• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGIAN III SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN STUDI IDENTIFIKASI DAN DETAIL DESAIN EMBUNG DEKAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAGIAN III SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN STUDI IDENTIFIKASI DAN DETAIL DESAIN EMBUNG DEKAI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAGIAN III

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN

STUDI IDENTIFIKASI DAN DETAIL DESAIN EMBUNG DEKAI

SYARAT-SYARAT UMUM

a. Dalam hal terdapat syarat-syarat teknis yang belum tercakup dalam syarat-syarat teknis ini atau terjadi keraguan atau perbedaan pendapat dalam menafsirkannya, maka Konsultan harus berpedoman pada STANDAR PERENCANAAN IRIGASI yang dikeluarkan oleh Dirjen Pengairan Dep. PU (KP 01 s/d KP 07, B01 s/d B02, PT 01 s/d PT 07).

b. Kriteria dan standar perencanaan yang digunakan dalam perencanaan harus sesuai dengan Standar yang berlaku di Indonesia. Standar dari Negara lain dapat digunakan dengan persetujuan pemberi Pekerjaan.

c. Kriteria dan standar perencanaan tersebut tidak mengurangi pertimbangan profesional seorang Perencana Seorang Perencana dapat menyimpang dari standar yang ada jika penyimpangan tersebut dapat dibuktikan dari tanggung jawab terhadap hasil perencanaan secara keseluruhan.

(2)

SPESIFIKASI TEKNIS Survey Hidrometri

A. Umum

Kegiatan survey hidrometri dimaksudkan untuk mengetahui secara hidrologis potensi sumber daya air yang akan dimanfaatkan untuk keperluan air baku dan irigasi.

Definisi Hidrometri adalah ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran air (Sri Harto Br., 2000). Dalam pengertian sehari-hari diartikan sebagai kegiatan untuk mengumpulkan data mengenai sungai, baik yang menyangkut tentang ketinggian muka air maupun debit sungai serta sedimentasi atau unsur aliran lainnya. Hasil analisis hidrometri menjadi dasar untuk mengidentifikasi besaran potensi sumber daya air yang terkandung dalam setiap sumber air. Morfologi dan perilaku sungai hanya dapat dipahami dengan baik apabila disertai dengan pengamatan-pengamatan dan pengukuran-pengkuran yang dicatat di lapangan (insitu test) untuk dipakai sebagai data empirik.

Klasifikasi dari pengukuran hidrometri sungai antara lain : a). Pengukuran Geodetik

b). Pengukuran Elevasi Muka Air c). Pengukuran Profil Kedalaman d). Pengukuran Kecepatan Air e). Pengukuran Debit

f). Pengukuran Transport Sedimen

B. Pengukuran Geodetik

Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui kondisi topografi dan elevasi muka air sungai dan beberapa titik-titik penting sungai untuk keperluan perencanaan bangunan-bangunan teknis.

C. Pengukuran Elevasi Muka AirStaff Gauges (papan duga)

(3)

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

a). Apabila range elevasi muka air sungai cukup besar maka satu seri papan duga dapat dipasang agar elevasi terendah sampai elevasi tertinggi tetap dapat terbaca (section staff gauge).

Gambar 3. 1 Pengukuran elevasi muka air

b). Agar pembacaan elevasi muka air dapat lebih teliti maka papan duga tersebut diletakkan miring pada tebing/lereng sungai, garis skala pembacaannya disesuaikan.

c). Frekuensi pembacaan papan duga ditentukan oleh tipe aliran sungai, macam informasi yang diinginkan dan juga ketersediaan orang yang sering mengamati dan mencatat papan duga tersebut.

d). Patok Benchmark (BM) dapat dipakai untuk mengontrol kestabilan posisi papan duga.

e). Perawatan papan duga perlu dilakukan agar pembacaan yang teliti masih tetap dapat dilakukan.

Permanen Automatic Gauge (AWLR = Automatic Water Level Recorder)

(4)

e). Pipa Penghubung f). Bench Mark

g). Tangga Pemeriksaan

h). Rack (saringan pelindung penyumbatan)

Gambar 3. 2 Automatic Water Level Recorder

D. Pengukuran Debit dengan metode kecepatan arus

Debit sungai adalah volume air yang mengalir melalui suatu volume penampang lintang pada titik tertentu persatuan waktu pada umumnya dinyatakan dalam m3/dt.

