• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Pengelolaan Lahan Usahatani Menuju Pertanian Berkelanjutan di Daerah Tangkapan Air Danau Barong Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Pengelolaan Lahan Usahatani Menuju Pertanian Berkelanjutan di Daerah Tangkapan Air Danau Barong Kalimantan Timur"

Copied!
250
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)

PERENCANAAN PENGELOLAAN LAHAN

USAHATANI MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN

DI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU BARONG

KALIMANTAN TIMUR

OLEH

:

SUTRISNO

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(132)

ABSTRAK

SUTRISNO. Perencanaan Penggunaan Lahan Berkelanjutan ~ a d a Daerah Tangkapan Air Danau Barong Kalimantan Timur. Dibimbing oleh NAIK SINUKABAN sebagai Ketua dan HIDAYAT PAWITAN sebagai Anggota.

Untuk menjaga keberlanjutan usahatani maka diperlukan perencanaan yang baik, sehingga kegiatan pertanian yang dilakukan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan dan tetap menjaga agar pendapatan petani tetap tinggi. Erosi, sedimentasi, banjir dan rendahnya pendapatan petani merupakan fenomena yang disebabkan oleh pengelolaan lahan yang kurang tepat. Perencanaan pengelolaan lahan dalam lingkup DAS merupakan suatu upaya untuk menekan dampak negatif tersebut.

Perencanaan pengelolaan lahan dibuat menurut kondisi spesifik wilayah yang didasarkan atas kajian kondisi biofisik dan sosial ekonomi, meliputi :

kesesuaian penggunaan lahan dengan kelas kemampuannya, pola tanam, erosi tanah yang ditimbulkan dari kegiatan pertanian serta pendapatan petani.

Penelitian ini dilakukan untuk membuat perencanaan pengelolaan lahan usahatani, yang berisi alternatif-alternatif pengelolaan lahan yang dapat diterapkan di wilayah tersebut, sesuai daya dukung lahan (kemampuan lahan), minim erosi dan dapat meningkatkan pendapatan petani, sehingga usahataninya berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Barong, Sub DAS Mahakam Kalimantan Timur, melalui interpretasi peta, penelitian lapangan, penelaahan data skunder, pengambilan contoh tanah dan sosial serta analisis sampel tanah di laboratorium. Perencanaan pengelolaan lahan dilakukan melalui empat tahap yaitu : k l a s i f h i kemarnpuan lahan menggunakan kriteria Klingebiel dan Montgomery (1973) yang d i m o d i f h i oleh Arsyad (1989), prediksi erosi menggunakan model USLE, analisis biaya dan pendapatan serta pertimbangan sosial dan pembuatan rekomendasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan dan penutupan lahan di lokasi penelitian meliputi : semak belukar, ladang (hurna), hutan, kebun karet, pemukiman dan kebun campuran serta sawah. Selama periode tahun 1 99 1

-

200 1 terjadi perubahan penggunadpenutupan lahan melalui perluasan tanaman karet dan menyebabkan penyempitan lahan ladang (huma), semak belukar dan hutan sebesar 21,36 % dari luas total Daerah Tangkapan Air atau seluas 2.1 19 ha. Penggunaan lahan pada tahun 2001 masih didominasi oleh semak belukar (3.865 ha atau k 40 % dari luas DTA) yang merupakan lahan yang tidak atau belum diusahakan.

Kemampuan lahan di lokasi penelitian terutama pada plot I dan plot I1 tergolong kelas I11 sarnpai VII dengan faktor pengharnbat umumnya berupa kelerengan. Dari 21 titik pengamatan penggunaan lahan yang dijadikan contoh, menunjukkan bahwa sejumlah 9 satuan penggunaan lahan adalah tidak sesuai dengan kemampuannya. Hal ini disebabkan karena pengelolaan lahan pertanian yang kurang tepat dan belum memadahinya penerapan teknik konservasi tanah.

(133)

(faktor LS), pola tanam yang kurang tepat dan belum diterapkannya teknik konservasi tanah dan air.

Berdasarkan analisis biaya dan pendapatan usahatani terhadap pola aktual menunjukkan bahwa pola tanam aktual tersebut tidak dapat direkomendasikan karena pendapatan yang diperoleh tidak layak untuk memenuhi kebutuhan hidup petani dan keluarga (tidak sustainable).

(134)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis dengan judul :

PERENCANAAN PENGGELOLAAN LAHAN USAHATANI MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN DI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU BARONG KALIMANTAN TIMUR.

Adalah merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bo r,

gfi

15 Maret 2002

r

~ R I S *

(135)

PERENCANAAN PENGELOLAAN LAHAN

USAHATANI MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN

DI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU BARONG

KALIMANTAN TIMUR

SUTRISNO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

(136)

Judul Tesis : Yerencanaan Pengelolaan Lahan Usahatani Menuju Pertanian Berkelanjutan di Daerah Tangkapan Air Danau Barong Kalimantan Timur

Nama : Sutrisno

NRP : 99309

Program Studi : Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Menyetuj ui,

1. Kornisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, M.Sc. Dr. Ir. Hidayat Pawitan

Ketua Anggota

Mengetahui,

(137)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Kutai provinsi Kalimantan Timur pada tanggal 20 September 1975, merupakan anak kelima dari enam bersaudara pasangan dari ayah H. Solikhin dan ibu Hj. Rukamah.

Pendidikan Sarjana ditempuh di Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, lulus tahun 1998. Setahun kemudian yaitu pada tahun 1999 melanjutkan studi pada Program Studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Dalam menyelesaikan pendidikan program Strata-1 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Sumalindo Lestari Jaya Site I Kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara, melakukan penelitian untuk menulis skripsi di Divisi Lingkungan PT. Kelian Equatorial Mining (KEM) Site Prampus

Kabupaten Kutai Barat, pernah bekerja sebagai anggota team peneliti bidang biofisik pada PPLH Unrnul dan pernah bekerja sebagai pemandu lapang pada Proyek Pengembangan Agribisnis dan Hortikultura (P2AH) Dinas Pertanian

(138)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. 'Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Juli 2001 dengan judul "Perencanaan Pengelolaan Lahan Usahatani Menuju Pertanian Berkelanjutan di Daerah Tangkapan Air Danau Barong Kalimantan Timur".

Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, M.Sc clan bapak Dr. Ir. Hidayat Pawitan selaku komisi pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala Cabang Dinas Pertanian dan

Cabang Dinas Kehutanan, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Kepala Desa di Kecamatan Melak dan Barong Tongkok yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data, serta Kepala Balai Benih Induk (BBI) Palawija Barong Tongkok dan Kepala Stasiun Meteorologi Ternindung Sarnarinda.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, kakak- kakak dan adik Gunanto tersayang, atas segala do'a dan kasih sayangnya. Tak lupa pula kepada semua fihak yang telah memberikan arahan, masukan dan bantuan baik moril maupun materiil yang tidak dapat disebutkan nnamanya satu

per satu.

Semoga karya ilmiah bemknfaat.

Bogor, Maret 2002

(139)

DAFTAR IS1

DAFTAR TABEL

...

DAFTAR GAMBAR

...

DAFTAR LAMPIRAN

... ...

PENDAHULUAN

Latar Belakang

...

Tuj uan

...

Manfaat

...

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Kemampuan Lahan

...

...

Sub Kelas Kemampuan lahan

Satuan Kemampuan Lahan

...

Lahan dan Pengelolaan Lahan

...

Erosi dan Prediksi Erosi

...

...

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Luas dan Letak

...

Topografi. Tanah clan Bahan Induk

...

Iklim dan Hidrologi

...

...

Penduduk dan Matapencaharian

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

...

...

...

Data dan Peralatan i

Metode Penelitian

...

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan Lahan

...

Kelas Kemampuan Lahan

...

Prediksi Erosi

...

Prediksi Erosi

(E)

dan Erosi Yang Diperbolehkan (TSL)

...

Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani

...

Perencanaan Pengelolaan Lahan Usahatani

...

KESIMPULAN DAN SARAN

...

Kesimpulan

...

