• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Faktor Risiko yang Menyebabkan Terjadinya Miopia pada Siswa SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Faktor Risiko yang Menyebabkan Terjadinya Miopia pada Siswa SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

Latar belakang : Diperkirakan bahwa 2,3 miliar orang di seluruh dunia mengalami kelainan refraksi. Sebagian besar memiliki kelainan refraksi yang dapat dikoreksi dengan kacamata, tetapi hanya 1,8 miliar orang yang melakukan pemeriksaan dan koreksi yang terjangkau.

Tujuan : Mengetahui gambaran faktor risiko yang menyebabkan terjadinya miopia pada siswa/siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013. Metode: Penelitian deskriptif bersifat cross-sectional studydengan menggunakan

total sampling yang memiliki kriteria inklusi yaitu memakai kacamata atau lensa kontak untuk koreksi miopia.

Hasil: Berdasarkan riwayat keluarga (73.5%), jenis kelamin perempuan (57.8%), usia 16 tahun (37.3%), riwayat konsumsi sayur hanya 1 porsi ata u kurang (72.3%), adanya riwayat pelajaran tambahan (59%), lamanya waktu belajar dirumah yaitu kurang dari 1 jam (48.2%), riwayat membaca buku yaitu 1 -2 jam (43.4%), riwayat bermain game kurang dari 1 jam (36.1%), riwayat konsumsi buah hanya 1 porsi atau k urang (45.8%).

Kesimpulan: Dari hasil penelitian, riwayat keluarga, jenis kelamin, usia, riwayat konsumsi sayur, adanya riwayat pelajaran tambahan, lamanya waktu belajar dirumah, riwayat membaca buku, riwayat bermain game, dan riwayat konsumsi buah dapat mempengaruhi risiko terjadinya miopia.

Kata kunci: faktor risiko, miopia, siswa SMA

(3)

ABSTRACT

Background: It is estimated that 2.3 billion people worldwide have refractive error. The vast majority of these could have their sight restored by spe ctacles, but only 1.8 billion people have access to eye examinations and affordable correction.

Objective : Know the description of risk factors that cause the occurence of myopia in SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan in 2013.

Methods : The research has bee n done at SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan using total sampling methods based on inclusive criterias.

Results: Based on family history (73.5%), female gender (57.8%), age 16 years old (37.3%),history of vegetables consumption only 1 portion or less (72.3%) , extra curricular (59%), home study less than 1 hour (48.2%), extra reading 1 -2 hours (43.4%), game activities less than 1 hour (36.1%), fruits intake only 1 portion or less (45.8%).

Conclusion : Based on research, family history, female gender, age 16 y ears old, history of vegetables consumption only 1 portion or less, extra curricular, home study less than 1 hour, extra reading 1 -2 hours, game activities less than 1 hour, fruits intake only 1 portion or less have influenced of risk having myopia.

Keywords: risk factor. myopia, high schoolstudents

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukursaya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia -Nya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, yang berjudul “Gambaran Faktor Risiko yang Menyebabkan Terjadinya Miopia pada Siswa SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dengan ini, saya mengucapkan penghargaan dan rasa hormat kepada bapak saya, dr. Zulkifli Hutagalung dan ibu saya, Nurmaini Yetti Lubis yang telah memberikan dukungan baik secara moral, materil, do’a, dan kasih sayang untuk

terus semangat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, serta abang dan kakak kandung saya, yaitu: Evi Marini Hutagalung, S.E., Melvy Nauli Hutagalung, S.E., Arnold Saputra Hutagalung, S.H., Anggi Maharani, Arnella Hutagalung, Bagas dan Angga. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, sa ya banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi -tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD -KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utar a.

2. Ibu Dr. dr. Masitha Dewi Sari, M.Ked (Oph), Sp.M, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada saya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Juga kepada dr. Alya Amila Fitrie, M.Kes., dan dr. Nelly Rosdiana, Sp.A(K)., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

3. Bapak Rudi Sumarto, S.Si., selaku Kepala SMA Shafiyyatul Amaliyah Medan, yang telah memberikan izin dan banyak bantuan kepada saya dalam melakukan proses pengumpulan data di lokasi penelitian.

(5)

4. Seluruh staf SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang telah membantu administrasi perizinan untuk melakukan penelitian.

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh siswa/i SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan, atas bantuannya dan partisipasinya dalam proses pengumpulan data penelitian ini.

7. Teman-teman picauly 18 yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama pembuatan karya tulis ilmiah ini, Nor Shareena Baharudin, S.Ked., Priskatindea, S.Kg., Fanisha Prama Cindy, S.Ked.,Mia Yulianti, Monika Ayuningrum, Dwi Meutia Indriati, Suciyanti, dan Lathiefa.

8. Seluruh teman Stambuk 2010, terutama kepada Dian Maulisa Fitriani, Indah Khairani Nasution, Lucyana Carolina Sembiring, Meutia Ayudila, dan Ria Amelia.

Untuk seluruh bantuan baik secara moral maupun materil yang diberikan kepada saya selama ini, saya ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan pahala yang sebesar -besarnya.

Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saya mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Desember 2013 Penulis

Arnelli Hutagalung 100100169

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN AN... ... i

ABSTRAK... ... ... ... ii

ABSTRACT ... ... ... iii

KATA PENGANTAR ... ... ... iv

DAFTAR ISI ... ... ... vi

DAFTAR TABEL ... ... ... ix

DAFTAR GAMBAR... ... ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... ... ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... ... ... 1

1.1. Latar Belakang ... ... ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... ... ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... ... ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... ... ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... ... .. 5

2.1. Miopia ... ... ... 5

2.1.1. Definsi ... ... ... 5

2.1.2. Epidemiologi ... ... ... 6

2.1.3. Etiologi dan Patogenesis ... ... 7

2.1.3.1. Etiologi ... ... 7

2.1.3.2. Patogenesis ... ... 9

2.1.4. Klasifikasi ... ... ... 10

2.1.5. Faktor Risiko... ... ... 12

2.1.5.1. Faktor Herediter atau Keturunan ... 12

2.1.5.2. Faktor Lingkungan... ... 13

(7)

2.1.6. Gejala dan Tanda ... ... 14

2.1.6.1. Gejala Klinis ... ... 14

2.1.6.2. Tanda-tanda... ... 14

2.1.7. Diagnosis dan Pemeriksaan ... ... 17

2.1.7.1. Diagnosis ... ... 17

2.1.7.2. Pemeriksaan Kelainan Refraksi ... 18

2.1.8. Penatalaksanaan ... ... 20

2.1.9. Prognosis dan Komplikasi ... ... 21

2.1.9.1. Prognosis ... ... 21

2.1.9.2. Komplikasi ... ... 22

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 24

3.1. Kerangka Konsep ... ... ... 24

3.2. Definisi Operasional ... ... ... 24

BAB 4 METODE PENELITIAN ... ... 26

4.1. Jenis Penelitian ... ... ... 26

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... ... 26

4.3. Populasi dan Sampel ... ... ... 26

4.3.1.Populasi Penelitian ... ... 26

4.3.2.Sampel Penelitian ... ... 27

4.3.2.1. Kriteria Inklusi ... ... 27

4.3.2.2. Kriteria Ekslusi ... ... 27

4.4. Metode Pengumpulan Data ... ... 27

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... ... 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

5.1. Hasil Penelitian... ... ... 28

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... ... 28

(8)

5.1.2. Karakteristik Individu ... ... 28

5.1.2.1. Riwayat Keluarga ... ... 28

5.1.2.2. Jenis Kelamin ... ... 29

5.1.2.3. Usia ... ... .... 29

5.1.2.4. Riwayat Konsumsi Sayur ... .... 30

5.1.2.5. Riwayat Pelajaran Tambahan ... 30

5.1.2.6. Lama Waktu Belajar di Rumah ... 31

5.1.2.7. Riwayat BermainGame... ... 31

5.1.2.8. Riwayat Konsumsi Buah ... ... 32

5.2. Pembahasan ... ... ... 32

5.2.1. Proporsi Faktor-faktor Risiko ... ... 32

5.2.2. Faktor Risiko Yang Paling Sering Dijumpai ... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 36

6.1. Kesimpulan ... ... ... 36

6.2. Saran ... ... ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... ... ... 38 LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Jenis-jenis Miopia dan Etiologinya... 8

Tabel 2.2.Sistem Klasifikasi Miopia ... ... 11

Tabel 5.1. Distribusi Kasus Berdasarkan Riwayat Keluarga ... 28

Tabel 5.2. Distribusi Kasus Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29

Tabel 5.3. Distribusi Kasus Berdasarkan Usia... ... 29

Tabel 5.4. Distribusi Kasus Berdasarkan Riwayat Konsumsi Sayur ... 30

Tabel 5.5. Distribusi Kasus Berdasarkan Riwayat Pelajaran Tambahan... 30

Tabel 5.6. Distribusi Kasus Berdasarkan Waktu Belajar di Rumah ... 31

Tabel 5.7. Distribusi Kasus Berdasarkan Riwayat Bermain Game... .... 31

Tabel 5.8. Distribusi Kasus Berdasarkan Riwayat Konsumsi Buah... 32

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Penglihatan Normal dan Penglihatan Miopia... ... 6 Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 23

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan kepada Subjek Penelitian Lampiran 3 Lembar Persetujuan Subjek Penelitian Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Master Data Lampiran 6 Output SPSS

Lampiran 7 Lembar Izin Survei Penelitian Lampiran 8 Lembar Tanda Selesai Penelitian Lampiran 9 LembarEthical Clearance

Lampiran 10 Validasi

(12)

ABSTRAK

Latar belakang : Diperkirakan bahwa 2,3 miliar orang di seluruh dunia mengalami kelainan refraksi. Sebagian besar memiliki kelainan refraksi yang dapat dikoreksi dengan kacamata, tetapi hanya 1,8 miliar orang yang melakukan pemeriksaan dan koreksi yang terjangkau.

