• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjuangan Tokoh Enong Dalam Novel Dwilogi Padang Bulan Karya Andrea Hirata: Analisis Feminisme

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perjuangan Tokoh Enong Dalam Novel Dwilogi Padang Bulan Karya Andrea Hirata: Analisis Feminisme"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Alwi, Hasan,dkk. 2007. KamusBesar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Damono, Sapardi Djoko. 2002. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : MedPress

Fakih, Mansour. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gamble, Sarah. 2010. Feminisme & Postfeminisme. Yogyakarta: Jalasutra.

Handayani, Trisakti dan Sugiarti. 2008. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Mosse, Julia Cleves. 1996. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Kerja Sama Rifka Annisa Women’s Crisis Centre dengan Pustaka Pelajar.

Murniati, A. Nunuk P. 2004. Getar gender. Magelang: Indonesia Tera.

Pradopo, Rachmat Djoko,dkk. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies : Reprentasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Semi, Atar. 1988. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori kesusastraan ( Terjemahan oleh Melani Budianta ). Jakarta: Gramedia.

Internet

Burhan, Faika. 2012. Eksistensi Perempuan dalam Dwilogi Novel Padang Bulan dan Cinta di dalam Gelas karya Andrea

(2)

tianDetail&act=view&typ=html&buku_id=57189&obyek_id=4

Depy Nopita Valma, 2012. Nilai Moral Dalam Novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra Di Kelas XI SMA.

) diakses tanggal 26 Februari 2013.

tanggal 26 Februari 2013.

Elia Merisa, 2012. Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Padang Bulan Karya Andrea

Hirata

diakses tanggal 26 Februari 2013.

Fadhilah, Umi,. 2011. Watak Tokoh dalam Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata pdan Implikasinya dalam Pembelajaran di SMA.

GBHN Repelita VI diakses tanggal 25 Februari 2013.

http// kajian hermeneutika Paul Ricour oleh Crispina.com. diakses tanggal 25 Januari 2013.

Diakses tanggal 25 Januari 2013.

Prastiyawati, Tari. 2012. Analisis Struktural Dan Nilai Edukatif Novel Padang Bulan Karya

Andrea Hirata

diakses

tanggal 26 Februari 2013.

Rahmawati, dkk. Gaya Bahasa Andrea Hirata Dalam Dwilogi Padang Bulan: Kajian Stilistika.

Tri Surani, 2011. Nilai Optimisme Dalam Novel Dwilogi Padang Bulan Dan Cinta Di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata (Tinjauan dari Perspektif Pendidikan Agama Islam). (http://digilib.uin-suka.ac.id/6105/) diakses tanggal 26 Februari 2013.

Udi Budi Harsiwi. 2011. Sosial Budaya Bangka Belitung Dalam Novel Dwilogi Padang Bulan Karya Andrea Hirata (Pendekatan Sosiologi Sastra dan Nilai

Pendidikan)

(3)

LAMPIRAN 1. SINOPSIS CERITA

Syalimah yang selama hidupnya jarang menerima kado ataupun kejutan dari suaminya, Zamzami karena kemiskinan mereka, tiba-tiba mendapatkan hadiah sepeda Sim King yang selama ini diidam-idamkan Syalimah. Begitu pun dengan Enong, gadis yang begitu mencintai bahasa Inggris ini baru saja mendapatkan kamus bahasa Inggris dari ayahnya. Namun ternyata nasib berkata lain, disaat kebahagiaan berada di pihak mereka, tiba-tiba saja mereka dikejutkan dengan berita meninggalnya ayah Enong akibat tertimbun tanah galian timah tersebut.

Sepeninggal Zamzami, kisah getir perjuangan hidup Enong pun dimulai. Untuk membantu menafkahi keluarga, Enong akhirnya berhenti sekolah dan pergi merantau. Enong merantau dengan harapan meraih pekerjaan untuk menafkahi keluarga dan menyekolahkan adik-adiknya. Akan tetapi, kenyataannya tak semudah yang dibayangkan oleh Enong. Setiap kali tempat kerja yang didatanginya selalu menolak karena kondisi fisiknya yang kurus dan kecil. Enong akhirnya kembali ke kampung halamannya tanpa mendapatkan pekerjaan.

Di Belitung, Enong mencoba sebuah pekerjaan yang saat itu tidak pernah terpikirkan di masyarakat, yaitu pendulang timah. Hal ini sebagai wujud paksaan nasib karena tidak ada hal lain lagi yang membutuhkan tenaganya. Pekerjaan ini sangat di luar batas kemampuannya. Bukan hanya karena ia terlalu kecil, akan tetapi pendulang timah adalah profesi laki-laki dan selama ini tidak ada satu pun wanita yang melakukan pekerjaan tersebut. Enonglah yang menjadi pionir di sana. Alasan utama Ia memilih pekerjaan ini adalah menjadi pendulang timah tidak membutuhkan ijazah dan persyaratan muluk-muluk selain fisik yang kuat.

Di usia empat belas tahun Enong sah menyandang sebutan pendulang timah. Dia bekerja tanpa lelah dan mengerahkan seluruh tenaganya, tetapi terkadang Dia tidak mendapatkan apa-apa. Sebagai satu-satunya perempuan pendulang, Enong tidak jarang diperlakukan seenaknya mulai dari memberi harga jual timah yang sangat murah hingga merebut secara paksa lahan tempat Enong mencari nafkah. Hal itu menyebabkan Enong trauma terhadap gonggongan anjing-anjing yang pernah hampir membunuhnya ketika lahannya direbut oleh preman kampung Belitung.

(4)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Adapun yang menjadi sumber data yang akan dianalisis adalah: Judul : Dwilogi Padang Bulan

Pengarang : Andrea Hirata

Penerbit : Bentang

Tebal Buku : 548

Ukuran : 12,5cm x 20,5cm

Cetakan : Pertama

Tahun : 2010

Warna Sampul : Perpaduan warna kuning telur, putih, ungu, dan merah hati.

Gambar Sampul : Terdapat gambar seperti pohon dan di tengah-tengah terdapat dua ekor burung kecil berwarna putih. Di bagian belakang, terdapat gambar sebuah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan dua orang anak perempuan.

Desain Sampul : Kuswanto 3.2 Teknik pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Library Research

(5)

novel Dwilogi Padang Bulan lalu menandai hal-hal yang sesuai dengan permasalahan. Langkah selanjutnya, mencatat data-data tersebut dan membahasnya dengan analisis feminisme.

3.3 Teknik Analisis Data

Teknis analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik simak dan catat, yaitu pembacaan objek kajian terlebih dahulu kemudian menyimak isi dan seterusnya dilakukan pencatatan di dalam komputer. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode pembacaan

heuristik dan dilanjutkan dengan metode pembacaan hermeneutik. Hal ini disebabkan karena kedua metode ini sangat tepat dipergunakan dalam penilitain sastra dengan pendekatan feminisme.

Pradopo (2001: 84) mengatakan:

Pembacaan heuristik adalah metode pembacaan berdasarkan struktur kebahasaanya atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi tingkat pertama. Pembacaan heuristik adalah pembacaan tata bahasa ceritanya yaitu pembacaan dari awal sampai akhir secara berurutan. Hasilnya adalah sinopsis cerita. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang atau retroaktif sesudah pembacaan heuristik dengan memberi konvensi sastranya. Konvensi sastra yang dimaksud adalah memberi makna dari cerita.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembacaan heuristik berarti membaca objek kajian secara berurutan dan memahami struktur kebahasaannya. Sedangkan pembacaan hermeneutik berarti pembacaan yang lebih mengarah kepada pengambilan makna yang terdapat dalam cerita tersebut. Dengan demikian, langkah awal yang harus dilakukan dalam meneliti sebuah karya sastra, yakni membaca objek kajian secara menyeluruh kemudian tahapan selanjutnya, yakni memahami makna yang terdapat dalam rangkaian cerita tersebut.

Ratna (2004: 46) juga menambahkan,

(6)

horison dan paradigma yang berbeda-beda. Keragaman pandangan pada gilirannya menimbulkan kekayaan makna dalam kehidupan manusia, menambah kualitas estetika, etika, dan logika.

(7)

BAB IV

BENTUK-BENTUK PERJUANGAN TOKOH ENONG 4.1 Tokoh-Tokoh dalam Dwilogi Padang Bulan

Tokoh dalam sebuah cerita pada dasarnya memiliki watak-watak tertentu. Setiap tokoh yang digambarkan oleh pengarang mempunyai sifat, ciri-ciri lahiriah, dan sikap batin sehingga wataknya dapat diketahui secara langsung oleh pembaca. Para tokoh yang digambarkan oleh pengarang memiliki peranan yang berbeda-beda. Aminuddin (1987: 79 – 80) menyatakan “Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam sebuah cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama. Sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh pembantu”.

Penentuan tokoh utama dan tokoh tambahan dalam sebuah karya sastra, yakni berupa novel, dapat ditentukan melalui intensitas munculnya tokoh tersebut dalam penceritaan. Selain itu, dapat dilihat pula melalui petunjuk yang diberikan oleh pengarang berupa komentar-komentar atau adanya bahan pembicaraan yang khusus membahas tokoh tersebut. Adapun tokoh utama dan tokoh tambahan /pendukung yang memegang peranan penting dalam novel Dwilogi Padang Bulan dapat diperinci sebagai berikut.

4.1.1Tokoh Utama 4.1.1.1 Ikal

(8)

daripada mengikuti nasihat orang tuanya. Namun, dalam satu hal ia juga merasa kecewa atas tindakannya karena tidak mendengarkan perkataan orang tuanya. Berikut cuplikannya.

Lalu, sisa malam kulewatkan dengan melamun. Sebuah lamunan yang menyesakkan karena di dalamnya berkecamuk kekecewaan pada Ayah dan harapan agar Mualim Syahbana segera berlayar, agar segera dapat kutinggalkan Ayah dan kampung yang tak lagi indah bagiku ini. Kampung yang hanya memberiku kisah-kisah yang sedih ini. Jakarta, Jakarta berdua dengan A Ling, di sanalah masa depanku. Usai dilanda kemarahan dan harapan sengit yang melelahkan itu, waktu merayap ke dini hari, pukul dua pagi, kupandangi Jembatan Linggang dari haluan perahu, dan aku rindu pada ayahku, rindu sekali.(DPD, hlm. 46)

Sikap Ikal yang tidak mudah putus asa juga terlihat jelas pada cuplikan cerita berikut ini.

