• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Krim Dengan Minyak Canola (Brassica napus L.) Sebagai Pelembab Menggunakan Dasar Krim m/a dan a/m

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Krim Dengan Minyak Canola (Brassica napus L.) Sebagai Pelembab Menggunakan Dasar Krim m/a dan a/m"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

(2)

Lampiran 2. Suratpernyataan sukarelawan

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Umur : Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi sukarelawan untuk uji kelembaban kulit yang dilakukan selama 1 bulan dan uji iritasi selama 2 hari dalam penelitian Nurul Rahmah dengan judul penelitian Formulasi krim dengan Minyak Canola (Brasicca napus L.) sebagai pelembab menggunakan dasar krim m/a dan a/m dan memenuhi

kriteria sebagai sukarelawan uji sebagai berikut (Ditjen POM, 1985). 1. Wanita berbadan sehat

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi, dan 4. Bersedia menjadi relawan

Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji iritasi, sukarelawan tidak akan menuntut kepada peneliti.

Demikian surat pernyataan ini dibuat, atas partisipasinya peneliti mengucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2015 Sukarelawan Peneliti

(3)

Lampiran 3. Sediaan krim setelah dibuat

a. Gambar sediaan krim m/a setelah dibuat

b. Gambar sediaan krim a/m setelah dibuat

F0 F1 F2 F3 F4 F5

(4)

Lampiran 4. Sediaan krim setelah 12 minggu

a. Gambar sediaan krim m/a setelah 12 minggu

b. Gambar sediaan krim a/m setelah 12 minggu

F0 F1 F2 F3 F4 F5

(5)

Lampiran 5.Uji homogenitas

a. Gambar uji homogenitas sediaan krim m/a

(6)

Lampiran 6. Uji tipe emulsi dengan pewarnaan metilen biru

a. Gambar uji tipe emulsi sediaan krim m/a dengan pewarnaan metilen biru

b. Gambar uji tipe emulsi sediaan krim a/m dengan pewarnaan metilen biru

R0 R1

R2 R3 R4 R5 R6

F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6

(7)

Lampiran 7. Uji kelembaban (moisture checker)

a. Gambar alat moisture checker

(8)

Lampiran 8. Gambar Minyak Canola dan pH meter

a. Gambar Minyak Canola

(9)

Lampiran 9. Gambar Pohon Canola

Sumber:

(10)

Lampiran 10. Foto sebelum dan sesudah pemakaian krim m/a

F0 sebelum F0 sesudah

F1 sebelum F1 sebelum

(11)

F2 sebelum F2 sesudah

F3 (sebelum) F3 (sesudah)

(12)

F4 (sebelum) F4 (sesudah)

F5 (sebelum) F5 (sesudah)

F6 (sebelum) F6 (sesudah)

(13)

R0 (sebelum) R0 (sesudah)

R1 (sebelum) R1 (sesudah)

(14)

R2 (sebelum) R2 (sesudah)

R3 (sebelum) R3 (sesudah)

(15)

R4 (sebelum) R4 (sesudah)

R5 (sebelum) R5 (sesudah)

R6 (sebelum) R6 (sesudah)

(16)
(17)

MingguIII

PEMULIH

AN N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5

Tukey HSDa Formula F0 3 31.933 Formula F1 3 32.833

Formula F2 3 35.667

Formula F3 3 38.400 Formula F4 3 39.200

Formula F5 3 40.767

Formula F6 3 43.233

Sig. .175 1.000 .275 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Krim tipe a/m

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Sebelum 21 31.681 1.1869 29.6 33.5 MingguI 21 33.071 1.6983 30.1 35.2 MingguII 21 35.110 2.6640 30.7 38.8 MingguIII 21 37.514 3.9688 31.3 42.9 MingguIV 21 39.843 5.1430 32.1 46.8

(18)
(19)

MingguI Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

MingguII Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

(20)

MingguIII Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

MingguIV Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaam Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 387-389.

Anief, Moh. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta:Penerbit Universitas Gadjah Mada. Hal.132.

Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sugnam: aram Huvis Korea Ltd. Hal. 1-10.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 33.

Ditjen POM. (1972). Formularium Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal.245.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 22,86,97,356.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal 6.

Dreher, T.M., Glass, J., Connor, A.J., dan Steven, G.W. (1997). Effect of Rheology on Coalescence Rates and Emulsion Stability. American Journal of Analytical Chemistry. 45(6): 212

Fereidoon, S. (1990). Canola and Rapeseed Production, Chemistry, Nutrition, and Processing Technology. Australia: Library of congress cataloging publication data. Hal. 5, 37, 44.

Honary, A.T., danErwin, R. (2011). Biobased Lubricants and Greases Technolgy and Products. Canada: Library of congress cataloging publication data. Hal. 43,57-58.

Jessop, J.P., dan Toelken, H.R. (1986). Flora of Australia.Lycopodiaceae Rosaceae. South Australian Government Printing Division. 5(1): 445 Khattab, R., Rempel, C.,Suh, M., dan Thiyam, U. (2012). Quality of Canola Oil

Obtained by Conventional and Supercritical Fluid Extraction. American Journal of Analytical Chemistry. 3(1): 966 - 968.

(22)

Levin, J., dan Maibach, H. (2007). Human Skin Buffering Capacity. Journal of Skin Research and Technology. 14(3): 121-126.

Lund, W.(1994). The Pharmaceutical Codex Principles and Practice of Pharmaceutics. 12thed. London: The Pharmaceutical Press. Hal. 82-91, 493-495.

Martin, A., Swarbrick, J., dan Commarata, A.(1993).Physical Pharmacy. Edisi Kedua. Philadelphia: Pharmaceutical Press. Hal. 794, 1079, 1132.

Mithal, B.M., dan Saha, R.N. (2000). A Handbook of Cosmetics. Edisi Kesatu. Delhi: Vallabh Prakashan. Hal. 11-16

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Kesatu. Amsterdam: Elsevier Science B. V. Hal. 13, 19-21.

Muliayawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Hal. 65-66.

Pearch. C. Evelyn. (2008). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 239.

Prianto. J. (2014). Cantik Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 130, 140-141.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London: Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.

Rieger, M.A., Lamond, M., Preston, C., Powles, S.B., dan Roush, R. (2002) Pollen-mediated movement of herbicide resistance between commercial canola fields. Edisi Keempat. London: Gene Technology Regulator. Hal. 2386-2388.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi Keenam. London: Pharmaceutical Press. Hal. 155, 108-109.

Soraya N. (2002). Bahan Kosmetik Alami. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 12(2): 129, 134 – 140.

Suryani, A., Sailah, I., dan Hambali, E. (2000). Teknologi Emulsi. Bogor: Teknologi Industri Pertanian Bogor. Hal: 151.

(23)

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 4, 46, 76-77.

Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima.Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 3,58-59, 62-63, 111-112.

Wibowo, D.S. (2005). Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: PT. Grasindo. Hal. 13, 17, 19.

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian ini meliputi identifikasi sampel, pembuatan sediaan krim, penentuan mutu fisik sediaan meliputi uji homogenitas, penentuan tipe emulsi, pH, pengamatan stabilitas sediaan selama 12 minggu pada penyimpanan suhu kamar dan uji iritasi terhadap kulit serta pengujian kemampuan sediaan untuk meningkatkan kelembaban kulit dengan menggunakan 21 orang sukarelawan. Masing-masing dari 21 orang sukarelawan ini dibagi dalam 7 kelompok uji, setiap kelompok terdiri dari 3 orang sukarelawan, 4 kelompok uji diberikan sediaan krim dengan variasi minyak canolayang diformulasikan, sedangkan 3 kelompok uji lainnya diberikan blanko, sediaan pasaran dan gliserin sebagai pembanding yang dilakukan selama 4 minggu. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kosmetologi dan Farmasi Fisik Universitas Sumatera Utara.

