• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Minyak Atsiri Lada Putih (Piper nigrum Album) dengan menggunakan alat Stahl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Kadar Minyak Atsiri Lada Putih (Piper nigrum Album) dengan menggunakan alat Stahl"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENE

L

DENG

P

AN

ETAPAN

LADA PU

GAN MEN

T

CENT

N

ROGRAM

ALIS FA

FAK

N KADAR

TIH (

Pipe

NGGUNA

TUGAS A

OLEH

TRIONO

NIM 1124

M STUDI

ARMASI D

KULTAS F

R MINYA

er

nigrum

AKAN AL

AKHIR

H:

O SINAMO

410021

I DIPLOM

DAN MA

FARMAS

AK ATSIR

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI LADA PUTIH (

Piper

nigrum Alba)

DENGAN MENGGUNAKAN ALAT STHAL

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli MadyaPada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas FarmasiUniversitas Sumatera Utara

OLEH:

CENTRIONO SINAMO

NIM 112410021

Medan, Mei 2014

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing,

Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt.

NIP 195108161980031002

Disahkan Oleh:

Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha Kuasa yang telah

melimpahkan rahmat, karunia, dan berkahnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Penetapan Kadar Minyak Atsiri Lada

Putih (Piper nigrum Album) dengan menggunakan alat Stahl, di Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang di Medan.

Tujuan penyusunan tugas akhir ini sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan program studi Diploma III Analis Farmasi dan

Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas akhir ini disusun

berdasarkan apa yang penulis lakukan pada praktek kerjalapangan (PKL) di

UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB).

Selama menyusun tugas akhir ini, penulis juga mendapat bantuan dari

berbagai pihak,untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orangtua penulis, Ayahanda tercinta Sian Sinamo dan Ibunda

tersayang Mawar Bancin, yang selalu ada untuk memberikan dukungan

dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian tugas

akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.sc., Apt.,selaku Ketua Program

(4)

5. Ibu Ir.Nazwili Hirawati selaku Kepala Seksi pengujian UPTD Balai

Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan, yang telah

memberi fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja

Lapangan.

6. Ibu Darwati selaku Koordinator Pembimbing PKL di BPSMB Medan.

7. Seluruh Staf Pegawai UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang

Medan, yang telah membantu dalam melaksankan Praktek Kerja

Lapangan.

8. Teman-teman mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Diploma III

Analis Farmasi dan Makanan 2011, yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan. Oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya penulis berharap semoga tugas akhir ini

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2014

Penulis,

Centriono Sinamo NIM 112410021

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1.Tanaman Lada ... 4

2.1.1 Taksonomi Lada Putih ... 4

2.1.2 Habitat ... 4

2.1.3 Morfologi ... 6

2.1.4 Kandungan Kimia ... 10

2.1.5 Susunan Kandungan Kimia Lada ... 10

2.1.6 Kegunaan Lada ... 11

2.2 Minyak Atsiri ... 11

2.2.1 Sifat-Sifat Minyak Atsiri ... 13

2.2.2 Fungsi Minyak Atsiri ... 14

2.2.3 Metode Isolasi Minyak Atsiri ... 15

2.2.4 Penggolongan Minyak Atsiri ... 18

2.3 Tahapan Pengambilan Minyak Atsiri dan Perlakuan Bahan ... 20

2.3.1 Tahap Pengambilan Minyak Atsiri ... 20

2.3.2 Penyimpanan Bahan Tanaman ... 21

2.4 Parameter Mutu Minyak Atsri ... 22

2.4.1 Bobot Jenis ... 22

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN ... 23

3.1 Waktu dan tempat pengujian ... 23

3.2 Prinsip Berdasarkan SNI 01-0004-1995 ... 23

3.3 Alat dan Bahan ... 23

3.3.1 Alat ... 23

3.3.2 Bahan ... 23

3.4 Pengambilan Sampel ... 24

3.5 Prosedur ... 24

3.6 Penyajian Hasil uji ... 24

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Perhitungan Penetapan Kadar Minyak atsri lada putih ... vii

(8)

Penetapan Kadar Minyak Atsiri Lada Putih (Piper nigrum Alba) dengan menggunkan alat Stahl

ABSTRAK

Penetapan kadar minyak atsri merupakan salah satu parameter pengujian

mutu dari Lada Putih. Penetapan kadar minyak atsri dengan menggunakan alat

stahl dan pengujiannya berdasarkan norma yang ditetapkan pada SNI

01-0004-1995. Telah dilakukan pengujian penetapan kadar minyak atsiri, hasilnya

menunjukkan bahwa kadar rata-rata minyak atsiri lada putih adalah 2,42 %.

Kata kunci : minyak atsiri, lada putih , standar nasional indonesia.

(9)

Pepper (Piper nigrum Alba) by using tools Sthal

ABSTRACT

Determination of oil content atsiri is one of the parameters of quality of

white Pepper. Atsiri oil assay using Sthal and testing tools basef on norms

specified in SNI 01-0004-1995. It has been tested essential oils assay, the results

showed that average levels of white pepper essential oil is 2,42%.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu pusat keanekaragaman hanyati dunia di samping

Brazil dan Tanzania. Dari sabang sampai merauke tersebar sekitar 40.000 jenis

tumbuhan. Memang,sangat disayangkan, hanya sebagian kecil dari jenis

tumbuhan tersebut yang telah diteliti secara ilmiah di laboratorium. Namun,

sejalan sejalan dengan derap langkah pembangunan di saat ini dan di masa akan

datang, semakin banyak lahan yang dibuka akibat ekspensi manusia. Efek negatif

yang nyata dari proses ini adalah berkurangnya, bahkan hilangnya, berbagai jenis

tumbuhan yang hidup dilahan tersebut, padahal kita ketahui bahwa tumbuhan

dapat munghasikan berbagai jenis kimia yang sangat potensial berbagai bahan

pangan, kosmetik dan obat-obatan untuk dusahakan secara ekonomi (Lutony,

2002).

Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam

tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia

dengan adanya air. Minyak tersebut di sintesis dalam sel kelenjar pada jaringan

tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak

terpentin dari pohon pinus. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman dapat

juga terbentuk dari hasil degradasi trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat secara

sintesis (Lutony, 2002).

Minyak atsiri merupakan salah satu jenis minyak nabati yang miltimanfaat.

(11)

Bahan baku minyak atsiri ini diproleh dari berbagai bagian tanaman separti daun,

bunga, buah, biji, kulit biji, batang,akar atau rimpang. Salah satu cirri utama

minyak atsiri yaitu mudah menguap dan beraroma khas. Karena iti, minyak ini

bayak digunakan bahan dasar pembuatan wewangian dan kosmetik (Tony

(12)

1.2. Tujuan

Tujuan tugas akhir ini adalah untuk menetapkan kadar minyak atsiri dari

lada putih (Piper nigrum Alba) berdasarkan SNI 01-0004-1995 apakah memenuhi standar tersebut

1.3 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah supaya lada putih lebih dipergunakan

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Lada

2.1.1 Taksonomi Lada Putih

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper nigrum (Suwarto, 2010).

2.1.2 Habitat

Tanaman lada yang berada di Serawak, kebayaan berada di tangan orang-

orang keturunan teonghoa. Mereka menangani kebun ladanya cukup intensif

seperti rekan - rekannya yang berada di Pulau Bangka. Berkebun tanaman lada

dimulai dengan membuka hutan yang masih perawah, luas rataa - rata 1,5 ha.

Seluruh lahan kemudian dibersihkan dari sisa - sisa tanaman yang dibakar

bersama tanah bagian atas (top - soil) untuk dibuat guludan berukuran :

Garis tengah : 45 cm

Tinggi : 15 cm

Jarak antara guludan :2,5 meter

(14)

Lahan kebun dibiarkan tidak di tanami pohon pelindung dan dibersih kan

segala jenis gulma. Setiap gululundan diberi satu tiang kayu setinggi 3 meter.

Disetiap guludan ditanami satu batang setek tanaman lada, dan diatur agar

menjalar pada tiang penunjang. Setek panjang nya ± 60 cm, diambil dari cabang

orthotrop berumur kurang dari dua tahun. 3 - 5 buku - buku dibenemkan 10 - 15

cm di dalam tanahdengan letak miring 45º. Untuk memperbanyak pertumbuhan

cabang dan ranting, maka tanaman perlu dipangkas sampai tanaman berumur

dua tahun. Pada umur tiga tahun hasil pertama sudah mulai dipanen. Setelah umur

12 - 15 tahun, kebun lada pertama ini ditinggalkan. Pemeliharaan kebun lada di

serawak cuku insentif, yang nampak pada cara pemupukannya. Bayak

dimanfaatkan pupuk organis dalam bentuk pupuk kandungan dan

sisa-sisatanaman, tepung udang, tepung tulang dan darah (Rismunandar, 1994).

Pupuk ini dapat diganti dengan pupuk NPK 12 : 5 : 14 . Buah lada mulai

masak empat bulan setelah berbunga, dan mulai dipetik ,bila buah - buah pertama

yang berada di bagian bawah mulai - mulai nampak bewarna merah. Setiap batang

tanaman lada dapat menghasilkan buah pertama pada umur tiga tahun 1 - 1,5 kg.

Pada umur empat hingga ketujuh tahunnya biasa dihasilkan 4 - 9 kg untuk

kemudian agak menurun setiap tahunnya. Percobaan menanam lada dengam

memfaatkan pagar kawat menghasilkan peningkatan produksi yang cukup tinggi

(Rismunandar, 1994).

Di Serawak, buah lada diolah menjadi lada hitam yang diproleh dengan

cara menjemur buah yang sudah masak petik namun belum merah warnanya.

(15)

selama 7 - 10 hari dalam air jernih yang mengalir, untuk kemudian bijinya

dihasilkan dari dagingnya dari yang sudah membusuk. Demikian uraian sepintas

tentang budidaya tanaman lada di Serawak, yang caranya tidak jauh berbeda

dengan Bangka (suwarto,2010)

2.1.3 Morfologi

a. Rimpang/akar

Tanaman lada yang dikotil, pada saat biji tumbuhnya pasti membentuk akar

lembaga yang dikembangkan menjadi akar tanggung. Akar tanggung ini tidak

akan ditemukan pada tanaman lada pada saat ini, karena pembiakannya

dilaksanakan melalui stek, sehingga yang ada hanyalah akar lateral. Akar tanaman

lada dibentuk pada buku - buku setiap dalam ruas batang pokok dan cabang.

Dikenal dua jenis akar, yang dalam hakekatnya adalah sejenis, karna ada

perbedaan letak, akibatnya fungsinya berlainan. Akar - akar yang tumbuh dari

baku di dalam tanah, membentuk akar lateral dan berfungsi sebagai akar

penghisap zat makanan (feeding roots). Akar yang tumbuh dari buku - buku diatas tanah, berfungsi sebagai akar pelekat, yang menopang batang pokok. Akar ini

dapat menjalar keatas pada tiang/pohon penunjang. Akar lateral dengan akar

serabuatnya yang tebal berada di dalam lapisan tanah bagian atas (top soil)

setebak kurang lebih 30 cm, dapat masuk ke dalam tanah hingga 1 - 2 meter.

Rata - rata banyaknya akar lanteral ini 10 - 20 buah, tergantung pada kesuburan

(16)

b. Batang Pokok Dan Cabang

Tanaman lada yang berbatang pokok satu pada hakekatnya membentuk

dua jenis cabang (dimorphicy) ialah: Cabang orthotropis (vertikal), cabang

plagiotropis (horizontal), cabang - cabang orthotropis yang tumbuhnya vertikel

membentuk kerangka dasar pohon lada, berdiameter 4 - 6 cm, mengayu dan terdiri

ruas - ruas yang rata - rata panjangnya 5 - 12 cm (Rismunandar, 1994).

Dari baku - baku antra ruas yang agak membengkak pertumbuhannya, tumbuh

sehelai daaun dan kuntum yang dapat tumbuh menjadi cabang yang plagiotropis

dan akar - akar pelekat. Kedua jenis batang tersebut bercabang - cabang, yang

orthotropis tumbuhnya naik keatas dan yang plagiotropis menbentuk cabang

ranting yang tumbuhnya kesamping (lateral) dan bisa berbunga serta berbuah.

Cabang - cabang plagiotripis yang lateral itu buku - bukunya tidak berakar. Maka

untuk pembibitan dimanfaatkn cabang - cabang orthotropis (Rismunandar, 1994).

c. Daun

Daun lada bentuknya sederhana, tunggal, bentuk bulat telor meruncing

pucuknya, bertangkai panjang pucuknya 2 - 5 cm dan membentuk aluran di

bagian atasnya. Ukuran daun 8 - 20 × 4 - 12 cm. Berurat 5 - 7 helai, hijau tua

warnanya, mengkilau bagian atasnya, pucat di bagian bawah. Di bagian bawah

nampak titik-titik kelenjar. Bentuk daun lada beraneka ragaam, perbedaan ini

bedasarkan letak tumbuhnya (Tjitrosoepomo, 1994).

d. Bunga Lada (Organum Reproductivum)

Bunga tanaman lada berbentuk mulai, yang agak megelantung, panjang 3 -

(17)

berjumlah hingga 150 buah lebih. Bunga tumbuhan behadap dengan daun dari

cabang/ ranting - ranting yang plagiotropis (Rismunandar, 1994).

Bunga yang uniseksual dalam bentuk: Monocius atau berumah satu, yang

berarti pada satu tanaman yang terbentuk bunga betina dan jantan yang terpisah.

Dioecious atau berumah dau, yang berarti bunga betina dan jantan masing-masing

terpisah pada pohan yang berlainan atau hermafrodit (lengkap berputik dan

berbenang sari). Bentuknya kecil - kecil tumbuh dalam ketiak, berkelopak yang

berdinding. Tidak bermahkota alias telanjang, berbenang sari 2 - 4 helai, panjang

1 mm. Letaknya kanan kiri bakal buah. Kepala sarinya terdiri dari dua kantung

tepung sari (Rismunandar, 1994).

Bakal buahnya bulat bentuknya, bersel tungal, bertelur tunggal.

Banyaknya putik 3 - 5 batang yang agak berdinding, dihias dengan titik-titik

gelembung putih (papilla), yang berubah menjadi coklat warnanya, setelah

persarian selesai. Kepala putik dapat menerima tepungsari selama 10 hari setelah

mulai subur, dan tingkat kesuburannya, mencapai puncaknya 3 - 5 hari setelah

mulai nampak. Bunga mulai membuka di bagian bawah terus naik keatas dan

selesai setelah 7 - 8 hari. Jenis - jenis tertentu yang bunganya hermafrodit, dapat

mengadakan persarian sendiri. Persarian dapat berlangsung tanpa bantuan angin

dan hujan (Rismunandar, 1994).

Tepungsari yang membentuk gumpalan seperti bahan perekat, bila terkan

(18)

tuntas. Yang lebih jelas demi keberasilan produktivitas kebun lada perlu

diusahakan memilih bibit yang berbunga hermafrodit, karena jaminan persarian

sendiri tetap ada (Rismunandar, 1994).

e. Buah Lada

Buahnya tidak bertangkain alias duduk, berbiji tunggal, bulat bentuknya,

berdiameter 4 - 6 mm, berbanding, kulitnya hijau masih muda dan berubah

warnanya menjadi merah bila udah masak. Buah yang msih hijau kulitnya akan

menjadi kehitam - hitaman bila dijemur dibawah terik sinar matahari. Mulai buah

biasanya mencapai panjang 15 cm, minimal 5 cm (Syukur, 2001).

Biji lada berukuran rata - rata 3 - 4 mm, embrionya sangat kecil. Berat 100

biji lada 3 - 8 gram, namun rata - rata 4,5 gram adalah normal. Biji lada diliputi

selapis daging buah yang berlindir dan manis rasanya, hingga disukai burung

bekicau. Biji lada tidak umum untuk dijadikan bibit, karena tanaman lada baru

bias berubah 7 tahun setelah disamaikan. Biji lada relatif cepat berkurang daya

tumbuhnya, untuk disamaikan, kulit bijinya dibuang kemudian diangin-anginkan

beberapa hari. Untuk mempercepat tumbuhnya, dianjurkan biji lada direndam

dalam larutan zat asam - sulfat yang agak peka selama dua menit. Tempat

penyimpanan biji cukup harus basah dan diberi naungan yang cukup gelap.

Rata-rata biji yang Semai yang tumbuh, beraneka ragam bentuk dan sifatnya.Kekuatan

tumbuhnaya pun tidak seragam. Samai yang kuat pertumbuhannya, yang akan

dimanfaatkan untuk bibit, dipindahkan dalam kantong pelastik. Rata - rata 1 (satu)

(19)

2.1.4 Kandungan Kimia

Lada memiliki rasa pedas dan aroma yang khas. Rasa pedas tersebut

karena adanya zat piperine, piperanin, dan chavicine. Sedangkan aroma dari biji

lada akibat adanya minyak atsiri, yang terdiri dari beberapa jenis minyak terpene.

Lada memiliki rasa pedas, berbau khas, dan aromatik. Bahan kimia yang

terkandung dalam lada diantaranya kamfena, boron, ealamane, calamenene,

caryophyllene, terpenes, β carvacrol chavicine, bisibolene, camphene,

sesquiterpenes, alkaloid (piperine; piperiline; piperoleine a, b, dan c; piperanine;

serta piperonal), protein dan sejumlah kecil mineral, saponin, flavonoid, minyak

atsiri, kavisin, resin, zat putih telur, amilum, dihidrokarvol, kanyo-filine oksida,

kriptone, trait pinocarrol, serta minyak atsiri lada (berbau phellandren) (Heinrich.,

2010).

2.1.5 Susunan Kandungan Kimia Lada: 1. Minyak atsiri (Essential oil)

Lada kering mengandung 1,2 – 2,6% minyak atsiri yang terdiri dari

dabinine (15 - 25%), caryophyllene, α- pinene, β-pinene, β-ocimene, δ- guaiene,

farnesol, δ-candinol, guaiacol, 1-phellandrene, 1,8 cineole, pcymene, carvone,

citronellol, α- thujene, α-terpinene, bisabolene, dllimonene, dihydrocarveol,

camphene dan piperonal (Sastrohamidjojo, 2004).

a) Alkoloids

(20)

b)  Amides

Merupakaan senyawa yang memberikan oroma tajam terdiri dari piperine,

piperylin, piperolain A dan B, cumaperine, piperanine, piperamides, pipericide,

guineensine dan sarmentine. Alkoloids terdiri dari chavicine, piperidine dan

piperretine, methyl caffeic acid, piperidide dan β- methyl pyrroline

(Sastrohamidjojo 2004).

c) Aminoacids

Lada putih kaya akan kandungan β- alanine, aeginine, serine, threonine,

thiamine, lysine, cystine, asparagines dan glutamic acid.

d) Vitamin dan mineral

Lada putih mempunyai kandungan ascorbic acid, carotenes, thiamine,

riboflavin, nicotinic acid, potassium, sodium, calcium, magnesium, besi,

phosphorus, tembaga dan seng (Hapsoh, 2011).

2.1.6 Kegunaan lada

Faedah lada adalah sebagai bunbu masakan, bahan obat-abatan dan bahan

minyak lada. Sebagai bahan pengawet daging misalnya pada daging yang dibuat

dengdeng. Lada dapat menghasilkan minyak lada. Minyak lada ini dihasilkan dari

penyulingan. Minyak lada mempunyai bau yang sedap yang dapat digunakan

sebagai wangi - wangian (Hapsohm, 2011).

2.2 Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah minyak yang mudah menguap pada suhu kamar di

udara terbuka, minyak eteris, atau minyak essensial yang mewakili bau darii

(21)

berwujud cairan atau padatan yang memiliki komposisi maupun titik didih yang

beragam (Sastrohamidjojo, 2004).

Minyak atsiri merupakan campuran dari senyawa yang berwujud cairan

atau padatan yang memiliki komposisi maupun titik didih yang beragam. Ditinjau

dari segi kimia, fisika, minyak atsiri hanya mengandung dua golongan senyawa,

yaitu oleoptena dan stearoptena. Oleoptena adalah bagian hidrokarbon di dalam

minyak atsiri dan berwujud cairakan. Umumnya senyawa oleoptena ini terdiri atas

senyawa monoterpena, sedangkan stearoptena adalah senyawa hidrokarbon

teroksigenasi yang umumnya berwujud padat. Stearoptena ini umumnya terdiri

atas senyawa turunan oksigen dari terpena. Pada dasarnya semua minyak atsiri

mengandung campuran senyawa kimia dan biasanya campuran tersebut sangat

kompleks. Komponen kimia miyak atsiri sangat kompleks, tetapi biasanya tidak

melebihi 300 senyawa. Yang menentukan aroma minyak atsiri biasanya

komponen yang persentasenya tinggi.Walaupun begitu kehilangan satu komponen

yang persentasinya kecil pun dapat memungkinkan terjadinya perubahan aroma

minyak atsiri tersebut (Andria, 2000).

Minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri

yang dengan mudah dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen atau

penyusun murninya. Komponen-komponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk

di proses menjadi produk - produk lain. Biasanya komponen utama yang terdapat

(22)

dilakukan berdasarkan reaksi kimia hanya terdapat pada beberapa minyak atsiri.

Contoh isolasi eugenol dari komponen yang lain yang terdapat didalam minyak

daun cengkeh dengan menggunakan larutan natrium hidroksida. Isolasi sitronelal

dari komponen dalam minyak sereh dengan menggunakan larutan jenuh natrium

bisulfit. Kelompok kedua adalah minyak atsiri yang sukar dipisahkan menjadi

komponen murninya. Lazimnya minyak atsiri tersebut langsung dapat digunakan,

tanpa diisolasi komponen-komponennya, sebagai pewangi berbagai produk

(Andria, 2000).

2.2.1 Sifat-sifat Minyak Atsiri

Adapun sifat-sifat dari minyak atsiri ialah (Gunawan, 2004)

1. Tersusun dari bermacam-macam komponen senyawa.

2. Memiliki bau khas. Umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Bau

ninyak atsiri satu dengan yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dari

macam dan intensitas bau dari masing-masing komponen penyusunnya.

3. Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam menggigit, memberi

kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di kulit,

tergantung dari jenis komponen penyusunnya.

4. Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen

udara, sinar matahari, dan panas karena terdiri dari berbagai macam

komponen penyusun.

5. Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air.

(23)

2.2.2 Fungsi Minyak Atsiri

a. Fungsi Minyak Atsiri bagi Tanaman

Dalam jumlah yang relatif besar minyak atsiri disimpan dalam tanaman,

karena tidak ditransfer ke batang atau daun sebelum daun itu gugur sehingga

timbul asumsi kuat bahwa minyak atsiri merupakan sumber energi yang

terpenting. Minyak ini dapat menolak kehadiran binatang akan tetapi bagi

tanaman tertentu, minyak atsiri dapat menarik serangga sehingga penyerbukan

lebih efektif. Dilain pihak tercipta sejenis daya tahan tanaman terhadap

kerusakan oleh binatang maupun tanaman parasit dengan dihasilkan minyak

dengan bau yang merangsang. Minyak berfungsi sebagai penutup bagian kayu

yang terluka atau berfungsi sebagai vernis untuk mencegah penguapan air (cairan

sel) yang berlebihan sehingga berfungsi sebagai penghambat penguapan air

(Guenther, 1987).

b. Fungsi Minyak Atsiri bagi Manusia

Minyak atsiri sebagai bahan pewangi dan penyedap, antiseptik internal

atau eksternal, dan sebagai bahan analgesik. Minyak atsiri mempunyai sifat

membius, dan merangsang. Disamping itu beberapa jenis minyak atsiri lainnya

dapat digunakan sebagai obat cacing. Minyak atsiri juga membantu pencernaan

dengan merangsang saraf sekresi sehingga dengan mencium bau-bauan tertentu,

maka akan keluar cairan getah sehingga rongga mulut dan lambung menjadi

(24)

2.2.3 Metode Isolasi Minyak Atsiri

Isolasi atau penyulingan dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan

komponen-komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih

berdasarkan perbedaan tekanan uap atau berdasarkan perbedaan titik didih

komponen - komponen senyawa tersebut (Sastrohamidjojo, 2004).

Metode Isolasi Minyak Atsiri

Minyak atsiri umumnya diisolasi dengan empat metode yang lazim

digunakan sebagai berikut:

1. Metode destilasi terhadap bagian tanaman yang mengandung minyak.

Dasar dari metode ini adalah memanfaatkan perbedaan titik didih.

2. Metode penyarian dengan menggunakan pelarut penyari yang cocok.

Dasar dari metode ini adalah adanya perbedaan kelarutan. Minyak atsiri

sangat mudah larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.

3. Metode pengepresan atau pemerasan. Metode ini hanya bisa dilakukan

terhadap simplisia yang mengandung minyak atsiri dalam kadar yang

cukup besar. Bila tidak, nantinya hanya habis dalam proses pemerasan.

4. Metode perlekatan bau dengan menggunakan media lilin (enfleurage).

Metode ini disebut juga metode enfleurage. Cara ini memanfaatkan

aktivitas enzim yang diyakini masih terus aktif selama sekitar 15 hari sejak

(25)

1. Metode Destilasi

Diantara metode-metode isolasi yang paling lazim digunakan adalah

metode destilasi. Beberapa metode destilasi yang populer dilakukan diberbagai

perusahaan industri penyulingan minyak atsiri, antara lain sebagai berikut:

a. Metode destelasi dengan uap

Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung.

Pada prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja,

air penghasil uap tidak diidikan bersama – sama dalam kaatel penyulingan.

Uap yang digunakan berupa jenuh atau uap yang kelewat panas dengan

tekanan lebih dari 1 atmosfer. Di dalam proses penyulingan dengan upa ini,

uap dialirkan melalui pipa uap berlingkar berpori dan berada dibawah, bahan

tanaman yang akan disulung. Kemudian uap akan bergerak menuju bagian atas

melalui bahan yang disimpan diatas saringan (Tony Lukman, 2002).

b. Metode destilasi dengan air

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak

langsung dengan air memdidih. Bahan dapat mengapumg diatas air atau

terendam secara sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang

disuling. Ciri khas model ini yaitu adanya kontak langsung antra bahan dan air

mendidih. Oleh karena itu, sering disebut penyulingan langsung. Minyak atsiri

dari beberapa jenis bahan seperti bubuk buah badan dan bunga mawar cocok

(26)

membentuk gumpalan besar yang kompak sehingga uap tidak bisa berpenetrasi

ke dalam bahan (Tony Lukman 2002).

Dalam metode ini ada beberapa versi perlakuan, yaitu:

1. Bahan tanaman langsung direbus dalam air.

2. Bahan tanaman langsung masuk air, tetapi tiak direbus. Dari bawah

dialirkan uap air panas.

3. Bahan tanaman ditaruh di bejana bagian atas, sementara uap air dihasilkan

oleh air mendidih dari bawah dandang.

4. Bahan tanaman ditaruh dalam bejana tanpa air dan disemburkan uapair dari

luar bejana

c Metode destelasi dengan uap dan air

Pada model destelasi ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan

diatas rak – rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi

dengan air sampai permukaan tidak jenuh dari bagian bawah saringan. Ciri khas

model ini yaitu uap selalu dalam keadan basa, jenuh dan tidak terlalu panas.

Bahan tanaman yang akan disuliung hanya berhubungan dengan uap dan tidak

dengan iar panas (Tony Lukman 2002).

Kelebihan dan kekurangan model destilasi

Sebenarnya tidak tedapat perbedaan yang mendasar pada prinsip ketiga

model destelasi tersebut. Namun, dalam praktek hasilnya akan berbeda kadang

-kadang perbedaannya sangat berarti karena masing – metode mempunyai

(27)

2. Metode Penyarian

Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak tahan

pemanasan, seperti cendana. Kebanyakan dipilih metode ini karena kadar minyak

nya di dalam tanaman sangat rendah/kecil. Bila dipisahkan dengan metode lain,

minyaknya akan hilang selama proses pemisahan. Pengambilan minyak atsiri

menggunakan cara ini diyakini sangat efektif karena sifat minyak atsiri yang larut

sempurna di dalam bahan pelarut nonpolar (Gunawan, 2004).

3. Metode Pengepresan atau Pemerasan

Metode pemerasan/pengeprasan dilakukan terutama untuk minyak-minyak

atsiri yang tidak tahan pemanasan seperti minyak jeruk (citrus). Juga terhadap

minyak - minyak atsiri yang bau dan warnanya berubah akibat pengaruh pelarut

penyari. Metode ini juga hanya cocok untuk minyak atsiri yang rendemennya

relatif besar (Gunawan, 2004).

4. Metode Enfleurage

Metode enfleurage adalah metode penarikan bau minyak atsiri yang

dilekatkanpada media lilin. Metode ini digunakan karena diketahui ada beberapa

jenis bunga yang setelah dipetik, enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam

menghasilkan minyak atsiri sampai beberapa hari/minggu, misalnya bunga melati,

Jasminum sambac, sehingga perlu perlakuan yang tidak merusak aktivitas enzim tersebut secara langsung (Gunawan., 2004).

(28)

peranannya sangat besar dalam menentukan khasiat suatu minyak atsiri sebagai

obat. Atas dasar perbedaan komponen penyusun tersebut maka minyak atsiri

dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut:

1. Minyak atsiri Hidrokarbon

Contohnya :

a) Minyak terpentin dari tanaman bermarga pinus (famili Pinaceae) antara lain Pinus palustris Miller, Pinus maritime Lamarck, Pinus longifolia Roxb, Pinus merkusii L.

b) Minyak cubebae dari hasil penyulingan buah Piper cubeba Linn. (Kemukus,

famili Piperaceae).

Kegunaannya sebagai peluruh air seni, asma, karminatif, ekspektoran, dan

stimulan.

2. Minyak atsiri Alkohol

Contohnya :Minyak pipermen yang diperoleh dari daun tanaman Mentha

piperita Linn. (Poko, famili Labiatae).

Kegunaannya sebagai Bahan pewangi (corrigen odoris), kolagoga dan

ekspektoransia.

3. Minyak atsiri Fenol

Contohnya :Minyak cengkeh yang diperoleh dari bunga dan daun tanaman

Eugenia caryophyllata atau Syzigium caryophyllum(famili Myrtaceae). Kegunaannya sebagai antiseptik, obat mulas, menghilangkan rasa mual dan

muntah.

(29)

Contohnya: Minyak adas yang berasal dari hasil penyulingan buah

Pimpinella anisum atau Foeniculum vulgare (famili Apiaceae atau Umbelliferae).

Kegunaannya sebagai pelengkap sediaan obat batuk, bahan parfum, serta

menutupi bau tidak enak pada sediaan farmasi (korigen odoris).

5. Minyak atsiri Oksida

Contohnya. Minyak kayu putih yang diperoleh dari isolasi daun

MelaleucaLeucadendron L. (famili Myrtaceae).

Kegunaannya sebagai obat gosok, meredakan kembung (Karminativum),

obat berbagai penyakit kulit ringan (gatal, digigit serangga), serta baunya

untuk menetralkan rasa mual, pusing, dan mabuk perjalanan.

6. Minyak atsiri Ester

Contohnya :Minyak gandapura yang diperoleh dari isolasi daun dan batang

tanaman Gaultheria procumbens L. (famili Erycaceae).

Kegunaannya sebagai korigen odoris, bahan pewangi, bahan parfum, dalam

sediaan farmasi, industri permen dan minuman (Gunawan, 2004).

2.3 Tahap Pengambilan Minyak Atsiri dan Perlakuan Bahan Tanaman 2.3.1 Tahap Pengambilan Minyak Atsiri

Pekerjaan utama penyulingan adalah mengisolasi atau mengeluarkan

(30)

terdapat dipermukaan. Proses lepasnya minyak atsiri ini hanya dapat terjadi

dengan hidrodifusi atau penembusan air pada jaringann - jaringan tanaman

(Sastrohamidjojo, 2004).

Biasanya proses difusi berlangsung sangat lambat. Untuk mempercepat

proses difusi maka sebelum penyulingan dilakukan bahan tanaman harus

dioperkecil dengan cara dipotong - potong, atau digerus. Pemotongan menjadi

kecil - kecil atau penggerusan sering diistilahkan kominusi. Ada kalanya

meskipun sudah dipotong - potong ternyata hanya sebagian minyak atsiri yang

dapat terbebaskan. Perlu diperhatikan bila bahan telah dipotong - potong atau

diperkecil harus segera disuling. Bila tidak segera diproses maka minyak atsiri

yang mempunyai sifat mudah menguap sebagian akan teruapkan. Ada dua hal

yang dapat merugikan proses ini pertama, hasil total minyak atsiri yang diperoleh

berkurang karena ada yang menguap kedua komposisi minyak atsir akan berubah,

hingga akan mempengaruhi baunya (Sastrohamidjojo, 2004).

2.3.2 Penyimpanan Bahan Tanaman

Penyimpanan bahan tanaman sebelum dilakukan kominusi sering

mengandung bahaya yaitu lepasnya minyak atsiri yang mudah menguap. Biasanya

hilangnya minyak atsiri oleh penguapan relatif sedikit, tetapi hilangnya minyak

atsiri kebanyakan disebabkan oleh peristiwa oksidasi dan pendamaran atau

(31)

2.4 Parameter Mutu Minyak Atsiri 2.4.1 Bobot Jenis

Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu

dan kemurnian minyak atsiri. Dari seluruh sifat fisika, kimia, nilai bobot jenis

sudah sering dicantumkan dalam pustaka. Nilai minyak atsiri berkisar antara

0,696 - 1,188 pada 15°C. Piknometer adalah alat penetapan bobot jenis yang

praktis dan tepat digunakan. Bentuk kerucut piknometer bervolume sekitar 10 ml,

dilengkapi dengan sebuah termometer dan sebuah kapiler dengan gelas penutup

(32)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Waktu dan tempat pengujian

Penetapan minyak atsiri pada lada putih (piper nigrum Alba) pada tangal 02 febuari 2014 s/d 28 Febuari 2014 di Balai Pengujian Sertifikasi Mutu Barang,

jalan stm 17 Medan.

3.2 Prinsip Berdasarkan SNI 01-0004-1995

Penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan cara visual (dengan mata)

untuk membaca skala kadar minyak atsiri pada tabung destelasi yang diproleh.

3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat

Alat yang digunakan adalah

- Timbangan analitik

- Labu didih, berkapasitas 1 liter

- Kondensor Refluks

3.3.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah:

- Aquadest

- Serbuk lada putih

- Batu didih

(33)

3.4 Pengambilan Sampel

Sampel lada putih diambil 500 gram dari pajak marendal pada waktu 7.30

WIB.

3.5 Prosedur

Ditimbang seksama 35 gram sampel lalu masukkan kedalam labu alas

bulat kapasitas 1000 ml secara kuantitatif, bila perlu menggunakan air.

Tambahkan 500 ml. Kedalam trap tambahkan dengan air suling. Panaskan labu

dengan kecepatan destilasi 30 tetes permenit selama 6 – 7 jam sesudah mendidih.

Bila telah terlihat tidak lagi ada penambahanvolume minyak, penyulingan

dihentikan. Dinginkan labu pada suhu kamar sampai lapisan minyak terlihat

dengan jelas.

3.6 Penyajian Hasil uji

Kemudian dibaca volume minyak sampai ketelitian 0,1ml.

Untuk menghitung kadar minyak atsiri dapat menggunakan rumus berikut:

(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan mutu sampel minyak lada putih yang dilaksanakan di

Laboratorium Minyak Nabati dan Rempah – rempah di Balai Pengujian dan

[image:34.595.112.513.290.437.2]

Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 1. Hasil Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Lada Putih

Parameter Berat Sampel Volume Hasil (%)

Kadar minyak atsiri 1 35,0187 gr 0,80 ml 2,28

Kadar minyak atsiri 2 35,0172 gr 0,95 ml 2,714

Kadar minyak atsiri 3 35,0122 gr 0,80 ml 2,28

Kadar Minyak Atsiri Rata- Rata 2,4246

Dari hasil data di atas dapat dilihat bahwa kadar minyak atsiri lada putih

yang pertama adalah 2,28%, yang kedua adalah 2,714% dan yang ketiga adalah

2,28%. Rata-rata minyak atsiri yang diperoleh adalah 2,4246%. Hasil ini

diperoleh berdasarkan prosedur dari SNI 01 – 0004 - 1995.

Kadar minyak atsiri dan bahan yang tidak menguap (non volatile exract)

sangat tergantung dari jenis ladanya. Tingkat kesuburan tanah juga mempunyai

pengaruh terhadap aroma lada. Selain itu, tinggi rendahnya kadar gugusan kimia

tergantung pada asal biji lada yang bersangkutan. Tinggi rendahnya kadar minyak

– minyak tersebut dalam minyak lada menentukan tinggi rendahnya nilai aroma

(35)

Biji lada dalam penyimpanan dapat kehilangan aromanya, keadaan ini bisa

dipercepat bila dijadikan bubuk, apalagi jika tempat penyimpanannya tidak cukup

kedap udara. Bili lada maupun bubuk lada dapat mengalami kemunduran kualitas

akibat dari udara lembap disekitarnya (bulukan), dapat pula diserang hama

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian penentuan kadar minyak atisiri lada putih yang

diperoleh berdasarkan SNI 01-0004-1995 adalah 2,28% (sampel I dengan berat 35

gram), 2,714% (sampel II dengan berat 35 gram) dan 2,28% (sampel III dengan

berat 35 gram), sehingga rata-rata kadar minyak atsiri dari lada putih adalah

2,4246%.

5.2 Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan bagi penelitian selanjutnya adalah

supaya proses penetapan kadar minyak atsiri lada putih menggunakan metode

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Hapsoh. (2011). Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan: USU Pres

Halaman.177, 178

Harris, Ruslan. (1990). Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman

Gunawan, D., dan Sri, M. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I.Jakarta: PenerbitPenebar Swadaya.Hal.106-112, 114-121, 126.

Guenther, E. (1987).Minyak Atsiri Jilid I (Terjemahan). Jakarta: Penerbit UI-press.Hal.132-134.

Lutony, T. L.(2002).Minyak Atsiri.Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.Hal. 1-3, 5-10.

Suwarto, (2010).Budi Dayan 12 Tanaman Perkebunan unggulan Jakarta: Penebar

Swadaya

Rasmunandar, (1994). Lada Budidaya Dan Tataniaganya Jakarta: Penebar

Swadata halaman: 7, 8, 9, 10, 11

Tjitrosoepomo, G. (1994).Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan.

Yogyakarta:Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal.421-423.

Syukur, C. dan Hernani.(2001).Budidaya Tanaman Obat Komersial.Jakarta:

Penerbit Penebar Swadaya.Hal.43-48.

Heinrich, M., Joanne, B., Simon, G., Elizabeth, M. (2010).Farmakognosi dan

Fitoterapi. Jakarta: Penerbit EGC.Hal. 49-50, 235-236.

Agusta, Andria. (2000). Minyak AtsiriTumbuhan TropikaIndonesia. Bandung : ITB

Hardjono Sastrohamidjojo, (2004). Kimia Minyak Atsiri.Yogyakarta: Penerbit: Gajah Mada University Press. Hal 9, 10, 11

(38)

LAMPIRAN

Lampiran 1

Penetapan Kadar Minyak Atsiri Lada Putih: Tabel 1. Data Hasil Minyak Atsiri Lada Putih

Sampel Berat sampel Volume minyak terbaca

1 35,0187 g 0,80 ml

2 35,173 g 0.95 ml

3 35,0122 g 0,80 ml

Perhitungan :

Kadar minyak atsiri x 100 = . . . %

Sampel I ,

, % 2,28 %

Sampel II ,

, % ,7 4%

Sampel III ,

, % , 8%

Rata-rata Kadar Minyak Atsiri , % , % , %

,4

%

Gambar

Tabel 1. Hasil Penetapan Kadar Minyak Atsiri Pada Lada Putih

Referensi

Dokumen terkait

After adjustment to percentage of total cerebral hemispheres (total OFC/total cerebral hemispheres, right OFC/total cerebral hemi- spheres, left OFC/total cerebral

[r]

Rumusan Kebutuhan Program dan Kegiatan tahun 2014 Hasil Review terhadap Rancangan Awal RKPD. II

In this respect nowadays widespread lasered crystals showing monuments are identified as “Early Bird“ 3D product s, which, due to low resolution and contrast and due to lack of

Rencana Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Probolinggo Tahun 2014, yang selanjutnya disebut Renja BAPPEDA Kabupaten Probolinggo Tahun 2014 adalah

(2004) three approaches for data fusion are mentioned as well: the first one integrates data from two sources; the second one represents the fusion derived

Tarif Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Bengkulu dalam Peraturan Daerah Provinsi. Bengkulu Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W7, 2015 25th International CIPA Symposium 2015, 31 August – 04