KINERJA ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
(SUATU STUDI TERHADAP KINERJA ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SIMALUNGUN
PERIODE 2009-2014)
OLEH:
DONY A A LUBIS
070906026
Dosen Pembimbing :Drs. P. Anthonius Sitepu., M.Si
Dosen Pembaca :Husnul Isa Harahap S.Sos., M.Si
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DAFTAR ISI
BAB I
I.1 Latar Belakang Masalah ……….1
I.2 Permasalahan………..2
I.3 Perumusan Masalah ………..5
I.4 Pembatasan Masalah ………..5
I.5 Tujuan Penelitian ……….……….6
I.6 Manfaat Penelitian ………….………..6
I.7 Kerangka Teori ….………..7
I.7.1 Teori Perwakilan Politik ..……..……….7
I.7.2 Kinerja ……... ………..15
I.8 Metodologi Penelitian ………..18
I.8.1 Metode Penelitian ………..18
I.8.2 Jenis Penelitian ……... ………..20
I.8.3 Lokasi Penelitian ………...21
I.8.4 Teknik Pengumpulan Data.………..22
I.8.5 Teknik Analisis Data ……….……..24
I.9 Sistematika Penulisan ……….………..24
II.2 Sistem Pemerinta……….30
II.3 Lembaga Pemerintahan………..35
II.4 Partai Politik……….………..40
BAB III PENYEBAB RENDAHNYA KUALITAS KINERJA ANGGOTA
DPRD
III.1 Bidang Legislasi………...45
III.2 Bidang Budgeting (Anggaran)……….53
III.3 Bidang Controlling (Pengawasan)………58
III.4 Komunikasi Politik DPRD Simalungun….…………..62
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan…….………..65
IV.2 Saran……….………67
KATA PENGANTAR
Segala pujian dan syukur kepada Tuhan Yesus atas segala limpahan kasih dan
anugerah-Nya, sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik. Penulis sadar
ini bukan karena kekuatan penulis sendiri, namun karena kasih-Nya lah maka
semua ini bisa terselesaikan.
Penulisan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana di Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial da Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah banyak memberi
masukan dan bantuan, baik berupa bantuan moril dan materil. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu M.Si, selaku dosen pembimbing dan Bang
Husnul Isa Harahap S.Sos., M.Si selaku dosen pembaca. Terima kasih
buat bimbingan dan masukan selama pengerjaan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Badaruddin selaku Dekan FISIP USU, dan semua staf
pegawai di Fakultas FISIP USU yang telah banyak membantu dalam
pengurusan administrasi dikampus ini.
3. Ibu Dra. T. Irmayani M.Si, selaku kepala jurusan Ilmu Politik yang juga
banyak memberi banyak masukan, dan seluruh staf di Jurusan Ilmu
Politik.
4. Secara khusu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Alm. E.K
tidak bisa menemani sampai ke garis Finish. Buat Ibunda tercinta
(K.Siagian), bersyukur punya Ibu yang luar biasa yang Tuhan telah
kirimkan menjadi Ibu penulis. Dukungan Doa yang sangat luar biasa dan
juga dukungan dana.
5. Buat kakak dan adik penulis ( Dina, Rizky, Yurika, dan Dedi) terima kasih
buat semua dukungan selama ini.
6. Buat semua Sahabat dan Rekan di Pelayanan UKM KMK FISIP USU,
Kolumni FISIP USU, TPP KMK FISIP USU periode 2010.
7. Buat KTB Rogate dan Adonai Tzevaot (Bang Abed, Kak Rita, Rascel,
Rika, dan Herbin). Bersyukur bisa ada di sini, dan semoga kita bisa
semakin bertumbuh.
8. Rekan-rekan Ilmu Politik angkatan 2007.
9. Dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak
bisa disebutkan satu persatu namanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran
dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya.
Medan, 30 Juli 2012
ABSTRAKSI
DPR termasuk juga DPRD memiliki fungsi, yakni; (1) Legislasi; (2)
Budgeting, dan; (3) Controlling. Inilah yang menjadi indikator mengenai
pembahasan kinerja anggota DPRD. Kinerja DPRD yang dibahas disini adalah
mengenai kinerja anggota DPRD Simalungun periode 2009-2014. Melihat masih
banyaknya persoalan di Kabupaten Simalungun yang belum terselesaikan dan
aspirasi masyarakat yang cenderung tidak didengarkan, menjadi tanda tanya besar.
DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat dan anggota DPRD sebagi wakil rakyat
untuk meyalurkan aspirasi kepada pemerintah ternyata belum bisa melaksanakan
kinerjanya dengan baik.
Didalam penulisan skripsi ini, digunakan 2 teori untuk menjelaskan tentang
kinerja anggota DPRD, yakni Teori Perwakilan Politik dan Teori Kinerja.
Sebenarnya ada juga teori lain yang dipakai yaitu Teori Partai Politik, karna
anggota DPRD bisa maju dalam pemeilihan anggota Legislatif karna melalui
Partai Politik. Namun pembahasan tentang partai politik tidak terlalu banyak,
karna yang dibahas dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Kinerja.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
DPRD Simalungun harus bisa meningkatkan kinerjanya, karena yang didapati dari
ABSTRACTION
Including Parliament House also has a function, namely: (1) Legislation,
(2) Budgeting, and, (3) Controlling. This is the discussion of indicators on the
performance of members of parliament. Performance Parliament discussed here is
the performance of legislators Simalungun 2009-2014. Seeing still many problems
in the District Simalungun unresolved and aspirations of the people who tend not
to be heard, a big question mark. Parliament as a representative body of the people
and members of Parliament as a representative of the people to meyalurkan
aspirations to the government was not able to properly carry out its performance.
In the writing of this thesis, used two theories to explain the performance
of members of Parliament, namely the Theory of Political Representation and
Performance Theory. Actually there is also another theory that is used Theory of
Political Parties, because legislators can advance in the Legislature because
pemeilihan members through political parties. But the discussion of political
parties is not too much, because the research discussed in this paper is about
performance.
From the research that has been done, it can be concluded that Parliament
should be able to improve its performance Simalungun, because that was found
from the results of the study, the performance of board members can not be said to
BAB I
I.1 Latar Belakang Masalah
Trias politica yang disampaikan oleh Montesqiue, yakni pembagian
kekuasaan yang dibagi atas 3 kekuasaan yaitu: Legislatif (membuat
undang-undang), Eksekutif (melaksanakan undang-undang-undang), dan Yudikatif (mengawasi).
Inilah yang menjadi landasan awal pembagian kekuasaan dibidang politik. Hal ini
dimaksudkan agar tidak adanya saling rebut kekuasaan dan agar para elite politik
mengerti tugasnya masing-masing.
Di Indonesia sendiri, Legislatif/parlemen disebut dengan DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat) yang kemudian dibagi lagi menjadi DPRD Provinsi dan
DPRD Kab/Kota. Dimana anggotanya sekarang ini dipilih langsung oleh rakyat.
Sebenarnya ada satu lagi parlemen di Indonesia, yaitu DPD (Dewan Perwakilan
Daerah), dimana anggotanya juga dipilih langsung oleh rakyat namun bedanya
dengan anggota DPR ialah DPD bukan berasal dari partai politik, melainkan
melalui jalur independent. Selain itu, DPD juga tidak ada di tingkat provinsi dan
Kab/kota. Namun yang akan kita bahas disini adalah mengenai DPR khususnya
kinerja DPRD Kab/Kota.
Seperti yang kita ketahui bahwa lembaga legislatif ((DPR/DPRD)
memiliki 3 fungsi (fungsi ini juga berlaku buat DPR Daerah) yakni: (1) Legislasi,
yaitu membuat undang-undang dalam hal ini peraturan daerah ;(2)
ABSTRAKSI
DPR termasuk juga DPRD memiliki fungsi, yakni; (1) Legislasi; (2)
Budgeting, dan; (3) Controlling. Inilah yang menjadi indikator mengenai
pembahasan kinerja anggota DPRD. Kinerja DPRD yang dibahas disini adalah
mengenai kinerja anggota DPRD Simalungun periode 2009-2014. Melihat masih
banyaknya persoalan di Kabupaten Simalungun yang belum terselesaikan dan
aspirasi masyarakat yang cenderung tidak didengarkan, menjadi tanda tanya besar.
DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat dan anggota DPRD sebagi wakil rakyat
untuk meyalurkan aspirasi kepada pemerintah ternyata belum bisa melaksanakan
kinerjanya dengan baik.
Didalam penulisan skripsi ini, digunakan 2 teori untuk menjelaskan tentang
kinerja anggota DPRD, yakni Teori Perwakilan Politik dan Teori Kinerja.
