• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan Di Puskesmas Batang Toru Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Determinan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan Di Puskesmas Batang Toru Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH

ABDUL KADIR RAMBE NIM.111000198

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

JALAN DI PUSKESMAS BATANG TORU KECAMATAN

BATANG TORU KABUPATEN TAPANULI SELATAN

TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

ABDUL KADIR RAMBE

NIM.111000198

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

(3)
(4)

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotifdan preventif. Meskipun persebaran puskesmas di kabupaten/kota sudah cukup merata tetapi masih sedikit penduduk yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas seperti pelayanan rawat jalan. Jumlah kunjungan penduduk ke Puskesmas Batang Toru pada tahun 2014 hanya sebesar 20,96% dari 33.937 jiwa jumlah penduduk.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan explanatory research yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Batang Toru. Populasi adalah semua kepala keluarga yang berada di wilayah kerja Puskesmas Batang Toru dan telah menetap selama 1 tahun yaitu sebanyak 8.217 KK. Pemilihan sampel ini diambil dengan menggunakan metode proposional random sampling sebanyak 100 KK. Data diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden, dengan berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya dan dianalisis menggunakan uji regresi logistik berganda denganα=0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan dari 100 responden, sebanyak 31 responden memanfaatkan pelayanan rawat jalan ke puskesmas dan 69 responden tidak memanfaatkan pelayanan rawat jalan ke Puskesmas Batang Toru . Berdasarkan uji bivariat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, sikap, persepsi, keterjangkauan dan sikap petugas ada hubungan terhadap pemanfaatan pelayanan rawat jalan sedangkan berdasarkan uji multivariat variabel sikap petugas kesehatan mempunyai nilai p sebesar 0,011 dan Exp (B) sebesar 9,375, merupakan model terbaik untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Batang Toru.

Disarankan kepada Puskesmas Batang Toru agar lebih proaktif untuk terjun langsung ke lapangan dengan memberikan sosialisasi dan penyulahan serta memberikan pengobatan tanpa harus menunggu pasien yang datang ke puskesmas dan diharapkan kepada petugas kesehatan agar memperbaiki kinerjanya dan membudayakan 5S (senyum, salam, sapa, sabar dan semangat) kepada pasien agar masyarakat mau berobat ke puskesmas.

(5)

the efforts of individual health at first level, it is more about promotive and preventive efforts. Although the spread of health centers in district/city is quite prevalent but still few people who use health services in health centers such as outpatient services. The number of visits to health center of Batang Toru in 2014 was only 20.96% of 33.937 inhabitants.

This type of research used a survey research using explanatory research approach that aims to identify the factors that influence the utilization of outpatient services in Puskesmas Batang Toru. The population, all the patriarchs living in The working area of Puskesmas Batang Toru and had settled for one year, was 8.217 household. Selection of these samples were taken by using proportional random sampling of 100 household. The data obtained through direct interviews with respondents, based on the study questionnaires that had been prepared and analyzed using multiple logistic regression test with α = 0.05 with 95% confidence level.

The results showed from 100 respondents, 31 respondents utilized the outpatient services to health centers and 69 respondents did not. Based on bivariate tests in this study showed that the variables of knowledge, attitudes, perceptions, affordability and attitude of workers, there was relation to the utilization of outpatient services, while based on multivariate test, variable of attitude of health workers had 0.011 as p-value and 9.375 as Exp (B), was the best model to improve the utilization of outpatient services at Puskesmas Batang Toru.

It is suggested to Puskesmas Batang Toru to be more proactive to jump directly to the field by providing socialization and counseling as well as provide treatment without waiting for patients coming to the puskesmas and is expected to health workers in order to improve its performance and cultivate 5S (smiles, warmest regards, greetings, patience and passion ) to the patient so that people want go to puskesmas.

Keywords: Puskesmas, Outpatient Services Utilization.

(6)

Nama : Abdul Kadir Rambe

Tempat/ Tanggal Lahir : SP. Nibung/ 04 November 1991

JenisKelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Anakke : 2dari 3 bersaudara

Nama Ayah : Anten Rambe

Nama Ibu : Almh. Nur Lela Lubis

Status Perkawinan : Belum Kawin

AlamatRumah : Desa Huta Baru,Kec. Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

RiwayatPendidikan :

1. Tahun 1998-2004 : SD Negeri No. 142498 Sipenggeng

2. Tahun 2004-2007 : SMP Sawasta Nurul Ilmi Padangsidimpuan 3. Tahun 2007-2010 : SMA Swasta Nurul Ilmi Padangsidimpuan 4. Tahun 2011-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

(7)

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

Determinan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan Di Puskesmas Batang

Toru Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015

sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun material, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Sumatera Utara.

2. dr. Heldy B Z, MPH., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dan sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.

3. Dr. Juanita, SE, M.Kes., Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.

4. Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes.,selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan terhadap skripsi ini.

(8)

untuk memberikan masukan terhadap skripsi ini.

6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM, selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Khususnya Departemen Administrasi dan kebijakan Kesehatan.

8. Kepala Puskesmas dan Staf di Puskesmas Batang Toru yang telah memberi izin peneliti untuk melakukan penelitian dan membimbing peneliti selama melakukan penelitian.

9. Terkhusus kepada kedua orang tua tercinta, Anten Rambedan Almh. Nur Lela Lubis yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini serta kepada Alm. Adik saya tercinta Sakti Rambe yang selalu memotivasi saya untuk segera menyelesaikan studi S1 sewaktu beliau masih hidup.

10. Teristimewa kepada kakak tersayang Rahma Sari Rambe dan abang ipar Toman Muda Siregar yang telah mendukung saya baik moril maupun materil serta keponakanku bang Eyza dan ade Anggun yang selalu membangkitkan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Kepada Pertamina Foundation yang telah memberikan dukungan material

berupa beasiswa kepada penulis selama studi di FKM USU.

12. Teman-teman seperjuangan di FKM USU khususnya stambuk 2011 dan lebih terkhusus lagi peminatan AKK yang senantiasa saling memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

(9)

14. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih banyak untuk semuanya

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih perlu disempurnakan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis.Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Agustus 2015 Penulis

Abdul Kadir Rambe NIM. 111000198

(10)

Halaman

1.3 Tujuan Penelitian………... 9

1.4 Hipotesa Penelitian………... 9

1.5 Manfaat Penelitian……….…...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Kesehatan………... 11

2.1.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan…...12

2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan………...15

2.1.3 Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan………... 21

2.1.4 Faktor yang Memengaruhi Kunjungan Ulang………...21

2.2 Persepsi...………... 23

2.3 Pusat Kesehatan Masyarakat...……... 25

2.3.1 Pengertian Puskesmas………...25

2.3.2 Upaya Puskesmas………...27

2.4 Kerangka Konsep………...29

BAB III MTODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………...30

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………... ...30

3.2.1 Lokasi Penelitian………...30

3.2.2 Waktu Penelitian………...30

3.3.Populasi dan Sampel………...31

3.3.1 Populasi………...31

3.3.2 Sampel………...31

3.4.1 Metode Pengumpulan Data……… ...33

3.4.1 Data Primer………... ...33

3.4.2 Data Sekunder………...33

(11)

3.6.1 Variabel Dependen ... ...34

3.6.2 Variabel Independen………... .35

3.7. Metode Analisis Data ... ...36

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 GambaranUmum Lokasi Penelitian ...37