Saran

DAFTAR PUSTAKA

...

(140)

DAFTAR

TABEL

Halarnan '.

Karakteristik Hujan. Nilai E130 dan Nilai R Stasiun Melak dan

Barong Tongkok

...

28

Kriteria Kalsifikasi Kemarnpuan Lahan

...

38

Kode Struktur Tanah

...

40

Kode Penneabilitas Profil Tanah

...

40

Klasifikasi Nilai Kepekaan Erosi

...

40

Perkembangan Luasan Tanarnan Karet Menurut Desa di Lokasi 44

Penelitian

...

Luas Setiap Penggunaan dan Penutupan Lahan Serta Perubahannya di DTA Danau Barong

...

45

Kelas Kemampuan Lahan di Lokasi Penelitian

...

53

Hasil Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Aktual Pada

Beberapa Titik Pengamatan Penggunaan Lahan

...

54

Hasil Prediksi Erosi di Lokasi Penelitian

...

59

Luas dan Produksi Tanaman Menurut Desa Tahun 2000 di Lokasi

Penelitian

...

66 Pendapatan Rata-rata Petani Menurut Pola Tanam di Lokasi

Penelitian

...

67 Hasil Estimasi Pendapatan Petani di Lokasi Penelitian

...

70 Alternatif Pengelolaan Lahan Pertanian dengan Perubahan Nilai

...

Faktor P dan C 74

Perhitungan Pendapatan Petani dengan Penerapan Alternatif

(141)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

[image:141.564.80.496.118.805.2]

1 Skema Hubungan Antara Kelas Kemampuan Lahan Dengan

...

Intensitas dan Macam Penggunaan 12

...

2 Grafik Keadaan Neraca Air Stasiun Samarinda dan Balikpapan 29

...

3 Peta Lokasi Penelitian 32

...

4 Jenis-Jenis Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian 49

...

5

Jenis-Jenis Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian 50 6 Pola Usahatani Aktual dan Alternatif serta Rata-rata Curah Hujan

...

(142)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Nilai C untuk berbagai jenis tanaman dan pengelolaan tanaman ' '- 87

(Abdurachrnan dkk.. 1984)

...

Nilai Faktor C Untuk Berbagai Jenis Penggunaan

...

88 Nilai Faktor C (Hammer. 198 1)

...

89 Nilai Faktor P pada Berbagai Aktivitas Konservasi Tanah

(Abdurachman dkk.. 1984)

...

90 Nilai Faktor Kedalaman 30 Sub-order Tanah (Hammer. 198 1)

...

91 Kedalaman Tanah Minimun yang Dapat Diterima dari Berbagai

Jenis TanamanlPenggunaan Lahan (Wood dan Dent. 1983 dalam

Sinukaban. 1990)

...

92 Hasil Pengukuran Beberapa Parameter Lahan

...

93 Perhitungan Faktor K Model USLE

...

94 Hasil Perhitungan Faktor LS

...

95 Nilai Faktor C dan P di Lokasi Penelitian

...

96 Nilai Erosi Yang Diperbolehkan (TSL) di Lokasi Penelitian

...

97 Hasil Perhitungan Prediksi Erosi Menurut Pola Tanam Aktual di [image:142.549.111.476.124.581.2]

Lokasi Penelitian

...

98 Tabel Nilai Erosi yang Diperbolehkan (TSL) Menurut Pola

Alternatif

...

99 Tabel Nilai Prediksi Erosi dengan Penerapan Alternatif Pengelolaan

Lahan

...

100 Daftar Harga InputIOutput Produksi Pertanian di Lokasi Penelitian

..

101 Analisis Finansial Usahatani Pola Tanam Aktual dan Pola Tanam

Alternatif di Lokasi Penelitian

...

102 Peta Penggunaan Lahan Lokasi Penelitian

...

103 Peta Peta Jaringan Drainase dan Lokasi Penelitian

...

104

...

(143)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

. I

Permasalahan utama yang sering dihadapi dalam mengelola sumber daya lahan bagi pembangunan berkelanjutan dan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya para petani, adalah bagaimana memanfaatkan sumber daya lahan tersebut secara terencana dan efisien sesuai dengan daya dukung atau kemampuannya sehingga lahan dapat digunakan secara berkesinambungan untuk jangka waku yang tidak terbatas.

Sementara di sisi lain sumber daya alam berupa lahan, hutan, dan air yang lestari pada suatu wilayah merupakan komponen yang sangat penting bagi pembangunan wilayah dan kelangsungan hidup masyarakat, baik yang berada pada wilayah tersebut maupun yang berada di sekitarnya. Oleh karena itu surnber daya alam tersebut hams dimanfaatkan sebaik-baiknya berdasarkan azas kelestarian, keserasian dan pemanfaatan yang optimal.

Upaya pemanfaatan sumber daya alam yang lestari dapat dilakukan dengan usaha pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Tujuan pengelolaan DAS

mencakup tiga aspek, yaitu : (1) mencapai produksi maksimum dari penggunaan sumber daya lahan; (2) menghindarkan kerusakan sumber daya lahan dengan menekan erosi hingga tingkat yang minimal; dan (3) menghasilkan air (water yield) yang merata sepanjang tahun (Sinukaban, 2000). Tujuan tersebut menjadi lebih jelas dan mudah dilaksanakan apabila diwujudkan dalam suatu perencanaan pengelolaan DAS yang baik, yakni yang mernuat formulasi tujuan dari kriteria desain dan kemudian menampilkan alternatif pelaksanaan kegiatan. Pengelolaan

(144)

sedimentasi, kekeringan, banjir dan gangguan sumber daya alarn yang lain. Pengelolaan lahan pada suatu DAS hendaknya memperhatikan tingkat kemampuannya dalam menghasilkan komoditas tertentu dengan meminimalkan resiko kemungkinan terjadinya degradasi lahan. Terjadinya erosi di lahan hendaknya masih di bawah batas yang dapat ditoleransikan. Pilihan penggunaan lahan yang direkomendasikan dalam perencanaan pengelolaan DAS harus mempertimbangkan aspek biofisik dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang

ada di sekitarnya.

Danau Barong merupakan sebuah danau yang terletak di area pemekaran wilayah Kabupaten Kutai yaitu Kabupaten Kutai Barat, terletak di hulu sungai Mahakam, Provinsi Kalimantan Timur. Daerah Tangkapan Air (DTA) danau Barong dengan luas 9.925 ha meliputi sebagian Kecarnatan Barong Tongkok dan Kecamatan Melak, memiliki dua komponen hidrologi yang sangat penting bagi wilayah tersebut, yaitu terdapatnya Waduk Mentiwan dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) yang memanfaatkan air terjun untuk menghasilkan tenaga listrik. Selain terdapatnya dua komponen hidrologi tersebut, potensi pemanfaatan danau Barong sebagai area rekreasi cukup menjadikan dasar bagi Pemerintah Daerah agar memperhatikan pengelolaan dan pemanfaatan sumber

daya lahan yang ada.

Peningkatan laju perturnbuhan penduduk yang sangat cepat yaitu dari 0,93

(145)

3

tersebut, ha1 ini akan menyebabkan perrnasalahan terhadap luasan lahan pertanian. Pola pertanian tradisional seperti peladangan berpindah (shifting cultivation) yang selama ini dikenal merupakan tindakan masyarakat setempat sebagai upayi pengembalian kesuburan tanah dengan membiarkan terjadinya penutupan kembali lahan bekas garapan, semula dapat dilakukan dengan selang waktu tidak digarap (bera) selama 15 - 20 tahun, tetapi pada saat ini karena tekanan penduduk

terhadap sumber daya lahan yang terbatas, hanya dapat dilakukan dalam 3 - 5 tahun dan bahkan sulit dilakukan lagi.

