• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Anak Tahun 2012 Di RSUP. Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Anak Tahun 2012 Di RSUP. Haji Adam Malik Medan"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU ANAK TAHUN 2012 DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN

Oleh:

DWI ATIKAH SARI

100100361

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi paru oleh M. Tuberculosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita TB paru anak di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional retrospective, yang dilakukan dengan melihat data rekam medis pasien TB paru anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada Januari sampai Desember 2012. Sampel penelitian berjumlah 63 orang yang diambil dengan menggunakan metode total sampling. Pemilihan sampel berdasarkan data rekam medis yang lengkap. Cara pengumpulan data dilakukan dengan melihat data rekam medis penderita dan mengambil data yang dibutuhkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita TB paru anak paling banyak pada kelompok usia 0-6 tahun (63,5%), jenis kelamin laki-laki (57,1%), status gizi kurang (60,3%), riwayat tidak imunisasi BCG (66,7%), riwayat kontak dengan penderita TB paru dewasa (87,3%), dan gejala klinis demam (85,7%).

(3)

ABSTRACT

Pulmonary Tuberculosis (TB) defined as lung infection caused by M. Tuberculosis. The aim of this research is to find out characteristics of pediatrics pulmonary TB patients at Haji Adam Malik General Hospital Medan in 2012.

This research is a descriptive study with cross-sectional design. Data were collected from pulmonary TB patient’s medical record from January to December 2012. The amount of this research is 63, collected by total sampling method. Sample were chosen from complete medical records.

The results of this study shows that most patients are male (57,1%), aged from 0-6 months (63,5%) with poor nutritional status (60,3%). The most common symptom found in patient is fever (85,7%), with no recent history of BCG immunization (66,7%) and most patients have positive contact history with other TB patients (87,3).

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul ‘Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Anak Tahun 2012 di RSUP Haji Adam Malik’. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang dokter umum, proposal penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dengan selesainya penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Rini Savitri Daulay, M.Ked(Ped)Sp.A selaku Dosen Pembimbing yang dengan sepenuh hati telah mendukung, membimbing, dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan penulisan sampai dengan selesainya laporan hasil penelitian ini.

3. Untuk dosen penguji yakni dr. Kamal Basri Siregar, Sp.B(K)Onk dan dr. Suryadharma Hamidah, Sp.KK yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

4. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, teristimewa kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf Medical Education Unit (MEU).

5. Rasa sayang dan terima kasih yang tak terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, Drs. H. Hermanto, MM dan ibunda Hj. Purnami Kustuti serta Hj. Sri Suhartini yang selama ini telah membesarkan, mendidik, memberi kasih sayang, serta dukungan yang begitu besar kepada saya sehingga saya menjadi seperti ini dan dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

(5)

dukungan dan mendoakan penulis selama mengerjakan karya tulis ilmiah ini.

7. Untuk teman-teman seperjuangan saya, Sarah Suci Yurica, Suci Putri Ayu, M. Rivandio, Annisa Putri Srg, M. Haristsyah, Hashfi Raz, Tya Sharitsa, Adja Nazlia, Octisa Almira, Elvita Susana, Egi Erico, Rizky Keumala, Cut Putri, Sufang, Stefani Theresia dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Dan juga saya ucapkan terima kasih kepada Akbarsyah Muhammad Tanjung atas doa dan segala dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

8. Kepada seluruh pihak yang telah membantu saya dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi dunia kesehatan, khususnya bagi pembaca karya tulis ilmiah ini.

Medan, Desember 2013 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Pengertian ... 4

2.2. Epidemiologi ... 4

2.3. Faktor Resiko ... 5

2.4. Patogenesis ... 7

2.5. Diagnosis ... 8

2.5.1. Manifestasi Klinis ... 8

2.5.2. Penegakan Diagnosis ... 9

(7)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 14

3.1. Kerangka Konsep ... 14

3.2. Definisi Operasional ... 14

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17

4.1. Jenis Penelitian ... 17

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 17

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 17

4.5. Pengolahan dan Analisi Data ... 18

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 19

5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 19

5.1.2. Karakteristik Penderita TB Paru Anak ... 19

5.2. Pembahasan ... 23

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan... 26

6.2. Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Frekuensi gejala dan tanda TB paru sesuai 8 kelompok usia

2.2. Kriteria diagnosis tuberkulosis anak UKK 10 Pulmonologi PP IDAI (2005)

2.3. Obat Antituberkulosis yang bisa dipakai 11 dan dosisnya

3.1. Tabel definisi operasional 15

5.1. Distribusi Frekuensi Usia Penderita TB Paru 20 Anak

5.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Penderita 20 TB Paru Anak

5.3. Distibusi Frekue nsi Status Gizi Penderita 21 TB Paru Anak

5.4. Distribusi Frekuensi Riwayat Imunisasi 21 BCG Penderita TB Paru Anak

5.5. Distribusi Frekuensi Riwayat Kontak Anak 22 Penderita TB Paru dengan Penderita TB

Dewasa

5.6.1. Distribusi Frekuensi Demam pada 22 Penderita TB Paru Anak

5.6.2. Distribusi Frekuensi Batuk pada 22 Penderita TB Paru Anak

(9)

