann dan Kester 2002).

Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan setek yaitu suhu, media perakaran, kelembapan, dan intensitas cahaya. Kisaran suhu yang baik untuk perbanyakan perakaran adalah 21–27 oC. Setiap jenis tanaman akan mempunyai kisaran suhu yang berbeda-beda untuk merangsang pembentukan primordia. Jenis media yang digunakan untuk media perakaran sangat mempengaruhi kemampuan setek untuk membentuk akar. Media perakaran memiliki fungsi yaitu untuk menahan bahan setek agar tetap berada dalam tempatnya, menyediakan dan menjaga kelembapan yang dibutuhkan oleh setek, serta membiarkan penetrasi udara ke bagian dasar dari setek (Mahlstede dan Haber 2007).

Inisiasi Akar

Inisiasi merupakan salah satu aspek tumbuh tanaman dengan menghasilkan bagian-bagian atau organ baru. Pertambahan jumlah akar merupakan salah satu ciri pertumbuhan atau inisiasi tersebut. Rambut akar dapat tumbuh dari akar utama (akar lateral) atau berasal dari jaringan batang tumbuhan (akar adventif) yang dapat dipacu dengan pemberian zat pengatur tumbuh auksin dalam jumlah tertentu (Mukherji dan Ghosh 2000).

Menurut Hidayat dan Rusdiana (2005) proses pembentukan akar pada tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dari hasil perbanyakan secara setek berbeda dengan hasil penyemaian benih. Akar sekunder memiliki ukuran lebih panjang daripada akar primer. Setek batang bagian pangkal menghasilkan rata-rata akar yang lebih panjang dibandingkan dengan setek batang bagian tengah dan ujung.

Setek Batang

Setek batang merupakan hal yang perlu diperhatikan karena berpengaruh terhadap kemampuan bahan setek membentuk akar. Panjang dan diameter setek yang baik untuk masing-masing jenis tanaman berbeda satu dengan lainnya (Hartmann dan Kester 2002). Menurut Santoso (2008) perbanyakan tanaman jarak pagar secara vegetatif dapat dilakukan dengan setek batang berukuran panjang berkisar 20–30 cm dengan diameter 2.5–3.0 cm atau dengan setek batang yang berdiameter 2.0–2.4 cm atau 2.5–2.9 cm dengan panjang 30 cm.

Zat Pengatur Tumbuh

(18)

4

Media Tanam

Media tanam memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan sayuran indigenous pohpohan. Menurut Yasman dan Smits (2009) salah satu syarat media tanam yang baik adalah porositas, yaitu kemampuan media dalam menyerap air dan steril. Tingkat porositas tanaman di tiap daerah berbeda-beda. Di daerah dataran rendah yang berudara panas, tingkat penguapannya tinggi, media harus mampu menahan air sehingga tidak mudah kering. Media sebaiknya bebas dari organisme yang dapat menyebabkan penyakit, seperti: bakteri, spora, cendawan, dan telur siput.

Topsoil

Topsoil merupakan tanah lapisan teratas yang mengandung bahan organik, berwarna gelap, dan memiliki kedalaman sampai 25 cm yang disebut dengan lapisan olah tanah (Hardjowigeno 1992). Menurut penelitian Fatimah dan Handarto (2008) perlakuan media tanam topsoil meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, dan bobot segar total tanaman sambiloto.

Rockwool

Rockwool adalah bahan non-organik yang dibuat dengan cara meniupkan udara atau uap ke dalam batuan yang dilelehkan. Hasilnya adalah sejenis fiber yang memiliki rongga-rongga dengan diameter umumnya antara 6–10 µm. Rockwool memiliki beberapa kemampuan yang baik untuk tanaman, yaitu: mampu menahan air dan udara dalam jumlah yang banyak untuk mendukung perkembangan akar tanaman, penyedia nutrisi yang dibutuhkan tanaman, dan sebagai struktur penyangga yang baik untuk tanaman (Nowaks dan Kunka 2010).

Arang Sekam dan Kompos

Arang sekam adalah sekam atau kulit padi yang dibakar dengan teknik tertentu sehingga menghasilkan sekam menjadi arang. Sekam merupakan lapisan keras yang membungkus kariopsis butir gabah yang terdiri atas dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan (Deptan 2008).