4.1.1 Letak Geografis ...37

4.1.2 Demografis ...37

4.2 AnalisisUnivariat...38

4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Identitas ...38

4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Predisposisi ...39

4.2.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ...39

4.2.2.2 DistribusiResponden Berdasarkan Pengetahuan...40

4.2.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap ...41

4.2.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi...42

4.2.3.Distribusi Responden Berdasarkan Pemungkin ...43

4.2.3.1 Pendapatan ...44

4.2.3.2 Keterjangkaun ...44

4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Penguat ...45

4.2.4.1 Sikap Petugas Kesehatan ...45

4.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan Di Puskesmas ...47

4.3 Analisis Bivariat ...48

4.3.1 Tabulasi Silang dan Hasil Uji Statistik ...48

4.3.1.1 Tabulasi Silang Antara Pendidikan dengan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan ...48

4.3.1.2 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan ...49

4.3.1.3 Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan ...49

4.3.1.4 Tabulasi Silang Antara Persepsi dengan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan ...50

4.3.1.5 Tabulasi Silang Antara Pendapatan dengan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan ...51

4.3.1.6 Tabulasi Silang Antara Keterjangkauan dengan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan ...51

4.3.1.7 Tabulasi Silang Antara Sikap Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan ...52

4.3.2 Ringkasan Hasil Uji Statistik chi- Square ...53

4.4 Analisis Multivariat...54

(12)

5.1 Faktor- Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan

Pelayanan Rawat Jalan di Puskesmas Batang Toru………55

5.1.1 Pengetahuan Responden...……… 55

5.1.2 Sikap Responden………... 58

5.2.1 Persepsi Responden………... 59

5.2.2 Sikap Petugas Kesehatan………... 61

5.2. Faktor- Faktor yang tidak Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan di Puskesmas Batang Toru………63

5.2.1 Pendidikan Responden………... 63

5.2.2 Pendapatan Responden………... 64

5.2.3 Keterjangkauan Responden………... 65

5.3 Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan di Puskesmas Batang Toru Tahun 2015...………65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan...………... 67

6.2 Saran...68

DAFTAR PUSTAKA...70

LAMPIRAN

1. KUESIONER PENELITIAN 2. MASTER DATA SPSS

3. HASIL PENGOLAHAN DATA STATISTIK

4. SURAT IZIN PENELITIAN DAN SURAT KETERANGAN TELAH SELESAI PENELITIAN

(13)

1.1. Daftar Jumlah Kunjungan Pasien Berobat Jalan Di

Puskesmas Batang Toru Kecamatan Batang Toru Tahun 2014 ... 7 3.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Metode Proposional

Random Sampling di Kecamatan Batang Toru... 32 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat... 34 3.3 Aspek Pengukuran Variabel Bebas... 35 4.1 Distribusi Responden berdasarkan Identitas (Umur, Suku,

Jenis Kelamin, Status dan Pekerjaan) ... 38 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 39 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan terhadap Penyakit

dan Puskesmas ... 40 4.4 Distribusi Kategori Berdasarkan Pengetahuan ... 41 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap terhadap Pemanfaatan

Pelayanan Rawat Jalandi Puskesmas Batang Toru Tahun 2015 ... 41 4.6 Distribusi Kategori Berdasarkan Sikap... 42 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi terhadap Pemanfaatan

Pelayanan Rawat Jalandi Puskesmas Batang ToruTahun 2015... 43 4.8 Distribusi Kategori Berdasarkan Persepsi ... 43 4.9 Distribusi Kategorik Berdasarkan Pendapatan ... 44 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Keterjangkauan terhadap

Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan di Puskesmas

Batang Toru Tahun 2015 ... 44 4.11 Distribusi Kategorik Berdasarkan Keterjangkaun ... 45 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Petugas yakni Perawat

Dan Dokter terhadap Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan di Puskesmas Batang Toru Tahun 2015 ... 46

(14)

4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan di PuskesmasBatang Toru

Tahun 2015 ... 47 4.15 Distribusi Kategori Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan

Rawat Jalan ... 47 4.16 Tabulasi Silang Antara Pendidikan Dengan Pemanfaatan

Pelayanan Rawat Jalan di Puskesmas

Batang ToruTahun 2015 ... 48 4.17 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Dengan Pemanfaatan

Pelayanan Rawat Jalan di Puskesmas Batang Toru

Tahun 2015 ... 49 4.18 Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Pemanfaatan Pelayanan

Rawat Jalan di Puskesmas Batang Toru Tahun 2015 ... 50 4.19 Tabulasi Silang Antara Persepsi dengan Pemanfaatan Pelayanana Rawat

Jalan di Puskesmas Batang Toru

Tahun2015 ... 50 4.20 Tabulasi Silang Antara Pendapatan dengan Pemanfaatan Pelayanan

Rawat Jalan di PuskesmasBatang Toru

Tahun 2015 ... 51 4.21 Tabulasi Silang Antara Keterjangkauan dengan Pemanfaatan Pelayanan

Rawat Jalan di PuskesmasBatang ToruTahun 2015 ... 52 4.22 Tabulasi Silang Antara Sikap Petugas Kesehatan dengan

Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan di

PuskesmasBatang ToruTahun 2015... 53 4.23 Hasil Uji Bivariat antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ... 53 4.24 Hasil UJi Regresi Logistik... . 54

(15)

2.2 KerangkaKonsep ... ……... 29

(16)

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotifdan preventif. Meskipun persebaran puskesmas di kabupaten/kota sudah cukup merata tetapi masih sedikit penduduk yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas seperti pelayanan rawat jalan. Jumlah kunjungan penduduk ke Puskesmas Batang Toru pada tahun 2014 hanya sebesar 20,96% dari 33.937 jiwa jumlah penduduk.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan explanatory research yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Batang Toru. Populasi adalah semua kepala keluarga yang berada di wilayah kerja Puskesmas Batang Toru dan telah menetap selama 1 tahun yaitu sebanyak 8.217 KK. Pemilihan sampel ini diambil dengan menggunakan metode proposional random sampling sebanyak 100 KK. Data diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden, dengan berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya dan dianalisis menggunakan uji regresi logistik berganda denganα=0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan dari 100 responden, sebanyak 31 responden memanfaatkan pelayanan rawat jalan ke puskesmas dan 69 responden tidak memanfaatkan pelayanan rawat jalan ke Puskesmas Batang Toru . Berdasarkan uji bivariat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, sikap, persepsi, keterjangkauan dan sikap petugas ada hubungan terhadap pemanfaatan pelayanan rawat jalan sedangkan berdasarkan uji multivariat variabel sikap petugas kesehatan mempunyai nilai p sebesar 0,011 dan Exp (B) sebesar 9,375, merupakan model terbaik untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Batang Toru.

Disarankan kepada Puskesmas Batang Toru agar lebih proaktif untuk terjun langsung ke lapangan dengan memberikan sosialisasi dan penyulahan serta memberikan pengobatan tanpa harus menunggu pasien yang datang ke puskesmas dan diharapkan kepada petugas kesehatan agar memperbaiki kinerjanya dan membudayakan 5S (senyum, salam, sapa, sabar dan semangat) kepada pasien agar masyarakat mau berobat ke puskesmas.

(17)

the efforts of individual health at first level, it is more about promotive and preventive efforts. Although the spread of health centers in district/city is quite prevalent but still few people who use health services in health centers such as outpatient services. The number of visits to health center of Batang Toru in 2014 was only 20.96% of 33.937 inhabitants.

This type of research used a survey research using explanatory research approach that aims to identify the factors that influence the utilization of outpatient services in Puskesmas Batang Toru. The population, all the patriarchs living in The working area of Puskesmas Batang Toru and had settled for one year, was 8.217 household. Selection of these samples were taken by using proportional random sampling of 100 household. The data obtained through direct interviews with respondents, based on the study questionnaires that had been prepared and analyzed using multiple logistic regression test with α = 0.05 with 95% confidence level.

