• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Perawat dalam Perencanaan Pemulangan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Perawat dalam Perencanaan Pemulangan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PERAWAT DALAM PERENCANAAN

PEMULANGAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT

JIWA DAERAH PROVSU MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Yohana S. Sinaga NIM. 061101080

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)

Judul : Peran Perawat dalam Perencanaan Pemulangan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan Peneliti : Yohana S. Sinaga

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Nim : 061101080

Tahun : 2010

Tanggal Lulus : 24 Juni 2010

Pembimbing Penguji I

Jenny M. Purba, S.Kp, MNS Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd NIP. 19740108 200003 2 002 NIP. 19760120 200112 2 002

Penguji II

Salbiah, S.Kp, M.Kep NIP. 1975101 200112 2 002

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 29 Juni 2010 Pembantu Dekan I

Erniyati, S.Kp, MNS

(3)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Peran Perawat dalam Perencanaan Pemulangan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan “ Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir – butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Jenni M. Purba, S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan proposal ini.

4. Ibu Rika Endah, S.Kp, M.Pd selaku dosen penguji I, Ibu Salbiah, S.Kp,MKep, selaku dosen penguji II, dan Ibu Sri Eka Wahyuni S.Kep,Ns selaku dosen yang telah memvalidasi kuesioner saya.

(4)

6. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Bapak K.Sinaga dan Ibu R.Sianipar atas doa, semangat, dukungan, dan kasih sayangnya yang begitu berarti kepada saya. Terima kasih untuk doa abangku (Hendra) dan adik-adikku (Rizal, Yulia, Yulita) dan untuk setiap dukungan yang kalian berikan buatku.

7. Terima kasih juga untuk teman-teman KTB ku (K’Martha, K’Mega, Henny, Mey, Yunita, dan Murni). Dan juga kepada KK Estomihi (Devi, Tami, Gita, Desri) serta untuk Kelompok Kecilku (Friska, Dian, Melva, Imelda, dan Desi). Terima kasih untuk kasih, doa, dukungan, semangat, yang kalian beri untukku terkhusus dalam pembuatan skripsi ini.

8. Terima kasih juga untuk teman-temanku terkasih di koordinasi UKM KMK USU UP FKep (Tiur, Tri, Meylona, Siska, Marna, Dahlia, Delima) atas doa dan dukungannya. Dan juga untuk sahabat-sahabat ku terkasih (Desyi, Ledy, Ernita, Ester, Desita, Bella).

9. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah membantu penulis..

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan, pengetikan maupun percetakan. Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2010

(5)

DAFTAR ISI

2.4 Peran Kepemimpinan ... 12

2.5 Peran Peneliti ... 13

2.6 Peran Pembuat Keputusan Klinis... 13

2.7 Manajer Kasus ... 14

2.8 Peran Rehabilitator ... 14

2.9 Peran Pendidik ... 14

3. Perencanaan Pemulangan Pasien ... 15

3.1 Pengertian Perencanaan Pemulangan ... 15

3.2 Tujuan dan Prinsip ... 15

3.3 Perencanaan Pemulangan Pasien Skizofrenia ... 18

Bab 3 KERANGKA KONSEPTUAL ... 28

1. Kerangka Konseptual ... 28

2. Defenisi Variabel Penelitian ... 29

2.1 Defenisi Konseptual ... 29

2.2 Defenisi Operasional ... 29

Bab 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 31

1. Desain Penelitian ... 31

(6)

2.1 Populasi ... 31

2.2 Sampel ... 31

2.3 Teknik Sampel ... 31

3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

4. Pertimbangan Etik ... 32

5. Instrumen Penelitian ... 33

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

7. Pengumpulan Data ... 37

Bab 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 57

1. Kesimpulan ... 57

1. Lembar Persetujuan Responden ... 63

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Defenisi operasional variabel penelitian ... 29 Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi

(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Kerangka Konseptual Peran Perawat dalam Perencanaan

(9)

Judul : Peran Perawat dalam Perencanaan Pemulangan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan Nama Mahasiswa : Yohana S. Sinaga

NIM : 061101080

Program Studi : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun akademik : 2009/2010

ABSTRAK

Perencanaan pemulangan merupakan proses perencanaan sistematik yang dipersiapkan bagi pasien untuk meninggalkan instansi perawatan (rumah sakit) dan untuk mempertahankan kontinuitas perawatan. Dalam pelaksanaan proses perencanaan sistematik tersebut perawat memiliki peranan penting. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi bagaimana peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia dapat dilihat dari bagaimana perawat melakukan pengkajian kebutuhan persiapan pulang pasien skizofrenia, memberikan edukasi bagi pasien dan keluarga, melatih pasien dan keluarga untuk mempersiapkan pasien kembali ke masyarakat, serta dalam menginformasikan rujukan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 36 orang. Cara pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan mulai 28 Januari sampai dengan 03 Februari 2010 dengan menggunakan kuesioner dengan 22 pertanyaan tertutup yang terdiri dari kuesioner data demografi dan kuesioner peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya 55,6% perawat yang melaksanakan perannya dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia dengan kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan pemulangan pada pasien skizofrenia belum dilakukan dengan baik di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Untuk itu, perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan harus lebih memperhatikan pentingnya perencanaan pemulangan yang optimal bagi pasien skizofrenia. Perawat juga harus lebih menyadari bahwa perencanaan pemulangan adalah hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien skizofrenia setelah dipulangkan dari rumah sakit jiwa.

(10)

Judul : Peran Perawat dalam Perencanaan Pemulangan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan Nama Mahasiswa : Yohana S. Sinaga

NIM : 061101080

Program Studi : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun akademik : 2009/2010

ABSTRAK

Perencanaan pemulangan merupakan proses perencanaan sistematik yang dipersiapkan bagi pasien untuk meninggalkan instansi perawatan (rumah sakit) dan untuk mempertahankan kontinuitas perawatan. Dalam pelaksanaan proses perencanaan sistematik tersebut perawat memiliki peranan penting. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi bagaimana peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia dapat dilihat dari bagaimana perawat melakukan pengkajian kebutuhan persiapan pulang pasien skizofrenia, memberikan edukasi bagi pasien dan keluarga, melatih pasien dan keluarga untuk mempersiapkan pasien kembali ke masyarakat, serta dalam menginformasikan rujukan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 36 orang. Cara pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan mulai 28 Januari sampai dengan 03 Februari 2010 dengan menggunakan kuesioner dengan 22 pertanyaan tertutup yang terdiri dari kuesioner data demografi dan kuesioner peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya 55,6% perawat yang melaksanakan perannya dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia dengan kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan pemulangan pada pasien skizofrenia belum dilakukan dengan baik di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Untuk itu, perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan harus lebih memperhatikan pentingnya perencanaan pemulangan yang optimal bagi pasien skizofrenia. Perawat juga harus lebih menyadari bahwa perencanaan pemulangan adalah hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien skizofrenia setelah dipulangkan dari rumah sakit jiwa.

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perencanaan pemulangan pasien adalah suatu proses dimana pasien mulai mendapat pelayanan kesehatan yang diberikan dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya (Pemila, 2009). Salah satu hal yang diharapkan dari perawatan pasien hospitalisasi ataupun pasien rawat jalan adalah penghentian status pasien serta mempersiapkan pasien dan keluarga untuk perawatan lanjutan di rumah (Stuart, 2001).

(12)

Elemen penting dari perencanaan pemulangan pasien ke rumah antara lain komunikasi yang efektif, pendekatan multidisiplin dan pengkajian awal yang terkoordinasi atas kebutuhan pasien dan keadaan rumah. Komunikasi yang dimaksudkan adalah dengan tim pelayanan kesehatan lain, keluarga, dan juga pasien (Day et al, 2009). Format perencanaan pemulangan dapat digunakan untuk meninjau kembali kebutuhan pemulangan pasien termasuk perencanaan perawatan pasien. Area yang berhubungan dengan perencanaan pemulangan pasien gangguan jiwa termasuk skizofrenia adalah pengobatan, kegiatan sehari-hari (activities of daily living), kesehatan mental pasca perawatan, tempat tinggal, dan pelayanan kesehatan fisik ( Stuart, 2001).