Kompos merupakan pupuk organik buatan yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa buangan mahluk hidup (tanaman atau hewan) yang ramah lingkungan, aplikasinya mudah, dan mengandung unsur hara makro dan mikro (Darmosarkoro dan Sutarta 2010).

Hasil penelitian Komarayati (2002) menunjukkan bahwa komposisi arang sekam dan kompos yang dicampurkan dengan tanah dapat memperbaiki kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah, serta sistem perakaran tanaman. Secara morfologi arang mempunyai pori pada permukaannya yang sangat efektif untuk mengikat dan menyimpan hara. Hara tersebut dilepaskan secara perlahan sesuai dengan konsumsi dan kebutuhan tanaman (efek slow release).

Kascing

(19)

5 dan jenis tanaman. Penelitian Darmi (2007) menunjukkan bahwa komposisi kascing dan tanah 1:1 meningkatkan tinggi tanaman, jumlah buah, dan bobot hasil panen pada tanaman cabai.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Tajur, Bogor, pada bulan Januari sampai Juli 2013.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan yaitu bibit pohpohan berumur 3, 4, 5, dan 6 bulan. Media tanam yang digunakan yaitu topsoil dari Kebun Percobaan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Tajur, Bogor, rockwool, kombinasi 1:1 arang sekam dan kompos, serta kascing. Pupuk yang digunakan yaitu NPK 15:15:15. Rootone F digunakan sebagai perangsang terbentuknya akar. Alat-alat yang digunakan diantaranya yaitu paranet 75%, plastik, polybag, tray, gunting, pisau cutter, gunting setek, penggaris, kamera, serta alat lainnya yang sering digunakan dalam budidaya pertanian.

Metode Percobaan

Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, percobaan pertama bertujuan memperoleh umur setek batang pohpohan yang baik untuk pertumbuhan setek dan percobaan kedua bertujuan memperoleh bagian batang dan media tanam yang baik untuk pertumbuhan setek batang pohpohan.

Percobaan 1

Rancangan percobaan yang dilakukan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal, yaitu umur tanaman. Rancangan ini terdiri dari 4 perlakuan, yaitu setek batang pohpohan yang berumur 3, 4, 5, dan 6 bulan. Percobaan disusun dengan 5 tanaman masing-masing perlakuan dan diulang 3 kali, sehingga terdapat 720 satuan percobaan.

(20)

6

Model statistika yang digunakan adalah sebagai berikut:

Уij= μ +αi+βj+ εij

Rancangan percobaan yang dilakukan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu bagian batang, yang terdiri 3 taraf perlakuan, yaitu setek batang bagian pucuk, tengah, dan pangkal. Faktor kedua yaitu media tanam yang terdiri dari 4 taraf perlakuan, yaitu topsoil, rockwool, arang sekam dan kompos, dan kascing. Percobaan disusun dengan 5 setek masing-masing perlakuan dan diulang 3 kali, sehingga terdapat 720 satuan percobaan.

Data yang diperoleh dilakukan analisis statistik menggunakan Uji F dan jika hasilnya nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf uji 5%.

Model statistika yang digunakan adalah sebagai berikut:

Уijk = μ + αi + βj + ρk + (αβ)ij + εijk Keterangan:

Уijk = respon pada pengaruh bagian batang ke-i, media tanam ke-j, dan kelompok ke-k.

μ = rataan umum

αi = pengaruh bagian batang ke-i

βj = pengaruh media tanam ke-j

ρk = pengaruh kelompok ke-k

αβij = interaksi dari bagian batang dan media tanam

εijk = galat percobaan, bagian batang ke-i, media tanam ke-j, dan kelompok ke-k.

Pelaksanaan Percobaan Persiapan Bibit Tanaman

(21)

7

Persiapan Bahan dan Alat

Pohpohan yang berumur 3, 4, 5, dan 6 bulan kemudian diambil untuk dijadikan bahan setek. Setek batang pohpohan yang ditanam pada media topsoil, arang sekam dan kompos, serta kascing dimasukkan ke dalam polybag ukuran 10 cm x 10 cm. Rockwool dipotong kecil-kecil berbentuk kubus dengan sisi 7 cm dan setek batang pohpohan yang ditanam pada media rockwool dimasukkan kedalam tray. Persiapan alat berupa paranet 75% dan plastik yang dipasang di rumah pembibitan.