The results showed from 100 respondents, 31 respondents utilized the outpatient services to health centers and 69 respondents did not. Based on bivariate tests in this study showed that the variables of knowledge, attitudes, perceptions, affordability and attitude of workers, there was relation to the utilization of outpatient services, while based on multivariate test, variable of attitude of health workers had 0.011 as p-value and 9.375 as Exp (B), was the best model to improve the utilization of outpatient services at Puskesmas Batang Toru.

It is suggested to Puskesmas Batang Toru to be more proactive to jump directly to the field by providing socialization and counseling as well as provide treatment without waiting for patients coming to the puskesmas and is expected to health workers in order to improve its performance and cultivate 5S (smiles, warmest regards, greetings, patience and passion ) to the patient so that people want go to puskesmas.

Keywords: Puskesmas, Outpatient Services Utilization.

(18)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak faktor yang menyebabkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah. Diantaranya adalah masyarakat belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan secara optimal, termasuk puskesmas. Puskesmas merupakan salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang diprioritas untuk mendukung pembangunan kesehatan masyarakat. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No 75, 2014).

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memeliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran,kemauan dan kemampuan hidup sehat, mampu menjangkau kesehatan yang bermutu, hidup dalam lingkungan sehat dan memiliki derajat kesehatan yang optimal. Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakini terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat, puskesmas bertanggung jawab melenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat essensial yang harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan yang kegiatannya memerlukan

(19)

upaya yang sifatnya inovatif yang disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan khususnya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No 75, 2014).

Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air. Adanya puskesmas pembantu dan puskesmas keliling adalah untuk memperkuat puskesmas dalam menjangkau seluruh wilayah kerjanya. Sampai akhir tahun 2013 jumlah puskesmas di Indonesia sebanyak 9.655 unit dengan rincian jumlah puskesmas perawatan 3.317 unit dan puskesmas non perawatan sebanyak 6.833 unit. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas adalah rasio puskesmas per 100.000 penduduk. Dalam kurun waktu 2009 hingga 2013, rasio ini menunjukkan adanya peningkatan. Rasio puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2009 sebesar 1,13 pada tahun 2013 meningkat menjadi 1,17 (Kemenkes RI, 2013).

Jumlah puskesmas di Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2009-2013, dari 501 unit pada tahun 2009 menjadi 570 unit pada tahun 2013, hal ini terjadi karena kebutuhan daerah dan adanya pemekaran kabupaten / kota. Jumlah Puskesmas perawatan mengalami peningkatan, dari 154 unit menjadi 170 unit pada tahun 2013. Jumlah puskesmas pembantu mengalami penurunan dari 1.992 unit tahun 2009 menjadi 1.910 unit tahun 2013 (hal ini disebabkan karena adanya peningkatan puskesmas pembantu menjadi puskesmas). Puskesmas keliling juga mengalami kenaikan dari 473 unit menjadi 517 unit pada tahun 2013 (Dinas Kesahatan Provinsi Sumatera Utara, 2013).

Persebaran puskesmas di kabupaten/kota sudah cukup merata. Setiap kecamatan di Provinsi Sumatera Utara sudah memiliki paling sedikit 1 (satu)

(20)

puskesmas. Bila dibandingkan dengan seluruh penduduk Sumatera Utara (13.326.307 jiwa), maka 1 puskesmas melayani 23.379 jiwa, bila dibandingkan dengan standar nasional dimana 1 (satu) puskesmas melayani 30.000 jiwa, berarti Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah mampu menyediakan sarana kesehatan khususnya puskesmas mencapai standar nasional tersebut (Dinas Kesahatan Provinsi Sumatera Utara, 2013).

Meskipun sarana pelayanan kesehatan dasar telah terdapat di semua kecamatan dan di tunjang oleh beberapa Puskesmas Pembantu namun upaya peningkatan belum dapat di jangkau oleh seluruh masyarakat, diperkirakan hanya sekitar 21,99 % penduduk yang memanfaatkan pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. (Dinas Kesahatan Provinsi Sumatera Utara, 2013).

Standar nasional angka kesakitan sebesar 15%, bila dilihat dari pola pencarian pengobatan dikategorikan dalam mengobati sendiri dengan cara membeli obat di warung dan apotik sebesar 12 persen sedangkan persentase menggunakan pengobatan alternatif/praktik swasta sebesar 13 persen dan ke puskesmas/pustu dan polindes sebesar 40 persen dan ke rumah sakit sebesar 25 persen serta yang tidak bertindak atau tidak mengobati penyakitnya sebesar 10 presen (Riskesdas, 2013).

Masyarakat yang mengalami keluhan kesehatan lebih memilih mengobati sendiri dari pada berobat jalan ke berbagai fasilitas kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, praktik pribadi), diantaranya 89,18% menggunakan obat modern, 2,79% menggunakan obat tradisional dan 8,24% menggunakan obat lainnya. Bila dilihat dari tempat berobat yang dikunjungi oleh masyarakat yang memilih

(21)

berobat jalan diketahui bahwa jumlah masyarakat Sumatera Utara yang mengunjungi praktik tenaga kesehatan dan dokter untuk mendapatkan pengobatan lebih dominan daripada ke Puskesmas/Rumah Sakit milik pemerintah. Dapat dilihat persentase secara berurutan mulai dari yang tertinggi adalah sebagai berikut; praktik bidan 35,5%, puskesmas/pustu 25,2%, praktik dokter 18,7%, rumah sakit swasta 7,7%, rumah sakit pemerintah 4,6%, praktik pengobatan tradisional 4,9% dan dukun 0,3% lainnya 3,1% (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2013).

Pada tahun 2013 tercatat provinsi dengan persentase penduduk yang berobat jalan ke puskesmas/pustu terbesar adalah Papua sebesar 78,2%, diikuti oleh Nusa Tenggara Timur sebesar 72,5% dan Sulawesi Barat 70,8%. Sedangkan provinsi dengan persentase penduduk yang berobat jalan ke puskesmas/pustu terendah adalah Sumatera Riau 23,3%, diikuti oleh Kepulaun Riau sebesar 24,4 dan Sumatera Utara sebesar 25,2% (Kemenkes RI, 2013).

Beberapa pandangan yang berkembang di masyarakat terkait rendahnya jumlah kunjungan masyarakat ke puskesmas antara lain buruknya citra pelayanan di puskesmas, di antaranya pegawai yang tidak disiplin, kurang ramah, kurang profesional, pengobatan yang tidak manjur, fasilitas gedung maupun peralatan medis dan non medis kurang memadai dan masyarakat harus dirujuk untuk melanjutkan pengobatan atau pemeriksaan yang sebenarnya masih dapat dilakukan di puskesmas, atau untuk membeli obat-obatan yang tidak tersedia di puskesmas hanya karena kondisi geografis di beberapa tempat tidak mendukung akibat jauhnya jarak tempuh, tidak ada transportasi, jam puskesmas dan lain-lain.

(22)

Di samping itu tenaga kesehatan juga melakukan praktik swasta di luar jam kerja puskesmas yang memungkinkan persaingan yang terselubung dengan puskesmas, yang berpengaruh terhadap angka kunjungan ke puskesmas (Muninjaya, 2004).

Menurut Anderson dalam Notoatmodjo (2007), komponen yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah : (1) faktor predisposisi (predisposising, seperti demografi, struktur sosial dan keyakinan), (2) faktor pemungkin (enabling, seperti sumber daya keluarga, sumber daya komunitas) dan (3) komponen tingkatan kesakitan (illnes level, seperti tingkat rasa sakit).

