• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komparasi Karakteristik Konsumen Yang Berbelanja Di Pasar Tradisional Dan Di Pasar Modern Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komparasi Karakteristik Konsumen Yang Berbelanja Di Pasar Tradisional Dan Di Pasar Modern Di Kota Medan"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPARASI KARAKTERISTIK KONSUMEN YANG

BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL DAN DI

PASAR MODERN DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus: Pasar Tradisional Sei Sikambing dan Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan)

SKRIPSI

OLEH

ROMA ULI ESTERIA LUMBAN TORUAN

050304011

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KOMPARASI KARAKTERISTIK KONSUMEN YANG

BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL DAN DI

PASAR MODERN DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus: Pasar Tradisional Sei Sikambing dan Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Guna

Memeperoleh Derajat Sarjana Pertanian

OLEH

ROMA ULI ESTERIA LUMBAN TORUAN

050304011

DEPATEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

KOMPARASI KARAKTERISTIK KONSUMEN YANG

BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL DAN DI

PASAR MODERN DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus: Pasar Tradisional Sei Sikambing dan Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan)

NAMA :ROMA ULI ESTERIA LUMBAN TORUAN

NIM :050304011

DEPARTEMEN :AGRIBISNIS PROGRAM STUDI :AGRIBISNIS

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Komisi pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

( Dr. Ir. Salmiah, MS ) ( Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

195702171986032001 19641121989032001

)

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis

( Ir. Luhut Sihombing, MP 132 005 055

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Pada Tanggal :

Panitia Penguji Skripsi : Ketua

Anggota :1)

2) 3)

Mengesahkan Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian USU

Ketua

( Ir. Luhut Sihombing, MP

132 005 055

(5)

RINGKASAN

Roma Uli Esteria Lumban Toruan (050304011), dengan judul “

KOMPARASI KARAKTERISTIK KONSUMEN YANG BERBELANJA DI PASAR

TRADISIONAL DAN DI PASAR MODERN DI KOTA MEDAN” penelitian ini di

bimbing oleh DR. Ir. Salmiah MS, dan DR. Ir. Tavi Supriana MS.

Manusia adalah makhluk ekonomi yang selau berusaha untuk memaksimalkan

kepuasannya dan selalu bertindak rasional. Para konsumen akan berusaha untuk

memaksimalkan kepuasannya selama kemampuan finansialnya memungkinkan. Di

pasar semua produk yang menjadi kebutuhan konsumen tersedia dan hanya ada satu

pasar yang dikenal dengan pasar tradisional. Saat ini semakin berkembangnya teknologi

dan telah berubahnya perilaku konsumen yang maunya serba cepat dan instan membuat

tumbuhnya pasar modern yang menyediakan semua kebutuhan dengan suasana yang

nyaman dan bersih menjadi saingan bagi pasar modern. Pasar tradisional dengan

suasana yang becek, bau dan kotor, modal pedagang yang kecil harus bersaing dengan

pasar modern yang nyaman, bersih dan produk yang ditawarkan produk yang memiliki

kualitas yang baik dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional harus

bersaing dengan pasar modern, pasar dengan modal yang besar.Dalam berbelanja suatu

produk, perilaku konsumen sangat menentukan keputusan pembelian kebutuhan

konsumen. Perilaku konsumen adalah soal keputusan, keputusan dalam membeli atau

tidak membeli suatu produk. Perilaku konsumen di pengaruhi oleh karakteristik

konsumen. Karakteristik konsumen dalam penelitian ini di lihat dari Pekerjaan, Umur,

Pendapatan, Pendidikan, Jumlah Tanggungan. Penelitian ini di lakukan di pasar

tradisional Sei Sikambing dan Pasar modern Hypermart Sun Plaza Medan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerjaan konsumen yang tertiggi untuk

pasar tradisional didominasi oleh Ibu Rumah Tangga sedangkan untuk pasar modern

adalah Pegawai Swasta. Dilihat dari karakteristik umur, pendapatan dan pendidikan

konsumen tidak ada perbedaan yang nyata antara konsumen yang berbelanja di pasar

tradisional Sei Sikambing dengan konsumen yang berbelanja di pasar modern

Hypermart Sun Plaza Medan dimana di peroleh Ho > Ho

α

0,05,1df1. Karakteristik jumlah

tanggungan konsumen yang berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dengan di

(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Manis Kabupaten Asahan pada tanggal 24 April

1986 dari Bapak D. Lumban Toruan dan Ibu R. Simangunsong yang mana penulis

merupakan anak pertama dari 4 bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 5 Medan dan pada tahun 2005 lulus

seleksi masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Agribisnis Departemen

Agribisnis.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa

Sosial Ekonomi Pertanian. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lae Itam

Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kabupaten Dairi dari tanggal 14 Juni sampai 16 Juli

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Komparasi Karakteristik Konsumen yang Berbelanja di Pasar

Tradisional dan di Pasar Modern”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis Bapak D Lumban Toruan dan Ibu R

Simangunsong yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang besar kepada Ibu Dr. Ir. Salmiah,

MS dan Ibu Dr.Ir. Tavi Supriana, MS selaku ketua dan anggota komisi pembimbing

yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis

dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis, serta semua

rekan mahasiswa angkatan 2005 terutama kepada teman – teman dekat saya Evha AG,

Elisabeth F Samosir, Mery C Gultom, Damaiyanti Ginting, Fenytha dan Juliani

Simanjuntak serta teman – teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat

(9)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 6

Tujuan Penelitian ... 7

Kegunaan ... 7

TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori ... 14

Kerangka Pemikiran... 18

Hipotesis ... 20

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Lokasi Penelitia ... 21

Metode Penentuan Sampel Penelitian ... 21

Metode Pengumpulan Data ... 22

Metode Analisis Data ... 22

Defenisi dan Batasan Operasional ... 23

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, KARAKTERISTIK PASAR DAN KARAKTERISTIK KONSUMEN SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian ... 25

Keadaan Penduduk ... 25

Sarana dan Prasarana ... 29

Karakteristik Pasar ( Lokasi Penelitian)... 32

Karakteristik Konsumen... 33

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Pasar Modern dan Pasar Tradisional di Kota Medan ... 37

Komparasi Karakteristik Konsumen yang Berbelanja di Pasar Tradisional Sei sikambing dan di Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 42

Komparasi Karakteristik Pekerjaan Konsumen yang Berbelanja di Pasar Tradisional Sei sikambing dan di Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 43

Komparasi Karakteristik Umur Konsumen yang Berbelanja di Pasar Tradisional Sei sikambing dan di Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 45

Komparasi Karakteristik Pendapatan Konsumen yang Berbelanja di Pasar Tradisional Sei sikambing dan di Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 48

(10)

Komparasi Karakteristik Konsumen Jumlah Tanggungan yang Berbelanja di Pasar Tradisional Sei sikambing dan di Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 55

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 58 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Penduduk menurut Kelompok Umur dan jenis kelamin ... 26

Tabel 2. Penduduk menurut tingkat pendidikan ... 27

Tabel 3. Penduduk menurut mata pencaharian ... 28

Table 4. Sarana dan prasarana ... 30

Tabel 5. Rataan karakteristik konsumen yang berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing ... 34

Tabel 6. Rataan karakteristik konsumen yang berbelanja di pasar modern Hypermart Sun Plaza ... 35

Tabel 7a. Pasar modern di Kota Medan Tahun 2000 – 2009 ... 37

Tabel 7b. persentase (%) prkembangan pasar modern di Medan 2000 – 2009 ... 38

Tabel 8. Data pasar tradisional di Kota Medan 2000 – 2009 ... 39

Tabel 9. Karakteristik pekerjaan konsumen pasar tradisional Sei Sikambing dan Pasar Modern Hypermart Sun Plaza ... 43

Tabel 10. Karakteristik umur konsumen di pasar tradisional Sei Sikambing dan pasar modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 45

Tabel 11. Analisis umur konsumen yang berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart Sun Plaza ... 46

Tabel 12. Karakteristik pendapatan konsumen di pasar tradisional Sei Sikambing dan pasar modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 49

Tabel 13. Analisis umur konsumen yang berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart Sun Plaza ... 50

Tabel 14. Karakteristik pendidikan konsumen di pasar tradisional Sei Sikambing dan pasar modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 52

Tabel 15. Analisis umur konsumen yang berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart Sun Plaza ... 53

Tabel 16. Karakteristik jumlah tanggungan konsumen di pasar tradisional Sei Sikambing dan pasar modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 55

(12)

DAFTAR GAMBAR

Hal

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 Karakteristik Konsumen Yang Berbelanja Di Pasar Tradisional Sei

Sikambing Medan... 64

Lampiran 2 Karakteristik Konsumen Yang Berbelanja Di Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 67

Lampiran 3 Pasar Modern Di Kota Medan ... 70

Lampiran 4 Pasar Tradisional Di Kota Medan ... 75

Lampiran 5 Analisis Karakteristik Umur Konsumen ... 79

Lampiran 6 Analisis Karakteristik Pendapatan Konsumen ... 81

Lampiran 7 Analisis Karakteristik Pendidikan Konsumen ... 83

Lampiran 8 Analisis Karakteristik Jumlah Tanggungan Konsumen ... 85

(14)

RINGKASAN

Roma Uli Esteria Lumban Toruan (050304011), dengan judul “

KOMPARASI KARAKTERISTIK KONSUMEN YANG BERBELANJA DI PASAR

TRADISIONAL DAN DI PASAR MODERN DI KOTA MEDAN” penelitian ini di

bimbing oleh DR. Ir. Salmiah MS, dan DR. Ir. Tavi Supriana MS.

