DAFTAR PUSTAKA
Acharya, A., Reddaiah, P., Baridalyne, N., 2006. Nutritional Status and Menarche in Adolescent Girls in an Urban Resettlement Colony of South Delhi. Dalam Indian Journal of Community Medicine. 2006. New Delhi: Centre of Community Medicine
Adiningsih, N. U., 2010. Ayah “Menyusui” Cermin Kesetaraan Gender. Jakarta. Penggagas Forum Studi Pemberdayaan Keluarga.
Afifah, D. N., 2007. Faktor yang berperan dalam kegagalan praktik pemberian ASI Eksklusif (studi kualitatif di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.
Diambil tanggal 25 November 2015 dari
http://eprints.undip/ARTIKEL_ASI.pdf.
Amiruddin dan Rostia, 2006. Promosi Susu Formula menghambat pemberian ASI Ekslusif pada bayi 6-11 bulan di Kelurahan Pa’Baeng– Baeng Makasar. Makasar, (UNHAS).
Aprillia, Y., 2009. Analisis sosialisasi program inisiasi menyusu dini dan ASI Eksklusif kepada bidan di Kabupaten Klaten. Diambil tanggal 11 Mei 2013 dari http://eprints.undip.ac.id/23747/1/Yesie_Aprillia.pdf.
Arasta, L. D., 2010. Hubungan pelaksanaan rawat gabung dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI Eksklusif di polindes Harapan Bunda desa Kaligading Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Diambil tanggal 25
November 2015 dari
http://e-journal.akbidpurworejo.ac.id/index.php/jkk4/article/view/64/62.
Arikunto, S., 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta: Rineka Cipta.
Agung Nugroho, 2005. Strategi Jitu memilih Metode statistic Penelitian dengan SPSS, Andi Jogyakarta
Azwar, 2011. Sikap Manusia Teori dan Penerapannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC. Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC Cholil, 2004. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Depkes RI, 2002,
Penilaian
K I dan K IV, Jakarta. Maternal dan Neonatal, Jakarta.
Damayanti, Diana, 2010. Asyiknya Minum ASI. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dinas Kesehatan Kab.Karo, 2010. Profil Kesehatan Kabupaten Karo, Kabanjahe. Dongson dalam Sarwono Prawiroharjo, 2010. Pengetahuan, Perilaku dan presepsi
ibu tentang pemberian ASI/ ASI Eksklusif. Ejournal litbang
Ernawati A, 2006. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Higiene Saniyasi Lingkungan, Tingkat Konsumsi dan Infeksi dengan Status Gizi Anak Usia 2-5 tahun di Kabupaten Semarang.Thesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Emiralda, 2007. Pengaruh Pola Asuh Anak Terhadap Terjadinya Balita Malnutrisi di Wilayah Kerja Puskesmas Montasik Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar Tahun 2006. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Fikawati, S & Syafiq, A., 2010. Kajian implementasi dan kebijakan ASI Eksklusif dan IMD di Indonesia. Diambil tanggal 25 November 2015 dari http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/viewFile/642/627.
Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktik, Edisi 3, Jakarta: EGC. Fauzi R, 2007. Pola Menyusui pada Ibu Bekerja di Beberapa Wilayah di Jakarta
dan Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhinya.
Harahap, N., 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada suku Mandailing di wilayah kerja Puskesmas Bantan Kelurahan Medan Tembung. Diambil tanggal 26 November 2015 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26924/4/Chapter%20II.pd f. Hegar, B., Suradi, R., Hendarto, A., Partiwi, I Gst Ayu, 2008. Bedah ASI. IDAI
Cabang DKI Jakarta: Jakarta.
Hidayat, A., Aziz Alimul, 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
Imam Ghozali, 2011. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data, Jakarta: Salemba Medika.
Istiarti, Tinuk, 2000. Menanti Buah Hati. Yogyakarta: Media Persindo.
Jafar, N., 2011. ASI Eksklusif. Diambil tanggal 26 November 2015 dari http://repository.unhas./ASI%20EKSKLUSIF.docx.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 237/Menkes/SK/IV/1997 tentang Pemasaran Pengganti ASI.
Manuaba, I.A.S.K., Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., Manuaba, I.B.G. 2010. Buku Ajar Ginekologi untuk Kebidanan. Jakarta: EGC
Muji Rahayu, 2010. Hubungan Pendidikan Ibu dan Pendapatan Orang Tua dengan Lama Pemberian ASI Eksklusif pada Anak Usia 6-24 Bulan di Kelurahan Pucangan Kecamatan KartaSura, Surakarta. Program Studi DIII Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan UniversitasMuhammadiyah.
Morhason-Bello, O. I., Adedokun, O. B. & Ojengbede, A. O., 2009. Social support during childbirth as a catalyst for early breastfeeding initiation for first-time nigerian mothers. International breastfeeding journal, 416.
Maryunani, Anik, 2012. Imu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM Maryunani, 2010. Inisiasi Menyusui Dini, Asi Eksklusif Dan Menajemen Laktasi.
DKI Jakarta
Nursalam, 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan. Jakarta
Pertiwi, P., 2012. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di kelurahan kunciran indah Tanggerang. Skripsi. Universitas Indonesia
Prasetyono, Dwi Sunar, 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif (Pengalaman, Praktik, dan Kemanfaatan-kemanfaatannya). Jogjakarta: Diva Press.
Roesli, Utami, 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Ekslusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
Rukiyah, Y., 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta : TIM
Ramaiah, Savitri, 2007. ASI dan Menyusui. PT. Bhuana Ilmu Populer ; Jakarta. Santoso, S., 2003. SPSS Mengelola Data Statistik Secara Propesional. PT. elex
Medika Komputindo. Jakarta
Siregar, Arifin MHD, 2007. Pemberian ASI eksklusif dan faktor-faktor yangmemengaruhinya. Universitas Sumatra Utara. Medan
Soetjiningsih, 2001. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan , Seri Gizi Klinik. Penerbit Buku Kedokteran Jakarta.
Surakarta, Ria Ambarwati, 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Binaan Puskesmas Padangsari Kecamatan Banyumanik, Semarang, Thesis, Universitas Diponegoro, Semarang.
Sulistyawati, A., 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : C.V Andi Offset
Satoto, 1990. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Pengamatan 0-18 bulan di Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Disertasi). UNDIP. Semarang
Sulistyawati, 2009. Tumbang,status gizi,dan imunisasi dasar , Numed, Yogyakarta. Setiadi, 2008. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
UNICEF WHO, 2006. Baby-Friendly Hospital Initiative: Revised, Updated and Expanded for Integrated Care. New York: UNICEF/WHO
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini berupa observasional yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel-variabel penelitian dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data (Sugiyono, 2007) untuk menganalisis faktor - faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI Eksklusif di desa Sukadame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Dame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena rendahnya pemberian ASI Eksklusif di Desa Suka Dame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015- Februari 2016.
3. 3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu yang memiliki bayi pada saat penelitian di Desa Sukadame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2015 berjumlah 64 ibu yang memiliki bayi umur 7 – 12 bulan.
3.3.2 Sampel
Penelitian ini menggunakan metode total sampling yakni mengambil seluruh anggota populasi menjadi sampel penelitian sehingga terdapat 64 orang sampel penelitian. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya
3.4 Metode Pengumpulan Data
Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah : 1). Data primer
Data yang langsung diperoleh dari responden dengan Angket yang berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah di persiapkan sebelumnya untuk memperoleh jawaban kuesioner.
2). Data sekunder
Data yang mendukung data primer yang diperoleh dari Kepala Desa Suka Dame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2015 dan dari Puskesmas setempat seperti jumlah ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan, umur ibu dan data pendukung lainnya.
