• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Stimulasi Perkembangan pada Aspek Sosialisasi dan Kemandirian terhadap Status Perkembangan Anak Prasekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Stimulasi Perkembangan pada Aspek Sosialisasi dan Kemandirian terhadap Status Perkembangan Anak Prasekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI

PERKEMBANGAN PADA ASPEK SOSIALISASI DAN

KEMANDIRIAN TERHADAP STATUS

PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Disusun Oleh:

IKRIMA WARDANI

NIM 1112104000015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Seluruh sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kasehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2016

(3)

iii

FACULTY OF MEDICINES AND HEALTH SCIENCES

PROGRAM STUDY OF NURSING SCIENCE

ISLAMIC STATE OF UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Paper, June 2016

Ikrima Wardani, NIM: 1112104000015

The Effect of Giving Developmental Stimulation on The Socialization and Independence Aspects toward The Preschool Children Development Status at

Local Government Clinic’s Area Pisangan

xix + 87 pages, 11 table, 3 figures, 22 appendices

ABSTRACT

The delay in children development on specific aspect is still one of the health problem for Indonesian children which can reduce the human resources quality in the future. Through a family centered-care approach, parents will be able to do early intervention for the delay in children development problem as a prevention against further delay in children development with a directional development stimulation for 2 weeks. Stimulation was an external environment stimulation in which sharpening the ability of children continuously to improve children‟s ability. This research aimed to find out the effect of children development stimulation on the socialization and independence aspects for the children development status in Local Government Clinic‟s Area Pisangan. This research was a quantitative research with Quasi experimental one group pre test – post test design. The samples were 5 years old (60 months) children with development in doubt on socialization and independence aspects which amounted to 17 people by purposive sampling technique. The instrument of this research was using a Pre-screening Children Development Questionnaire. This research was conducted for 2,5 months which is dated on February 28th until May 3rd, 2016. The statistical test used wilcoxon test for the children development status before and after the intervention showed a significant value 0,000 (p-value < 0,05) so it can be concluded that there is a significant effect between stimulation with the improvement of children development status. It‟s suggested to the mother that give stimulation espescially on socialization and independence aspects for children to optimalize child‟s development according to the development stages. Key word : Preschool Children, Children‟s Delay Development, Development Stimulation

(4)

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juni 2016

Ikrima Wardani, NIM: 1112104000015

Pengaruh Pemberian Stimulasi Perkembangan pada Aspek Sosialisasi dan Kemandirian terhadap Status Perkembangan Anak Prasekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

xix + 87 halaman, 11 tabel, 3 gambar, 22 lampiran

ABSTRAK

Keterlambatan perkembangan anak pada aspek tertentu saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan bagi anak di Indonesia yang dapat mengurangi kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Melalui pendekatan family cantered-care orang tua anak dapat melakukan intervensi dini terhadap masalah keterlambatan perkembangan anak sebagai upaya pencegahan terhadap keterlambatan perkembangan anak lebih lanjut dengan pemberian stimulasi perkembangan terarah selama 2 minggu. Stimulasi adalah perangsangan dari luar lingkungan anak dimana dengan mengasah kemampuan anak secara terus-menerus kemampuan anak akan meningkat. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh stimulasi perkembangan anak pada aspek sosialisasi dan kemandirian terhadap status perkembangan anak di wilayah kerja puskesmas pisangan. Penelitian ini kuantitatif dengan desain Quasi eksperimentalone group pre test – post test. Sample adalah anak berusia 5 tahun (60 bulan) dengan status perkembangan meragukan pada aspek sosialisasi dan kemandirian yang berjumlah 17 orang dengan teknik purpossive sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan Kuesioner Praskrining Perkembangan Anak (KPSP). Penelitian dilakukan selama 2,5 bulan yaitu tanggal 28 Febuari – 3 Mei 2016. Uji statistik menggunakan uji wilcoxon terhadap status perkembangan anak sebelum dan sesudah intervensi yang didapatkan nilai significancy 0,000 (p-value < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara pemberian stimulasi terhadap peningkatan status perkembangan anak. Maka disarankan ibu memberikan stimulasi terutama pada aspek sosialisasi dan kemandirian kepada anak untuk mengoptimalkan perkembangan anak sesuai tahap perkembangannya.

Kata Kunci: Anak Prasekolah, Keterlambatan Perkembangan Anak, Stimulasi Perkembangan

(5)

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN PADA ASPEK SOSIALISASI DAN KEMANDIRIAN TERHADAP STATUS PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PISANGAN

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DISUSUN OLEH

IKRIMA WARDANI

1112104000015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Pembimbing I

Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp. An NIP. 19780409 201101 2 014

Pembimbing II

(6)

vi

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN PADA ASPEK SOSIALISASI DAN KEMANDIRIAN TERHADAP STATUS PERKEMBANGAN ANAK PASEKOLAH DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PISANGAN

Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:

IKRIMA WARDANI

1112104000015

Pembimbing I

Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp. An NIP. 19780409 201101 2 014

Pembimbing II

Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM NIP. 19790520 200901 1 012

Penguji I

Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc NIP: 19790210 200501 2 002

Penguji II

Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep, MNS NIP. 19770401 200912 2 003

Penguji III

Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM NIP. 19790520 200901 1 012

Penguji IV

(7)

vii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN PADA ASPEK SOSIALISASI DAN KEMANDIRIAN TERHADAP STATUS PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PISANGAN

Disusun Oleh:

IKRIMA WARDANI

1112104000015

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc

NIP: 19790210 200501 2 002

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes

(8)

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ikrima Wardani

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Agustus 1994

Alamat : Jl. H. Iming No. 72 RT/RW 05/16 Kel. Beji, Kec. Beji, Kota Depok - 16421

Email/ Telp : key.ikrimawardani@gmail.com / +6287773422794

Riwayat Pendidikan

2000 – 2006 SD Negeri Beji 3 Kota Depok

2006 – 2009 MTs Muhammadiyah 1 Kukusan Kota Depok

2009 – 2012 MA Negeri 7 Jakarta

2012 – sekarang Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Riwayat Organisasi

2010 – 2011 : Wakil Ketua MPK MAN 7 Jakarta

2010 – 2011 : Wakil Ketua PMR MAN 7 Jakarta

2013 - 2015 : Pengurus Harian Wilayah III Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI) Direktorat

Jenderal Sosial Kemasyarakatan

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil‟alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT,

shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skiripsi yang berjudul “PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN PADA ASPEK SOSIALISASI DAN

KEMANDIRIAN TERHADAP STATUS PERKEMBANGAN ANAK

PRASEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN”.

Penulis menyadari bahwa masih terdapatnya kekurangan dan kelemahan dalam skripsi ini. Namun dengan kerja keras disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri S.KM, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(10)

x

6. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp.An dan Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama membimbing penulis

7. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc dan Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep, MNS selaku dosen penguji skripsi atas masukan dan sarannya

8. Staff dan karyawan FKIK UIN Jakarta, beserta dosen dan staff pengajar PSIK FKIK UIN Jakarta yang telah memberi ilmu pengetahuan dan banyak membantu selama perkuliahan

9. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Kepala Puskesmas Pisangan, Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak di wilayah Pisangan dan Cirendeu, yang telah memberikan izin penelitian

10.Para responden, adik-adik beserta ayah dan bundanya yang sangat kooperatif membantu penulis menyelesaikan penelitian

11.Terkhusus orang tua penulis, Ayah H. Sulaiman Dani dan Mamah Herawati atas segenap cinta dan kasih sayangnya, juga doa serta dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan

12.Kedua adik penulis, Faiz Fadhli Rahman dan Fadhlan Faturrahman yang turut mewarnai kehidupan penulis

(11)

xi

14.Dan seluruh pihak yang hadir dalam hidup penulis yang sesungguhnya tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih karena setiap detiknya terlewati dengan penuh syukur.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karna pada hakikatnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Semoga dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan. Akhir kata...

Wassalamu’alaikum, wr. wb.

Ciputat, Juni 2016

(12)

xii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Sabar merupakan ujian bagi setiap yang

menghamba. Sedangkan berkah adalah buah

manis akan hal itu

Terimakasih duhai Allah SWT atas setiap

kesempatan yang sepenuhnya telah engkau

berikan bagi hamba untuk beraktualisasi diri.

Terimakasih telah mengirimkan sepasang

malaikat pendamping hidup hamba melalui

sosok ayah mama. Tak ada yang patut untuk

diperjuangkan melainkan perjuanganmu

wahai ayah, wahai mama, yang tak kenal lelah

selalu menyokong buah hatinya menuju

gerbang kesuksesan.

Semoga amanah gelar ini dapat

dipertanggung jawabkan kelak nanti, melalui

tebar manfaat untuk kemaslahatan umat dan

negeri.

(13)

xiii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

LEMBAR PENGESAHAN ... vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

LEMBAR PERSEMBAHAN ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Pertanyaan Penelitian ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 12

1. Tujuan Umum ... 12

2. Tujuan Khusus ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 13

BAB IITINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Anak ... 14

1. Definisi Perkembangan ... 14

2. Pola Perkembangan Anak ... 14

(14)

xiv

4. Aspek Perkembangan Sosialisasi dan Kemandirian ... 20

B. Anak Usia Prasekolah ... 21

1. Definisi Anak Usia Prasekolah ... 21

2. Tahapan Perkembangan Anak Usia Prasekolah ... 21

3. Teori Tumbuh Kembang Anak Prasekolah ... 22

C. Penilaian Perkembangan Anak ... 24

1. Instrumen Penilaian Perkembangan Anak ... 24

2. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) ... 26

D. Stimulasi Perkembangan Anak... 29

1. Definisi Stimulasi ... 29

2. Prinsip Pemberian Stimulasi ... 29

3. Stimulasi Perkembangan Anak Menurut Umur ... 30

4. Stimulasi Perkembangan Aspek Sosialisasi dan Kemandirian ... 31

F. Asuhan Berpusat Pada Keluarga (Family Center Care) ... 34

1. Definisi Asuhan Berpusat pada Keluarga ... 34

2. Konsep Dasar Asuhan Berpusat Pada Keluarga ... 35

G. Penelitian Terkait ... 36

H. Kerangka Teori ... 38

BAB IIIKERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 39

B. Hipotesa Penelitian ... 40

C. Definisi Operasional ... 40

BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 42

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

C. Populasi dan Sampel Penelitian... 43

D. Alur Penelitian ... 46

E. Pengumpulan Data ... 47

(15)

xv

G. Analisis Data ... 57

1. Anilisis Univariat ... 57

2. Analisis Bivariat ... 58

H. Etika Penelitian ... 59

BAB VHASIL PENELITIAN A. Analisa Univariat ... 61

1. Karakteristik Responden ... 61

2. Status Perkembangan Anak Sebelum dan Sesudah Intervensi ... 63

B. Analisis Bivariat ... 64

1. Hasil Uji Normalitas ... 64

2. Hasil Uji Normalitas Data Setelah Transformasi Data ... 65

3. Pengaruh Stimulasi pada Aspek Sosialisasi dan Kemandirian terhadap Perbedaan Rerata Skor pada Pretest-Posttest ... 65

BAB VIPEMBAHASAN A. Analisis Univariat ... 67

1. Karakteristik Responden ... 67

2. Gambaran Status Perkembangan Anak ... 73

B. Analisis Bivariat ... 77

C. Keterbatasan Penelitian ... 83

BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA

(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

APA : American Academy of Pediatric

BBLR : Berat Bayi Lahir Rendah CAT : Clinical Adaptive Tes

CLAMS : Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale

DDST : Denver Development Skrining Test

ELM : Early Languages Milestone Scale

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia KIA : Kartu Ibu dan Anak

KPSP : Kuesioner Praskrining Perkembangan PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini

SDIDTK : Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang TK : Taman Kanak-Kanak

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2. 1 Teori Pentahapan Klasik ... 22

Tabel 2. 2 Instrumen dan Kuesioner untuk Penilaian Perkembangan Singkat ... 25

Tabel 2. 3 Kelompok Umur Stimulasi ... 30

Tabel 3. 1 Definisi Operasional ... 40

Tabel 4. 1 Hasil Skrining Perkembangan Anak di 8 TK/PAUD di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan, Mei 2016 ... 48

Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan, Mei 2016 ... 61

Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan, Mei 2016 ... 62

Tabel 5. 3 Perbedaan Rerata Skor Status Perkembangan Anak Sebelum Intervensi dan Sesudah Intervensi, Mei 2016 ... 63

Tabel 5. 4 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data, Mei 2016 ... 64

Tabel 5. 5 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data Setelah Transformasi Data, Mei 2016 ... 65

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Penelitian Lampiran 2 Lembar Persetujuan

Lampiran 3 Kuesioner Karakteristik Responden

Lampiran 4 Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Lampiran 5 Lembar Observasi

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan kesehatan anak perlu diperhatikan sejak dini sebagai salah satu upaya untuk membangun manusia seutuhnya dan berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas ditandai dengan fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi (Azwar, 2004; Handayani, 2012). Upaya peningkatan kesehatan anak didukung oleh Pemerintah Indonesia melalui UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 pada pasal 17 yang menegaskan bahwa kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Usaha peningkatan kesehatan anak dimulai dari saat dalam kandungan, masa bayi, masa balita, usia pra sekolah dan usia sekolah (UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992).

(21)

Ditinjau dari jumlah penduduk, Indonesia termasuk kedalam kategori negara berkembang. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 255,5 juta jiwa. Kondisi tersebut menempatkan Indonesia menjadi negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 1,38% (Badan Pusat Statistik, 2015). Dilihat dari proporsi penduduk Indonesia tersebut 40% dari total populasi terdiri atas anak dan remaja berusia 0-16 tahun (Hamid, 2008).

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2015 menyebutkan bahwa jumlah anak prasekolah usia (5-6 tahun) sebanyak 9.679.481 jiwa, dan untuk provinsi Banten jumlah anak prasekolah yaitu 461.903 jiwa (Pusdatin Kemenkes RI, 2015). Jumlah anak di Indonesia yang sangat besar memiliki potensi yang tinggi jika dikembangkan secara optimal (Rilantono, 2002; Nugroho 2009). Sebaliknya, kondisi ini juga dapat menjadi sumber kerawanan apabila tidak mendapat perhatian yang lebih dari berbagai pihak karena perkembangan anak yang optimal pada usia dini akan menjadi penentu bagi tahap-tahap perkembangan selanjutnya (Nugroho, 2009).

(22)

Status perkembangan anak dapat diketahui dengan melakukan skrining deteksi dini perkembangan anak. Skrining perkembangan anak pernah dilakukan oleh Depkes RI pada tahun 2003 di 30 provinsi di Indonesia dan dilaporkan 45,12% bayi mengalami gangguan perkembangan (Christiari, Syamlan, & Kusuma, 2013). Depkes RI (2012) menjelaskan bahwa penting untuk mengetahui status perkembangan anak karena setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.

Hamid (2008) menjelaskan bahwa sebanyak 13,5% anak balita Indonesia merupakan kelompok usia berisiko tinggi mengalami gangguan perkembangan. Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (2013) diperkirakan 5-10% anak mengalami keterlambatan perkembangan dan sekitar 1-3% balita mengalami keterlambatan perkembangan umum (global developmental delay). Namun, angka kejadian keterlambatan perkembangan di Indonesia sampai saat ini belum ada data pasti, karena penelitian tentang hal ini belum banyak dilaporkan.

(23)

Stimulasi juga berperan bagi kemajuan perkembangan otak anak. Perkembangan otak anak sangat pesat terjadi sejak trimester ketiga kehamilan hingga lima tahun pertama kehidupan. Pada saat ini kecepatan pembentukan hubungan antar sel-sel otak (sinapsis) meningkat sangat pesat sebagai respon dari stimulasi dan pengalaman sensori yang diterima oleh bayi, tetapi hubungan ini tidak permanen (Irmawati et al, 2012). Mustard (2010) menjelaskan bahwa paparan berbagai macam stimulasi baik stimulasi suara, stimulasi penglihatan, maupun stimulasi dari indera yang lain, serta keadaan lingkungan yang baik, dibutuhkan untuk membentuk hubungan sel-sel di otak ini. Stimulasi yang berulang-ulang sangat penting untuk tetap mempertahankannya. Stimulasi akan menentukan sel otak (neuron) mana yang akan terus membentuk sinapsis baru dan yang akan mengalami pemangkasan sinaptik (synaptic pruning) (Berk, 2012).

(24)

mental, dan meningkatnya rentang perhatian dan memori mempersiapkan mereka untuk periode mayor berikutnya (masa sekolah) (Wong, 2008).

Stimulasi yang kurang pada anak dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang yang akan mempengaruhi perilaku anak dikemudian hari. Anak-anak kecil dengan masalah belajar dan keterlambatan perkembangan yang spesifik juga dapat mengembangkan perilaku sosial yang tidak lazim, dan harus dipertimbangkan apakah profil tersebut dan perilaku mereka sesuai dengan tahap perkembangan anak yang normal (Attwood, 2002). Newell & Meadow (2005) menjelaskan bahwa gangguan kemampuan belajar pada anak cenderung muncul sebagai akibat perkembangan terlambat, kecuali jika ada ciri-ciri fisik (misalnya down syndrome, mikrosefali). Menurutnya semua anak dengan dengan gangguan kemampuan belajar merupakan anak yang perkembangannya terlambat, tetapi belum tentu sebaliknya.

(25)

upaya pencegahan dalam menanggulangi permasalahan keterlambatan perkembangan, terlebih pada anak prasekolah yang dimana mereka harus mempersiapkan diri untuk selanjutnya menjalankan pendidikan formal.

Gunarsa (2002) juga menjelaskan bahwa anak membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, dan orang lain yang paling utama dan pertama bertanggung jawab adalah orang tua sendiri. Selain itu perkembangan anak juga sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya (Soetjiningsih, 2005). Hal ini didukung oleh Depkes RI (2012) yang menyatakan bahwa stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu atau pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dalam kehidupan sehari-hari.

(26)

(Model Partisipasi Mutual Keperawatan), telah nyata memberikan manfaat diantaranya keluarga memiliki kepercayaan dan kemampuan yang lebih besar dan tekanan yang lebih kecil dalam merawat anak-anak mereka (Churley dan Wallace, 1992; Johnson, Jeppson, dan Redburn, 1992; Wong, 2008).

Penelitian yang dilakukan Susanty, Fadlyana, dan Nataprawira (2014) tentang manfaat intervensi dini anak usia 6-12 bulan dengan kecurigaan penyimpangan perkembangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 32 anak yang dilakukan intervensi, setelah intervensi kecurigaan penyimpangan perkembangan turun menjadi 12/32 setelah 2 minggu, dan 4/32 pada akhir intervensi yaitu setelah 1 bulan. Penelitian serupa dilakukan Irmawati et al, (2009) tentang pengaruh pemberian stimulasi selama satu jam pada perkembangan anak usia 12-24 bulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa evaluasi perkembangan setelah 3 bulan mengalami perbaikan baik pada kelompok stimulasi maupun pada kelompok kontrol.

(27)

menunjukan bahwa pentingnya stimulasi perkembangan yang dilakukan oleh Ibu untuk meningkatkan perkembangan anak.

Studi pendahuluan telah dilakukan oleh peneliti di TK Ananda Kelurahan Pisangan yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Pisangan, pada tanggal 15 Februari 2016 kepada 20 anak yang dilakukan skrining perkembangan anak menggunakan Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP). Dari hasil skrining didapatkan 13 anak dengan status perkembangan sesuai, dan 7 orang anak dengan status perkembangan meragukan. Dimana 7 orang anak tersebut terlambat pada aspek sosialisasi dan kemandirian, 2 orang mengalami keterlambatan pada gerak kasar, 4 orang mengalami keterlambatan pada gerak halus, dan 3 orang mengalami keterlambatan pada aspek bicara dan bahasa. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa sosialisasi dan kemandirian menjadi aspek keterlambatan perkembangan anak paling banyak di TK tersebut.

(28)

informasi agar ibu dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa mendatang.

B. Rumusan Masalah

Perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi, yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar dari lingkungannya (Supartini, 2004). Menurut Soetjiningsih (2005), dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian. Stimulasi yang tidak adekuat akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Keterlambatan pada aspek sosialisasi dan kemandirian dapat menimbulkan masalah pada anak di kemudian hari. Menurut penelitian Boyum dan Parke (1995) dalam Utami dan Nuryoto (2005) menyebutkan bahwa hubungan sosial yang problematik pada masa kanak-kanak ternyata dapat menjadi prediksi perilaku-perilaku bermasalah seperti putus sekolah (dropout), kriminalitas, kenakalan remaja dan perilaku-perilaku psikopatologis pada masa-masa selanjutnya. Memperhatikan hal itu, perlu adanya perhatian dari berbagai pihak untuk dilakukannya upaya pencegahan dalam menanggulangi permasalahan keterlambatan perkembangan, terlebih pada anak prasekolah yang dimana mereka harus mempersiapkan diri untuk selanjutnya menjalankan pendidikan formal.

(29)

perhatian terutama ibu yaitu orang yang terdekat dengan anak. Hal ini sejalan dengan konsep asuhan berpusat pada keluarga (family center care) dimana keluarga dilibatkan dalam melakukan asuhan keperawatan terlebih untuk anak.

Skrining perkembangan pernah dilakukan oleh Depkes RI pada tahun 2003 di 30 provinsi di Indonesia dan dilaporkan 45,12% bayi mengalami gangguan perkembangan (Christiari, Syamlan, & Kusuma, 2013). Namun saat ini angka kejadian keterlambatan perkembangan di Indonesia ada pendataan yang pasti karena penelitian tentang hal tersebut belum banyak dilaporkan.

Berdasarkan Studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di TK Ananda Kelurahan Pisangan, pada tanggal 15 Februari 2016 kepada 20 anak yang dilakukan skrining perkembangan anak menggunakan Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP). Dari hasil skrining didapatkan 13 anak dengan status perkembangan sesuai dan 7 orang anak dengan status perkembangan meragukan. Dimana 7 orang anak tersebut terlambat pada aspek sosialisasi dan kemandirian, 2 orang mengalami keterlambatan pada gerak kasar, 4 orang mengalami keterlambatan pada gerak halus, dan 3 orang mengalami keterlambatan pada aspek bicara dan bahasa. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa sosialisasi dan kemandirian menjadi aspek keterlambatan perkembangan anak paling banyak di TK tersebut.

(30)

anak terlebih yang melibatkan orang tua anak belum dilakukan secara intensif sebelumnya, namun tahun 2016 sudah mulai dihidupkan kembali karna adanya pembahauan buku KIA (Kartu Ibu dan Anak) yang salah satunya berisi mengenai pemantauan perkembangan anak. Mempertimbangkan hal tersebut peneliti menyadari bahwa masih adanya angka delay perkembangan anak terlebih pada aspek sosialisasi dan kemandirian pada anak prasekolah, serta kurangnya skrining perkembangan anak yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian stimulasi perkembangan aspek sosialisasi dan kemandirian terhadap status perkembangan anak pasekolah di wilayah kerja puskesmas pisangan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Pisangan?

2. Bagaimana status perkembangan anak sebelum diberikan intervensi stimulasi perkembangan?

3. Bagaimana status perkembangan anak setelah diberikan intervensi stimulasi perkembangan?

(31)

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stimulasi perkembangan aspek sosialisasi dan kemandirian terhadap status perkembangan anak di wilayah kerja Puskesmas Pisangan

2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Pisangan

2. Diketahuinya gambaran status perkembangan anak sebelum diberikan intervensi stimulasi perkembangan

3. Diketahuinya gambaran status perkembangan anak setelah diberikan intervensi stimulasi perkembangan

4. Diketahuinya pengaruh stimulasi perkembangan terhadap status perkembangan anak

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah referensi dan informasi tentang pengaruh stimulasi perkembangan anak terhadap status perkembangan anak.

2. Bagi Program Profesi Keperawatan

Menjadi bahan referensi untuk pengembangan ilmu keperawatan terutama dalam bidang keperawatan anak terkait perkembangan anak.

3. Bagi Puskesmas Pisangan

(32)

hasil penelitian sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam hal melakukan penelitian secara langsung. Menambah pengetahuan peneliti terkait pengaruh stimulasi perkembangan anak.

5. Bagi Responden

Penelitian ini juga bermanfaat sebagai acuan untuk responden didalam penatalaksanaan perkembangan anak di tingkat dasar yang dapat dengan mudah untuk diterapkan di rumah.

F. Ruang Lingkup Penelitian

(33)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Anak

1. DefinisiPerkembangan

Perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi, yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar dari lingkungannya (Supartini, 2004). Menurut Wong (2008), perkembangan diartikan sebagai perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi dan pembelajaran.

2. Pola Perkembangan Anak

Perkembangan anak mengikuti pol-pola tertentu, Meggitt (2006) menjelaskan tentang pola perkembangan anak yaitu sebagai berikut: a. Dari sederhana ke kompleks

Progres perkembangan dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. Contohnya adalah anak-anak akan berdiri sebelum mereka bisa berjalan, dan berjalan sebelum mereka bisa meloncat atau melompat.

b. Dari kepala hingga ke kaki

(34)

tubuh melalui lengan, tangan dan belakang, dan akhirnya sampai ke tungkai dan kaki.

c. Dari dalam ke luar

Progres perkembangan dari bagian yang dekat dengan tubuh ke bagian lebih kompleks yang lebih jauh dari tubuh. Contohnya adalah, anak-anak daoat mengkoordinasikan lengannya, menggunakan kemampuan gerak kasat untuk meraih sebuah benda, sebelum mereka mempelajari keterampilan motorik halus yang diperlukan untuk menggunakan jari-jari mereka untuk mengambilnya.

d. Dari umum ke spesifik

Progres perkembangan berespon dari yang umum ke yang spesifik. Contohnya, seorang bayi muda menunjukkan kesenangan dengan respon umum secara masif, yaitu dengan mata melebar, kaki dan tangan bergerak dengan penuh semangat. Sedangkan anak yang lebih tua menunjukkan kesenangan dengan tersenyum atau menggunakan kata-kata atau gerak tubuh yang tepat.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

(35)

dipengaruhi oleh faktor herediter, faktor lingkungan, dan faktor hormonal.

Depkes (2012) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak antara lain faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor eksternal terbagi menjadi 2 yaitu faktor persalinan, dan faktor pascapersalinan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor dalam (internal) 1) Ras/etnik atau bangsa

Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa amerika, maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia

2) Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang miliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus

3) Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.

4) Jenis Kelamin

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

5) Genetik

(36)

kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.

6) Kelainan kromosom

Kelainan kromoson umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down‟s dan sindroma

Turner‟s

b. Faktor luar (eksternal) 1) Faktor Prenatal

a) Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin

b) Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelaian kongenital seperti club foot

c) Toksin/zat kimia

Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid dapat menyebabkan kelainan seperti palatoksis

d) Endokrin

Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal

e) Radiasi

(37)

retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung

f) Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks (TORCH) dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelaian jantung kongenital.

g) Kelainan imunologi

Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.

h) Anoksia embrio

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.

i) Psikologi ibu

(38)

2) Faktor Persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.

3) Faktor Pascapersalinan a) Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat

b) Penyakit kronis/ kelainan kongenital

Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi perubahan jasmani

c) Lingkungan fisis dan kimia

Lingkungan sering disebut sebagai melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (timbal, mercuri, rokok, dan lain-lain) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.

d) Psikologis

(39)

e) Endokrin

Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan. f) Sosio-ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.

g) Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

h) Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyedia alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.

i) Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

4. Aspek Perkembangan Sosialisasi dan Kemandirian

(40)

RI (2012) menyebutkan aspek-aspek perkembangan yang dapat dipantau meliputi gerak kasar, gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian.

Aspek perkembangan sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan setelah bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya (Depkes RI, 2012).

B. Anak Usia Prasekolah

1. Definisi Anak Usia Prasekolah

Depkes RI (2012) menerangkan tentang masa prasekolah yaitu anak yang berusia dari 60 sampai 72 bulan. Berdasarkan periode usia perkembangan Potter dan Perry (2005) menjelaskan bahwa masa prasekolah termasuk kedalam masa kanak-kanak awal (1-6 tahun). Masa kanak-kanak awal terbagi menjadi dua periode yaitu periode toddler (1-3 tahun) dan periode pra sekolah (3-6 tahun).

2. Tahapan Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Depkes RI (2012) mengklasifikasikan tahap perkembangan anak menurut umur bagi anak prasekolah (60-72 bulan) yaitu mampu:

a. Berjalan lurus

b. Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik

(41)

e. Menggambar segi empat f. Mengerti arti lawan kata

g. Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih h. Menjawab pertanyaan tentang benda tersebut dari apa dan

kegunaannya

i. Mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10 j. Mengenal warna-warni

k. Mengungkapkan simpati l. Mengikuti aturan main

m. Berpakaian sendiri tanpa dibantu

3. Teori Tumbuh Kembang Anak Prasekolah

Beberapa ahli di bidang pertumbuhan dan perkembangan anak menjelaskan teori yang mendasari dan erat kaitannya dengan tumbuh kembang anak yang dijelaskan dalam Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2. 1 Teori Pentahapan Klasik

Teori 0-1 Diambil dari Behrman, Kliegman, dan Arvin (1999), dalam buku Nelson

Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15, Vol. 1

(42)

a. Teori perkembangan psikososial (Erikson)

Teori perkembangan psikososial menjelaskan tentang perkembangan kepribadian yang dikembangkan oleh Erikson (1963). Teori ini menekankan pada kepribadian yang sehat dan bertentangan dengan pendekatan patologik. Pendekatan rentang kehidupan Erikson terhadap perkembangan kepribadian anak prasekolah termasuk kedalam tahap inisiatif vs rasa bersalah, tahap ini dicirikan dengan perilaku yang instrusif dan penuh semangat, berani berupaya, dan imajinasi yang kuat. Anak-anak mengeksplorasi dunia fisik dengan semua indra dan kekuatan mereka. Anak-anak terkadang memiliki tujuan atau melakukan aktivitas yang bertentangan dengan yang dimiliki orang tua atau orang lain, dan dibuat merasa bahwa aktivitas atau imajinasi mereka merupakan hal yang buruk sehingga menimbulkan rasa bersalah. Anak-anak harus belajar mempertahankan rasa inisiatif tanpa mengenai hak dan hak istimewa orang lain. Hasil akhirnya adalah arahan dan tujuan.

b. Teori perkembangan kognitif (Piaget)

(43)

perilakunya, individu membentuk dan mempertahankan keseimbangan dengan lingkungan. Jalan perkembangan intelektual bersifat maturasional dan tetap, dibagi menjadi tahap-tahap berikut ini (usia dalam rata-rata):

1) Praoperasional (2 sampai 7 tahun)

Ciri menonjol tahap ini adalah egosentrisme yaitu ketidakmampuan untuk anak menempatkan diri di tempat orang lain. Pada tahap akhir periode ini pemikiran mereka bersifat intuitif (misal, bintang harus pergi tidur karena mereka juga tidur) dan mereka baru mulai menghadapi masalah berat badan, ukuran, dan waktu. Cara berfikir juga transduktif, karena dua kejadian terjadi bersamaan mereka saling menyebabkan satu sama lain, atau pengetahuan tentang satu ciri dipindahkan ke ciri lain (misal, semua wanita yang berperut besar pasti hamil).

C. Penilaian Perkembangan Anak

1. Instrumen Penilaian Perkembangan Anak

(44)

Tabel 2. 2 Instrumen dan Kuesioner untuk Penilaian Perkembangan Singkat

30-45 Seperti DDST tetapi sensitivitasnya lebih baik;

15-20 Skrining multidomain cepat dengan sensitivitas dan

5-10 Skrining yang dinorma dengan baik, cepat untuk bahasa ekspresif, reseptif, dan visual; sangat berguna pada masa bayi; tidak menilai domain lain

Pro-Ed 8700 Shoal

10-20 CLAMS saja memberi kuosien bahasa cepat; CAT/CLAMS

10-20 Uji bahasa reseptif saja yang divalidasi cepat; berkorelasi baik dengan IQ verbal; mudah untuk dilakukan; hati-hati

15-20 Seri kuesioner yang dilakukan sendiri; domain multipel;

(45)

2. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP)

Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar keluaran Departemen Kesehatan (2012), deteksi dini penyimpangan perkembangan dilakukan dengan menggunakan Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP). KPSP adalah instrumen yang dikeluarkan oleh Depkes RI bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2005 (Susanty et al,

2014). KPSP lebih unggul dibanding dengan instrumen pemeriksaan perkembangan anak lain karena KPSP telah mendapat penyesuaian tersendiri dalam penggunaannya dengan keadaan anak-anak yang ada di Indonesia. KPSP menilai perkembangan anak meliputi 4 aspek perkembangan yang dipantau yaitu: perkembangan kemampuan gerak kasar atau motorik kasar, gerak halus atau motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.

(46)

pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda (Depkes RI, 2012).

Alat/instrumen yang digunakan adalah formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak usia 0-72 bulan. Alat bantu pemeriksaan berupa; pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5 – 1 cm. Cara menggunakan KPSP yaitu:

a) Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa, tentukan umur anak dengan menyanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan, contoh bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan. b) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan

umur anak. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: “Dapatkah bayi makan kue sendiri makan kue sendiri?”, perintah

kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP, contoh: “Pada posisi bayi anda

(47)

c) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.

d) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.

e) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan terdahulu. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

Interpretasi hasil KPSP dilihat dari berapa jumlah jawaban Ya. Jawaban Ya, bila/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya. Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu. Jumlah jawaban „Ya‟

= 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S). Jumlah jawaban „Ya‟ = 7 atau 8,

perkembangan anak meragukan (M). Jumlah „Ya‟ = 6 atau kurang,

kemungkinan ada penyimpangan (P). Untuk jawaban „Tidak‟, perlu dirinci jumlah jawaban „Tidak‟ menurut jenis keterlambatan (gerak

(48)

D. Stimulasi Perkembangan Anak

1. Definisi Stimulasi

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal (Depkes RI, 2012). Stimulasi adalah perangsangan dan latihan-latihan terhadap kepandaian anak yang datangnya dari lingkungan luar anak (Mursito & Warti, 2002 dalam Dwienda et al, 2014). Sedangkan menurut Soetjiningsih (2005) stimulasi adalah perangsang yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak.

Dwienda (2014) menjelaskan bahwa stimulasi merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak, yaitu asah. Dengan mengasah kemampuan anak secara terus-menerus, kemampuan anak akan semakin meningkat. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang mendapat stimulasi (Nugroho, 2009).

2. Prinsip Pemberian Stimulasi

Pemberian stimulasi pada anak harus memperhatikan beberapa hal yang mendasar dalam kemajuan tumbuh kembang anak. Dwienda (2014) menerangkan bahwa dalam melakukan stimulasi, harus menggunakan prinsip sebagai berikut:

(49)

b. Bertahap dan berkelanjutan, serta mencakup 4 bidang kemampuan perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal social).

c. Dimulai dari tahapan perkembangan yang telah dicapai anak. d. Dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan, hukuman atau bentakan. e. Anak selalu diberi pujian.

f. Alat bantu stimulasi (jika perlu) dicari yang sederhana, tidak berbahaya dan mudah didapat.

g. Suasana dibuat menyenangkan dan bervariasi.

3. Stimulasi Perkembangan Anak Menurut Umur

Depkes (2012) menjelaskan bahwa perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai pola yang tetap dan berlangsung secara berurutan. Stimulasi yang diberikan kepada anak dalam rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diberikan oleh orang tua/keluarga sesuai dengan pembagian kelompok umur stimulasi anak yang dijeaskan dalam tabel 2.3 sebagai berikut:

Tabel 2. 3 Kelompok Umur Stimulasi

Periode Tumbuh Kembang Kelompok Umur Stimulasi Masa prenatal, janin dalam kandungan Masa prenatal

Masa bayi 0 – 12 bulan Umur 0-3 bulan Umur 3-6 bulan Umur 6-9 bulan Umur 9-12 bulan Masa anak balita 12-60 bulan Umur 12-15 bulan

Umur 15-18 bulan Umur 18-24 bulan Umur 24-36 bulan Umur 36-48 bulan Umur 48-60 bulan Masa prasekolah 60-72 bulan Umur 60-72 bulan

(50)

4. Stimulasi Perkembangan Aspek Sosialisasi dan Kemandirian

Stimulasi perkembangan anak untuk kemampuan bersosialisasi dan kemandirian sesuai umur bagi anak usia 60-72 bulan menurut Depkes RI (2012), dijabarkan sebagai berikut:

a. Stimulasi kegiatan yang perlu dilanjutkan

1) Dorong agar anak berpakaian sendiri, menyimpan mainannya tanpa bantuan anda, dan membantu kegiatan di rumah seperti memasak, bersih-bersih rumah dan sebagainya.

2) Ajak anak berbicara tentang apa yang dirasakan anak, ikutkan anak dalam acara makan sekeluarga

3) Rencanakan kegiatan ke luar sering-sering, beri anak kesempatan mengunjungi tetangga, teman dan saudara tanpa ditemani anda.

4) Beri anak kesempatan memilih acara televisi yang ingin dilihat, tetapi anda tetap membantu memilihkan acara. Batasi waktu menonton televisi tidak lebih dari 2 jam sehari. Lihat dan bicarakan beberapa acara yang dilihat dan didengar bersama.

b. Berkomunikasi dengan anak

(51)

c. Berteman dan bergaul

Pada umur ini anak-anak senang sekali bergaul dan membutuhkan teman sebaya untuk bermain. Bantu dan beri anak kesempatan berkumpul dengan teman-temannya. Ajari anak dalam memakai kata-kata yang tepat ketika menyampaikan maksudnya pada teman-temannya. Buat anak agar memakai kata-kata dalam memecahkan masalah dan bukannya dengan memukul atau mendorong.

d. Mematuhi peraturan keluarga

Buat persetujuan dengan suami/istri anda mengenai peraturan keluarga. Sertakan anak pada “pertemuan” keluarga ketika

membicarakan peraturan terebut. Adakan pertemuan keluarga secara rutin untuk membicarakan acara kelurga minggu ini/minggu depan, rencana jalan-jalan atau ketika menentukan waktu anak mandi sore, sembahyang/ibadah, dan sebagainya. Ajarkan anak patuh terhadap peraturan tersebut. Beri peringatan/teguran/penjelasan ketika anak tidak mematuhi peraturan. Hindari penggunaan kekerasan/hukuman badan/cacian.

E. Orang tua Terhadap Anak

1. Definisi orang tua

(52)

kandung; orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya).

2. Peran Orang tua Terhadap Perkembangan Anak

Anak membutuhkan orang lain untuk membantu perkembangan keseluruhan dirinya. Ada fase dimana anak tergantung sepenuh nya pada orang lain, misalnya pada bayi yang baru lahir dan sebaliknya ada fase dimana anak dapat melepaskan sebagian besar ketergantungannya ini, misalnya anak umur 18 tahun (Gunarsa, 2002). Selain itu orang lain yang paling utama dan pertama bertanggung jawab adalah orang tua sendiri. Sehingga orang tua yang bertanggung jawab memperkembangkan seluruh eksistensi anak. Peran dan tanggung jawab orang tua terhadap perkembangan anak dari beberapa sumber diantaranya dijabarkan sebagai berikut:

a. Pemenuh kebutuhan-kebutuhan anak

Memenuhi kebutuhan anak baik dari sudut organis-psikologi diantaranya kebutuhan makan, kebutuhan perkembangan intelektual melalui pendidikan, kebutuhan akan rasa dikasihi, dimengerti dan rasa aman melalui perawatan, auhan, ucapan-ucapan dan perlakuan-perlakuan.

b. Pengasuhan dan perawatan anak

(53)

pada nilai-nilai yang dimiliki keluarga. Supartini (2004) menjelaskan bahwa pada budaya timur seperti di Indonesia, peran pengasuhan atau perawatan lebih banyak dipegang oleh istri atau ibu meskipun mendidik anak merupakan tanggung jawab bersama.

Pada dasarnya tujuan pengasuhan orang tua adalah mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatannya, memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya dan mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama.

Depkes (2012) menjelaskan bahwa stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/ pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari.

F. Asuhan Berpusat Pada Keluarga (Family Center Care)

1. Definisi Asuhan Berpusat pada Keluarga

(54)

menjamin kesehatan dan kesejahteraan anak-anak dan keluarga mereka melalui kemitraan keluarga-profesional kesehatan.

2. Konsep Dasar Asuhan Berpusat Pada Keluarga

Konsep dasar dalam asuhan berpusat pada keluarga menurut Wong (2008) ada dua, yaitu: memapukan dan memberdayakan. Supartini (2004) memaparkan tentang konsep yang mendasari asuhan berpusat pada keluarga yaitu fasilitasi keterlibatan orang tua dalam perawatan dan peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat anak.

Asuhan keperawatan dengan pendekatan berfokus pada keluarga paling terbukti pada saat merawat anak, hal ini disebabkan oleh pengenalan bahwa keluarga merupakan pusat dalam kehidupan anak. Menurut Casey (1997) dalam Supartini (2004) menjelaskan bahwa sangat diperlukan kerja sama antara orang tua dan tim kesehatan dan asuhan pada anak baik sehat maupun sakit paling baik dilaksanakan oleh orang tua, dengan bantuan tenaga kesehatan yang kompeten sesuai kebutuhannya. Selain itu prinsip pelayanan keperawatan anak harus berfokus pada anak dan keluarga, untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga (Casey, 1997; Supartini, 2004).

Institute for Family-centered Care (2004) menjelaskan beberapa konsep inti dari asuhan berpusat pada pasien dan keluarga adalah sebagai berikut:

(55)

keyakinan, dan latar belakang budaya yang dimasukkan ke dalam perencanaan dan pemberian perawatan.

b. Information Sharing (Berbagi informasi). Praktisi kesehatan berkomunikasi dan berbagi informasi yang lengkap dan informasi yang tidak bias dengan pasien dan keluarga dengan cara yang menegaskan (afirmasi) dan yang berguna. Pasien dan keluarga menerima informasi yang tepat waktu, lengkap, dan akurat agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam perawatan dan pengambilan keputusan.

c. Participation (Partisipasi). Pasien dan keluarga didorong dan didukung untuk berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan keputusan di tingkat yang mereka pilih.

d. Collaboration (Kolaborasi). Pasien, keluarga, praktisi kesehatan, dan pemimpin berkolaborasi dalam kebijakan dan program pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi; dalam desain fasilitas pelayanan kesehatan; dan di pendidikan profesional, serta dalam pemberian perawatan

G. Penelitian Terkait

(56)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Irmawati et al (2009) dengan judul Pengaruh Pemberian Stimulasi Selama Satu Jam pada Perkembangan Anak usia 12-24 bulan. Penelitian ini dilakukan pada 35 subjek kelompok stimulasi dan 35 subjek kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukan bahwa evaluasi perkembangan setelah 3 bulan mengalami perbaikan baik pada kelompok stimulasi maupun pada kelompok kontrol.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Innike tahun (2014) dengan judul Pengaruh Pelatihan Stimulasi Keluarga oleh Ibu dealam Bentuk Tulisan dengan Gambar terhadap Perkembangan Anak Usia Kurang dari 3 Tahun. Penelitian ini dilakukan pada 130 subjek. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah cara stimulasi oleh ibu dengan metode gambar lebih baik pengaruhnya terhadap perkembangan anak usia kurang dari tiga tahun dibandingkan dengan metode tulisan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Barros, Matijasevich, Santos, dan Halpern (2010) di Pelotas Brazil dengan judul Perkembangan Anak dalam Studi Kohort Kelahiran: Efek Stimulasi Anak Lebih Kuat di Ibu dengan Pendidikan Rendah. Penelitian ini menggunakan instrument Batelle’s Development Inventory untuk menilai perkembangan anak.

(57)

H. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(58)

39

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariable (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti) (Nursalam, 2008). Menurut Notoatmodjo (1993 dalam Wasis, 2008) menjelaskan bahwa kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan. Dibawah ini dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan peneliti lakukan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan. Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

1. Intervensi adalah pemberian stimulasi perkembangan anak 2. Variabel terikat adalah status perkembangan anak

Pre Intervensi Intervensi Post Intervensi

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian

Pemberian Stimulasi Perkembangan Anak Status

Perkembangan Anak

Status Perkembangan

(59)

B. Hipotesa Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008). Menurut Corbetta (2003 dalam Swarjana, 2012) menjelaskan bahwa juga didefiniskan sebagai sebuah konsep, atau interkoneksi di antara konsep. Hipotesis dibuat berdasarkan teori, atau studi empiris berdasarkan pada alasan logis dan memprediksi hasil dari studi (Swarjana, 2012).

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan kerangka konsep penelitian maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian ini yaitu: "Ada Pengaruh Stimulasi Perkembangan pada Aspek Sosialisasi dan Kemandirian terhadap Status Perkembangan Anak".

C. Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

Variabel Penelitian

Definisi

(60)

Variabel Penelitian

Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala menggunakan

kuesioner praskrining perkembangan (KPSP) dengan interpretasi hasil sesuai,

meragukan, dan penyimpangan.

perkembangan

(KPSP) pada poin pertanyaan nomer 2, 7, dan 10. KPSP tercantum dalam Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dini dan Intervensi

Dini Tumbuh

Kembang Anak

(61)

42

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuasi eksperimental One Group

dengan Pre test-Post test design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian stimulasi perkembangan terhadap perkembangan anak di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

Disain kuasi eksperimen memfasilitasi hubungan sebab-akibat dalam situasi dimana intervensi tidak memungkinkan dilaksanakan seperti

true eksperiment (Wood & Habber, 2006). Desain Quasi Eksperiment

bertujuan untuk menguji hubungan sebab-akibat terhadap perlakuan (Haryati, 2009). Pendekatan One Group Design hanya satu kelompok intervensi tanpa kelompok kontrol (Wood & Habber, 2006). Rancangan penelitian dapat dilihat pada bagan berikut:

Keterangan:

O1 : adalah status perkembangan anak pada tahap awal (pre test) O2 : adalah status perkembangan anak pada tahap akhir (post test)

O1 O2

Intervensi (Pemberian Stimulasi Perkembangan Anak)

(62)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanankan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari dua kelurahan yaitu Kelurahan Pisangan dan Kelurahan Cireundeu. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2016.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah universum, itu dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti (Danim, 2003). Populasi pada penelitian ini adalah semua anak usia 5 tahun (60-72 bulan) yang mengalami perkembangan meragukan dengan keterlambatan pada aspek sosialisasi dan kemandirian (berdasarkan pemeriksaan dengan KPSP) di wilayah kerja Puskesmas Pisangan. Populasi penelitian ini termasuk populasi infinit yang berarti tidak pernah diketahui dengan pasti jumlahnya, dan bersifat sangat luas (Imron & Amrul, 2010; Hakiki, 2015). Untuk saat ini di wilayah kerja Puskesmas Pisangan belum ada pendataan jumlah anak dengan perkembangan meragukan.

2. Sampel

(63)

pada penelitian ini adalah anak usia 60 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pisangan. Teknik pengambilan sampel ini menggunakan teknik Purpossive Sampling dimana sampel yang diambil berdasarkan kriteria yang masuk didalam penelitian, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Anak yang berusia 60-72 bulan

2) Merupakan anak-anak yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pisangan

3) Anak yang sedang mengikuti pendidikan usia dini baik di PAUD/TK

4) Anak yang setelah dilakukan pemeriksaan perkembangan dengan KPSP masuk kedalam kategori anak dengan perkembangan meragukan dan pada aspek sosialisasi dan kemandirian

5) Bersedia menjadi responden b. Kriteria Eksklusi

1) Sedang menderita penyakit berat

2) Memiliki riwayat BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)

3. Besar Sampel

(64)

Burns & Susan (2005 dalam Al-Halaj, 2014) menjelaskan bahwa jumlah sampel pada penelitian kuasi eksperimen adalah sebanyak 10 –

20 orang.

(65)

D. Alur Penelitian

Gambar 4. 2 Alur Penelitian

Persiapan Penelitian

Menentukan responden penelitian

Skrining perkembangan anak (pengumpulan data pre test)

Memenuhi kriteria inklusi Tidak memenuhi

kriteria inklusi

Informed consent

Bersedia Tidak bersedia

Penjelasan prosedur tindakan dan Kontrak

waktu

Pelaksanaan tindakan

Evaluasi cara stimulasi Pengajaran cara stimulasi

kepada orang tua

Observasi intervensi 2 minggu

Evaluasi (pengumpulan data post test)

(66)

E. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan alur penelitian yang akan dijabarkan sebagai berikut:

a. Persiapan Penelitian

Peneliti mengajukan perizinan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pisangan kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Kepala Puskesmas Pisangan dan kepada Kepala Sekolah PAUD/TK/Rumah Belajar yang berada diwilayah Puskesmas Pisangan.

b. Menentukan Responden Penelitian

Peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yaitu: anak-anak yang berusia 5 tahun (60-72 bulan) yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pisangan, sedang mengikuti pendidikan anak usia dini (baik PAUD/TK/Rumah Belajar), dan status perkembangannya meragukan pada aspek sosialisasi dan kemandirian.

1) Skrining Responden

(67)

KPSP yang dilakukan oleh peneliti dan asisten peneliti yang sebelumnya telah menyamakan persepsi dan mendapat pengajaran cara penggunaan instrumen KPSP. Hasil skrining dijabarkan dalam tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Hasil Skrining Perkembangan Anak di 8 TK/PAUD di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan, Mei

2016

Status Perkembangan Anak Jumlah Presentase

Sesuai 83 70,9 %

Meragukan 29 24,5 %

Penyimpangan 5 4,3 %

Total 117 100 %

Tabel 4.1 menjelaskan tentang skrining yang dilakukan di 8 PAUD/TK yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pisangan (Kelurahan Cirendeu dan Kelurahan Pisangan). Dari total skrining berjumlah 117 anak, yang dijadikan responden adalah anak-anak dengan status perkembangan meragukan. Anak dengan status perkembangan meragukan dipilih karena mengacu pada tata laksana Depkes 2012, bawa untuk anak dengan perkembangan meragukan dapat dilaksanakan intervensi ditingkat dasar (rumah) dengan pemberian stimulasi, sedangkan untuk anak dengan penyimpangan perkembangan tata laksananya dengan melakukan rujukan ke Puskesmas, Klinik Tumbuh Kembang anak atau Rumah Sakit (RS) terdekat.

(68)

yang mengalami keterlambatan pada aspek sosialisasi dan kemandirian dan bersedia menjadi responden berjumlah 19 orang. Ini dikarenakan dari 29 anak dengan perkembangan meragukan tersebut, 6 orang diantaranya tidak mengalami keterlambatan pada aspek sosialisasi dan kemandirian (mengalami terlambat pada aspek bicara bahasa dan gerak halus), dan 4 orang yang lain menolak untuk dilakukan intervensi, sehingga 10 orang tersebut dieksklusikan oleh peneliti. Jadi total responden yang sesuai dengan kriteria inklusi didapatkan adalah 19 orang.

Namun seiring dengan berjalannya proses intervensi 2 orang menyatakan berhenti ditengah-tengah proses intervensi (drop out). Sehingga total akhir responden pada penelitian ini adalah 17 orang.

2) Kontrak Waktu

Peneliti melakukan kontrak waktu bertemu orang tua anak-anak yang sesuai dengan kriteria responden untuk menawarkan intervensi yang akan dilakukan, menjelaskan tujuan dan manfaat kepada calon responden, serta melakukan

(69)

c. Pelaksanaan Prosedur Tindakan

Prosedur tindakan yang dilakukan yaitu: mengajarkan orang tua atau pengasuh anak cara menstimulasi anak, evaluasi cara menstimulasi, dan mengobservasi tindakan stimulasi setiap 2 hari sekali selama 2 minggu.

1) Mengajarkan orang tua atau pengasuh anak cara menstimulasi

Pengajaran dilakukan oleh peneliti yang sebelumnya telah melakukan konsultasi kepada ahli dalam bidang keperawatan anak oleh Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp. An dan juga dipelajari melalui video tentang SDIDTK keluaran Depkes tahun 2012. Pengajaran dilakukan di rumah responden saat home visit pertama dengan menjelaskan dan memperagakan kepada orang tua ibu cara memberikan stimulasi aspek sosialisasi kemandirian sesuai buku pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dini dan intervensi dini tumbuh kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar keluaran Depkes RI tahun 2012.

Gambar

Tabel 5. 4 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data, Mei 2016 ................................
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian .........................................................
Tabel 2. 1 Teori Pentahapan Klasik
Gambar baik dengan IQ verbal; mudah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Ada hubungan antara pola asuh ibu dan status pekerjaan dengan perkembangan kemandirian pada anak usia prasekolah 4-6 tahun di TK Pertiwi Dwp

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “hubun gan antara pola asuh ibu dan status pekerjaan dengan perkembangan kemandirian anak usia. prasekolah (4-6) tahun di

dependennya adalah perkembangan motorik halus pada anak prasekolah usia 3-5 tahun, Populasi dalam penelitian ini adalah Semua orang tua dan anak usia prasekolah 3-5 tahun

Perkembangan sosial dan kemandirian anak prasekolah usia 4 tahun berdasarkan hasil pengamatan bahwa di usia 4 tahun tersebut anak-anak tidak dapat melakukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian stimulasi permainan konstruktif lego terhadap perkembangan kognitif dan anak prasekolah usia 5 sampai 6

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, secara umum dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan peran ayah dalam stimulasi dengan perkembangan anak usia prasekolah di

Adanya hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah di Posyandu Kalisonggo Kecamatan Dau maka yang perlu dilakukan orang tua

Stimulasi perkembangan dapat dilakukan dalam 4 aspek perkembangan yaitu stimulasi pada area motorik halus, motorik kasar, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan