• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Arthropoda Tanah Pada Ekosistem Pertanaman Kakao Di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Keanekaragaman Arthropoda Tanah Pada Ekosistem Pertanaman Kakao Di Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

,

JUDUL PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA TANAH

PADA EKOSISTEM PERTANAMAN KAKAO

DI KECAMATAN Am BATU KABUPATEN

ASAHAN

NAMA

SYAHNEN

NOMORPOKOK

002104026

PROGRAM STUDI

PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN

LINGKUNGAN (PSL)

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr.

Jr.

Hj. T. Chairun Nisa. MSc.

Ketua

Prof. Dr. Ir. Sengli J. Damanik, MSc.

Anggota

Dr. Ir. Darma Ba

i MS.

An gota

r

. Dr. Ir. Sumono, MS.

Direktur

. - - - ·...ram Pasca Sarjana

Univer . as Sumatera Utara

Ketua Program Studi

Pengelola n Sumberdaya A1am

Dan Li g

ngan (PSL)

Pro

r. dr. Jazanul Anwar.

(4)
(5)

RINGKASAN

SYAHNEN,

"KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA TANAR PADA

EKOSISTEM KAKAO DI KECAMATAN AIRBATU, KABUPATEN ASARAN"

dibimbing oleh Ibu Prof Dr. Ir. Hj. T. Chairun Nisa, MSc. sebagai ketua, Bapak Prof

Dr. Ir. Sengli J. Damanik, MSc. dan Bapak Dr.

Jr.

Darma Bakti, MS., masing-masing

sebagai anggota.

Tujuan

penelitian

adalah

untuk

memperoleh

informasi

tentang

keanekaragaman arrthropoda tanah pada laban tanaman kakao menghasiIkan (TM) dan

belum menghasilkan (TBM) yang menggunakan sistem PHT dan non PHT.

Hipotesis penelitan adalah ada perbedaan keanekaragaman arthropoda tanah

pada lahan kakao TM dan TBM dengan sistem PHT dan non PHT. Untuk mengetahui

perbedaan indeks keanekaragaman pada lahan TM dan TBM

yang menggunakan

sistem PHT dan non PHT digunakan uji kesamaan dua rata-rata (analisis statistik t).

Pelaksanaan penelitian dilakukan di kecamatan Air Batu kabupaten Asahan

sejak bulan Pebruari sampai dengan Mei 2002.

HasiI penelitian menunjukkan bahwa sifat fisik dan kimia tanah mempengaruhi

indeks keanekaragaman arthropoda tanah sedangkan sifat fisik dan kimia tanah

dipengaruhi oleh sistem pengelolaan hama kakao.

Kepadatan ordo Orthoptera pada kebun TM PHT lebih rendah dari TM non

PHT, tetapi kepadatan ordo Hymenoptera, Collembola, Coleoptera dan Araneida pada

(6)

kebun TM PHT lebih tinggi dari TM non PHT, demikian juga kebun TBM PHT lebih

tinggi dari TBM non PHT.

Dari hasil penelitian diketahui ordo Orthoptera, Hymenoptera, dan Collembola

adalah jenis dominan pada seluruh kebun. Di samping itu ordo Coleoptera dan Diptera

merupakan jenis dominan pada kebun TM PHT dan TM non PHT dan tidak dominan

pada kebun lainnya, sedangkan Araneida adalah jenis dominan pada kebun TM PHT,

TBM PHT dan TBM non PHT dan tidak dominan pada kebun TM non PHT.

Indeks keanekaragaman arthropoda tanah kebun TM PHT nyata lebih tinggi

dari TM non PHT, TBM PHT dan TBM non PHT. Indeks keanekaragaman kebun

TM non PHT tidak berbeda dengan TBM PHT dan TBM non PHT, demikian juga

kebun TBM PHT tidak berbeda dengan TBM non PHT.

Rendahnya indeks

keanekaragaman arthropoda tanah pada kebun TM non PHT terutama disebabkan

pencemaran dan residu pestisida di dalam tanah sedangkan pada TBM PHT dan TBM

non PHT disebabkan tanaman belum memasuki fase generatif dan pengaruh sifat fisik

dan kimia tanah yang kurang sesuai bagi arthropoda tanah.

Kesamaan jenis arthropoda tanah kebun TM PHT versus TM non PHT; TBM

PHT versus TBM non PHT; TM PHT versus TBM PHT; TM PHT versus TBM non

PHT tergolong mirip. Sedangkan kebun TM non PHT versus TBM PHT dan TM Non

PHT versus TBM non PHT tergolong tidak mirip.