DTA Danau Barong dengan luas lahan semak belukar sekitar 3.865 ha dan luas pertanian lahan kering berupa ladang (huma) sekitar 2.03 1 ha, pola pertanian tradisional tanpa disertai pemupukan yang baik dan belum diterapkannya teknik konservasi tanah, kondisi wilayah yang memiliki curah hujan tahunan yang tergolong tinggi (2.603 dan 2.884

rnrn),

fisiografi berbukit hingga bergunung dengan lereng antara 30

-

50 % menyebabkan wilayah tersebut peka terhadap erosi. Untuk pengembangan pertanian wilayah ini perlu mendapat perhatian yang serius terutama letaknya di daerah hulu karena selain menyangkut keberlanjutan sistem usahatani di daerah ini, juga dampak hidrologisnya terhadap kawasan hilir sangat besar.
(146)

4

Dari permasalahan tersebut di atas maka sangatlah perlu untuk dilakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat suatu rencana pengelolaan lahan yang memperhatikan potensi kemampuan lahan, tingkat erosi, teknik pengelolaan tanah dan tanaman yang dapat direkomendasikan dengan memperhatikan aspek sosial ekonomi, sehingga darnpak negatif yang diakibatkan dari kurang tepatnya penggelolaan sumber daya lahan seperti erosi, sedimentasi serta degradasi lahan dapat dicegah sedini mungkin, sehingga sumber daya alam yang ada dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable) yang pada akhirnya sasaran pengelolaan DAS dapat dicapai dengan baik.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengevaluasi kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kelas kemarnpuan lahan serta pengaruhnya terhadap erosi.

2. Menyusun perencanaan penggunaan lahan untuk mewujudkan pembangunan

pertanian yang berkelanjutan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi

(147)

TINJAUAN PUSTAKA

.

.

Klasifikasi Kemampuan Lahan

Menurut Arsyad (1989) klasifikasi kemampuan lahan adalah suatu cara penilaian lahan (yang memuat komponen-komponen lahan) secara sistematis dan pengelompokkan ke dalam beberapa ketagori berdasarkan pada sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari. Sistem klasifikasi kemarnpuan lahan pertama dikembangkan oleh Dinas Konservasi Tanah Arnerika Serikat. pada tahun 1950-an, yaitu menggunakan sistem

Hockensmith dan Steele.

Di Indonesia, sistem klasifikasi kemarnpuan lahan telah dilakukan oleh Direktorat Tata Guna Tanah tahun 1955 yang melakukan klasifikasi tanah dengan modifikasi sistem Hockensmith dan Steele. Tahun 1962 dilakukan usaha yang sama oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor. Namun sistem yang digunakan tersebut kurang sesuai untuk survey tanah yang lebih detail. Dudal dan Supraptohardjo tahun 1957 mengembangkan sistem lain dengan menggunakan pendekatan semi kuantitatif yang kemudian diperbaiki lagi dengan konsep yang dikemukakan oleh Requier. Selanjutnya pada tahun 1975 atas kerjasama Pusat Penelitian Tanah

Bogor dengan FAO, disusun sebuah konsep "Land Capability Appraisal System for Agricultural Uses in Indonesia" (Supraptohardjo dan Robinson, 1975 dalam

(148)

6 Klasifikasi kemampuan lahan adalah interpretasi yang didasarkan pada pengaruh penggabungan unsur-unsur lahan seperti iklim dan sifat-sifat tanah yang permanen seperti ancaman kerusakan lahan, faktor pembatas penggunaan, kemampuan produksi dan syarat-syarat pengelolaan tanah. Lereng, tekstur tanah, kedalarnan tanah, tingkat erosi tanah yang telah terjadi, permeabilitas tanah, kapasitas menahan air dan jenis mineral liat adalah kualitas dan sifat-sifat lahan yang permanen. Vegetasi berupa pohon, semak belukar dan rumput bukan sifat permanen lahan karena dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Kandungan unsur hara adalah bukan merupakan sifat permanen, oleh karena itu tidak dipergunakan sebagai kriteria klasifikasi pada tingkat kelas dan subkelas, akan tetapi dikelompokkan dalam sifat satuan kemampuan atau satuan pengelolaan. Kemasaman tanah selama dalam batas-batas yang masih dapat ditoleransi tanaman tidak dipergunakan sebagai kriteria klasifikasi tingkat kelas dan sub kelas (Arsyad, 1989).

Menurut Hardjowigeno (1993) bahwa klasifikasi kemampuan lahan

merupakan upaya untuk mengevaluasi lahan untuk penggunaan tertentu. Klasifikasi ini didasarkan pada kemampuan lahan untuk berproduksi secara umum tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka panjang.

Kelas Kemampuan Lahan

Berdasarkan sistem klasifikasi yang dikemukakan oleh Klingebiel dan

(149)

7 yang baik sesuai untuk berbagai tanaman pertanian (semusim dan tahunan), rumput untuk makanan ternak, padang rumput dan hutan. Lahan kelas V, VI dan VII sesuai untuk padang rumput, tanaman pohon-pohonan dan vege6si alami. Dalam beberapa ha1 lahan kelas V dan VI dapat menghasilkan dan menguntungkan untuk beberapa tanaman jenis tertentu seperti buah-buahan, tanaman hias atau bunga-bungaan dan berbagai jenis sayuran bernilai tinggi dengan pengelolaan dan tindakan konservasi tanah dan air yang baik. Lahan kelas VIII sebaiknya dibiarkan dalam keadaan alami (cagar alam). Sedangkan

pembagian kelas I sampai kelas VII dijelaskan di bawah ini, sedangkan kriteria penilaian pada tingkat subkelas dan unit pengelolaan disajikan pada bab

metodologi penelitian dan berdasarkan Tabel 2.

Kelas I. Lahan kelas I sesuai

untuk

segala jenis penggunaan pertanian tanpa memerlukan tindakan pengawetan tanah yang khusus. Lahannya datar, kedalaman efektif tinggi, tekstur tanah agak halus atau sedang, drainase baik, mudah diolah dan reponsif terhadap pemupukan. Lahan kelas I tidak mempunyai penghambat atau ancaman kerusakan, sehingga dapat digarap untuk usahatani tanaman semusim dengan aman. Tindakan pemupukan dan usaha-usaha pemeliharaan struktur tanah yang baik diperlukan guna menjaga kesuburan dan

mempertinggi produktivitas.

Kelas 11. Lahan kelas I1 memiliki penghambat yang dapat mengurangi pilihan jenis tanaman yang diusahakan atau memerlukan usaha pengawetan tanah tingkat sedang, seperti pengolahan menurut kontur, pergiliran tanaman dengan tanaman penutup tanah atau pupuk hijau, pembuatan guludan di samping

(150)

8 kombinasi dari sifat-sifat berikut : (1) lereng landai (gentle slope); (2) kepekaan erosi atau erosi yang sedang; (3) kedalaman tanah agak kurang ideal; (4) struktur tanah agak kurang baik; ( 5 ) sedikit gangguan salinitas atau Na tetapi mudah diperbaiki; (6) kadang-kadang tergenang atau banjir; (7) drainase buruk; dan ( 8 )

iklim sedikit menghambat.

Kelas 111. Lahan kelas I11 mempunyai penghambat yang agak berat, yang mengurangi pilihan jenis tanaman yang diusahakan atau memerlukan usaha pengawetan tanah yang khusus atau keduanya. Tindakan pengawetan yang diperlukan antara lain adalah penanaman dalam strip, pembuatan teras, pergiliran tanaman dengan tanaman penutup tanah disamping usaha-usaha untuk memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah. Faktor penghambat kelas I11 adalah salah satu atau kombinasi sifat-sifat sebagai berikut : (1) lereng agak curam; (2) kepekaan erosi agak tinggi atau erosi telah mencapai cukup berat; (3) sering te rjadi genangan banjir; (4) permeabilitas untuk tanah sawah agak lambat;

( 5 ) masih sering tergenang meskipun drainase telah diperbaiki; (6) dangkal; (7) daya menahan air rendah; ( 8 ) kesuburan tanah rendah dan tidak mudah diperbaiki; (9) salinitas atau Na sedang; dan (1 0) penghambat iklim sedang.

Tanah yang berdrainase agak buruk dengan permeabilitas lambat perlu perbaikan drainase. Perlu pemilihan pola tanam yang dapat diperbaiki dan meningkatkan permeabilitas tanah, perlu dilakukan penambahan bahan organik disamping tidak mengolah tanah pada saat basah.

(151)

9 salah satu atau kombinaasi dari penghambat berikut : (1) lereng curam; (2) kepekaan erosi besar; (3) erosi yang telah terjadi berat; (4) kedalaman tanah dangkal; (5) daya menahan air rendah; (6) sering tergenang banjir yang menimbulkan kerusakan berat pada tanaman; (7) drainase terhambat dan masih sering tergenang meskipun telah dibuat saluran drainase; (8) dalinitas atau Na agak tinggi; dan (9) penghambat iklim sedang. Lahan yang berlereng curam, bila digunakan untuk tanaman semusim diperlukan pembuatan teras atau pergiliran dengan tanaman penutup tanah atau makanan ternak atau pupuk hijau selama 3

sarnpai 5 tahun. Untuk tanah yang berdrainase buruk diperlukan pembuatan saluran drainase.

Kelas V. Lahan kelas V mempunyai sedikit atau tanpa bahaya erosi, tetapi mempunyai penghambat lain yang praktis sukar dihilangkan, sehingga dapat membatasi penggunaan tanah ini. Akibatnya tanah ini hanya cocok untuk tanaman rumput temak secara permanen atau dihutankan. Lahan kelas ini relatif datar, akan tetapi mempunyai salah satu atau kombinasi dari sifat-sifat berikut : (1) drainase

sangat buruk atau terhambat; (2) sering kebanjiran; (3) berbatu-batu; dan (4) penghambat iklim cukup besar.

Sebagai contoh lahan kelas V ini adalah : (a) tanah di lembah-lembah yang sering kebanjiran sehingga tanah tidak dapat berproduksi secara normal; (b) lahan datar atau hampir datar dengan masa tumbuh yang pendek akibat sering dilanda banjir (c) tanah datar yang berbatu; (d) daerah yang tergenang dan tidak cocok

(152)

10 Kelas VI. Lahan kelas VI mempunyai penghambat yang sangat berat sehingga tidak sesuai untuk pertanian dan hanya sesuai untuk tanaman rumput ternak atau dihutankan. Penggunaan untuk padang rumput hams dijaga agar rumputnya menutup dengan baik. Bila dihutankan, penebangan kayu harus selektif. Bila dipaksakan untuk tanaman semusim, hams dibuat teras bangku. Lahan pada kelas ini mempunyai penghambat yang sulit sekali diperbaiki, yaitu salah satu atau lebih sifat-sifat berikut : (1) lereng sangat curam; (2) bahaya erosi atau erosi yang telah terjadi sangat berat; (3) berbatu-batu; (4) kedalaman tanah dangkal; (5) drainase sangat buruk atau tergenang; (6) daya menahan air rendah; (7) salinitas atau Na tinggi; dan (8) penghambat iklim besar.

Kelas VII. Lahan kelas VII sama sekali tidak sesuai untuk usahatani tanaman semusim dan hanya sesuai

untuk

padang penggembalaan atau dihutankan. Faktor penghambatnya lebih besar dari kelas VI, yaitu salah satu atau kombinasi sifat-sifat sebagai berikut : (1) lereng terjal; (2) erosi sangat berat; (3) kedalaman tanah dangkal; (4) berbatu-batu; (5) drainase terhambat; (6) salinitas atau Na sangat tinggi; dan (7) iklim sangat menghambat.
(153)

11

Subkelas Kemampuan Lahan

Pengelompokan di dalam sub kelas didasarkan atas jenis faktor penghambat dan ancaman. Jadi sub kelas adalah unit kemampuan lahan yang mempunyai jenis hambatan atau ancaman dominan yang sama jika dipergunakan untuk pertanian sebagai akibat sifat-sifat tanah, relief, hidrologi dan iklim. Beberapa tanah terancam erosi jika tidak dilindungi, sedangkan lainnya secara alami selalu tergenang atau kelebihan air yang harus didrainase agar dapat ditanami. Ada beberapa jenis utama ancarnan atau penghambat yang dikenal yaitu : ancaman erosi yang ditandai dengan huruf e; keadaan drainase atau kelebihan air atau ancaman banjir yang ditandai dengan huruf w; hambatan daerah

perakaran yang ditandai dengan huruf s; dan pembatas iklim yang ditandai dengan huruf c (Arsyad, 1989). Subkelas menunjukkan kepada pemakai peta informasi tentang derajat atau jenis hambatan. Kelas kemampuan

I

tidak mempunyai subkelas.

Subkelas e menunjukkan ancaman erosi atau tingkat erosi yang terjadi merupakan masalah utama. Ancaman erosi diakibatkan oleh kecuraman lereng

dan kepekaan erosi tanah. Subkelas w menunjukkan bahwa tanah mempunyai hambatan yang disebabkan oleh drainase buruk, atau kelebihan air dan terancaman banjir yang merusak tanaman. Subkelas s menunjukkan tanah mempunyai hambatan daerah perakaran. Termasuk dalam hambatan daerah

(154)

12 pertumbuhan dan tidak praktis dihilangkan. Subkelas c menunjukkan adanya

faktor iklim (suhu dan curah hujan) menjadi pembatas penggunaan lahan.

Jika dua jenis penghambat yang dapat dirubah atau diperbaiki bernilai sama, maka penetapan subkelas dilakukan menurut prioritas berikut : e, w, s. Artinya jika suatu lahan di daerah beriklim basah memiliki ancaman erosi dan pembatas kelebihan air, maka tanah tersebut dimasukkan ke dalam subkelas e. Jika suatu lahan memiliki pembatas drainase dan keterbatasan daerah perakaran maka tanah tersebut dimasukkan ke dalam subkelas

w.

Dalarn pengelompokkan lahan di daerah beriklim agak basah dan agak kering yang kebetulan memiliki ancaman erosi dan hambatan iklim, maka digolongkan ke dalam subkelas e dan tanah-tanah yang memiliki hambatan perakaran dan harnbatan iklim maka tanah tersebut digolongkan ke dalam subkelas s.

Gambar 1. Skema hubungan antara kelas kemampuan lahan dengan intensitas dan macam penggunaan lahan (Arsyad, 1989)

(155)

13

Satuan Kemampuan Lahan (Land Capability Unit)

Satuan kemampuan memberikan informasi yang lebih spesifik . dan terinci untuk setiap bidang lahan daripada subkelas. Pengelompokan ke dalam satuan kemampuan merupakan pengelompokan tanah-tanah yang mempunyai keragaman dan persyaratan yang sama terhadap sistem pengelolaan yang sama bagi usahatani tanaman pertanian umumnya atau tanaman rumput makanan ternak. Lahan yang dikelompokkan ke dalam satuan kemampuan yang sama hams cukup seragam dalam sifat-sifat tanah dan lingkungan yang mempengaruhi kualitas lahan

sehingga mempunyai potensi dan hambatan yang sama. Dengan demikian maka lahan di dalam satu satuan kemampuan harus cukup seragam dalam : (1) produksi di bawah tindakan pengelolaan yang sama; (2) kebutuhan dalam tindakan konservasi dan pengelolaan yang sama di bawah vegetasi penutup yang sama; dan (3) mempunyai produktivitas potensial yang setara (perbedaan hasil rata-rata di bawah sistem pengelolaan yang sama tidak boleh lebih dari 25 persen) (Arsyad, 1989).

Berdasarkan ha1 ini maka kelas kemampuan lahan dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan alternatif pengelolaan lahan (Arsyad, 1989 dan Hardjowigeno, 1993).

Lahan dan Pengelolaan Lahan

(156)

14 bahan induk yang dipengaruhi oleh relief tempatnya terbentuk dan waktu (Arsyad, 1989). Ditambahkan oleh Hardjowigeno (1993) bahwa benda alami tersebut terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik dan udara yang tersusun oleh horizon-horizon tanah, merupakan media tumbuh tanaman.

