• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biologi Reproduksi Undur-undur laut Emerita emeritus Di Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Biologi Reproduksi Undur-undur laut Emerita emeritus Di Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BIOLOGI REPRODUKSI UNDUR-UNDUR LAUT

EMERITA

EMERITUS

DI KECAMATAN BULUSPESANTREN

KABUPATEN KEBUMEN, JAWA TENGAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Biologi Reproduksi Undur-Undur Laut Emerita emeritus di Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

(4)

ABSTRAK

DEWI AYU KUSUMAWARDANI. Biologi Reproduksi Undur-Undur Laut Emerita emeritus di Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Dibimbing oleh YUSLI WARDIATNO dan ALI MASHAR.

Undur-undur laut merupakan salah satu sumber daya perikanan di Kebumen yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur aspek biologi reproduksi meliputi nisbah kelamin, fekunditas, stadia dan perkembangan telur serta alternatif pengelolaan. Penelitian dilakukan di pantai berpasir di Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah pada bulan Oktober 2012 hingga Februari 2013. Hasil nisbah kelamin tidak seimbang dengan nilai rata-rata nisbah kelamin betina dan jantan 98.73 dan 1.17. Jumlah undur-undur laut yang diambil selama penelitian adalah 1243 ekor. Hubungan fekunditas terhadap panjang karapas undur-undur laut ditemukan persamaan F= 150.32CL – 3044.6 dengan nilai koefisien (R2) sebesar 42.53%. Nilai fekunditas terhadap panjang karapas per tahapan juga mempunyai nilai koefisien yang kecil. Sebaran diameter telur dari undur-undur laut menunjukkan tipe pemijahan total spawner. Ukuran diameter telur per stadia juga rata-rata mengalami peningkatan walaupun tidak berbeda nyata. Alternatif pengelolaan yang disarankan untuk sumber daya undur-undur laut di Kabupaten Kebumen yaitu selektifitas penangkapan.

Kata kunci : Biologi Reproduksi, Kebumen, Undur-Undur Laut.

ABSTRACT

DEWI AYU KUSUMAWARDANI. Biology reproduction of mole crab Emerita emeritus in subdistric of Buluspesantren, district of Kebumen, Central Java. Supervised by YUSLI WARDIATNO and ALI MASHAR.

Mole crab is well known as one of fisheries resources in Kebumen which has the potential to use. This research aimed to measure aspect of biology reproduction such as sex ratio, fecundity, classification and development egg, and alternative of management plan for fisheries. The research was conducted at sandy beach in Subdistric of Buluspesantren Distric of Kebumen, Central Java in the period of October 2012 until February 2013. The result of sex ratio is unbalanced with average of 98.73% for female and 1.17% for male. Total number of mole crab that taken during the research was 1243 individuals. The relationship of fecundity

and lenght carapas was estimated F= 150.32CL – 3044.6 with number of

coefficient (R2) is 42.53%. Fecundity of lenght carapas in stages also had a little

number of coefficient. Result of egg diameter of mole crab show that the type of reproductive is total spawner. Size of egg diameter had a increased number. The alternative of management plan for mole crab resources in Kebumen is selectifity of catch.

(5)

BIOLOGI REPRODUKSI UNDUR-UNDUR LAUT

EMERITA

EMERITUS

DI KECAMATAN BULUSPESANTREN

KABUPATEN KEBUMEN, JAWA TENGAH

DEWI AYU KUSUMAWARDANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Biologi Reproduksi Undur-undur laut Emerita emeritus Di Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah

Nama Mahasiswa : Dewi Ayu Kusumawardani

NRP : C24090040

Disetujui oleh

Dr Ir Yusli Wardiatno, M Sc.

Pembimbing I

Diketahui oleh

Tanggal lulus:

Dr Ir M Mukhlis Kamal, M Sc Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Biologi Reproduksi Undur-undur laut Emerita emeritus Di Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Dr Ir Yusli Wardiatno, M Sc dan Bapak Ali Mashar, S Pi, M Si selaku pembimbing.

2. Bapak Dr Ir Bambang Widigdo selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dalam perkuliahan.

3. Ibu Dr Ir Yunizar Ernawati, MS selaku penguji tamu dan Ibu Dr. Majariana Krisanti, S Pi, M Si selaku perwakilan departemen.

4. Keluarga besar Mba Eni Megawati atas bantuannya selama penulis mengambil data dan tim penelitian undur-undur laut (Mba Eni, Made dan Yuli) atas kerjasamanya selama pengambilan data.

5. Ayah, ibu, kakak yang telah sabar membimbing dan mendoakan penulis. 6. Teman seperjuangan (Ratih Purnamasari, Janty Widyasti, Nisa Agustina,

Ananda Listya, Anggia Imani, Eka Hardia Yuliningsih, Rodearni Simarmata, Gilang Rusrita Aida, Viska Donita Prahadina, Surya Gentha Akmal, Nolalia, Nur Mar A Siregar, Tyas Dita Pramesthy, Conny Puji Lestari, Fauzia A.W., Selvia Oktaviyani, Atim A. Wiyaniningtiyah) atas perhatian yang diberikan.

7. Sahabat Triyani Rosariana atas dukungan dan persahabatannya selama ini.

8. Seluruh teman MSP 46, MSP 45, MSP 47, MSP 48 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas semangat yang diberikan.

Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………. vii 

DAFTAR TABEL………. viii 

DAFTAR GAMBAR………. viii 

DAFTAR LAMPIRAN……….. viii 

PENDAHULUAN……….. 1 

Latar Belakang ... 1 

Perumusan Masalah ... 1 

Tujuan Penelitian ... 2 

METODE……… 2 

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 2 

Alat dan Bahan ... 2 

Pengumpulan Data ... 3 

Analisis Laboratorium... 3 

Analisis Data ... 3 

Nisbah Kelamin ... 3 

Fekunditas ... 4 

Diameter telur ... 4 

Stadia Telur dan Perkembangan Telur ... 4 

Hubungan Panjang Karapas dengan Fekunditas Undur-Undur Laut ... 6 

HASIL DAN PEMBAHASAN………... 6 

Hasil ... 6 

Nisbah Kelamin ... 6 

Komposisi Betina ... 7 

Stadia Telur ... 8 

Fekunditas ... 9 

Perkembangan dan Diameter Telur ... 11 

Pembahasan ... 12 

Alternatif Pengelolaan ... 15 

KESIMPULAN DAN SARAN………... 16 

Kesimpulan ... 16 

Saran... 16 

DAFTAR PUSTAKA………. 16 

LAMPIRAN………... 18 

(11)

DAFTAR TABEL

1 Klasifikasi stadia dan perkembangan telur undur-undur laut Emerita emeritus ... 5 2 Nisbah kelamin Emerita emeritus ... 7

DAFTAR GAMBAR

1 Perbedaan undur-undur laut betina (a) dan jantan (b) ... 6 2 Komposisi undur-undur laut Emerita emeritus betina yang bertelur dan

tidak bertelur ... 7 3 Perbedaan betina saat bertelur (a) dan saat tidak bertelur (b) ... 8 4 Komposisi stadia telur undur-undur laut Emerita emeritus ... 8 5 Hubungan fekunditas dengan panjang karapas undur-undur laut

Emerita emeritus ... 9 6 Hubungan fekunditas dengan panjang karapas undur-undur laut tahap

1 ... 10 7 Hubungan fekunditas dengan panjang karapas undur-undur laut tahap

2 ... 10 8 Hubungan fekunditas dengan panjang karapas undur-undur laut tahap

3 ... 10 9 Diameter telur undur-undur laut Emerita emeritus ... 11 10 Ukuran diameter telur Emerita emeritus tiap stadia ... 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan diameter telur undur-undur laut selama penelitian ... 18 2 Contoh perhitungan rancangan lengkap terhadap ukuran diameter telur

pada stadia telur undur-undur laut ... 18 3 Alat tangkap serok yang digunakan untuk menangkap undur-undur laut

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah pertemuan antara wilayah lautan dan daratan yang memiliki potensi sumber daya laut yang sangat besar. Namun, sebagian besar dari sumber daya laut belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Undur-undur laut merupakan salah satu contoh potensi alam laut yang belum dikenal dan dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat.

Undur-undur laut adalah salah satu ordo decapoda yang dapat ditemukan di pantai berpasir Kebumen yang memiliki sebaran dan kelimpahan yang relatif tinggi (Anonim 2002 in Mursyidin 2007). Undur-undur laut atau dikenal sebagai yutuk yang ditemukan di pantai Kebumen terdapat 3 jenis, yaitu Emerita emeritus,

Hippa adactyla, dan Albunea symmysta. Jenis Emerita emeritus merupakan jenis

undur-undur laut paling banyak ditemukan di pantai berpasir Kebumen.

Bagi sebagian besar masyarakat Kebumen, undur-undur laut banyak dimanfaatkan dalam skala kecil sebagai makanan olahan dan makanan jajanan khas dari Kebumen serta dimanfaatkan pula sebagai umpan buatan. Undur-undur laut juga memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, diantaranya adalah mengandung asam lemak dan omega 6 (Mursyidin 2007).

Undur-undur laut jantan dan betina aktif bereproduksi setiap tahunnya. Mereka dapat memproduksi sekitar ribuan telur setiap harinya. Fekunditas telur undur-undur laut dari pantai selatan Yogyakarta relatif tinggi yaitu antara 1.410– 11.983 butir telur yang berbanding lurus dengan panjang dan lebar karapas serta berat tubuhnya (Trijoko 1988 in Mursyidin 2007). Larva dari undur-undur laut menghabiskan waktu sebulan di laut sebelum menghabiskan waktunya di pantai berpasir (FMSA 2002).