3.1Alat-alat

Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spatel, neraca listrik, cawan porselen, pipet tetes, penjepit tabung, lumpang, stamfer, objek gelas, pH meter (Hanna), alat-alat gelas, pot plastik, penangas air, batang pengaduk, dan alatskin analyzer (moisture checker) (Aramo SG Component I).

3.2Bahan-bahan

(25)

3.3 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 21 orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):

1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan

3.4Prosedur Kerja 3.4.1 Identifikasi sampel

Identifikasi sampel dilakukan dengan menganalisis kandungan asam lemak yang terkandung dalam minyak canola di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Kemudian mencocokkan hasil analisis yang didapatkan dengan standar spesifikasi dalam buku Handbook of Pharmaceutical Excipients.

3.4.2 Formulasi sediaan krim pelembab

3.4.2.1Formula standar vanishing cream tipe m/a (Formularium Indonesia) Asam stearat 142

Gliserin 100 Na. tetraborat 2,5 Tri etanolamin 10 Air suling 750

(26)

3.4.2.2Pembuatan dasar krim m/a

Formula dasar krim m/a yang dibuat adalah sebagai berikut: Tabel 3.1Formula dasar krim m/a yang dibuat

Komposisi Jumlah untuk 600 gram

Asam stearat (g) 85,2

Na. tetraborat(g) 1,5

Trietanolamin (g) 6

Nipagin (g) 0,06

Air suling sampai (g) 600

Parfum (tetes) 3

Krim 600 gram yang akan digunakan pada pembuatan krim tipe m/a dengan menggunakan minyak canola.

Cara pembuatan:

Asam stearat dimasukkan dalam cawan porselen lalu dipanaskan diatas penangas air (massa I). Natrium tetraborat, trietanolamin dan nipagin dilarutkan dengan air suling yang telah dipanaskan (massa II), kemudian massa I dimasukkan dalam lumpang panas dan ditambahkan massa II lalu digerus secara konstan dan terus-menerus hingga diperoleh dasar krim yang homogen.

3.4.2.3Pembuatan sediaan krim m/a

(27)

Tabel 3.2 Formula sediaan krim m/a yang dibuat dan yang dipasaran

Keterangan : Formula F0: Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula F1: Konsentrasi minyak canola 5 % Formula F2 :Konsentrasi minyak canola 7,5 % Formula F3 : Konsentrasi minyak canola 10 % Formula F4 : Konsentrasi minyak canola 12,5 % Formula F5 : Sediaan krim m/a di pasaran Formula F6 : Gliserin 2 %

Cara Pembuatan:

Minyak canola digerusditambahkan sedikit demi sedikit kedalam dasar krim m/a dan digerus hingga diperoleh sediaan yang homogen. Terakhir tambahkan 3 tetes parfum dan digerus sampai homogen.

(28)

3.4.2.5Pembuatan dasar krim a/m

Formula dasar krim a/m yang dibuat adalah sebagai berikut: Tabel 3.3Formula dasar krim a/m yang dibuat

Komposisi Jumlah untuk 600 gram

Cera alba (g) 96

Paraffin cair(g) 300

Boraks(g) 6

Nipagin (g) 0,6

Air suling sampai (g) 600

Parfum (tetes) 3

Krim 600 gram yang akan digunakan pada pembuatan krim tipe a/m dengan menggunakan minyak canola.

Cara pembuatan :

Cera alba dan paraffin cair dimasukkan dalam cawan porselen lalu dipanaskan diatas penangas air (massa I). Boraks dan nipagin dilarutkan dengan air suling yang telah dipanaskan (massa II), kemudian massa I dimasukkan dalam lumpang panas dan ditambahkan massa II lalu diaduk secara konstan dan terus-menerus hingga diperoleh dasar krim yang homogen.

3.4.2.6Pembuatan sediaan krim a/m

(29)

Tabel 3.4 Formula sediaan krim a/m yang dibuat dan yang dipasaran

Keterangan : Formula R0: Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula R1 : Konsentrasi minyak canola 5 % Formula R2 : Konsentrasi minyak canola 7,5 % Formula R3 : Konsentrasi minyak canola 10 % Formula R4 : Konsentrasi minyak canola 12,5 % Formula R5 : Sediaan krim a/m di pasaran Formula R6 : gliserin 2%

Cara Pembuatan:

Minyak canola digerus lalu tambahkan sedikit demi sedikit dasar krim a/m dan digerus hingga diperoleh sediaan yang homogen. Terakhir tambahkan 3 tetes parfum dan digerus sampai homogen.

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.5.1 Pemeriksaan homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas. Cara kerja:

(30)

3.5.2 Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim

Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan.

Cara kerja :

Pengenceran fase dilakukan dengan mengencerkan 0,5 gram sediaan krim dengan 25 ml air dalam beaker gelas. Jika sediaan terdispersi secara homogen dalam air maka sediaan termasuk emulsi tipe m/a, sedangkan jika sediaan tidak terdispersi secara homogen dalam air, maka sediaan termasuk emulsi tipe a/m (Syamsuni, 2006).

Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan metilen biru sebanyak 1 tetes pada 100 mg sediaan, lalu diaduk. Bila metilen biru tersebar merata berarti sediaan tersebut emulsi tipe m/a, tetapi bila metilen biru tersebar tidak merata berarti sediaan tersebut emulsi tipe a/m (Syamsuni, 2006).

3.5.3 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Cara kerja:

(31)

3.5.4 Pengamatan stabilitas sediaan

Pengamatan stabilitas dilakukan pada penyimpanan suhu kamar. Cara kerja:

Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup bagian atasnya. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sedíaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu dilakukan pada suhu kamar, bagian yang diamati berupa pemisahan fase, perubahan warna dan bau dari sedíaan (Ansel, 1989).

3.6 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Penelitianini dilakukan pada 21 orang sukarelawan, yaitu 3 orang sukarelawan untuk tiap formula dengan cara mengoleskan sediaan pada belakang telinga, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi pada kulit. Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya kemerahan diberi tanda (+), gatal-gatal (++), bengkak (+++) dan yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (-) (Wasitaatmadja, 1997; Tranggono; dan Latifah, 2007).

3.7 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Meningkatkan Kelembaban Kulit

(32)

lalu dioleskan setiap hari selama satu bulan. Pengukuran kelembaban awal dilakukansebelum sediaan digunakan, selanjutnya dilakukan pengukuran kelembaban pada daerah kulit yang diuji pada hari ke 7; 14; 21 dan 28.

(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel dilakukan dengan menganalisis kandungan asam lemak yang terkandung dalam minyak canola di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Kemudian mencocokkan hasil analisis yang didapatkan dengan standar spesifikasi dalam bukuHandbook of Pharmaceutical Excipients. Hasil analisis komposisi asam lemak dalam minyak canola yang dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan adalah:

Tabel 4.1 Data hasil asam lemak minyak canola

No Asam lemak

Berdasarkan Tabel 4.1, maka dapat diketahui bahwa sampel yang diuji adalah benar minyak canola karena kandungan asam-asam lemaknya sesuai dengan yang tertera pada literatur.

4.2PenentuanMutu Fisik Sediaan 4.2.1 Pemeriksaan homogenitas

(34)

sama juga dilakukan terhadap sedíaan pembanding yaitu formula F5, F6 dan R5, R6, hasil yang diperoleh juga menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas.