3.5 Definisi Operasional
3.5.1 Variabel Independen 1. Pengetahuan (X1)
Pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif dan cara-cara meningkatkan produksi ASI agar pemberian ASI tetap lancar.
2. Sikap (X2)
Reaksi respon seorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek 3. Pendidikan (X3)
Tingkat pendidikan terakhir yang dicapai ibu sampai penelitian ini dilakukan. 4. Pekerjaan (X4)
Jenis pekerjaan yang dilakukan ibu sehari hari dalam menopang kehidupan keluarga yang dikelompokkan dalam bekerja dan tidak bekerja.
5. Pendapatan (X5)
Pendapatan minimum regional provinsi Sumut sebagaimana ditetapkan oleh Peraturan Menteri No. 7 tahun 2014 tentang Upah Minimum yakni sebesar Rp 1.505.850
6. Budaya (X6)
Yakni kebiasaan dan kepercayaan yang berlaku dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif.
7. IMD (X7)
Yakni permulaan menyusu dini, yaitu bayi mulai menyusui dengan usahanya sendiri segera setelah lahir
8. Dukungan suami (X8)
memberikan ASI Eksklusif kepada bayi. 3.5.2 Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah rendahnya pemberian ASI Eksklsuif yakni pemberian ASI tanpa susu formula (makanan atau minuman lain) selama 6 bulan usia bayi.
3.6 Instrumen dan Aspek Pengukuran
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner dan Angket dengan metode pengukuran sebagai berikut :
Tabel 2.3
Aspek Pengukuran Pengetahuan, Pendapatan, Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Pemberian ASI Eksklusif
No. Variabel Penelitian
Skala
Ukur Cara Ukur Hasil Ukur A Variabel Bebas
1 Pengetahuan Ordinal Angket 1. Baik 0. Buruk
2 Sikap Ordinal Angket 1. Baik
0. Buruk 3 Pendidikan Ordinal Angket 1. Tinggi
0. Rendah
4 Pekerjaan Ordinal Angket 1. Bekerja
0. Tidak bekerja 5 Pendapatan Ordinal Angket 1. > Rp 1.505.850
0. Rp 1.505.850
6 Budaya Ordinal Angket 1. Tidak
0. Ada
7 IMD Ordinal Angket 1. Ya
0. Tidak 8 Dukungan suami Ordinal Angket 1. Mendukung
Tabel Lanjutan 2.3
Pengetahuan terdiri dari 15 pertanyaan dimana setiap item terdiri dari 2
(dua) opsi jawaban yakni :
- Benar, diberi skor 1
- Salah, diberi skor 0
Sehingga kategori pengetahuan adalah sebagai berikut :
P =
Dengan demikian, maka dapat ditentukan :
a). Skor 0 -7 : Pengetahuan Ibu buruk
b). Skor 8-15 : Pengetahuan Ibu baik (Nursalam,2008)
2). Sikap
Sikap terdiri dari 10 pertanyaan dimana setiap item terdiri dari 4
(empat) opsi jawaban yakni
- Sangat setuju, diberi skor 4
- Setuju, diberi skor 3
- Tidak setuju, diberi skor 2
Sehingga kategori sikap adalah sebagai berikut :
Dengan demikian, maka dapat ditentukan : a). Skor 10-25 : Sikap Ibu buruk
b). Skor 26-40 : Sikap Ibu baik (Nursalam,2008) 3). Budaya
Budaya terdiri dari 6 pertanyaan dimana setiap item terdiri dari 2 (dua) opsi jawaban yakni :
-Ada, diberi skor 0 -Tidak Ada, diberi skor 1
Sehingga kategori Budaya adalah sebagai berikut : P =
Dengan demikian, maka dapat ditentukan :
a). Skor 0 -3 : Tidak ada Budaya yang berpengaruh b). Skor 4-6 : Ada Budaya yang berpengaruh (Nursalam,2008)
4). Inisiasi menyusui dini (IMD)
Pemberian IMD terdiri dari 6 pertanyaan dimana setiap item terdiri dari 2 (dua) opsi jawaban yakni :
- Ya, diberi skor 1
Sehingga kategori pemberian IMD adalah sebagai berikut : Dengan demikian, maka dapat ditentukan :
a). Skor 0 -5 : Tidak IMD b). Skor 6 : Ya (IMD) 5). Dukungan suami
Dukungan suami terdiri dari 20 pertanyaan dimana setiap item terdiri dari 2 (dua) opsi jawaban yakni :
-Ada (Mendukung), diberi skor 1
- Tidak (Tidak Mendukung), diberi skor 0
Sehingga kategori dukungan suami adalah sebagai berikut : P =
Kategori
terendah Skor
tertinggi
Skor
= 2
0 20
=10
Dengan demikian, maka dapat ditentukan : a). Skor 0 -10 : Tidak Mendukung
b). Skor 11-20 : Mendukung (Nursalam,2008) 6). Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif terdiri dari 2 pertanyaan dimana setiap item terdiri dari 2 (dua) opsi jawaban yakni :
Sehingga kategori pemberian ASI adalah sebagai berikut : P =
Kategori
terendah Skor
tertinggi
Skor
= 2
0 2
= 1
Dengan demikian, maka dapat ditentukan : a). Skor 0 - 1 : Tidak ASI Esklusif
b). Skor 2 : ASI Esklusif (Nursalam,2008) 3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1 Uji Validitas
Validitas atau kesahihan merupakan kemampuan suatu instrumen (alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur. Untuk mendapatkan data yang valid dalam metode kuantitatif diperlukan instrumen yang valid, oleh karenanya diperlukan uji validitas instrument. Validitas instrument menggambarkan tingkat instrument yang mampu mengukur apa yang akan diukur ( Arikunto, 2010).
Sebelum melakukan penelitian sesungguhnya, uji coba validitas dilakukan terhadap 30 sampel di Puskesmas Kilometer 11 desa Silumboyah Kecamatan Siempatnempu Hulu Sidikalang.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Sugiyono (2008) menyatakan bahwa: “Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang”. Reliabilitas adalah kehandalan berkaitan dengan estimasi sejauh mana suatu alat ukur dilihat dari stabilitas atau konsistensi internal dari informasi, jawaban atau pertanyaan, jika pengukuran atau pengamatan dilakukan berulang. “Pengujian reliabilitas
dirumuskan” dalam Nugroho (2005) sebagai berikut. jika koefisien reliabilitas (α) ≥ 0,6 maka alat ukur dianggap reliable (handal) atau terdapat internal consistency
reliability.
Untuk melihat hasil uji validitas dan realiabilitas dengan tabel di bawah sebagai berikut:
Tabel 2.4
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan Variabel Corrected r-tabel Hasil Cronbach Hasil
Item-total Alpha
Correlation
Pertanyaan 1 0.417 0,361 Valid 0.878 Reliabel
Pertanyaan 2 0.520 Valid
Pertanyaan 3 0.473 Valid
Pertanyaan 4 0.617 Valid
Pertanyaan 5 0.564 Valid
Pertanyaan 6 0.570 Valid
Pertanyaan 7 0.570 Valid
Pertanyaan 8 0.520 Valid
Pertanyaan 9 0.608 Valid
Pertanyaan 10 0.617 Valid
Pertanyaan 11 0.570 Valid
Pertanyaan 12 0.473 Valid
Pertanyaan 13 0.473 Valid
Pertanyaan 14 0.520 Valid
Pertanyaan 15 0.473 Valid
Tabel 2.4 diatas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total
Correlation lebih besar dari nilai r-tabel yang besarnya 0,361, artinya seluruh
Tabel 2.5
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap
Variabel Corrected r-tabel Hasil Cronbach Hasil
Item-total Alpha
Correlation
Sikap 1 0.746 0,361 Valid 0.900 Reliabel
Sikap 2 0.463 Valid
Sikap 3 0.677 Valid
Sikap 4 0.714 Valid
Sikap 5 0.524 Valid
Sikap 6 0.704 Valid
Sikap 7 0.797 Valid
Sikap 8 0.668 Valid
Sikap 9 0.405 Valid
Sikap 10 0.817 Valid
Tabel 2.5 diatas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total
Correlation lebih besar dari nilai r-tabel yang besarnya 0,361, artinya seluruh
pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel Sikap terhadap ASI Eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi berusia 7-12 bulan sudah reliabel sebagai alat ukur. Berdasarkan hasil diatas disimpulakn bahwa variabel Sikap dalam pemberian ASI Eksklusif telah memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.