Hasil penelitian Heniwati (2008), mengungkapkan bahwa variabel pekerjaan, jarak tempuh dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas sedangkan variabel umur, pendidikan dan jumlah petugas tidak mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Menurut Tiormin (2013), bahwa faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan sikap), faktor sosioekonomi (pekerjaan dan penghasilan) dan faktor kebutuhan yang dirasakan berpengaruh terhadap pencarian pengobatan di Kecamatan Medan Kota.

Hasil penelitian Situmeang (2010) menunjukkan bahwa pengetahuan, pendidikan dan sikap memiliki pengaruh terhadap sarana pelayanan kesehatan di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah, sedangkan menurut Handayani (2013) mengungkapkan bahwa variabel pengetahuan, sikap, persepsi dan kepemilikan jaminan kesehatan ada pengaruh dan variabel pendidikan, pendapatan dan jarak tidak ada pengaruh terhadap

(23)

pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia.

Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 14 kecamatan dan 248 desa. Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki puskesmas sebanyak 16 unit yang terdiri dari 11 puskesmas rawat jalan dan 5 puskesmas rawat inap. Kecamatan Batang Toru adalah salah satu dari 14 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Tapanuli Selatan, Kecamatan Batang Toru memiliki satu puskesmas perawatan ( rawat inap) yang ditunjang dengan 3 puskesmas pembantu dan 2 puskesmas keliling dengan jumlah tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter umum 2 orang, bidan 35 orang, perawat 12 orang dan tenaga kesehatan masyarakat 3 orang. Puskesmas Batang Toru memiliki 23 desa sebagai wilayah kerjanya,selain itu terdapat juga pelayanan kesehatan lainnya, yaitu 35 praktik bidan desa, 3 praktik dokter serta 1 kinik rawat inap. Jumlah penduduk seluruh wilayah kerja Puskesmas Batang Toru adalah 33.937 jiwa yang terdiri dari 16.774 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 17.163 jiwa berjenis kelamin perempuan ( Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan, 2014).

Puskesmas Batang Toru merupakan salah satu puskesmas dengan jumlah kunjungan pasien berobat jalan sebesar 20,96% . Berdasarkan hasil laporan profil Puskesmas Batang Toru tahun 2014 data kunjungan pasien berobat jalan dapat dilihat pada tabel 1.1.

(24)

Tabel 1.1 Daftar Jumlah Kunjungan Pasien Berobat Jalan Di Puskesmas Batang Toru Kecamatan Batang Toru Tahun 2014

No Nama Desa

Penduduk Jumlah

%

L+P Kunjungan

1 Perkebunan Batang Toru 1120 182 16,25

2 Perkebunan Hapesong 1272 132 10,38

3 Perkebunan Sigala-gala 632 64 10,12

4 Desa Telo 700 112 16,00

5 Desa Napa 2013 430 21,36

6 Desa Aek Pining 4575 793 17,33

7 Desa Padang Lancat 1654 30 1,81

8 Desa Batu Hula 998 193 19,34

9 Desa Batu Horing 2010 624 31,04

10 Desa Huta Godang 1728 752 43,52

11 Desa Garoga 794 341 42,95

12 Desa Huta Baru 630 54 3,08

13 Desa Sumuran 1468 301 31,78

14 Desa Sianggunan 1080 154 8,57

15 Desa Sisipa 734 236 32,15

16 Desa Sipenggeng 946 57 6,02

17 Desa Hapesong Lama 1228 167 13,60

18 Desa Hapesong Baru 2999 406 13,54

19 Kelurahan Wek I 1625 431 26,52

20 Kelurahan Wek II 1865 392 21,13

21 Kelurahan Wek III 1194 452 37,85

22 Kelurahan Wek IV 1436 401 27,92

23 Desa Aek Ngadol 1236 312 25,24

Total 33.937 7.116 20,96

Sumber : Profil Puskesmas Batang Toru Tahun 2014

Puskesmas Batang Toru terletak di belakang pasar tradisional Batang Toru tepatnya berada kelurahan Wek II, sedangkan desa yang terjauh dari Puskesmas Batang Toru adalah Desa Padang Lancat (sebelah Selatan) Desa Garoga (sebelah Utara) dan Perkebunan Hapesong (sebelah Barat).

(25)

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang penulis lakukan di Puskesmas Batang Toru, jumlah kunjungan pasien berobat jalan ke puskesmas/puskesmas pembantu masih relatif rendah yaitu sebesar 20,96%, hal ini disebabkan beberapa faktor yakni : faktor geografis, seperti jarak puskesmas kurang strategis dengan pemukiman masyarakat, dimana terdapat beberapa desa yang relatif jauh dari lokasi puskesmas serta harus menggunakan becak motor sebagai transportasinya karena kondisi jalan yang sempit dan tidak adanya transportasi umum roda empat ke desa tersebut serta banyak masyarakat yang menggunakan jasa pengobatan ke mantri ketika mereka sakit, hal ini dibuktikan dengan banyaknya kursi yang diletakkan di depan rumah warga yaitu sebanyak 10-15 kursi setiap harinya yang menandakan di rumah tersebut ada yang sakit dan ingin berobat ke mantri sebagai kodenya.

Dari hasil wawancara terhadap masyarakat di Desa Padang Lancat, mereka mengatakan bahwa ketika mereka mengalami keluhan sakit seperti sakit kepala, batuk, flu dan demam biasanya mereka membeli obat-obatan yang di jual di warung tetapi jika penyakit semakin parah, mereka berobat ke mantri. Mantri bertempat tinggal di Kota Padangsidempuan dan dia biasanya menggunakan sepeda motor ketika mengobati pasien, mantri akan berhenti ke rumah warga yang sakit jika di depan rumah tersebut diberi tanda sebuah kursi, alasan masyarakat lebih memilih berobat ke mantri karena harga obat yang relatif murah dan manjur serta tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk transportasi, tetapi tidak jarang juga mereka lebih memilih berobat ke pengobatan tradisional jika penyakitnya

(26)

tidak kunjung sembuh, sementara itu masayarakat berobat ke bidan desa ketika sakit dan harus segera diobati atau ketika mantri tidak datang.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang determinan pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan di atas, maka yang menjadi permaslahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Determinan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan Di Puskesmas Batang Toru Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui Determinan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan Di Puskesmas Batang Toru Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.4 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh faktor pendidikan pengetahuan, sikap, persepsi, pendapatan, keterjangkaun dan sikap petugas kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Batang Toru Kecamatan Batang Toru.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan mengenai sejauh mana pemanfaatan pelayanan rawat jalan di

(27)

puskesmas, sehingga dapat mengambil suatu kebijakan dan membuat program agar dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan rawat jalan khususnya di Puskesmas Batang Toru Kecamatan Batang Toru .

2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi kepala Puskesmas Batang Toru mengenai determinan pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Batang Toru.

3. Bagi peneliti dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta ketarampilan dalam melekukan penelitian ini.

4. Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi peneliti selanjutnya.

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah penggunaan fasilitas pelayannan kesehatan yang disediakan baik dalam bentuk rawat inap, rawat jalan, kunjungan oleh petugas/ tenaga kesehatan ataupun bentuk kegiatan-kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan kesehatan tersebut (Azwar, 1996). Pelayanan kesehatan sebagai produk jasa memiliki keunikan dengan ciri utama:

1. Adanya sifat ketidakpastian terkait waktu, tempat, urgensi dan biaya. 2. Adanya ketidakseimbangan informasi antaraprovider dengan pengguna

jasa.