4.2.2 Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim

Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan krim dengan pengenceran fase menggunakan air adalah:

Tabel 4.2Data hasil pengenceran fase menggunakan air

No Formula Terdispersinya sediaan dalam air

Ya Tidak

Keterangan : Formula F0 :Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula F1 : Konsentrasi minyak canola 5% Formula F2 : Konsentrasi minyak canola 7,5% Formula F3 : Konsentrasi minyak canola 10% Formula F4 : Konsentrasi minyak canola 12,5% Formula F5 : Sediaan krim m/a di pasaran Formula F6 : Gliserin 2%

(35)

Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan krim dengan pewarnaan menggunakan metilen biru adalah:

Tabel 4.3Data hasil pengujian tipe emulsi sedíaan krim denganpewarnaan menggunakan metilen biru

No Formula Tersebar merata

Ya Tidak

Keterangan : Formula F0 :Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula F1 : Konsentrasi minyak canola 5% Formula F2 : Konsentrasi minyak canola 7,5% Formula F3 : Konsentrasi minyak canola 10% Formula F4 : Konsentrasi minyak canola 12,5% Formula F5 : Sediaan krim m/a di pasaran Formula F6 : Gliserin 2%

Formula R0 : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula R1: Konsentrasi minyak canola 5% Formula R2 : Konsentrasi minyak canola 7,5% Formula R3 : Konsentrasi minyak canola 10% Formula R4 : Konsentrasi minyak canola 12,5% Formula R5 : Sediaan krim a/m di pasaran Formula R6 : Gliserin 2%

Syamsuni(2006), tipe emulsi dapat ditentukan dengan pengenceran fase dan

pewarnaan dengan metilen biru. Penentuan tipe emulsi dengan pengenceran fase

dilakukan dengan cara mengencerkan fase eksternalnya, dengan prinsip tersebut maka

(36)

diencerkan dengan air. Berdasarkan hasil uji tipe emulsi dengan pengenceran fase

yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 formula F0; F1; F2; F3; F4; F5 dan F6 dapat

diencerkan dengan penambahan air, dengan demikian membuktikan bahwa sediaan

krim tersebut mempunyai tipe emulsi m/a, sedangkan pada formula R0; R1; R2; R3;

R4; R5 dan R6 tidak dapat diencerkan dengan penambahan air sehingga

membuktikan bahwa sediaan krim tersebut mempunyai tipe emulsi a/m.

Pengujian tipe emulsi juga dilakukan dengan cara pewarnaan dengan metilen

biru. Pengujian dilakukan dengan menambahkan larutan metilen biru pada sediaan

yang diuji dan apabila dapat memberikan warna biru pada emulsi maka emulsi

tersebut adalah tipe m/a karena metilen biru larut dalam air, begitu pula sebaliknya

bila warna yang dihasilkan tidak merata atau metilen biru tidak larut maka emulsi

tersebut mempunyai tipe a/m. Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel

4.3 bahwa formula F0; F1; F2; F3; F4 dan F5 mempunyai tipe m/a karena metilen

biru dapat terlarut dan memberikan warna biru yang homogen sedangkan pada

formula R0; R1; R2; R3; R4 dan R5 mempunyai tipe emulsi a/m karena metilen biru

tidak terlarut sehingga memberikan warna yang tidak homogen.

4.2.3 Penentuan pH sediaan

pH sedíaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil pada Tabel 4.4; 4.5; 4.6 dan 4.7:

(37)

Tabel 4.4Data Pengukuran pH sediaan krim m/a pada saat selesai dibuat

Tabel 4.5Data pengukuran pH sediaan krim m/a setelah penyimpanan selama 12 minggu

Keterangan : Formula F0: Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula F1 : Konsentrasi minyak canola 5 % Formula F2 : Konsentrasi minyak canola 7,5 % Formula F3 : Konsentrasi minyak canola 10 % Formula F4 : Konsentrasi minyak canola 12,5 % Formula F5 : Sediaan krim m/a di pasaran Formula F6 : Gliserin 2%

Tabel 4.6Data pengukuran pH sediaan krim a/m pada saat selesai dibuat

(38)

Tabel 4.7Data pengukuran pH sediaan krim a/m setelah penyimpanan selama 12

Keterangan : Formula R0: Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula R1 : Konsentrasi minyak canola 5 % Formula R2 : Konsentrasi minyak canola 7,5 % Formula R3 : Konsentrasi minyak canola 10 % Formula R4 : Konsentrasi minyak canola 12,5 % Formula R5 : Sediaan krim a/m di pasaran Formula R6 : Gliserin 2%

Hasil penetuan pH sediaan pada saat selesai dibuat, diperoleh bahwa pH pada formula F0: 6,5; F1: 6,2; F2: 6,16; F3: 6,06; F4: 5,9; F5: 5,86; dan F6: 6,3; sedangkan pada formula R0: 6,16; R1: 6,36; R2: 6,46; R3: 6,6; R4: 6,66; R5: 6,7; dan R6: 6,06. Setelah penyimpanan selama 12 minggu terjadi perubahan pH pada setiap sediaan yaitu F0: 5,8; F1: 5,5; F2: 5,46; F3: 5,3; F4: 5,23; F5: 5,16; dan F6: 5,6; begitu pula pada sediaan R0: 5,2; R1: 5,3; R2: 5,4; R3: 5,4; R4: 5,6; R5: 5,7 dan R6: 5,1.

(39)

Levin dan Maibach (2007), menyatakan bahwa pada permukaan kulit terdapat mantelasam merupakan lapisan yang halus dengan pH sedikit asam yang terdiri dari asam laktatdan asam amino yang berasal dari keringat, asam lemak bebas yang berasal dari kelenjarsebum, fungsi lapisan ini antara lain menyokong pembentukanlemak epidermis yang menjaga pertahanan kulit dari gangguan luar, memberikanperlindungan terhadap serangan mikroorganisme. pH yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan mengalami iritasi.

4.2.4 Pengamatan stabilitas sediaan

Menurut Ansel (1989), suatu emulsi menjadi tidak stabil akibat penggumpalan dari pada globul-globul dari fase terdispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan emulsidapat diamati dengan adanya perubahan warna danperubahan bau.Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan dengan penambahan suatu antioksidan. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh jamur atau mikroba, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan pengawet.Pengawet yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium tetraborat.Hasil pengamatan stabilitas masing-masing formula selama penyimpanan 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan 4.9.

(40)

No Formula

Keterangan : Formula F0: Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula F1 : Konsentrasi minyak canola 5 % Formula F2 : Konsentrasi minyak canola 7,5 % Formula F3 : Konsentrasi minyak canola 10 % Formula F4 : Konsentrasi minyak canola 12,5 % Formula F5 : Sediaan krim m/a di pasaran Formula F6 : Gliserin 2%

x : Perubahan warna y : Perubahan bau z : Pecahnya krim - : Tidak ada perubahan √ : Terjadi perubahan

Emulsi yang tidak stabil akan mengalami perubahan kimia dan perubahan fisika.Perubahan kimia yang terjadi antara lain perubahan warna atau warna memudar, perubahanbau, kristalisasi, dan lain-lain. Perubahan fisika yang terjadi antara lain pemisahan fase, sedimentasi,pembentukan aggregat, pembentukan gel, penguapan, peretakan, pengerasan, dll (Mitsui, 1997).

