• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspresi Peran Perempuan Pekerja Pengasuh Anak di Dalam Masyarakat (Studi Pada Perempuan Pengasuh Anak Etnis Batak Toba) di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Ekspresi Peran Perempuan Pekerja Pengasuh Anak di Dalam Masyarakat (Studi Pada Perempuan Pengasuh Anak Etnis Batak Toba) di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPRESI PERAN PEREMPUAN PEKERJA PENGASUH ANAK DI DALAM MASYARAKAT

(Studi Pada Perempuan Pengasuh Anak Etnis Batak Toba di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan)

S K R I P S I

Diajukan Oleh: MARLINA SIANTURI

100901033

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(2)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “ Ekspresi Peran Perempuan Pekerja Pengasuh Anak Di Dalam Masyarakat (Studi Pada Perempuan Batak Toba di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan) berawal dari ketertarikan penulis terhadap kehidupan pekerjaan yang dijalani oleh perempuan pengasuh anak etnis batak toba di Kelurahan Sei Agul khususnya mengenai hal apa yang mendorong mereka bekerja sebagai pengasuh anak serta bagaimana mereka mengekspresikan peran mereka di dalam masyarakat. Perempuan batak toba yang dikenal sebagai “boru ni raja” yang merupakan bentuk kehormatan bagi mereka. Perempuan batak toba dengan konsep “boru ni raja” tersebut seolah meninggalkan kehormatan mereka dan mau bekerja sebagai pengasuh anak.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisa dan informan dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan. Untuk informan dalam penelitian ini yaitu perempuan batak toba pekerja pengasuh anak, majikan dari perempuan batak toba pekerja pengasuh anak, serta masyarakat batak toba yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Interpretasi data dilakukan dengan menganalisis data-data yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tugas pengasuhan yang dilakukan oleh perempuan pengasuh anak etnis batak toba yaitu membimbing tahapan pertumbuhan anak, merawat dan melindungi anak, serta memberikan perhatian, waktu, dan dukungan kepada anak yang diasuhnya. Perempuan pengasuh anak etnis batak toba disamping mengasuh anak juga mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyetrika, mencuci piring, serta membantu memasak.

Ekspresi Peran yang dilakukan perempuan pengasuh anak etnis batak toba yaitu dimana mereka berusaha menutupi pekerjaannya sebagai pengasuh anak. Perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba tersebut juga saling bekerjasama dengan keluarganya dalam menutupi pekerjaan perempuan batak toba pengasuh anak tersebut, dengan tidak menjadikan pekerjaan sebagai fokus pembicaraan dalam keluarga besar dan lingkungan pergaulannya. Perempuan batak toba pekerja pengasuh anak juga menggunakan identitas pekerjaan palsu apabila ada yang bertanya tentang pekerjaannya. Untuk menjaga agar keseluruhan hal tersebut dapat berjalan dengan baik, perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba berusaha untuk merubah penampilan mereka serta berusaha membangun image sukses di perantauan

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih, Yesus Kristus, atas segala limpahan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Ekspresi Peran Perempuan Pekerja Pengasuh Anak di Dalam Masyarakat (Studi Pada Perempuan Pengasuh Anak Etnis Batak Toba) di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan ” disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Secara ringkas skripsi ini mendeskripsikan hal-hal yang mendorong perempuan batak toba bekerja sebagai pengasuh anak serta mengenai ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba.

(4)

Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara serta selaku dosen wali saya sejak tahun 2014.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, Selaku ketua Departemen Sosiologi dan Drs. Muba Simanihuruk, selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang selalu memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi terutama dalam perbaikan judul skripsi ini.

3. Bapak Drs. T. Ilham Saladin selaku dosen wali penulis sejak tahun 2010 hingga 2013 saya ucapkan terima kasih yang tulus telah bersedia membimbing penulis sejak awal hingga akhir perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Rasa hormat dan terima kasih yang tidak akan dapat penulis ucapkan dengan kata-kata kepada Ibu Dra. Ria Manurung, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

(5)

6. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Kak Fenni Khairifa dan Kak Betty yang telah cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.

7. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada Bapak J. Sianturi dan Ibu R. br Hutasoit yang saya sayangi, yang telah mencurahkan kasih sayangnya tiada terhingga dan tiada batasnya kepada saya, selalu memberikan doa dan nasehat, dan mendidik saya serta dukungan moril maupun materil kepada saya selama perkuliahan.

8. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada saudara-saudara saya, Melvin Sianturi, Jefri Sianturi, Daniel Sianturi, dan Steven Sianturi yang saya sayangi, yang telah mencurahkan kasih sayangnya tiada terhingga dan tiada batasnya kepada saya, selalu memberikan doa dan nasehat.

9. Ucapan terimaksih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapakan kepada pengerja/pelayan di GBT (Gereja Bait El Tabernakel) yang selalu mendoakan penulis dan memberikan motivasi selama pengerjaan skripsi ini.

10.Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada keluarga Oppung Veronika atas dukungan yang diberikan kepada penulis.

(6)

teman-teman “Begumit” (Rohana (Sos 10), Desmira (Sos 10), Septiana (Sos 10), Adian (Sos 10), Seha Digit (Sos 10), Yoga (Sos 10), Nurma (Sos 10), Debora (Sos 10), Agusta (Sos 10), Angel (Sos 10), Heppy (Sos 10), dan Yohana (Sos 10)) yang telah memberi warna baru kepada saya selama perkuliahan dengan semua canda dan tawa yang ada. Saya juga berterimakasih kepada sosiologi 2010 seperti Irma Sinurat (Sos 10), Hening Kinasih (Sos 10), Elisabeth Turnip (Sos 10) Santiur Manurung (Sos 10), Terangta Tarigan (Sos 10), Syurman Zega (Sos 10), Ribel Hutapea (Sos 10) dan yang lainnya yang telah berjuang bersama dalam menuntut ilmu.

12.Secara khusus terima kasih saya ucapkan kepada Kak Evalina Simanjuntak (sos 08). Terima kasih buat motivasinya. Juga terima kasih kepada Kak Gorenty (05) yang telah banyak membantu penulis dalam berdiskusi.

13.Para Informan yang telah banyak membantu memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Bapak Erfin Muhammad selaku lurah, Bapak H.L, Bapak D.S, Ibu M.S, Ibu A.S, Ibu A.T, Kak D.P, Kak N.S, S.S, dan R.A. Terima kasih banyak atas waktu dan kesediaan para informan.

(7)

mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan,

(Penulis)

(8)

Daftar Isi

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Pembatasan Masalah ... 11

1.4 Tujuan Penelitian ... 12

1.5 Manfaat Penelitian ... 12

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 12

1.5.2 Manfaat Praktis ... 12

1.6 Defenisi Konsep ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Makna Pekerjaan Dalam Masyarakat... 16

2.2 Hubungan Pekerjaan dan Status Sosial ... 17

2.3 Peran Perempuan Dalam Kekerabatan Masyarakat Etnis Batak Toba ... 20

2.4 Pandangan Teori Dramaturgi Pada Ekspresi Peran Individu Dalam Interaksi Sosialnya ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 30

(9)

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 31

3.3.1 Unit Analisis ... 31

3.3.2 Informan ... 31

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.5 Interpretasi Data ... 34

3.6 Jadwal Pelaksanaan ... 35

3.7 Keterbatasan Penelitian ... 35

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37

4.1.1 Keadaan Geografis Desa/Kelurahan ... 37

4.1.2 Sarana dan Prasarana Desa/Kelurahan ... 38

4.1.3 Penduduk ... 41

4.1.4 Mata Pencaharian ... 41

4.1.5 Kondisi Sosial Budaya ... 42

4.1.6 Komposisi Penduduk Menurut Agama ... 43

4.1.7 Pendidikan ... 44

4.1.8 Gambaran Perempuan Dalam Masyarakat Batak Toba ... 45

4.1.8.1 Sebutan Masyarakat Untuk Perempuan Batak Toba .... 45

4.1.8.2 Keterlibatan Perempuan Batak Toba Pada Aktivitas Masyarakat... 46

4.1.8.1 Keterlibatan Perempuan Batak Toba Dalam Adat ... 46

4.1.8.2 Keterlibatan Perempuan Batak Toba Dalam Pembagian Warisan ... 47

(10)

4.1.8.3 Peran Perempuan Dalam Kekerabatan Batak Toba

Menurut Informan  ... 49

4.1.9 Gambaran Aktivitas Perempuan Pengasuh Anak Etnis Batak Toba ... 50

4.1.9.1 Aktivitas Sebagai Pengasuh Anak ... 50

4.1.9.2 Aktivitas Tambahan ... 53

4.2 Profil Informan ... 54

4.2.1 Profil Informan Perempuan Batak Toba Pekerja Pengasuh Anak ... 55

4.2.2 Profil Informan Majikan Pengasuh Anak ... 57

4.2.3 Profil Informan Masyarakat Sekitar (Tokoh Adat) ... 58

4.3 Pandangan Informan Yang Bukan Pengasuh Anak Terhadap Status Sosial Perempuan Pekerja Pengasuh Anak Etnis Batak Toba ... 59

4.4 Pandangan Informan Yang Bekerja Sebagai Pengasuh Anak Terhadap Pekerjaan dan Status Sosialnya ... 61

4.5 Pandangan Informan Yang Bekerja Sebagai Pengasuh Anak Terhadap Perannya Sebagai “Boru Ni Raja” ... 66

4.6 Pandangan Masyarakat Batak Toba Terhadap Pekerjaan Sebagai Pengasuh Anak  ... 67

4.7 Faktor Pendorong Perempuan Batak Toba Memilih Bekerja Sebagai Pengasuh Anak ... 70 

4.8 Ekspresi Peran Yang Dilakukan Informan Pekerja Pengasuh Anak Etnis Batak Toba Dalam Interaksinya Di Lingkungan Kerabatnya ... 73

(11)

4.8.2 Cara Informan Pekerja Pengasuh Anak Etnis Batak Toba Membangun Sosok Diri Dalam Masyarakat  ... 78  BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 83 5.2 Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA ... 88 LAMPIRAN ...  

