• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan kehilangan air melalui perhitungan neraca air serta analisis pertumbuhan tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendugaan kehilangan air melalui perhitungan neraca air serta analisis pertumbuhan tanaman kentang (Solanum tuberosum L.)"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

RIA HAMIDA AGUSTINA. The Estimation of Water Loss through the Water Balance and the Potato Growth Analysis (Solanum tuberosum L.).Under direction of HANDOKO.

The growth and the production of a plant are determined by favourable environment. Soil is water reservoir and planting area for which the capability to keep the water in the soil will determine the total water that can be used for the plant. Water availability in the soil is used by the plant to fullfil plant’s water requirement such actual evapotranspiration and runoff which can be calculated by using the water balance. The objective of this research is to calculate the potato water loss during the measurement through the water balance and to analyse the effect on potato growth. The result of this research shows that the potato water loss (actual evapotranspiration and runoff) during measurement on 37 days until 73 days after planting is 148-191 mm or 4.6 mm/days, whereas the run off is 28-59 mm or 19-30 % from total water loss potato. The relations between soil water content and the growth rate in each treatment has a different disposed. When the storage of soil water content is high, the growth rate is uncertainly high, and vice versa. The growth rate is of the potato in this research not only influenced by soil water content, but also influenced by other factors that are not observed in this research.

(2)

ABSTRAK

RIA HAMIDA AGUSTINA. Pendugaan Kehilangan Air melalui Perhitungan Neraca Air Serta Analisis Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Dibimbing oleh HANDOKO.

Pertumbuhan dan produksi tanaman ditentukan oleh keberadaan air tanah dan faktor lingkungan yang menunjang. Tanah merupakan tempat penyimpanan air dan media tanam sehingga kemampuan tanah untuk menyimpan air akan menentukan jumlah air yang dapat digunakan oleh tanaman. Kebutuhan air tanaman diperlukan tanaman untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi yang dapat dihitung melalui perhitungan neraca air. Neraca air merupakan rincian masukan dan keluaran air di suatu tempat pada suatu periode waktu tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kehilangan air tanaman kentang selama pengukuran melalui pendekatan neraca air serta menganalisa pengaruh simpanan kadar air tanah terhadap pertumbuhan tanaman kentang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehilangan air tanaman kentang berupa total evapotranspirasi aktual ditambah run off selama penanaman pada pengukuran 37 HST sampai 75 HST adalah 148-191 mm atau 4.6 mm/hari, sedangkan untuk nilai run off berkisar antara 28-58 mm atau 19-30 % dari total kehilangan air tanaman kentang. Simpanan kadar air tanah terhadap laju pertumbuhan tanaman pada masing-masing perlakuan memiliki kecenderungan yang berbeda. Saat simpanan kadar air tanah tinggi, laju pertumbuhan belum tentu tinggi, dan sebaliknya. Laju pertumbuhan tanaman kentang pada penelitian ini tidak hanya dipengaruhi oleh simpanan kadar air tanah saja, melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak teramati dalam penelitian ini.

(3)

1

BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik dari bergantung faktor lingkungan yang menunjang. Bila salah satu faktor tidak seimbang dengan faktor lainnya, maka faktor tersebut dapat menekan bahkan menghentikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Soepardi 1983).

Menurut Baharsjah (1987) jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman sangat bergantung pada jenis tanaman, tanah dan iklim. Faktor iklim seperti radiasi surya, suhu, kecepatan angin dan kelembaban udara adalah faktor utama dalam menentukan evapotranspirasi, sedangkan faktor tanah seperti tekstur, kedalaman tanah dan topografi menentukan besarnya infiltrasi, perkolasi dan limpasan air.

Secara ekologi maupun fisiologi, air telah menentukan penyebaran pertumbuhan, perkembangan tanaman serta mempengaruhi produksi tanaman (Bey dan Las 1991). Jumlah terbesar dari penggunaan air oleh tanaman adalah untuk evapotranspirasi. Evapotranspirasi merupakan parameter yang baik untuk estimasi kebutuhan air tanaman. Pasokan air untuk tumbuhan secara alami sangat ditentukan oleh curah hujan. Jumlah curah hujan maupun distribusi waktunya sangat beragam sehingga permasalahan kebutuhan air untuk tanaman berhubungan erat dengan unsur cuaca/iklim (Nasir 2008).

Tanah bagi tumbuhan merupakan media tanam dan tempat penyimpanan air sehingga kemampuan tanah untuk menyimpan air akan menentukan jumlah air yang dapat digunakan oleh tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dapat diketahui dengan pendekatan neraca air. Analisis neraca air dapat digunakan untuk mengevaluasi dinamika air tanah dan penggunaan air oleh tanaman secara kuantitatif (Djufri et al. 2005). Neraca air merupakan rincian masukan dan keluaran air di suatu tempat pada satuan waktu tertentu. Karena air bersifat dinamis dan selalu mengalami pergerakan dan perubahan yang diakibatkan oleh dinamika cuaca, maka nilai neraca air pada suatu tempat selalu berubah dari waktu ke waktu sehingga menyebabkan terjadi kelebihan atau kekurangan air di suatu tempat.

Informasi kehilangan air melalui perhitungan neraca air dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan rekomendasi mengenai tempat penanaman tanaman kentang yang sesuai berdasarkan analisa kehilangan air tanaman dan analisa

pertumbuhan tanaman kentang sehingga mampu dihasilkan produksi tanaman kentang yang maksimum pada lahan tersebut.

1.2Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Menghitung kehilangan air tanaman kentang melalui perhitungan neraca air dalam bentuk evapotranspirasi aktual ditambah dengan run off.

2. Menganalisa pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan tanaman kentang di lokasi penelitian.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Morfologi Tanaman Kentang (Solanum

tuberosum L.)

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim dengan variasi umur tanaman tergantung varietas antara 90-180 hari (Samadi 2007).

Kentang adalah tanaman dikotil tahunan berumur pendek yang biasanya ditanam sebagai tanaman setahun untuk diambil umbi bawahnya. Tanaman kentang memiliki akar serabut agak halus dan dangkal serta memiliki daun yang menyirip majemuk dengan bentuk dan tekstur yang beragam, memiliki bunga bergerombol dengan warna antara putih keunguan (Rubatzky dan Yamaguchi 1998).

Produksi kentang varietas Granola berpotensi tinggi, mencapai 30-35 ton/ha. Daerah yang cocok untuk penanaman kentang adalah dataran tinggi atau daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000-3.000 mdpl. Sementara untuk dataran medium, ketinggian ideal berkisar antara 300-700 mdpl. Granola merupakan varietas kentang yang mempunyai masa dormansi yang relatif pendek yaitu 3 sampai 4 bulan. Varietas ini peka terhadap penyakit busuk daun yang disebabkan oleh cendawan Phytopthora infestans dan tahan terhadap penyakit virus daun menggulung (Ragi 1985 dan Colon 1994 dalam Budihardjo 2002). Akar kentang memiliki percabangan lebat dan agak dangkal, sekitar 90% berada pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah sehingga cenderung rentan terhadap cekaman kekurangan air.

(4)

1

BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik dari bergantung faktor lingkungan yang menunjang. Bila salah satu faktor tidak seimbang dengan faktor lainnya, maka faktor tersebut dapat menekan bahkan menghentikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Soepardi 1983).

Menurut Baharsjah (1987) jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman sangat bergantung pada jenis tanaman, tanah dan iklim. Faktor iklim seperti radiasi surya, suhu, kecepatan angin dan kelembaban udara adalah faktor utama dalam menentukan evapotranspirasi, sedangkan faktor tanah seperti tekstur, kedalaman tanah dan topografi menentukan besarnya infiltrasi, perkolasi dan limpasan air.

Secara ekologi maupun fisiologi, air telah menentukan penyebaran pertumbuhan, perkembangan tanaman serta mempengaruhi produksi tanaman (Bey dan Las 1991). Jumlah terbesar dari penggunaan air oleh tanaman adalah untuk evapotranspirasi. Evapotranspirasi merupakan parameter yang baik untuk estimasi kebutuhan air tanaman. Pasokan air untuk tumbuhan secara alami sangat ditentukan oleh curah hujan. Jumlah curah hujan maupun distribusi waktunya sangat beragam sehingga permasalahan kebutuhan air untuk tanaman berhubungan erat dengan unsur cuaca/iklim (Nasir 2008).

Tanah bagi tumbuhan merupakan media tanam dan tempat penyimpanan air sehingga kemampuan tanah untuk menyimpan air akan menentukan jumlah air yang dapat digunakan oleh tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dapat diketahui dengan pendekatan neraca air. Analisis neraca air dapat digunakan untuk mengevaluasi dinamika air tanah dan penggunaan air oleh tanaman secara kuantitatif (Djufri et al. 2005). Neraca air merupakan rincian masukan dan keluaran air di suatu tempat pada satuan waktu tertentu. Karena air bersifat dinamis dan selalu mengalami pergerakan dan perubahan yang diakibatkan oleh dinamika cuaca, maka nilai neraca air pada suatu tempat selalu berubah dari waktu ke waktu sehingga menyebabkan terjadi kelebihan atau kekurangan air di suatu tempat.