(41)

No Formula

Keterangan : Formula R0: Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula R1 : Konsentrasi minyak canola 5 % Formula R2 : Konsentrasi minyak canola 7,5 % Formula R3 : Konsentrasi minyak canola 10 % Formula R4 : Konsentrasi minyak canola 12,5 % Formula R5 : Sediaan krim a/m di pasaran Formula R6 : Gliserin 2%

Emulsiyang baik memiliki sifat tidak berubah menjadi lapisan-lapisan, tidak berubah warna, dantidak berubah konsistensinya selama penyimpanan (Suryani, dkk., 2000). Menurut Dreher, dkk., (1997) stabilitas emulsi akan meningkat dengan adanya penambahan polimer yangsesuai dalam fase pendispersi dan penurunan ukuran partikel fase terdispersi. Hal ini akanmencegah atau memperpanjang waktu terjadinya penggabungan kembali partikel-partikelsejenis yang mengakibatkan terjadinya pemisahan fase.

(42)

formulasi tersebut. Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau dasar emulsi. Oleh sebab itu perlu dilakukan uji evaluasi selama 3 bulan dan dianggap sebagai stabilitas minimum yang harus dimiliki oleh suatu emulsi (Ansel, 1989).

Berdasarkan hasil uji stabilitas pada sediaan selama 12 minggu, maka diperoleh hasil pada Tabel 4.8 dan 4.9 yang menunjukkan bahwa seluruh sediaan dari tiap formula tidak mengalami perubahan warna, bau dan tidak terjadi pecahnya emulsi baik pada pengamatan minggu ke 1; 4; 8 dan minggu ke 12 selama penyimpanan pada suhu kamar. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan stabil secara fisik.

4.3Uji iritasi Terhadap Sukarelawan

(43)

Formula Sukarelawan Kemerahan

(44)

Formula Sukarelawan Kemerahan

Uji kulit yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika dibagian bawah lengan atau dibelakang telinga sebanyak 2 sampai 3 kali sehari selama 2 hari berturut-turut (Wasitaatmadja, 1997).

(45)

4.4Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Meningkatkan Kelembaban Kulit

Hasil data peningkatan kelembaban krim m/a dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan 4.13.

Tabel 4.12 Hasil data peningkatan kelembaban krim m/a

Formula Sukarelawan Awal

Kelembaban pada minggu ke

1 2 3 4

Dehidrasi 0-29, Normal 30-50, Hidrasi 51-100 (Aramo,2012)

(46)

Tabel 4.13 Hasil data peningkatan persentase kelembaban krim m/a

Formula Sukarelawan Awal

Peningkatan Kelembaban pada minggu ke

(47)

Gambar 4.1 Grafik persentase kelembaban krim m/a Keterangan: Formula F0: Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Formula F1 : Konsentrasi minyak canola 5 % Formula F2 : Konsentrasi minyak canola 7,5 % Formula F3 : Konsentrasi minyak canola 10 % Formula F4 : Konsentrasi minyak canola 12,5 % Formula F5 : Sediaan krim m/a di pasaran Formula F6 : Gliserin 2%

Berdasarkan data yang diperoleh setelah pengukuran kelembaban seperti pada Grafik 4.1, pada uji Anova, kadar air pada kulit yang di uji dengan uji parametik One Way Anova dilanjutkan dengan Turkey dan LSD, setelah empat minggu data diuji secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan (P< 0,05) pada dua minggu hingga empat minggu perawatann. Perbedaan ini menunjukkan adanya perubahan kondisi kulit menjadi lebih baik. Dan terlihat perbandingan peningkatan kelembaban antara konsentrasi 12,5% dengan sediaan di pasaran tidak jauh perbedaannya, sehingga daya melembabkan dari minyak canola ini menghasilkan nilai yang baik.

(48)

Tabel 4.14 Hasil data peningkatankelembaban krim a/m

Formula Sukarelawan Awal

Kelembaban pada hari ke

1 2 3 4

Dehidrasi 0-29, Normal 30-50, Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012)

(49)

Tabel 4.15Hasil data peningkatan persentase kelembaban krim a/m

Formula Sukarelawan Awal

Peningkatan Kelembaban pada hari ke

(50)

Gambar 4.2 Grafik persentase kelembaban krim a/m Keterangan: Formula R0: Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Formula R1 : Konsentrasi minyak canola 5 % Formula R2 : Konsentrasi minyak canola 7,5 % Formula R3 : Konsentrasi minyak canola 10 % Formula R4 : Konsentrasi minyak canola 12,5 % Formula R5 : Sediaan krim a/m di pasaran Formula R6 : Gliserin 2%

Berdasarkan data yang diperoleh setelah pengukurankelembaban seperti pada Grafik 4.2, terlihat bahwa terdapat peningkatan persentase kelembaban kulit pada tiap formula dimana persentase kelembaban semakin meningkat dengan bertambahnya waktu pengukuran dan peningkatan persentase kelembaban berbeda antara formula yang satu dengan yang lainnya. Dan terlihat perbandingan peningkatan kelembaban antara konsentrasi 12,5% dengan sediaan di pasaran tidak jauh perbedaannya, sehingga daya melembabkan dari minyak canola ini menghasilkan nilai yang baik.

Secara umum, terlihat bahwa setiap formula menunjukkan peningkatan persentase kelembaban sebelum penggunaan dan setelah penggunaan krim, persentase kelembaban semakin meningkat dengan bertambahnya waktu

(51)

penggunaan krim, hal ini dapat dilihat bahwa persentase kelembaban pada tiap formula meningkat pada mingguke 1; 2; 3 dan 4. Namun, peningkatan persentase kelembaban berbeda pada tiap formula. Dimana semakin tinggi konsentrasi minyak canola pada krim, maka semakin tinggi pula peningkatan persentase kelembabannya.

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik menggunakan uji parametik One Way Annova diperoleh nilai P<0,05 pada tiap minggu

pengujian,menunjukkanperbedaan formula mempengaruhi peningkatan persentase kelembaban secara signifikan. Analisis untuk mengetahui pengaruh penggunaan krim pelembab tersebut terhadap perubahan peningkatan persentase kelembaban dilakukan dengan uji Turkey dan LSD, berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh nilai P<0,05 yang menunjukkan terdapat perubahan persentase kelembaban` yang signifikan pada minggu ke 1; 2; 3 dan 4. Analisis data dilanjutkan dengan uji lanjutan Wilcoxon Test untuk mengetahui perbedaan peningkatan pada tiap minggunya, dan berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh nilai P<0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan persentase kelembaban baik antara minggu ke 1 dengan minggu ke 2, minggu ke 2 dengan minggu ke 3, minggu ke 3 dengan minggu ke 4 dan antara minggu ke 1 dengan minggu ke 4.

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah:

a. Minyak canola(Brasicca napus L.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim baik dengan tipe emulsi m/a maupun a/m. Seluruh sediaan krim menunjukan susunan yang homogen dan pH yang sesuai dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5, tidak mengiritasi kulit dan stabil selama penyimpanan 12 minggu. b. Minyak canola(Brasicca napus L.) mampu melembabkan kulit baik dalam

bentuk sediaan krim m/a maupun a/m. Perbedaan formula berpengaruh secara signifikan terhadap persentase kelembaban pada formula m/a(F4) dapat meningkatkan kelembaban 33,4% dan formula a/m (R4) 37,66%.