(12)

Daftar Tabel

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 35

Tabel 4.1 Sarana Kesehatan Kelurahan Sei Agul ... 39

Tabel 4.2 Sarana Pendidikan Formal Kelurahan Sei Agul ... 39

Tabel 4.3 Sarana Peribadatan Kelurahan Sei Agul ... 40

Tabel 4.4 Kepadatan Penduduk Kelurahan Sei Agul ... 41

Tabel 4.5 Struktur Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Sei Agul ... 42

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis dan Suku Bangsa ... 42

Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 43

(13)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “ Ekspresi Peran Perempuan Pekerja Pengasuh Anak Di Dalam Masyarakat (Studi Pada Perempuan Batak Toba di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan) berawal dari ketertarikan penulis terhadap kehidupan pekerjaan yang dijalani oleh perempuan pengasuh anak etnis batak toba di Kelurahan Sei Agul khususnya mengenai hal apa yang mendorong mereka bekerja sebagai pengasuh anak serta bagaimana mereka mengekspresikan peran mereka di dalam masyarakat. Perempuan batak toba yang dikenal sebagai “boru ni raja” yang merupakan bentuk kehormatan bagi mereka. Perempuan batak toba dengan konsep “boru ni raja” tersebut seolah meninggalkan kehormatan mereka dan mau bekerja sebagai pengasuh anak.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisa dan informan dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan. Untuk informan dalam penelitian ini yaitu perempuan batak toba pekerja pengasuh anak, majikan dari perempuan batak toba pekerja pengasuh anak, serta masyarakat batak toba yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Interpretasi data dilakukan dengan menganalisis data-data yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tugas pengasuhan yang dilakukan oleh perempuan pengasuh anak etnis batak toba yaitu membimbing tahapan pertumbuhan anak, merawat dan melindungi anak, serta memberikan perhatian, waktu, dan dukungan kepada anak yang diasuhnya. Perempuan pengasuh anak etnis batak toba disamping mengasuh anak juga mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyetrika, mencuci piring, serta membantu memasak.

Ekspresi Peran yang dilakukan perempuan pengasuh anak etnis batak toba yaitu dimana mereka berusaha menutupi pekerjaannya sebagai pengasuh anak. Perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba tersebut juga saling bekerjasama dengan keluarganya dalam menutupi pekerjaan perempuan batak toba pengasuh anak tersebut, dengan tidak menjadikan pekerjaan sebagai fokus pembicaraan dalam keluarga besar dan lingkungan pergaulannya. Perempuan batak toba pekerja pengasuh anak juga menggunakan identitas pekerjaan palsu apabila ada yang bertanya tentang pekerjaannya. Untuk menjaga agar keseluruhan hal tersebut dapat berjalan dengan baik, perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba berusaha untuk merubah penampilan mereka serta berusaha membangun image sukses di perantauan

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keluarga dikenal sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang beranggotakan ayah, ibu, dan anak. Keluarga didefenisikan sebagai suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, hubungan darah atau adopsi yang saling berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi para anggotanya. Mengutip dari Nunuk, Murniati (2004 : 197) dijelaskan bahwa keluarga merupakan sebuah organisasi, dimana masing-masing anggotanya menempati posisi masing-masing, bersinergi, sehingga roda organisasi itu bisa bergerak. Adapun hubungan yang terjalin antara sesama anggota keluarga dilandasi oleh perasaan kasih sayang, sehingga masing-masing anggota keluarga memiliki hubungan yang erat satu dengan yang lainnya.

(15)

Pada umumnya, masyarakat mengenal pembagian peran di ruang publik dan di dalam rumah tangga (domestik) yang jelas sebagai anggota keluarga. Dimana ayah berperan sebagai pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga di ruang publik dan peran utama ibu adalah mengurus rumah tangga dan anggota keluarga lainnya dalam ruang domestik. Seiring dengan perkembangan masyarakat, fakta yang tidak dapat dipungkiri yaitu bahwa peran ayah dan ibu telah mengalami pergeseran. Ibu tidak lagi hanya menjalankan peran di domestik tetapi juga menjalankan peran di sektor publik, serta ayah juga tidak hanya bekerja di ruang publik tetapi turut membantu dalam ruang domestik.

Penelitian yang dilakukan Rezeki (2006) mengungkapkan bahwa dalam keluarga dan rumah tangga, wanita sering sekali berperan ganda. Hal ini dicerminkan pertama-tama melalui perannya sebagai ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumah tangga (memasak, mencuci, mengasuh anak, dan sebagainya), suatu pekerjaan produktif yang tidak langsung menghasilkan pendapatan, karena itu memungkinkan anggota keluarga lainnya untuk memperoleh penghasilan langsung. Kedua adalah sebagai pencari nafkah. Meskipun ada ibu yang berperan sebagai pekerja untuk mendapatkan penghasilan tambahan, seorang ibu tetap dituntut menjadi ibu rumah tangga yang baik di tengah keluarganya.

(dikutip dari : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456 789/51403/BAB%20IITinjauan%20Pustaka_%20I11epl.pdf?sequenc e=4, diakses 22 Oktober 2013 pukul 11.45 Wib).

(16)

juta orang. Angka yang cukup fantastis jika dibandingkan penambahan pada pekerja laki-laki yang hanya berkisar 1,1 juta orang. Peningkatan jumlah pekerja wanita sebagian besar berasal dari wanita yang sebelumnya berstatus mengurus rumah tangga. Banyaknya jumlah perempuan yang bekerja secara signifikan meningkatkan jumlah pekerja di Indonesia” (http://finance.detik.com/index.php

/detik.read/tahun/2008/bulan/01/tgl/ 02 /time/1603/idnews, diakses 24 September

2013 pukul 07.52 Wib).

Peran ibu rumah tangga pada umumnya di ruang domestik meliputi mengurus rumah tangga, memberi perhatian pada suami, serta mengasuh anak. Ibu yang bekerja di luar rumah tentunya memiliki waktu yang kurang untuk mengurus rumah, anak-anak, bahkan suaminya, terutama bagi mereka yang bekerja dalam sektor formal yang memiliki batasan jam kerja. Sehingga pada saat ini, ibu rumah tangga sudah tidak lagi menjalankan perannya di wilayah domestik dengan sepenuhnya, dan lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk bekerja. Salah satu konsekuensi yang timbul sebagai akibat ibu bekerja di ruang publik yaitu masalah pengasuhan anak. Ibu yang bekerja di ruang publik harus menyerahkan sebagian perannya dalam mengasuh anak kepada orang lain. Fenomena ibu bekerja di ruang publik kemudian memunculkan fenomena baru yaitu munculnya para perempuan yang berprofesi sebagai pengasuh anak atau yang lebih dikenal dengan istilah baby sitter. Bahkan saat ini pengasuh anak atau

(17)

Pengasuhan diartikan sebagai sebuah proses interaksi yang berlangsung terus menerus antara orangtua dengan anak yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, baik secara fisik, mental, maupun sosial, sebagai sebuah proses interaksi dan sosialisasi yang tidak bisa dilepaskan dari sosial budaya dimana anak dibesarkan (http://repository.usu.ac.id

/bitstream/123456789/34210/3/Chapter%20II.pdf, diakses 8 September 2013

pukul 13.39). Pengasuhan anak pada umumnya berada pada seorang ibu, dimana ibu dalam pengasuhannya selalu memberikan kasih sayang kepada anaknya dan memperhatikan setiap tumbuh kembang anaknya. Ibu merupakan salah satu orang yang pertama kali memperkenalkan, dan menanamkan nilai-nilai agama, budaya, moral, kemanusiaan, pengetahuan, serta nilai-nilai lainnya kepada seorang anak.

