POLA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG
(Zea mays L.) PADA MUSIM KERING TERHADAP
PERBEDAAN WAKTU TANAM
SKRIPSI
HASMAR HARAHAP 030301049 BDP AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
POLA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG
(Zea mays L.) PADA MUSIM KERING TERHADAP
PERBEDAAN WAKTU TANAM
SKRIPSI
HASMAR HARAHAP 030301049 BDP AGRONOMI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan
Disetujui oleh Komisi Pembimbing :
(Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MP)
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
(Ir. Syukri) Ketua Anggota NIP. 131 785 642 NIP. 131 653 991
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : Pola Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Pada Musim Kering Terhadap Perbedaan Waktu Tanam
Nama : Hasmar Harahap NIM : 030301049
Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
(Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MP)
Ir. Edison Purba, Ph.D. Ketua Departemen
(Ir. Syukri) Ketua Anggota NIP. 131 785 642 NIP. 131 653 991
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perubahan pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) pada musim kering terhadap perbedaan waktu tanam.
Rancangan percobaan yang digunakan ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan satu faktor yaitu perbedaan waktu tanam. Yaitu W1 = hari pertama penanaman, W2 = 10 hari setelah penanaman pertama dan W3 = 20 hari setelah penanaman pertama. Perubahan pola pertumbuhan dari hasil jagung diamati melalui peubah amatan luas daun, umur berbunga, umur panen, jumlah biji per tongkol, volume akar, bobot kering jagung pipil kering per tongkol, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar dan bobot kering akar.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata jumlah biji per tongkol, volume akar, bobot kering jagung pipil kering per tanaman, bobot basah tajuk dan bobot basah akar. Produksi jagung tertinggi diperoleh pada perbedaan waktu tanam ke 21 hari.
RIWAYAT HIDUP
Hasmar Harahap dilahirkan di Kota Pinang, kecamatan Kota Pinang, Kabupaten Labuhan Batu pada tanggal 17 Januari 1984. Putra dari pasangan ayahanda Samaun Harahap dan ibunda Nurbaity, SPd. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara.
Tahun 1996 penulis lulus dari SD Negeri II Kota Pinang, tahun 1999 lulus dari SLTP Negeri 2 Kota Pinang, pada tahun 2002 penulis lulus dari SLTA 4 Medan, dan pada tahun 2003 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) Medan melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkulian, penulis menjadi asisten Agroklimatologi, Departamen Budidaya Pertanian, Fakultas pertanian.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Pola Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Pada Musim Kering
Terhadap Perbedaan Waktu Tanam “ yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MP., dan Bapak Ir. Syukri., selaku komisi pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, juga kepada para dosen dan staf pengajar mata kuliah yang telah memberi ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
Rasa hormat serta ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Ayahanda Samaun Harahap dan Ibunda Nurbaity, SPd., tercinta yang telah membesarkan penulis dengan segenap cinta, kasih sayang dan pengertian serta pengorbanan yang tak terhingga, juga kepada Abang Erianto Amd., Puteri Hayati dan Adikku yang telah mendukung penulis selama penulisan skripsi ini.
atas motivasi, rasa kekeluargaan dan pengalaman terbaik selama menjalani pendidikan di almamater ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, November 2006
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 4
Hipotesis Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman ... 5
Syarat Tumbuh ... 6
Iklim ... 6
Tanah ... 7
Lahan kering ... 8
BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu ... 11
Bahan dan Alat ... 11
Metode Penelitian ... 12
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 13
Pemupukan ... 13
Penanaman ... 13
Pemeliharaan ... 14
Penyiraman ... 14
Penyulaman ... 14
Penjarangan ... 14
Penyiangan ... 14
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 14
Peubah amatan ... 15
Luas Daun (cm2) ... 15
Umur Berbunga (hari) ... 15
Umur Panen (hari) ... 15
Bobot Basah Tajuk (g) ... 15
Bobot Basah Akar (g) ... 15
Bobot Kering Tajuk (g) ... 16
Bobot Kering Akar (g) ... 16
Jumlah Biji Per Tongkol (biji) ... 16
Bobot Kering Jagung Pipil Per Tanaman (g) ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17
Pembahasan... 28
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 28
Saran ... 28
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Histogram Luas Daun Jagung Pada Saat Panen Dengan Perbedaan
Waktu Tanam... 17 2. Histogram Volume Akar Jagung Pada Saat Panen Dengan
Perbedaan Waktu Tanam ... 18 3. Histogram Bobot Basah Akar Jagung Pada Saat Panen Dengan
Perbedaan Waktu Tanam ... 19 4. Histogram Bobot Basah Akar Per Minggu ... 5. Penampang Akar pada Perlakuan W1, W2 dan W3 ... 19 6. Histogram Bobot Kering Akar Per Minggu ... 7. Histogram Bobot Kering Akar Jagung Pada Saat Panen Dengan
Perbedaan Waktu Tanam ... 20 8. Histogram Bobot Basah Tajuk Per Minggu ... 9. Histogram Bobot Basah Tajuk Jagung Pada Saat Panen Dengan
Perbedaan Waktu Tanam ... 21 10.Histogram Bobot Kering Tajuk Per Minggu ... 11.Histogram Bobot Kering Tajuk Jagung Pada Saat Panen Dengan
Perbedaan Waktu Tanam ... 21 12.Histogram Umur Berbunga Jagung Pada Saat Panen Dengan
Perbedaan Waktu Tanam ... 22 13.Histogram Umur Panen Jagung Pada Saat Panen Dengan Perbedaan
14.Histogram Jumlah Biji Per Tongkol Jagung Pada Saat Panen Dengan Perbedaan Waktu Tanam ... 23 15. Jumlah Biji Per Tongkol W1, W2 dan W3... 23 16.Histogram Bobot Kering Jagung Pipil Kering Per Tanaman Pada
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hasil jagung per hektar di Indonesia masih lebih rendah dibandingka n dengan negara lain. Rendahnya hasil ini terutama disebabkan belum menyebarnya varietas unggul, pemakaian pupuk yang sangat sedikit serta cara bercocok tanam yang belum diperbaiki (Warisno, 1998).