Sebenarnya ada juga teori lain yang dipakai yaitu Teori Partai Politik, karna
anggota DPRD bisa maju dalam pemeilihan anggota Legislatif karna melalui
Partai Politik. Namun pembahasan tentang partai politik tidak terlalu banyak,
karna yang dibahas dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Kinerja.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
DPRD Simalungun harus bisa meningkatkan kinerjanya, karena yang didapati dari
ABSTRACTION
Including Parliament House also has a function, namely: (1) Legislation,
(2) Budgeting, and, (3) Controlling. This is the discussion of indicators on the
performance of members of parliament. Performance Parliament discussed here is
the performance of legislators Simalungun 2009-2014. Seeing still many problems
in the District Simalungun unresolved and aspirations of the people who tend not
to be heard, a big question mark. Parliament as a representative body of the people
and members of Parliament as a representative of the people to meyalurkan
aspirations to the government was not able to properly carry out its performance.
In the writing of this thesis, used two theories to explain the performance
of members of Parliament, namely the Theory of Political Representation and
Performance Theory. Actually there is also another theory that is used Theory of
Political Parties, because legislators can advance in the Legislature because
pemeilihan members through political parties. But the discussion of political
parties is not too much, because the research discussed in this paper is about
performance.
From the research that has been done, it can be concluded that Parliament
should be able to improve its performance Simalungun, because that was found
from the results of the study, the performance of board members can not be said to
BAB I
I.1 Latar Belakang Masalah
Trias politica yang disampaikan oleh Montesqiue, yakni pembagian
kekuasaan yang dibagi atas 3 kekuasaan yaitu: Legislatif (membuat
undang-undang), Eksekutif (melaksanakan undang-undang-undang), dan Yudikatif (mengawasi).
Inilah yang menjadi landasan awal pembagian kekuasaan dibidang politik. Hal ini
dimaksudkan agar tidak adanya saling rebut kekuasaan dan agar para elite politik
mengerti tugasnya masing-masing.
Di Indonesia sendiri, Legislatif/parlemen disebut dengan DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat) yang kemudian dibagi lagi menjadi DPRD Provinsi dan
DPRD Kab/Kota. Dimana anggotanya sekarang ini dipilih langsung oleh rakyat.
Sebenarnya ada satu lagi parlemen di Indonesia, yaitu DPD (Dewan Perwakilan
Daerah), dimana anggotanya juga dipilih langsung oleh rakyat namun bedanya
dengan anggota DPR ialah DPD bukan berasal dari partai politik, melainkan
melalui jalur independent. Selain itu, DPD juga tidak ada di tingkat provinsi dan
Kab/kota. Namun yang akan kita bahas disini adalah mengenai DPR khususnya
kinerja DPRD Kab/Kota.
Seperti yang kita ketahui bahwa lembaga legislatif ((DPR/DPRD)
memiliki 3 fungsi (fungsi ini juga berlaku buat DPR Daerah) yakni: (1) Legislasi,
yaitu membuat undang-undang dalam hal ini peraturan daerah ;(2)
dan peraturan daerah yang telah dibuat; (3) Budgeting/Anggaran, yakni
bersama-sama dengan Kepala Daerah menyusun dan menetapkan APBD.1
Ada 4 komisi yang ada di DPRD Simalungun. Masing-masing komisi
memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan bidangnya.
Berikut adalah pembagian komisi di DPRD Simalungun periode 2009-2014: (1)
Komisi I, Bidang Pemerintahan; (2) Komisi II, Bidang Perekonomian; (3) Komisi
III, Bidang Keuangan; (4) Komisi IV, Bidang Pembangunan.2
Simalungun sebagai kabupaten terbesar saat ini di Sumatera Utara,
memiliki berbagai potensi sumber daya alam yang jika dikembangkan dengan
baik akan dapat menjadikan Simalungun sebagai salah satu Kab/Kota dengan
PAD tertinggi. Namun buruknya pengelolaan administrasi, sarana yang kurang
memadai, bahkan tingginya politik uang didaerah ini, menjadikan daerah ini sulit
berkembang melebihi espektasi publik. Kinerja dari anggota dewan pun menjadi
sorotan. Anggota dewan yang semula diharapkan bisa menyalurkan aspirasi Komisi-komisi yang ada memiliki peran serta tanggung jawab
masing-masing. Pembagian komisi ini juga sebagai suatu cara agar tidak terjadinya saling
serobot dalam hal menjalankan tugas. Selain itu, anggota dewan juga diwajibkan
turun ke daerah pemilihannya sewaktu massa reses. Hal ini dimaksudkan agar
anggota dewan bisa lebih peka melihat, dan mendengarkan keluhan masyarakat
untuk kemudian ditindak lanjuti.
I.2. Permasalahan
1
. B.N Marbun, DPR Daerah &Pelaksanaannya, Jakarta :Radjawali Press, 1988, hal 8. 2
masyarakat Simalungun ternyata belum bisa memberikan pengaruh apa-apa.
Dalam hal administrasi misalnya, susahnya mengurus surat-surat penting di
Kabupaten Simalungun dan buruknya pelayanan terhadap publik ketika mengurus
surat-surat penting tersebut.
Misalnya dalam hal Budgeting (anggaran), untuk hal anggaran yang disini
mencakup hal penetapan RAPBD (Rancanangan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah) bersama-sama dengan Bupati Simalungun menjadi APBD, sudah berjalan
dengan baik. Dalam menetapkan APBD ini, DPRD Simalungun benar-benar
menaruh perhatian yang serius terhadap masalah yang terjadi dimasyarakat.
Sehingga nantinya APBD ini bisa tepat sasaran dan bermanfaat untuk
kesejahteraan masyarakat.3
Pada bidang controlling, terdapat hal yang sebaliknya. Biarpun ada masa
reses bagi anggota dewan, masa dimana anggota dewan turun kedaerahnya
masing-masing untuk melihat sudah sejauh mana kemajuan dan apa yang menjadi
permasalahan didaerah pemilihannya, namun kebanyakan hal itu tidak dilakukan.
Fokus pembangunan yang diarahkan ke Pamatang Raya sebagai ibu kota
Kabupaten Simalungun, ternyata membawa damapak yang tidak baik bagi daerah
lain. Contoh, jalan yang menghubungkan antara Kecamatan Bosar Maligas
dengan Kecamatan Bandar tepatnya dinagori Boluk kondisi jalannya sangat tidak
baik. Padahal jalan itu adalah satu-satunya jalan bagi warga yang ingin ke Nagori
Perdagangan. Nagori Perdagangan adalah tempat dimana masyarakat berbelanja
kebutuhan sehari-hari.
3
Contoh lainnya adalah kondisi pasar tradisional yang baru dibangun dan
diresmikan Pemkab Simalungun. Baru beberapa bulan diresmikan, listrik dipasar
tersebut diputus oleh pihak PLN. Alasannya adalah, pihak Pemerintah Kabupaten
Simalungun memiliki tunggakan utang ke pihak PLN yang belum dilunasi.
Lagi-lagi pedagang yang sudah membayar uang sewa yang menjadi korban. Kunjungan
jajaran Pemkab Simalungun dan anggota DPRD ternyata tidak membawa
perubahan apapun. Lagi-lagi kinerja anggota dewan dipertanyakan.
DPRD adalah pengawas eksekutif. Dalam menjalankan fungsinya ini,
Pemerintah Kabupaten Simalungun nampak kurang sekali. Beberapa PNS
Pemerintah kabupaten Simalungun mengatakan bahwa Bupati Simalungun terlalu
mendominasi dalam segala hal. Bahkan Legislatif pun seolah-olah takut kepada
dia. Senada dengan pegawai pemerintahan di Pemkab, beberapa warga juga
mengatakan DPRD sekarang tidak “bergigi”, alasan warga mengatakan demikian
adalah faktor Bupati yang terlalu mendominasi, sehingga apapun aspirasi yang
masuk ke dewan hampir tidak pernah didengarkan.
Hal yang menarik ternyata, Kabupaten Simalungun menempati posisi 7
daftar kabupaten/kota paling korup di Sumatera Utara. Hal ini menandakan
pengelolaan keuangan dikabupaten ini sangat tidak baik. Birokrasi yang serba
uang itulah yang terjadi didaerah ini. Bahkan untuk mengurus KTP warga harus
membayar sejumlah uang.4 Hal ini bertolak belakang dengan harapan pelayanan
terhadap masyarakat yang murah dan berkualitas.
4
I.3. Perumusan Masalah
Atas dasar latar belakang permasalahan kinerja anggota DPRD Kabupaten
Simalungun, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
“Apa yang menyebabkan rendahnya kualitas kinerja anggota DPRD Simalungun
periode 2009-2014 dalam bidang legislasi, anggaran, dan pengawasan?”.
I.4. Pembatasan Masalah
Adanya pembatasan masalah guna memperjelas dan membatasi ruang
lingkup penelitian, serta untuk menghasilkan uraian yang sistematis. Adapun
batasan masalah dalam penelitian ini adalah: “Penulisan ini akan terbatas pada
kinerja anggota DPRD kabupaten Simalungun periode 2010-2015. dan kinerja
disini adalah berpusat kepada fungsi DPRD itu sendiri yaitu, fungsi pengawasan,
fungsi legislasi, dan fungsi anggaran. Adapun kinerja yang dimaksudkan adalah
kinerja anggota DPRD Simalungun periode 2009-2014 dalam 3 tahun ini.