Seperti impian diam-diamku selalu, hujan pertama jatuh tepat pada 23 Oktober sore, pada hari kudapatkan lagi A Ling dan ayahku. Hujan membasahiku. Kurentangkan kedua tangan lebar-lebar. Aku menengadah dan kepada langit kukatakan: Ini aku! Putra ayahku! Berikan padaku sesuatu yang besar untuk kutaklukkan! Beri aku mimpi-mimpi yang tak mungkin karena aku belum menyerah! Takkan pernah menyerah. Takkan pernah!(DPB, hlm. 254)

4.1.1.2 Maryamah (Enong)

Maryamah (Enong) adalah seorang perempuan yang memiliki watak percaya diri, optimis, bertanggung jawab, lugu, pintar, pekerja keras, baik, sabar, dan pantang menyerah. Semenjak ayahnya meninggal, Enong memutuskan untuk mencari pekerjaan di kota hanya dengan bermodalkan semangat dan tenaga.

Setelah menemui kawannya, hari itu juga Enong langsung hilir mudik di pasar menawar-nawarkan diri untuk bekerja apa saja. Namun, tak semudah sangkanya, juragan menyuruhnya pulang dan kembali ke sekolah. Banyak yang mengusirnya dengan kasar. Ketika ditanya ijazah, ia hanya bisa menjawab bahwa ia hampir tamat SD. Ia pun ditampik untuk pekerjaan rumah tangga atau pabrik karena tampak sangat kurus dan lemah. Penolakan ini ia alami berkali-kali, selama berhari-hari.(DPB, hlm. 32 – 33)

(9)

dan pengorbanan demi keluarganya menumbuhkan lagi tekadnya untuk bangkit dari keterpurukan. Ia tetap berusaha mencari nafkah sebagai seorang pendulang timah.

Dengan jemari halusnya, Enong belajar menggenggam gagang pacul. Ditariknya napas dalam-dalam, digigitnya kuat-kuat ujung jilbabnya, untuk mengumpulkan segenap tenaga kecilnya. Diangkatnya pacul yang besar, lalu dihantamkan ke tanah yang liat. Lumpur pekat terhambur ke wajahnya. Begitu berulang-ulang, seharian, sampai melepuh tangannya. Ia mendulang timah sampai terbungkuk-bungkuk. Kadang ia limbung karena tak kuat menahan berat dulang.(DPB, hlm. 58)

Selain itu, sikap pantang menyerah juga dimiliki oleh Enong. Banyaknya cobaan yang terjadi membuat Enong semakin terbiasa dengan kepahitan hidup. Menghadapi kesulitan dan dukacita bukan lagi hal yang menjadikannya putus asa, melainkan tekad dan semangat pantang menyerahnya semakin bangkit.

“Kalau aku susah,” katanya dengan sorot mata yang lucu, "cukuplah kutangisi semalam. Semalam suntuk. Esoknya, aku tak mau lagi menangis. Aku bangun dan tegak kembali!”(CDG, hlm. 40)

4.1.2 Tokoh Pendukung 4.1.2.1 Zamzami

Watak Zamzami yaitu pekerja keras, pantang menyerah, bertanggung jawab, dan sangat menyayangi keluarganya.

(10)

Selain itu, Zamzami juga sangat menyayangi anak-anaknya. Ia berjuang untuk memenuhi apa saja yang diinginkan anaknya, khususnya demi pendidikan. Hal tersebut tampak pada kutipan berikut.

Zamzami amat bangga akan cita-cita Enong. Ia ingin Enong mendapat kesempatan pendidikan setinggi-tingginya. Sekolah Enong adalah nomor satu baginya. Selelah apa pun bekerja, ia tak pernah lalai menjemput Enong. Sering Zamzami bercerita pada Sirun. “Run, dapatkah kaubayangkan, anakku mau menjadi guru sebuah bahasa dari barat?” Sirun takjub.

“Kita-kita ini, Run, bahasa Indonesia pun tak lancar.” “Bahasa dari Barat? Bukan main, Bang, bukan main.”

Kemudian menjadi guru dari sebuah bahasa yang asing dari Barat itu yang membuat Zamzami tak pernah mengeluh meski harus bekerja membanting tulang seperti kuda beban. Ia berusaha memenuhi apa pun yang diperlukan Enong untuk cita-cita hebatnya itu.(DPB, hlm. 10 – 11)

4.1.2.2 Syalimah

Watak Syalimah, yaitu tidak mudah putus asa dan sabar dalam menghadapi segala rintangan yang terjadi dalam keluarga. Ketika suami yang dicintainya telah meninggal dunia, Syalimah berusaha tegar dan sabar. Ia tetap berusaha memenuhi kebutuhan anak-anaknya dengan berbagai cara. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Belum sebulan ditinggal suami, Syalimah telah kehabisan beras. Bahkan, beras yang diantar orang ketika melayat itu pun telah habis, ia mulai meminjam beras dari tetangga demi menyambung hidup hari demi hari.(DPB, hlm. 25)

4.1.2.3 Detektif M. Nur

(11)

Dua hari ia melatih anjing itu untuk mengenali gigi palsu. Tindakannya semakin menambah ledekan untuknya di warung-warung kopi. Lalu, Detektif membawa anjing itu ke warung kopi tempat terakhir Lim Phok berada sebelum gigi palsunya raib. Dituntunnya anjing itu ke parit di belakang warung. Anjing itu mendengus-dengus. Ekornya mengibas-ngibas penuh semangat. Orang-orang di warung kopi terpingkal-pingkal melihat tingkah Detektif dan anjing itu. Sungguh besar pertaruhan Detektif. Apalagi ada Moi Kiun dan A Nyim di situ. Jika gigi palsu itu tak ditemukan, Detektif M. Nur dan Moi Kiun pasti jadi bahan tertawaan. Orang Melayu gemar benar menertawakan orang. Namun, tak lama kemudian anjing itu menyalak-nyalak. Ia mengitari sesuatu dan memungutnya dengan mulutnya. Detektif terkekeh. Ia bersuit. Anjing itu berlari kecil ke arahnya dan memuntahkan sebuah benda berwarna pink di depannya: gigi palsu Lim Phok.(DPB, hlm. 43 – 44)

4.1.2.4 Jose rizal

Jose rizal adalah seekor burung merpati yang cerdik dan banyak membantu detektif M. Nur untuk mengirimkan surat atau berbagai informasi yang bersifat rahasia sampai ke tujuan. Insting dan kemampuannya sangat hebat dalam memahami kode yang diberikan oleh tuannya. Setiap informasi yang ingin dikirimkan selalu tepat pada sasarannya.

AKU terkejut, seekor merpati pos hinggap di beranda rumah Mapangi. Ia menggerung-gerung seolah aku disuruhnya mendekat. Kuhampiri dan ia jinak. Aku terkesima melihat gulungan kertas kecil terikat di kakinya. Astaga, rupanya burung itu bukan sekedar merpati pos hiasan yang dipelihara para penghobi, tapi benar-benar merpati pos yang dititipi surat. Ia berjingkat-jingkat, seakan menyuruhku membuka ikatan kertas di kakinya itu. Jantungku berdebar karena banyak alasan. Pesan itu pasti bersangkut paut denganku karena keluarga Mapangi selalu berada di laut. Hanya aku yang tinggal di rumahnya. Menerima sepucuk surat dari seekor burung merpati, bukankah menakjubkan? Rasanya aku berada di masa lalu, pada masa jaya Kesultanan Melaka, waktu para punggawa saling bertukar pesan lewat burung merpati. Hebat sekali, orang yang bisa melatih hewan sehingga begitu pintar.(DPB, hlm. 79)

4.1.2.5 Ninochka Stronovsky

(12)

meraih kemenangan di pertandingan catur melawan pesaingnya yang lebih berpengalaman bermain catur. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Nochka mengajariku dan Detektif M. Nur cara memahami dan menulis diagram catur. Ternyata, ibarat sebuah peta, papan catur memiliki koordinat yang jelas dan setiap buah catur punya kode. Perasaanku meluap-luap. Ide yang awalnya hanya berupa poligon imaginer dan semburan-semburan kegilaan pada satu subuh yang menyiksa dua hari yang lalu, kini menjelma menjadi sesuatu yang mulai mengambil bentuk, meski untuk satu misi yang amat muskil. “Karena waktu mendesak, jika lawanmu main catur, intai saja, dan catat gerakan buah caturnya pada diagram yang tadi kuajarkan. Kirim catatan itu padaku. Akan kupelajari. Mungkin aku dapat memberi pendapat cara mengalahkannya.” Semangatku meletup karena mafhum bahwa pesan itu bukan dari sembarang orang, melainkan dari seorang grand master internasional. Kuterjemahkan setiap kata Inggris dari Nochka untuk detektif M. Nur. Demi mendengar kata intai, alisnya turun-naik.(DPB, hlm. 159)

Mitoha tak tahu bahwa seorang grand master internasional perempuan adalah arsitek kemenangan itu. Dia tak mengerti bahwa kami bekerja dengan sains: teknologi informasi--- internet, sosiologi, referensi Buku Besar Peminum Kopi, dan ilmu statistik Lintang. Tak paham, bahwa kegiatan spionase tingkat tinggi yang didukung oleh Detektif M. Nur, Preman Cebol, seekor burung merpati yang cerdik, dan seorang lelaki norak yang mampu bersepeda 70 kilometer per jam, berada di balik semua itu. Sehingga, kami paham betul kemampuan setiap lawan bahkan kami tahu berapa jumlah istrinya. Ia juga tak mengerti apa yang dapat dilakukan seorang perempuan yang teraniaya dan memutuskan untuk membalas. Dari semua itu dapatlah kukatakan bahwa Maryamah takkan semudah itu dikalahkan.(CDG, hlm. 235 – 236)

4.1.2.6 Alvin

Alvin adalah keponakan Ikal yang memiliki watak nakal, suka mengganggu teman-temannya di kelas, dan mudah tergoda oleh rayuan. Selain itu, ia menyalahgunakan kepandaian bermain caturnya melalui kesombongannya dan merendahkan kemampuan orang lain. Berikut kutipannya.