TABEL GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(10)

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome BCG : Bacillus Calmette-Guerin

CDC : Central for Disease Control DOT : Directly Observed Treatment HIV : Human Immunodeficiency Virus INH : Isoniazid

OAT : Obat Anti Tuberkulosis PZA : Pirazinamid

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat RIF : Rifampicin

TB : Tuberkulosis

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Data Induk

Lampiran 3 Output Data Hasil Penelitian Lampiran 4 Etical Clearence

(12)

ABSTRAK

Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi paru oleh M. Tuberculosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita TB paru anak di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional retrospective, yang dilakukan dengan melihat data rekam medis pasien TB paru anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada Januari sampai Desember 2012. Sampel penelitian berjumlah 63 orang yang diambil dengan menggunakan metode total sampling. Pemilihan sampel berdasarkan data rekam medis yang lengkap. Cara pengumpulan data dilakukan dengan melihat data rekam medis penderita dan mengambil data yang dibutuhkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita TB paru anak paling banyak pada kelompok usia 0-6 tahun (63,5%), jenis kelamin laki-laki (57,1%), status gizi kurang (60,3%), riwayat tidak imunisasi BCG (66,7%), riwayat kontak dengan penderita TB paru dewasa (87,3%), dan gejala klinis demam (85,7%).

(13)

ABSTRACT

Pulmonary Tuberculosis (TB) defined as lung infection caused by M. Tuberculosis. The aim of this research is to find out characteristics of pediatrics pulmonary TB patients at Haji Adam Malik General Hospital Medan in 2012.

This research is a descriptive study with cross-sectional design. Data were collected from pulmonary TB patient’s medical record from January to December 2012. The amount of this research is 63, collected by total sampling method. Sample were chosen from complete medical records.

The results of this study shows that most patients are male (57,1%), aged from 0-6 months (63,5%) with poor nutritional status (60,3%). The most common symptom found in patient is fever (85,7%), with no recent history of BCG immunization (66,7%) and most patients have positive contact history with other TB patients (87,3).

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB), terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara maju. TB tetap merupakan salah satu penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas. Diperkirakan jumlah kasus TB anak pertahun adalah 5-6% dari total kasus TB (Kartasasmita, 2009).

Pada tahun 2010, insidens TB secara global diperkirakan sekitar 9 juta kasus dan di antaranya adalah anak usia di bawah 15 tahun sekitar 10%. Setiap tahunnya, sekitar 400.000 kematian pada anak terjadi akibat menderita sakit TB. Hal ini terjadi karena keterlambatan diagnosis TB pada kelompok usia ini (WHO, 2011).

(15)

urutan keempat terbesar di Indonesia untuk kasus baru TB paru BTA positif (104 kasus), setelah Jawa Barat (267 kasus), Jawa Timur (234 kasus), dan Jawa Tengah (202 kasus) (Depkes RI, 2012).

1.2. Rumusan Masalah

TB pada anak sering kali tidak terdiagnosis dari mereka lahir sampai berusia 15 tahun karena keterbatasan dalam akses ke layanan kesehatan atau karena petugas kesehatan yang merawat mereka tidak siap untuk mengenali tanda-tanda dan gejala TB pada kelompok usia ini (WHO, 2011).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai karakteristik tuberkulosis paru anak dengan objek penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Bagaimana karakteristik tuberkulosis paru anak tahun 2012 di RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik tuberkulosis paru pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran TB paru anak berdasarkan usia.

2. Mengetahui gambaran TB paru anak berdasarkan jenis kelamin.

3. Mengetahui gambaran TB paru anak berdasarkan riwayat imunisasi BCG.

4. Mengetahui gambaran TB paru anak berdasarkan status gizi.

5. Mengetahui gambaran TB paru anak berdasarkan riwayat kontak dengan TB dewasa.

(16)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Peneliti memperoleh pengalaman dalam membuat penelitian ini dan memperoleh pengetahuan serta wawasan mengenai karakteristik TB paru anak.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi selanjutnya bagi peneliti lain yang berhubungan dengan karakteristik TB paru anak. 3. Memberikan informasi mengenai karakteristik TB paru anak di RSUP

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Menurut kamus kedokteran Dorland, tuberkulosis adalah setiap penyakit menular pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh spesies Mycobacterium dan ditandai dengan pembentukan tuberkel dan nekrosis kaseosa pada jaringan-jaringan. Sementara TB paru adalah infeksi paru oleh M. Tuberculosis (Dorland, 2002).

Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi menular yang menyerang paru, disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Meskipun bakteri tersebut menyebabkan infeksi yang serius pada paru, tetapi infeksi TB dapat terjadi di bagian tubuh lain (Pomeranz, 2007).