Manusia adalah makhluk ekonomi yang selau berusaha untuk memaksimalkan

kepuasannya dan selalu bertindak rasional. Para konsumen akan berusaha untuk

memaksimalkan kepuasannya selama kemampuan finansialnya memungkinkan. Di

pasar semua produk yang menjadi kebutuhan konsumen tersedia dan hanya ada satu

pasar yang dikenal dengan pasar tradisional. Saat ini semakin berkembangnya teknologi

dan telah berubahnya perilaku konsumen yang maunya serba cepat dan instan membuat

tumbuhnya pasar modern yang menyediakan semua kebutuhan dengan suasana yang

nyaman dan bersih menjadi saingan bagi pasar modern. Pasar tradisional dengan

suasana yang becek, bau dan kotor, modal pedagang yang kecil harus bersaing dengan

pasar modern yang nyaman, bersih dan produk yang ditawarkan produk yang memiliki

kualitas yang baik dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional harus

bersaing dengan pasar modern, pasar dengan modal yang besar.Dalam berbelanja suatu

produk, perilaku konsumen sangat menentukan keputusan pembelian kebutuhan

konsumen. Perilaku konsumen adalah soal keputusan, keputusan dalam membeli atau

tidak membeli suatu produk. Perilaku konsumen di pengaruhi oleh karakteristik

konsumen. Karakteristik konsumen dalam penelitian ini di lihat dari Pekerjaan, Umur,

Pendapatan, Pendidikan, Jumlah Tanggungan. Penelitian ini di lakukan di pasar

tradisional Sei Sikambing dan Pasar modern Hypermart Sun Plaza Medan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerjaan konsumen yang tertiggi untuk

pasar tradisional didominasi oleh Ibu Rumah Tangga sedangkan untuk pasar modern

adalah Pegawai Swasta. Dilihat dari karakteristik umur, pendapatan dan pendidikan

konsumen tidak ada perbedaan yang nyata antara konsumen yang berbelanja di pasar

tradisional Sei Sikambing dengan konsumen yang berbelanja di pasar modern

Hypermart Sun Plaza Medan dimana di peroleh Ho > Ho

α

0,05,1df1. Karakteristik jumlah

tanggungan konsumen yang berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dengan di

(15)
(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Untuk mendapatkan dan memenuhi kebutuhan, manusia berjuang dan

mengatasi kesulitannya dengan gigih, memanfaatkan alam, memanfaatkan segala tenaga

dan pikiran yang ada padanya, menggunakan organisasi dan serta modal yang ada pada

diri dan lingkungannya. Di suatu daerah, di suatu negeri, desa dan dusun sebagai tempat

hunian, manusia kadang – kadang juga tak dapat memenuhi kebutuhan dan seleranya

yang beraneka ragam itu. Adapun salah satu wadah yang bisa menjawab segala sesuatu,

terutama kebutuhan yang bersifat ekonomi adalah pasar.

Pasar dapat berbentuk sebagai pusat kegiatan ekonomi dan sebagai pusat

kegiatan budaya. Sebagai pusat kegiatan ekonomi pasar menunjukkan perannya dalam

aspek perekonomian di tengah – tengah masyarakat dan lingkungannya. Suatu pasar

dapat terjadi karena sesuatu hal secara kebetulan dan karena sesuatu hal yang

direncanakan. Di pasar berdatangan berbagai calon dan jenis pembeli dan penjual.

Mereka menyediakan, memasarkan dan menjual hasil produksi berupa hasil – hasil

produksi pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan rumah tangga, hasil

pabrik, hasil industri, bahkan menyediakan barang-barang yang sudah langka

peredarannya.

Berbagai kemungkinan kebutuhan manusia terjadi di pasar. Bagi manusia yang

mengerti akan kebutuhan pasar, segera mencari bahan sarana, peralatan dan barang

yang di tawarkan untuk dijual di pasar. Kita tahu bahwa kebutuhan dan keinginan

manusia tidak ada batasnya, karena itu di pihak lain masyarakat calon penjual

(17)

Mereka meneliti dan mengobservasi jenis barang apa saja yang merupakan

selera masyarakat masa kini. Dengan demikian pasar merupakan suatu medan untuk

mendapatkan lapangan usaha baru (Depdikbud, 1990).

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada

proses tawar – menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan

dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar, kebanyakan

menjual kebutuhan sehari-hari dan barang – barang lainnya. Kehadiran pasar

tradisional sangat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari,

karena di pasar tradisional segala kebutuhan rumah tangga tersedia (Malau, 2009).

Pasar tradisional memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki

secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas,

keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, sistem tawar –menawar yang

menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang

dimiliki oleh pasar tradisional.

Selain memiliki keunggulan alamiah, pasar tradisional memiliki berbagai

kelemahan yang telah menjadi karakter dasar yang sangat sulit diubah. Faktor disain

dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang,

promosi penjualan, jam operasional pasar yang terbatas, serta optimalisasi pemanfaatan

ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi

persaingan dengan pasar modern.

Ketika konsumen menuntut ‘nilai lebih’ atas setiap uang yang dibelanjakannya,

maka kondisi pasar tradisional yang kumuh, kotor, bau, dengan atmosfir seadanya

(18)

Kondisi ini menjadi salah satu alasan konsumen untuk beralih dari pasar tradisional ke

pasar modern. Artinya, dengan nilai uang yang relatif sama, pasar modern memberikan

kenyamanan, keamanan, dan keleluasaan berbelanja yang tidak dapat diberikan pasar

tradisional.

Indonesia adalah negara dengan mayoritas konsumen berasal dari kalangan

menengah kebawah. Kondisi ini menjadikan konsumen Indonesia tergolong ke dalam

konsumen yang sangat sensitif terhadap harga. Ketika faktor harga rendah yang

sebelumnya menjadi keunggulan pasar tradisional mampu diambil alih oleh pasar

modern, secara relatif tidak ada alasan konsumen dari kalangan menengah ke bawah

untuk tidak turut berbelanja ke pasar modern dan meninggalkan pasar tradiasional

(Artikel Ekonomi, 2009).

Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola

dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia

barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya

anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mall,

supermarket, departemen store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar

serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi

jenis yang beragam. Selain menyediakan barang –barang lokal, pasar modern juga

menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih

terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang

tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak.

Fenomena kebangkitan bisnis ritel sebenarnya sudah terlihat sejak pertengahan

tahun 1990an. Survei yang dilakukan Nielsen menunjukkan bahwa jumlah pasar

(19)

ada, sisanya sebanyak 27% berupa ritel pasar modern, yang lebih mengejutkan adalah

survei yang dilakukan FAO (2006) menyatakan bahwa antara tahun 1997 hingga 2005,

bisnis ritel meningkat hampir 30% dengan pertumbuhan mencapai 15% untuk ritel

modern dan 5% untuk pasar tradisional, hal tersebut menunjukkan terjadinya pergeseran

dari pasar rakyat menjadi pasar modern. Tingkat pertumbuhan yang jauh berbeda

tersebut membuat pasar tradisional tersingkir. Nielsen dalam perhitungannya

menyebutkan bahwa eliminasi pasar tradisional untuk setiap tahunnya sebesar

1,5%(Anonimus, 2008).

