• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Klaim (Studi Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Klaim (Studi Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Medan)"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN

PEMBAYARAN KLAIM

(STUDI PADA ASURANSI JIWA BERSAMA

BUMI PUTERA 1912 MEDAN)

TESIS

Oleh

JUNI SURBAKTI 077011035/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KAJIAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN

PEMBAYARAN KLAIM

(STUDI PADA ASURANSI JIWA BERSAMA

BUMI PUTERA 1912 DI MEDAN)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan

dalam Program Studi Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

JUNI SURBAKTI 077011035/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : KAJIAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM (STUDI PADA ASURANSI JIWA BERSAMA BUMI PUTERA 1912 MEDAN)

Nama Mahasiswa : Juni Surbakti Nomor Pokok : 077011035 Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.Budiman Ginting,SH.M.Hum) Ketua

(Prof.Dr.Suhaidi,SH.MH) (Prof.Syamsul Arifin,SH.MH) Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH.MS.CN) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,MSc.)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 25 Juli 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.Dr.Budiman Ginting,SH.M.Hum

Anggota : 1. Prof.Dr.Suhaidi,SH.MH

2. Prof.Syamsul Arifin,SH.MH

3. Prof.Dr. Muhammad Yamin,SH.MS.CN

(5)

ABSTRAK

Dalam Asuransi Jiwa yang dipertanggungkan ialah yang disebabkan oleh kematian. Kematian tersebut mengakibatkan hilangnya pendapatan seseorang atau suatu keluarga tertentu. Resiko yang mungkin timbul pada Asuransi Jiwa terutama terletak pada “unsur waktu”, oleh karena sulit untuk mengetahui kapan seseorang meninggal dunia. Untuk memperkecil resiko tersebut, maka sebaliknya diadakan pertanggungan jiwa. Dimana tentunya ada syarat yang harus dipenuhi berupa pengisian data tertanggung dalam awal permintaan asuransi.Tetapi ketika terjadi klaim apa yang diharapkan dari tujuan berasuransi tersebut pelaksanaannya masih sering terjadi kegagalan dalam pelaksanaan pembayaran klim tersebut. Adapun permasalahan yang akan dikemukakan dalam tesis ini adalah Bagaimana tanggung jawab Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 jika data dalam polis asuransi tidak sesuai dengan kenyataannya, Bagaimana sistem pelaksanaan pembayaran klaim Asuransi Jiwa pada Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912, Bagaimana hambatan dan upaya mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pembayaran klaim Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912.

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu bertujuan untuk menggambarkan serta menganalisis data yang diperoleh secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai pelaksanaan pembayaran klaim Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Medan. Dengan jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dan yuridis sosiologis empiris, yaitu pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan juga membandingkan dengan praktek di lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui penelitian kepustakaan dan studi lapangan. Bahan penelitian yang digunakan terdiri dari bahan hukum primer,bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier. Analisa data yang digunakan secara kualitatif, dan melalui metode data deduktif dan metode induktif

Berdasarkan hasil penelitian, tanggung jawab perusahaan asuransi atas kelalaian nasabah dalam mengisi data pada awal permintaan asuransi bisa dimintakan perubahan data tersebut oleh nasabah dengan membuat laporan langsung perusahaan asuransi, namun sepanjang data yang di isi benar tetapi keliru di tingkat perusahaan asuransi data akhir dalam polis, maka pihak perusahaan dapat diminta tanggungjawab untuk membayar klaim tersebut. Pembayaran klaim dapat dilakukan pada saat masa asuransi masih berlangsung dan pada masa asuransi telah berlangsung. Upaya mengatasi hambatan penyelesaian pembayaran klaim, pertama harus memeriksa penutupan asuransi, agar memudahkan pembayaran klaim dapat dilakukan dengan ketentuan batas waktu asuransi yang telah ditentukan memang sudah berakhir, Kedua, menyelidiki klaim. Hal ini sudah pasti harus dilakukan penyelidikan oleh pihak perusahaan asuransi untuk memastikan klaim itu benar-benar terjadi. Ketiga mengajukan laporan-laporan dan surat-surat klaim yang diperlukan.

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas berkat dan anugrahnya yang telah menambah keyakinan dan kekuatan bagi

penulis dengan segala keterbatasan yang dimiliki telah dapat menyelesaikan

penulisan tesis dengan judul ”Kajian Hukum Terhadap Pembayaran Klaim (Studi

Pada Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Medan)”

Tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk meperoleh

gelar Magister Kenotariatan (M.Kn.) pada Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan

dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulis tesis dapat diselesaikan

tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan secara

khusu kepada yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof.Dr.Budiman

Ginting,S.H.M.Hum., Bapak Prof.Dr.Suhaidi,S.H.M.H., Bapak Prof.Syamsul

Arifin,S.H.M.H.,atas kesediaannya memberikan bimbingan dan arahan untuk

kesempurnaan penulisan tesis ini.

Demikian juga terima kasih penulis tujukan kepada para dosen penguji, yang

terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof.Dr.Muhammad Yamin,S.H.M.S.C.N .,dan

Ibu Dr.T.Keizerina Devi Azwar, S.H.C.N.M.Hum., yang telah memberi masukan dan

arahan sejak tahap kolokium, seminar hasi dan ujian tertutup sehingga penulisan tesis

(7)

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof.Chairuddin P.Lubis,DTM&H.,Sp.A (k), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B.,M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, dan Wakil Direktur serta seluruh Staf atas bantuan,

kesempatan dan fasilitas yang diberikan, sehingga dapat diselesaikan studi pada

Program Magister Kenotariatan (M.Kn.) Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH.,MS.CN., selaku Ketua Program Magister

Kenotariatan (M.Kn.) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara beserta

seluruh Staf atas bantuan dalam memberikan kesempatan dan fasilitas sehingga

dapat diselesaikan studi pada Program Magister Kenotariatan (M.Kn.) Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Para pegawai atau karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan (M.Kn.)

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang selalu membantu

kelancaran dalam hal manajemen administrasi yang dibutuhkan.

5. Kepada seluruh rekan-rekan seangkatan Mahasiswa Magister Kenotariatan

(M.Kn.) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu membantu dan memotivasi

penulis dalam rangka penyelesaian studi Program Magister Kenotariatan (M.Kn.).

Teristimewa dengan tulus hati diucapkan terima kasih kepada kedua orang tua

(8)

Br. Ginting yang selalu memberikan limpahan kasih sayang dan nasihat untuk

berbuat sesuatu yang terbaik demi masa depan penulis dan juga Bapak

Prof.Dr.Runtung Sitepu,SH.M.Hum dan Ibu Farida Tarigan yang juga telah saya

anggap sebagai orang tua saya sendiri yang begitu peduli dan penuh perhatian

terhadap penulis sehingga kasih sayang mereka merupakan kesempurnaan dan

motifasi buat penulis sehingga segala hambatan-hambatan dalam penulisan ini seakan

terasa ringan hingga dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu.

Ucapan terima kasih kepada Bintang Br S dan Bulan S,Andi,Ujung,Sri

Ulina, Kesemuanya adalah saudara-saudara aku dan juga, Juliana Citra, Intan

Harahap, Arta Siburian, Lisbet, Novianti, Afni D, Leny Ambarita, Fadila Agustina,

Dina Khairunnisa, Eva Sartika Siregar, A.M.(Agam), Edi N, Ayu, Debora G,Daris

T, Misyani, yang menjadi motivator penulis untuk menyelesaikan studi dan penulisan

tesis ini.

Akhir kata kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu,

terima kasih atas kebaikan, ketulusan dan dukungan serta doa kepada penulis selama

proses penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Amen.