2.2. Epidemiologi

Tuberkulosis adalah masalah global dengan insidens sekitar 9 juta kasus pada tahun 2010 dan diantaranya adalah anak usia dibawah 15 tahun sekitar 10%. Penyakit ini biasanya terjadi di daerah yang jumlah penduduknya ramai, daerah tunawisma, dan daerah yang penduduknya banyak kurang gizi (Batra, 2011).

(18)

Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999, jumlah kasus TB baru di Indonesia adalah 583.000 orang per tahun dan menyebabkan kematian sekitar 140.000 orang per tahun. Berdasarkan data WHO memperkirakan bahwa TB merupakan penyakit infeksi yang paling banyak menyebabkan kematian pada anak dan orang dewasa. Kematian akibat TB lebih banyak daripada kematian akibat malaria dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Pada wanita, kematian akibat TB lebih banyak daripada kematian karena kehamilan, persalinan, dan nifas (Rahajoe, 2008).

2.3. Faktor risiko

Faktor risiko timbulnya infeksi TB paru pada anak umumnya adalah anak yang kontak dengan orang dewasa dengan TB aktif, daerah endemis TB, lingkungan yang kurang ventilasi, kurangnya paparan sinar ultraviolet, lingkungan yang tidak sehat (higienis dan sanitasi tidak baik), dan tempat penampungan umum (panti asuhan dan penjara) (Batra, 2011).

Penderita TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa di sekitarnya. Hal ini dikarenakan kuman TB sangat jarang ditemukan di dalam sekret endobronkial pasien anak. Anak yang berusia ≤5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TB karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna (imatur). Akan tetapi, risiko sakit TB ini akan berkurang secara bertahap seiring dengan pertambahan usia. Pada bayi yang terinfeksi TB, 43%-nya akan menjadi sakit TB, pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15%, dan pada usia dewasa 5-10% (Raharjoe, 2012).

(19)

kemoterapi kanker, kanker darah, infeksi non-TB seperti campak, varisela, dan pertusis, serta infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Batra, 2011).

Status gizi merupakan salah satu faktor pendukung yang mempengaruhi penyebab penularan tuberkulosis primer. Seorang ibu dengan perekonomian rendah akan tidak dapat mencukupi gizi untuk tumbuh kembang anak, sehingga mereka hanya memberi makanan tanpa mengetahui kecukupan dari nilai gizinya. Kecukupan gizi pada anak sangat penting karena dengan mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi akan bermanfaat bagi tumbuh kembang anak dan meningkatkan kekebalan tubuh anak terhadap suatu penyakit (Rinawati, 2010).

Penelitian mengenai faktor risiko untuk terjadinya infeksi TB di Gambia mendapatkan bahwa prevalensi uji tuberkulin positif pada anak laki-laki dan perempuan tidak berbeda sampai remaja, setelah itu itu lebih tinggi pada anak laki-laki. Hal ini diduga akibat dari peran sosial dan aktivitas sehingga lebih terpajan pada lingkungan, atau karena secara bawaan lebih rentan, atau adanya faktor predisposisi terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat (Kartasasmita, 2009).

Pencegahan dengan imunisasi atau vaksinasi merupakan tindakan yang mengakibatkan seseorang mempunyai ketahanan tubuh yang lebih baik, sehingga mampu mempertahankan diri terhadap penyakit atau masuknya kuman dari luar. Vaksinasi terhadap penyakit tuberkulosis adalah vaksinasi Bacillus Calmette-Guerin (BCG), yang telah diwajibkan di 64 negara dan direkomendasikan di beberapa negara lainnya. Indonesia telah melaksanakan vaksinasi BCG sejak tahun 1952. Vaksinasi BCG diberikan secara dini (segera sesudah lahir). Infeksi TB banyak terjadi pada anak–anak yang sejak semula menghasilkan uji Mantoux positif tetapi tetap divaksinasi BCG, sehingga kemungkinan diantara mereka sudah menderita TB sebelum divaksinasi (Murniasih, 2009).

(20)

2.4. Patogenesis

Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut Fokus Primer Ghon (Raharjoe, 2008). Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Masa inkubasi TB bervariasi selama 2-12 minggu, biasanya berlangsung selama 4-8 minggu. Selama masa inkubasi tersebut, kuman berkembang biak hingga mencapai jumlah 103-104

Pada anak, 5 tahun pertama setelah infeksi (terutama 1 tahun pertama), biasanya sering terjadi komplikasi. Menurut Wallgren, ada 3 bentuk dasar TB paru pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen, TB endobronkial, dan TB paru kronik. Sebanyak 0,5-3% penyebaran limfohematogen akan menjadi TB milier atau meningitis TB, hal ini biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer. TB endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat pembesaran kelenjar regional) , yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas selular (Raharjoe dan Setyanto, 2012).

̩

(21)

dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama (3-9 bulan). Terjadinya TB paru kronik sangat bervariasi, bergantung pada usia terjadinya infeksi primer. TB paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam lesi yang tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak tetapi sering pada remaja dan dewasa muda (Raharjoe, 2008).