Hoghughi (2004) menyebutkan bahwa pengasuhan mencakup beragam aktivitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik. Prinsip pengasuhan menurut Hoghughi tidak menekankan pada siapa pelakunya namun lebih menekankan pada aktivitas dari perkembangan dan pendidikan anak (http://repository.usu.ac.id/bitstream/

123456789/34210/3/Chapter%20II.pdf, diakses 22 Oktober 2013 pukul 11.21

(18)

saat orang tua dari anak yang diasuhnya tersebut tidak ada. Peran ibu yang digantikan oleh pengasuh anak adalah :

1. Membimbing tahapan pertumbuhan anak 2. Merawat dan melindungi anak

3. Memberikan perhatian, waktu, dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial.

(dikutip dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/342

10/3/Chapter%20II.pdf, diakses 8 September 2013 pukul 13.39 Wib)

Dahulu, masyarakat belum mengenal pekerjaan sebagai pengasuh anak. Namun, akibat lapangan perkerjaan yang tersedia terbatas dan tidak adanya skill yang dimiliki, serta adanya permintaan yang tinggi dari masyarakat terhadap jasa pengasuh anak membuat anggota masyarakat melakoni pekerjaan tersebut. Pengasuh anak umumnya adalah seorang perempuan, walaupun tidak dipungkiri pada masa sekarang ini sudah ada laki-laki yang juga bekerja sebagai pengasuh anak. Namun, masyarakat pada umumnya lebih sering menggunakan jasa perempuan pengasuh anak dibandingkan dengan laki-laki. Para perempuan yang bekerja sebagai pengasuh anak tersebut biasanya berasal dari yayasan penyalur

baby sitter maupun yang berasal dari desa. Pengasuh anak adalah masyarakat

pendatang yang berusaha dan berjuang di kota untuk mencari nafkah untuk keluarga mereka.

(19)

masyarakat dengan status sosial yang rendah sehingga gilirannya seorang pengasuh anak acap kali mendapat upah yang sangat rendah.

Pada perkembangannya, pekerjaan sebagai pengasuh anak telah banyak dilakoni oleh masyarakat. Dari pengasuh anak yang tidak memiliki skill ataupun keahlian hingga yang memiliki skill dan terlatih. Saat ini telah terdapat yayasan yang melatih para pengasuh anak tersebut agar memiliki skill yang baik dalam mengasuh anak. Para yayasan ini memberikan pelatihan-pelatihan yang membantu dan membimbing para pengasuh anak agar dapat mengasuh anak dengan lebih baik lagi. Walaupun, tidak dapat dipungkiri bahwa pengasuh anak yang tidak memiliki skill lebih dominan pada saat ini dalam masyarakat.

(20)

Unsur sistem pelapisan dalam masyarakat yaitu status dan peran. Status sosial merupakan posisi seseorang dalam masyarakat secara umum sehubungan dengan orang lain. Serta peran merupakan aspek dinamis dari status, dimana seseorang menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan statusnya. Status merupakan hal yang menandakan perbedaan kelompok berdasarkan kehormatan dan kedudukan dalam masyarakat (Soekanto, 2006 : 210). Dimana pekerjaan pada umumnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan juga untuk menaikkan status sosial individu dalam masyarakat. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, pekerjaan yang tadinya dilakoni untuk menaikkan status sosial dalam masyarakat seperti guru, dokter, polisi, dan lain sebagainya, telah mengalami pergeseran. Pekerjaan yang terdapat dalam masyarakat semakin hari semakin beragam. Dimana pengasuh anak merupakan salah satu jenis pekerjaan yang saat ini tengah dilakoni oleh anggota masyarakat. Bekerja sebagai pengasuh anak tidaklah menaikan status sosial seseorang menjadi naik tetapi menurunkan status sosialnnya dalam masyarakat menjadi lebih rendah.

Dalam masyarakat batak toba, anggota masyarakatnya mengenal istilah “anak ni raja” dan “boru ni raja”.

Dalam filosofi batak “anak ni raja” dan “boru ni raja” merupakan sebuah penghormatan. Konsep sebutan boru ni raja dan anak ni raja adalah sebuah kehormatan yang meliputi banyak aspek seperti kepatutan, moral, etika, sensitifitas, tradisi dan adat istidat yang saling tolong menolong tanpa pamrih dan tanpa imbalan atau suka membantu. Konsep raja dalam filosofi orang batak memiliki makna yang luas, mencakup teritori adat, darah dan keseharian keluarga batak. Konsep “boru raja” dalam filosofi batak mengajarkan setiap perempuan batak untuk memahami nilai-nilai kehormatan baik dari cara bepakaian, cara berbicara, cara duduk, dan cara bergaul harus berperilaku seperti boru ni raja atau putri raja.

(dikutip dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/Chap

(21)

Dalam pandangan masyarakat batak, status sosial “boru ni raja” lebih tinggi daripada status sosial pengasuh anak. Para perempuan batak toba yang selama ini lekat dengan kehormatan seolah-olah meninggalkan hal tersebut, dan menjalankan kehidupannya dengan bekerja sebagai pengasuh anak. Status sosial pengasuh anak yang rendah dalam pandangan masyarakat turut mempengaruhi gaya hidup mereka, baik dari penampilan maupun perilaku mereka. Status sosial pengasuh anak yang dipandang rendah oleh masyarakat, memunculkan streotipe terhadap pengasuh anak. Pengasuh anak dianggap tidak akan dapat berpenampilan layaknya seorang putri raja karena tuntutan pekerjaanya, bahkan ada keluarga yang memperkerjakan seorang pengasuh anak yang mengharuskan untuk menggunakan seragam khusus pengasuh, ditambah lagi seorang pengasuh anak dianggap tidak dapat menjaga setiap tutur kata dan tingkah lakunya karena pengasuh anak selalu dituntut untuk sigap dan cekatan dalam melayani majikannya. Selain itu, pengasuh anak tentu saja tidak akan diperlakukan secara terhormat oleh lingkungan sekitarnya, baik itu oleh keluarga besarnya, teman-temannya, bahkan oleh keluarga yang menjadi majikannya.

(22)

Kota Medan merupakan kota metropolitan, dimana Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan merupakan wilayah dari provinsi Sumatera Utara, yang terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Pada awalnya Kota Medan hanya memiliki 11 kecamatan dan 144 kelurahan. Melalui Peraturan Pemerintah RI No. 59 tahun 1991 tentang pembentukan beberapa kecamatan di Sumatera Utara, maka kecamatan yang ada di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dimekarkan menjadi 19 Kecamatan. Kemudian dua wilayah di Kota Medan dimekarkan menjadi wilayah kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 tahun 1992 tentang pembentukan kecamatan di Sumatera Utara. Berdasarkan keputusan tersebut, kecamatan di Kotamadya Medan yang semula berjumlah 19 menjadi 21 Kecamatan (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22098/4/Chapter%2 0II.pdf, diakses 7 November 2013 pukul 16.59 Wib).

(23)

salah satu kelurahan yang terdapat di kota Medan yang sebagian besar penduduknya memiliki aktivitas yang padat. Kesibukan tersebut membuat masyarakat yang terdapat di Kelurahan Sei Agul yang menggunakan jasa pengasuh anak.

(24)

1.2 Rumusan Masalah

Berangkat dari fenomena sosial yaitu penggunaan jasa pengasuh anak dalam keluarga, bahkan kemudian membuat perempuan batak toba turut berprofesi sebagai pengasuh anak dan seolah-olah meninggalkan konsep yang ada pada masyarakat batak yaitu “boru ni raja”. Konsep “boru ni raja” yaitu bentuk penghormatan dan konsep yang mengajarkan perempuan batak untuk berperilaku layaknya putri raja. Dengan latar belakang sebagai perempuan batak toba dengan konsep “boru ni raja” yang tentu saja memberikan pengaruh dalam dirinya dalam mengekspresikan peran melalui pekerjaannya sebagai pengasuh anak dalam masyarakat. Rencana penelitian ini menjadi menarik dan tergolong baru serta secara logika dapat dirumuskan pernyataan permasalahannya. Rumusan masalah yaitu pertanyaaan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini agar lebih mengarah pada fokus penelitian yaitu :

1. Apakah yang mendorong perempuan dari suku batak toba bekerja sebagai pengasuh anak?

2. Bagaimanakah ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba dalam masyarakat?

1.3 Pembatasan Masalah

(25)

Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah penelitian ini fokus untuk meneliti mengenai ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba di dalam masyarakat.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian yaitu :

1. Untuk mengetahui hal yang mendorong perempuan dari suku batak toba bekerja sebagai pengasuh anak.

2. Untuk mengetahui ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba dalam masyarakat.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini yaitu : 1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba di dalam masyarakat yang dikaitkan dengan kerangka pemikiran sosiologi khususnya sosiologi ekonomi.

2. Menambah referensi hasil penelitian yang dapat dijadikan bahan rujukan bagi penelitian mahasiswa sosiologi berikutnya, serta dapat menambah wawasan ilmiah bagi mahasiswa ilmu sosial dan bagi masyarakat.

1.5.2 Manfaat Praktis

(26)

fenomena sosial dan menjadi bahan rujukan bagi penelitian di bidang ilmu-ilmu sosial.

2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi instansi pemerintah, mengenai informasi perempuan yang bekerja sebagai pengasuh anak, yang dapat membantu membuat kebijakan-kebijakan yang berkenaan di dalamya.

1.6 Defenisi Konsep

Penelitian ini adalah mengenai ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba di dalam masyarakat yang berlokasi di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan. Agar penelitian ini tetap pada fokus penelitian dan tidak menimbulkan penafsiran ganda pada kemudian hari maka penelitian ini perlu dibuat defenisi konsep. Adapun yang menjadi defenisi konsep pada penelitian ini yaitu :

1. Pengasuh Anak

Pengasuh anak adalah seseorang yang bekerja pada orang lain yang disebut sebagai majikan, yang tugas utamanya adalah mengasuh anak baik dari segi fisik, emosi, dan sosial. Pengasuh anak yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu perempuan yang bekerja sebagai pengasuh anak yang berasal dari suku batak toba. Dimana perempuan batak toba pekerja pengasuh anak tersebut merupakan pengasuh anak yang berasal dari desa dan bukan berasal dari yayasan penyalur baby sitter

2. Boru ni Raja.

(27)

dimana istilah “boru ni raja” merupakan sebuah penghormatan yang meliputi banyak aspek seperti kepatutan, moral, etika, sensitifitas, tradisi dan adat istidat yang saling tolong menolong tanpa pamrih dan tanpa imbalan atau suka membantu.

Konsep “boru raja” tersebut mengajarkan setiap perempuan batak untuk memahami nilai-nilai kehormatan baik dari cara bepakaian, cara berbicara, cara duduk, dan cara bergaul harus berperilaku seperti boru ni raja atau putri raja (dikutip dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234

56789/Chapter %20I, diakses 23 September 2013 pukul 17.30).

3. Pekerjaan.

Pekerjaan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh pekerja guna mendapatkan hal berupa gaji maupun upah. Pekerjaan tidaklah sama dengan bekerja. Mengutip dari Honour dan Mainwaring (1982 : 187) menjelaskan bahwa pekerjaan ditandai dengan adanya suatu tugas yang memiliki aktivitas atau sifat usaha di dalamnya. Pekerjaan merupakan salah satu identitas seseorang. Dimana sebutan untuk individu yang melakukan pekerjaan adalah pekerja. Pekerja adalah tiap orang yang melakukan pekerjaan, baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja (Toha dan Pramono, 1987: 7). Dimana pekerjaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pekerjaan sebagai pengasuh anak, dan yang menjadi pekerja pengasuh anak dalam penelitian ini adalah perempuan batak toba.

(28)

4. Ekspresi Peran

Ekspresi diartikan sebagai bentuk pengungkapan atau suatu proses dalam menyatakan maupun memperlihatkan maksud, gagasan, dan perasaan. Peran merupakan aspek dinamis dari status. Dimana antara peran dan status akan selalu berkaitan satu dengan yang lainnya. Peran adalah petunjuk bagi individu dalam berperilaku dalam masyarakat. Dalam penelitian ini peran yang dimaksud adalah peran dari perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba. Dimana selain memiliki peran sebagai pengasuh anak, juga terdapat peran sebagai perempuan batak toba dengan konsep “boru ni raja” yang melekat dalam dirinya.

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Makna Pekerjaan Dalam Masyarakat

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan hidup inilah yang mendorong manusia untuk melakukan satu atau lebih pekerjaan dalam aktivitasnya sehari-hari sehingga kelangsungan hidupnya akan terus berjalan. Pekerjaan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh pekerja guna mendapatkan hal berupa gaji maupun upah. Pekerjaan tidaklah sama dengan bekerja. Honour dan Mainwaring (1982 : 187) dijelaskan bahwa pekerjaan ditandai dengan adanya suatu tugas yang memiliki aktivitas atau sifat usaha di dalamnya. Setiap pekerjaan dilakukan oleh pekerja. Pekerja adalah tiap orang yang melakukan pekerjaan, baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja (Toha dan Pramono, 1987: 7).

(30)

sosio-ekonomis yang lebih rendah cenderung mementingkan makna ekstrinsik seperti upah dan kontak sosial, sedangkan mereka dalam kelompok yang lebih tinggi mencari makna intrinsik misalnya prestasi ataupun pencapaian.

Dalam semua masyarakat ada beberapa jenis pekerjaan yang dilakukan untuk kelangsungan hidup mereka. Namun berbagai masyarakat, memiliki cara yang berbeda dalam mengalokasikan pekerjaan kepada orang-orang, serta berbeda pula tingkat nilai dan kepercayaannya yang diberikan untuk setiap pekerjaan yang ada. Masing-masing individu memiliki kepercayaan dan harapan tertentu mengenai pekerjaan, terutama yang berhubungan dengan peranan pekerjaan mereka.

2.2 Hubungan Pekerjaan dan Status Sosial

(31)

menandakan perbedaan kelompok berdasarkan kehormatan dan kedudukan mereka di tengah- tengah masyarakat.

Untuk mengukur status seseorang menurut Pitirim Sorokin (dalam Narwoko dan Bagong, 2011 :156) disebutkan yaitu

1. Jabatan atau pekerjaan

2. Pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan

3. Kekayaan

4. Politis 5. Keturunan 6. Agama

Status pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu status sosial yang bersifat objektif dan subjektif. Status yang bersifat objektif yaitu status yang diperoleh atas usaha sendiri dangan hak dan kewajiban yang terlepas dari individu dan status yang bersifat subjektif adalah status yang menunjukkan hasil dari penilaian orang lain dan tidak bersifat konsisten. Mengutip dari Soekanto (2006) dijelaskan bahwa masyarakat pada umumnya mengembangkan tiga macam status, yaitu ascribed status, achieved status, dan assigned status.

Adapun pengertian dari masing-masing jenis status sebagaimana yang disebutkan dalam Soekanto (2006 : 211) yaitu ascribed status yaitu status seseorang dalam masyarakat yang diperoleh atas dasar kelahiran, achieved status adalah status yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung kemampuan masing-masing dalam mengejar tujuannya. Assigned

Status adalah status yang diberikan oleh seseorang yang berkedudukan tinggi

kepada seseorang yang telah berjasa dalam masyarakat.

(32)

antara manager dan tenaga administratif, antara rektor dan dosen, antara kepala sekolah dan guru, serta berbagai klasifikasi lainnya. Pekerjaan merupakan salah satu ukuran yang menentukan status sosial seseorang. Selain itu jabatan dalam pekerjaan juga menentukan status sosial masyarakat tersebut.

Parker, dkk (1992) mengatakan bahwa suatu jabatan menunjukan suatu perluasan kewajiban yang dijalankan dalam suatu organisasi kerja, sehingga seseorang akan menjalankan dari suatu peran di dalam peran-peran lainnya. Semakin tinggi status pekerjaan, maka akan semakin banyak dan spesifik elemen-elemen pekerjaan yang ada di dalamnya. Sebagai perbandingannya, hanya ada sedikit persyaratan untuk menduduki jabatan sebagai pesuruh, karena peranan yang dijalankannya sangat terbatas. Namun, untuk menjadi seorang manager diperlukan persyaratan yang lebih banyak karena peran yang dijalankannya lebih banyak (Parker, dkk, 1992 :216).

Salah satu pekerjaan yang saat ini dilakoni oleh masyarakat yaitu pekerjaan sebagai pengasuh anak. Pekerjaan sebagai pengasuh anak merupakan pekerjaan dengan status sosial objektif. Dimana status yang diperoleh melalui pekerjaan tersebut diperoleh atas dasar upaya sendiri. Pekerjaan sebagai pengasuh anak juga merupakan bentuk dari achieved status dalam masyarakat karena pekerjaan tersebut diperoleh atas dasar usaha dari individu yang bekerja sebagai pengasuh anak tersebut.

(33)

sebagai pengasuh anak termasuk dalam stratifikasi tingkat bawah. Sehingga measyarakat streotipe terhadap pekerjaan sebagai pengasuh anak tersebut. Dimana masyarakat mengkategorikan pekerjaan sebagai pengasuh anak sebagai pekerjaan masyarakat kelas bawah dengan status sosial yang rendah.

Dalam masyarakat, semakin tinggi jabatan seseorang dalam pekerjaannya, semakin tinggi pula status sosialnya dalam masyarakat. Serta semakin rendah jabatan seseorang dalam masyarakat semakin rendah pula status sosialnya dalam masyarakat. Antara status sosial dan pekerjaan memiliki hubungan yang bersifat timbal balik. Semakin tinggi pekerjaan dan jabatan seseorang maka akan semakin tinggi pula status sosial orang tersebut dalam masyarakat. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah pekerjaan dan jabatan seseorang, semakin rendah pula status sosialnya.

(34)

Adapun isi dari falsafah tersebut yaitu somba marhula-hula, manat

mardongan tubu, eIek marboru. Adapun penjelasannya masing-masing yaitu

sebagai berikut :

1. Somba Marhula-hula (hormat kepada Hula-hula). Hula-hula adalah kelompok keluarga pihak marga istri, pihak pemberi istri. Hula-hula ditengarai sebagai sumber berkat. Hula-hula sebagai sumber hagabeon/keturunan.