Di Indonesia, penyebaran undur-undur laut belum diketahui secara pasti. Penelitian biologi tentang undur-undur laut pun belum banyak dilakukan sehingga informasi mengenai aspek biologi seperti aspek pertumbuhan, reproduksi, fekunditas, dan lain-lain masih sulit ditemukan. Maka dari itu, penelitian mengenai aspek biologi khususnya reproduksi undur-undur laut penting dilakukan untuk mengetahui informasi sumber daya undur-undur laut yang terdapat di perairan Indonesia, khususnya di Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Perumusan Masalah

(13)

2

buatan. Namun seiring dengan pemanfaatan undur-undur laut yang semakin banyak menyebabkan jumlah undur-undur laut menjadi berkurang. serta kurangnya data dan informasi biologi mengenai undur-undur laut menyebabkan peneliti tidak mengetahui aspek-aspek biologi perikanan undur-undur laut secara optimal. Salah satu cara untuk mengetahui aspek biologi perikanan secara optimal adalah dengan mengetahui aspek biologi dari undur-undur laut, salah satunya adalah aspek biologi reproduksi. Adapun parameter yang digunakan adalah nisbah kelamin, fekunditas, stadia telur, dan diameter telur.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur aspek biologi reproduksi Emerita emeritus yang meliputi nisbah kelamin, fekunditas, stadia telur, dan diameter telur undur-undur laut dan alternatif pengelolaan yang berada di Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan contoh undur-undur laut dilakukan di Pantai Berpasir, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu pengambilan data primer dan analisis data. Pengambilan contoh data primer berupa Emerita emeritus dilaksanakan mulai bulan Oktober 2012 hingga Februari 2013 dengan interval waktu pengambilan contoh 1 bulan. Sedangkan analisis data dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor mulai pada bulan Februari 2013.

Alat dan Bahan

(14)

3

Pengumpulan Data

Pengambilan contoh Emerita emeritus ditentukan dengan dua teknik, yaitu teknik aduk dan teknik sorok. Emerita emeritus dengan teknik aduk diambil di sekitar pantai. Pengambilannya dilakukan dengan cara pasir diaduk atau digali hingga Emerita emeritus tersebut ditemukan. Pengambilan contoh Emerita emeritus dengan teknik sorok yaitu menggunakan alat tangkap sorok. Pengambilan dilakukan dengan cara pasir disorok dan ketika pasir sudah mulai bergelembung, Emerita emeritus mulai menampakkan diri dan siap diambil menggunakan tangan. Pengambilan contoh dilakukan di swash zone yaitu daerah pencucian yang mengikuti air pasang laut. Daerah tersebut ditelusuri menggunakan kedua teknik yang dibantu dengan walking meassure untuk penentuan jarak. Pengambilan contoh dilakukan sekitar ± 3km di daerah swash zone dengan kedua teknik.

Analisis Laboratorium

Analisis Emerita emeritus di laboratorium dilakukan untuk mengetahui panjang bobot dan perhitungan telur (fekunditas). Pengukuran panjang karapas, panjang dan lebar telson serta bobot tubuh dilakukan dengan menggunakan tali atau benang yang kemudian diukur menggunakan penggaris dengan ketelitian 0.5mm. Pengukuran bobot tubuh juga dilakukan pengukuran dengan menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,1mm.

Penentuan nisbah kelamin juga dilakukan dengan melihat jenis kelamin dari Emerita emeritus. Apabila jenis kelamin tersebut betina, dilakukan perhitungan telur dan ukuran telur serta stadia telur. Perhitungan telur dilakukan dengan menggunakan metode sensus yaitu dengan menghitung semua telur yang ada. Perhitungan telur dilakukan dengan mengeluarkan telur yang ada dibawah telson ke dalam cawan petri, kemudian diberi sedikit air dan diambil dengan menggunakan pipet sedikit demi sedikit untuk memudahkan dalam menghitung. Setelah perhitungan telur, dilakukan pengamatan stadia telur secara morfologi dan pengukuran diameter telur dengan bantuan mikroskop. Pengukuran diameter telur dilakukan pada semua stadia telur Emerita emeritus.

Analisis Data

Nisbah Kelamin

(15)

4

Keterangan:

P = Rasio undur-undur laut (jantan atau betina) (%) n = Jumlah jantan atau betina (Ind)

N = Jumlah total undur-undur laut (jantan+betina) (Ind)

Fekunditas

Fekunditas merupakan jumlah telur yang terdapat pada Emerita emeritus betina pada saat akan memijah (Bagenal 1973 in Syahailatua 1998). Fekunditas mempunyai keterkaitan dengan umur, panjang atau bobot individu dan spesies. Metode yang digunakan untuk menghitung fekunditas adalah metode sensus, yaitu dengan menghitung semua jumlah telur yang ada.

Diameter telur

Diameter telur merupakan garis tengah dari suatu telur yang diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera. Pengukuran diameter telur dilakukan pada telur contoh dari semua stadia telur Emerita emeritus. Telur diambil dan disusun kedalam gelas objek. Selanjutnya telur diamati di bawah mikroskop yang telah dilengkapi mikrometer.

Stadia Telur dan Perkembangan Telur

(16)

5

Tabel 1 Klasifikasi stadia dan perkembangan telur undur-undur laut Emerita emeritus (Sumber: Subramoniam 1979).

Stadia Deskripsi

I Butiran kuning telur mulai tampak; massa telur

berwarna oranye cerah.

II Telah terjadi pembelahan dan blastomer sudah

terlihat; massa telur berwarna oranye cerah.

III Kuning telur yang bebas secara beruntun

menjadi putih dan membuatnya terlihat di kutub anima; sel ektoderm hadir dalam bagian yang transparan.

IV Satu kuarter kuning telur telah bersih; sabuk

putih mengelilingi kuning telur yang sudah berada di tengah; dalam kutub anima periode tersebut dikenali; spot pigmen merah terlihat di tepi kuning telur; massa telur berwarna oranye yang kusam.