3. Adanya manfaat atau resiko kerugian bagi orang lain (Ilyas, 2006). Adapun syarat pokok suatu pelayanan kesehatan dapat dikatakan baik menurut Azwar ( 1996) haruslah :

1. Tersedia dan Berkesinambungan (available and continiuos).

2. Dapat diterima dan wajar (acceptable and appropriate). 3. Mudah dicapai (accessible).

4. Mudah dijangkau (affordable).

5. Bermutu (quality).

(29)

2.1.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Donabedian dalam Notoatmodjo (2007), pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan provider (penyedia pelayanan). Pemanfaatan pelayanan kesehatan erat hubungannya dengan kapan seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh efektifitas pelayanan tersebut. Hubungan antara keinginan sehat dan pernyataan akan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana, tetapi sebenarnya sangat kompleks.

Donabedian dalam Notoatmodjo (2007), ada beberapa faktor - faktor yang dapat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu:

1. Faktor Sosiokultural a. Teknologi

Kemajuan teknologi dapat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan, dimana kemajuan dibidang teknologi disatu sisi dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti transplantasi organ, penemuan organ-organ artifisial, serta kemajuan dibidang radiologi. Sedangkan disisi lain kemajuan teknologi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebagai contoh dengan ditemukannya berbagai vaksin untuk pencegahan penyakit menular akan mengurangi pemanfaatan pelayanan kesehatan.

b. Norma dan nilai yang ada di masyarakat.

Norma, nilai sosial dan keyakinan yang ada di masyarakat akan memengaruhi seseorang dalam bertindak, termasuk dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

(30)

2. Faktor Organisasional a. Ketersediaan Sumber Daya

Suatu sumber daya tersedia apabila sumber daya itu ada atau bisa didapat, tanpa mempertimbangkan sulit ataupun mudahnya penggunaannya. Suatu pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia.

b. Akses Geografis

Akses geografis dimaksudkan pada faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat yang memfasilitasinya atau menghambat pemanfaatan, ini ada hubungan antara lokasi suplai dan lokasi klien, yang dapat diukur dengan jarak waktu tempuh, atau biaya tempuh. Hubungan antara akses geografis dan volume dari pelayanan tergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh mungkin mengakibatkan peningkatan pelayanan yang berhubungan dengan keluhan-keluhan ringan. Dengan kata lain, pemakaian pelayanan preventif lebih banyak dihubungkan dengan akses geografis dari pada pemakaian pelayanan kuratif sebagai mana pemanfaatan pelayanan umum bila dibandingkan dengan pelayanan spesialis. Semakin hebat suatu penyakit atau keluhan, dan semakin canggih atau semakin khusus sumber daya dari pelayanan, semakin berkurang pentingnya atau berkurang kuatnya hubungan antara akses geografis dan volume pemanfaatan pelayanan. c. Akses Sosial

Akses sosial terdiri atas dua dimensi, yaitu dapat diterima dan terjangkau. Dapat diterima mengarah kepada faktor psikologis, sosial dan faktor budaya,

(31)

sedangkan terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi. Konsumen memperhitungkan sikap dan karakteristik yang ada pada provider seperti etnis, jenis kelamin, umur, ras, dan hubungan keagamaan.

d. Karakteristik dari stuktur perawatan dan proses

Praktek pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, praktek dokter tunggal, praktek dokter bersama, grup praktek dokter spesialis atau yang lainnya membuat pola pemanfaatan yang berbeda.

3. Faktor yang berhubungan dengan konsumen

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan

provider (penyedia pelayanan). Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen berhubungan langsung dengan pengunaan atau permintaan terhadap pelayanan kesehatan.

Kebutuhan, terdiri atas kebutuhan yang dirasakan (perceived need) dan diagnosa klinis (evaluated need). Kebutuhan yang dirasakan (perceived need) ini dipengaruhi oleh:

a. Faktor sosiodemografis yang terdiri dari umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa, status perkawinan, jumlah keluarga, dan status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, penghasilan).

b. Faktor sosiopsikologis terdiri dari persepsi, dan kepercayaan terhadap pelayanan medis atau dokter.

4. Faktor yang berhubungan dengan produsen.

Faktor yang berhubungan dengan produsen, yaitu faktor ekonomi konsumen tidak sepenuhnya memiliki referensi yang cukup akan pelayanan yang

(32)

diterima, sehingga mereka menyerahkan hal ini sepenuhnya ketangan

provider. Karakteristik provider, yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, serta fasilitas yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan yang bersangkutan.

2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan kesehatan akan meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Pelanggan yang puas akan membuka peluang hubungan yang harmonis antara pemberi jasa dan konsumen, memberikan dasar yang baik bagi kunjungan ulang, loyalitas pelanggan dan membentuk rekomendasi promosi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang menguntungkan pemberi jasa.

Keputusan konsumen untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dapat dijelaskan dengan Teori Lawrence Green (1980), yang dibedakan dalam tiga faktor yaitu:

1. Faktor predisposisi (Predisposing factors)

Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi yang berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak.

(33)

2. Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk dalam faktor pemungkin adalah ketrampilan, sumber daya pribadi dan komunitas. Seperti tersedianya pelayanan kesehatan termasuk alat-alat kontrasepsi, keterjangkauan, kebijakan, peraturan dan perundangan.

3. Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung pada tujuan dan jenis program. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Konsumen akan memutuskan menggunakan atau memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan berdasarkan perilaku dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Proses penggunaan atau pemanfaatan sarana kesehatan oleh masyarakat atau konsumen selanjutnya dijelaskan oleh Anderson dalam Notoatmodjo (2007), yang menyatakan bahwa keputusan seseorang dalam menggunakan atau memanfaatkan sarana pelayanan tergantung pada :

1. Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristic)

Karakteristik predisposisi menggambarkan fakta bahwa individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Karakteristik predisposisi dapat dibagi ke dalam 3 kelompok yakni :

(34)

a. Ciri-ciri demografi : umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga.

b. Struktur sosial : jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan, ras, agama, kesukuan.

c. Sikap dan keyakinan individu terhadap pelayanan kesehatan.

2. Karakteristik Pendukung (Enabling Characteristic)

a. Sumber daya keluarga (family resources) meliputi penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan.

b. Sumber daya masyarakat (community resources) meliputi jumlah sarana

pelayanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, rasio penduduk dengan

tenaga kesehatan dan lokasi sarana., ketercapaian pelayanan dan

sumber-sumber yang ada didalam masyarakat.

3. Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristik)

Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan pendukung itu ada. Karakteristik kebutuhan itu sendiri dapat dibagi menjadi 2 (dua) kategori yakni:

a. Kebutuhan yang dirasakan (perceived need), yaitu keadaan kesehatan yang dirasakan.

b. Evaluate clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit didasarkan oleh penilaian petugas.

(35)

Secara skematis konsep pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Anderson (1995) digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Konsep Pemanfaatan Kesehatan Menurut Anderson

Cumming dalam Notoatmodjo (2007), mengungkapkan suatusetkategori variabel utama yang muncul dari analisa terhadap model-model yang terdahulu bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh : (1). Hal-hal yang menyangkut kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan, seperti kemampuan individu membayar biaya pelayanan dan pemeliharaan kesehatan, kesadaran mereka untuk menggunakan pelayanan kesehatan, dan tersedianya fasilitas

Faktor predisposisi

Tingkat rasa sakit : Ketidakmampuan,

(36)

pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan terhadap manfaat pengobatan, dan kepercayaan terhadap kualitas pelayanan yang tersedia; (3). Hal-hal yang menyangkut ancaman penyakit seperti persepsi individu terhadap gejala-gejala penyakit dan kepercayaan terhadap gangguan serta akibat-akibat penyakit tersebut; (4). Hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang penyakit; (5). Hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial individu, norma sosial dan struktur sosial, dan (6). Hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik demografi (status sosial, penghasilan dan pendidikan).