5.2Saran

(53)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Canola

Minyak canola telah dipopulerkan beberapa ribu tahun yang lalu, dan semakin meningkat penggunaan serta pengolahannya pada tahun 1960 (Rieger, dkk., 2002).Canola (Brassicca napus L.) adalah salah satu tanaman biji yang dibudidayakan di seluruh dunia terutama di Kanada, selain bunga matahari, biji anggur, zaitun dan kedelai. Minyak canola dipilih secara genetik untuk kandungan rendah asam lemak tidak jenuhkarena rendah kolestrol dan dapat diformulasikan dalam pembuatan kosmetik dan sabun. Minyak canola juga mengandung omega 3 dan omega 6 (Rowe, dkk., 2006).

2.1.1 Taksonomi canola

Menurut (Jessop dan Toelken, 1986) tanaman canola diklasifikasikan sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliophyta Ordo : Capparales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica

(54)

2.1.2 Manfaat dan kegunaan minyak canola

Minyak canola selain baik untuk kosmetik juga baik untuk pencegahan penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, dan naiknya kadar kolesterol darah. Karena dengan adanya asam lemak tidak jenuh yang tinggi (59%), dan asam lemak jenuh paling rendah (3,9%), keduanya dapat menghambat kenaikan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah. Kolseterol bisa menyumbat arteri dan menyebabkan beban yang berlebihan pada sistem kardiovaskular. Kolesterol telah terbukti sebagai kontributor utama penyebab aterosklerosis, yang dapat mengakibatkan serangan jantung dan stroke.

Tingkat kolesterol yang rendah dan antioksidan yang tinggi bisa membantu tubuh untuk menjalankan metabolisme dengan normal.Sedangkan kandungan omega 3 dan omega 6 sangat bermanfaat untuk pertumbuhan sel dan hormon (Rieger, dkk., 2002).

Manfaat minyak canola yang terdapat pada produk kecantikan:

a. Asam lemak yang terdapat pada minyak kanola berguna untuk membantu mencegah dan merawat kulit kering.

b. Minyak canola adalah minyak kaya akan vitamin E, termasuk antioksidan dan bermanfaat untuk menjaga kulit agar tetap terasa lembut dan merawat kulit.

c. Minyak canola juga berperan sebagai menjaga kelembaban kulit karena mengandung omega 3, omega 6 dan omega 9.

(55)

Menurut Rowe, dkk., (2006) kandungan nilai minyak canola adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kandungan nilai minyak canola

Sifat khas Nilai kandungan minyak canola

Nilai asam 40,5

Kepadatan (g/cm3) 0,913–0,917

Asam erusat (%) 42

Titik nyala (0C) 290–3308

Asam lemak (%) 40,05

Titik beku (0C) 10–28

Jumlah yodium 94–126

Indeks 1.465-1.469

Nilai penyabunan 186–198

Kelarutan Larut dalam kloroform dan eter, praktis larut dalam etanol(95%)

Viskositas (cp) 77,3–78,3

(Rowe, dkk., 2006).

2.2 Kulit

(56)

Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital, serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan lokasi tubuh. (Wasitaatmadja, 1997).

2.2.1 Struktur kulit

Kulit manusia terdiri atas tiga bagian jaringan yang saling berkaitan, lapisan epidermis dan lapisan dermis sebagai jaringan penghubung. Dibawah lapisan dermis terdapat lapisan subkutan yang berlemak (Mithal dan Saha, 2000). a. Epidermis

Lapisan-lapisan penyusun pada epidermis bervariasi pada ketebalan, tergantung pada ukuran sel dan jumlah lapisan sel, berkisar antara 0,8 mm pada telapak tangan dan tapak kaki hingga 0,06 mm pada kelopak mata.

Sel-sel yang mempunyai jaringan epitel yang berbeda dari semua organ, dari lapisan proliferasi sel basal sel-sel tersebut berubah dari sel aktif metabolik menjadi padat, mati, protein keratin. Secara berurutan, epidermis dibedakan atas 5 lapisan (Mithal dan Saha, 2000):

Lapisan tanduk (stratum corneum) Terdiri atas beberapa lapis sel yang

(57)

beregenerasi. Permukaan stratum corneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam disebut mantel asam kulit. − Lapisan jernih (stratum lucidum)

Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat tampak pada telapak tangan dan telapak kaki.

Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.

Lapisan malphigi (stratum spinosum)

Memiliki sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filament-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. − Lapisan basal (stratum germinativum)

Lapisan terbawah epidermis. Didalam stratum germinivatum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui dendrit-dendritnya (Tranggono dan Latifah, 2007).

b. Dermis

Lapisan ini jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastis dan fibrosa padat dengan elemen selular, kelenjar, dan rambut sebagai adneksa kulit. Lapisan ini terdiri atas:

(58)

- Pars retikularis, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengan subkutan, terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastin dan retikulin(Wasitaatmadja, 1997).

c. Hipodermis (subkutan)

Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus, berfungsi sebagai cadangan makanan. Dilapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah bening. Lapisan lemak ini juga berfungsi sebagai bantalan (Wasitaatmadja, 1997).

2.2.2 Fungsi kulit

Kulit adalah organ yang memiliki berbagai fungsi penting: - Pelindung/Proteksi

Serat elastis dari dermis dan jaringan lemak subkutan berfungsi untuk mencegah gangguan mekanis eksternal diteruskan secara langsung ke bagian dalam tubuh. Kulit memiliki kapasitas penetralisir alkali dan permukaan kulit dijaga tetap pada pH asam lemah untuk perlindungan dari racun kimia. Pigmen melanin mengabsorpsi dan melindungi tubuh dari bahaya radiasi UV (Mitsui, 1997).

- Pengaturan Suhu Tubuh/Termoregulasi

(59)

- Persepsi Pancaindera

Kulit merasakan perubahan pada lingkungan eksternal dan bertanggung jawab untuk sensasi kulit. Kulit memiliki berbagai reseptor sehingga dapat merasakan tekanan, sentuhan, suhu, dan nyeri (Mitsui, 1997).

- Penyerapan/absorpsi

Berbagai senyawa diabsorpsi melalui kulit ke dalam tubuh. Ada dua jalur absorpsi, satu melalui epidermis, dan yang lainnya melalui kelenjar sebaseus pada folikel rambut. Senyawa larut air tidak mudah diabsorpsi melalui kulit karena adanya sawar (barrier) terhadap senyawa larut air yang dibentuk oleh lapisan tanduk (Mitsui, 1997).

- Fungsi Lain

Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan (pucat dan bulu kuduk berdiri tegak), dan digambarkan sebagai organ yang menunjukkan emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D dengan bantuan sinar UV terhadap prekursor vitamin D dalam kulit (Mitsui, 1997).

2.3 Krim

(60)

alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Krim sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979).

Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O b. Emulsi minyak dalam air atau O/W

Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini (Lachman, dkk., 1994).

Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin, propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w untuk mengurangi peguapan air dari permukaan basis (Voigt, 1995).