I.5. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk melihat bagaimana sebenarnya kinerja dari anggota DPRD
Simalungun.
2. Untuk mengamati, apakah kinerja anggota DPRD Simalungun sudah
berjalan dengan semestinya atau tidak.
3. Menjelaskan bagaimana sebenarnya fungsi dari Dewan Perwakilan Rakyat
I.6. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis maupun metodologis, studi ini diharapkan mampu
memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan pendalaman studi
perwakilan politik di Indonesia.
2. Bagi penulis sendiri, untuk mengembangkan kemampuan berpikir penulis
melalui penelitian ini.
3. Bagi akademisi, dapat menjadi bahan acuan maupun referensi dalam
konteks ilmu politik di Indonesia.
4. Menambah pengetahuan masyarakat, yang dalam hal ini lebih di
prioritaskan kepada kinerja anggota dewan.
5. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada setiap orang
yang ingin maju sebagai anggota legislatif agar lebih mampu menguasai
dan memahami kinerja sebagai anggota dewan.
I.7 Kerangka Teori
Untuk memudahkan penelitian, diperlukan pedoman dasar berpikir yaitu
kerangka teori. Mustahil apabila seseorang menulis ataupun meneliti suatu
permasalahan tanpa menggunakan kerangka teori, karena penelitian ataupun
tulisan tersebut bisa dianggap tidak sah, bila dilihat dari syarat tulisan. Sebelum
teori sebagai landasan berpikir, untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti
menyoroti masalah yang telah dipilih.5
Selanjutnya, Singarimbun menyebutkan bahwa: “Teori merupakan
serangkaian asumsi, konsep dan konstruksi, definisi, dan proposisi untuk
menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antara konsep. Ringkasnya, teori adalah hubungan suatu konsep dengan
konsep lainnya untuk menjelaskan gejala tertentu”.6
Dalam perwakilan politik, kita mengetahui ada 2 jenis perwakilan. Yakni
perwakilan langsung dan perwakilan tidak langsung. Sejarah perwakilan telah
mulai diperbincangkan dalam kehidupan non-politik sejak Yunani kuno, namun
pembahasan dalam bentuk konsep telah dimulai pada awal abad ke 14. Thomas
Hobbes pada tahun 1965 menerbitkan Leviathan untuk membahas masalah
perwakilan politik secara filisofis dan pada abad ke 18 studi yang berpengaruh
sampai dewasa ini diantaranya antara lain karena teori kemandirian wakil yang
dikemukakan oleh Edmun Burke tahun 1779. Karya Burke (dimana wakil bebas
bertindak dan menentukan sikapnya terhadap wakil) dianggap sebagai permulaan
studi klasik terhadap perwakilan politik, disusul oleh sejumlah peneliti mulai dari
John Stuart Mill sampai dengan Karl Loewenstein. I.7.1 Teori Perwakilan Politik
7
5
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1987, hal 40.
6
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta:LP3ES, 1989, hal 37. 7
Studi yang lebih mendalam dilakukan oleh Alfred de Grazia dan Pitkin
sudah lebih mendalam dari perwakilan politik. Perwakilan politik sebagai sebuah
praktek telah lama berlangsung dalam kehidupan bernegara jauh sebelum
teori-teori perwakilan itu lahir, perwakilan politik telah lahir dan dilaksanakan oleh
beberapa negara dan bangsa sejak zaman dahulu mulai dari zaman Yunani kuno
dan Romawi. Pada zaman Yunani kuno masyarakat hidup dalam suatu negara
yang di sebut dengan polis, dimana konsep perwakilan pada saat itu dilaksanakan
secara langsung, karena jumlah masyarakat yang relatif sedikit dan wilayah yang
tidak terlalu luas. Begitu juga pada zaman romawi kuno. Konsep perwakilan pada
saat itu ialah konsep perwakilan langsung. Fungsi perwakilan pun pada saat dulu
masih terbatas mengingat kekuasaan raja yang besar dan belum kompleknya
permasalahan negara seperti saat ini.8
Pandangan Rousseau yang berkeinginan untuk berlangsungnya demokrasi
langsung sebagaimana pelaksanaannya pada zaman Yunani kuno. Kenyataanya
sulit untuk dipertahankan lagi. Faktor-Faktor seperti luasnya suatu wilayah
negara, populasi penduduk yang sangat cepat, makin sulit dan rumitnya masalah
politik dan kenegaraan, serta kemajuan ilmu dan teknologi merupakan persoalan
yang menjadi kendala untuk melaksanakan demokrasi langsung pada era
sekarang. Sebagai ganti dari gagasan Rousseau maka lahirlah demokrasi tidak
langsung (indirect democracy), yang disalurkan melalui lembaga perwakilan atau
yang dikenal dengan parlemen. Kelahiran parlemen ini pada dasarnya bukan
karena gagasan dan cita-cita demokrasi tapi karena kelicikan feodal. Pada abad
pertengahan yang berkuasa di Inggris adalah raja-raja/bangsawan yang sangat
8
feodalistis (monarchi feodal). Dalam kerajaan yang berbentuk feodal, kekuatan
berada pada kaum feodal yang berprofesi sebagai tuan tanah yang kaya
(pengusaha). Mereka tidak hanya kaya, mempunyai tanah yang luas tapi mereka
juga menguasai orang-orang yang ada dalam lingkaran kekuasaan (kerajaan).
Apabila pada suatu saat menginginkan raja menginginkan penambahan tentara
dan pajak maka para raja akan mengirimkan utusan untuk menyampaikan
keinginannya dan maksud pada tuan tanah (Lord). Lama kelamaan praktek
semacam ini menurut raja tidak layak sehingga timbul pemikiran untuk
memanggil mereka ke pusat pemerintahan sehingga kalau raja menginginkan
sesuatu, maka raja tinggal memanggil mereka.
Sebagai konsekuensinya raja harus membentuk suatu badan/lembaga yang
terdiri dari pada lord, dan kemudian ditambah dengan para pendeta. Tempat ini
menjadi tempat meminta nasehat raja dalam rangka masalah-malasalah
kenegaraan terutama yang berhubungan dengan pajak. Secara pelan tapi pasti
lembaga ini menjadi permanen yang kemudian disebut ‘’Curia Regis’’ dan
kemudian menjadi House of Lords seperti sekarang.9
Kelahiran House of Lords adalah merupakan pertanda kelahiran lembaga
perwakilan pertama di era modern. House of lord dalam perjalannya mempunyai
kekuasaan yang sangat besar, maka raja berkehendak untuk mengurangi
kekuasaan dan hak-hak mereka, akibatnya timbul pertikaian antara raja dan kaum
ningrat (lords), dengan bantuan rakyat dan kaum borjuis kepada kaum ningrat
maka raja mengalah, akibatnya hak-hak raja dibatasi. Karena rakyat dan kaum
9
menengah yang menjadi korban manakala raja membuat kebijakan, maka rakyat
minta agar rakyat mempunyai wakil dan diminta pendapat dan keterangannya
sebelum sebuah kebijakan dibuat. Karena yang pada awalnya kalangan yang
duduk dalam house of lord didukung oleh para rakyat dan kaum menengah yang
akhirnya kaum ningrat mendapatkan kemenangan, maka sejak saat itu pula
kedudukan rakyat dan kaum menengah menjadi kuat. Sebagai bagian dari
perwujudan agar terbentuk perwakilan rakyat maka lahirlah apa yang disebut
Magnum Consilium , yang terdiri dari para wakil rakyat yang perkembangan
selajutnya adalah bahwa house of commons mempunyai kekuatan yang semakin
bertambah. Mereka dapat membebaskan para menteri (perdana menteri) yang
mereka tidak sukai walaupun tidak berbuat kejahatan untuk turun dari kekuasaan,
kekuasaan yang demikian dilakukan dengan mengajukan ’’mosi tidak percaya’’
yang dapat mengakibatkan jatuh dan mundurnya sebuah kabinet dan itu
berlangsung sampai sekarang. Dalam konstitusi Inggris yang lebih berkuasa
adalah house of lord yang dipilih melalui pemilihan umum sedangkan house of
lord adalah kumpulan para lord yang terdiri dari para orang-orang yang dipilih
secara turun-temurun.10
Menurut Thomas Hobbes dalam bukunya “Leviathan” Kehidupan manusia
tidak terlepas dari suatu keterikatan sosial, karena kehidupan manusia senantiasa
berlandaskan kepada kepentingan. Perjanjian (keterikatan) sosial itu
mengakibatkan manusia-manusia bersangkutan menyerahkan segenap kekuatan
dan kekuasaannya masing-masing kepada sebuah majelis, agar kepentingannya
tersalurkan bagai sebuah kanal. Terbentuknya majelis (dewan perwakilan) juga
10
merupakan bentuk sejati dari penyerahan hak dan kekuasaan manusia untuk
memerintah dirinya sendiri dalam sebuah komunitas bersama (politik). Namun
demikian, majelis pun harus dikenakan syarat yaitu ia harus menyerakan hak
kekuasaannya pada manusia-manusia yang telah memandatkannya apabila terjadi
perusakan moral majelis. Kekuasaan majelis bersifat ’’absolut’’ karena
keterikatan (perjanjian) sosial yang dibangun didasarkan atas penyerahan hak
yang dominan dari manusia-manusia kepada majelis dan bukan sebaliknya.
Karenanya, majelis (dan juga penguasa politik yang dimandatkan oleh perjanjian)
dapat menggunakan segala cara, termasuk kekerasan untuk menjaga ketenteraman
dan ketertiban. Penguasa harus menjadi “Leviathan” (binatang buas). Idealnya,
kekuasaan oleh satu majelis lebih baik dijalankan oleh satu orang (center of
power), karena jalan satu-satunya untuk mendirikan kekuasaan ialah dengan
menyerahkan kekuasaan dan kekuasaan seluruhnya pada satu orang. Sejatinya
dewan rakyat/majelis (perwakilan) dipegang oleh penguasa negara, sehingga
aspirasi kepentingan rakyat akan cepat terselesaikan daripada menunggu kerja
majelis yang penuh dengan perbantahan. Fokusnya majelis berada dalam heredity
power.11
Menurut Montesqiue Kekuasaan yang menampung, membicarakan dan
memperjuangkan keterwakilan kepentingan rakyat banyak serta merumuskan
peraturan adalah “legislatif”. Mutlak perlu dibentuk legisltif sebagai perwakilan
rakyat agar pembicaraan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak akan
bisa dipenuhi, tanpa perwakilan, maka yang terjadi adalah ’’suara minoritas
(minority sounds) hal yang mudah ditaklukkan oleh mayoritas kekuasaan. Dewan
11
rakyat (legislatif) merupakan mediator antara rakyat dan penguasa, menjadi
komunikator dan agregator aspirasi dan kepentingan rakyat banyak. Realitanya,
masyarakat terdiri atas kelas utama yaitu rakyat pada umumnya dan kaum
bangsawan. Karenanya dalam lembaga perwakilan harus dibagi dalam dua kamar
(chamber) yaitu rakyat umum dan kaum bangsawan. Masing-masing mempunyai
hak veto yang dibuat tiap kamar. Prinsipnya, masing-masing kekuasaan politik
haruslah dibuat terpisah (trias politica) dan masing-masing memiliki wewenang
untuk saling mengawasi.12
Menurut mandat Imperatif, bahwa seorang wakil yang bertindak di
lembaga perwakilan harus sesuai dengan perintah (intruksi) yang diberikan oleh
yang diwakilinya. Si wakil tidak boleh bertindak di luar perintah, sedangkan kalau
ada hal-hal atau masalah/persoalan baru yang tidak terdapat dalam perintah
tersebut maka sang wakil harus mendapat perintah baru dari yang diwakilinya.
Dengan demikian berarti akan menghambat tugas perwakilan tersebut, akibatnya
lahir teori mandat baru yang disebut mandat bebas.
Salah satu teori yang menjelaskan tentang lembaga perwakilan adalah
Teori Mandat. Dalam Teori Mandat ini dibagi lagi ke dalam 3 bagian. Teori yang
pertama ialah teori mandat bebas, teori mandat imperatif, dan teori mandat yang
ketiga ialah teori mandat representative. Teori mandat menjelaskan bahwa
seorang wakil dianggap duduk di lembaga Perwakilan karena mendapat mandat
dari rakyat sehingga disebut mandataris. Yang memberikan teori ini dipelopori
oleh Rousseau dan diperkuat oleh Petion.
12
Teori mandat bebas berpendapat bahwa sang wakil dapat bertindak tanpa
tergantung pada perintah (intruksi) dari yang diwakilinya. Menurut teori ini sang
wakil adalah merupakan orang-orang yang terpercaya dan terpilih serta memiliki
kesadaran hukum dari masyarakat yang diwakilinya sehingga sang wakil
dimungkinkan dapat bertindak atas nama mereka yang diwakilinya. Ajaran ini
dipelopori oleh Abbe Sieyes di Perancis dan Block Stone di Inggris. Dalam
perkembangan selanjutnya teori ini berkembang menjadi teori mandat
representatif.
Teori mandat representatif mengatakan bahwa sang wakil dianggap
bergabung dalam lembaga perwakilan, dimana yang diwakili memilih dan
memberikan mandat pada lembaga perwakilan, sehingga sang wakil sebagai
individu tidak ada hubungan dengan pemilihnya apalagi untuk meminta
pertanggungjawabannya. Yang bertanggung jawab justru adalah lembaga
perwakilan terhadap rakyat pemilihnya.13
Dalam teori perwakilan, biasanya ada 2 kategori yang dibedakan. Kategori
pertama ialah Perwakilan Politik (Polotical representation) dan Perwakilan
Fungsional (Fungsional Representation). Kategori kedua menyangkut peran
anggota parlemen sebagai pengemban “mandat” perwakilan (representation)
adalah konsep bahwa seseorang atau suatu kelompok mempunyai kemampuan
atau kewajiban untuk bicara dan bertindak atas nama suatu kelompok yang lebih
besar. Dewasa ini, anggota badan legislatif pada umumnya mewakili rakyat
13
melalui partai politik. Hal ini yang disebut dengan perwakilan politik (political
representation).14
Dari uraian tentang perwakilan politik dapat kita ambil kesimpulan, bahwa
dewasa ini perwakilan politik merupakan sistem perwakilan yang dianggap paling
wajar. Disamping itu, beberapa negara merasa bahwa asas functional or
occupational representation perlu diperhatikan dan sedapat mungkin diakui
kepentingannya disamping sistem perwakilan politik.
Sekalipun asas perwakilan politik telah menjadi sangat umum, tetapi ada
beberapa kalangan yang merasa bahwa partai politik dan perwakilan yang
berdasarkan kesatuan-kesatuan politik semata-mata, mengabaikan berbagai
kepentingan dan kekuatan lain yang ada didalam masyarakat terutama dibidang
ekonomi. Beberapa negara telah mencoba untuk mengatasi persoalan ini dengan
mengikutsertakan wakil dari berbagai-bagai golongan yang dianggap memerlukan
perlindungan khusus. Misalnya, India mengangkat beberapa wakil dari golongan
Anglo-Indian sebagai anggota majelis rendah, sedangkan beberapa wakil dari
golongan kebudayaan, kesusastraan, dan pekerjaan sosial diangkat sebagai majelis
tinggi.
15
14Miriam Budihardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2008, hal
317.
15
I.7.2 Kinerja
Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak
memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah.
Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot
sehingga perusahaan/ instansi menghadapi krisis yang serius. Kesan – kesan
buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda – tanda
peringatan adanya kinerja yang merosot.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.16
Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson faktor-faktor yang
memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu; (1) Kemampuan mereka; (2)
Motivasi; (3)Dukungan yang diterima; (4) keberadaan pekerjaan yang mereka
lakukan, dan; (5) Hubungan mereka dengan organisasi.
Berdasarkaan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa
kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu
maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh
kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta
keinginan untuk berprestasi.
Menurut Gibson ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja yaitu; (1)
Faktor Individu; (2) Faktor Psikologis; (3) Faktor Organisasi. Penilaian kinerja
pada dasarnya merupakan kunci guna mengembangkan organisasi.
Menurut Henry Simamora “ penilaian kinerja adalah proses yang dipakai
oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan”.
Pernah mendengar istilah “the right man in the right place”?. Itulah dasar
yang menjadikan penulis menghubungkan antara perwakilan politik dengan
kinerja. Apa lagi melihat fenomena saat ini, dimana orang-orang seperti latah
ikut-ikutuan terjun ke dunia politik. Tidak perduli dia tidak memiliki dasar pemahaman
politik yang kuat atau tidak. Hal inilah “mungkin” yang membuat kinerja anggota
dewan menjadi tidak karuan. Ketika orang-orang yang duduk di lembaga
perwakilan itu tidak tau apa yang akan mereka kerjakan maka, kinerja mereka bisa
dipastikan akan menurun bahkan cenderung tidak ada.
Perwakilan politik menggambarkan hubungan perwakilan yang tersusun
dalam suatu lembaga atau badan perwakilan di mana si wakil bertindak sebagai
wakil bagi rakyat yang diwakilinya. Hubungan ini menggambarkan derajat
keterikatan antara siwakil dengan yang diwakilinya. Yang erat kaitannya dengan
cara rekrutmen si wakil dan pelaksana tugas siwakil dalam rangka melaksanakan
fungsi lembaga atau badan perwakilan. Karena hubungan seperti itu, beberapa
pakar sering mencari tipe atau model representasi.
Jadi ketika orang yang tepat yang duduk dikursi lembaga legislatif, maka
ada harapan kalau kinerja Lembaga perwakilan kita akan mengalami peningkatan.
I.8. Metodologi Penelitian
Kajian ilmu sosial terhadap satu fenomena sosial suda tentu membutuhkan
kecermatan. Sebagai suatu ilmu tentang metode atau tata cara kerja, maka
metodologi ialahpengetahuan tentang tata cara mengkonstruksi bentuk dan
instrumen penelitian. Konstruksi teknik dan instrumen yang baik dan benar akan
mampu menghimpun data secara objektif, lengkap dan dapat dianalisa utntuk
memecahkan suatu permasalahan. Menurut Antonius Birowo, menjelaskan apa
yang diyakini dapat diketahui dari masalah penelitian yang akan dilakukan17
1. Untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi
terjadinya suatu aspek fenomena sosial tertentu. Hasilnya kemudian
dicantumkan kedalam tabel-tabel frekuensi. I.8.1 Metode Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan metodologis, yaitu deskriptif. Penelitian
deskriptif ialah langkah-langkah melakukan reinterpretasi objektif tentang
fenomena-fenomena sosial yang terdapat dalam masalah yang diteliti. Penelitian
deskriptif biasanya memiliki 2 tujuan, yaitu:
2. Untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu, seperti
interaksi sosial, sistem kekerabatan dan lain-lain.
Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antar
variabel yang ada, tidak dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang
menjelaskan variabel-variabel yang menyebabkan suatu gejala atau kenyataan
17
sosial. Karenanya, pada penelitian deskriptif tidak menggunakan atau tidak
melakukan peengujian hipotesa (seperti yang dilakukan pada penelitiaan
eksplanatif) berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan
perbendaharaan teori.18
1. Memusatkan perhatian pada masalah yang ada pada saat penelitisn
dilakukan atau masalah-masalah yang bersifat faktual.
Penelitian seperti ini juga biasanya dilakukan tanpa hipotesa yang
dirumuskan terlalu ketat. Dengan kata lain, penelitian ini tidak menguji hipotesa
melainkan hanya mendeskripsikan, membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematik, faktual dan akurat mengenai keadaan saat ini. Metode deskriptif
adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu obyek, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran maupun peristiwa pada masa sekarang.
Metode ini merupakan langkah-langkah melakukan representasi obyektif
tentang gejala-gejala yang terdapat didalam masalah yang diteliti. Ciri-ciri pokok
penelitian yang menggunakan penelitian deskriptif adalah:
2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana
adanya,di iringi dengan interpretasinasional yang memadai.
Menurut nasir, gambaran penelitian deskriptif adalah sebagai studi untuk
menentukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Melukiskan secara akurat
sifat-sifat dari beberapa fenomena individu atau kelompok, menentukan frekuensi
terjadinya suatu keberadaan untuk meminimalkan bias dan memaksimalkan
18
reabilitas. Analisisnya dikerjakan berdasarkan “exposy facto” yang artinya data
dikumpulkan, setelah semua kejadian berlangsung.19
Studi ini pada dasarnya bertumpu pada penelitian kualitatif. Aplikasi
penelitian kualitatif ini adalah konsekuensi metodologis dari penggunaan metode
deskrptif. Bogdan dan Taylor mengungkapkan bahwa ”metodologi kualitatif”
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. I.8.2 Jenis Penelitian
20
Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi dalam
situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi satu generalisasi yang dapat
diterima oleh akal sehat manusia. Masalah yang akan diungkapkan dapat
disiapkan sebelum mengumpulkan data atau informasi, akan tetapi mungkin saja
berkembang dan berubah selama kegiatan penelitian dilakukan. Dengan demikian
data/informasi yang dikumpulkan data terarah pada kalimat yang diucapkan,
kalimat yang tertulis dan tingkah laku kegiatan. Informasi dapat dipelajari dan Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kagiatan atau proses
penjaringan informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek,
dihubungkan dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang teoritis
maupun praktis. Dari pengertian diatas jelaslah bahwa penelitian kualitatif bersifat
induktif, karena tidak dimulai dari hipotesa sebagai generalisasi, untuk diuji
kebenarannya melalui pengumpulan data yang bersifat khusus.
19
Mohammad Nasir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesi, 1983 hal. 105. 20
ditafsirkan sebagai usaha untuk memahami maknanya sesuai dengan sudut
pandang sumber datanya. Maka informasi yang bersifat khusus itu, dalam bentuk
teoritis melalui proses penelitian kualitatif tidak mustahil akan menghasilkan
teori-teori baru, tidak sekedar untuk kepentingan praktis saja.
Secara khusus, penelitian yang penulis gunakan dapat diartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan objek penelitian
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Fakta atau data
yang ada dikumpulkan, diklasifikasikan dan kemudian akan dianalisa. Pada
penelitian deskriptif, penulis memusatkan perhatian pada penemun fakta-fakta
sebagaimana keadaan yang sebenarnya ditemukan. Karena itu dalam penelitian
ini, penulis mengembangkan konsep dan menghimpun berbagai data, tetapi tidak
melakukan pengujian hipotesa.21
Penelitian ini mengambil lokasi penelitian pada DPRD Simalungun di
Pematang Raya, Kabupaten Simalungun. Adapun alasan dipilihnya daerah ini
sebagai lokasi penelitian adalah: I.8.3 Lokasi Penelitian
1. Melihat potensi daerah ini, baik SDA dan SDM yang bagus namun belum
dimaksimalkan dengan baik.
2. Karena tertarik melihat fenomena politik di Simalungun terkhusus sewaktu
pemilihan legislatif didaerah ini.
21
3. Melihat kinerja anggota dewan didaerah ini yang dilihat belum dirasakan
masyarakat Simalungun.
4. Melihat komposisi latar belakang sosial dan pendidikan dari wakil rakyat
didaerah ini.
I.8.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam melahirkan sebuah penelitian, ada beberapa metode yang biasa
digunakan untuk mengumpulkan data antara lain wawancara (interview),
observasi (observation), dan dokumentasi (documentation). Tatang M. Arifin
mengatakan, bahwa ada “data adalah segala keterangan atau informasi mengenai
segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian”. Dengan demikian tidak
semua informasi atau keterangan merupakan data, hanyalah sebagian dari
informasi, yakni berkaitan dengan penelitian.
Dalam suatu penelitian, disamping menggunakan metode yang tepat
diperlukan pula kemampuan memilih dan bahkan juga menyusun teknik dan alat
pengumpulan data yang relevan. Kecermatan dalam memilih dan menyusun
teknik dan alat pengumpul data ini sangat berpengaruh terhadap obyeksifitas hasil
penelitian. Mempertimbangkan hal tersebut, dan keharusan untuk memenuhi
validitas dan realibilitas dalam teknik pengumpulan datanya. Teknik ini adalah
cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip
dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum,
dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.Untuk memperoleh
maka penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Data Primer, yaitu penelitian lapangan (field research), yaitu pengumpulan
data dengan terjun langsung ke lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan
dengan cara wawancara, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan
melakukan teknik tanya jawab langsung dengan beberapa orang yang
memiliki pengaruh pada lokasi penelitian atau daerah yang akan diteliti.
2. Data Sekunder, yaitu penelitian kepustakaan (Library research) yaitu
dengan mempelajari buku-buku, peraturan-peraturan, laporan-laporan serta
bahan-bahan lain yang berkaitan dengan penelitian.
I.8.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses pengorganisasian dengan mengurutkan data
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
permasalahan. Data yang telah dikumpulkan kemudian disusun, dianalisa, dan
disajikan untuk memperoleh gambaran sistematis tentang kondisi dan situasi yang
ada. Data-data tersebut diolah dan dieksplorasi secara mendalam yang selanjutnya
I.9. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci, dan untuk mempermudah isi
daripada skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penulisan kedalam 4 bab
yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan
yang akan dibahas, pembatasan masalah yang akan diteliti, tujuan
mengapa diadakan penelitian ini, manfaat penelitian ini, dan metode
penelitian serta kerangka teori yang akan menjadi landasan pembahasan
masalah.
BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran dari lokasi penelitian di
Kabupaten Simalungun. Antara lain, sejarah singakat tentang daerah
tersebut, kondisi geografis, demografi penduduk, dan lain
BAB III : HASIL DAN ANALISA DATA
Pada bab ini data dan informasi disajikan dan dianalisa secara sistematis
BAB IV : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, yang berisi kesimpulan
yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada bab ini juga
akan terjawab pertanyaan apa yang dilihat dalam penelitian yang dilakukan, serta
berisi saran-saran, baik yang bermanfaat bagi penulis secara pribadi mupun bagi
BAB II
KONDISI POLITIK DI KABUPATEN SIMALUNGUN
II.1 Deskripsi Kabupaten Simalungun
Simalungun dalam bahasa asli Simalungun memiliki kata dasar “Lungun”
yang berarti sunyi, sepi.22 Nama itu diberikan oleh orang luar karena
penduduknya sangat jarang dan letaknya yang berjauhan antara yang satu dengan
yang lain. Orang Batak Toba menyebutnya dengan istilah “Sibalungu” yang
berasal dari legenda hantu yang menyebarkan wabah penyakit didaerah itu.
Sedangkan orang Batak Karo menyebutnya dengan panggilan “Batak Timur”
karena terletak disebelah Timur daerah mereka.23
Simalungun adalah salah satu suku asli yang terdapat di Provinsi Sumatera
Utara. Terdapat beberapa asal-usul mengenai nenek moyang suku Simalungun,
tetapi sebagian besar menceritakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari luar
Indonesia. Kedatangan ini terbagi dalam 2 gelombang, yakni; (1) Gelombang
Pertama (Proto Simalungun), diperkirakan berasal dari Nagore (India) dan
pegunungan Assam (India) menyusuri daerah Myanmar, ke Siam dan Malaka
untuk selanjutnya menyebrang ke Sumatera Timur dan; (2) Gelombang Kedua
(Deutero Simalungun), datang dari suku-suku disekitar Simalungun yang
bertetangga dengan suku asli Simalungun.24
22
.Pemerintah kabupaten Simalungun, SINALSAL (Panduan Berbahasa Simalungun) tahun 2006, hal 4 .
23
. Ibid, hal 5. 24
Pada kerajaan Nagur diatas terdapat beberapa panglima (Raja Goraha)
yang masing-masing bermarga, Saragih, Purba, dan Sinaga. Kemudian mereka
dijadikan menantu oleh Raja Nagur yang kemudian mendirikan kerajaan-kerajaan,
yakni: (1) Silou (Purba Tambak); (2)Tanaoh Djawa (Sinaga); (3) Raya (Saragih)25
Selama abad ke 13 sampai abad ke 15, kerajaan-kerajaan kecil ini diserang
oleh kerajaan-kerajaan mulai dari kerajaan Singosari, Majapahit, kerajaan dari
India dan Aceh, Kerajaan Melayu hingga Belanda. Selama periode ini, tersebutlah
cerita “Hattu ni sapar” yang menceritakan tentang kengerian pada saat itu, tentang
kekacaun, dan mewabahnya penyakit Kolera hinggan kemudian mereka
menyebrangi “Laut Tawar” (sebutan untuk Danau Toba) untuk mengungsi
kepulau yang dianamakan Samosir yang merupakan kependekan dari Sahali Misir
(sekali pergi). Saat pengungsi ini kembali ke kampung asalnya (Huta Hasusuran)
mereka menemukan sebuah daerah/Nagur yang sepi. Sehingga disebutlah daerah
Kerajaan Nagur ini dengan nama Sima-Sima ni Lungun (daerah yang sepi) yang
kemudian menjadi Simalungun.26
Kabupaten Simalungun terletak antar 98,320 – 99,350 BT dan 2,360 –
3,180 LU dengan ketinggian antara 20 – 1400 M diatas permukaan laut yang
berbatasan dengan; (1) Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Serdang
Bedagai; (2) Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Asahan; (3) Sebelah
25
Ibid, hal 7. 26
Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Samosir; (4) Sebelah Barat, berbatasan
dengan Kabupaten Karo.27
Luas wilayah Kabupaten Simalungun adalah 438.660 Ha ( 4,486,60 KM2 )
merupakan 6,12 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara sekaligus menjadi
kabupaten terluas yang sebelumnya adalah Kabupaten Deli Serdang.28
Suhu di Kabupaten Simalungun bertemperatur sedang. Dan suhu tertinggi
terjadi dibulan Maret – Mei dengan suhu 28
Untuk
iklimnya sendiri yaitu:
0
Kelembapan udara rata-rata 84%, dengan kelembapan udara tertinggi
terjadi di bulan Oktober dengan tingkat kelembapan udara 87% dengan
penguapan rata-rata 0,05 MM/hari.
C.
Dalam Satu tahun terdapat rata-rata 14 hari hujan, dengan curah hujan
tertinggi terjadi di bulan November. Jumlah penduduk di Kabupaten Simalungun
saat ini dari sensus terakhir tahun 2011 adalah 823.109 jiwa.29
27
. www.simalungun.kab.go.id diakses tanggal 28 oktober 2011 pukul 19.27 wib
28
. Hasil wawancara dengan Bapak M.Sianaga (Kabag Persidangan DPRD Simalungun) 18 Januari 2012
29
.BPS kabupaten Simalungun tanggal 22 Januari 2012.
Potensi ekonomi
didaerah ini terutama berasal dari sektor pertanian dan perkebunan. Tahun 2003
Simalungun adalah kabupaten penghasil beras kedua terbesar di Sumatera utara,
dan untuk sektor perkebunan banyak di dominasi oleh perkebunan kelapa sawit
dan perkebunan karet. Banyaknya perkebunan sawit mulai dari BUMN, swasta
(contohnya PT.LONSUM, dan Good Year), bahkan dari punya pribadi terdapat di
industri perkebunan yang bernama Kawasan Industri Sei Mangkei layaknya KIM
dikota Medan.
Selain sektor pertanian, sektor pariwisata juga memberikan sumbangan
penting pendapatan daerah ini. Yang paling terkenal tentu saja Parapat dengan
keindahan Danau Tobanya. Objek wisata yang satu ini menjadi primadona yang
sudah terkenal sampai dunia internasional. Selain Parapat, ada juga Sidamanik
dengan perkebunan tehnya, Keramat Kubah (tempat berziarah etnis Tionghoa
yang dihuni banyak monyet), Museum Simalungun, dan Tugu Letda. Sudjono
yang merupakan bukti masuknya PKI ke Sumatera Utara yang terletak di Bandar
Betsi.
Dengan potensi yang sedemikian rupa dan juga jumlah penduduk yang
banyak seharusnya bisa menjadikan daerah ini menjadi salah satu kabupaten
terbaik. Namun untuk memiliki SDM yang berkualitas, maka dibutuhkan juga
faktor pendukung. Salah satunya adalah bidang pendidikan. Dikabupaten ini
terdapat satu universitas yaitu, Universitas Simalungun dan satu SMA Plus yang
terkenal yakni SMA Plus Raya. Seharusnya dengan sejumlah potensi dan
keunggulan yang terdapat didaerah ini, bisa membuat Simalungun menjadi maju.
Namun rentetan masalah dikabupaten ini membuat pembangunan hanya jalan
ditempat. Pembangunan bandara di Raya juga tidak membawa dampak signifikan
II.2 Sistem Pemerintahan
Dasar hukum pembentukan kabupaten Simalungun ialah UU Drt. No 7
tahun 195630 dengan ibukota awalnya ialah di Pematang Siantar. Kemudian
ibukota kabupaten ini resmi berpindah ke Pamatang Raya pada tanggal 28 Juni
2008 setelah tertunda beberapa saat.31
Kabupaten Simalungun saat ini terdiri dari 31 kecamatan, yakni (1)
Kecamatan Siantar; (2) Kecamatan Dolok Pardamean; (3) Kecamatan Panei;
(4)Kecamatan Tanah Jawa; (5) Kecamatan Hutabayu Raja; (6) Kecamatan Jorlang
Hataran; (7) Kecamatan Dolok Panribuan); (8) Kecamatan Girsang Sipangan
Bolon; (9) Kecamatan Purba; (10) Kecamatan Raya; (11) Kecamatan Silimakuta;
(12) Kecamatan Dolok Silau; (13) Kecamatan Raya Kahean; (14) Kecamatan
Silau Kahean; (15) Kecamatan Bandar; (16) Kecamatan Pematang Bandar; (17)
Kecamatan Bosar Maligas; (18) Kecamatan Ujung Padang; (19) Kecamatan
Dolok Batunanggar; (20) Kecamatan Tapian Dolok; (21) Kecamatan Sidamanik;
(22) Kecamatan Gunung Malela; (23) Kecamatan Gunung Maligas; (24)
Kecamatan Bandar Masilam; (25) Kecamatan Bandar Huluan; (26) Kecamatan
Jawa Maraja; (27) Kecamatan Hatonduhon; (28) Kecamatan Pematang
Sidamanik; (29) Kecamatan Panombeian Pane; (30) Kecamatan Haranggaol
Horisan; (31) Kecamatan Pematng Silimakuta
Saat ini kabupaten Simalungun dipimpin
oleh Jopinus Ramli Saragih (J.R Saragih) sebagai Bupati dan Hj. Nuriaty
Damanik sebagai Wakil Bupati Simalungun untuk periode 2010-2015
menggantikan Zulkarnaen Damanik – Pardamean Siregar diperiode sebelumnya.
30
. www.simalungunkab.go.id diakses tanggal 26 oktober 2011 pukul 21.08 wib. 31
Selain 31 kecamatan tersebut, terdapat juga 23 Kelurahan dan 338
Desa/Nagori didaerah ini.32 Di Kabupaten ini Desa disebut dengan Nagori, yang
dipimpin oleh seorang Pangulu Nagori. Untuk struktur pemerintahan kabupaten
[image:40.595.107.524.240.473.2]Simalungun adalah sebagai berikut:
Gambar I
Bagan Struktur Pemerintahan
Sumber: Kantor Kelurahan Perdagangan Kecamatan Bandar
Dari gambar 1 dapat kita dapat lihat bagaimana hubungan antar
lembaga/dinas di kabupaten Simalungun. Garis vertikal menggambarkan
hubungan antara atasan dan bawahan, sedangkan garis horizontal menggambarkan
posisi yang sejajar. Bisa dilihat antara Bupati/Wakil Bupati memiliki hubungan yg
sejajar dengan DPRD yang artinya antara 2 lembaga ini tidak ada yang boleh
mendominasi dan mengintervensi satu sama lain. Kedua lembaga ini seharusnya
32
saling bekerjasama sesuai dengan fungsinya. Bupati sebagai Eksekutif dan DPRD
sebagai Legislatif.
Dibawah Bupati Simalungun ada Sekretaris daerah yang memiliki
pertanggung jawaban tugas langsung ke Bupati Simalungun, dan memiliki
hubungan yang sejajar dengan Sekretariat DPRD. Dan dibawah Sekda ada
dinas yang juga memiliki pertanggung jawaban langsung kepada Bupati.
Dinas-dinas ini memiliki posisi yang sama. Dimana sesama Dinas-dinas tidak dibenarkan untuk
mengambil tugas dari dinas lain, kecuali atas perintah atasa, dalam hal ini adalah
Bupati Simalungun. Dinas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas (Kadis).
Kemudian dibawah Dinas ada Bagian, dimana tugas dari bagaian ini
adalah bagian dari spesifikasi tugas dinas. Hal ini agar tidak terjadi tumpang
tindih tugas. Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Bagian (Kabag). Dan dibawah
nya berturut-turut adalah kantoryang dipimpin oleh seorang Kepala kantor
(Kakan) dan dibawahnya ada Kecamatan dan Kelurahan.
Kabupaten Simalungun memiliki Lambang Daerah sebagai identitas
daerah ini. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun No.5 Tahun
Gambar 2
Lambang Kabupaten Simalungun
Sumber: simalungunkab.go.id
Arti lambang Kabupaten Simalungun Lambang berbentuk perisai terbagi
lima petak dengan dasar lambang hijau lahan. Bagian dari atas lambang
digambarkan hiou Suri-suri dengan warna hitam yang bersuat ( bersifat ) putih
pada hiou Suri-suri bagian atas tertulis nama Daerah Simalungun dengan tulisan
warna putih. Petak kiri atas dan bawah kanan dengan warna merah darah Petak
kiri bawah dan kanan atas dengan warna putih Petak di tengah-tengah dengan
warna kuning emas Gambar pada petak kiri bawah setangkai padi dengan 17 butir,
warna kuning emas. Gambar pada petak kiri atas daun the dengan jumlah 8 helai
dengan warna hijau.Gambar pada letak kanan atas Bukit Barisan berpuncak dan
dua buah puncak di tengah lebih tinggi dari yang disampingnya dengan warna
biru dan sebelah bawah gelombang danau empat baris warna biru muda
Gambar petak kanan bawah, bunga kapas 5 kuntum dengan warna putih
dan kelopak bunga warna hijau. Gambar pada petak tengah rumah balai adat
dengan susunan galang 10,7 anak tangga, jerjak 8 sebelah, tiang 4, sudut atap lima
galang warna putih. Garis batas-batas petak dengan warna hitam dan sebelah luar
perisai tepi hiou Suri-suri ditambah dengan garis putih. Pita sebelah bawah perisai
dengan warna putih tepinya warna hitam tempat menuliskan semboyan lambang.
Semboyan lambang HABONARON DO BONA dalam bahasa Daerah
Simalungun yang artinya kebenaran itu adalah pokok.
Untuk makna Lambang sendiri ialah lambang berbentuk perisai adalah
menggambarkan kekuatan dan pertahanan membela kepentingan daerah dan
negara. Bilangan-bilangan pada bagian-bagian lambang adalah simbolik yang
menggambarkan kesetiaan kepada Negara RI. Padi dan Kapas kebutuhan pokok
untuk mencapai kemakmuran dan keadilan
Daun teh adalah penghasilan yang utama dari Daerah Simalungun.
Gunung dan danau adalah menggambarkan keindahan alamnya. Gelombang
danau menggambarkan dinamika masyarakat. Rumah Balai adalah spesifik daerah
yang menggambarkan adat kebudayaan dan kesenian daerah.33
Menurut Pasal 334 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 ,DPRD
mempunyai tugas dan wewenang; (1) Membentuk peraturan daerah
Kabupaten/Kota bersama bupati/walikota; (2) Membahas dan memberikan
persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai anggaran pendapatan dan
belanja daerah kabupaten/kota yang diajukan oleh Bupati/walikota; (3)
Melaksanakan pengawasan terhadap peraturan daerah dan anggaran pendapatan II.3 Lembaga DPRD
33
dan belanja daerah kabupaten/kota; (4) Mengusulkan pengangkatan dan
pemberhentian bupati/walikota dan atau wakil bupati/wakil walikota kepada
Menteri Dalam Negeri melalui gubernur untuk mendapatkan pengesahan dan
pengangkatan ; (5) Memilih wakil bupati/wakil walikota dalam hal terjadi
kekosongan jabatan wakil bupati/wakil walikota; (6) Memberikan pendapat dan
pertimbangan kepada pemerintah daerah provinsi terhadap rencana perjanjian
international di daerah; (7) Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama
international yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota; (8) Meminta
laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah kabupaten/kota; (9) Memberikan persetujuan terhadap rencana
kerjasama dengan daerah lain atau pihak ketiga yang membebani masyarakat dan
daerah; (10) Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan (11) Melaksanakan tugas dan
wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
DPRD Simalungun resmi berpindah kantor bersamaan dengan
berpindahnya ibu kota pemerintahan Kabupaten Simalungun dari semula berada
dijalan Asahan P.Siantar, menjadi ke P.Raya yang sekaligus menjadi ibu kota
pemerintahan yang baru dari Kabupaten Simalungun. DPRD Simalungun dibagi
kedalam 4 (empat) komisi, yaitu; (1) Komisi I bidang Pemerintahan; (2) Komisi II
bidang Perekonomian; (3) Komisi III bidang Keuangan; (4) Komisi IV bidang
Pembangunan.34 Anggota DPRD Simalungun saat ini sebanyak 45 orang35
34
. www.simalungunkab.go.id diakses tanggal 26 oktober 2011 pukul 21.43 wib
berasal dari 5 daerah pemilihan (dapil) di Kabupaten simalungun. Berikut adalah
nama-nama anggota DPRD Simalungun periode 2009-2014 berdasarkan daerah
[image:45.595.104.516.236.579.2]pemilihannya.
Tabel I
Daftar anggota DPRD dari daerah pemilihan 1 Kabupaten Simalungun
No NAMA DAPIL PARTAI
1 Burhanuddin Sinaga Simalungun 1 PAN
2 Herlina Gusti Nasution Simalungun 1 PKS
3 Julius Silalahi Simalungun 1 PD
4 Mondanuddin Purba Simalungun 1 PKB
5 Nuriaty Damanik Simalungun 1 Golkar
6 Ojak Naibaho Simalungun 1 PDIP
7 Rajisten Sitorus Simalungun 1 PKPI
8 Suhadi Simalungun 1 PPP
9 Sulaiman Sinaga Simalungun 1 PD
10 Suriawan Simalungun 1 PNBK
11 Umar Yani Simalungun 1 Golkar
Sumber: Sekretariat DPRD Simalungun
Daerah Pemilihan 1 Kabupaten Simalungun terdiri dari Kecamatan
Dolok Batu Nanggar, Gunung Malela, Gunung Maligas, Pematang Bandar,
Siantar, dan Tapian Dolok. Didaerah Pemilihan Simalungun 1 ini, Partai Golkar
35
. Hasil wawancara dengan bapak M.Sinaga Kabag Persidangan DPRD Simalungun tanggal 18 januari
dan PD mendominasi dengan masing-masing 2 kursi, sedangkan 7 kursi lainnya
[image:46.595.105.516.209.524.2]dibagi rata untuk 7 partai yang lainnya.
Tabel 2
Daftar anggota DPRD dari daerah pemilihan 2 Kabupaten Simalungun
No NAMA DAPIL PARTAI
1 Abu Sofyan Siregar Simalungun 2 PDIP
2 Binton Tindaon Simalungun 2 Golkar
3 Bonar Jetsel Ambarita Simalungun 2 PD
4 Budi Hendrarto Lukman Simalungun 2 PD
5 Evra Sassky Damanik Simalungun 2 PAN
6 Khairul Anwar Simalungun 2 PPP
7 Mariono Simalungun 2 PKS
8 Sri Handriati Simalungun 2 Golkar
9 Suyono Simalungun 2 Golkar
10 Tumpak Siregar Simalungun 2 PPRN
Sumber: Sekretariat DPRD Simalungun
Untuk daerah pemilihan 2 terdiri dari Kecamatan Bandar, Bandar Huluan,
Bandar Masilam, Bosar Maligas dan Ujung Padang. Untuk daerah Pemilihan 2
ini, dari 10 kursi yang diperebutkan 3 kursi menjadi milik Golkar, dan PD 2 kursi.
Dan sisa 5 kursi lagi dibagi rata untuk 5 partai.
Tabel 3
No NAMA DAPIL PARTAI
1 Barita Dolok Saribu Simalungun 3 PK
2 Manandus Sitanggang Simalungun 3 PNIM
3 Mukkin Nainggolan Simalungun 3 PD
4 Sahat silitonga Simalungun 3 PKPB
5 Sugiarto Simalungun 3 Golkar
6 Truly Anto Sinaga Simalungun 3 PDIP
Sumber: Sekretariat DPRD Simalungun
Untuk dapil 3 Kabupaten Simalungun, terdiri dari 4 Kecamatan yaitu
Kecamatan Hatonduhan, Huta Bayu Raja, Jawa Maraja Bah Jambi, dan Tanah
Jawa. Untuk Daerah Pemilihan 3 ada 6 kursi yang diperebutkan dan semuanya
[image:47.595.106.517.518.717.2]dibagi rata untuk 6 partai politik.
Tabel 4
Daftar anggota DPRD dari daerah pemilihan 4 Kabupaten Simalungun
No NAMA DAPIL PARTAI
1 Bernhard Damanik Simalungun 4 PPIB
2 Laris Parapat Simalungun 4 PPPI
3 Mansur Purba Simalungun 4 PD
4 Rospita Sitorus Simalungun 4 PDIP
5 Sarudin Gultom Simalungun 4 PBN
6 Timbul Jaya Sibarani Simalungun 4 Golkar
Untuk Dapil 4 Simalungun dibagi atas 6 Kecamatan, yakni Kecamatan
Dolok Panribuan, Dolok Pardamean, Girsang Sipangan Bolon, Jorlang Hataran,
Pamatang Sidamanik, dan Sidamanik. Sama seperti Dapil 3, di Dapil 4 ini juga
[image:48.595.102.516.264.636.2]memperebutkan 6 kursi yang dibagi rata untuk 6 partai politik.
Tabel 5
Daftar anggota DPRD dari daerah pemilihan 5 Kabupaten Simalungun
No NAMA DAPIL PARTAI
1 Ae Nainggolan Simalungun 5 Hanura
2 Agus Salim Simalungun 5 Hanura
3 Balker haloho Simalungun 5 PD
4 Edi Irianto Sipayung Simalungun 5 Golkar
5 Jan Rismen Purba Simalungun 5 PPRN
6 Johalim Purba Simalungun 5 PDP
7 Juliani Sinaga Simalungun 5 PAN
8 Luhut Sitinjak Simalungun 5 PKP
9 Mangapul Purba Simalungun 5 PDIP
10 Maren Girsang Simalungun 5 Pelopor
11 Pantas Sitanggang Simalungun 5 Golkar
12 Walpiden Tampubolon Simalungun 5 PD
Sumber: Sekretariat DPRD Simalungun
Untuk Dapil 5 Simalungun terdiri dari 10 Kecamatan, yakni; Kecamatan
Dolok Silau, Haranggaol Horisan, Pamatang Silimakuta, Pane, Panombeian Pane,
12 kursi Golkar, PD, dan Hanura mendapat 2 kursi dan sisa 6 kursi dibagi rata
untuk 6 partai politik.
II.4 Partai Politik
Pasal 28 UUD 1945: Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang, inilah yang menjadi salah satu faktor berdirinya partai politik
selain itu, berkembangnya aspirasi-aspirasi politik baru dalam suatu masyarakat,
yang disertai dengan kebutuhan terhadap partisipasi politik lebih besar, dengan
sendirinya menuntut pelembagaan sejumlah saluran baru, diantaranya melalui
pembentukan partai politik baru. Tetapi pengalaman di beberapa negara dunia
ketiga menunjukkan, pembentukan partai baru tidak akan banyak bermanfaat,
kalau sistem kepartaiannya sendiri tidak ikut diperbaharui.
Partai politik yaitu organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau
dibentuk dengan tujuan khusus. Definisi lainnya adalah kelompok yang
terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan
cita-cita yang sama. Partai Politik adalah adalah suatu organisasi politik yang didirikan
dengan dengan tujuan yang sama serta memiliki pemahaman yang sama tentang
suatu nilai-nilai dan ideologi. Partai politik juga merupakan kendaran politik bagi
orang-orang yang ingin duduk di legislatif, DPR/DPRD khususnya. Partai politik
memiliki 4 (empat) fungsi yakni; (1) Pendidikan Politik; (2) Komunikasi Politik;
(3) Sosialisasi Politik; dan (4) Kaderisasi Politik (Rekrutmen). Indonesia sendiri
Tujuan dari pembentukan partai politik menurut Undang-undang no.2
tahun 2008 tentang partai politik, yaitu; (1) Mewujudkan cita-cita nasional bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan undang-undang dasar negara
republik Indonesia tahun 1945; (2) Menjaga dan memelihara keutuhan negara
kesatuan republik Indonesia; (3) Mengembangkan kehidupan demokrasi
berdasarkan pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam negara
kesatuan republik Indonesia; (4) Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia.; (5) Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam
rangka penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan; (6) Memperjuangkan
cita-cita partai politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
(6) Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara
Di Kabupaten Simalungun sendiri, partai politik sangat diminati dari
berbagai kalangan. Strategi partai yang baru berdiri menghimpun massa dari
lapisan bawah, sangat mempengaruhi kehidupan politik masyarakat Simalungun.
Politik bukan lagi menjadi milik politikus, tapi sudah menjadi konsumsi segala
lapisan, termasuk lapisan bawah. Tak perduli apa motivasi mereka menjadi kader
suatu partai politik.
Di Simalungun, Partai yang berkuasa adalah Partai Golkar. Hal ini dapat
terlihat dari 9 kursi yang berhasil mereka dapatkan, sementara Demokrat dengan 8
kursi. Ditengah hegemoni partai Demokrat, ternyata belum mampu menggeser
partai Golkar. Bahkan pamor Demokrat masih kalah dibandingkan dengan PDIP,
partai tersebut. Figur partai Golkar, PDIP, PPRN, dan PNBK adalah orang yang
memiliki pengaruh luar biasa di Kabupaten ini.
Walaupun Demokrat meraih 8 kursi di DPRD Simalungun, hal itu
dikarenakan faktor Hegemoni Demokrat, yang kemudian berimbas juga dengan
perolehan suara di daerah. Namun terdapatnya nama PPRN, PNBK, bahkan PKPI
sangat diluar dugaan. Meskipun hanya mendudukkan 1 orang wakilnya di
Legislatif, namun hal ini saya anggap suatu hal yang luar biasa. Bahkan partai
seperti PPRN, dan PNBK sanggup mengimbangi partai sekelas PKS, PPP,dan
PKB. Pendekatan etnik/kultural yang mengutamakan suku/marga nampaknya
berhasil diterapkan partai-partai tadi. Partai-partai baru tadi memilih orang yang
“bermarga” dan juga memiliki popularitas didaerah ini. Dan hal inilah yang
menjadi kunci sukses naiknya suara partai baru ini.
Pendekatan personal dari masing-masing kader partai juga memiliki
pengaruh yang cukup signifikan untuk mendongkrak suara partai yang baru
berdiri. Umumnya para kader, yang juga merupakan caleg dari partai tersebut
akan rajin datang ke warung/warung tuak dan melakukan dialog dengan
pengunjung kedai tuak tersebut sambil mempromosikan dirinya dan partainya.
Cara ini terbukti sukses mendongkrak jumlah suara partai tersebut. Walaupun
masih kalah jauh dengan partai-partai seperti Golkar dan PDIP, paling tidak
berhasil meloloskan 1 wakilnya di parlemen adalah suatu keberhasilan yang luar
biasa.
Selain startegi pendekatan secara personal, satu srategi yang sangat
partai-partai baru di Kabupaten Simalungun menembus dominasi partai semacam
Golkar dan PDIP adalah terletak di faktor yang satu ini. Kekuatan uang sanggup
mengubah pendirian seseorang. Apa lagi jika berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari. Hal inilah yang menjadi keunggulan partai seperti Golkar,
dimana kekuatan finansial partai mereka lebih kuat dari partai-partai seperti PPRN
dan