Model penggunaan pelayanan kesehatan yang sering dipakai adalah

Health Belief Model dicetuskan oleh Becker dalam Notoatmodjo (2007), yaitu model kepercayaan kesehatan menjelaskan kesiapan individu dalam memahami perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan.Ada 4 (empat) variabel yang terlibat dalam tindakan tersebut yaitu

a. Perceived seriousness (keseriusan yang dirasakan), yaitu persepsi seseorang terhadap keseriusan dari penyakit yang didasarkan pada penilaian terhadap kerusakan yang ditimbulkan penyakit tertentu.

b. Perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan), yaitu kepekaan seseorang terhadap penyakit, agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, maka dia harus merasakan bahwa dia rentan atau peka terhadap penyakit tersebut.

c. Perceived benefits (manfaat yang dirasakan), yaitu persepsi seseorang terhadap manfaat yang diperoleh apabila mengambil tindakan untuk mengobati atau mencegah penyakit.

(37)

d. Perceived barriers (hambatan-hambatan yang dirasakan), yaitu persepsi seseorang terhadap hambatan-hambatan dalam bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakit, dapat berupa keadaan yang tidak menyenangkan atau rasa sakit yang ditimbulkan pada perawatan. Disamping itu hambatan dapat berupa biaya baik bersifat monetary cost

yaitu biaya pengobatan ataupun time cost (waktu menunggu diruang tunggu, atau waktu yang digunakan selama perawatan dan waktu yang digunakan ke tempat pelayanan kesehatan), serta kualitas pelayanan yang diberikan.

Faktor-faktor yang menyangkut kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan, seperti kemampuan individu membayar biaya pelayanan dan pemeliharaan kesehatan, kesadaran mereka untuk menggunakan pelayanan kesehatan, dan tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan harus diperhatikan. Hal-hal yang menyangkut sikap individu terhadap pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan terhadap manfaat pengobatan, dan kepercayaan terhadap kualitas pelayanan yang tersedia. Hal-hal yang menyangkut ancaman penyakit seperti persepsi individu terhadap gejala-gejala penyakit dan kepercayaan terhadap gangguan serta akibat-akibat penyakit tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang penyakit. Hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial individu, norma sosial dan struktur sosial, dan hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik demografi (status sosial, penghasilan dan pendidikan).

(38)

2.1.3 Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan

Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) tentu tidak bertindak apa-apa terhadap penyakit tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha, antara lain:

1. Tidak bertindak/kegiatan apa-apa (no action) 2. Bertindak mengobati diri sendiri (self treatment)

3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan alternatif (traditional remedy)

4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung obat (chemist shop) dan sejenisnya termasuk tukang-tukang jamu

5. Mencari pengobatan dengan pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta yang dikategorikan ke dalam pengobatan Puskesmas dan Rumah Sakit.

6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter (private medicine).

2.1.4 Faktor yang Memengaruhi Kunjungan Ulang

Perilaku pembeli atau pengguna dapat dijadikan kiat dasar untuk menghubungkan kualitas pelayanan dan minat. Perilaku konsumen untuk menggunakan pelayanan yang sama apabila mereka merasa terpenuhi keinginannya dengan pelayanan yang mereka terima. Pembeli atau pengguna yang

(39)

merasa terpenuhi keinginannya akan kualitas jasa yang mereka terima akan membeli atau mengguna ulang produk atau jasa itu kembali. Minat perilaku konsumen untuk membeli atau menggunakan jasa dari pemberi jasa yang sama sangat dipengaruhi oleh pengalaman terhadap pelayanan yang diberikan sebelumnya.

Pengguna yang sudah terbiasa akan suatu produk atau jasa yang khusus tidaklah selalu sama, dikarenakan faktor pemilihan alternatif yang unik. Faktor lain lagi yang berhubungan dalam hal suka atau tidak suka, menolak tetapi sebenarnya menyukai dan beberapa fanatik yang tidak pernah mempertimbangkan pilihan lain.

Menurut Kotler (2009), beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan barang atau jasa, yaitu ;

1. Faktor pertama adalahmarketing stimuli, faktor ini terdiri dariproduct, price, place dan promotion.

2. Faktor kedua adalah stimuli lain yang terdiri dari technological, politicaldancultural.

Faktor ini akan masuk dalam buyer box yang terdiri dari dua (2) faktor, yaitu

buyer characteristicyang memiliki variabelcultural,personal danpsychological, serta buyer decision process merupakan proses yang terjadi saat seseorang memutuskan untuk mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa. Tahapan proses keputusan pembelian yang merupakan bagian dari perilaku konsumen meliputi proses pengenalan kebutuhan, proses pencarian informasi dan

(40)

proses evaluasi alternatif. Proses pemanfaatan di mulai saat konsumen mengenali sebuah masalah atau kebutuhan.

Mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasikan rangsangan yang paling sering membangkitkan minat atau suatu kategori produk. Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak yang dapat dilakukan baik secara aktif maupun pasif. Konsumen akan membentuk preferensi tahap evaluasi atas merek dalam kumpulan pilihan konsumen, juga mungkin membentuk niat untuk membeli atau menggunakan produk yang disukai atau memanfaatkan ulang fasilitas kesehatan yang disukai.

2.2 Persepsi

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2008) persepsi diartikan sebagai: (a) tangapan (penerimaan) langsung dari sesuatu dan (b) proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Secara etimologis, persepsi berasal dari bahasa Latin percipere yang mempuyai pengertian: (a) kesadaran intuitif (berdasarkan firasat) terhadap kebenaran atau kepercayaan langsung terhadap sesuatu, (b) proses dalam mengetahui objek-objek dan peristiwa-peristiwa obyektif, (c) sesuatu proses psikologis yang memproduksi bayangan sehingga dapat mengenal obyek melalui berfikir asosiatif dengan cara inderawi sehingga kehadiran bayangan itu dapat disadari yang disebut juga dengan wawasan.

(41)

Persepsi seseorang dipengaruhi oleh : (a) frame of reference yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki yang diperoleh dari pendidikan, pengamatan, atau bacaan ; (b) field of experience, yaitu pengalaman yang telah dialami yang tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya. Pembentukan persepsi sangat dipengaruhi oleh informasi atau rangsangan yang pertama kali diperolehnya.

Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya aktifitas (pelayanan yang diterima) yang dapat dirasakan oleh suatu objek. Mengingat bahwa persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif yang merupakan suatu rasa puas atau tidak oleh adanya pelayanan.

Persepsi adalah awal dari segala macam kegiatan belajar yang bisa terjadi dalam setiap kesempatan, disengaja atau tidak. Persepsi sebagai “suatu proses penerimaan informasi yang rumit, yang diterima atas diekstraksi manusia dari lingkungan, persepsi termasuk penggunaan indra manusia”. Kemp dan Dayton dalam Prawiradilaga dan Eveline (2008), menyatakan persepsi “sebagai satu proses dimana seseorang menyadari keberadaan lingkungannya serta dunia yang mengelilinginya”. Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indra untk menyerap objek-objek serta kejadian di sekitarnya. Pada akhirnya, persepsi dapat mempengaruhi cara berpikir, bekerja, serta bersikap pada diri seseorang. Hal ini terjadi karena orang tersebut dalam mencerna informasi dari lingkungan berhasil melakukan adaptasi sikap, pemikiran, atau perilaku terhadap informasi tersebut (Prawiradilaga dan Eveline, 2008).

(42)

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan diatas terdapat perbedaan namun dapat disimpulkan bahwa pengertian atau pendapat satu sama lain saling menguatkan, yaitu bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses yang muncul lewat panca indera, baik indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium, kemudian terus-menerus berproses sehingga mencapai sebuah kesimpulan yang berhubungan erat dengan informasi yang diterima dan belum sampai kepada kenyataan yang sebenarnya, proses ini yang dimaksud dengan persepsi.