(13)

dilibasnya. Diingatkannya pula bahwa aku tak pernah menang melawannya. Katanya, ia juga telah mengalahkan gurunya di sekolah. Sesumbarnya minta ampun.(CDG, hlm. 69 – 70)

4.1.2.7 Paman

Paman adalah seseorang yang memiliki sikap keras melalui penampilan fisik dan cara bicara. Namun, pada dasarnya paman adalah seseorang yang baik dan penuh perhatian pada orang lain. Akibat penyakit selangkangannya itu, paman sering memarahi pekerja-pekerja di kedai kopinya. Hal itu tampak pada kutipan berikut.

Sampai di warung kopi, aku disongsong oleh omelan pamanku, yang sangat tidak suka pada pemerintah, yang menganggap masyarakat semakin amoral, dan yang karena suatu penyakit kandung kemih yang aneh membuatnya tak bisa menampilkan suatu performa pada tingkat paling minimal sekalipun. Dengan menyebut lokasi penyakit itu, Kawan tentu mafhum maksudku dengan performa tadi. Akulah yang kemudian menjadi tempatnya menumpahkan semua kegagalan politikal, sosial, dan personalnya itu. Terlalu tak tahu adatkah aku ini jika yang terakhir tadi---personal itu---kutulis seksual saja? Keadaan semakin tak menyenangkan, yaitu barangkali karena kekecewaannya pada diri sendiri, lambat laun Paman menjadi orang yang gamang. Paranoid, kata orang Jakarta. Mungkin kurang tepat istilah itu, tapi apalah peduliku. Jadilah ia selalu menuntut untuk diyakinkan. Hal itu kemudian menjadi bagian paling sarkastik dalam omelannya.(CDG, hlm. 4 – 5)

4.1.2.8 Selamot

Selamot adalah seorang wanita yang tulus hatinya. Jiwanya yang halus dan mudah iba pada orang lain menjadikannya bersahabat dengan Enong. Selamot hanya ingin membuat orang-orang di sekitarnya bahagia dan berusaha semaksimal mungkin untuk meringankan beban orang-orang lain. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut.

(14)

pertimbangan yang pintar. Lagi pula, wanita mana pun yang berada di dekat Selamot akan percaya diri. Lantaran dari sisi sebelah mana pun, mereka pasti merasa berpenampilan lebih baik darinya. Tak seorang pun akan merasa tersaingi oleh orang Bitun yang buta huruf dan tidak cantik itu.(CDG, hlm. 39)

4.1.2.9 Giok Nio

Giok Nio adalah seorang wanita yang memiliki gagasan cemerlang demi kemajuan kaum perempuan. Ia selalu memahami dan melindungi sesama kaumnya. Kebaikannya untuk menjadikan tempatnya menjadi ruang belajar bahasa Inggris merupakan ciri aktivis perempuan yang perlu diteladani.

Sedang memperjuangkan agar perempuan bisa ikut lomba panjat pinang. Ia adalah aktivis perempuan pertama di kampung kami.(CDG, hlm. 263)

4.1.2.10 Ibu Indri

Watak Ibu Indri, yaitu baik dan pintar. Hatinya lembut dan ramah. Ia berusaha membantu orang-orang yang membutuhkan kursus bahasa Inggris. Keramahannya dan kecintaannya terhadap puisi semakin menunjukkan jiwanya yang sensitif namun tetap tampak cerdas dan dewasa.

Kurasa, aku dapat menerima penerjemahan secara bebas yang dilakukan Bu Indri atas puisiku dan kurasa hal itu indah dan pintar. Aku pun dapat merasakan bahwa ketika menulis surat itu, Bu Indri dilanda perasaan senang.(DPB, hlm. 200)

(15)

4.1.2.11 Preman Cebol

Preman Cebol adalah seorang preman yang sangat disegani. Perangainya yang kasar dan keberadaan tato-tatonya semakin menunjukkan kekuasaannya di pasar. Hanya satu hal yang menjadikan sikap arogan dan menyeramkan preman tersebut hilang, yakni kecintaannya pada burung merpati. Berikut cuplikannya.

Jika ia mengangkat wajah, menyorot dua bola mata yang keruh. Alisnya serupa bulan sabit, tatapannya ingin menelan. Kedua mata itu berbicara lebih lancang dari mulutnya, namun menyimpan rahasia yang dalam, seperti ada cinta yang juga terluka, hidup yang tersia- sia, dan dendam yang membara. Rambutnya gondrong, tebal digulung angin laut beraroma garam, tak dapat lagi disisir karena telah kaku. Badannya yang besar dan tegap seakan menguasai seluruh warung. Penampilannya semakin ganjil karena bahunya timpang. Konon karena ketika kecil ia membanting tulang seperti budak belian di bawah perintah pamannya yang kejam. Dari pamannya itulah ia mendapat semua keburukan dalam hidupnya, yang kemudian membawanya menjadi orang yang paling ditakuti di pasar pagi termasuk kawasan seputar kantor pegadaian sampai ke Jalan Sersan Munir.(CDG, hlm. 12 – 13)

4.1.2.12 Ratna Mutu Manikam

Ratna Mutu Manikam adalah merpati betina yang sangat cantik dan pancaran matanya yang bermakna genit semakin menjadikan merpati itu berkicau riang. Berikut cuplikannya.

Adapun di situ, nun di situ, Ratna Mutu Manikam, burung merpati yang bermata genit itu, menggerung-gerung riang karena dipuja-puji tuannya.(CDG, hlm. 15)

4.1.2.13 Ibu

(16)

Seperti biasa, Ibu mengunyah sirih acuh tak acuh. Tampaknya ia sangat benci. Ibu menol eh padaku dengan putaran l eher yang kaku dan pandangan yang kej am. Namun, aku terkejut karena ia tersenyum. Dari sekian banyak alasan yang pernah kusampaikan pada Ibu, hampir sepanjang hidupku, baru kali ini Ibu tampak setuju! Lalu Ibu mengatakan, “Kalau nanti ada pemungutan suara seperti pemilu untuk mendukung Maryamah, beri tahu aku.”(CDG, hlm. 46 – 47)

4.1.2.14 Ayah

Watak Ayah baik hati. Dalam cerita tersebut digambarkan tokoh ayah tersebut tidak banyak bicara. Namun, kebaikan hatinya terpancar dari mata dan sikapnya. Cara ia menyayangi anak-anaknya sangat berbeda dengan ayah lainnya. Ia hanya menunjukkan kasih sayangnya lewat senyum dan tatapan matanya. Berikut cuplikannya.

Jika melihatku terbangun, Ayah kembali untuk mengusap rambutku dan tersenyum. Dari dalam rumah kudengar Ayah mengucapkan salam pada kawan-kawan kerjanya yang telah berdesakan di dalam bak truk. Kawan-kawan kerjanya itu adalah ayah-ayah dari kawan-kawanku. Lalu kudengar gemerencing besi saling beradu, kemuadian truk menggerung meninggalkan rumah.(DPB, hlm. 19)

4.1.2.15 A Ling

A Ling adalah seorang gadis keturunan Tiong Hoa yang berparas cantik dan lembut. Watak A ling dalam novel ini digambarkan memiliki sikap pendiam dan tertutup. Ketertutupan A Ling menjadikan hubungan Ikal dan A Ling pada umumnya hanya melalui hati ke hati. Ketidakterbukaan A Ling terhadap suatu hal menjadikan ada jurang pemisah di antara A Ling dan Ikal sehingga muncul permasalahan yang menyita pemikiran Ikal. Berikut cuplikannya.

(17)

4.1.2.16 Zinar

Zinar adalah seorang pemuda yang tampan, gagah, ramah, dan mampu membuat setiap wanita terpesona padanya. Sikap perhatian yang dimiliki Zinar membuat setiap wanita mengaguminya dan setiap lelaki merasa tidak pantas bersaing dengannya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Kulihat mereka berbincang lagi dan kuamati Zinar. Gerak-geriknya menunjukkan sikap respek yang mengesankan pada perempuan setengah baya di depannya sekaligus satu pesona yang susah ditolak oleh gadis-gadis muda lainnya. Zinar tak berhenti tersenyum. Aku menyukai senyumnya yang lebar dan tertarik akan gayanya mendengarkan pembicaraan, lalu mengambil celah-celah untuk menanggapi. Ia seperti orang yang secara alamiah menyenangkan. Aku paham orang-orang semacam Zinar. Mereka punya keelokan paras yang berpadu dengan kepribadian yang baik. Mereka bisa menjadi sahabat bagi siapa saja. Tak lepas kupandangi lelaki itu dan pikiranku terlempar ke dalam lamunan putus asa tentang bagaimana sebagian lelaki bisa begitu disukai banyak perempuan dan lelaki yang lain tidak.(DPB, hlm. 105 – 106)

4.1.2.17 Matarom

Matarom adalah lelaki yang sombong, merasa hebat, seorang hidung belang, dan memiliki sikap semena-mena terhadap perempuan. Berikut cuplikannya.

(18)

4.1.2.18 Patriot Trikora

Patriot Trikora adalah seorang laki-laki yang memiliki sikap temperamental. Ia seorang lelaki yang tidak memiliki rasa kasihan maupun belas kasih terhadap perempuan. Sikap menantang dan menganggap dirinya hebat terlihat jelas dari gerak-geriknya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Patriot Trikora dikenal sangat temperamental. Jika kalah, sering ia marah-marah bahkan melemparkan papan catur keluar jendela. Wataknya itu tercermin pada permainan caturnya yang cepat, tegas, dan ganas. Ia duduk dengan sikap menantang. Paman duduk di belakangnya.(CDG, hlm. 191)

4.1.2.19 Go Kim Pho

Go Kim Pho adalah seorang lelaki tua keturunan Tionghoa. Sikapnya yang baik dan penuh belas kasihan menjadikannya sangat terhormat. Jasa-jasanya selalu terkenang oleh orang-orang yang pernah mendapatkan bantuan darinya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Seorang Tionghoa tua termangu di depan toko itu sambil menghadapi papan catur. Ia seperti sedang menunggu lawan yang tangguh untuk duduk di bangku kosong di depannya, namun lawan itu tak kunjung datang. Tak seorang pun berani menghadapinya. “Maaf, Anak Muda, aku ingin sekali membantu, tapi toko ini mau gulung tikar.” Enong pamit dan beranjak. Bapak tua itu menyodorkan tangannya. “Ambillah ini, sedikit uang, untuk ongkos pulang ke kampung. Enong berusaha menolak. Orang itu memaksa. Enong memandangi toko yang kuyu dan bapak tua Tionghoa yang tulus itu. Sudah berhari-hari ia terlunta-lunta. Tak ada pilihan selain pulang dan mencari pekerjaan di kampung. “Terima kasih, Ba, suatu hari nanti kita akan berjumpa lagi. Akan kukembalikan uang ini.” Langit menyaksikan semua itu.(DPB, hlm. 37)

4.1.2.20 Maulidi

(19)

Celaka! Maulidi jauh lebih hebat ketimbang Muntaha maupun Syamsuri Abidin. Dia pernah dikirim koordinator Keluarga Berencana untuk kursus catur selam dua minggu di Palembang---yang waktu itu masih menjadi ibu kota provinsi kami. Sekarang dua pulau, Bangka dan Belitong, telah melakukan desersi dari Provinsi Sumatra Selatan. Mengapa koordinator Keluarga Berencana ikut campur dalam hal ini? Aku tak tahu. Siapalah aku ini sehingga tahu segala hal. Kurasa hal-hal seperti itu harus ditanyakan pada penerbit buku.(CDG, hlm. 145)

4.1.2.21 Syamsuri Abidin

Syamsuri adalah pemain catur yang memiliki kemampuan jauh di atas Enong. Dalam bermain, ia tidak menunjukkan rasa belas kasihan pada lawannya. Nafsu membunuh dan menghabisi raja lawannya merupakan kebanggaan baginya.