Setek Batang Pohpohan

Setek batang pohpohan dilakukan pada bagian pucuk, tengah, dan pangkal batang dengan tinggi 7–8 cm. Setelah dilakukan setek bagian batang tersebut direndam pada larutan Rootone F dengan konsentrasi 100 g l- dan dimasukkan ke dalam polybag dan tray yang telah terisi media tanam.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan yaitu penyiraman, pemupukan, penyiangan atau pencabutan gulma, serta pengendalian hama penyakit tanaman. Penyiraman dilakukan setiap hari. Pemupukan dilakukan pada 3 MST menggunakan pupuk NPK 15:15:15 dengan konsentrasi 24 g l-1 dan dilakukan dengan cara dikocor. Penyiangan atau pencabutan gulma dilakukan di sekitar area pembibitan, serta pengendalian hama penyakit tanaman dilakukan hanya sebatas membuang tanaman yang sakit karena terserang hama atau menyingkirkan beberapa serangga pengganggu yang ada di tanaman tersebut.

Pengamatan

1. Persentase Hidup

Persentase setek hidup dihitung dengan membandingkan antara jumlah setek yang masih hidup pada akhir pengamatan dengan jumlah setek yang

Jumlah daun dihitung dari banyaknya daun yang ada dalam satu tanaman dan dihitung pada 1 MST sampai 6 MST.

4. Lebar Daun

Lebar daun diukur dari lebar daun tengah terpanjang dan diukur pada 1 MST sampai 6 MST.

5. Pertambahan Panjang Batang Setek

(22)

8

6. Diameter Batang

Diameter batang diukur dari panjang lingkar batang tanaman dengan menggunakan jangka sorong dan diukur pada 1 MST sampai 6 MST.

7. Jumlah Cabang

Jumlah cabang dihitung dari banyaknya cabang yang ada pada satu tanaman dan dihitung pada 1 MST sampai 6 MST.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Tajur, Bogor. Menurut BMKG (2013) ketinggian daerah Tajur, Bogor yaitu 250 m dpl.

Pada saat percobaan terdapat sedikit kendala seperti adanya penyakit yang menyerang setek batang ± 5% dan adanya cendawan pada media rockwool. Penyakit yang rawan menyerang pada setek batang pohpohan adalah busuk batang, penyakit ini menyebabkan batang berwarna kehitaman dan berbau. Penyakit busuk batang ditandai dengan berubahnya warna batang menjadi coklat kehitaman, diameter batang mengecil dan mengakibatkan kematian. Gulma yang sering ditemukan tumbuh di polybag yaitu gulma jenis rumput. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh sehingga tidak mengganggu tanaman pohpohan.

Percobaan 1

Jumlah Daun dan Pertambahan Panjang Batang Setek Batang Pohpohan

(23)

9 kekurangan unsur hara makro dan mikro memiliki warna dan ukuran daun yang abnormal. Menurut Wolf dan Janicke (2000) penurunan kemampuan batang untuk tumbuh pada jaringan tanaman tua disebabkan oleh berkurangnya kandungan senyawa fenol yang berfungsi sebagai kofaktor sitokinin, selain itu pada jaringan tua telah terbentuk jaringan schlerenchym yang sering menghambat inisiasi akar adventif. Menurut Hossain dan Bhuiyan (2006) bahan setek pada umur tanaman muda memiliki juvenilitas tinggi serta kandungan auksin dan sitokinin yang juga tinggi sehingga pertumbuhan batang mudah terbentuk. Auksin bergerak secara polar dari ujung tajuk menuju akar, sebaliknya sitokinin bergerak dari ujung akar ke ujung tajuk.

Tabel 1 Jumlah daun dan pertambahan panjang batang setek batang pohpohan yang berumur 3, 4, 5, dan 6 bulana

MST

Jumlah daun (helai) Pertambahan panjang batang (cm)

*: berpengaruh nyata pada taraf uji 5%, tn: tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Umur Tanaman

(24)

10

batang pohpohan yang berumur 3 bulan menunjukkan jumlah daun 9 helai dan pertambahan panjang batang setek 3.21 cm. Perlakuan setek batang pohpohan yang berumur 5 bulan menujukkan nilai rata-rata jumlah daun 9 helai dan pertambahan panjang batang setek 3.09 cm. Perlakuan setek batang pohpohan yang berumur 6 bulan menunjukkan nilai rata-rata jumlah daun 10 helai dan pertambahan panjang batang setek 3.13 cm (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan dapat dijadikan sebagai bahan tanam yang baik. Menurut Hartmann dan Kester (2002) umur bahan tanam merupakan salah satu faktor terpenting dalam perbanyakan setek. Umur tanaman yang terlalu tua atau terlalu muda menyebabkan setek gagal berkembang.