2. Elek Marboru/lemah lembut tehadap boru/perempuan. Boru adalah keluarga marga laki-laki, pihak penerima wanita. Sikap lemah lembut terhadap boru perlu, dimana tanpa boru mengadakan pesta adalah suatu hal yang tidak mungkin dilakukan.

3. Manat mardongan tubu/sabutuha, teman semarga, kaum kelompok yang satu marga (dongan=teman, sabutuha=satu

perut). Suatu sikap berhati-hati terhadap sesama marga untuk

mencegah salah paham dalam pelaksanaan acara adat.

(dikutip dari : http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED

Underg -raduate-24317-308322052%20Bab%20I.pdf, diakses 11

Februari 2014 pukul 11.16 Wib)

Falsafah inilah yang menjadi landasan bagi masyarakat batak toba dalam tatanan kekerabatan antara sesama yang bersaudara, dengan hula-hula dan boru. Dimana untuk menjaga keseimbangan tersebut harus disadari bahwa semua orang akan pernah menjadi hula-hula, pernah menjadi boru, dan pernah menjadi dongan tubu. Mengutip dari Irianto (2005) dijelaskan bahwa orang batak toba menempatkan dirinya dalam susunan dalihan na tolu tersebut, sehingga mereka dapat mencari kemungkinan adanya hubungan kekerabatan di antara sesamanya.

(35)

Mengutip dari Irianto (2005) dijelaskan bahwa dalam sejarah orang batak toba dapat ditelusuri melalui garis laki-laki, akan tetapi anak perempuan dan istri tidak tercatat di dalamnya. Dalam sistem patrilineal, laki-laki dan perempuan menyandang hak dan kewajiban yang berbeda terhadap marga mereka. Sepanjang hidupnya laki-laki hanya bertanggung jawab atas marga ayahnya. Untuk perempuan sendiri, mereka bertanggung jawab atas dua marga yaitu marga ayahnya dan suaminya. Walaupun demikian, posisi perempuan dalam kekerabatan tersebut tidak jelas, karena meskipun berhubungan dengan keduanya tetapi tidak pernah menjadi anggota penuh dari keduanya.

Perempuan menunjuk kepada salah satu dari dua jenis kelamin. Perempuan batak toba diartikan sebagai perempuan yang merupakan keturunan dari keluarga batak toba, dimana hal ini perempuan tersebut memiliki marga dari suku batak toba. Dalam suku batak toba, dikenal istilah “boru ni raja” yang merupakan konsep priyayi masyarakat batak toba. Istilah ini diberikan kepada perempuan-perempuan keturunan batak toba untuk mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai kepada perempuan batak toba agar berperilaku layaknya seorang putri raja, baik dalam hal tutur kata, berpakaian, dan lain sebagainya.

(36)

Perempuan batak toba adalah perempuan yang dikenal pekerja keras dan tangguh. Peran perempuan batak toba dalam hal ekonomi keluarga yaitu dimana perempuan batak toba terjun ke dalam ruang publik untuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarganya. Mulai dari pekerjaan masyarakat kelas atas seperti dokter, pengacara, dosen, dan sebagainya hingga pekerjaan masyarakat kelas bawah yaitu pembantu rumah tangga, buruh pabrik, hingga pengasuh anak. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, perempuan batak toba banyak yang berperan ganda dengan bekerja di ruang publik dan ruang domestik.

Perempuan batak toba juga berperan sebagai perempuan yang menjadi penjaga dan penjamin terwujudnya nilai-nilai hamoraon, hagabeon, dan

hasangapon melalui cara apapun (Irianto, 2005 : 96). Dimana hamoraon

merupakan nilai untuk memiliki kekayaan, hagabeon merupakan nilai untuk diberkati karena keturunan, serta hasangapon merupakan nilai untuk prestise ataupun penghargaan.

2.4 Pandangan Teori Dramaturgi Pada Ekspresi Peran Individu Dalam Interaksi Sosialnya

H.Bonner mengatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan antara dua atau lebih manusia ketika kelakuan individu yang saru mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakukan individu lain, atau sebaliknya (Santosa, 2009 :11). Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia yang terjadi dalam suatu kesatuan.

(37)

dinamis dari status. Tidak ada peranan tanpa status atau status tanpa peranan. Mengutip dari Soekanto (2006 : 213) dijelaskan bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat padanya. Peranan adalah hal yang sangat penting karena perananlah yang mengatur perilaku seseorang. Peranan membuat seseorang akan dapat menyesuaikan perilakunya dengan kelompoknya.

Peranan mencakup tiga hal (dalam Soekanto, 2006), yaitu sebagai berikut : 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi

atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang

penting bagi struktur sosial masyarakat.

Peran dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena fungsi peran yaitu untuk memberi arah dalam sosialisasi, pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma, dan pengetahuan, dapat mempersatukan kelompok dalam masyarakat, serta menghidupkan sistem pengendali dan sosial kontrol. Peranan sosial yang ada dalam masyarakat diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang. Mengutip dari Narwoko dan Suyanto (2011) dijelaskan bahwa pembagian jenis peranan dibedakan atas klasifikasi peranan sosial berdasarkan pelaksanaanya dan cara memperolehnya.

Klasifikasi peranan sosial dalam Narwoko dan Suyanto (2011 : 160) berdasarkan pelaksanaanya dibedakan atas :

(38)

2. Peranan yang disesuaikan (actual roles) yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan itu dijalankan. Peranan ini pelaksanaanya lebih luwes, dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu.

Perempuan batak toba yang bekerja sebagai pengasuh anak memiliki peranan sosial. Dimana berdasarkan pelaksanaanya pekerjaan perempuan batak toba sebagai pengasuh anak merupakan expected roles atau peranan yang diharapkan. Dimana sebagai pengasuh anak, masyarakat menghendaki agar profesi tersebut dijalankan sesuai dengan yang telah ditentukan. Perempuan batak toba yang bekerja sebagai pengasuh anak haruslah mengikuti aturan yang ada dalam perannya sebagai pengasuh anak serta berprilaku layaknya seorang pengasuh anak.

Selain memiliki peranan sebagai pengasuh anak, perempuan batak toba memiliki peranan lain yaitu sebagai perempuan dari keturunan masyarakat batak toba dengan konsep “boru ni raja” yang melekat dalam dirinya. Peranan sebagai “boru batak” dan “boru ni raja” tersebut merupakan kategori actual roles atau peranan yang disesuaikan. Dimana perempuan batak toba dapat melaksanakan perananya sebagai “boru batak” dan “boru ni raja” secara lebih luwes dan dapat disesuaikan. Dimana sebagai “boru batak”, peran yang akan dijalaninya selalui disesuaikan dengan kondisi yang ada. Dimana “boru batak” tersebut bias berperan sebagai hula-hula, sebagai boru, sebagai parsonduk bolon (istri), dan yang lainnya. Selain itu status sebagai “boru batak” dan “boru ni raja” tersebut dapat disesuaikan dengan peranan-peranan lainnya yang ada dalam diri perempuan batak toba pekerja pengasuh anak tersebut.

(39)

Klasifikasi peranan berdasarkan cara memperolehnya dalam Narwoko dan Suyanto (2011:160) yaitu :

1. Peranan bawaan yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis dan bukan karena adanya usaha.

2. Peranan pilihan yaitu peranan yang diperoleh atas dasar keputusannya sendiri.

Peranan sebagai “boru batak” dan “boru ni raja” merupakan peranan bawaan. Dimana perempuan keturunan masyarakat batak toba akan mendapatkan peranan sebagai “boru batak” dan “boru ni raja” secara otomatis ketika perempuan tersebut lahir tanpa adanya usaha darinya. Perempuan batak toba tersebut akan menjalankan segala peranan yang dimiliki “boru batak” dan “boru ni raja” tersebut. Namun, peran sebagai pengasuh anak yang dimiliki perempuan batak toba pekerja pengasuh anak merupakan peranan pilihan. Dimana peran sebagai pengasuh anak tersebut merupakan peran yang diperoleh atas dasar keinginan dan keputusannya sendiri. Perempuan batak toba pekerja pengasuh anak tidak menjalankan peran sebagai pengasuh anak atas dasar paksaan dari orang lain.

(40)

berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut.

Goffman mengatakan bahwa selama kegiatan rutin, seseorang akan mengetengahkan sosok dirinya sebagaimana yang dituntut oleh status sosialnya. Seorang pelaku cenderung menyembunyikan dan mengeyampingkan kegiatan, fakta-fakta, motif-motif yang tidak sesuai dengan dirinya ( Poloma, 2000 : 233). Masing-masing individu dalam hubungan sosial akan berusaha mengontrol penampilan dirinya dan memainkan perannya disertai dengan adanya perilaku serta adanya gerak-gerik. Dalam teorinya, Erving Goffman menggambarkan bahwa individu merupakan pelaku yang melalui interaksi secara aktif mempengaruhi individu lain (Samanto, 2000: 235).