Pertandingan papan kedua dimulai. Syamsuri Abidin yang makin percaya diri jadi makin beringas. Ia tenggelam dalam euforia nafsu membunuh. Dalam waktu singkat ia berhasil membabat habis seluruh perwira Maryamah. Yang tertinggal hanya sang raja dan 8 butir pion.(CDG, hlm. 137)

4.1.2.22 Maksum

Maksum adalah seorang juru taksir timah. Ia memiliki sikap yang curang dan angkuh. Kebiasaanya mengelabui dan menipu orang-orang yang lemah sudah dilakukannya sejak lama. Akibat dari sikapnya itu, ia kaya mendadak dan miskin mendadak pula.

(20)

4.1.2.23 Aziz

Aziz adalah seorang lelaki hidung belang dan tidak tahan akan godaan. Ketika kemenangan dalam bermain catur ada padanya maka dengan waktu yang singkat ia sudah berada di atas awan. Aziz sering terlena pada kenikmatan semata dan menganggap remeh orang-orang di sekitarnya.

Kuda itu tak lain secawan racun! Benar pendapat Detektif M. Nur, lelaki hidung belang itu sama sekali tak tahan godaan! Aziz terperanjat. Maryamah dengan sigap menyusun pembelaan Petrof. Belum sempat aziz berpikir panjang tiba-tiba ia kena sekak. Lutut rajanya gemetar. Disekak sekali lagi, raja itu tertungging. Pendukung Maryamah melonjak-lonjak. Modin susah payah menenangkan mereka. Di tengah hiruk pikuk itu Paman bangkit, lalu tanpa malu-malu mengambil tempat di belakang Maryamah.(CDG, hlm. 124)

4.1.2.24 Sersan Kepala Zainuddin

Sersan Kepala Zainuddin adalah kepala pengamanan di Belitung. Pengabdiannya sangat sungguh-sungguh dan benar-benar menjaga ketertiban dan keamanan kampung mereka, yakni Belitung. Ia tak pernah sekali pun menggunakan senjatanya untuk melukai orang lain.

Pensiun dari kepolisian dan membuka warung kopi yang berjudul Tiga Tuntunan Rakyat. Selama bertugas, ia tak pernah menembakkan sebutir pun peluru. Pistol yang sudah karatan itu ia kembalikan pada negara.(CDG, hlm. 263)

4.1.2.25 Modin

Modin adalah seorang lelaki yang galak dan tegas. Selain itu, ia juga lelaki yang disiplin. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

(21)

4.1.2.26 Chip (Syahruddin bin Salmun)

Chip adalah seseorang yang terobsesi dalam dunia balapan. Karena cita-cita sebagai pilot tidak dapat diwujudkan, Chip sering bertingkah seperti seorang pilot. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.

Orang yang dipanggil Selamot sebagai Chip, bernama asli Syahruddin bin Salmun. Jika orang lain marah dijuluki, Syahruddin malah meminta dengan sangat agar setiap orang memanggilnya Chip. Senang digelari yang tidak-tidak adalah sakit gila nomor 17. Syahruddin pernah bercita-cita menjadi pilot. Sayang disayang, cita-cita itu agak sedikit sudah dikejar lantaran ia buta huruf. Ia selalu mengatakan bahwa ia gagal tes pilot pada tahap penentuan terakhir untuk satu alasan yang masih menjadi misteri baginya. Kegagalan menerbangkan pesawat membelokkannya ke sepeda. Sepeda lalu menjadi obsesinya yang dicurigai semua orang sering dianggapnya sebagai pesawat terbang. Ini sakit gila nomor 13. S yahruddin senang kebut-kebutan bersepeda. Suatu hari, di balai desa ia menonton film CHIP (California Highway Patrol) yang ditayangkan TVRI. Mulutnya ternganga melihat aksi Eric Estrada ngebut mengejar para begundal di jalan raya California. Sejak itu ia mengubah sendiri namanya menjadi Chip.(CDG, hlm. 22 – 23)

4.1.2.27 Ibu Nizam

Watak Ibu Nizam, yaitu baik, ramah, dan pintar. Ibu Nizam adalah salah seorang guru yang memiliki jiwa pengabdian yang tinggi pada negara. Keramahan dan kebaikan hatinya menjadikan siswa-siswanya tertarik untuk belajar, khususnya bahasa Inggris.

Ibu Nizam adalah guru senior. Ia berasal dari Pematang Siantar. Puluhan tahun lampau ia ditempatkan pemerintah untuk mengajar di kampung kami. Ia sangat dihormati karena keberaniannya merantau demikian jauh dalam usia sangat muda, demi pendidikan. Dialah guru bahasa Inggris pertama di kampung kami.(DPB, hlm. 10)

4.2 Enong (Maryamah) Sebagai Pelopor

4.2.1 Sebagai Penambang Timah Wanita Pertama di Belitong

(22)

menghapus sistem budaya yang berlaku. Di Belitung misalnya, daerah tersebut masih menganut budaya patriarki. Budaya tersebut masih menganggap tabuh apabila ada seorang perempuan yang mengerjakan pekerjaan laki-laki.

Mendulang timah sudah ditekuni Enong sejak usianya 14 tahun. Sindiran-sindiran orang lain dijadikan Enong sebagai penyemangatnya untuk mengembalikan adik-adiknya ke bangku sekolah dan tetap mampu membiayai kebutuhan sehar-hari. Menjadi pendulang timah bukanlah kemauan Enong, melainkan keadaan yang memaksanya untuk mengerjakan pekerjaan berat tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Namun, putri kecil Syalimah itu gembira bukan main mendapat pekerjaan yang baru sebagai pendulang timah karena pekerjaan itu tidak mengharuskannya memoles gincu, berbedak, berdandan, dan tak perlu membuatnya berbaju berlapis-lapis, dan terutama, karena ia memang tak punya pilihan lain.(DPB, hlm. 50)

Keberhasilan Enong menaklukkan pekerjaan berat tersebut menginspirasi perempuan-perempuan lain untuk bekerja sebagai pendulang timah. Semangat Enong mampu memacu dan mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan pekerjaan yang awalnya tidak mungkin untuk dilakukan oleh seorang perempuan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Enong sebagai perempuan pendulang timah pertama telah berhasil memberikan energi positif bagi kaum perempuan untuk lebih berpikir luas dan memiliki semangat untuk maju demi memperjuangkan harkat dan martabat sebagai makhluk yang memiliki hak yang sama dengan kaum laki-laki.

4.2.2 Pemain Catur Wanita Pertama di Belitung

(23)

usaha, tekad, dan dorongan dari dalam hati. Enong merupakan pelopor pemain catur pertama di Belitung dan menginspirasi kaum perempuan lainnya untuk menekuni permainan tersebut. Melalui cobaan berat dalam hidupnya, ia berusaha untuk mengalahkan orang yang menyebabkan hidupnya menderita. Sikap balas dendam yang ditunjukkan Enong sangat terpuji karena pembalasan tersebut dilakukan melalui cara yang positif.

Berkat kemenangan Enong mengalahkan lawan-lawannya pada pertandingan 17 Agustus, harga diri dan keberadaan Enong mulai diakui oleh semua masyarakat Belitung. Hal tersebut menginspirasi semua orang untuk merasakan kebebasan dan tidak lagi terikat pada budaya yang melarang perempuan untuk mengerjakan pekerjaan atau memainkan permainan laki-laki. Di tahun berikutnya pertandingan catur telah banyak digemari oleh kaum perempuan bahkan mereka mulai ikut bertanding melawan laki-laki dengan catatan tidak melanggar syariat, yakni dengan tetap memasang pembatas selendang dan pihak perempuan tetap menggunakan burkak,

sejenis selendang untuk menutup aurat (wajah) pada umat Islam. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

(24)

4.3 Bentuk-Bentuk Perjuangan Tokoh Enong

4.3.1 Perjuangan Tokoh Enong terhadap Dirinya Sendiri

Pandangan konservatif telah membatasi perjuangan perempuan hanya dalam lingkungan keluarga saja. Padahal, jika dikaitkan dengan paradigma kesetaraan manusia dan keadilan, perempuan seharusnya diberikan peluang untuk melakukan perjuangan dalam ruang lingkup sosial, budaya, ekonomi, agama, dan politik. Perjuangan tersebut pada akhirnya hanya demi membangun kebersamaan tanpa adanya diskriminasi dan menegakkan keadilan serta menghapus segala bentuk ketidakadilan bagi perempuan itu sendiri. Perjuangan keadilan bagi kaum perempuan tentu saja tidak hanya untuk kepentingan perempuan, tetapi juga untuk kehidupan perempuan dalam jangka panjang agar merasakan kebebasan berpikir, kebebasan mengontrol diri, mendapat keadilan, memperoleh kedamaian, dan kesejahteraan bagi kaum perempuan maupun laki-laki.

Perjuangan menciptakan keadilan dan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki perlu diwujudnyatakan dalam kehidupan bermasyarakat agar terciptanya lingkungan masyarakat yang sejahtera dan adil. Dengan demikian, Negara Indonesia juga mengalami pembangunan ke arah yang lebih baik di segala bidang. Tindakan perjuangan itu tidak harus dilakukan dengan kekerasan, tetapi juga dapat terwujud dengan adanya ide atau gagasan yang dicetuskan oleh kaum perempuan tersebut.