Adapun istilah lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia di masa lalu dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang tersalinasi, dalarn ha1 ini lahan mengandung perngertian ruang atau tempat.

Dari batasan tersebut tampak bahwa lahan mempunyai fungsi yang sangat penting terutarna untuk keperluan berbagai kegiatan pertanian. Mengingat fungsi lahan yang demikian penting, maka manusia harus membangun hubungan yang saling menguntungkan antara manusia dan lahan, sehingga lahan dapat diperlakukan sebaik-baiknya. Agar tercapai hubungan tersebut, harus dilakukan berbagai upaya agar penggunaan lahan sesuai dengan kemampuannya (Hardjowigeno, 1993).

Dikemukakan oleh Sitorus (1996) bahwa penggunaan lahan (land use) merupakan setiap bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap lahan

(157)

15 lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu : (1) penggunaan lahan pertanian; dan (2) penggunaan lahan bukan pertanian. Untuk keberhasilan penggunaan dan pemanfaatan lahan maka diperlukan perencanaan pengembangan sumber daya lahan dengan baik.

Menurut Soil Survey Staff (1982) dalam Adiningsih (1996), bahwa perencanaan penggunaan lahan pada dasarnya adalah inventarisasi dan penilaian keadaan (status), potensi dan pembatas-pembatas dari suatu daerah setempat atau dengan orang-orang yang menaruh perhatian terhadap daerah tersebut, terutama

dalarn menentukan kebutuhan mereka serta aspirasi dan keinginan pada masa mendatang. Menurut Hardjowigeno (2000) bahwa perencanaan penggunaan lahan merupakan rencana pemanfaatan lahan di suatu daerah agar lahan dapat dipergunakan secara optimal, yaitu memberikan hasil yang tertinggi dan tidak merusak lahan tersebut

dan

lingkungannya.

Pola penggunaan lahan mencerminkan jenis kegiatan manusia yang ada di atasnya. Lah.an pertanian menunjukkan adanya usaha di bidang pertanian dan lahan perkebunan menunjukkan usaha di bidang perkebunan. Makin tinggi tingkat kegiatan manusia, makin tinggi pula kebutuhan manusia akan lahan baik dalam

arti peningkatan luas penggunaan maupun dalarn intensitas penggunaannya. Pola

penggunaan lahan suatu daerah dapat memberikan gambaran tentang kehidupan ekonomi daerah tersebut dan tingkat pencemaran lingkungan hidup (Sandy, 1973

dalam Adiningsih 1996).

Jenis-jenis penggunaan lahan di luar perkotaan secara umum dapat dibagi atas : (1) hutan, meliputi hutan lebat, hutan satu jenis dan hutan belukar; (2)

(158)

16 dan ladang; (5) sawah satu kali setahun; (6) sawah dua kali setahun; dan (7) perkampungan, terrnasuk kampung, kuburan dan lainnya.

Pengelolaan lahan dapat diartikan sebagai segala tindakan atau perlakuan yang diberikan pada sebidang lahan untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas lahan (Sitorus, 1996). Sistem pengelolaan lahan yang mencakup upaya untuk meminimalkan dampak negatif pembangunan terhadap tanahllahan meliputi lima unsur kegiatan yaitu : (1) perencanaan penggunaan sesuai kemampuannya; (2) tindakan-tindakan konservasi tanah dan air; (3) penyiapan tanah dalam keadaan olah yang baik; (4) penggunaan sistem pergiliran tanaman yang tersusun baik; dan (5) menyediakan unsur hara yang cukup dan seimbang bagi turnbuhan. Kelima unsur tersebut harus dilihat sebagai suatu deretan unsur yang satu sama lain saling berkaitan.

Rencana penggunaan lahan haruslah disesuaikan atau tergantung dari kemampuan sumber daya lahan itu sendiri untuk dapat diusahakan bagi suatu penggunaan tertentu. Oleh sebab itu terlebih dahulu haruslah diketahui potensi dari sumber daya lahan itu sendiri untuk dapat mendukung suatu kegiatan

usahatani tertentu serta tindakan-tindakan yang diperlukan agar lahan tersebut memberikan hasil yang baik secara berkesinambungan.

Tindakan konservasi tanah pada prinsipnya adalah usaha untuk menempatkan sebidang lahan pada cara penggunaan yang sesuai dengan

(159)

17 memperbaiki tanah-tanah yang rusak agar tercapai produksi yang setinggi- tingginya dalam kurun waktu yang tidak terbatas.

Dijelaskan oleh Pawitan dan Mudiyarso (1996), bahwa keberhasilan pengelolaan lahan dalam arti perluasan kawasan budi daya dalam lahan DAS dapat dilihat dari hasil monitoring dan evaluasi komponen biofisik berupa (1) iklim dan hidrologi; (2) tanah, erosi dan sedimentasi; dan (3) vegetasilpenutupan lahan. Sedangkan kegiatan sosial ekonomi masyarakat tidak terlepas dari semakin meningkatnya tuntutan manusia atas sumber daya alam (air, tanah, lahan dan

hutan), yang rnembawa akibat pada perubahan pada h g s i hidrologi DAS:

Erosi dan Prediksi Erosi

Erosi

Erosi dalam ensiklopedi Konservasi Sumber daya (Siswomartono, 1989) diartikan sebagai : (1) pengikisan permukaan tanah oleh air yang mengalir, angin, es atau proses geologi lainnya seperti rayapan grafitasi; dan (2) pemisahan atau pemindahan tanah atau fragrnen-fragmen batuan oleh air, es, angin atau gaya berat.

Arsyad (1989) mengemukakan bahwa erosi adalah peristiwa terangkutnya

tanah atau bagian-bagian tanah dari satu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan di tempat lain. Pengangkutan atau

pemindahan tersebut terjadi oleh media alami yaitu oleh air atau angin.

(160)

18 (acclerated erosion). Erosi geologi merupakan bagian dari proses pembentukan relief permukaan bumi dan biasanya disebut erosi normal. Erosi ini terjadi dengan lambat dan merupakan bagian dari keseimbangan ekosistem alami. Proses pemindahan partikel tanah berlangsung dan hampir tidak kelihatan.

Erosi yang dipercepat sering disebut erosi abnormal, terjadi pada saat

keseimbangan ekosistem alami terganggu atau rusak. Erosi ini menyebabkan perubahan permukaan bumi oleh pencucian partikel tanah dan zat hara dalam tanah yang tidak dapat lagi disuplai oleh proses pembentukan tanah.

Faktor-faktor penting yang paling berpengaruh terhadap erosi adalah :

Iklirn (suhu dan curah hujan). Suhu tanah berperan dalam menentukan mudah tidaknya tanah tererosi khususnya melalui pengaruhnya terhadap laju perombakan bahan organik tanah. Apabila pasokan bahan organik lebih rendah dari laju penguraiannya maka kemantapan agregat tanah akan rendah dan mudah hancur oleh gaya tumbuk butir hujan maupun limpasan. Curah hujan merupakan faktor penting dalarn menciptakan peluang terjadinya erosi. Percikan hujan dan air limpasan permukaan mempunyai kemampuan untuk memecah dan mengangkut partikel tanah. Karakteristik hujan yang sangat berperan dalam memacu terjadinya

(161)

19

Faktor morfologi (bentang lahan dan topografi). Bentang lahan dan topografi merupakan faktor potensial yang menyebabkan terjadinya erosi. Unsur bentang lahan dan topografi yang berpengaruh terhadap erosi adalah : kemiringan lahan, panjang lereng, bentuk lereng dan arah lereng.

~ i k t o r geologi dan tanah. Pengaruh faktor geologi terhadap erosi adalah pada kondisi batuan dan bahan induk yang terkait dengan ketahanan terhadap aliran air. Faktor tidak langsung dari kondisi geologi adalah proses pembentukan tanah yang menyangkut tekstur, struktur, kandungan mineral dan zat kimia yang tergantung pada bahan induk pembentuk tanah. Sifat fisik tanah yang

mempengaruhi intensitas infiltrasi dan ketahanan tanah terhadap terpaan butir hujan dan aliran permukaan adalah tekstur, struktur, kelembaban, kandungan bahan organik dan ketebalan solum.