Tabel 2 Pertumbuhan setek batang pohpohan yang berumur 3, 4, 5, dan 6 bulan saat 6 MSTa

Peubah Umur bahan tanam (bulan)

3 4 5 6

Jumlah daun (helai) 9.16 11.83 8.46 8.13

KK (%) 16.21 15.03 17.82 20.11

Uji F tn * tn tn

Pertambahan panjang batang(cm) 3.21 3.87 3.09 3.13

KK (%) 6.67 5.41 7.73 9.12

Uji F tn * tn tn

a

*: berpengaruh nyata pada taraf uji 5%, tn: tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Percobaan 2

Jumlah Daun Setek Batang Pohpohan yang Berumur 4 Bulan

Jumlah daun dihitung pada 1 MST – 6 MST. Bagian batang mempengaruhi jumlah daun pada 4 MST – 6 MST. Setek bagian batang yang ditanam pada media mempengaruhi jumlah daun pada saat 5 MST – 6 MST. Terdapat interaksi antara bagian batang dan media tanam saat 5 MST – 6 MST (Tabel 3). Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan pada perlakuan bagian batang dan media tanam terlampir pada Lampiran 6. Setek batang pohpohan bagian pangkal yang ditanam pada media arang sekam dan kompos saat 6 MST menunjukkan jumlah daun terbanyak (Gambar 1 dan Lampiran 7).

(25)

11 Tabel 3 Jumlah daun setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan pada

perlakuan bagian batang dan media tanama

Perlakuan MST

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan). *: berpengaruh nyata pada taraf uji 5%, **: berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%, tn: tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%. AS: arang sekam.

Setek batang bagian pucuk menunjukkan jumlah daun 9 helai. Setek batang bagian tengah menunjukkan jumlah daun 9 helai, dan setek batang bagian pangkal menunjukkan jumlah daun 10 helai. Setek bagian batang yang ditanam pada media arang sekam dan kompos menunjukkan jumlah daun tertinggi yaitu 13 helai. Setek bagian batang yang ditanam pada media rockwool menunjukkan jumlah daun terendah yaitu 6 helai. Setek bagian batang yang ditanam pada media topsoil dan kascing menunjukkan jumlah daun 11 helai (Tabel 3).

(26)

12

Tabel 4 Interaksi antara setek bagian batang dan media tanam terhadap jumlah daun setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan pada 5 MST dan 6 MSTa

Bagian batang Media Jumlah daun (helai)

5 MST 6 MST

Pangkal Topsoil 10.80b 10.35b

Rockwool 5.42d 5.97d

Pertambahan Panjang Batang Setek Batang Pohpohan yang Berumur 4 Bulan

Bagian batang mempengaruhi pertambahan panjang batang setek pada

4 MST dan 6 MST. Setek bagian batang yang ditanam pada media mempengaruhi pertambahan panjang batang setek pada 5 MST – 6 MST. Setek batang bagian pucuk menunjukkan rata-rata pertambahan panjang batang setek tertinggi yaitu 3.62 cm, setek batang bagian tengah menunjukkan rata-rata pertambahan panjang batang setek 2.79 cm dan setek batang bagian pangkal menunjukkan rata-rata pertambahan panjang batang setek terendah 2.76 cm. Setek bagian batang yang ditanam pada media arang sekam dan kompos menunjukkan rata-rata pertambahan panjang batang setek tertinggi yaitu 1.39 cm. Setek bagian batang yang ditanam pada media rockwool menunjukkan pertambahan panjang batang setek terendah yaitu 0.09 cm. Setek bagian batang yang ditanam pada media topsoil dan kascing menunjukkan rata-rata pertambahan panjang batang setek 1.07 cm dan 1.30 cm. Terdapat interaksi antara bagian batang dan setek bagian batang yang ditanam pada media pada 6 MST (Tabel 5).