(25)

adik-adiknya serta menafkahi seluruh kebutuhan keluarga. Hal tersebut dapat ditemukan pada rincian berikut ini.

4.3.1.1 Perjuangan Tokoh Enong Mencari Pekerjaan

Mozaik 6 dengan judul Tanjong Pandan, melukiskan bagaimana Enong berjuang mencari dan melamar kerja tetapi tetap ditolak.

Namun, tak semudah sangkanya, juragan menyuruhnya pulang dan kembali ke sekolah. Banyak yang mengusirnya dengan kasar. Ketika ditanya ijazah, ia hanya bisa menjawab bahwa ia hampir tamat SD. Ia pun ditampik untuk pekerjaan rumah tangga atau pabrik karena tampak sangat kurus dan lemah. Penolakan ini ia alami berkali-kali, selama berhari-hari.

Pabrik kerupuk, kelebihan karyawan. Pabrik cincau, kekurangan order sehingga tak perlu karyawan. Usaha parutan kelapa, menolaknya. Restoran mi rebus, menolaknya. Warung mi rebus, apalagi. Kantor Syah Bandar, menolaknya karena mereka memerlukan sarjana. Kantor bupati---menjadi tenaga suruh-suruh---misalnya, tukang seduh kopi atau membeli rokok bagi para ajudan bupati--menolaknya, karena sudah ada sarjana yang melakukan semua itu. Seminggu kemudian, Enong gembira melihat pengumuman lowongan untuk seorang pelayan toko. Pelamar bisa datang esok pagi, pukul 10. Muda, perempuan, belum kawin, dan menarik, begitu bunyi taklimat yang tertempel di kaca jendela.(DPB, hlm. 32)

4.3.1.2 Perjuangan Menjadi Pendulang Timah

(26)

bentuk penindasan terhadap perempuan oleh kaum laki-laki. Penindasan tersebut juga tidak ditangani secara serius oleh pemerintah sehingga permasalahan tersebut seolah-olah diwajarkan dan kaum perempuan juga tidak lagi merasa bahwa itu sebuah tindakan yang merenggut haknya sebagai perempuan. Dari peristiwa-peristiwa tersebut, muncullah kaum feminisme yang menginginkan adanya kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam segala hal.

Fakih (1996: 100) menyatakan,

Gerakan feminisme merupakan perjuangan dalam rangka mentransformasikan sistem dan struktur yang tidak adil menuju ke sistem yang adil bagi perempuan maupun laki-laki. Dengan kata lain, hakikat feminisme adalah gerakan transformasi sosial dalam arti tidak melulu memperjuangkan soal perempuan belaka. Dengan demikian, strategi perjuangan jangka panjang gerakan feminisme bukan sekadar upaya pemenuhan kebutuhan praktis kondisi kaum perempuan atau hanya dalam rangka mengakhiri dominasi gender dan manifestasinya seperti: eksploitasi, marginalisasi, subordinasi, pelekatan stereotipe, kekerasan dan penjinakan belaka, melainkan perjuangan transformasi sosial ke arah penciptaan struktur yang secara fundamental baru dan lebih baik.

(27)

yang dihadapinya mengharuskan Enong untuk mengusahakan segala cara. Hal ini dapat dilihat dari cuplikan berikut.

… . Sampai di rumah, ia mengambil pacul dan dulang milik ayahnya dulu, lalu segera kembali ke danau. Ia menyingsingkan lengan baju, turun ke bantaran dan mulai menggali lumpur. Ia terus menggali dan menggali. Ia berkecipak seperti orang kesurupan. Keringatnya bercucuran, tubuhnya berlumpur-lumpur. Ia mengumpulkan galiannya ke dalam dulang, mengisinya dengan air, dan mengayak-ngayaknya. Sore itu, pendulang timah perempuan pertama di dunia ini, telah lahir.(DPB, hlm. 49)

Kegigihan dan ketulusan hati Enong dalam mengerjakan pekerjaannya menjadikan semangatnya kian bertambah. Setiap waktu senggang yang dimilikinya tidak pernah lupa ia gunakan untuk mengasah kemampuannya dalam berbahasa Inggris. Suatu gambaran yang sangat mengesankan meskipun ia tidak lagi mengenyam pendidikan di sekolah.

Usai salat subuh, ia melilit jilbabnya kuat-kuat, mengemasi pacul, dulang, dan sepeda, mencium tangan ibunya, menggendong adik-adiknya sebentar, lalu meluncur dengan sukacita sambil menyiulkan lagu-lagu kebangsaan menuju bantaran danau. Kadang kala ia menyiulkan lagu anak-anak berbahasa Inggris yang dulu pernah diajarkan Bu Nizam padanya: if you’re happy and you know it, clap your hands. Ia adalah pendulang perempuan pertama dalam sejarah penambangan timah. Usianya tak lebih dari 14 tahun.(DPB, hlm. 50)

(28)

yang dialami sebagai kaum yang dinomorduakan dan memiliki lingkungan yang terbatas. Hal ini sesuai dengan pendapat Murniati (2004:75) “Hubungan perempuan dan laki-laki di Indonesia masih didominasi oleh ideologi gender yang membuahkan budaya patriarki. Budaya ini tidak mengakomodasikan kesetaraan atau keseimbangan sehingga perempuan menjadi tidak penting untuk diperhitungkan.”

(29)

4.3.1.3 Perjuangan Lari dari Kejaran Anjing

Hal yang paling berharga bagi seorang perempuan adalah kehormatannya. Budaya telah mengajarkan kepada setiap perempuan untuk menjaga kehormatannya agar dihargai pula oleh pasangannya kelak. Setiap perempuan pasti akan berjuang sekuat tenaga untuk melindungi kesuciannya. Hal ini juga dialami oleh Enong. Karena adanya kecemburuan dari segerombolan preman pasar atas kehebatan Enong mendapatkan timah, mereka merencanakan niat jahat untuk merebut lahan tempat Enong mencari timah.

Salak anjing meraung-raung. Enong diburu seperti pelanduk. Ia berlari sekuat tenaga karena takut diperkosa dan dibunuh. Ia tak memedulikan kaki telanjangnya yang berdarah karena duri dan pokok kayu yang tajam. Malangnya, ia tak dapat lari lebih jauh karena di depannya mengadang tebing yang curam. Di bawah tebing itu mengalir sungai yang berjeram-jeram. Enong menoleh ke belakang. Anjing-anjing pemburu sudah dekat. Ia berlari menuju tebing dan tanpa ragu ia meloncat. Tubuh kecilnya melayang, lalu berdentum di permukaan sungai. Ia tenggelam bak batu, tak muncul lagi.(DPB, hlm. 71)

Enong lebih memilih menjatuhkan diri ke sungai daripada harus diperkosa oleh segerombolan pereman tersebut. Tindakan itu merupakan gambaran bagaimana seorang perempuan harus menjaga harga diri dan martabatnya melawan kesemena-menaan laki-laki. Kelemahan fisik perempuan tidak menjadikan Enong menyerah pada keadaan karena mati lebih baik daripada harus menanggung aib yang sangat menyakitkan. Hal ini tampak pada cuplikan berikut.

(30)

payah, compang-camping. Kepalanya terluka dan mengeluarkan darah, ia terseok-seok meninggalkan muara.(DPB, hlm 71 – 72)

4.3.1.4 Perjuangan dalam Belajar bahasa Inggris

Pendidikan di belahan dunia mana pun bukan hanya sekedar hak azasi manusia, melainkan juga sebagai alat strategis untuk membangun masyarakat. Melalui pendidikan setiap manusia diajarkan untuk mampu berinteraksi, memiliki pengetahuan yang luas, serta menjadikan pendidikan sebagai sarana mendapatkan pekerjaan yang baik. Pendidikan tidak hanya didapatkan melalui sekolah karena sifat ilmu pengetahuan selalu berkembang.

Kisah yang dialami Enong merupakan citra masyarakat dengan ekonomi rendah. Kemiskinan masyarakat Belitung menjadikan banyak anak yang tidak dapat sekolah atau melanjutkan sekolah. Dia tidak dapat menamatkan sekolah dasarnya karena tuntutan keadaan. Namun demikian, Enong tetap mempelajari pelajaran kesukaannya, yaitu bahasa Inggris. Enong belajar dari hal-hal mudah dengan membaca dan mencatat setiap istilah baru yang dibacanya. Dengan demikian semakin bertambah pula kosa kata bahasa Inggris yang diketahuinya.

Pertemuan dengan Enong berlanjut dengan obrolan panjang tentang minatnya akan bahasa Inggris. Ia memperlihatkan padaku berbagai macam katalog yang didapatnya dari Tuan Pos. Aku terkesan akan semangat dan jiwa humornya. Aku diserbu energi positif perempuan itu. Enong mengatakan sangat ingin mengikuti kursus itu, tapi tentu hanya ada di kota. Ia telah berkirim surat untuk menanyakan apakah mungkin ia kursus secara jarak jauh. Enong menyukai katalog, terutama yang di dalamnya mengandung kata-kata Inggris. Dikumpulkannya, dibacanya, tak peduli produk apa pun itu. Kemudian, ia memperlihatkan padaku sebuah katalog yang menawarkan kursus bahasa Inggris.(DPB, hlm. 119 – 120)

(31)

sekolahan lainnya yang juga mengikuti kursus tersebut. Namun kecintaannya akan bahasa Inggris lebih besar daripada rasa malunya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Enong senang tak terbilang. Mimpi lamanya untuk kursus bahasa Inggris akhirnya akan menjadi kenyataan. Hari itu ia memperlihatkan kemajuannya berbahasa Inggris dengan menerangkan bahwa melalui Kamus Satu Miliar Katanya ia telah tahu arti semua kata Inggris di kaleng bekas susu yang biasa dipakainya untuk menyimpan timah hasil dulangannya. Cukup mengesankan kemampuannya itu karena paling tidak ia sudah tahu bahwa susu itu berasal dari sapi.(DPB, hlm. 132)

4.3.1.5 Enong Mengalahkan Mantan Suaminya (Matarom) Main Catur 4.3.1.5.1 Belajar Bermain Catur

Catur merupakan jenis pecatur adalah orang yang memainkan catur, baik dalam pertandingan satu lawan satu maupun satu melawan banyak orang (dalam keadaan informal). Permainan catur memerlukan kecerdasan, pengaturan emosional yang baik, serta taktik agar mampu mengalahkan lawan. Bagi pemula, memahami permainan catur membutuhkan kesabaran dan rasa ingin tahu yang tinggi agar mampu mengingat beberapa jenis teknik permainan catur. Dari kegagalan Enong dalam membina rumah tangga, ia berusaha mencari cara untuk menjatuhkan kesombongan dan kesemena-menaan Matarom terhadap Enong. Salah satu cara agar pembalasan itu dapat terwujud adalah melalui pertandingan catur melawan Matarom. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

“Aku mau belajar main catur. Aku mau bertanding 17 Agustus nanti. Aku mau menantang Matarom.”