V Sepertiga kuning telur telah termanfaatkan;

bintik dua mata yang terbentuk sudah terlihat; ditemukan di dalam kutub aseksual; duapertiga kuning telur telah bersih; pigmen merah menyebar ke seluruh ruang putih.

VII Massa telur berwarna oranye keabu-abuan;

kuning telur ditemukan di dua kluster dalam pusatnya; luaran dari embrio telah terbentuk; detak jantung terlihat secara visual; bintik mata terbentuk dengan sangat baik.

VIII Massa telur berwarna abu-abu pucat; kuning

telur tanpa warna dalam bentuk globula oli terlihat hanya di bawah mata sebagai dua kantung; detak jantung menonjol; embrio hampir terbentuk secara sempurna.

IX Embrio membentuk sempurna; massa telur

berwarna putih; tidak ada globula kuning telur yang terlihat; larva akan segera hadir.

(17)

6

Hubungan Panjang Karapas dengan Fekunditas Undur-Undur Laut

Analisis hubungan panjang karapas dan fekunditas dapat menggunakan analisis korelasi linier. Korelasi linier didapatkan dengan cara meregresikan panjang karapas sebagai peubah x dengan fekunditas sebagai peubah y, sehingga akan didapatkan nilai korelasi yaitu berupa nilai r. Nilai korelasi kecil apabila nilai r mendekati nol dan nilai korelasi besar apabila nilai r mendekati +1 atau -1 (Steel and Torrie 1980 in Megawati 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Nisbah Kelamin

Nisbah kelamin merupakan perbandingan jumlah Emerita emeritus betina dan jantan. Penentuan jenis kelamin betina dan jantan Emerita emeritus dilakukan dengan mengamati keberadaan pleopod di bawah telsonnya. Betina dewasa lebih besar bentuknya apabila dibandingkan dengan jantan dewasa (Barnes and Wenner 1968). Perbedaan lainnya adalah betina mempunyai pleopod di bawah telsonnya yang berguna untuk menyimpan telur dan jantan yang tidak mempunyai pleopod (Taus 2007). Perbedaan betina dan jantan disajikan pada Gambar 1.

a. b.

Gambar 1 Perbedaan undur-undur laut betina (a) dan jantan (b)

(18)

7 Tabel 2 Nisbah kelamin Emerita emeritus

Pengambilan Contoh n Nisbah Kelamin (%)

Betina Jantan Betina Jantan

23 Oktober 2012 202 8 96.19 3.81

Tabel 2 menjelaskan nisbah kelamin Emerita emeritus selama penelitan. Jumlah Emerita emeritus selama penelitian pada bulan Oktober 2012 sampai dengan Februari 2013 adalah 1243 ekor yang terdiri dari 1229 ekor betina dan 14 ekor jantan. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah betina lebih mendominasi dibandingkan dengan jumlah jantan. Menurut rata-rata nisbah kelamin, betina memiliki rata-rata 98.82% dan jantan memiliki rata-rata 1.18%. Rata-rata tersebut menunjukkan bahwa nisbah kelamin Emerita emeritus tidak seimbang.

Komposisi Betina

Selama penelitian, jumlah betina Emerita emeritus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jantan. Pada jenis kelamin betina terdapat pula jenis betina yang bertelur dan tidak bertelur. Komposisi Emerita emeritus betina yang bertelur dan tidak bertelur disajikan pada Gambar 2.

(19)

8

Gambar 2 menunjukkan komposisi Emerita emeritus betina. Dari gambar dapat dilihat bahwa betina yang bertelur lebih mendominasi dibandingkan dengan Emerita emeritus betina yang tidak bertelur. Frekuensi banyaknya betina yang bertelur tersebut juga terjadi setiap bulannya selama penelitian.

Betina Emerita emeritus mempunyai ciri-ciri adanya pleopod yang terdapat di bawah telson. Pleopod adalah benang atau rambut yang digunakan untuk menyimpan telur (Taus 2007). Jika betina sedang tidak bertelur, maka pleopod yang umumnya terdiri dari 3 pasang tersebut akan terlihat di bawah telson ketika telson tersebut diangkat (Gambar 3).

a b

Gambar 3 Perbedaan betina saat bertelur (a) dan saat tidak bertelur (b)

Stadia Telur

Stadia telur adalah tahap perkembangan telur sesudah memijah. Stadia telur pada decapoda khususnya Emerita emeritus dapat ditentukan berdasarkan morfologi yang meliputi warna dan perkembangan telur secara visual (Effendie 2002). Tahapan stadia telur merupakan proses yang penting dalam reproduksi (Adisti 2010). Komposisi stadia telur Emerita emeritus selama penelitian disajikan pada Gambar 4.

(20)

9 Gambar 4 merupakan komposisi stadia telur Emerita emeritus. Menurut Subramoniam (1979) klasifikasi stadia telur dari Emerita emeritus mencapai 10 stadia yang terdapat pada Tabel 1. Berdasarkan gambar tersebut, setiap bulannya Emerita emeritus memiliki komposisi stadia telur yang beragam. Stadia 1 sampai dengan stadia 9 pun ditemukan secara beragam di setiap bulannya. Hanya stadia 10 yang tidak ditemukan selama penelitian.

Fekunditas

Fekunditas merupakan jumlah telur dari generasi tahun itu yang dikeluarkan pada tahun ini pula (Nikolsky 1969 in Effendie 2002). Fekunditas secara tidak langsung dapat menduga jumlah anak undur-undur laut yang dihasilkan dan fekunditas juga dapat dihubungan dengan panjang karapas dari Emerita emeritus. Grafik mengenai fekunditas yang dihubungan dengan panjang karapas Emerita emeritus disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Hubungan fekunditas dengan panjang karapas undur-undur laut Emerita emeritus

Hasil pengamatan terhadap hubungan fekunditas dengan panjang karapas

Emerita emeritus ditunjukkan melalui persamaan F= 150.32CL – 3044.6 dan

diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0.4253. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 42.53% dari keragaman nilai fekunditas Emerita emeritus dapat dijelaskan oleh panjang tubuh total. Nilai fekunditas menurut stadia telur Emerita emeritus dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu berdasarkan adanya bintik mata yang terlihat pada tingkatan stadia (Gambar 10). Tahap 1 menggambarkan tahapan stadia dengan bentuk telur bulat sempurna dan belum terlihat bintik mata, tahap 2 menggambarkan tahapan stadia yang mempunyai selaput transparan dan mulai terlihat bintik mata, dan tahap 3 menggambarkan tahapan stadia yang sudah memperlihatkan bintik mata secara jelas. Hubungan fekunditas dengan panjang karapas Emerita emeritus di setiap tahapan dapat dilihat dari gambar berikut.

(21)

10

Gambar 6 Hubungan fekunditas dengan panjang karapas undur-undur laut tahap 1

Gambar 7 Hubungan fekunditas dengan panjang karapas undur-undur laut tahap 2

(22)

11 0.4854, tahap 2 (Gambar 7) mempunyai nilai koefisien 0.4582, dan nilai koefisien pada tahap 3 yaitu sebesar 0.2705 (Gambar 8). Hasil nilai koefisien tersebut menunjukkan adanya variasi nilai fekunditas di setiap ukuran panjang karapas yang sama.

Perkembangan dan Diameter Telur

Ukuran telur dari stadia 1 sampai dengan stadia 9 mengalami perkembangan ukuran. Pada stadia 1 sampai dengan stadia 5, ukuran telur Emerita emeritus lebih kecil yaitu 0.25-0.63mm sedangkan pada stadia 6 sampai stadia 9, ukuran telur jauh lebih besar yaitu mencapai 0.77mm. Sebaran diameter telur diamati untuk menduga sebaran pemijahan. Diameter telur juga dapat mengindikasikan pola pemijahan Emerita emeritus. Grafik diameter telur disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9 Diameter telur undur-undur laut Emerita emeritus

Dari sebaran frekuensi diameter telur Emerita emeritus (Gambar 9) menjelaskan bahwa sebaran tersebut membentuk satu puncak. Sebaran diameter telur ini membentuk pola pemijahan total spawner yang berarti pemijahan Emerita emeritus dilakukan dengan mengeluarkan telur masak secara keseluruhan pada waktu pemijahan (siklus reproduksi) dan akan mengeluarkan telurnya kembali pada saat musim pemijahan berikutnya (Adisti 2010).

Setiap bertambahnya stadia telur Emerita emeritus berpengaruh pada ukuran diameter telur per stadia. Selama penelitian, ukuran diameter telur Emerita emeritus cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya stadia (Gambar 10). Tingkatan stadia juga dapat dilihat berdasarkan adanya bintik mata yang terlihat. Pada stadia 1 hingga stadia 3 belum menampakkan bintik mata, stadia 4 hingga stadia 6 mulai menampakkan bintik mata, dan stadia 7 hingga stadia 9 sudah menampakkan bintik mata dengan jelas (Gambar 10). Selama penelitian, stadia 10 yaitu pada saat zoea sudah lahir tidak ditemukan.

(23)

12

1 2 3

4 5 6

7 8 9

Gambar 10 Ukuran diameter telur Emerita emeritus tiap stadia

Pembahasan

Emerita emeritus merupakan subfilum krustasea yang secara umum berkerabat dekat dengan udang, kepiting, lobster, dan teritip. Emerita emeritus yang termasuk kedalam superfamili Hippidae ini memiliki ciri-ciri khusus, yaitu tubuh yang pendek dan melengkung atau sedikit membulat, abdomen bilateralsimetris, lunak, pipih dorsoventral, ujung posterior abdomen terlipat kearah ventral dan kedepan, memiliki rostrum yang kecil, mempunyai telson yang terdapat di bawah thoraks yang memanjang dan meruncing. Memiliki kaki pertama yang disebut chelate atau subchelate serta kaki ke lima yang tereduksi dan melipat dan selalu berada di bawah karapas (Haye et al. 2002).

Emerita emeritus hidup di swash zone pada pantai berpasir di daerah

(24)

13 terendah dan tertinggi pada waktu tertentu. Daerah tersebut berubah mengikuti air pasang (FMSA 2002). Emerita emeritus berdistribusi di daerah intertidal menurut dengan ukurannya. Pada individu dengan ukuran kurang dari 8mm ditemukan dekat dengan perbatasan pantai di atas daerah intertidal. Emerita emeritus ukuran sedang yaitu antar 8-15mm berlokasi di tengah daerah pencucian, dan ukuran besar Emerita emeritus yaitu lebih dari 15mm ditemukan diantara bagian terendah pada daerah pencucian (Ziegler and Forward 2005).

Nisbah kelamin merupakan perbandingan antara jantan dan betina dalam suatu populasi Emerita emeritus. Hal ini penting untuk diketahui karena dapat berpengaruh terhadap kestabilan populasi. Nisbah kelamin menduga keseimbangan populasi dengan asumsi bahwa perbandingan jantan dan betina dalam suatu populasi yang seimbang adalah 1:1, yang berarti 1 untuk jantan dan 1 untuk betina, agar tidak terjadi dominansi terhadap jenis kelamin. Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada Tabel 2, betina lebih mendominasi dibandingkan dengan jantan. Perbandingan antara jantan dan betina pada bulan Oktober 2012 sampai Februari 2013 sangat terlihat perbedaannya, hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata nisbah kelamin betina lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata nisbah kelamin jantan. Dengan adanya hasil analisis tersebut, dikatakan bahwa keadaan populasi Emerita emeritus pada lokasi penelitian tidak seimbang.

Nisbah kelamin 1 : 1 seringkali dapat menyimpang. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkah laku jantan dan betina, perbedaan laju mortalitas dan laju pertumbuhan (Purwanto et al. 1986 in Susilawati 2000). Perbandingan nyata antara jantan dan betina juga diduga disebabkan oleh bedanya habitat dari jantan dan betina. Menurut Forward et al. (2007) jantan dewasa Emerita emeritus berkembang baik di daerah yang terkena hempasan ombak secara langsung. Selama pengambilan contoh Emerita emeritus setiap bulannya, jantan sangat sedikit ditemukan karena pengambilan contoh yang dilakukan hanya di sekitar tepian pantai dan tidak ke daerah hempasan ombak secara langsung.

(25)

14

Wenner (1977) produksi telur berhubungan dengan ketersediaan makanan yang berada di pantai. Di daerah intertidal, terdapat banyak nutrisi makanan yang diperlukan oleh Emerita emeritus yang sedang bertelur untuk pertumbuhan (Bakir

et al. 2009). Emerita emeritus yang bertelur akan menghabiskan waktunya ke

daerah intertidal dan cenderung ke bagian pasir atas untuk mencari makan demi produksi telurnya. Oleh karena itu betina bertelur lebih mendominasi dibanding dengan betina yang tidak bertelur.

Stadia telur Emerita emeritus merupakan tahap perkembangan telur sesudah memijah. Penentuan stadia telur Emerita emeritus berdasarkan klasifikasi stadia telur pada Tabel 1 (Subramoniam 1979). Pada Emerita emeritus, terdapat 10 stadia yang memiliki ciri-ciri tersendiri. Stadia 1 umumnya berwarna oranye cerah dan berbentuk bulat penuh. Stadia 2 berwarna oranye agak cerah, stadia 3 berwarna oranye dan selaput yang mengitari telur sudah mulai terlihat. Stadia 4 berwarna oranye yang kusam dengan bintik mata yang mulai terlihat. Stadia 5 berwarna oranye yang sangat kusam dengan bintik mata yang sudah mulai terlihat dan menonjol. Stadia 6 berwarna oranye kecoklatan dan stadia 7 berwarna oranye keabu-abuan dengan bintik mata yang terbentuk dengan baik. Stadia 8 berwarna abu-abu pucat dan stadia 9 berwarna lebih putih dengan bintik mata yang terlihat jelas. Sedangkan pada stadia 10 yaitu zoea larva yang sudah hadir tidak ditemukan selama pengamatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua stadia ditemukan beragam disetiap bulannya (Gambar 4), diduga Emerita emeritus bertelur sepanjang bulan. Menurut Deglado and Defeo (2006 in Megawati 2012), musim bertelur untuk Emerita emeritus yaitu pada pertengahan Oktober hingga pertengahan April. Sedangkan menurut Subramoniam (1979), musim bertelur Emerita emeritus terjadi pada bulan Juli, Agustus, serta Oktober hingga April. Sehingga dapat dikatakan undur-undur laut bertelur hampir di setiap bulan sepanjang tahun.

Fekunditas adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang dikeluarkan pada tahun ini pula (Nikolsky 1969 in Effendie 2002). Nilai fekunditas yang dihubungkan dengan panjang karapas (Gambar 5), mendapatkan nilai koefisien korelasi kurang dari 50%, yang berarti beragamnya nilai fekunditas Emerita emeritus terhadap panjang karapasnya. Beragamnya nilai fekunditas tersebut disebabkan oleh adanya variasi fekunditas pada ukuran panjang karapas yang sama. Seperti yang dijelaskan oleh Ismail (2006) bahwa tidak adanya hubungan antara nilai fekunditas dengan panjang karapas disebabkan oleh adanya variasi fekunditas pada ukuran panjang yang sama. Hal ini sesuai dengan Ikhwanudin et al. (2012) bahwa umumnya krustasea memiliki nilai koefisien fekunditas yang kecil. Nilai tersebut dipengaruhi oleh adanya faktor lingkungan dan faktor makanan dari Emerita emeritus.

(26)

15 panjang karapas per tahapan memiliki nilai koefisien yang bervariasi yaitu kurang dari 50%. Pada tahap 1 mempunyai nilai koefisien 48.54% dan tahap 2 mempunyai nilai koefisien 45.82%. Pada tahap 3, nilai koefisien yang didapat lebih kecil yaitu sebesar 27.05%. Hal ini diduga karena pleopod yang kurang kuat untuk menahan telur sehingga telur tidak dapat bertahan secara lama di pleopod.

Jumlah telur Emerita emeritus pada bulan Oktober sampai dengan Februari berkisar antara 44–3960 butir telur. Jumlah telur yang didapat berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian Megawati (2012) yang berjumlah 180-10120 butir telur. Hasil penelitian Trijoko (1988 in Mursyidin 2007) juga mencatat bahwa jumlah telur Emerita emeritus di pantai selatan Yogyakarta mencapai 1410-11983 butir telur. Perbedaan jumlah telur tersebut disebabkan adanya perbedaan besar Emerita emeritus yang tertangkap. Adanya variasi panjang karapas juga mempengaruhi banyaknya jumlah telur yang menempel pada pleopod. Saat panjang karapas semakin panjang, ruang untuk menyimpan telur akan semakin besar sehingga jumlah telur yang terdapat dalam pleopod pun akan semakin banyak. Adanya variasi nilai fekunditas atau jumlah telur juga disebabkan oleh bervariasinya panjang karapas yang ditemukan selama penelitian. Adanya variasi fekunditas atau jumlah telur juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, salinitas dan ketersediaan makanan (Subramoniam 1979).

Diameter telur merupakan garis tengah dari suatu telur yang diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera. Ukuran diameter telur dipakai untuk mengetahui kuantitas kandungan telur. Ukuran diameter telur pada setiap stadia umumnya mengalami peningkatan. Menurut Tampubolon (2008 in Shelvinawati 2012) menyatakan bahwa perkembangan diameter telur akan meningkat seiring dengan meningkatnya stadia karena berdekatan dengan waktu pemijahan. Ukuran diameter telur Emerita emeritus mengalami peningkatan yang tidak terlalu drastis di setiap stadia telur. Setelah diuji menggunakan ANOVA, secara umum menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara ukuran diameter telur dan stadia telur.

Diameter telur juga dapat mengindikasikan pola pemijahan untuk menduga sebaran pemijahan. Berdasarkan grafik dalam hasil analisis (Gambar 9) menunjukkan bahwa tipe pemijahan Emerita emeritus adalah total spawner yaitu Emerita emeritus langsung mengeluarkan telur yang telah dibuahi pada satu musim pemijahan. Umumnya krustasea seperti kepiting memiliki tipe pemijahan total spawner. Asmara (2004) mengatakan bahwa kepiting bakau atau krustasea memiliki tipe pemijahan total yaitu telur yang dikeluarkan secara total.

Alternatif Pengelolaan

(27)

16

menyebabkan ukuran undur-undur laut yang tertangkap masih kecil sehingga dapat menurunkan jumlah hasil tangkapan. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang tepat untuk menjamin keberlangsungan sumber daya undur-undur laut, yaitu dengan adanya selektifitas penangkapan yaitu dengan cara mengurangi penangkapan undur-undur laut untuk menjamin kestabilan reproduksinya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, nisbah kelamin antara jantan dan betina tidak seimbang. Fekunditasnya berkisar antar 44-3960 butir telur. Ukuran diameter telur setiap stadia mengalami peningkatan ukuran walaupun tidak berpengaruh secara nyata dan tipe pemijahan berdasarkan sebaran diameter telurnya adalah total spawner.

Saran

Diperlukan pengelolaan Emerita emeritus yang lebih efektif untuk melestarikan sumber daya Emerita emeritus. Salah satu pengelolaan yang dianjurkan adalah adanya selektifitas penangkapan dengan cara mengurangi penangkapan Emerita emeritus untuk menjamin kestabilan reproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

Asmara H. 2004. Analisis Beberapa Aspek Reproduksi Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Perairan Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah [skripsi]. Departemen Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Bakir K., Aydin I., Soykan O., Aydin C. 2009. Fecundity and Egg Development of Four Decapoda Species (Decapoda, Crustacea) in the Aegean Sea. Ege University, Faculty of Fisheries, Turkey. E.U. Journal of Fisheries & Aquatic Sciences. Vol. 26, Issue 1: 77-80.

Barnes N.B., Wenner A.M. 1968. Seasonal Variation In The Sand Crab Emerita

analoga (Decapode, Hippidae) In The Santa Barbara Area Of California.

Departement of Biological Sciences, University of California, Santa Barbara. Vol. 13 Issue 3: 465-475.

(28)

17 Effendie M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Bogor. 163

hal.

Forward Jr R.B., Thaler A.D., Singer R. 2007. Entrainment of the Activity Rhythm of the Mole Crab Emerita talpoida. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 341 : 10-15.

FMSA. Farallones Marine Sanctuary Association. 2002. The Pasific Mole Crab. [terhubung berkala]. www.farallones.org [3 Juli 2013].

Haye P.A., Tam Y.K., Kornfield I. 2002. Molecular Phylugenetics of Mole Crabs (Hippidae: Emerita). Journal of Crustacean Biology. 22 (4) : 903-915. Hanson A.J. 1965. The Life-History of the Sand Crab Hippa cubensis Saussure

Living on a Small Island. BSc., University of British Columbia. 80 p.

Ikhwanuddin M., Azra M.N., Aimuni H.S., Munafi A.B.B. 2012. Fecundity, Embryonic and Ovarian Development of Blue Swimming Crab, Portunus pelagicus (Linnaeus, 1758) in Coastal Water of Johor, Malaysia. Pakistan Journal of Biological Sciences 15(15): 720-728.

Ismail M.I. 2006. Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Ikan Tembang (Clupea platygaster) di Perairan Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur. [skripsi]. Departemen Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Megawati E. 2012. Studi Beberapa Aspek Biologi Undur-undur laut Di Kecamatan Bulupesantren Kabupaten Kebumen [skripsi]. Departemen Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Mursyidin D.H. 2007. Kandungan Asam Lemak Omega 6 Pada Ketam Pasir (Emerita spp) di Pantai Selatan Yogyakarta. Kalimantan Selatan. Volume 4 Nomor 2: Hal. 79-84

Taus D. 2007. Sand Crab Monitoring Study Teacher Resource Packet. Sausalita, CA.

Shelvinawati R. 2012. Reproduksi Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Cuvier dan Valenciennes 1847) yang Didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. [skripsi]. Departemen Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Subramoniam T. 1979. Some Aspects of Reproductive Ecology of a Mole Crab

Emerita asiatica Milne Edwards. Department of Zoology, University of

Madras, Madras, India. Journal Exp. Marine Ecology Vol. 36 pp. 259-268. Susilawati R. 2000. Aspek Reproduksi, Makanan, dan Pola Pertumbuhan Ikan Biji

Nangka (Upeneus moluccensis Blkr.) di Perairan Teluk Banten, Jawa Barat [skripsi]. Departemen Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Syahailatua A. 1998. Pendugaan Fekunditas Ikan Make (Sardinella sp) dengan Metode Gravimetri. Balitbang Sumber daya Laut, Puslitbang Oseanologi – LIPI, Guru-Guru, Poka, Ambon. Perairan Maluku dan Sekitarnya, Volume 12: Hal. 65-70.

Wenner A.M. 1977. Food Supply, Feeding Habits, and Egg Production in Pacific Mole Crabs (Hippa pacifica Dana). Pacific Science. Great Britain. Vol. 31, No. 1, p. 39-47.

(29)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan diameter telur undur-undur laut selama penelitian

sk bk xi Fi FR

Lampiran 2 Contoh perhitungan rancangan lengkap terhadap ukuran diameter telur pada stadia telur undur-undur laut

(30)

19

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 0.033674 9 0.003742 0.351339 0.954249 1.999115 Within Groups 0.851944 80 0.010649

Total 0.885618 89

(31)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 14 Oktober 1991 dari pasangan Bapak Hen Suhendra dan Ibu Rr Sumiyati. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang dijalani diawali di TK Almanar dan lulus ditahun 1998. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri Harapan Baru II dan lulus di tahun 2003. Pada tahun 2003-2006 penulis meneruskan pendidikan di SMP Negeri 1 Bekasi. Berikutnya pada tahun 2006-2009. penulis menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Babelan.

Pada tahun 2009 penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI dan diterima sebagai mahasiswi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan (HIMASPER) sebagai divisi informasi dan komunikasi periode 2010-2011 dan periode 2011-2012. Selain itu, penulis aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan seperti OMBAK 2012, MUKERNAS 2012, dan Festival Air 2011 serta 2012. Penulis juga berkesempatan menjadi asisten mata kuliah Planktonologi, Sumber Daya Perikanan, dan Biologi Perikanan.

Gambar

Tabel 1  Klasifikasi stadia dan perkembangan telur undur-undur laut Emerita emeritus (Sumber: Subramoniam 1979)
Tabel 2 Nisbah kelamin Emerita emeritus
Gambar 4 Komposisi stadia telur undur-undur laut Emerita emeritus
Gambar 5  Hubungan fekunditas dengan panjang karapas undur-undur laut
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tak dapat dipungkiri, berbagai bentuk pemecahan masalah sangat berhubungan dengan proses kreatif. Individu yang kreatif diharapkan mampu menciptakan gagasan dan

menyimpulkah bahwa ada perbedaan lama persalinan kala II antara posisi miring dan setengah duduk pada ibu bersalin (p= 0,002) dengan perbedaan rata-rata 9,31 menit. *

Mohammad Nuruddin Cahaya / 2015 Pesan Moral Dalam Film 5 Elang (Sebuah Analisis Semiotik Roland Barthes Pada Film 5 Elang) Penelitian Kualititatifdan analisis

Strategi promosi e-journal perpustakaan Universitas Padjadjaran yaitu mengenal khalayak, target pengguna potensial adalah mahasiswa, menetapkan perilaku yang

Menurut Aaker dalam Rizan (2012) menjelaskan loyalitas merek sebuah ikatan pelanggan dengan suatu merek tertentu. Ikatan ini memberikan kesempatan kepada seorang

Indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran diukur dengan menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran IPA yaitu 70 dan skor..

Bentuk dapat mempengaruhi kemungkinan dicernanya mikroplastik oleh organisme pelagis (Boerger et al. Untuk kandungan mikroplastik berdasarkan tipe mikroplastik yang

In this chapter, we described how digital processing is used to capture rich media components in the handset (voice, image, and video), to preprocess, compress, and multiplex