Pasar modern terus menggeser peran pasar tradisional. Sebagian masyarakat,

khususnya di perkotaan, kini dalam memenuhi kebutuhan hidupnya lebih memilih pasar

modern. Bagi penganut liberalism yang menjadi mayoritas dalam praktik ekonomi kita

saat ini, hancurnya pasar tradisional karena kalah bersaing dengan pasar modern.

Fenomena berubahnya pilihan konsumen dari pasar tradisional, yang bau, kumuh, kotor,

becek, dengan harga yang tidak pasti, kepada pasar modern yang bersih, nyaman,

dengan harga yang pasti. Walau bagaimana pun pasar tradisional merupakan simbolisasi

dari kemandirian ekonomi rakyat. Pengalaman krisis ekonomi membuktikan sektor

informal yang berpusat dipasar tradisional berhasil menjadi pengaman perekonomian

saat lemahnya fundamental ekonomi kita (Indrawan, 2008).

Bagi pedagang tradisional keadaan memang semakin sulit, dimana selain

melawan modal pasar modern yang lebih kuat, nilai budaya dan perilaku konsumen

yang telah berubah juga menjadi ancaman bagi pasar tradisional. Masyarakat bergerak

mengarah pada budaya instan, mementingkan individualisme. Dalam memenuhi

kebutuhannya, konsumen mencari tempat yang menawarkan keindahan, kenyamanan

(20)

Perilaku konsumen merupakan tindakan suatu individu dalam membuat

keputusan dalam membelanjakan sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh atau

untuk mendapatkan barang dan jasa yang akan dikonsumsi nantinya. Dalam

menganalisis perilaku konsumen tidak hanya menyangkut faktor-faktor yang

mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam berbelanja tetapi proses

pengambilan keputusan yang disertai dengan kegiatan pembelian suatu barang dan jasa.

Perilaku konsumen adalah soal keputusan. Lebih jauh lagi, keputusan adalah

soal pilihan. Keputusan meliputi pilihan “antara dua atau lebih alternatif, tindakan atau

perilaku”. Pilihan meliputi produk, merek, waktu pembelian, dan jumlah pembelian.

Pilihan – pilihan itu digolongkan sebagai respons konsumen dalam membeli atau

memlilih suatu produk (Simamora, 2003).

Keputusan membeli suatu produk untuk memenuhi kebutuhan hidup ada pada

diri konsumen. Proses keputusan konsumen terdiri atas tahap pengenalan kebutuhan,

pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan kepuasan konsumen

(Sumarwan, 2003).

Konsumen saat ini mempunyai banyak pillihan terhadap suatu produk, waktu

pembelian, merek suatu produk dan tempat berbelanja produk yang mereka inginkan.

Pada saat ini semua kebutuhan konsumen dapat terpenuhi dan menjadi penelitian bagi

pelaku pasar untuk memenuhi apa yang menjadi keinginan konsumen saat ini.

Kemajuan teknologi dan informasi serta perubahan perilaku konsumen yang maunya

serba instan dan ingin dimanjakan dengan uang yang mereka miliki banyak mengubah

gaya hidup konsumen saat ini.

Perubahan perilaku konsumen dan jawaban dari perubahan perilaku konsumen

(21)

pasar tradisional maupun pasar modern. Berkembang pesatnya pasar modern seperti

Minimarket, Supermarket, Mal, Hypermarket dan lain sebagainya. Sebagai jawaban atas

perubahan perilaku konsumen dan hal ini terjadi di Kota Medan, saat ini banyak preritel

modern dibangun di Kota Medan membuktikan bahwa gaya hidup modern mulai

melekat pada masyarakat medan. Dari pembahasan diatas penulis melakukan penelitian

ini untuk mengetahui perbedaan karakteristik konsumen yang berbelanja di pasar

tradisional dan di pasar modern di Kota Medan.

Identifikasi Masalah

Untuk melihat bagaimana sebenarnya karakteristik konsumen yang berbelanja

di pasar tradisional Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart Sun Plaza di Kota

Medan dirumuskan masalah antara lain : 1) Bagaimana komparasi karakteristik

konsumen (pekerjaan, umur, pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga)

yang berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern di Kota Medan?

Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan penelitian : 1) Untuk mengetahui komparasi karakteristik

konsumen (pekerjaan, umur, pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga)

yang berbelanja di pasar tradisional dan modern.

Kegunaan

Ada pun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Sebagai bahan

informasi dan refrensi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian yang ada

hubungannya dengan penelitian ini. 2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi

para pembaca yang memiliki ketertarikan masalah pasar tradisional dan pasar modern

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

Pasar adalah suatu tempat dimana pembeli dan penjual bertemu untuk membeli

atau menjual barang dan jasa atau faktor – faktor produksi. Pasar mempunyai lima

fungsi utama. Kelima fungsi tersebut menurut (Sudarman, 1980) adalah:

- Pertama, pasar menetapkan nilai (sets value). Dalam ekonomi pasar, harga

merupakan ukuran nilai.

- Kedua, pasar mengorganisir produksi. Dengan adanya harga-harga faktor

produksi di pasar, maka akan mendorong produsen (entrepreneur) memilih

metode produksi yang efisien.

- Ketiga, pasar mendistribusikan barang. Kemampuan seseorang untuk membeli

barang tergantung pada penghasilannya.

- Keempat, pasar berfungsi menyelenggarakan penjatahan (rationing). Penjatahan

adalah inti dari adanya harga.

- Kelima, pasar mempertahankan dan mempersiapkan keperluan di masa yang

akan datang.

Istilah pasar banyak mendapatkan perhatian selama bertahun – tahun , pada

dasarnya pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan

pertukaran atas barang dan jasa. Selain itu, pasar dapat pula diartikan sebagai himpunan

para pembeli aktual dan potensial dari suatu produk. Dalam hal demikian pasar terdiri

dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan dan keinginan tertentu yang

(23)

melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka

(Rismayani, 1999).

Pasar secara fisik adalah tempat pemusatan beberapa pedagang tetap dan tidak

tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau tertutup atau sebagian badan jalan.

Selanjutnya pengelompokkan para pedagang eceran tersebut menempati bangunan –

bangunan dengan kondisi bangunan temporer, semi permanen ataupun permanen

(Sujarto dalam Sulistyowati,1999).

Berdasarkan pengertian pasar sebagaimana telah dikemukakan di awal, yakni

tempat bertemunya pembeli dan penjual, maka dapat dilihat secara umum instrumen

pasar terdiri dari perspektif pengelola, maka pasar di satu sisi dapat dilaksanakan oleh

pemerintah dan dapat juga dilaksakan oleh pihak swasta. Dilihat dari instrumen

pengelolaan ini, yang digolongkan dengan pasar modern adalah seperti Mall, Plaza,

Supermarket maupun Mega Market. Baik pemerintah maupun swasta sebagai pengelola

pasar, menawarkan tempat berjualan dimaksud kepada pedagang dan melaksanakan

perawatan pasar (Bustaman, 1999)

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah,

pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah

termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan

tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau

koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang

dagangan melalui tawar-menawar. Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan

mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket,

Supermarket, Departemen Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk

(24)

Keadaan pasar tradisional pada era modern seperti sekarang ini tidak saja

masih dibutuhkan, tetapi juga tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan masyarakat

Indonesia. Kondisi ini disebabkan karena pada sebagian besar mayarakat Indonesia

masih banyak yang belum memahami manfaat dari perkembangan ilmu dan teknologi,

misalnya berbelanja melalui internet. Sampai saat ini pasar tradisional masih dominan

perannya di Indonesia dan masih sangat di butuhkan keberadaannya, terutama bagi

masyarakat kelas menengah bawah (Basalah, 2000).

Perkembangan pasar modern telah menggeser peran pasar tradisional, sebagian

masyarakat kini telah memenuhi kebutuhan rumah tangganya dari pasar modern,

terutama masyarakat perkotaan. Jumlah konsumen yang berbelanja di pasar modern

terus meningkat (ACNielsen,2004).