Kami terperangah.

(32)

Tahap pembelajaran bermain catur dilalui Enong dengan gugup. Ia berusaha untuk mengenali satu persatu benda asing itu di ingatannya. Ia melihat kejahatan yang dilakukan oleh Matarom melalui catur tersebut karena menurutnya catur adalah refleksi dari diri Matarom. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan berikut.

Maryamah duduk di depan papan catur dan tampak berusaha memberanikan diri. Dengan ragu ia menjulurkan tangannya dan meraih beberapa buti r pion. Digenggamnya kuat-kuat para prajurit balok satu umpan peluru itu.

Selanjutnya, aku kewalahan diberondongnya dengan pertanyaan. Sering kali ia memejamkan mata untuk membenam-benamkan pengetahuan baru ke dalam kepalanya. Ia kewalahan, namun penuh tekad. Sebuah kekuatan besar dari dalam dirinya seakan menggerakkannya dengan dahsyat untuk menguasai catur yang ia anggap biang keladi kesusahan hidupnya. (CDG, hlm. 57)

Kemahiran seseorang dalam memahami pelajaran dapat dilihat dari praktik yang sesungguhnya. Untuk mengetahui seberapa jauh Enong paham akan permainan catur, rekan-rekan Enong mengadunya dengan pemain yang cukup mahir dalam permainan catur. Berikut cuplikannya.

Maryamah tak terpengaruh akan sikap amatir Alvin. Dia berkonsentrasi penuh ke papan catur. Alvin menggerakkan buah catur dengan cepat karena ia merasa telah menguasai keadaan. Tampaknya ia yakin dapat menaklukkan Maryamah dalam dua belas langkah, seperti sesumbarnya. Senyum tengiknya tersungging-sungging. Tak lama kemudian, tak tahu bagaimana kejadiannya, karena sangat cepat, sekonyong-konyong Maryamah berkata, “Sekak mat.”

(33)

Setelah mampu mengalahkan lawan pertamanya, semangat dan rasa percaya

diri Enong semakin bangkit. Ia merasa yakin bahwa ia mampu bertanding dan

mengalahkan lawan-lawannya bahkan Matarom sekalipun. Hal ini merupakan suatu

langkah positif yang mampu membangun pertahanan yang kuat untuk melindungi diri

sendiri pada saat pertandingan nantinya.

4.3.1.5.2 Menuju Pertandingan

Sebelum melawan mantan suaminya, Matarom, Enong harus melakukan uji coba dengan beberapa pecatur pria. Para pecatur pria tersebut antara lain:

4.3.1.5.2.1 Aziz

Aziz adalah lawan Enong dalam pertandingan tahap pertama. Menurut penelitian rekan-rekan Enong, Aziz adalah pemain yang mahir namun tidak tahan terhadap godaan. Kepiawaian Aziz membuat Enong sedikit kebingungan mencari taktik untuk mengalahkan lawannya. Aziz melangkahkan pion-pionnya dengan lihai. Akhirnya pada langkah ke-20, Azizi berhasil mengalahkan Enong. Kedudukan sementara 1-0. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan berikut.

(34)

Pertandingan kedua berjalan dengan cukup menegangkan. Aziz yang berada di puncak kemenangan merasa sombong dan lupa diri. Ia merasa yakin dapat mengalahkan Enong, seorang pemain catur pemula. Namun, hal itu di luar kendalinya. Enong menyusun pion-pionnya dengan sikap yang tenang namun mematikan. Dengan waktu yang singkat, Enong berhasil menumbangkan raja Aziz. Kekalahan itu menjadikan emosinya tidak stabil dan melangkah secara tidak beraturan. Pertandingan ketiga juga dimenangkan oleh Enong. Hal itu membuat Aziz merasa malu atas kekalahannya. Berikut cuplikannya.

Pertandingan baru berjalan beberapa langkah, namun Aziz langsung bingung melihat perwira-perwira Maryamah mengamuk seperti angin puting beliung. Ia mati kutu. Berkali-kali dia mengangkat wajahnya, berusaha melihat muka lawan di seberangnya, namun syariat tak memungkinkan itu. Selendang merah menyembunyikan kemampuan ajaib seorang perempuan miskin yang tersia-sia, yang telah dipandang sebelah mata oleh siapa saja. Sore ini ia menunjukkan siapa dirinya sebenarnya. Maryamah mengangkat kudanya. Raja Aziz menghembuskan napas yang terakhir.(CDG, hlm. 125)

4.3.1.5.2.2 Mas Mugi

Lawan Enong yang kedua adalah Mas Mugi. Mas Mugi lebih mengutamakan komposisi dan keindahan letak pion-pionnya. Tujuan keselarasan tersebut untuk memunculkan efek yang indah saat difoto. Oleh karena itu, Enong dengan mudah mengalahkan lawannya. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan berikut.

Pertandingan digelar. Benar saja, Mas Mugi Kempot sibuk mengatur buah catur, bukan untuk menyerang, tapi biar serasi tampaknya. Ia mementingkan komposisi. Buah catur ia konfigurasikan seperti akan ia potret. Kuda yang lebih pendek di depan luncus yang ramping dan tinggi untuk tujuan framing

(35)

Mugi Kempot malah tersenyum. Ia membuka tasnya dan mengeluarkan kamera. Dipotretnya posisi terakhir rajanya saat meregang nyawa.(CDG, hlm. 133)

4.3.1.5.2.3 Maksum

Lawan Enong berikutnya adalah Maksum. Ia adalah seorang juru taksir yang sombong dan curang. Kesombongan dan kecurangannya menjadikan ia kaya mendadak dan miskin mendadak pula. Enong tidak mengalami kesulitan untuk mengalahkan juru taksir timah tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Pada langkah ke-18, Maryamah mengubah catur tak ubahnya permainan ular tangga. Ia berhasil mem-fait accompli luncus. Maksum untuk naik ke koordinat c6. Jika tidak, raja si juru taksir bisa langsung almarhum. Sebaliknya, di dekat c6 itu, menteri Maryamah menganga bak ular boa.

Kehilangan luncus itu membuat Maksum seumpama mengantarkan kepala rajanya sendiri di atas nampan kepada Maryamah, dan sebelum hal itu terjadi ia mengambil tindakan bijak yang menyakitkan hati sekaligus pengecut, yakni mengibarkan bendera putih untuk keluar dari turnamen. Dikalahkan perempuan, masih merupakan kenyataan yang tak tertanggungkan bagi sebagian besar lelaki.(CDG, hlm. 134)

4.3.1.5.2.4 Syamsuri Abidin

Syamsuri Abidin adalah seorang jagoan pelabuhan. Ia sangat lihai memainkan pion-pionnya. Semangat untuk menaklukan Enong tercermin dari wajahnya. Tanpa belas kasihan, Syamsuri langsung mengeksekusi raja Enong dan babak pertama pun dimenangkan oleh Syamsuri. Berikut cuplikannya.

(36)

samurai: Kambei Shimada, Katsushirô, Kyûzô, Gorôbei, Shichirôji, Heihachi, Kikuchiyo.(CDG, hlm. 137 – 138)

Pertandingan babak berikutnya dimainkan dengan sangat serius. Enong berjuang sampai babak penghabisan untuk mempertahankan rajanya. Hampir sama dengan perjuangan dirinya untuk bertahan hidup dan melawan segala penderitaan yang dihadapinya tanpa ada kata menyerah. Meskipun Enong mengalami kekalahan, para pendukung Enong tetap merasa bangga padanya. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan berikut.

Pendukung Syamsuri Abidin bertepuk tangan untuk jagoannya. Pendukung Maryamah yang tadi diam bertepuk tangan untuk Maryamah, demi menghormati jiwa tempurnya yang tak kenal takut. Setelah beberapa lama, sungguh aneh, dimulai oleh Paman, para pendukung S yamsuri Abi din berdiri dari tem pat duduk dan bertepuk tangan untuk Maryamah. Tepuk tangan tak berhenti mengiringi langkah perempuan yang gagah berani itu meninggalkan arena. Semua orang bertepuk tangan untuk Maryamah. Aku tercengang menyaksikan apa yang terjadi. Syamsuri Abidin memang telah unggul atas Maryamah, namun wajah setiap orang menyiratkan kesan bahwa dia tak sedikit pun mampu menaklukkan perempuan itu. (CDG, hlm. 139 – 140)

4.3.1.5.2.5 Maulidi

(37)

untuk mengalahkan Maulidi. Dua babak berikutnya akhirnya dimenangkan oleh Enong. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan berikut.

Pada papan ketiga Maulidi terus-terusan terdesak. Maryamah sepenuhnya mengikuti instruksi Nochka. Kulihat Paman pelan-pelan menggeser posisi duduknya. Tahu-tahu ia sudah berada di belakang Maryamah. Maryamah berhasil merebut papan ketiga. Alvin melonjak-lonjak. Paman tertawa lebar. Air mukanya berkata:

berani-beraninya kau anggap enteng perempuan, rasakan itu, Mat!

(CDG, hlm. 152)

4.3.1.5.2.6 Go Kim Pho

Go Kim Ho adalah seorang lelaki tua yang berasal dari Tanjung Pandan. Ia seorang pemilik toko yang dulu pernah memberikan uang kepada Enong saat Enong mencari pekerjaan di Tanjung Pandan. Go Kim Pho bukanlah lawan yang setimpal dengan Enong namun Enong memberikan kesempatan kepada lelaki itu untuk mengerahkan seluruh teknik catur yang diketahuinya. Pada akhirnya, lelaki tua itu kalah dengan terhormat. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Papan pertama dan kedua dimenangkan Maryamah setelah Go Kim Pho mengerahkan kemampuan dan Maryamah memberi peluang untuk menerapkan semua strategi yang ia miliki. Maryamah bermain secara rendah hati sekaligus cerdas. Ia memperlihatkan derajat tertinggi sebuah sportivitas dan jiwa bertarung yang meninggikan martabat lawan. Para pengamat catur berdecak kagum menyaksikan kemampuan Maryamah menampilkan permainan yang sangat elegan dan memberi Go Kim Pho sebuah kekalahan yang agung. Bapak tua itu bangkit dan tersenyum. (CDG, hlm. 176 – 177)

4.3.1.5.2.7 Tarub

(38)

catur. Dengan cepat, Enong mampu mengalahkan Tarub dengan cara yang terhormat. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan berikut.