Medan, 25 Juli 2009

Penulis,

(9)

RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

1. Nama : Juni Surbakti,SH

2. Tempat/Tanggal Lahir : Percihen, 18 Juni 1981 3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Agama : Khatolik

5. Status Perkawinan : Belum Menikah 6. Kewarganegaraan : Indonesia

7. Alamat : Percihen Desa Tanjung Gunung Kec.Sei Bingei Kab. Langkat

II. Nama Orang Tua

1. Nama Ayah : Tegap Surbakti (Alm)

2. Nama Ibu : Sanggup Br.Ginting

III. Pendidikan

1. SD Negeri Tanjung Gunung Tamat Tahun 1994

2. SMP YPK Namo Tating Tamat Tahun 1997

3. SMU RK Deli Murni Deli Tua Tamat Tahun 2000

4. Fakultas Hukum Universitas Panca Budi Medan Tamat Tahun 2004

5. S2 Program Magister Kenotariatan Tamat Tahun 2009

Medan, 25 Juli 2009 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian... 11

E. Keaslian Penelitian ... 11

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 12

1. Kerangka Teori ... 12

2. Konsepsi... 17

G. Metode Penelitian ... 19

1. Sifat Penelitian ... 19

2. Pendekatan Penelitian ... 19

3. Lokasi Penelitian ... 20

(11)

5. Bahan Penelitian ... 21

6. Analisa Data ... 21

H. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II : TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI TERHADAP DATA NASABAH ... 24

A. Tinjauan Umum Mengenai Asuransi Dan Asuransi Jiwa Bersama

Bumi Putera 1912 ... 24

B. Pengertian Perjanjian Asuransi Pada Umumnya... .... 48

C. Para Pihak dalam Asuransi Jiwa serta Hak dan

Kewajiban... ... 56

D. Pelaksanaan Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Terhadap Klaim .. 65

E. Sanksi Hukum Atas Ketidaksesuaian Data Dalam Polis ... 69

BAB III : SISTEM PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM

ASURANSI JIWA BERSAMA BUMI PUTERA 1912 ... 74

A. ... T

ata Cara Pengajuan Klaim Pada Asuransi Jiwa Bersama 1912 ... 74

B. Sistem Pelaksanaan Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Bersama

Bumi Putera 1912 ... 86

C. Sistem Perlindungan Hukum Bagi Pelaksanaan Klaim Asuransi

(12)

BAB IV : HAMBATAN DAN UPAYA MENGATASI HAMBATAN PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI

JIWA BERSAMA BUMI PUTERA 1912 ... 95

A. Hambatan Pelaksanaan Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 ... 95

B. Cara Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Pembayaran Klaim ... 102

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 113

A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 114

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Surat Permintaan Asuransi Jiwa ... 121

2. Tanda Terima Polis ... 125

3. Polis Asuransi ... 126

4. Syarat-Syarat Umum Polis Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 ... 127

5. Surat Keterangan Penelitian ... 129

6. Surat Izin Penelitian ... 130

7. Kuesioner ... 131

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidang perasuransian yang biasa di kenal dengan Asuransi sudah merupakan

kebutuhan di dalam perkembangan masyarakat sekarang ini. Di dalam kehidupan

sehari-hari kita sebagai manusia banyak mengalami kejadian-kejadian yang tidak

tentu atau resiko-resiko yang akan mengganggu jalannya kehidupan kita dan akan

merugikan kita.1

Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Selanjutnya dalam Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, menyebutkan :

2

Dengan adanya asuransi tersebut maka kita dapat mengalihkan resiko itu

kepada perusahaan yang bergerak di dalam bidang asuransi untuk menanggung

resiko-resiko yang seharusnya kita tanggung sehingga dapat membantu kita

mengurangi beban hidup kita. Resiko-resiko yang banyak dapat terjadi dalam

1

Agus Prawoto, Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi. Guide line Untuk Membeli

Polis Asuransi Yang Tepat Dari Perusahaan Asuransi Yang Benar. (Yogyakarta, Edisi I.

BPFE,1995),halaman 11

2

(15)

kehidupan kita antara lain, seperti kehilangan harta kekayaan, kehilangan nyawa,

kecelakaan, kebakaran, kerusakan pada hasil pertanian, kecelakaan pada angkutan

umum, angkutan laut, dan angkutan udara, dan lain sebagainya.

Memahami penelitan tentang pelaksanan pembayaran asuransi jiwa, ada

baiknya terlebih dahulu mengenal tentang Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumi Putera

1912 yang merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dibidang perasuransian

yang dapat menerima pengalihan resiko dari setiap individu ataupun kelompok yang

membutuhkan perlindungan manakala resiko yang tidak diharapkan benar-benar

terjadi dikemudian hari. Pengalihan resiko tersebut melalui suatu perjanjian asuransi

yang tertuang dalam bentuk polis. Dengan ketentuan bahwasanya pihak tertanggung

membayar sejumlah uang tertentu yang disebut premi dan bila terjadi suatu resiko

pihak tertanggung akan mendapatkan penggantian yang disebut klaim.3

Dalam Asuransi Jiwa yang dipertanggungkan ialah yang disebabkan oleh

kematian (death). Kematian tersebut mengakibatkan hilangnya pendapatan seseorang

atau suatu keluarga tertentu. Resiko yang mungkin timbul pada Asuransi Jiwa

terutama terletak pada “unsur waktu (time)”, oleh karena sulit untuk mengetahui

kapan seseorang meninggal dunia. Untuk memperkecil resiko tersebut, maka

sebaliknya diadakan pertanggungan jiwa.4

3

Selanjutnya asuransi jiwa itu bertujuan

menanggung orang terhadap kerugian finansial tak terduga yang disebabkan karena

4

(16)

meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya terlalu lama. Di sini terlukis bahwa, dalam

asuransi jiwa resiko yang dihadapi ialah,

a. Resiko kematian

b. Hidup seseorang terlalu lama.

Hal ini sudah barang tentu akan membawa banyak aspek, apabila resiko yang

terdapat pada diri seseorang tidak diasuransikan kepada perusahaan asuransi jiwa,

sebagai contoh jaminan untuk keturunan (dependents), seorang bapak kalau dia

meninggal dunia sebelum waktunya atau dengan tiba-tiba, maka si anak tidak akan

terlantar dalam hidupnya. Bisa juga terjadi terhadap seseorang yang telah mencapai

umur ketuaannya (old age) dan tidak mampu untuk mencari nafkah atau membiayai

anak-anaknya, maka membeli asuransi jiwa, resiko yang mungkin bisa diderita dalam

arti kehilangan kesempatan untuk mendapat penghasilan akan ditanggung oleh

perusahaan asuransi.

Ternyata di sini, bahwa lembaga asuransi jiwa ada faedahnya dengan tujuan

utama ialah untuk menanggung atau menjamin seseorang terhadap kerugian-kerugian

finansial. Di bawah ini dapat kita lihat betapa pentingnya peranan serta tujuan

asuransi jiwa tersebut yakni:

1. Dari segi masyarakat umumnya (sosial)

Asuransi jiwa bisa memberikan keuntungan-keuntungan tertentu terhadap

individu atau masyarakat, yaitu:

a. Menenteramkan kepala keluarga (suami/bapak), dalam arti memberi jaminan

(17)

b. Dengan membeli polis asuransi jiwa dapat digunakan sebagai alat untuk

menabung (saving). Pada umumnya pendapatan perbulan dari masyarakat

masih sangat rendah, karena itu dalam praktek terlihat bahwa keinginan

masyarakat untuk membeli asuransi jiwa sedikit sekali.

c. Sebagai sumber penghasilan (earning power)

Ini dapat kita lihat pada negara-negara yang sudah maju, seseorang yang

merupakan pekerja yang profesional dalam perusahaan akan diasuransikan

oleh perusahaan di mana ia bekerja. Hal ini perlu dilaksanakan mengingat

pentingnya posisi yang dipegangnya. Banyak sedikitnya akan mempengaruhi

terhadap kehidupan perusahaan yang “going concern” (sedang berjalan).

Seperti halnya seorang ahli atom atau nuklir akan dipertanggungkan jiwanya,

bilamana ia meninggal dunia atau sakit, perusahaan wajib membayar ganti

kerugian. Hal seperti inilah yang tidak kita temui di Indonesia, karena negara

kita belum begitu maju dalam bidang industri bila dibandingkan dengan

Negara Barat.

d. Tujuan lain asuransi jiwa ialah, untuk menjamin pengobatan dan menjamin

kepada keturunan apabila yang mengasuransikan tidak mampu untuk

mendidik anak-anaknya (beasiswa/pendidikan). Sering ditemukan dalam

praktek ialah, pertanggungan untuk resiko kematian, sedangkan

(18)

2. Dari segi pemerintah/publik

Perusahaan asuransi jiwa di negara kita yang besar operasinya, umumnya

kepunyaan pemerintah. Di sini kita hubungkan dengan peraturan pemerintah yaitu

Undang-undang nomor 19 tahun 1960 mengenai Pembagian kegiatan antara

perusahaan-perusahaan Negara. Pembagian kegiatan seperti tercantum di dalam

sektor-sektor sebagai berikut:

a. Sektor produksi (Perusahaan Industri Negara, Perusahaan Perkebunan Negara,

dan Perusahaan Pertambangan Negara).

b. Sektor Marketing (Perusahaan Niaga).

c. Sektor Pemberian fasilitas (Perusahaan-perusahaan Asuransi Negara, Bank

Pemerintah, dan perusahaan pelayanan milik negara lainnya).