Informasi kehilangan air melalui perhitungan neraca air dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan rekomendasi mengenai tempat penanaman tanaman kentang yang sesuai berdasarkan analisa kehilangan air tanaman dan analisa

pertumbuhan tanaman kentang sehingga mampu dihasilkan produksi tanaman kentang yang maksimum pada lahan tersebut.

1.2Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Menghitung kehilangan air tanaman kentang melalui perhitungan neraca air dalam bentuk evapotranspirasi aktual ditambah dengan run off.

2. Menganalisa pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan tanaman kentang di lokasi penelitian.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Morfologi Tanaman Kentang (Solanum

tuberosum L.)

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim dengan variasi umur tanaman tergantung varietas antara 90-180 hari (Samadi 2007).

Kentang adalah tanaman dikotil tahunan berumur pendek yang biasanya ditanam sebagai tanaman setahun untuk diambil umbi bawahnya. Tanaman kentang memiliki akar serabut agak halus dan dangkal serta memiliki daun yang menyirip majemuk dengan bentuk dan tekstur yang beragam, memiliki bunga bergerombol dengan warna antara putih keunguan (Rubatzky dan Yamaguchi 1998).

Produksi kentang varietas Granola berpotensi tinggi, mencapai 30-35 ton/ha. Daerah yang cocok untuk penanaman kentang adalah dataran tinggi atau daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000-3.000 mdpl. Sementara untuk dataran medium, ketinggian ideal berkisar antara 300-700 mdpl. Granola merupakan varietas kentang yang mempunyai masa dormansi yang relatif pendek yaitu 3 sampai 4 bulan. Varietas ini peka terhadap penyakit busuk daun yang disebabkan oleh cendawan Phytopthora infestans dan tahan terhadap penyakit virus daun menggulung (Ragi 1985 dan Colon 1994 dalam Budihardjo 2002). Akar kentang memiliki percabangan lebat dan agak dangkal, sekitar 90% berada pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah sehingga cenderung rentan terhadap cekaman kekurangan air.

(5)

2

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan gejala yang saling berhubungan. Pertumbuhan tanaman merupakan pertambahan ukuran per satuan waktu dan biasanya dalam berat kering (biomassa) yang tidak dapat balik (irreversible). Pertumbuhan tersebut merupakan pertambahan ukuran panjang, luas, volume dan bobot organ sedangkan perkembangan merupakan diferensiasi fungsi organ vegetatif menjadi reproduktif (Nasir 2008).

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terdiri dari dua fase yaitu fase vegetatif dan fase reproduktif. Ciri dari fase vegetatif adalah terjadi pertumbuhan tanaman akibat adanya penggunaan karbohidrat hasil fotosintesis. Fase reproduktif terjadi pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup bunga, buah dan umbi/biji, sedangkan pada fase reproduktif karbohidrat disimpan oleh tanaman untuk berkembang ke fase berikutnya (Harjadi 1979).

Fase pertumbuhan tanaman kentang menurut (Dirjen Tanaman Pangan 1993 dalam Samadi 2007) adalah fase pra tumbuh 0-21 Hari Setelah Tanam (HST), fase sebelum pembentukan umbi 21-35 HST, fase pembentukan umbi 35-60 HST, fase tua 60-90 HST, fase selanjutnya adalah panen dan pasca panen.

Kerapatan tanaman yang lebih rapat akan menyebabkan tanaman mengalami cekaman air yang lebih serius sehingga terjadi penurunan indeks luas daun yang lebih banyak dibandingkan dengan jarak tanam renggang. Kerapatan tanaman yang tinggi menyebabkan ekstraksi air tanah yang lebih banyak sehingga terjadi cekaman air lebih berat. Cekaman air menyebabkan penutupan stomata tanaman sehingga proses fotosintesis berkurang, dengan demikian dengan jumlah intersepsi radiasi yang sama tanaman yang mengalami cekaman akan memiliki efisiensi penggunaan radiasi yang lebih kecil (Hsio dan Acevedo 1974 dalam Thomas1994).

2.3 Lingkungan Tanaman Kentang Tanaman kentang sangat dipengaruhi oleh cuaca/iklim dan tumbuh baik pada lingkungan dengan suhu rata-rata harian yang rendah yaitu 18-21°C, curah hujan rata-rata 1.500 mm/tahun dan kelembaban udara 80-90% (Samadi 2007). Berbeda dengan pendapat Anonim (1997) suhu yang dibutuhkan oleh tanaman kentang pada periode vegetatif tanaman ini memerlukan suhu rata-rata harian antara 12-16°C, sedangkan pada periode selanjutnya antara 19-21°C. Kenaikan suhu

akan meningkatkan aktivasi energi pada reaksi kimia. Suhu udara yang terlalu tinggi akan meningkatkan penggunaan energi hasil fotosintesis untuk proses respirasi sehingga fotosintesis neto yang disimpan sebagai cadangan makanan di berbagai organ menurun.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan hasil fotosintesis dan respirasi suatu proses kimia di dalam sel menggunakan katalisator enzim. Peningkatan suhu reaksi akan menaikkan intensitas kerja katalisator sehingga kecepatan dan produksi reaksi kimia meningkat. Enzim adalah protein, suatu bahan yang keberadaan serta aktifitasnya sangat peka terhadap suhu (Nasir 2008).

Pertumbuhan dan hasil tanaman kentang sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan penyebarannya selama masa pertumbuhan. Selama pertumbuhannya tanaman kentang menghendaki curah hujan 1000 mm atau setiap bulan rata-rata 200 sampai 300 mm. Apabila curah hujan terlalu tinggi umbi tanaman akan mudah terserang penyakit, karena tanah menjadi jenuh air. Saat kritis bagi tanaman kentang adalah saat ketika dibutuhkan lebih banyak air yaitu pada permulaan pembentukan umbi. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil yang tinggi, pada saat itu kadar air tanah pada kedalaman 15 cm dari permukaan tanah tidak boleh kurang dari 56% kapasitas lapang (Nonnecke 1989 dalam Nurmayulis 2005).

2.4 Tanah

Sifat-sifat fisik tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Kondisi fisik tanah berpengaruh terhadap penetrasi akar dalam tanah, retensi air, drainase, aerasi dan nutrisi tanaman. Sifat fisik tanah bergantung terhadap ukuran, bentuk, susunan, komposisi mineral dari partikel-partikel tanah, volume serta pori tanah. Kerapatan volume ditetapkan dengan satuan (g/cm3), lapisan tanah berstruktur halus biasanya berkisar antara 1.0-1.3 g/cm3 sedangkan jika struktur kasar nilai kerapatannya adalah 1.3-1.8 g/cm3 (Hakim et al. 1986).

2.5Neraca Air Tanaman Kentang

(6)

3

mengakibatkan penurunan hasil yang lebih besar dibandingkan apabila kekeringan terjadi pada fase lainnya. Ketersediaan air sangat tergantung oleh unsur-unsur iklim khususnya dalam mempengaruhi evapotranspirasi serta jumlah curah hujan. Evapotranspirasi potensial menentukan kebutuhan air tanaman dan ditentukan oleh unsur iklim yang meliputi radiasi surya, suhu dan kelembaban udara serta kecepatan angin. Oleh sebab itu, pengukuran unsur iklim sangat diperlukan untuk menghitung kebutuhan air tanaman berdasarkan evapotranspirasi potensial serta kadar air tanah oleh curah hujan, sehingga dapat dihitung air irigasi pada suatu lahan. Secara fisiologi, kehilangan air melalui transpirasi yang lebih menentukan pertumbuhan suatu tanaman dibandingkan melalui evaporasi (Herlina et al. 1993). Evaporasi dari permukaan dan transpirasi dari tanaman sulit untuk dipisahkan dan prosesnya karena terjadi secara bersamaan dan sulit dibedakan di lapangan, akan tetapi bisa di hitung secara kuantitatif.

Kadar air tanah dapat dinyatakan sebagai persen berat yaitu nisbah massa air dan massa tanah kering yang ditempatinya, atau persen volume yang nisbah volume air dan volume tanah dalam kondisi tak terganggu (Murdiyarso 1991). Jumlah air tanah yang bermanfaat untuk tanaman mempunyai batas-batas tertentu. Seperti pada kekurangan air, kelebihan air juga dapat merugikan tanaman.