Rata-rata produksi jagung Propinsi Sumatera Utara menurut BPS (2005) dapat dilihat seperti tabel 1 dibawah ini :
Jenis tanaman ATAP 2003 ASEM 2004 ARAM I 2005 Produksi (ton)
Jagung 687.360 712.133 174.954
Produktivitas (ku/ha)
Jagung 32,61 33,14 33,30
Luas panen (ha)
Jagung 210.782 214.882 214.699
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara
Rendahnya produktivitas lahan kering, selain disebabkan oleh tingkat kesuburan tanah yang rendah, juga disebabkan oleh rendahnya intensitas indeks pertanaman karena kebutuhan air tidak tersedia sepanjang tahun. Untuk meningkatkan produktivitas lahan kering masam, maka selain pengapuran dan pemupukan dapat dilakukan dengan optimalisasi pola tanam, yang selain dapat meningkatkan intensitas indeks pertanaman, juga dapat mengurangi aliran permukaan erosi, dan evaporasi tanah oleh adanya penutupan tanaman dan sisa hasil panen yang dapat berfungsi sebagai mulsa dan menambah bahan organik tanah (Amin, dkk, 1999).
Untuk mengatasi keterbatasan air tanah pada musim-musim tertentu sedangkan peningkatan produksi jagung harus terus berlanjut, maka dibuat suatu model penelaan alternatif dari pola tanam yang selaras dengan kebutuhan air tanaman. Pergeseran waktu tanaman akan mempengaruhi keragaan pertumbuhan dan hasil pertanian. Dengan mengetahui faktor-faktor cuaca tersebut, pertumbuhan tanaman, dan tingkat fotosistesis dan respirasi yang berkembang secara dinamis dan disimulasi. Kesesuaian curah hujan dan pertanaman akan lebih spesifik dan terinci kebutuhannya apabila budidaya pertanian yang dilakukan
sudah dipertimbangkan aspek kualitas, kuantitas dan kontinuitas (Ismail, dkk, 1997).
bervariasi tergantung pada kondisi iklim dan tanahnya. Dalam pola petani tersebut, setelah jagung dan padi dipanen, tinggal ubikayu yang akan tumbuh terus sepanjang tahun. Pada saat itulah terlihat beberapa hal yang merugikan, antara lain tanah tidak terlindung dengan baik dari sinar matahari dan curah hujan serta memberikan peluang bagi tumbuhnya kembali alang-alang (syarifuddin, 1997).
Pertumbuhan dan penyebaran tumbuhan sering dibatasi oleh suhu. Umumya tumbuhan akan dapat mempertahankan kehidupannya dengan aktivitas pertumbuhan yang normal pada kisaran suhu antara 10 oC sampai 40 oC. Suhu diluar dari batas minimum dan maksimum disebut suhu ekstrim. Lawan dari suhu ekstrim ialah suhu normal. Suhu ekstrim tinggi ataupun rendah akan berakibat jelek bagi tumbuhan. Akibatnya antara lain ialah timbulnya gejala-gejala klorosis, pecahnya jaringan sampai nekrosis dan gugur buah sebelum waktunya. Suhu yang terbaik bagi pertumbuhan tumbuhan disebut suhu optimal. Suhu optimal tidak sama dengan keseluruhan tumbuhan dan sangat dipengaruhi oleh struktur anatomis dan morfologis tumbuhan tersebut (Ismail, 2001).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi tumbuhan terhadap ekeringan antara lain RH yang terlalu rendah, suhu sangat tinggi, angin kencang dan tak tersedianya airdi dalam tanah. Kecuali faktor terakhir, akan menyebabkan tingginya aktivitas transpirasi, sehingga kekurangan air semakin berat. Faktor terakhir, kalau persediaan air dalam tanah sangat rendah untuk mengganti kekurangan air akibat transpirasi tidak ada maka tumbuhan menderita (Ismail, 2001).
sesuai dengan kenaikan intensitas cahaya. Memang diakui kenyataan bahwa kecepatan fotosintesis tumbuhan bertambah dengan bertambah tingginya intensitas cahaya pada suatu kisaran tertentu, akan tetapi pada eberapa keadaan kenaikan intensitas cahaya tidak dapat meningkatkan kegiatan fotosintesis. Titik dimana dimulai intensitas cahaya tidak lagi dapat meningkatkan kegiatan fotosintesis oleh karena tumbuhan telah jenuh cahaya disebut titik kompensasi cahaya (Ismail, 2001).
Tujuan Penelitian
Untuk menguji pola pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) pada musim kering terhadap perbedaan waktu tanam.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh perbedaan waktu tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan ilmiah dalam penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Seperti halnya pada jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada kondisi tanah yang subur dan gembur karena sistem pengolahan tanahnya cukup baik, akan didapat jumlah akar yang cukup banyak, sedang pada tanah yang kurang baik (jelek) akar yang tumbuh jumlahnya terbatas (Warisno, 1998).
Batang tanaman yang kaku ini tingginya berkisar antara 1.5 m dan 2.5 m dan terbungkus pelepah daun yang berselang-seling yang berasal dari setiap buku. Buku batang mudah terlihat. Pelepah daun terbentuk pada buku dan membungkus rapat-rapat pajang batang utama, sering melingkupi hingga buku berikutnya. Pada lidah daun, setiap pelepah daun kemudian membengkok menjauhi batang sebagai daun yang panjang, luas dan melengkung (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Rambut pertama berasal dari putik dasar tongkol dan ada satu helai rambut untuk satu biji jagung yang akan terbentuk. Rambut biasanya muncul 1-3 hari setelah sari mulai tersebar dan siap diserbuki (reseptif) ketika keluar dari kelobot. Bergantung pada suhu dan kejaguran tanaman, diperlukan waktu 2-7 hari untuk memunculkan semua rambut secara sempurna. Hampir semua biji jagung terbentuk pada 3-5 hari setelah rambut pertama muncul. Suhu tinggi selama persebaran tepung sari dan munculnya rambut dapat berpengaruh buruk karena tepung sari dapat mengering. Penyerbukan dapat terjadi dalam kisaran suhu yang lebar, suhu optimumnya sekitas 30 oC. Pada banyak kultivar, suhu di atas 36 oC dengan terapan angin kering yang panas atau ketika tanaman mengalami cekaman kelengasan, menyebabkan penyerbukan buruk yang berakibat pada buruknya pengisian biji (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Buah biji jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada umumnya biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8 – 20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit biji (sead coat), endosperm dan embrio (Rukmana, 1997).