Tabel 2.6
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Budaya
Variabel Corrected r-tabel Hasil Cronbach Hasil
Item-total Alpha
Correlation
Budaya 1 0.640 0,361 Valid 0.873 Reliabel
Budaya 2 0.765 Valid
Budaya 3 0.687 Valid
Budaya 4 0.694 Valid
Budaya 5 0.620 Valid
Tabel 2.6 diatas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total
Correlation lebih besar dari nilai r-tabel yang besarnya 0,361, artinya seluruh
pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel budaya terhadap ASI Eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi berusia 7-12 bulan sudah reliabel sebagai alat ukur. Berdasarkan hasil diatas disimpulakn bahwa variabel budaya dalam pemberian ASI Eksklusif telah memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.
Tabel 2.7
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel IMD
Variabel Corrected r-tabel Hasil Cronbach Hasil
Item-total Alpha
Correlation
IMD 1 0.632 0,361 Valid 0.849 Reliabel
IMD 2 0.669 Valid
IMD 3 0.670 Valid
IMD 4 0.715 Valid
IMD 5 0.556 Valid
IMD 6 0.556 Valid
Tabel 2.7 diatas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total
Correlation lebih besar dari nilai r-tabel yang besarnya 0,361, artinya seluruh
Tabel 2.8
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Suami Variabel Corrected r-tabel Hasil Cronbach Hasil
Item-total Alpha
Correlation
Dukungan suami 1 0,447 0,361 Valid 0,913 Reliabel
Dukungan suami 2 0,728 Valid
Dukungan suami 3 0,595 Valid
Dukungan suami 4 0,531 Valid
Dukungan suami 5 0,558 Valid
Dukungan suami 6 0,414 Valid
Dukungan suami 7 0,502 Valid
Dukungan suami 8 0,647 Valid
Dukungan suami 9 0,546 Valid
Dukungan suami 10 0,556 Valid
Dukungan suami 11 0,423 Valid
Dukungan suami 12 0,426 Valid
Dukungan suami 13 0,562 Valid
Dukungan suami 14 0,752 Valid
Dukungan suami 15 0,605 Valid
Dukungan suami 16 0,677 Valid
Dukungan suami 17 0,622 Valid
Dukungan suami 18 0,391 Valid
Dukungan suami 19 0,617 Valid
Dukungan suami 20 0,605 Valid
Tabel 2.8 diatas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total
Correlation lebih besar dari nilai r-tabel yang besarnya 0,361, artinya seluruh
3.7.3. Analisis Data
Analisis dapat dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu :
1). Analisis Univariat yakni untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dan presentasi dari nilai yang diperoleh masing-masing item pertanyaan kuesioner. Data-data yang sudah diolah, disajikan dalam bentuk tabel. 2). Analisis Bivariat yakni untuk melihat hubungan variabel bebas dan variabel
terikat digunakan uji Fiser Exact dengan menggunakan derajat kepercayaan 95%, sehingga bila ditemukan hasil analisis statistik p < 0,05 maka variabel dinyatakan berhubungan secara signifikan.
3). Analisis Multivariat dengan regresi logistik biner
Model regresi logistik biner digunakan untuk melihat apakah variabel tak bebas yang berskala dikotomi (0 dan 1) dipengaruhi oleh variabel bebas baik yang kategorik maupun numerik. Bentuk umum model peluang regresi logistik dengan k variabel diformulasikan sebagai berikut :
Fungsi tersebut merupakan fungsi linier sehingga perlu dilakukan transformasi ke dalam bentuk logit agar dapat dilihat hubungan antar variabel respon dengan penjelas.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik (logistic regression) karena data penelitian menggunakan data dikotomik (1,0). Hal ini sesuai dengan penjelasan Ghozali (2011) bahwa analisis regresi logistik cocok digunakan untuk penelitian dengan data penelitian dikotomi. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Santoso (2003) bahwa alasan menggunakan model regresi logistik karena dalam penelitian ini ingin menguji ada atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dimana variabel dependennya merupakan variabel dummy (berupa data dikotomi, 1 dan 0)
Tahapan pelaksanaan uji regresi logistik adalah menentukan lebih dulu variabel bebas mana yang layak disertakan kedalam uji regresi logistik yakni dengan ketentuan Jika nilai p < 0,25, maka variabel bebas layak disertakan kedalam analisis multivariate.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Kecamatan Tiga panah 4.1.1.Keadaan Geografis
Penelitian dilaksanakan di Desa Suka Dame yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Tiga panah Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Desa Suka Dame merupakan pemekaran dari Desa Sukadame dan Desa Lambar berdasarkan Peraturan Daerah No 3 tahun 2010 pada tahun 2010. Luas desa Sukadame secara keseluruhan adalah 413 Ha, yang sebagian besar digunakan untuk usaha tani lahan kering untuk budidaya tanaman wortel, tomat, kentang, jeruk, kubis dan buncis.
Desa Sukadame berada pada jarak 7 km dari Kabanjahe Kabupaten Karo dan 80 km dari Medan Provinsi Sumatera Utara dan pada ketinggian 1.100-1.300 m di atas permukaan laut, dengan suhu udara rata berkisar 16- 27 C dengan kelembaban 85%, Desa Sukadame mempunyai batas - batas wilayah sebagai berikut;
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sinaman, Kecamatan Barus Jahe - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Suka, Kecamatan Tiga panah - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tiga panah, Kecamatan
Tigapanah
(data tahun 2014). Sebagian besar penduduk bermatapencarian petani sebanyak 1.608 orang, industri rumah tangga sebanyak 6 orang, PNS /ABRI 39 orang, dan pekerja lain sebanyak 22 orang sehingga total ada sebanyak 167 orang.
Menurut Data Puskesmas Tiga Panah Desa Sukadame tahun 2015 jumlah PUS (pasangan usia subur) adalah 232 orang yang terdiris dari 154 orang pemakai kontrasepsi dan 78 orang yang tidak menggunakan alat kontrasepsi dan jumlah kelahiran sebanyak 23 bayi yang meliputi 11 bayi laki laki dan 8 bayi perempuan. 4.2. Analisis Univariat
4.2.1 Karakteristik Responden
Karakteristik ke-64 responden dalam penelitian ini terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan sebagaimana disajikan pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan
No Variabel Frekuensi Persentase
1 Umur (tahun)
20-35 tahun 45 70.3
>35 tahun 19 29.7
2 Pendidikan
Tinggi 24 37.5
Rendah 40 62.5
3 Pekerjaan
Bekerja 27 42.2
Tidak bekerja 37 57.8
4 Pendapatan
Rendah (Rp.1.505.850) 36 56.2
Tinggi (> Rp1.505.850) 28 43.8
Total 64 100.0
Ditinjau dari faktor umur, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 64 responden penelitian, 45 orang (70,3%) berumur antara 20-35 tahun dan 19 orang (29,7%) berumur lebih dari 35 tahun. Dengan demikian, mayoritas responden berumur antara 20-35 tahun yakni sebanyak 45 orang (70,3%).