Debit sungai diperoleh setelah mengukur kecepatan air dengan alat pengukur atau pelampung untuk mengetahui data kecepatan aliran sungai dan kemudian

mengalikannya dengan luas penampang melintang (luas potongan lintang sungai) pada lokasi pengukuran kecepatan tersebut.

Syarat Pemilihan Lokasi Pengukuran

Pada bagian sungai yang lurus panjang L  75 Hr, dimana Hr dalam air banjir rata-rata.

Tidak ada gangguan-gangguan di penampang sungai sebelum dan sesudah bagian yang lurus, misal pilar-pilar jembatan, dll.

Bentuk geometris yang sebangun/seragam sebelum dan sesudah bagian yang lurus.

(5)

Mempunyai penurunan muka air minimum 0,15 m di sepanjang bagian yang lurus.

Minimum 3 penampang

Suatu divergensi aliran dihindari (sebaiknya konvergen)

Kalau sungainya berbelok-belok, maka cari terminal cross section sedemikian dari bagian yang lurus dimana distribusi kecepatan, kemiringan dan muka air sesuai harga k penampang, sebab efek belokan terasa jauh ke hilirnya (downstream).

Metode pengukuran debit dengan menggunakan metode kecepatan arus umumnya dengan menggunakan alat ukur arus yakni antara lain

 Alat ukur type canting

 Alat ukur arus tipe baling-baling  Alat ukur arus elektromagnetic

Metode pengukuran dengan menggunakan alat ukur arus dapat dilaksanakan dalam kondisi antara lain :

1. Aliran Sungai Cukup dalam

2. Kecepatan Aliran tidak terlalu tinggi

Pengukuran debit di saluran/sungai memerlukan 2 (dua) pengukuran yaitu luas penampang aliran (A) dan kecepatan aliran (v). Dalam praktek terdapat 2 (dua) cara pengukuran debit, yaitu :

1. Pengukuran langsung (direct measurement) misalnya dilakukan dengan current meter.

2. Pengukuran tidak langsung (indirect measurement), misalnya dengan metode slope area, velocity area, dan beberapa konstruksi khusus seperti penyempitan penampang saluran, bendung, gorong, gorong, dan flumes.

(6)

2 v v 2

h h b

q n n 1 n n 1

i  

   

 (3-6)

Bagan pengukuran debit dengan mean area method ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut.

Gambar 3.3 Bagan Pengukuran Debit dengan Mean Area Method

3.1.1 Penyelidikan Geologi Teknik Dan Mekanika

Penyelidikan geologi teknik dan mekanika tanah dimaksudkan untuk mengetahui keadaan sifat fisik tanah/batuan dengan terperinci sehingga dapat dipergunakan Perencana. Untuk pelaksanaan penyelidikan detail ini harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Pekerjaan yang dilakukan meliputi :

a. Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample)

Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah dan dapat digunakan maka harus diperhatikann pada saat pengambilan, pengangkutan dan penyimpangan contoh tanah agar :

vn+1 vn

hn

(7)

- Struktur tanahnya dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah sehingga mendekati keadaan yang sama dengan keadaan lapangan.

- Kadar air asli masih dianggap sesuai dengann mata tabung 0 minimal 6,8 cm dan panjang minimal 50 cm.

- Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan dinding tabung sebelah dalam diberi pelumas agar gangguan terhdap contoh tanah dapat diperkecil terutama pada waktu mengeluarkan contoh tanahnya.

- Untuk menjaga kadar asli contoh tanah ini, maka pada kedua ujung tabung harus ditutup dengan parafin yang cukup tebal dan tabung diberi simbol lokasi, diberi simbol lokasi nomor sampel serta kedalaman contoh diambil.

- Pada waktu pengangkutan dan penyimpanan tabung sample supaya dihindarkan dari getaran yang cukup keras dan dihindarkan penyimpanan pada suhu yang cukup panas.

- Pada waktu pengambilan contoh tanah ini diusahakan dengan memberikan tekanan centris sehingga struktur tanahnya sesuai dengan di lapangan.

b. Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed sample)

Contoh tanah tidak asli dapat diperoleh dari tanah/batuan dari sumuran uji (test pit) atau dari paritan uji (trench) adapun cara pengambilan contoh tanah ini salah sebagai berikut :

- Bila lapisan tanah masing-masing lapisan cukup tebal maka harus diambil dari masing-masing lapisan dengan pengambilan secara vertikal.

- Bila lapisan tipis (0,5 meter), maka contoh tanah tersebut diambil secara keseluruhan dengan cara pengambilan vertikal. Semua contoh yang didapat diberi kode dan simbol dari lokasi, nomor sampel dan kedalaman.