Di Indonesia pelayanan keperawatan telah merancang berbagai bentuk format perencanaan pemulangan pasien, namun kebanyakan dipakai hanya dalam bentuk pendokumentasian resume pasien pulang, berupa informasi yang harus di sampaikan pada pasien yang akan pulang seperti intervensi medis dan non medis yang sudah diberikan, jadwal kontrol, gizi yang harus dipenuhi setelah dirumah. Cara ini merupakan pemberian informasi yang sasarannya ke pasien dan keluarga hanya untuk sekedar tahu dan mengingatkan, namun tidak ada yang bisa menjamin apakah pasien dan keluarga mengetahui faktor resiko apa yang dapat membuat penyakitnya kambuh, penanganan apa yang dilakukan bisa terjadi kegawatdaruratan terhadap kondisi penyakitnya (Pemila, 2009).

(13)

deep-learning pada pasien hingga terjadinya perubahan perilaku pasien dan keluarganya dalam memperhatikan kondisi kesehatannya.

Berdasarkan survei awal dengan teknik wawancara pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan, perencanaan pemulangan pasien telah dilaksanakan dan juga ada format perencanaan pemulangan. Namun, kenyataannya peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien masih belum dilaksanakan dengan optimal. Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan terdapat protap baru bahwa lama hari rawat maksimal pasien skizofrenia adalah 10 – 14 hari dengan tujuan agar keluarga banyak terlibat dalam perawatan pasien. Oleh karena itu, sangat diperlukan perencanaan pemulangan yang efektif dengan tujuan untuk meningkatkan kontinuitas perawatan, meningkatkan kualitas perawatan dan memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin meneliti tentang peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan.

2. Perumusan Masalah

(14)

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :

1. Mengidentifikasi peran perawat dalam pengkajian kebutuhan persiapan pulang pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

2. Mengidentifikasi peran perawat dalam memberikan edukasi bagi pasien skizofrenia dan keluarga di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

3. Mengidentifikasi peran perawat dalam melatih pasien dan keluarga untuk mempersiapkan pasien skizofrenia kembali ke keluarga dan masyarakat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

4. Mengidentifikasi peran perawat menginformasikan sistem rujukan bagi pasien skizofrenia di Rumah Sakit JIwa Daerah Provsu Medan

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Praktek Keperawatan

(15)

berkesinambungan dalam perencanaan pemulangan pasien gangguan jiwa terutama pada pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa.

4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan tentang peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien gangguan jiwa khusunya skizofrenia.

4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Skizofrenia

1.1 Pengertian Skizofrenia

Luana (2007) dalam Simposium Sehari Kesehatan Jiwa IDI Jakarta Barat, menjelaskan skizofrenia sebagai suatu sindrom klinis dengan variasi psikopatologi, biasanya berat, berlangsung lama dan ditandai oleh penyimpangan dari pikiran, persepsi serta emosi.

1.2 Gambaran Klinis

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal, fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa dalam hitungan minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan-perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman.

(17)

Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif/psikotiknya sudah berkurang. Di samping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, pendenta skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial), dan kewaspadaan (Luana, 2007).

1.3 Gejala Skizofrenia

Gejala-gejala skizofrenia dibagi dalam dua kategori utama yaitu gejala positif atau gejala nyata dan gejala negatif atau gejala samar (Videback, 2008).

a. Gejala positif

1. Halusinasi, yaitu persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi dalam realitas

2. Waham, yaitu keyakinan yang salah dan dipertahankan yang tidak memiliki dasar dalam realitas

3. Ekopraksia, yaitu peniruan gerakan dan gestur orang lain yang diamati klien

4. Flight of ideas, yaitu aliran verbalisasi yang terus menerus saat individu melompat dari satu topik ke topik lain dengan cepat

5. Perseverasi, yaitu terus menerus membicarakan satu topik atau gagasan dan menolak untuk mengubah topik tersebut

(18)

7. Gagasan rujukan, yaitu kesan yang salah bahwa pesan eksternal memiliki makna khusus bagi individu

8. Ambivalensi, yaitu mempertahankan keyakinan atau perasaan yang tampak kontradiktif tentang individu, peristiwa, atau situasi yang sama b. Gejala negatif

1. Apati, yaitu perasaan tidak peduli terhadap individu, aktivitas, dan peristiwa

2. Alogia, yaitu kecenderungan berbicara sangat sedikit atau menyampaikan sedikit substansi makna

3. Afek datar, yaitu tidak ada ekspresi wajah yang akan menunjukkan emosi atau mood

4. Afek tumpul, yaitu rentang keadaan perasaan emosional atau mood yang terbatas

5. Anhedonia, yaitu merasa tidak senang atau tidak gembira dalam menjalani hidup, aktivitas, atau hubungan

6. Katatonia, yaitu imobilitas karena faktor psikologis, kadangkala ditandai oleh periode agitasi atau gembira, klien tampak tidak bergerak, seolah-olah dalam keadaan setengah sadar

(19)

1.4 Tipe-tipe Skizofrenia

Berikut ini adalah tipe skizofrenia dari DSM-IV-TR 2000 dimana diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala yang dominan (Videback, 2008):

a. Skizofrenia tipe paranoid ditandai dengan waham kejar (rasa menjadi) korban atau dimata-matai atau waham kebesaran, halusinasi, dan kadang-kadang keagamaan yang berlebihan, atau perilaku agresif dan bermusuhan.

b. Skizofrenia tipe tidak terorganisasi, ditandai dengan afek datar yang tidak sesuai secara nyata, inkoherensi, asosiasi longgar dan disorganisasi perilaku yang ekstrim.

c. Skizofrenia tipe katatonik ditandai dengan gangguan psikomotor yang nyata, baik dalam bentuk tanpa gerakan atau aktivitas motorik yang berlebihan, negativisme yang ekstrim, mutisme, gerakan volunter yang aneh, ekolalia, atau ekopraksia.

d. Skizofrenia tipe residual ditandai dengan setidaknya satu episode skizofrenia sebelumnya, menarik diri dari masyarakat, afek datar, serta asosiasi longgar.

(20)

2. Peran Perawat

Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem (Indarwati, 2009). Peran perawat menurut Hidayat (2000) merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang konstan.

Sedangkan menurut Ali (2001), peran perawat adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang terhadap orang lain (dalam hal ini adalah perawat) untuk berproses dalam sistem sebagai berikut:

a. Pemberi asuhan keperawatan b. Pembela pasien

c. Pendidik tenaga perawat dan masyarakat d. Koordinator dalam pelayanan pasien

e. Kolaborator dalam membina kerja sama dengan profesi lain dan sejawat f. Konsultan/penasihat pada tenaga kerja dan klien

g. Pembaharu sistem, metodologi, dan sikap

Peran perawat menurut Lokakarya Nasional 1983 dalam Ali (2001) antara lain: a. Pelaksana pelayanan keperawatan

b. Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan c. Pendidik dalam keperawatan

(21)

2.1 Peran Pelaksana

Peran pelaksana dari perawat mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan oleh perawat ketika ia mengemban tanggung jawab yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan dan kebutuhan keperawatan pasien secara individu, keluarga mereka, dan orang terdekat pasien (Smeltzer & Bare, 2001). Peran ini merupakan peran yang dominan dari perawat dalam lingkungan pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier.

Perawat psikiatri memberi pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa kepada individu, keluarga, dan komunitas. Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan konsep perilaku manusia, perkembangan kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta gangguan jiwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, dan komunitas. Perawat melaksanankan pendekatan proses keperawatan jiwa yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Suliswati et al, 2005).