Dari hasil pengamatan, terdapat beberapa faktor yang dapat menjelaskan

mengapa ada sebagian besar pasar tradisional yang terkena dampak Supermarket

sementara sebagian lainnya tidak. Pertama adalah faktor jarak antara pasar tradisional

dan Supermarket, dimana pasar tradisional yang berada relatif dekat dengan

Supermarket merasakan paling banyak terkena dampak. Kedua, faktor terpenting

adalah karakteristik konsumen pada pasar tradisional. Pasar tradisional yang pelanggan

utamanya dari kalangan kelas menengah ke bawah mengalami dampak preritel modern

(Suryadarma, dkk. 2007)

Eksistensi pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat

pesat. Menurut data yang diperoleh dari Euromonitor (2004) hypermarket merupakan

peritel dengan tingkat pertumbuhan paling tinggi (25 %), koperasi (14,2 %),

minimarket/convenience stores (12,5 %), independent grocers (8,5 %) dan supermarket

(25)

modern mengalami pertumbuhan pangsa pasar sebesar 2,4% pertahun terhadap pasar

tradisional. Berdasarkan survey AC Nielsen (2006) menunjukan bahwa pangsa pasar

dari pasar modern meningkat sebesar 11,8 % selama lima tahun terakhir. Jika pangsa

pasar dari pasar modern pada tahun 2001 adalah 24,8 % maka pangsa pasar tersebut

menjadi 32,4 % tahun 2005. Hal ini berarti bahwa dalam periode 2001-2006, sebanyak

11,8 % konsumen ritel Indonesia telah meninggalkan pasar tradisional dan beralih

kepasar modern. Perkembangan pasar modern menekan keberadaan pasar tradisional

pada titik terendah dalam 20 tahun mendatang (Ekapriadi, 2007).

Ritel mempunyai arti pengeluaran secara eceran. Seiring tuntutan pasar bebas,

ritel pun belakangan bertambah dengan konsep ritel modern. Ritel tradisional

merupakan ritel sederhana dengan tempat yang tidak terlalu luas, barang yang dijual

terbatas jenisnya. Sistem manajemen yang sederhana memungkinkan adanya proses

tawar menawar harga. Berbeda dengan ritel modern menawarkan tempat lebih luas,

banyak jenis barang yang dijual, manajemen lebih terkelola, harga pun sudah menjadi

harga tetap. Ritel modern ini menggunakan konsep melayani sendiri atau biasa disebut

swalayan. Dalam ritel modern dikenal Hypermarket, Supermarket dan Minimarket.

Gerai ritel modern biasanya disebut pasar modern. Dari catatan Business Watch

Indonesia (BWI) perkembangan ritel modern di Indonesia sejak tahun 2000 semakin

pesat. Apalagi sejak masuknya preritel asing asal Prancis dengan Carrefour membuka

ritel jenis Hypermarket kemudian Giant yang dibuka oleh Hero Dairy Farm dari

Hongkong (Solopos, 2008)

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini

sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di

(26)

kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai Minimarket, Supermarket bahkan

Hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat – tempat tersebut menjanjikan

tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Namun dibalik

kesenangan tersebut ternyata telah membuat para preritel kelas menegah dan kecil

mengeluh. Mereka dengan tegas memprotes ekspansi yang sangat agresif dari preritel

kelas besar (Esther dan Dikdik, 2003).

Untuk beberapa alasan perubahan gaya hidup konsumen saat ini tidaklah

mengejutkan. Pertama, melalui skala ekonominya, pasar modern dapat menjual lebih

banyak produk yang lebih berkualitas dengan harga yang lebih murah. Kedua, informasi

daftar harga setiap barang tersedia dan dengan mudah diakses publik. Ketiga, pasar

modern menyediakan lingkungan berbelanja yang lebih nyaman dan bersih dengan jam

buka yang lebih panjang, dan menawarkan aneka pilihan pembayaran seperti kartu

kredit dan kartu debit dan menyediakan layanan kredit untuk peralatan rumah tangga

berukuran besar. Keempat, produk yang dijual di pasar modern, seperti bahan pangan,

telah melalui pengawasan mutu dan tidak aka dijual bila telah kadaluwarsa (Setiadi. N,

2003).

Kendati persaingan antar pasar modern secara teoritis menguntungkan

konsumen, dan mungkin perekonomian secara keseluruhan, relatif sedikit yang

diketahui mengenai dampaknya pada pasar tradisional. Mengukur dampak amat penting

mengingat Supermarket saat ini secara langsung bersaing dengan pasar tradisional, tidak

hanya melayani segmen pasar tertentu (Harmanto, 2007).

Persaingan antar preritel di Indonesia sebenarnya tidak sesederhana yang

dibayangkan orang. Persaingan tidak hanya terjadi antara yang besar melawan yang

(27)

yang kecil. Pemerintah sebagai regulator harus mampu mewadahi semua aspirasi yang

berkembang tanpa ada yang merasa dirugikan. Pemerintah harus mampu melindungi

dan memberdayakan preritel kecil karena jumlahnya yang mayoritas. Dilain pihak,

preritel besar pun mempunyai sumbangan besar dalam ekonomi. Selain menyerap

tenaga kerja, banyak preritel besar yang justru memberdayakan dan meningkatkan

kualitas ribuan pemasok yang umumnya juga pengusaha kecil dan menengah (Indrakh,

2007)

Pemerintah seharusnya serius dalam menata dan mempertahankan eksistensi

pasar tradisional. Pemerintah menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional sebagai

pusat kegiatan ekonomi masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Perhatian

pemerintah tersebut dibuktikan dengan melakukan revitalisasi pasar tradisional di

berbagai tempat. Selama ini pasar tradisonal selalu identik dengan tempat belanja yang

kumuh, becek serta bau dan hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah.

Gambaran pasar seperti itu harus diubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi

pengunjung. Dengan demikian masyarakat dari semua kalangan tertarik untuk datang

dan melakukan transaksi di pasar tradisional. Pemerintah mempunyai hak untuk

mengatur keberadaan pasar tradisional dan modern. Tetapi aturan yang dibuat

pemerintah tidak boleh diskriminatif dan seharusnya tidak membuat dunia usaha

mandek. Pedagang kecil, menengah, besar bahkan perantara ataupun pedagang toko

harus mempunyai kesempatan yang sama dalam berusaha (Harian Kompas, 2007).

Landasan Teori

Manusia adalah makhluk yang selalu bertanya ‘MENGAPA’ atas segala

kejadian, termasuk soal perilaku. Ada yang bisa dijawab, ada yang tidak. Manusia

(28)

dibuat teratur. Perilaku konsumen adalah hal yang tidak teratur, tetapi dicoba dibuat

teratur. Peter dan Olson (1999, 150) berpandangan bahwa perilaku konsumen adalah

soal keputusan. Lebih jauh lagi, soal keputusan adalah soal pilihan. Mereka mengatakan

bahwa keputusan meliputi suatu pilihan “antara dua atau lebih alternatif tindakan atau

perilaku” ( Simamora, 2003)

Perilaku konsumen dapat dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh

orang-orang dalam hal merencanakan, membeli, dan menggunakan barang-barang

ekonomi dan jasa – jasa. Mengingat bahwa sebagian besar hidup kita mengkonsumsi

produk – produk ekonomi seperti bahan sandang, bahan pangan, kosmetik, rekreasi, dan

peralatan maka dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan suatu bagan

integral dari perilaku manusia dan ia tidak dapat dipisahkan dari padanya, kecuali

melalui cara yang bersifat arbitrer dan yang mengandung pembedaan-pembedaan yang

tidak ada artinya (Winardi, 1991).

Kotler dan Armstrong (2006: 129) mengemukakan model perilaku konsumen

dimana ada dua komponen yang merupakan mediator antara rangsangan dan respon

konsumen. Pertama adalah karakteristik pembeli yang meliputi faktor budaya, sosial,

personal dan psychological yang mempunyai pengaruh utama bagaimana seorang

pembeli bereaksi terhadap rangsangan. Sedangkan model lain yang dijelaskan oleh

Assael (1995) adalah ada dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang

selanjutnya akan menentukan respon konsumen. Pertama adalah konsumen itu sendiri.

Ada dua unsur dari konsumen itu sendiri yang berpengaruh terhadap pengambilan

keputusan yaitu pikiran konsumen yang meliputi kebutuhan atau motivasi, persepsi,

sikap, dan karaktreistik konsumen yang meliputi demografi, gaya hidup dan kepribadian

(29)

pengaruh sub dan lintas budaya, kelas sosial dan situasi lain yang menentukan (Suryani,

2008).

Teori perilaku konsumen merupakan deskripsi tentang bagaimana konsumen

mengalokasikan pendapatan diantara barang dan jasa yang berbeda-beda untuk

memaksimumkan kesejahteraan mereka. Dimana dalam pengalokasian ini konsumen

menetukan permintaan untuk beragam barang dan jasa. Keputusan pembelian konsumen

membantu kita memahami bagaimana perubahan pendapatan dan harga mempengaruhi

permintaan barang dan jasa (Pindyck dan Rubinfeld, 2001).