(61)

2.4 Kosmetik pelembab

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan, yaitu dengan adanya tabir lemak diatas kulit yang didapat dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi dan karena itu dibutuhkan perlindungan tambahan non-alamiah yaitu dengan memberikan kosmetika pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Umumnya krim pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan, maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan minyak kulit semula. Kosmetika pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan dalam bentuk cairan minyak tersebut (moisturizing oil), atau campuran minyak dalam air (moisturizing cream) dan dapat ditambah atau di kurangi zat tertentu untuk tujuan khusus (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.1Fungsi dan manfaat pelembab kulit

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan lemak tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

(62)

sisa sabun, kotoran dan mikroorganisme masuk dan menumpuk dalam celah V ini, maka kulit yang menjadi kering dan retak-retak akan menimbulkan iritasi dan peradangan yang juga akan melemahkan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Salah satu hal essensial dalam perawatan kulit adalah melindungi kulit dari dehidrasi. Sehingga pelembaban merupakan salah satu langkah terpenting dalam rangkaian perawatan kulit.Krim pelembab dirancang untuk meningkatkan dan menjaga kelembaban kulit dalam berbagai kondisi, baik panas maupun dingin. (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Berikut ini adalah fungsi dan manfaat krim pelembab: a. Fungsi

- Mengembalikan kelembaban kulit - Menghaluskan kulit

- Menjaga kadar air dan menjaga kulit agar tetap lentur serta sehat b. Manfaat

- Kulit terjaga kelembabannya

- Kulit terhindar dari kerusakan akibat dehidrasi dan pengaruh lingkungan (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.4.2 Jenis kosmetik pelembab

Kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu: kosmetik pelembab berdasarkan lemak dan kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4.2.1 Kosmetik pelembab berdasarkan lemak

(63)

banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke mana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum corneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah penguapan air kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya agar kongesti perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4.2.2 Kosmetik pelembab yang didasarkan pada gliserol dan sejenisnya Preparat jenis ini akan mengering dipermukaan kulit, membentuk lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya dipermukaan kulit. Preparat ini membuat kulit tampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.5 Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab

Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).

a. Emolien

(64)

b. Zat sawar

Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat. c. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap.

d. Zat pengemulsi

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).

e. Pengawet

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapatbersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997). f. Parfum

(65)

2.6 Skin Analyzer

Kulit yang kering umumnya memiliki kadar minyak yang rendah. Kurangnya kadar minyak pada permukaan kulit mengakibatkan kandungan air yang berada di bagian permukaan bawah lapisan keratin menguap lebih cepat, yang selanjutnya mengakibatkan kekeringan pada kulit (Prianto, 2014).

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk

mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo, 2012).

Menurut Aramo (2012), pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer yaitu moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot

(66)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji tumbuhan canola, yaitu tumbuhan asli Kanada Barat dengan bunga berwarna kuning. Popularitas dari minyak kanola berkembang dengan cepat di Amerika Serikat. Minyak canola mengandung kadar asam lemak jenuh yang lebih rendah (kira-kira 6%) daripada minyak lainnya dan mengandung kadar asam lemak tidak jenuh yang tinggi(Fereidoon, 1990).

Minyak canola (Brasicca napus L.) memiliki nilai gizi dan kandungan vitamin E yang tinggi berguna untuk perawatan kulit. Vitamin E merupakan antioksidan yang sangat efektif, mampu melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas dan dapat menjaga kulit tetap lentur, halus, mengurangi munculnya noda dan bekas jerawat, serta memperlambat munculnya keriput.Minyak canola juga mengandung asam lemak seperti asam oleat (62%), palmitat (4%), stearat (2%), asam linoleat (21%), dan asam alfa-linoleat (10%) (Honary danErwin, 2011).

(67)

molekul-molekul dari tiap cairan yang memisah lebih besar dari gaya adhesi antara kedua cairan (Martin, 1993).

Emulsi mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi biasanya mengandung dua zat yang tidak tercampur yaitu air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah (Anief, 2004).

Sistem emulsi minyak dalam air (m/a) adalah sistem dengan fase terdispersi(fase diskontinu) adalah minyak fase pendispersinya (fase kontinu) adalah air. Sebaliknya emulsi air dalam minyak (a/m) adalah emulsi dengan air fase terdispersi dan minyak sebagai fase pendispersinya (Lachman, 1994). Fase terdispersi dan fase pendispersi yang akan terbentuk tergantung dari komposisinya dalam sistem. Fase yang memiliki komposisi lebih banyak daripada yang lainnya akan menjadi fase pendispersi (Lund, 1994).

Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket(Ditjen POM,1985).

(68)

dan keras, tidak fleksibel, danpecah-pecah akibat kekurangan air di stratum corneum dan kelembaban yang rendah (Mitsui, 1997).

Kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MenKes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Krim pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).

Kandungan air dalam stratum corneum, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi sangat penting. Kelembutan dan elastisitas stratum corneum sepenuhnya tergantung pada air yang dikandungnya dan bukan pada kandungan lemaknya (Tranggono dan Latifah, 2007).

Pada kondisi kulit tertentu, pelembab diperlukan oleh kulit untuk mempertahankan struktur dan fungsinya. Pengaruh berbagai faktor baik dari luar maupun dalam tubuh dapat menyebabkan kulit menjadi lebih kering akibat kehilangan air oleh penguapan yang tidak dirasakan (Soraya,2002).

(69)

menimbulkan iritasi dan peradangan atau keratinisasi abnormal yang juga akan melemahkan kulit. Disinilah perlunya kosmetik pelembab kulit, untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Berdasarkan hal di atas telah dilakukan penelitian formulasi minyak canola sebagai bahan pelembab dalam sediaan krim dalam bentuk krim m/a dan krim a/m serta membandingkan keduanya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang,perumusan masalah penelitian ini adalah: a. Apakah minyak canola dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe

emulsi m/a dan a/m.

b. Apakah krim minyak canola mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.

1.3 Hipotesa

Berdasarkan perumusan masalah, yang menjadi hipotesis adalah:

a. Minyak canola dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a dan a/m.

b. Krim minyak canola mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

(70)

b. Untuk mengetahui kemampuan krim minyak canola mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.

1.5 Manfaat Penelitian

(71)

FORMULASI KRIM DENGAN MINYAK CANOLA (Brasicca

napusL.) SEBAGAI PELEMBAB MENGGUNAKAN

DASAR KRIM M/A DAN A/M

ABSTRAK

Latar belakang: Minyak canola (Brasicca napus L.) mempunyai kandungan vitamin E yang tinggi.Vitamin E merupakan antioksidan yang sangat efektif dan mampu melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas. Dengan demikian bisa menjaga kulit tetap lentur dan halus, meningkatkan kelembaban dan memperlambat munculnya keriput. Minyak canola juga mengandung akan asam lemak seperti asam oleat (59,1%); palmitat (3,9%); stearat (1,8%); asam linoleat (22,2%) dan asam alpha-linoleic (10%).

Tujuan penelitian: Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan krim tipe m/a dan a/m dengan penambahan minyak canola, dan mengetahui kemampuan krim minyak canola mengurangi penguapan air dari kulit.

Metode: Minyak canola dibuat dalam sediaan krim m/a (F) dan a/m (R) sebagai pelembab. Konsentrasi minyak canola yang digunakan adalah 5%; 7,5; 10 dan 12,5, konsentrasi dibandingkan dengan sediaan pasaran dan gliserin, kemudian pengujiankemampuan sediaan menggunakan alat Skin Analyzeruntuk meningkatkan kelembaban kulit dengan menggunakan 21 orang sukarelawan dan sediaan dioleskan dua hari sekali pada bagian lengan bawah tangan. Beberapa pengujiannya yaitu uji homogenitas, penentuan tipe emulsi dengan fase pengenceran dan pewarnaan, penentuan pH,uji iritasi terhadap kulit dan pengamatan stabilitas secara visual sediaan selama 12 minggu pada suhu kamar. Hasil: Hasil pengujian kemampuan sediaan krim meningkatkan kelembaban kulit menunjukkan peningkatan secara signifikan pada minggu ke 1; 2; 3 dan 4. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa semua sediaan krim pelembab homogen, hasil tipe emulsi dengan fase pengenceran dan pewarnaan dapat terbentuk, sediaan mempunyai pH 5,1-6,6, pengujian iritasi terhadap kulit tidakmenimbulkan iritasi dan stabil selama penyimpanan 12 minggu dengan suhu kamar.

Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini minyak canola (Brasicca napus L.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim baik dengan tipe emulsi m/a maupun a/m, dan mampu meningkatkan kelembaban kulit sebesar 33,4% (F4; 12,5%) pada krim tipe m/a dan sebesar 37,66% (R4; 12,5%) pada tipe a/m.

(72)

THE FORMULATION OF CREAM WITH

CANOLA OIL (Brasicca napusL.) BASIC USE AS A

MOISTURIZER CREAM BASE O/W AND W/O

ABSTRACT

Background:Canola oil(Brasicca napusL.) has a high vitamin E content.VitaminEis an antioxidantthat ishighlyeffectiveandcapable of protecting the skin from damage caused by free radicals. Thiscankeep the skin remains suppleandsmooth, increase humidity andslowthe appearance of wrinkles. Canola oilalsocontainsfatty acidssuch asoleicacid(59.1%); palmitic(3.9%); stearic(1.8%); linoleicacid(22.2%) andalpha-linolenic acid(10%).

Purpose:The purposeof thisresearchwastomakepreparationscreamtypeo/w and w/o withthe addition ofcanolaoil, and to know the ability of cream canola oil reduce water evaporation from the skin.

Methods:Canolaoilwas madein the preparation of creamo/w (F) and w/o (R)as a moisturizer. The concentration ofcanola oilwas5%; 7.5; 10and12.5, each concentrasion was compared to the preparation market and glycerin, then test of ability stocks to use Skin Analyzer for to improve skin moisture by using 21 volunteers and the preparation is applied twice a day on the forearm hand. Some test of homogeneity, the determination of emulsion type with dilution and colouration phase, the observation determination of pH,test preparation irritation to the skin and observation visual of the preparation stability for 12 weeks at room temperature.

Results: Theresults of test of ability cream preparation improve skin moisture was showed that difference significantly in week 1; 2; 3 and 4. The result of homogeneity test was showed that all of preparations moisturizing cream homogenous, the result emulsion type with dilution and colouration phase can be made, had a pH of 5.1-6.6, irritation of the skin test was showed that not caseirritationandstableduring the12weeks of storage with a room temperature. Conclusion: The conclusionofthe research is canola oil(Brasicca napusL.) can beformulated in either or cream preparations with emulsion type o/w and w/o, and can improve skin moisture with 33.4%(F4; 12,5%) in the cream type o/w and 37.66%(R4; 12,5%) in cream type w/o .

(73)

FORMULASI KRIM DENGAN MINYAK CANOLA

(Brasicca napus L.) SEBAGAI PELEMBAB MENGGUNAKAN

DASAR KRIM M/A DAN A/M

SKRIPSI

OLEH:

NURUL RAHMAH

NIM 121524042

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(74)

FORMULASI KRIM DENGAN MINYAK CANOLA

(Brasicca napus L.) SEBAGAI PELEMBAB MENGGUNAKAN

DASAR KRIM M/A DAN A/M

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

NURUL RAHMAH

NIM 121524042

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(75)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI KRIM DENGAN MINYAK CANOLA

(Brasicca napus L.) SEBAGAI PELEMBAB MENGGUNAKAN

DASAR KRIM M/A DAN A/M

OLEH: NURUL RAHMAH

NIM 121524042

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 03 Agustus 2015

Pembimbing I, Panitia Penguji:

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001 NIP 195807101986012001

Pembimbing II, Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 195107031977102001 NIP 196106191991031001

Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001

Medan, Oktober 2015 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pejabat Dekan,

(76)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan judul: “Formulasi Krim Dengan Minyak Canola (Brassica napus L.) Sebagai Pelembab Menggunakan Dasar Krim m/a dan a/m”.

(77)

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda tercinta H. Zailani ZZ dan Ibunda tercinta Hj. Nilawati serta ucapan terima kasih penulis kepada Adik tercinta dan Mira, Nia, Dira, Imom, Yudi dan Arnis teman-teman yang selalu mendoakan, memberi saran, menyayangi dan memotivasi penulis. Terimakasih atas semua doa, kasih sayang, keikhlasan, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda dan pahala serta keberkahan yang sebaik-baiknya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, Oktober 2015 Penulis,

(78)

FORMULASI KRIM DENGAN MINYAK CANOLA (Brasicca

napusL.) SEBAGAI PELEMBAB MENGGUNAKAN

DASAR KRIM M/A DAN A/M

ABSTRAK

Latar belakang: Minyak canola (Brasicca napus L.) mempunyai kandungan vitamin E yang tinggi.Vitamin E merupakan antioksidan yang sangat efektif dan mampu melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas. Dengan demikian bisa menjaga kulit tetap lentur dan halus, meningkatkan kelembaban dan memperlambat munculnya keriput. Minyak canola juga mengandung akan asam lemak seperti asam oleat (59,1%); palmitat (3,9%); stearat (1,8%); asam linoleat (22,2%) dan asam alpha-linoleic (10%).

Tujuan penelitian: Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan krim tipe m/a dan a/m dengan penambahan minyak canola, dan mengetahui kemampuan krim minyak canola mengurangi penguapan air dari kulit.

Metode: Minyak canola dibuat dalam sediaan krim m/a (F) dan a/m (R) sebagai pelembab. Konsentrasi minyak canola yang digunakan adalah 5%; 7,5; 10 dan 12,5, konsentrasi dibandingkan dengan sediaan pasaran dan gliserin, kemudian pengujiankemampuan sediaan menggunakan alat Skin Analyzeruntuk meningkatkan kelembaban kulit dengan menggunakan 21 orang sukarelawan dan sediaan dioleskan dua hari sekali pada bagian lengan bawah tangan. Beberapa pengujiannya yaitu uji homogenitas, penentuan tipe emulsi dengan fase pengenceran dan pewarnaan, penentuan pH,uji iritasi terhadap kulit dan pengamatan stabilitas secara visual sediaan selama 12 minggu pada suhu kamar. Hasil: Hasil pengujian kemampuan sediaan krim meningkatkan kelembaban kulit menunjukkan peningkatan secara signifikan pada minggu ke 1; 2; 3 dan 4. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa semua sediaan krim pelembab homogen, hasil tipe emulsi dengan fase pengenceran dan pewarnaan dapat terbentuk, sediaan mempunyai pH 5,1-6,6, pengujian iritasi terhadap kulit tidakmenimbulkan iritasi dan stabil selama penyimpanan 12 minggu dengan suhu kamar.

Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini minyak canola (Brasicca napus L.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim baik dengan tipe emulsi m/a maupun a/m, dan mampu meningkatkan kelembaban kulit sebesar 33,4% (F4; 12,5%) pada krim tipe m/a dan sebesar 37,66% (R4; 12,5%) pada tipe a/m.

(79)

THE FORMULATION OF CREAM WITH

CANOLA OIL (Brasicca napusL.) BASIC USE AS A

MOISTURIZER CREAM BASE O/W AND W/O

ABSTRACT

Background:Canola oil(Brasicca napusL.) has a high vitamin E content.VitaminEis an antioxidantthat ishighlyeffectiveandcapable of protecting the skin from damage caused by free radicals. Thiscankeep the skin remains suppleandsmooth, increase humidity andslowthe appearance of wrinkles. Canola oilalsocontainsfatty acidssuch asoleicacid(59.1%); palmitic(3.9%); stearic(1.8%); linoleicacid(22.2%) andalpha-linolenic acid(10%).