Suplai air yang terjadi selama hujan menyebabkan pori-pori tanah terisi air. Sifat tanah yang mengkerut bila kekeringan menyebabkan banyak celah dan rongga pada tanah tersebut jika terjadi kekeringan. Karena itu, pada awal terjadi hujan kadar air tanah meningkat dengan laju yang cepat disebabkan laju infiltrasi yang tinggi (Asril dan Hidayati 1994). Sehubungan dengan kedalaman tanah yang dapat menyediakan air bagi tumbuhan, para pakar fisika tanah sependapat bahwa perkiraan kedalaman jelajah akar 1.5 meter ternyata terlalu dalam. Beberapa peneliti berpendapat bahwa kedalaman 50-60 cm mungkin merupakan kedalaman maksimum tanaman memperoleh air dari tanah. Dalam kebanyakan hal mungkin hanya air yang terdapat dalam lapisan atas mengalami pengurangan karena penguapan permukaan, sedangkan lapisan bawah mengalami pengurangan air melalui serapan akar (Soepardi 1983)

Akar kentang memiliki percabangan lebat dan agak dangkal. Sekitar 90% berada pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah

sehingga cenderung rentan terhadap cekaman kekurangan air. Kelengasan tanah yang tinggi dibutuhkan setelah inisiasi umbi dan selama pembesaran umbi. Keseragaman pasokan lengas sangat penting khususnya untuk membentuk umbi. Tonjolan pada permukaan umbi, yang biasanya disebabkan oleh cekaman kelengasan tanah berakibat pada pembesaran umbi, dan kelebihan hujan atau pembasahan daun yang berkepanjangan dan kelembaban udara yang tinggi mendukung timbulnya penyakit daun (Rubatzky dan Yamaguchi 1998).

2.6Kadar Air Tanah (KAT)

Pola kadar air tanah dalam satu musim tanaman berfluktuasi tergantung pada keseimbangan antara curah hujan dan evapotranspirasi. Evapotranspirasi merupakan jumlah air yang hilang dari tanah dan tanaman dalam satuan waktu tertentu yang jumlahnya bergantung pada jenis tanaman, jenis tanah serta kondisi cuaca pada lingkungan sekitar tanaman terutama suhu dan kelembaban. Pada prinsipnya evapotranspirasi sama dengan kebutuhan air tanaman. Bila curah hujan melebihi evapotranspirasi, air akan disimpan di dalam tanah sampai batas maksimum tanah menyimpan air yang selanjutnya akan digunakan oleh tanaman untuk evapotranspirasi. Evapotranspirasi aktual merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada keadaan sebenarnya status air tanah aktual.

Evapotranspirasi aktual melibatkan air hujan pada waktu lalu yang tersimpan dalam bentuk lengas tanah dan air hujan pada saat pengukuran. Berbagai tehnik telah dikembangkan untuk menduga kadar air tanah dalam tanah dan perubahannya dalam suatu periode tertentu, misalnya dengan pengukuran langsung dengan alat pengukur kadar air tanah seperti neutron-probe meter, tensiometer, dan gypsum block meter. Prinsip kerja dari gypsum block meter adalah jumlah air yang terdapat didalam tanah akan menentukan hambatan perpindahan muatan listrik pada medium tanah. Pengukuran dilakukan melalui medium sepasang elektroda dari bahan logam yang tahan terhadap perubahan elektrokimia yang dimasukkan pada tanah yang diukur. Nilai yang terbaca merupakan nilai impedansi listrik yang selanjutnya dapat diolah menjadi informasi kadar air tanah berdasarkan data kalibrasi.

(7)

4

sangat sesuai dikembangkan di daerah tadah hujan yang pemenuh kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah hujan, sehingga informasi mengenai ketersediaan air dalam tanah selama musim tanam sangat diperlukan (Riajaya dan Setiawan 1994).

Perbedaan kadar air tanah pada lapisan kedalaman yang sama (berlainan petak) disebabkan oleh perbedaan kehilangan air tanah melalui proses evapotranspirasi dan terdapat perbedaan antara kemampuan menahan air pada tanah yang disebabkan oleh sifat fisika dan kimia tanah. Apabila suplai air terbatas dan lapisan atas tidak jenuh air, maka genangan air dalam tanah akan berhenti bila tegangan air tanah hampir sama. Apabila suplai air tidak terbatas, maka tanah khususnya lapisan atas dapat jenuh oleh air, dan apabila infiltrasi dan pergerakan air dalam tanah (perkolasi) lebih kecil dari suplai air maka terjadi run off ( Asril dan Hidayati 1994).

2.7 Air Tanah

Air tanah diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan air antara lain untuk memenuhi transpirasi, asimilasi, pembentukan karbohidrat, serta pengangkut untuk hasil fotosintesis ke seluruh jaringan tubuh. Air tanah berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah. Reaksi-reaksi kimia dalam tanah hanya berlangsung bila terdapat air. Air tanah juga berfungsi mempermudah pengolahan tanah, mengendalikan perubahan suhu, dan bila menggenang dapat menghambat pertumbuhan gulma.

Bila air memasuki tanah, udara dalam tanah terdesak dan tanah menjadi basah, artinya seluruh ruang pori tanah terisi air. Tanah demikian dikatakan jenuh dengan air dan berada pada kemampuan retensi maksimum. Bila tebal lapisan menipis, tegangan pada batas antara air dengan udara meningkat sehingga menghentikan gerakan air ke bawah. Penggunaan air oleh tumbuhan karena penguapan akan menurunkan tebalnya lapisan air yang selanjutnya. Pengambilan air terus berlangsung selama tumbuhan efektif mengambil air dari lapisan tanah. Bila kehilangan air terus berlangsung menyebabkan lapisan air semakin menipis dan gaya yang mengikat air tanah meningkat dengan nyata (Hakim 1986).

2.8Hubungan Kadar Air Tanah terhadap Pertumbuhan tanaman

Kadar air tinggi memiliki kekurangan udara dan mungkin dapat menjadi

penghambat pertumbuhan serta perkembangan tanaman. Kecepatan pertumbuhan tanaman mencapai maksimum pada keadaan kelembaban tanah berada disekitar kapasitas lapang, karena pada keadaan itu oksigen cukup tersedia dan tegangan air cukup rendah sehingga memudahkan absorpsi air. Begitu air diserap, lapisan air menjadi tipis dan tegangan air meningkat, mengakibatkan absorpsi air menurun. Hal ini berlangsung sampai KAT mendekati titik layu permanen. Jika kadar air dalam tanah mendekati titik layu permanen atau dibawah nilai kapasitas lapang maka laju pertumbuhan dan fotosintesis umumnya menurun (Hakim et al. 1986).

BAB III. METODOLOGI 3.1Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Juni 2010, penanaman kentang dilakukan pada tanggal 22 Februari 2010. Lokasi penelitian berada pada koordinat 106o42’-107o25’ BT dan 6o21’-7o32’ LS dengan ketinggian ± 1250 mdpl bertempat Desa Galudra, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dengan luas lahan penelitian ±4000 m2 pada lahan tanpa irigasi (tadah hujan). Analisa contoh tanah dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah dan (SEAMEO BIOTROP), sedangkan untuk pengolahan data dilakukan di Laboratorium Agrometeorologi, GFM-FMIPA-IPB.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.2.1Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

 Bibit kentang varietas Granola-G0 (Sumber : Balai Penelitian Sayuran, Lembang, Bandung, Jawa Barat)  Data curah hujan lokasi penelitian bulan

Maret – Juni 2010

 Data pertumbuhan tanaman kentang bulan April 2010 pada lokasi penelitian  Data suhu udara (T) dan kelembaban

(8)

4

sangat sesuai dikembangkan di daerah tadah hujan yang pemenuh kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah hujan, sehingga informasi mengenai ketersediaan air dalam tanah selama musim tanam sangat diperlukan (Riajaya dan Setiawan 1994).

Perbedaan kadar air tanah pada lapisan kedalaman yang sama (berlainan petak) disebabkan oleh perbedaan kehilangan air tanah melalui proses evapotranspirasi dan terdapat perbedaan antara kemampuan menahan air pada tanah yang disebabkan oleh sifat fisika dan kimia tanah. Apabila suplai air terbatas dan lapisan atas tidak jenuh air, maka genangan air dalam tanah akan berhenti bila tegangan air tanah hampir sama. Apabila suplai air tidak terbatas, maka tanah khususnya lapisan atas dapat jenuh oleh air, dan apabila infiltrasi dan pergerakan air dalam tanah (perkolasi) lebih kecil dari suplai air maka terjadi run off ( Asril dan Hidayati 1994).

2.7 Air Tanah

Air tanah diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan air antara lain untuk memenuhi transpirasi, asimilasi, pembentukan karbohidrat, serta pengangkut untuk hasil fotosintesis ke seluruh jaringan tubuh. Air tanah berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah. Reaksi-reaksi kimia dalam tanah hanya berlangsung bila terdapat air. Air tanah juga berfungsi mempermudah pengolahan tanah, mengendalikan perubahan suhu, dan bila menggenang dapat menghambat pertumbuhan gulma.

Bila air memasuki tanah, udara dalam tanah terdesak dan tanah menjadi basah, artinya seluruh ruang pori tanah terisi air. Tanah demikian dikatakan jenuh dengan air dan berada pada kemampuan retensi maksimum. Bila tebal lapisan menipis, tegangan pada batas antara air dengan udara meningkat sehingga menghentikan gerakan air ke bawah. Penggunaan air oleh tumbuhan karena penguapan akan menurunkan tebalnya lapisan air yang selanjutnya. Pengambilan air terus berlangsung selama tumbuhan efektif mengambil air dari lapisan tanah. Bila kehilangan air terus berlangsung menyebabkan lapisan air semakin menipis dan gaya yang mengikat air tanah meningkat dengan nyata (Hakim 1986).