II

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

RINGKASAN

SYAHNEN,

"KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA TANAR PADA

EKOSISTEM KAKAO DI KECAMATAN AIRBATU, KABUPATEN ASARAN"

dibimbing oleh Ibu Prof Dr. Ir. Hj. T. Chairun Nisa, MSc. sebagai ketua, Bapak Prof

Dr. Ir. Sengli J. Damanik, MSc. dan Bapak Dr.

Jr.

Darma Bakti, MS., masing-masing

sebagai anggota.

Tujuan

penelitian

adalah

untuk

memperoleh

informasi

tentang

keanekaragaman arrthropoda tanah pada laban tanaman kakao menghasiIkan (TM) dan

belum menghasilkan (TBM) yang menggunakan sistem PHT dan non PHT.

Hipotesis penelitan adalah ada perbedaan keanekaragaman arthropoda tanah

pada lahan kakao TM dan TBM dengan sistem PHT dan non PHT. Untuk mengetahui

perbedaan indeks keanekaragaman pada lahan TM dan TBM

yang menggunakan

sistem PHT dan non PHT digunakan uji kesamaan dua rata-rata (analisis statistik t).

Pelaksanaan penelitian dilakukan di kecamatan Air Batu kabupaten Asahan

sejak bulan Pebruari sampai dengan Mei 2002.

HasiI penelitian menunjukkan bahwa sifat fisik dan kimia tanah mempengaruhi

indeks keanekaragaman arthropoda tanah sedangkan sifat fisik dan kimia tanah

dipengaruhi oleh sistem pengelolaan hama kakao.

Kepadatan ordo Orthoptera pada kebun TM PHT lebih rendah dari TM non

PHT, tetapi kepadatan ordo Hymenoptera, Collembola, Coleoptera dan Araneida pada

(16)

kebun TM PHT lebih tinggi dari TM non PHT, demikian juga kebun TBM PHT lebih

tinggi dari TBM non PHT.

Dari hasil penelitian diketahui ordo Orthoptera, Hymenoptera, dan Collembola

adalah jenis dominan pada seluruh kebun. Di samping itu ordo Coleoptera dan Diptera

merupakan jenis dominan pada kebun TM PHT dan TM non PHT dan tidak dominan

pada kebun lainnya, sedangkan Araneida adalah jenis dominan pada kebun TM PHT,

TBM PHT dan TBM non PHT dan tidak dominan pada kebun TM non PHT.

Indeks keanekaragaman arthropoda tanah kebun TM PHT nyata lebih tinggi

dari TM non PHT, TBM PHT dan TBM non PHT. Indeks keanekaragaman kebun

TM non PHT tidak berbeda dengan TBM PHT dan TBM non PHT, demikian juga

kebun TBM PHT tidak berbeda dengan TBM non PHT.

Rendahnya indeks

keanekaragaman arthropoda tanah pada kebun TM non PHT terutama disebabkan

pencemaran dan residu pestisida di dalam tanah sedangkan pada TBM PHT dan TBM

non PHT disebabkan tanaman belum memasuki fase generatif dan pengaruh sifat fisik

dan kimia tanah yang kurang sesuai bagi arthropoda tanah.

Kesamaan jenis arthropoda tanah kebun TM PHT versus TM non PHT; TBM

PHT versus TBM non PHT; TM PHT versus TBM PHT; TM PHT versus TBM non

PHT tergolong mirip. Sedangkan kebun TM non PHT versus TBM PHT dan TM Non

PHT versus TBM non PHT tergolong tidak mirip.

II

(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)

Referensi

Dokumen terkait

Target penatalaksanaan konstipasi kronis adalah untuk mengurangi gejala, mengembalikan kebiasaan defekasi yang normal, keluarnya feses yang berbentuk dan lunak setidaknya 3 kali

Dengan tersedianya prasarana dan sarana yang memenuhi standar mutu yang diinginkan dan dikelola dengan baik, akan mendukung UI dalam penca­ paian tujuan, yang pada gilirannya

Mekanisme perencanaan dan penganggaran yang responsif gender dapat digambarkan dalam Diagram 1, yang dimulai dari analisis situasi/ analisis gender untuk mengetahui potensi

Keragaman tersebut dapat berpengaruh terhadap proses pembangunan. Selama ini pusat pertumbuhan berada di wilayah dengan topografi datar. Pembangunan di wilayah bergunung

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi adalah menanamkan atau menempatkan aset berupa harta maupun dana pada sebuah aktiva

Pedoman pengorganisasian & pelayanan panitia PPI : SPO identifikasi peralatan yang kadaluwarsa MANAJEMEN PENGGUNAAN

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat disusun suatu rumusan masalah yaitu bagaimana pengaruh berkumur sari buah belimbing manis terhadap perubahan pH