Dapat kita simpulkan disini bahwa, perusahaan asuransi merupakan satu

lembaga keuangan yang memberikan fasilitas untuk pembiayaan yang dapat

dipergunakan dalam tahap pembangunan ekonomi Indonesia. Berdasarkan pada

Undang-undang nomor 19 tahun 1960, ternyata bahwa sumbangan lembaga asuransi

terhadap pembangunan ekonomi ialah:

1) Sebagai alat pembentukan modal (capital formation).

2) Lembaga penabungan (saving).

Jadi dapat dikatakan bahwa, tujuan perusahaan asuransi ialah untuk turut membangun ekonomi nasional di bidang perusahaan asuransi jiwa sesuai dengan Repelita, dengan mengutamakan kebutuhan rakyat dan ketentraman serta kesenangan bekerja dalam perusahaan menuju masyarakat adil dan makmur materil dan spiritual.5

5

A.Abbas Salim.,Ibid., halaman 26

(19)

Tetapi ketika terjadi klaim apa yang diharapkan dari tujuan berasuransi

tersebut pelaksanaannya masih sering terjadi kegagalan dalam pelaksanaan

pembayaran klaim tersebut, dimana segala yang menjadi syarat-syarat untuk

mendapatkan pembayaran klaim telah dipenuhi oleh tertanggung tetapi pelaksanaan

pembayaran klaim masih belum dapat di penuhi oleh pihak perusahaan asuransi

sesuai apa yang diperjanjikan antara kedua belah pihak yang tertuang dalam polis.

Tidak semua kegagalan pembayaran klaim disebabkan oleh perusahaan

asuransi. Bisa juga penyebabnya adalah nasabah sendiri kadang ketidakjujuran

nasabah dalam pengisian surat permohonan asuransi mengakibatkan uang asuransi

tidak dibayar jika terjadi klaim misalnya sebelum seseorang memiliki produk asuransi

jiwa, ia lebih dulu harus mengisi surat permohonan asuransi6

. Dalam surat

permohonan terdapat pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh seorang calon

nasabah, dan dari jawaban-jawaban itulah perusahaan asuransi akan melihat apakah

akan memberikan perlindungan asuransi jiwa kepada nasabah atau tidak. Pada saat

mengisi surat permohonan tersebut seringkali calon nasabah memberikan jawaban

yang tidak benar. Misalnya, dalam surat permohonan terdapat pertanyaan tentang

apakah anda pernah dirawat di rumah sakit dalam dua tahun terakhir. Jika nasabah

menjawab tidak padahal pernah dirawat di rumah sakit enam bulan lalu misalnya,

maka bila terjadi kematian pada nasabah dan perusahaan asuransi menemukan bahwa

penyebab kematian nasabah tersebut adalah karena adanya penyakit yang pernah

(20)

diderita oleh nasabah hingga membuat masuk ke rumah sakit sekitar enam bulan lalu,

maka perusahaan asuransi tidak akan membayar uang pertanggungan yang mereka

janjikan.

Adanya pengecualian oleh perusahaan asuransi dalam membayar uang

pertanggungan kadang-kadang perusahaan asuransi jiwa tidak memberikan manfaat

yang mereka janjikan bila ternyata penyebab kematian nasabah memang dikecualikan

(dan pengecualian itu ditulis dalam polis). Mengenai pengecualian ini, umumnya

perusahaan asuransi menetapkan jumlah pengecualian yang bervariasi. Akan tetapi,

umumnya adalah kematian karena bunuh diri, kematian karena orang yang

bersangkutan melakukan tindak kriminal, kematian karena AIDS, dimana kematian

terjadi pada tahun pertama seorang nasabah mengikuti program asuransi dari

perusahaan asuransi bersangkutan, kematian karena force majeure, atau hal-hal yang

memang tidak bisa dihindari, seperti perang, bencana alam, atau huru-hara. Dari

pengecualian-pengecualian yang terdapat dalam polis itu tidak dibaca oleh nasabah,

sehingga ia merasa dirugikan ketika uang pertanggungan asuransi tidak dibayar.7

Sering terjadi nasabah terlalu lama mengajukan klaim umumnya juga

mengakibatkan tidak dibayarnya uang pertanggungan oleh perusahaan asuransi

hingga perusahaan asuransi menetapkan batasan waktu pengajuan klaim asuransi

yang biasanya batasan waktu yang ditetapkan adalah tiga bulan. Repotnya, nasabah

seringkali mengajukan klaim di luar batas waktu tersebut, sehingga Perusahaan

Asuransi sulit memenuhinya. Sebagai contoh, seorang suami mengikuti sebuah

(21)

Program Asuransi Jiwa dengan ahli warisnya. Bila terjadi kematian pada suami

tersebut, maka ahli warisnya hanya bisa mendapatkan manfaat asuransi yang

dijanjikan apabila pengajuan klaim oleh nasabah masih berada dalam batas waktu tiga

bulan setelah kematian tersebut. Jika tidak, perusahaan asuransi mungkin tidak mau

memberikan manfaat yang mereka janjikan.

Syarat-syarat pengajuan klaim kurang lengkap yang diajukan oleh ahli waris

orang yang ditanggung juga bisa menyebabkan uang pertanggungan tidak dibayar

oleh perusahaan asuransi. Juga tidak dibayarnya premi oleh nasabah dalam jangka

waktu yang sudah ditentukan, bisa mengakibatkan Polis Asuransi seorang nasabah

menjadi tidak berlaku lagi. Ini berarti, seorang nasabah tidak dilindungi perusahaan

asuransi lagi. Padahal pada awal-awal bulan, nasabah rajin membayar premi, tetapi

pada suatu saat tertentu, premi tidak dibayar lagi, bahkan hingga batas waktu tertentu.

Hal ini sama saja dengan seorang nasabah kalau memakai listrik dan tidak

membayarnya dalam batas waktu tertentu, sehingga listrik nasabah di rumah

terancam diputus oleh Pembangkit Listrik Nasional (PLN). Karenanya, harus

dipastikan nasabah mengetahui peraturan pembayaran preminya. Jangan sampai Polis

Asuransi seorang nasabah menjadi tidak berlaku lagi hanya gara-gara nasabah

tersebut lupa membayar premi tepat pada waktu.

Selain dari sisi nasabah, tidak dibayarnya uang asuransi dapat juga disebabkan

oleh kesalahan yang ditimbulkan oleh pihak perusahaan asuransi misalnya

ketidakjujuran agen asuransi dalam mempresentasikan produk asuransi jiwanya.

(22)

asuransi akan membayar uang pertanggungan asuransi jiwa bila kematian disebabkan

penyakit kritis, termasuk apabila resiko tersebut terjadi di tahun pertama padahal

umumnya tidak demikian.

Umumnya tidak semua perusahaan asuransi punya kebijakan yang sama. Jadi

apa yang di lihat nasabah dalam polis asuransi tersebut itulah yang harus dijadikan

rujukan, bukan dari apa yang dikatakan agen asuransi. Umumnya perusahaan asuransi

memberikan semacam jaminan uang kembali kalau ternyata nasabah tidak puas

terhadap pasal-pasal yang tertera dalam polis. Maka nasabah juga bisa

mengembalikan polisnya, dan meminta uang yang telah dibayar supaya dikembalikan

oleh perusahaan asururansi. Dalam hal ini tentu saja, selama pengembalian polis itu

berada dalam batas jangka waktu tertentu ditetapkan oleh perusahaan asuransi, yang

biasanya 30 sampai 90 hari.