Mengutip dari Johnson (1990) disebutkan bahwa menurut analisa ini masalah utama yang dihadapi individu dalam berbagai hubungan sosial adalah mengontrol penampilannya, keadaan fisiknya di mana mereka memainkan peran-perannya serta perilaku peran-perannya yang aktual dan gerak-gerik isyarat yang menyertainya. Perhatian individu terhadap pengaturan kesan (impression

management) tidak terbatas pada perilakunya yang nyata saja. Penampilan

(41)

Salah satu analisa Goffman dalam konsep dramaturginya yaitu dimana banyak orang yang bekerja sama dalam melindungi berbagai tuntutan satu sama lain yang berhubungan dengan kenyataan sosial yang sedang mereka lakukan untuk dipentaskan atau identitas yang sedang ditampilkan.

Goffman mengatakan bahwa suatu tim dramaturgi adalah suatu kelompok orang yang saling bekerjasama untuk mementaskan suatu penampilan tertentu. Dinamika dalam interaksi dalam suatu tim dramturgi berbeda dengan interaksi antara tim dramturgi dan audiensnya. Audiens diharapakan untuk menerima hal yang diperankan oleh tim. Sementara hubungan sosial yang terjalin antar tim, ditandai dengan hubungan yang sangat intim yang muncul karena mereka menjaga kerahasian teknik yang digunakan untuk pementasan (Johnson, 1990 : 44).

Mengutip dari Johnson (1990 : 45) dijelasakan bahwa pembedaan antara anggota tim dan audiens, dibedakan atas pentas depan (frontstage) serta pentas belakang (backstage). Pentas depan merupakan bagian atau tempat di mana saja audiens tersebut diharapakan ada. Sementara itu pentas belakang merupakan tempat yang terlarang bagi audiens atau orang lain. Walaupun demikian, pembedaan tersebut bersifat relatif. Dimana pentas belakang mungkin menjadi pentas depan bila ada yang menggangu atau untuk suatu bentuk penampilan yang berbeda.

(42)

anggota suatu tim sering mampu mempertahankan defenisi situasi yang dapat diterima oleh audiens dan melankonkan pentasnya dengan baik, meskipun mereka berinteraksi untuk sesuatu yang berlainan (Johnson, 1990 : 46)

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Data yang hendak dikumpulkan dalam penelitian ini adalah mengenai hal-hal yang mendorong perempuan batak toba bekerja sebagai pengasuh anak, serta mengenai ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba di dalam masyarakat. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus (case studies) dengan pendekatan kualitatif. Arikunto (2005 : 238) menjelaskan bahwa penelitian studi kasus (case studies) adalah penelitian dimana peneliti mencoba untuk mengamati individu atau sebuah unit secara mendalam. Peneliti mencoba menemukan semua variabel penting yang melatarbelakangi timbulnya serta perkembangan variabel tersebut. Penelitian ini menekankan pada mengapa individu bertindak demikian, apa wujud tindakannya, serta bagaimana individu bertindak bereaksi terhadap lingkungannya.

(44)

3.2 Lokasi Penelitian

Pada dasarnya hampir diseluruh wilayah yang terdapat pada suatu kota ataupun kabupaten terdapat keluarga yang menggunakan jasa perempuan batak toba pekerja pengasuh anak. Namun agar penelitian ini memiliki fokus wilayah penelitian, maka peneliti menetapkan Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan sebagai lokasi penelitian mengenai ekspresi peran perempuan pekerja pengasuh anak etnis batak toba di dalam masyarakat. Adapun yang menjadi alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena di daerah tersebut terdapat sejumlah keluarga yang menggunakan jasa perempuan pekerja pengasuh anak untuk mengasuh anak mereka, sehingga mudah bagi peneliti untuk menemukan perempuan pengasuh anak etnis batak toba yang akan dijadikan sebagai narasumber untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan peneliti.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan yang diteliti. Dalam penelitian biasanya yang menjadi unit analisisnya bisa berupa individu, kelompok yang kemudian disebut sebagai informan atau responden (Hamidi, 2010 : 59). Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisisnya yaitu masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan, Sumatera Utara.

3.3.2 Informan

(45)

memahami permasalah penelitian tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah:

1. Perempuan batak toba pekerja pengasuh anak yang tidak berasal dari yayasan penyalur pengasuh anak (baby sitter) melainkan yang berasal dari kampung, yang sudah bekerja sebagai pengasuh anak selama dua tahun atau lebih dan saat ini tengah bekerja sebagai pengasuh anak di daerah Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan, Sumatera Utara .

2. Majikan yang berasal dari suku batak toba yang mempekerjakan perempuan batak toba sebagai pengasuh anak di daerah Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan, Sumatera Utara.

3. Warga yang bertempat tinggal di daerah Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan, Sumatera Utara yang mengerti dan memahami nilai-nilai budaya masyarakat batak toba.

Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh peneliti. Di dalam pemilihan informan dalam penelitian ini digunakan metode

snowbolling. Adapun informan yang menjadi subjek penelitian adalah perempuan

pengasuh anak etnis batak toba yang bekerja di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan. Dari para perempuan pengasuh anak ini peneliti akan menggali informasi mengenai ekspresi peran perempuan pengasuh anak etnis batak toba di dalam masyarakat

(46)

informan yang merupakan majikan yang mempekerjakan perempuan pengasuh anak etnis batak toba telah ditemukan sebanyak tiga orang yaitu M.S, A.S, dan A.T. Serta untuk informan yang merupakan warga di Kelurahan Sei Agul yang memahami mengenai budaya batak toba telah ditemukan sebanyak dua orang yaitu H. L dan D. S.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada dasarnya dilakukan guna memperoleh informasi mengenai permasalahan penelitian. Dalam penelitan deskiptif kualitatif, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua bagian yaitu :

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian dalam pengumpulan data pada empat orang perempuan pengasuh anak etnis batak toba, tiga orang majikan dari perempuan pengasuh anak etnis batak toba, serta dua orang warga yang terdapat di Kelurahan Sei Agul. Adapun cara untuk mendapatkan data primer, dilakukan dengan :

(47)

dari observasi ini juga berupa kondisi geografis dari lokasi penelitian.

b. Wawancara mendalam (in-depth interview)

Wawancara mendalam merupakan sebuah proses tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti terhadap informan penelitian. Wawancara tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan secara spesifik dengan panduan interview guide atau tanpa interview

guide kepada perempuan pengasuh anak etnis batak toba, majikan

perempuan pengasuh anak, serta warga di kelurahan Sei Agul yang merupakan informan dalam penelitian ini.

2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini didapat dari studi kepustakaan, dimana peneliti mencari data dari buku-buku, jurnal ilmiah, artikel, surat kabar, tabloid, internet, maupun sumber-sumber data lainnya yang relevan dengan permasalahan penelitian.

3.5 Interpretasi Data

(48)

kategori, dan fokus tertentu yang sesuai dimana hal tersebut termasuk dalam pekerjaan analisis yang disebut “reduksi data” kemudian hasil reduksi tersebut di

display. Sehingga akhirnya peneliti dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan

tertentu dari hasil pemahaman dan pengertiannya. 3.6 Jadwal Pelaksanaan

[image:48.595.107.540.311.569.2]

Jadwal penelitian skripsi mengenai ekspresi peran perempuan pekerja anak di dalam masyarakat dilakukan sejak Juli 2013. Secara terperinci mengenai kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan ke - 1. Pra Observasi 

2. Acc Judul 

3. Penyusunan proposal penelitian

   

4. Seminar proposal penelitian

5. Revisi proposal penelitian

6. Penelitian Lapangan   

7. Pengumpulan data dan Interpretasi Data

   

8. Bimbingan skripsi      

9. Penulisan Laporan Skripsi

     

10. Sidang Meja Hijau 

3.7 Keterbatasan Penelitian

(49)

menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar pengambilan keputusan diharapkan memperhatikan keterbatasan peneliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Ruang waktu dalam penelitian ini hanya sekitar tiga bulan untuk pencarian data di lapangan dengan observasi lapangan dan wawancara dengan para informan. Penelitian ini sebaiknya dilakukan dalam waktu yang relatif lebih lama supaya data-data lapangan dapat terkumpul lebih mendalam lagi.

2. Dalam melakukan wawancara, peneliti kesulitan untuk mencari informan karena majikan yang menggunakan pengasuh anak baru berada di rumah pada sore atau malam hari. Para majikan dari pengasuh anak ini bekerja mulai pukul 08.00 WIB dan kembali pukul 18.00 WIB sehingga peneliti hanya dapat menjumpai informan pada malam hari. Hal tersebut juga setelah peneliti membuat janji dengan informan. Kelurahan Sei Agul yang relatif luas dengan keterbatasan waktu peneliti membuat peneliti hanya mengambil informan yakni empat orang pengasuh anak, tiga orang majikan, serta dua orang masyarakat lokal yang memahami budaya batak toba.