2.8Hubungan Kadar Air Tanah terhadap Pertumbuhan tanaman

Kadar air tinggi memiliki kekurangan udara dan mungkin dapat menjadi

penghambat pertumbuhan serta perkembangan tanaman. Kecepatan pertumbuhan tanaman mencapai maksimum pada keadaan kelembaban tanah berada disekitar kapasitas lapang, karena pada keadaan itu oksigen cukup tersedia dan tegangan air cukup rendah sehingga memudahkan absorpsi air. Begitu air diserap, lapisan air menjadi tipis dan tegangan air meningkat, mengakibatkan absorpsi air menurun. Hal ini berlangsung sampai KAT mendekati titik layu permanen. Jika kadar air dalam tanah mendekati titik layu permanen atau dibawah nilai kapasitas lapang maka laju pertumbuhan dan fotosintesis umumnya menurun (Hakim et al. 1986).

BAB III. METODOLOGI 3.1Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Juni 2010, penanaman kentang dilakukan pada tanggal 22 Februari 2010. Lokasi penelitian berada pada koordinat 106o42’-107o25’ BT dan 6o21’-7o32’ LS dengan ketinggian ± 1250 mdpl bertempat Desa Galudra, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dengan luas lahan penelitian ±4000 m2 pada lahan tanpa irigasi (tadah hujan). Analisa contoh tanah dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah dan (SEAMEO BIOTROP), sedangkan untuk pengolahan data dilakukan di Laboratorium Agrometeorologi, GFM-FMIPA-IPB.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.2.1Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

 Bibit kentang varietas Granola-G0 (Sumber : Balai Penelitian Sayuran, Lembang, Bandung, Jawa Barat)  Data curah hujan lokasi penelitian bulan

Maret – Juni 2010

 Data pertumbuhan tanaman kentang bulan April 2010 pada lokasi penelitian  Data suhu udara (T) dan kelembaban

(9)

5

Ring sample tanah  Gelas ukur  Oven tanah

 Separangkat komputer dengan aplikasi Microsoft Office

3.2.3 Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan petak terpisah (Split-plot). Perlakuan penelitian adalah jarak tanam dan ukuran umbi (grade). Jarak tanam (J1, 20x30 cm) dan (J2, 20x20 cm) serta ukuran umbi (grade) adalah umbi grade A (besar), grade B (sedang) dan grade C (kecil). 3.3 Metode Penelitian

3.3.1Pengambilan Data Penelitian Pengambilan dan pengukuran data penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapangan.

a. Laboratorium

Pengukuran laboratorium dilakukan melalui kalibrasi contoh tanah yang diambil di lokasi penelitian. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada kedalaman tanah 10, 20, 40, 60, 80, dan 100 cm. Keenam contoh tanah tersebut dikeringkan melalui oven yang dilakukan di BIOTROP dengan suhu 105°C yang sebelumnya sudah ditimbang berat kering masing-masing contoh. Selanjutnya contoh tanah kering masing-masing kedalaman dimasukkan kedalam gelas plastik yang sudah berisi sensor KAT dengan pengisian tanah dipadatkan kemudian diberi air hingga terjadi drainase dari dasar gelas plastik. Pemberian label dan penimbangan berat basah dilakukan pada masing-masing contoh sebelum dan sesudah diberi air.

Pengukuran kalibrasi contoh tanah lokasi penelitian dilakukan setiap hari sekitar pukul 10:00 WIB, selama 30 hari menggunakan multimeter sampai KAT masing-masing contoh memiliki nilai KAT dibawah 10%.

Setelah dilakukan pengukuran kalibrasi contoh tanah di laboratorium diperoleh persamaan hubungan antara hambatan (kΩ) dengan KAT (%) (Tabel 1).

Tabel 1 Persamaan kalibrasi contoh tanah tiap kedalaman pertumbuhan tanaman meliputi tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun (helai), curah hujan dan KAT. Pengukuran di lapang dilakukan setiap seminggu (7 hari) sekali selama masa penanaman kentang kecuali data curah hujan dilakukan pengukuran setiap hari, mulai tanggal 9 Maret sampai 12 Mei 2010. Data pertumbuhan tanaman dan KAT diukur pada tanggal 26 Maret sampai 21 Mei 2010.

3.3.2 Analisa Data Penelitian  Pertumbuhan Tanaman Kentang

Data yang digunakan untuk mengukur dan menganalisa pertumbuhan tanaman kentang adalah tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun (helai). Tinggi tanaman dan jumlah daun diukur menggunakan metode non-destruktif, yaitu contoh tanaman yang digunakan untuk pengukuran adalah contoh tanaman kentang yang sama selama masa tanam.

Laju pertumbuhan tanaman digunakan rumus :

r = (Pt –Pt-1)/7 Keterangan :

Pt : Tinggi tanaman minggu ke-t (cm) Pt-1 : Tinggi tanaman minggu ke t-1 (cm) r : Laju pertumbuhan tanaman (cm/hari)  Curah Hujan

(10)

6

Gambar 1 Hubungan impedansi listrik (kΩ) dengan KAT(%) kalibrasi contoh tanah.

Kehilangan Air Tanaman Kentang Data yang digunakan untuk menduga nilai kehilangan air tanaman kentang melalui perhitungan neraca air adalah data pengukuran KAT di lokasi penelitian. Pengukuran KAT di lokasi penelitian dilakukan sekitar pukul 11.00 WIB selama masa tanam pada kedalaman 10, 20, 40, 60, 80 dan 100 cm. Pada lokasi penelitian, setiap 2 perlakuan dipasang 1 sensor KAT, sehingga diperoleh 6 data pengukuran KAT setiap minggunya.

Data KAT yang terukur di lapangan (kΩ) dikonversi kedalam persamaan kalibrasi laboratorium sesuai kedalaman menggunakan persamaan-persamaan pada Tabel 1 sehingga diperoleh nilai KAT (%). Nilai kadar air tanah dalam (%) selanjutnya dikonversi menjadi satuan (mm) untuk perhitungan neraca air mingguan menggunakan rumus sebagai berikut:

ETai : Evapotranspirasi aktual minggu ke-i (mm) Ditentukan berdasarkan analisis contoh tanah di Laboratorium Fisika Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor dengan metode

pengambilan contoh tanah utuh (undisturbed soil sample). Pengambilan contoh tanah adalah sebagai berikut:

1. Tanah diratakan dan dibersihkan terlebih dahulu, kemudian meletakkan ring dengan tegak pada tanah.

2. Ring ditekan sampai terbenam kedalam tanah dan mengerat tanah hingga mendekati ring dengan pisau.

3. Tanah yang berlebih dipotong sampai ring rata tertutup tanah kemudian menutupnya dengan tutup ring plastik.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Iklim Lokasi Penelitian

Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak di tengah Provinsi Jawa Barat dengan jarak sekitar 65 km dari ibukota Propinsi Jawa Barat (Bandung) dan 120 km dari ibukota Negara (Jakarta) dan terletak diantara koordinat 106o42’-107o25’ Bujur Timur dan 6o21’-7o32’ Lintang Selatan. Posisi tersebut menempatkan Kabupaten Cianjur berada ditengah-tengah wilayah Propinsi Jawa Barat, memanjang dari utara ke selatan. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi.

(11)

6

Gambar 1 Hubungan impedansi listrik (kΩ) dengan KAT(%) kalibrasi contoh tanah.

Kehilangan Air Tanaman Kentang Data yang digunakan untuk menduga nilai kehilangan air tanaman kentang melalui perhitungan neraca air adalah data pengukuran KAT di lokasi penelitian. Pengukuran KAT di lokasi penelitian dilakukan sekitar pukul 11.00 WIB selama masa tanam pada kedalaman 10, 20, 40, 60, 80 dan 100 cm. Pada lokasi penelitian, setiap 2 perlakuan dipasang 1 sensor KAT, sehingga diperoleh 6 data pengukuran KAT setiap minggunya.

Data KAT yang terukur di lapangan (kΩ) dikonversi kedalam persamaan kalibrasi laboratorium sesuai kedalaman menggunakan persamaan-persamaan pada Tabel 1 sehingga diperoleh nilai KAT (%). Nilai kadar air tanah dalam (%) selanjutnya dikonversi menjadi satuan (mm) untuk perhitungan neraca air mingguan menggunakan rumus sebagai berikut:

ETai : Evapotranspirasi aktual minggu ke-i (mm) Ditentukan berdasarkan analisis contoh tanah di Laboratorium Fisika Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor dengan metode

pengambilan contoh tanah utuh (undisturbed soil sample). Pengambilan contoh tanah adalah sebagai berikut:

1. Tanah diratakan dan dibersihkan terlebih dahulu, kemudian meletakkan ring dengan tegak pada tanah.

2. Ring ditekan sampai terbenam kedalam tanah dan mengerat tanah hingga mendekati ring dengan pisau.

3. Tanah yang berlebih dipotong sampai ring rata tertutup tanah kemudian menutupnya dengan tutup ring plastik.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Iklim Lokasi Penelitian

Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak di tengah Provinsi Jawa Barat dengan jarak sekitar 65 km dari ibukota Propinsi Jawa Barat (Bandung) dan 120 km dari ibukota Negara (Jakarta) dan terletak diantara koordinat 106o42’-107o25’ Bujur Timur dan 6o21’-7o32’ Lintang Selatan. Posisi tersebut menempatkan Kabupaten Cianjur berada ditengah-tengah wilayah Propinsi Jawa Barat, memanjang dari utara ke selatan. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi.