Faktor penutup tanah. Faktor penutup tanah berupa vegetasi berfungsi melindungi permukaan tanah dari pengaruh langsung hujan dan angin. Faktor vegetasi ini juga dapat berfungsi untuk meningkatkan infiltrasi, memperlambat laju limpasan dan meningkatkan kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah.

Menurut Asdak (1995) pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi

adalah : melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan; menurunkan kecepatan air larian; menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya; dan mempertahankan kemampuan tanah dalam menyerap air.

Vegetasi yang mempunyai struktur tajuk yang berlapis mampu

(162)

20 merupakan stratum atau lapisan vegetasi terakhir yang akan menentukan besar kecilnya erosi percikan. Semakin rendah dan rapat tumbuhan bawah, semakin efektif pengaruh vegetasi dalam melindungi permukaan tanah terhadap ancaman erosi karena akan menurunkan kecepatan akhir air hujan dan pada akhirnya akan menurunkan besarnya energi tumbukan tetes air hujan ke permukaan tanah.

Dijelaskan oleh Arsyad (1 989) bahwa vegetasi berpengaruh terhadap erosi dalam ha1 : (1). Intersepsi hujan oleh tajuk tanaman, dengan adanya tumbuhan sebagian air hujan akan tertahan oleh tajuk sebagai air intersepsi, sehingga air hujan tersebut tidak langsung mengenai permukaan. Mekanisme intersepsi tajuk dalam menekan erosi terjadi melalui proses yang mempengaruhi jumlah air hujan yang sampai ke permukaan tanah dan proses yang mempengaruhi daya rusak turnbukan tetes air hujan; (2) Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air, adanya tanaman bisa mengurangi kecepatan aliran permukaan terutama jenis tanaman yang merambat; (3) Pengaruh akar turnbuhan dan kegiatan biologi tanah dalam memperbaiki porositas dan stabilitas agregat.

Pengaruh akar-akar tumbuhan menjadikan agregat lebih stabil secara mekanik dan kimia, karena akar serabut dapat mengikat butir-butir primer tanah, sedangkan sekresi dan bagian tanaman yang terurai menyurnbangkan senyawa-senyawa kimia yang berfungsi sebagai pemantap agregat. Faktor penting dari akar tanaman adalah kerapatan sistem perakaran dan kedalaman akar dalam tanah.

(163)

aktivitas manusia yang bisa berpengaruh negatif maupun positif terhadap tingkat erosi.

Aktivitas manusia sangat berkaitan dengan darnpak yang ditimbulkan, jika manusia mengelola lahan dengan baik dan memperhatikan aspek konservasi tanah - dan air, maka dampak negatif terhadap lingkungan seperti erosi, sedimentasi bahkan degradasi lahan dapat dicegah. Namun jika pengelolaan lahan dilakukan tidak melalui perencanaan yang baik, maka akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang lebih besar.

Faktor sosial ekonomi. Penggunaan lahan dan tingkat eksploitasinya sangat tergantung pada tingkat sosial ekonomi masyarakat dan sistem-sistem yang

berlaku di dalarnnya. Pemanfaatan sumber daya lahan yang paling efektif mengharuskan bahwa segala campur tangan manusia terhadap lahan hams seimbang dengan kebutuhan dan kemampuan lahan.

Menurut Arsyad (1989), di daerah beriklim basah seperti di Indonesia, kerusakan oleh erosi terutama disebabkan hanyutnya tanah yang terbawa oleh air hujan. Erosi tanah sangat membahayakan tanah-tanah di Indonesia, terutama untuk lahan-lahan miring. Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi secara diskriptif dapat dituliskan sebagai berikut : E = f(c,t,v,s,h) ; dimana c = iklim, t = topografi, v = vegetasi, s = tanah dan h = manusia. Faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap erosi adalah curah hujan dan ketinggian tempat. Faktor

(164)

penguasaan tanah; (4) tingkat pengetahuan dan penguasaan teknologi; dan (5) harga hasil usahatani (Arsyad, 1989).

: ,#

Prediksi Erosi

Prediksi erosi dari sebidang tanah adalah metode untuk memperkirakan laju erosi 'yang akan terjadi dari tanah yang dipergunakan untuk penggunaan dan pengelolaan tertentu. Jika laju erosi yang akan terjadi telah dapat diperkirakan dan

laju erosi yang dapat ditolelir (premisible erosion) sudah dapat ditetapkan, maka

dapat ditentukan kebijakan penggunaan tanah dan tindakan konservasi yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah, sehingga tanah dapat dipergunakan secara produktif dan lestari. Tindakan konservasi tanah dan penggunaan lahan yang ditetapkan adalah suatu tindakan yang dapat menekan laju erosi agar sama atau lebih kecil dari laju erosi yang dapat dibiarkan. Metode prediksi erosi juga merupakan alat untuk menilai apakan suatu program atau tindakan konservasi tanah telah berhasil untuk mengurangi dari sebidang tanah atau DAS. Prediksi erosi adalah alat bantu untuk mengambil keputusan dalam perencanaan konservasi tanah dan air.

Prediksi erosi dilakukan pada skala usahatani dengan mengukur parameter-parameternya. Pendugaan erosi pada sebidang tanah dilakukan dengan

menggunakan metode parketrik yaitu USLE (Universal Soil Loss Equation).

(165)

parameter fisik dan pengelolaan yang mempengaruhi laju erosi ke dalam 6 peubah utama.

Menurut Arsyad (1 989) bahwa USLE dirancang untuk memprediksi laju erosi rata-rata jangka panjang dari erosi lembar atau alur di bawah keadaan tertentu. Persamaan USLE yang dapat dituliskan :

A = R x K x L x S x C x P ;

dimana : A = banyaknya tanah yang tererosi (ton/ha/tahun) R = faktor erosivitas hujan (joulerhdtahun) K = faktor erodibilitas tanah (tonljoule) L = faktor panjang lereng

S = faktor kemiringan lereng C = faktor pengelolaan tanaman

P = faktor pengelolaan tanah (tindakan konservasi)

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai suatu sistem hidrologi diartikan sebagai kawasan yang dibatasi oleh batas topografi alarni, sehingga akan menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya serta

sedimen dan bahan terlarut lainnya ke dalam sungai dan mengalir ke suatu titik keluaran (outlet). Komponen biofisik yang mempengaruhi karakteristik DAS, yaitu morfometri (luas DAS, topografi, bentuk wilayah DAS dan jaringan sungai), s t d t u r batuan dan formasi geologi, tanah, iklim, vegetasi dan tataguna lahan.

Komponen-komponen utama DAS meliputi faktor biotik dan abiotik yaitu

: manusia, hewan, vegetasi, tanah dan air. Manusia memegang peranan yang

(166)

24 pengelolaan DAS hendaknya dilakukan secara terpadu melalui pendekatan interdisipliner yang meliputi usaha-usaha pengendalian erosi.

Pengelolaan DAS pada dasarnya adalah usaha-usaha penggunaan sumber daya alam di suatu DAS seraca rasional untuk mencapai tujuan produksi yang maksimum dalam waktu yang tidak terbatas (lestari), disertai dengan upaya untuk meminimalkan kerusakan sehingga distribusi aliran sungai dapat berjalan dengan baik sepanjang tahun (Sinukaban, 2000).

Dijelaskan oleh Asdak (1995) bahwa ada tiga sasaran umum yang ingin dicapai dalam pengelolaan DAS. Pertarna adalah rehabilitasi lahan terlantar atau lahan yang masih produktif tetapi digarap dengan cara yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip konservasi tanah dan air. Sasaran kedua adalah perlindungan terhadap lahan-lahan yang umumnya sensitif terhadap te rjadinya erosi dan atau tanah longsor atau lahan-lahan yang diperkirakan memerlukan tidakan rehabilitasi di kemudian hari. Sasaran ketiga adalah peningkatan atau pengembangan surnber daya air melalui manipulasi satu atau lebih komponen penyusun ekosistem DAS yang diharapkan mempunyai pengaruh terhadap proses-proses hidrologi atau kualitas air. Konsep pengelolaan DAS yang baik perlu didukung oleh kebijakan yang dirumuskan dengan baik pula. Dalarn ha1 ini kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan DAS seharusnya mendorong terlaksananya praktik-praktik pengelolaan lahan yang kondusif terhadap pencegahan degradasi tanah dan air.