2.5. Diagnosis

2.5.1. Manifestasi Klinis

Gejala umum pada TB anak adalah sebagai berikut:

a. Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain), yang dapat disertai dengan keringat malam. Demam umumnya tidak tinggi. b. Batuk lama >3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan.

c. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi yang adekuat.

d. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak baik dengan adekuat (failure to thrive).

e. Lesu dan malaise.

f. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare (Raharjoe, 2012).

Tabel 2.1. Frekuensi gejala dan tanda TB paru sesuai kelompok usia

Kelompok umur Bayi Anak Remaja

(22)

Tanda Ronki basah Mengi Fremitus Perkusi pendek Suara napas berkurang Sering Sering Sangat jarang Sangat jarang Sering Jarang Jarang Sangat jarang Sangat jarang Sangat jarang Sangat jarang Jarang Jarang Jarang Jarang

Sumber: berdasarkan Marais JB, Gie RP, Simon H, Beyers Nulda, R. Donald peter, dan starke JR. Childhood Pulmonary Tuberculosis Old wisdom and New Challenges, 2006.

2.5.2. Penegakan Diagnosis

Diagnosis TB pada anak sulit karena anak berusia di bawah 10 tahun biasanya tidak dapat membatukkan sputum untuk dikirim ke laboratorium untuk mengkonfirmasi adanya kuman TB. Oleh karena itu, penegakan diagnosis dapat dilakukan berdasarkan gambaran klinis, berat badan menurun, riwayat kontak dengan pasien dewasa TB menular yang keseluruhannya dapat diketahui melalui anamnesis (WHO, 2012).

(23)

Tabel 2.2. Kriteria diagnosis tuberkulosis anak UKK Pulmonologi PP IDAI (2005)

Parameter 0 1 2 3

Kontak TB Uji tuberkulin Berat badan (BB)/ keadaan gizi Demam tanpa sebab jelas Batuk Pembesaran kelenjar limfe, aksila, inguinal Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut,

Tidak jelas Laporan

keluarga, BTA (-), atau tidak tahu

BB/TB <90% atau BB/U <80%

≥ 2 minggu

≥ 3 minggu

Ukuran ≥ 1 cm, jumlah ≥1, tidak nyeri Ada pembengkakan Kavitas (+), BTA tidak jelas Klinis gizi buruk atau BB/TB <70% atau BB/U <60% BTA (+) Positif (≥10mm,

(24)

falang

Foto rontgen toraks

Normal/ tidak jelas

Infiltrat, pembesaran kelenjar, konsolidasi segmental/lobar, atelektasis

Kalsifikasi + infiltrat, pembesaran kelenjar + infiltrat

Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.

Jika dijumpai skrofuloderma, pasien langsung didiagnosis tuberkulosis. Berat badan dinilai saat pasien datang.

Foto rontgen toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak.

Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.

Anak didiagnosis TB jika jumlah skor >6 (skor maksimal 13)

Pasien usia bawah lima tahun (balita) yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut.

Sumber: UKK Pulmonologi IDAI, 2005

2.6. Penatalaksanaan

(25)

Tabel 2.3. Obat Antituberkulosis yang bisa dipakai dan dosisnya Nama obat Dosis harian

(mg/kgBB/hari)

Dosis maksimal (mg per hari)

Efek samping Isoniazid Rifampicin** Pirazinamid Etambutol Streptomicin 5-15* 10-20 15-30 15-20 15-40 300 600 2000 1250 1000

Hepatitis, neuritis perifer, hipersensitivitas

Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis, trombositopenia, peningkatan enzim hati, cairan tubuh berwarna oranye kemerahan

Toksisitas hati, artralgia, gastrointestinal

Neuritis optik, ketajaman mata berkurang, buta warna merah-hijau, penyempitan

lapang pandang, hipersensitivitas,

gastrointestinal

Ototoksik, nefrotoksik *Bila isoniazid dikombinasikan dengan rifampicin, dosisnya tidak boleh melebihi 10 mg/kgBB/hari

** Rifampicin tidak boleh dicarik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat mengganggu bioavailabilitas rifampicin. Rifampicin diabsobsi dengan baik melalui sistem gastrointestinal pada saat perut kosong (satu jam sebelum makan) Sumber: Raharjo NN, Setiawati L. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak, 2012

(26)
(27)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Skema kerangka konsep penelitian

3.2. Definisi Operasional

1. Tuberkulosis paru anak adalah penyakit infeksi menular yang menyerang organ paru anak yang disebabkan oleh M. Tuberculosis.

2. Usia adalah lama waktu hidup atau keberadaan anak mulai dari lahir hingga ulang tahun terakhir dalam satuan tahun.

3. Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir.

4. Status gizi adalah keadaan tubuh anak sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

5. Riwayat imunisasi BCG adalah riwayat anak diberikan imunisasi BCG terhadap penyakit TB paru.

6. Riwayat kontak dengan penderita TB dewasa adalah riwayat anak penderita TB paru pernah dekat dengan penderita TB dewasa lain.