2.3 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

2.3.1 Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI, 2014).

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja. Dalam pengertian Puskesmas ini terdapat beberapa aspek, yaitu: (a) sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, serta berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional, (b) pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal,

(43)

(c) Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya, dan (d) secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi dua (Permenkes RI, 2014).

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang: (1) Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat (2) Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, (3) Hidup dalam lingkungan sehat dan (4) memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Permenkes RI, 2014).

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, keduanya ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya pelayanan yang diselenggarakan adalah :

a. Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.

b. Upaya Kesehatan Perorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,

(44)

pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan (Permenkes RI, 2014).

2.3.2 Upaya Puskesmas

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni :

1. Upaya Kesehatan Masayarakat (UKM)

a. Upaya kesehatan masyarakat essensial harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal Kabupaten/Kota bidang kesehatan, yaitu :

a. Pelayanan Promosi Kesehatan b. Pelayanan Kesehatan Lingkungan

c. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB d. Pelayanan Gizi, dan

e. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

b. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/ atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, yang disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, khususnya wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing puskesmas.

(45)

2. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)

Upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dilaksanakan sesuaikan dengan standar prosedur operasional dan standar pelayanan yang meliputi :

a. Pelayanan Rawat Jalan b. Pelayanan Gawat Darurat

c. Pelayanan satu hari(one day care)

d. Home care, dan e. Pelayanan Rawat Inap

Untuk melaksanakan upaya kesehatan, puskesmas juga harus menyelenggarakan manajemen puskesmas, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat dan pelayanan laboratorium (Permenkes RI, 2014).

(46)

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan teoritis diatas, determinan yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan di puskesmas Kecamatan Batang Toru, digambarkan dalam kerangka teori sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Faktor

Predisposisi: Pendidikan Pengetahuan Sikap

Persepsi

Faktor Pemungkin:

Pendapatan Keterjangkauan

Faktor Penguat: Sikap petugas kesehatan

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Di

Puskesmas Batang Toru Kecamatan Batang Toru

(47)

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatanexplanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan rawat jalan di wilayah kerja Puskesmas Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan (Singarimbun, 1995).

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Adapun alasan pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan pada survei pendahuluan yang dilakukan peneliti bahwa masayarakat lebih memilih berobat ke mantri dari pada ke puskesmas, hal ini dilihat dari jumlah kursi yang diletakkan di depan rumah masyarakat sebanyak 10-15 pada 3 hari berturut yang menandakan bahwa penghuni rumah tersebut ada yang sakit dan mau berobat dengan mantri.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini diperkirakan berlangsung pada bulan April- Juli 2015. Waktu yang digunakan adalah untuk survei pendahuluan sampai dengan penyusunan hasil penelitian.

(48)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang berada di wilayah kerja Puskesmas Batang Toru Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yaitu kepala keluarga yang telah menetap di wilayah kerja Puskesmas Batang Toru selama 1 tahun terakhir dan pernah memanfaatkan pelayanan rawat jalan di puskesmas.

Sampel diambil dengan menggunakan rumus yaitu:

=

( )²

=

.

. ( , )²

99 orang - 100 orang Dimana N :Jumlah Populasi

n : Jumlah Sampel

d : Tingkat Kepercayaan/ Ketepatan yang diiginkan (0,1) Hasil perhitungan diatas didapatkan bahwa jumlah sampel yaitu 100 orang. Dalam penelitian ini, penulis memilih sampel yaitu kepala keluarga karena dianggap sebagai orang yang mengambil keputusan dalam pemanfaatan pelayanan rawat jalan.

Penentuan besar sampel tiap desa di wilayah kerja Puskesmas Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan dengan metode Proposional Random Sampling, kemudian setelah diperoleh unit sampel per Kelurahan/Desa, sampel diambil secara acak menggunakan tekniksimple random sampling(Gaspersz, 1991).

(49)

Tabel 3.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Metode Proposional Random Sampling di Kecamatan Batang Toru Tahun 2015

No Desa Jlh. KK Perhitungan Sampel

1 Perkebunan B. Toru 485 (485/ 8.217) ×100 6

2 Perkebunan Hapesong 312 (312/ 8.217) ×100 4

3 Perkebunan Sigala-gala 111 (111/ 8.217) ×100 1

4 Desa Telo 157 (157/ 8.217) ×100 2

5 Desa Napa 487 (487/ 8.217) ×100 6

6 Desa Aek Pining 915 (915/ 8.217) ×100 11

7 Desa Padang Lancat 317 (317/ 8.217) ×100 4

8 Desa Batu Hula 200 (200/ 8.217) ×100 2

9 Desa Batu Horing 555 (555/ 8.217) ×100 7

10 Desa Huta Godang 390 (390/ 8.217) ×100 5

11 Desa Garoga 172 (172/ 8.217) ×100 2

12 Desa Huta Baru 159 (159/ 8.217) ×100 2

13 Desa Sumuran 425 (425/ 8.217) ×100 5

14 Desa Sianggunan 253 (253/ 8.217) ×100 3

15 Desa Sisipa 165 (165/ 8.217) ×100 2

16 Desa Sipenggeng 232 (232/ 8.217) ×100 3

17 Desa Hapesong Lama 420 (420/ 8.217) ×100 5

18 Desa Hapesong Baru 725 (725/ 8.217) ×100 9

19 Kelurahan Wek I 388 (388/ 8.217) ×100 5

20 Kelurahan Wek II 435 (435/ 8.217) ×100 5

21 Kelurahan Wek III 298 (298/ 8.217) ×100 4

22 Kelurahan Wek IV 343 (343/ 8.217) ×100 4

23 Desa Aek Ngadol 273 (273/ 8.217) ×100 3

Total 8217 100

(50)

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan maupun dokumen-dokumen dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan dan Puskesmas Batang Toru.

3. 5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Dependen

Pemanfaatan pelayanan rawat jalan adalah jumlah pengguna pelayanan rawat jalan di puskesmas oleh responden.

3.5.2 Variabel Independen

1. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah dicapai oleh responden berdasarkan ijazah terakhir yaitu : tidak sekolah/ tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP/MTs, tamat SLTA/MA dan tamat D3/ PT. 2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang

Puskesmas Batang Toru. Dibedakan atas : tahu dan tidak tahu.

3. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden maupun kepala keluarga untuk mendapatkan penghasilan dan dikelompokkan. Dibedakan atas : wiraswasta, buruh, petani, ibu rumah tangga dan Pegawai Negeri Sipil.

(51)

4. Sikap adalah pendapat atau pandangan responden terhadap pemanfaatan pelayanan rawat jalan di wilayah kerja Puskesmas Batang Toru.

5. Persepsi adalah persepsi responden terhadap pelayanan rawat jalan di puskesmas.

6. Keterjangkauan adalah biaya, transportasi dan jarak pemukiman responden dengan lokasi puskesmas.Jarak dibedakan atas 2 kategori yaitu ≤5 KM (dekat) dan ฀ 5 KM (jauh).

7. Pendapatan adalah jumlah penghasilan keluarga maupun kepala keluarga yang dihitung dalam satu bulan yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu: < UMR dan > UMR. Dimana UMR Kabupaten Tapanuli Selatan sebesar Rp 1.800.000.

8. Sikap petugas kesehatan yakni perawat dan dokter adalah penilain oleh pasien rawat jalan terhadap tanggapan atau respon yang ditunjukkan oleh perawat maupun dokter kepada pasien rawat jalan.