Ditambahkan oleh Pawitan dan Murdiyarso (1996) bahwa upaya

(167)

hidrologis DAS merupakan proses alami sebagai bagian dari suatu daur hidrologi atau yang dikenal sebagai daur limpasan. Sedangkan kegiatan sosial ekonomi masyarakat lebih merupakan intervensi manusia terhadap sistem alami DAS, yaitu berupa pengembangan kawasan budi daya dalam lahan DAS. Hal ini tidak terlepas dari semakin meningkatnya tuntutan manusia atas sumber daya alam (air, tanah, lahan dan hutan), yang membawa akibat pada perubahan pada fungsi hidrologi DAS.

Perubahan fungsi hidrologi DAS sebagai dampak dari perluasan kawasan

budi daya dalam lahan DAS yang tidak terkendali sering mengarah pada kondisi yang tidak diinginkan, yaitu berupa peningkatan erosi dan sedimentasi, kemerosotan produktivitas lahan dan degradasi lahan. Oleh karena itu, pengembangan kawasan budi daya dalam lahan DAS memerlukan perencanaan terpadu untuk menjamin beberapa tujuan pengembangan DAS yang berkelanjutan,

(168)

KEADAAN

UMUM LOKASI PENELITIAN

Luas dan Letak

Lokasi penelitian meliputi Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Barong yang terdiri dari sistem hidrologi DAS Barong dan DAS Tabai yang merupakan

Sub DAS Mahakam dengan luasan total 9.925 hektar (Gambar 3). Secara Geografis terletak adtara 00'1 2'30"- 00'1 8'42" Lintang Selatan dan 1 15°40'42" sampai 1 15'49'48" Bujur Timur.

Secara administratif lokasi penelitian terletak pada Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur, meliputi 2 kecamatan dan terdiri dari 12 desa yaitu :

1. Kecamatan Melak yang meliputi : desa Melak Ulu, Sekolaq Muliaq, Sekolaq Oday, Surnber Bangun, Sekolaq Jolek, Srimulyo, Sekolaq Darat, Sumber Rejo dan Empas.

2. Kecarnatan Barong Tongkok yang meliputi desa : Surnber Sari, Ngenyan Asa dan Barong Tongkok.

Lokasi penelitian berjarak lebih kurang 185 km terletak pada arah Barat

(169)

2 7

Topografi, Tanah dan Bahan Induk

Kondisi lahan di daerah penelitian memiliki topografi yang bervariasi mulai dari datar (lereng 0-3 %) hingga agak curam (lereng 30 - 45 %), dengan ketinggian berkisar 18 - 267 m dpl, panjang lereng tunggal berkisar antara 22 meter sampai 155 meter. Menurut klasifikasi tanah sistem USDA, tanah-tanah di lokasi penelitian tergolong tanah Typic Hapludults dan Typic Dystropepts, atau Orthic Acrisols dan Dystric Cambisols (menurut sistem FAO/UNESC0,1988), dengan bahan induk sedimen (Sand Stone) dan batuan beku jenis Neogen Volkanic Rock (Tanaka, 1994 dan Faperta Unmul 1998). Berdasarkan metode Wischmeier dan Smith (1978) nilai erodibilitas tanah di lokasi penelitian berkisar antara sangat rendah sampai sedang dengan kisaran nilai antara 0,077 sampai 0,24. Permeabilitas tanah (hydraulic conductivity) sangat lambat, ha1 ini disebabkan oleh karena kandungan liat yang tinggi (9,9

-

85,l %), sedangkan kandungan bahan organik urnurnnya tinggi yaitu berkisar antara 2,19 sampai 17,22 %. Tingginya kandungan liat dan rendahnya kandungan pasir sangat halus dan debu menyebabkan tingginya erodibilitas tanah, namun karena umumnya tanah di lokasi penelitian memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, sehingga nilai erodibilitas tanah sangat rendah sampai sedang.

Iklim dan Hidrologi

Iklim

(170)

28

dpl dapat digambarkan karakteristik hujan, yang meliputi distribusi curah hujan, jumlah hari hujan bulanan dan nilai indeks erosivitas hujan (E130) untuk setiap

stasiun penakar, disajikan pada Tabel 1.

<. . Tabel 1. Karakteristik Hujan, Nilai E130 dan Nilai R Stasiun Melak dan Barong

Tongkok.

Rata-rata curah hujan tahunan dari dua stasiun penankar hujan masing-

Stasiun

Melak

Barong rongkok

masing sebesar 2.603 dan 2.884 rnm, dengan jumlah hari hujan sebesar 135 hari. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli (144

mm)

untuk stasiun Melak dan

Ceterangan :

-

Sumber dari Stasiun Pengamat Hujan Kecarnatan Melak (tahun 1985

-

2000) dan Barong Tongkok (tahun 1985

-

1995).

-

Nilai R merupakan EI3o tahunan, yang dihitung berdasarkan rumus E130 = 2,21 ( ~ a i n ) ' . ~ ~ ; Rain = hujan bulanan (cm).

Komp.

CH (rnrn)

HH(hari)

EI3o

CH (mm)

HH(hari)

EI3o

Agustus (133 rnrn) untuk stasiun Barong Tongkok, sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November yaitu sebesar 302

m m

untuk stasiun Melak dan Desember yaitu sebesar 389 mm untuk stasiun Barong Tongkok. Perbedaan

Tahunan 2.603 135 1.777 2.884 135 2.044 Bulan

distribusi karakteristik hujan di lokasi penelitian diduga disebabkan oleh perbedaan topografi kedua stasiun pengamatan. Hasil perhitungan nilai erosivitas

Jan 227 12 154 261 13 187

hujan (R) dari dua stasiun pengamat hujan adalah sebesar 1.777 dan 2.044.

Mar 256 13 181 260 12 185 Feb 206 10 135 237 11 164

Erosivitas hujan ini sangat mempengaruhi proses terjadinya erosi oleh air, karena

energi kinetik butir-butir hujan yang menerpa tanah, menyebabkan tanah

Apr 286 13 212 324 12 251

terdispersi kemudian membawa butiran tanah larut sehingga terjadilah erosi. Mei 256 12 182 236 11 163 Jul 114 7 60 158 9 94 Jun 196 10 126 213 11 142 Agt 115 7 61 133 8 75 Sep 155 8 92 160 9 96 Okt 210 11 139 213 9 141

N o v

(171)

29

Neraca air dihitung menggunakan metode Cockeme dan Franquin (1967) yaitu berdasarkan data curah hujan (CH) dan evapotranspirasi potensial (ETP), sehingga diperoleh nilai surplus jika curah hujan melebihi evapotranspirasi potensial atau defisit jika curah hujan lebih kecil dari nilai evapotranspirasi potensial.

Perhitungan evapotranspirasi potensial (ETP) dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak "Cropwat" yang dikembangkan oleh FA0 (1 99 I), berdasarkan persamaan : ETP = c (W x Rn + (1

-

W)

x

f(u) x (ea-ed), dimana W =

pembobot faktor radiasi, Rn = net radiation (Rns

-

Rnl), (1

-

W) = faktor pembobot untuk pengaruh angin dan kelembaban, f(u) = fungsi angin yaitu 0,27(l +ul100) dimana u adalah kecepatan angin, (ea-ed) = Saturation Vapour Pressure Deficit. Hasil perhitungan dengan menggunakan medote tersebut dapat disajikan pada Garnbar 2.