(27)

13 Tabel 5 Pertambahan panjang batang setek batang pohpohan yang berumur

4 bulan pada perlakuan bagian batang dan media tanama

Perlakuan MST kompos menunjukkan nilai rata-rata pertambahan panjang batang setek tertinggi yaitu 3.94 cm (Tabel 6).

Tabel 6 Interaksi antara bagian batang dan media tanam terhadap pertambahan panjang batang setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan pada 6 MSTa

Bagian batang Media Pertambahan panjang batang (cm)

Pucuk Topsoil 2.62

(28)

14

Setek batang bagian pucuk yang ditanam pada media rockwool menunjukkan nilai rata-rata pertambahan panjang batang setek terendah 1.28 cm Setek batang bagian tengah yang ditanam pada media arang sekam dan kompos menunjukkan rata-rata pertambahan panjang batang setek tertinggi yaitu 2.67 cm dan setek batang bagian tengah yang ditanam pada media rockwool menunjukkan rata-rata pertambahan panjang batang setek terendah yaitu 1.07 cm. Setek batang bagian pangkal yang ditanam pada media arang sekam dan kompos menunjukkan rata-rata pertambahan panjang batang setek tertinggi yaitu 2.38 cm dan setek batang bagian pangkal yang ditanam pada media rockwool menunjukkan nilai rata-rata pertambahan panjang batang terendah yaitu 1.13 cm (Tabel 6).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Bahan tanam yang berasal dari setek batang pohpohan berumur 4 bulan menunjukkan nilai rata-rata yang baik untuk pertumbuhan jumlah daun dan pertambahan panjang batang setek. Setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan pada bagian pucuk paling baik ditanam pada media arang sekam dan kompos dengan jumlah daun 11 helai dan pertambahan panjang batang setek 3.94 cm. Setek batang pohpohan pada bagian tengah paling baik ditanam pada media arang sekam dan kompos dengan jumlah daun 10 helai dan pertambahan panjang batang setek 2.67 cm. Setek batang pohpohan pada bagian pangkal paling baik ditanam pada media arang sekam dan kompos dengan jumlah daun sebanyak 12 helai dan pertambahan panjang batang setek 2.38 cm.

Saran

Bagian batang pohpohan yang ukuran panjang batangnya berbeda perlu disamakan terlebih dahulu sebelum ditanam untuk memudahkan pengamatan.

DAFTAR PUSTAKA

Arinda M. 2010. Pengaruh berbagai komposisi arang sekam dan kompos sebagai media pertumbuhan sorgum. Bul Agron. 39(4):630–633.

[Balitsa] Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 2007. Sayuran Indigenous Perlu Digali dan Dimanfaatkan. [internet]. [diunduh 2012 September 19]. Tersedia pada http://www.litbang.deptan.go.id.

(29)

15 [BMKG] Balai Metereologi Klimatologi dan Geofisika. 2013. Data Iklim Bulanan

Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor.[internet].[diunduh 2013 September 30]. Tersedia pada http://www.bmkg.go.id/ /Profil/stasiun-wilayah-bbmkg2.bmkg. Darmi D. 2007. Pengaruh kotoran cacing tanah (Pontoscolex corethrurus)

terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman cabai (Capsicum annum) [skripsi]. Bandung (ID). Universitas Padjajaran.

Darmosarkoro W, Sutarta ES. 2010. Pengaruh kompos terhadap sifat tanah dan pertumbuhan tanaman kelapa sawit. J Pen Kelapa Sawit. 8(2):107-122. [Deptan] Departemen Pertanian. 2008. Peluang Agribisnis Arang Sekam. Jakarta

(ID): Balai Penelitian Pascapanen Pertanian.

Fatimah S, Handarto BM. 2008. Pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sambiloto (Andrographis paniculata). J Embrio. 5(2):131-139.

Hardjowigeno S. 1992. Pengantar Ilmu Tanah. Bogor (ID): IPB Pr.

Hartmann HT, Kester DE. 2002. Plant Propagation Principles and Practice 7th Edition. New Jersey (US): Prentice Hall, Inc.

Hidayat Y, Rusdiana O. 2005. Respon pertumbuhan akar tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) terhadap kepadatan dan kandungan air tanah podsolik merah kuning. J Man Hut Trop. 6(2):43-53.

Hossain MA, Bhuiyan MK. 2006. Clonal propagation guava (Psidium guajava Linn.) by stem cutting from mature stock plants. J For Res. 17(4):301-304. Ismail HE, Muslim I, Agus S. 2011. Pengaruh asal bahan dan media setek

terhadap pertumbuhan stek batang tambesu (Fragraea fragarans). Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian [internet]. [2011 September 20; Padang]. Padang (ID): Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. hlm 201-206; [diunduh 2013 Januari 21]. Tersedia pada http://worldcat.org/oclc/31906340. Joseph L, George M. 2011. Pharmacognostical profiling of Geranum ocellatum

leaves. J Arom Plants. 1(3):351-354.

Kale RP. 1998. Earthworm: Nature Gift for Utilization of Organic Wastes. USA (US): St.Lucie Pr.

Komarayati S. 2002. Pengaruh arang sekam dan kompos terhadap pertumbuhan anakan tanaman bulian (Eusyderoxylon zwageri) dan gaharu (Aquilaria malaccensis). J Pen Hut. 21(1):193-203.

Kusumo P. 2004. Pengaruh rootone F terhadap pertumbuhan anakan jelutung (Dyera costulata). Bul Pen Hut. 14(7):27-34.

Landis TD, Nancy M. 2009. Growing media alternatives for forest and natives plant nurseries. National Proceedings Forest and Conservation Nursery Associations [internet]. [2008 Februari 12; Rocky Mountain]. United States (US): Department of Agriculture, Forest Service, Rocky Mountain Research.Station.p 26-31; [diunduh 2013 Januari 11]. Tersedia pada: http://fs.fed.us./rm/pubs/rmrs_p058.html.

Magingo FSS, Murthy R. 2001. Propagation of two miombo woodland trees by leafy stem cuttings. J Agrofor Syst. 51(4):49–55.

Mahlstede JP, Haber ES. 2007. Plant Propagation. NYC (US): John Wiley and Sons, Inc.

(30)

16

Muchtadi D. 2000. Sayur-sayuran Sumber Sehat dan Antioksidan. Bogor (ID): IPB Pr.

Mukherji S, Ghosh B. 2000. Plant Physiology. New Delhi (IN): Tata McGrow Hill Pub Com Ltd.

Nowaks JS, Kunka M. 2010. Change of physical properties in rockwool and glasswool slabs during hydroponic cultivation of roses. J Fruit Ornam Plant Res. 18(2):349-360.

Puttileihalat M. 2001. Pengaruh rootone F dan ukuran diameter batang terhadap pertumbuhan tunas setek batang pulai gading (Alstonia scholaris). J Man Hut Trop. 6(2):43-52.

Rohadi D, Nurhasybi. 2003. Potensi Benih Generatif dan Vegetatif dalam Pembangunan Hutan Tanaman. Makalah Temu Lapang dan Ekspose Hasil-Hasil Penelitian UPT Badan Litbang Kehutanan Wilayah Sumatera; 2000 Juli 27; Palembang, Indonesia. Palembang (ID): Badan Litbang Kehutanan. Santoso BB. 2008. Perbanyakan vegetatif tanaman jarak pagar (Jatropha culcas

L.) dengan setek batang: pengaruh panjang dan diameter setek. J Agron Indonesia. 36(3):255-262.

Wahome PK, Oseni TO, Masarirambi MT, Shongwe VD. 2011. Effects of different growing media on the vegetative growth, yield and cut flower quality of gypsophila (Gypsophila paniculata L.). World J Agric Sci. 7(6):692-698.

Wilson SB, Stoffella PJ, Graetz DA. 2001. Use of compost and husk as a media amendment for containerized production of two subtropical perennials.

J Environ Hort. 19(1):37-42.

Wolf JD, Janicke H. 2000. Propagation of Callindra calothyrus through cuttings: Effect of stockplant shading. J Trop For Sci. 12(3):571-580.

(31)

17 Lampiran 1 Pertumbuhan pohpohan di desa Calobak, Kabupaten Bogor;

a: dengan media tanam topsoil, b: ternanungi beberapa tanaman

Lampiran 2 Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur 3, 4, 5, dan 6 bulan pada peubah jumlah daun dan pertambahan panjang batanga

MST

Jumlah daun Pertambahan panjang batang Umur tanaman (bulan)

3 4 5 6 3 4 5 6

KK (%)

7 16.32 16.88 19.47 22.41 6.18 5.12 8.19 9.73 8 16.18 16.71 19.55 21.49 6.44 5.03 8.21 9.53 9 17.61 15.29 19.21 21.21 7.28 6.18 7.59 9.17 10 17.19 15.33 19.39 20.39 7.19 5.71 8.13 9.72 11 15.05 16.02 18.02 19.33 6.32 5.33 8.82 9.85 12 17.28 15.41 19.11 19.21 5.01 5.14 7.34 8.48

13 - 16.31 18.39 20.02 - 5.27 7.21 8.39

14 - 16.08 19.03 20.48 - 4.01 8.19 9.26

15 - 15.71 18.19 20.31 - 5.22 8.11 9.32

16 - 15.62 18.72 20.93 - 4.18 8.37 9.11

17 - - 19.12 19.88 - - 8.81 9.08

18 - - 19.33 20.02 - - 7.73 9.33

19 - - 19.18 19.04 - - 7.48 9.14

20 - - 19.74 19.11 - - 8.01 9.12

21 - - - 20.05 - - - 9.31

22 - - - 20.31 - - - 8.97

23 - - - 20.63 - - - 9.48

24 - - - 20.18 - - - 9.82

Uji F tn * tn tn tn * tn tn

a*: berpengaruh nyata pada taraf uji 5%, tn: tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

(32)

18

Lampiran 3 Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur 3, 4, 5, dan 6 bulan pada peubah persentase hidup dan tinggi tunasa

MST

Persentase hidup Tinggi tunas

Umur tanaman (bulan)

3 4 5 6 3 4 5 6

KK (%)

7 7.22 7.12 8.03 9.29 7.13 7.33 7.14 9.21 8 8.13 7.35 8.17 9.13 7.61 8.1 7.38 9.36 9 8.39 7.22 9.24 9.22 8.16 8.27 8.49 9.47 10 8.92 8.64 8.39 10.35 8.11 8.14 9.21 9.12 11 8.02 8.21 8.45 10.11 6.19 7.13 9.37 8.11 12 8.14 7.35 9.02 10.32 7.57 8.11 9.05 8.39

13 - 7.29 9.16 10.41 - 7.13 9.54 9.27

14 - 8.31 9.13 10.12 - 7.12 8.27 9.63

15 - 7.92 8.09 9.13 - 7.10 7.12 9.14

16 - 8.02 9.28 9.18 - 7.92 8.37 9.09

17 - - 9.27 10.01 - - 9.12 9.38

18 - - 9.83 9.35 - - 9.76 9.11

19 - - 9.39 9.18 - - 10.02 9.57

20 - - 9.39 11.39 - - 9.75 9.38

21 - - - 10.39 - - - 9.11

22 - - - 10.29 - - - 9.27

23 - - - 10.29 - - - 9.22

24 - - - 10.58 - - - 9.26

Uji F * * * tn tn tn tn tn

a

(33)

19 Lampiran 4 Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur

3, 4, 5, dan 6 bulan pada peubah lebar daun dan diameter batanga

MST

Lebar daun Diameter batang

Umur tanaman (bulan)

3 4 5 6 3 4 5 6

KK (%)

7 15.12 14.31 16.21 18.46 4.23 3.82 5.12 6.14 8 15.09 14.22 16.07 16.73 4.57 3.78 5.33 5.83 9 16.23 15.47 16.23 16.03 4.18 4.07 5.92 3.12 10 15.31 15.39 15.48 18.11 5.12 4.39 6.11 5.81 11 16.33 15.07 16.32 17.23 5.12 4.11 5.49 6.37 12 16.49 14.26 17.81 17.39 4.12 3.02 5.37 5.19

13 - 14.11 17.23 18.29 - 3.01 5.62 6.28

14 - 14.03 16.33 18.22 - 3.67 5.31 6.12

15 - 14.33 15.27 17.36 - 3.29 4.04 6.09

16 - 15.02 16.23 18.28 - 3.93 5.31 6.73

17 - - 16.31 18.31 - - 5.92 5.81

18 - - 17.02 18.38 - - 6.11 6.21

19 - - 17.37 17.99 - - 6.02 6.38

20 - - 16.26 17.03 - - 5.48 5.79

21 - - - 17.89 - - - 6.19

22 - - - 17.02 - - - 6.25

23 - - - 18.14 - - - 6.39

24 - - - 17.37 - - - 6.21

Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn

a

(34)