Tujuan : Mengetahui gambaran faktor risiko yang menyebabkan terjadinya miopia pada siswa/siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013. Metode: Penelitian deskriptif bersifat cross-sectional studydengan menggunakan

total sampling yang memiliki kriteria inklusi yaitu memakai kacamata atau lensa kontak untuk koreksi miopia.

Hasil: Berdasarkan riwayat keluarga (73.5%), jenis kelamin perempuan (57.8%), usia 16 tahun (37.3%), riwayat konsumsi sayur hanya 1 porsi ata u kurang (72.3%), adanya riwayat pelajaran tambahan (59%), lamanya waktu belajar dirumah yaitu kurang dari 1 jam (48.2%), riwayat membaca buku yaitu 1 -2 jam (43.4%), riwayat bermain game kurang dari 1 jam (36.1%), riwayat konsumsi buah hanya 1 porsi atau k urang (45.8%).

Kesimpulan: Dari hasil penelitian, riwayat keluarga, jenis kelamin, usia, riwayat konsumsi sayur, adanya riwayat pelajaran tambahan, lamanya waktu belajar dirumah, riwayat membaca buku, riwayat bermain game, dan riwayat konsumsi buah dapat mempengaruhi risiko terjadinya miopia.

(13)

ABSTRACT

Background: It is estimated that 2.3 billion people worldwide have refractive error. The vast majority of these could have their sight restored by spe ctacles, but only 1.8 billion people have access to eye examinations and affordable correction.

Objective : Know the description of risk factors that cause the occurence of myopia in SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan in 2013.

Methods : The research has bee n done at SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan using total sampling methods based on inclusive criterias.

Results: Based on family history (73.5%), female gender (57.8%), age 16 years old (37.3%),history of vegetables consumption only 1 portion or less (72.3%) , extra curricular (59%), home study less than 1 hour (48.2%), extra reading 1 -2 hours (43.4%), game activities less than 1 hour (36.1%), fruits intake only 1 portion or less (45.8%).

Conclusion : Based on research, family history, female gender, age 16 y ears old, history of vegetables consumption only 1 portion or less, extra curricular, home study less than 1 hour, extra reading 1 -2 hours, game activities less than 1 hour, fruits intake only 1 portion or less have influenced of risk having myopia.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Mata adalah organ penglihatan, disebut juga oculus. Mata merupakan salah satu dari panca indera yang sangat penting. Dengan mata, manusia dapat melihat, mengenal dan melakukan banyak hal. Dalam fungsinya sebagai organ penglihatan, mata dapat mengalami berbagai kelainan refraksi, salah satunya miopia (Ilyas dalam Theresia, 2011). Penyakit mata sampai saat ini merupakan masalah kesehatan di Indonesia, terutama yang menyebabkan kebutaan (Kadir, 1996). Miopia adalah suatu kelainan refraksi dari mata dimana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam ko ndisi berakomodasi. Saat ini miopia masih menjadi masalah utama dalam kehidupan masyarakat, tidak hanya karena miopia memiliki prevalensi yang tinggi, tetapi miopia juga dapat menyebabkan kebutaan dan gangguan penghilatan lainnya (American Optometric Association, 2006).

(15)

meningkat pada usia sekolah dan dewasa muda, dimana pada remaja diketahui memiliki prevalensi 20-25% sedangkan pada dewasa muda memiliki prevalensi 25-35%. Beberapa penelitian juga menyatakan bahwa wanita secara signifikan memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadiny a miopia dibandingkan pria(American Optometric Association, 2006).

Dari survei yang dilakukan terhadap 2.268 anak berusia 7 -13 tahun yang diperiksa dari 23 sekolah dasar (SD) di Yogyakarta, kejadian miopia (rabun jauh) pada anak usia sekolah dasar di Yogy akarta yaitu 8,29% dengan prevalensi di kota dan di desa masing -masing 9,49% dan 6,87%. Penelitian lain juga menunjukkan adanya peningkatan prevalensi miopia seiring bertambahnya usia. Prevalensi miopia pada anak -anak berusia 7-8 tahun adalah 17,93%, sedan gkan anak usia 14-15 tahun prevalensinya adalah 26,47%. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa usia anak sekolah merupakan kelompok risiko tinggi untuk kelainan refraksi terutama miopia(Tiharyo, Gunawan, dan Suhardjo, 2008).

Beberapa penelitian juga mengata kan bahwa miopia dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetic) dan kebiasaan menggunakan organ penglihatannya (lingkungan) yaitu aktivitas melihat dekat atau nearwork, seperti membaca dan bermain gameyang sedang terkenal dikalangan pelajar sehingga teknik m embaca (posisi membaca, jarak membaca, lama membaca dan pencahayaan) yang sehat diperlukan untuk mencegah terjadinya miopia sejak dini( Almita et al, 2012).

Genetik merupakan salah satu faktor penting yang dapat menyebabkan terjadinya miopia pada seseorang. Studi menunjukan bahwa 33 -60% anak yang mengalami miopia, orangtuanya juga mengalami miopia. Anak -anak yang salah satu orangtuanya mengalami miopia, 23 -40% juga mengalami miopia. Sedangkan banyak penelitian menemukan bahwa apabila kedua orangtuanya tidak mengalami miopia, hanya sekitar 6 -15% kemungkinan anaknya akan mengalami miopia(American Optometric Association, 2006).

(16)

sangat penting, seiring dengan koreksi menggunakan kacamata, guna menghindari keparahan lebih lanjut dan mencegah bagi mereka yang belum menderita miopia.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai gambaranfaktor risiko yang menyebabkan kejadian miopia di SMA Shafiyyatul Amaliyyah MedanTahun 2013.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian adalah : “Bagaimanakah gambaran faktor risiko yang menyebabkan kejadian miopia di SMAShafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013?”

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran faktor risiko yang menyebabkan terjadinya miopia pada siswa/siswi di SMA Shafiyyatul Amal iyyah Medan Tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1.Mengetahui gambaran faktor risiko yang menyebabkan terjadinya miopia pada siswa/siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 berdasarkan usia

1.3.2.2.Mengetahui gambaran faktor risiko yang menyebabkan terjadinya miopia pada siswa/siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 berdasarkan jenis kelamin

1.3.2.3.Mengetahui gambaran faktor risiko yang menyebabkan terjadinya miopia pada siswa/siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 berdasarkan riwayat orang tua

(17)

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : a. Menambah pemahaman peneliti mengenai faktor risiko yang

menyebabkan terjadinya miopia.

b. Sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko yang menyebabkan terjadinya miopia.

c. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa/siswi SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan tentang faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya miopia.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Miopia 2.1.1. Definisi

Menurut Dorland (2002), miopia adalah kesalahan refraksi dengan berkas sinar memasuki mata yang sejajar dengan sumbu optik dibawa ke fokus di depan retina, sebagai akibat bola mata yang terlalu panjang dari depan ke belakang (axial miopia) atau peningkatan kekuatan daya refraksi media mata (index miopia). Disebut juga nearsightedness, karena titik dekatnya kurang jauh dibandingkan pada emetropia, dengan amplitudo akomodasi yang sama.

Menurut Ilyas (2006), miopia atau penglihatan dekat adalah cacat mata yang disebabkan oleh diameter anteroposterior bola mata terlalu panjang sehingga bayang-bayang dari benda yang jaraknya jauh akan jatuh di depan retina. Pada miopia, orang tidak dapat melihat benda yang jauh, mereka hanya dapat melihat benda yang jaraknya dekat. Untuk cacat seperti ini orang tersebut dapat dibantu dengan lensa cekung (negatif).

Pada miopia, titik fokus sistem optik media penglihatan terletak di depan makula lutea. Hal ini disebabka n sistem optik (pembiasan) terlalu kuat, miopia refraktif atau bola mata yang terlalu panjang, miopia aksial atau sumbu (Ilyas, 2009).

(19)

Gambar 2.1.Penglihatan Normal dan Penglihatan Miopia

2.1.2. Epidemiologi

(20)

Dari survei yang dilakukan terhadap 2.268 anak berusia 7 -13 tahun yang diperiksa dari 23 sekolah dasar (SD) di Yo gyakarta, kejadian miopia (rabun jauh) pada anak usia sekolah dasar di Yogyakarta yaitu 8,29% dengan prevalensi di kota dan di desa masing -masing 9,49% dan 6,87%. Penelitian lain juga menunjukkan adanya peningkatan prevalensi miopia seiring bertambahnya us ia. Prevalensi miopia pada anak -anak berusia 7-8 tahun adalah 17,93%, sedangkan anak usia 14-15 tahun prevalensinya adalah 26,47%. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa usia anak sekolah merupakan kelompok risiko tinggi untuk kelainan refraksi terutama mio pia (Tiharyo, Gunawan, dan Suhardjo, 2008).