Ditinjau dari faktor pendidikan, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 64 responden penelitian, 24 orang (37,5%) berpendidikan tinggi dan 40 orang (62.5%) berpendidikan rendah. Dengan demikian, mayoritas responden berpendidikan rendah yakni sebanyak 40 orang (62,5%).
Ditinjau dari faktor pekerjaan, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 64 responden penelitian, 27 orang (42,2%) bekerja dan 37 orang (57,8%) tidak bekerja. Dengan demikian, mayoritas responden tidak bekerja yakni sebanyak 37 orang (57,8%).
Ditinjau dari faktor pendapatan, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 64 responden penelitian, 36 orang (56,2%) berpendapatan rendah (≤Rp.1.505.850) dan 28 orang responden (43,8%) berpendapatan tinggi (>Rp. 1.505.850). Dengan demikian mayoritas responden berpendapatan rendah yakni sebanyak 36 orang (56,3%).
4.2.2 Pengetahuan
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif
No Pernyataan Jawaban
Benar Salah 1 ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi karena
mempunyai nilai nutrisi paling tinggi dibanding makanan bayi lainnya dimana ASI banyak mengandung protein,lemak, zat besi, zat anti infeksi, taurin,vitamin dan mineral.
36 (56.3%)
28 (43.8%) 2 ASI paling tepat diberi pada bayi baru lahir sampai umur
6 bulan karena organ pencernaan bayi belum mampu 3 Produksi ASI yang diberikan ibu untuk bayinya memiliki
kandungan yang sama setiap saat
32 5 Pemberian ASI Eksklusif mengurangi tingkat kematian
bayi akibat berbagai penyakit seperti diare, radang dan sebagainya sehingga anak yang diberi ASI bertahan hidup tiga kali lebih besar dibanding yang tidak mendapatkan
sebelum usia 6 bulan bukan ASI Eksklusif
32 (50.0%)
32 (50.0%) 8 Pemberian ASI Eksklusif tidak mempengaruhi kecerdasan
anak
menghambat pemberian ASI Eksklusif karna mengganggu produksi ASI
diberi ASI Eksklusif sampai minimal usia 6 bulan
29 (45.3%)
35 (54.7%) 11 Asi yang pertama keluar berwarna kekuningan adalah
susu basi yang tidak boleh diberikan kepada bayi
34 (53.1%)
30 (46.9%) 12 Kurangnya pemahaman tentang keunggulan ASI akan
menyebabkan ibu mudah terpengaruh untuk menggunakan susu formula
pendapatan keluarga,mempercepat kembalinya bentuk tubuh ibu seperti sebelum hamil, mencegah kangker payudara
31 (48.4%)
33 (51.6%) 15 Masalah dalam pemberian ASI adalah tidak dapat tersedia
setiap saat (tidak siap saji) dan dapat terkontaminasi
29 (45.3%)
Pada umumnya responden kurang paham tentang pesmberian ASI Eksklusif. Sesuai jawapan respoden bahwa produsi ASI yang diberikan ibu untuk bayinya tidak memiliki kandungan yang sama setiap saat ( 50%). Responden menyatakan pemberian ASI bersama obat, vitamin dan mineral sebelum usia 6 bulan merupakan ASI Eksklusif (50 %). Responden menyatakan pemberian ASI Eksklusif tidak mempengaruhi kecerdasan anak ( 60,9%). Responden menyatakan penyakit diare paling sering terjadi pada bayi bila tidak diberi ASI Eksklusif sampai minimal usia 6 bulan (54,7%). Responden menyatakan ASI yang pertama keluar berwarna kekuningan adalah susu basi yang tidak boleh diberikan kepada bayi (53,1%). Responden menyatakan masalah dalam pemberian ASI adalah dapat tersedia setiap saat (tidak siap saji) dan dapat terkontaminasi (54,7%).
Berdasarkan hasil pengukuran ke-15 jawaban responden tersebut di atas, pengetahuan responden tentang pemberian ASI Eksklusif dapat dikategorikan kedalam 2 kategori yakni buruk (jika mendapat skor 0-7) dan baik jika mendapat skor 8-15 dimana mayoritas responden memiliki kategori pengetahuan buruk tentang pemberian ASI Eksklusif yakni sebanyak 37 orang (57,8%) seperti disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.3.
Kategori Pengetahuan Ibu tentang Pemberian ASI Eksklusif No Kategori Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Baik 27 42.2
2 Buruk 37 57.8
4.2.3 Sikap
Sikap ibu tentang pemberian ASI Eksklusif diukur dengan 10 item pernyataan dengan 4 opsi jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju sebagaimana disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.4.
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Sikap Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1 Menurut saya pemberian ASI Eksklusif dapat digantikan dengan susu fomula
4 2 Menurut saya, Ibu menyusui harus siaga
memberikan ASI Eksklusif
sebaiknya tidak diberikan makanan dan minuman tambahan lainnya pemberian ASI Eksklusif sehingga harus diberi makanan atau minuman lain
8
pertama kali seharusnya setelah ibu selesai dibersihkan (dimandikan) dan berganti pakaian mendukung pertumbuhan bayi yang sehat 7 Menurut saya memperkenalkan
makanan tambahan pada bayi sebelum usia 6 bulan, baik untuk merangsang
Lanjutan Table 4.4
10 Saya yakin memberi ASI Eksklusif dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayinya
13 (20.3%)
34 (53.1%)
13 (20.3%)
4 (6.3%)
Pada umumnya responden tidak setuju dengan pernyataan pemberian ASI Eksklusif dapat digantikan dengan susu formula (64,1%). Kebutuhan nutrisi bayi tidak dapat dipenuhi hanya dengan pemberian ASI Eksklusif sehingga harus diberi makanan atau minuman lain (42,2%) dan pemberian ASI secara eksklusif sangat melelahkan sehingga saya akan memberikan susu formula agar saya tidak kelehan (37,5%). Responden memjawab pernyataan dalam hal menyusui harus siaga memberikan ASI Eksklusif (37,5%), pemberian ASI Eksklusif sebaiknya tidak diberikan makanan dan minuman tambahan lainnya (56,3% ), ASI Eksklusif sangat penting diberikan kepada bayi untuk mendukung pertumbuhan bayi yang sehat (64,1%), tidak perlu memberikan makanan atau minuman tambahan lain selama ASI Eksklusif pada bayi ( sebelum usia 6 bulan ) (56,3%), saya merasa pemberian ASI secara eksklusif sangat melelahkan sehingga saya akan memberikan susu formula agar saya tidak kelelahan (37,5%), dan pemberian ASI Eksklusif dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayinya (53,1%).
Tabel 4.5.
Kategori Sikap Ibu tentang pemberian ASI eksklusif
No Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Baik 28 43.8
2 Buruk 36 56.2
Total 64 100.0
4.2.4 Budaya
Faktor Budaya dalam kaitannya dengan pemberian ASI Eksklusif diukur dengan 6 item pernyataan dengan distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.6.
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Faktor Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif bayinya sebelum usia 6 bulan.