- Untuk pengambilan sampel yang digunakan test Proctor (untuk timbunan), harus diambil contoh tanah aslinya untuk test kadar air, yang diambil dengan tabung yang ditutup parafin di kedua ujungnya.

c. Penyelidikan Laboratorium

(8)

parameter dan sifat-sifat tanahnya dapat diketahui. Jenis dan macam percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

 Soil Properties

 Unit Density (m)  Spesific Gravity (Gs)

 Moisture Content (Wn)

 Void Ratio (c)  Grain size analisys

 Atterberg Limit (LL, PL, PI)

 Unconfined Compresion Test (quu, qur)

 Direct Sher Test (C,0)

 Triaxsial Test (0, C, 01, C1)  Consolidation test (Cc, Cv, Cs)

 Permeability Test (k)

 Compaction Test (Wopt, Wary, Wwer)

Soil Properties  Unit Density (m)

Untuk memperoleh jenis nilai berat ini tanah, maka tanah yang akan dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli.

 Spesific Gravity (Gs)

Nilai berat jenis suatu tanah dapat ditentukan dengan menggunakan suatu botol pichnometer dan perlengkapan. Prosedur penentuan berat jenis tanah ini dapat mengikuti cara : ASTM-D-854 atau AASHO-T-100.

 Moisture Content (Wn)

Tanah yang akan dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli. Prosedurnya dapat mengikuti : ASTM.D.2216.

(9)

Pada tanah yang berbutir kasar dengan diameter butir lebih besar daripada 75 m (tertahan pada ayakan No. 200)

Penentuan diameter butirnya dilakukan dengan ayakan (Sieve Analysis), sedangkan pada tanah yang berbutir halus atau tanah dengan diameter lebih kecil dari 75 m lolos melalui ayakan No. 200 akan ditentukan dengan cara Hydrometer Analysis.

Hasil dari pengujian ini akan digambaar dengan sumbu mendatar adalah skala logaritma merupakan nilai diameter dalam mm daripada butiran dan sumbu tegak adalah skala biasanya merupakan prosentase kehalusan.

Pembagian butir tanahnya digunakan USSR dengan prosedur yang sesuai dengan ASTM.D.42.

Atterberg Limit  Liquit Limit (LL)

Batas cair/liquit limit ini adalah nilai kadar air yang dinyatakan proses dari contoh tanah yang dikeringkan dalam oven pada batas antara keadaan cair ini dapat ditentukan dengan cara menentukan nilai kadar air pada contoh tanah yang mempunyai jumlah ketukan 25 kali dijatuhkan setinggi 1 cm pada kecepatan ketukan 2 kali setiap detiknya, dan panjang lereng saluran percobaan ini adalah 12,7 mm.

Prosedur dapat mengikuti ASTM.D.423.  Plastic Limit (PL)

Batas plastic ini adalah nilai kadar air pada batas daerah plastic. Kadar air ini ditentukan dengan menggiling-giling tanah yang melewati ayakan No. 40 (4255 m) pada alat kaca sehingga membentuk diameter 3,2 m dan memperhatikan retak-retak.

Prosedur dapat mengikuti ASTM.D.424.  Shinkage Limit

Shinkage limit adalah nilai maksimum kadar air pada keadaan dimana volume dari tanah ini tidak berubah, prosedur penentuan nilai batas susut ini dapat mengikuti ASTM.D.427.

Unconfined Compression Test

(10)

pada arah vertikal adalah 1%/menit. Hasilnya merupakan gambar yang memberikan hubungan antara besar beban tegangan dengan perbandingan perunahan tinggi contoh tanah. Prosedur percobaan mengikuti ASTM.D.2166.

Direct Shear Test

Dimaksudkan untuk menentukan nilai kekuatan geser tanah dengan melakukan percobaan geser langsung (Direct Shear Test). Dengan merubah-rubah tegangan axial pada beberapa contoh tanah (minimal 4 macam besar pembebanan dengan setiap beban pada satu contoh tanah). Maka akan diperoleh tegangan gesernya, kecepatan perubahan geraknya contoh tanah pada arah horizontal disesuaikan dengan keadaan jenis tanahnya.

Kecepatan perubahan pergerakan ini ditentukan dari waktu yang akan dicapai sehingga contoh tanah akan longsor. Dengan ini diperoleh garis yang memberikan hubungan antara tegangan geser dan tegangan axial.

Prosedur percobaan ini mengikuti cara ASTM.D.3080.