Tetapi tidak semua agen asuransi tidak bisa depercayai semua kembali

kepada kepribadian agen tersebut dan karakternya masing-masing dan untuk

membuktikan apakah presentasi yang diberikan agen asuransi jiwa tersebut itu benar,

nasabah harus mencocokkan dengan polis asuransi yang diterbitkan. Bila sama,

berarti agen asuransi tersebut memang jujur dan bisa dipercaya. Bila tidak, nasabah

dapat melaporkan kepada perusahaan asuransinya. Dalam prakteknya ada juga

perusahaan asuransi yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah

ditetapkan dalam Undang-undang perasuransian. Padahal nasabah telah memenuhi

semua persyaratan yang diminta, jujur dalam mengisi surat permohonan, rajin

(23)

ditentukan, tetapi ketika terjadi klaim pelaksanaan pembayaran klaim masih belum

bisa dilaksanakan oleh pihak perusahaan dengan berbagai alasan-alasan sehingga

pihak pemegang polis merasa dirugikan. Sehingga berdasarkan dari latar belakang

tersebut perlu mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai “Kajian Hukum

Terhadap Pelaksanaan Pembayaran Klaim (Studi pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi

Putera 1912 Medan”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi

permasalahan dalam tulisan ini yang perlu mendapat kajian lebih lanjut adalah:

1. Bagaimana tanggung jawab Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912

jika data dalam polis asuransi tidak sesuai dengan kenyataannya.

2. Bagaimana sistem pelaksanaan pembayaran klaim Asuransi Jiwa pada Asuransi

Jiwa Bersama Bumiputera 1912.

3. Bagaimana hambatan dan upaya mengatasi hambatan dalam pelaksanaan

pembayaran klaim Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tanggung jawab Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama

Bumiputera 1912 jika data dalam polis asuransi tidak sesuai dengan

(24)

2. Untuk mengetahui sistem pelaksanaan pembayaran klaim Asuransi Jiwa pada

Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912.

3. Untuk mengetahui hambatan dan upaya mengatasi hambatan dalam

pelaksanaan pembayaran klaim Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis

maupun secara praktis, yaitu:

1. Secara teoritis, kegiatan penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa

sumbangsih pemikiran bagi perkembangan Hukum Asuransi khususnya

mengenai pelaksanaan pembayaran klaim Asuransi Jiwa Bersama Bumi

Putera 1912

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para praktisi,

maupun bagi pihak yang terkait mengenai pelaksanaan Pembayaran Klaim

pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas

Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas

Sumatera Utara dan Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan menunjukkan

bahwa penelitian dengan judul Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Pembayaran

(25)

membahasnya, sehingga tesis ini dapat di pertanggung jawabkan keasliannya secara

akademis.

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik

atau proses tertentu terjadi,8 dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada

fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Kerangka teori adalah

kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai susuatu kasus

atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis,9

bagi peneliti kajian hukum terhadap pelaksanaan pembayaran klaim pada Asuransi

Jiwa Bersama Bumiputera 1912. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini

adalah “Teori Efektivitas”, sebagaimana yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto

dan Mustafa Abdullah bahwa suatu kaidah hukum atau peraturan tertulis benar-benar

berfungsi,10

c. Fasilitas yang dikerjakan akan dapat mendukung pelaksanaan kaidah hukum senantiasa dapat dikembalikan kepada paling sedikit ada empat faktor

yaitu:

a. Kaidah hukum atau peraturan itu sendiri

b. Petugas yang menegakkan atau menetapkan

8

J.J.J M. Wuisman, dengan penyunting M. Hisyam, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta, Jilid I, FE.UI.1996), halaman 203

9

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung, Mandar Maju, 1994), Halaman 80

10

(26)

d. Warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan tersebut.

Selanjutnya Soerjono Soekanto berpendapat bahwa hukum dikatakan efektif

kalau warga masyarakat berperilaku sesuai yang diharapkan atau dikehendaki oleh

huku m itu sendiri.11

Dari isi dan bunyi Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tersebut

dapat diambil pendapat bahwa perjanjian asuransi ialah suatu perjanjian dimana

penanggung menikmati suatu premi, mengikatkan dirinya tehadap tertanggung untuk

membebaskannya dari kerugian, karena kehilangan atau lenyapnya keuntungan yang

diharapkan karena suatu kejadian yang tidak pasti. Jadi adanya kerugian yang

disebabkan oleh kejadian yang tidak pasti inilah faktor yang tidak dapat diabaikan

pada perjanjian asuransi. Kemudian defenisi pertanggungan tersebut dipertegas dalam

Pasal 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992, Tentang Usaha Perasuransian yang

menjelaskan bahwa dengan adanya pertanggungan maka tebentuk hak dan kewajiban

para pihak dan tanggung jawab hukum dari penanggung kepada tertanggung yang Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, ketentuan umum mengenai

asuransi diatur dalam Pasal 246, yang berbunyi:

Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu.

11

(27)

timbul dari peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran

yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Asuransi mempunyai tujuan pertama-tama ialah mengalihkan segala resiko

yang ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa yang tidak pasti, yang tidak diharapkan

terjadinya itu kepada orang lain yang mengambil resiko itu, untuk mengganti

kerugian. Oleh sebab itu, selama tidak ada kerugian, penanggung tidak akan

membayar ganti kerugian kepada tertanggung.12

1. Asuransi kerugian, yang meliputi asuransi kebakaran, asuransi pertanian, asuransi

laut, serta asuransi pengangkutan.

Selanjutnya dalam Pasal 247 Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang menyebutkan :Pertanggungan-pertanggungan itu

antara lain dapat mengenai:

Bahaya kebakaran, bahaya yang mengancam hasil-hasil pertanian yang ,

belum dipaneni, jiwa satu atau beberapa orang, bahaya laut dan pembudakan, bahaya

yang mengancam pengangkutan didataran, sungai, dan perairan darat.

Menyelami isi dari Pasal 247 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tersebut

maka dapat disimpulkan pada pokoknya ada dua jenis asuransi, yaitu:

2. Asuransi Jiwa, adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam

penanggulangan resiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seorang

yang dipertanggungkan.13

12

Djoko Prakoso, Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta, Rineka Cipta, 1997), halaman 279

13

(28)

Perbedaan pokok dari dua jenis asuransi tersebut adalah:

1) Pada asuransi jiwa ”peristiwa yang tak tertentu” terjadi, bila terjadi kematian

dalam tenggang waktu yang lebih singkat dari pada waktu yang disebutkan dalam

polis. Pada asuransi kerugian ”peristiwa tak tertentu” terjadi bila pada masa

tenggang waktu yang tersebut dalam polis terjadi hal-hal yang mengakibatkan

kerugian, misalnya pada asuransi kebakaran gudang yang diasuransikan terbakar.

2) Pada asuransi jiwa jumlah uang ganti kerugian telah ditetapkan terlebih dahulu

(Pasal 305 KUHD). Pada asuransi kerugian, jumlah ganti kerugian dihitung

dengan membandingkan harga barang yang rusak sebagai akibat hilang atau

terbakar dengan harga barang sebelum timbul kehilangan atau kebakaran.14

Suatu perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta, yang

dinamakan polis. Hal ini diatur dalam Pasal 255 KUHD, yang bunyinya:

“Suatu pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan

polis”15

14

Djoko Prakoso,Op.Cit, halaman 280

15

R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, (Jakarta, PT.Paramita, Cetakan ke VI, 1959), halaman 73

. Tetapi, berlakunya perjanjian asuransi tidak hanya tergantung kepada adanya

syarat formalitas atau akta. Perjanjian asuransi sudah ada bila sudah dibentuk hak-hak

dan kewajiban-kewajiban dari pada penanggung dan pihak tertanggung mulai berlaku

sejak adanya persetujuan antara penanggung dan tertanggung. Walaupun polis belum

ditandatangani. Hal tersebut tercermin dalam Pasal 257 dan Pasal 258 KUHD.

(29)

“Dari Pasal-pasal 255, 257 dan 258 KUHD, dapat disimpulkan:

a) Persetujuan asuransi pada hakikatnya bersifat konsensual, artinya setelah ada

kata sepakat antara kedua belah pihak untuk mengadakan asuransi, maka

sudah terbentuklah persetujuan asuransi.

b) Tulisan polis mempunyai sifat khusus, yang berlainan dari tulisan lain selaku

alat bukti dengan adanya hal-hal yang secara mutlak harus dimuat dalam

polis.”

Dari pendapat Wirjono Prodjodikoro tersebut , maka dapat disimpulkan, bahwa

polis tetap mempunyai arti yang sangat penting bagi tertanggung. Sebab polis itu

merupakan bukti yang sempurna (volledigbewijs) tentang yang mereka janjikan di

dalam perjanjian asuransi, dan polis satu-satunya alat bukti.

Mengenai asuransi jiwa, para sarjana ada yang mengidentifikasikan dengan

golongan pertanggungan yang tidak sesungguhnya, atau yang disebut

“sommenverzekering” atau pertanggungan sejumlah uang. Dalam hubungan ini,

penelitian perlu akan mengutipkan pendapat Vollmar, yang antara lain mengatakan:

Secara luas sommenverzekering itu dapat diartikan sebagai suatu perjanjian di mana satu pihak mengikatkan dirinya untuk membayar sejumlah uang, secara sekaligus atau periodik, sedangkan pihak lain mengikatkan dirinya untuk membayar premi, dan pembayaran uang itu adalah tertanggung kepada mati atau hidupnya seorang tertentu atau lebih, salah satu perjanjian itu adalah lifrente di dalam KUHP16

Walaupun tampaknya ada persamaan antara lifrente dan perjanjian asuransi jiwa, tetapi ada perbedaannya. Pada asuransi jiwa premi itu dibayar oleh tertanggung

16

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan (Pertanggungan kerugian pada

umumnya, kebakaran dan jiwa), Yogyakarta, Penerbit Seksi Hukum Dagang Fakultas Universitas

(30)

secara periodik di dalam tenggang waktu bertahun-tahun lamanya, dan akan menerima atau menimbulkan hak atas pembayaran sejumlah uang pada dirinya atau ahli warisnya secara sekaligus dari penanggung, Sedang pada lijfrente, pemberian uang yang seperti premi itu adalah sekaligus, untuk mendapat pembayaran sejumlah uang secara periodik. Perjanjian asuransi jiwa termasuk dalam jenis asuransi sejumlah uang.17

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan

sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi menjadi suatu yang konkrit,

yang disebut dengan operasional defenition.18

1. Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,

dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan

menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung

karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita

tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk Pentingnya definisi operasional adalah

untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari

suatu istilah yang dipakai. Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam

penelitian ini harus didefenisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional

diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu:

17

Djoko Prakoso.,Op.Cit.,halaman 281

18

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para

Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta, Institut Bankir Indonesia, 1993), halaman

(31)

memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya

seseorang yang dipertanggungkan.

2. Pembayaran Klaim adalah Kewajiban Perusahaan asuransi untuk membayar

sejumlah uang pertanggungan akibat terjadinya klaim.

3. Perusahaan Asuransi Jiwa adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam

penanggulangan resiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya

seseorang yang dipertanggungkan.

4. Jaminan adalah Uang pertanggungan yang akan dibayarkan jika tertanggung

masih hidup pada saat masa asuransinya berakhir.

5. Pemegang Polis adalah Seseorang atau suatu Lembaga yang mengadakan

Perjanjian Asuransi Jiwa dengan Badan suatu yang menggantikannya.

6. Polis adalah Surat Perjanjian yang memuat Perjanjian Asuransi Jiwa antara

Pemegang Polis dengan Badan.

7. Santunan adalah Uang Petanggungan yang akan dibayarkan jika meninggal dunia

sebelum masa Asuransinya berakhir.

8. Tertanggung adalah Seseorang yang atas jiwanya dikaitkan dengan pembayaran

Jaminan atau Santunan.

9. Yang Ditunjuk atau Ahli waris adalah Seseorang atau suatu Lembaga yang

namanya tercantum dalam Polis yang ditunjuk untuk menerima pembayaran

jaminan atau santunan dari Badan.

10.Surat Permintaan Asuransi Jiwa adalah Formulir yang harus diisi oleh calon

(32)

11.Pembayaran premi adalah Cara pembayaran premi asuransi dapat dibayar secara

tahunan, triwulan, bulanan, atau tunggal.

12.Klaim adalah Pembayaran oleh Badan kepada pemegang polis, antara lain klaim

meninggal dunia, klaim penebusan/ nilai tunai polis.

13.Uang Pertanggungan adalah Sejumlah Uang yang tercantum dalam Polis yang

pembayarannya dikaitkan dengan hidup matinya tertanggung.

G. Metode Penelitian

Sebagai suatu penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian diawali

dengan pengumpulan data hingga analisis data dilakukan dengan memperhatikan

kaidah-kaidah penelitian sebagai berikut:

1. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu suatu penelitian yang bertujuan

untuk mendeskripsikan atau menggambarkan dan menganalisis data yang diperoleh

secara sistematis, faktual dan akurat tentang pelaksanaan pembayaran Klaim (Studi

pada Asuransi jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Medan)

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Yuridis normatif dimana

dilakukan pendekatan permasalahan yang telah dirumuskan dengan mempelajari

ketentuan perundang-undangan , buku-buku, putusan hakim, yurisprudensi yang

berkaitan dengan permasalahan dan juga menggunakan metode Yuridis sosiologis

(33)

(Peraturan Perundang-undangan), yang berkenaan dengan masalah yang ada,

dibandingkan dengan prakteknya dilapangan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912

Medan. Adapun pertimbangan dipilihnya lokasi penelitian ini karena data yang

dibutuhkan lebih lengkap sehingga dapat menjawab segala apa yang diteliti dari nara

sumber yang ada khususnya mengenai pelaksanaan pembayaran klaim, dimana segala

permasalahan mengenai klaim AJB BP 1912 Medan yang bertanggung jawab penuh

untuk mengatasinya dan juga penelitian dianggap lebih dekat sehingga proses

penelitian lebih cepat dilakukan.

4. Teknis Pengumpulan Data

Untuk mendapat data yang akurat dan relevan, baik berupa pengetahuan

ilmiah, maupun tentang suatu fakta atau gagasan, maka pengumpulan data dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan (Library research) yaitu menghimpun data dengan

melakukan penelaahan bahan kepustakaan baik berupa dokumen-dokumen,

maupun Peraturan Perundang-undangan, yang berkaitan dengan pelaksanaan

pembayaran klaim Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912.

b. Studi Lapangan (Field Research) yaitu untuk melakukan wawancara dengan

(34)

5. Bahan Penelitian

a. Bahan hukum Primer, bahan hukum yang mengikat, berasal dari peraturan

perundang-undangan seperti: Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 8 Tahun 1998 Tentang Perlindungan Konsumen dan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1960 Tentang

Pembagian Kegiatan Antara Perusahaan-Perusahaan Negara.

b. Bahan hukum Sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer, seperti: hasil-hasil penelitian, karya dari kalangan hukum dan

sebagainya.

c. Bahan Tertier (penunjang) di luar bidang hukum seperti kamus, insklopedia,

majalah koran, makalah, dan sebagainya yang berkaitan dengan

permasalahan.

6. Analisa Data

Semua data yang diperoleh dari bahan pustaka serta data yang diperoleh

dilapangan dianalisa secara kualitatif . Metode analisa yang dipakai adalah metode

deduktif dan induktif.

Melalui metode deduktif, data sekunder yang telah diuraikan dalam tinjauan

pustaka secara komparatif akan dijadikan pedoman dan dilihat pelaksanaannya dalam

(35)

setelah dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembayaran klaim Asuransi Jiwa tersebut.

H. Sistematika Penulisan

Laporan penelitian ini tersusun dalam lima Bab, Bab pertama sampai ke lima

merupakan satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Adapun Bab pertama dengan

Judul, Pendahuluan. Pada Bab ini disusun pertama tentang Latar Belakang,

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian,

Kerangka Teori dan Konsepsi, Metode Penelitian. Selanjutnya dalam Bab Kedua

diberi Judul: Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Terhadap Data Nasabah, yang

terdiri dari Sub Bab, Bab A dengan judul: Tinjauan Umum Mengenai Asuransi Jiwa

Bersama Bumi Putera 1912, Sub Bab B dengan judul: Pengertian Perjanjian Asuransi

Pada Umumnya, Sub Bab C dengan Judul: Para Pihak Dalam Asuransi Jiwa Serta

Hak dan Kewajibannya. Sub Bab D dengan judul: Pelaksanaan Tanggung Jawab

Perusahaan Asuransi Terhadap Klaim. Sub Bab E dengan judul: Sanksi Hukum atas

Ketidaksesuaian data dalam Polis. Selanjutnya dalam Bab Ketiga diberi Judul: Sistem

Pelaksanaan Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912, yang

tediri dari Sub Bab, Bab A dengan judul: Tata Cara Pengajuan Klaim Pada Asuransi

Jiwa Bersama 1912, Sub Bab B dengan judul: Sistem Pelaksanaan Pembayaran

Klaim Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912, Sub Bab C dengan judul: Sistem

Perlindungan Hukum Bagi Pelaksanaan Klaim Asuransi Terhadap Kekurangan dan

Ketidaklengkapan Data. Selanjuntnya dalam Bab Keempat diberi judul: Hambatan

(36)

Bersama Bumi Putera 1912, yang terdiri dari Sub Bab, Bab A dengan judu:

Hambatan Pelaksanaan Pembayaran Klaim Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera

1912, Sub Bab B dengan judul: Cara Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Pembayaran

(37)

BAB II

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI TERHADAP DATA NASABAH

A. Tinjauan Umum Mengenai Asuransi Dan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912

Sebelum dibahas pengertian asuransi jiwa, ada baiknya telebih dahulu

dijelaskan tentang pengertian asuransi secara umum, karena asuransi jiwa merupakan

bagian dari asuransi secara umum. Dapat dikatakan, bahwa asuransi atau

pertanggungan selaku gejala hukum di indonesia, baik dalam pengertian maupun

dalam bentuknya berasal dari hukum barat.19

Asuransi atau pertanggungan20 berasal dari bahasa Belanda yaitu “Assurantie”

atau “Verzekering” dan juga dari bahasa inggris yaitu “Insurance21”. Sedangkan

dalam bahasa Arab disebut dengan “Al-ta’miin”.22

19

Djoko Prakoso, I Ketut Murtika. Hukum Asuransi Indonesia. (Jakarta, Bina Aksara, 1987)., Halaman 22

20

Dalam berbagai literature yang membahas mengenai bidang hukum ini, dapat diketahui bahwa dikalangan para ahli hukum perdata dagang dan hukum asuransi belum ada keseragaman pemakaian istilah, ada yang memakai istilah “pertanggungan” seperti Subekti, Soekardono, Emmy Pangaribuan Simanjuntak, HMN Purwosutjipto, Abdulkadir Muhammad, sedangkan Wirjono Prodjodikoro, H.Gunanto, Sri Redjeki Hartono dan yang lainnya memakai istilah “asuransi”. Sementara itu, dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian memakai istilah tersebut secara bersamaan, lihat pasal 1 butir (1) dalam undang-undang tersebut. Karena itu dalam penulisan ini kedua istilah tersebut selalu digunakan, baik secara bersama-sama maupun secara tersendiri dan dianggap kedua istilah tersebut adalah sinonim (sama).

21

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan, Pokok-pokok Pertanggungan Kerugian, Kebakaran dan Jiwa, (Yogyakarta, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 1982), halaman 6

22

Abdullah Al-Muslih dan Shalah Ash-Shawi, Bunga Bank Haram, Menyikapi Fatwa MUI

Menuntaskan Kegamangan Umat, (Jakarta, Terjemahan oleh: Abu Umar Basyir, Darul Haq, 2003),

(38)

Alfreo Manes mengatakan, mengenai pengertian teoritis asuransi dewasa ini,

yaitu berbeda antara suatu arti dengan lainnya hal ini tercermin dalam kepustakaan

asuransi di Amerika dan Inggris, misalnya asuransi masih dianggap bagian dari ilmu

ekonomi, sedang di Jerman asuransi merupakan ilmu tersendiri.23

Asuransi adalah peniadaan resiko kerugian yang datangnya tidak terduga sebelumnya yang menimpa seseorang dengan cara menggabungkan sejumlah besar orang yang menghadapi resiko yang sama dengan mereka itu membayar premi yang besarnya cukup untuk menutupi kerugian yang mungkin menimpa salah seorang di antara mereka itu

Para ahli ekonomi pada umumnya sepakat bahwa pengertian dasar dari

asuransi dapat didefinisikan sebagai berikut:

24

“Insurance may be defenied as advise for reducing risk by combining a sufficient

member of exposure unit to make their individual losses collectively predictable” Mehr dan Commark memberikan pengertian asuransi sebagai berikut:

25

23

Yayasan Dharma Bumiputera, Peran dan Fungsi Asuransi Jiwa, (Jakarta, 1995), Halaman 3

24

Yayasan Dharma Bumiputera.,Ibid., Halaman 2

25

Rober L. Mehr and Emerson Commark, Principles of Insurance, (Homewood, Illinois, Rechard D. Irwin Inc, 1980), page 29

Dapat diterjemahkan sebagai berikut:

Asuransi dapat didefinisikan sebagai alat untuk mengurangi resiko dengan

menggabungkan sejumlah unit yang menyebabkan kerugian guna mengumpulkan

(39)

Sadar pada kenyataan ini manusia mencari kepastian melalui asuransi, karena

dengan asuransi orang mengalihkan resiko yang dapat terjadi dan menimbulkan

kerugian, kepada pihak lain yang disebut penanggung.

Pada prinsipnya, semua asuransi bertujuan untuk menciptakan suatu kesiapan

atau kesiagaan dalam menghadapi berbagai resiko yang dapat mengancam kehidupan

manusia. Terutama resiko terhadap kehilangan atau kerugian yang membuat orang

secara sungguh-sungguh, memikirkan cara-cara yang paling aman untuk

mengatasinya.26

1 . The possibility of loss;

Lebih lanjut, James L. Athearn menyatakan bahwa resiko sebagai:

2 . The possibility of an unfavorable, deviaton, from expectation because any

unfavorable from excpectation is a loss.27

Dapat diterjemahkan sebagai berikut, Pertama, kemungkinan kehilangan atau

kerugian. Kedua, kemungkinan penyimpangan harapan yang tidak menguntungkan

karena penyimpangan harapan merupakan suatu kerugian. Mengatasi resiko-resiko

yang sewaktu-waktu menimpa dalam kehidupannya, orang-orang yang menempuh

cara-cara yang berbeda. Jika kerugian itu dapat diduga, mungkin saja dihindari

dengan menerapkan cara-cara pencegahan dan dalam hal jumlah kerugiannya kecil,

mungkin saja akan ditanggulanginya sendiri. Akan tetapi kesulitan akan timbul,

26

A. Abbas Salim.,Op.Cit.,halaman 5

27

(40)

apabila kerugian itu tidak dapat diduga sebelumnya dan dalam jumlah yang besar

pula, sehingga tidak mampu dicegah atau dipikulnya sendiri.28

Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dimana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikat dirinya terhadap tetanggung untuk membebaskannya dari kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan yang akan dapat diderita olehnya karena suatu kejadian yang tidak pasti.

Selanjutnya, arti asuransi atau pertanggungan itu dalam rumusan otentik dapat

dilihat dalam Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (selanjutnya disingkat

KUHD) yang menyebutkan:

29

Bahwa ketentuan Pasal 246 dimaksud oleh pembentuk Undang-undang

sebagai defenisi pertanggungan umum, tetapi pada hematnya ketentuan dalam Pasal

246 KUHD itu mengandung unsur-unsur bagi pertanggungan jiwa. Mengenai pengertian asuransi yang terdapat dalam Pasal 246 KUHD, H.M.N.

Purwosutjipto berkomentar sebagai berikut:

30

28

Lebih jauh mengenai teori, penggolongan dan jenis-jenis resiko, lihat Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, Mata Pelajaran I: Resiko dan Mata Pelajaran II: Sejarah Asuransi, tanpa tahun terbitan, lihat juga Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan Dan Perkembangannya, (Yogyakarta, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 1990), halaman 3

29R. Subekti, R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, (Jakarta, Pradhya Paramita, 1959.

30

H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 6 Hukum

Pertanggungan, (Jakarta, Djambatan, 1990), Halaman 8

Jika

deperhatikan dengan teliti dari uraian diatas, ternyata defenisi asuransi yang

tercantum dalam Pasal 246 KUHD ini hanya cocok untuk satu macam asuransi saja,

(41)

tidak tercakup dalam defenisi tersebut. Karena itulah, dalam Undang-Undang tentang

Usaha Perasuransian, yaitu Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 (selanjutnya

disebut Undang-undang Tentang Usaha Perasuransian)31

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

, telah menyempurnakan

defenisi asuransi, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 butir (1), yaitu:

32

a. Adanya pihak tertanggung, yang berjanji akan membayar “premi” kepada

pihak penanggung sekaligus atau secara bertahap;

Pasal tersebut dapat dinyatakan ada 3 (tiga) unsur utama dalam perjanjian

asuransi atau pertanggungan, yaitu:

b. Adanya pihak penanggung, yang berjanji akan membayar “sejumlah uang”

atau ganti kerugian kepada pihak tertanggung sekaligus atau secara bertahap,

semuanya itu apabila terjadi, yaitu;

c. Suatu peristiwa yang semula belum pasti akan terjadi dan yang menimbulkan

kerugian ekonomi bagi tertanggung.

31

Undang-Undang ini mengatur terutama mengenai hal-hal yang bersifat administratif dalam rangka pembinaan dan pengawasan usaha perasuransian di Indonesia dan bukan mengatur mengenai substansi kontrak asuransi.

(42)

Jelaslah kiranya, bahwa konsep (pengertian) yang paling umum dari asuransi

adalah suatu kesepakatan dari sejumlah orang yang masing-masing berada dalam

keadaan terancam bahaya yang sama, akibat dari suatu peristiwa yang tidak terduga,

yang apabila benar-benar terjadi atas salah seorang di antara mereka, maka akan

disumbangkan penggantinya oleh semua orang yang ada dalam kelompok itu.

Secara garis besarnya berdasarkan pembagian lama dari para ahli hukum

asuransi, maka ada 2 (dua) jenis asuransi yaitu asuransi sejumlah uang (sommen

verzekering) dan asuransi ganti kerugian (schade verzekering)33. Selanjutnya, pada

perkembangan muncul satu jenis asuransi yaitu asuransi varia (varia verzekering)34

Penggolongan di atas, didasarkan pada ditentukan atau tidak ditentukan terlebih

dahulu jumlah uang pertanggungan yang harus dibayarkan. Dengan demikian, maka

asuransi kerugian berarti ganti kerugiannya tidak ditentukan terlebih dahulu tetapi

berdasarkan jumlah kerugian yang sesungguhnya diderita.

,

yang produk asuransinya gabungan dari asuransi sejumlah uang dan asuransi ganti

kerugian, jadi lebih bervariasi.

35

Sementara itu, dalam KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) tidak

terdapat pengaturan yang jelas tentang penggolongan asuransi. Pasal 247 KUHD

33

Abdul Muis, Bunga Rampai Hukum Dagang, (Medan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 1990), Halaman 36

34

Amiruddin A. Wahab, Op.Cit, Halaman 17, sebagaimana telah dikutip dari Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Pengertian dan Ruang Lingkup Pertanggungan, Makalah : Simposium Hukum Asuransi, (Jakarta, BPHN-Bina Cipta, 1980), Halaman 46

35

(43)

hanya menyebutkan, bahwa pertanggungan itu dapat mengenai antara lain : “bahaya

kebakaran, bahaya yang mengancam hasil pertanian di sawah, jiwa dari seseorang

atau lebih, bahaya-bahaya pengangkutan di darat dan di sungai-sungai serta perairan

pedalaman”.

Uraian Pasal 247 KUHD diatas, dapat diketahui penggolongan asuransi dalam

KUHD ternyata hanya didasarkan pada jenis-jenis bahaya yang dapat

diasuransikan.36

1. Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan resiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti;

Sementara itu, dari jenis usahanya maka asuransi dapat dibedakan

menjadi 3 (tiga) jenis, sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal (3)

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, yaitu:

2. Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan resiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan;

3. Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap resiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan atau Perusahaan Asuransi Jiwa.

Selanjutnya, dalam tulisan guna penelitian tesis ini, fokus pembahasan lebih

dititikberatkan pada kajian hukum terhadap pelaksanaan pembayaran klaim asuransi

atau pertanggungan jiwa dengan tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan asuransi

pada umumnya.

36

(44)

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, tentang perasuransian

sebagaimana disebut sebelumnya, dapat diketahui bahwa asuransi jiwa merupakan

salah satu jenis jasa asuransi yang dapat dibedakan dengan jenis jasa asuransi

kerugian, karena asuransi jiwa termasuk kedalam asuransi tidak sesungguhnya atau

asuransi tidak murni (biasanya disebut asuransi sejumlah uang).

Salah satu unsur pada asuransi adalah terdapatnya ganti rugi apabila terjadi

peristiwa tidak terduga yang menimbulkan kerugian, maka kerugian sifatnya harus

dinilai dengan uang. Hal ini tidak berlaku dalam asuransi jiwa karena jiwa seseorang

yang meninggal pada prinsipnya tidak dapat dinilai dengan materi (uang), sehingga

sulit bagi penanggung untuk menentukan berapa besar ganti rugi yang harus

dibayarkan, karena itu jumlah uang pertanggungan ditetapkan terlebih dahulu.37

Pasal 1 butir (1) Undang-undang Tentang Perasuransian juga mengandung

pengertian asuransi jiwa, yaitu pada kalimat,”...atau untuk memberikan suatu

pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang

dipertanggungkan.”

Pasal 302 sampai dengan Pasal 308 Buku I, Bab 10 bagian ke-3 (tiga) KUHD,

mengatur tentang asuransi atau pertanggungan jiwa. Lebih lanjut Pasal 302 KUHD

memberikan pengertian tentang asuransi jiwa, dengan menyebutkan, “Jiwa seseorang

dapat, guna keperluan seseorang yang berkepentingan, dipertanggungkan, baik untuk

selama hidupnya jiwa itu, baik untuk suatu waktu yang ditetapkan dalam perjanjian”.

37

R. Ali Rido, Hukum Dagang Tentang Aspek-aspek Hukum Dagang Dalam Asuransi Udara,

Asuransi Jiwa dan Perkembangan Perseroan Terbatas,(Bandung, Remadja Karya C.V,1986),

(45)

Uraian kedua pasal diatas, dicoba menarik 3 (tiga) unsur dari batasan asuransi

jiwa, yaitu:

1. Unsur Jiwa (juga raga) seseorang dapat dipertanggungkan;

2. Adanya unsur kepentingan, yaitu seseorang atau lebih yang mempunyai

kepentingan terhadap tertanggung, seperti keluarga tertanggung.

3. Didasarkan atas hidup atau meninggalnya seseorang, atau untuk suatu jangka

waktu sesuai perjanjian.

Selanjutnya Molengraaff, sebagaimana dikutip oleh Santoso Poedjosoebroto,

berpendapat tentang asuransi jiwa itu dalam dua pengertian, yaitu:

1. Asuransi jiwa dalam arti luas meliputi semua perjanjian tentang pembayaran sejumlah uang pokok (kapital) atau suatu bunga, yang didasarkan atas kemungkinan hidup atau matinya seseorang dan oleh karena itu pembayaran uang pokok atau pembayaran uang premi atau kedua-duanya bagi segala jenis asuransi jiwa digantungkan pada hidup atau matinya satu atau beberapa orang tertentu.

2. Dalam arti sempit, asuransi jiwa adalah perjanjian tentang pembayaran uang pokok atau kapital sejumlah atau sekaligus, pada waktu hidup atau matinya orang yang di tunjuk.38

Kemudian, R. Ali Rido membagi asuransi jiwa dalam dua pengertian menurut

tenggang waktu, yaitu :

1. Asuransi jiwa yang ditutup untuk selama hidup, pembayaran uang pertanggungannya pun bergantung kepada kematian seseorang.

2. Asuransi jiwa untuk ditutup untuk jangka waktu tertentu. Dalam hal ini apabila jangka waktu yang telah diperjanjikan telah lewat, sedangkan orang yang bersangkutan masih hidup, maka asuransi akhirnya akan serupa

38

(46)

dengan penabungan saja, walaupun uang yang dibayarkan tidaklah sama jumlahnya dengan premi yang telah disetorkan.39

Poin ke-2 (dua) sebagaimana disebutkan oleh R.Ali Rido, diketahui bahwa

asuransi jiwa dapat berfungsi sebagai dana tabungan, apabila ternyata setelah lewat

masa kontrak asuransi jiwanya si tertanggung masih hidup.

Selanjutnya H.M.N. Purwosutjipto memberikan pengertian asuransi atau

pertanggungan jiwa adalah sebagai berikut:

Pertanggunggan jiwa adalah perjanjian timbal balik antara penutup (pengambil) asuransi dengan penanggung, dengan mana penutup asuransi mengikatkan diri selama jalannya pertanggungan membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan penanggung, sebagai akibat langsung dari meninggalnya orang yang jiwanya dipertanggungkan atau telah lampaunya suatu jangka waktu yang diperjanjikan, mengikatkan diri untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh penutup asuransi sebagai penikmatnya.40

Pengertian asuransi sebagaimana disebutkan diatas, bahwa asuransi jiwa pada

hakekatnya adalah suatu pelimpahan resiko (risk shifting) oleh seseorang kepada

penanggung agar kerugian keuangan (financial loss) yang diderita seseorang dapat

ditanggung oleh penanggung. Resiko yang dilimpahkan kepada penanggung bukanlah Jadi asuransi jiwa dapat diartikan sebagai suatu rencana atau alat dalam

masyarakat untuk mengumpulkan dana melalui iuran-iuran dari para anggotanya.

Sumbangan-sumbangan itu dibayar dalam bentuk premi, dan sebagai imbalannya

setiap anggota berhak menuntut pembayaran sejumlah uang tertentu dari dana

tersebut apabila mengalami peristiwa atau musibah tertentu.

39

R. Ali Rido, Op.Cit, Halaman 182

40

(47)

resiko hilangnya jiwa seseorang, melainkan kerugian keuangan (ekonomi) sebagai

akibat hilangnya jiwa seseorang atau karena umur tua, sehingga tidak dapat bekerja

atau berpenghasilan lagi.

Supardjono, menyatakan tujuan asuransi dapat dibedakan dari sudut pandang

pihak tertanggung dan pihak perusahaan asuransi (penanggung) sebagai berikut:41

A. Tujuan pihak tertanggung

1. Menghindari kemungkinan kerugian yang lebih luas

2. Mendapat ganti kerugian dari perusahaan asuransi bila terjadi musibah

yang merugikan.42

3. Menggeser kemungkinan resiko kepada pihak lain

4. Memperkecil kemungkinan kerugian yang diderita.

B. Tujuan dari pihak perusahaan asuransi (penanggung)

1. Memberikan terhadap kemungkinan kerugian yang diderita tertanggung

2. Memberikan dorongan ke arah perkembangan perekonomian yang lebih

maju

3. Menghilangkan keragu-raguan bagi usahawan dalam menjalankan usaha

atau pekerjaannya.

4. Menjamin penanaman modal para investor

5. Memperoleh hasil berupa premi atas imbalan jasa yang diberikan.

41

Supardjono, Perasuransian di Indonesia, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.,1999, halaman 14

42

Salusra Satria. Pengukuran kenerja keuangan perusahaan asuransi kerugian di Indonesia.

Dengan menganalisis rasio keuangan “Early Warning System”. (Jakarta, Fakultas Ekonomi

(48)

Selanjutnya, ada baiknya diketahui juga terlebih dahulu mengenai AJB Bumi

Putera 1912 yang berdiri berdasarkan atas prakarsa seorang guru sederhana bernama

M.Ng. Dwidjosewojo, yang menjabat sebagai Sekretaris Persatuan Guru-guru Hindia

Belanda (PGHB) sekaligus Sekretaris I Pengurus Besar Budi Utomo. Dwidjosewojo

menggagas pendirian Perusahaan Asuransi karena didorong oleh keprihatinan

mendalam terhadap nasib para guru bumiputera (pribumi). Ia mencetuskan gagasan

pertama kali di Kongres Budi Utomo, tahun 1910. Dan kemudian terealisasi menjadi

badan usaha – sebagai salah satu keputusan Kongres pertama PGHB di Magelang, 12

Februari 1912.

Sebagai pengurus , selain M. Ng. Dwidjosewojo yang bertindak sebagai

Presiden Komisaris, juga ditunjuk M.K.H. Soebroto sebagai Direktur, dan

M.Admidjojo sebagai Bendahara. Ketiga orang inilah yang kemudian dikenal sebagai

“tiga serangkai” pendiri Bumiputera, sekaligus peletak batu pertama industri asuransi

nasional Indonesia.

Tidak seperti perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang

kepemilikannya hanya oleh pemodal tertentu; sejak awal pendiriannya Bumiputera

sudah menganut sistem kepemilikan dan kepenguasaan yang unik, yakni bentuk

badan usaha "mutual" atau "usaha bersama". Semua pemegang polis adalah pemilik

perusahaan yang mempercayakan wakil-wakil mereka di Badan Perwakilan Anggota

(49)

dipadukan dengan idealisme dan profesionalisme pengelolanya, merupakan kekuatan

utama Bumiputera hingga hari ini. 43

Memasuki millenium ketiga, Bumiputera yang mengkaryakan sekitar 18.000

pekerja, melindungi lebih dari 9.7 juta jiwa rakyat Indonesia, dengan jaringan kantor

sebanyak 576 di seluruh pelosok Indonesia; tengah berada di tengah capaian baru

industri asuransi Indonesia. Sejumlah perusahaan asing menyerbu dan masuk

menggarap pasar domestik. Mereka menjadi rekan sepermainan yang ikut Perjalanan Bumiputera yang semula bernama Onderlinge Levensverzekering

Maatschappij PGHB (O.L. Mij. PGHB) kini mencapai 9 dasawarsa. Sepanjang itu,

tentu saja, tidak lepas dari pasang surut. Sejarah Bumiputera sekaligus mencatat

perjalanan Bangsa Indonesia. Termasuk, misalnya, peristiwa sanering mata uang

rupiah di tahun 1965 (yang memangkas asset perusahaan ini; dan bencana paling

hangat - multikrisis di penghujung millenium kedua. Di luar itu, Bumiputera juga

menyaksikan tumbuh, berkembang, dan tumbangnya perusahaan sejenis yang tidak

sanggup menghadapi ujian zaman, mungkin karena persaingan atau badai krisis.

Semua ini menjadi cermin berharga dari lingkungan yang menjadi bagian dari proses

pembelajaran untuk upaya mempertahankan keberlangsungan.

43

Berdasarkan Anggaran Dasar (AD) AJB Bumiputera 1912 pada Bab III, Pasal 5 menegaskan, bahwa “Anggota Bumiputera 1912 adalah pemegang polis warga negara Indonesia yang mempunyai kontrak asuransi jiwa dengan Bumiputera 1912 mengenai jiwanya sendiri, maupun jiwa orang lain dalam hal yang bersangkutan selaku pemegang polis asuransi jiwa kumpulan dari suatu Badan Hukum Indonesia”.

(50)

meramaikan dan bersama-sama membesarkan industri yang dirintis oleh pendiri

Bumiputera, 91 tahun lampau.44

Lebih mengenal AJB Bumiputera 1912 perlu diketahui visi dan misi AJB

Bumiputera 1912 tersebut. AJB Bumiputera 1912 mempunyai visi, yaitu “

Bumiputera menjadi perusahaan asuransi jiwa nasional yang kuat, modern dan

menguntungkan didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) professional yang

menjunjung tinggi nilai-nilai idialisme serta mutualisme.

Bagi Bumiputera, iklim kompetisi ini meniupkan semangat baru; karena makin

menegaskan perlunya komitmen, kerja keras, dan profesionalisme. Namun berbekal

pengalaman panjang melayani rakyat Indonesia berasuransi hampir seabad,

menjadikan Bumiputera bertekad untuk tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri,

menjadi asuransi Bangsa Indonesia, sebagaimana visi awal pendirinya. Bumiputera

ingin senantiasa berada di benak dan di hati rakyat Indonesia.

Untuk melayani masyarakat akan kebutuhan proteksi asuransi, maka

Bumiputera membuka kantor cabang di seluruh Indonesia sebanyak 33 kantor,

termasuk kantor Bumiputera di Medan. Adapun Kantor AJB Bumiputera 1912 di

Medan beroperasional langsung berhubungan dengan para calon nasabah atau

Referensi

Dokumen terkait

Pada tugas akhir ini akan dirancang suatu software untuk mendeteksi penyakit kelainan jantung PACs mengunakan RR interval dan algoritma QRS Detection Pan and

Meskipun secara parsial persepsi harga tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian namun penilaian terhadap harga serta kualitas dari suatu

Dari hasil sebelum dan sesudah dilakukan terapi spiritual emotional freedom technique (SEFT) terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di Kelurahan Ganting

Dalam hal ini yang menjadi kajian peneliti adalah yang berkaitan dengan objek jaminan fidusia yang disita oleh Negara akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan debitur

Berbagai ide yang tidak terduga oleh pasukan Bizantium dilakukan oleh Sultan yaitu memindahkan 70 kapal di utara Galata, membuat menara dari kayu, menggali terowongan bawah tanah,

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah hasil belajar akuntansi yang diajar

Dimaksudkan evaluasi disini adalah mengetahui sejauh mana langkah konseling yang telah dilakukan telah mencapai hasilnya. Dapat dilihat pada perkembangan selanjutnya

Sebelum pemasangan instalasi plumbing, fixture-fixture dan peralatan lain, Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh barang-barang yang akan dipasang dan atau brosur-brosurya