Garnbar 2. Grafik Keadaan Neraca Air Stasiun Melak dan Barong Tongkok

(172)

30

Jumlah rata-rata bulan kering (CH<60 cm) sebesar 1,19 bulan dan rata-rata bulan basah (CH>100 cm) sebesar 9,s bulan. Berdasarkan metode Schmidt dan Ferguson (1951) lokasi penelitian tergolong tipe hujan A (sangat basah), sedangkan klasifikasi iklim menurut Koppen termasuk iklim Af (iklim tropika basah) dengan ciri hujan sepanjang tahun.

Hidrologi

Berdasarkan hasil identifikasi peta jaringan drainase yang diperoleh dari peta Rupa Bumi skala 1 : 50.000, Daerah Tangkapan Air Danau Barong yang terdiri dari dua sungai utama yaitu sungai Barong dan sungai Tabai tergolong pola dendritic, tergolong sungai berordo 5 dengan panjang sungai terpanjang adalah 18,4 km. Kerapatan drainase dihitung berdasarkan metode Black tahun 199 1 yaitu

f.

merupakan perbandingan total panjang aliran sungai (km) dalarn satuan luas DAS

(km2).

Kerapatan drainase lokasi penelitian adalah sebesar 0,169 kmlkm2, sedangkan peta jaringan drainase dapat disajikan pada Lampiran 18.

Penduduk dan Matapencaharian

Jumlah penduduk di Kabupaten Kutai Barat menurut hasil sensus tahun 2000 tercatat sebesar 136.16 1 jiwa, sedangkan untuk Kecamatan Melak dan

Barong Tongkok masing-masing sebesar 17.8 1 1 dan 20.341 jiwa, pertumbuhan

(173)

3 1

untuk Kecamatan Barong Tongkok, sedangkan rata-rata anggota rumah tangga adalah 4 jiwa.

(174)
[image:174.546.79.484.82.835.2]
(175)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Barong yang terdiri dari dua buah DAS yaitu : DAS Barong dan DAS Tabai yang

merupakan Sub DAS Mahakam, luas total area penelitian kurang lebih 9.925 ha. Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Melak dan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian lapangan dimulai pada bulan

Februari hingga Juni 2001, dilanjutkan dengan analisis sarnpel di laboratorium,

kemudian dilakukan pengolahan data di ruangan.

Data dan Peralatan

Data yang digunakan dalarn penelitian meliputi :

- Data primer yang terdii atas : (1) data fisik lahan fgerrneabilitas tanah,

kemiringan dan panjang lereng, draiiase, kedalaman efektif tanah, tekstur serta bahan organik tanah); (2) data sosial ekonomi (biaya dan pendapatan, pola tanam dan kegiatan konservasi tanah oleh masyarakat).

Data skunder yang terdiri atas : data curah hujan rata-rata bulanan dari stasiun

Melak dan Barong Tongkok serta data rata-rata bulana kecepatan angin, lama atau persen penyinaran, suhu, kelembaban udara dari stasiun Meteorologi Temindung Sarnarinda, peta Rupa Bumi Bakosurtanal tahun 1991, peta Pengembangan Tanarnan Karet (PRPTE dan TCSSP) Kabupaten Kutai masing-masing dengan skala 1 : 50.000, laporan hasil survey tanah Kecamatan

(176)

34

Tongkok oleh PUSREHUT-JICA tahun 1994. Selain itu digunakan juga data produktivitas pertanian dan perkebunan dari Cabang Dinas Pertanian dan Cabang Dinas Perkebunan, data kependudukan dari BPS tingkat kecarnatan, data faktor C (pengelolaan tanaman) d m P (teknik konservasi tanah) dari hasil-hasil penelitian terdahulu.

Peralatan yang digunakan meliputi : Abney Hand Level, Kompas (tipe Shunto KB-14), Digital Planimeter (tipe "Placom" N-Series KP-90N), cangkul, bor tanah, meteran (50 meter), permeameter (tipe constant head perrneameter), ring sarnpel, kertas kalkir, kertas milimeter blok, plastik sampel, komputer, kamera dan alat tulis menulis lainnya.

Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data

Data dan informasi yang dibutuhkan &lam penelitian ini terdiri dari data primer d m data sekunder yang diperoleh dengan cara : (1) Data primer, diperoleh melalui pengukuran langsung, pengambilan contoh tanah, serta pengamatan di lapangan untuk mengetahui kondisi penggunaan dan pengelolaan lahan yang ada

serta keadaan sosial ekonomi; dan (2) Data sekunder, diperoleh dari berbagai instansi antara lain : data iklim diperoleh dari stasiun pengamatan iklim

Samarinda, Melak dan Barong Tongkok, data produktivitas pertanian dan perkebunan dari Cabang Dinas Pertanain dan Perkebunan serta data kependudukan dari biro statistik tingkat Kecamatan.

(177)

3 5

4 I), Lambing (1 8 15-42), Long Iram Kota (1 8 15-43) dan lembar Melak (1 8 15-44). Peta Tanah Hasil Survey Kapabilitas Lahan oleh Unrnul dan Rio Tinto skala 1 :

50.000 tahun 1998 dan Laporan studi Karakteristik Tanah vulkanik di Barong ,. Tongkok oleh PUSREHUT-JICA tahun 1994, digunakan untuk menentukan

sebaran jenis tanah dan bahan induk. Selain itu untuk verifikasi sebaran jenis tanah juga dilakukan pembuatan beberapa profil tanah. Interpretasi peta

Pengembangan Tanaman Karet PRPTE dan TCSSP dan peta Rupa Bumi dilakukan untuk mengetahui tipe penggunaan lahan yang ada di'lokasi penelitian.

Hasil interpretasi peta skala 1 : 50.000 yang dipadukan dengan pengamatan lapangan akan diperoleh data kelerengan yang meliputi : kemiringan lerengan dan panjang lereng serta penggunaan dan penutupan lahan.

Penelitian Lapangan. Kegiatan ini dilakukan

untuk

menentukan data yang tidak dapat diperoleh

dari

kegiatan identifikasi morfometri DAS. Kegiatan penelitian lapangan ini meliputi : pengamatan kondisi m u m DAS: pengecekan kelerengan setiap unit lahan; penentuan nilai CP; pengukuran permeabilitas profil tanah; pengamatan struktur tanah; pengambilan sampel tanah untuk menentukan tekstur, kandungan bahan organik dan <

Gambar

Grafik Keadaan Neraca Air Stasiun Samarinda dan Balikpapan .....................................................
Tabel Nilai Erosi yang Diperbolehkan (TSL) Menurut Pola .....................................................................
Gambar 3. Letak Lokasi Penelitian
Tabel 2. Kriteria Klasifikasi Kemarnpuan Lahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menceritakan kepada kami, Abū al- Yamān, memberitakan kepada kami Syu’aeb dari al-Zuhrī, dia berkata: Muhammad bin Zubair bin Muţ’im menceritakan bahwa Mu’āwiyah

〔最高裁民訴事例研究二九七〕 一、商法二〇三条二項所定の指定及

Bermaksud untuk menguji stabilitas jawaban responden dari suatu waktu ke waku berikutnya dengan cara menghitung koefisien korelasi dan skor jawaban responden yang diukur

Koleksi yang menggabungkan siluet Wayang Potehi dan motif dari arti simbolik budaya tersebut dalam menciptakan pakaian dengan inspirasi Peranakan untuk busana modern.. yang

Fungsi dan Tugas : Fungsi utama KBK Eksplorasi Penangkapan Ikan (EPIK) adalah memenuhi kebutuhan mahasiswa dan dosen untuk melakukan kegiatan pengajaran dan penelitian dalam

(2011) yang menggunakan limbah kulit pisang sebagai salah satu sumber pectin dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan edible film / edible coating yang merupakan

Nilai ekonomi kayu dari tegakan di Arboretum Sylva Untan dihitung menggunakan metode pendekatan langsung yaitu harga pasar yang berlaku berdasarkan Peraturan Menteri

Agama dan Tuhan tidak dianggap sebagai sesuatu yang sacral, melainkan hanya dianggap sebagai pelengkap hidup manusia yang menjadi ranah privatisasi yang bebas dianut atau tidak