• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Kelahiran Anak Pertama pada Ibu yang Melahirkan di Ruang Bersalin RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Kelahiran Anak Pertama pada Ibu yang Melahirkan di Ruang Bersalin RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian Dampak Kelahiran Anak Pertama pada Ibu yang Melahirkan

di RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak kelahiran anak pertama pada ibu yang melahirkan di RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi.

Saya mengharapkan kesediaan Anda untuk memberikan pernyataan atau jawaban dari kuesioner yang telah diberikan. Resiko yang akan terjadi dari penelitian ini tidak ada. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas Anda. Informasi yang Anda berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lainnya.

Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat bebas, Anda dipersihlakan memilih untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak dan mengundurkan diri tanpa ada sangsi apa pun.

Jika Anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Anda menandatangani formulir persetujuan di bawah ini. Terimakasih atas perhatian dan partisipasi yang Anda berikan.

Medan, Mei 2013 Responden

(2)

Jadwal Tentatif Penelitian 9 Sidang proposal penelitian 10 Revisi proposal penelitian 11 Persiapan pengumpulan data 12 Pengumpulan data responden 13 Pengolahan data penelitian 14 Menyusun BAB 5

15 Menysun BAB 6 16 Menyusun Abstrak

17 Penyusunan/persiapan skripsi 18 Ujian sidang skripsi

19 Revisi skripsi

(3)

Taksasi Dana

1. Persiapan Proposal

- Izin survey awal Rp. 30.000,-

- Biaya kertas print proposal Rp. 100.000,-

- Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 20.000,-

- Biaya internet Rp. 20.000,

- Perbanyak proposal dan penjilidan Rp. 100.000,- - Konsumsi saat sidang proposal Rp. 50.000,- 2. Perbaikan Proposal

- Biaya print kertas Rp. 100.000,-

3. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

- Izin penelitian Rp. 100.000,-

- Penggandaan kuesioner Rp. 5.000,-

- Biaya print kertas Rp. 50.000,-

4. Persiapan Skripsi

- Biaya kertas dan tinta print Rp. 200.000,-

- Penggandaan skripsi dan penjilidan Rp. 100.000,-

- Biaya sidang skripsi Rp. 300.000,-

5. Biaya tidak Terduka Rp. 100.000,-

(4)

Instrumen Penelitian

Dampak Kelahiran Anak Pertama pada Ibu yang Melahirkan di RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi

1. Kuesioner ini terdiri dari 2 bagian yaitu:

a. Bagian A yang berkaitan dengan data demografi responden/subjek yang terdiri dari 5 pertanyaan dan bentuk pengisiannya ada yang ditulis dan ada yang pilihan.

b. Bagian B berkaitan dengan dampak psikologis pada ibu yang melahirkan anak pertama, yang terdiri 15 pernyataan.

A. Data Demografi

1. Usia :………..tahun

2. Agama : (1) Islam (2) Protestan (3) Katolik (4) Budha (5) Lain-lain………….. 3. Suku : (1) Jawa (2) Batak (3) Minang

(4) Lain-lain………….

4. Pendidikan Terakhir : (1) S1 (2) DIII (3) SMA (4) SMP 5. Pekerjaan : (1) Pegawai Negeri (2) Wiraswasata

(5)

B. Dampak Psikologis Ibu terhadap Kelahiran Anak Pertama

Petunjuk Pengisian:

Berikut ini pernyataan tentang dampak psikologis yang dialami ibu terhadap kelahiran anak pertama. Pilihlah alternatif jawabannya sesuai apa yang dirasakan oleh ibu dengan memberikan tanda cheklist (√) pada kolom dengan kode berikut ini:

1. Tidak Pernah (TP): Jika ibu tidak pernah merasakan/mengalami kondisi psikologis sesuai dengan pernyataan tersebut

2. Kadang-Kadang (KD): Jika ibu kadang-kadang merasakan/mengalami kondisi psikologis sesuai dengan pernyataan tersebut

3. Sering (SR): Jika ibu sering merasakan/mengalami kondisi psikologis sesuai dengan pernyataan tersebut

4. Selalu (SL): Jika ibu selalu merasakan/mengalami kondisi psikologis sesuai dengan pernyataan tersebut

No Pernyataan TP KD SR SL

Tahap Taking In

1. Ibu menolak memeluk bayinya

2. Ibu lebih banyak diam dari pada berkomunikasi dengan orang lain

3. Ibu lebih banyak tidur dari pada bersama bayinya

4. Ibu khawatir dengan keadaan kesehatannya 5. Segala kebutuhan sehari-hari ibu seperti mandi,

makan, dan aktivitas lebih banyak dibantu suami atau keluarga

Tahap Taking Hold

6. Ibu banyak menanyakan keadaan kesehatan bayinya

7. Ibu merasa mampu melakukan perawatan dirinya

8. Ibu ingin belajar merawat bayinya

9. Ibu khawatir tidak akan mampu mengurus dirinya lagi setelah memiliki bayi

(6)

Tahap Letting Go

11. Ibu mencemaskan perannya untuk tetap menjadi istri yang baik

12. Ibu mencemaskan kemampuannya dalam mendidik dan membesarkan anaknya 13. Ibu khawatir bayi yang dilahirkannya tidak

akan diterima dalam keluarga

14. Ibu takut tidak mampu membagi waktu dalam merawat bayi, suami, rumah dan pekerjaan (jika ada)

(7)

Data Demografi Taking In Taking Hold Letting Go

Total Rspndn Usia Agama Suku Pendidikan Pekerjaan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15

1 42 2 2 3 3 0 2 2 2 3 2 2 1 0 2 1 1 0 1 1 20

2 24 1 1 3 4 0 1 1 1 2 2 1 1 0 1 1 2 0 1 0 14

3 29 2 2 3 3 0 1 1 2 2 2 2 1 0 1 1 2 0 2 0 17

4 32 1 2 3 4 1 1 1 3 2 2 2 2 0 1 1 1 0 1 0 18

5 22 1 1 2 4 1 1 1 3 2 2 2 2 0 1 1 1 0 1 0 18

6 21 1 4 3 3 2 2 2 3 3 3 1 2 2 2 2 2 1 2 1 30

7 28 1 3 3 2 0 2 1 1 2 1 2 1 0 1 0 1 0 1 1 14

8 26 1 1 3 4 0 2 1 1 3 2 2 1 0 2 1 1 0 1 1 18

9 24 1 1 3 3 0 1 1 2 2 2 1 1 0 1 0 2 0 2 0 15

10 30 1 2 3 4 0 2 1 1 3 2 2 1 0 2 1 1 0 1 1 18

11 24 1 2 3 3 0 2 1 1 3 2 2 1 0 2 1 1 0 1 1 18

12 38 1 1 3 3 1 1 2 2 3 2 2 1 1 2 1 1 0 1 1 21

13 25 1 4 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 1 31

14 23 1 2 3 4 1 1 2 2 3 2 2 1 1 2 1 1 0 1 1 21

15 22 3 2 3 3 1 1 2 2 3 2 2 1 1 2 1 1 0 1 1 21

16 24 1 1 3 3 0 2 1 1 3 2 2 1 0 2 1 1 0 1 1 18

17 21 1 1 3 2 1 1 1 3 2 2 2 2 0 1 1 1 0 1 0 18

18 29 1 2 2 4 0 2 1 1 2 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1 15

19 26 2 2 3 4 2 2 2 3 3 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 28

(8)

21 26 1 2 3 4 0 2 2 2 3 2 2 1 0 2 1 1 0 1 1 20

22 33 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 26

23 17 2 2 4 3 0 1 1 2 2 2 2 1 0 1 1 2 0 2 0 17

24 25 1 2 2 1 0 2 2 2 3 2 2 1 0 2 1 1 0 1 1 20

25 31 1 2 2 3 2 2 1 2 3 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 18

26 43 1 2 3 2 2 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 2 1 2 1 31

27 37 1 1 3 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 28

28 29 1 2 2 4 0 2 1 1 3 2 2 1 0 2 1 1 0 1 1 18

29 24 1 1 3 3 0 0 1 2 2 2 2 0 0 1 1 2 0 2 0 15

(9)

OUTPUT SPSS

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(10)

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Pegawai Negeri 1 3.3 3.3 3.3

Wiraswasta 5 16.7 16.7 20.0

IRT 14 46.7 46.7 66.7

Lain-Lain 10 33.3 33.3 100.0 Total 30 100.0 100.0

Dampak Psikologis Ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Baik 6 20.0 20.0 6.7

(11)
(12)
(13)

Riwayat Hidup

Nama : Riri Handayani

Tempat/Tgl Lahir : Tebing Tinggi/27-01-1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

TB/ BB : 162 cm/ 62 kg

Alamat : Jl.Bukit Suling No.12 Tebing Tinggi Telepon : 085762441524/085359998916 Riwayat Pendidikan :

1. SD SWASTA R.A KARTINI (1997-2003)

(14)

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Fourth Edition (Text Revision). Washington, DC : American Psychiatric Assosiation (APA).