3.6 Metedo Pengukuran

3.6.1 Variabel Dependen

Pengukuran variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat

No. Variabel Jumlah

(52)

3.6.2 Variabel Independen

Pengukuran variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Aspek Pengukuran Variabel Bebas

No. Variabel Jumlah

(53)

3.7 Metode Analisis Data

1. Analisis univariat yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel penelitian baik variabel dependen maupun variabel independen dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini dilakukan uji Chi-Squere untuk melihat ada/tidaknya hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen pada tingakt kepercayaan 0,05.

3. Analisis multivariat merupakan analisis lanjutan untuk menguji ada tidaknya faktor memengaruhi pemanfaatan puskesmas secara bersama-sama.

Analisis multivariat yang digunakan adalah dengan analisis regresi logistik berganda, dengan perumusan:

Logit P(X) = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 ... + bnXn Keterangan :

P = Probablilitas B1,2,3,,n = Nilai Beta

X1,2,3,,n = Variabel independen

(54)
(55)

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis

Puskesmas Batang Toru didirikan pada tahun 1974 bertempat di Kelurahan Wek II Kecamatan Batang Toru, dengan luas wilayah kerja 281 km2. Puskesmas Batang Toru merupakan puskesmas rawat inap dengan luas bangunan 325m2dan luas tanah 1250m2. Secara geografis Puskesmas Batang Toru mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Angkola Barat. c. Sebelah Barat berbatasn dengan Kecamatan Angkola Sanggunur.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Marancar Udik dan Kecamatan Sipirok.

4.1.2 Demografis

Puskesmas Batang Toru memiliki wilayah kerja sebanyak 4 kelurahan dan 19 desa, dengan luas wilayah kerja 281 km2. Jumlah penduduk kecamatan Batang Toru 33.937 jiwa yang terdiri dari 8.217 KK. Bila ditinjau dari segi sosial ekonomi sebahagian besar bermata pencaharian sebagai petani yang umumnya penduduk berada pada tingkat sosial ekonomi menengah kebawah. Berdasarkan Profil Puskesmas Batang Toru 2014. Jumlah peserta BPJS PBI sebanyak 8.104

(56)

jiwa dari jumlah penduduk 33.937 jiwa., ini pun belum semua masyarakat miskin mendapat kartu BPJS PBI.

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Distribusi Responden berdasarkan Identitas (Umur, Suku, Jenis Kelamin, Status dan Pekerjaan)

Distribusi responden berdasarkan Identitas (umur, suku, jenis kelamin, status dan pekerjaan) diperoleh responden yang terbanyak adalah yang berumur dewasa awal (฀40tahun) sebanyak59 jiwa (59%). Berdasarkan suku diperoleh responden yang terbanyak adalah yang bersuku batak mandailing dan suku jawa sebanyak 40 Jiwa (40%). Berdasarkan jenis kelamin diperoleh responden yang terbanyak adalah yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 68 Jiwa (68%). Berdasarkan status diperoleh responden yang terbanyak adalah yang berstatus istri sebanyak 68 Jiwa (68%). Berdasarkan pekerjaan diperoleh responden yang terbanyak adalah yang bekerja sebagai petani sebanyak 39 Jiwa (39%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1. Distribusi Responden berdasarkan Identitas (Umur, Suku, Jenis Kelamin, Status dan Pekerjaan)

No Variabel Jumlah Persentase

1 Umur (tahun)

Dewasa Awal (<40) 59 59.0

Dewasa Madya (40-60) 41 41.0

Dewasa Akhir (>60) 0 0.0

2 Jenis Kelamin

(57)

4 Status

Suami 32 32.0

Istri 68 68.0

5 Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 22 22.0

Wiraswasta 17 17.0

Petani 39 39.0

Buruh 12 12.0

PNS 10 10.0

4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Predisposisi

Faktor predisposisi mencakup pendidikan, pengetahuan, sikap dan persepsi sebagai berikut :

4.2.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan pendidikan adalah sebanyak 58 responden (58%) dengan tingkat pendidikan tinggi, sedangkan sebanyak 42 responden (42%) dengan tingkat pendidikan rendah. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tinggi 58 58,0

2 Rendah 42 42,0

Jumlah 100 100.0

4.2.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Berdasarkan pengetahuan diperoleh bahwa sebanyak 66 responden (66,0%) tidak mengetahui penyakit adalah suatu keadaan dimana seseorang dimasuki kuman, bakteri atau virus atau trauma kepada tubuhnya sehingga terdapat gangguan pada dirinya. Sebanyak 81 responden (81,0%) mengetahui sakit merupakan keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga mengganggu aktivitas jasmani, rohani dan sosial. Sebanyak 67

(58)

responden (67,0%) tidak mengetahui bahwa setelah era JKN, peserta jamkesmas, askes dan jamsostek secara otomatis menjadi peserta BPJS dan bisa memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas secara gratis. Sebanyak 85 responden (85,0%) yang mengetahui bahwa Puskesmas adalah sarana pelayanan untuk mendekatkan/menjangkaukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sebanyak 77 responden (77,0%) mengetahui Puskesmas pembantu dan Polindes merupakan bagian dari puskesmas agar masyarakat dapat menjangkau pelayanan kesehatan.Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Penyakit.

No Uraian Jawaban tentang Pengetahuan Tahu Tidak tahu

F % F %

1 Penyakit adalah suatu keadaan dimana

seseorang dimasuki kuman,

bakteri/virus/trauma kepada tubuhnya sehinnga berada dalam keadaan tidak normal

34 34.0 66 66.0

2 Sakit merupakan keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga mengganggu aktivitas jasmani, rohani dan sosial

81 81 19 19

3 Setelah era JKN, peserta jamkesmas,askes dan jamsostek otomatis menjadi peserta BPJS dan dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas secara gratis

33 33.0 67 67.0

4 Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan untuk mendekatkan/menjangkau pelayanan kesehatan kepada masyarakat

85 85.0 15 15.0

5 Puskesmas pembantu dan polindes merupakan bagian dari puskesmas agar masyarakat lebih mudah menjangkau pelayanan kesehatan

77 77.0 23 23.0

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Jumlah Kunjungan Pasien Berobat Jalan Di PuskesmasBatang Toru Kecamatan Batang Toru Tahun 2014
Tabel 3.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Metode Proposional Random
Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat
Tabel 3.3 Aspek Pengukuran Variabel Bebas
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

3* Haya paaballanpun aungkln akan bargarak dangan koaynntu* , la aangkln akan nalk dangan ayunan yang unua* akan ta ta pl apabila la tlda k nalk dangan oukup

Bagi bidan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta juga diharapkan untuk lebih mewaspadai ibu bersalin dengan usia &lt;20 tahun dan &gt;35 tahun serta ibu bersalin dengan

Biasanya pada pasien vertigo aktivitasnya kurang, klien sering mengalami Letih, lemah, Keterbatasan gerak, Ketegangan mata, kesulitan membaca, Insomnia, bangun

Karena ada * nya ppan of management yaltu tarbatasnya kamampu-* an manusia* baik kemampuan waktu, kontrol maupun- tonaga maka porlu diadakan pemisahan tugas sorta- tanggung

Bagi pengguna kadangkala ketakbiasan sering diabaikan, padahal hal ini adalah hal yang terpenting dalam penelitian, untuk itu dilakukan penelitian metode pendugaan kuadrat

Berdasarkan pengalaman praktek ada beberapa akseptor kb yang mengeluh pelayanan yang diterima kurang memuaskan karena ada beberapa akseptor yang mengalami abses

Jenis gulma yang teridentifikasi pada pertanaman padi sawah di Kabupaten Rejang Lebong masih lebih sedikit jika dibandingkan dengan hasil identifikasi pada lokasi