2.1.3. Etiologi dan Patogenesis 2.1.3.1. Etiologi

Menurut Ilyas (2006) miopia disebabkan karena terlalu kuat pembiasan sinar di dalam mata untuk panjangnya bola mata akibat :

1. Kornea terlalu cembung

2. Lensa mempunyai kecembungan yang kuat sehingga bayangan dibiaskan kuat

3. Bola mata terlalu panjang

Secara fisiologis sinar yang difokuskan pada retina terlalu kuat sehingga membentuk bayangan kabur atau tidak tegas pada makula lutea. Titik fokus sinar yang datang dari benda yang jauh terletak di depan retina. Titik jauh (pungtum remotum) terletak lebih dekat atau sinar datang tidak sejajar (Ilyas, 2006).

(21)

Tabel 2.1.Jenis-jenis Miopia dan Etiologinya

Jenis-jenis miopia Etiologi-etiologi

Miopia Sederhana Keturunan/warisan

Sering bekerja dengan jarak melihat yang dekat

Idiopatik

Miopia Nokturnal Akomodasi untuk fokus gelap yang signifikan

Pseudomiopia Kelainan akomodasi

Axoforia tahap tinggi Agen kolinergik agonis

Miopia Degeneratif Keturunan/warisan

Retinopati akibat prematuritas

Gangguan pada hantaran cahaya melalui media okular

Idiopatik

Miopia Didapat Katarak nuclear yang berhubungan

dengan usia

Terpapar sulfonamida dan agen farmaseutikal yang lain

Variasi yang signifikan pada kadar gula dalam darah

Faktor Keturunan

Penelitian ginekologis telah memberikan banyak bukti bahwa faktor keturunan merupakan faktor etiologi utama terjadinya miopia patologi. Cara transmisi dari miopia patologi adalah autosomalresesif, autosomal dominan, sex linked dan derajat miopia yang diturunkan.

Faktor Perkembangan

(22)

kongenital adalah hipertensi sistemik, toksemia dan penyakit retina. Faktor lain yang dianggap berhubungan dengan miopia adalah kelahiran prematur yakni berat badan lahir kurang dari 2.500 gr. Brain menyebutkan bahwa hal ini berkaitan dengan defek mesodermal yang berkaitan dengan prematuritas.

2.1.3.2. Patogenesis Menurut Duke Elder S

Berbagai teori dikemukakan mengenai terjadinya miopia degeneratif, tetapi ada dua teori pokok yang saling bertentangan, yaitu :

i. Teori Mekanik

Timbul pada abad ke-19, yang mengatakan bahwa terjadinya miopia tinggi disebabkan karena peregangan sklera. Peregangan ini dapat terjadi pada sklera yang normal ataupun yang sudah lemah.

Adanya konvergensi yang berlebihan, akomodasi yang terus -menerus dan kontraksi muskulus orbi kularis okuli akan mengakibatkan tekanan intra okuler meningkat yang selanjutnya menimbulkan peregangan sklera. Selain itu pada akomodasi dimana terjadi kontraksi muskulus siliaris akan menarik koroid, sehingga menyebabkan atropi. Konvergensi pada posisi b ola mata ke arah inferior pada waktu membaca menyebabkan pole posteriortertarik oleh nervus optikus.

Perlemahan sklera diduga juga menjadi penyebab membesarnya bola mata. Perlemahan ini dapat disebabkan beberapa faktor, yaitu :

 Kongesti sklera  Inflamasi sklera  Malnutrisi

 Endokrin  Keadaan umum

 Skleromalasia

(23)

ii. Teori Biologi

Teori ini timbul setelah pengamatan bahwa miop ia aksial adalahherediter, penipisan bola mata hanya di daerah pole posterior, degenerasi retina terjadi sekunder setelah atrofi koroid dan adanya perubahan -perubahan atrofi yang tidak sesuai dengan besarnya pemanjangan bola mata.

Vogt mengatakan bahwa fa ktor timbulnya miopia terdapat pada jaringan ektodermal yaitu retina, sedangkan jaringan mesodermal disekitarnya tetap normal. Retina tumbuh lebih menonjol dibanding dengan koroid dan sklera. Pertumbuhan retina yang abnormal ini diikuti dengan penipisan sk lera dan peregangan koroid. Koroid yang peka terhadap regangan akan menjadi atrofi. Seperti diketahui pertumbuhan sklera berhenti pada janin berusia 5 bulan sedangkan bagian posterior retina masih tumbuh terus sehingga bagian posterior sklera menjadi paling tipis.

Menurut David A. Goss

Faktor utama dari miopia ini adalah peningkatan panjang aksial bola mata, yang disebabkan oleh penurunan kuantitas dan perubahan karakteristik anatomi dari jaringan kolagen sklera. Sklera merupakan jaringan penyokong utama d ari segmen posterior. Dalam keadaan normal tersusun dari ikatan serabut kolagen yang padat. Ikatan-ikatan tersebut terdiri dari pita -pita lebar dan teranyam.

Nikolaev mengatakan bahwa pada miopia yang tinggi diameter serabut kolagen sklera mengalami penurunan. Curtin menyebutkan bahwa pada orang dengan derajat miopia tinggi akan mengalami penurunan kuantitas dan kualitas dari serabut kolagen sklera yang berupa sudut ikatan antara serabut kolagen sklera melebar dan anyamannya kurang terpola. Perubahan -perubahan ini dijumpai pada kutub posterior sehingga akan menyebabkan regangan dan penipisan pada sklera yang akhirnya menambah panjang aksial bola mata (Widodo dan Prillia, 2007).

2.1.4. Klasifikasi

Menurut Ilyas (2010) dikenal beberapa bentuk miopia seperti :

(24)

sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.

b. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.

Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam :

a. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1 -3 dioptri b. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3 -6 dioptri

c. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk :

a. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa

b. Miopia progresif, miopia yang bertamb ah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata

c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan miopia pernisiosa = miopia maligna = miopia degeneratif.

MenurutAmerican Optometric Association (2006), miopia terbagi dalam : Tabel 2.2. Sistem klasifikasi Miopia

Klasifikasi Tipe Jenis-jenis Miopia

Klinikal Entity Miopia Sederhana

Miopia nokturnal Pseudomiopia Miopia Degeneratif Miopia Didapat

Derajat Miopia ringan (<3.00 D)

Miopia sedang (3.00 D-6.00 D) Miopia berat (>6.00 D)

(25)

Miopia pada anak-anak (<20 tahun) Miopia pada dewasa muda (20 -40 tahun)

Miopia pada dewasa tua (>40 tahun)

2.1.5. Faktor Risiko

Terdapat dua pendapat yang menerangkan faktor risiko terjadinya miopia, yaitu berhubungan dengan faktor herediter atau keturunan, faktor lingkungan, dan gizi (Ilyas, 2006).

2.1.5.1. Faktor Herediter atau Keturunan

Faktor risiko terpenting pada pengembangan miopia sederhana adalah riwayat keluarga miopia. Beberapa penelitian menunjukan 33 -60% prevalensi miopia pada anakanak yang kedua orang tuanya memiliki miopia, sedangkan pada anak anak yang salah satu orang tuanya memiliki miopia, prevalensinya adalah 23 -40%. Kebanyakan penelitian menemukan bahwa ketika orang tua tidak memiliki miopia, hanya 6-15% anak-anak yang memiliki miopia (White, 2005). Penelitian yang dilakukan Gwiazda dan kawan -kawan melaporkan anak yang mempunyai orang tua miopia cenderung mempun yai panjang aksial bola mata lebih panjang di banding anak dengan orang tua tanpa miopia. Sehingga anak dengan orang tua yang menderita miopia cenderung menjadi miopia dikemudian hari (Jurnal Oftalmologi Indonesia, 2008). Indeks heritabilitas yang tinggi d itemukan dalam studi terhadap anak kembar yaitu dari 75% sampai 94%. Studi dengan jumlah sampel yang besar pada kembar yang monozigot dan dizigot indeks heritabilitasnya diestimasikan sekitar 77% (Myrowitz, 2012).

(26)

dampak dari tingginya miopia akibat keturunan dan hubungannya dengan tingkat keparahan serta awal mula timbulnya miopia (White, 2005).

2.1.5.2. Faktor Lingkungan

Tingginya angka kejadian miopia pada beberapa pekerjaan telah banyak dibuktikan sebagai akibat dari pengaruh lingkungan terhadap terjadinya miopia. Hal ini telah ditemukan, misalnya terdapat tingginya angka kejadian serta angka perkembangan miopia pada sekelompok orang yang menghabiskan banyak waktu untuk bekerja terutama pada pekerjaan dengan jarak pandang yang dekat secara

intensive. Beberapa pekerjaan telah dibuktikan dapat mempengaruhi terjadinya miopia termasuk diantaranya peneliti, pembuat karpet, penjahit, mekani k, pengacara, guru, manager, dan pekerjaan-pekerjaan lain (White, 2005).

Selain itu, faktor yang diketahui dapat mempengaruhi miopia adalah pendidikan. Beberapa penelitian secara konsisten menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara tingkat pendid ikan dan kejadian miopia. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi risiko untuk terjadinya miopia. Goldschmidt melaporkan bahwa angka kejadian miopia pada mahasiswa di Hong Kong dan Taiwan lebih dari 90% dengan derajat miopia rata -rata 4-5 D (White, 2005).

Identifikasi hubungan antara miopia dengan near-working, dengan cara menghubungkan miopia dengan intelektualitas sangatlah rumit. Penelitian oleh Saw et al’s di Singapore menyebutkan bahwa mereka yang memiliki derajat

(27)

televisi, komputer, video game dan lain -lain, secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan aktivitas melihat dekat (Tiharyo, Gunawan, dan Suhardjo, 2008).

Konsumsi sayuran dan buah juga dapat mempengaruhi terjadinya miopia. Adapun sayuran dan buah yang diketahui mempengaruhi, yaitu wortel, pisang, pepaya, jeruk, buah merica dan cabai. Hal ini dikarenakan pada sayuran dan buah tersebut memiliki kandungan beta karoten yang tinggi, yang nantinya akan dikonversikan menjadi vitamin A (retinol) untuk tubuh(Lubis, Siti Mahreni Insani, 2010).

2.1.6. Gejala dan Tanda 2.1.6.1. Gejala Klinis

Gejala klinis pada miopia antara lain adalah :

1. Menurunnya penglihatan bahkan d engan koreksi refraksi

2. Penderita merasa tidak nyaman ketika menggunakan lensa koreksi, dimana kacamata untuk miopia tinggi biasanya berat dengan distorsi yang bermakna ditepi lensa, lapang pandangan juga terbatas

3. Dijumpai degenerasi vitreus, dimana vitreus ini lebih cair dan mempunyai prevalensi yang tinggi untuk pelepasan vitreus posterior (PVD)

2.1.6.2. Tanda-tanda 1. Status refraksi

(28)

2. Status okulomotor

Banyak penderita dengan miopia patologi mengalami strabismus atau nistagmus. Nistagmus biasanya menetap walaupun dilakukan koreksi kesalahan refraksinya.

3. Segmen anterior

Pada sebagian besar penderita, mata akan menjadi lebih besar, kornea akan lebih datar dan tipis, pupil akan mengalami dilatasi, bilik mata depan akan lebih dalam. Banyak penderita akan mengalami sklera yang transfusen dan tampak biru. Badan siliaris biasanya terletak lebih posterior, lebih panjang, datar dan atrofi.

4. Lensa

Prevalensi katarak pada miopia adalah dua kali lipat dari populasi normal, dan terjadi pada usia-usia awal, umumnya nuklear a tau subkapsuler.

5. Vitreus

Vitreus mengalami degenerasi dan pencairan. Semakin tua penderita, semakin tinggi derajat miopia, semakin besar derajat keparahan degenerasi vitreus. Degenerasi vitreus ini menghasilkan filamen -filamen vitreus yang tampak sebagai

vitreus floaters. Pencairan vitreus menyebabkan terjadinya posterior vitreus detachment (PVD).

Perubahan-perubahan pada vitreus ini meningkatkan prevalensi terjadinya retinal tears, retinal haemorrhages, retinal detachment. Kelainan-kelainan ini sering terjadi di area supero temporal retina.

6. Perubahan pada diskus optikus

(29)

7. Perubahan pada retina perifer

Elemen-elemen retina mengalami proses peregangan dan menurut suplai darah, arteri vena retina. Tampak lebih lurus, retina akan mengalami penipisan. Epitel pigmen retina, akan mengalami penipisan, pigmen -pigmen menggumpal dan bergerak ke innerlayer retina. Semua perubahan tersebut disebut lattice degeneration.

8. Sklera

Karena sklera tidak memberikan dukungan yang memadai bagi bola mata pada miopia, mata memanjang kearah posterior dan semua lapisan bola mata pada kutub posterior mengalami perubahan degeneratif yang semakin bertambah seiring berjalannya waktu, salah satu yang terjadi adalah staf iloma posterior. Ini biasanya berkembang antara usia 9 sampai dengan 26 tahun.

9. Koroid

Perubahan pada koroid terutama terjadi pada fase lanjut. Proses yang pasti dari degenerasi dan atrofi koroid masih belum diketahui, tetapi hal ini terkait dengan pemanjangan aksial mata.

10. Perubahan pada area makula

(30)

2.1.7. Diagnosis dan Pemeriksaan 2.1.7.1. Diagnosis

Untuk menegakan diagnosa pada pasien miopia, dapat dilakukan melalui 3 tahap, yaitu: Riwayat pasien, Pemeriksaan klinis dan Pemeriksaan tambahan.

Riwayat pasien

Komponen utama dari riwayat pasien yaitu identifikasi masalah dan keluhan -keluhan utama seperti -keluhan visual, okular, dan riwayat kesehatan umum pasien, riwayat keluarga dan perkembangan, dan alergi obat -obatan.

i. Miopia sederhana

Gejala yang terdapat pada miopia sederhana yaitu penglihatan yang tidak jelas atau kabur. Dalam hal ini pemeriksa harus menanyakan apakah penglihatan yang tidak jelas tersebut menetap atau hanya sementara. Klinisi harus menyadari bahwa pada miopia pada anak -anak sulit didiagnosa karena anak-anak sulit menyampaikan penglihatan yang kabur. ii. Miopia nokturnal

Gejala utama pada miopia nokturnal adalah penglihatan kabur pada jarak yang jauh dengan pencahayaan yang redup. Pasien mungkin mengeluhkan sulit untuk melihat rambu -rambu lalu lintas saat berkendara pada malam hari.

iii. Pseudomiopia

Pandangan kabur yang bersifat sementara, terutama setelah bekerja dalam jarak dekat, mungkin di indikasikan adanya daya akomodasi yang tidak adekuat atau pseudomiopia.

iv. Miopia degeneratif

(31)

v. Miopia yang didapat

Pasien dengan miopia yang didapat juga melaporkan pandangan kabur. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan oleh pasien tergantung pada penyebab terjadinya miopia tersebut. Misalnya, pupil yang konstriksi ketika penyebab dari miopia didapat adalah terpapar oleh agen agonis kolinergik (American Optometric Association, 2006).

2.1.7.2. Pemeriksaan Kelainan Refraksi

Dalam melakukan pemeriksaan refraksi ada 2 cara, yaitu :

1. Refraksi subjektif

Memeriksa kelainan pembiasan mata pasien dengan memperlihatkan kartu lihat jauh dan memasang l ensa yang sesuai dengan hasil pemeriksaan bersama pasien.

2. Refraksi Objektif

Melakukan pemeriksaan kelainan pembiasan mata pasien dengan alat tertentu tanpa perlunya kerjasama dengan pasien.

Pemeriksaan objektif dipakai alat :

 Refrationometer apa yang diseb ut pemeriksaan dengan komputer

 Streak retinoskopi

Pemeriksaan refraksi subjektif

Pada pemeriksaan subjektif diperlukan hubungan atau komunikasi yang baik antara pemeriksa dengan pasien. Dalam pemeriksaan ini, optotype diletakan sejauh 5 atau 6 pasien yan g akan diperiksa karena pada jarak 5 meter sinar -sinar datang dianggap merupakan sinar sejajar dan pasien yang diperiksa matanya dalam keadaan istirahat atau tidak berakomodasi. Keadaan penerangan dalam ruang pemeriksaan tidak terlalu cerah. Dilihat kontra s kartu Snellen cukup baik. Mata yang biasa diperiksa terlebih dahulu adalah mata kanan.

(32)

b. Dilihat apakah titik tengah terletak tepat di depan mata

c. Pasang penutup (occluder) pada mata yang tidak diperiksa (mata kiri)

d. Catat tajam penglihatan mata yang dibuka

Untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan khusus untuk miopia.

Miopia

Selanjutnya pada mata miopia dilakukan pemeriksaan berikut :

1. Bila penglihatan kurang dari 6/6 diletakan lensa pada bagian ka ca mata coba-coba dengan kekuatan S +0,5 atau S -0,5.

2. Ditanyakan dengan lensa mana yang terlihat lebih jelas. Tajam penglihatan dapat lebih kurang dari 6/10 sehingga penambahan lensa diberikan yang lebih berat.

3. Penambahan lensa lanjut, bila lebih terang de ngan lensa S - 0,5 maka pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan lensa S – yang dinaikan perlahan sehingga terdapat penglihatan yang paling jelas.

4. Lensa ditambahkan perlahan sampai tajam penglihatan maksimal.

Resep kaca mata yang diberikan adalah lensa neg atif yang paling tidak berat. Pemeriksaan miopia pada anak diperlukan rujukan berikut :

1. Pemeriksaan dengan sikloplegik harus dilakukan pada pemeriksaan mata anak, anak dengan juling esotropia dan miopia sangat tinggi (>10 D). 2. Koreksi sebaiknya dilakukan se cara total pada kelainan refraksi dan

astigmatismatnya.

3. Rencana koreksi kurang (under correction) pada miopia dengan juling ke dalam atau esotropia untuk mengurangi esotropia sudut tidaklah begitu ditoleransi.

(33)

5. Pada anak dengan miopia tinggi dan anisometropia yang mengakibatkan aniseikonia dapat dipertimbangkan (Ilyas, 2006).

Pemeriksaan Tambahan

Pemeriksaan tambahan dapat dibutuhkan untuk mengidentifikasi kondisi yang berkaitan dengan perubahan retina pada pasien dengan miopia degeneratif. Pemeriksaan tambahan tersebut dapat berupa : Fotografi fundus, Ultrasonografi A- dan B-scan, Lapangan pandang, Tes seperti gula darah puasa (misalnya untuk mengidentifikasi penyebab dari miopia yang didapat) (American Optometric Association,2006).

2.1.8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan miopia terdiri dari :

i. Koreksi refraksi

Langkah pertama yang dilakukan adalah koreksi dengan lensa oftalmik atau lensa kontak.

ii. Modifikasi lingkungan

Beberapa penelitian mendukung efektivitas diet dalam pengelolaan miopia, dianjurkan pada penderita miopia yang terpapar secara genetik untuk meningkatkan konsumsi protein hewani, mengurangi karbohidrat dan gula. Duke Elder menyarankan diet kay a vitamin D dan kalsium untuk penderita miopia ini. Aktivitas yang dianjurkan adalah olahraga luar ruang misalnya jogging, namun aktivitas lain yang cenderung meningkatkan tekanan intra kranial dan stress sebaiknya dihindari, misal angkat berat. iii. Tindakan operatif

Tindakan operatif kornea tidak disarankan pada penderita miopia patologi, misal tindakan LASIK, namun implantasi IOL merupakan tindakan bedah refraksi yang disarankan.

iv. Fotokoagulasi laser

(34)

ini terdapat pemanjangan dan peregangan bola mata sehingga sikatrik yang diakibatkan oleh laser akan menambah peregangan bola mata tersebut.

v. Pengawasan Tekanan Intra Okule r (TIO)

Tekanan intra okuler (TIO) harus dipantau secara cermat. Curtin melaporkan bahwa TIO ini berperan secara mekanik dalam pemanjangan aksial bola mata. Black merekomendasikan bahwa TIO dibawah 20 mmHg vi. Pendidikan penderita

Penderita dengan miopia patol ogi cenderung mengalami koroid yang tipis dan rapuh sehingga trauma pada mata atau bahkan gosokan keras pada membran Bruch dan mengakibatkan perdarahan. Penderita harus disarankan untuk memeriksakan mata jika mengalami kilatan cahaya terang, berbentuk sepe rti busur atau peningkatan jumlah floaters. Faktor pendidikan penderita lainnya adalah konseling genetik. Penderita dengan miopia memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk memiliki anak dengan miopia pula. Jika kedua orang tua menderita miopia terdapat kemungkinan yang lebih besar anak -anaknya akan menderita miopia (Widodo dan Prillia, 2007).

2.1.9. Prognosis dan Komplikasi 2.1.9.1. Prognosis

(35)

harus diperiksa 3-4 minggu setelah menerima koreksi untuk daya lihat pada malam hari, untuk memeriksa apakah koreksi tersebut telah menghilangkan gejala-gejala sulit melihat saat gelap dan kesulitan berken dara pada malam hari. Prognosis pada miopia nokturnal adalah baik. Prognosis untuk pseudomiopia biasanya baik tapi biasanya waktu yang dibutuhkan untuk koreksi lebih lama. Prognosis pada pasien dengan miopia degeneratif bervariasi tergantung pada perubahan retina dan okuler. Pada kasus miopia didapat, baik prognosis maupun pemeriksaan berkala dilakukan berdasarkan ada atau tidaknya kondisi yang menjadi pemicu terjadinya miopia (American Optometric Association, 2006).

2.1.9.2. Komplikasi

Komplikasi yang timbul pada miopia adalah akibat dari proses degenerasi, yaitu :

a) Floaters

Kekeruhan badan kaca yang disebabkan proses pengenceran dan organisasi, sehingga menimbulkan bayangan pada penglihatan.

b) Skotoma

Defek pada lapang-pandangan yang diakibatkan oleh atrofi retina. c) Trombosis koroid dan perdarahan koroid

Sering terjadi pada obliterasi dini pembuluh darah kecil. Biasanya terjadi di daerah sentral, sehingga timbul jaringan parut yang mengakibatkan penurunan tajam penglihatan.

d) Ablasio retina

Merupakan komplikasi yang tersering. Biasanya disebabkan karena didahului dengan timbulnya holepada daerah perifer retina akibat proses -proses degenerasi di daerah ini.

e) Glaukoma sederhana

(36)

f) Katarak

(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OP ERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

[image:37.612.155.480.295.397.2]

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1.Kerangka konsep penelitian

3.2. Definisi Operasional

Miopia adalah suatu penyakit yang menyebabkan penderitanya mengalami penurunan jarak pandang, yaitu penglihatan penderita menjadi kabur bila melihat dengan jarak jauh dan dapat melihat dengan jelas pada jarak dekat

Penderita miopia adalah pasien yang menggunakan kacamata minus atau kontak lensa untuk koreksi mat a minus.

Usia adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan sesuatu yaitu berupa tahun, bulan dan hari. Usia dalam penelitian ini yaitu pada masa remaja (12 -17

1. Sosiodemografi : Usia

Jenis kelamin 2. Faktor Genetik 3. Faktor Lingkungan

Nearsightness-work

(38)

tahun). Dalam penelitian ini akan usia dapat diartikan menjadi dua, yaitu : usia saat ini dan usia saat terpajan miopia.

Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies yaitu perempuan dan laki-laki.

Faktor genetik adalah adanya riwayat miopia pada salah satu atau kedua orang tua.

Faktor lingkungan adalah tempat dimana seseorang tersebut berkembang, dalam hal ini seperti kegiatan didalam maupun diluar jam sekolah yang membutuhkan jarak melihat dekat.

Pengukuran pada penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada responden.

(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian des kriptif potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan metode survei untuk mengetahui gambaran faktor risiko yang menyebabkan terjadinya miopia pada siswa -siswi SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan .

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan, provinsi Sumatera Utara. Sekolah ini dipilih sebagai tempat yang akan dilaksanakannya penelitian berdasarkan evaluasi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti. Pada sekolah ini terdapat populasi yang cukup be sar. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, yaitu mulai dari 1 September -31 Oktober 2013.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

(40)

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian dipili h dengan menggunakan metode total sampling, dimana seluruh populasi digunakan sebagai sampel penelitian.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini, yaitu :

4.3.2.1. Kriteria Inklusi

1. Siswa-siswi SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan

2. Memakai kacamata atau lensa kontak untuk koreksi miopia 3. Bersedia menjadi responden

4.3.2.2. Kriteria Ekslusi

1. Penderita miopia tetapi tidak melakukan koreksi dengan kacamata

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pada tahap awal, peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan pada institusi pendidikan Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Kemudian permohonan izin yang diberikan, dikirim ke SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan. Setelah meminta izin, maka peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer, yaitu data yang diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh siswa -siswi SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Plus Shafiyyatul Amaliyyah yang terletak di Jl. Setia Budi No. 191 Medan merupakan sekolah swasta yang memiliki status akreditasi A di provinsi Sumatera Utara. Sekolah ini memiliki jumlah siswa sebanyak 311 siswa, dimana siswa kelas X berjumlah 90 siswa, siswa kelas XI berjumlah 119 siswa, dan siswa kelas XII berjumlah 102. Kurikulum yang diterapkan pada sekolah ini adalah ktsp berkarakter + adaptasi cambridge dengan jumlah jam perminggunya yaitu 48 jam dan adanya jam tambahan yaitu 6 jam.

5.1.2. Karakteristik Individu

Dari 311 siswa, diketahui yang menderita miopia berjumlah 83 siswa dengan gambaran faktor risiko sebagai berikut :

[image:41.612.129.511.531.610.2]

5.1.2.1. Riwayat Keluarga

Tabel 5.1. Distribusi Kasus Berdasarkan Riwayat Keluarga

Riwayat Keluarga f %

Ada Tidak ada

TOTAL

61 22 83

73.5 26.5 100.0

(42)
[image:42.612.127.512.164.243.2]

5.1.2.2. Jenis Kelamin

Tabel 5.2. Distribusi Kasus Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin f % Laki–laki 35 42.2 Perempuan 48 57.8

TOTAL 83 100.0

Dari tabel di atas dijumpai bahwa kasus yang terjadi pada perempuan lebih banyak yaitu 48 kasus (57.8%), sedangkan yang terjadi pada laki -laki berjumlah 35 kasus (42.2%).

5.1.2.3. Usia

Tabel 5.3. Distribusi Kasus Berdasarkan Usia

Usia Responden f %

12 tahun 1 1.2

14 tahun 3 3.6

15 tahun 19 22.9

16 tahun 31 37.3

17 tahun 29 34.9

TOTAL 83 100.0

[image:42.612.127.517.398.537.2]
(43)
[image:43.612.127.512.164.286.2]

5.1.2.4. Riwayat Konsumsi Sayur

Tabel 5.4. Distribusi Kasus Berdasarkan Konsumsi Sayur

Riwayat Konsumsi Sayur f % Tidak makan sayur

1 porsi atau kurang

5 6.0 60 72.3 2 porsi 11

3 porsi 7

13.3 8.4 100.0

TOTAL 83

Dari tabel di atas dijumpai kasus memiliki riwayat konsumsi sayur hanya 1 porsi atau kurang adalah yang terbanyak yaitu 60 kasus (72.3%), kemudian yang memiliki riwayat konsumsi sayur 2 porsi berjumlah 11 kasus (1 3.3%), kemudian yang memiliki riwayat konsumsi sayur 3 porsi berjumlah 7 kasus (8.4%), dan yang tidak memiliki riwayat konsumsi sayur berjumlah 5 kasus (6.0%).

5.1.2.5. Riwayat Pelajaran Tambahan

Tabel 5.5. Distribusi Kasus Berdasarkan Riwayat Pelajaran Ta mbahan

Riwayat Pelajaran Tambahan f %

Ada Tidak ada

TOTAL

49 34 83

59.0 41.0 100.0

[image:43.612.126.510.480.558.2]
(44)
[image:44.612.129.511.163.283.2]

5.1.2.6. Lama Waktu Belajar di Rumah

Tabel 5.6. Distribusi Kasus Berdasarkan Lama Waktu Belajar di Rumah

Lama Waktu Belajar f %

Tidak pernah 2 2.4

Kurang dari 1 jam 40 48.2

1-2 jam 34 41.0

3 jam atau lebih 7 8.4

TOTAL 83 100.0

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah kasus miopia pada siswa yang lama waktu belajarnya Kurang dari 1 jam lebih banyak yaitu berjumah 40 kasus (48.2%), kemudian siswa yang lama waktu belajarnya 1 -2 jam berjumlah 34 kasus (41.0%), kemudian siswa yang lama waktu belajarnya 3 jam atau lebih berjumlah 7 kasus (8.4%), sedangkan siswa yang tidak pernah belajar dirumah berjumlah 2 kasus (2.4%).

5.1.2.8. Riwayat BermainGame

Tabel 5.8. Distribusi Kasus Berdasarkan Riwayat Bermain Game

Riwayat BermainGame f %

Tidak pernah 25 30.1

Kurang dari 1 jam 30 36.1

1-2 jam 21 25.3

3 jam atau lebih 7 8.4

TOTAL 83 100.0

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki riwayat bermain

[image:44.612.130.513.493.614.2]
(45)

yang memiliki riwayat bermain game1 -2 jam berjumlah 21 kasus (25.3%), dan yang memiliki riwayat bermain game selama 3 jam atau lebih berjumlah 7 kasus (8.4%).

[image:45.612.130.511.232.367.2]

5.1.2.9. Riwayat Konsumsi Buah

Tabel 5.9. Distribusi Kasus Berdasarkan Riwayat Konsumsi Buah

Riwayat Konsumsi Buah f %

Tidak makan buah 3 3.6

1 porsi atau kurang 38 45.8

2 porsi 32 38.6

3 porsi 4 4.8

4 porsi atau lebih 6 7.2

TOTAL 83 100.0

Dari tabel di atas dapat diketahui kasus yang memiliki riwayat konsumsi buah hanya 1 porsi atau kurang adalah yang terbanyak yaitu 38 kasus (45.8%), kemudian yang memiliki riwayat konsumsi buah 2 porsi berjumlah 32 kasus (38.6%), kemudian yang memiliki riwayat konsumsi buah 4 porsi atau lebih berjumlah 6 kasus (7.2%), kemudian yang memiliki riwayat konsumsi buah 3 porsi berjumlah 4 kasus (4.8%), dan yang tidak memiliki riwayat konsumsi buah berjumlah 3 kasus (3.6%).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Proporsi Faktor –faktor Risiko

Berdasarkan Tabel 5.1. dapat diketahui bahwa jumlah kasus miopia dengan adanya riwayat pada orang tua berjumlah 61 kasus (73.5%), sedangkan jumlah kasus miopia tanpa adanya riwayat pada orang tua beerjumlah 22 kasus (26.5%).

(46)

Berdasarkan Tabel 5.3. dapat diketahui bahwa jumlah kasus miopia pada usia 16 tahun lebih banyak yait u berjumlah 31 kasus (37.3%), kemudian pada usia 17 tahun berjumlah 29 kasus (34.9%), kemudian pada usia 15 tahun berjumlah 19 kasus (22.9%), kemudian pada usia 14 tahun berjumlah 3 kasus (3.6%), dan pada usia 12 tahun berjumlah 1 kasus (1.2%).

Berdasarkan Tabel 5.4. dijumpai kasus memiliki riwayat konsumsi sayur hanya 1 porsi atau kurang adalah yang terbanyak yaitu 60 kasus (72.3%), kemudian yang memiliki riwayat konsumsi sayur 2 porsi berjumlah 11 kasus (13.3%), kemudian yang memiliki riwayat konsumsi say ur 3 porsi berjumlah 7 kasus (8.4%), dan yang tidak memiliki riwayat konsumsi sayur berjumlah 5 kasus (6.0%).

Berdasarkan Tabel 5.5. dijumpai bahwa siswa yang memiliki riwayat pelajaran tambahan lebih banyak yaitu 49 kasus (59.0%), sedangkan siswa yang tidak memiliki riwayat pelajaran tambahan berjumlah 34 kasus (41.0%).

Berdasarkan Tabel 5.6. dapat diketahui bahwa jumlah kasus miopia pada siswa yang lama waktu belajarnya Kurang dari 1 jam lebih banyak yaitu berjumah 40 kasus (48.2%), kemudian siswa yang l ama waktu belajarnya 1-2 jam berjumlah 34 kasus (41.0%), kemudian siswa yang lama waktu belajarnya 3 jam atau lebih berjumlah 7 kasus (8.4%), sedangkan siswa yang tidak pernah belajar dirumah berjumlah 2 kasus (2.4%).

Berdasarkan Tabel 5.7. dapat diketahui bahwa jumlah kasus yang memiliki riwayat membaca buku selama 1 -2 jam lebih banyak yaitu 36 kasus (43.4%), kemudian yang memiliki riwayat membaca buku selama kurang dari 1 jam yaitu 30 kasus (36.1%), kemudian yang memiliki riwayat membaca buku selama 3 jam atau lebih yaitu berjumlah 9 kasus (10.8%), dan yang tidak memiliki riwayat membaca buku berjumlah 8 kasus (9.6%).

(47)

kemudian yang memiliki riwayat bermain game1 -2 jam berjumlah 21 kasus (25.3%), dan yang memiliki riwayat bermain game selama 3 jam atau lebih berjumlah 7 kasus (8.4%).

Berdasarkan Tabel 5.9. dapat diketahui kasus yang memiliki riwayat konsumsi buah hanya 1 porsi atau kurang adalah yang terbanyak yaitu 38 kasus (45.8%), kemudian yang memiliki riwayat konsumsi buah 2 porsi berjumlah 32 kasus (38.6%), kemudian yang memiliki riwayat konsumsi buah 4 porsi atau lebih berjumlah 6 kasus (7.2%), kemudian yang memiliki riwayat konsumsi buah 3 porsi berjumlah 4 kasus (4.8%), dan yang tidak memiliki riwayat konsumsi buah berjumlah 3 kasus (3.6%).

5.2.2. Faktor Risiko Yang Paling Sering Dijum pai

Adanya riwayat miopia pada salah satu atau kedua orang tua dapat meningkatkan risiko terjadinya miopia. Beberapa studi telah membandingkan miopia pada anak yang orang tuanya memiliki riwayat miopia dan pada anak yang orang tuanya tidak memiliki riwaya t miopia. Hasil dari perbandingan tersebut, secara umum, kejadian miopia tertinggi adalah pada anak yang kedua orang tuanya memiliki riwayat miopia yaitu 40%, dan pada anak yang salah satu orang tuanya memiliki riwayat miopia yaitu 20 -25%, sedangkan pada a nak yang kedua orang tuanya tidak memiliki riwayat miopia presentasenya adalah 10%. Hal ini sesuai dengan data penelitian di atas dimana dapat diketahui bahwa jumlah kasus miopia dengan adanya riwayat pada orang tua berjumlah 61 kasus (73.5%). Kejadian ini dapat dihubungkan dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi pada miopia yang disebabkan oleh faktor genetik, hal ini dapat dikaitkan dengan onset yang lebih awal daripada miopia yang disebabkan oleh faktor lingkungan.

Setelah faktor risiko riwayat orang tua, riwayat konsumsi sayur merupakan yang kedua tersering, yaitu dijumpai kasus yang memiliki riwayat konsumsi sayur hanya 1 porsi atau kurang adalah yang terbanyak yaitu 60 kasus (72.3%).

(48)

yaitu 48 kasus (57.8%), sedangkan yang terjadi pada laki -laki berjumlah 35 kasus (42.2%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Almita et al pada tahun 2012 yang juga menyebutkan bahwa perempuan lebih berisiko menderita miopia namun penyebab pastinya belum diketahui.

Jika ditinjau dari segi usia sebagai faktor terjadinya miopia, dapat diketahui bahwa jumlah kasus miopia pada siswa usia 16 tahun lebih banyak yaitu berjumlah 31 kasus (37.3%), kemudian pada siswa usia 17 tahun berjumlah 29 kasus (34.9%), kemudian pada usia 15 tahun berjumlah 19 kasus (22.9%), kemudian pada usia 14 tahun berjumlah 3 kasus (3.6%), dan pada usia 12 tahun berjumlah 1 kasus (1.2%). Hal tersebut menunjukan bahwa usia sekolah memiliki faktor risiko terjadinya miopia sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tiharyo, Gunawan, dan Suhardjo pada tahun 2008 yang menunjukan adanya peningkatan prevalensi miopia pada usia sekolah.