Karakteristik: 1. Usia

2. Jenis kelamin 3. Status gizi

4. Riwayat imunisasi BCG 5. Riwayat kontak dengan

penderita TB dewasa 6. Gejala klinis

(28)

7. Gejala klinis adalah tanda-tanda yang didapatkan dari keluhan penderita TB paru anak yang sesuai dengan rekam medis.

3.1. Tabel Definisi Operasional

No. Variabel Alat ukur Cara ukur Kategori Skala ukur

1 Usia Rekam medis Survei rekam medis

0-6 tahun,

7-12 tahun, dan 13-18 tahun

Skala interval

2 Jenis Kelamin

Rekam medis Survei rekam medis

Laki-laki atau perempuan

Skala nominal

3 Status gizi Anak usia <5 tahun: Grafik WHO

Anak usia >5 tahun: Grafik CDC-NCHS 2000

Survei rekam medis

Status gizi dalam kategori:

1. Gizi lebih yaitu bila ≥ +2SD

2. Gizi baik yaitu bila ≥ -2SD s/d < +2SD

3. Gizi kurang yaitu bila ≥ -3SD s/d < -2SD

4. Gizi buruk yaitu bila < -3SD

Malnutrisi berat

(< 70%), malnutrisi sedang

(≥ 70-80%), malnutrisi ringan (> 80 -90%),

(29)

gizi baik ( > 90-110%),

overweight (>

110-120%), dan obesitas (> 120%) 4 Riwayat

imunisasi BCG

Rekam medis Survei rekam medis

Mendapat

imunisasi BCG atau tidak

Skala nominal

5 Riwayat kontak dengan penderita TB dewasa

Rekam medis Survei rekam medis

Kontak langsung dengan penderita TB dewasa atau tidak

Skala nominal

6 Gejala klinis

(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif. Desain penelitian ini adalah cross-sectional retrospective (potong lintang retrospektif) yaitu peneliti melakukan pengambilan data (observasi atau pengukuran variabel) terhadap kejadian di masa lampau.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - November 2013. Lokasi penelitian adalah bagian rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan. Lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit rujukan dari berbagai sarana pelayanan kesehatan.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak yang menderita TB paru di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012. Sampel yang digunakan adalah seluruh bagian dari populasi yang didapat dari data sekunder (total sampling) yaitu rekam medis pada tahun 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi:

- Semua anak penderita TB paru anak di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012.

- Semua anak dibawah usia 18 tahun. Kriteria eksklusi:

(31)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang diambil merupakan data sekunder yaitu seluruh berkas rekam medis pasien TB paru anak yang diperoleh dari pencatatan pada bagian rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012. Pada rekam medis tersebut tercantum variabel-variabel yang akan diteliti sesuai tujuan khusus penelitian ini.

4.5. Metode Analisis Data

(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dari tanggal 27 Agustus-5 September 2013 yang dilakukan di bagian rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan. Total sampel yang diambil adalah sebanyak 71 rekam medis, tetapi hanya 63 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Semua data yang sesuai kriteria inklusi dan kriteri eksklusi ini diolah untuk mengetahui karakteristik penderita TB paru anak tahun 2012 di RSUP Haji Adam Malik Medan.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP Haji Adam Malik Medan yang beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17 Medan Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara merupakan rumah sakit kelas A sesuai SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai rumah sakit pendidikan sesuai SK Menkes No. 502/SK/IX/1991. Rumah sakit ini adalah rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangun A yang meliputi Propinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau. Sebagai rumah sakit pendidikan, RSUP Haji Adam Malik Medan bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan lembaga lainnya dalam menyelenggarakan pendidikan klinik calon dokter dan pendidikan dokter keahlian, calon dokter spesialis serta tenaga kesehatan lainnya.

(33)
[image:33.595.103.519.256.365.2]

Karakteristik anak dengan TB paru berdasarkan umur, jenis kelamin, status gizi, riwayat imunisasi BCG, riwayat kontak dengan penderita TB dewasa, dan gejala klinis yang akan dipaparkan pada tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Usia Penderita TB Paru Anak

Usia Frekuensi (N) Persen (%)

0-6 tahun 40 63,5%

7-12 tahun 14 22,2%

13-18 tahun 9 14,3%

Total 63 100%

[image:33.595.105.520.529.615.2]

Tabel 5.1. menunjukkan bahwa dari 63 anak yang menderita TB paru, umur 0-6 tahun adalah umur yang paling sering terjadinya TB paru pada anak dengan jumlah 40 orang (63,5%), kemudian diikuti dengan kelompok usia 7-12 tahun sebanyak 14 orang (22,2%) dan kelompok usia 13-18 tahun sebanyak 9 orang (14,3%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Penderita TB Paru Anak

Jenis Kelamin Frekuensi (N) Persen (%)

Laki-laki 36 57,1%

Perempuan 27 42,9%

Total 63 100%

(34)
[image:34.595.104.520.257.385.2]

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Status Gizi Penderita TB Paru Anak

Status Gizi Frekuensi (N) Persen (%)

Obesitas 0 0

Gizi lebih 2 3,2%

Gizi cukup 23 36,5%

Gizi kurang 38 60,3%

Total 63 100%

[image:34.595.108.517.551.632.2]

Dari tabel di atas didapatkan bahwa dari 63 anak penderita TB paru dengan status gizi lebih berjumlah 2 orang (3,2%), gizi cukup sebanyak 23 orang (36,5%), dan selanjutnya yang terbanyak adalah gizi kurang dengan jumlah 38 orang (60,3%).

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Riwayat Imunisasi BCG Penderita

TB Paru Anak

Riwayat Imunisasi BCG Frekuensi (N) Persen (%)

Ya 21 33,3%

Tidak 42 66,7%

Total 63 100%

(35)
[image:35.595.104.515.261.343.2]

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Riwayat Kontak Anak Penderita TB Paru

dengan Penderita TB Dewasa

Riwayat Kontak Frekuensi (N) Persen (%)

Pernah 55 87,3%

Tidak Pernah 8 12,7%

Total 63 100%

[image:35.595.111.516.489.571.2]

Dari tabel 5.5. didapatkan bahwa anak penderita TB paru lebih banyak pernah kontak dengan penderita TB dewasa dengan jumlah 55 orang (87,3%) jika dibandingkan dengan yang tidak pernah kontak dengan penderita TB dewasa yaitu sebanyak 8 orang (12,7%).

Tabel 5.6.1. Distribusi Frekuensi Demam pada Penderita TB Paru Anak

Demam Frekuensi (N) Persen (%)

Ya 54 85,7%

Tidak 9 14,3%

[image:35.595.108.517.616.699.2]

Total 63 100%

Tabel 5.6.2. Distribusi Frekuensi Batuk pada Penderita TB Paru Anak

Batuk Frekuensi (N) Persen (%)

Ya 53 84,1%

Tidak 10 15,9%

Total 63 100%

Tabel 5.6.3. Distribusi Frekuensi Penurunan Berat Badan (BB) pada

(36)

Penurunan BB Frekuensi (N) Persen (%)

Ya 48 76,2%

Tidak 15 23,8%

Total 63 100%

Berdasarkan tabel distribusi di atas, demam merupakan gejala klinis yang paling sering timbul pada anak yang menderita TB paru yaitu sebanyak 54 orang (85,7%) diikuti dengan batuk sebanyak 53 orang (84,1%) dan penurunan berat badan sebanyak 48 orang (76,2%).

5.2. Pembahasan

Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh bahwa anak yang menderita TB paru paling sering terjadi pada umur 0-6 tahun dengan jumlah 40 orang (63,5%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian lain yang menyatakan bahwa rata-rata angka kejadian penyakit TB paru pada anak lebih sering terjadi pada anak di bawah umur 4 tahun dibandingkan dengan anak yang berumur 5-14 tahun (Nobert, 1999). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa 55% dari 171 pasien yang menderita TB dengan biakan positif berusia ≤5 tahun. Hal ini dapat

dimengerti mengingat usia balita sangat rentan terhadap infeksi, termasuk infeksi TB (Supriyanto, 2002). Anak berusia di bawah 5 tahun belum mempunyai imunitas seluler yang berkembang sempurna sehingga kelompok usia tersebut berisiko besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TB. Akan tetapi, risiko sakit TB ini akan berkurang secara bertahap seiring dengan pertambahan usia (Raharjoe, 2008).

(37)

laki-laki yaitu sebanyak 18 orang. Penelitian mengenai faktor risiko untuk terjadinya infeksi TB di Gambia menyatakan bahwa prevalensi uji tuberkulin positif pada anak laki-laki dan perempuan tidak berbeda sampai remaja, setelah itu lebih tinggi pada anak laki-laki. Hal ini diduga akibat dari peran sosial dan aktivitas sehingga lebih terpajan pada lingkungan, atau karena secara bawaan lebih rentan, atau adanya faktor predisposisi terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat (Kartasasmita, 2009).

Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian di atas, anak yang menderita TB paru lebih banyak terjadi pada anak status gizi buruk yaitu sebanyak 38 orang (60,3%). Angka persentase hasil penelitian ini mendekati angka persentase penelitian lain yang menyatakan bahwa malnutrisi pada anak penderita TB paru dapat ditemukan 12%-30% dengan bentuk malnutrisi yang berbeda. Jika dilihat dari perolehan berat badan, sesuai hasil penelitian lain menyatakan bahwa terdapat 66% anak yang menderita TB mengalami kegagalan penambahan berat badan atau penurunan berat badan sebelum didiagnosis (Departemen Gizi Universitas Stellenbosch, 2007). Menurut Batra (2011), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi anak menderita penyakit TB, salah satunya adalah penurunan sistem imun akibat malnutrisi.

Selanjutnya dari hasil penelitian yang didapat bahwa dari 63 anak dengan TB paru terdapat 42 anak (66,7%) yang tidak mendapat imunisasi BCG. Hal ini sejalan dengan penelitian Leonid yang menyebutkan bahwa dari 83 anak yang menderita TB paru, sebanyak 45 anak tidak mendapat imunisasi BCG ketika mereka lahir dengan persentase (67,7%) dan yang mendapat imunisasi BGC adalah sebanyak 38 anak dengan persentase (32,3%). Menurut Haq (2010), vaksin BCG dapat menghindarkan terjadinya TB paru berat pada anak yang bisa menyebabkan kematian pada anak. Seorang anak yang telah diberikan imunisasi BCG (ada jaringan parut atau scar pada lengan kanan) dan ternyata menderita TB paru besar kemungkinan karena anak tersebut telah terinfeksi kuman Tuberkulosis sebelum diberikan imunisasi BCG (Murniasih dan Livana, 2007).

(38)

dewasa. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian lain yang menyatakan bahwa dari 70 anak penderita TB paru yang diteliti terdapat 62 (88%) orang yang mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB kultur positif (Boloursaz, 2009). Anak-anak yang tinggal di rumah dimana terdapat orang dewasa yang mengidap TB aktif atau yang memiliki risiko TB, akan memiliki risiko sama tingginya untuk mengidap TB. Sumber penularan yang paling berbahaya adalah penderita TB dewasa dan orang dewasa yang menderita TB paru dengan kavitas (lubang pada paru-paru). Kasus seperti ini sangat infeksius dan dapat menularkan penyakit melalui batuk, bersin dan percakapan. Semakin sering dan lama kontak, makin besar pula kemungkinan terjadi penularan. Sumber penularan bagi bayi dan anak yang disebut kontak erat adalah orangtuanya, orang serumah atau orang yang sering berkunjung dan sering berinteraksi langsung (Yulistyaningrum dan Dwi Sarwani Sri Rejeki, 2010). Penderita TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa di sekitarnya. Hal ini dikarenakan kuman TB sangat jarang ditemukan di dalam sekret endobronkial pasien anak (Raharjoe, 2012).

(39)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan 63 sampel dapat di ambil kesimpulan tentang karakteristik penderita TB paru anak di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012, diantaranya sebagai berikut:

1. Penyakit TB paru pada anak lebih sering terjadi pada rentang usia 0-6 tahun (63,5%).

2. Anak penderita TB paru lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan (57,1%).

3. Penyakit TB paru pada anak lebih cenderung terjadi pada anak dengan status gizi kurang (60,3%).

4. Anak yang tidak mendapat imunisasi BCG memiliki risiko untuk menderita TB paru (66,7%).

5. Anak penderita TB paru lebih sering mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB dewasa (87,3%).

6. Gejala klinis yang paling sering dikeluhkan pasien atau orangtua pada anak yang menderita TB paru adalah demam (85,7%), yang kemudian disusul dengan batuk (84,1%) dan penurunan berat badan atau berat badan yang tidak naik dalam jangka waktu tertentu (76,2%).

6.2. Saran

Setelah menjalani seluruh proses dalam menyelesaikan penelitian ini, beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat adalah:

(40)

anak dengan gejala klinis seperti batuk, demam, dan penurunan berat badan atau berat badan yang tidak naik dalam jangka waktu tertentu serta mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB dewasa disarankan agar segera membawa anaknya untuk dilakukan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan agar mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat.

2.

3.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

American Lung Association, 2010. Tuberculosis in Children Fact Sheet. Available at:

Batra, V., 2011. Pediatric Tuberculosis. Available at: , 2013].

16, 2012].

Boloursaz, M.R., Khalilzadeh, S., Baghaie, N., et al, 2009. Radiologic Manifestation of Pulmonary Tuberculosis in Children Admitted in Pediatric Ward-Massih Daneshvari Hospital: A 5-Year Retrospective Study, National Research Institute of Tuberculosis and Lung Disease, Shaheed Beheshti University of Medical Science, Tehran, Iran. Available from:

2012].

Central for Disease Control and Prevention, 2012. Tuberculosis in Children (TB

Perspective). Available at:

[Accessed April 18, 2013]

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Gizi Universitas Stellenbosch, 2007. Tuberculosis (TB) and

(42)

Dorland, W.A.N., 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Haq, Sami-ul, Hussain, M., Krishin, J., Abbasi, S., 2010. Risk Factors of Tuberculosis in Children. Available at Mei 6, 2013].

Kartasasmita, C.B., 2009. Epidemiologi Tuberkulosis. Sari Pediatri Vol. 11, No.2.

Leonid, E., 2012. Hubungan Pemberian Imunisasi BCG dengan Kejadian Tuberkulosis Paru pada Anak Balita. Available from:

Maipa, N., Tanra, A., Daud, D., 2007. Pembesaran Kelenjar Limfe pada Foto Toraks Kasus Tuberkulosis Paru Anak. Sari Pediatri Vol. 8, No. 3 (Suplemen). Januari 2007: 62-67

Marais, J.B., Gie, R.P., Simon, H., Beyers, N., Peter, R.D., Starke, J.R., 2006. Childhood Pulmonary Tuberculosis Old wisdom and New Challenges,

2006. Available at:

[Accessed April 24, 2013]

Murniasih, E., Livana, 2009. Hubungan Pemberian Imunisasi BCG Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Anak Balita di Balai Pengobatan

(43)

2013]

Nobert, E., Chernick, V., 1999. Tuberculosis: 5. Pediatric disease, Available from: http://www.cmaj.ca/content/160/10/1479.full.pdf. [Accessed October 10, 1999].

Pomeranz, A.J., O’Brien, T., 2007. Tuberculosis. Nelson Instructions for Pedatric Patient. Philadelphia: Saunders, 316-317.

Rahajoe, N.N., Supriyanto, B., Setyanto, D.B., 2010. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: UKK Respirologi PP IDAI.

Raharjoe, N.N., 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis Anak, Jakarta: Depkes-IDAI.

Rahman, F., 2010. Tuberkulosis Paru Anak. Available at: [Accessed May 28, 2013]

Rinawati, F.R. 2010. Hubungan Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi Pada Penderita TB Primer di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM)

Semarang. Available at:

Soegiarto, B., Boediman, I., Munasir, Z., 2008. Kadar Senang Anak Pasien Tuberkulosis Anak. Sari Pediatri, Volume 10, No. 4

(44)

WHO, 2012. Childhood Tuberculosis. Available at:

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dwi Atikah Sari Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 2 Juni 1992

Agama : Islam

Alamat : Jl. Gn. Krakatau Gg. Berkat II No. 14 Medan Riwayat Pendidikan : 1. SD Muhammadiyah 02 Medan

2. SMP Negeri 11 Medan 3. SMA Negeri 3 Medan

Riwayat Kepanitiaan : Panitia Penerimaan Mahasiswa/i Baru 2013

(45)

LAMPIRAN 2

DATA INDUK

No. Rekam Medis

Gol Usia

Jenis Kelamin

Status Gizi

Riwayat BCG

Riwayat Kontak

Demam Batuk Malnutrisi

(46)
(47)
(48)

LAMPIRAN 3

DATA OUTPUT

Distribusi Frekuensi Usia

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1.00 40 63.5 63.5 63.5

2.00 14 22.2 22.2 85.7 3.00 9 14.3 14.3 100.0 Total 63 100.0 100.0

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki-laki 36 57.1 57.1 57.1

(49)

Distribusi Frekuensi Status Gizi StatusGizi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Gizilebih 2 3.2 3.2 3.2

Gizicukup 23 36.5 36.5 39.7 Giziburuk 38 60.3 60.3 100.0 Total 63 100.0 100.0

Distribusi Frekue nsi Riwayat Imunisasi BCG RiwayatImunisasiBCG

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 21 33.3 33.3 33.3

Tidak 42 66.7 66.7 100.0 Total 63 100.0 100.0

Distribusi Frekuensi Riwayat Kontak Dengan Penderita TB Dewasa RiwayatKontakDgnPenderitaTbDewasa

Frequency Percent Valid Percent

(50)

Tidak 8 12.7 12.7 100.0 Total 63 100.0 100.0

Distribusi Frekuensi Demam

Demam

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 54 85.7 85.7 85.7

Tidak 9 14.3 14.3 100.0 Total 63 100.0 100.0

Distribusi Frekuensi Batuk

Batuk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 53 84.1 84.1 84.1

Tidak 10 15.9 15.9 100.0 Total 63 100.0 100.0

Distribusi Frekuensi Malnutrisi

Malnutrisi

Frequency Percent Valid Percent

(51)

Gambar

Tabel definisi operasional
Tabel 2.1.
Tabel 2.2. Kriteria diagnosis tuberkulosis anak UKK Pulmonologi PP IDAI
Tabel 2.3. Obat Antituberkulosis yang bisa dipakai dan dosisnya
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penerimaan Mahasiswa Baru Jalur Seleksi Mandiri (SM) Gelombang II Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2010, sebagai:. PENANGGUNG JAW AB RUAN

Pengembangan Bidang Kajian Pusat Studi Olahraga untuk Penelitian dan Pengabdian M asa

Pokja ULP/Panitia Pengadaan Sarana Pendukung Pelayanan Kontrasepsi pada Satuan Kerja Perwakilan BkkbN Provinsi Jawa Barat akan melaksanakan Pelelangan Sederhana (Lelang

Aplikasi ini menggunakan elemen-elemen multimedia yaitu gambar, teks, suara, dan animasi kedalam suatu bentuk aplikasi yang diharapkan mudah digunakan oleh siapa saja dan

Persiapan Kegiatan diawali dari penyusunan Renja yang dibuat pada

Program dan Jenis Kegiatan Hasil yang diharapkan Waktu Pelaksana an Pelaksa na Sumbe r Dana penyelenggaraan Prakerin 2.3 Pencarian obyek. 2.4   Rapat   pembentukan

Teknik pembangunan WarNet pada penulisan ilmiah ini, menggunakan teknologi LAN (jaringan area lokal) yang berbasis jaringan secara Workgroups di Microsoft Networks, dengan PC