Syarat Tumbuh
Iklim
berkurang hingga kurang dari 13 atau 12 jam. Pada hari panjang, tipe tropika ini tetap vegetatif dan kadang-kadang dapat mencapai tinggi 5 – 6 m sebelum tumbuh bunga jantan. Namun pada hari yang sangat pendek (8 jam) dan suhu kurang dari 200C juga menunda pembungaan. Ketika ditanam pada kondisi hari
pendek pada daerah iklim sedang kultivar tropika cenderung berbunga lebih awal (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Pertumbuhan tanaman di lahan kering sangat dipengaruhi oleh keadaan curah hujan. Oleh karena itu untuk menghindari resiko kegagalan panen yang besar, pemilihan waktu tanam suatu jenis tanaman dan varietasnya harus tepat, terutama untuk tanaman pangan. Pemilihan saat dan masa tanam yang baik didasarkan pada indikator indeks kecukupan air (water satisfaction) yang dikenal sebagai nisbah evapotranspirasi aktual (ETA) dan evapotranspirasi tanaman (ETC) (Irianto, dkk, 2000).
Jagung dapat ditanam di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi (daerah pegunungan) yang memiliki ketinggian sekitar 1.000 m atau lebih dari permukaan laut (dpl). Umumnya jagung yang ditanam di daerah dengan ketinggian kurang dari 800 m dpl akan memberikan hasil yang tinggi. Jagung yang ditanam di tanah dengan ketinggian antara 800 m sampai 1.200 m dpl juga masih dapat berproduksi dengan baik (Warisno, 1998).
Tanah
dengan baik. Untuk pertumbuhan optimal pada tanaman jagung membutuhkan pH 5,5 – 6,5. Tanah yang bersifat asam yaitu angka pH kurang dari 5,5 dapat dilakukan pengapuran (Aak, 1996).
Keadaan basah memang diperlukan ketika biji jagung mulai ditanam, keadaan kering pada waktu penanaman pemula adalah jelek, baik bagi pertumbuhan selanjutnya maupun bagi pembuahannya. Demikian pula keadaan yang terlalu basah tidak menguntungkan tanaman karena cenderung dapat mengundang berbagai penyakit. Pada tanah yang terlalu lembab penanaman hendaknya diatur sedemikian rupa agar buah jagung cukup matang untuk dipanen pada awal musim kering, maksudnya agar hasil pemanenan dapat segera dikeringkan untuk menghindari penjamuran yang dapat menurunkan kualitas dan menimbulkan penyakit (Kartasapoetra, 1999).
Pola Tanam Pada Lahan Kering
Faktor air dalam batasan suhu memungkinkan pengaruh yang paling penting dalam produksi tanaman. Air diabsorbsi dan digunakan sebagai media transport untuk gula, mineral, dan fitohormon. Kehilangan air tejadi melalui transpirasi; kehilangan panas selama transpirasi menolong tanaman untuk mengendalikan suhu. Stres air juga mempengaruhi perkembangan tanaman (Poincelot, 1995).
dan perkembangannya tetapi relatif tidak sensitif selama pertumbuhan vegetatifnya. Alasan untuk fenomena ini meliputi luas daun yang sangat besar yang dicapai oleh tanaman pada akhir perkembangan vegetatif, adanya diversi hasil fotosintesis dari akar-akar hingga buah yang berkembang pada awal pembungaan. Adalah hal yang sukar untuk mengenal terjadinya adaptasi tanaman terhadap stress air selama saat berbunga, tetapi pertumbuhan yang cepat dan kemasakan yang belum waktunya (awal) pada tanaman gurun dan tanaman C4 di daerah beriklim kering dapat diinterpretasikan sebagai adaptasi yang mendorong selesainya reproduksi sebelum suplai air habis. Sistem perakaran seminal dan sistem perakaran nodal pada serealia daerah iklim sedang adalah suatu adaptasi untuk menjamin hubungan air yang mendukung selama pengisian bulir, jadi dapat memaksimumkan hasil biji (Fitter dan Hay, 1995).
Salah satu kendala yang dapat membatasi pertumbuhan dan produksi tanaman pada lahan kering adalah ketersediaan air yang rendah, karena itu diperlukan kultivar kedelai dan jagung yang berpotensi produksi dan mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap cekaman air. Pengaruh cekaman air terhadap pertumbuhan tanaman tergantung pada tingkat cekaman yang dialami dan jenis atau kultivar yang ditanam. Pengaruh awal dari tanaman yang mendapat cekaman air adalah terjadinya hambatan terhadap pembukaan stomata daun yang kemudian berpengaruh besar terhadap proses fisiologis dan metabolisme dalam tanaman (Mapegau, 2006).
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan BMG Sampali, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dimulai bulan April sampai dengan Agustus 2007.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih jagung Pioneer 12, Urea (450 kg/ha), TSP (100 kg/ha) dan KCl (100 kg/ha) sebagai pupuk dasar, Insektisida Decis 2.5 EC dan Dithane M-45 untuk mengendalikan hama dan penyakit.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non-Faktorial 1 faktor.
Perbedaan Waktu Tanam :
W1 = Hari pertama penanaman
W2 = 10 hari setelah penanaman pertama
W3 = 20 hari setelah penanaman pertama
Jumlah ulangan = 3 ulangan
Jumlah tanaman = 60 tanaman
Jumlah tanaman sampel = 5 tanaman Jumlah tanaman sampel seluruhnya = 45 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya = 180 tanaman
Jarak tanam = 70 cm x 25 cm
Hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model linier, yaitu :
Yij =
µ
+ i + j + ijDimana :
Yij = Hasil pengamatan untuk unit percobaan blok ke–i karena perbedaan
waktu tanam pada musim kering pada taraf ke-j.
µ
=Nilai tengahi = Efek blok ke – i
ij = Efek galat pada blok ke – i yang disebabkan pengaruh perbedaan waktu
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Lahan penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan kotoran lainnya, lalu diolah dengan cara mengemburkan lahan dengan menggunakan
cangkul, dilanjutkan dengan pembuatan petak percobaan dengan ukuran 3 m x 3 m.
Pemupukan
Pemupukan dasar dilakukan bersamaan pada saat penanaman dengan perbandingan Urea 450 kg/ha, TSP 100 kg/ha dan KCl 100 kg/ha, dimana pupuk urea diberikan 3 kali yaitu 150 kg/ha pada waktu penanaman, 150 kg/ha saat tanaman berumur 1 bulan, dan saat tanaman berumur 40 hari. Pemberian KCL dan TSP 100 kg/Ha sama waktu pemberian Urea berumur 1 bulan. Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal disekitar tanaman dengan jarak 7 cm dari tanaman.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menugal lahan yang telah digemburkan kemudian memasukkan benih jagung piooner-12 yaitu 2 benih/lubang tanam yang
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi dan sore hari tergantung kondisi dan keadaan lingkungan. Penyiraman dilakukan dengan gembor.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam yaitu dengan mengganti tanaman yang mati, tanaman yang tumbuhnya abnormal, tanaman yang terserang hama dan penyakit serta tanaman yang tidak berkecambah.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan cara memotong tanaman dengan menggunakan gunting dan meninggalkan satu tanaman yang sehat per lubang tanam.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang ada pada pertanaman supaya tidak ada persaingan antara gulma dan tanaman jagung.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Peubah Amatan
Luas Daun (cm2)
Luas daun dihitung pada saat tanaman sudah berbunga. Daun yang dihitung adalah daun yang bagian tengah dengan menggunakan meteran. Dengan rumus : Panjang x Lebar x Konstanta .
Umur Berbunga (hari)
Umur berbunga diamati setelah 75 % tanaman telah mengeluarkan bunga.
Umur Panen (hari)
Umur panen dihitung setelah tanaman telah memenuhi kriteria untuk dipanen seperti rambut jagung telah berwarna oklat dan tongkol telah terisi penuh.
Volume Akar (cm3)
Volume akar diukur pada saat panen. Pengukuran volume akar menggunakan metode grafimetrik yaitu dengan menggunakan beaker glass yang diisi air penuh, kemudian akar dimasukkan ke dalamnya. Volume air yang tumpah adalah volume akar tersebut.
Bobot Basah Tajuk (g)
Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar tanaman dengan cara memotong pada pangkal batang kemudian ditimbang. Bobot basah tajuk diukur setelah tanaman di panen.
Bobot Basah Akar (g)
Bobot Kering Tajuk (g)
Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar tanaman dengan cara memotong pada pangkal batang.kemudian diovenkan dengan suhu 105 oC selama 24 jam, lalu ditimbang. Bobot kering tajuk diukur setelah tanaman di panen.
Bobot Kering Akar (g)
memotong bagian leher akar kemudian diovenkan dengan suhu 105 oC
selama 24 jam, lalu ditimbang. Bobot kering akar diukur setelah tanaman di
panen.
Jumlah Biji per Tongkol (biji)
Jumlah biji dihitung setelah tanaman jagung dipanen dan dihitung per tongkolnya.
Bobot Kering Jangung Pipil Kering per Tanaman (g)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil analisis statistik, menunjukan perbedaan waktu tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah biji per tongkol, volume akar, bobot kering jagung pipil kering per tanaman, bobot basah tajuk, dan bobot basah akar, tetapi berpengaruh nyata terhadap luas daun, umur berbunga, umur panen, bobot kering tajuk dan bobot kering akar.
Luas Daun (cm2)
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam luas daun dapat dilihat pada lampiran 6-7. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap luas daun.
Histrogram hubungan antara luas daun dengan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Gambar 1.
763.34 b 821.9 a
742.33 b
700 720 740 760 780 800 820 840
W1 W2 W3
Waktu Tanam
L
u
as D
au
[image:32.595.133.431.469.606.2]n
Volume akar (cm3)
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam volume akar dapat dilihat pada lampiran 14-15. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam tidak berpengaruh nyata terhadap volume akar.
Histogram hubungan antara volume akar dengan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Gambar 2.
83.47
136.73 109.47
0 20 40 60 80 100 120 140 160
W1 W2 W3
Waktu Tanam
V
o
lu
m
e A
[image:33.595.162.432.258.386.2]kar
Gambar 2. Volume akar pada saat panen dengan perbedaan waktu tanam
Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam tidak berpengaruh nyata terhadap volume akar, dimana volume akar tertinggi pada perlakuan W3 (136.73 cm3) dan terendah pada pelakuan W1 (83.47 cm3).
Bobot Basah Akar (g)
87.88 100.82 137.92 70.24 97.12 133.94 91.14 135.68 151.66 0 20 40 60 80 100 120 140 160
W1 W2 W3
[image:34.595.183.451.98.211.2]Waktu Tanam B o b o t B asah A kar I II III 6
Gambar 3. Histogram bobot basah akar per minggu
Histogram hubungan antara bobot basah akar dengan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Gambar 4.
127.35 148.93 148.9 115 120 125 130 135 140 145 150 155
W1 W2 W3
[image:34.595.154.448.300.473.2]Waktu Tanam B o b o t B asah A kar
Gambar 4. Bobot basah akar pada saat panen dengan perbedaan waktu tanam Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar, dimana bobot basah akar tertinggi pada perlakuan W3 (148.93 g) dan terendah pada pelakuan W1 (127.35 g).
W1 W2 W3
[image:34.595.112.508.591.707.2]Bobot Kering Akar (g)
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering akar dapat dilihat pada lampiran 24-25. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.
13.36 13.82 18.92 10.82 17.8 17.7 15.1 22.22 20.5 0 5 10 15 20 25
W1 W2 W3
[image:35.595.175.448.206.371.2]Waktu Tanam B o b o t K e ri n g A k a r I II III
Gambar 6. Bobot kering akar per minggu
Histogram hubungan antara bobot kering akar dengan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Gambar 7.
19.99 45.54 42.53 0 10 20 30 40 50
W1 W2 W3
Waktu Tanam B o b o t K e ri n g A k a r
Gambar 7. Bobot kering akar pada saat panen dengan perbedaan waktu tanam Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, dimana bobot kering akar tertinggi pada perlakuan W2 (45.54 g) dan terendah pada pelakuan W1 (19.99 g).
[image:35.595.134.454.405.564.2]Dari hasil pengamatan dan sidik ragam bobot basah tajuk dapat dilihat pada lampiran 18-19. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk.
535.84 512.22 524.04
480.94 448.02 586.64 522.38 525.14 383.32 0 100 200 300 400 500 600 700
W1 W2 W3
[image:36.595.184.449.184.355.2]Waktu Tanam B o b o t B a s a h T a ju k I II III
Gambar 8. Bobot basah tajuk per minggu
Histrogram hubungan antara bobot basah tajuk dengan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Gambar 9.
293.99 299.74 326.08 270 280 290 300 310 320 330
W1 W2 W3
Waktu Tanam B o b o t B a s a h T a ju k
Gambar 9. Bobot basah tajuk pada saat panen dengan perbedaan waktu tanam Dari gambar 9 dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk, dimana bobot basah tajuk tertinggi pada perlakuan W3 (326.08 g) dan terendah pada pelakuan W1 (293.99 g).
[image:36.595.154.450.392.553.2]Dari hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat pada lampiran 20-21. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk.
85.8 85.9 76.28 84.2 86.28 117.44 123.84 115.74 118.56 0 20 40 60 80 100 120 140
W1 W2 W3
[image:37.595.182.451.182.339.2]Waktu Tanam B o b o t K e ri n g T a ju k I II III
Gambar 10. Bobot kering tajuk per minggu
Histogram hubungan antara bobot kering tajuk dengan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Gambar 11.
107.24 87.93 86.71 0 20 40 60 80 100 120
W1 W2 W3
Waktu Tanam B o b o t K e ri n g T a ju k
Gambar 11. Bobot kering tajuk pada saat panen dengan perbedaan waktu tanam Dari gambar 11 dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk, dimana bobot basah tajuk tertinggi pada perlakuan W1 (107.24 g) dan terendah pada pelakuan W3 (86.71 g).
[image:37.595.155.443.376.552.2]Dari hasil pengamatan dan sidik ragam umur berbunga dapat dilihat pada lampiran 8-9. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap umur berbunga.
Histogram hubungan antara umur berbunga dengan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Gambar 12.
73.27 a 72.8 b 72.4 b 71.8 72 72.2 72.4 72.6 72.8 73 73.2 73.4
W1 W2 W3
[image:38.595.174.450.229.370.2]Waktu Tanam U m u r B e rb u n g a
Gambar 12. Umur berbunga pada saat panen dengan perbedaan waktu tanam Dari gambar 12 dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, dimana umur berbunga tertinggi pada perlakuan W3 (73.27 hari) dan terendah pada pelakuan W1 (72.40 hari).
Umur Panen (hari)
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam umur panen dapat dilihat pada lampiran 10-11. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap umur panen.
95.33 b 92.47 c 99.4 a 88 90 92 94 96 98 100
W1 W2 W3
[image:39.595.184.447.91.217.2]Waktu Tanam U m u r P an en
Gambar 13. Umur panen pada saat panen dengan perbedaan waktu tanam.
Dari gambar 13 dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap umur panen, dimana umur panen tertinggi pada perlakuan W2 (99.40 hari) dan terendah pada pelakuan W1 (92.74 hari).
Jumlah Biji per Tongkol (biji)
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah biji/tongkol dapat dilihat pada lampiran 12-13. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah biji per tongkol.
Histogram hubungan antara jumlah biji per tomgkol dengan perbedaan waktu tanam Gambar 14.
518.87 521 590.27 480 500 520 540 560 580 600
W1 W2 W3
Waktu Tanam J u m la h B ij i p e r T o n g k o l
Gambar 14. Jumlah biji per tongkol pada saat panen dengan perbedaan waktu tanam.
tongkol tertinggi pada perlakuan W2 (590.27 biji) dan terendah pada pelakuan W1 (518.87 biji).
[image:40.595.113.383.137.267.2]W1 W2 W3
Gambar 15. Jumlah Biji per Tongkol W1, W2 dan W3.
Bobot Kering Jagung Pipil Kering per Tanaman (g)
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering jagung pipil kering per tanaman dapat dilihat pada lampiran 16-17. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering jagung pipil kering per tanaman.
Histogram hubungan antara jumlah biji per tongkol dengan perbedaan waktu tanam Gambar 16.
139.95 150.06 158.02 130 135 140 145 150 155 160
W1 W2 W3
Waktu Tanam B o b o t K e ri n g J a g u n g P ip il K e rin g p e r T an am an
[image:40.595.177.452.559.695.2]Dari gambar 16 dapat dilihat bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering jagung pipil kering per tanaman, dimana bobot kering jagung pipil kering per tanaman tertinggi pada perlakuan W3 (158.02 g) dan terendah pada pelakuan W1 (139.95 g).
[image:41.595.111.512.189.403.2]W1 W2 W3
Gambar 17. Bobot Kering Jagung Pipil Kering per tanaman.
Pembahasan
Perbedaan waktu tanam terhadap pola pertumbuhan dan produksi tanaman jagung
tanam hari ke 1. Hal ini sesuai dengan literatur Fitter dan Hay (1995) yang menyatakan bahwa alasan untuk fenomena tersebut di atas meliputi luas daun yang sangat besar yang dicapai oleh tanaman pada akhir perkembangan vegetatif, adanya diversi hasil fotosintesis dari akar-akar hingga buah yang berkembang pada awal pembungaan.
Untuk bobot kering akar tertinggi pada waktu tanam hari ke 11 sebesar 45.54 g dan terendah pada waktu tanam hari ke 1 sebesar 19.99 g. Hal disebabkan karena pada waktu tanam hari ke 1, kelembaban lebih tinggi dibandingkan dengan waktu tanam hari ke 11 sehingga proses fotosintesis terganggu dan sistem perakaran kurang baik. Dalam hal ini juga curah hujan dan kelembaban tinggi dan intensitas sinar matahari yang rendah serta peran akar dalam menyerap garam mineral dari dalam tanah sehingga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan produksi tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fitter dan Hay (1995) yang menyatakan bahwa sistem perakaran tanaman serealia daerah iklim sedang adalah suatu adaptasi untuk menjamin hubungan air yang mendukung selama pengisian bulir, jadi dapat memaksimumkan produksi.
sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan Ismail, dkk (1995) yang menyatakan bahwa dengan mempertimbangkan potensi curah hujan yang tersedia, maka dirancang pola inroduksi pertanaman.
Untuk umur berbunga tertinggi pada waktu tanam hari ke 21 sebesar 73.27 hari dan terendah pada waktu tanam hari ke 21 sebesar 72.40 hari. Hal ini disebabkan pada saat tanaman mengeluarkan bunga, memerlukan suhu yang tinggi dan ketersediaan air yang cukup untuk membantu penyerbukan tanaman sehingga dapat mempercepat munculnya bunga. Hal ini sesuai dengan literatur Mapegau (2006) yang menyatakan bahwa salah satu kendala yang dapat membatasi pertumbuhan dan produksi tanaman pada lahan kering adalah ketersediaan air yang rendah karena itu diperlukan kultivar jagung yang berpotensi produksi dan mempunyai kemampuan yang tinggi tehadap cekaman air.
Umur panen tertinggi pada waktu tanam hari ke 11 sebesar 99.40 hari dan terendah pada waktu tanam hari ke 1 sebesar 92.47 hari. Hal ini disebabkan oleh waktu tanam yang tepat dan sesuai dengan kriteria pertumbuhannya. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim seperti suhu, curah hujan dan intensitas sinar matahari yang mendukung sebagai faktor-faktor pertumbuhan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman tersebut. Hal sesuai dengan Warisno (1998) yang menyatakan bahwa waktu tanam yang tepat merupakan salah satu usaha untuk memperkecil kegagalan panen.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada perbedaan waktu tanam yang berpengaruh nyata hanya luas daun, umur berbunga, umur panen, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. 2. Pada waktu tanam 21 hari adalah pola tanam yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman jagung dengan kondisi iklim yang sesuai.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aak., 1996. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisiun, Yogyakarta.
Amin I., A. Sofyan dan M.sudjadi., 1999. Pengaruh Pengapuran Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah Ultisol Banten, Jawa Barat. Pembr.Pen.Tanah dan Pupuk No 4 : 6-9.
Fitter, A. H dan R. K. M. Hay, 1995. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan S. Andani dan E. D. Purbayanti. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Irianto G., Le I.Amien,dan E. Surmaini., 2000. Keragaman Iklim Sebagai PeluangDiversifikasi. Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya . 67 – 95. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Ismail, G., 2001. Ekologi Tumbuhan dan Tanaman Pertanian. Angkasa Raya Padang. Padang.
Ismail I.G., Soebowo dan Suryatna Effendi., 1997. Penelitian Pola Tanam di Daerah Transmigrasi Lahan Kering Way Abung, Lampung Utara. Proceeding Pertemuan Teknis Penelitian Pola Usahatani Menunjang Transmigrasi. Cisarua, Bogor 27 – 29 Februari 1984.:153-172. Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Prtanian. Kartasapoetra, A. G. 1999. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah
Tropik. Bina Aksara, Jakarta.
Mapegau, 2006. Pengaruh Cekaman Air terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr). Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura 41:43. Fakultas Pertanian USU, Medan.
Poincelot, R. P., 1995. Horticulture Principles and Practical Aplications. Prentice Hall, New Jersey.
Rasahan, C. A., et.al., 1999. Refleksi Pertanian : Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusantara. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
., 1998. Sayuran Dunia Prinsip, Produksi dan Gizi. Terjemahan Catur Herison. ITB-Press, Bandung.
Rukmana, H. R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Jogjakarta.
Sinulingga, N. M., 1999. Refleksi Pertanian : Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusantara. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Suprapto, H. S. 1990. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Syarifuddin K.A., 1997. Tanpa Olah Tanah Dalam Pola Tanam. Pros. Seminar Nasional II. BDP TOT Bogor. : 1 – 15.
Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Jagung
Nama Varietas : P12
SK : 775/Kpts/TP.240/6/99
Tahun : 1999
Tetua : F1 dari silang tunggal antara M30A97 dengan F30A97. M30A97 dan F30A97 adalah galur murni topis yang dikembangkan oleh Pioneer Hi Bred Philipines, Inc dan Pioneer Hi Bred (Thailand, Co, Ltd) secara berurutan Rataan Hasil : 10-12 ton/ha
Potensi Hasil : 8-10,5 ton/ha pipilan kering Golongan : Hibrida silang tunggal
Umur : Berumur dalam
None : 50% polinasi : 56-59 hari None : 50% keluar rambut 57-60 hari
Masak fisiologis 92 hari (<600 m dpl) 120 hari (>600 m dpl)
Batang : Besar dan kokoh Warna Batang : hijau
Tinggi Tanaman : 211 cm
Daun : Tegak dan lebar
Warna Daun : Hijau tua Keragaman Tanaman : Sangat seragam Perakaran : Baik dan kuat Kerebahan : Tahan rebah
Bentuk Malai : Tidak terbuka, ujung terkulai Warna Sekam : Hijau
Warna Anthera : Kuning
Warna Rambut : Putih dengan merah muda diujungnya Tongkol : Panjang dan silindris
Kedudukan Tongkol : Agak tinggi dipertengahan, tinggi tanaman (91 cm) Klobot : Menutup biji dengan baik
Warna Biji : Orange Bentuk Biji : Mutiara
Baris Biji : Lurus dan rapat Jumlah Baris/tongkol : 14-16 baris Bobot 1000 Butir : 29 gram
Kandungan Nutrisi : 5,6% minyak, 10,6% protein dan 71,2 tepung
Ketahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap karat daun dan busuk tongkol Diplodia dan busuk batang bakteri, agak tahan terhadap bulai, hawar daun H. Turcicum dan busuk batang Phythium
(Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2006)
Lampiran 2. Bagan Penelitian
Keterangan Gambar :
Jarak antar petak : 50 cm
I
II
III
I II III
III M0W3
I M0W3
II M0W3
III M0W1
III M0W2
II M0W1
I M0W1
I M0W2
II M0W2
Lapangan Hijau
Timur
Lampiran 3. Bagan Tanaman per Petak
Keterangan : A dan D adalah jarak antar tanaman dalam antar barisan/petak = 70 cm
B dan C adalah jarak antar tanaman dalam barisan/petak = 25 cm
A
Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Nama Kegiatan Minggu Ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1. Persiapan Lahan x
2. Pemupukan Dasar x
3. Penanaman x x x
4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman Dilakukan sesuai dengan kondisi lingkungan
b. Penjarangan x x x
c. Penyiangan Dilakukan sesuai dengan kondisi lingkungan
d. Pengendalian Hama dan Penyakit Dilakukan sesuai dengan kondisi lingkungan
5. Pengamatan Parameter
a. Luas Daun (cm2) Pada saat tanaman sudah berbunga
b. Umur Berbunga (hari) Saat 75% tanaman sudah mengeluarkan bunga
c. Umur Panen (hari) Setelah tanaman memenuhi kriteria untuk panen
d. Jumlah Biji per Tongkol (biji) x x x
e. Volume Akar (cm3) x x x
f. Bobot Kering Jagung Pipil kering per
Tanaman (g) x x x
g. Bobot Basah Tajuk (g) x x x
h. Bobot Kering Tajuk (g) x x x
i. Bobot Basah Akar (g) x x x
Lampiran 5. Rangkuman Uji Beda Rataan Parameter
Perl
Parameter yang Diamati
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
MW1
742,33b 72,40b 92,47c 518,87 83,47 139,95 293,99 107,24a 127,35 19,99b
MW2
821,90a 72,80b 99,40b 521,00 109,47 150,06 299,74 87,93b 148,93 45,54a
MW3
763,34b 73,27a 95,33a 590,27 136,73 158,02 326,08 86,71b 148,90 42,53a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berpengaruh tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%
Keterangan :
1. Luas Daun (cm2) 2. Umur Berbunga (hari) 3. Umur Panen (hari)
4. Jumlah Biji/Tongkol (biji) 5. Volume Akar (cm3)
6. Bobot kering Jagung Pipil kering/Tanaman (g) 7. Bobot Basah Tajuk (g)
Lampiran 6. Data Luas Daun (cm2)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
MW1 720,54 720,58 785,86 2226,98 742,33 MW2 821,64 781,00 863,06 2465,70 821,90 MW3 747,06 731,00 811,96 2290,02 763,34
Total 2289,24 2232,58 2460,88 6982,70 Rataan 763,08 744,19 820,29 775,86
Lampiran 7. Sidik Ragam Luas Daun
SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 9421,28 4710,64 40,67 ** 6,94 18,00 Perlakuan 2 10202,75 5101,37 44,05 ** 6,94 18,00
Galat 4 463,29 115,82
Total 8 20087,32 2510,91
KK = 1, 39
Lampiran 8. Data Volume Akar (cm3)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
MW1 70,00 129,00 51,40 250,40 83,47 MW2 126,00 81,20 121,20 328,40 109,47 MW3 146,40 122,00 141,80 410,20 136,73
Total 342,40 332,20 314,40 989,00 Rataan 114,13 110,73 104,80 109,89
Lampiran 9. Sidik Ragam Volume Akar
SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 133,88 66,94 0,06 tn 6,94 18,00 Perlakuan 2 4256,81 2128,40 1,81 tn 6,94 18,00 Galat 4 4695,24 1173,81
Total 8 9085,93 1135,74
KK = 31,18
Lampiran 10. Data Bobot Basah Akar (g)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
MW1 128,02 158,40 95,64 382,06 127,35 MW2 169,84 105,64 171,30 446,78 148,93 MW3 163,78 113,68 169,24 446,70 148,90
Total 461,64 377,72 436,18 1275,54 Rataan 153,88 125,91 145,39 141,73
Lampiran 11. Sidik Ragam Bobot Basah Akar
SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 1234,42 617,21 0,46 tn 6,94 18,00 Perlakuan 2 929,60 464,80 0,34 tn 6,94 18,00 Galat 4 5423,26 1355,81
Total 8 7587,27 948,41
KK = 25,98
Lampiran 12. Data Bobot Kering Akar (g)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
MW1 16,40 24,62 18,96 59,98 19,99 MW2 43,52 39,16 53,94 136,62 45,54 MW3 36,34 40,84 50,40 127,58 42,53
Total 96,26 104,62 123,30 324,18 Rataan 32,09 34,87 41,10 36,02
Lampiran 13. Sidik Ragam Bobot Kering Akar
SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 127,78 63,89 2,03 tn 6,94 18,00 Perlakuan 2 1169,46 584,73 18,55 ** 6,94 18,00
Galat 4 126,06 31,52
Total 8 1423,30 177,91
KK = 15,59
Lampiran 14. Data Bobot Basah Tajuk (g)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
MW1 300,84 298,60 282,52 881,96 293,99 MW2 339,48 246,54 313,20 899,22 299,74 MW3 337,00 319,82 321,42 978,24 326,08
Total 977,32 864,96 917,14 2759,42 Rataan 325,77 288,32 305,71 306,60
Lampiran 15. Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk
SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 2107,68 1053,84 1,47 tn 6,94 18,00 Perlakuan 2 1756,88 878,44 1,23 tn 6,94 18,00
Galat 4 2862,88 715,72
Total 8 6727,44 840,93
KK = 8,73
Lampiran 16. Data Bobot Kering Tajuk (g)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
MW1 115,46 100,12 106,14 321,72 107,24 MW2 95,86 81,04 86,88 263,78 87,93 MW3 85,56 81,26 93,32 260,14 86,71
Total 296,88 262,42 286,34 845,64 Rataan 98,96 87,47 95,45 93,96
Lampiran 17. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk
SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 207,86 103,93 4,25 tn 6,94 18,00 Perlakuan 2 795,82 397,91 16,28 ** 6,94 18,00
Galat 4 97,79 24,45
Total 8 1101,47 137,68
KK = 5,26
Lampiran 18. Data Umur Berbunga (hari)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
MW1 72,60 72,40 72,20 217,20 72,40 MW2 72,60 73,20 72,60 218,40 72,80 MW3 73,20 73,20 73,40 219,80 73,27
Total 218,40 218,80 218,20 655,40 Rataan 72,80 72,93 72,73 72,82
Lampiran 19. Sidik Ragam Umur Berbunga
SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 0,06 0,03 0,44 tn 6,94 18,00
Perlakuan 2 1,13 0,56 7,94 ** 6,94 18,00
Galat 4 0,28 0,07
Total 8 1,48 0,18
KK = 0,37
Lampiran 20. Data Umur Panen (hari)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
MW1 92,80 92,40 92,20 277,40 92,47 MW2 99,40 99,20 99,60 298,20 99,40 MW3 95,00 95,60 95,40 286,00 95,33
Total 287,20 287,20 287,20 861,60 Rataan 95,73 95,73 95,73 95,73
Lampiran 21. Sidik Ragam Umur Panen
SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 0,00 0,00 0,00 tn 6,94 18,00
Perlakuan 2 72,83 36,41 321,29 ** 6,94 18,00
Galat 4 0,45 0,11
Total 8 73,28 9,16
KK = 0,35
Lampiran 22. Data Jumlah Biji per Tongkol
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
MW1 525,40 550,80 480,40 1556,60 518,87 MW2 522,00 497,20 543,80 1563,00 521,00 MW3 595,40 554,20 621,20 1770,80 590,27
Total 1642,80 1602,20 1645,40 4890,40 Rataan 547,60 534,07 548,47 543,38
Lampiran 23. Sidik Ragam Biji per Tongkol
SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 391,26 195,63 0,14 tn 6,94 18,00 Perlakuan 2 9900,38 4950,19 3,59 tn 6,94 18,00 Galat 4 5522,15 1380,54
Total 8 15813,80 1976,72
KK = 6,84
Lampiran 24. Data Bobot Kering Jagung Pipil Kering per Tanaman (g)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
MW1 131,74 152,46 135,66 419,86 139,95 MW2 153,22 143,78 153,18 450,18 150,06 MW3 167,30 141,90 164,86 474,06 158,02
Total 452,26 438,14 453,70 1344,10 Rataan 150,75 146,05 151,23 149,34
Lampiran 25. Sidik Bobot Kering Jagung Pipil Kering per Tanaman
SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 49,28 24,64 0,15 tn 6,94 18,00 Perlakuan 2 491,91 245,96 1,53 tn 6,94 18,00
Galat 4 644,94 161,24
Total 8 1186,14 148,27
KK = 8,50
Lampiran 26. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 27. Data Harian Temperatur Pada Bulan Mei
Lampiran 28. Data Harian Temperatur Pada Bulan Juni
MEI 25 25.5 26 26.5 27 27.5 28 28.5 29 29.5
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TANGGAL T E M P E RAT UR
JUNI
24
25
26
27
28
29
30
31
32
1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Lampiran 29. Data Harian Temperatur Pada Bulan Juli
Lampiran 30. Data Harian Curah Hujan Pada Bulan Mei
JULI
0 5 10 15 20 25 30 35
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TANGGAL
T
E
M
P
E
RAT
UR
MEI
0 20 40 60 80 100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TANGGAL
CURAH HUJ
Lampiran 31. Data Harian Curah Hujan Pada Bulan Juni
Lampiran 32. Data Harian Curah Hujan Pada Bulan Juli
JUNI
0 10 20 30 40 50 60
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
TANGGAL
CURAH HUJ
AN
JULI
0
20
40
60
80
100
120
1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TANGGAL
CURAH HUJ
Lampiran 33. Data Harian Intensitas Matahari Pada Bulan Mei
M EI
0 20 40 60 80 100 120
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TANGGAL
INT
E
NS
IT
AS
Lampiran 34. Data Harian Intensitas Matahari Pada Bulan Juni
JUNI
0 20 40 60 80 100 120
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TANGGAL
INT
E
NS
IT
Lampiran 35. Data Harian Intensitas Matahari Pada Bulan Juli
JULI
0 20 40 60 80 100 120
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TANGGAL
INT
E
NS
IT
AS
Lampiran 36. Data Harian Kelembaban Pada Bulan Mei
0 20 40 60 80 100 120
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TANGGAL
KE
L
E
M
Lampiran 37. Data Harian Kelembaban Pada Bulan Juni
0 20 40 60 80 100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TANGGAL
KE
L
E
M
BABAN
Lampiran 38. Data Harian Kelembaban Pada Bulan Juli
0 20 40 60 80 100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TANGGAL
KE
L
E
M
Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Nama
Kegiatan
Minggu Ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1. Persiapan
Lahan
x
2. Pemupukan
Dasar
x
3. Penanaman x x x
4. Pemeliharaan
Tanaman a.
Penyiraman
Dilakukan sesuai dengan kondisi lingkungan
b.
Penjarangan
x x x
c. Penyiangan Dilakukan sesuai dengan kondisi lingkungan
d.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Dilakukan sesuai dengan kondisi lingkungan
5. Pengamatan
Parameter a. Luas Daun (cm2)
Pada saat tanaman sudah berbunga
b. Umur Berbunga (hari)
Saat 75% tanaman sudah mengeluarkan bunga
c. Umur Panen (hari)
Setelah tanaman memenuhi kriteria untuk panen
d. Jumlah Biji per Tongkol (biji)
x x x
e. Volume
Akar (cm3) x x x
f. Bobot Kering Jagung Pipil kering per Tanaman (g)
x x x
g. Bobot Basah Tajuk (g)
x x x
h. Bobot Kering Tajuk (g)
x x x
i. Bobot Basah Akar (g)
x x x
Kering Akar (g)
Lampiran 5. Rangkuman Uji Beda Rataan Parameter
Perl
Parameter yang Diamati
1
2
3
4
5
6
7
MW1
742,33b 72,40b 92,47c 518,87 83,47 139,95 293,99 10
MW2
821,90a 72,80b 99,40b 521,00 109,47 150,06 299,74 87,
MW3
763,34b 73,27a 95,33a 590,27 136,73 158,02 326,08 86,
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berpengaruh tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%
Keterangan :
11.Luas Daun (cm2) 12.Umur Berbunga (hari) 13.Umur Panen (hari)
14.Jumlah Biji/Tongkol (biji) 15.Volume Akar (cm3)
16.Bobot kering Jagung Pipil kering/Tanaman (g) 17.Bobot Basah Tajuk (g)