(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Gambaran faktor risiko miopia yang menyebabkan terjadinya miopia pada siswa/siswai SMA Shafiyyatul Ama liyyah Medan Tahun 2013 adalah sebagai berikut :

1. Kejadian miopia semakin meningkat pada usia sekolah, hal tersebut dapat dilihat dari siswa berusia 12 tahun berjumlah 1 kasus (1.2%), usia 14 tahun berjumlah 3 kasus (3.6%), usia 15 tahun berjumlah 19 kasus (22.9%), usia 16 tahun berjumlah 31 kasus (37.3%), dan siswa berusia 17 tahun berjumlah 29 kasus (34.9%).

2. Kasus miopia pada perempuan yaitu 48 kasus (57.8%), dan sisanya 35 kasus (42.2%) adalah laki -laki.

3. Dari 83 kasus, dijumpai 61 kasus miopia (73.5%) den gan adanya riwayat pada orang tua, sementara 22 kasus miopia (26.5%) sisanya tanpa adanya riwayat pada orang tua.

4. Berdasarkan faktor lingkungan, faktor yang paling mempengaruhi yaituriwayat konsumsi sayur hanya 1 porsi atau kurang yang berjumlah 60 kasus (72.3%), kemudianadanya riwayat pelajaran tambahan yang berjumlah 49 kasus (59.0%), selanjutnyariwayat konsumsi buah hanya 1 porsi atau kurang yang berjumlah 38 kasus (45.8%), dan yang terakhir adalah riwayat bermain game selama kurang dari 1 jam berjumlah 30 kasus (36.1%).

5. Kasus miopia pada siswa dengan adanya riwayat miopia pada orang tua memiliki faktor risiko lebih banyak dibandingkan pada siswa yang orang tuanya tidak memiliki riwayat miopia.

(50)

6.2. Saran

1. Setiap siswa yang mungkin menderita miopia namun belum terdeteksi, terutama yang memiliki riwayat miopia pada orang tuanya agar melakukan pemeriksaan mata atau screening ke dokter mata untuk melakukan pemeriksaan jarak pandang mata.

2. Setiap siswa harus mampu untuk menjaga diet sehat yang seimbang, yaitu dengan meningkatkan konsumsi sayuran terutama siswa perempuan karena seperti yang diketahui bahwa perempuan memiliki risiko lebih tinggi menderita miopia.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Almita, et al. 2012. Pengetahuan dan Sikap Siswa/Siswi tentang Teknik Membaca yang Sehat Sebelum dan Sesudah Penyulu han dalam Rangka Mencegah Miopia di Sekolah Dasar Negri 51 Kota Pekanbaru 2012. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Riau.

American Optometric Association, 2006. Care of Patient with Myopia. American Optometric Association, U.S.A.

Community Eye Health, 2000. The Challenge of Providing Spectacles in the Developing World.International Resource Center, U.K.

Hartanto et al, 2002. Kamus Kedokteran Dorland, E/29. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ilyas, Sidarta, 2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Ilyas, Sidarta, 2006. Kelainan Refraksi dan Kaca Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Kadir, A., 1996. Hubungan faktor pekerjaan, perilaku, keturunan, pencahayaan dan usia terhadap kejadian miopi di Jawa Tengah tahun 1996. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Lubis, Siti Mahreni Insani, 2010. TingkatPengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat Wortel Sebagai Sumber Antioksidan Alami Untuk Mencegah Katarak di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010. Medan : Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

Myrowitz, E. H., 2012.Juvenile myopia progression risk factors and inerventions.

Saudi Journal of Ophthalmology 26 : 293 -7.

Riordan-Eva, Paul & Whitcher, John P, 2008. Vaughan & Asbury’s General

(52)

Saw et al., 2000.Factors Related to the Progression of Myopia in Singaporean Children.Optometry and Vision Science, 77 (10) : 549 -54.

Theresia, E., 2011. Tingkat Pengetahuan Siswa -siswi SMA Santo Thomas 1

Medan Penderita Miopi Tentang Kesehatan Mata. Medan : Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Tiharyo, I., Gunawan, W., Suhardjo, 2008. Pertambahan Miopia pada Anak Sekolah Dasar Daerah Perkotaan dan Pedesaan di Daerah Istime wa Yogyakarta. Jurnal Oftalmologi Indonesia 6 (2) : 104 -12.

White, R., 2005.A Precarious Balance : Genetic Versus Environmental Risk in the Mediation of Myopia. Cross-sections I.

(53)
(54)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Saya, Arnelli Hutagalung, mahasiswa yang sedang menjalankan program pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran Faktor Risiko yang

Menyebabkan Terjadinya Miopia pada Siswa SMA Shafiyyatul Amaliyyah

Medan Tahun 2013”. Saya mengikutsertakan adik -adik dalam penelitian ini yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko yang menyebabkan terjadinya miopia pada siswa SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

Partisipasi adik-adik dalam penelitian ini bersifat sukarela. Pada penelitian ini identitas adik-adik akan disamarkan. Kerahasiaan data adik -adik akan dijamin sepenuhnya. Bila data adik -adik dipublikasikan dalam hasil penelit ian, kerahasiaan data adik-adik akan tetap dijaga.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan adik-adik, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(Arnelli Hutagalung)

(55)

Tanggal :

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PE NJELASAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Kelas :

Umur :

Jenis Kelamin :

No. Telp / HP :

E-mail :

Setelah mendapatkan keterangan serta menyadari manfaat dari penelitian tersebut dibawah ini yang berjudul :

Gambaran Faktor Risiko yang Menyebabkan Terjadinya Miopia pada Siswa Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013

Dengan sukarela meyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.

Medan, __ Oktober 2013

Mengetahui, Yang Menyetujui,

Penanggung jawab Penelitian Peserta

( Arnelli Hutagalung ) ( ____________________ )

(56)

KUESIONER

Gambaran Faktor Risiko yang Menyebabkan Terjadinya Miopia pada Siswa SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013

A. Pilihlah jawaban dibawah ini dengan melingkari jawaban yang benar.

1. Apakah ayah kamu memakai kacamata? Ya / Tidak* 2. Apakah ibu kamu memakai kacamata? Ya / Tidak*

3. Apakah sebelum memakai kacamata, kamu sering mengalami sakit kepala saat membaca atau melakukan pekerjaan dengan jarak yang dekat? Ya / Tidak*

4. Apakah kamu memiliki kegiatan lain diluar jam sekolah, seperti kelompok belajar atau les musik? Ya / Tidak*

5. Apakah kamu menggunakan telepon genggam tidak hanya untuk telepon tetapi juga untuk bermain game? Ya / Tidak*

6. Apakah kamu dapat melihat bangunan atau pepohonan tinggi di sekitar rumahmu? Ya / Tidak*

B. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan benar.

7. Berapa saudara kandungmu yang memakai kacamata? _ _________ orang. 8. Pada umur berapakah kamu mengalami rabun jauh? ____________ tahun. 9. Berapa banyak buku atau majalah yang kamu baca hingga selesai dalam

satu minggu? _______________________ buku atau majalah per minggu. 10. Dimana kamu biasanya membaca atau melakukan aktivitas dengan jarak

melihat yang dekat? _________________________________________ 11. Berapa lama biasanya kamu membaca? ______________________ menit.

C. Berilah tanda “X” pada jawaban yang benar.

(57)

12. Sebelum memakai kacamata pernahkah kamu mengalami seperti hal -hal dibawah ini?

• Penglihatan kabur saat melihat sesuatu dengan jarak yang jauh • Penglihatan ganda

• Sakit mata (Seberapa sering?) ___________________________ • Lain-lain (Tolong jelaskan) ___________ __________________ 13. Seberapa sering kamu memakai kacamata atau lensa kontak?

• Selalu • Sering

• Kadang-kadang • Hampir tidak pernah

• Hanya ketika mata saya terasa lelah

14. Apakah kamu memiliki akses pada beberapa hal dibawah ini? (kamu boleh menyilang lebih dari satu)

• Telepon genggam milikmu sendiri • Akses menggunakan komputer dirumah • Akses menggunakan internet dirumah

• Alat-alat teknologi milik pribadi (seperti Komputer Tablet) • SistemVideo Game(X-Box, PlayStation,dll.)

• Kamera Digital • Pemutar DVD

15. Jika kamu ke sekolah dengan mobil, kereta api atau bus, apa yang biasanya kamu lakukan selama di perjalannan?

• Membaca buku

• Berbincang dengan teman • Maingamedihandphone • Tidur

• Melihat-lihat dari jendela

16. Berapa banyak porsi sayuran, termasuk wortel, biasanya kamu makan per hari? ( Satu porsi yaitu setengah mangkok sayuran yang sudah dimasak atau 1 mangkok salad sayuran).

(58)

• Saya tidak makan sayuran • 1 porsi atau kurang • 2 porsi

• 3 porsi

• 4 porsi atau lebih

17. Berapa banyak porsi buah yang biasanya kamu makan per hari, dimana 1 porsi yaitu 1 buah dengan ukuran sedang atau 2 buah dengan ukuran kecil, satu mangkok buah potong?