(50)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis Desa / Kelurahan A. Batas Wilayah Desa / Kelurahan

Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan terletak pada 25 meter di atas permukaan laut (mdpl). Keadaan iklim di kelurahan Sei Agul yaitu curah hujan berkisar pada 30 mm dan suhu berkisar pada 24-32ºC. Kelurahan Sei Agul memiliki jarak empat kilometer ke ibukota kecamatan, tiga kilometer ke ibukota kabupaten, dan memiliki jarak 5 kilometer ke ibukota provinsi.

Adapun susunan pemerintahan Kelurahan Sei Agul pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Lurah : Erfin Muharmansah, S.Sos

Sekretaris : Salwa

Kepala urusan pemerintahan : Wahyuti Kepala urusan Pembangunan : Roslan Kepala urusan Trantib : Asnawati

(51)

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Karang Berombak, Kecamatan Medan Barat

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sei Putih Timur, Kelurahan Sei Putih Barat, dan Kelurahan Sei putih Tengah, Kecamatan Medan Petisah

c. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Silalas/Glugur Kota, Kecamatan Medan Barat

d. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia

B. Luas Wilayah Desa / Kelurahan Menurut Penggunaanya

Adapun penyebaran luas wilayah Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan menurut penggunaannya adalah wilayah pemukiman seluas 107 ha/m², pemakaman umum 0,3 ha/m², perkantoran, sarana pendidikan, sarana peribadatan, dan lain sebagainya.

4.1.2 Sarana dan Prasarana Desa / Kelurahan a. Sarana Kesehatan

(52)
[image:52.595.148.479.87.266.2]

Tabel 4.1 Sarana Kesehatan Kelurahan Sei Agul

No Uraian Jumlah

1 Puskesmas Pembantu 1 unit

2 Poliklinik 5 unit

3 Posyandu 15 unit

4 Apotek 6 unit

5 Toko Obat 2 unit

6 Balai Pengobatan Masyarakat Yayasan Swasta 1 unit

7 Praktek Dokter 4 unit

8 Rumah Bersalin 2 unit

9 Rumah Sakit Mata Swasta 1 unit

Jumlah 37 unit

Sumber : Profil Kelurahan Sei Agul 2012 b. Sarana Pendidikan

Kelurahan Sei Agul memiliki 17 unit sarana pendidikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat Kelurahan Sei Agul yaitu sarana pendidikan formal. Sarana pendidikan formal yang tersedia di kelurahan ini sebanyak lima sekolah yaitu terdiri dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) serta juga terdapat Universitas/Perguruan Tinggi dan juga terdapat sebuah perpustakaan. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2 Sarana Pendidikan Formal Kelurahan Sei Agul

No Uraian Jumlah

1 TK 6 unit

2 SD 5 unit

3 SMP 2 unit

4 SMA 1 unit

5 Perguruan Tinggi Swasta 2 unit 6 Perpustakaan Kelurahan 1 unit Sumber : Profil Kelurahan Sei Agul 2012 c. Sarana Peribadatan

[image:52.595.151.431.505.635.2]
(53)
[image:53.595.133.465.147.301.2]

mesjid, gereja Katholik, gereja Kristen Protestan, mushola, wihara, pura, dan klenteng. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.3 Sarana Peribadatan Kelurahan Sei Agul No Jenis Sarana Ibadah Jumlah

1 Mesjid 11 unit

2 Gereja Katholik 1 unit 3 Gereja Protestan 6 unit

4 Mushola 3 unit

5 Wihara 2 unit

6 Pura 2 unit

7 Klenteng 2 unit

Jumlah 27 unit

Sumber : Profil Kelurahan Sei Agul 2012 d. Sarana Transportasi dan Komunikasi

Kelurahan Sei Agul berada pada wilayah dataran sehingga hanya memiliki sarana perhubungan atau transportasi yaitu sarana transportasi darat. Jenis prasarana perhubungan darat yang ada di Kelurahan ini terdiri dari jalan aspal, jalan bebatuan, jalan tanah, rel kereta api dan jembatan. Sarana transportasi darat yang ada di kelurahan ini terdiri dari kendaraan roda empat, kendaraan roda dua, kendaraan umum roda empat (bus/angkutan kota, taksi) dan becak.

Kemudahan komunikasi di Kelurahan Sei Agul didukung dengan sarana warung telekomunikasi umum, warung internet dan dukungan beberapa jaringan telepon seluler. Jaringan telepon seluler yang memiliki sinyal baik di Kelurahan Sei Agul adalah telkomsel, indosat, esia, tri, xl dan lainnya.

e. Sarana Rekreasi Atau Hiburan

(54)

Agul yaitu tempat karoke sebanyak dua unit, restoran satu unit, dan rumah makan dua puluh tiga unit.

f. Sarana Olahraga

Masyarakat di Kelurahan Sei Agul aktif dalam kegiatan olah raga. Kegiatan olahraga yang dilakukan masyarakat tersebut seperti olah raga sepak bola, bulu tangkis, dan lari pagi/sore. Akan tetapi sarana untuk melakukan aktivitas olahraga tersebut belum memadai sehingga untuk olahraga sepak bola masih menggunakan lapangan sekolah dasar, dan untuk bermain bulu tangkis dilakukan di pekarangan rumah.

4.1.3 Penduduk

[image:54.595.117.507.531.605.2]

Jumlah penduduk di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan berjumlah 30.164 jiwa, yang terdiri dari laki-laki berjumlah 14.968 jiwa dan perempuan berjumlah 15.196 jiwa. Jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 4.167 KK. Penduduk di kelurahan ini terdiri dari warga Negara Indonesia atau penduduk pribumi dan non pribumi. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4 Kepadatan Penduduk Kelurahan Sei Agul

No Keterangan Jumlah

1 Laki-laki 14.968 jiwa

2 Perempuan 15.196 jiwa

Jumlah seluruhnya 30.164 jiwa

Sumber : Profil Kelurahan Sei Agul 2012 4.1.4 Mata Pencaharian

(55)
[image:55.595.128.504.92.416.2]

Tabel 4.5 Struktur Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Sei Agul No Mata Pencaharian Laki-laki Perempuan

1 PNS 192 105

2 Pedagang Keliling 3 5

3 Montir 45 0

4 Dokter Swasta 5 2

5 Bidan Swasta 0 7

6 Perawat Swasta 2 11

7 Pembantu Rumah Tangga 0 91

8 TNI 12 0

9 POLRI 24 4

10 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 188 18

11 Pengusaha Kecil dan Menengah 73 22

12 Pengacara 5 2

13 Notaris 4 4

14 Dosen Swasta 31 16

15 Karyawan Swasta 873 470

16 Tukang Batu 1439 0

17 Tukang Kayu 594 0

18 Wiraswasta 1.412 0

19 Karyawan Perusahaan Pemerintah 307 0

20 Lain-lain 1.213 0

Sumber : Profil Kelurahan Sei Agul 2012 4.1.5 Kondisi Sosial Budaya

[image:55.595.127.506.601.746.2]

Masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sei Agul terdiri dari berbagai etnis dan suku bangsa. Pada kelurahan ini terdapat etnis Batak Toba, Melayu, Sunda, Jawa, Cina, India, dan lain sebagainya. Mayoritas suku atau etnis yang terdapat di Kelurahan Sei Agul yaitu Mandailing. Adapun komposisi penduduk berdasarkan etnis dan suku bangsa yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis dan Suku Bangsa No Etnis / Suku Bangsa Laki-laki Perempuan

1 Aceh 86 86

2 Batak Toba 4.227 4.235

3 Nias 34 58

4 Melayu 175 205

5 Minang 190 205

6 Betawi 2 5

7 Sunda 38 43

(56)

9 Madura 1 3

10 Bali 5 7

11 Banjar 12 14

12 Bugis 1 0

13 Makasar 9 10

14 Ambon 7 2

15 Minahasa 15 18

16 Papua 1 2

17 Asia / India 68 152

18 China 882 953

19 Mandailing 8.278 8.321

20 Karo 50 60

21 Simalungun 40 48

22 Pakistan 8 11

23 Arab 2 3

Jumlah 14.968 15.196

Sumber : Profil Kelurahan Sei Agul 2012 4.1.6 Komposisi Penduduk Menurut Agama

Masyarakat di Kelurahan Sei Agul merupakan masyarakat yang heterogen, dimana masyarakat yang terdapat dari terdiri dari berbagai suku dan agama. Adapun komposisi penduduk menurut agama di Kelurahan Sei Agul yaitu :

Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Menurut Agama Kelurahan Sei Agul

No Agama Laki-laki Perempuan

1 Islam 7.273 jiwa 7.296 jiwa

2 Protestan 5.075 jiwa 5.363 jiwa 3 Katholik 572 jiwa 553 jiwa

4 Hindu 168 jiwa 152 jiwa

5 Budha 1.870 jiwa 1.785 jiwa

6 Khonghucu 60 jiwa 47 jiwa

Jumlah 14.968 jiwa 15.196 jiwa Sumber: Profil Kelurahan Sei Agul 2012

(57)

4.1.7 Pendidikan

Pendidikan di Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan tergolong baik dilihat dari banyaknya jumlah penduduk yang telah memenuhi wajib belajar sembilan tahun. Dari total penduduk di kelurahan ini, jumlah penduduk yang berpendidikan berjumlah 21.667 jiwa dan sebanyak 21.271 jiwa telah menamatkan pendidikan wajib belajar sembilan tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah penduduk yang mendapatkan pendidikan terakahir Sekolah Dasar/Sederajat sebanyak 396 jiwa.

[image:57.595.112.517.480.654.2]

Jumlah penduduk yang mendapatkan pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama/sederajat sebanyak 688 jiwa. Jumlah penduduk yang memiliki pendidikan Sekolah Menengah Atas sebanyak 1.6190 jiwa. Sedangkan penduduk yang memiliki pendidikan Diploma sebanyak 2.681 jiwa dan tamat pendidikan setara strata satu sebanyak 1.434 jiwa, strata dua yaitu 180 jiwa, serta S-3 yaitu sebabyak 98 orang. Secara lebih terperinci dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.8 Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan Sei Agul

No Uraian Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Buta aksara - - -

2 Tamat pendidikan umum

1. SD 193 203 396

2. SMP 343 345 688

3. SMA 7.579 8.611 1.6190

4. Akademi ( Diploma ) 1.574 1.107 2.681

5. Universitas ( SI ) 931 503 1.434

6. S 2 169 11 180

7. S 3 96 2 98

Jumlah Keseluruhan 10.885 10.782 21.667

(58)

4.1.8 Gambaran Perempuan Dalam Masyarakat Batak Toba 4.1.8.1 Sebutan Masayarakat Batak Toba Untuk Perempuan

Masyarakat batak toba, mengenal sebuah filosofi yang ditujukan kepada perempuan yang dikenal dengan istilah “boru ni raja”. Dimana filosofi tersebut merupakan sebutan untuk semua perempuan keturunan dari suku batak toba tanpa memandang adanya perbedaan status ekonomi. Setiap perempuan batak toba disebut sebagai “boru ni raja” dalam masyarakat batak toba baik miskin maupun kaya. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh H. L (lk,52 tahun) berikut ini :

“Semua perempuan batak toba itu disebut sebagai boru ni raja meskipun ia kaya atau miskin”

Serta sama halnya dengan yang diutarakan oleh A.S (pr, 32 tahun) berikut ini : “Semua perempuan batak toba itu sudah menjadi boru ni raja sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan. Karena itu sudah kebiasaan orang batak toba”

Perempuan dalam adat batak toba memiliki posisi sebagai “boru ni raja” atau putri raja. “Boru ni raja” memiliki arti sebagai anak seorang raja atau keturunan raja. Defenisi “boru ni raja” dalam adat/tradisi masyarakat batak yaitu dimana perempuan dari keturunan masyarakat batak toba adalah keturunan para raja. Istilah “boru ni raja” sampai saat ini masih disematkan kepada setiap perempuan batak toba ntuk menghargai dan mengikuti tradisi masyarakat batak toba terdahulu, sehingga sampai saat ini putri keturunan batak toba disebut sebagai “boru ni raja”. Hal tersebut sebagaimana yang diutarakan oleh D. S (lk, 62 tahun) berikut ini:

(59)

Konsep “boru ni raja” tersebut mengajarkan kepada setiap perempuan batak toba agar berperilaku dan bersikap seperti seorang putri raja. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh N.S (pr, 20 tahun) berikut ini :

“boru ni raja itu ngajarin perempuan batak toba supaya kelakuannya kayak boru (putri) atau anak dari raja.”

Jadi, perempuan dalam masyarakat batak toba disebut sebagai “boru ni raja” sejak perempuan tersebut lahir. Dimana “boru ni raja” tersebut memiliki arti putri raja atau keturunan raja. “Boru ni raja” dalam masyarakat batak toba bertujuan untuk mengajarkan setiap perempuan batak toba agar berperilaku seperti putri raja

4.1.8.2 Keterlibatan Perempuan Batak Toba Dalam Aktivitas Masyarakat 4.1.8.2.1 Keterlibatan Perempuan Batak Toba Dalam Adat

Perempuan batak toba sebagai bagian dari masyarakat batak toba juga memiliki peran serta dalam aktivitas masyarakat. Dalam masyarakat batak toba, perempuan batak toba atau boru memiliki peran yang penting dalam acara adat baik itu acara pesta maupun kemalangan. Dimana tanpa boru mengadakan pesta adalah hal yang tidak mungkin. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh H.L (lk, 52 tahun) berikut ini :

dalam acara adat maupun ada kemalangan boru ni raja itu

selalu ada dan tampil yang biasanya disebut dengan

parhobas (pihak yang membantu dalam persiapan acara

untuk kemalangan atau pesta)

(60)

dihormati. Bentuk penghormatan yang diterima batak toba tersebut adalah dengan memperoleh “jambar” dalam acara adat. Dimana “jambar” tersebut berupa ulos (selendang khas masyarakat batak toba), uang, ataupun daging. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh A.S (pr, 32 tahun) berikut ini:

“Boru ni raja itu selalu diagungkan dalam masyarakat batak

toba itu sendiri. Maksud dari boru ni raja selalu di agungkan

dalam masyarakat batak toba itu karena dia keturunan raja, selalu di hormati dan di agungkan dia sebagai seorang boru ni raja. Hal ini bisa kita lihat dalam acara adat misalnya, boru ni raja itu selalu mendapatkan jambar baik itu ulos, uang, dan daging.”

4.1.8.4 Keterlibatan Perempuan Batak Toba Dalam Pembagian Warisan Dalam masyarakat batak toba, hak perempuan batak toba dalam pembagian warisan berbeda dengan hak laki-laki. Hal ini sebagaimana yang diungkapakan oleh H.L (lk, 52 tahun) berikut ini :

“dalam pembagian harta warisan, laki-laki itu lebih berhak dalam pembagian harta warisan dibandingkan dengan perempuan”

Dalam pembagian warisan, pada masyarakat batak toba perempuan batak toba memiliki hak yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan batak toba hanya memperoleh sedikit bagian dalam pembagian harta warisan jika dibandingkan dengan laki-laki. Seperti halnya yang dikemukakan oleh D.S diatas yaitu laki-laki lebih berhak atas harta warisan daripada perempuan. Namun, walaupun hak perempuan dalam masyarakat batak toba berada di bawah laki-laki dalam pembagian harta warisan, perempuan batak toba harus tetap dihargai oleh keluarganya maupun keluarga suaminya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh D.S (lk, 62 tahun) berikut ini :

(61)

Walapun perempuan batak toba memiliki hak yang sedikit jika dibandingak dengan laki-laki dalam pembagian harta warisan, perempuan batak toba juga berhak atas harta warisan dari keluarganya.

4.1.8.4 Keterlibatan Perempuan Batak Toba Dalam Kegiatan Ekonomi

Perempuan batak toba adalah perempuan yang dikenal pekerja keras dan tangguh. Dalam penelitian ini perempuan batak toba yang menjadi informan dalam penelitian ini juga turut terlibat dalam kegiatan ekonomi. Perempuan batak toba dalam penelitian ini memiliki pekerjaan yang dilakoni mereka setiap harinya dari pagi hingga sore.. Sebagaimana yang dikemukakan oleh M.S (pr, 40 tahun) berikut ini :

“ bou itu harus jualan dari pagi sampai sore”

Serta sebagaimana yang dikemukakan oleh A.T (

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Tabel 4.1 Sarana Kesehatan Kelurahan Sei Agul
Tabel 4.3 Sarana Peribadatan Kelurahan Sei Agul
Tabel 4.4 Kepadatan Penduduk Kelurahan Sei Agul
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam suku Batak Toba,kemandirian perempuan untuk menjadi orang tua tunggal masih terhalang oleh budaya.Pengaruh budaya Batak yang menempatkan seorang perempuan di posisi

Herlina Mariaty P : Perkembangan Hak Waris Anak Perempuan Dan Janda Pada Masyarakat Batak…, 2003 USU Repository © 2008... Herlina Mariaty P : Perkembangan Hak Waris Anak Perempuan

(4) Untuk mengetahui bagaimana peran perempuan Batak Toba sebagai rentenir dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Kelurahan Parapat Kabupaten Simalungun.. Penelitian ini

Strategi bertahan hidup etnis Batak Toba di permukiman kumuh Desa Kenangan Lama adalah dengan melibatkan ibu rumah tangga untuk bekerja di sektor informal

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan makna anak perempuan pada ayah Batak Toba yang tidak memiliki anak laki-laki dengan menggunakan metode fenomenologi dan melibatkan

Penelitian ini berjudul EKSPRESI NILAI BUDAYA DALAM LIRIK LAGU-LAGU POPULER BATAK TOBA DENGAN PENEKANAN PADA HUBUNGAN ANAK DENGAN ORANGTUA.. Anak dalam masyarakat Batak Toba

waris anak perempuan dalam budaya adat Batak Toba lebih rendah dari hak waris anak laki-laki.. dalam budaya adat

Perempuan Batak rela melakukan apapun demi suami dan anak–anaknya, apabila suami tidak memiliki pekerjaan maka yang banting tulang di sawah adalah isteri dan bahkan rela untuk bekerja