Janganlah risau, Kawan,” bujuk Maryamah.

“Tadi Tarub kalah dengan terhormat.” (CDG, hlm. 185) 4.3.1.5.2.8 Patriot Trikora

Patriot Trikora dikenal sangat tempramen dan selalu marah-marah bahkan sering melempar papan catur tersebut jika mengalami kekalahan. Cara bermain Patriot Trikora ini sangat cepat, ganas, dan tegas. Ledakan emosi yang tidak teratur tersebut menjadikan pertahanan Patriot Trikora terganggu. Permainan berlagsung dengan ketat dan saling mempertahankan kubu masing-masing. Pertandingan yang sangat menegangkan itu akhirnya dimenangkan oleh Enong. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

(39)

4.3.1.5.2.9 Guru Biologi

Pertandingan tahap kesembilan Enong bertemu dengan guru biologi. Pertandingan ini akan sangat mudah dimenangkan oleh Enong karena guru biologi itu bukanlah lawan yang seimbang. Dua babak pertandingan tersebut dimenangkan oleh Enong. Berikut cuplikannya.

Namun, celaka. Maryamah membabat guru biologi itu dua kosong telak. Kami terbelalak. Seluruh penonton terpaku tak dapat berkata-kata melihat tindakan nekad Maryamah. Mengapa di begitu bodoh? Hal itu akan berakibat dia berhadapan langsung dengan Overste Djemalam yang disegani pecatur mana pun. Hanya Paman yang tertawa terkekeh-kekeh yang tampak setuju benar dengan tindakan edan Maryamah, dan hal itu menimbulkan tanda tanya besar bagiku.(CDG, hlm. 207)

4.3.1.5.2.10 Overste Djemalam

Overste adalah mantan petinggi maskapai timah. Wataknya yang provokatif dan sangat ditakuti oleh lawan-lawannya menjadikan pendukung Enong cemas dan merasa takut jika Enong kalah dalam pertandingan ini. Enong melangkahkan pion-pionnya dengan tenang dan menunjukkan sikap yang dingin kepada lawannya kali ini. Overste merupakan ketua dari komplotan preman pasar yang menyerangnya dulu untuk merebut lahan tempat Enong mendulang timah. Niatnya untuk mengalahkan Overste terwujud dengan permainan yang memukau. Enong seperti orang mengamuk dan berkali-kali tidak memberikan kesempatan bagi lawannya untuk mengambil alih permainan. Dua babak pertandingan telah meruntuhkan kesombongan dan wibawa Overste karena Enong berhasil mengalahkannya tanpa memberikan poin sedikit pun padanya. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan berikut.

(40)

wibawa yang rontok, gamang, dan terkejut, bercampur dengan harapan yang patah mangkas tak dapat disambung lagi. Semua itu tak dapat ditopenginya, gagal. Dari seorang lelaki garang yang serakah, ia berubah menjadi lelaki yang sangat canggung. Maryamah menjentikkan kudanya. Seekor kuda sembrani bernapas api. Sekali terjang, raja Overste terjengkang.

Pada papan kedua, tak berlangsung lama, Overste Djemalam langsung berada di bawah angin. Semua anggapan dirinya tentang dirinya sendiri, yang ternyata dibuktikan salah oleh seorang perempuan, telah melumpuhkan mental tarungnya. Disertai satu senyum yang getir, dengan konyol dan putus asa, ia menawarkan remis. Sikap Overste itu telah diduga Grand Master Ninochka Stronovsky. Sebagai bagian dari analisis spionasenya, yang menemukan bahwa Overste bermental politis, Detektif swasta M. Nur pun telah mengantisipasi sikap kompromistis itu. Kubu kami tentu saja menampik tawaran tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan itu. Maryamah mengangkat menterinya, agak sedikit tinggi, lalu mengentakkan di depan raja Overste. Raja itu tewas di tempat. (CDG, hlm. 223 – 225)

4.3.1.5.3 Puncak Pertandingan: Melawan Matarom

Lawan terakhir Enong adalah Matarom, mantan suaminya. Teknik permainan Matarom sangat bagus. Ia memiliki keseimbangan antara teknik penyerangan dan teknik bertahan serta teknik pembebasannya juga efektif. Menurut ahlinya, Matarom memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan Enong sehingga kecil kemungkinan Enong mampu mengalahkan mantan suaminya itu.

(41)

terakhir yang dilakukan adalah remis dan Enong pun menerima tawaran tersebut. Berikut cuplikannya.

Maryamah membuka dengan pembukaan Spanyol yang konservatif. Beberapa langkah berikutnya kedua pecatur mulai terlibat perselisihan tingkat mahir. Matarom memasang formasi untuk memancing serangan luncus Maryamah. Maryamah mencium gelagat itu, ia tak terayu dan berkonsentrasi pada kudanya. Tanpa sebersit pun ia menduga bahwa Matarom sengaja memancing luncusnya karena ia sudah tahu bahwa siasatnya akan terendus dan Maryamah akan terfokus pada kudanya. Ini semacam tipuan dalam tipuan dalam tipuan. Berarti muslihat berpangkat banyak, pecatur tingkat sinuhun seperti Matarom mampu memperkirakan kemungkinan sampai 5 langkah ke depan. Maryamah terperosok ke dalam perangkap. Tak lama kemudian perwira-perwira Matarom siap mengokang senapan untuk memuntahkan peluru. Pendukungnya riuh melihat jagoannya mau menyerbu. Nochka diam dan tampak sangat tenang. Ia mengangguk-angguk seakan mengakui kemampuan Matarom. Matarom mencoba menyerang beberapa kali, tapi tidak efektif. Dicobanya lagi, gagal lagi. Setelah berulang kali gagal, ia sadar bahwa ia bisa masuk ke dalam situasi yang dialami Overste Djemalam waktu dilibas Maryamah. Serangan terus-menerus hanya akan membuatnya melakukan pelemahan sendiri. Disertai gerutuan pendukungnya, Matarom menawarkan remis. Maryamah menerima. Nochka mengangguk-angguk.(CDG, hlm. 253 – 254)

Pertandingan babak kedua hampir sama dengan pertandingan sebelumnya. Kedua pemain tampak saling menyerang dan memberikan ancaman-ancaman yang membahayakan raja mereka. Namun, pertandingan diakhiri dengan remis. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan berikut.

(42)

Babak penentuan telah dimulai. Pertandingan babak ketiga menjadi langkah terakhir untuk mengetahui pemenang tahun ini. Matarom mampu mengambil suatu kesempatan untuk menyambar satu pion milik Enong. Hal itu sangat mempengaruhi sistem pertahanan Enong. Enong kelihatan kusut akibat kesalahan fatal yang dilakukannya. Langkah terakhir yang dilakukan Enong adalah menyusun pion-pionnya dengan teknik benteng bersusun kemudian dengan teknik Guioco Piano yang sangat tenang namun mematikan. Keadaan ini membuat Matarom kebingungan dan seperti terjebak dalam permainan tali-temali yang membinasakan. Setiap strategi yang dilakukan Enong merupakan aplikasi dari pembalasan atas kesemena-menaan mantan suaminya itu terhadapnya. Matarom berusaha sekuat tenaga untuk mengalahkan Enong. Ia membalas dengan tekniknya yang terkenal, yakni Rezim Matarom. Namun, teknik tersebut bukanlah tandingan teknik Guioco Piano. Kemenangan akhirnya diraih oleh pendatang terbaru, yaitu Enong. Ia mampu mengalahkan juara bertahan tiga tahun terakhir itu. Berikut cuplikannya.

Sekonyong-konyong, dengan gerakan secepat patukan ular, hanya setengah sedetik setelah teriakan itu, bahkan kaki sang menteri belum benar-benar mendarat pada posisi tembak, Maryamah melentingkan benteng untuk melindungi rajanya, crak! Mendadak, raja yang tadi terekspos pada belasan kemungkinan pembunuhan tahu-tahu tersembunyi. Matarom terperanjat. Pendukung Maryamah bersorak.

(43)

Perjuangan Enong untuk belajar bermain catur akhirnya mengangkat harkat dan martabatnya terhadap kesemena-menaan laki-laki terhadap hidupnya. Pertandingan catur tahun berikutnya juga berhasil dimenangkan oleh Enong. Matarom, mantan suaminya itu akhirnya menjual papan catur kebanggaannya setelah kalah berturut-turut melawan Enong. Rasa percaya diri dan kesombongan Matarom hilang begitu saja dan ia tidak pernah lagi menampakkan diri di warung kopi. Enong telah mengubah segalanya. Berkat semangatnya, telah banyak menginspirasi lahirnya pecatur-pecatur baru yang berjenis kelamin perempuan.

4.3.1.5.4 Makna Perjuangan Enong dalam Hidupnya

Setiap perjuangan yang dilakukan oleh Enong tentu saja memiliki alasan tersendiri bagi hidupnya. Bekerja sebagai pendulang timah bukanlah pekerjaan yang mudah. Risiko terberat dari pekerjaan ini adalah nyawa sebagai taruhannya karena pendulang timah harus menggali sedalam-dalamnya agar mendapatkan timah yang baik pula. Seorang gadis yang mengawali kariernya sebagai pendulang timah pada saat usianya masih muda menjadikan hal yang tidak mungkin tersebut menjadi kenyataan. Enong telah berhasil menjadi pelopor pendulang timah pertama yang berjenis kelamin perempuan. Melalui novel tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah Enong lahirlah pendulang timah baru yang berjenis kelamin perempuan pula. Dengan demikian, budaya patriarki sedikit demi sedikit mampu terkikis dari sistem dan pemikiran masyarakat Belitung. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan berikut.