• Saya tidak makan buah • 1 porsi atau kurang • 2 porsi

• 3 porsi

• 4 porsi atau lebih

18. Seberapa sering kamu minum 100% jus buah seperti jeruk dan apel?

• Tidak pernah atau jarang • Kurang dari sekali seminggu • Kira-kira 1-3 kali seminggu • Kira-kira 4-6 kali seminggu • Setiap hari

(59)

D. Pilihlah salah satu kotak yang menggambarkan kebiasaanmu dalam menghabiskan waktu luang.

Tidak

pernah

Kurang

dari 1 jam

1-2 jam 3 jam atau

lebih

a. Nonton TV/ video / DVD

b. Bermainvideo games

(cth:Playstation)

c. Menggambar, Mewarnai

dan/atau mewarnai

d. Mengerjakan PR / tugas

e. Membaca buku

f. Memainkan alat musik

g. Menggunakan komputer atau

bermaingamesdi komputer

h. Memainkan permainan

portable(cth :gameboy, PSP,

komputer tablet danhandphone)

(60)

MASTER DATA

No Nama JnsKel Usia RiwKel PelTamb RiwNonTV RiwGame WktBelRum RiwBacBuk RiwSayu RiwBuah

1 CPNS 2 17 1 1 3 1 2 2 2 2

2 AB 1 15 1 1 4 2 2 2 2 2

3 RD 1 15 2 2 2 3 2 1 2 3

4 F 2 15 1 1 3 1 4 4 4 4

5 FW 2 15 2 1 3 2 2 3 2 2

6 ATMH 2 15 2 1 4 1 3 3 2 2

7 FA 2 12 2 2 4 2 3 2 2 3

8 W 2 15 1 1 2 1 3 3 3 3

9 AU 2 15 1 2 4 1 2 3 2 2

10 NS 2 15 1 2 4 2 3 3 2 3

11 AZH 1 15 1 2 3 1 2 1 1 1

12 DY 1 14 1 2 3 2 3 2 2 2

13 ALP 1 15 2 1 3 3 3 2 2 2

14 MRA 1 15 1 2 3 3 2 2 2 2

15 MA 2 14 1 1 2 1 4 3 4 3

16 MR 2 16 1 2 2 3 4 4 4 3

17 SA 2 14 1 1 2 1 2 2 2 2

18 AF 1 15 2 1 2 1 3 2 2 2

19 LHN 2 16 1 1 4 2 3 1 2 3

20 HFF 2 16 2 1 3 1 4 3 3 3

21 RA 1 17 1 1 2 1 3 3 2 1

22 MAAL 1 17 1 1 4 3 2 2 2 3

23 Fa 2 16 1 1 1 1 4 4 3 3

24 AM 1 16 1 1 2 3 2 3 2 2

25 AN 2 16 1 2 2 1 3 3 3 3

26 ADR 2 15 1 2 3 2 2 1 2 2

27 JEN 2 17 1 1 3 2 2 1 2 5

28 AFMH 1 15 2 1 3 2 2 2 2 3

29 TBDP 1 17 2 2 3 3 1 1 1 2

30 AAS 2 16 1 2 2 1 3 3 3 3

31 ST 2 17 2 1 2 1 2 2 3 3

32 BUP 1 16 1 1 3 2 3 3 3 4

33 TK 2 16 1 2 3 2 3 3 2 4

34 TA 2 16 1 2 2 2 3 3 2 3

35 MRH 1 17 1 1 3 3 2 2 1 2

36 DAH 2 16 1 2 4 2 4 2 2 2

37 TNS 2 17 1 1 3 2 3 2 2 3

38 AAS 2 17 1 2 2 4 3 3 1 5

39 TA 1 17 2 1 2 2 2 2 2 2

40 TMA 1 17 1 1 3 4 2 2 2 2

41 MTS 2 16 2 1 4 1 3 4 2 3

42 FAP 2 16 1 2 3 2 3 4 2 3

43 HAS 2 15 1 1 3 2 2 3 2 2

(61)

44 TRA 2 15 1 1 4 4 2 2 2 3

45 MA 2 17 1 1 3 1 4 3 2 2

46 DGPM 2 16 1 1 3 1 3 3 1 3

47 PMH 2 16 1 1 4 2 2 3 2 3

48 WR 2 16 1 1 2 2 2 1 2 2

49 MARA 1 16 1 2 3 4 3 3 2 3

50 AR 1 16 1 1 4 4 3 3 4 5

51 TFM 1 16 1 1 2 3 2 3 2 2

52 RA 1 15 1 2 3 3 3 2 2 3

53 MAB 1 16 1 1 4 4 2 2 2 2

54 PSD 2 16 1 2 2 1 3 2 2 2

55 PASIP 1 17 1 2 3 3 2 2 3 5

56 ATRA 1 16 1 2 3 2 2 2 2 2

57 AKL 1 17 2 1 1 3 2 2 2 3

58 NKT 2 17 1 2 4 1 3 3 3 2

59 AN 1 17 1 2 3 1 2 3 4 2

60 N 2 17 2 2 3 1 1 3 2 5

61 RKP 2 17 1 2 2 1 3 4 2 3

62 N 2 15 2 1 2 2 3 3 3 2

63 RM 2 17 1 1 2 2 3 2 2 1

64 FWH 2 17 1 2 3 1 3 4 2 2

65 MJI 1 17 1 1 2 3 2 3 4 3

66 TA 2 16 1 2 3 2 2 3 4 4

67 MDR 1 17 2 1 1 3 2 2 2 3

68 MIS 1 16 1 1 2 3 2 3 2 2

69 ZF 1 16 2 1 3 4 3 3 2 3

70 MYS 2 15 2 1 2 3 2 2 2 2

71 DHN 2 16 1 1 3 2 3 3 2 2

72 JD 1 17 2 2 2 3 2 3 2 2

73 NSB 2 16 1 1 2 2 3 3 2 2

74 FZ 1 17 1 2 2 3 2 3 2 5

75 WN 2 16 2 1 3 2 2 2 2 3

76 AWN 2 17 1 1 2 2 3 3 2 3

77 EDR 2 16 2 1 3 1 3 4 2 2

78 YD 1 17 2 1 2 2 2 2 2 2

79 APG 1 16 1 2 2 3 2 1 2 3

80 MAB 1 17 1 2 2 3 2 2 2 2

81 FAN 2 16 1 2 3 2 3 4 2 3

82 DH 2 17 1 1 2 3 2 3 2 2

83 IAS 1 17 1 2 3 2 2 2 3 2

(62)

Hasil Penjelasan Penelitian

Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Responden

Riwayat keluarga pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ADA 50 76.9 76.9 76.9

TIDAK ADA 15 23.1 23.1 100.0

Total 65 100.0 100.0

Jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid LAKI-LAKI 26 40.0 40.0 40.0

PEREMPUAN 39 60.0 60.0 100.0

Total 65 100.0 100.0

Umur responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 12 1 1.5 1.5 1.5

14 3 4.6 4.6 6.2

15 18 27.7 27.7 33.8

16 22 33.8 33.8 67.7

17 21 32.3 32.3 100.0

Total 65 100.0 100.0

(63)

Riwayat memakan sayur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak makan sayur 5 7.7 7.7 7.7

1 porsi atau kurang 44 67.7 67.7 75.4

2 porsi 10 15.4 15.4 90.8

3 porsi 6 9.2 9.2 100.0

Total 65 100.0 100.0

Pelajaran tambahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ADA 38 58.5 58.5 58.5

TIDAK ADA 27 41.5 41.5 100.0

Total 65 100.0 100.0

Lamanya waktu belajar di rumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak pernah 2 3.1 3.1 3.1

Kurang dari 1 jam 28 43.1 43.1 46.2

1-2 jam 28 43.1 43.1 89.2

3 jam atau lebih 7 10.8 10.8 100.0

Total 65 100.0 100.0

Riwayat main game

(64)

Frequency Percent Valid Percent <

Gambar

Gambar 2.1.Penglihatan Normal dan Penglihatan Miopia
Tabel 2.1. Jenis-jenis Miopia dan Etiologinya
Tabel 2.2. Sistem klasifikasi Miopia
Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Seiring peningkatan fraksi berat serbuk karet dalam matrik epoxy maka rongga yang terbentuk dalam komposit akan semakin sedikit sehingga komposit akan lebih kuat saat

Untuk  dapat  mengenal  apa  yang  disebut  dengan  “grosse  akta”,  maka  kita  harus  membuka  kembali  ketentuan  dalam  KUH  Perdata.  Di  sana  disebutkan 

Pembuatan suatu aplikasi Web begitu banyak pada saat nin baik yang berhubungajn dengan server langsung ataupun yang tidak, tapi disini penulis membuat suatu program aplikasi web

Para investor mempunyai daya tarik melakukan investasi modal dengan membeli saham dikarenakan terdapat dua keuntungan yang dapat diperoleh dalam memiliki saham yaitu dividen

Penulisan ilmiah ini berisi tentang Website Wisata Kuliner Kota Bogor yang menampilkan informasi berisi sejarah, pendiri, tempat dan macam-macam makanan yang sudah dikenal dan

Dalam praktik ada putusan sela yang menyatakan bahwa tindakan penuntutan yang dilakukan oleh Jaksa / Penuntut Umum dinyatakan tidak dapat diterima dikarenakan surat dakwaannya

Dengan seiring perkembangan teknologi, dimana komputer bisa mempermudah segala pekerjaan, memberikan informasi dan melancarkan kegiatan kerja, maka melalui penulisan ilmiah ini,

BUILDING A COMPLETE FREE AND OPEN SOURCE GIS INFRASTRUCTURE FOR HYDROLOGICAL COMPUTING AND DATA PUBLICATION USING GIS.LAB ANDM.