2.2 Peran Pembela Pasien

(22)

2.3 Peran Penyuluh

Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah pasien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya (Potter & Perry, 2005).

2.4 Peran Kepemimpinan

Peran kepemimpinan dari perawat mencakup tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh perawat saat ia mengemban tanggung jawab untuk mempengaruhi tindakan orang lain yang ditujukan untuk menentukan dan mencapai tujuan (Smeltzer & Bare,2001).

Menurut Suliswati et al (2005), perawat kesehatan jiwa harus menunujukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa. Dalam melaksanakan perannya ini, perawat psikiatri :

1. Menerapkan teori manajemen dan kepemimipinan dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa

(23)

3. Berperan serta dalam aktivitas pengelolaan kasus seperti mengorganisasi, koordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan serta perbaikan bagi individu maupun keluarga

4. Mengorganisasikan pelaksanaan berbagai terapi modalitas keperawatan.

Perawat juga berkoordinasi dengan pelayanan kesehatan yang dapat mendukung perawatan pasien dan bekerja sama dengan keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan.

2.5 Peran Peneliti

Penelitian keperawatan bertujuan untuk memberikan kontribusi pada dasar ilmiah praktik keperawatan. Kajian dibutuhkan untuk menentukan keefektifan intervensi dan asuhan keperawatan. Dengan demikian ilmu keperawatan akan berkembang dan rasional yang didasarkan secara ilmiah untuk membuat perubahan dalam praktik keperawatan akan tercipta (Smeltzer & Bare,2001).

Perawat psikiatri berperan dalam mengidentifikasi masalah dalam bidang keperawatan jiwa dan menggunakan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa (Suliswati et al, 2005).

2.6 Peran Pembuat Keputusan Klinis

(24)

pendekatan terbaik bagi tiap pasien. Perawat membuat keputusan sendiri atau bekerja sama dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan professional lainnya (Potter & Perry, 2005).

2.7 Manajer Kasus

Sebagai manajer kasus, perawat mengoordinasikan aktivitas anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik dalam memberi perawatan kepada pasien. Selain itu, perawat dapat mengatur waktu kerja dan sumber kerja di tempat kerjanya (Potter & Perry, 2005).

2.8 Peran Rehabilitator

Rehabilitasi merupakan proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Pasien dapat mengalami gangguan yang mengubah kehidupan mereka dan perawat membantu mereka beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut (Potter & Perry, 2005).

2.9 Peran Pendidik

(25)

3. Perencanaan Pemulangan Pasien

3.1 Pengertian Perencanaan Pemulangan

Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan perawatan di rumah. Untuk itu, perlu dilakukan persiapan pulang di rumah sakit sesegera mungkin setelah dirawat serta diintegrasikan dalam proses keperawatan.

Perencanaan pemulangan adalah proses dimana pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya (Pemila, 2009).

Sedangkan menurut Yosep (2007), perencanaan pulang merupakan komponen yang terkait dengan rentang perawatan atau sering disebut perawatan yang berkelanjutan. Rentang perawatan (continuum of care) adalah integrasi sistem perawatan yang terfokus pada klien terdiri dari mekanisme pelayanan perawatan yang membimbing dan mengarahkan klien sepanjang waktu kehidupan melalui perencanaan yang komprehensif yaitu pelayanan yang meliputi kesehatan mental, sosial dalam rentang semua tingkat perawatan (Yose, 2007 dikutip dari Chasca, 1990). Perencanaan pulang ini akan membantu proses transisi klien dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain (Potter & Perry, 2005).

3.2 Tujuan dan Prinsip

(26)

hari rawatan pasien, mencegah kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan menurunkan beban perawatan pada keluarga (Pemila,2009 dikutip dari Naylor, 1999). Menurut Stuart (2001), perencanaan pemulangan pasien yang baik dapat mendorong fungsi kemandirian pasien serta mendorong pasien untuk memiliki kemampuan koping yang adaptif. Selain itu, dengan adanya perencanaan pemulangan pasien dapat meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup optimum sebelum dipulangkan. Perencanaan pemulangan pasien yang baik juga akan memberikan efek yang penting dalam menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan angka mortalitas dan morbiditas (Pemila, 2009)

Menurut Yosep (2007), prinsip-prinsip dalam perencanaan pemulangan pasien adalah:

a. Klien sebagai fokus dalam perencanaan pulang. Nilai, keinginan, dan kebutuhan klien perlu dikaji dan dievaluasi sehingga dapat dimasukkan dalam perencanaan pulang klien.

b. Kebutuhan klien diidentifikasi saat masuk, dirawat sampai sebelum pulang. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul setelah pulang sehingga rencana antisipasi masalah dapat dianut untuk dilaksanakan setelah pulang.

(27)

d. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang tersedia.

e. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap tatanan pelayanan.

Pengembangan perencanaan pemulangan yang komprehensif membutuhkan kolaborasi dengan professional dari lembaga yang melakukan rujukan dan lembaga pelayanan masyarakat atau kesehatan masyarakat. Proses ini termasuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dan menyusun rencana yang menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan ini (Smeltzer & Bare, 2001).

Dalam hal ini, perawat psikiatri dapat memfasilitasi perencanaan pemulangan ini dengan adanya pengkajian melalui observasi dan interaksi dengan klien seperti respon pasien terhadap pengobatan, pola perilaku klien, intervensi yang efektif dalam proses perawatan klien, kepercayaan klien, dan lain-lain (Stuart, 2001).

Menurut Potter dan Perry (2005), hasil yang diperoleh harus ditujukan untuk keberhasilan perencanaan pulang dimana :

a. Pasien dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan dan tindakan pengobat-obatan untuk kepulangan, antisipasi perawatan tingkat lanjut, dan respon yang diambil pada kondisi kedaruratan.

b. Pendidikan khusus diberikan kepada pasien dan keluarga untuk memastikan perawatan yang tepat setelah klien pulang.

(28)

keluarga membuat koping terhadap perubahan dalam status kesehatan pasien.

d. Melakukan relokasi klien dan koordinasi sistem pendukung atau memindahkan klien ke tempat pelayanan kesehatan lain.

3.3 Perencanaan pemulangan pasien skizofrenia

Menurut Worret (2003), kriteria pemulangan harus disesuaikan untuk menemukan kebutuhan klien dan area masalah yang berfokus terhadap reintegrasi ke dalam keluarga dan komunitas. Berikut ini adalah dasar kriteria yang dapat dimodifikasi ataupun dikembangkan untuk perencanaan pemulangan yang tepat bagi pasien :

a. Pasien menunjukkan tidak adanya atau berkurangnya halusinasi dan perubahan sensori lainnya

b. Mengidentifikasi stressor, situasi, atau kejadian yang dapat memicu halusinasi

c. Mengenali dan mendiskusikan hubungan antara peningkatan ansietas dan manajemen stress

d. Mendeskripsikan teknik-teknik untuk menurunkan ansietas dan manajemen stress

e. Mengidentifikasi keluarga dan orang terdekat lainnya sebagai sistem pendukung

(29)

g. Mendeskripsikan pentingnya pengobatan secara teratur dan kontiniu, dosis, frekuensi, efek samping, dan efek yang diharapkan

h. Mendeskripsikan rencana untuk mengikuti kelompok sosial pendukung ataupun pusat rehabilitasi dalam batasan waktu tertentu

Yosep (2007) menyatakan bahwa perencanaan pemulangan pasien dengan skizofrenia juga memiliki standar pengkajian dimana data yang dikaji meliputi :

a. Aktivitas hidup sehari-hari

1. Makan dan minum (penggunaan alat, cara makan dan minum, pola makan)

2. Eliminasi ( kebiasaan, pola, dan kemampuan eliminasi) 3. Personal hygiene (kemampuan, frekuensi, dan kebiasaan) 4. Berpakaian dan kerapian diri

5. Aktivitas

6. Istirahat (pola, lamanya, dan kesulitan memulai tidur) 7. Keagaamaan (kegiatan yang dilakukan)

b. Tingkat kebutuhan perawatan klien

1. Kondisi pasien yang membutuhkan perawatan intensif

2. Kondisi pasien yang memerlukan modifikasi perawatan intensif 3. Kondisi pasien yang memerlukan perawatan transisi

4. Kondisi pasien yang memerlukan perawatan minimal c. Pengetahuan dan kemampuan keluarga tentang :

(30)

d. Hubungan interpersonal dalam keluarga

e. Kemampuan dan kemauan pasien dan keluarga dalam penerimaan tindakan keperawatan

f. Sumber dan sistem pendukung di masyarakat g. Sumber finansial dan pekerjaan

Menurut Keliat (1999), kebutuhan persiapan pulang bagi pasien skizofrenia mencakup :

a. Makan

1. Observasi dan tanyakan tentang : jumlah, frekuensi, variasi, macam, dan cara makan

2. Observasi kemampuan pasien dalam menyiapkan dan memberikan alat makan

b. BAB / BAK

Observasi kemampuan pasien untuk BAB /BAK seperti pergi dan menggunakan WC, membersihkan diri, dan merapikan pakaian.

c. Mandi

1. Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku, dan cukur.

2. Observasi kebersihan tubuh dan bau badan d. Berpakaian

1. Observasi kemapuan pasien dalam mengambil, memilih, dan mengenakan pakaian.

(31)

3. Tanyakan dan observasi frekuensi ganti pakaian.

4. Nilai kemampuan yang harus dimiliki pasien : mengambil, memilih, dan mengenakan pakaian.

e. Istirahat dan tidur

Observasi dan tanyakan tentang lama dan waktu tidur, persiapan sebelum tidur (sikat gigi, cuci kaki, dan berdoa), aktivitas sesudah tidur seperti merapikan tempat tidur, mandi, cuci muka dan sikat gigi.

f. Penggunaan obat

Observasi dan tanyakan pada pasien dan keluarga tentang :

1. Penggunaan obat : frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian 2. Reaksi obat

g. Pemeliharaan kesehatan

Tanyakan pada pasien dan keluarga tentang : 1. Apa, kapan, dan kemana perawatan lanjut

2. Siapa saja sistem pendukung yang dimiliki (keluarga, teman, institusi, dan lembaga pelayanan kesehatan) dan cara penggunaannya.

h. Aktivitas di dalam rumah

i. Aktivitas di luar rumah, mencakup apa saja yang dapat dikerjakan oleh pasien secara mandiri di luar rumah.

Menurut Keliat (1996), beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan dalam persiapan pulang adalah :

(32)

Program yang dapat dilakukan adalah :

1. Keterampilan khusus: ADL, perilaku adaptif, aturan makan obat, penataan rumah tangga, identifikasi gejala kambuh, pemecahan masalah.

2. Keterampilan umum: komunikasi efektif, ekspresi emosi yang konstruktif, relaksasi, pengelolaan stress.

b. Program pulang bertahap

Setelah klien mempunyai kemampuan dan keterampilan mandiri maka klien dapat mengikuti program pulang bertahap. Tujuannya adalah untuk melatih klien kembali ke keluarga dan masyarakat. Yang dipersiapkan adalah apa yang harus dilakukan klien di rumah dan apa yang harus dilakukan keluarga untuk membantu adaptasi. Kegiatan yang dilakukan klien dan keluarga di rumah dapat dibuatkan daftar dan dievaluasi keberhasilannya sebagai data untuk rencana berikut. Lamanya pulang (cuti) ditentukan secara bertahap, misalnya dimulai dari satu kali seminggu (week end live), ditingkatkan dua kali seminggu, kemudian cuti seminggu. Setelah mengikutinya, klien dapat dipulangkan kembali ke komunitasnya.

c. Rujukan

(33)

Menurut Yosep (2007), standar evaluasi klien yang dapat pindah dari ruang intermediate ke ruang perawatan minimal / persiapan pulang adalah :

a. Mampu berkomunikasi secara verbal dan non verbal, verbal dan nonverbal sesuai.

b. Mampu berinteraksi dengan orang lain / lingkungan konstruktif c. Mampu melakukan kegiatan harian yang terprogram.

d. Mampu melaksanakan kegiatan harian dengan kontrol minimal. e. Derajat ketergantungan pada perawat rendah / minim.

f. Kegiatan harian dan pengisian waktu luang baik.

g. Mampu mengungkapkan perasaan dengan orang lain secara asertif. Sedangkan kondisi klien yang dapat pulang memiliki standar evaluasi sebagai berikut:

a. Mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri

b. Mempunyai jadwal kegiatan sehari-hari serta penggunaan waktu luang dengan kegiatan yang positif

c. Komunikasi verbal dan nonverbal sesuai

d. Klien sanggup mengatasi stressor pencetus dengan cara-cara penanganan yang konstruktif

(34)

Menurut Fortinash dan Worret (2003), hal-hal yang perlu diajarkan oleh perawat dalam perencanaan pemulangan kepada pasien dan keluarganya adalah:

a. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa skizofrenia adalah gangguan kronik dengan gejala-gejala yang mempengaruhi proses berpikir pasien, mood, dan fungsi sosial pasien.

b. Ajarkan pasien dan keluarga tentang gejala primer dari skizofrenia, delusi dan halusinasi, dan bagaimana mengatasinya jika membahayakan pasien ataupun keluarganya

c. Menjelaskan pasien dan keluarga bagian-bagian dari skizofrenia, psikosis tidak selalu muncul, dan fungsi pasien semakin baik jika tidak ada psikosis.

d. Menolong keluarga mengembangkan rencana untuk selalu berinteraksi/berhubungan dengan pasien selama tanda-tanda akut muncul untuk mencegah hospitalisasi kembali.

e. Menginstruksikan pasien/ keluarga untuk mengenali gejala kambuh dan untuk menghubungi sistem pelayanan kesehatan darurat ketika pasien mulai membahayakan dirinya maupun orang lain.

f. Mengajarkan keluarga dan pasien tentang pentingnya pengobatan/medikasi dan efek terapeutik serta non terapeutik pengobatan antipsikotik.

(35)

h. Menginstruksikan keluarga untuk tetap bersabar dalam merawat pasien terutama saat pasien dalam keadaan stress pikiran.

i. Menginformasikan kepada keluarga bahwa pasien akan lebih responsif dalam periode tertentu seperti ketika obat mulai bekerja.

j. Menjelaskan aspek hukum dari pengobatan yang dijalankan, hak-hak pasien, dan suatu perjanjian sebagai jaminan.

k. Meminta klien dan keluarga untuk mengulangi apa yang sudah dijelaskan perawat sehingga perawat mengetahui apa yang dibutuhkan oleh pasien dan hal-hal apa yang perlu ditegaskan.

l. Menggunakan metode yang berbeda untuk mengajarkan pasien karena beberapa pasien memiliki defisit kognitif sehingga membutuhkan teknik alternatif yang lebih bermanfaat.

m. Mengajarkan pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi stressor psikososial dan keluarga yang dapat memicu gejala-gejala gangguan jiwa, serta mengajarkan metode untuk mencegahnya.

n. Menekankan kepada keluarga tentang pentingnya proses pengobatan yang kontinu setelah pemulangan dan untuk melaporkan efeknya. o. Menolong anggota keluarga mengenali keterbatasan yang mereka

miliki dalam merawat pasien dengan skizofrenia.

(36)

q. Mengajarkan pasien dan keluarga untuk mencari tahu pendidikan kesehatan mental terbaru atau sumber-sumber terapeutik dari internet dan komunitas.

Selain itu menurut Isaacs (2004), hal-hal yang perlu diajarkan kepada keluarga meliputi:

a. Pengertian skizofrenia, penyebabnya, dan gejala-gejalanya.

b. Obat-obat antipsikotik yang digunakan dan efek samping yang mungkin muncul.

c. Tindak lanjut perawatan dengan ahli terapi atau manajer perawatan. d. Cara mengatasi gejala-gejala yang muncul pada klien dengan :

1. Mengidentifikasi kejadian yang dapat mengecewakan pasien dan berikan bantuan ekstra sesuai kebutuhan

2. Mencatat kapan saja pasien menjadi marah

3. Melakukan tindakan-tindakan yang mengurangi ansietas seperti istirahat, teknik relaksasi, keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, dan diet yang tepat.

4. Tidak menyetujui pernyataan pasien mengenai halusinasinya dan memberi tahu tentang realitas

e. Informasi tambahan meliputi :

1. Mengajarkan keluarga dan pasien tentang perawatan diri

(37)
(38)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Kerangka konsep ini diadopsi dari Keliat (1999) tentang kebutuhan pasien yang harus dikaji dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia dan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan dalam persiapan pulang.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada sketsa di bawah ini :

Perawat Psikiatri

Baik

Cukup

Kurang Peran perawat dalam perencanaan

pemulangan pasien skizofrenia

- Pengkajian kebutuhan persiapan pulang sesuai dengan standar pengkajian

- Pemberian Edukasi

(39)

2. Defenisi Variabel Penelitian

2.1 Defenisi konseptual

Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang konstan (Murwani, 2008).

Perencanaan pemulangan adalah proses dimana pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya (Pemila, 2009). Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis dengan variasi psikopatologi, biasanya berat, berlangsung lama dan ditandai oleh penyimpangan dari pikiran, persepsi serta emosi (Luana,2007).

2.2 Defenisi Operasional

Tabel 1. Defenisi operasional variable penelitian

(40)

sesuai dengan standar pengkajian - Pemberian edukasi - Melatih pasien

kembali ke keluarga dan masyarakat - Rujukan

(41)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

2. Populasi dan Sampel

2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan yang terdiri dari 143 orang.

2.2 Sampel

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan pada rumusan Arikunto, yaitu jika jumlah subjek lebih dari 100 orang maka jumlah sampel dapat diambil 30% dari jumlah populasi ( Arikunto,2005). Dari rumusan tersebut didapatkan jumlah sampel sebanyak 36 orang.

2.3 Teknik Sampling

(42)

jumlah yang dibutuhkan. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang terlibat dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan dan bersedia menjadi responden penelitian.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan dengan pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian tentang peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia di Rumah sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Selain itu, pada lokasi ini tersedia sampel yang memadai dan lokasinya mudah dijangkau oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2010 selama 1 minggu yaitu dari tanggal tanggal 28 Januari sampai 3 Februari di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

4. Pertimbangan Etik

(43)

Setelah mendapat persetujuan, peneliti memulai penelitian dengan menekankan masalah etik yang meliputi :

a. Peneliti memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian. Jika responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian, responden harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati hak-hak responden tersebut.

Peneliti juga menjelaskan bahwa penelitian ini tidak menimbulkan resiko fisik maupun psikis.

b. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, pada lembar pengumpulan data (kuesioner) hanya diterakan nomor kode yang digunakan serta kerahasiaan identitas dan semua informasi yang diberikan tetap terjaga.

5. Instrumen Penelitian

(44)

terendah yang akan didapatkan adalah 22, sedangkan skor tertinggi yang akan didapatkan adalah 88.

Berdasarkan rumus statistika menurut Hidayat (2007) : p =

Peran perawat dalam pengkajian kebutuhan persiapan pulang sesuai dengan standar pengkajian dilihat dari pertanyaan kuesioner nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan enam. Dengan menggunakan p = 6 dan nilai terendah 6 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka peran perawat dalam pengakjian kebutuhan persiapan pulang pasien skiofrenia adalah sebagai berikut : nilai 6 – 12 untuk

rentang banyak kelas

dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 66 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas 3 (baik, cukup, kurang) maka didapatkan panjang kelas sebesar 22. Dengan menggunakan p = 22 dan nilai terendah 22 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia dikategorikan sebagai berikut :

22 – 44 = kategori buruk 45 - 66 = kategori cukup 67 - 88 = kategori baik

(45)

kategori kurang,nilai 13-18 untuk kategori cukup, dan nilai 19 – 24 untuk kategori baik.

Untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam memberi edukasi bagi pasien dan keluarga digunakan pertanyaan kuesioner nomor 7,8, 9, 10, 11, 12, dan 13. Dengan menggunakan p = 7 dan nilai terendah 7 sebagai batas bawah kelas pertama maka peran perawat dalam memberikan edukasi bagi pasien dan keluarga dikategorikan kurang untuk nilai 7–14, cukup untuk nilai 15–21, dan baik untuk nilai 22–28.

Untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam melatih pasien dan keluarga untuk mempersiapkan pasien kembali ke keluarga dan masyarakat digunakan pertanyaan kuesioner nomor 14, 15, 16, 17, 18, dan 19. Dengan menggunakan p = 6 dan nilai terendah 6 sebagai batas bawah kelas pertama maka peran perawat dalam melatih pasien dan keluarga untuk mempersiapkan pasien kembali ke keluarga dan masyarakat dikategorikan kurang untuk nilai 6–12, cukup untuk nilai 13–18, dan baik untuk nilai 19–24.

(46)

6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Instrumen penelitian dibuat oleh peneliti sehingga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Uji validitas kuesioner penelitian ini dilakukan dengan validitas isi. Validitas isi sebuah instrumen adalah validitas yang merujuk sejauh mana instrument penelitian tersebut memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu (Setiadi, 2007).

Validitas isi instrumen penelitian ini dilakukan hanya atas dasar pertimbangan peneliti dalam makna juga mengandung unsur subjektif tetapi mengacu pada isi yang dikehendaki. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan oleh 2 orang tenaga ahli yang berkompeten dari bagian keperawatan jiwa Fakultas Keperawatan USU. Berdasarkan uji validitas tersebut,kuesioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item pertanyaan yang akan mengukur sasaran yang ingin diukur sesuai dengan teori atau konsep.

(47)

dilakukan sebelum mengumpulkan data kepada 10 subjek yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan peneliti. Berdasarkan uji reliabilitas yang dilakukan didapatkan nilai uji reliabilitas kuesioner sebesar 0,765.

7. Pengumpulan Data

(48)

8. Analisa Data

Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yang terdiri dari editing untuk memeriksa kelengkapan dan data responden serta memastikan bahwa semua pertanyaan telah diisi. Selanjutnya diberikan kode pada pada kuesioner untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi yaitu dengan melakukan entri data dan teknis analisis deskriptif.

(49)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian mengenai peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tanggal 28 Januari sampai 3 Pebruari 2010 di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan dengan jumlah responden 36 orang.

Hasil penelitian ini dibagi atas dua bagian, yaitu karakteristik responden dan peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia. Peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia dibagi menjadi empat bagian yaitu peran perawat dalam pengkajian kebutuhan persiapan pulang sesuai dengan standar pengkajian, edukasi pasien dan keluarga, melatih pasien kembali ke keluarga dan masyarakat, serta menginformasikan tentang rujukan.

1.1 Karakteristik Responden

(50)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n = 36)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

1. Usia

20 – 40 tahun (dewasa awal) 41 – 54 tahun (dewasa madya)

20 16

55,6 44,4

Total 36 100

2. Jenis kelamin

Perempuan Laki-laki

29 7

80,6 19,4

Total 36 100

3. Tingkat pendidikan

Diploma III keperawatan S1 Keperawatan

27 9

75,0 25,0

(51)

1.2 Peran Perawat dalam Perencanaan Pemulangan Pasien Skizofrenia

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (55,6 %) melakukan perannya dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia dengan kategori baik dan sebanyak 44,4 % responden melakukan perencanaan pemulangan pasien skizofrenia dengan cukup.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Peran Perawat dalam Perencanaan Pemulangan

Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan (n = 36)

Kategori peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia

Frekuensi Persentase

Terlaksana dengan baik Cukup terlaksana Kurang terlaksana

16 20 0

44,4 55,6 0,0

Total 36 100

a. Peran Perawat dalam Pengkajian Kebutuhan Persiapan Pemulangan Pasien Sesuai Standar Pengkajian

(52)

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Peran Perawat dalam Pengkajian Kebutuhan

Persiapan Pemulangan Pasien Skizofrenia

Peran perawat dalam pengkajian kebutuhan persiapan pemulangan pasien sesuai dengan standar pengkajian

Frekuensi Persentase

Terlaksana dengan baik

b. Peran Perawat dalam Memberikan Edukasi Bagi Pasien dan Keluarga

Berdasarkan tabel 5, sebagian besar responden (61,1%) melaksanakan perannya sebagai perawat dalam memberikan edukasi bagi pasien dan keluarga kan dengan kategori cukup. 38,9% reponden melaksanakan peran edukasi bagi pasien dan keluarga dengan kategori baik. Diantara responden penelitian tidak ada yang melaksanakan peran ini dengan kategori kurang.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Peran Perawat dalam Memberikan Edukasi

bagi Pasien dan Keluarga

Kategori peran perawat dalam memberikan edukasi pasien dan keluarga

Frekuensi Persentase

(53)

c. Peran Perawat dalam Melatih Keluarga dan Pasien untuk Mempersiapkan Pasien Kembali ke Keluarga dan Masyarakat

Tabel 6 memperlihatkan bahwa sebagian responden (47,2%) mempunyai peran dalam kategori baik dalam melatih pasien kembali ke keluarga dan masyarakat. Kemudian, 47,2% responden mempunyai peran dalam kategori cukup.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Peran Perawat dalam Melatih Keluarga dan Pasien

untuk Mempersiapkan Pasien Kembali ke Keluarga dan Masyarakat

Kategori peran perawat dalam melatih pasien kembali ke keluarga dan masyarakat

Frekuensi Persentase

Terlaksana dengan baik Cukup terlaksana Kurang terlaksana

17 17 2

47,2 47,2 5,6

Total 36 100

d. Peran Perawat dalam menginformasikan sistem rujukan

(54)

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Peran Perawat dalam Menginformasikan Sistem

Rujukan

Kategori peran perawat dalam menginformasikan sistem rujuka n

2.1 Peran Perawat dalam Perencanaan Pemulangan Pasien Skizofrenia

(55)

dipulangkan dari rumah sakit jiwa. Perencanaan pemulangan yang efektif akan meningkatkan kemampuan pasien dan mempersiapkan pasien kembali ke komunitas dengan baik (PPAO, 2009).

Berdasarkan survey yang dilakukan PPAO (The Psychiatric Patient

Advocate Office) Ontario di salah satu rumah sakit di Ontario, perencanaan pemulangan pasien skizofrenia dapat dicapai dengan optimal karena perencanaan pemulangan dilakukan dengan memberi pelayanan yang berpusat kepada pasien dimana perawat dapat bekerja sama dengan pasien untuk membahas kebutuhan individu dan untuk memanfaatkan semua sumber daya yang akan mendukung pemulihan pasien skizofrenia. Mereka juga telah memiliki standar yang

dikembangkan oleh Departemen Kesehatan untuk memaksimalkan perencanaan pemulangan rumah sakit. Standar tersebut berfokus pada perawatan pasien yang optimal. (PPOH, 2009). Hal ini juga dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan untuk mengoptimalkan perencanaan pemulangan yang akan diberikan.

(56)

perkembangan kondisi kesehatan pasien dan menurunkan beban perawatan pada keluarga (Pemila, 2009 dikutip dari Naylor, 1999).

Karena itu, perawat berperan penting dalam membuat perencanaan pemulangan bagi pasien skizofrenia. Sebelum pemulangan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan lain atau ke rumah, perawat bertanggung jawab untuk mempersiapkan klien kembali ke keluarga dan masyarakat, serta membuat rujukan yang sesuai dan untuk memastikan bahwa semua informasi yang sesuai telah disediakan untuk orang-orang yang akan terlibat dalam perawatan pasien tersebut, termasuk keluarganya.

1. Peran Perawat dalam Pengkajian Kebutuhan Persiapan Pulang Pasien Sesuai Standar Pengkajian

(57)

mengkaji bagaimana dukungan keluarga pasien (support system) terhadap pemeliharaan kesehatan pasien, serta selalu mengkaji status ekonomi keluarga pasien untuk mendukung perawatan lanjutan pasien.

Pelaksanaan pengkajian kebutuhan persiapan pulang dilaksanakan dengan baik oleh perawat karena perawat menyadari bahwa pengkajian yang sesuai dengan standarnya merupakan tindakan awal yang sangat penting dilakukan untuk mengetahui tindakan selanjutnya yang tepat dilakukan dalam mempersiapkan pemulangan pasien. Yosep (2007) menyatakan bahwa perencanaan pemulangan pasien dengan skizofrenia juga memiliki standar pengkajian dimana data yang dikaji meliputi aktivitas hidup sehari-hari, tingkat kebutuhan perawatan klien, pengetahuan dan kemampuan keluarga, hubungan interpersonal dalam keluarga, kemampuan dan kemauan pasien dan keluarga dalam penerimaan tindakan keperawatan, sumber dan sistem pendukung di masyarakat, sumber finansial dan pekerjaan.

(58)

malas-malasan, jorok, tidur-tiduran, jarang mandi, motorik lamban, dan jarang berbicara (Sutatminingsih, 2002). Pengkajian terhadap kemampuan aktivitas hidup sehari-hari sangat penting dilakukan untuk hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemenuhan kebutuhan pasien skizofrenia sebelum dia siap dipulangkan.

Menurut Potter dan Perry (2005), pengkajian terhadap kemampuan aktivitas sehari-hari pasien penting untuk mengetahui sejauh mana klien membutuhkan bantuan dalam aktivitas sehari-hari. Hal ini berkaitan dengan pengkajian yang menggali tentang tingkat ketergantungan pasien terhadap orang lain. Dengan demikian, perawat akan membuat suatu perencanaan yang bertujuan agar pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri. Tentu saja perencanaan tersebut akan melibatkan keluarga pasien.

Pengkajian tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit pasien dan pengobatannya serta pengkajian tentang dukungan keluarga terhadap pemeliharaan kesehatan pasien dilakukan juga dengan baik oleh sebagian besar perawat (dapat dilihat dalam lampiran 5 hal.70). Hal ini dilakukan dengan baik karena perawat menyadari keluarga juga berperan penting dalam pemulihan pasien skizofrenia. Dari beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh Fallon dalam Sutatminingsih (2002) ternyata campur tangan keluarga sangat membantu dalam proses penyembuhan, atau sekurang-kurangnya mencegah kambuhnya penyakit penderita, dibandingkan dengan terapi-terapi secara individual.

(59)

aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya. Karena itu, perawat harus membantu keluarga dan pasien mengerti tentang skizofrenia (Irwan, et al ,2008).

Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan pengkajian tentang dukungan keluarga pasien (support system) terhadap pemeliharaan kesehatan pasien skizofrenia (lampiran 5 halaman 70) hanya dilakukan dengan baik oleh sebagian kecil responden (27,8%). Hal ini menunjukkan bahwa perawat masih kurang menyadari bahwa keluarga memegang suatu peranan yang bersifat mendukung selama masa penyembuhan dan pemulihan klien. Apabila dukungan semacam ini tidak ada, maka keberhasilan penyembuhan/pemulihan (rehabilitasi) sangat berkurang. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Cahyadi (2006) dalam Yulian (2008), bahwa pasien yang mendapatkan support system yang baik dari keluarga akan mempengaruhi pasien dalam kepatuhan menjalani pengobatan dan dalam proses pemulihannya. Penderita gangguan jiwa dalam masa rehabilitasi yang akan dirawat oleh keluarga sendiri di rumah atau rawat jalan memerlukan dukungan untuk mematuhi program pengobatan dan pemulihan.

2. Peran Perawat dalam Memberikan Edukasi Bagi Pasien dan Keluarga

(60)

persiapan pemulangan pasien walaupun belum optimal. Hal ini dikarenakan perawat masih kurang menyadari bahwa edukasi pada pasien dan keluarga merupakan bagian yang sangat penting untuk mempersiapkan pemulangan pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat Mario (2008), setelah pasien telah kembali ke komunitas, keluarga akan menjadi sumber pendukung utama dalam pemulihan kesehatan pasien dan meningkatkan kualitas hidup pasien dalam hal biopsikososial dan kultural. Edukasi pada keluarga juga merupakan salah satu bentuk intervensi sebagai bagian dari terapi psikososial dimana terdapat kolaborasi antara klinisi (dalam hal ini perawat) dengan anggota keluarga dengan pasien skizofrenia

(61)

Dari hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa dalam melaksanakan peran edukasi bagi pasien dan keluarga hanya sekitar 38,9% perawat yang melakukannya dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa perawat tersebut belum menerapkan edukasi yang menyeluruh dalam persiapan perencanaan pemulangan pasien. Padahal seharusnya sesuai dengan pendapat Mario (2008) bahwa pendekatan penanganan terhadap penderita skizofrenia tak hanya pengobatan, tetapi juga edukasi menyeluruh. Artinya edukasi yang diberikan bukan hanya pada pasien, tetapi seluruh anggota keluarga dan lingkungan. Herlina (2008) juga menegaskan bahwa pelaksanaan psikoedukasi yang sesuai dengan prinsip dan pedoman akan berpengaruh pada persepsi keluarga terhadap pemberi psikoedukasi tersebut. Keluarga akan merasa bahwa tim medis bersahabat dan mengerti kekhawatiran keluarga. Jika pemberian edukasi yang dilakukan maksimal, maka keluarga dan pasien akan merasakan manfaat yang penting bagi perawatan pasien skizofrenia.

(62)

Hal ini sesuai dengan pendapat Landwher (2003) bahwa hal – hal yang dilakukan pada saat melakukan psikoedukasi keluarga antara lain mengidentifikasi bagaimana reaksi anggota keluarga terhadap keadaan pasien yang menderita gangguan jiwa, mengidentifikasi faktor penyebab gangguan jiwa yang diderita oleh pasien, mengidentifikasi tanda dan gejala prodormal gangguan jiwa yang terjadi pada pasien, mengajarkan kepada keluarga bagaimana strategi koping yang dapat diterapkan,menjelaskan kepada keluarga tentang psikobiologi penyakit jiwa, diagnosis dan pengobatannya, reaksi keluarga, trauma keluarga, pencegahan kambuh, guideline keluarga, serta melakukan pemecahan masalah secara terstruktur.

3. Peran Perawat dalam Melatih Pasien dan Keluarga Untuk Mempersiapkan Pasien Kembali ke Keluarga dan Masyarakat

(63)

untuk kembali ke masyarakat sangat jarang dilakukan (lampiran 5 hal. 72). Seharusnya hal-hal yang dilakukan oleh perawat adalah melatih cara mengatasi bila gejala primer tersebut muncul dan bila membahayakan pasien dan orang lain, metode untuk mengidentifikasi stressor psikososial yang memicu gejala gangguan jiwa, mendiskusikan dengan keluarga mengenai aktivitas yang dapat dikerjakan oleh pasien secara mandiri, bersama-sama dengan keluarga pasien dalam membuat rencana untuk selalu berinteraksi dengan pasien selama tanda-tanda akut muncul, mengajarkan kepada pasien dan keluarga tentang cara mengungkapkan perasaan yang baik dan konstruktif, serta menginformasikan kepada keluarga tentang sumber-sumber yang dapat mendukung pasien untuk meningkatkan fungsi sosialnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Keliat (1996), bahwa yang dipersiapkan untuk melatih pasien kembali ke keluarga dan masyarakat adalah apa yang harus dilakukan klien di rumah dan apa yang harus dilakukan keluarga untuk membantu adaptasi. Kegiatan yang dilakukan klien dan keluarga di rumah dapat dibuatkan daftar dan dievaluasi keberhasilannya sebagai data untuk rencana berikutnya.

(64)

kecemasan sehingga keluarga merasa tidak mampu merawat penderita dengan baik.

Pekkala dan Merinder (2001) dalam Keliat (2001) menemukan bahwa jika perawat melatih keluarga dan pasien untuk kembali ke keluarga dan masyarakat maka akan menurunkan angka kekambuhan atau rawat ulang dari 9 bulan menjadi 18 bulan. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Dyck, et al (2000) dalam Keliat (2001) menemukan bahwa kelompok keluarga yang telah dipersiapkan dan dilatih oleh perawat sejak awal lebih efektif merawat gejala negatif daripada kelompok standar. Karena itu, jika program ini dilakukan dengan baik dalam perencanaan pemulangan pasien maka akan berhasil pula mengurangi reaksi negatif dan kejenuhan keluarga yang merawat. Jadi, jika perawat kurang optimal dalam melatih pasien dan keluarga sebagai bentuk persiapan pasien kembali ke keluarga dan masyarakat maka kemungkinan relaps bagi penderita skizofrenia juga akan mungkin meningkat.

4. Peran Perawat dalam Menginformasikan Sistem Rujukan

(65)

ada, menginformasikan kepada keluarga tentang sistem rujukan bila pasien mengalami gejala kambuh, dan telah berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya seperti dokter, ahli gizi, serta lembaga pelayanan masyarakat atau kesehatan masyarakat dalam mempersiapkan perencanaan pemulangan pasien (dapat dilihat dalam lampiran 5 hal.73).

Hal ini menunjukkan bahwa perawat belum mengoptimalkan pencapaian keberhasilan perencanaan pemulangan. Menurut Potter dan Perry (2001), keberhasilan perencanaan pulang harus ditandai dengan kondisi pasien dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan dan tindakan pengobatan untuk kepulangan, antisipasi perawatan tingkat lanjut, dan respon yang diambil pada kondisi kedaruratan. Keberhasilan perencanaan pemulangan pasien juga akan didukung oleh adanya kolaborasi multidisiplin yang baik antara medis, perawat, gizi, fisioterapi, farmasi, dan penunjang. Dengan adanya kolaborasi yang baik maka diharapkan masyarakat akan mendapatkan pelayanan yang baik (Hariyati et al, 2008).

(66)
(67)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

1. Kesimpulan

Pelaksanaan peran perawat dalam perencanaan pemulangan pasien skizofrenia belum dilakukan dengan baik oleh perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Hal ini terlihat dari hasil penelitian dimana hanya 44,4 % responden yang melakukan perencanaan pemulangan pasien skizofrenia dengan kategori baik. Sedangkan 55,6 responden hanya melakukan dengan kategori cukup.

(68)

2. Rekomendasi

Bagi Pendidikan Keperawatan

Dalam melaksanakan perencanaan pemulangan bagi pasien skizofrenia, pemberian edukasi bagi keluarga merupakan hal yang sangat penting karena keluarga berperan sebagai orang terdekat pasien yang akan merawat pasien setelah dipulangkan ke rumah. Selain itu, pendekatan penanganan terhadap penderita skizofrenia bukan hanya pengobatan, tetapi juga pendidikan kesehatan secara menyeluruh kepada pasien dan keluarga. Hal tersebut dapat ditegaskan dalam materi pendidikan keperawatan sehingga dapat lebih dipahami oleh seorang calon perawat.