(12)

7

4.2Pertumbuhan Tanaman Kentang Pertumbuhan tanaman merupakan pertambahan ukuran panjang, luas, volume dan bobot organ sedangkan perkembangan merupakan diferensiasi fungsi organ vegetatif menjadi reproduktif pada suatu tanaman yang tidak dapat balik/irreversible (Nasir 2008). Jumlah daun dan tinggi tanaman merupakan peubah yang diamati, diukur dan dihitung untuk mengetahui pertumbuhan tanaman pada penelitian ini.

Tabel 2 Respon perlakuan terhadap peubah pertumbuhan tanaman kentang

Perlakuan

Tinggi

tanaman Jumlah daun

65 HST

Pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan pada 31 Hari Setelah Tanam (HST) sampai 65 HST. Akumulasi tinggi tanaman dan jumlah daun tertinggi berturut-turut adalah 39.2 cm dan 13 helai pada perlakuan J2B pada pengukuran 65 HST.

Perlakuan jarak tanam dan ukuran umbi (grade) memberikan respon yang berbeda pada setiap perlakuan. Jarak tanam 2 (J2, 20x20 cm) memiliki rata-rata pertumbuhan tanaman yang lebih tinggi dari pada jarak tanam 1 (J1, 20x30 cm). Terhadap jumlah daun pertumbuhan tanaman tidak terlalu berpengaruh karena daun tanaman kentang terserang hama penyakit yaitu hawar daun yang disebabkan oleh cendawan (Phytophthora infestans) dan layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), sehingga banyak daun yang gugur pada pengukuran ke-58 HST. Berikut grafik respon masing-masing perlakuan pertumbuhan tanaman kentang terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun.

Gambar 2 Tinggi tanaman kentang.

Gambar 3 Jumlah daun tanaman kentang. Menurut Samadi (2007) kentang varietas granola merupakan varietas kentang yang mempunyai masa tanam relatif pendek dibandingkan varietas lain yaitu sekitar 3 sampai 4 bulan dan sangat peka terhadap hama penyakit. Pada grafik pertumbuhan tanaman (Gambar 2 dan Gambar 3) pengukuran hanya dilakukan pada minggu ke-6 atau ke-65 HST untuk tinggi tanaman dan minggu ke-5 atau 59 HST untuk jumlah daun. Pengukuran peubah pertumbuhan pada minggu berikutnya tidak bisa dilakukan karena pada minggu tersebut contoh tanaman mulai terserang hama penyakit. Metode yang digunakan dalam pengukuran data pertumbuhan tanaman kentang adalah metode non-destruktif sehingga tanaman yang sudah mati tidak bisa dilakukan pengukuran pada minggu berikutnya.

(13)

8

karbohidrat yang dihasilkan pada saat tumbuh. Untuk fase reproduktif termasuk kedalam fase tua, fase panen dan pascapanen. Pada fase ini ditandai dengan pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup bunga, buah dan biji/umbi. Fase ini biasanya terjadi penimbunan karbohidrat dan tanaman tidak menggunakan karbohidrat seluruhnya melainkan menyimpan sebagian dari karbohidrat yang dihasilkan pada saat tumbuh.

Tabel 3 Fase pertumbuhan tanaman kentang (Dirjen Tanaman Pangan 1993 dalam Samadi 2007)

Penanaman kentang pada penelitian ini didominasi oleh fase vegetatif dari pada fase reproduktifnya. Hal tersebut terlihat pada tanaman kentang yang selama masa tanam tidak berbunga, karena karbohidrat yang terbentuk selama masa tanam lebih banyak digunakan untuk perkembangan batang, akar dan daun.

4.3 Lingkungan Tanaman Kentang

Menurut Anonim (1997) suhu udara yang dibutuhkan tanaman kentang berbeda antara pertumbuhan vegetatif dan reproduktif, pada fase vegetatif membutuhkan suhu 12-16°C sedangkan pada fase reproduktif 19-21°C. Kabupaten Cianjur merupakan daerah beriklim tropis terletak pada ketinggian ±1250 mdpl, dengan rata-rata CH 1500 mm/tahun. Lokasi penanaman tanaman kentang memiliki suhu rata-rata harian relatif konstan 21.6°C dengan kelembaban relatif (RH) 88.4% selama masa tanam.

Musim hujan merupakan kondisi yang cocok untuk tanaman kentang. Menurut Sunarjono (2007) CH yang dibutuhkan tanaman kentang adalah sekitar 300 mm/bulan atau 1000 mm/tahun.

Tabel 4 Curah Hujan terukur lokasi penelitian.

No. Bulan

Jumlah CH Kategori

(mm/bulan) berdasarkan (hari hujan)

1 Maret 398 Sedang

2 April 111 Rendah

3 Mei 110 Rendah

Tabel 4 menunjukkan jumlah CH bulanan yang terukur langsung di lokasi penelitian. Pengkategorian CH tersebut berdasarkan jumlah CH 150-300 mm/bulan termasuk kategori rendah, 300-600 mm/bulan masuk dalam kategori sedang dan ≥ 600 mm/bulan masuk kategori tinggi. Menurut (Boer et al. 2003) dalam Boer (2006) kondisi hujan yang disukai tanaman kentang ialah hujan yang sedang pada awal pertumbuhan, tinggi pada pertengahan musim pertumbuhan dan rendah pada akhir pertumbuhan.

Kebutuhan air tanaman kentang berdasarkan pengukuran CH bulanan terukur adalah pada fase awal pertumbuhan tanaman (33 HST) dan fase tua (103 HST) kebutuhan terukur masuk dalam kategori rendah sehingga tanaman mengalami defisit untuk memenuhi kehilangan air tanamn.

Defisit air merupakan suatu kondisi kadar air dalam tanah berada dibawah nilai kapasitas lapang. Defisit air pada fase pembentukan umbi menyebabkan kebutuhan air tanaman kentang untuk evapotranspirasi tidak terpenuhi secara optimal sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman untuk fase berikutnya.

4.4 Kehilangan Air Tanaman Kentang Input pendugaan kehilangan air melalui neraca air dalam penelitian ini adalah CH karena lokasi penelitian merupakan lahan tadah hujan/tanpa irigasi. Nilai komponen perhitungan neraca air pada masing-masing perlakuan berbeda-beda bergantung pada CH, KAT pada minggu pengukuran, KAT minggu sebelumnya, fisiologi tanaman, cuaca/iklim dan karakteristik tanah lokasi penelitian.

(14)

9

penguapan yang terjadi pada tanaman melalui kehilangan air melalui stomata ( Allen et al. 1998) dan sangat sulit dibedakan proses dan pengukuran di lapangan, sehingga pendugaan nilai kehilangan air tanaman kentang dalam penelitian ini dihitung melalui neraca air dalam bentuk ETa+Ro (Evapotranspirasi ditambah dengan run off).

Iklim tropis memiliki variasi radiasi dan suhu diurnal yang tidak berbeda jauh, sehingga menyebabkan nilai ETa dari bulan kebulan yang tidak terlalu besar. Nilai ETa di daerah tropis berkisar antara 4 sampai 6.5 mm/hari. Asumsi nilai ETa pada penelitian ini adalah 4 mm/hari karena lahan penanaman kentang pada penelitian ini adalah lahan tadah hujan, sehingga digunakan ETa paling minimum. Selain itu Kabupaten Cianjur merupakan daerah berketinggian lebih dari 1000 mdpl yang masuk kedalam kategori dataran tinggi, sehingga digunakan asumsi ETa paling minimum (ETa dataran tinggi lebih kecil daripada ETa dataran rendah).

Lampiran 4 menunjukkan nilai perhitungan komponen neraca air masing-masing perlakuan selama pengukuran. Kehilangan air tanaman dan run off (Ro) tertinggi adalah pada perlakuan J1A1&J2A2 berturut-turut 191.9 mm dan 57.5 mm selama 39 HST sampai dengan 75 HST. Selama pengukuran nilai total ETa+Ro/minggu lebih besar daripada total CH/minggu kecuali pada pengukuran ke-2 (9-16 April). Jika ETa+Ro lebih besar dari CH berarti kadar air tanah akan berkurang, dan jika terjadi terus menerus akan menyebabkan defisit air bagi tanaman. Nilai komponen neraca air pada Lampiran 4 sangat berbeda-beda setiap perlakuan. Kehilangan air dalam bentuk ETa+Ro (1 April - 7 Mei) dari berbagai perlakuan berkisar antara 146-191 mm, sedangkan untuk Ro berkisar antara antara 28-58 mm atau sekitar 19-30 % dari total kehilangan air tanaman kentang.

Secara keseluruhan total nilai kehilangan air tanaman kentang di lokasi penelitian dalam bentuk evapotranspirasi ditambah dengan Ro adalah 169 mm selama 36 hari pengukuran atau 4.6 mm/hari. Menurut Doorenbos dan Kassam (1979) dalam Kurnia (2004) nilai kebutuhan air tanaman yang dibutuhkan oleh kentang yaitu 350-625 mm/masa tanam (80-90 hari tanam).

4.5 Hubungan Simpanan KAT terhadap Laju Pertumbuhan Tanaman Kentang. Curah hujan yang tinggi belum tentu menyebabkan simpanan kadar air dalam tanah

dan kehilangan air tanaman dalam bentuk ETa+Ro besar (Gambar 4), hal tersebut bergantung pada laju infiltrasi tanah dan simpanan KAT pada minggu sebelumnya. Jika tanah dalam kondisi yang padat berarti laju infiltrasi tanah rendah sehingga saat CH tinggi air sulit terinfiltrasi ke dalam tanah (menyebabkan run off besar). Begitu pula sebaliknya saat kondisi tanah tidak padat (gembur) laju infiltrasi tinggi sehingga dapat menyebabkan simpanan KAT besar (Ro kecil)

Gambar 4 Curah hujan terukur dan simpanan kadar air tanah selama pengukuran.

Laju pertumbuhan merupakan suatu peningkatan tinggi tanaman tiap satuan waktu. Berdasarkan data tinggi tanaman maka dapat dihitung laju pertumbuhan tanaman kentang (cm/hari) seperti pada Tabel 5.

Tabel 5 Laju pertumbuhan tanaman kentang

LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN (cm/hari)

Perlakuan Hari Setelah Tanam (HST) 33 39 47 54 61

(15)

10

Gambar 5 Laju pertumbuhan tanaman kentang.

Tanda negatif pada Tabel 6 menunjukkan terjadi pengurangan simpanan kadar air tanah akibat evapotranspirasi tanaman, dan begitu juga sebaliknya tanda positif menunjukkan ada simpanan kadar air dalam tanah. Lokasi penelitian merupakan lahan tadah hujan yang selama pengukuran nilai CH kurang dari ETa untuk setiap minggunya. Hal tersebut menyebabkan nilai simpanan air dalam tanah rata-rata perminggu mengalami pengurangan akibat penggunaan air oleh tanaman kecuali pada pengukuran minggu ke-2 (9-16 April).

Ketersediaan air tanah bagi tanaman berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tanaman kentang dan setiap perlakuan memiliki respon yang berbeda-beda terhadap adanya simpanan air dalam tanah. Hubungan simpanan ketersediaan air terhadap pertumbuhan tanaman kentang pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 6 sampai 11.

Gambar 6 Hubungan simpanan KAT terhadap laju pertumbuhan tanaman perlakuan J2A.

Gambar 7 Hubungan simpanan KAT terhadap laju pertumbuhan tanaman perlakuan J1B. Tabel 6 Simpanan kadar air tanah tanaman kentang selama pengukuran.

Pengukuran

∆KAT Total ∆KAT

J2A1 J1B1 J1C1 J2B1 J1A1 J2C1

(mm/minggu)

J2C2 J1A2 J1B2 J1C2 J2A2 J1B2

1-9 A 15.9 -30.6 -13.1 -11.5 -19.3 -13.6 -72.2

9-16 A 16.1 26.3 18.9 27.8 30.9 23.4 143.4

16-23A 2.5 2.0 -0.6 3.4 -15.3 -0.7 -8.7

23-30 A -0.2 -2.7 -9.0 -19.7 -10.6 -9.0 -51.2

(16)

11

Gambar 8 Hubungan simpanan KAT terhadap laju pertumbuhan tanaman perlakuan J1C.

Gambar 9 Hubungan simpanan KAT terhadap laju pertumbuhan tanaman perlakuan J2B.

Gambar 10 Hubungan simpanan KAT terhadap laju pertumbuhan tanaman perlakuan J1A.

Gambar 11 Hubungan simpanan KAT terhadap laju pertumbuhan tanaman perlakuan J2C. Berdasarkan Gambar 6 hingga 11 hubungan antara simpanan KAT terhadap laju pertumbuhan tanaman pada masing-masing perlakuan memiliki kecenderungan yang berbeda. Saat simpanan KAT besar maka laju pertumbuhan belum tentu tinggi, begitu juga sebaliknya, sehingga laju pertumbuhan pada penelitian ini tidak hanya dipengaruhi oleh simpanan kadar air tanah saja, melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak teramati dalam penelitian ini.

4.6 Analisa Tanah laboratorium

Kedalaman 10-20 cm merupakan zona perakaran tanaman kentang dalam penelitian ini, sehingga KAT pada zona tersebut sangat berpengaruh terhadap kehilangan air tanaman dalam bentuk evapotranspirasi ditambah dengan Ro. Secara fisik tanah pada kedalaman 10 dan 20 cm memiliki karakteristik yang sama sehingga pengambilan contoh tanah untuk analisa KL di laboratorium dilakukan hanya pada kedalaman 10 cm. Berdasarkan hasil analisa laboratorium fisika tanah yang dilakukan pada contoh tanah kedalaman 10 cm memiliki nilai KL 28.0%.

(17)

12

Gambar 12 Kadar Air Tanah perlakuan J2A1&J2A2 kedalaman 10 dan 20 cm selama pengukuran.

Berdasarkan Gambar 12, kadar air tanah pada lapisan 10-20 cm cenderung berkurang setiap minggu pengukuran karena proses evaporasi tanah dan transpirasi tanaman (evapotranspirasi) pada lapisan tersebut. Nilai KAT pada kedalaman 20 cm lebih tinggi daripada kedalaman 10 cm. Kondisi tersebut terjadi karena pada lapisan atas permukaan tanah (10 cm) KAT lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan terkait cuaca daripada kedalaman 20 cm.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

a. Kehilangan air tanaman kentang berupa total evapotranspirasi aktual dan run off selama pengukuran pada 37 HST sampai 75 hari setelah tanam berkisar antara 148-191 mm atau 4.6 mm/hari, sedangkan untuk Ro berkisar antara antara 28-58 mm atau 19-30 % dari total kehilangan air tanaman kentang.

b. Selama pengukuran tanaman kentang dalam penelitian ini berdasarkan pendugaan kehilangan air melalui neraca air tanaman, simpanan kadar air tanah dan analisa laboratorium tanaman kentang rata-rata mengalami defisit air untuk memenuhi kehilangan air tanaman. c. Secara umum ketersediaan air berpengaruh

terhadap laju pertumbuhan tanaman kentang, namun pada penelitian ini hubungan antara simpanan kadar air tanah terhadap laju pertumbuhan tanaman pada masing-masing perlakuan memiliki kecenderungan yang berbeda. Saat simpanan KAT besar laju pertumbuhan belum tentu tinggi, begitu juga sebaliknya.

Laju pertumbuhan pada penelitian ini tidak hanya dipengaruhi oleh simpanan kadar air tanah saja, melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak teramati dalam penelitian ini.

5.2 Saran

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memisahkan antara evapotranspirasi aktual dan run off.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, R.G, Pereira, L.S, Raes, D and Smith, M. 1998. Crop Evapotranspiration, Guidelines for Computing Crop Water Requirements. FAO Irrigation and Drainage. Paper 56.

Anonim, 1997. Usaha Tani Kentang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.

Asril dan Hidayati, R. 1994. Respon Kadar Air Tanah dan Tanaman terhadap Pemberian Air yang Berbeda pada Sistem Tanam Monokultur dan Tumpangsari. J Agrom Indon 21-33 (1).

Baharsjah, J.S. 1987. Hubungan Cuaca Tanaman. Training Dosen Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Barat dalam Bidang Agroklimatologi. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bey, A dan Las, I. 1991. Stategi Pendekatan

Iklim dalam Usaha Tani. Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Bogor. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Boer, R. 2006. Pemanfaatan Informasi Iklim

Untuk Perencanaan Budidaya Tanaman Hortikultura. Workshop Pemberdayaan Petugas dalam Pengenalan dan Pengendalian OPT Hortikultura. Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, Wisma LPP-DIY.

Budihardjo, K. 2002. Tingkat dan Vigor Biji Kentang Granola dari Tanaman yang Dirangsang Pembungaannya. Jurnal Biota. Vol.VII (3) : 115-120.

(18)

12

Gambar 12 Kadar Air Tanah perlakuan J2A1&J2A2 kedalaman 10 dan 20 cm selama pengukuran.

Berdasarkan Gambar 12, kadar air tanah pada lapisan 10-20 cm cenderung berkurang setiap minggu pengukuran karena proses evaporasi tanah dan transpirasi tanaman (evapotranspirasi) pada lapisan tersebut. Nilai KAT pada kedalaman 20 cm lebih tinggi daripada kedalaman 10 cm. Kondisi tersebut terjadi karena pada lapisan atas permukaan tanah (10 cm) KAT lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan terkait cuaca daripada kedalaman 20 cm.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

a. Kehilangan air tanaman kentang berupa total evapotranspirasi aktual dan run off selama pengukuran pada 37 HST sampai 75 hari setelah tanam berkisar antara 148-191 mm atau 4.6 mm/hari, sedangkan untuk Ro berkisar antara antara 28-58 mm atau 19-30 % dari total kehilangan air tanaman kentang.

b. Selama pengukuran tanaman kentang dalam penelitian ini berdasarkan pendugaan kehilangan air melalui neraca air tanaman, simpanan kadar air tanah dan analisa laboratorium tanaman kentang rata-rata mengalami defisit air untuk memenuhi kehilangan air tanaman. c. Secara umum ketersediaan air berpengaruh

terhadap laju pertumbuhan tanaman kentang, namun pada penelitian ini hubungan antara simpanan kadar air tanah terhadap laju pertumbuhan tanaman pada masing-masing perlakuan memiliki kecenderungan yang berbeda. Saat simpanan KAT besar laju pertumbuhan belum tentu tinggi, begitu juga sebaliknya.

Laju pertumbuhan pada penelitian ini tidak hanya dipengaruhi oleh simpanan kadar air tanah saja, melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak teramati dalam penelitian ini.

5.2 Saran

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memisahkan antara evapotranspirasi aktual dan run off.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, R.G, Pereira, L.S, Raes, D and Smith, M. 1998. Crop Evapotranspiration, Guidelines for Computing Crop Water Requirements. FAO Irrigation and Drainage. Paper 56.

Anonim, 1997. Usaha Tani Kentang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.

Asril dan Hidayati, R. 1994. Respon Kadar Air Tanah dan Tanaman terhadap Pemberian Air yang Berbeda pada Sistem Tanam Monokultur dan Tumpangsari. J Agrom Indon 21-33 (1).

Baharsjah, J.S. 1987. Hubungan Cuaca Tanaman. Training Dosen Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Barat dalam Bidang Agroklimatologi. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bey, A dan Las, I. 1991. Stategi Pendekatan

Iklim dalam Usaha Tani. Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Bogor. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Boer, R. 2006. Pemanfaatan Informasi Iklim

Untuk Perencanaan Budidaya Tanaman Hortikultura. Workshop Pemberdayaan Petugas dalam Pengenalan dan Pengendalian OPT Hortikultura. Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, Wisma LPP-DIY.

Budihardjo, K. 2002. Tingkat dan Vigor Biji Kentang Granola dari Tanaman yang Dirangsang Pembungaannya. Jurnal Biota. Vol.VII (3) : 115-120.

(19)

PENDUGAAN KEHILANGAN AIR MELALUI PERHITUNGAN

NERACA AIR SERTA ANALISIS PERTUMBUHAN

TANAMAN KENTANG (

Solanum tuberosum

L.)

RIA HAMIDA AGUSTINA

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(20)

12

Gambar 12 Kadar Air Tanah perlakuan J2A1&J2A2 kedalaman 10 dan 20 cm selama pengukuran.

Berdasarkan Gambar 12, kadar air tanah pada lapisan 10-20 cm cenderung berkurang setiap minggu pengukuran karena proses evaporasi tanah dan transpirasi tanaman (evapotranspirasi) pada lapisan tersebut. Nilai KAT pada kedalaman 20 cm lebih tinggi daripada kedalaman 10 cm. Kondisi tersebut terjadi karena pada lapisan atas permukaan tanah (10 cm) KAT lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan terkait cuaca daripada kedalaman 20 cm.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

a. Kehilangan air tanaman kentang berupa total evapotranspirasi aktual dan run off selama pengukuran pada 37 HST sampai 75 hari setelah tanam berkisar antara 148-191 mm atau 4.6 mm/hari, sedangkan untuk Ro berkisar antara antara 28-58 mm atau 19-30 % dari total kehilangan air tanaman kentang.

b. Selama pengukuran tanaman kentang dalam penelitian ini berdasarkan pendugaan kehilangan air melalui neraca air tanaman, simpanan kadar air tanah dan analisa laboratorium tanaman kentang rata-rata mengalami defisit air untuk memenuhi kehilangan air tanaman. c. Secara umum ketersediaan air berpengaruh

terhadap laju pertumbuhan tanaman kentang, namun pada penelitian ini hubungan antara simpanan kadar air tanah terhadap laju pertumbuhan tanaman pada masing-masing perlakuan memiliki kecenderungan yang berbeda. Saat simpanan KAT besar laju pertumbuhan belum tentu tinggi, begitu juga sebaliknya.

Laju pertumbuhan pada penelitian ini tidak hanya dipengaruhi oleh simpanan kadar air tanah saja, melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak teramati dalam penelitian ini.

5.2 Saran

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memisahkan antara evapotranspirasi aktual dan run off.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, R.G, Pereira, L.S, Raes, D and Smith, M. 1998. Crop Evapotranspiration, Guidelines for Computing Crop Water Requirements. FAO Irrigation and Drainage. Paper 56.

Anonim, 1997. Usaha Tani Kentang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.

Asril dan Hidayati, R. 1994. Respon Kadar Air Tanah dan Tanaman terhadap Pemberian Air yang Berbeda pada Sistem Tanam Monokultur dan Tumpangsari. J Agrom Indon 21-33 (1).

Baharsjah, J.S. 1987. Hubungan Cuaca Tanaman. Training Dosen Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Barat dalam Bidang Agroklimatologi. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bey, A dan Las, I. 1991. Stategi Pendekatan

Iklim dalam Usaha Tani. Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Bogor. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Boer, R. 2006. Pemanfaatan Informasi Iklim

Untuk Perencanaan Budidaya Tanaman Hortikultura. Workshop Pemberdayaan Petugas dalam Pengenalan dan Pengendalian OPT Hortikultura. Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, Wisma LPP-DIY.

Budihardjo, K. 2002. Tingkat dan Vigor Biji Kentang Granola dari Tanaman yang Dirangsang Pembungaannya. Jurnal Biota. Vol.VII (3) : 115-120.

(21)

13 B.G, Bailey, H.H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu tanah. Lampung. Universitas Lampung.

Harjadi, S.S. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia.

Herlina, S.N, Handoko, Nasir, A.A. 1993. Respon Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Melon terhadap Ketersediaan Air. J Agrom Indon 53-60 (1).

Kurnia, U. 2004. Prospek Pertanian Pertanian Tanaman Semusim Lahan Kering. J Lit Per 23 (4).

Murdiyarso, D. 1991. Hubungan Air Tanaman. Kapita Selekta Dalam Agrometeorologi. Bogor. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nasir, A.A. 2008. Meteorologi Pertanian. Departemen Geofisika dan Meteorologi. FMIPA. Institut Pertanian Bogor.

Nugraha, A.R dan Darmasetiawan, H. 1994. Pengaruh Tingkat Ketersediaan Air Tanaman dan Mulsa terhadap Suhu Tanah serta Pertumbuhan dan Hasil Bawang Putih (Alium sativum L.). J Agrom Indon 61-68 (1).

Nurmayulis. 2005. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) yang Diberi Pupuk Organik Difermentasi, azospirillum sp., dan Pupuk Nitrogen di Pangalengan dan Cisarua. [Disertasi]. Bandung. Program Pasca Sarjana. Universitas Padjajaran. Oktora, T. 2002. Potensi Pakan hijauan di tiga

Desa di Kabupaten Cianjur. [skripsi]. Bogor. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Riajaya, P.D dan Setiawan, A.C. 1994. Analisa Neraca Air pada Kapas. J Agrom Indon 69-78 (1).

Rubatzky, E.V, Yamaguchi, M. 1998. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi, Jilid 1/Vincent. Bandung. Institut Tehnologi Bandung.

Samadi, B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta. Kanisius. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah.

Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Sulistiono, R. 2005. Model Simulasi Perkembangan Penyakit Tanaman Berbasis Agroklimatologi untuk Prediksi Penyakit Hawar Daun Kentang (Phytopthora infestans). [Disertasi]. Bogor. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Thomas. 1994. Pengaruh Defisit Air Terhadap

(22)

PENDUGAAN KEHILANGAN AIR MELALUI PERHITUNGAN

NERACA AIR SERTA ANALISIS PERTUMBUHAN

TANAMAN KENTANG (

Solanum tuberosum

L.)

RIA HAMIDA AGUSTINA

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(23)

ABSTRACT

RIA HAMIDA AGUSTINA. The Estimation of Water Loss through the Water Balance and the Potato Growth Analysis (Solanum tuberosum L.).Under direction of HANDOKO.

The growth and the production of a plant are determined by favourable environment. Soil is water reservoir and planting area for which the capability to keep the water in the soil will determine the total water that can be used for the plant. Water availability in the soil is used by the plant to fullfil plant’s water requirement such actual evapotranspiration and runoff which can be calculated by using the water balance. The objective of this research is to calculate the potato water loss during the measurement through the water balance and to analyse the effect on potato growth. The result of this research shows that the potato water loss (actual evapotranspiration and runoff) during measurement on 37 days until 73 days after planting is 148-191 mm or 4.6 mm/days, whereas the run off is 28-59 mm or 19-30 % from total water loss potato. The relations between soil water content and the growth rate in each treatment has a different disposed. When the storage of soil water content is high, the growth rate is uncertainly high, and vice versa. The growth rate is of the potato in this research not only influenced by soil water content, but also influenced by other factors that are not observed in this research.

(24)

ABSTRAK

RIA HAMIDA AGUSTINA. Pendugaan Kehilangan Air melalui Perhitungan Neraca Air Serta Analisis Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Dibimbing oleh HANDOKO.

Pertumbuhan dan produksi tanaman ditentukan oleh keberadaan air tanah dan faktor lingkungan yang menunjang. Tanah merupakan tempat penyimpanan air dan media tanam sehingga kemampuan tanah untuk menyimpan air akan menentukan jumlah air yang dapat digunakan oleh tanaman. Kebutuhan air tanaman diperlukan tanaman untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi yang dapat dihitung melalui perhitungan neraca air. Neraca air merupakan rincian masukan dan keluaran air di suatu tempat pada suatu periode waktu tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kehilangan air tanaman kentang selama pengukuran melalui pendekatan neraca air serta menganalisa pengaruh simpanan kadar air tanah terhadap pertumbuhan tanaman kentang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehilangan air tanaman kentang berupa total evapotranspirasi aktual ditambah run off selama penanaman pada pengukuran 37 HST sampai 75 HST adalah 148-191 mm atau 4.6 mm/hari, sedangkan untuk nilai run off berkisar antara 28-58 mm atau 19-30 % dari total kehilangan air tanaman kentang. Simpanan kadar air tanah terhadap laju pertumbuhan tanaman pada masing-masing perlakuan memiliki kecenderungan yang berbeda. Saat simpanan kadar air tanah tinggi, laju pertumbuhan belum tentu tinggi, dan sebaliknya. Laju pertumbuhan tanaman kentang pada penelitian ini tidak hanya dipengaruhi oleh simpanan kadar air tanah saja, melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak teramati dalam penelitian ini.

(25)

PENDUGAAN KEHILANGAN AIR MELALUI PERHITUNGAN

NERACA AIR SERTA ANALISIS PERTUMBUHAN

TANAMAN KENTANG

(Solanum tuberosum

L.

)

RIA HAMIDA AGUSTINA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(26)

Judul : Pendugaan Kehilangan Air melalui Perhitungan Neraca Air Serta Analisis Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

Nama : Ria Hamida Agustina NRP : G24062989

Disetujui

Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Handoko, M.Sc) NIP. 19591130 198303 1 003

Mengetahui

Ketua Departemen Geofisika dan Meteorologi

(Dr. Ir. Rini Hidayati, MS) NIP. 19600305 198703 2 002

(27)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT atas segala rahmat, ridha, kelancaran, dan kemudahan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pendugaan Kehilangan Air melalui Perhitungan Neraca Air Serta Analisis Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)yang merupakan syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor dengan baik. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Galudra, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Atas kelancaran dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian hingga penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Handoko, M.Sc dan Bapak I Putu Santikayasa, S.Si, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, kesempatan, diskusi, ilmu serta bimbingan selama penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik. 2. Bapak dan Ibu dosen serta staf Departemen Geofisika dan Meteorologi atas ilmu yang

bermanfaat yang diberikan selama perkuliahan.

3. Bapak Yon Sugiarto, S.Si, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Sobri Effendy, M.Si selaku dosen penguji atas diskusi serta saran dalam penulisan skripsi.

4. Keluarga tersayang : Bapak Purno Hermanto, Ibu Sri Unon, Mbak Risna Okvitasari dan Dek Wahyu Hidayatur Rosyidah tersayang atas cinta, doa, dukungan, nasehat dan kasih yang tak pernah henti sampai saat ini.

5. Laboratorium Workshop Instrumentasi Departemen Geofisika dan Meteorologi, Balai Penelitian Tanah Bogor dan Pusat Studi Regional Penelitian Biologi Tropis (BIOTROP) atas perancangan alat dan analisa data penelitian.

6. Ibu Salwati, SP, M.Si dan Bapak Agus atas bantuan data dan ilmu selama di lapangan. 7. Teman-teman seperjuangan penelitian Laboratorium Agrometeorologi : Kak Hardie

Manurung, Kak Wahyu Suprapto, Titik Kodarsih dan Aryani atas kerjasamanya di lapangan. 8. Kakak-kakak GFM’40, GFM’41, GFM’42, teman-teman GFM’44, Lastri Yanti Simanjuntak,

Willy Wulansari dan all GFM’43 yang telah banyak mengajarkan arti persahabatan, kerjasama, perjuangan, dan kehidupan.

9. Teman-teman luar biasa : Mas Didik Heriawan Setiabudi PMT’40, Tito Tegar ITP’43, Yeni Marlina MNH’43, Citra Fibriana BDP’43, Widian Setyorini INTP’43, kakak-kakak dan adik-adik OMDA Manggolo Putro atas semangat, doa, perjuangan dan kebersamaan meraih mimpi dan cita-cita yang sama di Kota Bogor.

10. Teman-teman housemates : Rizki Mulya Sari PSP’43, Mbak Nur Annisa Utami ITP’42, Sri Mulyani MNH’44, Saidatul Istiqomah ARL’44, Nurul Firdausi TEP’43, Ina Suhartina THH’44, dan Dwi Febriyana BIK’44 atas keceriaan dan kekeluargaannya.

11. Exsan Sulistyo Pambudi, Maharranum Ayuningtyas and Iwan Pafroji, I love our time. Serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi, penulis mengucapkan terimakasih dan berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Bogor, Januari 2011

(28)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Ponorogo Jawa Timur, 17 Agustus 1988 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Purno Hermanto dan Ibu Sri Unon. Penulis meyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri 1 Gupolo (tahun 2000), SLTP Negeri 6 Ponorogo (tahun 2003) dan SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo (tahun 2006). Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI IPB), dan pada Bulan Agustus tahun 2007, penulis melanjutkan studi bidang Meteorologi di Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, dan mendalami bidang Agrometeorologi sebagai bidang khusus penelitian.

(29)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) ... 1 2.2 Pertumbuhan Perkembangan dan Respon Tanaman Kentang terhadap Cuaca/Iklim ... 1 2.3 Lingkungan Tanaman Kentang ... 2 2.4 Tanah ... 2 2.5 Neraca Air Tanaman Kentang ... 2 2.6 Kadar Air Tanah (KAT) ... 3 2.7 Air Tanah ... 4 2.8 Hubungan Kadar Air Tanah terhadap Pertumbuhan tanaman ... 4 BAB III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 4 3.2 Bahan dan Alat Penelitian ... 4 3.3 Metode Penelitian ... 5 3.3.1 Pengambilan Data Penelitian ... 5 3.3.2 Analisa Data Penelitian ... 5 3.3.3 Analisa Laboratorium... 6 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Iklim Lokasi Penelitian ... 6 4.2 Pertumbuhan Tanaman Kentang... 7 4.3 Lingkungan Tanaman Kentang ... 8 4.4 Kehilangan Air Tanaman Kentang ... 8 4.5 Hubungan Simpanan KAT terhadap Laju Pertumbuhan Tanaman Kentang ... 9 4.6 Analisa Tanah laboratorium ... 11 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(30)

ix

DAFTAR TABEL

(31)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Tabel 1  Persamaan kalibrasi contoh tanah tiap kedalaman
Gambar 1 Hubungan impedansi listrik (kΩ) dengan KAT(%) kalibrasi contoh tanah.
Gambar 1 Hubungan impedansi listrik (kΩ) dengan KAT(%) kalibrasi contoh tanah.
Tabel 2  Respon perlakuan terhadap peubah pertumbuhan tanaman kentang
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Pemohon dapat melihat atau mendengarkan dokumen yang akan diminta sebelum mengajukan permohonan secara resmi guna kepentingan permohonanya, sepanjang dokumen

200 sedangkan pada batas susut (SL), batas plastis (PL) mengalami kenaikan. Menurut metode AASHTO, tanah termasuk dalam klasifikasi A-7-5 dengan tipe material yang

pada waktu malam hari mereka gunakan untuk refresing. Jika malam semakin larut akan lebih mengasikkan jika dibumbui dengan judi. Biasa judi itu dilakukan dikos

Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijogo dengan Dewi Saroh (adik kandung Sunan Giri). Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya,

Berdasarkan prevalensi hipertensi yang cukup tinggi pada penduduk Indonesia serta beban biaya yang besar apabila telah berkembang menjadi komplikasi penyakit jantung dan

Operator dalam bahasa pemrograman Pascal yang digunakan untuk mendapatkan sisa hasil bagi sebuah bilangan oleh bilangan lain adalah ..... Format file asli Adobe

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 23 pada tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 99,5% yang berarti bahwa

Keberadaan Partai Gerindra dalam pentas politik nasional memiliki visi“menjadi partai politik yang mampu menciptakan kesejahteraan rakyat, keadilan sosial, dan tatanan politik