48 kehadiran bayi di dunia ini
31 (48.4%)
33 (51.6%) 3 Apakah di tempat tinggal ibu ada larangan untuk
menyusui di tempat umum
45 (70.3%)
19 (29.7%) 4 Menurut ibu apakah ada kebiasaan atau tradisi memberi
jamu (ramuan tertentu) kepada ibu yang sedang menyusui
37 (57.8%
27 (42.2%) 5 Adakah kebiasaan di desa Suka dame para suami pergi ke
kedai bergabung dengan pria lain untuk minum tuak atau sekedar mengobrol dan meninggalkan istrinya di rumah sendiri sehingga ibu terpaksa harus memberi susu formula pada bayinya disaat mengerjakan pekerjaan rumah
42
kepada ibu yang sedang menyusui (57,8%),ada kebiasaan para suami pergi ke kedai kopi bergabung dengan pria lain untuk minum tuak atau sekedar mengobrol dan meninggalkan istrinya di rumah sendiri sehingga ibu terpaksa harus memberi susu formula pada bayinya di saat mengerjakan pekerjaan rumah (65,6%). Dan ada tradisi dalam memberi makanan / minuman seperti: pisang, madu, air teh, air putih, kopi dan lain- lain kepada bayi sebelum bayi berumur 6 bulan (79,7%).
Berdasarkan hasil pengukuran dari ke-6 jawaban responden tersebut di atas, maka faktor Budaya dalam pemberian ASI Eksklusif dapat dikategorikan kedalam 2 kategori yakni tidak berpengaruh (jika mendapat skor 0-3) dan berpengaruh (jika mendapat skor 4-6) dimana mayoritas responden menyatakan faktor budaya berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif yakni sebanyak 34 orang (53,1%) seperti disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.7.
Kategori Faktor Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif
No Faktor Budaya Frekuensi (n) Persentase (%) 1 Tidak ada budaya yang
berpengaruh 30 46.9
2 Ada budaya yang
berpengaruh 34 53.1
Total 64 100.0
4.2.5 Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Tabel 4.8.
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Faktor Inisiasi Menyusui Dini dalam Pemberian ASI Eksklusif
No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak 1 Apakah bayi ditelungkupkan di atas dada/ perut ibu? 38
(59.4%) 3 Apakah setelah lahir bayi segera atau tidak lebih dari 1 jam
sudah berada di dada ibu?
36 (56.3%)
28 (43.8%) 4 Apakah setelah ditelungkupkan di dada atau perut ibu, bayi
bergerak dan berusaha menemukan puting susu ibunya?
32
menemukan puting susu ibu kemudian mulai menyusui?
36 (56.3%)
28 (43.8%) Pernyataan ibu tentang inisiasi menyusui dini dalam pemberian ASI Eksklusif di jawab ya tentang bayi ditelungkupkan di atas dada / perut ibu (51,6%), setelah lahir segera atau tidak lebih dari 1 jam sudah berada di dada ibu (56,3%), setelah di telungkupkan di dada atau perut ibu, bayi bergerak dan berusaha menemukan puting susu ibunya (50.0%), setelah ditelungkupkan di dada/ perut ibu bayi menemukan puting susu ibu kemudian mulai menyusui (56,3% ), setelah ditelungkupkan di dada / perut ibu, bayi di bantu atau diarahkan untuk menemukan puting susu ibunya (76,6%).
memberikan IMD yakni sebanyak 46 orang (71,9%) seperti disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.9.
Kategori Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dalam Pemberian ASI Eksklusif No Inisiasi Menyusui Dini Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Ada IMD 18 28.1
2 Tidak ada IMD 46 71.9
Total 64 100.0
4.2.6. Dukungan Suami
Dukungan suami dalam pemberian ASI Eksklusif diukur dengan 20 item pertanyaan sebagaimana disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.10.
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif
No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
1 Jika anda mengalami masalah dalam memberikan ASI apakah suami anda tidak melakukan tindakan dan berusaha belajar mengenai solusi yang bisa membantu anda?
40
(62.5%) 24 (37.5%) 2 Apakah suami anda mencari informasi dari luar (seperti:
buku, majalah dan lain- lain) tentang cara pemberian ASI yang seharusnya dan diberi tahukan kepada anda?
25 (39.1%)
39 (60.9%) 3 Apakah suami anda menyadari perlunya ASI Eksklusif
(0-6 bulan) bagi bayi ?
makanan tambahan untuk bayi saya
37 (57.8%)
27 (42.2%) 5 Suami saya selalu belajar bagaimana menjadi ayah ASI
(melakukan semua hal yang dapat mendukung pemberian ASI) yang baik
tindakan anda memberi ASI kepada bayi yang baru lahir?
33 (51.6%)
31 (48.4%) 7 Suami saya merasa dihiraukan saat saya menghabiskan
waktu untuk menyusui bayi saya
41 (64.1%)
23 (35.9%) 8 Suami saya tidak pernah memberikan kata- kata pujian
kepada saya tentang menyusui karna menurutnya menyusui merupakan kewajipan dan hanya urusan wanita saja
31
(48.4%) 33
Tabel 4.10 Lanjutan
No Pernyataan Jawaban Ya T Tidak 9 Apakah suami anda selalu mengingatkan anda untuk
selalu mengkonsumsi makanan bergizi dan agar produksi ASI anda selalu lancar? diperlukan agar produksi ASI anda selalu lancar ?
38 (59.4%)
26 (40.6%) 13 Apakah suami anda selalu berusaha mencarikan vitamin
penambah tenaga agar produksi ASI anda tetap lancar?
29 (45.3%)
35 (54.7%) 14 Ketika bayi terus menangis suami saya dengan segera
memberikan susu formula kepada bayi saya
31 agar tidak terganggu memberikan ASI pada bayi saya
31
terlihat lelah dan kurang bergairah makan?
40 (62.5%)
24 (37.5%) 18 Apakah suami anda selalu pergi ke kedai tuak untuk
bergabung dengan temannya atau sekedar minum tuak sehingga ibu harus mengerjakan pekerjaan rumah sendiri ?
menyusui bayi saya karena saya harus mengerjakan semua pekerjaan rumah
Ibu menyatakan suami kurang mendukung dalam pemberian ASI
Eksklusif dalam hal suami tidak melakukan tindakan danberusaha belajar
mengenai solusi yang bisa membantu ibu (62,5%), suami tidak mencari informasi
seharusnya dan diberitahukan (60,9 %), suami tidak menyadari perlunya ASI
Eksklusif (0-6 bulan) bagi bayi (57,8%), suami jarang belajar bagaimana menjadi
ayah ASI (melakukan semua hal yang dapat mendukung pemberian ASI) yang baik (57,8%), suami merasa istrinya tidak menarik lagi setelah ibu menyusui (56,3%), suami tidak gemar membawa buah dan makanan bergizi lainnya untuk ibu konsumsi (56,3%), suami jarang berusaha mencarikan vitamin penambah tenaga agar produksi ASI ibu tetap lancar (54,7%), suami tidak meminta ibu mertuanya ikut serta membantu melakukan pekerjaan rumah agar ibu tidak terganggu memberikan ASI pada bayi (51,6%). Selebihnya suami mendukung pemberian ASI Eksklusif dalam hal suami mendukung atau setuju dengan tindakan ibu memberi ASI kepada bayi yang baru lahir (51,6%), suami merasa di hiraukan saat ibu menghabiskan waktu untuk menyusui bayi (64,1%), suami pernah memberikan kata- kata pujian kepada ibu tentang menyusui karena menurutnya menyusui merupakan kewajiban dan hanya urusan wanita saja (51,6%), suami selalu mengingatkan untuk selalu mengonsumsi makanan bergizi agar produksi ASI selalu lancar (51,6%), responden menyatakan suami selalu mendukung dana yang diperlukan agar produksi ASI anda selalu lancar (59,4%), suami tetap memberi semangat saat anda terlihat lelah dan kurang bergairah makan (62,5%),dan suami selalu peduli dengan makanan tambahan yang ibu perlukan agara produksi ASI tetap lancar (54,7%)
11-20) dimana mayoritas responden tidak mendapat dukungan suami dalam pemberian ASI Eksklusif yakni sebanyak 39 orang (60,9%) seperti disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.11
Kategori Dukungan Suami dalam Melakukan Pemberian ASI Eksklusif No Dukungan Suami Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Mendukung 25 39.1
2 Tidak mendukung 39 60.9
Total 64 100.0
4.2.7. Pemberian ASI Ekslusif
Pemberian ASI Eksklusif diukur dengan 2 item pertanyaan sebagaimana disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.12.
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pemberian ASI Eksklusif
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak 1 Apakah ibu memberikan ASI sampai usia bayi 6 bulan ? 38
(59.4%) bayi 6 bulan kecuali obat atau vitamin (64,1%).
Tabel 4.13
Kategori Pemberian ASI Eksklusif
No Pemberian ASI Eksklusif Frekuensi (n) Persentase (%)
1 ASI Eksklusif 10 15.6
2 Tidak ASI Eksklusif 54 84.4
Total 64 100.0
4.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan variabel independen (pengetahuan, sikap, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, budaya, inisiasi menyusui dini dan dukungan suami dengan variabel dependen (pemberian ASI Eksklusif).
4.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif dengan uji Fishers Exact test pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) memperlihatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.14.
Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pengetahuan
Pemberian ASI Eksklusif
Total P
Tidak ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
n % n % n %
Buruk 36 97.3 1 2.7 37 100.0
Baik 18 66.7 9 33.3 27 100.0 0.001
Dengan demikian, mayoritas responden dengan pengetahuan buruk tidak memberikan ASI Eksklusif (97,3%).
Hasil uji Fishers Exact test memperlihatkan bahwa nilai signifikansi (p-value) variabel pengetahuan = 0,001, lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pengetahuan memiliki hubungan signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif dan berpeluang untuk disertakan kedalam uji regresi logistik karena memiliki nilai p (0,001) < 0,25.
4.3.2. Hubungan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hubungan antara sikap dengan pemberian ASI Eksklusif dengan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) memperlihatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.15.
Tabulasi Silang antara Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif Sikap
Pemberian ASI Eksklusif
Total p
Tidak ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
n % n % n %
Buruk 34 94.4 2 5.6 36 100.0
Baik 20 71.4 8 26.6 28 100.0 0.001
Hasil uji Fishers Exact test memperlihatkan bahwa nilai signifikansi (p-value) variabel sikap = 0,016, lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel sikap memiliki hubungan signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif dan berpeluang untuk disertakan kedalam uji regresi logistik karena memiliki nilai p (0,016) < 0,25.
4.3.3. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif dengan uji Fishers Exact test pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) memperlihatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.16.
Tabulasi Silang antara Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pendidikan
Pemberian ASI Eksklusif
Total P
Tidak ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
N % n % n %
Rendah 38 95.0 2 5.0 40 100.0
Tinggi 16 66.7 8 33.3 24 100.0 0.004
Hasil tabulasi silang pada tabel 4.16 memperlihatkan bahwa dari 40 responden dengan pendidikan rendah, 38 orang (95.0%) tidak memberikan ASI Eksklusif dan hanya 2 orang (5,0%) yang memberikan ASI Eksklusif. Selanjutnya, dari 24 responden dengan pendidikan tinggi, 16 orang (66,7%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif, 8 orang (33,3%) memberikan ASI Eksklusif. Dengan demikian, mayoritas responden dengan pendidikan rendah tidak memberikan ASI Eksklusif (66,7%).
disimpulkan bahwa variabel pendidikan memiliki hubungan signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif dan berpeluang untuk disertakan kedalam uji regresi logistik karena memiliki nilai p (0,004) < 0,25.
4.3.4. Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif dengan uji
Fishers Exact test pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) memperlihatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.17.
Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pekerjaan
Pemberian ASI Eksklusif
Total P
Tidak ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
N % n % n %
Tidak bekerja 35 94.6 2 5.4 37 100.0
Bekerja 19 70.4 8 29.6 27 100.0 0.013
Hasil tabulasi silang pada tabel 4.16 memperlihatkan bahwa dari 37 responden yang tidak bekerja, 35 orang (94,6%) tidak memberikan ASI Eksklusif dan hanya 2 orang (5,4%) yang memberi ASI Eksklusif. Selanjutnya, dari 27 responden yang bekerja, 19 orang (70,4%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 8 orang (29,6%) memberikan ASI Eksklusif. Dengan demikian, mayoritas responden yang tidak bekerja, tidak memberikan ASI Eksklusif (94,6%).
4.3.5. Hubungan Pendapatan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hubungan antara pendapatan dengan pemberian ASI Eksklusif dengan uji Fishers Exact test pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) memperlihatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.18.
Tabulasi Silang antara Pendapatan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pendapatan
Pemberian ASI Eksklusif
Total P
Tidak ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
N % n % n %
Rp 1.505.850 34 94.4 2 5.6 36 100.0
> Rp 1.505.850 20 71.4 8 28.6 28 100.0 0.016
Hasil tabulasi silang pada tabel 4.18 memperlihatkan bahwa dari 36 responden dengan pendapatan Rp 1.505.850, 34 orang (94,4%) tidak memberikan ASI Eksklusif dan hanya 2 orang (5,6%) yang memberi ASI eksklusif. Selanjutnya, dari 28 responden dengan pendapatan > Rp 1.505.850, 20 orang (71,4%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 8 orang (28,6%) memberikan ASI Eksklusif. Dengan demikian, mayoritas responden yang berpendapatan rendah ( Rp1.505.850), tidak memberikan ASI Eksklusif (94,4%).
4.3.6. Hubungan Budaya dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hubungan antara Budaya dengan pemberian ASI Eksklusif dengan uji
Fishers Exact test pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) memperlihatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.19.
Tabulasi Silang antara Faktor Budaya dengan Pemberian ASI Eksklusif Faktor Budaya
Pemberian ASI Eksklusif
Total P
Tidak ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
n % n % n %
Ada budaya yang berpengaruh
33 97.1 1 2.9 34 100.0 Tidak ada budaya yang
berpengaruh
21 70.1 9 30.0 30 100.0 0.004
Hasil tabulasi silang pada tabel 4.18 memperlihatkan bahwa dari 34 responden yang menyatakan ada pengaruh budaya dalam memberikan ASI Eksklusif, 33 orang (97,1%) tidak memberikan ASI Eksklusif dan hanya 1 orang (2,9%) yang memberi ASI Eksklusif. Selanjutnya, dari 30 responden yang menyatakan ada budaya yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif 21 orang (70,0%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 9 orang (30,0%) memberikan ASI Eksklusif. Dengan demikian, mayoritas responden yang menyatakan tidak ada budaya yang mempengaruhi pemberikan ASI Eksklusif (97,1%).
4.3.7. Hubungan Inisiasi menyusui dini dengan Pemberian ASI Eksklusif Hubungan antara inisiasi menyusui dini dengan pemberian ASI Eksklusif dengan uji Fishers Exact test pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) memperlihatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.20.
Tabulasi Silang antara Inisiasi Menyusui Dini dengan Pemberian ASI Eksklusif
Inisiasi menyusui dini
Pemberian ASI Eksklusif
Total P
Tidak ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
n % n % n %
Tidak ada IMD 44 95.7 2 4.3 46 100.0
Ada IMD 10 55.6 8 44.4 18 100.0 0.000
Hasil tabulasi silang pada tabel 4.19 memperlihatkan bahwa dari 46 responden dengan tidak inisiasi menyusui dini, 44 orang (95,7%) tidak memberikan ASI Eksklusif dan hanya 2 orang (4,3%) yang memberi ASI Eksklusif. Selanjutnya, dari 18 responden dengan inisiasi menyusui dini, hanya 10 orang (55,6%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 8 orang (44,4%) memberikan ASI Eksklusif. Dengan demikian, mayoritas responden yang tidak melakukan inisiasi menyusui dini, tidak memberikan ASI Eksklusif (95,7%).
4.3.8. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI Eksklusif dengan uji Fishers Exact test pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) memperlihatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.21.
Tabulasi Silang antara Dukungan suami dengan Pemberian ASI Eksklusif Dukungan
suami
Pemberian ASI Eksklusif
Total P
Tidak ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
n % n % n %
Tidak mendukung 37 94.9 2 5.1 39 100.0
Mendukung 17 68.0 8 32.0 25 100.0 0.010
Hasil tabulasi silang pada tabel 4.20 memperlihatkan bahwa dari 39 responden dengan tanpa dukungan suami, 37 orang (94,9%) tidak memberikan ASI Eksklusif dan hanya 2 orang (5,1%) yang memberi ASI Eksklusif. Selanjutnya, dari 25 responden dengan dukungan suami, 17 orang (68,0%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 8 orang (32,0%) memberikan ASI Eksklusif. Dengan demikian, mayoritas responden yang tidak mendapat dukungan suami, tidak memberikan ASI Eksklusif (94.9%).
4.4 Seleksi Bivariat
Masing-masing variabel independen dilakukan analisis bivariat dengan variabel dependen. Bila hasil bivariat menghasilkan p value < 0,25, maka variabel tersebut langsung masuk tahap multivariat.
Tabel 4.22.
Hasil Analisis yang Memenuhi Asumsi Multivariat (Kandidat)
Variabel P
Pengetahuan 0,001*
Sikap 0,016*
Pendidikan 0,004*
Pekerjaan 0,013*
Pendapatan 0,016*
Budaya 0,002*
Dukungan Suami 0,004*
IMD 0,000*
Keterangan : * variabel yang memenuhi syarat
Dari hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa semua variabel memiliki nilai
p < 0,25 sehingga semua variabel dapat langsung masuk ke tahap multivariat.
Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan metode backward diperoleh bahwa faktor pengetahuan dan IMD berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif. 4.5 Analisis Multivariat
Tabel 4.23.
Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Variabel Nilai
B
Signifikansi (p)
Exp (B)
Confidence Interval 95% Batas Bawah Batas Atas
Pengetahuan -2,292 0,045 9,893 0,047 93,451
Imd 2,336 0,010 10,339 1,734 61,646
Constant -2,054
Berdasarkan Tabel diatas diperoleh hasil analisis uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa faktor pemungkin yaitu variabel pengetahuan dengan nilai p=0,045 berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif dan variabel IMD dengan nilai p < 0,010 berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Hasil analisis uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif adalah variabel IMD dengan nilai koefisien regresi (nilai B) adalah 2,336 yang dapat diartikan bahwa pemberian ASI Eksklusif akan meningkat jika IMD dilaksanakan. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik diperoleh bahwa variabel pengetahuan memiliki nilai Exp (B) sebesar 9,893 dengan 95% Confidence Interval 0,047 - 93,451 sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu dengan pengetahuan baik akan mempunyai kemungkinan 9,893 kali memberikan ASI Eksklusif pada bayinya dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya buruk. Variabel IMD diperoleh nilai Exp (B) sebesar 10,339 pada 95% Confidence
Interval 1,734- 61,646 sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu yang melakukan
Berdasarkan hasil uji regresi logistik tersebut, maka dapat dibuat model persamaan regresi untuk mengidentifikasi probabilitas pemberian ASI Eksklusif pada ibu yang memiliki anak 7-12 bulan sebagai berikut:
1 P =
1 + e-(a+ b1 (x1) + b2 (X2))
1 P =
1 + e-(-4,346+ 2,292 (x1) + 2,336 (X2)) Keterangan
p : Probabilitas pemberian ASI Eksklusif pada ibu menikah usia dini X1 : Pengetahuan, koefisien regresi 2,292
X2 : Inisiasi menyusui dini, koefisien regresi 2,336 a : Ketetapan - 4,346
e : Bilangan alamiah 2,71828
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan tahun 2016 untuk mengetahui faktor- faktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif di desa Sukadame dapat dilihat sebagai berikut
5.1. Pengaruh Faktor Pengetahuan terhadap Pemberian ASI Eksklusif Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden memiliki kategori pengetahuan buruk tentang pemberian ASI Eksklusif yakni sebanyak 37 orang (57,8%) dan mayoritas responden berpengetahuan buruk yang tidak memberikan ASI Eksklusif yakni sebanyak 36 orang (97,3%). Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan linier antara faktor pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif (p=0,001). Artinya, semakin buruk pengetahuan ibu, semakin cenderung untuk tidak memberikan ASI Eksklusif. Sesuai hasil tabulasi silang dimana mayoritas responden dengan pengetahuan buruk tidak memberikan ASI Eksklusif (97,3%). Sesuai dengan hasil uji regresi logistik dimana variabel pengetahuan memberi pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif (p=0,001).
tindakan pemberian ASI Eksklusif. Semakin baik pengetahuan ibu, semakin besar kemungkinan memberikan ASI Eksklusif.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orangtua, buku, dan surat kabar. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmojo, 2007).
Pengetahuan tentang ASI Eksklusif serta motivasi pemberian ASI Eksklusif yang kurang, mempengaruhi prilaku/sikap ibu yang diakibatkan oleh masih melekatnya pengetahuan budaya lokal tentang pemberian makanan dan minuman pada bayi seperti pemberian kopi. Perilaku menyusui yang tidak baik diantaranya membuang kolostrum karena dianggap susu basi, tidak bersih dan kotor. pemberian makanan/minuman sebelum ASI keluar (prelaktal), kebiasaan memberikan makanan/ minuman yang di konsumsi oleh ibu kepada bayinya, serta kurangnya rasa percaya diri responden ASInya cukup untuk bayinya
5.2. Pengaruh Faktor Sikap terhadap Pemberian ASI Eksklusif
mengindikasikan bahwa ada hubungan linier antara faktor pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif (p=0,001). Artinya, semakin buruk pengetahuan ibu, semakin cenderung untuk tidak memberikan ASI Eksklusif. Hasil uji tabulasi silang juga memperlihatkan bahwa mayoritas responden dengan sikap buruk tidak memberikan ASI Eksklusif (56,3%). Hal yang sama dikonfirmasi oleh hasil regresi logistik dimana variabel sikap tidak memberi pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif (p=0,001). Hal ini disebabkan ibu memiliki latar belakang pendidikan rendah (62,5%). Ibu berpendidikan rendah kurang memahami tentang manfaat ASI Eksklusif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nana dkk Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, dengan judul Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Dan Kepercayaan Ibu Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone Tahun 2013 dan dengan menggunakan uji korelasi membuktikan bahwa sikap memiliki hubungan signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif. Semakin baik sikap ibu, semakin cenderung memberikan ASI Eksklusif.
Perilaku atau sikap yang salah juga dapat dilihat dalam pemberian makanan terhadap bayinya berdasarkan hasil observasi antara lain: menyusui bayinya sekaligus diberi susu formula, subjek memberikan cairan lain yang tidak bergizi seperti air, madu, buah-buahan yang lembek, serta memberikan MP-ASI sebelum bayi berumur 6 bulan.
Hasil penelitian Foo et al. (2005) dalam Nurhudah dan Mahmudah (2012) menunjukkan bahwa sikap ibu berhubungan dengan praktek pemberian ASI. Ibu yang menganggap bahwa ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi berencana untuk memberikan ASI selama 6 bulan.Sikap ibu terhadap pemberian makan bayi menjadi prediktor kuat dalam pemberian ASI Eksklusif
5.3. Pengaruh Faktor Pendidikan terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden berpendidikan rendah yakni sebanyak 40 orang (62,5%) dan mayoritas responden berpendidikan rendah yang tidak memberikan ASI Eksklusif yakni sebanyak 38 orang (95,0%). Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan linier antara faktor pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif (p=0,004). Artinya, semakin rendah pendidikan ibu, semakin cenderung untuk tidak memberikan ASI Eksklusif.
Hasil uji tabulasi silang memperlihatkan bahwa mayoritas responden dengan pendidikan rendah tidak memberikan ASI Eksklusif (95,0%). Berbeda dengan hasil regresi logistik dimana variabel pendidikan tidak benpengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif (p=0,004).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Firmansyah Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR Fakultas Kesehatan Masyarakat Iniversitas Airlangga dengan judul Pengaruh Karakteristik Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Kabupaten Tuban dan dengan menggunakan analisi multivariat membuktikan bahwa pendidikan dan pekerjaan memberi pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Hasil regresi logistik dimana variabel pendidikan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan ibu memiliki pekerjaan di luar rumah ( 42,2%). Ibu bekerja cenderung tidak memberikan ASI Eksklusif di sebabkan tidak dapat menyediakan ASI perah tetapi susu formula kepada bayinya.
Menurut Hidayat (2005) bahwa pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Juga menurut Notoadmodjo (2010) sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan informasi dan akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang.
5.4. Pengaruh Faktor Pekerjaan terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden tidak bekerja yakni sebanyak 37 orang (57,8%) dan mayoritas responden tidak bekerja yang tidak melakukan pemberian ASI Eksklusif yakni sebanyak 35 orang (94,6%), Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan linier antara faktor pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif (p=0,013). Hasil uji tabulasi silang juga memperlihatkan bahwa mayoritas responden yang tidak bekerja, tidak memberikan ASI Eksklusif (94,6%). Hasil uji regresi logistik juga memperlihatkan bahwa faktor pekerjaan tidak memberi pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif.
susu formula oleh keluarga atau pengasuhnya. Demikian juga dengan penelitian Mardeyanti (2007), bahwa 60% ibu yang bekerja tidak patuh memberikan ASI Eksklusif. Hasil penelitian Doni Fransiskus Sinaga (2010) dengan judul Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif pada balita di kelurahan padang bulan kecamatan medan baru, hasil analisis bivariatnya menunjukkan terdapat 5 variabel mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan pemberian ASI Eksklusif salah satunya adalah ibu yang tidak bekerja (p= 0,002). Penelitian Rohani Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dengan judul pengaruh karakteristik ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja puskesmas Teluk kecamatan secanggang kabupaten langkat tahun 2007 juga memperoleh hasil penelitian bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif adalah pekerjaan.
5.5. Pengaruh Faktor Pendapatan terhadap Pemberian ASI Eksklusif
berpendapatan rendah juga memberikan susu bayinya karena adanya alasan persepsi bahwa ASI belum dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemberian ASI Eksklusif, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi dan protein (KEK). Hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.
5.6. Pengaruh Faktor Budaya terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden menyatakan faktor budaya berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif yakni sebanyak 34 orang (53,1%) dan mayoritas responden dengan pernyataan faktor budaya berpengeruh yang tidak memberikan ASI Eksklusif yakni sebanyak 33 orang (97,1%). Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan linier antara faktor budaya dengan pemberian ASI Eksklusif (p=0,004).
Hasil uji tabulasi silang memperlihatkan bahwa mayoritas responden yang menyatakan ada pengaruh budaya, tidak memberikan ASI Eksklusif (97,1%). Berbeda dengan hasil regresi logistik dimana variabel faktor budaya tidak memberi pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan dalam keluarga bahwa suami lebih dominan mengambil keputusan dalam hal kesehatan dan perawatan anak di bandingkan dengan ibu sendiri.
pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0 - 6 bulan di desa Bandar khalipah kecamatan percut sei tuan tahun 2006. Penelitian ini menunjukkan bahwa sosial budaya merupakan faktor ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayi 0- 6 bulan.
5.7. Pengaruh Faktor Inisiasi Menyusui Dini terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden tidak memlaksanakan IMD yakni sebanyak 46 orang (71,9%) dan mayoritas responden tidak memlaksanakan IMD yang tidak memberikan ASI Eksklusif yakni sebanyak 44 orang (95,7%). Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan linier antara inisiasi menyusui dini dengan pemberian ASI Eksklusif (p=0,000). Hasil uji tabulasi silang juga memperlihatkan bahwa mayoritas responden yang tidak melakukan inisiasi menyusui dini, tidak memberikan ASI Eksklusif (95,7%).
5.8. Pengaruh Faktor Dukungan Suami terhadap Pemberian ASI Eksklusif Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden tidak mendapat dukungan suami dalam pemberian ASI Eksklusif yakni sebanyak 39 orang (60,9%) dan mayoritas responden yang tidak memdapat dukungan suami yang tidak memberian ASI Eksklusif yakni sebanyak 37 orang (94,9%), Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan linier antara dukungan suami dengan pemberian ASI Eksklusif (p=0,010). Artinya, dalam penelitian ini dapat dibuktikan bahwa semakin buruk dukungan suami semakin kurang mendorong ibu melakukan pemberian ASI Eksklusif. Hal ini juga dikonfirmasi oleh hasil tabulasi silang bahwa mayoritas responden yang tidak mendapat dukungan suami, tidak memberikan ASI Eksklusif (94,9%).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang faktor - faktor yang mempengaruhi ibu melakukan pemberian ASI Eksklusif di Desa Sukadame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengetahuan dan IMD memiliki hubungan dan pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif
2. Sikap, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, budaya, IMD dan dukungan suami memiliki hubungan dan tidak ada pengaruh signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif . Hal ini diindikasikan dari nilai PR sebesar 102,22.
6.2. Saran
Mengingat hasil penelitian belum maksimal menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu melakukan pemberian ASI Eksklusif, maka dengan ini disampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi petugas kesehatan di wilayah Desa Sukadame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo diberikan pelatihan supaya memiliki kesadarn yang tinggi untuk melaksanakan IMD setelah ibu melahirkan dan memberitahukan kepada Ibu akan pentingnya pemberian IMD dan pemberian ASI Eksklusif melalui penyuluhan langsung ataupun secara individu.
3. Kepada peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian sejenis dengan skala penelitian yang lebih luas untuk mendapatkan hasil penelitian terbaru yang lebih akurat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI Eksklusif 2.1.1 Pengertian
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, dan berguna sebagai makanan bayi (Kristiyansari, 2009). Sedangkan ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula) yang dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia enam bulan (Sulistyawati, 2009).
ASI Eksklusif adalah ASI (air susu ibu) tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan. Bayi tidak diberikan apa-apa, kecuali makanan yang langsung diproduksi oleh ibu karena bayi memperoleh nutrisi terbaiknya melalui ASI (Yuliarti, 2010). Pemberian ASI Eksklusif berarti bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubuk susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Menurut Hubertin (dalam Purwanti, 2004) menyatakan bahwa tidak ada makanan di dunia ini yang sempurna seperti ASI. ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual (Roesli, 2004)