Bagi Praktek Keperawatan

(69)

Untuk itu, perawat harus memberikan edukasi yang menyeluruh bagi pasien dan keluarga serta melatih pasien dan keluarga dengan baik.

Bagi Penelitian Keperawatan

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Ali,Zaidin .(2001). Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika

Arikunto. (2005). Prosedur Penelitian. Edisi revisi. Jakarta : Rineka Cipta

Day et al. (2009). Internet. Discharge Planning : The Role of The Discharge Coordinator. Diambil pada tanggal 12 September 2009 dari http: //

Fortinash dan Worret. (2003). Psychiatric Mental Health Nursing. USA : Mosby Hariyati, Tutik Sri et al. (2008). Evaluasi Model Perencanaan Pulang yang

Berbasis Teknologi Informasi. Diambil pada tanggal 19 Juni 2010 dari http://repository.ui.ac.id/.../bb016bc55f0867072bd098935def85d0132032 4d.pdf

Herlina. 2008. Gambaran kebutuhan psikoedukasi pada keluarga penderita skizofrenia.Diambil pada tanggal 26 April 2010 dari http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=150647

Hertz MI, et al. 2000. Program for Relapse Prevention in Schizophrenia. A Controlled Study. Arch Gen Psychiatry.

Hidayat, A.A. (2000). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi pertama. Jakarta : Salemba Medika

Hidayat, A.A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi kedua. Jakarta : Salemba Medika

Indarwati, Retno. (2009). Peran dan Fungsi Perawat. Diambil pada tangga 18

September 2009 dari http://www.ners.unair.ac.id/materikuliah/peran%2520%26%2520fungsi%

2520perawat.pdf+peran+perawat+filetype:pdf&cd=4&hl=id&ct=clnk&gl =id

Irwan, et al. 2008. Penatalaksanaan Skizofrenia. Pekanbaru : Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

(71)

Keliat, BA. 2003. Pemberdayaan Kliean dan Keluarga dalam Merawat Klien Skizofrenia dengan Prilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Pusat Bogor. Jakarta: University of Indonesia. Dissertation.

Keliat, Budi Anna. (1996). Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa. Cetakan II. Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna et al. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Landhwer,Karen A. Family Psychoeducation for Schizophrenia Lowers Relapse Rate, is Cost Effective. Schizophrenia Daily News Blog February 24, 2007.

Luana. (2007). Skizofrenia dan Gangguan Psikotik Lainnya. Diambil pada tanggal

9 September 2009 dari

Machfoedz, Ircham. (2007). Statistika Deskriptif. Edisi Revisi. Yogyakarta : Fitramaya

Mario, 2008. Skizofrenia,Penanganan Dini Menentukan. Diambil pada tanggal 30

Maret 2010 dari

Murwani, Arita. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta : Fitramaya

Notoadmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan.Edisi revisi. Jakarta : Rineka Cipta

Pemila, Uke. (2009). Internet. Konsep Discharge Planning. Diambil pada tanggal

7 September 2009 dari

Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC PPOA (The Psychiatric Patient Advocate Office) .(2009). Discharge Planning Report. A

Survey to Determine the Adequacy of Discharge Planning Process in Provincial Psychiatric Hospitals. Diambil pada tanggal 12 Juni 2010 dari

(72)

Smeltzer dan Barre. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1. Jakarta : EGC

St Barnabas Hospital. (2008). Acute Inpatient Services. Diambil pada tanggal 12 Juni 2010 dari http://www.stbarnabashospital.org/

Stuart, W.Gail. (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. USA : Mosby

Suliswati et al. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Videback, Sheila. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Yosep. (2007). Keperawatan Jiwa. Cetakan pertama. Bandung : Rafika Aditama Yulian (2008). Hubungan antara Support System Keluarga dengan Kepatuhan

(73)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan menjadi Responden

Saya yang bernama Yohana S. Sinaga / 061101080 adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Peran Perawat dalam Perencanaan Pemulangan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk menjadi responden dalam pelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu/Saudara.

Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/Ibu/Saudara bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi Bapak/Ibu/Saudara dan semua informasi yang Bapak/Ibu/Saudara berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2010

Peneliti Responden

(74)

Lampiran 2

JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan September Oktober Novembe

r

Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Mengajukan judul

2 Menetapkan judul penelitian 3 Menyiapkan proposal

penelitian

4 Mengajukan sidang proposal 5 Sidang proposal penelitian 6 Revisi proposal penelitian 7 Mengajukan izin penelitian

8 Pengumpulan data

9 Analisa data

10 Penyusunan laporan/skripsi

11 Pengajuan sidang skripsi

12 Ujian sidang

13 Revisi

14 Mengumpulkan skripsi

Diketahui Oleh, Dosen Pembimbing

(75)

Lampiran 3

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

PROPOSAL

− Biaya kertas dan tinta print proposal Rp. 100.000 − Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 10.000

− Beli buku Rp. 70.000

− Fotocopy perbanyak proposal Rp. 50.000

− Sidang Proposal Rp. 45.000

− Internet Rp. 40.000

PENGUMPULAN DATA

− Izin penelitian Rp. 90.000

− Transportasi Rp. 100.000

− Fotocopy kuesioner dan persetujuan penelitian Rp. 100.000

− Konsumsi Rp. 210.000

ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

− Biaya print Rp. 100.000

− CD Rp. 10.000

− Penjilidan Rp. 100.000

− Penggandaan laporan penelitian Rp. 150.000

BIAYA TAK TERDUGA Rp. 100.000

(76)

Lampiran 4

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk kuesioner yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap subjek yang memenuhi kriteria penelitian.

Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu : Bagian 1. Kuesioner Data Demografi ( KDD )

Bagian 2. Kuesioner Peran Perawat dalam Perencanaan Pemulangan Pasien Skizofrenia

Tanggal : Kode :

I. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk pengisian : Isilah data di bawah ini dengan lengkap. Berilah tanda check list (  ) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban Anda.

1. Nama :

2. Nomor reponden :

3. Pendidikan :  D3  Sarjana

4. Usia :

5. Jenis Kelamin :

6. Alamat :

II. Kuesioner Peran Perawat Dalam Perencanaan Pemulangan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

Berilah tanda check list (  ) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban Anda.

Keterangan :

SL = Selalu SR = Sering

Gambar

Tabel 1.  Defenisi operasional variable penelitian
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n = 36)
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Peran Perawat dalam Perencanaan Pemulangan
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Peran Perawat dalam Pengkajian Kebutuhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

JUDUL : Gambaran Karakteristik Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan.. Penulis : Syalman

Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan minum obat pasien skizofrenia yang mengalami relaps yang mencakup: faktor penyakit yang

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui hubungan peran perawat dengan kemampuan bersosialisasi pada pasien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Prov.. Desain

Pentingnya pengamatan atau pengukuran status mental pasien dalam perawatan pasien skizofrenia, dan tingginya jumlah pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi antara perawat profesional, keluarga dan pasien melakukan kolaborasi untuk mengatur kontinuitas dan memberikan

3.2 Kalau pola tidur nya ya palingan pasien satu atau dua orang aja yang pasien susah tidur kan, karena disini rata2 udah pada tenang kan, kalau yang itu baru pasien

Kemampuan pasien skizofrenia yang masih membutuhkan dan memerlukan perawatan keluarga serta memiliki masalah dalam pemenuhan kebutuhan dasar sehari–hari perlu

Adanya gangguan mood pada pasien Skizofrenia merupakan salah satu tanda dan gejala yang muncul pada pasien Skizofrenia.Hasil ini serupa sebagaimana yang ditampilkan dalam