Triaxial Compression Test

Percobaan ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai kekuatan geseran serta sifat-sifat tanah akibat pembebanan. Untuk mendapatkan hasil yang cukup baik, maka setiap sample perlu dipersiapkan 3 contoh tanah dengan pembebanan atau tekanan kecil yang berlainan dengan disesuaikan dengan rencana bangunan yang ada.

Kecepatan perubahan tinggi contoh tanah disesuaikan dengan macam percobaan dan sifat dari jenis tanahnya. Prosedur dari percobaan triaxial ini agar disesuaikan dengan literatur (The Measurement Of Soil Properties in the Triaxial Test by Bishop & o Soil and Their Measurement by Bowles). Dari hasil-hasil gambar yang diperoleh dengan mengikuti prosedur 101.D.565.

Consolidation Test

(11)

pembebanan ¼, ½, 1, 2, 4, 8 dan 18 kg/cm2 pada setiap 24 jam dan pengurangan pembenanan

4, 1, ¼, 0 kg/cm2 pada setiap 24 jam data parameter seperti nilai compression indeks (C0) dan

coefission of consolidation dapat diperoleh. Prosedur percobaan pemampatan ini dapat mengikuti cara ASTM.D.2435. engineering Properties of Soil and Their Measurement by Bowles.

Permeability Test

Percobaan kerembesan ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai koefisien rembesan dari suatu jenis tanah sebutir kasar yang dapat dilakukan dengan cara constant head, sedangkan pada tanah cobesive soil yang mempunyai nilai koefisien rembesan cukup rendah dapat dilakukan dengan cara filling head. Agar waktu yang ada pada filling head ini tidak terlalu lama, maka penambahan tekanan dapat dilakukan.

Compaction Test

Salah satu contoh untuk memperoleh hasil pemadatan yang maksimal telah banyak digunakan metode proctol (1983) di laboratorium. Dengan cara ini maka pegangan sebagai dasar-dasar pemadatan di lapangan dapat dilakukan seperti penentuan kadar air optimum (Wopt). Perkiraan kepadatan di lapangan, jumlah tanah bahan proctor berkisar 30 kg. tanah ini

akan dikenakan percobaan Standart/Modified ASSHO, sehingga akan diperoleh nilai maksimum kepadatan cukup baik, maka minimal 4 titik lengkung pemadatan perlu diperoleh dengan kadar air berkisar + 3% di daerah optimum. Prosedur dapat dilakukan dengan menggunakan cara ASSHO.T.180 dan ASTM.D.698.

3.1.2 Pengukuran Topografi

Pekerjaan pengukuran dan Pemetaan SungaiMaksud Pekerjaan

(12)

mengenai kemiringan, daerah aliran, dan luas area secara benar. Interval kontur peta adalah 0,25 m untuk daerah datar, 0.5 m untuk daerah agak datar/miring dan 1,0 m untuk daerah tidak datar/berbukit.

Jenis Pekerjaan

Secara garis besar pekerjaan akan terdiri dari :

a. Identifikasi Bench Mark (BM) Control Point (CP) yang ada, dan atau pemasangan Bench Mark (BM) Control Point (CP) yang baru.

b. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (Poligon) saluran suplesi untuk DI Timika dan saluran sekunder Rifai untuk Di Nimbokrang

c. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (Watarpass) pada saluran point b. d. Pengukuran situasi bendung untuk kedua pekerjaan.

e. Perhitungan koordinat dan elevasi.

f. Penggambaran situasi Saluran pada point b serta situasi bendung skala 1 : 2.000. g. Pencetakan dan penjilidan

h. Laporan akhir pengukuran

a. Identifikasi Bench Mark (BM) Control Point (CP) yang ada, dan atau pemasangan Bench Mark (BM) Control Point (CP) yang baru.

 Bentuk, ukuran dan konstruksi Bench Mark seperti gambar terlampir ukuran (20 x 20 x 100) cm

 Bentuk ukuran dan konstruksi Control Point tanda azimuth seperti pada gambar terlampir dengan ukuran (10 x 10 x 80) cm.

 Bench Mark besar harus dipasang seperti berikut :

 setiap jarak 2,5 km sepanjang jalur saluran

 Setiap titik simpul.

 Control Point untuk tanda azimuth dipasang di dekat Bench Mark besar + 150m dan bebas pandangan.

(13)

 Setiap Bench Mark harus diberi nomenklatur yang teratur.

