Lampiran 1
Data Variabel Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio Rentabilitas Ekonomi dan Rasio Leverage
No EMITEN
WCTA RETA EBTTA BVETL
2012 2013 2014 2012 2013 2014 2012 2013 2014 2012 2013 2014
Lampiran 2
Data Variabel Financial Distress (Z-Score)
No EMITEN 2012 2013 2014
Zscore Kondisi Zscore Kondisi Zscore Kondisi
1 APOL -10,109 Financial Distress -14,299 Financial Distress -16,332 Financial Distress
2 ASSA 0,843 Financial Distress 15,348 Sehat -0,003 Financial Distress
3 BBRM 0,189 Financial Distress 1,206 Rawan 2,094 Rawan 4 CMPP 21,192 Sehat -0,896 Financial Distress -1,599 Financial Distress
5 GIAA 1,074 Financial Distress 0,428 Financial Distress -1,691 Financial Distress
6 IATA -0,462 Financial Distress -2,311 Financial Distress 1,317 Rawan
7 MBSS 3,613 Sehat 5,493 Sehat 5,939 Sehat
8 MIRA -5,801 Financial Distress 45,808 Sehat 10,441 Sehat
9 NELY 8,407 Sehat 5,262 Sehat 5,049 Sehat
10 PTIS 3,123 Sehat 2,571 Rawan 1,639 Rawan
11 SAFE -14,302 Financial Distress -20,263 Financial Distress -33,163 Financial Distress
12 SMDR 1,570 Rawan 1,748 Rawan 2,242 Rawan
13 TPMA 1,635 Rawan 0,899 Financial Distress 1,273 Rawan 14 TRAM -2,574 Financial Distress -0,759 Financial Distress -1,795 Financial Distress
15 WEHA 0,781 Financial Distress 0,967 Financial Distress 0,079 Financial Distress
Lampiran 3 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LIKUIDITAS 48 -468.00 774.00 -10.5833 145.20504
PROFITABILITAS 48 -292.00 460.00 1.5625 113.54124
RENTABILITASEKONOMI 48 -37.00 243.00 5.7917 37.30151
LEVERAGE 48 -87.00 323.00 91.7708 101.43402
ZSCORE 48 -3316.00 4580.00 73.5208 1080.65041
Lampiran 4
Pengujian Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 48
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 5.09800104
Most Extreme Differences Absolute .068
Positive .068
Negative -.053
Kolmogorov-Smirnov Z .472
Asymp. Sig. (2-tailed) .979
2. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 LIKUIDITAS .671 1.491
PROFITABILITAS .892 1.121
RENTABILITASEKONOMI .963 1.038
LEVERAGE .686 1.457
a. Dependent Variable: ZSCORE
4. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 1.000a 1.000 1.000 5.32985 2.013
a. Predictors: (Constant), LEVERAGE, RENTABILITASEKONOMI, PROFITABILITAS,
LIKUIDITAS
Lampiran 5 Pengujian Hipotesis
5. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6111481.674 4 1527870.418 7.274 .000a
Residual 903158.243 43 21003.680
Total 7014639.917 47
a. Predictors: (Constant), LEVERAGE, RENTABILITASEKONOMI, PROFITABILITAS,
LIKUIDITAS
b. Dependent Variable: ZSCORE
6. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -61.704 32.000 -1.928 .060
LIKUIDITAS 1.210 .178 .455 6.809 .000
PROFITABILITAS 1.613 .197 .474 8.183 .000
RENTABILITASEKONOMI 2.609 .578 .252 4.518 .000
LEVERAGE 1.513 .252 .397 6.014 .000
7. Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 1.000a 1.000 1.000 5.32985
a. Predictors: (Constant), LEVERAGE, RENTABILITASEKONOMI,
PROFITABILITAS, LIKUIDITAS
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Suyatmin Waskito dan Rahmawati, Aryani Intan Endah. 2015. “Analisis Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2013”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, ISSN: 2460-0784.
Baimwera, Bernard dan Muriuki, Antony Murimi. 2014. “Analysis Of Corporate Financial Distress Determinants: A Survey of Non-Financial Firms Listed
In the NSE”. International Journal of Current Business and Social Sciences, Vol 1.Issue 2.
Bhunia, Amalendu dan Sarkar, Ruchira. 2011. ”A Study of Financial Distress
based on MDA”, Journal of Management Research, Vol.3 No.2: E8, 2011. ISSN: 1941-899X.
Britama. 2014. http://www.britama.com/index.php/2014/08/kinerja-karw-masih-negatif-semester-i-2014/, Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 12:51 WIB.
. 2014. http://www.britama.com/index.php/2014/06/laba-bersih-mira-pada-kuartal-i-tahun-2014-anjilok-7059/, Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 13:11 WIB.
. 2015. http://www.britama.com/index.php/2015/06/gara-kurs-rugi-bersih-apol-mencapai-rp11407-miliar-pada-q1-2015/, Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 10:59 WIB.
. 2015. http://www.britama.com/index.php/2015/08/kinerja-semester-i-2015-kerugian-bersih-iata-menurun-menjadi-usd254-juta/, Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 12:25 WIB.
. 2015. http://www.britama.com/index.php/2015/07/nilai-aset-dan-pendapatan-turun-tram-rugi-usd6205-juta-semester-i-2015/, Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 13:41 WIB.
Financeroll Indonesia. 2015. http://financerolll.blogspot.co.id/2015/01/pt-buana-lystya-tama-alami-penurunan.html, Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 11:06 WIB.
Firma, Eneng. 2013. Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio Rentabilitas Ekonomi dan Rasio Leverage Terhadap Prediksi Financial Distress (Suatu Studi Pada Perusahaan Jasa Transportasi Di Bursa Efek Indonesia), Skripsi Yang Dipublikasikan, Jurusan Akuntansi, Universitas Pasundan, Bandung.
Fitriyah, Ida dan Hariyati. 2013. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Properti dan Real Estate”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol 1. No 3. Mei 2011
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi ketiga, Badan penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Kritis laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hery. 2009. Teori Akuntansi, Kencana, Jakarta.
Indopremier. 2015. https://www.indopremier.com/ipotstock/news, Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 13:52 WIB.
Kamaludin dan Indriani, Rini. 2012. Manajemen Keuangan ”Konsep Dasar dan Penerapannya, Edisi Revisi, CV Mandar Maju, Bandung.
Khaliq, Ahmad, dkk.. 2014. “Identifying Financial Distress Firms: A Case Study
of Makaysia’s Goverrnment Linked Companies (GLC)”, International Journal of Economics, Finance and Management, Vol.3 No.3, April 2014.ISSN: 2307-2466.
Lakhsan, A.M.I. dan Wijekoon, W.M.H.N.. 2013. “The Use of Financial Ratios in
Predicting Corporate Failure in Sri Lanka”. American GSTF International Journal on Business Review, Vol. 2 No 4, July 2013.
Mas’ud, Imam dan Srengga, Reva Maymi. 2015. “Analisis Rasio Keuangan
Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur
Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS, Andi, Yogyakarta.
Pattinasarany, Christanty Amazia Immanuela. 2010. Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Go-Public, Skripsi Yang Dipublikasikan, Jurusan Akuntasi, STIE Perbanas, Surabaya.
Priyatno, Duwi. 2013. Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS, Mediakom, Yogyakarta.
Ramadhani, Ayu Suci, dan Lukviarman, Niki. 2009. “Perbandingan Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi, Dan Altman Modifikasi Dengan Ukuran Dan Umur Perusahaan Sebagai Variabel Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”, Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 13 No. 1.
Riadi, Muchlisin. 2013. http://www.kajianpustaka.com/2013/03/metode-altman-z-score.html, Diakses pada tanggal 23 Oktober pukul 17:00 WIB.
Sarbapriya, Ray. 2011. “Assessing Corporate Financial Distress in Automobile
Industry of India: An Application of Altman’s Model”. Research Journal of Finance and Accounting, Vol 2. No 3.
Sari, Intan Permata. 2012.
http://intanpermatasarii.blogspot.co.id/2012/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html, Diakses pada tanggal 23 Oktober 2015 pukul 17:00 WIB.
Sarwono, Jonathan. 2012. Mengenal SPSS Statistics 20 Aplikasi Untuk Riset Eksperimental, Kompas Gramedia, Jakarta.
Setiawati, Riska Ayu. 2015. “Penggunaan Binary Logit Untuk Prediksi Financial Distress Pada Perusahaan Sektor Industri Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2013”, Jurnal Bisnis dan Ekonomika, Vol. 4, No. 1 2015.
Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik, Erlangga, Jakarta.
Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian, ALFABETA, Bandung.
Sukirno. 2015. Akhirnya Garuda Indonesia (GIAA) Raup Laba Bersih US$11,3 Juta.
http://market.bisnis.com/read/20150509/192/431540/akhirnya-garuda-indonesia-giaa-raup-laba-bersih-us113-juta (11 Okt. 2015).
. 2015. RIG TENDERS INDONESIA (RIGS) Masih Rugi Ratusan Ribu
Dolar AS.
http://market.bisnis.com/read/20150130/192/396989/rig-tenders-indonesia-rigs-masih-rugi-ratusan-ribu-dolar-as (11 Okt. 2015).
Tunggal, Amin Widjaja. 2010. Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan, Harvarindo, Jakarta.
Vinh, Vo Xuan. 2015. “Using Accounting Ratio in Predicting Financial Distress: An Empirical Investigation in the Vietnam Stock Market, Journal of Economics and Development”, Vol.17 No.1, April 2015, pp.41-49. ISSN: 1859-0020.
Widarjo, Wahyu dan Setiawan, Doddy. 2009. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.11, No.2, Agustus 2009, Hlm. 107-119.
Widhiari, Ni Luh Made Ayu dan Merkusiwati, Ni K. Lely Aryani. 2015.
“Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Operating Capacity dan Sales
Growth Terhadap Financial Distress”, Jurnal Akuntansi, Vol.11 No.2, 2015. ISSN:2302-8556.
www.idx.co.id/annualreport, Diakses oleh Erlina Sari Rambe, pada tanggal 10 Oktober 2015 pukul 10.00 WIB.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih dengan bentuk
hubungan kausal yang merupakan hubungan sebab akibat antara variabel
independen dengan dependen.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui media internet
dengan menggunakan situs www.idx.co.id mulai dari bulan Desember 2015
sampai dengan Februari 2016.
3.3. Batasan Operasional Variabel
Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam
membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian yang dilakukan
peneliti. Adapun yang menjadi batasan operasional penelitian adalah :
1) Variable independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rasio
Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio Rentabilitas Ekonomi dan Rasio
Leverage.
2) Variable dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Financial
Distress.
3) Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan transportasi di Bursa Efek
3.4. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
No Variabel Konsep Indikator
(Alat Ukur)
EBITTA = Laba Sebelum Bunga & Pajak Total Aktiva
Ratio of Capital Market :
BVETL = Nilai Buku Ekuitas 1,1<Z<2,6 : Kondisi rawan Z< 1,1 : Kondisi financial distress
Rasio
3.5. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempengaruhi kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,
2006:55-56).
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 33 perusahaan dengan
periode penelitian selama 3 tahun, Peneliti mengambil 16 perusahaan sebagai
sampel dengan kriteria yang telah ditetapkan sehingga jumlah seluruh sampel
adalah sebanyak 48. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel
berdasarkan ktiteria tertentu. Adapun yang menjadi kriteria perusahaan dalam
penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2012-2014.
2. Perusahaan transportasi memiliki laporan keuangan yang lengkap selama
listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
Berikut ini merupakan hasil pengolahan data jumlah perusahaan yang
dapat dijadikan sebagai sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Tabel 3.2
Daftar Populasi dan Sampel
No. KODE NAMA PERUSAHAAN KRITERIA SAMPEL
1 2
1 APOL ARPENI PRATAMA OCEAN LINE TBK. √ √ 1
2 ASSA ADI SARANA ARMADA TBK √ √ 2
3 BBRM PELAYARAN NASIONAL BINA BUANA
RAYA TBK √ √ 3
4 BIRD BLUE BIRD TBK √ × -
5 BLTA BERLIAN LAJU TANKER TBK. √ × -
6 BULL BUANA LISTYA TAMA TBK. √ × -
7 CANI CAPITOL NUSANTARA INDONESIA TBK √ × -
8 CASS CARDIG AERO SERVICES TBK. √ × -
No. EMITEN NAMA PERUSAHAAN KRITERIA SAMPEL
1 2
10 CPGT CIPAGANTI CITRA GRAHA TBK √ × -
11 GIAA GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK. √ √ 5
12 HITS HUMPUSS INTERMODA TRANSPORTASI
TBK. √ × -
keuangan perusahaan periode 2012 sampai dengan 2014 yang diperoleh dari
website www.idx.co.id dan buku-buku referensi.
3.7. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui metode
dokumentasi. Data dikumpulkan dari berbagai sumber data yang relevan dengan
3.8. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif dan analisis statistik. Bila dilihat dari tinjauan penelitian ini yaitu ingin
mengetahui pengaruh rasio keuangan yang terdiri atas rasio likuiditas, rasio
profitabilitas, rasio rentabilitas ekonomi dan rasio leverage terhadap prediksi
financial distress perusahaan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2012 – 2014, maka metode analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan tahap-tahap sebagai berikut:
3.8.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk
menganalisis dan mengolah data-data yang tersedia sehingga diperoleh
gambaran yang jelas mengenai fakta-fakta dan hubungan antara fenomena
yang diteliti.
3.8.2. Uji Asumsi Klasik
Asumsi klasik digunakan untuk mempelajari kekuatan antara
variabel sehingga dari hubungan tersebut dapat ditaksir nilai variabel tidak
bebas jika variabel bebasnya diketahui atau sebaliknya. Uji asumsi klasik
ini meliputi :
3.8.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas data menjadi prasyarat pokok dalam analisis,
digunakan untuk melihat tingkat normalitas data. Tingkat
berdistribusi normal, maka data tersebut dianggap dapat mewakili
populasi. Pengujian dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov
atau grafik P-P Plot. Kriteria ujinya adalah apabila nilai
signifikansi residual Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari
0,05(Asymptotic Significance)>0,05, maka residual terdistribusi
secara normal dan jika grafik P-P Plot menyebar mengikuti garis
diagonal maka residual terdistribusi normal (Priyatno, 2013:34-53).
3.8.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat terjadinya
hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna antar
variabel independen dalam model regresi (Priyatno, 2013:56).
Multikolinearitas akan terjadi jika korelasi antar variabel bebas
menunjukan nilai yang sangat tinggi atau mendekati 1. Pengujian
lain dapat dilakukan dengan menggunakan nilai Varian Inflation
Factor (VIF). Jika nilai VIF > 5, maka terjadi multikolinearitas
antar variabel bebas (Sarwono, 2012:122).
3.8.2.3 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi digunakan untuk melihat apakah terjadi
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat suatu periode
dengan periode sebelumnya. Uji ini dilakukan dengan
menggunakan pengujian Durbin Waston. Terjadinya autokorelasi
3.8.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas digunakan untuk melihat keadaan di
mana terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk semua
pengamatan pada model regresi. Model regresi yang baik adalah
tidak terjadi masalah heterokedasitas (Priyatno, 2013:62).
Uji heterokedastisitas dilakukan dengan uji Glejser Testing
yaitu dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai
absolut residual (residual adalah selisih antara nilai observasi
dengan nilai prediksi, dan absolut adalah nilai mutlaknya). Jika
nilai signifikansi antara variabel independen dengan residual lebih
dari 0,05, maka tidak terjadi heterokedasitas (Ghozali, 2005).
3.8.3. Analisis Regresi Berganda
Pada tahap ini dijelaskan hubungan antara variabel dependen dan
independen dengan metode regresi berganda dengan rumus :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Dimana :
Y = Financial Distress (Z-Score)
a = konstanta
X1 = WCTA
X2 = RETA
X3 = EBITTA
X4 = BVETL
b2 = koefesien regresi variabel RETA
b3 = koefesien regresi variabel EBITTA
b4 = koefesien regresi variabel BVETL
e = error
3.8.4. Pengujian Hipotesis
3.8.4.1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua
variabel bebas berpengaruh secara simultan terhadap variabel
terikat.
Pada uji ini nilai F hitung akan dibandingkan dengan F tabel
pada tingkat signifikan (α) = 5%
Kriteria pengambilan keputusan :
Ho diterima jika F hitung < F tabelpada α = 5%
Ha ditolak jika F hitung > F tabelpada α = 5%
3.8.4.2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat secara parsial.
Pada uji ini nilai t hitung akan dibandingkan dengan t tabel
pada tingkat signifikan (α) = 5%
Kriteria pengambilan keputusan:
H0 diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5%
3.8.4.3. Koefisien Determinasi (R2)
Nilai Adjusted R Square menunjukkan proporsi variabel
dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Semakin
tinggi nilai Adjusted R Square maka akan semakin baik bagi model
regresi variabel terikat juga semakin besar. Kelemahan mendasar
dalam penggunaan koefisien determinasi adalah biasa terhadap
jumlah variabel independen. Semakin banyak variabel independen
ditambahkan ke dalam model maka R square akan meningkat
walaupun variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan ke
dalam model. Oleh karena itu banyak peneliti yang menganjurkan
untuk menggunakan nilai Adjusted R Square untuk mengevaluasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan transportasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, dimana jumlah seluruh perusahaan transportasi tersebut adalah 33
perusahaan. Setelah data terkumpul, seluruh perusahaan yang termasuk dalam
populasi diseleksi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Dari penyeleksian
tersebut diperoleh 16 perusahaan yang menjadi sampel atau 48 data observasi
yang memenuhi kriteria. Berikut tabel data WCTA, RETA, EBITTA, BVETL dan
Z-Score untuk tahun 2012-2014.
4.1.1 Deskripsi Nilai Variabel WCTA Tabel 4.1
Working Capital to Total Assets Ratio Perusahaan Transportasi
No. EMITEN
RASIO LIKUIDITAS (WCTA)
2012 2013 2014
15 WEHA 0,019 0,048 -0,057
16 WINS 0,034 0,041 0,031
Rata-rata -0,151 0,196 -0,365
Max 0,215 7,746 0,203
Min -1,785 -3,538 -4,682
Tabel 4.1 menunjukkan tingkat rasio likuiditas yang dimiliki
perusahaan transportasi selama periode 2012-2014. Rasio likuiditas
digunakan untuk mengetahui likuiditas dari work capital dan total asset
(total kapitalis) atau untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Berdasarkan rasio keuangan yang diperoleh, sebagian besar rasio
likuiditas bernilai negatif karena current liabilities lebih besar dari pada
current asset sehingga work capital bernilai negatif dan mempengaruhi
total asset. Dengan nilai rasio likuiditas negatif menjadikan likuiditas
perusahaan sangat rendah karena total hutang lancar melebihi total aset
lancar. Sedangkan perusahaan yang likuid memiliki nilai rasio Likuiditas
yang positif lebih dari 1 karena ukuran likuid suatu perusahaan harus 1 : 1
atau 100%.
Dapat dilihat bahwa nilai rasio likuiditas terkecil selama tahun
2012 sampai 2014 adalah perusahaan SAFE dengan nilai WCTA -4,682,
sedangkan nilai rasio likuiditas terbesar selama tahun 2012 sampai 2014
4.1.2 Deskripsi Nilai Variabel RETA Tabel 4.2
Retained Earnings to Total Assets Ratio Perusahaan Transportasi
Periode 2012-2014
Tabel 4.2 menunjukkan tingkat rasio profitabilitas yang dimiliki
perusahaan jasa transportasi selama periode 2012-2014. Rasio
profitabilitas digunakan untuk mengetahui profitabilitas kumulatif dengan
menghitung kemampuan aset untuk menghasilkan laba ditahan. Rasio
profitabilitas berhubungan dengan usia perusahaan dalam beroperasi,
semakin lama usia perusahaan maka semakin tinggi kemungkinan aset
laba ditahan yang diakumulasikan sedikit. Perusahaan dengan rasio
profitabilitas bernilai negatif, berarti perusahaan mengakumulasikan rugi
ditahan atau rugi ditahan lebih besar dari laba ditahan per tahun sehingga
tidak dapat menutupi rugi ditahan, namun dapat juga terjadi karena
perusahaan tidak membukukan laba ditahan.
Perusahaan yang memiliki profitabilitas terkecil pada tahun 2012
sampai 2014 dimiliki oleh perusahaan APOL dengan nilai RETA -2,926.
Sedangkan profitabilitas dengan nilai terbesar pada tahun 2012 sampai
2014 dimiliki oleh perusahaan ASSA sebesar 4,603.
4.1.3 Deskripsi Nilai Variabel EBITTA Tabel 4.3
Earning Before Interest and Tax to Total Assets Ratio Perusahaan
Rata-rata 0,156 0,043 -0,017
Max 2,438 0,537 0,095
Min -0,293 -0,370 -0,272
Tabel 4.3 menunjukkan tingkat rasio rentabilitas ekonomi yang
dimiliki perusahaan jasa transportasi selama periode 2012-2014. Rasio
rentabilitas ekonomi digunakan untuk mengetahui produktivitas (laba/rugi
operasi) sebenarnya dari aset perusahaan yang dimiliki. Semakin rendah
tingkat produktivitas ini, maka semakin tidak efektif dan efisien
perusahaan dalam mengelola seluruh aset nya karena dengan operating
income yang rendah perusahaan tidak dapat menutupi beban-beban lain
selain beban usahanya begitu pula sebaliknya.
Perusahaan dengan rasio rentabilitas ekonomi negatif memiliki
operating loss dimana biaya operasi lebih besar dari laba kotornya, sedang
rasio rentabilitas ekonomi positif memiliki operating profit dimana laba
kotor lebih besar dari biaya operasinya.
Dapat dilihat bahwa rasio rentabilitas ekonomi terbesar pada tahun
2012 sampai 2014 adalah perusahaan CMPP dengan nilai EBITTA 2,438,
sedangkan rasio rentabilitas ekonomi terkecil pada tahun 2012 sampai
4.1.4 Deskripsi Nilai Variabel BVETL Tabel 4.4
Book Value Equity to Total Liability Ratio Perusahaan Transportasi
Periode 2012-2014
Tabel 4.4 menunjukkan tingkat rasio leverage yang dimiliki
perusahaan transportasi selama periode 2012-2014. Rasio leverage
digunakan untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan dapat turun
nilainya sebelum jumlah utang lebih besar dari pada aset dan perusahaan
menjadi pailit. Semakin rendah nilai leverage, maka semakin besar jumlah
utang yang diakumulasikan terhadap modal perusahaan itu sendiri.
diakumulasikan terhadap modal perusahaan. Jumlah utang yang
diakumulasikan terhadap modal lebih besar dari nilai buku ekuitasnya
menunjukkan bahwa perusahaan akan mendapat kesulitan dalam
memenuhi kewajiban hutangnya dimana nilai buku ekuitas perusahaan
yang lebih kecil dari jumlah hutangnya dan rawan terhadap kondisi
kesehatan perusahaan.
Perusahaan yang memiliki nilai rasio leverage terkecil pada tahun
2012 sampai 2014 adalah perusahaan SAFE dengan nilai BVETL -0,870.
Dengan nilai leverage negatif, berarti jumlah hutang yang diakumulasikan
terhadap modal perusahaan lebih besar dan rawan terhadap memenuhi
kewajiban jangka panjangnya.
Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai rasio leverage terbesar
pada tahun 2012 sampai 2014 adalah perusahaan NELY dengan nilai
BVETL 3,234, yang berarti akumulasi jumlah hutang terhadap modal
perusahaan rendah sehingga aset perusahaan dapat digunakan untuk
memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
4.1.5 Deskripsi Nilai Variabel Z-Score
Dengan kondisi rasio-rasio keuangan yang dimiliki setiap
perusahaan, tidak semua rasio yang bernilai negatif menyebabkan
perusahaan diprediksi berpotensi mengalami financial distress begitu juga
perusahaan yang memiliki rasio keuangan bernilai positif belum tentu
diprediksi sehat karena prediksi berpotensi financial distress, rawan dan
regresi tiap variabel. Besarnya nilai Z-Score dipengaruhi oleh besar
kecilnya nilai rasio keuangan yang diperoleh.
Tabel 4.5
Nilai Z-Score Perusahaan Transportasi Periode 2012-2014
No EMITEN
2012 2013 2014
Z-SCORE KONDISI Z-SCORE KONDISI Z-SCORE KONDISI
1 APOL -10,109 Financial
Tabel 4.5 menunjukkan nilai Z-Score yang dimiliki perusahaan
transportasi selama periode 2012-2014. Dari hasil perhitungan Z-Score,
pada tahun 2012 terdapat 9 perusahaan yang diprediksi berpotensi
mengalami financial distress, 2 perusahaan diprediksi berpotensi dalam
keadaan sehat. Perusahaan dengan Z-Score paling rendah dimiliki
perusahaan SAFE dengan nilai Z-Score -14,302, sedangkan perusahaan
dengan Score paling tinggi dimiliki perusahaan CMPP dengan nilai
Z-Score 21,192.
Pada tahun 2013 terdapat 8 perusahaan yang diprediksi berpotensi
mengalami financial distress, 4 perusahaan diprediksi berpotensi dalam
kondisi rawan, dan 4 perusahaan yang diprediksi dalam keadaan sehat.
Perusahaan dengan Z-Score paling rendah dimiliki perusahaan SAFE
dengan nilai Z-Score -20,263, sedangkan perusahaan dengan Z-Score
paling tinggi dimiliki perusahaan MIRA dengan nilai Z-Score 45,808.
Pada tahun 2014 terdapat 7 perusahaan yang diprediksi berpotensi
mengalami financial distress, 5 perusahaan diprediksi berpotensi dalam
kondisi rawan, dan 3 perusahaan yang diprediksi dalam keadaan sehat.
Perusahaan dengan Z-Score paling rendah dimiliki perusahaan SAFE
dengan nilai Z-Score -33,163, sedangkan perusahaan dengan Z-Score
paling tinggi dimiliki perusahaan MIRA dengan nilai Z-Score 10,441.
Perusahaan dengan nilai Z-Score paling rendah yang diprediksi
berpotensi financial distress kecenderungan memiliki beberapa rasio
keuangan negatif dengan nilai cukup tinggi yang berarti adanya
ketidaksesuaian perbandingan masing-masing rasio tersebut diantaranya
rendahnya nilai likuiditas, profitabilitas dan rentabilitas ekonomi dan
leverage. Secara keseluruhan semakin besar nilai rasio keuangan yang
4.2. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi dari variabel-variabel
independen dan variabel dependen.
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LIKUIDITAS 48 -468.00 774.00 -10.5833 145.20504
PROFITABILITAS 48 -292.00 460.00 1.5625 113.54124
RENTABILITASEKONOMI 48 -37.00 243.00 5.7917 37.30151
LEVERAGE 48 -87.00 323.00 91.7708 101.43402
ZSCORE 48 -3316.00 4580.00 73.5208 1080.65041
Valid N (listwise) 48
Dari tabel 4.6 dapat dijelaskan beberapa hal seperti yang dijelaskan di
bawah ini:
a. Variabel rasio likuiditas memiliki nilai minimum -468,00 dan nilai
maksimum 774,00 dengan rata-rata sebesar -10,5833 dan standar deviasi
145,20504 dengan jumlah observasi sebanyak 48.
b. Variabel rasio profitabilitas memiliki nilai minimum -292,00 dan nilai
maksimum 460,00 dengan rata-rata sebesar 1,5625 dan standar deviasi
113,54124 dengan jumlah observasi sebanyak 48.
c. Variabel rasio rentabilitas ekonomi memiliki nilai minimum -37,00 dan nilai
maksimum 243,00 dengan rata-rata sebesar 5,7917 dan standar deviasi
d. Variabel rasio leverage memiliki nilai minimum -87,00 dan nilai maksimum
323,00 dengan rata-rata sebesar 91,7708 dan standar deviasi 101,43402
dengan jumlah observasi sebanyak 48.
e. Variabel z-score memiliki nilai minimum -3316,00 dan nilai maksimum
4580,00 dengan rata-rata sebesar 73,5208 dan standar deviasi 1080,65041
dengan jumlah observasi sebanyak 48.
4.3. Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi
memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis,
maka dalam penelitian ini perlu dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu yang
meliputi: uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji
autokorelasi yang dilakukan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan menguji apakah variabel residual
berdistribusi normal atau tidak. Uji statistik yang dapat digunakan untuk
menguji apakah residual berdistribusi normal adalah uji statistik non
parametric Kolmogorov-smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:
H0 : data residual berdistribusi normal
Ha : data residual tidak berdistribusi normal
Apabila nilai signifikasi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan
sebaliknya jika nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak atau Ha
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 48
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 5.09800104
Most Extreme Differences Absolute .068
Positive .068
Negative -.053
Kolmogorov-Smirnov Z .472
Asymp. Sig. (2-tailed) .979
a. Test distribution is Normal.
Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.7 diperoleh besarnya nilai
Kolmogorov-Smirnov adalah 0.472 dan signifikan pada 0,979. Nilai
signifikasi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima yang berarti data residual
berdistribusi normal. Data yang berdistribusi normal tersebut juga dapat
Gambar 4.1 Histogram
Grafik histogram pada Gambar 4.1 menunjukkan pola distribusi
normal karena grafik tidak menceng kiri maupun menceng kanan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi
normalitas. Demikian pula hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot
Pada Gambar 4.2 grafik normal p-plot terlihat bahwa data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat
korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Jika pada model
regresi terjadi multikolinearitas, maka koefisien regresi tidak dapat ditaksir
dan nilai standard error menjadi tidak terhingga. Deteksi multikolenaritas
(VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka
model dapat dikatakan terbebas dari multikolenearitas (Priyatno, 2013:56).
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 LIKUIDITAS .671 1.491
PROFITABILITAS .892 1.121
RENTABILITASEKONOMI .963 1.038
LEVERAGE .686 1.457
a. Dependent Variable: ZSCORE
Dari data pada Tabel 4.8, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
gejala multikolinearitas antara variabel independen yang diindikasikan dari
nilai tolerance setiap variabel independen lebih besar dari 0,1 yakni sebesar
0,671 (Likuiditas), 0,892 (Profitabilitas), 0,963 (Rentabilitas Ekonomi),
0,686 (Leverage) dan nilai VIF lebih kecil dari 10 yakni sebesar 1,491
(Likuiditas), 1,121 (Profitabilitas), 1,038 (Rentabilitas Ekonomi), 1,457
(Leverage).
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heterokedastisitas. Menurut Nugroho (2005:62) cara memprediksi ada
tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat diihat dari pola gambar
menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas
jika :
1. titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka
0,
2. titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja,
3. penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,
4. penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
Gambar 4.3
Pada Gambar 4.3 garfik scatterplot terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0
pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai
untuk memprediksi Z-Score perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di
BEI berdasarkan masukan variabel independen rasio likuiditas, rasio
profitabilitas, rasio rentabilitas ekonomi, dan rasio leverage.
4. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat
korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan
pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi. Jika terjadi
autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh
menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model
regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian
Durbin Watson (DW). Dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi
apabila nilai du < dw < 4 – du.
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 1.000a 1.000 1.000 5.32985 2.013
a. Predictors: (Constant), LEVERAGE, RENTABILITASEKONOMI, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS
Tabel 4.9 menyajikan hasil uji Durbin Watson dengan menggunakan
program SPSS Versi 16. Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai
statistik Durbin Watson (dw) sebesar 2,013. Nilai ini akan peneliti
bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%,
jumlah pengamatan (n) sebanyak 48, dan jumlah variabel independen 4
(k=4). Maka berdasarkan tabel Durbin Watson didapat nilai batas atas (du)
sebesar 1,7206 dan nilai batas bawah (dl) sebesar 1,3619. Oleh karena itu,
nilai (dw) lebih besar dari 1,7206 dan lebih kecil dari 4 – 1,7206 atau dapat
dinyatakan bahwa 1,7206 < 2,013 < 4 - 1,7206 (du < dw < 4 – du). Dengan
demikian dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun
negatif.
4.4. Analisis Regresi Berganda
Pengaruh rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio rentabilitas ekonomi
dan rasio leverage terhadap prediksi financial distress (suatu studi pada
perusahaan transportasi di bursa efek indonesia) dapat dilihat dari hasil analisis
regresi berganda. Pengujian koefisien regresi bertujuan untuk menguji signifikansi
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen baik secara
bersama-sama maupun secara individual serta dengan uji koefisien determinasi.
Dalam penelitian ini uji hipotesis yang digunakan meliputi; uji signifikansi
4.5. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda.
Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16. Berdasarkan hasil
pengolahan data dengan program SPSS versi 16, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara
simultan antara variabel rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio
rentabilitas ekonomi dan rasio leverage terhadap financial distress dapat
dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel pada tingkat
signifikansi (α) = 5%.
Hasil uji simultan melalui pengolahan SPSS dapat dilihat dalam
tabel berikut ini :
Tabel 4.10 Hasil Uji-F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 6111481.674 4 1527870.418 7.274 .000a
Residual 903158.243 43 21003.680
Total 7014639.917 47
a. Predictors: (Constant), LEVERAGE, RENTABILITASEKONOMI, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS
Pada Tabel 4.10, dari uji ANOVA (Analysis of Variance) didapat
Fhitung sebesar 7,274 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan
Ftabel diketahui sebesar 2,58. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui
bahwa Fhitung > Ftabel (7,274>2,58) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi
dapat disimpulkan bahwa variabel rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio
rentabilitas ekonomi dan rasio leverage secara simultan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap financial distress pada perusahaan transportasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Uji-t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Uji ini
dilakukan dengan membandingkan signifikasi thitung dengan ttabel dengan
ketentuan:
- jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak untuk α = 5% atau
signifikansi > 0,05,
- jika thitung > ttabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak untuk α = 5% atau
signifikansi < 0,05.
Nilai thitung dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 4.11 Hasil Uji-t Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -61.704 32.000 -1.928 .060
PROFITABILITAS 1.613 .197 .474 8.183 .000
RENTABILITASEKONOMI 2.609 .578 .252 4.518 .000
LEVERAGE 1.513 .252 .397 6.014 .000
a. Dependent Variable: ZSCORE
Hasil pengujian statistik thitung pada Tabel 4.11 dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pengujian terhadap variabel rasio likuiditas
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat ditentukan bahwa variabel rasio likuiditas
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress
(Z-Score), koefisiennya menunjukkan 6,809 dengan nilai signifikansi
0,000 < 0,05 dan thitung(6,809) > ttabel(2,021). Dengan demikian diterima Ha
artinya variabel rasio likuiditas secara parsial berpengaruh dan
signifikan terhadap financial distress (Z-Score) pada perusahaan
transportasi pada tingkat kepercayaan 95%.
2. Pengujian terhadap variabel rasio profitabilitas
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat ditentukan bahwa variabel rasio
profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
financial distress (Z-Score), koefisiennya menunjukkan 8,183 dengan
nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan thitung(8,183) > ttabel(2,021). Dengan
demikian diterima Ha artinya variabel rasio profitabilitas secara parsial
berpengaruh dan signifikan terhadap financial distress (Z-Score) pada
perusahaan transportasi pada tingkat kepercayaan 95%.
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat ditentukan bahwa variabel rasio
rentabilitas ekonomi mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap financial distress (Z-Score), koefisiennya menunjukkan 4,518
dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan thitung(4,518) > ttabel(2,021).
Dengan demikian diterima Ha artinya variabel rasio rentabilitas
ekonomi secara parsial berpengaruh dan signifikan terhadap financial
distress (Z-Score) pada perusahaan transportasi pada tingkat
kepercayaan 95%.
4. Pengujian terhadap variabel rasio leverage
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat ditentukan bahwa variabel rasio leverage
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress
(Z-Score), koefisiennya menunjukkan 6,014 dengan nilai signifikansi
0,000 < 0,05 dan thitung(6,014) > ttabel(2,021). Dengan demikian diterima Ha
artinya variabel rasio leverage secara parsial berpengaruh dan
signifikan terhadap financial distress (Z-Score) pada perusahaan
transportasi pada tingkat kepercayaan 95%.
3. Koefisien Determinasi (R2)
Nilai koefisien korelasi R menunjukkan seberapa besar korelasi atau
hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen.
Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0,5 dan
mendekati 1.
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar variabel
adalah nol sampai dengan satu. Apabila nilai adjusted R square semakin
mendekati satu, maka variabel-variabel independen memberikan semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.
Sebaliknya, semakin kecil nilai adjusted R square, maka kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
semakin terbatas. Nilai adjusted R square memiliki kelemahan yaitu nilai
adjusted R square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel
independen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, digunakan nilai
adjusted R square untuk mengevaluasi mana model regresi terbaik.
Tabel 4.12
Hasil Analisis Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 1.000a 1.000 1.000 5.32985
a. Predictors: (Constant), LEVERAGE, RENTABILITASEKONOMI, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS
b. Dependent Variable: ZSCORE
Nilai Adjusted R Square pada Tabel 4.12 menunjukkan hubungan
antara variabel rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio rentabilitas
ekonomi dan rasio leverage terhadap financial distress (Z-Score) adalah
sebesar 1,000 atau sama dengan 100% yang artinya mempunyai tingkat
hubungan yang sangat kuat. Dengan demikian secara bersamaan variabel
rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio rentabilitas ekonomi dan rasio
leverage mampu memberikan penjelasan pada variabel financial distress
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian regresi secara simultan menunjukkan adanya
pengaruh positif dan signifikan variabel rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio
rentabilitas ekonomi dan rasio leverage terhadap financial distress. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai Fhitung > Ftabel (7,274>2,58). Angka adjusted R Square (R2)
sebesar 1,000 atau 100%. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa hasil penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu dilakukan Firma (2013) yang
menyatakan bahwa rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio rentabilitas ekonomi
dan rasio leverage secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
prediksi financial distress.
1. Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Financial Distress
Dari hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa rasio likuiditas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress. Rasio likuiditas
meunjukkan bahwa t hitung sebesar 6,809 dengan nilai signifikansi 0,000
sedangkan t tabel adalah sebesar 2,021 sehingga thitung(6,809) > ttabel(2,021), maka rasio
likuiditas secara individual berpengaruh terhadap financial distress. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Vinh (2015) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
rasio likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kondisi financial
2. Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Financial Distress
Dari hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa rasio profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress. Rasio profitabilitas
menunjukkan bahwa t hitung sebesar 8,183 dengan nilai signifikansi 0,000
sedangkan t tabel adalah sebesar 2,021 sehingga thitung(8,183) > ttabel(2,021), maka rasio
profitabilitas secara individual berpengaruh terhadap financial distress. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Baimwera dan Muriuki (2014) dimana hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa rasio profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kondisi financial distress.
3. Pengaruh Rasio Rantabilitas Ekonomi Terhadap Financial Distress Dari hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa rasio rentabilitas
ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress. Rasio
rentabilitas ekonomi menunjukkan bahwa t hitung sebesar 4,518 dengan nilai
signifikansi 0,000 sedangkan t tabel adalah sebesar 2,021 sehingga thitung(4,518) >
ttabel(2,021), maka rasio rentabilitas ekonomi secara individual berpengaruh terhadap
financial distress. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baimwera dan Muriuki (2014)
dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rasio rentabilitas ekonomi
4. Pengaruh Rasio Leverage Terhadap Financial Distress
Dari hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa rasio leverage
berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress. Rasio leverage
menunjukkan bahwa t hitung sebesar 6,014 dengan nilai signifikansi 0,000
sedangkan t tabel adalah sebesar 2,021 sehingga thitung(6,014) > ttabel(2,021), maka rasio
leverage secara individual berpengaruh terhadap financial distress. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Vinh (2015) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
rasio leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap kondisi financial
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan
dalam bab empat, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
pengaruh Rasio Likuiditas (WCTA), Rasio Profitabilitas (RETA), Rasio
Rentabilitas Ekonomi (EBITTA) dan Rasio Leverage (BVETL) terhadap
Financial Distress (Z-Score) baik secara simultan maupun parsial.
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan secara parsial rasio
likuiditas berpengaruh dan signifikan terhadap prediksi financial distress
perusahaan transportasi, dimana tingkat signifikansi lebih kecil dari 5% dan
nilai t hitung sebesar 6,809 lebih besar dari t tabel sebesar 2,021. Hubungan
rasio likuiditas dan financial distress menurut hasil penelitian ini adalah
positif dimana financial distress akan meningkat jika nilai rasio likuiditas
meningkat, begitu juga sebaliknya.
2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan secara parsial rasio
profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap prediksi financial
distress perusahaan transportasi, dimana tingkat signifikansi lebih kecil dari
5% dan nilai t hitung sebesar 8,183 lebih besar dari t tabel sebesar 2,021.
Hubungan rasio profitabilitas dan financial distress menurut hasil penelitian
ini adalah positif dimana financial distress akan meningkat jika nilai rasio
3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan secara parsial rasio
rentabilitas ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap prediksi
financial distress perusahaan transportasi, dimana tingkat signifikansi lebih
kecil dari 5% dan nilai t hitung sebesar 4,518 lebih besar dari t tabel sebesar
2,021. Hubungan rasio rentabilitas ekonomi dan financial distress menurut
hasil penelitian ini adalah positif dimana financial distress akan meningkat
jika nilai rasio rentabilitas ekonomi meningkat, begitu juga sebaliknya.
4. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 4 menunjukkan secara parsial rasio
leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap prediksi financial
distress perusahaan transportasi, dimana tingkat signifikansi lebih kecil dari
5% dan nilai t hitung sebesar 6,014 lebih besar dari nilai t tabel sebesar
2,021. Hubungan rasio leverage dan financial distress menurut hasil
penelitian ini adalah positif dimana financial distress akan meningkat jika
nilai rasio leverage meningkat, begitu juga sebaliknya.
5. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 5 menunjukkan secara simultan rasio
likuiditas, rasio profitabilitas, rasio rentabilitas ekonomi dan rasio leverage
berpengaruh positif dan signifikan terhadap prediksi financial distress
perusahaan transportasi, dimana tingkat signifikansi lebih kecil dari 5% dan
nilai F hitung sebesar 7,274 lebih besar dari nilai F tabel sebesar 2,58. Hal
ini menunjukkan peningkatan variabel rasio likuiditas, rasio profitabilitas,
rasio rentabilitas ekonomi dan rasio leverage secara simultan akan
mengakibatkan peningkatan financial distress, begitu juga sebaliknya. Dari
rentabilitas ekonomi dan rasio leverage bersama-sama mempengaruhi
financial distress perusahaan transportasi tahun 2012-2014.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan baik dari jumlah sampel
yang digunakan, periode penelitian, maupun faktor-faktor yang diteliti.
1. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya
menganalisis perusahaan transportasi dengan jumlah seluruh perusahaan
sebanyak 33 perusahaan dan jumlah sampel sebanyak 16 perusahaan.
2. Periode penelitian yang diamati terbatas karena hanya mencakup tahun 2012
sampai tahun 2014.
3. Penulis melakukan pengamatan terhadap prediksi financial distress hanya
dengan menggunakan rasio keuangan dengan mengabaikan faktor-faktor
lain yang dapat memprediksi financial distress. Adapun rasio keuangan
yang menjadi fokus penelitian terbatas pada Rasio Likuiditas, Rasio
Profitabilitas, Rasio Rentabilitas Ekonomi dan Rasio Leverage.
5.3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka saran yang dapat diberikan
penulis sebagai berikut:
1. Agar hasil penelitian bisa mendukung kesimpulan yang lebih akurat maka
sampel yang digunakan hendaknya menggunakan periode lebih dari tiga
2. Variabel independen ditambah supaya lebih menggambarkan pengaruh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Laporan Keuangan
2.1.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan (Hery, 2009:2).
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK), laporan keuangan
utama terdiri atas:
1. Daftar Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan
pada tanggal tertentu.
2. Perhitungan laba/rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya
dan laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.
3. Laporan sumber dan penggunaan dana (Harahap, 2010:72).
2.1.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut SAK adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Harahap,
2.1.1.3. Unsur-unsur Laporan Keuangan
Dalam SFAC No. 6, FASB telah mendefinisikan 10 unsur
laporan keuangan yang berhubungan langsung dengan posisi
keuangan dan hasil kinerja perusahaan. Unsur-unsur inilah yang
nantinya akan membentuk struktur sebuah laporan keuangan. FASB
mengklasifikasikan unsur-unsur laporan keuangan tersebut ke dalam
dua kelompok (Hery, 2009:47).
Kelompok pertama mencakup tiga unsur, yaitu aktiva,
kewajiban, dan ekuitas. Kelompok pertama ini menggambarkan
jumlah sumber daya yang dimiliki perusahaan dan besarnya klaim
atau tuntutan kreditor maupun pemilik modal terhadap sumber daya
tersebut pada suatu waktu tertentu. Adapun kelompok kedua
mencakup tujuh unsur, yaitu investasi oleh pemilik, distribusi kepada
pemilik, laba komprehensif, pendapatan, beban, keuntungan, dan
kerugian. Kelompok yang kedua ini menggambarkan transaksi dan
peristiwa ekonomi yang mempengaruhi kinerja perusahaan selama
periode waktu tertentu (Hery, 2009:47).
Berikut adalah definisi dari masing-masing kesepuluh unsur
laporan keuangan:
1. Aktiva
Adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan,
yang diperoleh atau dikendalikan oleh entitas sebagai hasil dari
2. Kewajiban
Adalah pengorbanan atas manfaat ekonomi yang mungkin terjadi
di masa depan, yang timbul dari kewajiban entitas pada saat ini,
untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas
lainnya di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di
masa lalu.
3. Ekuitas
Adalah kepemilikan atau kepentingan residu dalam aktiva entitas,
yang masih tersisa setelah dikurangi dengan kewajibannya.
4. Investasi oleh pemilik
Adalah kenaikan ekuitas entitas yang dihasilkan dari penyerahan
sesuatu yang bernilai oleh entitas lain untuk memperoleh atau
meningkatkan bagian kepemilikannya.
5. Distribusi kepada pemilik
Adalah penurunan ekuitas entitas yang disebabkan oleh penyerahan
aktiva, jasa, atau terjadinya kewajiban entitas kepada pemilik.
6. Laba komprehensif
Adalah perubahan dalam ekuitas entitas sepanjang suatu periode
sebagai akibat dari transaksi dan peristiwa serta keadaan-keadaan
lainnya yang bukan bersumber dari pemilik.
7. Pendapatan
Adalah arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya atas aktiva atau
jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan operasi utama atau
operasi sentral perusahaan.
8. Beban
Adalah arus keluar aktiva atau penggunaan lainnya atas aktiva atau
terjadinya kewajiban entitas yang disebabkan oleh pengiriman atau
pembuatan barang, pemberian jasa, atau aktivitas lainnya yang
merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan.
9. Keuntungan
Adalah kenaikan dalam ekuitas entitas yang ditimbulkan oleh
transaksi feriferal (transaksi di luar operasi utama atau operasi
sentral perusahaan) atau transaksi insidental (transaksi yang
kejadiannya jarang) dan dari seluruh transaksi lainnya serta
peristiwa maupun keadaan lainnya yang memengaruhi entitas,
tidak termasuk yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh
pemilik.
10.Kerugian
Adalah penurunan dalam ekuitas entitas yang ditimbulkan oleh
transaksi feriferal (transaksi di luar operasi utama atau operasi
sentral perusahaan) atau transaksi insidental (transaksi yang
kejadiannya jarang) dan dari seluruh transaksi lainnya serta
peristiwa maupun keadaan-keadaan lainnya yang memengaruhi
entitas, tidak termasuk yang berasal dari beban atau distribusi
2.1.2. Analisis Rasio Keuangan
2.1.2.1. Pengertian Rasio Keuangan
Rasio adalah satu angka yang dinyatakan dalam hubungannya
dengan yang lain. Banyak rasio yang dihitung dari satu kumpulan
laporan keuangan, tetapi biasanya hanya sedikit yang bermanfaat
dalam situasi tertentu (Tunggal, 2010:12).
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan
ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan
hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan
penyederhanaan ini kita dapat membandingkannya dengan rasio lain
sehingga dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian
(Harahap, 2010:297).
Harahap (2010:299) juga menggambarkan kerangka rasio
keuangan secara katagorik yang diberikan J. Courties bersama tiga
2.1.2.2. Jenis-jenis Rasio Keuangan
Beberapa rasio yang sering digunakan adalah :
1. Rasio Likuiditas
Menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung
melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva
lancar dan hutang lancar. Beberapa rasio likuiditas ini adalah rasio
lancar, rasio cepat, rasio kas atas aktiva lancar, rasio kas atas utang
lancar, rasio aktiva lancar dan total aktiva, aktiva lancar dan total
2. Rasio Solvabilitas
Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya
apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari
pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang
jangka panjang. Rasio solvabilitas antara lain rasio utang atas
modal, rasio pelunasan utang, dan rasio utang atas aktiva.
3. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
Menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba
melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio. Beberapa jenis
rasio rentabilitas ini antara lain Profit Margin, Asset Turn Over,
Return on Investement, Return on Total Asset, Basic Earning
Power, Earning Per Share, Contribution Margin, dan kemampuan
karyawan.
4. Rasio Leverage
Menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap
modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan
dianggap bagian dari rasio Solvabilitas dan terdiri atas Leverage,
Capital Adequency Ratio, dan Capital Formation.
5. Rasio Aktivitas
Menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian
dan kegiatan lainnya. Rasio in terdiri atas Inventory Turn Over,
Receivable Turn Over, Fixed Asset Turn Over, Total Asset Turn
Over, dan Periode Penagihan Piutang.
6. Rasio Pertumbuhan
Menggambarkan persentase pertumbuhan pos-pos perusahaan dari
tahun ke tahun. Rasio ini terdiri atas Kenaikan Penjualan,
Kenaikan Laba Bersih, Earning per Share, dan Kenaikan Deviden
per Share
7. Rasio Penilaian Pasar
Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus
dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi/keadaan
prestasi perusahaan di pasar modal. Tidak berarti rasio lainnya
tidak terpakai. Rasio ini terdiri atas Price Earning Ratio, dan
Market to Book Value Ratio.
8. Rasio Produktivitas
Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan
yang dinilai, misalnya rasio karyawan atas penjualan, rasio biaya
terhadap karyawan, rasio laba terhadap cabang, dan rasio lainnya
(Harahap, 2010:301).
2.1.3. Financial Distress
Financial distress adalah situasi dimana arus kas operasi perusahaan
tidak memadai untuk melunasi kewajiban-kewajiban lancar (seperti hutang
dagang atau beban bunga) dan perusahaan terpaksa melakukan tindakan
perbaikan. Dan kesulitan keuangan adalah masalah likuidasi yang sangat
parah yang tidak bisa dipecahkan tanpa perubahan ukuran dari operasi atau
struktur perusahaan. Informasi financial distress ini dapat dijadikan sebagai
peringatan dini atas kebangkrutan sehingga manajemen dapat melakukan
tindakan secara cepat untuk mencegah masalah sebelum terjadinya
kebangkrutan, dimana kebangkrutan suatu perusahaan ditandai dengan
financial distress yaitu keadaan dimana perusahaan lemah dalam
menghasilkan laba atau perusahaan cenderung mengalami defisit (Ramadhani
dan Lukviarman, 2009:17).
Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan perusahaan mengalami
kegagalan, diantaranya adalah faktor ekonomi, kesalahan manajemen, dan
bencana alam. Perusahaan yang mengalami kegagalan dalam operasinya akan
berdampak pada kesulitan keuangan. Tapi kebanyakan penyebabnya, baik
langsung maupun tidak langsung adalah karena kesalahan manajemen yang