Ambaryani (2001). Hubungan antar Kestabilan Emosi dengan Kecemasan

Menghadapi Anak Pertama. Diakses dari:

http://www.koleksiskripsi.com/2011/02/hubungan-antara-kestabilan-emosi-dengan-html. 20 Juli 2013.

Araich. (2001). Roy’s Adaptation Model: Demonstration of Theory Integration into Process of Care in Coronary Care Unit, Nursing Web Jurnal.

Arindara, Ditha. (2007). Kecemasan Menghadapi Persalinan Anak Pertama pada

Ibu Dewasa Awal. Diakses dari:

http://library.gunadrama.ac.id/abstraction_10503054-skripsi_fpsi.pdf. 2 Mei 2013

Beck, R.C. (2001). Theoritis and Priciples. Pearson Education.

Bertenz, K. (2006). Psikoanalisis Sigmund Freus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Carpenito, L.J. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8, Alih Bahasa: Ester M. EGC: Jakarta.

Damayanti, N. (2005). Pengaruh Pemberian Informasi Melalui Diskusi Kelompok Terhadap Penurunan Stres Pada Wanita Hamil. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.

Dempsey & Dempsey. (2002). Riset Keperawatan: Buku Ajar & Latihan, Edisi 4, Jakarta: EGC.

Depkes RI. (1993). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga. Cetakan Ke III. Jakarta.

(15)

Fitriyani, S. (2009). Peran Bimbingan Rohani Islam untuk Menumbuhkan Koping Stres pada Pasien Pra Melahirkan. Skripsi. Fakultas Dakwah Istitut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

Hall, C.S. & Lindzey, G. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Alih Bahasa: A. Supratiknya. Yogyakarta: Kanisius.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Alih Bahasa: Tjandrasa & Zarkasih. Jakarta: Erlangga.

Iskandar, S.S. (2004). Depresi Pasca Kehamilan (Postpartum Blues). Diakses dari: http://www.mitrakeluarga.net?depresikehamilan.html. 2 Mei 2013.

Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb. (2010). Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Alih Bahasa : Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.

Kartono, K. (1992). Psikologi Wanita Jilid 2: Mengenal Wanita Sebagai Ibu Dan Nenek. Bandung: Mandar Maju.

Koblinsky, M., et all, (1997). Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global. Gajah Mada University Press.

Kusmiyati, Y. (2010). Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya.

Mochtar, R. (2003). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jakarta: EGC.

Nelson, W.E. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. 15th ed. Alih Bahasa: Samik Wahab. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novak, J.C. & Broom, B.L. (2001). Maternal and Child Health Nursing. Missiouri: Mosby, Inc.

Nursalam. (2006). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pitt, B. (1994). Kehamilan dan Persalinan: Menikmati Tugas Sebagai Ibu. Jakarta: Arcan.

(16)

Rahmadani, A. (2007). Stretegi Penanggulangan (Coping) pada Ibu yang Mengalami Postpartum Blues di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.

Soep. (2009). Pengaruh Intervensi Pseudoedukasi dalam Mengatasi Depresi Postpartum di RSU Dr. Pirngadi Medan. Diakses dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/pdf. 1 Mei 2013.

Sulistyowati, A. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.

Tackett, K.K. (2004). Postpartum Depression and the Breastfeeding Mother. La Leche League International.

Varney, Helen. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

(17)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. KerangkaKonsep

Persalinan atau kelahiran adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalanlahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan. Persalinan merupakan saat yang dinanti-nantikan oleh ibu hamil, terutama primigravida (kehamilan pertama) untuk segera dapat merasakan kebahagiaan melihat dan memeluk bayi yang telah dikandungnya selama berbulan-bulan. Akan tetapi, kehadiran seorang anak tidak selamanya menjadi suatu kebahagiaan. Bagi ibu yang menghadapi persalinan anak pertama merupakan suatu pengalaman baru dan merupakan masa-masa yang sulit, sehingga berbagai macam dampak psikologis yang dialami oleh ibu.

Konsep-konsep dalam penelitian ini digambarkan dalam skema di bawah ini:

Skema 1. Kerangka Penelitian Kelahiran Anak Pertama

Dampak Psikologis pada Ibu - Taking in

(18)

B. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Dampak Kelahiran anak pertama pada ibu

Respon psikologis ibu terhadap kelahiran anak pertama, sebagai proses penyesuaian (adaptasi) terhadap peran barunya, terdiri dari 3 tahapan yaitu tahap ketergantungan (taking in), tahap

kemandirian (taking hold), dan tahap penerimaan peran barunya sebagai seorang ibu dari anak yang baru dilahirkan (letting go)

Dampak Psikologis: - Baik

- Buruk

(19)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi dampak kelahiran anak pertama pada ibu yang melahirkan di Ruang Bersalin RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi.

B. Populasi, Sampel Penelitian dan Tehnik Sampling 1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah ibu yang melahirkan anak pertama di Ruang Bersalin RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Berdasarkan data Statistik

Kunjungan Pasien yang datang ke RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi pada bulan Maret 2013, khususnya pasien ibu bersalin dengan status primipara berjumlah 30 orang. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan.

2. Sampel

Tehnik pengambilan sampel menggunakan total sampling, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang, dengan kriteria sampel:

(20)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Pemilihan lokasi ini sebagai tempat penelitian karena karena belum pernah di lakukan penelitian tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat. Selain itu berdasarkan hasil survei awal, pemberian asuhan keperawatan maternitas khususnya berfokus pada ibu bersalin belum maksimal.

Alokasi waktu penelitian ini dimulai pada bulan Juni sampai dengan Juli 2013.

D. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari institusi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan permohonan penelitian kepada Direktur RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Kemudian peneliti

meminta izin kepada Kepala Ruangan Bersalin, setelah mendapatkan izin meneliti, kemudian peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan wawancara kepada responden dan melibatkan seorang asisten penelitian, yaitu Kepala Ruangan Berasalin.

(21)

Sebelum menandatangani informed consent tersebut, calon responden diberi waktu hingga benar-benar paham sepenuhnya atas apa yang akan dijalaninya dalam penelitian.

Jika calon responden tidak bersedia untuk berpartisipasi, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

Dalam menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memakai nomor responden. Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner yang didasarkan pada tinjauan kepustakaan. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, yaitu:

1. Data Demografi

Bagian ini terdiri dari 5 pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal yang mepengaruhi psikologis ibu yaitu, usia, agama, suku, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Data demografi responden bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon responden.

2. Dampak Psikologis yang Dialami Ibu

Bagian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dampak psikologis yang dialami ibu yang pertama kali menjalani proses persalinan.

(22)

a. Tahap taking in, terdiri dari 5 pertanyaan, dalam skala Likert, “Selalu” diberi skor 3, “Sering” diberi skor 2, “Kadang-Kadang” diberi skor 1,

dan “Tidak Pernah” diberi skor 0.

b. Tahap taking hold, terdiri dari 5 pertanyaan, dalam skala Likert, “Selalu” diberi skor 3, “Sering” diberi skor 2, “Kadang-Kadang” diberi

skor 1, dan “Tidak Pernah” diberi skor 0.

c. Tahap letting go, terdiri dari 5 pertanyaan, dalam skala Likert, “Selalu” diberi skor 3, “Sering” diberi skor 2, “Kadang-Kadang” diberi skor 1, dan “Tidak Pernah” diberi skor 0.

F. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Uji validitas dapat diuraikan sebagai tindakan ukuran penelitian yang sebenarnya yang memang didesain untuk mengukur. Validitas berkaitan dengan nilai sesungguhnya dari hasil penelitian dan merupakan karakteristik yang penting dalam penelitian yang baik (Setiadi, 2007). Uji validitas yang dilakukan

merupakan validitas internal yang mengacu pada isi instrumen (content validity/validitas isi). Uji ini memakai content validity indeks, yang akan dilakukan dengan dikonsultasikan kepada yang ahli di bidangnya.

(23)

internal consistency, yaitu dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian hasilnya dianalisa. Uji reliabilitas ini dilakukan kepada 10 orang ibu primipara di RSUD Kumpulan Pane dengan responden yang berbeda dengan sampel penelitian tetapi mempunyai karakteristik yang sama.

Pada penelitian ini pengujian reliabilitas menggunakan analisis

Cronbach’s Alpha, yaitu untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0. Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha 0,6 – 0,9 (Polit & Hugler,

1995).

G. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan setelah mengikuti langkah-langkah pengumpulan data yaitu: pertama mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas keperawatan USU) dan

mengirimkan izin tersebut kepada institusi tempat penelitian (RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi). Setelah mendapatkan izin dari institusi tempat penelitian, pengumpulan data dilaksanakan. Peneliti menentukan calon responden yang bersedia untuk menjadi sampel penelitian.

Pemilihan calon responden dilakukan setelah ibu menjalani proses persalinan dan telah berada di ruang pemulihan (perinatologi). Selain itu peneliti juga memperhatikan kondisi ibu, apakah sudah siap untuk dilakukan proses wawancara.

(24)

bersedia diminta untuk menandatangani informed consent (lembar persetujuan). Setelah responden setuju, kemudian melakukan proses wawancara terhadap kondisi psikologis ibu selama ±15 menit. Setelah peneliti mendapatkan data yang diinginkan sesuai dengan kuesioner, peneliti kemudian menganalisa kelengkapan data. Selanjutnya data yang terkumpul akan dianalisa.

H. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama, editing, yaaitu memeriksa nama dan kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua

jawaban telah diisi dengan benar sesuai dengan petunjuk. Kemudian coding, yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah dalam menganalisa data. Selanjutnya peneliti memasukkan data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan tehnik komputerisasi.

Metode statistik untuk analisa data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Statistik Univariat

(25)

Dalam penelitian ini indikator yang digunakan dalam mengkaji dampak dampak psikologis pada ibu (taking in, taking hold, letting go), sebagai berikut:

Rentang P =

Banyak kelas

45 – 0

= = 22,5 = 23 2

(26)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 5 minggu, yaitu mulai tanggal 01 Juni sampai dengan 06 Juli 2013 di RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Jumlah seluruh responden pada penelitian ini adalah 30 orang ibu yang melahirkan anak pertama.

2. Karakteristik Demografi Responden

Deskripsi karakteristik demografi responden terdiri dari usia, agama, suku, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Hasil penelitian menunjukan mayoritas responden berada pada rentang usia 22-35 tahun (73,3%), beragama Islam (73,3%), dan bersuku Batak (60%), memiliki jenjang pendidikan SMA (73,3%), dan status pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (46,7%).

Sebaran karakteristik demografi responden dapat dilihat pada Tabel.1 di halaman berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Demografi Responden

(n=30)

No Karakteristik Demografi N %

(27)
(28)

Lain-lain 10 33,3

3. Dampak Psikologis Ibu terhadap Kelahiran Anak Pertama

Hasil penelitian menunjukan bahwa dampak psikologis yang terjadi pada ibu akibat kelahiran anak pertama adalah mayoritas responden mengalami dampak psikologis yang buruk (80%). Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel.2 berikut:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Dampak Psikologi akibat Kelahiran Anak Pertama (n=30)

Dampak Psikologi N %

Baik 6 20

Buruk 24 80

(29)

Hasil penyebaran kuesioner tersebut dapat dilihat pada Tabel.3 berikut: Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Adaptasi Psikologi Ibu (taking in,

taking hold, tetting go) akibat Kelahiran Anak Pertama (n=30)

No Pernyataan TP KD SR SL

Tahap Taking In % % % %

1. Ibu menolak memeluk bayinya 56,7 20,0 23,3 0 2. Ibu lebih banyak diam dari pada

berkomunikasi dengan orang lain 3,3 40,0 56,7 0 3. Ibu lebih banyak tidur dari pada

bersama bayinya

0 60,0 33,3 6,7

4. Ibu khawatir dengan keadaan kesehatannya

0 26,7 46,7 26,7

5. Segala kebutuhan sehari-hari ibu seperti mandi, makan, dan aktivitas lebih banyak dibantu suami atau keluarga

0 0 43,3 56,7

Tahap Taking Hold % % % %

6. Ibu banyak menanyakan keadaan kesehatan bayinya

0 13,3 80,0 6,7

7. Ibu merasa mampu melakukan perawatan dirinya

0 26,7 73,3 0

(30)

9. Ibu khawatir tidak akan mampu

mengurus dirinya lagi setelah memiliki bayi

70,0 10,0 20,0 0

10. Ibu khawatir tidak bisa merawat bayinya dengan baik

0 43,3 56,7 0

Tahap Letting Go % % % %

11. Ibu mencemaskan perannya untuk

tetap menjadi istri yang baik 6,7 73,3 20,0 0 12. Ibu mencemaskan kemampuannya

dalam mendidik dan membesarkan anaknya

0 56,7 43,3 0

13. Ibu khawatir bayi yang dilahirkannya

tidak akan diterima dalam keluarga 80,0 20,0 0 0

14. Ibu takut tidak mampu membagi waktu dalam merawat bayi, suami, rumah dan pekerjaan (jika ada)

0 60,0 40,0 0

15. Ibu berencana tidak akan hamil lagi karena takut menjalani proses persalinan lagi

(31)

B. Pembahasan

1. Karkteristik Responden

Hasil penelitian menunjukan mayoritas responden berada pada rentang usia 20-35 tahun (73,3%), yang artinya mayoritas responden berada pada usia dewasa dini. Menurut Freud dalam Bertenz (2006), masa dewasa dini merupakan masa usia produktif, tidak hanya pada kegiatan sehari-hari tetapi organ kewanitaan telah berkembang secara sempurna, sehingga mereka sudah cukup mampu untuk hamil dan melahirkan. Masa dewasa dini disebut juga sebagai masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru, dimana lingkungan yang dijalani pasti berbeda dengan lingkungan di usia remaja. Pada usia dewasa dini akan mulai memasuki lingkungan rumah tangga dan pekerjaan, serta sosial masyarakat. Hal ini tentu sesuai dengan karakteristik responden pada penelitian ini yaitu ibu primipara.

Freud dalam Bertenz (2006) juga menyebutkan bahwa masa dewasa dini merupakan masa ketergantungan terhadap orang lain, terutama diawal-awal masa pasca melahirkan. Hal ini juga terlihat dari hasil penelitian bahwa pada tahap taking in mayoritas responden menyatakan segala kebutuhan sehari-hari seperti mandi, makan, dan aktivitas lebih banyak dibantu suami atau keluarga (56,7%). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Rubin (1963) dalam Verney (2007) bahwa pada tahap taking in ibu sangat membutuhkan orang lain untuk membantu kebutuhannya yang utama yaitu istirahat (tidur) dan makan.

(32)

keagamaan terhadap psikologis ibu pasca melahirkan, akan tetapi Roy dalam Araich (2001) menyebutkan bahwa salah satu faktor internal yang dapat berpengaruh positif atau negatif terhadap psikologis dan adaptasi seseorang adalah keadaan rohani (kepercayaan). Hasil yang diperoleh peneliti menunjukkan mayoritas responden memiliki dampak psikologi yang buruk akibat proses kelahiran anak pertama (80%). Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani (2009) tentang Peran Bimbingan Rohani Islam untuk Menumbuhkan Koping Stres pada Pasien Pra Melahirkan, mengatakan bahwa bimbingan kerohanian dapat dijadikan sebagai pencegahan, pengobatan, dan pengembangan terhadap berbagai masalah psikologis yang bisa berdampak pada stres akibat proses melahirkan terutama anak pertama.

Setiap agama memiliki fungsi yang sangat positif bagi penganutnya, bagaimana pengaruhnya tergantung dari individu tersebut menjalaninya. Biasanya ibu antepartum sebelum dirawat di rumah sakit pun sudah memiliki masalah dan juga belum mempunyai pengalaman melahirkan atau melahirkan anak pertama. Mereka sering mengalami kekhawatiran dan ketakutan yang akan terus berlanjut hingga pasca melahirkan, dan apabila tidak segera ditangani akan mengalami dampak psikologis yang negatif. Maka dari itu, selain faktor keagamaan perlu adanya faktor dukungan dari suami dan keluarga, karena ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan dukungan psikologis dari orang-orang terdekatnya (Varney, 2007).

Mayoritas responden bersuku Batak (60%). Bobak (2004) menyebutkan

(33)

akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati masa transisi. Dari hasil

penelitian diperoleh data ibu tidak pernah khawatir bayi yang dilahirkannya tidak

akan diterima dalam keluarga (80%). Hal ini menunjukan bahwa keluarga sangat

menantikan kehadiran anggota baru (anak). Peneliti berasumsi, meskipun dalam

suku Batak biasanya lebih mengutamakan kehadiran anak laki-laki sebagai

penerus marga keluarga, namun kehadiran, keselamatan, dan kesehatan anak

pertama memiliki arti dan nilai yang lebih penting bagi keluarga.

Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SMA (73,3%), dan hanya 16,7% yang memiliki pendidikan hingga DIII. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulina (2010) di RS Panti Wilasa Citarum Semarang, bahwa data pendidikan ibu pasca melahirkan paling banyak adalah SMA (34%). Menurut Notoatmodjo (2005), semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang maka seseorang tersebut akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru. Maulina (2010) menjelaskan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap yang dilakukan ibu pasca melahirkan. Ini terlihat dari hasil penelitian bahwa pada tahap taking ini, ibu tidak pernah menolak memeluk bayinya (56,7%). Berbeda dengan pendapat Rubin (1963) dalam Varney (2007) yang menyebutkan bahwa pada tahap taking in ibu belum mempunyai inisiatif untuk kontak dengan bayinya. Hal ini menunjukan bahwa kebiasaan atau budaya Barat tidak sama dengan kebiasaan di Indonesia. Hampir setiap ibu di Indonesia pasti akan memeluk bayi yang baru dilahirkannya.

(34)

ibu selama masa kehamilan. Aktivitas fisik dalam rentang rendah-sedang yang dapat menimbulkan rasa nyaman pada ibu sangat dibutuhkan karena membantu menghadapi proses persalinan, baik fisik maupun kondisi psikologis dan akan berpengaruh hingga periode pasca melahirkan. Pada tahap taking hold menunjukan bahwa mayoritas ibu tidak pernah khawatir tidak akan mampu mengurus dirinya lagi setelah memiliki bayi (70%). Ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga tentu memiliki waktu yang lebih banyak dalam mengurus bayi dan dirinya sendiri dari pada ibu yang bekerja di luar rumah. Mereka akan lebih fokus pada kesehatan dan tumbuh kembang bayi dengan tidak mengabaikan kesehatan ibu sendiri.

Namun, kesiapan ekonomi keluarga juga mempengaruhi kesejahteraan psikologis ibu tergantung pada besar kecilnya kebahagiaan pasangan (suami) dan anggota keluarga lainnya dalam menanggapi dan mempersiapkan kelahiran bayi baru. Setiap ibu yang melahirkan anak pertama akan merasakan kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang sudah pernah melahirkan (Ambaryani, 2001). Kecemasan pada calon ibu disebabkan adanya rasa takut terhadap kesehatan, kesulitan keuangan dan masalah-masalah pokok lain dalam kehidupan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukan dampak psikologis yang dialami ibu yang melahirkan anak pertama dalam kategori buruk (80%).

(35)

dirinya. Selain perubahan peran, ibu tidak hanya mengatur kebutuhan diri sendiri dan rumah tangga akan tetapi juga mengatur kebutuhan bayi, mulai dari pakaian, makanan, susu, hingga perlengkapan mainan bayi. Jika ibu gagal menghadapi tantangan tersebut, maka ibu bisa saja mengalami depresi akibat dampak psikologis yang buruk pasca melahirkan (Beck, 2001). Ini terlihat dari hasil penelitian bahwa pada tahap letting go mayoritas ibu kadang-kadang mencemaskan perannya untuk tetap menjadi istri yang baik (73,3%), kadang-kadang mencemaskan kemampuannya dalam mendidik dan membesarkan anaknya (56,7%), dan kadang-kadang takut tidak mampu membagi waktu dalam merawat bayi, suami, rumah dan pekerjaan (60,0%).

2. Dampak Psikologis Ibu akibat Kelahiran Anak Pertama

Menurut Ambaryani (2001) setiap ibu yang melahirkan anak pertama akan merasakan kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang sudah pernah melahirkan, hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa dampak psikologis yang terjadi pada ibu akibat kelahiran anak pertama adalah mayoritas responden mengalami dampak psikologis yang buruk (80%). Artinya ibu belum mampu menyesuaikan diri dalam menjalani peralihan dan perubahan pola hidup, baik biologis maupun psikologis dari ibu hamil menjadi ibu yang merawat anak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Damayanti (2005), bahwa 80% ibu mengalami rasa khawatir, was-was, gelisah, takut dan cemas dalam

(36)

sebagai rumah tangga, dapat menjadi faktor yang mempengaruhi psikologis ibu dalam menjalani peran barunya sebagai seorang ibu. Kelahiran seorang anak akan menyebabkan timbulnya suatu tantangan mendasar terhadap struktur interaksi keluarga.

Bagi seorang ibu, melahirkan bayi adalah suatu peristiwa yang sangat membahagiakan sekaligus juga suatu peristiwa yang berat, penuh tantangan dan kecemasan, terutama anak pertama, sehingga dapat dipahami bahwa sebanyak 80% ibu mengalami dampak psikologis yang buruk akibat kelahiran anak pertama. Hasil tersebut didukung dari data penelitian yang diperoleh bahwa mayoritas responden sering menanyakan kesehatan bayinya (80%), dan sering khawatir tidak bisa merawat bayinya dengan baik (56,7%). Ini sesuai dengan pendapat Kusmiyati (2010) yaitu bagi ibu yang menghadapi persalinan anak pertama merupakan suatu pengalaman baru dan merupakan masa-masa yang sulit. Ibu akan merasakan kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang sudah pernah melahirkan. Kecemasan tersebut disebabkan adanya rasa takut terhadap kesehatan, kesulitan keuangan dan masalah-masalah pokok lain dalam kehidupan, termasuk pengetahuan tentang kehamilan, proses persalinan hingga cara perawatan bayi yang baru lahir (Ambaryani, 2001).

Hasil dari penelitian ini memberikan arti bahwa selain kesehatan biologis anak dan kesehatan biologis ibu pasca melahirkan (misalnya perawatan bayi baru lahir, perawatan pada ibu masa nifas), kesehatan psikologis ibu juga harus

(37)
(38)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian untuk mengidentifikasi dampak kelahiran anak pertama pada ibu yang melahirkan di RSUD Kumpulan Pane Tebing Tinggi, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Dampak psikologi pada tahap taking in ditemukan bahwa sebanyak 56,7% responden tidak pernah menolak memeluk bayinya. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Rubin (1963) dalam Varney (2007) yang menyebutkan bahwa pada tahap taking in ibu belum mempunyai inisiatif untuk kontak dengan bayinya. Ini menunjukan bahwa teori dari Rubin tidak sepenuhnya bisa diterapkan dalam kebiasaan orang Indonesia, karena sebagian besar ibu di Indonesia pasti akan memeluk bayi yang baru dilahirkannya

Mayoritas responden mengatakan segala kebutuhan sehari-hari ibu seperti mandi, makan, dan aktivitas selalu lebih banyak dibantu suami dan keluarga (56,7%). Hal ini sesuai dengan pendapat Rubin (1963) dalam Verney (2007) bahwa pada tahap taking in ibu sangat membutuhkan orang lain untuk membantu kebutuhannya yang utama yaitu istirahat (tidur) dan makan.

b. Dampak psikologi pada tahap taking hold ditemukan bahwa sebanyak

(39)

dirinya lagi setelah memiliki bayi. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang cukup baik dan pekerjaan.

c. Dampak psikologi pada tahap letting go ditemukan bahwa sebanyak 80% responden tidak pernah khawatir bayi yang akan dilahirkannya tidak akan diterima dalam keluarga. Hal ini menunjukan bahwa keluarga sangat menantikan kehadiran anggota baru (anak).

d. Secara keseluruhan dampak psikologi akibat kelahiran anak pertama mayoritas responden (80%) mengalami dampak psikologi yang buruk. Artinya ibu belum mampu menyesuaikan diri dalam menjalani peralihan dan perubahan pola hidup. Hal ini disebabkan karena ibu merasa khawatir, was-was, gelisah, takut dan cemas dalam menghadapi persalinan, serta perubahan-perubahan fisik dan psikis yang akan terjadi. Kecemasan tersebut bisa disebabkan adanya rasa takut terhadap kesehatan, kesulitan keuangan dan masalah-masalah pokok lain dalam kehidupan, termasuk pengetahuan tentang kehamilan, proses persalinan hingga cara perawatan bayi yang baru lahir.

(40)

responden belum mampu menjawab kuisioner dengan baik pada waktu yang seharusnya.

f. Peneliti menyimpulkan dengan adanya penelitian ini diperoleh data demografi dari usia 22-35 tahun sebanyak 73,3%. Dimana pada usia ini memiliki kematangan untuk mendapatkan keturunan tetapi ditinjau dari dampak psikologi pada ibu primipara masi buruk sebab setiap ibu yang melahirkan anak pertama masih memiliki kekurangan dari segi psikososial nya. Dan ditinjau dari tingkat pendidikan pada responden sebanyak 73,3% disimpulkan bahwa pendidikan SMA menjadi pendidikan terakhir bagi para ibu-ibu di indonesia dimana penelitian doleh Maulina (2010) di RS Panti Wilasa Citarum Semarang juga menyatakan hal yang serupa bahwa pendidikan ibu pasca melahirkan memiliki pendidikan terakhir yaitu SMA.

2. Saran

a. Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan asuhan keperawatan maternitas, khususnya yang berhubungan dengan hal-hal yang terjadi pada ibu pasca melahirkan, baik primipara maupun multipara.

(41)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan agar tidak hanya memberikan asuhan terhadap perbaikan kondisi fisik ibu, akan tetapi juga memperhatikan kesehatan psikologis ibu yang melahirkan, terutama ibu primipara, dengan memahami kemampuan psikologi ibu dalam menerima dan merawat anaknya, gejala yang terjadi, respon penanggulangan dan dampak negatif yang mungkin terjadi.

c. Bagi Pendidikan dan Peneliti Selanjutnya

(42)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Adaptasi Pasca Melahirkan

Kelahiran bayi adalah sebuah peristiwa yang melibatkan proses fisiologis dan psikologis pada individu ibu dan keluarga. Sebagai proses fisiologis, peristiwa ini mengakhiri masa kehamilan yang telah berlangsung selama 37 – 42 minggu. Sebagai suatu proses psikologis, peristiwa ini merupakan masa transisi yang dapat menyebabkan terjadinya krisis kehidupan pada ibu dan keluarga (Arindra, 2007).

Dalam proses adaptasi pasca melahirkan terdapat 3 (tiga) periode yang meliputi: immediate puerperium, yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan, early puerperium, yaitu setelah 24 jam hingga 1 minggu, dan late puerperium, yaitu setelah 1 minggu sampai dengan 6 minggu post partum (May & Mahlmeister, 1994).

1. Adaptasi Fisiologis

Menurut Bowes (2003) dalam Soep (2009), yang mengutip pendapat Pillitteri faktor perubahan fisiologis ibu pada periode postpartum meliputi perubahan adaptasi fisik yang juga dapat mempengaruhi keadaan psikologis ibu, yaitu:

a. Sistem kardiovaskuler. Tekanan darah bervariasi, mungkin lebih rendah pada

(43)

b. Sistem gastrointestinal. Defekasi secara normal lambat dalam minggu

pertama karena adanya perubahan mobilitas usus, kehilangan cairan dan adanya gangguan rasa nyaman pada daerah perineum.

c. Suhu tubuh. Setelah melahirkan suhu menjadi 37,30C tetapi tidak melebihi

380C. Setelah 12 jam pasca partum umumnya suhu tubuh kembali normal. d. Sistem perkemihan. Pada 24 jam pertama buang air kecil kadang sulit,

kemungkinan terdapat spasme springter dan edema leher buli-buli, urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam post partum.

e. Sistem integumen. Kloasma yang muncul pada masa hamil menghilang saat

kehamilan terakhir, sedangkan hiperpigmentasi pada aeorola mamae dan linea nigra tidak menghilang.

f. Berat Badan. Pasca melahirkan berat badan menurun 4 – 5 kg tergantung dari berat badan janin.

g. Perineum. Setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang dari tekenan kepala bayi yang bergerak maju.

h. Perubahan pada Vagina. Selama tiga minggu vagina akan kembali seperti

sebelum hamil dan rugae dalam vagina berangsur-angsur muncul kembali. i. Proses Involusi Vagina. Uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari

kesepuluh tidak teraba lagi dari luar. Seminggu sesudah plasenta lahir rahim 500 gram, dan dua minggu post partum mencapai 50 – 60 gram.

j. Konstriksi. Setelah 1 – 2 jam post partum kontriksi intensitasnya tidak teratur

(44)

k. Sistem Endokrin. Kadar estrogen dan progresteron menurun secara mencolok

setelah plasenta keluar, kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu pasca partum.

l. Abdomen. Setelah hari pertama melahirkan abdomen akan menonjol dan

membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. 2. Adaptasi Psikologis

Seiring dengan perubahan fisiologis yang cepat dan luas yang dialami oleh wanita setelah melahirkan maka akan terjadi pula perubahan emosional (psikologis) dengan membentuk suatu adaptasi yang cukup kompleks bagi ibu. Meskipun ayah dan anggota keluarga lainnya tidak mengalami perubahan tersebut, mereka juga harus menyesuaikan secara psikologis terhadap kehadiran bayi baru lahir. Kesejahteraan psikologis ibu itu sendiri tergantung pada besar kecilnya kebahagiaan pasangan (suami) dan anggota keluarga lainnya dalam menanggapi kelahiran bayi baru.

Oleh karena itu, asuhan keperawatan yang diberikan harus membantu status fisik dan psikologis setiap pasien dan status psikologis ayah dan anggota keluarga lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan komprehensif.

(45)

menjadi kakek/nenek, suami dan isteri harus saling membagi perhatian. Bila banyak anggota keluarga yang membantu merawat bayi, maka keadaan tidaklah sesulit dengan tidak ada yang membantu, sementara ibu harus ikut aktif melibatkan diri dalam merawat bayi dan membantu rumah tangga.

B. Adaptasi Psikologis Ibu

Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa transisi postpartum. Menurut Nelson (2000), masa transisi tersebut adalah: 1) Honeymoon

Honeymoon adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah dan anak. Masa ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang memerlukan hal-hal romantis, masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.

2) Bonding Attachment

Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. Bonding adalah suatu istilah untuk menerangkan hubungan antara ibu dan anak, sedangkan attachment adalah suatu keterikatan antara orang tua dan anak. Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan ikatan kasih tersebut.

(46)

melahirkan) dalam pencapaian peran ibu, Marcer membagi teorinya menjadi dua pokok bahasan, yaitu:

1) Efek Stress Anterpartum

Stress anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negatif dari hidup seorang wanita. Sehingga dukungan selama kehamilan sangat diperlukan untuk mengurangi rasa ketidakpercayaan seorang calon ibu. Penelitian Marcer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan dengan status kesehatan ibu, yaitu:

a) Hubungan interpersonal b) Peran keluarga

c) Stress anterpartum d) Dukungan sosial e) Rasa percaya diri

f) Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi 2) Pencapaian Peran Ibu

(47)

Perubahan yang dialami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat menimbulkan stress anterpartum, sehingga perawat harus memberikan asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secara fisiologis (normal).

Setelah ibu melewati masa kehamilan, selanjutnya ibu akan menjalani proses melahirkan. Disini ibu mulai mengalami transisi peran menjadi seorang ibu, terutama ibu yang mengalami proses kelahiran pertama sekali. Empat tahapan dalam melaksanakan peran ibu menurut Marcer adalah (Sulistyowati, 2009): 1) Anticipatory

Saat sebelum wanita menjadi ibu, dimana wanita mulai melakukan penyesuaian sosial dan psikologis dengan mempelajari segala sesuatu yang dibutuhkan menjadi seorang ibu.

2) Formal

Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran dibutuhkan sesuai dengan kondisi sistem sosial.

3) Informal

Dimana wanita telah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan perannya.

4) Personal

(48)

Perubahan fisiologis pada ibu postpartum akan diikuti oleh perubahan psikologis secara simultan sehingga ibu harus beradaptasi secara menyeluruh. Menurut Rubin (1963) dalam Varney (2007) terdapat tiga tingkat psikologis ibu setelah melahirkan yaitu :

1) Tahap Perilaku Ketergantungan (Taking In)

Suatu periode yang berlangsung selama 1 – 2 hari, dimana ibu hanya berorientasi pada kebutuhan diri sendiri, tingkah laku klien pasif dengan berdiam diri dan tergantung pada orang lain. Ibu biasanya lebih mudah tersinggung dan cenderung bersifat pasif terhadap lingkungannya disebabkan faktor kelelahan, perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran pada perubahan tubuhnya. Ibu belum mempunyai inisiatif untuk kontak dengan bayinya. Ibu sangat membutuhkan orang lain untuk membantu kebutuhannya yang utama adalah istirahat (tidur) dan makan. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal. Selain itu ibu mulai menyadari secara nyata pengalamannya dalam melahirkan dan akan mengulangi pengalaman-pengalaman tersebut.

Menurut Gottible, pada fase ini ibu akan mengalami ”proses

mengetahui/menemukan” yang terdiri dari :

a) Identifikasi

Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari bayi, gambaran tubuhnya untuk menyesuaikan dengan yang diharapkan/diimpikan.

(49)

Ibu menggambarkan bayinya mirip dengan anggota keluarga yang lain. c) Menginterpretasikan

Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan. Pada fase ini dikenal dengan istilah ”finger tie touch

2) Tahap antara Ketergantungan dan Mandiri (Taking Hold)

Periode ini terjadi selama hari ketiga hingga hari kesepuluh postpartum, dimana terjadi perpindahan dari keadaan ketergantungan ke keadaan ma ndiri. Perlahan-lahan tingkat energi ibu meningkat merasa lebih nyaman dan mulai berfokus pada bayi yang dilahirkan. Ibu lebih mandiri, dan pada akhirnya mempunyai inisiatif untuk merawat dirinya dan sering mengucapkan kekhawatiran tentang fungsi tubuhnya. Ibu telah mampu untuk mengendalikan fungsi eliminasi dan memperhatikan aktifitas yang dilakukannya setiap hari. Jika ibu merawat bayinya, maka ia harus memperhatikan kualitas dan kuantitas dari produksi ASI. Selain itu, disini ibu juga sangat antusias merawat bayinya, ibu berusaha untuk terampil dalam perawatan bayi baru lahir (misalnya, memeluk, menyusui ASI atau dengan botol, memandikan, atau mengganti popok).

3) Tahap Penerimaan Peran Baru (Letting Go)

(50)

beradaptasi terhadap penurunan otonomi, kemandirian dan interaksi sosial. Pada fase ini ibu mengalami 2 perpisahan, yaitu:

a) Mengerti dan menerima bentuh fisik dari bayinya

b) Melepaskan peran ibu sebelum memiliki anak, menjadi ibu yang merawat

anak.

Menurut Whibley (2006) dalam Yusdiana (2009) perubahan emosi ibu postpartum secara umum antara lain adalah :

1) Thrilled & Excaited

Ibu merasakan bahwa persalinan merupakan peristiwa besar dalam hidup. Ibu terheran-heran dengan keberhasilan melahirkan seorang bayi dan selalu bercerita seputar peristiwa persalinan dan bayinya.

2) Overwhelmed

Merupakan masa kritis bagi ibu dalam 24 jam pertama untuk merawat bayinya. Ibu mulai melakukan tugas-tugas baru.

3) Let down

Status emosi ibu berubah-ubah, merasa sedikit kecewa khususnya dengan perubahan fisik dan perubahan peran.

4) Weepy

(51)

beberapa hari setelah ibu dapat merawat diri dan bayinya serta mendapat dukungan keluarga.

5) Feeling Beat Up

Merupakan masa kerja keras fisik dalam hidup dan akhirya merasa kelelahan.

C. Depresi Postpartum

Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt menyebutkan, depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami “kesedihan sementara” yang berlangsung sangat

cepat pada masa awal postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity blues.

Gangguan postpartum yang paling berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.

(52)

perubahan mood seperti sedih, kurang nafsu makan, mudah marah, kelelahan, sulit berkonsentrasi, perasaan tidak berharga, menyalahkan diri, dan tidak mempunyai harapan untuk masa depan.

Sedangkan menurut Beck (2001), depresi postpartum adalah episode depresi mayor yang bisa terjadi selama 12 bulan pertama setelah melahirkan. 1. Determinan Depresi Postpartum

Beberapa determinan terhadap terjadinya depresi postpartum, antara lain : a. Faktor fisiologis, berupa tidak berfungsinya kekebalan tubuh pada depresi,

gangguan tidur, perasaan sakit, dan hormon reproduksi. b. Pengalaman dalam proses melahirkan yang buruk c. Karakteristik bayi

d. Faktor psikologis, berupa tipe kepribadian, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, self-esteem, self efficacy, dan expectation.

e. Karakteristik sosial, berupa abusive atau dysfunctional family of origin, dukungan sosial (suami, orang tua, teman), kehilangan, status sosial ekonomi, stres dalam hidup (Tackett, 2004).

2. Faktor-Faktor Penyebab Depresi Postpartum

Menurut Beck, faktor-faktor yang menyebabkan depresi postpartum ada 13, yaitu (Varney, 2007) :

1) Depresi Prenatal

(53)

beberapa atau keseluruhan dari trimester kehamilan (Beck, 2001). Depresi prenatal ini dialami oleh 10% sampai 20% dari seluruh wanita (Department of Health New York, 2006). Paykel, Emms, Fletcher dan Rassaby (1980) dalam Hagen (1999), menyimpulkan bahwa depresi selama masa prenatal dapat menyebabkan depresi postpartum. Menurut Zuckerman, Amaro, Bauchner, Cabral (1989) dalam UNC Center for Women’s Mood Disorders (2008), mengungkapkan

bahwa depresi prenatal atau bisa juga disebut dengan depresi antenatal terjadi karena beberapa faktor, antara lain rendahnya jumlah kenaikan berat badan ibu hamil, ibu hamil yang merokok dan frekuensinya lebih sering dan juga banyak, minuman alkohol dan penggunaan zat-zat kimia lainnya, ambivalen tentang kehamilan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan status kesehatan yang buruk.

2) Stress Merawat Anak

Hal-hal yang membuat stres yang berhubungan dengan perawatan anak meliputi faktor-faktor seperti masalah kesehatan yang dialami bayi, dan kesulitan dalam perawatan bayi khususnya mengenai masalah makanan dan tidur (Beck, 2001).

3) Stress dalam Kehidupan

(54)

perubahan pekerjaan, dan krisis yang terjadi (contohnya, kecelakaan, perampokan, krisis ekonomi, dan penyakit kronis) (Beck, 2001). Hal tersebut, sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh American Psychiatric Association (APA) (2010), bahwa wanita yang mempunyai masalah-masalah berat dalam hidupnya merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya depresi postpartum.

4) Dukungan Sosial

Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan dukungan psikologis dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan penurunan psikologis seperti mudah menangis, merasa bosan, capek, tidak bergairah, dan merasa gagal yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi (Anonim).

5) Ansietas Pranatal

Ansietas pada masa kehamilan bisa terjadi selama beberapa trimester dan kadang terjadi diseluruh masa kehamilan. Ansietas ini merupakan suatu perasaan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi mengenai sesuatu yang tidak jelas, ancaman yang belum jelas (Beck, 2001).

6) Kepuasan Perkawinan

(55)

gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang mungkin mengalami penolakan dari orang tuanya atau orang tua yang over protective, kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan, dan ketidakpuasaan dalam pernikahan.

7) Temperamen Bayi

Temperamen bayi yang sulit digambarkan sebagai seorang bayi yang lekas marah, rewel, dan susah dihibur (Beck, 2001). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Whiffen dan Gotlib (1989) dalam Hagen (1999), yang menyimpulkan bahwa temperamen sebagai salah satu penyebab terjadinya depresi postpartum.

8) Maternity Blues

Maternity blues adalah sebuah fenomena yang hanya sekilas dari perubahan suasana hati yang dimulai pada beberapa hari pertama setelah melahirkan dan paling sedikit 1 sampai 10 hari atau lebih. Keadaan tersebut ditandai dengan perasaan ingin menangis, cemas, kesulitan konsentrasi, lekas marah, dan suasana hati yang labil (Beck, 1998 dalam Beck, 2001).

9) Harga diri

Harga diri ditunjukkan kepada perasaan seorang wanita secara umum dalam hal harga diri dan penerimaan diri sendiri, artinya adalah kepercayaan diri dan kepuasan terhadap diri sendiri. Rendahnya harga diri menggambarkan negatifnya evaluasi terhadap diri sendiri dan perasaan terhadap diri seseorang atau kemampuan seseorang (Beck, 2001).

(56)

Status sosial ekonomi berhubungan dengan kejadian depresi postpartum. Semakin rendah pendapatan keluarga, semakin tinggi pula resiko terjadinya depresi postpartum. Penelitian Howell, Elizabeth, Mora, Leventhal (2006) dalam Wikipedia (2010), juga mendukung pernyataan Segre et al., bahwa wanita dengan kulit hitam dan sosial ekonomi yang rendah berpotensi lebih tinggi mengalami depresi postpartum.

11) Status Perkawinan

Status demografi ini berfokus pada kedudukan seorang wanita dalam hal pernikahan. Tingkatannya adalah tidak menikah, menikah/hidup bersama, bercerai, janda, berpisah, memiliki pasangan (Beck, 2001).

12) Kehamilan Tidak Diinginkan atau Tidak Direncanakan

Kehamilan yang tidak direncanakan, bisa disebabkan oleh perasaan ragu-ragu terhadap kehamilan yang dialami. Jika kehamilan itu direncanakan, mungkin saja 40 minggu bukanlah waktu yang cukup bagi pasangan untuk menyesuaikan diri terhadap perawatan bayi yang ada kalanya membutuhkan usaha yang cukup keras (The American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), 2009).

Seorang bayi mungkin dilahirkan lebih awal dari perkiraan lahirnya, hal ini juga dapat menjadi faktor pemicu terjadinya depresi postpartum, karena jika bayi lahir lebih awal dapat menyebabkan perubahan secara tiba-tiba, baik di lingkungan rumah maupun perubahan terhadap rutinitas kerja yang tidak diharapkan oleh orang tua (ACOG, 2009).

(57)

Pendekatan Roy menegaskan bahwa individu adalah mahluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Individu selalu berinteraksi secara konstan atau selalu beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Model Adaptasi dari Roy ini dipublikasikan pertama pada tahun 1970 dengan asumsi dasar model teori ini adalah :

1. Setiap orang selalu menggunakan koping yang bersifat positif maupun negatif. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu, penyebab utama terjadinya perubahan, terjadinya perubahan dan pengalaman beradaptasi.

2. Individu selalu berada dalam rentang sehat-sakit, yang berhubungan erat dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan adaptasi.

Roy menjelaskan bahwa respon yang menyebabkan penurunan integritas tubuh akan menimbulkan suatu kebutuhan dan menyebabkan individu tersebut berespon melalui upaya atau perilaku tertentu. Setiap manusia selalu berusaha menanggulangi perubahan status kesehatan dan perawat harus merespon untuk membantu manusia beradaptasi terhadap perubahan ini.

Terdapat 3 tingkatan stimuli adaptasi pada manusia, diantaranya:

(58)

2. Stimuli kontekstual, yaitu stimulus yang dialami seseorang dan baik

internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara subyektif.

3. Stimuli residual, yaitu stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang

ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.

Aspek berikutnya yang terkait dengan kemampuan adaptasi adalah: 1. Mekanisme Koping

Pada sistem ini terdapat dua mekanisme yaitu pertama mekanisme koping bawaan yang prosesnya secara tidak disadari manusia tersebut, yang ditentukan secara genetik atau secara umum dipandang sebagai proses yang otomatis pada tubuh. Kedua yaitu mekanisme koping yang didapat dimana koping tersebut diperoleh melalui pengembangan atau pengalaman yang dipelajarinya.

2. Regulator Subsistem

Merupakan proses koping yang menyertakan subsistem tubuh yaitu saraf, proses kimiawi, dan sistem endokrin.

3. Kognator Subsistem

(59)

Sistem adaptasi memiliki empat model adaptasi yang akan berdampak terhadap respon adaptasi diantaranya, sbb:

1. Fungsi fisiologis, sistem adaptasi fisiologis diantaranya adalah oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan endokrin.

2. Konsep diri, bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial dalam

berhubungan dengan orang lain.

3. Fungsi peran, proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain.

4. Interdependen, kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.

Terdapat dua respon adaptasi yang dinyatakan Roy yaitu:

1. Respon yang adaptif dimana terminologinya adalah manusia dapat mencapai tujuan atau keseimbangan sistem tubuh manusia.

2. Respon yang tidak adaptif dimana manusia tidak dapat mengontrol dari terminologi keseimbangan sistem tubuh manusia, atau tidak dapat mencapai tujuan yang akan diraih.

(60)

1. Adaptif

Setiap manusia tentu menginginkan agar hidupnya eksis. Untuk dapat hidup eksis ia harus senantiasa beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungan. Dengan penyesuaian diri ia akan mengalami perubahan-perubahan ke arah yang lebih maju (modern). Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki daya upaya untuk dapat menyesuaikan diri, baik secara aktif maupun pasif. Seseorang aktif melakukan penyesuaian diri bila terganggu keseimbangannya, yaitu antara kebutuhan dan pemenuhan. Untuk itu ia akan merespon dari tidak seimbang menjadi seimbang.

Bentuk ketidakseimbangan yang dapat muncul yaitu: bimbang/ragu, gelisah, cemas, kecewa, frustasi, pertentangan, dsb. Penyesuaian diri seseorang dengan lingkungannya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: jenis kelamin, umur, motivasi, pengalaman, serta kemampuan dalam mengatasi masalah. Dua bentuk ketidakseimbangan yang perlu mendapat perhatian yaitu frustasi dan konflik.

a. Frustasi

(61)

semua faktor yang berasal dari luar dirinya, yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Faktor eksteren terbagi lagi menjadi tiga yaitu dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

b. Konflik

Konflik (pertentangan) dapat muncul apabila terjadi ketidakseimbangan dalam diri individu. Salah satu contoh: ‘Seseorang dihadapkan pada beberapa

pilihan yang harus dipilih satu, atau beberapa diantaranya’. Seseorang yang

mengalami konflik dan tidak segera diatasi, dapat menimbulkan gangguan perilaku. Beberapa contoh lain untuk situasi konflik adalah sebagai berikut.

1) Approach-approach: Berhadapan dengan 2 pilihan yang menarik. 2) Avoidance-avoidance: Berhadapan dengan 2 pilihan yang tidak

diinginkan.

3) Approach-avoidance: Satu pilihan menyenangkan dan satu pilihan tidak

menyenangkan.

4) Double approach avoidance conflict: banyak konflik, dan sebagainya.

2. Maladaptif

(62)

E. Faktor – Faktor yang Memengaruhi Suksesnya Masa Transisi ke Masa Menjadi Orang Tua pada Saat Post Partum

1. Respon dan Dukungan Keluarga dan Teman

Bagi ibu post partum akan sangat membutuhkan dukungan orang-orang

terdekatnya karena ia belum sepenuhnya berada pada kondisi stabil, baik fisik

maupun psikologisnya. Ia masih sangat asing dengan perubahan peran barunya

yang begitu fantastis terjadi dalam waktu yang begitu cepat, yaitu peran sebagai

seorang “ ibu “.

2. Hubungan dari Pengalaman Melahirkan terhadap Harapan dan

Aspirasi

Hal yang dialami ibu ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam

perasaannya terhadap perannya sebagai seorang ibu. Ia akhirnya menjadi tahu

bahwa begitu beratnya ia harus berjuang untuk melahirkan bayinya dan hal

tersebut akan memperkaya pengalaman hidupnya untuk lebih dewasa. Banyak

kasus terjadi setelah seorang ibu melahirkan anaknya yang pertama, ia akan

bertekad untuk lebih meningkatkan kualitas hubungannya dengan ibunya.

3. Pengaruh Budaya

Adanya adat-istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga sedikit

banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati masa transisi ini.

Dalam hal ini, tenaga kesehatan harus bijaksana dalam menyikapi, namun tidak

mengurangi kualitas asuhan yang harus diberikan. Keterlibatan keluarga dari awal

dalam menentukan banyak asuhan dan perawatan yang harus diberikan pada ibu

(63)

F. Arti Ibu 1. Pengertian

Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi tugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya, dan yang paling berperan sebagai pendidik anak-anaknya adalah ibu. Peran seorang ibu dalam keluarga terutama pada anak adalah mendidik dan menjaga anak-anaknya dari usia bayi hingga dewasa, karena anak tidak jauh dari pengamatan orangtua terutama ibunya (Asfryati, 2003).

2. Peranan Ibu

Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini. Ibu sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga dewasa, bahkan sampai anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah dengan orang lain seorang ibu tetap berperan dalam kehidupan anaknya (Zulkifli, 1986).

Peranan ibu antara lain:

a. Pemberi aman dan sumber kasih sayang. b. Tempat mencurahkan isi hati.

(64)

e. Pendidik segi emosional. f. Penyimpan tradisi.

Ibu mempunyai peranan dalam proses anak, yaitu sebagai berikut :

a. Ibu merupakan kelompok terkecil yang anggotanya berinteraksi to face

secara tetap, dalam kelompok demikian perkembangan anak dapat diikuti dengan sesama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi.

b. Ibu mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan cinta kasih hubungan suami istri. Motivasi yang kuat melahirkan hubungan emosional antara orang tua dan anak.

c. Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat relatif tetap maka ibu memainkan peranan sangat penting terhadap proses pertumbuhan anak.

3. Anak dalam Pola Asuh Ibu

Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab ibunya. Dasar pemikiran dan pertimbangannya adalah sebagai berikut :

(65)

vital bagi kelangsungan hidup maupun dalam menemukan makna dan tujuan hidupnya.

b. Untuk mencapai perkembangannya seorang anak membutuhkan kasih sayang, perhatian dan rasa aman untuk berlindung dari ibunya.

(66)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa dewasa merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Individu pada masa dewasa muda ini mengalami perubahan tanggung jawab dari seorang pelajar menjadi orang dewasa mandiri dengan menentukan pola hidup baru, memikul tanggung jawab baru dan membuat komitmen-komitmen baru. Mereka diharapkan mampu mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan, dan nilai-nilai baru yang sesuai dengan tugas perkembangannya (Hurlock, 1980).

Tahap perkembangan psikososial yang dikemukakan oleh Erikson menjelaskan bahwa orang dewasa pada tahap ini mulai mendambakan hubungan-hubungan yang intim dan akrab, serta menyatukan identitasnya dengan orang-orang lain. Salah satu indikasi yang harus dijalankan orang-orang dewasa muda adalah peralihan peran menjadi suami atau istri dan orangtua. Masa ini membuat mereka mulai memilih pasangan dan membina keluarga dengan mengasuh anak dan mengelola rumah tangga (Hall & Lindzey, 1993). Baik laki-laki maupun wanita memiliki peranan yang berbeda dalam pencapaian tugas perkembangan ini sehingga menuntut bentuk-bentuk penyesuaian yang berbeda.

(67)

kepuasan interpersonal serta memperkuat ikatan pasangan suami istri. Kehamilan bagi seorang wanita sangat penting, karena merupakan simbol terjadinya transisi ke arah kedewasaan (Kaplan., dkk, 2010). Sisi lain menyatakan bahwa kehamilan merupakan salah satu episode dramatis dalam kehidupan seorang wanita. Persalinan merupakan saat yang dinanti-nantikan oleh ibu hamil, terutama primigravida (kehamilan pertama) untuk segera dapat merasakan kebahagiaan melihat dan memeluk bayi yang telah dikandungnya selama berbulan-bulan. Akan tetapi, kehadiran seorang anak tidak selamanya menjadi suatu kebahagiaan. Bagi ibu yang menghadapi persalinan anak pertama merupakan suatu pengalaman baru dan merupakan masa-masa yang sulit (Kusmiyati, 2010).

Kecemasan yang terjadi pada ibu yang akan menjalani persalinan umumnya disebabkan karena perubahan pola hidup, termasuk kondisi biologis maupun psikologis. Mereka harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi yang banyak menyita waktu, emosi dan energi. Sementara itu, mereka tetap dibebani untuk mengurus kebutuhan rumah tangga (Arindra, 2007). Carpenito (2000) dalam Handbook of Nursing Diagnosis menjelaskan bahwa kelahiran anak merupakan salah satu faktor situasional yang berakibat pada pengalaman kehilangan gaya hidup dan perasaan kehilangan pada diri seseorang atas dirinya sendiri.

(68)

wanita, yaitu penyesuaian fisik, perasaan tidak aman, adanya sistem dukungan, dan kehilangan akan identitasnya yang dulu. Faktor-faktor seperti perubahan fisik dan emosional yang komplek, aktivitas dan peran baru sebagai ibu pada minggu -minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan sangat berpengaruh terhadap penyesuaian ibu hamil dan melahirkan selanjutnya (Bobak, 2004).

Kebahagiaan mungkin tidak akan dirasakan oleh sebagian ibu yang tidak berhasil menyesuaikan diri terhadap sejumlah faktor perubahan di atas. Mereka bahkan dapat mengalami berbagai gangguan emosional dengan berbagai gejala, sindroma dan faktor resiko yang berbeda-beda. Hasil penelitian terhadap ibu hamil yang dilakukan oleh Damayanti (2005) menunjukkan bahwa 80% ibu hamil mengalami rasa khawatir, was-was, gelisah, takut dan cemas dalam menghadapi kehamilannya. Perasaan-perasaan yang muncul antara lain berkaitan dengan keadaan janin yang dikandungnya, ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi persalinan, serta perubahan-perubahan fisik dan psikis yang terjadi.

Hal senada juga diungkapkan oleh Kartono (1992), bahwa pada usia kandungan tujuh bulan ke atas, tingkat kecemasan ibu hamil semakin akut dan intensif seiring dengan mendekatnya kelahiran bayi pertamanya. Disamping itu, trimester ini merupakan masa riskan terjadinya kelahiran bayi premature sehingga menyebabkan tingginya kecemasan pada ibu hamil. Setiap kehamilan secermat apapun direncanakan tetap akan memberikan kejutan bagi calon ibu. Apalagi bagi wanita yang baru mengalami kehamilan untuk pertama kali.

Gambar

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Dampak Psikologi akibat Kelahiran
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Adaptasi Psikologi Ibu (taking in,

Referensi

Dokumen terkait

The photometric stereo technique enables the normal vector at each point of the object surface to be determined for a single viewpoint, using the principle that the intensity of

Pada sistem Satuan Internasional (SI), ada tujuh besaran pokok yang berdimensi, sedangkan dua besaran pokok tambahan tidak berdimensi. Cara penulisan dimensi dari suatu

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5, 2014 ISPRS Technical Commission V Symposium, 23 – 25 June 2014, Riva

Karena kebutuhan beda potensial alat sama maka harus dipilih rangkaian yang memiliki beda potensial sama yaitu paralel.Contoh cara merangkai alat-alat listrik di rumah ini

Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan salah satu upaya yang baik dilakukan dalam proses

Tugas Akhir mahasiswa Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Purwokerto (Asron, 2006), mengangkat judul Simulasi Lift Berbasis Programmable Logic Controller (PLC)

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mengubah Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 274/O/1999 tentang Organisasi dan

Gambar 4.1 Plot Distribusi Normal TTF As Intermediate Kempa 1 82 Gambar 4.2 Plot Distribusi Normal TTF Pondasi Gear Box Kempa 2 83 Gambar 4.3 Plot Distribusi Weibull TTF Screw Kempa