Pengambilan keputusan sebagai proses penting yang mempengaruhi perilaku

konsumen sangat penting dipahami. Pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai

suatu sistem yang terdiri input, proses dan out put. Dalam proses pengambilan

keputusan ada tiga tahapan proses yang dilakukan yaitu tahap pengakuan adanya

kebutuhan (konsumen merasakan adanya kebutuhan), usaha pencarian informasi

sebelum membeli dan penilaian terhadap alternatif. Setelah konsumen membuat

keputusan, evaluasi setelah pembelian dilakukan. Selama proses evaluasi ini konsumen

belajar dari pengalaman dan merubah pola pikirnya, mengevaluasi merek dan memilih

merek yang disukai. Pengalaman konsumen ini secara langsung berpengaruh pada

pembelian ulang berikutnya (Suryani, 2008).

Defenisi perilaku konsumen yang di rumuskan oleh AMA (American

Marketing Association) adalah:

“Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara kognisi, afeksi,

perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam

hidup mereka”. Defenisi ini memuat 3 hal penting, yaitu:

(30)

- Melibatkan interaksi: kognisi, afeksi, perilaku, dan kejadian di

sekitar/lingkungan konsumen

- Melibatkan pertukaran, seperti menukar barang milik penjual dengan uang milik

pembeli.

Defenisi sederhaan: perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat

dalam mendapatkan, menggunakan (memakai, mengkonsumsi) dan menghabiskan

produk (barang dan jasa) termasuk proses mendahului dan mengikuti ( Supranto J,

2007).

Karakteristik yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Ada beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam

membuat keputusan dalam membeli barang dan jasa

Umur

Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya.

Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi.

Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap – tahap yang mungkin

dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.

Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pemasar

berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata – rata akan

(31)

Pendapatan

Pendapatan termasuk variabel yang sering digunakan sebagai indikator dalam

mengukur kelas sosial. Semakin tinggi pendapatan semakin makmur, sejahtera dan

dihargai di masyarkat. Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat.

Tinggi/rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun

kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya

ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan

lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang.

Tingkat Pendidikan

Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan

perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan yang

dijalani (pengalaman). Pendidikan sseseorang sangat mempengaruhi pilihannnya.

Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas

baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen (Setiadi,

2003).

Keluarga

Keluarga memiliki peran penting dalam pembentukan sikap maupun perilaku

konsumen terhadap suatu produk. Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat

karena konsumen melakukan interaksi lebih intensif di bandingkan dengan lingkungan

yang lain (Suryani, 2008).

Kerangka Pemikiran

Perilaku konsumen adalah tindakan – tindakan yang dilakukan oleh individu –

(32)

keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang – barang atau jasa ekonomis yang

dapat dipengaruhi lingkungan.

Pada saat ini perkembangan pasar modern sangat pesat di bandingkan dengan

pasar tradisional. Hal ini disebabkan semakin majunya teknologi dan semakin

sedikitnya waktu yang dimiliki karena semakin padatnya aktifitas yang membuat

konsumen sangat membutuhkan suatu hal yang lebih cepat dan lebih memberikan

sesuatu yang lebih baik lagi. Adapun faktor sosial budaya dan faktor psikologis sangat

mempengaruhi perilaku konsumen.

Dari perilaku konsumen tersebut muncul model perilaku konsumen yang

mengemukakan tentang karakteristik konsumen. Karakteristik pembeli (konsumen)

yang meliputi faktor budaya, sosial, personal dan psychological yang menjadi acuan

dalam memahami perilaku konsumen.

Adapun karakteristik konsumen yang mempengaruhi konsumen untuk

berbelanja di pasar tradisional dan modern dalam penelitian ini adalah pekerjaan,

pendapatan, umur, pendidikan dan tanggungan keluarga. Karakteristik konsumen

tersebut dapat mempengaruhi konsumen untuk membuat suatu keputusan dalam

(33)

KONSUMEN KONSUMEN

Pasar Tradisional Pasar Modern

Keterangan:

= Ada Hubungan

= Ada Pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Karakteristik

konsumen yang berbelanja di pasar tradisional:

• Pekerjaan

• Pendapatan

• Umur

• Pendidikan

• Tempat tinggal

Karakteristik konsumen yang berbelanja di pasar modern:

• Pekerjaan

• Pendapatan

• Umur

• Pendidikan

(34)

Hipotesis

Karakteristik konsumen yang berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern berbeda

(35)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Adapun penentuan daerah sampel ditentukan dengan purposive yaitu dengan

sengaja dengan pertimbangan kedua pasar merupakan pasar yang memiliki produk yang

lengkap di pasar tradisional dan di pasar modern di Kota Medan. Hal ini dilakukan

dengan mengamati langsung ke lapangan. Pasar yang akan dijadikan lokasi penelitian

adalah Pasar Tradisional Sei Sekambing, dan Pasar Modern Hypermart Sun Plaza di

Kota Medan.

Metode Penentuan Sampel Penelitian

Metode penentuan sampel penelitian dengan Metode Accidential Sampling.

Pengambilan sampel penelitian melalui metode ini adalah dari konsumen yang

berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart Sun plaza

di Kota Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok konsumen yang

berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart Sun Plaza

di Kota Medan, dimana setiap anggota populasi yang kebetulan dijumpai berbelanja di

lokasi penelitian yang menjadi sampel penelitian.

Jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan 100 responden dimana 50

orang konsumen yang berbelanja di pasar tradisional dan 50 orang konsumen yang

berbelanja di pasar modern.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

(36)

menggunakan daftar wawancara sedangkan data sekunder di peroleh dari lembaga atau

instansi terkait seperti Perusahaan Daerah Pasar Tingkat II Petisah Medan, Badan Pusat

Statistik, Dinas Perindustrian dan

Perdagangan dan buku-buku penelitian.

Metode Analisis Data

Setelah data – data dikumpulkan dan ditabulasi, selanjutnya dianalisis sesuai

dengan hipotesis pengujian data dari data yang akan diuji.

Hipotesis (1) digunakan analisis deskriptif dengan melakukan pengumpulan

informasi dari kuisioner dan penyajian hasil dari pengumpulan informasi tersebut

menggunakan tabulasi silang (cross table). Data tersebut akan diuji dengan metode

Chi-Square (Chi Kwadrat) dengan tingkat signifikansi 5% dengan rumus:

Dimana:

X2 = Chi Kuadarat

f0 = Data frekuensi yang diperoleh dari sampel (hasil observasi/kuesioner)

fh = Frekuensi yang diperoleh/diharapkan dalam sampel sebagai

pencerminan dari frekuensi yang diharapkan dalam populasi.

Dengan kriteria uji :

Ho diterima bila X2 < X2α df (k-1)(b-1)

(37)

Defenisi dan Batasan Oprasional

Defenisi

1. Komparasi dalam penelitian ini adalah perbandingan konsumen yang berbelanja

di pasar tradisional Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart Sun Plaza di

Kota Medan.

2. Karakteristik dalam penelitian ini adalah karakteristik konsumen yang

berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart

Sun Plaza di Kota Medan.

3. Konsumen dalam penelitian ini adalah orang yang berbelanja di pasar tradisional

Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart Sun Plaza di Kota Medan.

4. Pasar tradisional dalam penelitian ini adalah pasar Sei Sekambing di Kota

medan.

5. Pasar modern dalam penelitian ini adalah pasar Hypermart Sun Plaza yang

berada di Jl. Hj. Zainul Arifin di Kota Medan.

6. Chi kuadrat adalah metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini untuk

menguji apakah ada perbedaan antara konsumen yang berbelanja di Pasar

Tradisional Sei Sikambing dengan konsumen di Hypermart Sun Plaza medan.

Batasan Oprasional

1. Penelitian dilakukan di kota Medan

(38)

3. Sampel Penelitian adalah konsumen yang berbelanja di Pasar Tradisional yaitu

pasar Sei Sikambing, dan di Pasar Modern yaitu Hypermart Sun Plaza di Kota

Medan.

4. Karakteristik konsumen adalah karakteristik konsumen yang barbelanja di Pasar

Tradisional Sei Sikambing dan di Pasar Modern Hypermart Sun Plaza di Kota

Medan. Ada pun karakteristik konsumen

- Pendapatan ……….. Rp/Bulan

- Usia/umur ..……….. Thn

- Pendidikan ……… Thn

- Keluarga ……….. Orang

- Pekerjaan

5. Pasar Tradisional adalah pasar Sei Sikambing di Kota Medan dan Pasar Modern

(39)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, KARAKTERISTIK PASAR

DAN KARAKTERISTIK KONSUMEN SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Kota Medan merupakan Ibukota dari Propinsi Sumatera Utara. Kota Medan

terletak diantara 3”30’-3”43’ LU dan 98”35’-98”44’BT, dengan luas wilayah 265,10

km. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 sampai dengan 37,5 meter diatas

permukaan laut, rata-rata curah hujan 171,2 mm dengan suhu minimum 23,2oC-24,3oC

dan suhu maksimum berkisar antara 30,8oC-33,2oC. Kelembaban udara di wilayah Kota

Medan rata-rata berkisar antara 84-85%. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/sec,

sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 104,3 mm.

Kota Medan memiliki batas-batas yaitu:

Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang dan

Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang

Topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara.

Keadaan Penduduk

a. Penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota Medan

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah penduduk Kota Medan

(40)

Tabel 1.Penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Golongan

Umur

Laki – Laki Perempuan Jumlah

Jiwa Persen

0-4 89.206 8,62 92.853 8,86 182.059 8,74

5-9 96.559 9,33 91.885 8,76 188.444 9,05

10-14 98.519 9,52 100.590 9,59 199.109 9,56

15-19 111.263 10,75 105.426 10,06 216.689 10,40

20-24 116.164 11,23 121.385 11,58 237.549 11,40

25-29 99.499 9,62 102.041 9,73 201.540 9,67

30-34 83.325 8,05 75.926 7,24 159.251 7,64

35-39 75.482 7,30 83.180 7,93 158.662 7,62

40-44 70.091 6,77 75.926 7,24 146.017 7,01

45-49

55-59 30.879 2,98 31.434 3,00 62.313 2,99

60-64 26.468 2,56 22.246 2,12 48.714 2,34

65+ 32.350 3,13 44.495 4,24 76.864 3,69

Jumlah 1.034.696 49,67 1.048.460 50,33 2.083.156 100

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2008

Penduduk Kota Medan Berjumlah 2.083.156 jiwa orang dengan 470.481 rumah

tangga yang tersebar di setiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan. Tabel 1

menunjukan bahwa jumlah penduduk laki – laki 1.034.696 jiwa dengan persentase

sebesar 49,67% dan jumlah penduduk perempuan sebesar 1.048.460 jiwa dengan

persentase sebesar 50,33%, dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk

perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki – laki. Dari tabel dapat kita

ketahui jumlah usia non produktif (bayi, balita, anak – anak dan remaja (0-14 tahun))

(41)

sebesar 1.325.672 jiwa sebesar (63,63%) sedangkan jumlah penduduk manula (>55

tahun) sebesar 187.872 jiwa sebesar (9,02%).

Dari keterangan tersebut jumlah penduduk usia produktif lebih besar dari pada

jumlah non produktif dan manula, usia produktif adalah usia dimana orang punyai nilai

ekonomi yang tinggi dalam menghasilkan barang dan jasa dengan efektif dan dari data

tersebut dapat kita ketahui bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kota Medan cukup besar.

b. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Menurut tingkat pendidikan penduduk Kota Medan yang terdiri dari

pendidikan SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi dapat secara jelas kita ketahui dari

Tabel 2.

Tabel 2. Penduduk menurut tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentasse

(%)

1 SD 451. 226 21,24

2 SLTP 635.451 29,92

3 SLTA 726.560 34,21

4 Perguruan Tinggi 310.475 14,62

Jumlah 2.123.712 100

Sumber :BPS, Medan Dalam Angka 2008

Dari Tabel 2 dapat kita ketahui bahwa penduduk Kota Medan dilihat dari

tingkat pendidikannya yang terbesar berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sebesar 726.560 jiwa 34,21%, Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama 635.451 jiwa 29,92%. Penduduk kota medan yang berpendidikan Sekolah

Dasar 451.226 jiwa 21,24% dan Perguruan Tinggi memiliki jumlah yang paling rendah

(42)

pendidikan penduduk Kota Medan pada umumnya adalah Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas.

Untuk penduduk yang memiliki pendidikan hingga Perguruan Tinggi masih

sangat sedikit, ini menujukan pendidikan penduduk medan dapat dikatakan belum

cukup baik hal ini dapat kita lihat pada Tabel 2 dimana penduduk yang memiliki

pendidikan Sekolah Dasar lebih banyak di bandingkan dengan penduduk yang memiliki

pendidikan di Perguruan Tinggi.

c. Penduduk Menurut Mata pencaharian

Dilihat dari mata pencarian penduduk Kota Medan bermacam jenisnya yaitu

pegawai negeri, pegawai swasta, TNI/POLRI, tenaga pengajar, tenaga kesehatan, dan

banyak lagi jenis dan macam pekerjaannya. Lebih jelas mengenai mata pencaharian

penduduk Kota Medan dapat kita ketahui dari Tabel 3.

Tabel 3. Penduduk menurut mata pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase

1 Pegawai Negeri 16.727 4,22

2 Pegawai Swasta 15.580 3,93

3 TNI/POLRI 14.326 3,61

4 Tenaga Pengajar 45.426 11,4

5 Tenaga Kesehatan 3.290 0,83

6 Lain-lain 300.862 75,93

Jumlah 396.211 100

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2008

Dari Tabel 3 dapat kita lihat bahwa jumlah pekerjaan penduduk yang terbesar

adalah pekerjaan lain – lain yaitu gabungan dari berbagai pekerjaan yang tidak

disebutkan satu persatu sebesar 300.862 jiwa sekitar 75,93%. Tapi jika dilihat dari

pekerjaan yang terspesifikasi pekerjaan penduduk yang terbesar adalah Tenaga Pengajar

(43)

tenaga pengajar sangat tersedia hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Kota Medan

memperhatikan pendidikan penduduk medan dan tenaga pengajar di medan dapat kita

simpulkan cukup tersedia.

Pegawai Negeri 16.727 jiwa atau 4,22%, Pegawai Swasta sebesar 15.580 jiwa

sekitar 3,93%. TNI/POLRI 14.326 jiwa sekitar 3,61% sedangkan Tenaga Kesehatan

3.290 jiwa sekitar 0,83%. Hal ini menunjukan sangat sedikitnya minat penduduk Kota

Medan untuk menjadi tenaga kesehatan, dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa

pemerintah Kota Medan masih sangat membutuhkan tenaga kesehatan dan perhatian

pemerintah terhadap bidang kesehatan masih sangat kurang.

Sarana dan Prasarana

Adanya sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan

kemajuan suatu masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana yang tersedia maka

akan mempercepat laju pembangunan suatu daerah. Sarana dan prasarana di Kota

Medan saat ini sangat baik, hal ini dilihat dari jenis – jenis sarana yang tersedia baik

sarana pendidikan, kesehatan, tempat peribadatan, transportasi dan pasar yang sudah

cukup memadai. Untuk mengetahui sarana dan prasarana yang terdapat di Kota Medan

(44)

Tabel 4. Sarana dan prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Sekolah

3 Tempat Peribadatan

Masjid

Jalan Rusak Berat

2.084,16 Km

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2008

Dari Tabel 4 dapat kita lihat sarana dan prasarana yang ada di Kota Medan,

terdapat 1535 sekolah yang terdiri dari SD berjumlah 810 unit, Sekolah Lanjutan

(45)

dan Perguruan Tinggi berjumlah 33 unit. Sarana dan Prasarana sekolah yang tersedia di

Kota Medan beragam, mulai dari Sekolah Negeri, Swasta dan Internasional yang

tersebar di Kota Medan dengan kualitas pendidikan yang beragam.

Sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia di Kota Medan sebanyak 1001

unit dimana untuk sarana Puskesmas sebanyak 39 unit, Pustu sebanyak 40 unit, BPU

sebanyak 421 unit, Rumah Bersalin sebanyak 431 unit dan Rumah Sakit sebanyak 70

unit yang mana sarana dan prasarana kesehatan ini ada yang milik pemerintah dan ada

yang dimiliki dan dikelola oleh swasta. Sarana dan prasarana ini disediakan untuk

mempermudah masyarakat memperoleh layanan kesehatan.

Kota Medan juga memiliki sarana dan prasarana peribadatan yang ber beda

karena keberanekaragaman agama yang ada di Kota Medan. Jumlah tempat peribadatan

yang tersedia sebanyak 2205 unit. Masjid berjumlah 826 unit, Musholla berjumlah 675

unit, Gereja berjumlah 525 unit, Kuil berjumlah 39 unit dan Wihara berjumlah 140 unit.

Dari keterangan tersebut dapat kita lihat bahwa sarana dan prasarana peribadatan yang

paling banyak adalah Mesjid dan yang sedikit jumlahnya Kuil. Dari keterangan ini

dapat disimpulkan bahwa penduduk Kota Medan didominasi oleh penduduk yang

beragama islam.

Sarana dan prasarana transportasi jalan yang ada di Kota Medan sangat banyak

jumlahnya dan semuanya keseluruh wilayah yang ada di Kota Medan dengan 2.588,07

Km dengan kondisi jalan baik sepanjang 2.084,16 Km, kondisi jalan sedang 3889,80

Km, kondisi jalan rusak sepanjang 112,76 Km dan kondisi jalan yang rusak berat

sepanjang 1,35 Km. Dari keterangan tersebut dapat kita ketahui bahwa sarana dan

(46)

Sarana dan prasana pasar juga ada di Kota Medan, pasar yang ada di Kota

Medan adalah pasar tradisional dan pasar modern. Pasar modern hadir di Kota Medan

karena perkembangan teknologi dan pola hidup masyarakat yang telah berubah akibat

dari perubahan gaya hidup yang saat ini serba sepat dan instan. Jumlah pasar tradisional

dan pasar modern yang ada di Kota Medan sangat banyak jumlahnya yang membuat

masyarakat medan dengan mudah menentukan atau memilih tempat belanja bagi

mereka. Pasar tradisional yang ada di Kota Medan sebanyak 69 unit dan pasar modern

berjumlah 77 unit yang tersebar di setiap kecamatan dimana pasar tersebut mempunyai

keunggulan dan karakteristik yang berbeda – beda.

Karakteristik Pasar (Lokasi Penelitian)

Pasar Tradisional Sei Sikambing

Pasar Sei Sikambing ini buka pagi hingga malam hari. Barang – barang yang

dijual di pasar ini beraneka ragam jenisnya seperti beras, gula, susu, tepung, minyak

goreng, ikan, sayur mayur, tepung, cabai, bawang, buah, bumbu dapur, pakaian,

peralatan rumah tangga dan lain-lain. Pedagang buah berjualan hingga malam hari

sedangkan untuk pedagang ikan,sayur mayur dan pakaian hanya sampai sore hari.

Pasar Sei Sikambing ini berada di kecamatan Medan Sunggal, pasar ini

dibangun di areal lahan yang luasnya ± 4500m2 dengan lokasinya yang dilalui angkutan

umum dan sangat mudah untuk dikunjungi oleh masyarakat membuat pasar ini banyak

dipilih masyarakat sebagai tempat berbelanja . Pedagang yang berjualan di pasar ini

(47)

Pasar Modern ( Hypermart Sun Plaza)

Sun Plaza Medan adalah bangunan yang terbesar, pusat perbelanjaan yang baru

terletak dipusat Kota Medan dan berlokasi di Jl. Hj. Zainul Arifin. Sun Plaza merupakan

pusat perbelanjaan menengah ke atas di kawasan komersial strategis kota Medan,

Sumatera Utara, Indonesia. Sun Plaza didirikan tahun 2003, pusat perbelanjaan

dibangun 4 lantai ini dirancang dengan konsep mal keluarga.

Sun Plaza dibuka pertengahan tahun 2004 dan sudah banyak dikunjungi

penduduk setempat. Letaknya yang sangat strategis membuat pusat perbelanjaan ini

ramai dikunjungi oleh pelajar, mahasiswa, serta wisatawan dalam negeri maupun luar

negeri. Sun Plaza berdekatan dengan Kantor Gubernur Sumatera Utara, Mesjid Agung

Medan, SMA Negeri 1 Medan dan Apartemen Cambridge.

Karakteristik Konsumen

Karakteristik Konsumen yang Berbelanja di Pasar Tradisional Sei Sikambing

Karakteristik yang diteliti pada konsumen yang berbelanja di pasar tradisional

Sei Sikambing adalah pekerjaan, umur, pendapatan, pendidikan dan keluarga, untuk

mengetahui karakteristik yang dimiki oleh konusumen yang berbelanja di pasar

tradisional Sei Sikambing yang terletak di kecamatan Medan Sunggal dapat dilihat pada

(48)

Tabel 5. Rataan karakteristik konsumen yang berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing

No Karakteristik

Sosial Ekonomi

Satua Range Rata-Rata

1

2

3

4

Umur

Pendapatan

Pendidikan

Jumlah

Tanggungan

Tahun

Rp

Tahun

Orang

15-73

300.000-8.800.000

6-17

0-10

33,62

2.147.200

11,72

1,78

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Konsumen yang diteliti oleh penulis adalah konsumen yang berbelanja di pasar

tradisional Sei Sikambing dengan jumlah sampel yang diteliti oleh penulis berjumlah 50

sampel. Dari Tabel 5 dapat kita lihat bahwa range umur konsumen yang berbelanja di

pasar tradisional 15 – 73 tahun dengan rata-rata 33,62 dari keterangan ini dapat kita

simpulkan bahwa konsumen yang berbelanja di pasar tradisional jika dilihat dari umur

pada umumnya adalah ibu rumah tangga. Range pendapatan konsumen 300.000 –

8.800.000 dengan rata-rata 2.147.200 menunjukan bahwa pendapatan konsumen yang

berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dapat dikatakan cukup untuk memenuhi

kebutuhan hidup konsumen karerna telah diatas UMP yang telah ditetapkan.

Range pendidikan konsumen yang berbelanja 6 – 17 tahun dengan rata-rata

11,72 ini menunjukan bahwa konsumen pada umumnya telah lulus dari Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan jumlah tanggungan memiliki range 0-10 dengan

rata-rata 1,78 yang artinya bahwa jumlah tanggungan konsumen yang berbelanja di

(49)

Karakteristik Konsumen yang Berbelanja di Pasar Modern

Krakteristik konsumen yang berbelanja di pasar modern Hypermart Sun Plaza

dilihat dari karakteristik sosial ekonomi yaitu; pekerjaan, umur, pendapatan, pendidikan

dan keluarga konsumen dapat kita lihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan karakteristik konsumen yang berbelanja di pasar modern Hypermart Sun Plaza

300.000 – 30.000.000

9 - 19

Sumber : Data diolah dari lampiran 2

Dari Tabel 6 range umur konsumen 15 - 64 tahun dengan rata-rata umur 29,6

dari 50 konsumen. Ini menunjukkan bahwa konsumen yang berbelanja di pasar Modern

Hypermart Sun Plaza Medan dapat kita simpulkan adalah konsumen yang dewasa.

Pendapatan konsumen di Hypermart Sun Plaza dengan range 300.000 - 30.000.000

dengan rata-rata pendapatan 3.931.000 ini menunjukan bahwa konsumen yang

berbelanja di Hypermart Sun Plaza Medan memiliki pendapatan yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup dan pendapatan konsumen telah diatas UMP yang telah

ditetapkan.

Range tingkat pendidikan konsumen yang berbelanja di pasar Hypermart 9 –

19 tahun dengan rata-rata 15,12 yang artinya konsumen yang berbelanja di Hypermart

Sun Plaza pada umumnya memiliki pendidikan terakhir mereka hingga Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan jumlah tanggungan konsumen Hypermart Sun Plaza

(50)

yang berbelanja di Hypermart Sun Plaza Medan belum memiliki tanggungan dan pada

umumnya konsumen di Hypermart Sun Plaza adalah ibu rumah tangga yang baru

(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Pasar Modern dan Pasar Tradisional di Kota Medan

Pasar tradisional di Kota Medan tidak mengalami perkembangan yang

signifikan hal ini sangat berbeda dengan perkembangan pasar modern atau preritel

modern yang sangat cepat perkembangannya. Pasar tradisional di Kota Medan

berjumlah 69 pasar sedangkan pasar modern berjumlah 77 pasar yang terdiri dari

Hypermarket, Departemen Store, Supermarket dan Pasar Swalayan. Data pasar modern

dapat kita lihat pada Table 7a berikut:

Sumber : Data diolah dari lampiran 3

Dari Tabel 7a di atas dapat kita ketahui bahwa pasar modern tumbuh dan

berkembang dengan pesat, Pasar Swalayan memiliki perkembangan yang terbesar

dengan jumlah 39 unit, Supermarket 18 unit, Departemen Store 16 unit,dan yang

terkecil perkembangannya adalah Hypermarket sekitar 4 unit. Tabel 7a. Pasar modern di Kota Medan Tahun 2000 - 2009

Tahun Hypermarket Departmen

(52)

Perkembangan pasar modern dari tahun 2000 yang banyaknya 40 unit

bertambah sebanyak 37 unit hingga tahun 2009 jumlah pasar modern di Kota Medan

sebanyak 77 unit. Dari keterangan ini dapat kita ketahui bahwa konsumen menyukai

hadirnya pasar modern.

Tabel 7b. Persentase (%) perekembangan pasar modern di Medan tahun 2000-2009

Sumber:Data Diolah Dari Lampiran 3

Dari Tabel 7b perkembangan pasar modern pada tahun 2001 sebesar 2,50%,

pada tahun 2005 perkembangan pasar meningkat hingga 12,24% dan meningkat

kembali pada tahun 2009 sebesar 20,31%. Pasar Swalayan memiliki persantase

perkembangan pasar yang terbesar yaitu sebesar 30,07% dari tahun 2000-2009.

Hypermarket memiliki pertumbuhan yang sangat kecil hanya sebesar 6,21%.

Pertumbuhan pasar modern hingga tahun 2009 sebesar 69,07%, ini menunjukan bahwa

pembangunan preritel modern dan persaingan preritel modern sangat besar.

Pasar modern berkembang sangat pesat menunjukan bahwa saat ini budaya

konsumen telah berubah, gaya hidup konsumen berubah karena semakin cepatnya Tahun Hypermarket Departemen

Store

Supermarket Pasar

(53)

informasi sampai kepada konsumen dan menjadi pengaruh yang sangat kuat untuk

merubah perilaku dan gaya hidup konsumen saat ini.

Perubahan budaya konsumen tersebut membuat bagian pemasaran berusaha

mempelajari perilaku konsumen sehingga bagian pemasaran menciptakan suatu tempat

perbelanjaan yang menarik konsumen untuk menjawab perkembangan perubahan

perilaku dan budaya konsumen dengan memanjakan konsumen dengan melihat

kebutuhan mereka saat ini. Dengan uang yang mereka miliki konsumen tertarik untuk

menikmati kondisi tersebut dimana mereka mendapat pelayanan berbelanja yang

menarik dengan tempat yang lebih nyaman dan aman, penawaran produk dengan

kualitas yang terjamin.

Dengan berkembangnya pasar modern ini tentunya menyulitkan bagi pedagang

pasar tradisional, karena dengan bertambah banyak pasar modern membuat mereka

kalah bersaing dengan pemilik modal pasar modern yang memiliki modal yang besar

sedangkan pedagang tradisional hanya memiliki modal yang kecil. Kita dapat melihat

data pasar tradisional di Kota Medan yang tersebar di seluruh kecamatan:

Tabel 8. Data pasar tradisional di Kota Medan Tahun 2000 – 2009

No Kategori Pasar Jumlah (Unit)

1

2

3

Pasar Lingkungan/ Malam Hari

Pasar Non Inpres

Pasar Inpres

31

24

14

Total 69

Sumber : Data diolah dari lampiran 4

Dari Tabel 8 jumlah pasar tradisional yang ada di Kota Medan yang terbagi

dalam tiga kategori yaitu Pasar Lingkungan/ Malam Hari, Pasar Non Inpres dan Pasar

Inpres. Pasar yang terbanyak jumlahnya adalah pasar Lingkungan/ Malam Hari yang

(54)

Pasar tradisional dengan kondisi yang tidak bersih dan pedagang yang

berjualan tidak tersusun rapi sesuai dengan produk yang mereka jual di pasar

tradisional, membuat perbedaan pasar tradisional dengan pasar modern. Pasar yang

tidak nyaman, dengan kondisi yang kotor, manajemen pasar yang tidak baik, harga yang

tidak jauh berbeda antara pasar tradisional dan pasar modern membuat konsumen

beralih kepasar modern. Kualitas produk di pasar modern sangat dijamin keaslian

produknya dibandingkan dengan produk di pasar tradisional.

Konsumen pada era kompetisi sekarang ini menempati posisi sentral dalam

brand marketing untuk produk yang mereka buat dan dipasarkan, kosumen memiliki

budaya yang telah berubah. Karakteristik konsumen yang maunya serba cepat, instan,

murah dan mengikuti perkembangan mode dan teknologi membuat bagian pemasaran

atau bisnis pemasaran berusaha keras terus mencari cara bagaimana menarik konsumen

untuk bisa memperoleh keuntungan. Untuk menjawab kebutuhan tersebut mereka

membuat preritel modern yang menyadiakan semua kebutuhan konsumen dengan

tempat dan suasana yang berbeda.

Pasar modern saat ini sudah menjadi tuntutan dari konsekuensi gaya hidup

modern yang telah berkembang di masyarakat yang tidak hanya di kota metropolitan

tetapi sudah merambah sampai ke kota kecil. Saat ini sangat mudah menjumpai

Minimarket, Supermarket bahkan Hypermarket yang menjanjikan tempat belanja yang

nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Meskipun perkembangan pasar

modern menjadi tuntutan saat ini namun keberadaan pasar khususnya pasar tradisional

adalah salah satu indikator paling nyata bagi kegiatan ekonomi masyarakat disuatu

(55)

Kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup yang dipromosikan begitu

hebat oleh berbagai media yang telah membuat eksistensi pasar tradisional menjadi

sedikit terusik. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa pasar tradisional mampu untuk

bertahan dan bersaing ditengah semakin maraknya perkembangan pasar modern dalam

berbagai bentuk tidak mempengaruh pasar tradisional dan pasar ini mampu menjadi

sarana publik yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat.

Konsumen saat ini sangat mudah memperoleh informasi, meskipun informasi

tentang gaya hidup modern dengan mudah diperoleh tetapi masyarakat masih memiliki

budaya untuk berbelanja di pasar tradisional. Pasar tradisional memiliki kegiatan tawar

– menawar harga yang menjadi daya tarik pasar tradisional sedangkan di pasar modern

harga sudah pasti dan dilabelkan pada produk yang dijual. Dalam proses tawar –

menawar ini terjalin kedekatan personal dan kedekatan emosional antara penjual dan

pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika bebelanja di pasar modern kondisi ini

masih menjadi daya tarik bagi konsumen untuk berbelanja di pasar tradisional.

Komparasi Karakteristik Konsumen yang Berbelanja di Pasar Tradisional Sei Sikambing dan di Pasar Modren Hypermart Sun Plaza Medan

Konsumen membuat suatu keputusan yang banyak dalam pembelian setiap

hari, keputusan konsumen tersebut dipengaruhi oleh berbagai karakteristik diantaranya

umur, pendapatan, pekerjaan, pendidikan dan keluarga untuk menentukan produk apa

yang mereka butuhkan dan tempat mereka berbelanja. Konsumen yang berbelanja di

pasar tradisional dan modern memiliki perbedaan hanya saja perbedaan tersebut tidak

terlalu signifikan.

Konsumen berbelanja di pasar modern berbelanja produk-produk yang kering

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 1.Penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin
Tabel 2. Penduduk menurut tingkat pendidikan
Tabel 3. Penduduk menurut mata pencaharian
+7

Referensi

Dokumen terkait

terhadap pasar tradisional , serta konflik yang terjadi antara pasar tradisional di Kota. Surakarta serta model penyelesaian konflik pasar tradisional dan pasar modern

Kesimpulan umum adalah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern ) menurut ciri-ciri sosial ekonominya, yaitu yang

Mengetahui perbandingan pencemaran pada daun sayuran oleh cacing Soil Transmitted Helmints di pasar tradisional dan pasar modern Kota Medan pada tahun

Banyaknya variabel yang harus dipertimbangkan konsumen untuk memilih pasar tradisional maupun pasar swalayan sebagai tempat berbelanja seperti: harga murah sesuai

Populasi dalam penelitian ini merupakan populasi yang tak terhingga, karena jumlah konsumen yang pernah berbelanja di pasar tradisional dan yang berpindah ke

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN IKAN SEGAR DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Studi Kasus Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan) TESIS OLEH ESRA AGUSTINA SIBURIAN

Berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan kepada 50 konsumen yang berbelanja di pasar tradisional diperoleh jumlah sebanyak 28 orang konsumen ( 56%)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di pasar tradisional Tejo Agung 24 Metro Timur dan pasar Modern Giant Kota Metro bahwa masyarakat