• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN SALAK SIDIMPUAN DI

TAPANULI SELATAN

TESIS

YUSRIANI NASUTION

NIM. 107001028

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN SALAK SIDIMPUAN DI

TAPANULI SELATAN

T E S I S

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pertanian Pada Program Studi Agroekoteknologi

Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh :

YUSRIANI NASUTION NPM : 107001028

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM PACASARJANA FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul : Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di

Tapanuli Selatan

Nama Mahasiswa : Yusriani Nasution

Nomor Induk : 107001028

Program Studi : Agroekoteknologi

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP

Ketua Anggota

Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D.

Ketua Program Studi Dekan

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS

(4)

Telah diuji pada hari : Senin

Tanggal : 11 Pebruari 2013

__________________________________________________________________

Panitia Penguji Tesis:.

Ketua : Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP Rahmawaty, S.Hut, M.Si, Ph.D.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Agustus 1969 di Batang Angkola Tapanuli

Selatan Provinsi Sumatera Utara merupakan anak tunggal dari pasangan Alm Abdul

Rahim Nasution dan Alm Hj. Maslia Panggabean.

Penulis menempuh penddidikan formal yaitu SD Muhammadiyah 2

Padangsidimpuan dan lulus Tahun 1982, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri III

Padangsidimpuan dan lulus Tahun 1985, dan menyelesaikan pendidikan di SMU

Negeri II Padangsidimpuan dan lulus pada Tahun 1988. Penulis melanjutkan

pendidikan pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat dan

lulus pada Tahun 1993. Pada Tahun yang sama penulis diterima menjadi staf

pengajar pada Fakultas Pertanian UGN Padangsidimpuan.

Pada Tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan Strata-2 di Universitas

Sumatera Utara program Magister pada program studi Agroekoteknologi di Fakultas

Pertanian. Pada tanggal 11 Pebruari 2013, penulis berhasil menyelesaikan

pendidikan Strata-2 di Universitas Sumatera Utara dengan judul tesis ” Evaluasi

Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan”, di bawah bimbingan

Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu

Rahmawaty, S.Hut. M.Si. Ph.D selaku Dosen Pembimbing II.

(6)

ABSTRAK

Yusriani Nasution. Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan. Dibimbing oleh Abdul Rauf dan Rahmawaty

Penelitian “Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan” dilakukan untuk mempertahankan maskot Sidimpuan akan salak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian lahan tanaman salak Sidimpuan dan pemetaan lahan salak Sisimpuan sesuai kemampuan dan daya dukung lahan, melihat pengaruh faktor sifat fisik tanah terhadap produksi tanaman salak, dilaksanakan mulai Juli sampai Agustus 2012. Enam Kecamatan sebagai lokasi pada tigapuluh titik pengambilan sampel tanah dengan metode penilaian kesesuaian lahan dengan proses matching hukum minimum dan analisis regresi linear dan pemetaan kesesuaian lahan menggunakan program Sistim Informasi Geografi. Hasil penelitian dari evaluasi kesesuaian lahan aktual adalah sebanyak sepuluh lokasi yang tergolong S3 yaitu sesuai marginal dan dua puluh lokasi tergolong N yaitu tidak sesuai, sedangkan kesesuaian lahan potensial tanaman salak adalah delapan lokasi tergolong S2.tc.wa dan S2.rc.eh, duapuluh satu lokasi umumnya tergolong S3.rc.eh dan golongan N hanya pada satu lokasi yaitu N.rc.. Kesesuaian lahan potensial S2 terdiri dari Kecamatan Marancar, Kecamatan Batang Angkola dan Kecamatan Angkola Selatan, sedangkan golongan S3 meliputi Kecamatan Angkola Barat, Angkola Timur, Angkola Selatan dan Batangtoru.

(7)

Abstract

Yusriani Nasution. Land Suitability Evaluation For Salak Sidimpuan at Tapanuli Selatan, supervised by Abdul Rauf and Rahmawaty..

Land suitability evaluation for Salak Sidimpuan at Tapanuli Selatan district is important to defended Sidimpuan as Salak City . This study aimed to evaluate land suitability for Salak Sidimpuan and land suitability salak Sidimpuan map in Tapanuli Selatan, observed influence soil characteristic to the yield. There were six subdistricts at thirty samples used survey method land suitability evaluation with law of minimum matching process, Arc View Gis Program and Regression Analysis. This result indicated that actual land suitability salak Sidimpuan were ten sites appertain marginally suitable (S3) and twenty sites appertain not suitable (N) whereas potensial land suitability were eight sites appertain moderately suitable with temperature and water availability limitation (S2.tc.wa) and moderately suitable with root zone medium and erosion hazard limitation ( S2.rc.eh ), twenty one site appertain S3 and one site only appertain not suitable with root zone medium limitation ( N.rc ). Meanwhile, Potensial land suitability S2 were consisted of Marancar, Batang Angkola and Angkola Selatan Subdistrict whereas appertain S3 included Angkola Barat and Angkola Timur, Angkola Selatan and Batangtoru Subdistricts.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyusun thesis yang berjudul : “ Evaluasi Kesesuaian

Lahan Salak Sidimpuan Di Tapanuli Selatan”.

Selama berlangsungnya kegiatan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis

banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai fihak. Melalui lembaran

ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP selaku ketua komisi Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan, saran dan kritik yang bersifat

membangun.

2. Rahmawaty, S. Hut. M.Si. Ph.D selaku anggota komisi Pembimbing atas

kesabaran, bimbingan dan motivasi yang diberikan pada penulis terutama

dalam hal penulisan hingga terselesaikannya tesis ini.

3. Prof. Dr. Ir. Erwin Masrul Harahap, MS selaku Dosen Penguji I dan

Luthfi AM. Siregar, SP. M.Sc. Ph.D selaku Dosen Penguji II atas semua

masukan yang diberikan.

4. Suamiku tercinta Muhammad Asmin Nasution yang selalu mendorong,

mendukung dan mendoakan penulis dan setia mendampingi penulis

hingga terselesaikannya tesis ini.

5. Anak-anakku tercinta (Khairiyah, Abdillah, Rafiq dan Azis ) sebagai

permata hati dan keberadaannya menjadi motivator bagi penulis.

6. Rekan-rekan mahasiswa pasca (Pak Darmadi, Sriwinaty, Idasari, Lanna,

Mastiagom, Nini, Erlina dan Asri Darmansyah) dengan kebersamaannya

(9)

menyelesaikan tesis ini.

7. Kak Hj. Yuliani Hrp yang banyak membantu penulis dan memberi

dukungan moril.

Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, penulis menyadari

bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini

dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua fihak yang membutuhkan.

Medan, Pebruari 2013

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Tanaman Salak dan Pengembangannya ... 5

B. Tapanuli Selatan sebagai Sentra Komoditi Salak ... 8

C. Evaluasi dan Pemetaan Klas Kesesuaian Lahan Salak ... 11

D. Aplikasi GIS dalam Evaluasi Lahan... 19

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 22

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 22

C. Tahapan Penelitian ... 24

D. Metode Penelitian ... 25

1. Metode Pengumpulan Data ... 25

2. Tahab Analisa Data ... 26

3. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 27

4. Analisis Regresi Linear Berganda ... 27

5. Analisis GIS Untuk Menentukan Kesesuaian Lahan ... 28

(11)

IV. HASIL DAN PEMBAHAN ... 30

A. Kualitas dan karakteristik Lahan ... 30

1. Iklim ... 30

2. Tanah ... 30

B. Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Pada Tiga puluh Lokasi ... 32

C. Kesesuaian Lahan Tanaman Salak ... 37

D. Karakteristik Lahan Sebagai Faktor Pembatas Dalam Evaluasi Lahan Salak ... 40

E. Hubungan Produksi dengan Persentase Kejenuhan Basa ... 43

F. Hubungan Produksi dengan kation-kation Basa ... 43

G. Hubungan Prouksi dengan Kapasitas Tukar Kation ... 44

H. Hubungan Produksi dengan C-organik ... 44

I. Hubungan Produksi dengan pH tanah ... 45

J. Hubungan Produksi dengan Kemiringan ... 45

K. Hubungan Produksi Salak dengan Karakteristik Tanah ... 45

L. Hubungan Hasil Kesesuaian Lahan dengan Hasil Analisa Regresi Linear ... 46

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan... 48

B. Saran ... 48

VI. DAFTAR PUSTAKA ... 49

VII. LAMPIRAN ... 52

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan Berdasarkan

Luas Kecamatan ... 9

2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Salak ... 19

3. Tingkat Bahaya Erosi... 26

4. Pengertian Tingkat Kelas Kesesuaian Lahan... 28

5. Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan Pada Tiga Puluh Lokasi ... 32

6. Hubungan Produksi Salak dengan Kation-kation Basa... 44

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Wilayah Tapanuli Selatan ... 11

2. Lokasi Penelitian Pada Beberapa Kecamatan di Tapanuli Seltan Tapanuli Selatan ... 23

3. Rangkaian Kegiatan Evaluasi Lahan dengan Enam Lokasi Penelitian ... 24

4. Lokasi Penelitian Dengan Tiga Puluh Sampel Pegamatan... 31

5. Faktor Pembatas Pada Lokasi Penelitian... 40

6. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Salak ... 41

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 1 Desa Pintu

Langit Kec. Angkola Timur ... 52 2. Penilaian Kesesuaian lahan Salak Lokasi T-2 Desa Huraba Kecamatan

Angkola Timur ... 52 3. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 3 Desa Huta

Ginjang Kecamatan Angkola Timur ... 53 4. Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-4 Desa Sibiobio

Kecamatan Angkola Timur ... 53 5. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 5 Desa Lubuk

Raya Kecamatan Angkola Timur. ... 54 6. Penilaian Kesesuaian lahan salak Sidimpuan Lokasi T-6 Dusun

Simpang Maropat Kecamatan Angkola Timur ... 54 7. Penilaian Kesesuaian Lahan salak Sidimpuan Lokasi T- 7 Desa Lobu

Kecamatan Angkola Barat ... 55 8. Penilaian kessuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-8 Desa Sitaratoit

Sanggarudang Kecamatan Angkola Barat ... 55 9. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 9 Desa Kobun

Bungus Kecamatan Angkola Barat ... 56 10.Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-10 Desa

Hutakoje Kecamatan Angkola Barat ... 56 11.Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-11 Desa Huta

Lambung Kecamatan Angkola Barat ... 57 12.Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 12 Desa

Desa Tobotan Sanggarudang Kecamatan Angkola Barat... . 57 13.Penilaian Kesesuaian Lahan Salak sidimpuan Lokasi T- 13 Desa

Tobotan Kecamatan Angkola Barat ... 58 14.Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-14 Desa Lobu

layan kecamatan ngkola Barat ... 58 15. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 15 Desa Desa

Lobu layan Lombang Kecamatan Angkola Barat ... 59 16.Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-16 Desa Sitinjak

Kecamatan Angkola Barat ... 59 17. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 17 Desa

Situmbaga Kecamatan Angkola Selatan ... 60 18. Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 19 Desa

Situmbaga Tonga Kecamatan Angkola Selatan ... 60 19.Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-19 Desa

(15)

Lampiran Halaman 20.Penilaian kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-20 Desa

Sibongbong Kecamatan Angkola Selatan ... 61

21.Penilaian kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-21 Desa Siamporik Kecamatan Angkola Selatan... 62

22.Penilaian Kesesuiaian Lahan salak Sidimpuan Lokasi T- 23 Desa Siamporik Dolok Kecamatan Angkola Selatan... 62

23.Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-23 Desa Siamporik Lombang Kecamatan Angkola Selatan ... 63

24.Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T- 24 Desa Marancar Kecamatan Marancar ... 63

25.Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-25 Desa Pasar Sempurna kecamatan Marancar ... 64

26.Penilaian Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-26 Desa Mombang Boru Kecamatan Marancar ... 64

27.Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-27 Kelurahan Bintuju Kecamatan Batang Angkola ... 65

28.Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-28 Kelurahan Pintu Padang Kecamatan Batang Angkola ... 65

29.Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-29 Desa Padang Lancat Kecamatan Batangtoru ... 66

30.Penilaian Kesesuaian lahan Salak Sidimpuan Lokasi T-30 Desa Padang Lancat Kobun pincur Kecamatan Batangtoru ... 66

31.Tabel Rataan Tahunan Curah hujan Kecamatan Angkola Barat, Batangtoru dan Batang Angkola ... 67

32.Neraca Air dalam Penentuan Surflus dan Defisit Air ... 68

33.Tabel Hasil Analisis Tanah Lokasi Penelitian dan Erosi Tanah Pada Tiap Lokasi ... 69

34.Titik Lokasi Penelitian pada 30 lokasi di enam (6) Kecamatan ... 70

35.Rataan Produksi Salak/Ton/Tahun Pada Tiga Puluh Lokasi ... 72

36.Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Hardjowigeno, 1995)... 73

37.Peta Jenis Tanah Penelitian ... 74

38.Output Hubungan Produksi dengan Magnesium ... 75

39.Output Hubungan Produksi dengan Kalsium ... 76

40.Output Hubungan Produksi dengan Kalium ... 77

41.4Output Hubungan Produksi dengan Natrium ... 78

42.Output Hubungan Produksi dengan Kapasitas Tukar Kation ... 79

43.Output Hubungan Produksi dengan C-organik ... 80

44.Output Hubungan Produksi dengan pH tanah ... 81

(16)
(17)

ABSTRAK

Yusriani Nasution. Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan. Dibimbing oleh Abdul Rauf dan Rahmawaty

Penelitian “Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Sidimpuan di Tapanuli Selatan” dilakukan untuk mempertahankan maskot Sidimpuan akan salak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian lahan tanaman salak Sidimpuan dan pemetaan lahan salak Sisimpuan sesuai kemampuan dan daya dukung lahan, melihat pengaruh faktor sifat fisik tanah terhadap produksi tanaman salak, dilaksanakan mulai Juli sampai Agustus 2012. Enam Kecamatan sebagai lokasi pada tigapuluh titik pengambilan sampel tanah dengan metode penilaian kesesuaian lahan dengan proses matching hukum minimum dan analisis regresi linear dan pemetaan kesesuaian lahan menggunakan program Sistim Informasi Geografi. Hasil penelitian dari evaluasi kesesuaian lahan aktual adalah sebanyak sepuluh lokasi yang tergolong S3 yaitu sesuai marginal dan dua puluh lokasi tergolong N yaitu tidak sesuai, sedangkan kesesuaian lahan potensial tanaman salak adalah delapan lokasi tergolong S2.tc.wa dan S2.rc.eh, duapuluh satu lokasi umumnya tergolong S3.rc.eh dan golongan N hanya pada satu lokasi yaitu N.rc.. Kesesuaian lahan potensial S2 terdiri dari Kecamatan Marancar, Kecamatan Batang Angkola dan Kecamatan Angkola Selatan, sedangkan golongan S3 meliputi Kecamatan Angkola Barat, Angkola Timur, Angkola Selatan dan Batangtoru.

(18)

Abstract

Yusriani Nasution. Land Suitability Evaluation For Salak Sidimpuan at Tapanuli Selatan, supervised by Abdul Rauf and Rahmawaty..

Land suitability evaluation for Salak Sidimpuan at Tapanuli Selatan district is important to defended Sidimpuan as Salak City . This study aimed to evaluate land suitability for Salak Sidimpuan and land suitability salak Sidimpuan map in Tapanuli Selatan, observed influence soil characteristic to the yield. There were six subdistricts at thirty samples used survey method land suitability evaluation with law of minimum matching process, Arc View Gis Program and Regression Analysis. This result indicated that actual land suitability salak Sidimpuan were ten sites appertain marginally suitable (S3) and twenty sites appertain not suitable (N) whereas potensial land suitability were eight sites appertain moderately suitable with temperature and water availability limitation (S2.tc.wa) and moderately suitable with root zone medium and erosion hazard limitation ( S2.rc.eh ), twenty one site appertain S3 and one site only appertain not suitable with root zone medium limitation ( N.rc ). Meanwhile, Potensial land suitability S2 were consisted of Marancar, Batang Angkola and Angkola Selatan Subdistrict whereas appertain S3 included Angkola Barat and Angkola Timur, Angkola Selatan and Batangtoru Subdistricts.

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Republik

Indonesia tahun 2009, produksi salak di Indonesia mencapai 829.014 ton. Sebanyak

259.103 ton merupakan salak yang dihasilkan dari daerah Sumatera Utara. Jika

angka ini dihitung dalam bentuk persen maka daerah Sumatera utara mampu

menghasilkan buah salak sebanyak 31,25 % dari 829.014 ton jumlah buah salak.

Luas Kabupaten Tapanuli Selatan 4.352.86 km2 terdiri dari tiga kecamatan

sebagai sentra tanaman salak. Kecamatan Angkola Barat 194.60 km2 terdiri atas 80

desa dengan ketinggian dari 0 m dpl sampai 1925 m dpl (puncak Gunung Lubuk

Raya), Kecamatan Angkola Timur 192.60 km2 terdiri atas 30 desa dengan ketinggian

0 m dpl sampai 1800 m dpl dan Kecamatan Angkola Selatan 123.45km2 terdiri atas

34 desa dengan ketinggian 0 m dpl sampai 1300 m dpl. Tapanuli Selatan merupakan

lintasan pegunungan Bukit Barisan yang sebagian wilayahnya berada di pantai Barat

Pulau Sumatera.

Areal produksi salak di Tapanuli Selatan terdapat di Kecamatan Angkola

Barat, Angkola Timur dan Angkola Selatan. Luas pertanaman salak 13. 928 Ha

dengan produksi 236. 793 ton/ tahun. Areal pengembangan salak masih tersedia

15. 000 Ha. Dengan demikian jika dihitung dengan persen maka produksi salak

Tapanuli Selatan 91, 39 persen dari produksi salak Sumatera utara.

Sebagian besar petani salak yang terdapat di Kabupaten Tapanuli Selatan

masih menerapkan sistem budidaya tradisional. Mereka menanam tanaman semusim

(20)

mengandalkan sumber daya alam yang ada. Petani biasanya tidak melakukan

perawatan yang intensif dan pemupukan.

Dari hasil wawancara dengan petani salak di Sidimpuan dan Tapanuli Selatan

didapatkan bahwa volume produksi dan perdagangan buah salak selama ini

mengalami penurunan. Beberapa faktor yang terkait dengan masalah ini adalah

fluktuasi demand pasar luar daerah dan domestik ; kendala-kendala kualitas dan

kuantitas (terutama tentang jenis/varietas yang paling disukai konsumen); keadaan

teknik penanganan budidaya tanaman dan pasca panen buah, serta kendala-kendala

kontiniutas.

Sesuai dengan data BPS Padangsidimpuan tahun 2010 didapatkan bahwa

produksi salak Sidimpuan Kota tahun 2006 sebanyak 6500 ton, tahun 2007 menjadi

7250 ton dan pada tahun 2008 turun menjadi 7000 ton. Dengan demikian penurunan

pada tahun ini sebesar 3,45 %.

Upaya mempertahankan maskot Sidimpuan akan salak dan sampai saat ini

belum ada kegiatan evaluasi kesesuaian lahan maka perlu dilakukan kegiatan

evaluasi kesesuaian lahan salak ditujukan untuk menilai sifat tanah dan menentukan

kendala utama serta alternatif pemecahannya dalam upaya meningkatkan

produktifitas tanah.

Kegiatan evaluasi kesesuaian lahan salak sangat dibutuhkan pada lahan sentra

tanaman salak maupun lahan lain di luar sentra salak yang mungkin bisa

(21)

B. Rumusan Masalah

Tanaman salak merupakan salah satu tanaman buah yang disukai dan

mempunyai prospek baik untuk diusahakan. Salak Sidimpuan (Salacca sumatrana)

memiliki ciri khusus dimana buahnya berukuran lebih besar dan mempunyai rasa

manis-manis asam (sepat) dan berdaging putih kemerahan dibandingkan jenis salak

lainnya. Jenis salak ini mempunyai nilai komersial yang tinggi.

Permasalahan yang terjadi akhir-akhir ini adalah penurunan volume produksi

dan perdagangan. Beberapa faktor yang terkait dengan masalah ini adanya

kendala-kendala kualitas, kuantitas dan teknik penanganan budidaya tanaman dan pasca

panen buah.

Sebagian besar tanaman salak ditanam penduduk dengan pengelolaan

secara tradisi turun temurun tanpa menurut aturan penanganan budidaya tanaman

yang tepat dengan penggunaan lahan salak tanpa adanya input, sistim budidaya

tanaman dengan tingkat kesesuaian lahan yang mungkin belum tepat terutama dari

aspek kesuburan tanah, agroklimat dan ketinggian tempat.

Pengembangan kebun salak sebagai usaha untuk pemecahan masalah ini

adalah dengan mengkaji tingkat kesuburan tanah dengan menganalisa sifat

fisika-kimia tanahnya. Selanjutnya setelah mendapatkan data tingkat kesuburan tanahnya

akan dilakukan penyusunan karakteristik lahan tanaman salak untuk evaluasi

kesesuaian lahan dan pemetaan dalam meningkatkan kembali produksi tanaman

salak Sidimpuan.

Kriteria penelitian kesesuaian lahan untuk tanaman mengikuti Petunjuk

Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian (Balai Penelitian Tanah, 2003).

(22)

(matching) antara kualitas lahan dan persyaratan penggunaan salak. Untuk

mendapatkan model, informasi dan gambaran keruangan tentang tanaman salak yang

sesuai di Kabupaten Tapanuli selatan secara cepat dan akurat, maka dilakukan

kegiatan Pembuatan Peta dan Analisis Kesesuaian Lahan Menggunakan Metoda GIS

.C. Tujuan Penelitian

Penelitian Evaluasi kesesuaian lahan salak di Tapanuli Selatan ini

mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Mengevaluasi dan memetakan lahan tanaman salak Sidimpuan sesuai

kemampuan dan daya dukung lahan.

2. Melihat pengaruh faktor sifat tanah terhadap produksi tanaman salak.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian Evaluasi kesesuaian lahan salak Sidimpuan

ini diharapkan sebagai berikut :

1. Merupakan langkah strategi bagi pengembangan budidaya salak untuk

mendapatkan peningkatan produktifitas.

2. Tersedianya informasi yang cukup bagi berbagai fihak yang berkepentingan.

E. Hipotesis

1. Tanaman salak yang ditanam di Sidimpuan memiliki kelas kesesuaian lahan

yang tergolong Sangat Sesuai (S1).

2. Pemetaan klas kesesuaian lahan salak Sidimpuan akan mendapatkan lokasi

yang sesuai di luar sentra salak di Tapanuli Selatan.

3. Sifat kimia tanah memiliki hubungan yang signifikan terhadap produksi salak

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Salak dan Pengembangannya

Salak termasuk famili palmae, serumpun dengan kelapa, kelapa sawit, aren

(enau), palem, pakis yang bercabang rendah dan tegak. Batangnya hampir tidak

kelihatan karena tertutup pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri. Dari batang

yang berduri itu tumbuh tunas baru yang dapat menjadi anakan atau tunas bunga

buah salak dalam jumlah yang banyak (Moch, 2001).

Tanaman salak tumbuh merumpun, berbatang sangat pendek, tertutup oleh

pelepah-pelepah daun, dan seluruh permukaan tanaman ditutupi duri-duri yang

tajam. Siklus hidup tanaman salak tahunan (perennial), bahkan masyarakat Sibetan

(Bali) menyebut tanaman salak tidak pernah tua atau disebut “ Tua-tua salak, jika

rebah tanaman akan muda kembali dan berproduksi”. Hal ini menunjukkan bahwa

bila tanaman salak sudah berumur tua dan produksinya menurun dapat diremajakan

kembali dengan cara direbahkan, kemudian dipangkas untuk menumbuhkan

tunas-tunas atau tanaman baru (Rahmat, 2003).

Daun salak tersusun roset, pelepah bersirip terputus-putus dan panjangnya

sekitar 2,5 – 7 meter. Bentuknya seperti pedang, pangkal daun menyempit dan

cembung. Pada bagian bawah dan tepi tangkai daun berduri tajam. Besarnya

bervariasi tergantung varietasnya dan berwarna hijau (Nazaruddin dan Regina,

1992).

Tanaman salak termasuk golongan berumah dua (dioesis), karangan bunga

terletak dalam tongkol majemuk yang muncul di ketiak daun, bertangkai, mula-mula

tertutup oleh seludang, yang belakangan mengering dan mengurai menjadi serupa

(24)

silindris yang masing-masing panjangnya antara 7-15 cm dengan banyak bunga

betina 20-30 cm, bertangkai panjang terdiri atas 1-3 bulir yang panjangnya mencapai

10 cm (TKTM, 2011).

Menurut Verheij dan R.E, (1997) buah tipe buah batu berbentuk segitiga

agak bulat atau bulat telur terbalik, runcing dipangkalnya dan membulat di ujungnya,

panjangnya 2,5-10 cm terbungkus oleh sisik-sisik berwarna kuning coklat sampai

coklat merah mengkilap yang tersusun seperti genting, dengan banyak duri kecil

yang mudah putus di ujung masing-masing sisik (Seenis, 1981). Dinding buah

tengah tebal berdaging, kuning krem sampai keputihan, berasa manis, masam, atau

sepat. Biji 1-3 butir, coklat sampai kehitaman, keras, 2-3 cm panjangnya.

Tanaman salak sesuai bila ditanam di daerah berzona iklim Aa, bcd, Babc

dan Cbc. A berarti jumlah bulan basah tinggi (11-12bulan/ tahun). B. 8-10

bulan/tahun dan C. 5-7 bulan/ tahun. Curah hujan rata-rata 200-400 mm/ bulan.

Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dalam bulan basah,

serta membutuhkan tingkat kebasahan/kelembaban tinggi. Tanaman salak tidak

tahan terhadap sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup 50-70% karena itu

diperlukan adanya tanaman peneduh. Suhu yang paling baik antara 20-30oC. Salak

membutuhkan kelembaban tinggi tetapi tidak tahan genangan air (BPPIptek, 2010).

Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab. Derajat

keasaman tanah (pH) yang cocok untuk budidaya salak adalah 4,5-7,5. Kebun salak

tidak tahan terhadap genangan air. Untuk pertumbuhannya membutuhkan

kelembaban tinggi. Tanaman salak tumbuh pada ketinggian tempat 100-500 m dpl

(25)

Tanaman salak akan menunjukkan penampilan tanaman yang sesuai dengan

keadaan faktor lingkungan, faktor iklim, tanah dan topografi saling berkaitan

mempengaruhi fungsi fisiologi dan morfologi. Salak akan tetap berusaha

mendapatkan kebutuhan khususnya selama hidup, walaupun faktor-faktor yang

diinginkannya ini tidak mendukung. Oleh karena itu, usaha untuk medapatkan

kebutuhan khususnya ini sulit dalam lingkungan yang tidak sesuai, maka akan terjadi

beberapa perubahan morfologi dan fisiologi pada tanaman salak walaupun dalam

jenis yang sama dalam lingkungan yang berbeda penampilan salak dapat berbeda

pula (TKTM, 2010).

Rahmat (2003) menyatakan bahwa ciri-ciri visual buah salak yang layak

dipanen pada stadium matang di pohon adalah warna kulit buah bersih dan

mengkilat, bila dipegang atau dipijat terasa empuk dan kulitnya tidak kasar, serta

beraroma khas, bahkan kadang-kadang kelihatan retak. Disamping itu, bila sudah

dikupas warna bijinya coklat kehitam-hitaman, daging buahnya kenyal atau empuk,

dan duri-duri kecil buah sudah tumpul, sisik kulit luarnya sudah melebar, dan bila

dipetik mudah terlepas dari tangkai buah.

Dalam budidaya tanaman salak, hasil yang dapat dicapai dalam satu musim

tanam adalah 15 ton per hektar, sedang masa panennya terdapat terdapat 4 musim :

(1) panen raya pada bulan November, Desember dan Januari (2) panen sedang pada

bulan Mei, Juni dan Juli (3) panen kecil pada bulan Pebruari, Maret dan April (4)

masa kosong/ istirahat pada bulan-bulan Agustus, September dan Oktober

(BPPIptek, 2010).

Sebagai tanaman asli Indonesia, salak mempunyai masa depan yang cerah

(26)

Indonesia produksi buah ini mengalami peningkatan yang tajam dari tahun 1983-

1987. Bila di tahun 1983 produksinya hanya 52.014 ton dan menurun sedikit di tahun

1984 menjadi 46.456, maka pada tahun-tahun berikutnya produksi buah salak

melonjak dengan pesat. Produksi tahun 1987 tiga kali lipat lebih banyak dari

produksi tahun 1983. Akan tetapi, produksi pada tahun 1988 dan 1989 mengalami

penurunan (BPPIptek, 2010).

B. Tapanuli Selatan sebagai Sentra Komoditi Salak

Kabupaten Tapanuli Selatan secara geografis berada diantara 0o58’35” –

2o07’33’ Lintang Utara dan 98’42’50” – 99o34’16” Bujur Timur. Sebelah Utara

berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Utara.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Padang

Lawas Utara serta Kabupaten Labuhan Batu. Sedangkan sebelah Selatan berbatasan

dengan Kabupaten Mandailing Natal. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten

Mandailing Natal dan juga Samudera Indonesia (BPS, 2011).

Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan adalah ± 4.367,05 km2 secara

administratif terdiri dari 14 kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan

dirinci berdasarkan luas kecamatan, jumlah desa dan jumlah kelurahan. Perincian

(27)

Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan Berdasarkan Luas

Kecamatan

No. Kecamatan Ibukota

Kecamatan

Jumlah Desa

Jumlah Kelurahan

Luas Wilayah

1 Sipirok Pasar Sipirok 34 6 557,26

2 Arse Jonggol Julu 8 2 248,75

3 Saipar Dolok Hole Sipagimbar 12 2 474,13

4 Aek Bilah Biru 12 - 327,17

5 Angkola Timur Pargarutan 13 2 286,40

6 Angkola Barat Sitinjak 12 2 194,60

7 Angkola Selatan Simarpinggan 13 4 225,31

8 Batang Angkola Pintu Padang 30 6 474,70

9 Sayurmatinggi Sayurmatinggi 18 1 376,55

10 Batang Toru Batang Toru 19 4 351,49

11 Muara Batang Toru Hutaraja 6 3 273,13

12 Marancar Pasar Marancar 11 1 86,88

13 Angkola Sangkunur Simataniari 8 2 295,00

14 Tantom Angkola Situmba 16 1 195,68

Jumlah total 212 37 4.367,05

Sumber : Data olah Bappeda Tapsel

Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan berada di ketinggian antara 0 – 2009 m

di atas permukaan laut. Daerah yang berada pada ketinggian 0 meter umumnya

terdapat di daerah pantai barat Tapanuli Selatan, yaitu Desa Muara Upu Kecamatan

Muara Batang Toru. Untuk daerah yang berdiri pada ketinggian 2.009 meter terdapat

pada Gunung Tapulomajung di Kecamatan Saipar Dolok Hole.

Topografi Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari dataran rendah,

bergelombang, berbukit dan bergunung. Daerah ini dikelilingi oleh Gunung

Gongonan di Kecamatan Batang Angkola, Gunung Lubuk Raya di Kecamatan

Angkola Barat dan Gunung Sibual-buali di Kecamatan Sipirok.

Kondisi iklim di Tapanuli Selatan memiliki rata-rata 7 bulan basah dan 2

bulan kering serta menunjukkan pola hujan bimodal (2 periode basah dalam satu

(28)

disepanjang tahunnya. Pada bulan Nopember terjadi curah hujan tertinggi (376,60

mm). Hari hujan terbanyak terjadi bulan Nopember yaitu 24 hari (BPS, 2011).

Iklim Tapanuli Selatan berdasarkan ketinggian daerah terdiri atas iklim

dataran rendah pada ketinggian kurang dari 500 meter dari permukaan laut, sedang

pada ketinggian 500-1000 meter dari permukaan laut, dan iklim dataran tinggi pada

ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut. Untuk rata-rata temperatur di

Tapanuli Selatan sebesar 28oC dengan suhu maksimum 33oC dan suhu minimum

12oC di daerah pegunungan.

Areal produksi salak di Tapanuli Selatan terdapat di kecamatan

Padangsidimpuan Barat, Padangsidimpuan Timur dan Siais. Luas pertanaman salak

13.928 Ha dengan produksi 236.793 ton/ tahun. Areal pengembangan salak masih

tersedia 15.000 Ha. Demikian pula pertambahan luas tanam dan produksi masih

positif yang berarti bahwa potensi dan kecendrungan terus meningkat (Pemkab

Tapsel, 2011). Adapun daerah berbagai kecamatan di wilayah Tapanuli Selatan dapat

dilihat pada Peta wilayah Tapanuli Selatan pada Gambar 1.

Menurut BP2KP Tapsel (2010) bahwa potensi Wilayah Tapanuli Selatan

Tahun 2010 dengan luas wilayah 381.389, luas lahan sawah 15.717, lahan kering

70.480 Ha dan luas lahan pertanian 53.231, luas tanah gambut 9.019, luas hutan

249.452.

Secara umum, mata pencaharian masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan

adalah petani dan berkebun. Hasil pertanian yang terkenal adalah kopi, padi, karet,

kakao, kelapa, kayu manis, kemiri, cabe, bawang merah, bawang daun dan

(29)

Gambar 1. Peta Wilayah Tapanuli Selatan

C. Evaluasi dan Pemetaan Klas Kesesuaian Lahan Tanaman Salak

Evaluasi lahan merupakan suatu proses analisis untuk mengetahui potensi

lahan untuk penggunaan tertentu yang berguna untuk membantu perencanaan

(30)

sebelumnya (Jones dkk, 1990 dalam Nasution, 2006), yang bertujuan untuk

memecahkan masalah jangka panjang terhadap penurunan kualitas lahan yang

disebabkan oleh penggunaannnya saat ini, memperhitungkan dampak penggunaan

lahan, merumuskan aternatif penggunaan lahan dan pengelolaan yang lebih baik(Sys,

1985: Rossiter, 1994 dalam Nasution, 2006).

Jumiati (2009) menyatakan bahwa lahan dengan kemampuan tinggi

diharapkan berpotensi tinggi dalam berbagai penggunaan, sehingga memungkinkan

penggunaan efektif untuk berbagai macam kegiatan. Untuk mempertahankan

produktifitas lahan perlu suatu cara pengelolaan yang tepat agar dapat dicapai

produktifitas yang optimal dan tidak menimbulkan kerusakan pada lahan.

Kesesuaian lahan untuk tanaman pertanian pada dasarnya merupakan

pencerminan kesesuaian kondisi fisik lahan terhadap peruntukan yang bersangkutan.

Diketahuinya data kesesuaian lahan dan data produksi serta produktifitas pertanian

daerah penelitian akan dapat menemukenali keselarasan antara kondisi lahan dengan

kemampuan berproduksinya, sehingga diketahui wilayah-wilayah yang berkontribusi

positif terhadap pengusahaan tanaman pertanian maupun yang bermasalah (Anggoro,

2006).

Menurut FAO (1977) dalam Nasution (2006) bahwa kesesuaian lahan untuk

penggunaan tertentu biasanya dievaluasi dengan menggunakan karakteristik lahan

atau kualitas lahan. Karakteristik lahan merupakan kelengkapan lahan itu sendiri,

yang dapat dihitung atau diperkirakan. Seperti curah hujan, tekstur tanah dan

ketersediaan air. Sedangkan kualitas lahan lebih merupakan sifat tanah yang lebih

kompleks, seperti kesesuaian kelembaban tanah, ketahanan terhadap erosi dan

(31)

1. Karakteristik Lahan untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan

a. Sifat Fisika Tanah

1. Kedalaman tanah

Kedalaman tanah atau solum tanah adalah tanah yang berkembang secara genetis

oleh gaya genesa tanah artinya lapisan tanah mineral dari atas sampai sedikit di

bawah horizon C (Darmawidjaya, 1997).

Ketebalan tanah lapisan atas dan tanah bawah ini berkepentingan untuk usaha

pertanian jangka panjang yang berkesinambungan (sustainable agriculture). Lapisan

olah yakni pada ketebalan 0-20 cm mempunyai arti yang sangat penting, karena

mengandung berbagai bahan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti

bahan-bahan organik (humus) dan berbagai zat hara mineral. Selain itu, pada lapisan

tanah tersebut hidup mikroflora dan mikrofauna atau jasad renik biologis (seperti

bakteri, cacing tanag, berbagai serangga tanah) yang masing-masing dapat

menguntungkan dan menyuburkan tanah (Kartasapoetra, 1990).

2. Struktur tanah

Struktur tanah dapat dibagi dalam struktur makro dan mikro. Yang dimaksud

dengan struktur makro/struktur lapisan bawah tanah yaitu penyusunan

agregat-agregat tanah satu dengan yang lainnya. Sedangkan struktur mikro adalah

penyusunan butir-butir primer tanah ke dalam butir-butir majemuk/agregat-agregat

yang satu sama lainnya dibatasi oleh bidang-bidang belah alami. Yang termasuk

struktur mikro yaitu :

• Yang berkondisi remah-lepas, dapat dilihat dengan jelas (tanpa alat bantu)

keadaannya tampak cerai berai, mudah digusur atau didorong ke

(32)

• Yang berkondisi remah-sedang, tanah yang demikian kondisinya cendrung

tampak agak bergumpal, susunan lapisan-lapisan tanah tampak ada yang

dalam keadaan agregasi atau bergumpal dan terdapat pula porus yang

berlubang-lubang, memudahkan air menerobos menyerap ke dalam

lapisan-lapisan tanah sebelah bawah. Keadaan yang demikian tidak begitu

menyulitkan bagi pengolahan tanah untuk kepentingan usaha tani, ataupun

bagi pekerjaan pemindahan tanah. (Kartasapoetra, 1987).

Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur,

konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah, dan kedalaman

permukaan air tanah. (Setyamidjaja, 1999).

3. Tekstur tanah

Tekstur tanah menunjukkan perbandingan butir-butir pasir (2 mm- 50µ), debu

(50- 2µ), dan liat (< 2µ) di dalam tanah. Di dalam segitiga tekstur terdapat 12 kelas

tekstur di dalamnya yaitu pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung,

lempung berdebu, debu, lempung liat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu,

liar berpasir, liat berdebu, dan liat. Apabila disamping kelas tekstur tersebut tanah

mengandung krikil (>2 mm) sebanyak 20 -50% maka tanah disebut sangat berkrikil

(Hardjowigeno, 1993).

4. Konsistensi tanah

Menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir

tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya

dari luar. Penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan kandungan air dari

tanah yaitu apakah tanah dalam keadaan basah, lembab, atau kering

(33)

5. Drainase permukaan

Adalah cara pengumpulan dan pembuangan air dari permukaan tanah. Tipe

drainase ini cocok untuk daerah rendah yang menerima limpahan air dari daerah

yang lebih tinggi, dan daerah-daerah yang tanah yang impermeable sehingga

kapasitas melewatkan kelebihan air ke dalam profil tanahnya rendah (Hakim dkk,

1986).

6. Bahaya Erosi

Untuk memprediksi besarnya erosi dapat diketahui dengan berbagai metode

seperti metode USLE, metode Wischmeier dan Smith dan metode Bouyoucos.

Metode untuk menghitung besarnya erosi tanah yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode Bouyoucos yaitu jumlah fraksi pasir ditambah fraksi debu dibagi

fraksi liat menurut Zachar (1982), sebagai berikut:

E = ( Pasir + Debu) /Liat

b. Sifat KimiaTanah

1. Kapasitas Tukar Kation tanah

Didefenisikan sebagai kapasitas tanah untuk menjerap dan mempertukarkan

kation. KTK biasanya dinyatakan dalam miliekivalen per 100 gram. Kation-kation

yang berbeda dapat mempunyai kemampuan yang berbeda untuk menukar kation

yang dijerap. Jumlah yang dijerap sering tak setara dengan yang ditukarkan. Ion-ion

divalent biasanya diikat lebih kuat daripada ion-ion monovalen sehingga sulit untuk

dipertukarkan (Tan, 1998).

2. pH tanah

Kemasaman tanah berakibat langsung terhadap tanaman karena meningkatnya

(34)

dengan pH optimum yang dikehendakinya. Apabila pH jenis tanaman itu tidak

sesuai dengan fisiologi, pertumbuhan tanaman akan terhambat. Kemasaman tanah

berakibat pula terhadap baik atau buruknya atau cukup kurangnya unsur hara yang

tersedia, dalam hal ini pH sekitar 6,5 tersedianya unsur hara dinyatakan paling baik.

Pada pH di bawah 6,0 unsur P. Ca, Mg, Mo dinyatakan buruk sekali, pada pH

rendah ketersediaan Al, Fe, Mn, Bo akan meningkat, yang dapat menyebabkan

keracunan bagi tanaman (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991).

3. Kejenuhan basa

Menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan jumlah

semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan

tanah. Jumlah maksimum kation yang dapat dijerap tanah menunjukkan besarnya

nilai kapasitas tukar kation tanah tersebut.

Kejenuhan Basa (KB) = x 100%

asam kation basa

kation Jumlah

basa kation

-kation Jumlah

+

= x 100% KTK

basa ation Jumlah

Kation-kation basa umumnya merupakan hara yang diperlukan tanaman. Disamping

itu basa-basa umumnya mudah tercuci, sehingga dengan kejenuhan basa tinggi

menunjukkan bahwa tanah tersebut bamyak mengalami pencucian dan merupakan

tanah yang subur (Hardjowigeno, 1993).

4. C-organik

Kandungan C-organikdalam tanah dapat ditentukan dengan metoda pembakaran

kering atau pembakaran basah. Pembakaran kering dilakukan dengan membakar

(35)

mengoksidasi dengan asam khromat dengan jumlah berlebihan, kemudian dilakukan

titrasi terhadap kelebihan oksidan tersesbut (metode Walkley-Black). Hasilnya lebih

bersifat semikuantitatif, tetapi dapat dilakukan dengan cepat dan sederhana. Nitrogen

biasanya ditentukan dengan metode Kjedahl (Hardjowigeno, 1993).

Peningkatan kualitas dan kuantitas komoditas pangan antara lain dapat

dilakukan dengan melakukan evaluasi lahan. Evaluasi lahan dapat dilakukan dengan

membandingkan persyaratan penggunaan lahan dengan kualitas (karakteristik lahan).

Pengolahan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik lahan itu sendiri dapat

menghambat proses bercocok tanam yang dilakukan dan pada akhirnya dapat

menjadi salah satu penyebab terjadinya gagal panen (Nina dkk, 2009).

Metoda Matching (pencocokan) yaitu setelah data karakteristik lahan

tersedia, maka prosesnya adalah dengan cara matching (mencocokkan) antara

karakteristik lahan pada setiap Satuan Peta Tanah (SPT) dengan persyaratan

tumbuh/penggunaan lahan (Sofyan dkk 2007).

Menurut Sofyan dkk (2007) prosedur evaluasi lahan dengan mengunakan

metode Matching dilakukan beberapa tahab, yaitu: (a) penyusunan karakteristik

lahan, (b) penyusunan persyaratan tumbuh tanaman/ penggunaan lahan, (c) proses

evaluasi kesesuaian lahan (matching), (d) kesesuaian lahan terpilih/ penentuan

arahan penggunaan lahan untuk tanaman tahunan.

Kriteria persyaratan tumbuh tanaman salak diperoleh dari buku Kriteria

Kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian terbitan Pusat Penelitian Tanah dan

Agroklimat Bogor. Dasar pembagian tingkat kesesuaian lahan mengacu pada

(36)

Kriteria persyaratan tumbuh tanaman salak untuk komoditas pertanian

menurut Pusat Peneitian Tanah dan Agroklimat Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Salak

Persyaratan

Temperarur rerata

(37)

D. Aplikasi GPS dan GIS dalam Evaluasi Lahan

Global Positioning System (GPS) adalah sistem radio navigasi dan penetuan

posisi dengan menggunakan satelit. Sistim ini didesain untuk memberikan posisi dan

kecepatan tiga dimensi dan informasi mengenai waktu secara kontiniu. GPS terdiri

dari tiga segmen utama, segmen angkasa (space segmen) yang terdiri dari

satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol (control segmen) yang terdiri dari stasion-stasion

pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen pemakai (user segmen) yang terdiri

dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah sinyal GPS (Robinson

dkk, 1995).

Sistem GPS terdiri dari 24 satelit. Konstelasi 24 satelit GPS tersebut

menempati 6 orbit yang mengelilingi bumi dengan sebaran yang telah diatur

sedemikian rupa sehingga mempunyai probabilitas kenampakan setidaknya 4 satelit

yang bergeometri baik dari setiap tempat di permukaan bumi di setiap saat. Satelit

GPS mempunyai ketinggian rata-rata di atas permukaan bumi sekitar 20.200 km.

Satelit GPS memiliki berat lebih dari 800 kg, bergerak dengan kecepatan sekitar 4

km/det dan mempunyai priode 11 jam 58 menit (Wolf, 2002).

Menurut Robinson dkk (1995) konsep dasar pada penentuan posisi dengan

GPS adalah reseksi (pengikatan ke belakang) dengan jarak, yaitu dengan pengukuran

jarak secara similtan ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui.

Pada pelaksaanaan pengukuran penentuan posisi dengan GPS, pada dasarnya ada dua

jenis/tipe alat penerima sinyal satelit (receiver) GPS yang dapat digunakan, yaitu : (a)

Tipe Navigasi digunakan untuk penentuan posisi yang tidak menuntut ketelitian

tinggi, (b) Tipe Geodetik digunakan untuk penentuan posisi yang menuntut ketelitian

(38)

Kelebihan penentuan posisi dengan menggunakan GPS antara lain : (a) GPS

dapat digunakan setiap saat tanpa bergantung waktu dan cuaca, (b) GPS dapat

digunakan oleh banyak orang pada waktu yang sama dan pemakaiannya tidak

bergantung pada batas politik dan alam, (c) penggunaan GPS dalam penentuan posisi

secara relatif tidak bergantung dengan kondisi topografis daerah survey, (d) posisi

yang ditentukan dengan GPS mengacu ke datum global yang dinamakan World

Geodetic System 1984 (WGS’84). Dengan kata lain posisi yang diberikan oleh GPS

akan selalu mengacu ke datum yang sama, (e) pemakaian sistem GPS tidak

dikenakan biaya, setidaknya sampai saat ini, (f) receiver GPS cendrung lebih kecil

ukurannya, lebih murah harganya dan kualitas data yang diberikan lebih baik, (g)

pengoperasian alat GPS untuk penentuan posisi suatu titik relatif lebih mudah dan

tidak mengeluarkan biaya banyak, (h) data pengamatan GPS sukar untuk

dimanipulasi (Robinson dkk, 1995).

Kegunaan dasar dari Program GIS adalah untuk mengelola informasi

ruang/tempat dalam membuat kebijakan. GIS memiliki beberapa langkah, yaitu :

input, manipulasi, managemen, analisis dan visualisasi. Proses GIS mempunyai tiga

prinsip dasar, yaitu input data, manipulasi data, dan output data. Selanjutnya adalah

diskripsi laporan singkat dari proses dasar GIS : (1) input data meliputi semua aspek

transformasi perolehan data ke dalam bentuk peta. Pengamatan lapangan, jangkauan

kedalam bentuk kesesuaian digital (2) penyimpanan data, data yang disimpan dan

disusun berdasarkan posisi, topology, dan elemen geografi ( titik, garis, objek yang

mewakili tempat pada permukaan bumi (3) manipulasi data dan analisis, analisis

meliputi pembuatan variabel gabungan yang melalui proses dua kegiatan langsung

(39)

yaitu; hardcopy, softcopy dan elektronik. Hardcopy adalah tampilan permanen, peta

dan tabel. Softcopy digunakan untuk menyediakan interaksi operator untuk

meninjau data sebelum final. Hasil analisis dapat ditunjukkan dalam bentuk peta,

tabel grafik dalam variasi untuk kesesuaian bagi pengguna (Rahmawaty, 2011).

Supriadi dan Zulkifli (2007) menyatakan bahwa informasi geografis pada

peta digital mengandung posisi dan bentuk setiap feature di peta. Kebanyakan vector

SIG mendukung tiga objek geometrik, yaitu ; (i) point, sepasang koordinat tunggal,

(ii) line, dua atau lebih point dalam susunan tertentu dan (iii) polygon, suatu area

garis tertutup. Informasi tampilan pada peta digital menjelaskan bagaimana peta

ditampilkan. Umumnya informasi tampilan termasuk warna, lebar dan jenis garis,

cara menampilkan nama jalan atau feature lainnya serta kode warna untuk danau,

taman atau feature lainnya.

Penggunaan teknologi berbasis komputer untuk mendukung perencanaan

pertanian mutlak diperlukan untuk menganalisis, memanipulasi dan menyajikan

informasi dalam bentuk tabel dan keruangan. Salah satu teknologi tersebut adalah

Sistim Informasi Geografi (SIG) yang memiliki kemampuan membuat model yang

memberikan gambaran, penjelasan dan perkiraan dari suatu kondisi faktual (Samsuri,

(40)

II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di enam tempat di Daerah Tapanuli Selatan yaitu :

Kecamatan Angkola Barat, Angkola Timur, Angkola Selatan, Kecamatan Marancar,

Kecamatan Batangtoru, Kecamatan Batang Angkola. Lokasi penelitian pada

beberapa Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilihat pada Gambar 2.

Analisis sifat fisika dan kimia tanah dilaksanakan di Laboratorium Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara di Medan. Penelitian dilakukan mulai Juni

sampai Agustus 2012.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompas, Global

Positioning System (GPS), altimeter, kamera, timbangan, Sofware ArcView GIS 3.2,

Software SPSS 19, peta Tapanuli Selatan, Peta Administrasi. Bahan yang diperlukan

meliputi sampel tanah setiap perwakilan Kecamatan, kebun salak dan bahan dan alat

(41)

Gambar 2. Lokasi Penelitian Pada Beberapa Kecamatan Di Tapanuli Selatan

Batang Toru

Angkola Timur

Angkola Barat

(42)

C. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan seperti disajikan pada

Gambar 3.

Gambar 3. Rangkaian Kegiatan Evaluasi Lahan dengan Enam Lokasi Penelitian

Data dari lapangan

Masukan data

Pengolahan data

Type penggunaan lahan

Karakteristik lahan Persyaratan

penggunaan Lahan

Evaluasi lahan

Peta dasar

Peta digital polygon Satuan lahan

(43)

D. Metode Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Satuan contoh ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu

berdasarkan pada keperluan serta tujuan pembuatan peta dan analisis kesesuaian

lahan yang nantinya memungkinkan untuk digunakan di enam Kecamatan. Untuk

mendapatkan unsur keterwakilan data di tiap enam kecamatan maka sample

ditempatkan pada masing-masing enam kecamatan di Tapanuli selatan.

Pelaksanaan kegiatan lapang ini pertama-tama dengan membagi setiap lokasi

penelitian menjadi beberapa bagian satuan petak kebun. Dari enam Kecamatan

diperoleh sebanyak tiga puluh titik lokasi pengambilan sampel tanah.

Contoh tanah diambil dari tiga puluh titik pengeboran sekaligus diadakan

pengamatan morfologi lahan yang meliputi lereng, permukaan batuan dan batuan

singkapan, ketersediaan oksigen dan media perakaran.

Data produksi tanaman salak diambil pada setiap Satuan Petak Tanah pada

masing-masing Kecamatan. Data produksi dihitung dengan meenimbang berat buah

salak setiap musim panen dengan lima sampel pohon salak setiap lokasi.

Analisa laboratorium meliputi analisa kimia dan analisa fisika tanah seperti

tekstur tanah, KTK, Ca (dd), Mg (dd), Na (dd), K (dd), C-organik dan tekstur tanah.

Bahaya erosi dapat dihitung berdasarkan Metoda Bouyoucos (Zachar, 1982)

yaitu jumlah fraksi pasir ditambah fraksi debu dibagi fraksi liat, sebagai berikut:

(44)

Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Tingkat Bahaya Erosi

Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun)

Sangat ringan (sr) < 0,15

Ringan (r) 0,15 - 0,9

Sedang (s) 0,9 - 1,8

Berat (b) 1,8 - 4,8

Sangat berat ( sb) >4,8

Sumber : BPT Bogor, 2003

2. Tahab Analisa Data

Data yang diperoleh selanjutnya diinterpretasikan ke dalam kriteria tingkat

kesuburan tanah menurut puslittan (1995), dan diinterpretasikan ke dalam kelas

kesesuaian lahan untuk tanaman salak menurut sys et al (1993) dan puslittan (1995).

Selanjutnya mengkaji kelas kesesuaian lahan untuk tanaman salak yang dikaitkan

dengan cara pengelolaan tanah.

Setelah data karakteristik lahan tersedia, maka proses selanjutnya adalah

evaluasi lahan yang ditentukan dengan cara matching (mencocokkan) antara

karakteristik lahan pada setiap lokasi dengan persyaratan tumbuh tanaman salak.

Hasil penilaian berupa klas dan sub klas kesesuaian lahan dari tanaman yang dinilai

ditentukan oleh faktor pembatas terberat, faktor pembatas tersebut dapat terdiri dari

(45)

3. Analisis Regresi Linier Sederhana

Untuk melihat hubungan antara masing-masing karakteristik tanah dengan

produksi tanaman dikaji dengan menggunakan analisa regresi sederhana dengan

menggunakan Software SPSS 19. Adapun faktor sifat tanah sebagai variabel bebas

yaitu : pH tanah, C-organik, Kejenuhan Basa, KTK dan Persentase Lereng.

Model linear yang diasumsikan pada analisis ini adalah :

Y= a + b X

4. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel bebas

yaitu faktor sifat tanah terhadap produksi tanaman sebagai variabel tak bebas.

Software yang digunakan untuk menganalisi data ini adalah SPSS 19. Adapun faktor

sifat tanah dapat terdiri satu atau lebih dari karakteristik lahan yang diamati.

Model linear yang diasumsikan pada analisis ini adalah :

Y= a + b1X1 + b2X2 + ...b5X5.

Keterangan :

Y : Produksi Salak

A : Intercep

X1 : pH tanah

X2 : Kejenuhan Basa

b1, b2, b3, ... : Koefisien regresi,

Selanjutnya dilakukan uji korelasi untuk mencari hubungan antara peubah

bebas terhadap produksi salak yang dinyatakan dalam persentase, yang kemudian

dilanjutkan dengan uji beda nyata dari Koefisien korelasi (R2) (Anshori dan I Made,

(46)

5. Analisis GIS Untuk Menentukan Kesesuaian Lahan

Data-data hasil analisis tanah di atas dimasukkan ke dalam database peta

sebagai atribut yaitu sifat fisika tanah, sifat kimia tanah, komoditas tanaman salak

yang paling sesuai, sehingga diperoleh peta kesesuaian lahan (S1 , S2 , S3 dan N ),

seperti disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengertian Tingkat Kelas Kesesuaian Lahan

Tingkat Kelas Keterangan

Kelas S1, sangat sesuai Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunan secara berkelanjutan

Kelas S2, cukup sesuai Lahan mempunyai faktor pembatas, yang akan berpengaruh terhadap produktifitas, memerlukan tambahan masukan (input), biasanya dapat diatasi petani sendiri

Kelas S3, sesuai marginal Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, berpengaruh terhadap produktifitas, memerlukan masukan yang lebih banyak dari S2, memerlukan modal tinggi, petani tidak mampu mengatasinya. Kelas N, tidak sesuai Lahan yang tidak sesuai (N) karena mempunyai

faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi

Sumber : (BPT, 2003)

Peta kesesuaian lahan ini kemudian ditumpangtindihkan dengan peta

administrasi sehingga akan diperoleh peta kesesuaian lahan berdasarkan wilayah

administrasi. Analisis kesesuaian lahan ini menggunakan software Arcview GIS.

Meode yang digunakan untuk membuat polygon adalah dengan

menggunakan sistim Buffer yaitu fungsi perkiraan (proximity). Zona buffer adalah

suatu daerah yang mempunyai lebar tertentu yang digambarkan di sekeliling satu

elemen atau lebih atau di bagian suatu kawasan yang mempunyai jarak tertentu.

Untuk mengaplikasikan fungsi ini, bisa dilakukan dengan : (a) memilih menu Theme

(47)

(c) dalm kotak dialog ini ada tiga pilihan sesuatu yang akan user analisis. Disini user

memilih sebuah theme. User akan membuat area dimana area tersebut berjarak 2500

m, (d) langkah selanjutnya pada box at specified distance ketik 2500 dan pada unit

distance pilih meter, next, (e) kotak dialog berikutnya, user diperintahkan untuk

memilih membuat buffer di dalam area, di dalam dan di luar area atau hanya di luar

(48)

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kualitas dan Karakteristik Lahan

1. Iklim

Data iklim selama 10 tahun (2001-2010) diperoleh dari BPP Kecamatan

Angkola Barat, BPP Huta Holbung Batang Angkola dan PTPN-3 Kebun Batang

Toru, meliputi data curah hujan bulanan dan hari hujan bulanan setiap tahunnya.

Data ini dianggap dapat mewakili data iklim untuk semua lokasi pada enam (6)

Kecamatan yaitu Kecamatan Angkola Barat, Angkola Timur, Batang Toru,

Marancar, Angkola Selatan dan Batang Angkola. Lokasi penelitian dengan tiga

puluh titik sampel pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4. Data curah hujan dan

jumlah hari hujan bulanan selama 10 tahun mulai dari 2001 – 2010 terdapat pada

Lampiran 31 dan Neraca air pada Lampiran 32.

2. Karakteristik Lahan

Dari hasil pengamatan di lapangan, analisis tanah yang dilakukan pada

kedalaman 0 cm – 20 cm diperoleh data karakteristik lahan sebanyak 30 (tiga puluh)

lokasi untuk berbagai kemiringan untuk masing-masing desa. Dari tiga puluh titik

lokasi tersebut ada yang merupakan daerah sentra salak dan yang bukan sentra salak.

Dari hasil evaluasi lahan baik yang sentra maupun yang bukan sentra salak

telah didapatkan lahan yang tergolong kesesuaian lahan potensial S2 dan S3 untuk

tanaman salak berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan laboratorium,

dengan kemiringan lahan yang bervariasi dari 0- 100 %. Jenis tanah bervariasi,

seperti Kecamatan Marancar adalah Humitropepts, Angkola Barat umumnya adalah

(49)

Gambar 4. Lokasi Penelitian Dengan Tiga Puluh Titik Sampel Pengamatan

(50)

B. Evaluasi Kesesuaian Lahan Salak Pada Tiga Puluh Lokasi

Hasil evaluasi kesesuaian lahan dari tiga puluh lokasi penelitian dapat dilihat

pada Tabel 5 di bawah ini :

Tabel 5. Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan Pada Tiga Puluh (Lokasi)

No Lokasi Penelitian Kecamatan

Kesesuaian Lahan Aktual

Usaha Perbaikan

Kesesuaian Lahan Potensial 1. Desa Pintu Langit Angkola timur N.eh Pemupukan dan Perumpukan

S3.rc.eh 2. Desa Huraba Angkola Timur N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 3. Desa Huta Ginjang Angkola Timur S3.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.wa.eh 4. Desa Sibio-bio Angkola Timur N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 5. Desa Lubuk Raya Angkola Timur N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 6. Dusun Simpang Maropat Angkola Timur N.rc.eh Pemupukan dan Perumpukan N.rc 7. Desa Lobu Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 8. Sitaratoit Sanggarudang Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 9. Kobun Bungus Angkol Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 10. Desa Huta Koje Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.eh 11. Desa Huta Lambung Angkola Barat S3.rc.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc 12. Tobotan sanggarudang Angkola barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 13. Desa Tobotan Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 14. Desa Lobu Layan Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 15. Lobu Layan Lombang Angkola Barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 16. Desa Sitinjak Angkola barat N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 17. Desa Situmbaga Angkola Selatan N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.eh 18. Desa Situmbaga Tonga Angkola selatan S3.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.wa.eh 19. Desa Sinyior Angkola selatan S3.nr.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.wa.nr.eh 20. Desa Sibongbong Angkola selatan N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.eh 21. Desa Siamporik Angkola Selatan S3.rc.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc 22. Desa Siamporik Dolok Angkola Selatan S3.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.wa.eh 23. DesaSiamporik Lombang Angkola Selatan S3.nr Pemupukan dan Perumpukan S2.wa.nr 24. Desa Marancar Marancar S3.nr.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.tc.wa. nr.eh 25. Desa pasar sempurna Marancar N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.rc.eh 26. Desa Mombang Boru Marancar N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.eh 27. Kelurahan Bintuju Batang Angkola S3.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.tc.eh 28. Kelurahan Pintu Padang Batang Angkola S3.eh Pemupukan dan Perumpukan S2.rc.eh 29. Desa Padang Lancat Batang Toru N.eh Pemupukan dan Perumpukan S3.eh 30. Padang Lancat Kobun

(51)

Dari Tabel 5 dapat diketahui pada Lokasi T-1 (Desa Pintu Langit), T-2 (Desa

Huraba), T-4 (Desa Sibio-bio), T-5 (Desa Lubuk Raya), T-7 (Desa Lobu), T-8 (Desa

Sitaratoit Sanggarudang), T-9 (Kobun Bungus), T-12 (Desa Tobotan Sanggarudang),

T-13 (Desa Tobotan), T-14 (Desa Lobu Layan), T-15 (Desa Lobu Layan Lombang),

T-16 (Desa Sitinjak) dan T-25 (Desa Pasar Sempurna) bahwa kesesuaian lahan

aktual tanaman salaknya adalah N.eh yaitu tidak sesuai dengan faktor pembatas

bahaya erosi sangat berat. Faktor pembatas bahaya erosi ini dapat dikurangi dengan

melakukan usaha perbaikan melalui perumpukan pelepah salak sejajar kontur,

tutupan rumput permanen dan jalan panen sejajar kontur sehingga dapat menurunkan

bahaya erosi. Dengan demikian kelas kesesuaian potensial menjadi S3.rc.eh yaitu

sesuai marginal dengan faktor pembatas adalah media perakaran (tekstur kasar) dan

bahaya erosi berat. Adapun faktor pembatas media perakaran (tekstur kasar) tidak

dapat diatasi dengan usaha perbaikan dan tidak dapat dikendalikan oleh manusia

secara massal.

Pada lokasi penelitian T-10 (Desa Huta Koje), T-17 (Desa Situmbaga), T-20

(Desa Sibongbong), 26 (Desa Mombang Boru), 29 (Desa Padang Lancat) dan

T-30 (Padang Lancat Kobun Pincur) dapat dilihat pada Tabel 4. bahwa kesesuaian

lahan aktual tanaman salak adalah N.eh yaitu tidak sesuai dengan faktor pembatas

bahaya erosi sangat berat dan kelerengan curam dengan demikian usaha perbaikan

yang dapat dilakukan adalah dengan perumpukan pelepah salak sejajar kontur,

tutupan rumput permanen, jalan panen sejajar kontur dan pemberian bahan organik

pada daerah lereng sehingga usaha ini nantinya dapat mengurangi bahaya erosi dan

diharapkan kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah menjadi S3.eh yaitu sesuai

(52)

dapat ditekan dengan usaha perumpukan sehingga pencucian hara dapat dikurangi

dan menambah ketersediaan unsur hara melalui perumpukan dan hal ini diharapkan

dapat meningkatkan produktifitas tanaman salak.

Dari Tabel 5 juga dapat diketahui bahwa Lokasi 3 (Desa Huta Ginjang),

T-18 (Desa Situmbaga Tonga) dan T-22 (Desa Siamporik Dolok) tergolong pada

kesesuaian lahan aktual S3.eh yaitu sesuai marginal dengan faktor pembatas bahaya

erosi berat. Dalam hal ini bahaya erosi berat dapat dikurangi melalui perumpukan

pelepah salak, tutupan rumput permanen, jalan panen sejajar kontur dan pemberian

bahan organik pada lereng sehingga kelas kesuaian lahan potensialnya adalah

S2.wa.eh yaitu cukup sesuai dengan faktor pembatas ketersesdiaan air ( curah hujan

yang cukup tinggi ) dan bahaya erosi ringan. Adapun curah hujan yang cukup tinggi

tidak dapat dikurangi melalui usaha perbaikan karena curah hujan ini tidak dapat

dikendalikan oleh manusia.

Pada Lokasi T-11 (Desa Huta Lambung) dan T-21 (Desa Siamporik) dapat

dilihat pada Tabel 5. bahwa kesesuaian lahan aktual tergolong S3.rc.eh yaitu sesuai

marginal dengan faktor pembatas media perakaran (tekstur agak kasar) dan bahaya

erosi berat. Bahaya erosi berat seperti hal di atas dapat dikurangi melalui usaha

perbaikan yaitu perumpukan pelepah salak pada daerah lereng sehingga dapat

menahan laju run off sehingga pencucian hara dapat dikurangi. Bilamana hal ini

dilakukan maka kesesuaian lahan potensial akan naik satu tingkat menjadi S3.rc.

Kesesuaian lahan potensial tanaman salak pada lokasi ini adalah S3rc yaitu sesuai

marginal dengan faktor pembatas media perakaran. Dalam hal ini tekstur tanah

tidak dapat diatasi dengan usaha perbaikan, karena tekstur tidak dapat diperbaiki

(53)

Dari Tabel 5. dapat dilihat pada Lokasi T-6 (Dusun Simpang Maropat)

bahwa kesesuaian lahan aktual tanaman salaknya adalah tergolong N.rc.eh yaitu

tidak sesuai dengan faktor pembatas media perakaran (agak kasar) dan bahaya erosi

sangat berat. Faktor pembatas bahaya erosi dapat dikurangi dengan usaha perbaikan

melalui perumpukan pelepah salak pada lereng. Dengan demikian kesesuaian lahan

potensial adalah N.rc yaitu tidak sesuai dengan faktor pembatas media perakaran

(tekstur kasar). Dalam hal ini faktor pembatas media perakaran (tekstur kasar) tidak

dapat dikurangi karena tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Kebun salak pada

lokasi ini tidak disarankan untuk dikembangkan melihat karakteristik tanah yang

tidak mendukung untuk berproduksi dengan baik.

Lokasi T-19 (Desa Sinyior) dapat dilihat pada Tabel 5. bahwa kesesuaian

lahan aktual tanaman salaknya tergolong S3.nr.eh yaitu sesuai marginal dengan

faktor pembatas retensi hara (KB rendah) dan bahaya erosi sangat berat. Adapun

faktor pembatas retensi hara dengan KB yang rendah dapat dikurangi dengan usaha

perbaikan melalui pemupukan, sedangkan faktor pembatas bahaya erosi (berat) juga

dapat kurangi dengan usaha perbaikan melalui perumpukan pelepah salak pada

lereng sejajar kontur. Dengan demikian kesesuaian lahan potensial menjadi

S2.wa.nr.eh yaitu cukup sesuai dengan faktor pembatas ketersediaan air berlebih

dengan curah hujan yang relatif tinggi, KB rendah dan bahaya erosi rendah. Faktor

pembatas curah hujan yang berlebih ini tidak dapat diubah oleh manusia.

Dari Tabel 5 dapat dilihat pada Lokasi T-23 (Desa Siamporik Lombang)

bahwa kesesuian lahan aktual tanaman salaknya adalah S3.nr yaitu sesuai marginal

dengan faktor pembatas retensi hara dengan Kejenuhan Basa rendah. Kejenuhan

(54)

sehingga faktor pembatas retensi hara dapat diatasi. Apabila hal ini dilakukan maka

kesesuaian lahan potensial adalah S2.wa.nr yaitu cukup sesuai dengan faktor

pembatas kelebihan air (curah hujan yang cukup tinggi) dan kejenuhan basa rendah.

Pada Lokasi T-24 (Desa Marancar) dapat dilihat bahwa kesesuaian lahan

aktual tanaman salaknya adalah S3.nr.eh yaitu sesuai marginal dengan faktor

pembatas retensi hara dengan Kejenuhan Basa rendah dan bahaya erosi (berat). Pada

dasarnya faktor pembatas ini dapat diatasi melalui usaha perbaikan melalui

pemupukan dan perumpukan pelepah salak pada lereng dengan demikian Kejenuhan

Basa dapat dinaikkan dan bahaya erosi dapat diperkecil. Apabila hal ini dilakukan

maka kesesuaian lahan potensial adalah S2.tc.wa.nr.eh yaitu cukup sesuai dengan

faktor pembatas ringan yaitu temperatur yang agak tinggi, curah hujan yang relatif

tinggi, kejenuhan basa rendah dan bahaya erosi rendah.

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa Lokasi T-27 (Kelurahan Bintuju)

kesesuaian lahan aktual adalah S3.eh yaitu sesuai marginal dengan faktor pembatas

bahaya erosi (berat). Dalam hal ini bahaya erosi dapat diatasi dengan usaha

perbaikan melalui perumpukan pelepah salak. Apabila hal ini dilakukan maka

kesesuaian lahan potensial adalah S2.tc.eh yaitu cukup sesuai dengan faktor

pembatas temperatur udara yang lebih tinggi dan bahaya erosi rendah. Temperatur

udara ini merupakan faktor iklim yang sulit diatasi diatasi karena tidak dapat diubah

/dikendalikan oleh manusia secara massal.

.

Gambar

Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan Berdasarkan Luas
Gambar 1. Peta Wilayah Tapanuli Selatan
Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Salak
Gambar 2. Lokasi Penelitian Pada Beberapa Kecamatan Di Tapanuli Selatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

untuk tanaman manggis pada SPT 2 yaitu untuk kelas kesesuaian lahan aktual. yaitu S3-wanr dengan faktor pembatas ketersediaan air dan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semua Satuan Peta Tanah (SPT) di Kecamatan Jatisrono memiliki kelas kesesuaian lahan aktual S3 (sesuai marginal) dengan

kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kelapa sawit pada Tabel 1 5 adalah sesuai.. marginal / S3 (eh ) dengan faktor pembatas

Klaster Padang Tiji: (i) Kelas kesesuaian lahan aktual, sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas bulan kering, rata-rata curah hujan tahunan, kedalaman efektif,

Klaster Padang Tiji: (i) Kelas kesesuaian lahan aktual, sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas bulan kering, rata-rata curah hujan tahunan, kedalaman efektif,

Sedangkan unit lahan IV dan VIII secara aktual memiliki kesesuaian lahan sesuai marginal (S3) dengan faktor penghambat lereng dan bahaya erosi dimana faktor

Klaster Padang Tiji: (i) Kelas kesesuaian lahan aktual, sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas bulan kering, rata-rata curah hujan tahunan, kedalaman efektif,

Data analisis kesesuaian lahan aktual tanaman perkebunan di Kecamatan Selo Unit lahan Kesesuaian lahan aktual Kopi Arabika Tembakau Cengkeh Kakao Teh I N–wa S3–wa/eh S3–rc/eh N–wa