 Bench Mark harus dibuat deskripsinya dengan photo berwarna lengkap dengan sketsa situasinya.

 Patok Bantu dibuat dari bamboo berdiameter 5 cm atau kayu 5x5 cm, sepanjang 50 cm, ditanam ke dalam tanah sedalam 30 cm, dicat merah, diberi nomor kode yang teratur dan dipasang paku atau tanda lain yang mudah diidentifikasi sebagai titik bidiknya.

3 Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal/ Poligon

 Poligon harus meliputi saluran suplesi DI Timika dan saluran sekunder Rifa’i DI Nimbokrang

 Poligon dibagi atas seksi-seksi dengan panjang maksimum 2,5 km.

 Pengukuran poligon harus diikatkan ke titik tetap yang telah ada (titik triangulasi, bench mark yang sudah ada) sebagai kontrol ukuran titik referensi/awal pengukuran yang akan ditentukan kemudian oleh Direksi Pekerjaan.

 Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan 2 (dua) sesi dengan ketelitian sudut 10”.  Salah penutup sudut maksimum 10” n, dimana n telah diusahakan sisi poligon sama

panjangnya.

 Alat ukur sudut yang harus digunakan Theodolit T.2 Wild atau yang lebih teliti dan pengukuran sudut dilakukan hingga ketelitian detik (00, 450, 900, dan seterusnya).

 Pengukuran jarak untuk penentuan titik poligon awal dilakukan dengan meteran rol.  Sudut vertikal dibaca dalam 2 (dua) seri dengan ketelitian sudut 20”.

 Pengamatan matahari dilakukan setiap 5 km (maksimum) sepanjang jalur untuk pagi dan sore dengan ketinggian < 300, ketelitian azimuth 10”.

 Alat yang digunakan untuk pengamatan harus Prisma Roulloph.  Ketelitian linier poligon 1 : 10.000.

4 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (Waterpass)

 Alat yang digunakan waterpass Automatic Level Ni 2 atau yang lebih canggih.

(14)

 Pengecekan garis bidik alat waterpass. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur dan data asli hasil pengukuran lapangan harus dilampirkan dalam laporan penunjang topografi.

 Waktu pembidikan rambu harus diletakan dialas besi (Straatpod)

 Bidikan rambu diupayakan di antara interval 0,5m dan 2,75 (untuk rambu yang 3 m panjangnya).

 Jarak bidikan dari alat ke rambu maksimum 50m.  Usahakan jumlah saag per seksi selalu genap.

 Data yang dicatat adalah pembacaan ketiga benang silang, yakni : benang atas, benang bawah dan benang tengah.

 Pengukuran waterpass harus dilakukan setelah bench mark dipasang.

 Semua bench mark yang ada yang akan dipasang harus melalui jalur water pass apabila berada ataupun dekat dengan jalur waterpass.

 Pada jalur yang terbuka diukur dengan cara pergi pulang.  Selisih bacaan stand pertama dengan stand kedua harus < 2mm.

 Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum 10 VD mm, dimana D = jumlah jarak dalam km.

Gambar 3.4 Ilustrasi Proses Pengikatan

BT 1

MSL

Z 0

B M

BT 2

T BM

0,0 LLWL KP

(15)

dengan :

T.BM = tinggi titik BM terhadap bidang referensi (LLWL) BT1 = bacaan benang tengah rambu muka

BT2 = bacaan benang tengah rambu belakang KP = koreksi nol palem.

Gambar 3.5 Pengukuran Sudut Mendatar

 = Ac - AB

dengan :

 = sudut mendatar

Ac = bacaan skala horisontal ke target kanan AB = bacaan skala horisontal ke target kiri

KERANGKA ACUAN KERJA  Study Identifikasi dan Detail Desain Embung Dekai III-15

B

C A

AB

Ac

matahari

Target U (geografi)

T

M

I T

(16)

Gambar 3.6 Pengamatan Matahari

T = M + , atau T = M + (IT - IM)

dengan:

T = azimuth ke target M= azimuth ke pusat matahari

IT = bacaan jurusan mendatar ke target

IM = bacaan jurusan mendatar ke matahari

5 Pengukuran Situasi Detail Bendung

 Alat yang digunakan adalah Theodolit Wild To atau yang lebih tinggi ketelitiannya.  Metode Raai dan vorstraal.

 Semua kenampakan yang ada baik alamiah maupun buatan manusia diambil sebagai titik detail dan bila itu memanjang harus diikuti oleh raai situasi (misal ; jalan, batas kampung dll).

 Beda tinggi yang harus diambil adalah minimum 0.50 sesuai dengan interval kontur.  Beda tinggi harus dihitung dengan rumus Tachimetri (tidak diperkenankan menggunakan

tabel jordan).

6 Perhitungan koordinat dan Elevasi

 Perhitungan harus disertai sketsa arah pengukuran agar memudahkan pemeriksaan.  Stasiun pengamat matahari harus tercantum pada sketsa.

(17)

 Metode Dell atau perataan kwadrat kecil.

 Pada gambar sketsa kerangka utama harus dicantumkan hasil perhitungan :

 Salah linier poligon beserta harga toleransinya.

 Salah penutup waterpass beserta harga toleransinya.

 Perhitungan dilakukan dalam sistem proyeksi yang sudah ada sesuai dengan data referensi/awal pengukuran.

7 Ketelitian Peta Gambar

 Semua tanda silang untuk grid koordinat tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,3 mm diukur dari titik kontrol.

 Titik kontrol vertikal, posisi horizontalnya tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,6 mm diukur dari garis atau titik kontrol horizontal terdekat.

 95% (sembilan pupuh lima persen) dari bangunan penting seperti bendung, dam, jembatan, saluran dan sungai tidak mempunyai kesalahan lebih dari 0,6 mm diukur dari garis grid atau titik kontrol horizontal terdekat. Sisanya 5% tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 1,2 mm.

 Pada sambungan lebar peta satu dengan yang lain, garis kontur, bangunan saluran sungai harus tepat tersambung.

8 Penggambaran

 Garis silang untuk grid dibuat setiap 10 cm

 Gambar draft harus dilakukan di atas kertas milimiter grafik/ kalkir yang telah disetujui Direksi.

 Semua BM dan titik trianggulasi (titik pengikat) yang ada dilapangan harus digambar dengan legenda yang telah ditentukan dan dilengkapi dengan elevasi dan kondinat.

 Pada setiap interval 5 (lima) garis kontur dibuat tebal dan ditulis angka elevasinya.  Legenda pada gambar harus sesuai dengan apa yang ada di lapangan.

 Penarikan kontu rlembah/alur data sadel bukit harus ada data elevasinya.  Garis sambungan (overlap) peta sebesar 5 cm.

(18)

 Gambar/peta situasi skala 1 : 2.000 dan perkecilannya skala 1 : 5000 digambar di atas kertas kalkir dengan ukuran A1.

 Pada peta situasi 1 : 2000 dan 1 : 5000 jalur pengukuran poligon harus digambar.  Gambar kampung dan sungai harus diberi nama yang jelas.

 Peta ikhtisar skala 1 : 10.000 digambar pada kertas kalkir.

 Pada peta ikhtisar harus tercantum nama kampung, nama sungai, BM, jalan, jembatan, rencana bendung dan lain-lain, kenampakan yang ada didaerah pengukuran.

 Interval kontur tiap 0,25m untuk daerah datar, 0,50 m untuk daerah miring dan 1,00 m untuk daerah berbukit.

 Grid peta ikhtisar 1 : 10.000 tiap 10 cm.

 Lembar peta harus diberi nomor urut yang jelas dan teratur yaitu dimulai dari kiri berurut ke kanan.

 Format gambar etiket peta harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.

 Sebelum pelaksanaan dimulai penggambaran disarankan untuk assistensi dahulu kepada Direksi (bagian pengukuran).

Jayapura, Nopember 2011 Mengetahui/Menyetujui : Panitia Pengadaan Jasa Konsultansi

Pembuat Komitmen Kegiatan Perencaan dan Program Kegiatan Perencanaan dan Program Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Papua Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Papua Ketua

ANTONIUS SURYONO, A.Md.T, SH, MMT ABDUL MAHMUD, ST

Gambar

Gambar 3. 1 Pengukuran elevasi muka air
Gambar 3. 2 Automatic Water Level Recorder
Gambar 3.3 Bagan Pengukuran Debit dengan Mean Area Method
Gambar 3.4 Ilustrasi Proses Pengikatan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sungai Cilamaya yang berada di Desa Ponggang memiliki potensi untuk dibuat Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) dengan kapasitas 2,8 Megawatt yang ramah

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat pendidikan, pelatihan teknis, dan perencanaan penugasan audit, (baik secara simultan maupun parsial)

Sistem akan melakukan sms alert secara otomatis kepada para alumni yang sudah terdaftar menjadi member, dan yang memenuhi kriteria (IPK yang ditentukan)