Purpose:The purposeof thisresearchwastomakepreparationscreamtypeo/w and w/o withthe addition ofcanolaoil, and to know the ability of cream canola oil reduce water evaporation from the skin.

Methods:Canolaoilwas madein the preparation of creamo/w (F) and w/o (R)as a moisturizer. The concentration ofcanola oilwas5%; 7.5; 10and12.5, each concentrasion was compared to the preparation market and glycerin, then test of ability stocks to use Skin Analyzer for to improve skin moisture by using 21 volunteers and the preparation is applied twice a day on the forearm hand. Some test of homogeneity, the determination of emulsion type with dilution and colouration phase, the observation determination of pH,test preparation irritation to the skin and observation visual of the preparation stability for 12 weeks at room temperature.

Results: Theresults of test of ability cream preparation improve skin moisture was showed that difference significantly in week 1; 2; 3 and 4. The result of homogeneity test was showed that all of preparations moisturizing cream homogenous, the result emulsion type with dilution and colouration phase can be made, had a pH of 5.1-6.6, irritation of the skin test was showed that not caseirritationandstableduring the12weeks of storage with a room temperature. Conclusion: The conclusionofthe research is canola oil(Brasicca napusL.) can beformulated in either or cream preparations with emulsion type o/w and w/o, and can improve skin moisture with 33.4%(F4; 12,5%) in the cream type o/w and 37.66%(R4; 12,5%) in cream type w/o .

(80)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Minyak Canola ... 6

2.1.1 Taksonomi canola ... 6

2.1.2 Manfaat dan kegunaan minyak canola ... 7

2.2 Kulit ... 8

2.2.1 Struktur kulit ... 9

(81)

2.3 Krim ... 12

2.4 Kosmetik Pelembab ... 14

2.4.1 Fungsi dan manfaat pelembab kulit ... 14

2.4.2 Jenis kosmetik pelembab ... 15

2.4.2.1 Kosmetik pelembab berdasarkan lemak ... 15

2.4.2.2 Kosmetik pelembab yang didasarkan pada gliserol dan sejenisnya ... 16

2.5 Bahan-bahan Sediaan Krim Pelembab ... 16

2.6 Skin Analyzer ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Alat-alat ... 19

3.2Bahan-bahan ... 19

3.3 Sukarelawan ... 20

3.4Prosedur Kerja ... 20

3.4.1Identifikasi sampel ... 20

3.4.2Formulasi sediaan krim pelembab ... 20

3.4.2.1 Formula standar vanishing cream tipe m/a (Formularium Indonesia) ... 20

3.4.2.2 Pembuatan dasar krim m/a ... 21

3.4.2.3 Pembuatan sediaan krim m/a ... 21

3.4.2.4 Formula standar krim pelembab tipe a/m (Young, 1972) ... 22

3.4.2.5 Pembuatan dasar krim a/m ... 23

3.4.2.6 Pembuatan sediaan krim a/m ... 23

(82)

3.5.1 Pemeriksaan homogenitas ... 24

3.5.2 Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim ... 25

3.5.3 Penentuan pH sediaan ... 25

3.5.4 Pengamatan stabilitas sediaan ... 26

3.6 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 26

3.7 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Meningkatkan Kelembaban Kulit ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Identifikasi Sampel ... 28

4.2 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 28

4.2.1 Pemeriksaan homogenitas ... 28

4.2.2 Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim ... 29

4.2.3 Penentuan pH sediaan ... 31

4.2.4 Pengamatan stabilitas sediaan ... 34

4.3 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 38

4.4 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Meningkatkan Kelembaban Kulit ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1 Kesimpulan ... 47

5.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(83)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kandungan nilai minyak canola ... 8

Tabel 3.1 Formula dasar krim m/a yang dibuat ... 21

Tabel 3.2Formula sediaan krim m/a yang dibuat ... 22

Tabel 3.3 Formula dasar krim a/m yang dibuat ... 23

Tabel 3.4 Formula sediaan krim a/m yang dibuat ... 24

Tabel 4.1 Data hasil asam lemak minyak canola ... 28

Tabel 4.2 Data hasil pengenceran fase menggunakan air ... 29

Tabel 4.3 Data hasil pengujian tipe emulsi sediaan krim dengan Pewarnaan menggunakan metilen biru ... 30

Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan krim m/a saat selesai dibuat .. 32

Tabel 4.5 Data pengukuran pH sediaan krim m/a setelah penyimpanan 12 minggu ... 32

Tabel 4.6 Data pengukuran pH sediaan krim a/m saat selesai dibuat .. 32

Tabel 4.7 Data pengukuran pH sediaan krim a/m setelah penyimpanan 12 minggu ... 33

Tabel 4.8 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim m/a ... 35

Tabel 4.9 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim a/m ... 36

Tabel 4.10 Data hasil uji iritasi krim m/a terhadap sukarelawan ... 38

Tabel 4.11 Data hasil uji iritasi krim a/m terhadap sukarelawan ... 39

Tabel 4.12 Data peningkatan persentase kelembaban krim m/a ... 40

(84)
(85)

DAFTAR GAMBAR

(86)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil analisis kandungan asam lemak minyak canola ... 51

Lampiran 2. Surat pernyataan sukarelawan ... 52

Lampiran 3. Gambar sediaan krim setelah dibuat ... 53

Lampiran 4. Gambar sediaan krim setelah 12 minggu ... 54

Lampiran 5. Gambar uji homogenitas ... 55

Lampiran 6. Gambar ujitipe emulsi dengan pewarnaan metilen biru ... 56

Lampiran 7. Gambar uji kelembaban ... 57

Lampiran 8. Gambar minyak canola dan pH meter ... 58

Lampiran 9. Gambar pohon canola ... 59

Lampiran 10. Foto sebelum dan sesudah pemakaian krim m/a ... 60

Lampiran 11. Foto sebelum dan sesudah pemakaian krim a/m ... 63

Gambar

Tabel 3.1Formula dasar krim m/a yang dibuat
Tabel 3.2 Formula sediaan krim m/a yang dibuat dan yang dipasaran
Tabel 3.3Formula dasar krim a/m yang dibuat
Tabel 3.4 Formula sediaan krim a/m yang dibuat dan yang dipasaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian: uji homogenitas, penentuan tipe emulsi, pH, pengamatan stabilitas sediaan selama 12 minggu pada penyimpanan suhu kamar, uji iritasi terhadap kulit dan penentuan

Uji mutu fisik yang dilakukan pada masing- masing sediaan adalah homogenitas, pH, stabilitas dan tipe emulsi, dilakukan juga uji iritasi sediaan dan kemampuan sediaan untuk

Hasil pengujian kemampuan sediaan untuk meningkatkan kelembaban kulit dari masing-masing formula menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi minyak bekatul dalam

Uji Mutu Fisik sediaan Uji Iritasi sediaan Uji Kemampuan Sediaan untuk meningkatkan kelembaban kulit menggunakan alat Skin analyzer ARAMO (moisture.

Kesimpulan: Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sari buah mangga yang terbaik sebagai pelembab adalah konsentrasi 10% melembabkan kulit selama 4 minggu

Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama menjadi sukarelawan pada uji sampel penelitian yang berjudul Penggunaan Sari Lobak Merah (Raphanus sativus L.) sebagai Pelembab

Menyatakan bersedia dan sukarela menjadi panelis untuk uji iritasi dan penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dalam penelitian dari Yoan Handoko

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa semua sediaan krim pelembab homogen, hasil tipe emulsi dengan fase pengenceran dan pewarnaan dapat terbentuk, sediaan mempunyai pH