20

Lampiran 5 Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur 3, 4, 5, dan 6 bulan pada peubah jumlah cabanga

MST

Jumlah cabang Umur tanaman (bulan)

3 4 5 6

KK (%)

7 15.12 14.31 16.21 18.46

8 15.09 14.22 16.07 16.73

9 16.23 15.47 16.23 16.03

10 15.31 15.39 15.48 18.11

11 16.33 15.07 16.32 17.23

12 16.49 14.26 17.81 17.39

13 - 14.11 17.23 18.29

14 - 14.03 16.33 18.22

15 - 14.33 15.27 17.36

16 - 15.02 16.23 18.28

17 - - 16.31 18.31

18 - - 17.02 18.38

19 - - 17.37 17.99

20 - - 16.26 17.03

21 - - - 17.89

22 - - - 17.02

23 - - - 18.14

24 - - - 17.37

Uji F tn tn tn tn

a

(35)

21 Lampiran 6 Rekapitulasi sidik ragam setek batang pohpohan yang berumur 3, 4,

5, dan 6 bulan pada perlakuan bagian batang dan media tanam terhadap pertambahan panjang batang dan jumlah dauna

Umur

(36)

22

Lampiran 7 Setek batang bagian pangkal pohpohan yang berumur 4 bulan pada media tanam saat 6 MST; a: topsoil, b: rockwool, c: arang sekam dan kompos, d: kascing

b a

(37)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 2 November 1991 merupakan anak kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak Mustopa (Alm) dan Ibu Purminah (Alm). Penulis menempuh pendidikan terakhir di SMA Negeri 3 Bekasi, kemudian pada tahun 2009 diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa IPB) sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menjadi reporter Koran Kampus IPB periode 2010/2011, Ketua Divisi Seni dan Sastra Koran Kampus IPB periode 2011/2012, dan mendapat kesempatan pelatihan jurnalistik dari Jakarta Post tahun 2011, serta menjadi surveyor untuk Pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Kompas. Pada Januari 2013 penulis menjadi mahasiswa peserta Akreditasi Internasional Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB (Document of Assesment for Asean University Network – Quality Assurance) dan Oktober 2013 penulis menjadi peserta dalam Kongres dan Seminar Ilmiah Perhorti (Perhimpunan Hortikultura Indonesia). Penulis juga mengikuti beberapa kepanitiaan diantaranya Masa Perkenalan Departemen (MPD) Agronomi dan Hortikultura 47 dan panitia buku tahunan Journey of AGH 46 (JOA 46).

Gambar

Tabel 1    Jumlah daun dan pertambahan panjang batang setek batang pohpohan
Tabel 4   Interaksi antara setek bagian batang dan media tanam terhadap jumlah daun setek batang pohpohan yang berumur 4 bulan pada 5 MST dan  6 MSTa
Tabel 5  Pertambahan panjang batang setek batang pohpohan yang berumur  4 bulan pada perlakuan bagian batang dan media tanama

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji BNT α=0,05 (Tabel 1) menunjukkan bahwa waktu tanam sistem tumpangsari yang ditanam bersamaan antara jagung manis dan kacang tanah memberikan pengaruh

Layanan bimbingan kelompok teknik self management dapat meningkatkan tanggung jawab kerja pada karyawan CV Erna Collection Kudus, diterima karena telah

bahwa dalam rangka mendorong penggunaan Informasi Geospasial guna pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk mendukung terwujudnya agenda prioritas Nawacita,

Simpulan dari penelitian ini adalah: (1) terdapat pengaruh penggunaan model PBL terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa, yakni kelas eksperimen memperoleh

Berdasarkan ketentuan Pasal 32 ayat 2 Peraturan Pemerintahan nomor 24 tahun 1997 bahwa dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah

Kehidupan beragama antara jemaat Gereja Kristen Jawa (GKJ) Slawi dengan masyarakat muslim di Desa Balapulang Kulon ini terjalin harmonis atau rukun tidak

Dari Tabel 6.9, dapat kita ambil kesimpulan bahwa, untuk pengujian dengan pembagian data 70%, algoritma nearest neighbour menghasilkan akurasi tertinggi untuk kedua mata kuliah,

Dihasilkan 5 ( lima ) indikator spesifik yang digunakan sebagai parameter yang dapat langsung diukur sebagai bagian dari penilaian indikator stratejik yaitu Noble gas