(44)

Selain itu, bukti nyata lainnya yang mendukung Enong dalam mencari jati diri adalah melalui permainan catur. Enong, seorang wanita yang buta akan permainan catur, dapat mengalahkan setiap lawannya berkat usaha dan kesungguhan hatinya untuk belajar. Melalui permainan catur, ia mampu memberikan perlawanan atas dendamnya kepada para preman yang menyerangnya saat usianya 14 tahun. Meskipun pembalasan yang dilakukan tidak secara langsung, Enong merasa dendamnya telah dibalaskan dengan menjatuhkan harga diri ketua gerombolan preman tersebut. Pernikahan yang tidak membahagiakan juga semakin memupuk semangatnya untuk mengalahkan setiap laki-laki yang meragukan dan merendahkan harga dirinya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Usai pembicaraan itu aku berpikir, barangkali penderitaan dan tanggung jawab besar yang merundung Maryamah sejak kecil, serta sebuah perkawinan yang menyiksa, telah membentuk dirinya menjadi seorang survivor yang tangguh dan defender yang natural. Semua itu kemudian terefleksi dalam permainan caturnya. Jika ia melindungi rajanya, sebagaimana ia melindungi dirinya, ibu dan adik-adiknya, ia takkan pernah bisa tersentuh.(CDG, hlm. 175)

Setiap perempuan pasti mengharapkan masa depan yang baik dan menemukan pasangan hidup yang mampu menjaga dan menyayanginya. Namun, hal itu tidak pernah dirasakan oleh Enong. Ia menikah dengan orang yang salah. Keluguan hatinya yang menganggap bahwa semua laki-laki itu sama baiknya dengan ayahnya menjadikannya menerima lamaran dari Matarom, tanpa menilai dan mengenali pria itu lebih dalam. Pada akhirnya, ia menyadari bahwa pernikahan itu dilakukan hanya untuk membahagiakan ibunya dan berujung dengan perceraian karena Matarom telah memiliki isteri sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan berikut.

(45)

kesalahan Enong. Enong meminta maaf dan mengatakan bahwa sepanjang hidupnya ia tak pernah mengenal lelaki dan tak tahu banyak tentang Matarom. Enong mengakhiri perkawinannya secara menyedihkan. Ia minta diceraikan. (CDG, hlm. 17)

Kesendirian Enong semakin menjadikannya perempuan yang tegar dan kuat. Setelah ibunya meninggal, semangat Enong untuk berjuang semakin nyata. Ia belajar setiap hari demi memahami permainan catur. Berkat bantuan dari rekan-rekannya, perlahan-lahan ilmunya semakin berkembang. Perjuangan yang sangat fenomenal adalah Enong mampu mengalahkan juara catur bertahan selama tiga tahun berturut-turut, yakni Matarom, mantan suaminya. Semua orang yang menyaksikan pertandingan itu, terutama perempuan akan merasa bahagia dan seolah-olah mereka baru saja merdeka dari penjajahan ketidakadilan yang membelenggu mereka selama ini. Makna kebebasan dan keberadaan perempuan telah berhasil dilakukan oleh Enong.

4.3.1.6 Menggantikan Peran Ayah

Meninggalnya Ayah Enong merupakan cobaan berat baginya. Ia harus menggantikan peran ayahnya dalam mencari nafkah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Enong bekerja keras menjadi pendulang timah sejak usianya baru 14 tahun. Ia berusaha sedapat-dapatnya memenuhi apa yang diperlukan ketiga adiknya dari seorang ayah. Dibelikannya mereka baju Lebaran, diurusnya jika sakit dan ia menangis setiap kali mengambil rapor adik-adiknya. Sebab, saat menandatangani rapor yang seharusnya ditandatangani ayahnya itu, ia rindu pada ayahnya (CDG, hlm. 9)

4.3.2 Perjuangan Tokoh Enong terhadap Keluarga

(46)

ada orang lain lagi. Sebagai sebuah organisasi, masing orang menempati posisi masing-masing, bersinergi, sehingga roda organisasi itu bergerak dan berfungsi.”

Pengertian di atas menjelaskan bahwa sebuah keluarga merupakan sebuah kelompok yang saling bersinergi untuk mencapai suatu tujuan ke arah yang lebih baik. Apabila ada salah satu bagian tidak lengkap maka terjadilah kerusakan dari sistem organisasi tersebut. Hubungannya dengan Enong adalah akibat dari sepeninggalnya ayah mereka, keluarga tersebut kehilangan penopang dalam keluarganya. Adat yang berlaku juga mengharuskan setiap anak sulung untuk menggantikan tanggung jawab ayahnya sebagai pencari nafkah. Sementara anak pertama keluarga Syalimah adalah perempuan. Keterbatasan fisik dan tenaga perempuan menjadikan mereka semakin khawatir akan kehidupan di hari-hari berikutnya. Syalimah merasa Enong belum mampu untuk menerima tanggung jawab sebesar itu. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut.

Syalimah semula menolak. Berat baginya melepaskan Enong dari sekolah dan harus bekerja jauh dari rumah. Anak itu baru kelas enam SD. Tapi, ia akhirnya luluh karena Enong mengatakan tak bisa menerima jika adik-adiknya harus berhenti sekolah karena biaya. ( DPB, hlm. 25)

(47)

ditinggalkan oleh seseorang yang sangat berperan penting dalam hidup mereka. Namun, ide luar biasa muncul dalam hatinya. Akhirnya, Enong memilih bekerja sebagai pendulang timah. Pekerjaan yang tidak membutuhkan ijazah, pengalaman kerja, dan penampilan yang menarik. Pekerjaan ini hanya membutuhkan tenaga dan semangat pantang menyerah. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan berikut.

Enong semakin kalut karena, jangankan di kampung, di Tanjong Pandan yang banyak lowongan saja, ia tak mampu mendapat pekerjaan. Semangatnya menggebu. Ia siap menerima semua tanggung jawab. Ia rela berkorban apa saja demi ibu dan adik-adiknya, tapi semua jalan buntu. Sore itu, ia mengambil sepeda dan mengayuhnya keluar kampung untuk melarikan pesanannya yang risau. Diselusurinya padang dan bukit-bukit pasir. Lalu, ia melamun di pinggir danau. Ia hampir sampai pada tahap putus asa. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan keluarganya. Nalurinya sebagai anak tertua makin membuatnya tersiksa. Ia membasuh wajahnya yang berlinang air mata. Di pandanginya tubuhnya yang berpendar di atas permukaan air yang bisu. Ditatapnya lekat-lekat matanya yang basah. Kemilau kuarsa di dasar danau membuatnya terpesona dan satu ide yang ajaib menamparnya. Ia mengangkat wajahnya, lalu bangkit dan terpaku. Ia berlari menuju sepedanya dan pontang-panting pulang.

Sampai di rumah, ia mengambil pacul dan dulang milik ayahnya dulu, lalu segera kembali ke danau. Ia menyingsingkan lengan baju, turun ke bantaran dan mulai menggali lumpur. Ia terus menggali dan menggali. Ia berkecipak seperti orang kesurupan. Keringatnya bercucuran, tubuhnya berlumpur lumpur. Ia mengumpulkan galiannya ke dalam dulang, mengisinya dengan air, dan mengayak-ngayaknya. Sore itu, pendulang timah perempuan pertama di dunia ini, telah lahir.(DPB, hlm. 48 – 49)

(48)

bangga pada adik-adiknya. Akhirnya, perjuangan Enong kepada masa depan adik-adiknya itu setara dengan pengorbanan yang telah dilakukannya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Semuanya karena sepanjang hidup ketiga gadis kecil kakak-beradik itu telah menyaksikan bagaimana ibu dan Enong berjuang untuk mereka. Enong bekerja keras menjadi pendulang timah sejak usianya baru 14 tahun. Ia berusaha sedapat-dapatnya memenuhi apa yang diperlukan ketiga adiknya dari seorang ayah. Dibelikannya mereka baju Lebaran, diurusnya jika sakit dan ia menangis setiap kali mengambil rapor adik-adiknya. Sebab, saat menandatangani rapor yang seharusnya ditandatangani ayahnya itu, ia rindu pada ayahnya.(CDG, hlm. 8 – 9)

Hasil kerja keras dan perjuangan Enong dapat dilihat pula pada kutipan berikut.

Maryamah telah mengalami kesulitan sejak kecil dan selalu berhasil mengatasinya. Ia telah menikahkan seluruh adiknya dan berusaha memberikan yang terbaik untuk setiap orang dalam keluarganya. Namun, cinta adalah sesuatu yang tak pernah bisa ia menangkan.(CDG, hlm. 84 – 85)

Seseorang akan dapat mandiri apabila sudah mengenal jati dirinya sebagai manusia yang utuh. Pengenalan terhadap jati dirinya berarti mengetahui keunikan pribadinya beserta kelebihan dan kelemahan yang dimiliki. Namun, kebanyakan kaum perempuan tidak menyadari dan memahami dirinya sebagai pribadi yang utuh akibat stereotipe dari masyarakat. Dalam novel

Dwilogi Padang Bulan, dijelaskan bagaimana Enong berusaha mandiri dan mengenal jati dirinya sebagai perempuan yang memiliki suatu potensi luar biasa yang mampu mengubah nasibnya.

Referensi

Dokumen terkait

8.1 Menyalin kosakata bahasa Inggris sangat sederhana secara tepat dan berterima dengan ejaan yang benar Kosakata sangat sederhana terkait dengan nama- nama permainan,

Regulation on Quality of care, HR, Pharmaceutical, etc Regulation on standardization of tariff Regulation on standardization of tariff Government Government Referral

 Masing-masing siswa membaca nyaring sendiri dengan lafal, intonasi, dan jeda yang baik dan benar (sementara siswa melakukan kegiatan ini, guru mengitari siswa dan membetulkan

Sejalan dengan kewajibannya memberdayakan ketahanan pangan di daerah, hal paling pokok yang harus diketahui adalah (1) daerah (kecamatan) mana saja yang mengalami surplus

Pemerintah Kota Binjai dalam mempersiapkan pembangunan Kota Binjai dalam lima tahun kedepan akan dibangun dalam perwujudan Kota Cerdas (Smart City) yang melingkupi pemerintahan yang

Menurut Weiss dan Underwood (2002), penurunan.. 49 NDF disebabkan oleh rusaknya hemiselulosa. Lebih dari itu, kecernaan selulosa pun meningkat karena dengan rusaknya selulosa

Berkata syeikh Muhammad bin Ibrahim: [Adapun apa yang dikerjakan oleh sebagian wanita Muslimah pada zaman sekarang dari pembagian rambut kesamping dan mengumpulkannya pada

Sedangkan Gillin (dalam Abdulsyani, 2002), mengatakan bahwa perubahan-perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima,