KOMPARASI KARAKTERISTIK KONSUMEN YANG
BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL DAN DI
PASAR MODERN DI KOTA MEDAN
(Studi Kasus: Pasar Tradisional Sei Sikambing dan Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan)
SKRIPSI
OLEH
ROMA ULI ESTERIA LUMBAN TORUAN
050304011
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KOMPARASI KARAKTERISTIK KONSUMEN YANG
BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL DAN DI
PASAR MODERN DI KOTA MEDAN
(Studi Kasus: Pasar Tradisional Sei Sikambing dan Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Guna
Memeperoleh Derajat Sarjana Pertanian
OLEH
ROMA ULI ESTERIA LUMBAN TORUAN
050304011
DEPATEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KOMPARASI KARAKTERISTIK KONSUMEN YANG
BERBELANJA DI PASAR TRADISIONAL DAN DI
PASAR MODERN DI KOTA MEDAN
(Studi Kasus: Pasar Tradisional Sei Sikambing dan Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan)
NAMA :ROMA ULI ESTERIA LUMBAN TORUAN
NIM :050304011
DEPARTEMEN :AGRIBISNIS PROGRAM STUDI :AGRIBISNIS
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Ketua Komisi pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
( Dr. Ir. Salmiah, MS ) ( Dr. Ir. Tavi Supriana, MS
195702171986032001 19641121989032001
)
Mengetahui
Ketua Departemen Agribisnis
( Ir. Luhut Sihombing, MP 132 005 055
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
Pada Tanggal :
Panitia Penguji Skripsi : Ketua
Anggota :1)
2) 3)
Mengesahkan Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian USU
Ketua
( Ir. Luhut Sihombing, MP
132 005 055
RINGKASAN
Roma Uli Esteria Lumban Toruan (050304011), dengan judul “
KOMPARASI KARAKTERISTIK KONSUMEN YANG BERBELANJA DI PASAR
TRADISIONAL DAN DI PASAR MODERN DI KOTA MEDAN” penelitian ini di
bimbing oleh DR. Ir. Salmiah MS, dan DR. Ir. Tavi Supriana MS.
Manusia adalah makhluk ekonomi yang selau berusaha untuk memaksimalkan
kepuasannya dan selalu bertindak rasional. Para konsumen akan berusaha untuk
memaksimalkan kepuasannya selama kemampuan finansialnya memungkinkan. Di
pasar semua produk yang menjadi kebutuhan konsumen tersedia dan hanya ada satu
pasar yang dikenal dengan pasar tradisional. Saat ini semakin berkembangnya teknologi
dan telah berubahnya perilaku konsumen yang maunya serba cepat dan instan membuat
tumbuhnya pasar modern yang menyediakan semua kebutuhan dengan suasana yang
nyaman dan bersih menjadi saingan bagi pasar modern. Pasar tradisional dengan
suasana yang becek, bau dan kotor, modal pedagang yang kecil harus bersaing dengan
pasar modern yang nyaman, bersih dan produk yang ditawarkan produk yang memiliki
kualitas yang baik dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional harus
bersaing dengan pasar modern, pasar dengan modal yang besar.Dalam berbelanja suatu
produk, perilaku konsumen sangat menentukan keputusan pembelian kebutuhan
konsumen. Perilaku konsumen adalah soal keputusan, keputusan dalam membeli atau
tidak membeli suatu produk. Perilaku konsumen di pengaruhi oleh karakteristik
konsumen. Karakteristik konsumen dalam penelitian ini di lihat dari Pekerjaan, Umur,
Pendapatan, Pendidikan, Jumlah Tanggungan. Penelitian ini di lakukan di pasar
tradisional Sei Sikambing dan Pasar modern Hypermart Sun Plaza Medan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerjaan konsumen yang tertiggi untuk
pasar tradisional didominasi oleh Ibu Rumah Tangga sedangkan untuk pasar modern
adalah Pegawai Swasta. Dilihat dari karakteristik umur, pendapatan dan pendidikan
konsumen tidak ada perbedaan yang nyata antara konsumen yang berbelanja di pasar
tradisional Sei Sikambing dengan konsumen yang berbelanja di pasar modern
Hypermart Sun Plaza Medan dimana di peroleh Ho > Ho
α
0,05,1df1. Karakteristik jumlahtanggungan konsumen yang berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dengan di
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Manis Kabupaten Asahan pada tanggal 24 April
1986 dari Bapak D. Lumban Toruan dan Ibu R. Simangunsong yang mana penulis
merupakan anak pertama dari 4 bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 5 Medan dan pada tahun 2005 lulus
seleksi masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Agribisnis Departemen
Agribisnis.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa
Sosial Ekonomi Pertanian. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lae Itam
Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kabupaten Dairi dari tanggal 14 Juni sampai 16 Juli
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Komparasi Karakteristik Konsumen yang Berbelanja di Pasar
Tradisional dan di Pasar Modern”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis Bapak D Lumban Toruan dan Ibu R
Simangunsong yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang besar kepada Ibu Dr. Ir. Salmiah,
MS dan Ibu Dr.Ir. Tavi Supriana, MS selaku ketua dan anggota komisi pembimbing
yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis
dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis, serta semua
rekan mahasiswa angkatan 2005 terutama kepada teman – teman dekat saya Evha AG,
Elisabeth F Samosir, Mery C Gultom, Damaiyanti Ginting, Fenytha dan Juliani
Simanjuntak serta teman – teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat
DAFTAR ISI
RINGKASAN ... i
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 6
Tujuan Penelitian ... 7
Kegunaan ... 7
TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori ... 14
Kerangka Pemikiran... 18
Hipotesis ... 20
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Lokasi Penelitia ... 21
Metode Penentuan Sampel Penelitian ... 21
Metode Pengumpulan Data ... 22
Metode Analisis Data ... 22
Defenisi dan Batasan Operasional ... 23
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, KARAKTERISTIK PASAR DAN KARAKTERISTIK KONSUMEN SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian ... 25
Keadaan Penduduk ... 25
Sarana dan Prasarana ... 29
Karakteristik Pasar ( Lokasi Penelitian)... 32
Karakteristik Konsumen... 33
HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Pasar Modern dan Pasar Tradisional di Kota Medan ... 37
Komparasi Karakteristik Konsumen yang Berbelanja di Pasar Tradisional Sei sikambing dan di Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 42
Komparasi Karakteristik Pekerjaan Konsumen yang Berbelanja di Pasar Tradisional Sei sikambing dan di Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 43
Komparasi Karakteristik Umur Konsumen yang Berbelanja di Pasar Tradisional Sei sikambing dan di Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 45
Komparasi Karakteristik Pendapatan Konsumen yang Berbelanja di Pasar Tradisional Sei sikambing dan di Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 48
Komparasi Karakteristik Konsumen Jumlah Tanggungan yang Berbelanja di Pasar Tradisional Sei sikambing dan di Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 55
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 58 Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Penduduk menurut Kelompok Umur dan jenis kelamin ... 26
Tabel 2. Penduduk menurut tingkat pendidikan ... 27
Tabel 3. Penduduk menurut mata pencaharian ... 28
Table 4. Sarana dan prasarana ... 30
Tabel 5. Rataan karakteristik konsumen yang berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing ... 34
Tabel 6. Rataan karakteristik konsumen yang berbelanja di pasar modern Hypermart Sun Plaza ... 35
Tabel 7a. Pasar modern di Kota Medan Tahun 2000 – 2009 ... 37
Tabel 7b. persentase (%) prkembangan pasar modern di Medan 2000 – 2009 ... 38
Tabel 8. Data pasar tradisional di Kota Medan 2000 – 2009 ... 39
Tabel 9. Karakteristik pekerjaan konsumen pasar tradisional Sei Sikambing dan Pasar Modern Hypermart Sun Plaza ... 43
Tabel 10. Karakteristik umur konsumen di pasar tradisional Sei Sikambing dan pasar modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 45
Tabel 11. Analisis umur konsumen yang berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart Sun Plaza ... 46
Tabel 12. Karakteristik pendapatan konsumen di pasar tradisional Sei Sikambing dan pasar modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 49
Tabel 13. Analisis umur konsumen yang berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart Sun Plaza ... 50
Tabel 14. Karakteristik pendidikan konsumen di pasar tradisional Sei Sikambing dan pasar modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 52
Tabel 15. Analisis umur konsumen yang berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart Sun Plaza ... 53
Tabel 16. Karakteristik jumlah tanggungan konsumen di pasar tradisional Sei Sikambing dan pasar modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 55
DAFTAR GAMBAR
Hal
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 Karakteristik Konsumen Yang Berbelanja Di Pasar Tradisional Sei
Sikambing Medan... 64
Lampiran 2 Karakteristik Konsumen Yang Berbelanja Di Pasar Modern Hypermart Sun Plaza Medan ... 67
Lampiran 3 Pasar Modern Di Kota Medan ... 70
Lampiran 4 Pasar Tradisional Di Kota Medan ... 75
Lampiran 5 Analisis Karakteristik Umur Konsumen ... 79
Lampiran 6 Analisis Karakteristik Pendapatan Konsumen ... 81
Lampiran 7 Analisis Karakteristik Pendidikan Konsumen ... 83
Lampiran 8 Analisis Karakteristik Jumlah Tanggungan Konsumen ... 85
RINGKASAN
Roma Uli Esteria Lumban Toruan (050304011), dengan judul “
KOMPARASI KARAKTERISTIK KONSUMEN YANG BERBELANJA DI PASAR
TRADISIONAL DAN DI PASAR MODERN DI KOTA MEDAN” penelitian ini di
bimbing oleh DR. Ir. Salmiah MS, dan DR. Ir. Tavi Supriana MS.
Manusia adalah makhluk ekonomi yang selau berusaha untuk memaksimalkan
kepuasannya dan selalu bertindak rasional. Para konsumen akan berusaha untuk
memaksimalkan kepuasannya selama kemampuan finansialnya memungkinkan. Di
pasar semua produk yang menjadi kebutuhan konsumen tersedia dan hanya ada satu
pasar yang dikenal dengan pasar tradisional. Saat ini semakin berkembangnya teknologi
dan telah berubahnya perilaku konsumen yang maunya serba cepat dan instan membuat
tumbuhnya pasar modern yang menyediakan semua kebutuhan dengan suasana yang
nyaman dan bersih menjadi saingan bagi pasar modern. Pasar tradisional dengan
suasana yang becek, bau dan kotor, modal pedagang yang kecil harus bersaing dengan
pasar modern yang nyaman, bersih dan produk yang ditawarkan produk yang memiliki
kualitas yang baik dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional harus
bersaing dengan pasar modern, pasar dengan modal yang besar.Dalam berbelanja suatu
produk, perilaku konsumen sangat menentukan keputusan pembelian kebutuhan
konsumen. Perilaku konsumen adalah soal keputusan, keputusan dalam membeli atau
tidak membeli suatu produk. Perilaku konsumen di pengaruhi oleh karakteristik
konsumen. Karakteristik konsumen dalam penelitian ini di lihat dari Pekerjaan, Umur,
Pendapatan, Pendidikan, Jumlah Tanggungan. Penelitian ini di lakukan di pasar
tradisional Sei Sikambing dan Pasar modern Hypermart Sun Plaza Medan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerjaan konsumen yang tertiggi untuk
pasar tradisional didominasi oleh Ibu Rumah Tangga sedangkan untuk pasar modern
adalah Pegawai Swasta. Dilihat dari karakteristik umur, pendapatan dan pendidikan
konsumen tidak ada perbedaan yang nyata antara konsumen yang berbelanja di pasar
tradisional Sei Sikambing dengan konsumen yang berbelanja di pasar modern
Hypermart Sun Plaza Medan dimana di peroleh Ho > Ho
α
0,05,1df1. Karakteristik jumlahtanggungan konsumen yang berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dengan di
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Untuk mendapatkan dan memenuhi kebutuhan, manusia berjuang dan
mengatasi kesulitannya dengan gigih, memanfaatkan alam, memanfaatkan segala tenaga
dan pikiran yang ada padanya, menggunakan organisasi dan serta modal yang ada pada
diri dan lingkungannya. Di suatu daerah, di suatu negeri, desa dan dusun sebagai tempat
hunian, manusia kadang – kadang juga tak dapat memenuhi kebutuhan dan seleranya
yang beraneka ragam itu. Adapun salah satu wadah yang bisa menjawab segala sesuatu,
terutama kebutuhan yang bersifat ekonomi adalah pasar.
Pasar dapat berbentuk sebagai pusat kegiatan ekonomi dan sebagai pusat
kegiatan budaya. Sebagai pusat kegiatan ekonomi pasar menunjukkan perannya dalam
aspek perekonomian di tengah – tengah masyarakat dan lingkungannya. Suatu pasar
dapat terjadi karena sesuatu hal secara kebetulan dan karena sesuatu hal yang
direncanakan. Di pasar berdatangan berbagai calon dan jenis pembeli dan penjual.
Mereka menyediakan, memasarkan dan menjual hasil produksi berupa hasil – hasil
produksi pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan rumah tangga, hasil
pabrik, hasil industri, bahkan menyediakan barang-barang yang sudah langka
peredarannya.
Berbagai kemungkinan kebutuhan manusia terjadi di pasar. Bagi manusia yang
mengerti akan kebutuhan pasar, segera mencari bahan sarana, peralatan dan barang
yang di tawarkan untuk dijual di pasar. Kita tahu bahwa kebutuhan dan keinginan
manusia tidak ada batasnya, karena itu di pihak lain masyarakat calon penjual
Mereka meneliti dan mengobservasi jenis barang apa saja yang merupakan
selera masyarakat masa kini. Dengan demikian pasar merupakan suatu medan untuk
mendapatkan lapangan usaha baru (Depdikbud, 1990).
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada
proses tawar – menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan
dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar, kebanyakan
menjual kebutuhan sehari-hari dan barang – barang lainnya. Kehadiran pasar
tradisional sangat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari,
karena di pasar tradisional segala kebutuhan rumah tangga tersedia (Malau, 2009).
Pasar tradisional memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki
secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas,
keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, sistem tawar –menawar yang
menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang
dimiliki oleh pasar tradisional.
Selain memiliki keunggulan alamiah, pasar tradisional memiliki berbagai
kelemahan yang telah menjadi karakter dasar yang sangat sulit diubah. Faktor disain
dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang,
promosi penjualan, jam operasional pasar yang terbatas, serta optimalisasi pemanfaatan
ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi
persaingan dengan pasar modern.
Ketika konsumen menuntut ‘nilai lebih’ atas setiap uang yang dibelanjakannya,
maka kondisi pasar tradisional yang kumuh, kotor, bau, dengan atmosfir seadanya
Kondisi ini menjadi salah satu alasan konsumen untuk beralih dari pasar tradisional ke
pasar modern. Artinya, dengan nilai uang yang relatif sama, pasar modern memberikan
kenyamanan, keamanan, dan keleluasaan berbelanja yang tidak dapat diberikan pasar
tradisional.
Indonesia adalah negara dengan mayoritas konsumen berasal dari kalangan
menengah kebawah. Kondisi ini menjadikan konsumen Indonesia tergolong ke dalam
konsumen yang sangat sensitif terhadap harga. Ketika faktor harga rendah yang
sebelumnya menjadi keunggulan pasar tradisional mampu diambil alih oleh pasar
modern, secara relatif tidak ada alasan konsumen dari kalangan menengah ke bawah
untuk tidak turut berbelanja ke pasar modern dan meninggalkan pasar tradiasional
(Artikel Ekonomi, 2009).
Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola
dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia
barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya
anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mall,
supermarket, departemen store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar
serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi
jenis yang beragam. Selain menyediakan barang –barang lokal, pasar modern juga
menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih
terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang
tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak.
Fenomena kebangkitan bisnis ritel sebenarnya sudah terlihat sejak pertengahan
tahun 1990an. Survei yang dilakukan Nielsen menunjukkan bahwa jumlah pasar
ada, sisanya sebanyak 27% berupa ritel pasar modern, yang lebih mengejutkan adalah
survei yang dilakukan FAO (2006) menyatakan bahwa antara tahun 1997 hingga 2005,
bisnis ritel meningkat hampir 30% dengan pertumbuhan mencapai 15% untuk ritel
modern dan 5% untuk pasar tradisional, hal tersebut menunjukkan terjadinya pergeseran
dari pasar rakyat menjadi pasar modern. Tingkat pertumbuhan yang jauh berbeda
tersebut membuat pasar tradisional tersingkir. Nielsen dalam perhitungannya
menyebutkan bahwa eliminasi pasar tradisional untuk setiap tahunnya sebesar
1,5%(Anonimus, 2008).
Pasar modern terus menggeser peran pasar tradisional. Sebagian masyarakat,
khususnya di perkotaan, kini dalam memenuhi kebutuhan hidupnya lebih memilih pasar
modern. Bagi penganut liberalism yang menjadi mayoritas dalam praktik ekonomi kita
saat ini, hancurnya pasar tradisional karena kalah bersaing dengan pasar modern.
Fenomena berubahnya pilihan konsumen dari pasar tradisional, yang bau, kumuh, kotor,
becek, dengan harga yang tidak pasti, kepada pasar modern yang bersih, nyaman,
dengan harga yang pasti. Walau bagaimana pun pasar tradisional merupakan simbolisasi
dari kemandirian ekonomi rakyat. Pengalaman krisis ekonomi membuktikan sektor
informal yang berpusat dipasar tradisional berhasil menjadi pengaman perekonomian
saat lemahnya fundamental ekonomi kita (Indrawan, 2008).
Bagi pedagang tradisional keadaan memang semakin sulit, dimana selain
melawan modal pasar modern yang lebih kuat, nilai budaya dan perilaku konsumen
yang telah berubah juga menjadi ancaman bagi pasar tradisional. Masyarakat bergerak
mengarah pada budaya instan, mementingkan individualisme. Dalam memenuhi
kebutuhannya, konsumen mencari tempat yang menawarkan keindahan, kenyamanan
Perilaku konsumen merupakan tindakan suatu individu dalam membuat
keputusan dalam membelanjakan sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh atau
untuk mendapatkan barang dan jasa yang akan dikonsumsi nantinya. Dalam
menganalisis perilaku konsumen tidak hanya menyangkut faktor-faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam berbelanja tetapi proses
pengambilan keputusan yang disertai dengan kegiatan pembelian suatu barang dan jasa.
Perilaku konsumen adalah soal keputusan. Lebih jauh lagi, keputusan adalah
soal pilihan. Keputusan meliputi pilihan “antara dua atau lebih alternatif, tindakan atau
perilaku”. Pilihan meliputi produk, merek, waktu pembelian, dan jumlah pembelian.
Pilihan – pilihan itu digolongkan sebagai respons konsumen dalam membeli atau
memlilih suatu produk (Simamora, 2003).
Keputusan membeli suatu produk untuk memenuhi kebutuhan hidup ada pada
diri konsumen. Proses keputusan konsumen terdiri atas tahap pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan kepuasan konsumen
(Sumarwan, 2003).
Konsumen saat ini mempunyai banyak pillihan terhadap suatu produk, waktu
pembelian, merek suatu produk dan tempat berbelanja produk yang mereka inginkan.
Pada saat ini semua kebutuhan konsumen dapat terpenuhi dan menjadi penelitian bagi
pelaku pasar untuk memenuhi apa yang menjadi keinginan konsumen saat ini.
Kemajuan teknologi dan informasi serta perubahan perilaku konsumen yang maunya
serba instan dan ingin dimanjakan dengan uang yang mereka miliki banyak mengubah
gaya hidup konsumen saat ini.
Perubahan perilaku konsumen dan jawaban dari perubahan perilaku konsumen
pasar tradisional maupun pasar modern. Berkembang pesatnya pasar modern seperti
Minimarket, Supermarket, Mal, Hypermarket dan lain sebagainya. Sebagai jawaban atas
perubahan perilaku konsumen dan hal ini terjadi di Kota Medan, saat ini banyak preritel
modern dibangun di Kota Medan membuktikan bahwa gaya hidup modern mulai
melekat pada masyarakat medan. Dari pembahasan diatas penulis melakukan penelitian
ini untuk mengetahui perbedaan karakteristik konsumen yang berbelanja di pasar
tradisional dan di pasar modern di Kota Medan.
Identifikasi Masalah
Untuk melihat bagaimana sebenarnya karakteristik konsumen yang berbelanja
di pasar tradisional Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart Sun Plaza di Kota
Medan dirumuskan masalah antara lain : 1) Bagaimana komparasi karakteristik
konsumen (pekerjaan, umur, pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga)
yang berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern di Kota Medan?
Tujuan Penelitian
Ada pun tujuan penelitian : 1) Untuk mengetahui komparasi karakteristik
konsumen (pekerjaan, umur, pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga)
yang berbelanja di pasar tradisional dan modern.
Kegunaan
Ada pun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Sebagai bahan
informasi dan refrensi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian yang ada
hubungannya dengan penelitian ini. 2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi
para pembaca yang memiliki ketertarikan masalah pasar tradisional dan pasar modern
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
Pasar adalah suatu tempat dimana pembeli dan penjual bertemu untuk membeli
atau menjual barang dan jasa atau faktor – faktor produksi. Pasar mempunyai lima
fungsi utama. Kelima fungsi tersebut menurut (Sudarman, 1980) adalah:
- Pertama, pasar menetapkan nilai (sets value). Dalam ekonomi pasar, harga
merupakan ukuran nilai.
- Kedua, pasar mengorganisir produksi. Dengan adanya harga-harga faktor
produksi di pasar, maka akan mendorong produsen (entrepreneur) memilih
metode produksi yang efisien.
- Ketiga, pasar mendistribusikan barang. Kemampuan seseorang untuk membeli
barang tergantung pada penghasilannya.
- Keempat, pasar berfungsi menyelenggarakan penjatahan (rationing). Penjatahan
adalah inti dari adanya harga.
- Kelima, pasar mempertahankan dan mempersiapkan keperluan di masa yang
akan datang.
Istilah pasar banyak mendapatkan perhatian selama bertahun – tahun , pada
dasarnya pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan
pertukaran atas barang dan jasa. Selain itu, pasar dapat pula diartikan sebagai himpunan
para pembeli aktual dan potensial dari suatu produk. Dalam hal demikian pasar terdiri
dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan dan keinginan tertentu yang
melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka
(Rismayani, 1999).
Pasar secara fisik adalah tempat pemusatan beberapa pedagang tetap dan tidak
tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau tertutup atau sebagian badan jalan.
Selanjutnya pengelompokkan para pedagang eceran tersebut menempati bangunan –
bangunan dengan kondisi bangunan temporer, semi permanen ataupun permanen
(Sujarto dalam Sulistyowati,1999).
Berdasarkan pengertian pasar sebagaimana telah dikemukakan di awal, yakni
tempat bertemunya pembeli dan penjual, maka dapat dilihat secara umum instrumen
pasar terdiri dari perspektif pengelola, maka pasar di satu sisi dapat dilaksanakan oleh
pemerintah dan dapat juga dilaksakan oleh pihak swasta. Dilihat dari instrumen
pengelolaan ini, yang digolongkan dengan pasar modern adalah seperti Mall, Plaza,
Supermarket maupun Mega Market. Baik pemerintah maupun swasta sebagai pengelola
pasar, menawarkan tempat berjualan dimaksud kepada pedagang dan melaksanakan
perawatan pasar (Bustaman, 1999)
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah,
pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah
termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan
tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau
koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang
dagangan melalui tawar-menawar. Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan
mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket,
Supermarket, Departemen Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk
Keadaan pasar tradisional pada era modern seperti sekarang ini tidak saja
masih dibutuhkan, tetapi juga tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan masyarakat
Indonesia. Kondisi ini disebabkan karena pada sebagian besar mayarakat Indonesia
masih banyak yang belum memahami manfaat dari perkembangan ilmu dan teknologi,
misalnya berbelanja melalui internet. Sampai saat ini pasar tradisional masih dominan
perannya di Indonesia dan masih sangat di butuhkan keberadaannya, terutama bagi
masyarakat kelas menengah bawah (Basalah, 2000).
Perkembangan pasar modern telah menggeser peran pasar tradisional, sebagian
masyarakat kini telah memenuhi kebutuhan rumah tangganya dari pasar modern,
terutama masyarakat perkotaan. Jumlah konsumen yang berbelanja di pasar modern
terus meningkat (ACNielsen,2004).
Dari hasil pengamatan, terdapat beberapa faktor yang dapat menjelaskan
mengapa ada sebagian besar pasar tradisional yang terkena dampak Supermarket
sementara sebagian lainnya tidak. Pertama adalah faktor jarak antara pasar tradisional
dan Supermarket, dimana pasar tradisional yang berada relatif dekat dengan
Supermarket merasakan paling banyak terkena dampak. Kedua, faktor terpenting
adalah karakteristik konsumen pada pasar tradisional. Pasar tradisional yang pelanggan
utamanya dari kalangan kelas menengah ke bawah mengalami dampak preritel modern
(Suryadarma, dkk. 2007)
Eksistensi pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Menurut data yang diperoleh dari Euromonitor (2004) hypermarket merupakan
peritel dengan tingkat pertumbuhan paling tinggi (25 %), koperasi (14,2 %),
minimarket/convenience stores (12,5 %), independent grocers (8,5 %) dan supermarket
modern mengalami pertumbuhan pangsa pasar sebesar 2,4% pertahun terhadap pasar
tradisional. Berdasarkan survey AC Nielsen (2006) menunjukan bahwa pangsa pasar
dari pasar modern meningkat sebesar 11,8 % selama lima tahun terakhir. Jika pangsa
pasar dari pasar modern pada tahun 2001 adalah 24,8 % maka pangsa pasar tersebut
menjadi 32,4 % tahun 2005. Hal ini berarti bahwa dalam periode 2001-2006, sebanyak
11,8 % konsumen ritel Indonesia telah meninggalkan pasar tradisional dan beralih
kepasar modern. Perkembangan pasar modern menekan keberadaan pasar tradisional
pada titik terendah dalam 20 tahun mendatang (Ekapriadi, 2007).
Ritel mempunyai arti pengeluaran secara eceran. Seiring tuntutan pasar bebas,
ritel pun belakangan bertambah dengan konsep ritel modern. Ritel tradisional
merupakan ritel sederhana dengan tempat yang tidak terlalu luas, barang yang dijual
terbatas jenisnya. Sistem manajemen yang sederhana memungkinkan adanya proses
tawar menawar harga. Berbeda dengan ritel modern menawarkan tempat lebih luas,
banyak jenis barang yang dijual, manajemen lebih terkelola, harga pun sudah menjadi
harga tetap. Ritel modern ini menggunakan konsep melayani sendiri atau biasa disebut
swalayan. Dalam ritel modern dikenal Hypermarket, Supermarket dan Minimarket.
Gerai ritel modern biasanya disebut pasar modern. Dari catatan Business Watch
Indonesia (BWI) perkembangan ritel modern di Indonesia sejak tahun 2000 semakin
pesat. Apalagi sejak masuknya preritel asing asal Prancis dengan Carrefour membuka
ritel jenis Hypermarket kemudian Giant yang dibuka oleh Hero Dairy Farm dari
Hongkong (Solopos, 2008)
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini
sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di
kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai Minimarket, Supermarket bahkan
Hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat – tempat tersebut menjanjikan
tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Namun dibalik
kesenangan tersebut ternyata telah membuat para preritel kelas menegah dan kecil
mengeluh. Mereka dengan tegas memprotes ekspansi yang sangat agresif dari preritel
kelas besar (Esther dan Dikdik, 2003).
Untuk beberapa alasan perubahan gaya hidup konsumen saat ini tidaklah
mengejutkan. Pertama, melalui skala ekonominya, pasar modern dapat menjual lebih
banyak produk yang lebih berkualitas dengan harga yang lebih murah. Kedua, informasi
daftar harga setiap barang tersedia dan dengan mudah diakses publik. Ketiga, pasar
modern menyediakan lingkungan berbelanja yang lebih nyaman dan bersih dengan jam
buka yang lebih panjang, dan menawarkan aneka pilihan pembayaran seperti kartu
kredit dan kartu debit dan menyediakan layanan kredit untuk peralatan rumah tangga
berukuran besar. Keempat, produk yang dijual di pasar modern, seperti bahan pangan,
telah melalui pengawasan mutu dan tidak aka dijual bila telah kadaluwarsa (Setiadi. N,
2003).
Kendati persaingan antar pasar modern secara teoritis menguntungkan
konsumen, dan mungkin perekonomian secara keseluruhan, relatif sedikit yang
diketahui mengenai dampaknya pada pasar tradisional. Mengukur dampak amat penting
mengingat Supermarket saat ini secara langsung bersaing dengan pasar tradisional, tidak
hanya melayani segmen pasar tertentu (Harmanto, 2007).
Persaingan antar preritel di Indonesia sebenarnya tidak sesederhana yang
dibayangkan orang. Persaingan tidak hanya terjadi antara yang besar melawan yang
yang kecil. Pemerintah sebagai regulator harus mampu mewadahi semua aspirasi yang
berkembang tanpa ada yang merasa dirugikan. Pemerintah harus mampu melindungi
dan memberdayakan preritel kecil karena jumlahnya yang mayoritas. Dilain pihak,
preritel besar pun mempunyai sumbangan besar dalam ekonomi. Selain menyerap
tenaga kerja, banyak preritel besar yang justru memberdayakan dan meningkatkan
kualitas ribuan pemasok yang umumnya juga pengusaha kecil dan menengah (Indrakh,
2007)
Pemerintah seharusnya serius dalam menata dan mempertahankan eksistensi
pasar tradisional. Pemerintah menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional sebagai
pusat kegiatan ekonomi masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Perhatian
pemerintah tersebut dibuktikan dengan melakukan revitalisasi pasar tradisional di
berbagai tempat. Selama ini pasar tradisonal selalu identik dengan tempat belanja yang
kumuh, becek serta bau dan hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah.
Gambaran pasar seperti itu harus diubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi
pengunjung. Dengan demikian masyarakat dari semua kalangan tertarik untuk datang
dan melakukan transaksi di pasar tradisional. Pemerintah mempunyai hak untuk
mengatur keberadaan pasar tradisional dan modern. Tetapi aturan yang dibuat
pemerintah tidak boleh diskriminatif dan seharusnya tidak membuat dunia usaha
mandek. Pedagang kecil, menengah, besar bahkan perantara ataupun pedagang toko
harus mempunyai kesempatan yang sama dalam berusaha (Harian Kompas, 2007).
Landasan Teori
Manusia adalah makhluk yang selalu bertanya ‘MENGAPA’ atas segala
kejadian, termasuk soal perilaku. Ada yang bisa dijawab, ada yang tidak. Manusia
dibuat teratur. Perilaku konsumen adalah hal yang tidak teratur, tetapi dicoba dibuat
teratur. Peter dan Olson (1999, 150) berpandangan bahwa perilaku konsumen adalah
soal keputusan. Lebih jauh lagi, soal keputusan adalah soal pilihan. Mereka mengatakan
bahwa keputusan meliputi suatu pilihan “antara dua atau lebih alternatif tindakan atau
perilaku” ( Simamora, 2003)
Perilaku konsumen dapat dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh
orang-orang dalam hal merencanakan, membeli, dan menggunakan barang-barang
ekonomi dan jasa – jasa. Mengingat bahwa sebagian besar hidup kita mengkonsumsi
produk – produk ekonomi seperti bahan sandang, bahan pangan, kosmetik, rekreasi, dan
peralatan maka dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan suatu bagan
integral dari perilaku manusia dan ia tidak dapat dipisahkan dari padanya, kecuali
melalui cara yang bersifat arbitrer dan yang mengandung pembedaan-pembedaan yang
tidak ada artinya (Winardi, 1991).
Kotler dan Armstrong (2006: 129) mengemukakan model perilaku konsumen
dimana ada dua komponen yang merupakan mediator antara rangsangan dan respon
konsumen. Pertama adalah karakteristik pembeli yang meliputi faktor budaya, sosial,
personal dan psychological yang mempunyai pengaruh utama bagaimana seorang
pembeli bereaksi terhadap rangsangan. Sedangkan model lain yang dijelaskan oleh
Assael (1995) adalah ada dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang
selanjutnya akan menentukan respon konsumen. Pertama adalah konsumen itu sendiri.
Ada dua unsur dari konsumen itu sendiri yang berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan yaitu pikiran konsumen yang meliputi kebutuhan atau motivasi, persepsi,
sikap, dan karaktreistik konsumen yang meliputi demografi, gaya hidup dan kepribadian
pengaruh sub dan lintas budaya, kelas sosial dan situasi lain yang menentukan (Suryani,
2008).
Teori perilaku konsumen merupakan deskripsi tentang bagaimana konsumen
mengalokasikan pendapatan diantara barang dan jasa yang berbeda-beda untuk
memaksimumkan kesejahteraan mereka. Dimana dalam pengalokasian ini konsumen
menetukan permintaan untuk beragam barang dan jasa. Keputusan pembelian konsumen
membantu kita memahami bagaimana perubahan pendapatan dan harga mempengaruhi
permintaan barang dan jasa (Pindyck dan Rubinfeld, 2001).
Pengambilan keputusan sebagai proses penting yang mempengaruhi perilaku
konsumen sangat penting dipahami. Pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai
suatu sistem yang terdiri input, proses dan out put. Dalam proses pengambilan
keputusan ada tiga tahapan proses yang dilakukan yaitu tahap pengakuan adanya
kebutuhan (konsumen merasakan adanya kebutuhan), usaha pencarian informasi
sebelum membeli dan penilaian terhadap alternatif. Setelah konsumen membuat
keputusan, evaluasi setelah pembelian dilakukan. Selama proses evaluasi ini konsumen
belajar dari pengalaman dan merubah pola pikirnya, mengevaluasi merek dan memilih
merek yang disukai. Pengalaman konsumen ini secara langsung berpengaruh pada
pembelian ulang berikutnya (Suryani, 2008).
Defenisi perilaku konsumen yang di rumuskan oleh AMA (American
Marketing Association) adalah:
“Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara kognisi, afeksi,
perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam
hidup mereka”. Defenisi ini memuat 3 hal penting, yaitu:
- Melibatkan interaksi: kognisi, afeksi, perilaku, dan kejadian di
sekitar/lingkungan konsumen
- Melibatkan pertukaran, seperti menukar barang milik penjual dengan uang milik
pembeli.
Defenisi sederhaan: perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat
dalam mendapatkan, menggunakan (memakai, mengkonsumsi) dan menghabiskan
produk (barang dan jasa) termasuk proses mendahului dan mengikuti ( Supranto J,
2007).
Karakteristik yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Ada beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam
membuat keputusan dalam membeli barang dan jasa
Umur
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya.
Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi.
Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap – tahap yang mungkin
dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.
Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pemasar
berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata – rata akan
Pendapatan
Pendapatan termasuk variabel yang sering digunakan sebagai indikator dalam
mengukur kelas sosial. Semakin tinggi pendapatan semakin makmur, sejahtera dan
dihargai di masyarkat. Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat.
Tinggi/rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun
kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya
ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan
lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang.
Tingkat Pendidikan
Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan
perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan yang
dijalani (pengalaman). Pendidikan sseseorang sangat mempengaruhi pilihannnya.
Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas
baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen (Setiadi,
2003).
Keluarga
Keluarga memiliki peran penting dalam pembentukan sikap maupun perilaku
konsumen terhadap suatu produk. Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat
karena konsumen melakukan interaksi lebih intensif di bandingkan dengan lingkungan
yang lain (Suryani, 2008).
Kerangka Pemikiran
Perilaku konsumen adalah tindakan – tindakan yang dilakukan oleh individu –
keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang – barang atau jasa ekonomis yang
dapat dipengaruhi lingkungan.
Pada saat ini perkembangan pasar modern sangat pesat di bandingkan dengan
pasar tradisional. Hal ini disebabkan semakin majunya teknologi dan semakin
sedikitnya waktu yang dimiliki karena semakin padatnya aktifitas yang membuat
konsumen sangat membutuhkan suatu hal yang lebih cepat dan lebih memberikan
sesuatu yang lebih baik lagi. Adapun faktor sosial budaya dan faktor psikologis sangat
mempengaruhi perilaku konsumen.
Dari perilaku konsumen tersebut muncul model perilaku konsumen yang
mengemukakan tentang karakteristik konsumen. Karakteristik pembeli (konsumen)
yang meliputi faktor budaya, sosial, personal dan psychological yang menjadi acuan
dalam memahami perilaku konsumen.
Adapun karakteristik konsumen yang mempengaruhi konsumen untuk
berbelanja di pasar tradisional dan modern dalam penelitian ini adalah pekerjaan,
pendapatan, umur, pendidikan dan tanggungan keluarga. Karakteristik konsumen
tersebut dapat mempengaruhi konsumen untuk membuat suatu keputusan dalam
KONSUMEN KONSUMEN
Pasar Tradisional Pasar Modern
Keterangan:
= Ada Hubungan
= Ada Pengaruh
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Karakteristik
konsumen yang berbelanja di pasar tradisional:
• Pekerjaan
• Pendapatan
• Umur
• Pendidikan
• Tempat tinggal
Karakteristik konsumen yang berbelanja di pasar modern:
• Pekerjaan
• Pendapatan
• Umur
• Pendidikan
Hipotesis
Karakteristik konsumen yang berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern berbeda
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Adapun penentuan daerah sampel ditentukan dengan purposive yaitu dengan
sengaja dengan pertimbangan kedua pasar merupakan pasar yang memiliki produk yang
lengkap di pasar tradisional dan di pasar modern di Kota Medan. Hal ini dilakukan
dengan mengamati langsung ke lapangan. Pasar yang akan dijadikan lokasi penelitian
adalah Pasar Tradisional Sei Sekambing, dan Pasar Modern Hypermart Sun Plaza di
Kota Medan.
Metode Penentuan Sampel Penelitian
Metode penentuan sampel penelitian dengan Metode Accidential Sampling.
Pengambilan sampel penelitian melalui metode ini adalah dari konsumen yang
berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart Sun plaza
di Kota Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok konsumen yang
berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart Sun Plaza
di Kota Medan, dimana setiap anggota populasi yang kebetulan dijumpai berbelanja di
lokasi penelitian yang menjadi sampel penelitian.
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan 100 responden dimana 50
orang konsumen yang berbelanja di pasar tradisional dan 50 orang konsumen yang
berbelanja di pasar modern.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
menggunakan daftar wawancara sedangkan data sekunder di peroleh dari lembaga atau
instansi terkait seperti Perusahaan Daerah Pasar Tingkat II Petisah Medan, Badan Pusat
Statistik, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan dan buku-buku penelitian.
Metode Analisis Data
Setelah data – data dikumpulkan dan ditabulasi, selanjutnya dianalisis sesuai
dengan hipotesis pengujian data dari data yang akan diuji.
Hipotesis (1) digunakan analisis deskriptif dengan melakukan pengumpulan
informasi dari kuisioner dan penyajian hasil dari pengumpulan informasi tersebut
menggunakan tabulasi silang (cross table). Data tersebut akan diuji dengan metode
Chi-Square (Chi Kwadrat) dengan tingkat signifikansi 5% dengan rumus:
Dimana:
X2 = Chi Kuadarat
f0 = Data frekuensi yang diperoleh dari sampel (hasil observasi/kuesioner)
fh = Frekuensi yang diperoleh/diharapkan dalam sampel sebagai
pencerminan dari frekuensi yang diharapkan dalam populasi.
Dengan kriteria uji :
Ho diterima bila X2 < X2α df (k-1)(b-1)
Defenisi dan Batasan Oprasional
Defenisi
1. Komparasi dalam penelitian ini adalah perbandingan konsumen yang berbelanja
di pasar tradisional Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart Sun Plaza di
Kota Medan.
2. Karakteristik dalam penelitian ini adalah karakteristik konsumen yang
berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart
Sun Plaza di Kota Medan.
3. Konsumen dalam penelitian ini adalah orang yang berbelanja di pasar tradisional
Sei Sikambing dan di pasar modern Hypermart Sun Plaza di Kota Medan.
4. Pasar tradisional dalam penelitian ini adalah pasar Sei Sekambing di Kota
medan.
5. Pasar modern dalam penelitian ini adalah pasar Hypermart Sun Plaza yang
berada di Jl. Hj. Zainul Arifin di Kota Medan.
6. Chi kuadrat adalah metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini untuk
menguji apakah ada perbedaan antara konsumen yang berbelanja di Pasar
Tradisional Sei Sikambing dengan konsumen di Hypermart Sun Plaza medan.
Batasan Oprasional
1. Penelitian dilakukan di kota Medan
3. Sampel Penelitian adalah konsumen yang berbelanja di Pasar Tradisional yaitu
pasar Sei Sikambing, dan di Pasar Modern yaitu Hypermart Sun Plaza di Kota
Medan.
4. Karakteristik konsumen adalah karakteristik konsumen yang barbelanja di Pasar
Tradisional Sei Sikambing dan di Pasar Modern Hypermart Sun Plaza di Kota
Medan. Ada pun karakteristik konsumen
- Pendapatan ……….. Rp/Bulan
- Usia/umur ..……….. Thn
- Pendidikan ……… Thn
- Keluarga ……….. Orang
- Pekerjaan
5. Pasar Tradisional adalah pasar Sei Sikambing di Kota Medan dan Pasar Modern
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, KARAKTERISTIK PASAR
DAN KARAKTERISTIK KONSUMEN SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian
Kota Medan merupakan Ibukota dari Propinsi Sumatera Utara. Kota Medan
terletak diantara 3”30’-3”43’ LU dan 98”35’-98”44’BT, dengan luas wilayah 265,10
km. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 sampai dengan 37,5 meter diatas
permukaan laut, rata-rata curah hujan 171,2 mm dengan suhu minimum 23,2oC-24,3oC
dan suhu maksimum berkisar antara 30,8oC-33,2oC. Kelembaban udara di wilayah Kota
Medan rata-rata berkisar antara 84-85%. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/sec,
sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 104,3 mm.
Kota Medan memiliki batas-batas yaitu:
Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka
Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang dan
Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang
Topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara.
Keadaan Penduduk
a. Penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota Medan
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah penduduk Kota Medan
Tabel 1.Penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin Golongan
Umur
Laki – Laki Perempuan Jumlah
Jiwa Persen
0-4 89.206 8,62 92.853 8,86 182.059 8,74
5-9 96.559 9,33 91.885 8,76 188.444 9,05
10-14 98.519 9,52 100.590 9,59 199.109 9,56
15-19 111.263 10,75 105.426 10,06 216.689 10,40
20-24 116.164 11,23 121.385 11,58 237.549 11,40
25-29 99.499 9,62 102.041 9,73 201.540 9,67
30-34 83.325 8,05 75.926 7,24 159.251 7,64
35-39 75.482 7,30 83.180 7,93 158.662 7,62
40-44 70.091 6,77 75.926 7,24 146.017 7,01
45-49
55-59 30.879 2,98 31.434 3,00 62.313 2,99
60-64 26.468 2,56 22.246 2,12 48.714 2,34
65+ 32.350 3,13 44.495 4,24 76.864 3,69
Jumlah 1.034.696 49,67 1.048.460 50,33 2.083.156 100
Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2008
Penduduk Kota Medan Berjumlah 2.083.156 jiwa orang dengan 470.481 rumah
tangga yang tersebar di setiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan. Tabel 1
menunjukan bahwa jumlah penduduk laki – laki 1.034.696 jiwa dengan persentase
sebesar 49,67% dan jumlah penduduk perempuan sebesar 1.048.460 jiwa dengan
persentase sebesar 50,33%, dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk
perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki – laki. Dari tabel dapat kita
ketahui jumlah usia non produktif (bayi, balita, anak – anak dan remaja (0-14 tahun))
sebesar 1.325.672 jiwa sebesar (63,63%) sedangkan jumlah penduduk manula (>55
tahun) sebesar 187.872 jiwa sebesar (9,02%).
Dari keterangan tersebut jumlah penduduk usia produktif lebih besar dari pada
jumlah non produktif dan manula, usia produktif adalah usia dimana orang punyai nilai
ekonomi yang tinggi dalam menghasilkan barang dan jasa dengan efektif dan dari data
tersebut dapat kita ketahui bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kota Medan cukup besar.
b. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Menurut tingkat pendidikan penduduk Kota Medan yang terdiri dari
pendidikan SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi dapat secara jelas kita ketahui dari
Tabel 2.
Tabel 2. Penduduk menurut tingkat pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentasse
(%)
1 SD 451. 226 21,24
2 SLTP 635.451 29,92
3 SLTA 726.560 34,21
4 Perguruan Tinggi 310.475 14,62
Jumlah 2.123.712 100
Sumber :BPS, Medan Dalam Angka 2008
Dari Tabel 2 dapat kita ketahui bahwa penduduk Kota Medan dilihat dari
tingkat pendidikannya yang terbesar berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sebesar 726.560 jiwa 34,21%, Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama 635.451 jiwa 29,92%. Penduduk kota medan yang berpendidikan Sekolah
Dasar 451.226 jiwa 21,24% dan Perguruan Tinggi memiliki jumlah yang paling rendah
pendidikan penduduk Kota Medan pada umumnya adalah Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas.
Untuk penduduk yang memiliki pendidikan hingga Perguruan Tinggi masih
sangat sedikit, ini menujukan pendidikan penduduk medan dapat dikatakan belum
cukup baik hal ini dapat kita lihat pada Tabel 2 dimana penduduk yang memiliki
pendidikan Sekolah Dasar lebih banyak di bandingkan dengan penduduk yang memiliki
pendidikan di Perguruan Tinggi.
c. Penduduk Menurut Mata pencaharian
Dilihat dari mata pencarian penduduk Kota Medan bermacam jenisnya yaitu
pegawai negeri, pegawai swasta, TNI/POLRI, tenaga pengajar, tenaga kesehatan, dan
banyak lagi jenis dan macam pekerjaannya. Lebih jelas mengenai mata pencaharian
penduduk Kota Medan dapat kita ketahui dari Tabel 3.
Tabel 3. Penduduk menurut mata pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah Persentase
1 Pegawai Negeri 16.727 4,22
2 Pegawai Swasta 15.580 3,93
3 TNI/POLRI 14.326 3,61
4 Tenaga Pengajar 45.426 11,4
5 Tenaga Kesehatan 3.290 0,83
6 Lain-lain 300.862 75,93
Jumlah 396.211 100
Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2008
Dari Tabel 3 dapat kita lihat bahwa jumlah pekerjaan penduduk yang terbesar
adalah pekerjaan lain – lain yaitu gabungan dari berbagai pekerjaan yang tidak
disebutkan satu persatu sebesar 300.862 jiwa sekitar 75,93%. Tapi jika dilihat dari
pekerjaan yang terspesifikasi pekerjaan penduduk yang terbesar adalah Tenaga Pengajar
tenaga pengajar sangat tersedia hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Kota Medan
memperhatikan pendidikan penduduk medan dan tenaga pengajar di medan dapat kita
simpulkan cukup tersedia.
Pegawai Negeri 16.727 jiwa atau 4,22%, Pegawai Swasta sebesar 15.580 jiwa
sekitar 3,93%. TNI/POLRI 14.326 jiwa sekitar 3,61% sedangkan Tenaga Kesehatan
3.290 jiwa sekitar 0,83%. Hal ini menunjukan sangat sedikitnya minat penduduk Kota
Medan untuk menjadi tenaga kesehatan, dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa
pemerintah Kota Medan masih sangat membutuhkan tenaga kesehatan dan perhatian
pemerintah terhadap bidang kesehatan masih sangat kurang.
Sarana dan Prasarana
Adanya sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan
kemajuan suatu masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana yang tersedia maka
akan mempercepat laju pembangunan suatu daerah. Sarana dan prasarana di Kota
Medan saat ini sangat baik, hal ini dilihat dari jenis – jenis sarana yang tersedia baik
sarana pendidikan, kesehatan, tempat peribadatan, transportasi dan pasar yang sudah
cukup memadai. Untuk mengetahui sarana dan prasarana yang terdapat di Kota Medan
Tabel 4. Sarana dan prasarana
No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)
1 Sekolah
3 Tempat Peribadatan
Masjid
Jalan Rusak Berat
2.084,16 Km
Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2008
Dari Tabel 4 dapat kita lihat sarana dan prasarana yang ada di Kota Medan,
terdapat 1535 sekolah yang terdiri dari SD berjumlah 810 unit, Sekolah Lanjutan
dan Perguruan Tinggi berjumlah 33 unit. Sarana dan Prasarana sekolah yang tersedia di
Kota Medan beragam, mulai dari Sekolah Negeri, Swasta dan Internasional yang
tersebar di Kota Medan dengan kualitas pendidikan yang beragam.
Sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia di Kota Medan sebanyak 1001
unit dimana untuk sarana Puskesmas sebanyak 39 unit, Pustu sebanyak 40 unit, BPU
sebanyak 421 unit, Rumah Bersalin sebanyak 431 unit dan Rumah Sakit sebanyak 70
unit yang mana sarana dan prasarana kesehatan ini ada yang milik pemerintah dan ada
yang dimiliki dan dikelola oleh swasta. Sarana dan prasarana ini disediakan untuk
mempermudah masyarakat memperoleh layanan kesehatan.
Kota Medan juga memiliki sarana dan prasarana peribadatan yang ber beda
karena keberanekaragaman agama yang ada di Kota Medan. Jumlah tempat peribadatan
yang tersedia sebanyak 2205 unit. Masjid berjumlah 826 unit, Musholla berjumlah 675
unit, Gereja berjumlah 525 unit, Kuil berjumlah 39 unit dan Wihara berjumlah 140 unit.
Dari keterangan tersebut dapat kita lihat bahwa sarana dan prasarana peribadatan yang
paling banyak adalah Mesjid dan yang sedikit jumlahnya Kuil. Dari keterangan ini
dapat disimpulkan bahwa penduduk Kota Medan didominasi oleh penduduk yang
beragama islam.
Sarana dan prasarana transportasi jalan yang ada di Kota Medan sangat banyak
jumlahnya dan semuanya keseluruh wilayah yang ada di Kota Medan dengan 2.588,07
Km dengan kondisi jalan baik sepanjang 2.084,16 Km, kondisi jalan sedang 3889,80
Km, kondisi jalan rusak sepanjang 112,76 Km dan kondisi jalan yang rusak berat
sepanjang 1,35 Km. Dari keterangan tersebut dapat kita ketahui bahwa sarana dan
Sarana dan prasana pasar juga ada di Kota Medan, pasar yang ada di Kota
Medan adalah pasar tradisional dan pasar modern. Pasar modern hadir di Kota Medan
karena perkembangan teknologi dan pola hidup masyarakat yang telah berubah akibat
dari perubahan gaya hidup yang saat ini serba sepat dan instan. Jumlah pasar tradisional
dan pasar modern yang ada di Kota Medan sangat banyak jumlahnya yang membuat
masyarakat medan dengan mudah menentukan atau memilih tempat belanja bagi
mereka. Pasar tradisional yang ada di Kota Medan sebanyak 69 unit dan pasar modern
berjumlah 77 unit yang tersebar di setiap kecamatan dimana pasar tersebut mempunyai
keunggulan dan karakteristik yang berbeda – beda.
Karakteristik Pasar (Lokasi Penelitian)
Pasar Tradisional Sei Sikambing
Pasar Sei Sikambing ini buka pagi hingga malam hari. Barang – barang yang
dijual di pasar ini beraneka ragam jenisnya seperti beras, gula, susu, tepung, minyak
goreng, ikan, sayur mayur, tepung, cabai, bawang, buah, bumbu dapur, pakaian,
peralatan rumah tangga dan lain-lain. Pedagang buah berjualan hingga malam hari
sedangkan untuk pedagang ikan,sayur mayur dan pakaian hanya sampai sore hari.
Pasar Sei Sikambing ini berada di kecamatan Medan Sunggal, pasar ini
dibangun di areal lahan yang luasnya ± 4500m2 dengan lokasinya yang dilalui angkutan
umum dan sangat mudah untuk dikunjungi oleh masyarakat membuat pasar ini banyak
dipilih masyarakat sebagai tempat berbelanja . Pedagang yang berjualan di pasar ini
Pasar Modern ( Hypermart Sun Plaza)
Sun Plaza Medan adalah bangunan yang terbesar, pusat perbelanjaan yang baru
terletak dipusat Kota Medan dan berlokasi di Jl. Hj. Zainul Arifin. Sun Plaza merupakan
pusat perbelanjaan menengah ke atas di kawasan komersial strategis kota Medan,
Sumatera Utara, Indonesia. Sun Plaza didirikan tahun 2003, pusat perbelanjaan
dibangun 4 lantai ini dirancang dengan konsep mal keluarga.
Sun Plaza dibuka pertengahan tahun 2004 dan sudah banyak dikunjungi
penduduk setempat. Letaknya yang sangat strategis membuat pusat perbelanjaan ini
ramai dikunjungi oleh pelajar, mahasiswa, serta wisatawan dalam negeri maupun luar
negeri. Sun Plaza berdekatan dengan Kantor Gubernur Sumatera Utara, Mesjid Agung
Medan, SMA Negeri 1 Medan dan Apartemen Cambridge.
Karakteristik Konsumen
Karakteristik Konsumen yang Berbelanja di Pasar Tradisional Sei Sikambing
Karakteristik yang diteliti pada konsumen yang berbelanja di pasar tradisional
Sei Sikambing adalah pekerjaan, umur, pendapatan, pendidikan dan keluarga, untuk
mengetahui karakteristik yang dimiki oleh konusumen yang berbelanja di pasar
tradisional Sei Sikambing yang terletak di kecamatan Medan Sunggal dapat dilihat pada
Tabel 5. Rataan karakteristik konsumen yang berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing
No Karakteristik
Sosial Ekonomi
Satua Range Rata-Rata
1
2
3
4
Umur
Pendapatan
Pendidikan
Jumlah
Tanggungan
Tahun
Rp
Tahun
Orang
15-73
300.000-8.800.000
6-17
0-10
33,62
2.147.200
11,72
1,78
Sumber : Data diolah dari lampiran 1
Konsumen yang diteliti oleh penulis adalah konsumen yang berbelanja di pasar
tradisional Sei Sikambing dengan jumlah sampel yang diteliti oleh penulis berjumlah 50
sampel. Dari Tabel 5 dapat kita lihat bahwa range umur konsumen yang berbelanja di
pasar tradisional 15 – 73 tahun dengan rata-rata 33,62 dari keterangan ini dapat kita
simpulkan bahwa konsumen yang berbelanja di pasar tradisional jika dilihat dari umur
pada umumnya adalah ibu rumah tangga. Range pendapatan konsumen 300.000 –
8.800.000 dengan rata-rata 2.147.200 menunjukan bahwa pendapatan konsumen yang
berbelanja di pasar tradisional Sei Sikambing dapat dikatakan cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup konsumen karerna telah diatas UMP yang telah ditetapkan.
Range pendidikan konsumen yang berbelanja 6 – 17 tahun dengan rata-rata
11,72 ini menunjukan bahwa konsumen pada umumnya telah lulus dari Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan jumlah tanggungan memiliki range 0-10 dengan
rata-rata 1,78 yang artinya bahwa jumlah tanggungan konsumen yang berbelanja di
Karakteristik Konsumen yang Berbelanja di Pasar Modern
Krakteristik konsumen yang berbelanja di pasar modern Hypermart Sun Plaza
dilihat dari karakteristik sosial ekonomi yaitu; pekerjaan, umur, pendapatan, pendidikan
dan keluarga konsumen dapat kita lihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan karakteristik konsumen yang berbelanja di pasar modern Hypermart Sun Plaza
300.000 – 30.000.000
9 - 19
Sumber : Data diolah dari lampiran 2
Dari Tabel 6 range umur konsumen 15 - 64 tahun dengan rata-rata umur 29,6
dari 50 konsumen. Ini menunjukkan bahwa konsumen yang berbelanja di pasar Modern
Hypermart Sun Plaza Medan dapat kita simpulkan adalah konsumen yang dewasa.
Pendapatan konsumen di Hypermart Sun Plaza dengan range 300.000 - 30.000.000
dengan rata-rata pendapatan 3.931.000 ini menunjukan bahwa konsumen yang
berbelanja di Hypermart Sun Plaza Medan memiliki pendapatan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan pendapatan konsumen telah diatas UMP yang telah
ditetapkan.
Range tingkat pendidikan konsumen yang berbelanja di pasar Hypermart 9 –
19 tahun dengan rata-rata 15,12 yang artinya konsumen yang berbelanja di Hypermart
Sun Plaza pada umumnya memiliki pendidikan terakhir mereka hingga Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan jumlah tanggungan konsumen Hypermart Sun Plaza
yang berbelanja di Hypermart Sun Plaza Medan belum memiliki tanggungan dan pada
umumnya konsumen di Hypermart Sun Plaza adalah ibu rumah tangga yang baru
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Pasar Modern dan Pasar Tradisional di Kota Medan
Pasar tradisional di Kota Medan tidak mengalami perkembangan yang
signifikan hal ini sangat berbeda dengan perkembangan pasar modern atau preritel
modern yang sangat cepat perkembangannya. Pasar tradisional di Kota Medan
berjumlah 69 pasar sedangkan pasar modern berjumlah 77 pasar yang terdiri dari
Hypermarket, Departemen Store, Supermarket dan Pasar Swalayan. Data pasar modern
dapat kita lihat pada Table 7a berikut:
Sumber : Data diolah dari lampiran 3
Dari Tabel 7a di atas dapat kita ketahui bahwa pasar modern tumbuh dan
berkembang dengan pesat, Pasar Swalayan memiliki perkembangan yang terbesar
dengan jumlah 39 unit, Supermarket 18 unit, Departemen Store 16 unit,dan yang
terkecil perkembangannya adalah Hypermarket sekitar 4 unit. Tabel 7a. Pasar modern di Kota Medan Tahun 2000 - 2009
Tahun Hypermarket Departmen
Perkembangan pasar modern dari tahun 2000 yang banyaknya 40 unit
bertambah sebanyak 37 unit hingga tahun 2009 jumlah pasar modern di Kota Medan
sebanyak 77 unit. Dari keterangan ini dapat kita ketahui bahwa konsumen menyukai
hadirnya pasar modern.
Tabel 7b. Persentase (%) perekembangan pasar modern di Medan tahun 2000-2009
Sumber:Data Diolah Dari Lampiran 3
Dari Tabel 7b perkembangan pasar modern pada tahun 2001 sebesar 2,50%,
pada tahun 2005 perkembangan pasar meningkat hingga 12,24% dan meningkat
kembali pada tahun 2009 sebesar 20,31%. Pasar Swalayan memiliki persantase
perkembangan pasar yang terbesar yaitu sebesar 30,07% dari tahun 2000-2009.
Hypermarket memiliki pertumbuhan yang sangat kecil hanya sebesar 6,21%.
Pertumbuhan pasar modern hingga tahun 2009 sebesar 69,07%, ini menunjukan bahwa
pembangunan preritel modern dan persaingan preritel modern sangat besar.
Pasar modern berkembang sangat pesat menunjukan bahwa saat ini budaya
konsumen telah berubah, gaya hidup konsumen berubah karena semakin cepatnya Tahun Hypermarket Departemen
Store
Supermarket Pasar
informasi sampai kepada konsumen dan menjadi pengaruh yang sangat kuat untuk
merubah perilaku dan gaya hidup konsumen saat ini.
Perubahan budaya konsumen tersebut membuat bagian pemasaran berusaha
mempelajari perilaku konsumen sehingga bagian pemasaran menciptakan suatu tempat
perbelanjaan yang menarik konsumen untuk menjawab perkembangan perubahan
perilaku dan budaya konsumen dengan memanjakan konsumen dengan melihat
kebutuhan mereka saat ini. Dengan uang yang mereka miliki konsumen tertarik untuk
menikmati kondisi tersebut dimana mereka mendapat pelayanan berbelanja yang
menarik dengan tempat yang lebih nyaman dan aman, penawaran produk dengan
kualitas yang terjamin.
Dengan berkembangnya pasar modern ini tentunya menyulitkan bagi pedagang
pasar tradisional, karena dengan bertambah banyak pasar modern membuat mereka
kalah bersaing dengan pemilik modal pasar modern yang memiliki modal yang besar
sedangkan pedagang tradisional hanya memiliki modal yang kecil. Kita dapat melihat
data pasar tradisional di Kota Medan yang tersebar di seluruh kecamatan:
Tabel 8. Data pasar tradisional di Kota Medan Tahun 2000 – 2009
No Kategori Pasar Jumlah (Unit)
1
2
3
Pasar Lingkungan/ Malam Hari
Pasar Non Inpres
Pasar Inpres
31
24
14
Total 69
Sumber : Data diolah dari lampiran 4
Dari Tabel 8 jumlah pasar tradisional yang ada di Kota Medan yang terbagi
dalam tiga kategori yaitu Pasar Lingkungan/ Malam Hari, Pasar Non Inpres dan Pasar
Inpres. Pasar yang terbanyak jumlahnya adalah pasar Lingkungan/ Malam Hari yang
Pasar tradisional dengan kondisi yang tidak bersih dan pedagang yang
berjualan tidak tersusun rapi sesuai dengan produk yang mereka jual di pasar
tradisional, membuat perbedaan pasar tradisional dengan pasar modern. Pasar yang
tidak nyaman, dengan kondisi yang kotor, manajemen pasar yang tidak baik, harga yang
tidak jauh berbeda antara pasar tradisional dan pasar modern membuat konsumen
beralih kepasar modern. Kualitas produk di pasar modern sangat dijamin keaslian
produknya dibandingkan dengan produk di pasar tradisional.
Konsumen pada era kompetisi sekarang ini menempati posisi sentral dalam
brand marketing untuk produk yang mereka buat dan dipasarkan, kosumen memiliki
budaya yang telah berubah. Karakteristik konsumen yang maunya serba cepat, instan,
murah dan mengikuti perkembangan mode dan teknologi membuat bagian pemasaran
atau bisnis pemasaran berusaha keras terus mencari cara bagaimana menarik konsumen
untuk bisa memperoleh keuntungan. Untuk menjawab kebutuhan tersebut mereka
membuat preritel modern yang menyadiakan semua kebutuhan konsumen dengan
tempat dan suasana yang berbeda.
Pasar modern saat ini sudah menjadi tuntutan dari konsekuensi gaya hidup
modern yang telah berkembang di masyarakat yang tidak hanya di kota metropolitan
tetapi sudah merambah sampai ke kota kecil. Saat ini sangat mudah menjumpai
Minimarket, Supermarket bahkan Hypermarket yang menjanjikan tempat belanja yang
nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Meskipun perkembangan pasar
modern menjadi tuntutan saat ini namun keberadaan pasar khususnya pasar tradisional
adalah salah satu indikator paling nyata bagi kegiatan ekonomi masyarakat disuatu
Kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup yang dipromosikan begitu
hebat oleh berbagai media yang telah membuat eksistensi pasar tradisional menjadi
sedikit terusik. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa pasar tradisional mampu untuk
bertahan dan bersaing ditengah semakin maraknya perkembangan pasar modern dalam
berbagai bentuk tidak mempengaruh pasar tradisional dan pasar ini mampu menjadi
sarana publik yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat.
Konsumen saat ini sangat mudah memperoleh informasi, meskipun informasi
tentang gaya hidup modern dengan mudah diperoleh tetapi masyarakat masih memiliki
budaya untuk berbelanja di pasar tradisional. Pasar tradisional memiliki kegiatan tawar
– menawar harga yang menjadi daya tarik pasar tradisional sedangkan di pasar modern
harga sudah pasti dan dilabelkan pada produk yang dijual. Dalam proses tawar –
menawar ini terjalin kedekatan personal dan kedekatan emosional antara penjual dan
pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika bebelanja di pasar modern kondisi ini
masih menjadi daya tarik bagi konsumen untuk berbelanja di pasar tradisional.
Komparasi Karakteristik Konsumen yang Berbelanja di Pasar Tradisional Sei Sikambing dan di Pasar Modren Hypermart Sun Plaza Medan
Konsumen membuat suatu keputusan yang banyak dalam pembelian setiap
hari, keputusan konsumen tersebut dipengaruhi oleh berbagai karakteristik diantaranya
umur, pendapatan, pekerjaan, pendidikan dan keluarga untuk menentukan produk apa
yang mereka butuhkan dan tempat mereka berbelanja. Konsumen yang berbelanja di
pasar tradisional dan modern memiliki perbedaan hanya saja perbedaan tersebut tidak
terlalu signifikan.
Konsumen berbelanja di pasar modern berbelanja produk-produk yang kering